MAKE TO STOCK (MTS)
MODUL II
MODUL II TEKNIK ANALISIS DAN ESTIMASI BIAYA PRODUKSI PADA SISTEM PRODUKSI MAKE TO STOCK (MTS)
2.1. Tujuan Ö Praktikan memahami proses estimasi biaya, anatomi dalam estimasi biaya produksi, dan mengenal tools yang dibutuhkan dalam estimasi biaya produksi pada Sistem Produksi Make To Stock (MTS). Ö Praktikan mampu mengklasifikasi biaya dan menggunakan tools tertentu untuk mengestimasi biaya pada Sistem Produksi Make To Stock (MTS). Ö Praktikan mampu menentukan Harga Pokok Produk (HPP) pada Sistem Produksi Make To Stock (MTS) dalam berbagai kondisi (HPP normal, HPP hilang, HPP rusak, dan HPP cacat). Ö Praktikan mempunyai intuisi akan akibat perubahan permintaan yang terjadi pada Produksi Make To Stock (MTS).
2.2. Dasar Teori A. Pengertian Metode harga pokok proses merupakan metode pengumpulan harga pokok produk yang diterapkan pada perusahaan manufaktur yang berproduksi secara masa.
Laboratorium Sistem Logistik dan Bisnis
1
MAKE TO STOCK (MTS)
MODUL II
Karakteristik perusahaan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Sifat produksi kontinu 2. Tujuan produksi mengisi persediaan gudang 3. Bentuk produk standar B.Karakteristik Pengumpulan Harga Pokok Produk Metode pengumpulan harga pokok dengan metode harga pokok proses memiliki karakteristik sebagai berikut : 1. Sifat produksinya kontinu (terus-menerus). 2. Pengumpulan harga pokok produk dilakukan secara periodik, misalnya setiap bulan. 3. Perhitungan harga pokok per satuan dilakukan setiap akhir periode, misalnya setiap akhir bulan. 4. Perhitungan harga pokok per satuan dihitung dengan rumus sebagai berikut :
H arg a Pokok Per Satuan
Jumlah biaya produksi periode tertentu Jumlah satuan produksi periode yang bersangku tan
C. Biaya Produksi 1. Biaya Bahan Biaya bahan meliputi pemakaian bahan baku dan bahan penolong. Bahan penolong tidak dimasukkan dalam golongan biaya overhead pabrik seperti yang dilakukan dalam metode harga pokok pesanan.
Laboratorium Sistem Logistik dan Bisnis
2
MAKE TO STOCK (MTS)
MODUL II
Biaya bahan dibebankan secara langsung pada produksi (berdasarkan biaya bahan yang sesungguhnya terjadi). 2. Biaya Tenaga Kerja Biaya tenaga kerja meliputi upah langsung, upah tidak langsung dan semua biaya yang berhubungan langsung dengan tenaga kerja bagian produksi, seperti tunjangan kesehatan, tunjangan makan, pakaian kerja, tunjangan perumahan, dan tunjangan pendidikan. Biaya tenaga kerja dibebankan secara langsung pada produksi (berdasarkan biaya tenaga kerja yang sesungguhnya terjadi). 3. Biaya Overhead Pabrik Biaya overhead pabrik meliputi semua biaya produksi tidak langsung selain biaya-biaya yang termasuk dalam biaya bahan dan biaya tenaga kerja di atas. Biaya overhead pabrik dibebankan secara langsung pada produksi (berdasarkan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi) apabila memiliki sifat-sifat sebagai berikut : a. Produksinya relatif stabil b. Biaya overhead pabrik khususnya yang bersifat tetap bukan merupakan bagian yang berarti dibandingkan dengan biaya produksi total.
Laboratorium Sistem Logistik dan Bisnis
3
MAKE TO STOCK (MTS)
MODUL II
D. Laporan Harga Pokok Produksi Laporan harga pokok produksi memuat tiga bagian pokok yaitu : 1. Data produksi Pada bagian ini dilaporkan mengenai perincian jumlah produk yang masuk proses, jumlah produk selesai dan jumlah produk dalam proses awal dan akhir dari suatu periode. 2. Biaya yang dibebankan Pada bagian ini dilaporkan mengenai perincian pembebanan biaya persatuan produk yang meliputi biaya bahan, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. 3. Perhitungan harga pokok Pada bagian ini dilaporkan mengenai harga pokok produk selesai yang ditransfer ke departemen produksi terusannya atau ke gudang produk selesai. E. Pengaruh Persediaan Produk dalam Proses Awal Terhadap Penentuan Harga Pokok Produk Per Satuan Persediaan produk dalam proses pada awal periode akan mengakibatkan adanya dua macam harga pokok produk pada periode yang bersangkutan yaitu harga pokok persediaan produk dalam proses dan harga pokok yang terjadi pada periode yang berjalan. Masalah yang timbul adalah bagaimana cara menentukan harga pokok per satuan produk selesai yang ditransfer ke departemen Laboratorium Sistem Logistik dan Bisnis
4
MAKE TO STOCK (MTS)
MODUL II
lanjutannya atau ke gudang. Dalam hal ini dapat dipilih salah satu metode berikut : 1. Metode Harga Pokok Rata-Rata Dalam metode ini produk ekuivalen dihitung dengan rumus : Produk Ekuivalen = Jumlah Produk Selesai + Tingk. Penyelesaian Produk dlm Proses Akhir Periode
2. Metode Harga Pokok First In First Out (FIFO) Dalam metode ini produk ekuivalen dihitung dengan rumus : Produk Ekuivalen =
Juml. Produk dlm Proses Awal Periode dikurangi Tingk. Penyelesaian
Juml. Produk Selesai
+ dikurangi Juml. Produk dlm Proses Awal Periode
Tingk. Penyelesaian
+ Produk dalam Proses Akhir Periode
F. Pengaruh Produk Hilang dalam Proses Terhadap Penentuan Harga Pokok Produk Per Satuan Dalam proses produksi sering terjadi ada produk yang hilang. Produk hilang dapat diketahui apabila jumlah produk yang dihasilkan selama periode tertentu lebih rendah dari jumlah produk yang seharusnya dihasilkan. Peristiwa produk hilang mempengaruhi perhitungan harga pokok per satuan produk yang tidak hilang. 1. Produk hilang pada awal proses Apabila produk hilang diperlakukan sebagai hilang pada awal proses, maka dalam menghitung harga pokok produk per satuan harus memperhatikan ketentuan sebagai berikut :
Laboratorium Sistem Logistik dan Bisnis
5
MAKE TO STOCK (MTS)
MODUL II
a. Produk hilang tersebut tidak ikut dihitung dalam menentukan jumlah produk ekuivalen, karena produk hilang tersebut tidak ikut menikmati biaya yang dikeluarkan. b. Jika terjadi produk hilang awal proses di departemen lanjutan, maka perlu diadakan penyesuaian terhadap harga pokok per satuan yang dibawa dari departemen sebelumnya. 2. Produk hilang pada akhir proses Apabila produk hilang diperlakukan sebagai hilang pada awal proses, maka dalam menghitung harga pokok produk per satuan harus memperhatikan ketentuan sebagai berikut : a. Produk hilang tersebut ikut dihitung dalam menentukan jumlah produk ekuivalen, karena produk hilang tersebut telah ikut menikmati
biaya
yang
dikeluarkan
pada
periode
yang
bersangkutan. b. Harga pokok produk hilang dibebankan pada produk selesai yang ditransfer ke gudang atau ke departemen lanjutan. Dengan demikian harga pokok produk hilang pada akhir proses akan menaikkan harga pokok per satuan produk selesai yang ditransfer ke gudang atau ke departemen lanjutan.
Laboratorium Sistem Logistik dan Bisnis
6
MAKE TO STOCK (MTS)
MODUL II
G. Pengaruh Produk Rusak dalam Penentuan Harga Pokok Produk Selesai Per Satuan yang Ditransfer Produk rusak adalah produk yang tidak memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan yang secara ekonomis tidak dapat diperbaiki menjadi produk baik. Hal ini berarti produk rusak tersebut tidak menguntungkan apabila diperbaiki karena biaya perbaikan lebih besar daripada kebaikan harga jualnya. Produk rusak mungkin tidak laku dijual dan kemungkinan juga laku dijual. Apabila produk rusak tidak laku dijual, maka dalam perhitungan harga pokok produk per satuan produk rusak diperlakukan sama dengan produk hilang pada akhir proses. Apabila produk rusak laku dijual, maka produk ruask dapat diperlakukan dengan salah satu cara berikut : 1. Nilai jual produk rusak untuk mengurangi biaya produksi Apabila cara ini dipilih maka nilai jual produk rusak untuk mengurangi masing-masing elemen harga pokok (biaya bahan, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik) secara proporsional, sedangkan harga pokok produk rusak dihitung seperti produk yang baik dan ikut dihitung dalam menentukan jumlah produk ekuivalen. 2. Nilai jual produk rusak diperlakukan sebagai pendapatan di luar usaha Apabila cara ini dipilih maka nilai jual produk rusak dicatat sebagai pendapatan di luar usaha dan jurnalnya sebagai berikut : Laboratorium Sistem Logistik dan Bisnis
7
MAKE TO STOCK (MTS)
Persediaan produk rusak
MODUL II
XXX
Hasil penjualan produk rusak
XXX
Kemudian harga pokok produk rusak tersebut diperlakukan seperti cara pertama. 3. Kerugian yang timbul sebagai akibat produk rusak dimasukkan sebagai elemen biaya overhead pabrik Cara ini ditempuh apabila biaya overhead pabrik dibebankan pada produk atas dasar tarif yang ditentukan di muka. BOP yang dianggarkan pada awal tahun yang digunakan sebagai dasar penentuan tarif BOP untuk memperhitungkan taksiran kerugian akibat produk rusak. Kemudian kerugian yang sesungguhnya terjadi dicatat sebagai BOP yang sesungguhnya.
H. Pengaruh Produk Cacat dalam Penentuan Harga Pokok Produk Selesai Per Satuan yang Ditransfer Produk cacat adalah produk yang tidak memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan yang secara ekonomis masih dapat diperbaiki menjadi produk baik. Produk cacat secara ekonomis dapat diperbaiki artinya harga pokok produk cacat ditambah biaya perbaikan ternyata masih lebih rendah jika dibandingkan dengan nilai jualnya. Sebaliknya, apabila produk cacat tidak diperbaiki nilai jualnya lebih rendah dibandingkan dengan harga pokoknya. Jenis biaya perbaikan atau Laboratorium Sistem Logistik dan Bisnis
8
MAKE TO STOCK (MTS)
MODUL II
pengerjaan kembali dapat hanya berupa biaya konversi saja, tetapi dapat pula berupa biaya bahan dan biaya konversi. Di dalam metode pengumpulan harga pokok proses biaya pengerjaan kembali produk cacat diperlakukan sebagai tambahan biaya produksi, sehingga biaya tersebut menaikkan biaya produksi secara keseluruhan dan juga menaikkan harga pokok produk per satuan yang ditransfer ke gudang atau ke departemen lanjutan.
2.3. Data yang Dibutuhkan Data perusahaan Gambar teknik produk Bill of Material (BOM) OPC Harga-harga part Lead time pemesanan part Neraca awal Bukti-bukti transaksi
Laboratorium Sistem Logistik dan Bisnis
9
MAKE TO STOCK (MTS)
MODUL II
2.4. Format Form Dalam pengerjaan laporan keuangan modul II ini, menggunakan form – form seperti di bawah ini: FORM BUKTI TRANSAKSI
FORM KARTU PERSEDIAAN
FORM JURNAL
FORM BUKU BESAR
FORM BOP
Laboratorium Sistem Logistik dan Bisnis
10
MAKE TO STOCK (MTS)
MODUL II
FORM NERACA LAJUR
Laboratorium Sistem Logistik dan Bisnis
11
MAKE TO STOCK (MTS)
MODUL II
FORM HPP
Laboratorium Sistem Logistik dan Bisnis
12
MAKE TO STOCK (MTS)
MODUL II
FORM LABA RUGI
FORM NERACA AKHIR
Laboratorium Sistem Logistik dan Bisnis
13