UKURAN TUBUH DAN PRODUKSI TELUR AYAM HASIL PERSILANGAN AYAM LOKAL DENGAN AYAM RAS PEDAGING
INDAH PUTRI HAPSARI
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Ukuran Tubuh dan Produksi Telur Ayam Hasil Persilangan Ayam Lokal dengan Ayam Ras Pedaging adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juni 2015
Indah Putri Hapsari NIM D14110014
ABSTRAK INDAH PUTRI HAPSARI. Ukuran Tubuh dan Produksi Telur Ayam Hasil Persilangan Ayam Lokal dengan Ayam Ras Pedaging. Dibimbing oleh SRI DARWATI dan RUDI AFNAN. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari ukuran tubuh dan produksi telur ayam hasil persilangan ayam lokal dengan ayam ras pedaging umur dewasa. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Pemuliaan dan Genetika Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Ayam yang digunakan berjumlah 66 ekor jantan dan betina dewasa yaitu ayam hasil persilangan kampung x ras pedaging (KB), ras pedaging x kampung (BK), pelung x sentul (PS), pelung x ras pedaging (PB), dan sentul x kampung (SK). Pakan yang diberikan sebanyak 110 g ekor-1 hari-1. Peubah yang diamati adalah bobot badan, ukuran tubuh, produksi telur harian, bobot telur, serta massa telur. Uji T dilakukan untuk mengetahui perbedaan ukuran tubuh dan produksi telur setiap jenis ayam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot badan ayam yang paling berat adalah ayam KB jantan dan BK betina. Ukuran tubuh ayam yang paling besar secara umum adalah ayam BK jantan dan PB betina. Produksi telur yang paling tinggi adalah ayam KB. Rataan bobot telur yang paling berat adalah ayam PB. Massa telur yang paling berat adalah ayam KB. Ayam lokal yang disilangkan dengan ayam ras pedaging dapat meningkatkan ukuran tubuh dan produksi telur dari ayam lokal. Kata kunci: persilangan, produksi telur, ukuran tubuh
ABSTRACT INDAH PUTRI HAPSARI. Body Size Measurement and Egg Production of Crossbred between Indonesian Local Chicken and Meat Type Chicken. Supervised by SRI DARWATI and RUDI AFNAN. This study aimed to evaluate body size and egg production traits of crossbred between Indonesian local chicken and meat type chicken at adult age. This study was done in Laboratory of Animal Breeding and Genetics, Animal Science Faculty, Bogor Agricultural University IPB. A total of 66 crossbred adult male and female chickens consisted of kampung x meat type (KB), meat type x kampung (BK), pelung x sentul (PS), pelung x broiler (PB) and sentul x kampung (SK). Each chicken was fed 110 gram daily. Traits measured were body weight, body size, egg production, egg weight, and egg mass. Differences of body size and egg production were subjected to T test. This study resulted in the weight of KB male and BK female which the heaviest. In general, BK male and PB female showed the highest in body size. KB hens produced the highest eggs numbers. The heaviest egg was produced by PB hens. Meanwhile, KB hens had highest egg mass. Indonesian local chicken crossed with meat type enhanced body size and egg production compared to other Indonesian local chickens. Key words: body size, crossbred, egg production
UKURAN TUBUH DAN PRODUKSI TELUR AYAM HASIL PERSILANGAN AYAM LOKAL DENGAN AYAM RAS PEDAGING
INDAH PUTRI HAPSARI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September sampai Desember 2014 ini ialah Ukuran Tubuh dan Produksi Telur Ayam Hasil Persilangan Ayam Lokal dengan Ayam Ras Pedaging. Terima kasih penulis ucapkan kepada pembimbing Ibu Dr Ir Sri Darwati, MSi dan Bapak Dr Rudi Afnan, SPt MScAgr atas waktu, tenaga, saran, dan bimbingan, yang telah diberikan. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Asnath Maria Fuah, MS sebagai dosen penguji atas saran yang diberikan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada mama, adik, dan seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Penulis juga sampaikan terima kasih kepada Bapak Dadang sebagai staf kandang ABC serta teman-teman tim penelitian atas kerja sama dan dukungannya Asep Saepudin, Aulia Rahmad Hasyim, Fandes Trisman, M. Adi Candra Daulay, Ariesta Bangun Budiarto, Salva Fatma, M. Wafi Faiz Alhaq, dan Pandi Prabowo. Teman-teman IPTP 48 yang telah mendukung selama penelitian. Terima kasih juga kepada PT ANTAM atas beasiswa yang diberikan selama masa kuliah. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Juni 2015
Indah Putri Hapsari
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Ruang Lingkup Penelitian METODE Waktu dan Lokasi Penelitian Bahan Alat Prosedur Persiapan Kandang Pemberian Pakan Pengumpulan Telur Peubah yang Diamati Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot Badan Ukuran Tubuh Jantan Ukuran Tubuh Betina Produksi Telur Harian Rataan Bobot Telur Massa Telur SIMPULAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
x x 1 1 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 5 5 5 7 10 12 14 15 16 16 18 19
DAFTAR TABEL 1 Jenis ayam hasil persilangan 2 Kandungan nutrisi pakan yang digunakan selama penelitian (%) 3 Bobot badan (g) ± simpangan baku (kk; n) ayam hasil persilangan ayam lokal dengan ras pedaging 4 Ukuran tubuh (mm) ± simpangan baku (kk) ayam jantan hasil persilangan ayam lokal dengan ras pedaging 5 Ukuran tubuh (mm) ± simpangan baku (kk) ayam betina hasil persilangan ayam lokal dengan ras pedaging 6 Rataan produksi telur harian (%) ± simpangan baku (kk; n) ayam hasil persilangan ayam lokal dengan ras pedaging 7 Rataan bobot telur (g) ± simpangan baku (kk; n) ayam hasil persilangan ayam lokal dengan ras pedaging 8 Massa telur (g) (jumlah telur) ayam hasil persilangan ayam lokal dengan ras pedaging
2 3 5 8 10 13 14 16
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi, salah satunya bisa dilihat dari banyaknya jenis ayam lokal Indonesia. Ayam lokal merupakan komoditas ternak yang memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi ternak komersial karena memiliki keunggulan seperti tingginya daya tahan tubuh terhadap penyakit serta mudah beradaptasi dengan lingkungan. Ayam lokal juga memiliki keragaman genotip dan fenotip yang tinggi. Hal ini menjadi daya tarik bagi masyarakat yang gemar dengan komoditas ayam untuk memadukan sifatsifat baik berbagai jenis ayam sehingga dihasilkan ayam yang memiliki sifat unggul. Ayam kampung memiliki produktivitas perdagingan yang rendah, namun memiliki kerangka yang besar dan tahan terhadap penyakit. Bobot badan ayam kampung jantan dewasa sebesar 2 405.141 g dan betina 1 650 g (Nataamijaya 2005). Produktivitas perdagingan yang rendah pada ayam kampung dapat diatasi dengan menyilangkannya dengan ayam yang memiliki produktivitas perdagingan baik yaitu ayam ras pedaging. Hal ini dikarenakan pada umur yang sama, bobot badan ayam ras pedaging jauh lebih tinggi dibandingkan ayam kampung. Menurut Kartasudjana (2005), bobot badan ayam ras pedaging pada umur 4-5 minggu sekitar 1.2-1.9 kg ekor-1. Produktivitas perdagingan ayam kampung yang rendah dapat disebabkan oleh pertumbuhan yang lambat sehingga ayam kampung dapat disilangkan dengan ayam lokal yang memiliki pertumbuhan badan cepat yaitu ayam sentul. Menurut Meyliana et al. (2013), bobot badan ayam sentul betina dewasa sebesar 1.69 kg. Produksi telur ayam sentul sekitar 150 butir tahun-1 (Baktiningsih et al. 2013). Ayam lokal lain yang juga berpotensi baik adalah ayam pelung. Ayam pelung memiliki ukuran tubuh dan bobot badan yang lebih tinggi dibandingkan ayam lokal lainnya sehingga ayam pelung dapat digunakan untuk memproduksi daging. Persilangan ayam pelung dengan ayam lokal lainnya diharapkan dapat meningkatkan mutu genetik ayam tersebut. Bobot badan ternak dapat diperkirakan melalui ukuran tubuh. Pengukuran ukuran tubuh dilakukan dengan mengukur rangka ternak tersebut. Rangka merupakan bagian tubuh yang berfungsi sebagai penguat. Rangka juga berfungsi sebagai tempat melekatnya otot. Semakin panjang rangka dalam ukuran normal diharapkan otot yang melekat juga semakin banyak sehingga menghasilkan potongan karkas yang lebih besar. Sifat kuantitatif berperan penting dalam bidang peternakan terutama yang berkaitan dengan sifat produksi (Warwick et al. 1995). Ukuran tubuh juga dapat digunakan sebagai persyaratan dalam mencari bibit ternak yang baik sehingga pengukuran tubuh juga penting untuk dipelajari. Pemilihan ternak yang baik selain melihat ukuran tubuh dapat juga dilihat produktivitas telurnya. Produktivitas telur ayam lokal masih rendah dibandingkan dengan ayam ras petelur, namun pemeliharaan secara intensif dapat meningkatkan produksi sehingga berpotensi untuk dikembangkan. Menurut Diwyanto et al. (1996), ayam lokal petelur yang dipelihara secara intensif dapat menghasilkan telur sebanyak 146 butir tahun-1.
2 Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari ukuran tubuh dewasa dan produksi telur ayam hasil persilangan ayam lokal dengan ayam ras pedaging. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini membandingkan ukuran tubuh dewasa dan produksi telur ayam hasil persilangan ayam kampung x ras pedaging (KB), ras pedaging x kampung (BK), pelung x ras pedaging (PB), pelung x sentul (PS), dan sentul x kampung (SK), umur dewasa. Ayam yang digunakan berjumlah 66 ekor. Diharapkan ayam persilangan memiliki kombinasi genetik yang memberikan informasi ukuran tubuh dan produksi telur dari ayam hasil persilangan tersebut. Hasilnya dapat menjadi solusi bagi peternak dalam penyediaan ayam tetua yang memiliki mutu genetik baik. METODE Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan bulan September sampai Desember 2014. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Pemuliaan dan Genetika Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Bahan Bahan penelitian meliputi 66 ekor ayam dewasa dan bahan pelengkap. Tabel 1 menunjukkan jumlah dan jenis kelamin dari setiap jenis ayam yang digunakan. Tabel 1 Jenis ayam hasil persilangan
3 Bahan pelengkap yang digunakan pada penelitian adalah sekam padi, pakan komersial ayam petelur, dan dedak padi. Alat Alat yang digunakan pada penelitian adalah kandang berukuran 2 m x 2 m sebanyak 15 unit, tempat minum galon kapasitas 6 L sebanyak 15 unit, tempat pakan sebanyak 15 unit, dan lampu. Alat lain yang juga digunakan adalah timbangan digital Osuka dengan ketelitian 0.5 g, jangka sorong Mitutoyo dengan ketelitian 0.05 mm, dan pita ukur Butterfly brand dengan ketelitian 1 mm. Prosedur Pemeliharaan Kandang dipersiapkan dan dibersihkan terlebih dahulu dengan sapu lidi. Lantai kandang diberi sekam. Setiap kandang diberi tempat pakan dan tempat minum. Setiap kandang diisi 1 ekor ayam jantan dan beberapa ekor ayam betina yang berbeda jenis dengan perbandingan rata-rata 1:3. Pemberian Pakan Pakan diberikan sebanyak 110 g ekor-1 hari-1 selama pemeliharaan. Pakan yang diberikan berupa pakan komersial ayam petelur dicampur dedak padi dengan rasio 60:40. Kandungan pakan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Kandungan nutrisi pakan yang digunakan selama penelitian (%)
Sumber: Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan IPB (2015); * = diperoleh dari hasil perhitungan GEx0.7
Pengumpulan Telur Telur diambil sebanyak 2 kali sehari, yaitu pada pagi dan sore hari. Telur yang kotor dibersihkan menggunakan kain lap sedikit basah untuk menghilangkan kotoran yang menempel. Selanjutnya, telur ditimbang menggunakan timbangan digital Osuka. Peubah yang Diamati Peubah yang diamati adalah bobot badan, ukuran tubuh, dan produksi telur. Ukuran tubuh meliputi: 1. Panjang jari ke-3 diukur dari pangkal hingga ujung os. metatarsus; 2. Lingkar jari ke-3 diukur dengan melingkari bagian tengah dan mengukur os. metatarsus; 3. Panjang shank diukur sepanjang os. shank; 4. Lingkar shank diukur dengan melingkari bagian tengah dan mengukur os. shank; 5. Panjang tibia diukur sepanjang os. tibia; 6. Panjang femur diukur sepanjang os. femur;
4 7. Panjang sayap diukur dari os. humerus, radius, metacarpus dan phalanges; 8. Rentang sayap diukur dengan merentangkan sayap dan mengukur jarak dari dari os. humerus hingga phalanges; 9. Panjang dada diukur sepanjang os. sternum; 10. Lebar dada diukur pada posisi berdiri dari depan dengan mengukur jarak antara os. sternum bagian kiri dan kanan; 11. Dalam dada diukur vertikal dari os. thoracic vertebrae depan hingga ujung os. sternum depan; 12. Lingkar dada diukur dengan melingkari alat ukur dari ujung os. sternum depan melingkari os. thoracic vertebrae ke titik semula; 13. Panjang paruh diukur dari ujung hingga pangkal os. mandibula; 14. Panjang leher diukur sepanjang os. cervical vertebrae; 15. Panjang punggung diukur sepanjang os. troracic vertebrae hingga sebelum os. pygostyle; 16. Jarak antara os. pubis diukur dari os. pubis kiri hingga os. pubis kanan; 17. Jarak antara os. sternum dengan os. pubis diukur dari ujung os. sternum bagian belakang hingga os. pubis bagian kanan. Produksi telur yang diamati adalah produksi telur harian, bobot telur, dan massa telur. Ukuran tubuh yang diamati ditunjukkan pada gambar 1.
(a) Tampak samping (b) Tampak depan (c) Tampak belakang Gambar 1 Kerangka ayam (a) tampak samping, (b) tampak depan, (c) tampak belakang Keterangan: a) panjang jari ke-3, b) lingkar jari ke-3, c) panjang shank, d) lingkar shank, e) panjang tibia, f) panjang femur, g) panjang dada, h) lingkar dada, i) panjang paruh, j) panjang leher, k) panjang punggung, l) jarak antara tulang dada dengan tulang pubis,
5 m) panjang sayap, n) lebar dada, o) dalam dada, p) rentang sayap, q) jarak antara tulang pubis.
Analisis Data Data dianalisis secara deskriptif dengan mengetahui rataan ( ̅ ), simpangan baku (s), dan koefisien keragaman (kk). Uji t dilakukan untuk mengetahui perbedaan morfometrik ayam persilangan kampung x ras pedaging, ras pedaging x kampung, pelung x sentul, pelung x ras pedaging, sentul x kampung, dan untuk mengetahui perbedaan produksi telur harian, rataan bobot telur, serta massa telur. Rumus dari uji t menurut Walpole (1993) adalah (̅̅̅
̅̅̅) √
(
)
√
HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot Badan Bobot badan merupakan salah satu indikator dalam menentukan ayam petelur yang baik. Induk yang memiliki bobot badan normal lebih dapat berproduksi optimal dibandingkan induk yang memiliki bobot badan di luar kisaran normal. Hal ini berkaitan dengan kemampuan induk dalam memproduksi telur. Tabel 3 menunjukkan bobot badan dari ayam hasil persilangan ayam lokal dengan ayam ras pedaging. Tabel 3 Bobot badan (g) ± simpangan baku (kk; n) ayam hasil persilangan ayam lokal dengan ras pedaging
Keterangan: KB= persilangan ayam kampung jantan dengan ayam ras pedaging betina; BK= persilangan ayam ras pedaging jantan dengan ayam kampung betina; PS= persilangan ayam pelung jantan dengan ayam sentul betina; PB= persilangan ayam pelung jantan dengan ayam ras pedaging betina; SK= persilangan ayam sentul jantan dengan ayam kampung betina; Angka yang disertai huruf a dan b pada kolom yang sama menunjukkan bobot badan berbeda (P<0.05)
6 Ayam jantan dan betina yang dikawinkan untuk memperoleh keturunan sebaiknya memiliki bobot badan yang tidak jauh berbeda. Hal ini bertujuan supaya ayam jantan tidak kesulitan dalam mengawini betina dan betina tidak terlalu berat menopang tubuh jantan. Menurut pendapat Pratiwanggana (2014), bobot badan ayam jantan yang terlalu berat dibandingkan bobot betina menyebabkan ayam jantan kesulitan mengawini betina. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa bobot badan ayam jantan KB memiliki bobot paling berat dan tidak berbeda nyata dengan PB serta BK (P>0.5) namun berbeda nyata dengan PS dan SK (P<0.05). Bobot badan ayam jantan SK memiliki bobot paling rendah tidak berbeda nyata dengan PS, BK, dan PB (P>0.05). Bobot badan ayam betina BK paling berat dibandingkan jenis ayam lainnya, sedangkan bobot badan ayam SK paling ringan dibandingkan jenis ayam lainnya. Bobot badan ayam betina memiliki nilai koefisien keragaman yang tinggi berarti bobot badan ayam betina beragam. Ayam KB merupakan ayam hasil persilangan ayam kampung jantan dengan ayam ras pedaging betina. Bobot badan ayam KB jantan sebesar 3 348±676 g dan lebih berat dibandingkan bobot badan ayam kampung jantan. Menurut Pratiwanggana (2014), bobot ayam kampung jantan sebesar 3 347±189 g. Bobot badan ayam KB betina sebesar 2 716±507 g dan lebih berat dibandingkan bobot badan ayam kampung betina. Menurut Pratiwanggana (2014), bobot badan ayam kampung betina sebesar 1 933±126 g. Ayam BK merupakan ayam hasil persilangan ayam ras pedaging jantan dan ayam kampung betina. Bobot badan ayam BK jantan sebesar 3 231±1 114 g dan lebih ringan dibandingkan ayam kampung jantan. Menurut Pratiwanggana (2014), bobot ayam kampung jantan sebesar 3 347±189 g. Bobot badan ayam BK betina sebesar 2 858±370 g dan lebih berat dibandingkan bobot badan ayam kampung betina. Menurut Pratiwanggana (2014), bobot badan ayam kampung betina sebesar 1 933±126 g. Ayam PB merupakan ayam hasil persilangan ayam pelung jantan dan ayam ras pedaging betina. Bobot badan ayam PB jantan sebesar 3 262±373 g dan lebih ringan dari bobot badan ayam pelung. Menurut Sopian (2014), bobot badan ayam pelung jantan sebesar 3 373±265 g. Bobot badan ayam PB betina sebesar 2 816±622 g dan lebih berat dibandingkan bobot badan ayam pelung betina. Menurut Iskandar et al. (2000), bobot badan ayam pelung betina sebesar 2 332 g. Ayam PS merupakan ayam hasil persilangan ayam pelung jantan dan ayam sentul betina. Bobot badan ayam PS jantan sebesar 2 523±207 g dan lebih ringan dibandingkan bobot ayam pelung jantan serta bobot ayam sentul jantan. Menurut Sopian (2014), bobot badan ayam pelung jantan sebesar 3 373±265 g dan bobot badan ayam sentul jantan sebesar 2 560±848 g. Bobot badan ayam PS betina sebesar 1 761±552 g dan lebih ringan dibandingkan bobot badan ayam pelung betina dan sentul betina. Menurut Iskandar et al. (2000), bobot badan ayam pelung betina sebesar 2 332 g dan bobot badan ayam sentul betina menurut Sopian (2014) sebesar 2 170±322 g. Ayam SK merupakan ayam hasil persilangan ayam sentul jantan dan ayam kampung betina. Bobot badan ayam SK jantan sebesar 2 297±321 g dan lebih ringan dari bobot badan ayam sentul jantan dan ayam kampung jantan. Menurut Sopian (2014), bobot badan ayam sentul jantan sebesar 2 560±848 g dan bobot
7 badan ayam kampung jantan menurut Pratiwanggana (2014) sebesar 3 347±189 g. Bobot badan ayam SK betina sebesar 1 451±282 g dan lebih ringan dibandingkan bobot badan ayam sentul betina dan kampung betina. Menurut Sopian (2014), bobot badan ayam sentul betina sebesar 2 170±322 g dan bobot badan ayam kampung betina sebesar 1 966±205 g. Secara umum, bobot badan ayam jantan lebih berat dibandingkan ayam betina. Hal ini disebabkan ayam jantan memiliki hormon pengatur pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan betina. Menurut Soeparno (1992), bobot badan ayam jantan lebih tinggi dari betina karena pada jantan terdapat hormon testosteron sebagai steroid androgen yang berfungsi mengatur pertumbuhan. Sekresi androgen yang tinggi pada jantan disebabkan oleh sekresi testosteron yang tinggi yang dihasilkan oleh testis, sehingga laju pertumbuhan ayam jantan lebih tinggi. Bobot badan ayam betina dari hasil persilangan dengan ayam ras pedaging lebih berat dibandingkan dengan hasil persilangan sesama ayam lokal. Ayam BK, PB, dan KB betina memiliki bobot badan yang lebih berat dibandingkan dengan ayam kampung maupun ayam pelung betina. Menurut Zainal et al. (2012), ayam yang memiliki hubungan kekerabatan jauh dapat terjadi heterosis positif. Persilangan dengan sesama ayam lokal menghasilkan bobot badan yang lebih ringan dibandingkan dengan tetuanya. Menurut Banjarnahor et al. (2014), ternak yang memiliki hubungan kekerabatan dekat memiliki peluang yang kecil untuk meningkatkan heterosis dalam persilangannya. Ukuran Tubuh Jantan Ukuran tubuh ayam jantan yang berfungsi sebagai bibit, penting diketahui karena jantan digunakan untuk mengawini betina. Tabel 4 menunjukkan ukuran tubuh ayam jantan hasil persilangan ayam lokal dengan ayam ras pedaging. Tulang merupakan bagian tubuh yang berfungsi sebagai perletakan otot dan untuk menopang tubuh (North and Bell 1990). Menurut Lawrence and Fowler (2002), faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tulang yaitu faktor endogeneous yang dipengaruhi oleh hormon dan faktor exogeneous yang dipengaruhi oleh pakan. Jari ke-3 ayam BK memiliki ukuran paling panjang yaitu 63.42±8.27 mm dibandingkan ayam PB, KB, PS, dan SK. Ayam SK memiliki ukuran jari ke-3 yang paling pendek yaitu 48.38±5.25 mm. Jari ke-3 digunakan untuk mengais makanan jika ayam dipelihara secara semi intensif maupun ekstensif. Lingkar jari ke-3 ayam KB memiliki ukuran paling besar yaitu 40.69±3.45 mm dibandingkan ayam PB, BK, PS, dan SK. Ayam SK memiliki ukuran lingkar jari ke-3 yang paling kecil yaitu 31.88±1.65 mm. Shank ayam BK memiliki ukuran paling panjang yaitu 138.46±58.97 mm dibandingkan ayam KB, PB, PS, dan SK. Ayam SK memiliki ukuran shank yang paling pendek yaitu 99.55±8.44 mm. Menurut Nishida et al. (1982), panjang shank merupakan penduga bobot badan yang paling tepat karena memiliki ketelitian pengukuran sangat baik dibandingkan dengan panjang betis. Lingkar shank ayam KB memiliki ukuran paling besar yaitu 62.25±4.80 mm dan tidak berbeda nyata dengan PB dan BK, namun berbeda nyata dengan PS dan SK (P<0.05). Lingkar shank ayam SK memiliki ukuran terkecil yaitu
8 50.50±4.80 mm tidak berbeda nyata dengan PS, BK, dan PB (P>0.05). Menurut Mansjoer (1981), lingkar shank digunakan untuk mengetahui bentuk kerampingan shank yaitu kemampuan kaki dalam menopang bobot badan. Tabel 4 Ukuran tubuh (mm) ± simpangan baku (kk) ayam jantan hasil persilangan ayam lokal dengan ras pedaging
Keterangan: Angka yang disertai huruf a dan b pada baris yang sama menunjukkan ukuran tubuh berbeda (P<0.05); n= jumlah ayam
Tibia ayam PB memiliki ukuran paling panjang yaitu 175.79±9.13 mm dibandingkan ayam KB, PS, SK, dan BK. Ayam BK memiliki ukuran tibia yang paling pendek yaitu 134.50±39.54 mm. Tulang tibia atau yang biasa disebut dengan paha bawah merupakan salah satu tempat deposit otot terbesar sehingga diharapkan ukuran tibia yang panjang maka timbunan otot semakin banyak. Menurut Muryanto et al. (2002), daging yang melekat pada paha bawah sebesar 12.94±0.2% dari bobot karkas. Femur ayam BK memiliki ukuran paling panjang yaitu 128.25±22.05 mm dibandingkan ayam KB, PB, PS, dan SK. Ayam SK memiliki ukuran femur yang paling pendek yaitu 106.26±5.76 mm. Menurut McLelland (1990), tulang tibia
9 dan femur merupakan sumber sumsum tulang yang baik. Tulang femur atau lebih dikenal dengan paha atas juga merupakan salah satu tempat deposit otot paling banyak sehingga diharapkan ukuran femur yang panjang maka otot yang melekat juga semakin banyak. Hal ini diperkuat oleh Muryanto et al. (2002) bahwa daging yang melekat pada paha atas sebesar 15±1.2%. Sayap ayam PB memiliki ukuran paling panjang yaitu 307.13±7.28 mm dibandingkan ayam BK, KB, PS, dan SK. Ayam SK memiliki ukuran sayap yang paling pendek yaitu 267.12±13.20 mm. Rentang sayap ayam PS memiliki ukuran paling panjang yaitu 256.15±13.69 mm dan tidak berbeda nyata dengan BK, KB, dan SK namun berbeda nyata dengan PB (P<0.05). Rentang sayap ayam PB memiliki ukuran terpendek yaitu 238.25±2.47 mm dan tidak berbeda nyata dengan SK, KB, dan BK (P>0.05). Dada ayam PB memiliki ukuran paling panjang yaitu 141.88±9.81 mm dibandingkan ayam KB, BK, SK, dan PS. Ayam PS memiliki ukuran dada terpendek yaitu 124.29±5.64 mm. Dada merupakan deposit otot paling besar dibandingkan bagian lain (Kusuma 2002) sehingga diharapkan ukuran dada yang panjang, otot yang melekat juga semakin banyak. Menurut Muryanto et al. (2002), daging yang melekat pada tulang dada memiliki persentasi paling besar yaitu 17.2±1.8% dari bobot karkas dibandingkan bagian lainnya. Dada ayam PB memiliki ukuran paling lebar yaitu 72.69±0.18 mm dan tidak berbeda nyata dengan KB dan BK namun berbeda nyata dengan PS dan SK (P<0.05). Dada ayam SK memiliki ukuran tersempit yaitu 55.04±3.50 mm dan tidak berbeda nyata dengan PS, BK dan KB (P>0.05). Menurut Kusuma (2002), lebar dada menunjukkan terdapatnya ruang yang cukup untuk kerja organ di dalamnya. Dalam dada ayam BK memiliki ukuran paling besar yaitu 138.54±8.23 mm dibandingkan ayam PB, KB, PS dan SK. Ayam SK memiliki ukuran dalam dada yang paling rendah yaitu 121.82±7.00 mm. Lingkar dada ayam BK memiliki ukuran paling besar yaitu 437.00±18.38 mm, dibandingkan ayam PB, KB, PS, dan SK. Ayam SK memiliki lingkar dada paling kecil yaitu 340.63±14.46 mm. Paruh ayam PB memiliki ukuran paling panjang yaitu 44.08±1.51 mm dibandingkan ayam KB, BK, PS, dan SK. Ayam SK memiliki ukuran paruh yang paling pendek yaitu 37.05±1.90 mm. Paruh digunakan untuk mengambil pakan sehingga paruh yang panjang diharapkan pakan yang masuk juga lebih banyak. Leher ayam BK memiliki ukuran paling panjang yaitu 209.00±24.04 mm dibandingkan ayam KB, PS, PB, dan SK. Ayam SK memiliki ukuran leher terpendek yaitu 175.75±15.06 mm. Leher yang panjang memudahkan dalam mencari pakan karena menyesuaikan dengan ukuran kakinya (Widodo et al. 2012). Punggung ayam BK memiliki ukuran paling panjang yaitu 220.00±28.28 mm dibandingkan ayam KB, PB, PS, dan SK. Ayam SK memiliki ukuran punggung terpendek yaitu 180.88±26.07 mm. Ayam jantan dari hasil persilangan ayam lokal dengan ayam ras pedaging memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dibandingkan dengan hasil persilangan sesama ayam lokal. Ayam KB, BK, dan PB memiliki ukuran tubuh lebih besar dibandingkan ayam PS dan SK.
10 Ayam jantan umumnya digunakan sebagai ayam penghasil daging. Tulang yang berfungsi sebagai penempatan otot terbesar adalah tulang dada dan paha. Ayam PB jantan memiliki ukuran yang lebih besar pada panjang tibia, lebar dada, dan dalam dada, sehingga cocok untuk dijadikan ayam penghasil pedaging. Ukuran Tubuh Betina Ukuran tubuh ayam betina penting untuk diketahui karena ukuran tubuh yang besar diharapkan menghasilkan sel telur yang berukuran besar. Ukuran tulang yang besar juga dapat menjadi cadangan kalsium bagi induk dalam memproduksi telur. Tabel 5 menunjukkan ukuran tubuh (mm) ± simpangan baku (kk) ayam betina hasil persilangan ayam lokal dengan ayam ras pedaging. Tabel 5 Ukuran tubuh (mm) ± simpangan baku (kk) ayam betina hasil persilangan ayam lokal dengan ras pedaging
Keterangan: Angka yang disertai huruf a dan b pada baris yang sama menunjukkan ukuran tubuh berbeda (P<0.05); n= jumlah ayam
11 Ukuran tubuh ayam betina lebih kecil dibandingkan ayam jantan karena hormon yang tinggi pada betina adalah hormon estrogen. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Herren (2000) bahwa hormon testosteron dengan kadar rendah meningkatkan pelebaran epifisis tulang dan membantu hormon pertumbuhan, sedangkan hormon estrogen menghambat pertumbuhan tulang. Jari ke-3 ayam PB memiliki ukuran paling panjang yaitu 50.41±3.34 mm dibandingkan ayam BK, KB, SK, dan PS. Ayam PS memiliki ukuran jari ke-3 paling pendek yaitu 40.50±3.85 mm. Jari ke-3 digunakan untuk mengais pakan. Lingkar jari ke-3 ayam PB memiliki ukuran paling besar yaitu 36.25±3.18 mm dibandingkan ayam BK, KB, PS, dan SK. Ayam SK memiliki ukuran jari ke3 paling kecil yaitu 27.22±2.62 mm. Shank ayam PB memiliki ukuran paling panjang yaitu 89.93±4.11 mm dan tidak berbeda nyata dengan BK, KB, dan PS namun berbeda nyata dengan SK (P<0.05). Ayam SK memiliki ukuran terpendek yaitu 72.30±9.30 dan tidak berbeda nyata dengan PS (P>0.05). Lingkar shank ayam PB memiliki ukuran paling besar yaitu 50.50±5.66 mm dibandingkan ayam BK, KB, PS, dan SK. Ayam SK memiliki ukuran paling kecil yaitu 37.83±2.90 mm. Tibia ayam PB memiliki ukuran paling panjang yaitu 161.72±9.28 mm dibandingkan ayam BK, KB, PS, dan SK. Ayam SK memiliki ukuran paling pendek yaitu 127.65±9.05 mm. Femur ayam PB memiliki ukuran paling panjang yaitu 105.48±7.42 mm dibandingkan ayam KB, BK, PS, dan SK. Ayam SK memiliki ukuran paling pendek yaitu 88.95±5.62 mm. Menurut Suprijatna et al. (2005), tulang tibia dan femur berfungsi sebagai tempat penyimpanan kalsium pada ayam petelur, sehingga ukuran tulang yang panjang diharapkan timbunan kalsium juga semakin banyak untuk memproduksi telur. Sayap ayam PB memiliki ukuran paling panjang yaitu 271.16±1.03 mm, dibandingkan ayam BK, KB, PS, dan SK. Ayam SK memiliki ukuran paling pendek yaitu 229.93±10.05 mm. Menurut Suprijatna et al. (2000), tulang ulna juga sebagai tempat penimbunan kalsium untuk memproduksi telur. sayap ayam PB memiliki ukuran paling panjang yaitu 226.25±3.89 mm, dibandingkan ayam BK, KB, PS, dan SK. Ayam SK memiliki ukuran paling pendek yaitu 194.50±8.30 mm. Ukuran sayap yang panjang pada ayam betina mengindikasikan ayam tersebut dapat mengerami telur dalam jumlah yang banyak. Dada ayam BK memiliki ukuran paling panjang yaitu 123.13±4.71 mm, dibandingkan ayam PB, KB, PS, dan SK. Ayam SK memiliki ukuran paling pendek yaitu 101.02±7.19 mm. Dada ayam PB memiliki ukuran paling lebar yaitu 75.35±12.06 mm, dibandingkan ayam KB, BK, PS, dan SK. Ayam SK memiliki ukuran tersempit yaitu 55.30±3.84 mm. Dalam dada ayam PB memiliki ukuran paling besar yaitu 122.88±3.71 mm, dibandingkan ayam BK, KB, PS, dan SK. Ayam SK memiliki ukuran paling kecil yaitu 105.90±6.3 mm. Lingkar dada ayam BK memiliki ukuran paling besar yaitu 400.21±24.53 mm dan tidak berbeda nyata dengan KB, PB, dan PS, namun berbeda nyata dengan SK (P<0.05). Ayam SK memiliki ukuran terkecil yaitu 307.82±16.88 mm
12 dan tidak berbeda nyata dengan PS dan PB (P>0.05). Ayam petelur yang memiliki rongga dada besar diharapkan memiliki banyak sel telur yang akan dikeluarkan menjadi telur. Paruh ayam BK memiliki ukuran paling panjang yaitu 39.03±2.25 mm dan tidak berbeda nyata dengan KB, PB, dan PS, namun berbeda nyata dengan SK (P<0.05). Ayam SK memiliki ukuran panjang paruh terpendek yaitu 31.86±1.74 mm dan tidak berbeda nyata dengan PS (P>0.05). Leher ayam PB memiliki ukuran paling panjang yaitu 178.25±18.03 mm dibandingkan ayam BK, KB, PS, dan SK. Ayam SK memiliki ukuran leher terpendek yaitu 145.06±12.80 mm. Punggung ayam PB memilliki ukuran paling panjang yaitu 188.00±14.85 mm, dibandingkan ayam BK, KB, PS, dan SK. Ayam SK memiliki ukuran punggung terpendek yaitu 151.33±6.77 mm. Jarak tulang pubis ayam KB memiliki ukuran paling panjang yaitu 50.62±7.91 mm dibandingkan ayam PB, BK, PS, dan SK. Ayam SK memiliki ukuran jarak tulang pubis terpendek yaitu 28.28±4.80 mm. Jarak antar tulang pubis digunakan untuk mengetahui ciri-ciri ayam petelur yang baik, yaitu ±3 jari atau sekitar 40 mm. Pernyataan ini diperkuat oleh pendapat Arlina dan Afriani (2003) bahwa jarak tulang pubis ayam kampung betina sebesar 40.05 mm. Jarak tulang dada dengan tulang pubis ayam KB paling panjang yaitu 72.35±8.02 mm dan tidak berbeda nyata dengan PB, BK, dan PS namun berbeda nyata dengan SK (P<0.05). Ayam SK memiliki ukuran paling pendek yaitu 57.44±12.78 mm tidak berbeda nyata dengan PS, PB, dan BK (P>0.05). Ayam betina hasil persilangan ayam lokal dengan ayam ras pedaging memiliki ukuran tubuh lebih besar dibandingkan dengan hasil persilangan sesama ayam lokal. Ayam PB, BK, dan KB memiliki ukuran tubuh lebih besar dibandingkan ayam PS dan SK. Ayam betina umumnya dijadikan sebagai ayam penghasil telur. Ukuran tubuh yang terkait dengan produksi telur ayam adalah jarak antara tulang pubis serta jarak antara tulang dada dengan tulang pubis. Ayam KB betina memiliki ukuran yang paling besar dibandingkan jenis ayam lainnya sehingga cocok untuk dijadikan induk penghasil telur yang baik. Produksi Telur Harian Produksi telur harian merupakan jumlah telur yang dihasilkan dari jumlah induk ayam dalam suatu kandang setiap hari. Tabel 6 menunjukkan produksi telur harian (%) ayam hasil persilangan ayam lokal dengan ayam ras pedaging. Secara umum, produksi telur harian setiap jenis ayam berfluktuasi setiap minggunya. Hal ini disebabkan ayam dipelihara dalam kandang koloni sehingga telur yang dihasilkan belum tentu berasal dari ayam yang sama. Umur ayam juga mempengaruhi produksi telur yaitu semakin tua umur ayam, produksi telur semakin rendah. Pernyataan ini diperkuat oleh Brickman (1989) bahwa faktor yang mempengaruhi produksi telur adalah bibit yang digunakan, umur induk, perkandangan, pencahayaan, pakan, dan suhu lingkungan. Menurut Baktiningsih et al. (2013), masa produksi juga mempengaruhi produksi telur. Secara umum, produksi telur ayam KB, PB, PS, dan BK tidak berbeda nyata (P>0.05) namun berbeda nyata dengan ayam SK (P<0.05). Produksi telur
13 ayam KB paling tinggi yaitu 58.33±22.26% dan lebih tinggi dari ayam kampung. Menurut Putri (2014), produksi telur ayam kampung sebesar 38.26%. Jika dihubungkan dengan ukuran tubuh, ayam KB memiliki ukuran jarak antar tulang pubis yang paling besar sehingga produksi telur juga tinggi. Menurut Ismoyowati et al. (2006) lebar tulang pubis berkorelasi sangat nyata terhadap produksi telur (P<0.01). Tabel 6 Rataan produksi telur harian (%) ± simpangan baku (kk; n) ayam hasil persilangan ayam lokal dengan ras pedaging
Keterangan: Angka yang disertai huruf berbeda pada baris yang sama menunjukkan produksi telur berbeda (P<0.05)
Produksi telur ayam PB sebesar 57.14±17.82% dan lebih tinggi dibandingkan ayam pelung. Menurut Iskandar et al. (2000), produksi telur ayam pelung sebesar 31.9%. Ayam PB baru mulai bertelur pada minggu ke-4 disebabkan stres akibat baru digabungkan dengan ayam SK jantan. Produksi telur ayam PS sebesar 55.88±16.35% dan lebih tinggi dibandingkan ayam pelung dan ayam sentul. Menurut Iskandar et al. (2000) produksi telur ayam pelung sebesar 31.9% dan ayam sentul sebesar 51.75% (Rahayu 2014). Minggu ke-8 dan 9, ayam PS tidak berproduksi karena mengalami masa istirahat bertelur. Pada minggu ke-10, produksi telur kembali normal. Produksi telur ayam BK sebesar 53.86±24.47% dan lebih tinggi dibandingkan ayam kampung. Menurut Putri (2014), produksi telur ayam kampung sebesar 38.26%. Ayam BK memiliki bobot badan yang paling berat dibandingkan jenis ayam silangan pada penelitian ini, namun produksi telur masih
14 tinggi, sehingga pakan yang dikonsumsi digunakan untuk memproduksi telur. Ayam BK merupakan hasil persilangan dari ayam ras pedaging jantan dan ayam kampung betina. Ayam kampung sebagai ayam lokal memiliki produksi telur yang lebih rendah sehingga produksi telur ayam BK lebih rendah dari ayam KB dan PB. Produksi telur ayam SK sebesar 39.45±21.00% dan lebih tinggi dibandingkan ayam kampung yaitu 38.26% (Putri 2014) namun lebih rendah dibandingkan ayam sentul yaitu 51.75% (Rahayu 2014). Beberapa ayam SK mengalami molting saat pengamatan ditandai dengan banyaknya bulu yang rontok di dalam kandang sehingga produksi telur rendah. Ayam hasil persilangan ayam lokal dengan ayam ras pedaging menghasilkan poduksi telur harian yang lebih tinggi dibandingkan dengan persilangan sesama ayam lokal. Ayam KB dan PB memiliki produksi telur harian yang lebih tinggi dibandingkan ayam PS dan SK, sedangkan produksi telur ayam BK lebih tinggi dari ayam SK. Ayam lokal yang disilangkan dengan ayam ras pedaging memiliki fluktuasi produksi telur yang tidak signifikan dibandingkan dengan ayam hasil persilangan sesama ayam lokal. Hal ini disebabkan, ayam ras pedaging memiliki produksi telur yang lebih seragam namun karena disilangkan dengan ayam lokal yang memiliki produksi telur beragam akibatnya produksi telur menjadi beragam. Dibandingkan dengan keragaman produksi telur ayam ras pedaging, menurut Putri (2014), sebesar 19.57% maka produksi telur ayam persilangan ini lebih beragam. Rataan Bobot Telur Bobot telur merupakan sifat yang dapat diwariskan dan salah satunya dipengaruhi oleh faktor genetik. Bobot telur juga dapat mempengaruhi DOC yang dihasilkan, yaitu bobot telur yang besar menghasilkan DOC yang berbobot besar pula. Tabel 7 menunjukkan rataan bobot telur ayam hasil persilangan ayam lokal dengan ayam ras pedaging. Tabel 7 Rataan bobot telur (g) ± simpangan baku (kk; n) ayam hasil persilangan ayam lokal dengan ras pedaging
Keterangan: Angka yang disertai huruf berbeda pada baris yang sama menunjukkan bobot telur berbeda (P<0.05)
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ayam KB, BK, PS, PB, dan SK, memiliki bobot telur yang berbeda nyata (P<0.05). Hal ini sesuai dengan pendapat Yuwono et al. (2006) bahwa bobot telur dipengaruhi oleh genetik, sehingga setiap jenis ayam akan berbeda bobot telurnya. Telur ayam PB berasal dari persilangan ayam pelung dan ayam ras pedaging. Telur ayam PB memiliki bobot paling berat dibandingkan jenis ayam lainnya yaitu 52.42±2.60 g. Bobot telur ayam PB lebih berat dari bobot telur ayam pelung. Menurut Darwati (2000), rataan bobot telur ayam pelung sebesar
15 48.87±6.60 g. Ayam PB memiliki ukuran tubuh yang secara umum lebih besar dibandingkan jenis ayam lainnya sehingga menghasilkan bobot telur yang lebih berat. Telur ayam KB berasal dari persilangan ayam kampung dan ayam ras pedaging. Telur ayam KB memiliki bobot sebesar 50.55±5.10 g. Bobot telur ayam KB lebih berat dari bobot telur ayam kampung. Menurut Putri (2014), bobot telur ayam kampung sebesar 42.25±4.60 g. Telur ayam BK berasal dari persilangan ayam ras pedaging dan ayam kampung. Telur ayam BK memiliki bobot sebesar 49.10±4.61 g. Bobot telur ayam BK lebih berat dari telur ayam kampung. Menurut Putri (2014), bobot telur ayam kampung sebesar 42.25±4.60 g. Telur ayam SK berasal dari persilangan ayam sentul dan ayam kampung. Telur ayam SK memiliki bobot sebesar 46.50±4.10 g. Bobot telur ayam SK lebih berat dari telur ayam kampung namun lebih ringan dari bobot ayam sentul. Menurut Rahayu (2014), bobot telur ayam sentul sebesar 47.84±3.59 g dan bobot telur ayam kampung sebesar 44.15±4.37 g. Telur ayam PS berasal dari persilangan ayam pelung dan ayam sentul. Telur ayam PS memiliki bobot sebesar 41.96±3.81 g. Bobot telur ayam PS lebih ringan dari bobot telur ayam pelung dan ayam sentul. Menurut Darwati (2000), bobot telur ayam pelung sebesar 48.87±6.60 g sedangkan bobot telur ayam sentul sebesar 47.84±3.59 g (Rahayu 2014). Telur ayam hasil persilangan ayam lokal dengan ayam ras pedaging menghasilkan bobot yang lebih berat dibandingkan persilangan dengan sesama ayam lokal. Telur ayam KB, BK, dan PB lebih berat dibandingkan telur ayam kampung, pelung, dan sentul. Telur ayam SK lebih berat dibandingkan telur ayam kampung dan PS. Telur ayam PB dan KB lebih berat dibandingkan telur ayam BK. Hal ini disebabkan betina pada ayam PB dan KB adalah ayam ras pedaging yang memiliki bobot telur besar. Adapun betina ayam BK adalah ayam kampung yang memiliki bobot telur lebih rendah. Massa Telur Massa telur merupakan bobot total telur yang dihasilkan dari induk, dalam hal ini, perhitungan massa telur dilakukan setiap minggu. Tabel 8 menunjukkan massa telur (g) yang dihasilkan dari ayam hasil persilangan ayam lokal dengan ayam ras pedaging. Massa telur dipengaruhi oleh produksi telur dan bobot telur. Akibat produksi telur yang berfluktuasi maka massa telur juga berfluktuasi. Perbedaan jenis ayam menyebabkan perbedaan bobot telur sehingga massa telur setiap jenis ayam berbeda. Dilihat dari jumlah massa telur yang dihasilkan, massa telur ayam KB paling berat dibandingkan jenis ayam lainnya yaitu 12 030 g dari 238 butir telur. Hal ini disebabkan produksi telur ayam KB paling tinggi yaitu 58.33±22.26%. Massa telur total ayam SK sebesar 9 207 g dari 198 butir telur. Hal ini disebabkan bobot telur SK sebesar 46.50±4.10 g. Massa total telur ayam BK sebesar 4 026 g dari 82 butir telur. Hal ini disebabkan bobot telur BK sebesar 49.10±4.61 g. Massa total telur PB sebesar 1 625 g dari 31 butir telur. Hal ini disebabkan telur PB merupakan bobot telur terberat yaitu 52.42±2.60 g namun jumlah telur sedikit.
16 Massa total telur PS sebesar 1 594.5 g dari 38 butir telur. Jumlah ini paling rendah dibandingkan jenis ayam lainnya disebabkan bobot telur PS paling ringan yaitu 41.96±3.81 g dan jumlah telur yang sedikit. Tabel 8 Massa telur (g) (jumlah telur) ayam hasil persilangan ayam lokal dengan ras pedaging
SIMPULAN Ayam hasil persilangan ayam lokal dengan ayam ras pedaging meningkatkan produktivitas ayam lokal yaitu bobot badan, ukuran tubuh, dan produksi telur. Bobot badan ayam persilangan yang paling berat untuk jantan adalah ayam silangan kampungxras pedaging sedangkan untuk betina adalah silangan ras pedagingxkampung. Ukuran tubuh yang paling besar untuk produksi daging adalah ayam silangan pelungxras pedaging jantan. Ukuran tubuh yang paling besar untuk memproduksi telur adalah ayam silangan kampungxras pedaging betina. Ukuran tubuh yang besar menghasilkan produksi telur harian yang tinggi dan massa telur yang berat. Bobot telur silangan pelungxras pedaging paling berat dibandingkan jenis ayam lainnya.
DAFTAR PUSTAKA Arlina F, Afriani T. 2003. Karakteristik genetik eksternal dan morfologi ayam kampung. JPL. Vol. 09 No. 2 Hal 1-5. Baktiningsih S, Mugiyono S, Saleh DM. 2013. Produksi telur berbagai jenis ayam sentul di gabungan kelompok tani ternak Ciung Wanara Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis. JIP. 1(3): 993-1000. Purwokerto (ID): Fakultas Peternakan Universitas Jendral Soedirman. Banjarnahor N, Budi U, Hamdan. 2014. Estimasi jarak genetik dan faktor peubah pembeda bangsa babi (berkshire, duroc, landrace, dan yorkshire) melalui analisis morfometrik di BPTU babi dan kerbau siborongborong. JPI. Vol 2 No. 2: 165-167.
17 Brickman WL. 1989. Poultry Production in Tropical Areas. Netherland (NL): National Agricultural College Netherland. Darwati S. 2000. Produktivitas ayam kampung, pelung, dan resiprokalnya. Media Petern Vol. 23 No. 2. Diwyanto K, Zainudin D, Sartika T, Rahayu S, Djufri, Arifin C, Cholil. 1996. Model pengembangan peternakan rakyat terpadu berorientasi agribisnis. Komoditi ternak ayam kampung. Jakarta (ID): Laporan Ditjen Peternakan bekerja sama dengan Balai Penelitian Ternak. Herren R. 2000. The Science of Animal Agriculture. Ed ke-2. New York (US): Delmar. Iskandar S, Prasetyo LH, Resnawati H, Hamid H. Setioko AR. 2000. Respon produksi ayam petelur dewasa pelung dan kedu terhadap pemberian pakan bebas pilih. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Hlm 275-283. Ismoyowati, Yuwanta T, Sidadalog JPH, Keman S. 2006. Hubungan antara karakteristik morfologi dan performans reproduksi itik tegal sebagai dasar seleksi. J Indon Trop Anim Agric. 31 [3] September 2006. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Jakarta(ID): Penebar Swadaya. Kusuma AS. 2002. Karakteristik kuantitatif dan kualitatif ayam merawang dan ayam kampung umur 5-12 minggu [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Lawrence TLJ, Fowler VR. 2002. Growth of Farm Animals. Ed ke-2. London (UK): CABI Publishing. Mansjoer SS. 1981. Studi sifat-sifat ekonomis yang menurun pada ayam kampung. Laporan Penelitian No. 15/Penelitian/PUT/IPB/1979-1980. Bogor (ID): Fakultas Peternakan IPB. McLelland J. 1990. A Colour Atlas of Avian Anatomy. London (UK): Wolfe Publishing Ltd. Meyliana, Mugiyono S, Roesdiyanto. 2013. Bobot badan berbagai jenis ayam sentul di gabungan Kelompok Tani Ternak Ciung Wanara Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis. JIP 1(3): 985-992. Purwokerto (ID): Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman. Muryanto, Hardjosworo PS, Herman R, Setijanto H. 2002. Evaluasi karkas hasil persilangan antara ayam kampung jantan dengan ayam ras petelur betina. JAP. Vol. 4 No. 2 Nopember 2002:71-76. Nataamijaya AG. 2005. Karakteristik penampilan pola warna bulu, kulit, sisik dan paruh ayam pelung di Garut dan ayam sentul di Ciamis. Laporan kegiatan. Bogor (ID): Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Nishida T, Nozawa K, Hayashi Y, Hashiguchi T, Mansjoer SS. 1982. Body measurement and analysis of external genetic characters of Indonesian native fowl. The origin and Philogeny of Indonesian Native Livestock. The Research Group of Overseas Scientific Survey. Page: 73-83. North MO, Bell DD. 1990. Commercial Chicken Producton Manual. Wesport. Connecticut (US): Avi Publishing Company, Inc. Pratiwanggana AT. 2014. Performa produksi F1 antara ayam ras pedagingxkampung dan kampungxpedaging pada umur 0-12 minggu [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.
18 Putri AE. 2014. Performa penetasan telur ayam hasil persilangan ayam kampung dengan ayam ras pedaging [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Rahayu CT. 2014. Performa produksi dan reproduksi persilangan ayam sentul dengan kampung serta pelung dengan sentul [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Soeparna, Hidajat K, Lestari TD. 2005. Penampilan reproduksi tiga jenis ayam lokal Jawa Barat. Pros. Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal. Sumedang (ID): Puslitbang Peternakan dan Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Soeparno. 1992. Ilmu dan Teknologi Daging. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press. Sopian Y. 2014. Performa F1 antara ayam sentulxkampung dan ayam pelungxsentul pada umur 0-12 minggu [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Suprijatna E, Umiyati A, Ruhyat K. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Cetakan I. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Walpole RE. 1993. Pengantar Statistika. Edisi Ketiga. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama. Warwick EJ, Astuti JM, Hardjosubroto W. 1995. Pemuliaan Ternak. Cetakan ke5. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press. Widodo A, Sarengat W, Suprijatna E. 2012. Pengaruh lama periode pemberian pakan terhadap laju pertumbuhan pada beberapa bagian tubuh ayam pelung umur 1-11 minggu. AAJ. Vol. 1. No.2, 2012, p120-125. Semarang (ID): Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro. Yuwono DM, Subiharta, Hermawan, Hartono. 2006. Produktivitas itik tegal di sentra pengembangan pada pemeliharaan Intensif. Ungaran (ID): Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah. Zainal H, Sartika T, Zainuddin D, Komarudin. 2012. Persilangan pada ayam lokal (KUB, sentul, gaok) untuk meningkatkan produksi daging unggas nasional. Workshop Nasional Unggas Lokal. Bogor (ID): Balai Penelitian Ternak.
LAMPIRAN Lampiran 1 Jenis ayam yang digunakan (a) KB jantan, (b) KB betina, (c) BK jantan, (d) BK betina, (e) PS jantan, (f) PS betina, (g) PB jantan, (h) PB betina, (i) SK jantan, (j) SK betina
(a) KB jantan
(b) KB betina
(c) BK jantan
(d) BK betina
19
(e) PS jantan
(f) PS betina
(i) SK jantan
(g) PB jantan
(h) PB betina
(j) SK betina
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 19 September 1993 dari ayah Harkono (Alm) dan ibu Suparmi. Penulis adalah putri pertama dari dua bersaudara. Tahun 2011 penulis lulus dari SMAN 2 Cibinong. Tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur SNMPTN undangan dan diterima di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan. Selama mengikuti perkuliahan, penulis mengikuti lomba kreativitas mahasiswa (PKM) tahun 2011/2012 dan tahun 2013/2014. Penulis juga pernah aktif sebagai staf divisi unggas HIMAPROTER IPB tahun 2012/2013 dan staf P3 HIMAPROTER tahun 2013/2014. Tahun 2015 penulis pernah menjadi asisten praktikum Metodologi Penelitian dan Rancangan Percobaan serta Genetika Ternak.