KONDISI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEKERJA PEMANENAN HUTAN DI IUPHHK-HT PT. WIRAKARYA SAKTI, JAMBI
SUPRIATNA
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSISI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kondisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pekerja Pemanenan Hutan di IUPHHK-HT PT. Wirakarya Sakti, Jambi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Januari 2016 Supriatna NIM E14110011
ABSTRAK SUPRIATNA. Kondisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pekerja Pemanenan Hutan di IUPHHK-HT PT. Wirakarya Sakti, Jambi. Dibimbing oleh EFI YULIATI YOVI. Pekerjaan di bidang kehutanan khususnya pemanenan hutan merupakan pekerjaan yang tergolong berbahaya. Dengan demikian, aspek perlindungan pada keselamatan dan kesehatan kerja pekerja kehutanan adalah hal yang penting dan mendasar. Evaluasi sistem manajemen K3 di tingkat perusahaan perlu dilakukan untuk mendukung terwujudnya K3 yang lebih baik di sektor kehutanan. Penelitian ini dimaksudkan menjelaskan kondisi K3, kepuasan kerja, dan gejala kelelahan kumulatif para pekerja pemanenan hutan di PT. Wirakarya Sakti, Jambi. Kondisi K3 dan kepuasan kerja dianalisis melalui hasil wawancara pada kuesioner yang disediakan. Faktor-faktor yang diduga berpotensi mempengaruhi kepuasan kerja dianalisis menggunakan pengujian hipotesis komparatif Mann-Whitney. Gejala kelelahan kumulatif dianalisis menggunakan Cumulative Fatigue Symptom Index (CFSI). Kecelakaan, khususnya kecelakaan ringan dan jatuh dari sepeda motor merupakan suatu hal yang sering terjadi. Sakit pinggang, nyeri punggung bawah, dan kaku pada leher atau pundak merupakan keluhan yang banyak dirasakan. Faktor yang signifikan berpengaruh terhadap kepuasan kerja adalah tingkat pendidikan dan jenis kontrak kerja. Pekerja pemanenan hutan memiliki indeks kumulatif gejala kelelahan yang tinggi terutama pada aspek kelelahan fisik. Kata kunci: kelelahan kumulatif, kepuasan kerja, keselamatan dan kesehatan kerja,
ABSTRACT SUPRIATNA. Occupational safety and health conditions of timber harvesting worker in IUPHHK-HT PT. Wirakarya sakti, Jambi.
Forestry work, especially timber harvesting is classified as heavy work. Therefore, protection aspect of the safety and health of forestry worker is important and fundamental. Evaluation of occupational safety and health management system at the corporate level needs to be done to realize a better occupational and health conditions in the forestry sector. The objectives of this research are to explain occupational safety and health conditions, job satisfaction, and cumulative of fatigue symptom of timber harvesting worker at the PT. Wirakarya Sakti, Jambi. Occupational safety and health conditions and job satisfaction were analyzed by the result of interviews on the questionnaire provided. Potentially factors that affecting job satisfaction were analyzed using Mann-Whitney comparative hypothesis testing. Cumulative fatigue symptom were analized using cumulative fatigue symptom index. Accidents, particularly
minor accident and fell from the motorcycle are matter of common. Back pain, lower back pain, and stiffness in the neck or shoulder are complaint that many felt. Factors that significantly affect job satisfaction are the level of education and type of employment contract. Woker of timber harvesting has high cumulative fatigue symptom index, especially in the aspects of physical fatigue. Key words: cumulative fatigue, job satisfaction, occupational safety and health
KONDISI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEKERJA PEMANENAN HUTAN DI IUPHHK-HT PT. WIRAKARYA SAKTI, JAMBI
SUPRIATNA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Manajemen Hutan
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2016
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2015 ini ialah keselamatan dan kesehatan kerja, dengan judul Kondisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pekerja Pemanenan Hutan di IUPHHK-HT PT. Wirakarya Sakti, Jambi. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Efi Yuliati Yovi selaku pembimbing yang telah banyak memberikan saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada pihak dari PT. Wirakarya Sakti yang berperan besar selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Okta Chandra Aulia, Mujahidah Silviari Zaenal, Ahmad Iqbal, Kurniawan Danan Jaya, Faris Ranggawardana, Andri Sepian, Azmi Satri , Zakiyah, Zakiyyatul Maftuhah, Wahyu, dan Santra Wiraga atas kritik, saran, dan dorongan semangatnya. Tak lupa, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada, Ibu Etin dan Ayah Dadang Kurnia serta Nenek Siti atas segala doa, dukungan dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Bogor, Januari 2016 Supriatna
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
Ruang Lingkup Penelitian
2
METODE PENELITIAN
3
Lokasi dan Waktu
3
Alat
3
Pemilihan dan Jumlah Responden
3
Pengolahan dan Analisis Data
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
5
Kondisi K3
5
Kepuasan Kerja
9
Gejala Kelelahan Kumulatif
11
Strategi Pengembangan Sistem Manajemen K3
16
SIMPULAN DAN SARAN
18
Simpulan
18
Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
19
LAMPIRAN
21
RIWAYAT HIDUP
37
DAFTAR TABEL 1 Data personal responden 2 Jenis kecelakaan kerja, near miss accident, dan hari kerja hilang (pilihan
6
berganda) 3 4 5 6 7 8
5
Kesehatan pekerja pemanenan hutan PT. WKS Kepuasan kerja pekerja pemanenan hutan (pilihan berganda) Hasil uji Mann-Whitney Pengelompokan karakteristik CFSI Saran perbaikan (pilihan berganda) Penggunaan APD (pilihan berganda)
8 9 10 11 17 17
DAFTAR GAMBAR 1 2
FRA PT. WKS tahun 2013 dan 2014 SRA PT. WKS tahun 2013 dan 2014
7 8
3
Sebaran karakteristik dari indeks komulatif gejala kelelahan pekerja pemanenan utan di PT. WKS 4 Perbandingan hasil CFSI antara kelompok pekerja berusia < 30 tahun dengan pekerja berusia ≥ 30 tahun 5 Perbandingan hasil CFSI antara kelompok pekerja lama (≥10 tahun) dan kelompok pekerja baru (<10 tahun) 6 7
Perbandingan hasil CFSI berdasarkan jenis pekerjaan Hasil CFSI berdasarkan jenis kontrak kerja
12 13
14 15 16
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7
Kuesioner data personal responden Kuesioner kondisi pekerjaan, kesehatan, dan keselamatan kerja serta kepuasan kerja
Indeks kumulatif gejala kelelahan (CFSI) (Kosugo and Fujii 1987) Rekapitulasi data personal responden Rekapitulasi kepuasan kerja Rekapitulasi kondisi K3 Rekapitulasi kesehatan kerja
21 22 24 27 29 30 35
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pekerjaan di bidang kehutanan khususnya pemanenan hutan merupakan pekerjaan yang tergolong berbahaya. Menurut Yovi (2007) pekerjaan di bidang kehutanan memiliki berbagai kendala seperti lingkungan kerja yang sulit, pekerjaan fisik yang berat (yang sering melebihi batas kapasitas pekerja hutan), dan risiko kecelakaan kerja yang tinggi. ILO (1998) menyatakan bahwa sektor kehutanan terus berlanjut menjadi salah satu sektor industri yang paling berbahaya di sebagian besar negara. ILO (1998) juga menyatakan bahwa di seluruh dunia, sering ada kecenderungan untuk menganggap remeh peningkatan angka kecelakaan dan terjadinya penyakit akibat kerja serta terjadinya pensiun dini pada pekerja kehutanan padahal pekerja kehutanan merupakan salah satu input yang paling penting agar proses produksi dapat terus berjalan. Oleh karena itu, aspek perlindungan pada keselamatan dan kesehatan kerja pekerja kehutanan adalah hal yang penting dan mendasar untuk dilakukan oleh pemerintah, organisasi pekerja, dan perusahaan kehutanan. Fakta-fakta menunjukkan bahwa kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang baik di sektor kehutanan merupakan sesuatu hal yang mungkin terwujud (ILO 1998). Salah satu contoh fakta adalah adanya sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) yang penerapannya diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012. Hal tersebut merupakan bukti keseriusan pemerintah dalam rangka meningkatkan mutu sistem manajemen K3. Evaluasi sistem manajemen K3 di tingkat perusahaan perlu dilakukan untuk mendukung terwujudnya K3 yang lebih baik di sektor kehutanan. Selain itu, hal tersebut merupakan prasyarat manajemen yang kuat dan pemanfaatan sumber daya alam yang berwawasan lingkungan. Evaluasi mengenai sistem manajemen K3 di tingkat perusahaan dapat dilakukan dengan menganalisis kondisi K3, kepuasan kerja, dan indeks kumulatif gejala kelelahan dari pekerjanya. Penelitian ini dimaksudkan menjelaskan kondisi K3, kepuasan kerja, dan indeks kumulatif gejala kelelahan para pekerja pemanenan hutan di PT. Wirakarya Sakti (PT. WKS), Jambi sebagai pemegang izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu hutan tanaman (IUPHHK-HT).
Perumusan Masalah
Pekerjaan di sektor kehutanan khususnya di bagian pemanenan hutan memiliki risiko kecelakaan dan sakit akibat kerja yang tinggi. Salah satu upaya untuk mengendalikan risiko tersebut adalah dengan dibuatnya sistem manajemen K3. Sistem manajemen K3 ini perlu dikembangkan agar dapat menciptakan
2 tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk mendorong produktivitas. Oleh karena itu, beberapa aspek yang dapat dijadikan dasar pengembangan sistem manajemen K3 perlu dianalisis. Aspek tersebut adalah: 1. Kondisi K3 2. Kepuasan kerja 3. Akumulasi kelelahan kerja 4. Evaluasi hasil kondisi K3, kepuasan kerja, dan gejala kelelahan kumulatif.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi kondisi K3 2. Mengetahui tingkat kepuasan kerja para pekerja pemanenan hutan dan faktor yang berpotensi menjadi pembeda tingkat kepuasan kerja 3. Mengukur indeks kumulatif gejala kelelahan para pekerja pemanenan hutan Merumuskan strategi pengembangan sistem manajemen K3.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Hasil penelitian dapat dijadikan bahan informasi oleh perusahaan sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam upaya pengembangan sistem manajemen K3 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi alternatif dalam upaya menciptakan tempat kerja yang nyaman, aman, dan efisien untuk mendorong produktivitas melalui sistem manajemen K3.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah kegiatan pemanenan hasil hutan. Pekerja yang dikaji adalah pekerja setingkat supervisor dan pekerja di lokasi penebangan.
3
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di areal kerja PT. Wirakarya Sakti, Jambi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai April 2015.
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: alat tulis, kamera, kuesioner, serta laptop yang dilengkapi software Microsoft office 2010 dan software SPSS versi 16.0.
Pemilihan dan Jumlah Responden
Pemilihan responden dilakukan dengan cara purposive sampling. Jumlah responden yang dipilih sebanyak 30 orang dengan pertimbangan jenis pekerjaan termasuk ke dalam proses pemanenan hutan.
Jenis Data yang Dikumpulkan
Data Primer Data primer yang digunakan adalah data hasil wawancara dan hasil observasi atau pengamatan secara langsung di lokasi. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara semi terstruktur dengan menggunakan kuesioner. Data primer yang dikumpulkan adalah data personal, kondisi K3, dan gejala kelelahan kumulatif. Data Sekunder Data sekunder yang dikumpulkan adalah data yang tersedia pada instansiinstansi terkait, mengutip buku serta data-data lain yang berhubungan dengan penelitian ini untuk menambah kelengkapan data. Data sekunder ini meliputi kebijakan K3, program K3, dan kondisi K3 perusahaan.
4 Pengolahan dan Analisis Data
Kondisi K3 Kondisi K3 dianalisis melalui hasil wawancara pada kuesioner yang disediakan. Hasil tersebut direkapitulasi ke dalam tabel kemudian dibandingkan dengan data sekunder yang diperoleh sehingga didapatkan gambaran mengenai kondisi K3 di perusahaan tersebut. Kepuasan Kerja Kepuasan kerja dianalisis melalui kuesioner yang menanyakan kepuasan dari para pekerja. Kuesioner ini berisikan pernyataan “ya/tidak” dan alasan ketidakpuasan apabila jawabannya “tidak”. Pernyataan tersebut akan dijadikan dasar dalam mengidentifikasi kepuasan kerja. Faktor-faktor yang diduga berpotensi mempengaruhi kepuasan kerja dianalisis menggunakan pengujian hipotesis komparatif Mann-Whitney. Uji Mann-Whitney merupakan sebuah uji statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel independen bila data berbentuk ordinal (Sugiyono 2010). Peubah yang diduga menjadi pembeda kepuasan kerja adalah usia, lama kerja, tingkat pendidikan, dan jenis kontrak kerja. Hipotesis yang dibangun adalah: H0 : Peubah bebas pada masing-masing kelompok tidak mempunyai perbedaan yang signifikan terhadap kepuasan kerja. H1 : Peubah bebas pada masing-masing kelompok mempunyai perbedaan yang signifikan terhadap kepuasan kerja. Tingkat kepercayaan (α) yang digunakan dalam pengambilan keputusan sebesar 95% (0,05). H0 diterima apabila p-value ≥ α dan H0 ditolak apabila p-value < α. Gejala Kelelahan Kumulatif Gejala kelelahan kumulatif dianalisis menggunakan Cumulative Fatigue Symptom Index (CFSI) (Kasugo et al. 1992 dalam Yoshimura & Acar 2004). CFSI menggunakan 75 pertanyaan berupa keluhan yang ditanyakan kepada responden. Kemudian responden diarahkan untuk menjawab pertanyaan „ya/tidak‟. Hasil CFSI dikalkulasikan menggunakan formula berikut: r = y/T
[1]
keterangan: r = Nilai hasil setiap pertanyaan. T = Jumlah responden. y = Jumlah total dari jawaban „ya‟ dari setiap pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dikelompokan ke dalam delapan karakter. Nilai keluhan untuk setiap karakter dikalkulasikan menggunakan formulasi :
5
R = Y/kT
[2]
keterangan: R = Nilai hasil untuk setiap kelompok. T = Jumlah responden. Y = Jumlah total dari jawaban „ya‟ dari setiap kelompok pertanyaan. k = Jumlah pertanyaan-pertanyaan di setiap kelompok.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi K3
Kondisi responden Berikut adalah data dari 30 responden terpilih. Jenis kelamin dari semua responden adalah laki-laki.
Karakteristik Status Perkawinan Usia Pendidikan terakhir
Lama bekerja Jenis pekerjaan
Jenis kontrak kerja
Tabel 1 Data personal responden Kategori Jumlah Kawin 17 Belum kawin 13 < 30 16 ≥ 30 14 SD 3 SMP 6 SMA 13 Universitas 8 < 10 21 ≥ 10 9 Operator alat berat 3 Driver logging truck 3 Operator chainsaw 4 Supervisor 7 Pengawas 10 Tenaga teknis 3 Tetap 19 Musiman 11
Persentase (%) 56.7 43.3 53.3 46.7 10.0 20.0 43.3 26.7 70.0 30.0 10.0 10.0 13.3 23.3 33.3 10.0 63.3 36.7
Tabel 1 memperlihatkan bahwa lebih dari setengah responden sudah menikah. Tingkat pendidikan para responden bermacam-macam. Hampir setengah
6 dari para responden merupakan lulusan SMA dan lebih dari seperempatnya merupakan lulusan universitas/diploma. Sisanya merupakan lulusan SMP dan SD. PT WKS secara umum memiliki pekerja yang merupakan karyawan dan yang bukan karyawan. Biasanya, pekerja yang bukan karyawan adalah buruh atau karyawan dari perusahaan lain yang bermitra. Pekerja yang bukan karyawan adalah pekerja tidak tetap (musiman). Pekerja musiman rata-rata adalah mereka yang bekerja di lokasi penebangan seperti operator chainsaw, driver logging truck, dan operator alat berat. Karyawan PT. WKS yang bekerja di bidang pemanenan hutan adalah pengawas dan supervisor dari bagian PNP (plantation and production).
Kecelakaan Kerja Kecelakaan adalah sebuah kejadian tak terduga yang menyebabkan cedera atau kerusakan (Ridley 2009). Lebih lanjut, Ridley (2009) menuturkan bahwa kecelakaan bukan terjadi, tapi disebabkan oleh kelemahan di sisi majikan, pekerja, atau keduanya. Oleh karena itu, sebuah sistem manajemen K3 sangat diperlukan guna meminimalisir terjadinya kecelakaan. khususnya kecelakaan kerja, yaitu kecelakaan yang terjadi berhubung dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul akibat hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja, dan pulang ke rumah dari tempat kerja (Depnaker 1998).
Tabel 2 Jenis kecelakaan kerja, near miss accident, dan hari kerja hilang (pilihan berganda) Jenis kecelakaan Kecelakaan ringan Terkena parang Terkena jatuhan batu Mobil terbalik Excavator tertimpa kayu Jatuh dari sepeda motor
Jumlah
Hari kerja hilang
4 1 1 1 1 4
0 0 0 0 14 0
n = 30
Tabel 2 memperlihatkan 40% responden pernah mengalami kecelakaan dan hampir celaka. Kecelakaan ringan dan jatuh dari sepeda motor adalah kecelakaan yang sering terjadi. Maksud kecelakaan ringan di sini adalah kecelakaan yang menimbulkan luka ringan. Luka ringan disebutkan dalam Surat Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia NO. KEP. 84/BW/1998 tentang Cara Pengisian Formulir Laporan dan Analisis Statistik Kecelakaan, yaitu luka yang memerlukan perawatan medis sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan tidak lebih dari satu hari. Data dari klinik perusahaan memperlihatkan kecenderungan yang sama. Data tersebut menunjukkan bahwa
7
Frequency rate of accident
banyak karyawan yang mengalami vulnus (luka) baik karena terjatuh, tergores ranting atau terkena parang. Tabel 2 juga memperlihatkan ada responden yang pernah mengalami luka berat yang mengakibatkan hari kerja hilang sebanyak 14 hari. Berdasarkan pengakuan responden kecelakaan terjadi sebelum bekerja di PT. WKS. Walau demikian, perusahaan harus tetap waspada karena hal tersebut menunjukkan bahwa sektor kehutanan mempunyai potensi bahaya yang tinggi. Menurut Juwita (2002) pemanenan hutan merupakan salah satu kegiatan dalam bidang kehutanan yang memiliki risiko kecelakaan tinggi karena berkaitan dengan alat-alat berat serta lingkungan alam yang sulit diramalkan Kondisi kecelakaan kerja di suatu perusahaan dapat dilihat dari frequency rate of accident (FRA) dan severity rate of accident (SRA). Juwita (2002) menyebutkan bahwa FRA menggambarkan frekuensi kasus kecelakaan yang mengakibatkan meninggal dunia, cacat permanen total, cacat permanen sebagian, dan tidak mampu bekerja sementara dibandingkan dengan jam kerja total. SRA diartikan sebagai jumlah hari kerja hilang yang menunjukkan tingkat keparahan kecelakaan. Gambar 1 dan Gambar 2 memperlihatkan FRA dan SRA PT. WKS tahun 2013 dan 2014.
20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
2013
2014
Gambar 1 FRA PT. WKS tahun 2013 dan 2014
Severity rate of accident
8 0.14 0.12 0.1 0.08 0.06 0.04 0.02 0
2013
2014
Gambar 2 SRA PT. WKS tahun 2013 dan 2014 Gambar 1 dan Gambar 2 memperlihatkan adanya fluktuasi kecelekaan kerja. Hal tersebut menunjukkan bahwa kecelakaan kerja adalah sesuatu yang sulit diprediksi. Frekuensi kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada Februari 2014 dan yang terparah terjadi pada November 2014
Kesehatan Kerja Kesehatan kerja berhubungan erat dengan sakit akibat kerja. Ridley (2009) menyatakan bahwa kesehatan merupakan unsur penting agar hidup berkualitas dapat dinikmati, baik di rumah maupun dalam pekerjaan. Data mengenai kondisi kesehatan kerja PT. WKS dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Kesehatan pekerja pekerja pemanenan hutan PT. WKS Karakteristik
Kategori
Merokok
Ya Tidak Nyeri punggung bawah Kaku pada leher atau pundak Sakit bagian tumit Sakit pinggang
Gangguan fisik
n = 30
Jumlah
Persentase (%)
24 6 11
80.0 20.0 36.7
11
36.7
1 19
3.3 63.3
9
Menurut data yang diperoleh dari klinik perusahaan, para pekerja dan juga anggota keluarganya yang tinggal di basecamp perusahaan banyak yang mengalami infeksi saluran pernafasan akut (ISPA). Hal ini terjadi karena banyak pekerja merupakan perokok. Tabel 3 menunjukkan bahwa pekerja yang bukan perokok jumlahnya hanya 20%. Selain itu, kondisi jalan yang berdebu juga menjadi faktor lain yang menyebabkan ISPA. Faktor lingkungan, individu, dan perilaku merupakan penyebab umum terjadinya ISPA. Tabel 3 juga memperlihatkan lebih dari setengah responden mengalami sakit pinggang, 36.7% mengalami nyeri punggung bawah, dan 36.7% mengalami kaku pada leher atau pundak. Hal yang harus diperhatikan adalah operator chainsaw tiga keluhan tersebut sekaligus. Yovi dan Prajawati (2015) menyatakan bahwa kegiatan penebangan, pembagian batang, dan penyaradan dalam sistem penebangan manual mengalami risiko terkena musculosceletal disorders (MSDs). MSDs adalah sejenis gangguan pada otot rangka termasuk punggung bawah. Hal ini terjadi karena operator chainsaw melakukan pekerjaan atau gerakan yang sama secara berulang-ulang dan beban kerja yang sangat berat. Selain operator chainsaw, pengawas dan operator alat berat termasuk ke dalam kelompok pekerja yang mengeluhkan nyeri punggung bawah atau kaku pada leher. Hal ini dikarenakan kelompok kerja ini harus duduk dalam waktu yang lama dalam kendaraan atau alat berat. Selain itu ada responden yang mengalami sakit di bagian tumit. Hal ini disebabkan karena pekerja tersebut tidak menggunakan sepatu keselamatan ketika bekerja sehingga kakinya tidak terlindungi.
Kepuasan Kerja
Menurut Tangkilisan (2005) dalam Soegandhi et al. (2013) kepuasan kerja adalah tingkat rasa puas individu bahwa mereka mendapat imbalan yang setimpal dari bermacam-macam aspek situasi pekerjaan dari organisasi tempat mereka bekerja. Tingkat kepuasan kerja di PT WKS diperlihatkan dalam Tabel 4.
Tabel 4 Kepuasan kerja pekerja pemanenan hutan (pilihan berganda) Kepuasan kerja
Jumlah persentase (%)
Puas
16 53.3
Tidak puas Gaji 11 36.7
Pekerjaan berat 3 10
n=30
Tabel 4 memperlihatkan bahwa lebih dari setengah responden puas dengan pekerjaannya. Berhubungan dengan adanya ketidakpuasan, 36.7% responden tidak puas terhadap pekerjaannya dikarenakan oleh gaji. Sementara itu, sebanyak 10% responden tidak puas karena merasa pekerjaannya berat. Hal ini sesuai dengan hasil yang diungkapkan Yoshimura dan Acar (2004) bahwasanya gaji dan
10 beratnya pekerjaan adalah alasan ketidakpuasan yang mendominasi pekerja kehutanan. Berhubungan dengan adanya perbedaan dalam hal kepuasan kerja, maka uji Mann-Whitney dilakukan untuk mengetahui signifikansi dari peubah-peubah yang diduga memengaruhi kepuasan kerja. Tabel 5 menunjukkan hasil uji MannWhitney pada masing-masing peubah.
Tabel 5 Hasil uji Mann-Whitney Usia Mann-Whitney U
Lama kerja Kontrak kerja
Pendidikan
84.000
82.500
69.000
60.000
220.000
218.500
174.000
165.000
-1.166
-1.235
-2.140
-2.289
Asymp. Sig. (2-tailed)
.244
.217
.032*
.022*
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
.257a
.224a
.077a
.031a
Wilcoxon W Z
*)Tolak H0 dengan tingkat kepercayaan 95% (0.05%)
Usia Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney, nilai sig. atau p-value yang diperoleh untuk usia adalah 0.244. Jadi, p-value ≥ α (0.244>0.05) sehingga H0 diterima. Kesimpulannya adalah usia bukan merupakan faktor pembeda yang signifikan terhadap kepuasan kerja.
Lama Kerja Hasil uji Mann-Whitney untuk peubah lama kerja menunjukkan bahwa lama kerja bukan merupakan faktor pembeda yang signifikan terhadap kepuasan kerja. Hal ini ditunjukan dengan p-value yang diperoleh lebih besar dari α (0.217 > 0.05)
Jenis Kontrak Kerja Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney, nilai sig. atau p-value yang diperoleh untuk variabel jenis kontrak kerja adalah 0.032. Dengan demikian, H0 ditolak. Artinya jenis kontrak kerja merupakan faktor yang signifikan terhadap kepuasan kerja. Dengan perbandingan langsung dapat diketahui bahwa pekerja tetap cenderung puas terhadap pekerjaannya. Jenis kontrak kerja akan berpengaruh terhadap gaji yang diterima. Pekerja tetap mendapatkan gaji pokok yang tetap dan pasti setiap bulannya sedangkan pekerja musiman mendapatkan gaji sesuai dengan target yang dicapai.
11
Tingkat Pendidikan Hasil uji Mann-Whitney untuk peubah tingkat pendidikan menunjukkan bahwa peubah tersebut merupakan faktor pembeda yang signifikan terhadap kepuasan kerja. Hal ini ditunjukkan dengan p-value yang diperoleh lebih kecil dari α (0.022 > 0.05). Dengan menggunakan perbandingan langsung dapat dilihat bahwa pekerja dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung lebih puas terhadap pekerjaannya. Pekerja dengan pendidikan yang lebih tinggi, tentunya akan mengantarkan pekerja tersebut pada tingkatan pekerjaan yang lebih tinggi pula. Berkaitan dengan kepuasan kerja, Yoshimura dan Acar (2004) mengungkapkan bahwa pendidikan termasuk ke dalam faktor yang sangat potensial mempengaruhi kepuasan kerja.
Gejala Kelelahan Kumulatif
Kelelahan merupakan gejala awal yang timbul pada suatu keadaan yang tidak seimbang. Kelelahan juga merupakan gambaran gejala awal yang dapat menimbulkan masalah K3 (Enrico 2002). Kosugo dan Fuji (2002) dalam Yoshimura dan Acar (2004) lebih lanjut mengelompokan kelelahan ke dalam tiga aspek, yaitu aspek fisik, aspek mental, dan aspek sosial. Aspek fisik memuat karakteristik gejala kelelahan berupa kelelahan umum, kelelahan kronis, dan gangguan fisik. Aspek mental memuat karakteristik dalam bentuk perasaan depresi, perasaan gelisah, dan penurunan kekuatan. Aspek sosial memuat karakteristik gejala kelelahan berupa perasaan mudah marah dan keengganan bekerja. CFSI memuat 75 pertanyaan yang dibuat berkaitan dengan analisis kelelahan kerja. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dikelompokan berdasarkan karakteristiknya. Berikut adalah pengelompokan karakteristik CFSI menurut Kosugo et al. (1992) dalam Yoshimura dan Acar (2004).
Tabel 6 Pengelompokan karakteristik CFSI Kelompok NF 1 NF2-1 NF2-2 NF3
Karakteristik Penurunan kekuatan Kelelahan umum Gangguan fisik Mudah tersinggung
Kelompok NF4 NF5-1 NF5-2 NF6
Karakteristik Keengganan bekerja Perasaan cemas Perasaan depresi Kelelahan kronis
Sumber: Kosugo et al. (1992)
Berdasarkan hasil kuesioner, pekerja pemanenan hutan di PT. WKS banyak mengalami gejala kelelahan pada aspek fisik. Berikut adalah gambar yang memperlihatkan perbandingan hasil akumulasi gejala kelelahan pada setiap karakter.
12
NF 5-2
NF 5-1
30 25 20 15 10 5 0
NF 3
NF 1
NF 2-1
NF 2-2
NF 6 NF 4
Keterangan: NF2-1, NF22, NF6 adalah kelelahan fisik. NF1, NF5-1, NF5-2 adalah kelelahan mental NF3, NF4 adalah kelelahan sosial Pekrja pemanenan hutan
Gambar 3 Sebaran karakteristik dari indeks komulatif gejala kelelahan pekerja pemanenan utan di PT. WKS
Gambar 3 memperlihatkan bahwa NF2-1, NF2-2, dan NF6 memiliki nilai CFSI yang melebihi 25%. Hal ini mengindikasikan bahwa pekerjaan di bidang pemanenan hutan menyebabkan kelelahan fisik yang sangat tinggi. Sejalan dengan yang diutarakan Yovi (2007) bahwasanya pekerjaan kehutanan merupakan pekerjaan fisik yang berat yang sering melebihi batas kapasitas pekerja hutan, sehingga berdampak kelelahan pada tubuh pekerja. Keluhan yang banyak terjadi pada aspek fisik adalah keluhan berupa pegal-pegal pada pundak, sering merasa pusing (dizzy), terkadang merasa sekujur badan tidak bertenaga, sakit pinggang, kepala terasa berat, kadang-kadang merasa sakit dan mual, sering merasa letih ketika bangun di pagi hari, dan akhir-akhir ini merasa lelah di sekujur tubuh. Gambar 3 juga memperlihatkan aspek kelelahan mental yang cukup tinggi, khususnya pada NF5-1. Hal ini mengindikasikan adanya perasaan cemas. Keluhan yang banyak terjadi adalah keinginan untuk menceritakan suatu permasalahan. Hal ini harus tetap menjadi perhatian. Menurut Ghani (1980) dalam Enrico (2002) sebenarnya pekerja yang mengalami kelelahan mental masih bisa bekerja efektif dan sebaliknya, hasil pekerjaannya dibawah pekerjaan normal. Sementara itu, aspek kelelahan sosial relatif lebih rendah. Hal ini mengindikasikan bahwasanya lingkungan kerja di PT. WKS relatif baik. Gejala Kelelahan Berdasarkan Usia Berikut adalah gambar yang menunjukkan perbandingan hasil CFSI berdasarkan usia.
13 (%) NF 3 40 NF 5-2
30
NF 2-1
Keterangan: NF2-1, NF22, NF6 adalah kelelahan fisik.
20 10 NF 5-1
0
NF1, NF5-1, NF5-2 adalah kelelahan NF 2-2 mental NF3, NF4 adalah kelelahan sosial
NF 1
NF 6 NF 4
<30 ≥30
Gambar 4 Perbandingan hasil CFSI antara kelompok pekerja berusia < 30 tahun dengan pekerja berusia ≥ 30 tahun
Gambar 4 menunjukkan bahwa secera umum, kedua kelompok usia mengalami gejala kelelahan aspek fisik yang lebih tinggi dibandingkan dengan aspek lainnya. Gambar ini juga memperlihatkan bahwa pekerja dengan usia ≥30 tahun cenderung memiliki gejala kelelahan fisik yang lebih tinggi daripada pekerja dengan usia <30 tahun. Hal ini sejalan dengan Enrico (2002) yang menyatakan bahwa pekerja dengan usia tua memiliki persentase keluhan yang lebih banyak daripada pekerja usia muda. Menurut Suma‟mur (1977) umumnya beberapa aspek fisik menurun pada usia 30 tahun. Hal ini dapat dilihat dari mayoritas keluhan yang dialami adalah keluhan aspek fisik. Sedangkan keluhan pada aspek mental justru pekerja dengan usia <30 tahun memiliki tingkat keluhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pekerja berusia ≥30 tahun. Hal ini disebabkan oleh adanya ekspektasi tinggi terhadap pekerjaan pada pekerja berusia muda sehingga ketika terjadi kesenjangan antara ekspektasi dan harapan akan menyebabkan meningkatnya indeks kumulatif gejala kelelahan.
Gejala Kelelahan Berdasarkan Lama Kerja Hasil perhitungan CFSI berdasarkan lama kerja memberikan hasil seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5.
14 (%) NF 3 40 NF 5-2
30
NF 2-1
Keterangan: NF2-1, NF22, NF6 adalah kelelahan fisik.
20 NF1, NF5-1, NF5-2 adalah kelelahan NF 2-2 mental
10 NF 5-1
0
NF3, NF4 adalah kelelahan sosial NF 1
NF 6 <10 NF 4
≥10
Gambar 5 Perbandingan hasil CFSI antara kelompok pekerja lama (≥10 tahun) dan kelompok pekerja baru (<10 tahun)
Gambar 5 menunjukkan bahwa secara umum pekerja lama memiiki persentase keluhan lebih tinggi dibandingkan dengan pekerja baru. Hal ini sejalan dengan Enrico (2002) yang menyatakan bahwa pekerja lama mengalami penurunan keinginan bekerja lebih besar daripada pekerja baru. Kelelahan pada pekerja lama ini diakibatkan kejenuhan terhadap pekerjaan sehingga beban kerja meningkat. Gejala Kelelahan Berdasarkan Jenis Pekerjaan Gambar 6 menunjukkan bahwa baik pada aspek kelelahan fisik, kelelahan mental, maupun kelelahan sosial, operator chainsaw, operator alat berat, dan driver logging truck merupakan jenis pekerjaan dengan tingkat keluhan terbanyak. Kelompok pekerjaan ini adalah kelompok pekerjaan yang terdiri dari pekerja yang langsung bekerja di lokasi pemanenan. Hasil ini mengidentifikasikan bahwa kelompok perkerjaan yang berada di lokasi tapak merupakan kelompok pekerjaan dengan beban kerja yang sangat berat. Faktor yang menyebabkan adalah pekerjaan berat yang membutuhkan metabolisme tinggi. Aktifitas fisiologi inilah yang pada akhirnya menyebabkan penimbunan asam laktat pada otot sehingga menyebabkan pegal dan rasa lelah. Menurut Campbell at al. (2008) ketika dalam pekerjaan berat, sel otot manusia akan melakukan fermentasi asam laktat untuk memperoleh energi. Asam laktat yang menumpuk dan peningkatan kadar ion kalium pada otot akan menyebabkan rasa lelah. Kelelahan pada aspek mental dapat diakibatkan oleh kelelahan fisik. Kelelahan fisik yang tinggi dapat mengakibatkan perasaan-perasaan seperti keengganan bekerja, cemas, dan depresi. Hal yang sama juga berlaku pada aspek kelelahan sosial. Sementara itu, kelompok pekerjaan seperti teknisi, pengawas, dan supervisor merupakan kelompok pekerjaan dengan tingkat keluhan yang
15 relatif lebih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa pekerjaan ini memiliki beban kerja yang relatif lebih rendah.
70
Keterangan: NF2-1, NF22, NF6 adalah kelelahan fisik.
Hasil kalkulasi CFSI (%)
60
NF1, NF5-1, NF5-2 adalah kelelahan mental
50
NF3, NF4 adalah kelelahan sosial
40
30
Chainsawmen Driver Logging truck Operator alat berat
20
Pengawas SPV
10
Teknisi 0 NF 1 NF 3 NF 2-1NF 2-2 NF 6 NF 4 NF 5-1NF 5-2
Karakteristik kelelahan Gambar 6 Perbandingan hasil CFSI berdasarkan jenis pekerjaan Gejala Kelelahan Berdasarkan Jenis Kontrak Kerja Gambar 7 memperlihatkan bahwa secara umum, kelelahan pada aspek fisik merupakan aspek kelelahan yang banyak dialami. Pekerja musiman merupakan kelompok pekerja yang memiliki keluhan gejala kelelahan lebih banyak pada semua aspek kelelahan. Hal ini terjadi karena pekerja musiman adalah mereka yang bekerja langsung di lokasi penebangan. Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa kelompok pekerja yang bekerja langsung dilokasi penebangan memiliki keluhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok pekerja lainnya.
16
NF 5-2
NF 5-1
NF 3 50 40 30 20 10 0
NF 2-1
NF 2-2
Keterangan: NF2-1, NF22, NF6 adalah kelelahan fisik. NF1, NF5-1, NF5-2 adalah kelelahan mental NF3, NF4 adalah kelelahan sosial
NF 1
NF 6 Tetap NF 4
Musiman
Gambar 7 Hasil CFSI berdasarkan jenis kontrak kerja
Strategi Pengembangan Sistem Manajemen K3
Saran perbaikan untuk perusahaan diberikan oleh pekerja melalui kuesioner ini. Berdasarkan pada Tabel 7, perbaikan gaji atau pendapatan merupakan hal yang paling banyak disarankan oleh responden. Hal ini berbanding lurus dengan alasan ketidakpuasan kerja yang kebanyakan disebabkan gaji. Kelompok pekerja yang meminta perbaikan gaji ini didominasi oleh pengawas dan operator chainsaw. Lima orang dari 10 pengawas yang menjadi narasumber mengajukan perbaikan pendapatan dan semua operator chainsaw yang menjadi responden mengajukannya.. Dari Tabel juga dapat diketahui bahwa 5 orang atau 17% responden mengajukan perbaikan lingkungan kerja. Rata-rata yang mengajukan perbaikan ini adalah operator alat berat. Lingkungan kerja yang dimaksud termasuk jalan. Hanya saja, ada 7% responden yang secara spesifik mengajukan perbaikan jalan. Hal lain yang dapat dilakukan perusahaan adalah dengan penambahan alat keselamatan kerja bagi karyawan. Selain itu, saran yang lain adalah peningkatan kontrol terhadap penggunaan alat pelindung diri. APD merupakan alat yang sangat efektif untuk mengurangi risiko kecelakaan yang berakibat fatal. Oleh karena itu, APD merupakan poin yang sangat penting dalam pengendalian risiko. Dari hasil observasi di lapangan, penggunaan APD masih terlihat minim. Tabel 8 memperlihatkan penggunaan APD pekerja. Tabel 8 juga memperlihatkan bahwa hampir seluruh responden sudah memaikai helm. Begitu juga dengan sepatu keselamatan. Walaupun demikian, perlu diperhatikan ternyata ada responden yang tidak menggunakan sepatu safety.
17 Responden tersebut diantaranya adalah operator chainsaw dan operator alat berat. Padahal, keduanya memiliki risiko kecelakaan tinggi.
Tabel 7 Saran perbaikan (pilihan berganda) Indikator Jumlah Gaji 14 Lingkungan kerja 5 Failitas keselamatan ditambah 2 Asuransi 2 Perbaikan jalan 2
Persentase (%) 47 17 7 7 7
n=30
Tabel 8 Penggunaan APD (pilihan berganda) APD Jumlah Helm 27 Sarung tangan 13 Sepatu keselamatan 25 Pelindung mata 10 Pelindung telinga 7 Masker 16 Jaket 4
Persentase (%) 90 43 83 33 23 53 13
n=30
APD harus diperhatikan dengan serius oleh perusahaan. Sebenarnya, dari data yang diperoleh, PT. WKS selalu melakukan pengadaan alat safety dan obatobatan setiap bulan. Khusus untuk sepatu safety dan helm, biasanya diberikan satu tahun sekali. Selain itu, WKS juga selalu mengadakan inspeksi K3 ke setiap bidang untuk mengecek kelengkapannya. Hanya saja, hal yang sangat penting yang harus diperhatikan adalah tidak ada responden yang menggunakan APD lengkap. Hal ini dikarenakan tidak ada yang menggunakan jaket keselamatan dan celana keselamatan. Padahal keduanya merupakan APD yang sangat penting untuk melindungi tangan dan kaki. Dari hasil penelusuran, banyak faktor yang menyebabkan ada pekerja yang tidak menggunakan APD. Faktor tersebut di antaranya adalah ketidaknyamanan. Responden mengaku tidak menggunakan APD karena tidak nyaman, sering merasa gerah, dan merasa kaku saat bekerja. Oleh karena itu, disarankan agar PT. WKS lebih menggencarkan edukasi K3 baik pada karyawan ataupun mitra baik dari masyarakat maupun kontraktor. Di PT. WKS pencatatan statistik kecelakaan kerja sedah lengkap. Hanya saja, pencatatan hanya dilakukan terhadap karyawan perusahaan saja, sedangkan untuk kontraktor pencatatannya menjadi tanggung jawab mitra. Akan tetapi, akan lebih baik jika semua yang bekerja di lingkungan kerja PT. WKS dilakukan pencatatan jika terjadi kecelakaan kerja. Hal ini dibuat untuk informasi dalam menentukan hal-hal yang terkait manajemen K3. Selain itu, hal ini juga dapat
18 dijadikan standard dalam bermitra, karena seringkali kontrol terhadap kebijakan K3 mitra sulit dilaksanakan Gandaseca dan Yoshimura (2001) menyatakan bahwa seringkali pekerja di sektor kehutanan memiliki kondisi kehidupan yang lebih rendah dan kumuh jika dibandingkan dengan daerah perkotaan. Akan tetapi di PT. WKS kondisi lingkungan dapat dikatakan baik. Berdasarkan hasil observasi, tempat tinggal berupa base camp sudah memberikan fasilitas berupa air, sumber arus listrik, dan fasilitas penunjang lainnya. Hal ini juga terlihat dari tidak adanya permintaan perbaikan untuk tempat tinggal. Hanya saja tempat tinggal operator chainsaw perlu diperhatikan. Mereka masih tinggal di tenda. Walaupun tidak ada permohonan, tetapi jika diperhatikan kondisi tempat tinggal mereka tidaklah layak. Apalagi ketika kondisi cuaca sedang dalam keadaan musim hujan dan angin. Risiko terganggunya kesehatan akan sangat tinggi. Oleh karena itu, disarankan agar adanya perbaikan terhadap kondisi tempat tinggal mereka dan edukasi mengenai pentingnya lingkungan kerja. Terkait dengan tingginya hasil CFSI, maka perlu ditingkatkan pula pelayanan kesehatan kerja. Standardisasi klinik di setiap wilayah perusahaan harus menjadi perhatian khusus. Pengembangan pengetahuan karyawan tentang K3 melalui program-program K3 yang sudah ada perlu ditingkatkan agar kondisi K3 di perusahaan menjadi jauh lebih baik.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Kecelakaan, khususnya kecelakaan ringan dan jatuh dari sepeda motor merupakan suatu hal yang sering terjadi pada pekerja pemanenan hutan di PT WKS. Mereka juga sering mengalami sakit pinggang, nyeri punggung bawah, dan kaku pada leher atau pundak. Lebih dari setengah responden puas terhadap pekerjaannya dan sisanya menyatakan tidak puas disebabkan oleh gaji dan pekerjaan yang berat. Faktor yang menjadi pembeda terhadap kepuasan kerja adalah kelompok tingkat pendidikan (SD, SMP, SMA, dan universitas) dan jenis kontrak kerja. Responden memiliki indeks kumulatif gejala kelelahan yang tinggi terutama pada aspek kelelahan fisik. Operator chainsaw, driver logging truck, dan operator alat berat merupakan kelompok pekerja dengan indeks kumulatif gejala kelelahan yang tertinggi. Responden dengan karakteristik usia ≥30 tahun memiliki indeks kumulatif gejala kelelahan yang lebih tinggi daripada responden dengan usia <30 tahun. Responden dengan karakteristik sudah bekerja >10 tahun memiliki indeks kumulatif gejala kelelahan yang lebih tinggi daripada responden yang baru bekerja <10 tahun. Pekerja dengan kontrak kerja musiman memiliki indeks kumulatif gejala kelelahan yang lebih tinggi daripada pekerja tetap. Perbaikan yang paling utama harus dipenuhi adalah gaji. Selanjutnya adalah data statistik
19 kecelakaan kerja yang meng-cover seluruh pekerja termasuk kontraktor. Perlu adanya perhatian khusus untuk tempat tinggal operator chainsaw. Pengembangan pengetahuan karyawan tentang K3 melalui program-program K3 yang sudah ada perlu ditingkatkan agar kondisi K3 di perusahaan menjadi jauh lebih baik.
Saran
1. Perlu adanya penelitian serupa untuk seluruh aspek pengelolaan hutan di IUPHHK-HT. 2. Melakukan penelitian lebih lanjut mengenai cara peningkatan kepuasan kerja. 3. Melakukan kontrol yang lebih ketat dalam pelaksanaan kebijakan dan program K3 khususnya pada mitra kerja.
DAFTAR PUSTAKA Campbell NA, Reece JB, Urry LA, Cain ML, Wasserman SA, Minorsky PV, Jackson RB. 2008. Biologi. Wulandari DT, penerjemah; Hardani W, editor. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga. Terjemahan dari: Biology. Ed ke-8. [Depnaker] Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia. 1998. Surat Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia NO. KEP. 84/BW/1998 tentang Cara Pengisian Formulir Laporan dan Analisis Statistik Kecelakaan. Jakarta (ID) : Depnaker Republik Indonesia. [Depnaker] Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia. 1998. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: PER.04/MEN/1998 tentang Pengangkatan, Pemberhentian, dan Tata Kerja Dokter Penasehat. Jakarta (ID): Depnaker Republik Indonesia. Enrico E. 2002. Analisis kelelahan pekerja pemanenan hutan dengan menggunakan metode indeks kumulatif gejala kelelahan di PT. Musi Hutan Persada Propinsi Sumatera Selatan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Gandaseca S, Yoshimura T. 2001. Occupational safety, health, and living condition of forestry workers in Indonesia. Journal Forest Resource [internet]. [diunduh 2015 JUL 1]; 6:281–286. tersedia pada : http/link.springer.com/articel/10.1007/bf02762469. Ghani DS. 1980. Ergonomi Beberapa Dasar dan Azas. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [ILO] International Labour Office. 1998. Kode Praktis ILO Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Kehutanan. Yandri Z, Ernawati AW, penerjemah; Elias, editor Geneva (CH): ILO. Terjemahan dari: Safety and Health in Forestry Work.
20 Juwita DR. 2002. Analisis K3 (keselamatan dan kesehatan kerja) dalam kegiatan pemanenan hutan di HPHTI PT. Musi Hutan Poersada (MHP) Propinsi Sumatera Selatan [skripsi]: Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Kosugo R, Fuji H, Hirata A (1992) Subjective assesament of workload. Revision of cumulative fatigue symptoms index. J Sci Lab 68: 489−502 Ridley J. 2009. Ikhtisar Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Astranto S, penerjemah; Simarmata L, editor. Jakarta (ID): PenerbitErlangga. Terjemahan dari: Helath and Safety in Brief. Pemerintah Republik Indonesia. 2012. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta (ID): Pemerintah Republik Indonesia. Soegandhi VM, Sutanto EM, Setyawan R. 2013. Pengaruh kepuasan kerja dan loyalitas kerja terhadap organizational citizenship behavior pada karyawan PT. Surya Timur Sakti Jatim. Agora 1(1) Sugiyono. 2010. Statistika Nonparametrik untuk Penelitian. Bandung (ID): CV Alfabeta Suma‟mur. 1977. Kesehatan dan Keselamatan Kerja dalam Pekerjaan Kehutanan dan Industri Perkayuan. Jakarta (ID): Lembaga nasional higiene perusahaan dan kesehatan kerja Tangkilisan HNS. 2005. Manajemen Publik. Jakarta (ID): Grasindo Yoshimura T, Acar H. 2004. Occupational Safety and Health Conditions of Forestry Workers in Turkey. Jurnal Forestry Resource (9):225232.doi:10.007/s10510.004-0078-y. Yovi EY. 2007. %VdotO2max as physical load indicator unit in forest work operation. Jurnal Manajemen Hutan Tropika 13(3):140-145. Yovi EY, Prajawati W. 2015. High risk posture on motor-manual short wood logging system in Acacia mangium plantation. Jurnal Manajemen Hutan Tropika 21(1): 1−8.DOI:10.7226/jtfm.21.1.11
21 Lampiran 1 Kuesioner data personal responden
No : Nama : Umur : Jenis Kelamin :
KUESIONER DATA PERSONAL RESPONDEN Tanggal : Waktu : Tempat : Jenis Pekerjaan :
A.Personal 1. Status Perkawinan : a. Kawin b. Belum Kawin c. Cerai 2. Pendidikan Terakhir : a. SD b. SMP c. SMA d. Universitas e. Lainnya 3. Jumlah anggota keluarga yang tinggal bersama : (termasuk responden) Sudah berapa lama anda bekerja di bidang kehutanan 4. 5. Jenis Kontrak Kerja : a. Tetap b. Musiman B. Kesehatan Pekerja Apakah anda merokok? [ ya, tidak] 1. 2. Jika “ya” berapa batang/bungkus rokok yang dihabiskan setiap hari? 3. Apakah anda suka minum minuman keras? [ ya, tidak] 4. Jika “ya”, berapa kali dalam seminggu anda meminum minuman keras? 5. Apakah anda pernah merasakan sakit di bagian pinggang? Jika “ya”, seberapa seringkah? 6. a. Kadang-kadang b. Sering c. Setiap ari 7. Bagaimana kondisi pendengaran anda sekarang? a. Normal b. Terganggu c. Rusak 8. Apakah anda memiliki gangguan fisik? [ ya, tidak] 9. Jika “ya”, apakah ganguan fisik tersebut?
22 Lampiran 2 Kuesioner kondisi pekerjaan, kesehatan, dan keselamatan kerja serta kepuasan kerja
Petunjuk pengisian: Berilah tanda “X” pada jawaban yang sesuai dengan pilihan anda Jika terdapat uraian pada pilihan jawaban isikanlah dengan jelas No 1
Pertanyaan Jawaban Jenis kecelakaan kerja dan 1 2 3 4 5 6 7 8 Jumlah hari absen akibat ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) kecelakaan kerja (JAWABAN BOLEH > 1)
2
Frekuensi mengalami kecelakaan kerja nyaris terjadi (dalam kurun 1 tahun terakhir)
1
2
3
4
5
Alat pelindung diri (APD) yang digunakan (JAWABAN BOLEH > 1)
1
2
3
4
5
6
Keluhan akibat kerja (JAWABAN BOLEH > 1)
1
2
3
Jenis tempat tinggal
1
2
3
4
Waktu menuju tempat kerja (menit)
1
2
3
4
5
6
Cara menuju tempat kerja
1
2
3
4
5
6
Perbaikan yang perlu dilakukan (JAWABAN BOLEH > 1)
1
2
3
4
5
6
Kepuasan kerja
1
2
Alasan ketidakpuasan kerja
1
2
3
4
5
3
7
4
5 6
7 8
9 10
Keterangan: 1. Jenis kecelakaan kerja : 1. Bagian tubuh yang terkena oleh chainsaw 2. Bagian tubuh yang terkena oleh kapak 3. Pohon rebah yang menimpa pekerja 4. Jari terjepi pada pintu kabin 5. Jatuhan batuh yang mengenai kaki 6. Jatuh saat mendaki pohon
7
8
23 7. Traktor terguling keluar jalan hutan 8. Lain-lain (ditulis pada kolom jawaban) 2. Frekuensi mengalami kecelakaan kerja nyaris terjadi: 1. Sangat sering 2. Sering 3. Kadang-kadang 4. Jarang 5. Tidak pernah 3. Alat pelindung diri (APD) yang digunakan: 1. Helm 2. Sarung tangan 3. Sepatu keselamatan 4. Jaket keselamatan 5. Celana keselamatan 6. Pelindung mata 7. Pelindung telinga 8. Lain-lain (ditulis pada kolom jawaban) 4. Keluhan akibat kerja: 1. Nyeri punggung bawah 2. kaku pada leher atau pundak 3. Lain-lain (ditulis pada kolom jawaban) 5. Jenis tempat tinggal: 1. Base camp 2. Camp tarik
3. Tenda
4. Rumah
6. Waktu menuju tempat kerja (menit): 1. ≤15 2. 16-30 3. 31-60
4. 61-90
5. 91-120
6. >120
7. Cara menuju tempat kerja: 1. Berjalan kaki 2. Sepeda 3. Sepeda motor 4. Mobil 5. Truk/bis 6. Lain-lain (ditulis pada kolom jawaban) 8. Perbaikan yang perlu dilakukan: 1. Hutan yang lestari dan perlindungan lingkungan kerja 2. Asuransi 3. Gaji/upah 4. Alat mesin kehutanan 5. Tempat tinggal dan kehidupan yang lebih baik 6. Pekerjaan tetap 7. Lain-lain (ditulis pada kolom jawaban) 9. Kepuasan kerja: 1. Puas terhadap pekerjaan
2. Tidak puas terhadap pekerjaan
10. Alasan ketidakpuasan kerja: 1. Gaji yang kurang 2. Pekerjaan yang berat 3. Pekerjaan musiman (tidak tetap) 4. Jarak menuju tempat kerja 5. Lain-lain (ditulis pada kolom jawaban)
24 Lampiran 3 Indeks kumulatif gejala kelelahan (CFSI) (Kosugo and Fujii 1987) Pertanyaan Ya 1. Saya merasa kurang nafsu makan akhir-akhir ini 2. Saya merasa tidak sabaran dalam mengerjakan sesuatu 3. Saya merasamudah marah karena hal-hal yang sepele 4. Saya merasarasanya tidak ada yang menarik dari kehidupan ini 5. Saya merasa saat ini tidak ada minat membaca, menulis atau hal serupa lainnya 6. Saya merasasaat ini tidak ada minat membaca, menulis atau hal serupa lainnya 7. Saya merasasering merasa gugup 8. Saya merasar asanya tidak ingin beranjak / berjalan melangkah sedikitpun 9. Saya merasa akhir-akhir ini sering merasa mengantuk 10. Saya merasa tidak merasa santai / tenang saat berada di lingkungan keluarga 11. Saya merasaa khir-akhir ini kepala rasanya berat 12. Saya merasa sering merasa letih / lelah saat bangun tidur 13. Saya merasa kecewa akan segala hal 14. Saya merasa sering timbul perasaan-perasaan yang menggelisahkan 15. Saya merasa kadang-kadang ingin menyendiri 16. Saya merasa kadang-kadang merasa tidak aman / risau tanpa alasan 17. Saya merasa terkadang melakukan tindakan-tindakan janggal, contoh : sering menjatuhkan sesuatu 18. Saya merasa akhir-akhir ini sulit untuk bisa tidur 19. Saya merasa akhir-akhir ini sering mengkhayal sesuatu yang tidak mungkin terjadi 20. Saya merasamerasa enggan untuk berhubungan dengan teman-teman 21. Saya merasamerasa ada sesuatu yang tidak beres dalam perut / usus 22. Saya merasatidak dapat mencurahkan tenaga dan perhatian terhadap pekerjaan 23. Saya merasamudah mengumpat / berkata kasar 24. Saya merasaterkadang merasa jengkel tanpa alasan secara tiba-tiba 25. Saya merasakadang-kadang merasa sekujur badan tidak bertenaga
Tidak
Lampiran 3 (Lanjutan) Pertanyaan Ya 26. Saya merasamerasa benci pada diri sendiri 27. Saya merasamerasa enggan untuk berbicara dengan orang lain 28. Saya merasasering merasa pusing/ pening 29. Saya merasakurang percaya diri dalam mengerjakan suatu pekerjaan
Tidak
25 30. Saya merasaakhir-akhir ini merasa lelah skujur tubuh 31. Saya merasarasanya ingin berkelahi saja sekehendak hati 32. Saya merasamerasa kurang enak badan saat bangun tidur pagi hari 33. Setiap hari rasanya enggan untuk pergi ke tempat kerja 34. Saya merasarasanya ada kemurungan di lingkungan kerja 35. Saya merasaakhir-akhir ini sering kosong pikiran 36. Saya merasamerasa enggan untuk melakukan sesuatu apapun 37. Saya merasamkhir-akhir ini hubungan dengan atasan sedang tidak serasi 38. Saya merasakadang-kadang merasa sakit dan pusing 39. Saya merasahubungan dengan teman-teman sedang tidak baik 40. Saya merasamempunyai penyakit sakit pinggang 41. Saya merasamerasa sakit di setiap tulang-tulang persendian 42. Saya merasatidak mempunyai waktu luang untuk bersantai 43. Saya merasa saya merasa merasa lelah berpikir 44. Saya merasamerasa kurang tenang tanpa alasan 45. Saya merasasering marah-marah berlebihan 46. Saya merasasering timbul banyak pikiran macam-macam saat akan memulai 47. Saya merasa suatu pekerjaan, sehingga menimbulkan kesulitan 48. Saya merasaterlalu sibuk mengurusi keluarga 49. Saya merasamerasa enggan untuk bekerja 50. Saya merasaakhir-akhir ini kehilangan berat badan 51. Saya merasamerasa tidak berdaya kaena hanya sebagai bawahan 52. Saya merasasering terkena diare 53. Saya merasapada saat ini sedang membutuhkan hiburan untuk pelipur lara 54. Saya merasakadang-kadang penglihatan mata menjadi kabur 55. Saya merasasuara atau bunyi-bunyian sering membuat gusar 56. Saya merasapunya masalah berkonsentrasi / pikiran bercabang-cabang 57. Saya merasamudah kehilangan daya kekuatan / semangat hidup 58. Saya merasakehilangan minat dalam bekerja 59. Saya merasamata terasa lelah 60. Saya merasapundak pegal-pegal 61. Saya merasatidak nyenyak tidur dan sering bermimpi yang bukan-bukan
Lampiran 3 (Lanjutan) Pertanyaan 62. Saya merasamudah masuk angin 63. Saya merasaSaya merasa khir-akhir ini kerja tidak semangat 64. Saya merasatidak punya keinginan dan cita-cita untuk masa yang akan datang 65. Saya merasakesulitan mengemukakan uneg-uneg / hal yang bersifat rahasia
Ya
Tidak
26 66. Saya merasamerasa enggan untuk mengerjakan sesuatu yang disukai sekalipun 67. Saya merasapikiran tidak jernih 68. Saya merasaakhir-akhir ini kaki terasa lemas / letih 69. Saya merasakehilangan daya / semangat hidup tanpa alasan 70. Terlalu banyak memikirkan hal-hal yang sepele 71. Saya merasatidak mampu memulihkan kelelahan / keletihan sehabis bekerja 72. Saya merasasering merasa letih sehingga rasanya ingin rebah saja 73. Saya merasasedang punya masalah karena terlalu banyak memikirkan pekerjaan 74. Saya merasa saat pulang ke rumah 75. Saya merasa rasanya tidak ingin meneruskan / memperpanjang pekerjaan ini 76. Saya merasakarena gugup / gelisah sehingga sering sulit / tidak dapat tidur 77. Saya merasapekerjaan sehari-hari sangat melelahkan 78. Saya merasahidup ini terasa sangat membosankan / jenuh 79. Saya merasarasanya hidup ini tidak ada artinya 80. Saya merasaapapun yang diupayakan terasa sia-sia / tidak ada gunanya 81. Saya merasatidak dapat menikmati apapun 82. Saya merasamencemaskan kesehatan diri terlalu berlebihan 83. Saya merasaakhir-akhir ini merasa murung / suram
Lampiran 4 Rekapitulasi data personal responden
Nama
Usia
Je Nababan
27
Jenis Kelamin Laki-laki
Soni Gulo Sona Jega Iskandar Deni Hartono Jones Mujiono Endar Hendri Misman Tono Ardyansah Supono Nasib Faisal
39 40 34 24 41 27 36 39 26 36 40 37 57 45 21
Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki
Hadi
24
Laki-laki
Dhani
22
Laki-laki
Jenis Pekerjaan Operator alat berat SPV SPV Teknisi Pengawas Teknisi Pengawas SPV Pengawas Pengawas Chainsawmen Chainsawmen Chainsawmen Teknisi Chainsawmen Driver Logging truck Driver Logging truck Operator alat berat
Status Perkawinan Belum Kawin
Pendidikan terakhir
Lama Kerja
SMP
11
Kontrak Kerja Musiman
Kawin Kawin Kawin Belum Kawin Kawin Belum Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Belum Kawin
SMA SMA SMA Universitas SMA Universitas SMA Universitas Universitas SMP SMP sma SD SD SMA
1 1 10 1,4 21 3 1 13 3 14 21 16 0,2 32 0,2
Tetap Tetap Tetap Tetap Tetap Tetap Tetap Tetap Tetap Musiman Musiman Musiman Musiman Musiman Musiman
Belum Kawin
SMP
5
Musiman
Belum Kawin
SD
7
Musiman
27
28 Lampiran 4 (Lanjutan)
Nama
Usia
Eka
30
Jenis Kelamin Laki-laki
Habib
18
Laki-laki
Nahri Rudi Zuhri Imam Jono Henri S. Ikhsan Sendi Zakariya Panggih
29 27 24 31 26 29 29 33 25 23
Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki
Jenis Pekerjaan Operator alat berat Driver Logging truck Pengawas Pengawas Pengawas SPV SPV Pengawas SPV SPV Pengawas Pengawas
Status Perkawinan Kawin
Pendidikan terakhir
Lama Kerja
SMP
13
Kontrak Kerja Musiman
Belum Kawin
SMP
1
Musiman
Kawin Belum Kawin Belum Kawin Kawin Belum Kawin Kawin Belum Kawin Kawin Belum Kawin Belum Kawin
SMA SMA SMA Universitas Universitas SMA Universitas Universitas SMA SMA
2 3 2 7 2 3 3 6 5 1
Tetap Tetap Tetap Tetap Tetap Tetap Tetap Tetap Tetap Tetap
29 Lampiran 5 Rekapitulasi kepuasan kerja
Nama Je Nababan Soni Gulo Sona Jega Iskandar Deni Hartono Jones Mujiono Endar Hendri Misman Tono Ardyansah Supono Nasib Faisal Hadi Dhani Eka Habib Nahri Rudi Zuhri Imam Jono Henri S. Ikhsan Sendi Zakariya Panggih
Kepuasan Kerja 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0
Alasan ketidakpuasan Gaji
Berat
Gaji Gaji Gaji Berat Gaji
Gaji Gaji Gaji
Berat Gaji Gaji
Gaji
29
30 Lampiran 6 Rekapitulasi kondisi K3 Nama
APD
Keluhan
Tempat Tinggal
Je Nababan Soni Gulo
Sepatu Helm Sepatu Masker Helm Sepatu Masker Helm Sarung tangan Sepatu Masker Helm Sarung tangan Sepatu Kaca mata Masker Jaket Hel Sarung tangan Sepatu Jaket Masker
Pegal Tidak ada
Sona Jega
Iskandar
Deni
Hartono
Cara menuju tempat kerja
Kecelakaan
Camp tarik Camp tarik
Waktu menuju tempat kerja 40 15
Mobil Mobil
Tidak pernah Tidak pernah
Tidak ada
Camp tarik
15
Mobil
Tidak pernah
Tidak ada
Base camp
30
Motor
Tidak pernah
Kesemutan
Base camp
40
Motor
Tidak pernah
Tidak ada
Base camp
20
Motor
Tidak pernah
Lampiran 6 (Lanjutan)
Nama
APD
Keluhan
Tempat Tinggal
Waktu menuju tempat kerja
Cara menuju tempat kerja
Kecelakaan
Jones
Helm Sarung tangan Sepatu Masker
Demam
Base camp
60
Motor
Kecelakaa ringan, jatuh dari motor
Mujiono
Helm Sarung tangan Sepatu Kaca mata Masker Helm Sarung tangan Sepat Kaca mata Massker Jaket Helm Sarung tangan Sepatu Kaca mata Masker
Sakit pinggang
Base camp
60
Motor
Tidak pernah
Tidak ada
Base camp
30
Motor
Tidak pernah
Sakit pinggang
Base camp
30
Motor
Jatuh dari motor
Endar
Hendri
31
32 Lampiran 6 (Lanjutan) Nama
APD
Keluhan
Tempat Tinggal
Misman
Helm Sarung tangan Sepatu Earphone Helm Sarung tangan Sepatu Earphone Helm Sarung tangan Sepatu Earphone Helm Sarung tangan Helm Sarung tangan Earphone Kaca mata
Nyeri punggung bawah Kaku pada leher
Tono
Ardyansah
Supono Nasib
Faisal Hadi
Helm Sepatu Kaca mata
Cara menuju tempat kerja
Kecelakaan
Tenda
Waktu menuju tempat kerja 10
Jalan kaki
Kecelakaan ringan
Nyeri punggung bawah Kaku pada leher
Tenda
10
Jalan kaki
Terkena parang
Nyeri punggung bawah Kaku pada leher
Tenda
10
Jalan kaki
Tidak pernah
Nyeri punggung bawah Kaku pada leher Nyeri punggung bawah Kaku pada leher
Tenda
10
Jalan kaki
Terkena batu
Tenda
10
Jalan kaki
Nyeri punggung bawah Kaku pada leher Nyeri punggung bawah Sakit pinggang
Rumah
60
Mobil
Terpeleset (kecelakaan ringan) Mobil terbalik
Rumah
30
Mobil
Tidak pernah
Lampiran 6 (Lanjutan) Nama
APD
Keluhan
Tempat Tinggal
Dhani
Helm Earphone Masker Helm Sepatu Earphone Helm Sepatu Masker Helm Sepatu Helm Sepatu Masker Helm Sepatu Kaca mata Helm Sarung tangan Sepatu Kaca mata Earphone Masker
Nyeri punggung bawah Kaku pada leher Pegal Sakit pinggang
Eka
Habib
Nahri Rudi
Zuhri
Imam
Cara menuju tempat kerja
Kecelakaan
Camp tarik
Waktu menuju tempat kerja 90
Mobil
Tertimpa kayu(14)
Camp tarik
20
Mobil
Kecelakaan ringan
Tidak ada
Camp tarik
20
Mobil
Tidak pernah
Kaku pada leher
Base camp
45
Motor
Kaku pada leher
Base camp
45
Motor
Jatuh dari motor Tidak pernah
Nyeri punggung bawah
Base camp
15
Motor
Tidak pernah
Kaku pada leher
Base camp
75
Motor
Tidak pernah
33
34 Lampiran 6 (Lanjutan)
Nama
APD
Keluhan
Tempat Tinggal
Jono
Helm Sepatu Jaket Kaca mata Masker Helm Sepatu Kaca mata Helm Sepatu Masker Helm Sepatu Kaca mata Masker Helm Sepatu Kaca mata
Nyeri punggung bawah
Henri S. Ikhsan Sendi
Zakariya
Panggih
Kecelakaan
Base camp
Waktu menuju tempat kerja Cara menuju tempat kerja 30 Motor
Kaku pada leher
Base camp
15
Motor
Tidak pernah
Tidak ada Nyeri punggung bawah
Base camp Base camp
15 30
Motor Motor
Tidak pernah Tidak pernah
Tidak ada
Base camp
60
Motor
Tidak pernah
Tidak ada
Base camp
30
Motor
Tidak pernah
Tidak pernah
Lampiran 7 Rekapitulasi kesehatan kerja
Nama
Merokok
Bungkus Per hari
Je Nababan Soni Gulo Sona Jega Iskandar Deni Hartono Jones Mujiono
Ya Tidak Ya Ya Ya Tidak Ya Tidak
2 0 1 1 1 0 1 0
Minum minuman keras Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
Endar Hendri Misman Tono Ardyansah Supono
Ya Tidak Ya Tidak Ya Ya
1 0 1 0 1 2
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
Nasib Faisal Hadi Dhani
Ya Ya Ya Ya
1 1 1 2
Tidak Tidak Tidak Tidak
Botol Per minggu
Sakit pinggang
0 0 0 0 0 0 0 0
Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal
Pegal di pundak Tidak ada Tidak ada Tidak ada Kram, kesemutan Tidak ada Tidak ada Tidak ada
0 0 0 0 0 0
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Kadangkadang Tidak Sering Sering Sering Sering Sering
Normal Normal Normal Normal Normal Normal
0 0 0 0
Setiap hari Sering Sering Setiap hari
Normal Normal Normal Normal
Tidak ada Tidak ada Pening/flu Pening/flu Tidak ada Pegal seluruh badan Demam/flu Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Pendengaran Gangguan fisik
35
36 Lampiran 7 Lanjutan
Nama
Bungkus Merokok Per hari
Eka Habib Nahri
Ya Ya Ya
1 1 2
Minum minuman keras Tidak Tidak Tidak
Rudi
Ya
1
Pernah
0
Zuhri
Ya
0,5
Tidak
0
Imam
Ya
1
Tidak
0
Jono
Ya
1
Tidak
0
Henri S.
Ya
1
Tidak
0
Ikhsan
Ya
1,5
Tidak
0
Sendi
Tidak
0
Tidak
0
Zakariya Panggih
Ya Ya
1 1
Tidak Tidak
0 0
Botol Per minggu
Sakit pinggang
Pendengaran Gangguan fisik
0 0 0
Sering Tidak Kadangkadang Kadangkadang Kadangkadang Kadangkadang Kadangkadang Kadangkadang Kadangkadang Kadangkadang Tidak Tidak
Normal Normal Normal
Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Normal
Tidak ada
Normal
Tidak ada
Normal
Tidak ada
Normal
Tidak ada
Normal
Tidak ada
Normal
Tidak ada
Normal
Tidak ada
Normal Normal
Tidak ada Tidak ada
37
RIWAYAT HIDUP Penulis lair di Tasikmalaya pada tanggal 19 Agustus 1992. Penulis adalah putera semata wayang ibu Etin dan ayah Dadang Kurnia. Tahun 2011 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Singaparna dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur SNMPTN Undangan dan diterima di Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum Pendidikan Agama Islam TPB pada tahun ajaran 2012/2013 dan 2013/2014, dan asisten praktikum Ekologi Hutan pada tahun ajaran 2013/2014. Selain itu, penulis juga aktif di lembaga kemahasiswaan. Selama aktif di lembaga kemahasiswaan tersebut, penulis menjabat sebagai Ketua Komisi 1 Dewan Perwakilan Mahasiswa TPB tahun 2011/2012, Ketua Komisi Kelembagaan Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Kehutanan tahun 2012/2013, Ketua Umum Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Kehutanan tahun 2013/2014, Sekretaris Jenderal Majelis Permusyawaratan Mahasiswa Keluarga Mahasiswa IPB tahun 2014/2015, dan aktif mengajar Biologi SMA di Lembaga Bimbingan Belajar Bintang Pelajar tahun 2015. Penulis juga pernah melaksanakan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan di Cilacap-Batu Raden, Praktik Pengelolaan Hutan di Hutan Pendidikan Gunung Walat dan Perhutani, dan pada bulan Februari−Maret melaksanakan Praktik Kerja Lapangan di PT. Wirakarya Sakti, Jambi. Penulis merupakan penerima beasiswa Bidik Misi, Alumni dari Program Pembinaan Sumberdaya Manusia Strategis (PPSDMS) Nurul Fikri tahun 2012−2014, dan penerima beasiswa KEB Hana Bank tahun 2015, dan penulis juga pernah menjadi peserta terbaik dalam Program Pelatihan Audit Mutu Internal Kemahasiswaan Kantor Audit Internal IPB tahun 2013.
37