PRODUKSI DAN PERSISTENSI PRODUKSI TELUR PARENT STOCK AYAM ARAB GOLDEN RED PADA MASAK KELAMIN CEPAT DAN LAMBAT
ANNEKE THERESIA MUKTI
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Produksi dan Persistensi Produksi Telur Parent Stock Ayam Arab Golden Red pada Masak Kelamin Cepat dan Lambat Berbeda adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Mei 2016 Anneke Theresia Mukti NIM D14110072
ABSTRAK ANNEKE THERESIA MUKTI. Produksi dan Persistensi Produksi Telur Parent Stock Ayam Arab Golden red pada Masak Kelamin Cepat dan Lambat. Dibimbing oleh MARIA ULFAH dan CICI SUHAENI. Persistensi produksi telur merupakan salah satu faktor penting penentu total produksi telur. Penelitiaan ini dilakukan untuk menentukan performa ayam arab golden red TIARA G14 berdasarkan pada produksi telur dan persistensi produksi telur. Berdasarkan umur pertama bertelur, ayam dibagi menjadi 2 tipe umur reproduksi, yaitu masak kelamin cepat (21-23 minggu) dan masak kelamin lambat (24-26 minggu). Tiga ratus tujuh puluh lima (375) ekor ayam (masing-masing 219 ekor untuk masak kelamin cepat dan 156 ekor pada masak kelamin lambat) digunakan dalam penelitian ini. Persistensi didefinisikan berdasarkan ragam dari selang bertelur selama 10 minggu fase produksi. Data dianalisis dengan analisis gerombol (Cluster analysis), dan T2Hotelling dengan 2 variabel yaitu produksi telur dan persistensi produksi telur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi dan persistensi produksi telur yang dihasilkan oleh ayam arab golden red TIARA G14 yang memiliki masak kelamin cepat berbeda (P<0.01) dengan ayam arab yang memiliki masak kelamin lambat. Produksi telur yang dihasilkan pada ayam yang memiliki masak kelamin cepat lebih tinggi dan persistensinya lebih rendah dibandingkan dengan ayam yang memiliki masak kelamin lambat. Berdasarkan karakteristik produksi, ayam pada kelompok masak kelamin cepat tergerombol menjadi 2 cluster sedangkan ayam masak kelamin lambat menjadi 4 cluster. Karakteristik produksi tinggi ayam masak kelamin cepat terdapat pada cluster 2 (69 ekor) sedangkan ayam masak kelamin lambat terdapat pada cluster 3 (61 ekor). Kedua tipe umur reproduksi ayam arab TIARA G14 memiliki lebih banyak jumlah ayam dengan karakteristik produksi tinggi dibandingkan ayam dengan karakteristik produksi rendah. Kata kunci: cluster analysis, persistensi produksi, produksi telur, umur reproduksi ayam
ABSTRACT ANNEKE THERESIA MUKTI. Egg production and Persistency in Parent Stock of Golden Red Arab Chicken at Early Maturity and Late Maturity. Supervised by MARIA ULFAH and CICI SUHAENI. Persistency of egg production is an important determining factor for total egg production. This study is conducted to determine the performance of golden red arab chicken TIARA G14 based on their egg production and persistency. Based on the first time of egg production, arab chicken was divided to 2 type of sexual maturity, there were early maturity (21-23 weeks) and late maturity (24-26 weeks). Three hundreds and seventhy five (375) hens, (each 219 hens for early and 156 hens for late maturity), will be used in this study. Persistency was described based on variance of the interval production in 10 weeks production phase. The data was analyzed with Cluster analysis, and T2- Hotelling with 2 variables of egg production and persistency
production. The result showed that production and persistency on early maturity chicken were different (P<0.01) from late maturity chicken group. Early maturity chickens had a higher egg production and low persistence of laying-egg than the late maturity chickens. Based on characteristic of production, early maturity chickens could be divided into 2 cluster while the late maturity arab chicken could be divided into 4 cluster. The early maturity chickens with high production characteristics (69 hens) were grouped into 2th cluster while the late maturity chickens (61 hens) were grouped into 3rd cluster.
Key words: chicken age at maturity, cluster analysis, egg production, persistency of laying-egg
PRODUKSI DAN PERSISTENSI PRODUKSI TELUR PARENT STOCK AYAM ARAB GOLDEN RED PADA MASAK KELAMIN CEPAT DAN LAMBAT
ANNEKE THERESIA MUKTI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan kesempatan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi dengan judul Produksi dan Persistensi Produksi Telur Parent Stock Ayam Arab Golden Red pada Masak Kelamin Cepat dan Lambat. Penelitian ini dilaksanakan pada September-Desember 2015 . Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Maria Ulfah, SPt MScAgr selaku pembimbing utama, Cici Suhaeni, SSi MSi selaku pembimbing anggota, atas bimbingan dan pengarahan yang telah diberikan. Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Ibu Yuni Cahya Endrawari, SPt MSi selaku pembimbing akademik atas bimbingan dan nasehat selama kuliah, serta kepada Ibu Ir Rini H. Mulyono, MSi, selaku dosen penguji sidang penulis yang telah memberikan banyak nasehat dan saran dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih kepada papa (Sasono Mukti), mama (Ani Mariana), serta adik-adik (Marcella dan Nelson) dan seluruh keluarga untuk dukungan yang diberikan. Ungkapan terima kasih juga ditujukan kepada teman sepenelitian (Fanny, Firda, Valen, Ulfa dan Hiras) atas bantuan, dan kerjasamanya. Terima kasih pula kepada Rendyka, Grace, sahabat-sahabat Keluarga Mahasiswa Buddhis IPB serta kepada teman-teman IPTP 48 untuk semangat, doa dan juga segala bantuanya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Bogor, Mei 2016 Anneke Theresia Mukti
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian Ruang Lingkup Penelitian METODE Waktu dan Lokasi Penelitian Bahan Alat Prosedur HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Produksi Telur (Hen Day) Ayam Arab Golden Red TIARA G14 Pembandingan Vektor Rataan menggunakan uji T2-Hotelling Analisis Gerombol (Cluster Analysis) SIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
vi vi vi 1 1 2 2 2 2 2 2 3 5 5 7 9 12 13 13 15
DAFTAR TABEL 1 Total produksi telur dan rataan nilai produksi telur (hen day) per minggu ayam arab golden red TIARA G14 2 Rataan produksi telur hen day antara ayam arab golden red TIARA G14 yang memiliki masak kelamin cepat dan lambat 3 Hasil analisis T2-Hotelling peubah produksi telur dan persistensi produksi ayam arab golden red TIARA G14 4 Nilai rataan produksi dan selang bertelur ayam arab golden red TIARA G14 pada masak kelamin cepat dan masak kelamin lambat 5 Pengelompokan ayam arab golden red TIARA G14 berdasarkan produksi dan ragam selang bertelur (persistensi produksi)
5 6 7 8 9
DAFTAR GAMBAR 1 Boxplot produksi telur antara ayam arab golden red TIARA G14 yang memiliki masak kelamin cepat dan masak kelamin lambat 2 Boxplot ragam selang telur antara ayam arab golden red TIARA G14 yang memiliki masak kelamin cepat dan masak kelamin lambat 3 Boxplot produksi telur dan persistensi produksi pada gerombol cluster ayam masak kelamin cepat 4 Boxplot produksi telur dan persistensi produksi pada gerombol cluster ayam masak kelamin lambat
8 8 10 11
DAFTAR LAMPIRAN 1 Dendogram gerombol (cluster) ayam arab golden red TIARA G14 yang memiliki masak kelamin cepat 2 Dendogram gerombol (cluster) ayam arab golden red TIARA G14 yang memiliki masak kelamin lambat
14 14
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Populasi ayam lokal di Indonesia semakin lama semakin meningkat. Populasi ayam lokal pada tahun 2011, 2012 dan 2013 secara berturut-turut yaitu 264 339 634; 274 564 428; dan 290 455 201 ekor (BPS 2014). Ayam lokal di Indonesia tidak hanya dikembangkan untuk menghasilkan daging, namun juga untuk menghasilkan telur konsumsi. Konsumsi protein hewani di Indonesia terus meningkat setiap tahun dan sebesar 16% kebutuhan akan protein hewani terpenuhi dari produksi ayam lokal (Sartika 2012). Hal ini menunjukkan bahwa produk ayam lokal cukup diminati masyarakat Indonesia, dan memiliki peluang untuk dikembangkan. Pengembangan ayam lokal di Indonesia masih terbatas akibat masih terbatasnya stock bibit ayam lokal dengan kualitas baik, khususnya grand parent stock (GPS) dan parent stock (PS). Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas bibit ayam lokal, yaitu dengan melakukan seleksi pada bibit ayam lokal. Ayam arab golden red merupakan salah satu ayam lokal yang mempunyai produksi telur tinggi. Ayam arab golden red memiliki ciri berbulu tebal dan berwarna merah dengan garis-garis hitam dari leher hingga ekor (Iskandar dan Sartika 2007). Ayam arab golden red dapat berproduksi sebanyak 300 butir telur tahun-1 (Darmana dan Sitanggang 2002). Pada proses seleksi kualitas bibit ayam, produksi dan persistensi produksi telur merupakan salah satu parameter superior yang perlu diperhatikan oleh pembibit (breeder). Menurut Grossman et al. (2000), persistensi diartikan sebagai lama waktu yang dibutuhkan seekor ayam hingga mencapai produksi konstan. Bell dan North (1990) menyatakan bahwa ciri khas kurva produksi telur adalah meningkat drastis pada 2 minggu awal produksi, kemudian produksi konstan hingga puncak produksi, kemudian secara perlahan akan menurun hingga akhir produksi. Persistensi juga merupakan salah satu faktor penentu penting produksi telur. Semakin lama produksi telur dalam keadaan konstan, maka total produksi juga semakin tinggi. Produksi dan persistensi produksi telur diduga sangat dipengaruhi oleh umur pertama kali ayam bertelur (age at maturity). Menurut Robinson et al. (2001) ayam dengan masak kelamin cepat memiliki produksi telur tinggi, sedangkan pada masak kelamin cepat memiliki persistensi tinggi. Permintaan pasar ayam lokal di Indonesia berbeda pada beberapa wilayah tergantung akan kebutuhan masing-masing wilayah. Wilayah Jawa memiliki permintaan akan ayam lokal yang memiliki persistensi tinggi untuk memenuhi kebutuhan telur harian, sedangkan pada daerah Kalimantan membutuhkan ayam dengan masak kelamin cepat agar tidak membutuhkan biaya pakan terlalu besar. Dalam upaya menghasilkan bibit ayam lokal petelur yang baik, maka penelitian ini akan meneliti tentang produksi telur, karakteristik kurva produksi dan persistensi produksi telur ayam arab golden red pada umur masak kelamin cepat dan lambat. Hasil penelitian akan bermanfaat sebagai dasar seleksi dan pengembangan metode seleksi bibit ayam lokal petelur Indonesia.
2 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan membandingkan karakteristik produksi telur ayam arab golden red pada umur masak kelamin cepat dan lambat, serta mengelompokkan ayam berdasarkan karakteristik produksi telur dan persistensi produksi telur. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini fokus pada perbandingan karakteristik produksi telur pada ayam yang memiliki umur masak kelamin cepat dan lambat, serta pengelompokkan ayam-ayam tersebut berdasarkan peubah produksi telur dan persistensi produksi telur. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menyeleksi parent stock ayam arab golden red TIARA G14 masak kelamin cepat dan lambat dengan karakteristik produksi yang baik.
METODE Waktu dan Lokasi Penelitian Pengumpulan, pengolahan dan penyajian data dalam bentuk tulisan dilaksanakan pada bulan September-Desember 2015. Penelitian ini menggunakan data produksi dan persistensi produksi telur ayam arab golden red TIARA G14 yang disediakan oleh perusahaan pembibitan ayam lokal TRIAS FARM, Kp. Kandang Sapi-Desa Leuwimekar, Kec. Leuwiliang, Bogor-Jawa Barat. Bahan Penelitian ini menggunakan data produksi telur ayam arab golden red TIARA G14 375 ekor ayam dari perusahaan pembibitan ayam lokal TRIAS FARM pada tahun 2014. Ayam arab golden red TIARA G14 merupakan parent stock yang telah mengalami seleksi hingga generasi ke-14. Ayam dikelompokkan menjadi 2 kelompok berdasarkan umur pertama kali bertelur, yaitu masak kelamin cepat (umur 21-23 minggu) dan masak kelamin lambat (umur 24-26 minggu). Jumlah ayam pada kelompok masak kelamin cepat dan lambat masing-masing adalah 219 dan 156 ekor. Alat Peralatan yang digunakan dalam recording data produksi telur ini meliputi borang isian produksi telur, pensil 2B, egg tray, dan kandang baterai untuk individu ayam.
3 Prosedur Sistem Pemeliharaan Sistem pemeliharaan ayam arab yang dilakukan pada TRIAS FARM yaitu ayam-ayam telah dimasukkan dalam kandang baterai individu pada umur 18 minggu, untuk beradaptasi dengan lingkungan kandang dan juga pakan yang akan diberikan. Kandang baterai yang digunakan memiliki ukuran panjang x lebar x tinggi sebesar 40 cm x 25 cm x 35 cm, dan terbuat dari bilah bambu. Masingmasing kandang individu telah diberi nomor untuk pencatatan. Lingkungan kandang diberi pencahayaan selama ±16 jam, untuk mempersiapkan kematangan reproduksi pada ayam-ayam tersebut. Pakan yang diberikan adalah pakan komplit dengan kandungan nutrien sebagai berikut: kadar air 13%, protein kasar 16%-18%, lemak kasar 7%, serat kasar 7%, abu 14%, kalsium 3.24%-4.25% dan fosfor 0.6%-1%. Pengumpulan dan Pengolahan Data Prosedur pengumpulan data produksi telur dilakukan setiap hari oleh perusahaan pembibitan ayam lokal TRIAS FARM, produksi telur harian dicatat pada borang yang telah disediakan. Pencatatan dilakukan mulai ayam berumur 2029 minggu. Telur yang dikoleksi juga diberikan nomor sesuai dengan nomor ayam.Berdasarkan data yang telah dikoleksi, ayam-ayam tersebut kemudian dipisahkan menjadi 2 kelompok, yaitu ayam dengan masak kelamin cepat (berumur 21-23 minggu saat pertama bertelur) dan ayam masak kelamin lambat (24-26 minggu saat pertama bertelur). Data produksi telur dan persistensi produksi telur dikoleksi sampai ayam berumur 29 minggu. Jumlah produksi telur dan selang bertelur digunakan sebagai indikator dalam menentukan karakterteristik produksi telur ayam arab golden red TIARA G14. Selang bertelur dihitung berdasarkan jarak bertelur ke-1 ke bertelur selanjutnya. Ragam selang bertelur pada masing-masing ayam dijadikan skor untuk menentukan konsistensi produksi telur selama fase produksi awal hingga puncak produksi. Nilai ragam yang tinggi diartikan produksi telur kurang persisten, sedangkan nilai ragam rendah diartikan produksi telur sangat persisten. Rumus yang digunakan untuk menghitung ragam dari selang bertelur adalah sebagai berikut
Keterangan: xi = Nilai tengah x = Rata- rata n = Banyak data
Analisis Data Data dalam penelitian ini diambil dengan 3 (tiga) metode, yaitu: 1) Statistik deskriptif Data yang diperoleh disajikan secara deskriptif meliputi produksi telur, hen day pada ayam arab dengan masak kelamin cepat dan masak kelamin lambat. Rataan produksi telur dihitung berdasarkan total jumlah telur yang dihasilkan masing-masing ayam, dengan rumus sebagai berikut:
4 Rataan Produksi telur : Hen day production merupakan persentase produksi telur pada waktu tertentu berdasarkan jumlah ayam yang dipelihara pada waktu tertentu, dan dihitung berdasarkan rumus: Hen Day (%) =
2) Analisis Gerombol (Cluster Analysis) Analisis gerombol (cluster) dilakukan untuk mengelompokkan beberapa ayam yang memiliki karakteristik produksi yang serupa pada masing-masing kelompok ayam (masak kelamin cepat dan masak kelamin lambat). Analisis gerombol yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis gerombol berhierarki dengan pautan lengkap dan menggunakan jarak euclide. Peubah yang digunakan untuk menentukan karakteristik produksi tersebut yaitu produksi telur dan persistensi produksi. Definisi dari peubah-peubah tersebut adalah sebagai berikut: Produksi Telur = produksi telur setiap individu ayam selama fase produksi telur (20-29 minggu). Persistensi produksi = konsistensi bertelur yang dihitung berdasarkan ragam dari jarak bertelur tiap individu ayam selama fase produksi telur (20-29 minggu). 3) Uji T2-Hotelling T2- Hotelling merupakan pengujian untuk mendapat perbedaan nilai vektor rataan dari 2 populasi bebas (Johnson dan Wiehern 2007). Tujuan penggunaan analisa ini adalah untuk membandingkan karakteristik produksi telur antara ayam arab masak kelamin cepat dan ayam arab masak kelamin lambat berdasarkan 2 peubah, yaitu produksi telur dan persistensi produksi. T2- Hotelling dapat dihitung berdasarkan rumus berikut (Johnson dan Wichern 2007) :
Keterangan: n1 = ukuran sampel ayam arab masak kelamin cepat n2 = ukuran sampel ayam arab masak kelamin lambat p = banyaknya variabel yang digunakan = matriks kovarian (SG) = vektor nilai rataan variabel acak dari ayam arab masak kelamin cepat = vektor nilai rataan variabel acak dari ayam arab masak kelamin lambat
5
Hipotesis dalam pengujian tersebut adalah sebagai berikut: H0 : 𝜇1=𝜇2 : Tidak ada perbedaan antara vektor nilai rataan dari kelompok ayam arab masak kelamin cepat dengan kelompok ayam arab masak kelamin lambat. H1 : 𝜇1 𝜇2 : Terdapat perbedaan antara vektor nilai rataan dari kelompok ayam arab masak kelamin cepat dengan kelompok ayam arab masak kelamin lambat Kriteria pengujiannya adalah: Tolak H0, jika T2 > c2
HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Produksi Telur (Hen Day) Ayam Arab Golden Red TIARA G14 Data penelitian menunjukkan bahwa ayam arab golden red TIARA G14 memiliki rataan produksi telur 31 butir ekor-1 pada periode pertama produksi (umur 20-30 minggu). Nilai rataan produksi telur (hen day) pada umur 28, 29 dan 30 minggu secara berturut-turut adalah 72.5%, 70.32%, dan 70.53% dengan produksi telur secara berturut-turut yaitu 1 903, 1 846 dan 529 butir minggu-1. Hasil ini serupa dengan pernyataan Yumma et al. (2005) bahwa produksi ayam arab dapat mencapai 70%-90% saat mencapai puncak produksi. Jumlah produksi telur mingguan, rataan produksi telur (hen day) serta kurva rataan produksi telur ayam arab golden red TIARA G14 ditampilkan pada Tabel 1. Tabel 1 Total produksi telur dan rataan nilai produksi telur (hen day) per minggu ayam arab golden red TIARA G14 Variabel Minggu Hen day Produksi telur (%) (butir minggu-1) 20 0.61 16 21 5.41 142 22 15.01 394 23 30.44 799 24 44.91 1 179 25 57.18 1 501 26 64.69 1 698 27 68.61 1 801 28 72.50 1 903 29 70.32 1 846 30 70.53 529 Total Produksi Telur (Butir) 11 808 Rata-Rata Produksi Telur (Butir ekor-1) 31.48
6 Produksi Telur (Hen Day) Ayam Arab Golden Red TIARA G14 pada Kelompok Masak Kelamin Cepat dan Masak Kelamin Lambat Rataan produksi hen day antara ayam arab masak kelamin lambat (Tabel 2) sampai umur 29 minggu yaitu 32.06% (23.84 butir ekor-1) sedangkan pada ayam arab masak kelamin cepat pada umur yang sama yaitu 50.88% (36.97 butir ekor-1). El-Dlebshany (2008) juga menemukan bahwa produksi telur ayam lokal di mesir yaitu ayam alexandria pada kelompok masak kelamin cepat (umur 31 minggu) menghasilkan jumlah produksi telur yang lebih tinggi (42.6 butir) jika dibandingkan dengan ayam masak kelamin lambat (umur 35 minggu) (30.6 butir). Masak kelamin cepat biasanya berkaitan dengan aktivitas reproduksi yang cepat (Romanoff dan Romanoff 1963). Namun, menurut Robinson et al. (2001) produksi telur antara ayam masak cepat dan masak lambat pada single comb white leghorn dan dilakukan selama 64 minggu tidak berbeda. Tabel 2 Rataan produksi telur hen day antara ayam arab golden red TIARA G14 yang memiliki masak kelamin cepat dan lambat Minggu Masak kelamin cepat (%) Masak kelamin lambat (%) 20 1.82 ± 0.8 0.00 ± 0.0 21 9.26 ± 9.1 0.00 ± 0.0 22 25.70 ± 17.0 0.00 ± 0.0 23 52.12 ± 17.0 0.00 ± 0.0 24 64.90 ± 8.8 16.94 ± 12.0 25 67.97 ± 5.9 41.94 ± 10.0 26 69.73 ± 4.2 57.78 ± 4.7 27 71.29 ± 10.0 65.29 ± 5.3 28 74.82 ± 7.3 69.32 ± 5.6 29 71.16 ± 5.5 69.41 ± 6.3 Rataan 50.88 ± 27.9 32.06 ± 31.6 Produksi telur pada ayam arab golden red TIARA G14 dimulai pada saat ayam berumur 20-26 minggu. Menurut North dan Bell (1990), produksi telur ayam dalam satu periode memiliki ciri khas yang dapat membentuk kurva yang terdapat fase meningkat, konstan dan menurun. Produksi telur pada 2 minggu pertama produksi ayam akan meningkat drastis, kemudian produksi telur akan cenderung konstan hingga puncak produksi, kemudian menurun perlahan atau bahkan menurun drastis. Total produksi telur pada fase bertelur pertama dipengaruhi oleh umur masak kelamin. Perbedaan umur pada saat ayam bertelur pertama kali secara umum akan menghasilkan variasi produksi telur antara individu ayam terutama pada fase produksi di tahun pertama (Romanoff dan Romanoff 1963). Berdasarkan persentase hen day produksi ayam arab golden red TIARA G14 (Tabel 2) secara garis besar terdapat persamaan tren pada ayam masak kelamin cepat dan ayam masak kelamin lambat yaitu terus meningkat hingga fase puncak produksi, walaupun umur pertama bertelur kedua kelompok terdapat perbedaan. Ayam yang memiliki masak kelamin cepat dan lambat memiliki fase meningkat drastis mulai awal produksi yaitu umur 20 minggu pada masak kelamin cepat dan 24 minggu pada masak kelamin lambat, hanya saja pada ayam masak kelamin lambat produksi telur mulai konstan pada umur 24-28 minggu,
7 kemudian mulai terjadi penurunan produksi pada umur 29 minggu, sedangkan pada ayam masak kelamin lambat produksi telur terus meningkat hingga umur 28 minggu dan konstan hingga umur 29 minggu. Perbedaan tren tersebut dapat diakibatkan oleh perbedaan lama hari bertelur pada kedua kelompok ayam, dan masih terdapat kemungkinan bahwa ayam masak kelamin lambat memiliki produksi yang lebih tinggi pada minggu setelahnya. Terdapat perbedaan pada hasil kurva penelitian dengan pendapat North dan Bell (1990) yang menyatakan bahwa produksi telur ayam akan meningkat drastis selama 2 minggu pertama produksi, namun pada ayam arab golden red TIARA G14 ini produksi telur meningkat drastis selama 4 minggu awal produksi baik pada kelompok ayam masak kelamin cepat dan ayam masak kelamin lambat. Pembandingan Vektor Rataan menggunakan uji T2-Hotelling Perbandingan karakteristik produksi telur menggunakan uji T2-Hotelling menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat nyata (P<0.01) antara ayam arab golden red TIARA G14 yang memiliki masak kelamin cepat dan masak kelamin lambat (Tabel 3). Karakteristik produksi telur yang dimaksud adalah dilihat dari aspek produksi telur dan persistensi produksi telur, sehingga dapat diartikan bahwa antara kelompok ayam masak kelamin cepat dan lambat memiliki karakteristik produksi telur serta persistensi produksi telur yang berbeda. Hasil analisis T2-Hotelling peubah produksi telur dan persistensi produksi ayam arab golden red TIARA G14 Statistik T2Kelompok Nilai F Nilai P Kesimpulan Hotelling Tabel 3
Masak Cepat vs Masak Lambat
469.54
233.85
0.00**
Berbeda
Keterangan : **= sangat berbeda (P<0.01)
Perbedaan antara ayam yang memiliki masak kelamin cepat dan lambat dari segi produksi telur dan persistensi produksi telur diekplorasi dengan menggunakan boxplot (Gambar 1 dan Gambar 2). Boxplot produksi telur ayam arab golden red (Gambar 1) menunjukkan bahwa rata-rata produksi ayam yang memiliki masak kelamin cepat lebih besar dibandingkan dengan ayam yang memiliki masak kelamin lambat. Rataan produksi telur ayam yang memiliki masak kelamin cepat berkisar pada 37.51 butir, sedangkan ayam yang memiliki masak kelamin lambat berkisar pada 24.92 butir (Tabel 4). Menurut Warwick (1995) umur pertama bertelur pada ayam berkorelasi negatif dengan produksi telur. El-Dlebshany (2008) juga menambahkan bahwa antara umur kematangan seksual dan jumlah produksi telur selama 90 hari produksi memiliki korelasi negatif pada korelasi genetik (-0.59) maupun pada korelasi fenotipe (-0.52), atau berarti ayam dengan masak kelamin cepat memiliki jumlah produksi telur yang relatif lebih tinggi. Romanoff dan Romanoff (1963) juga menyatakan bahwa ayam yang mengalami kematangan reproduksi lambat akan menghasilkan produksi telur yang sedikit. Pada penelitian ini, perbedaan pada produksi telur ayam arab golden red TIARA G14 dapat diakibatkan adanya perbedaan jumlah hari bertelur pada kedua kelompok ayam, yaitu 9 minggu (kurang lebih 65 hari) pada ayam yang
8 memiliki masak kelamin cepat dan 6 minggu (kurang lebih 44 hari) pada ayam yang memiliki masak kelamin lambat.
Gambar 1 Boxplot produksi telur antara ayam arab golden red TIARA G14 yang memiliki masak kelamin cepat dan masak kelamin lambat
Gambar 2 Boxplot ragam selang telur antara ayam arab golden red TIARA G14 yang memiliki masak kelamin cepat dan masak kelamin lambat Tabel 4 Nilai rataan produksi dan selang bertelur ayam arab golden red TIARA G14 pada masak kelamin cepat dan masak kelamin lambat Rataan Variabel Ayam masak cepat Ayam masak lambat Produksi (butir) 37.51 ± 6.75 24.92 ± 7.32 Ragam Selang (hari) 11.26 ± 6.83 3.51 ± 4.22
9 Berdasarkan segi persistensi, kelompok ayam yang memiliki masak kelamin cepat memiliki persistensi rendah (ragam selang bertelur besar) dibandingkan dengan ayam yang memiliki masak kelamin lambat (Gambar 1\2). Ayam yang memiliki masak kelamin cepat memiliki rataan nilai ragam selang bertelur yang lebih tinggi (11.26) atau dapat dikatakan kurang persisten dalam bertelur dibandingkan dengan ayam yang memiliki masak kelamin lambat (3.51) (Tabel 4). Hal ini disebabkan pada produksi ayam arab masak kelamin cepat telur yang dihasilkan tidak konsisten, terdapat selang lebih dari 7 hari ayam tidak bertelur pada pertengahan fase produksi. Selang bertelur pada ayam biasanya terjadi mulai dari 24 jam atau lebih dan dapat bertelur dalam waktu yang sama setiap harinya, kecuali pada awal masa bertelur dan pada akhir masa bertelur. Selang bertelur lebih dipengaruhi oleh selang ovulasi dibandingkan dari faktor alat reproduksi. Selain itu juga dapat dipengaruhi dari faktor lingkungan serta genetik (Romanoff dan Romanoff 1963). Pada penelitian ini pengaruh faktor lingkungan sudah diminimalisir dengan menerapkan program pemberian pakan, pencahayaan dan manajemen pemeliharaan yang sama pada semua kelompok ayam, sehingga perbedaan karakteristik produksi telur diduga disebabkan oleh faktor genetik. Berg (1945) menjelaskan bahwa perbedaan selang bertelur pada unggas disebabkan variasi waktu pada saat telur berada di uterus, sedangkan Johnson (1986) menyatakan bahwa lamanya ovulasi dan oviposisi serta pelepasan hormon LH (luteinizing hormon) dapat mempengaruhi waktu selang bertelur pada unggas. Analisis Gerombol (Cluster Analysis) Pengelompokan ayam dapat digunakan sebagai dasar seleksi ayam arab parent stock sesuai kebutuhan pembibit dan pemenuhan kebutuhan konsumen berdasarkan sifat produksi telur. Analisis gerombol (cluster analysis) dilakukan untuk mengelompokkan beberapa ayam yang memiliki karakteristik produksi yang serupa dengan menggunakan metode hierarki. Output yang dihasilkan dari analisis gerombol tersebut (cluster analysis) yaitu berupa dendogram dengan 2 cluster pada ayam masak kelamin cepat (Lampiran 1) dan 4 cluster pada ayam masak kelamin lambat (Lampiran 2). Ayam arab golden red TIARA G14 dengan masak kelamin cepat cenderung menjadi 2 cluster dengan karakteristik ragam selang bertelur rendah-produksi telur tinggi serta selang bertelur yang tinggiproduksi telur rendah (Tabel 5). Pada kelompok masak kelamin lambat, ayam cenderung menjadi 4 cluster yaitu ayam dengan karakteristik ragam selang bertelur tinggi-produksi telur tinggi, ragam selang bertelur rendah-produksi telur rendah, ragam selang bertelur rendahproduksi telur tinggi serta ragam selang bertelur tinggi-produksi telur rendah (Tabel 5). Tabel 5
Pengelompokan ayam arab golden red TIARA G14 berdasarkan
10 produksi dan ragam selang bertelur (persistensi produksi) Hasil analisis gerombol (cluster analysis) ayam masak kelamin cepat menunjukkan bahwa pada cluster 1 terdiri atas 31 ekor dan pada cluster 2 terdiri atas 69 ekor (Tabel 5). Hasil analisis gerombol (cluster analysis) ayam masak kelamin lambat terdapat 4 cluster yaitu cluster 1 terdiri atas 10 ekor, cluster 3 terdiri atas 61 ekor, gerombol gerombol cluster 2 terdiri atas 25 ekor, serta cluster 4 yang terdiri atas 4 ekor (Tabel 5). Pada cluster 1 ayam pada kelompok masak kelamin cepat memiliki karakteristik ragam selang bertelur tinggi namun produksi telur rendah (Gambar 3), hal ini dapat disebabkan oleh selang bertelur pada ayam masak kelamin cepat cukup tinggi pada awal produksi sehingga menyebabkan skor awal bertelur tinggi dan ragam selang bertelur juga tinggi, namun setelah bertelur beberapa kali bertelur jarak selang semakin pendek dan bertelur hampir setiap hari dan cukup konsisten. Menurut Romanoff dan Romanoff (1963) semakin lama fase produksi telur yang dihasilkan, maka waktu selang bertelur akan semakin pendek (mendekati 24 jam). Pada cluster 2 ayam masak kelamin cepat memiliki karakteristik ragam rendah namun produksi rendah (Gambar 3), hal ini dapat dikarenakan selang bertelur cenderung konstan namun jarak bertelurnya cukup jauh. Dapat disimpulkan bahwa cluster 2 memiliki karakteristik produksi yang lebih baik dan akan dipilih untuk dilakukan seleksi lebih lanjut dibanding pada cluster 1. Pada ayam masak kelamin lambat, cluster 3 memiliki karakteristik paling baik dibanding semua cluster, karena memiliki produksi yang tinggi serta memiliki ragam selang bertelur rendah (persistensi tinggi) dibanding dengan cluster lainnya (Gambar 4). Cluster 3 pada kelompok ayam arab golden red yang memiliki masak kelamin lambat akan dipilih untuk dilakukan seleksi lebih lanjut.
Gambar 3 Boxplot produksi telur dan persistensi produksi pada gerombol cluster ayam masak kelamin cepat
11 1 Prod
40
20
2
3
4
Var
35 15 30 10
25 20
5 15 0
10 1
2
3
4
Cluster pada ayam masak kelamin lambat
Gambar 4 Boxplot produksi telur dan persistensi produksi pada gerombol cluster ayam masak kelamin lambat Pembahasan Umum Karakteristik karakteristik produksi telur pada ayam arab golden red TIARA G14 antara kelompok ayam masak kelamin cepat dan lambat berbeda baik dari segi produksi telur maupun persistensi produksi telur. Jumlah produksi telur pada ayam masak kelamin cepat lebih tinggi dibanding dengan ayam masak kelamin lambat sedangkan persistensi produksi telur ayam masak kelamin cepat lebih rendah atau kurang konsiten terutama pada awal produksi. Romanoff dan Romanoff (1963) juga menemukan bahwa selang bertelur pada awal dan akhir produksi telur akan kurang konsisten (persistent), dikarenakan adanya faktor genetik serta faktor lingkungan. Berdasarkan segi produksi telur dan persistensi produksi, ayam yang memiliki masak kelamin lambat lebih baik karena memiliki persistensi produksi yang tinggi (ragam selang bertelur rendah) dan memiliki potensi untuk menghasilkan produksi telur lebih tinggi. Penseleksian ayam pada periode awal produksi akan menghasilkan nilai heritabilitas yang tinggi (Muir 1990), oleh karena itu untuk seleksi lebih lanjut ayam arab golden red masak kelamin cepat dan masak kelamin lambat dapat dikelompokkan masing-masing berdasarkan kelas persistensi tinggi-produksi tinggi untuk menjadi kelas superior, dan kelas persistensi tinggi-produksi rendah, persistensi rendah-produksi tinggi atau persistensi rendah-produksi rendah untuk tujuan pemenuhan permintaan karakteristik produksi ayam khusus di berbagai wilayah Indonesia. Pengelompokan pada ayam arab golden red TIARA G14 pada masak cepat hanya didapat 2 kelompok dikarenakan karakteristik produksi telur pada ayam yang memiliki umur masak kelamin cepat cukup seragam dibandingkan dengan ayam yang memiliki masak kelamin lambat. Kelompok ayam yang paling diharapkan dan akan dipilih untuk dilakukan seleksi yaitu cluster 2 pada kelompok ayam yang memiliki masak kelamin cepat dan gerombol cluster 3 pada ayam yang memiliki masak kelamin lambat, karena memiliki
12 karakteristik produksi persisten tinggi dan produksi tinggi (ragam selang bertelur rendah-produksi telur tinggi). Berdasarkan hasil analisis gerombol, mayoritas ayam pada kedua kelompok umur reproduksi memiliki karakteristsik produksi telur yang baik (69 dan 61 ekor) dibandingkan dengan ayam-ayam yang memiliki karakteristik produksi yang rendah (31 dan 4 ekor).
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Produksi dan persistensi produksi telur yang dihasilkan oleh ayam arab golden red yang memiliki masak kelamin cepat berbeda dengan ayam arab golden red yang memiliki masak kelamin lambat. Ayam arab golden red TIARA G14 dapat dikelompokkan berdasarkan karakteristik produksi berupa produksi telur dan persitensi produksi. Mayoritas ayam pada kelompok masak kelamin cepat dan lambat adalah ayam dengan karakteristik produksi yang baik, dan hanya sedikit yang memiliki karakteristik produksi rendah. Kelompok ayam yang dapat diseleksi adalah pada kelompok yang memiliki nilai ragam selang bertelur rendah (persistensi tinggi) dan produksi telur tinggi, yaitu pada cluster 2 pada masak kelamin cepat dan cluster 3 pada masak kelamin lambat. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk parameter produksi telur dan persistensi produksi pada 2 periode produksi (pertama dan kedua), untuk melihat hubungannya dengan umur reproduksi yang berbeda. Perlu dilakukan kajian lebih lanjut mengenai analisis gerombol dengan metode jarak yang berbeda.
13
DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Populasi Ternak Indonesia 2014. Jakarta (ID): Indonesia. Berg LR. 1945. The relationship of clutch position and time interval between eggs to eggshell quality. Poult Sci. 24 (VI): 555-563. Darmana W, Sitanggang M . 2002. Meningkatkan Produktivitas Ayam Arab Petelur. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka. El-Dlebshany AE. 2008. The relationship between age at sexual maturity and some productive traits in local chicken strain. Egypt Poult Sci. Vol (28) (IV): 1253-1263. Grossman M, Grossman TN, Koops WJ. 2000. A model for persistency of egg production. J. Poul. Sci.79: 1715-1724. Iskandar S, Sartika T. 2007. Mengenal Plasma Nutfah Ayam Indonesia dan Pemanfaatannya. Bogor (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Johnson AL. 1986. Avian Physiology. New York (US): Springer New York. Johnson RA, Wichern DW. 2007. Applied Multiariate Statistical Analysis ed ke6. Jersey (US): Pearson Education. Muir WM. 1989. Association between persistency of lay and partial record egg production in white leghorn hens and implications to selection programs for annual egg production. Poult Sci. 69: 1447-1454. Robinson FE, Renema RA, Oosterhoff HH, Zuidhof MJ, Wilson JL. 2001. Carcass traits, ovarian morphology and egg layong characteristik in early versus late maturing strains of commercial egg-type hens. Poult Sci 80:37-46. Romanoff AL, Romanoff AJ. 1963. The Avian Egg. 2nd Ed. New York (US): J Wiley. Sartika T. 2012. Ketersediaan sumberdaya genetik ayam lokal dan strategi pengemangannya untuk pembentukan parent dan grand parent stock. Workshop Nasional Unggas Lokal 2012; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Balitnak. Hlm 15-23. Yumna MH, Achmanu, Nurgiantiningsih A. 2013. Kuantitas dan Kualitas Telur Ayam Arab (Gallus turcicus) Silver dan Gold. Malang (ID): Brawijaya Univ Pr. Warwick EJ, Astuti M, Hardjosubroto W. 1995. Pemuliaan Ternak. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada Univ Pr.
14 Lampiran 1 Dendogram gerombol (cluster) ayam arab golden red TIARA G14 yang memiliki masak kelamin cepat
Gerombol(cluster) (cluster)11 Gerombol
Gerombol (cluster) 2 Gerombol (cluster) 2
Lampiran 2 Dendogram gerombol (cluster) ayam arab golden red TIARA G14 yang memiliki masak kelamin lambat
Gerombol (cluster) 2 Gerombol (cluster) 1
Gerombol (cluster) 3 Gerombol (cluster) 4
15
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Surabaya pada tanggal 15 Agustus 1993. Penulis merupakan anak pertama dari 3 bersaudara pasangan Bapak Sasono Mukti dan Ibu Ani Mariana. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Bhakti Prima, Tangerang Selatan pada tahun 2005, pendidikan sekolah menengah pertama di SMP Budi Mulia Bogor pada tahun 2008 dan pendidikan menengah atas di SMA Budi Mulia Bogor pada tahun 2011, kemudian melanjutkan pendidikan tinggi pada tahun yang sama di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur SNMPTN Tulis. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif sebagai pengurus di beberapa organisasi mahasiswa, yaitu Keluarga Mahasiswa Buddish IPB (KMB IPB) pada tahun 2012-2013, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Peternakan (BEM-D), serta Himpunan Mahasiswa Produksi Ternak (HIMPRO). Selain itu penulis juga berkesempatan mendapatkan Beasiswa Bantuan PT Antam (Persero) Tbk dari tahun 2012-2015.