PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I
PENGELOLAAN DAN PENYEDIAAN JARINGAN LISTRIK DAN TELEPON Ema Umilia 2011
PENGELOLAAN DAN PENYEDIAAN
LISTRIK
Kelistrikan IINFRASTRUKTUR : bangkitan dan transmisi Æ ALOKASI RUANG DAMPAK : sosial, ekonomi, fisik, k f k lingkungan Æ PERKEMBANGAN WILAYAH
Kebutuhan: b h permukiman, industri, dll.
Penyediaan P di listrik
Faktor Dominan yang Mempengaruhi Perkembangan Ketenagalistrikan
SUEMBER ENERGI ALTERNATIF DAN TERBARUKAN
hidro
Menurut Rencana Induk Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan (RIPEBAT) potensi energi mikrohidro (PLTMH) tersebut diperkirakan 458,75 MW.
angin Secara umum Indonesia masuk kategori negara tanpa angin, mengingat i i b h kecepatan bahwa k angin i minimum rata‐rata yang secara ekonomis dapat dik b dikembangkan k sebagai b i penyedia di jasa j energii adalah 4m/dt. Kendatipun demikian ada b b beberapa wilayah il h dimana di sumber b energii angin i kemungkinan besar layak dikembangkan. Wil h t Wilayah tersebut b t antara t l i N T lain Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat (NTB), S l Sulawesi Selatan dan i S l t d Tenggara, Pantai T P t i Utara dan Ut d Selatan Jawa dan Karimun Jawa.
surya Berdasarkan data penyinaran matahari yang
dihimpun dari 18 lokasi di Indonesia menunjukan bahwa radiasi surya di Indonesia dapat diklasifikasikan berturut‐turut untuk kawasan barat dan timur Indonesia. à radiasi surya tersedia hampir merata sepanjang
tahun, à kawasan timur Indonesia memiliki penyinaran yang lebih baik
biomassa Sebagai sumber energi, limbah biomasa
tersedia cukup melimpah dan berkelanjutan, terutama pada daerah industri pertanian, perkebunan, dan kehutanan.
panas bumi Berdasarkan survei menunjukkan bahwa terdapat 70 lokasi panas bumi bertemperatur tinggi dengan kapasitas total mencapai 19.658 MW. Sebagian 19 658 MW Sebagian besar dari lokasi tersebut belum dilakukan eksploitasi secara intensif. energi laut Luas lautan melingkupi 2/3 wilayah Indonesia, atau sekitar 4 juta km2, dan dan garis pantai sepanjang 80,791 km sehingga 80 791 km sehingga laut atau samudera secara kualitatif kan menyimpn potensi sumber energi terbarukan (ET) yang cukup besar. Secara kuantitatif kandungan ET dari samudera yang dapat dikelola secara ekonomis masih memerlukan kajian lebih lanjut. Energi yang berasal dari samudera dapat diperoleh dari 3 bentuk sumber utama, yaitu : gelombang, pasang : gelombang, pasang‐ surut, dan perbedaan suhu antara permukaan dan bagian dalam air laut.
PERBANDINGAN KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN KONVENSIONAL
ALTERNATIF
MINYAK
BATU BARA
AIR
PANAS BUMI
NUKLIR
• Biaya bahan bakar murah
Biaya transportasi
Sumber daya energi yang dapat diperbarui dan tidak dapat p diekspor
Biaya investasi relatif tinggi ; menaikkan ongkos produksi
Keuntungan ekonomi skala besar
•K Komoditi di i energii yang sangat fleksibel Æ Masalah cocok untuk kondisi lingkungan g g geografis fi Indonesia I d i • Tidak memerlukan infrastruktur transportasi • Masalah lingkungan
Masalah lingkungan
Teknologi T k l i eksplorasi belum dikuasai Masalah lingkungan
Biaya awal tinggi Biaya bahan bakar murah Masalah lingkungan
PENERAPAN SUMBER ENERGI TERBARUKAN DI INDONESIA surya termall Sebagian besar dan secara komersial, pemanfaatan energi surya termal banyak digunakan untuk penyediaan air panas rumah tangga, kh khususnya rumahtangga h perkotaan. k Secara non non‐komersial komersial dan tradisional, energi surya termal banyak
digunakan untuk keperluan pengeringan berbagai komoditas pertanian, perikanan, perkebunan, industri kecil, dan keperluan rumah tangga. Secara komersial, energi surya mempunyai potensi ekonomi k i untukk penyediaan di panas proses suhu h rendah d h (s/d 90 ( /d oC) menggunakan sistem energi surya termik (SEST) bagi keperluan pengolahan pasca panen komoditas tersebut dengan lebih efektif dan efisien. Pengalaman efisien Pengalaman menunjukkan bahwa penerapan SEST untuk pengeringan dapat memberikan berbagai nilai tambah yang tinggi berupa: peningkatan dan jaminan kualitas produk, mengurangi rugi‐ rugi g ((losses) material selama ) pproduksi ((a.l. rusak dan hilang), dan g), waktu pengolahan yang lebih singkat
sistem energi surya fotovoltaik Energi surya juga mempunyai potensi ekonomi untuk penyediaan listrik
melalui penerapan sistem energi surya fotovoltaik (SESF) untuk k b h listrik kebutuhan li ik skala k l kecil k il pada d kawasan‐kawasan k k terpencilil dan/atau d / pulau‐pulau kecil yang tersebar antara lain dikawasan: Riau Kepulauan, Sangihe Talaud, Nusatenggara Timur, Maluku, Maluku Utara, dan Pedalaman di Irian Jaya. Pasar P utama untukk SESF sampai SESF i dengan d saat ini i i masih ih didominasi did i i oleh l h
proyek‐proyek pemerintah. Pelaksanaan proyek‐proyek tersebut terbagi kepada beberapa institusi, antara lain: Departemen teknis, Pemerintah Daerah dan Lembaga Penelitian (a.l. Litbang Departemen, BPPT, LIPI, RISTEK dan Perguruan Tinggi).
Aplikasi A lik i SESF di perdesaan d I d Indonesia pada i d umumnya digunakan di k
untuk: à
penyediaan listrik perdesaan melalui sistem mini‐grid atau solar home system (SHS)
à
jasa energi untuk sarana sosial sarana (pompa/penjernihan) air bersih rumah peribadatan sarana kesehatan perdesaan atau PUSKESMAS
à
jasa energi untuk fasilitas umum
à
telepon umum perdesaan rambu‐rambu lalu lintas dan alat bantu navigasi televisi umum penerangan jalan dan lain‐lain
pemasok energi bagi kegiatan produktif, misal : irigasi, cold storage, sarana pengolahan produk pertanian, usaha nelayan, dan sebagainya
BIOMASSA
mikrohidro Pembangkit energi mikrohidro pada awalnya pengembangannya b d digunakan k untukk berbagai b b keperluan, seperti: penggilingan padi, pengolahan kopi, penggergajian p , p gg g j kayu, pompa y , p p air, dan , pembangkit listrik). Sampai saat ini belum dapat ditemukan semacam catatan sejarah yang menunjukkan kapan pembangkit mikrohidro persisnya diperkenalkan di Indonesia. Tetapi ada ditemukan pembangkit mikrohidro tipe Pelton k kapasitas it 50 kW yang dibangun kW dib pada d tahun t h 1892 8 yang saat ini masih beroperasi dan digunakan pada pabrik p p pengolahan g teh Patuah Watee, Jawa , Barat.
ASPEK PENYEDIAAN
SUMBER ENERGI
PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK
NUKLIR
PLTN
MINYAK
PLTU PLTG, PLTU, PLTG PLTD
AIR
PLTA
PANAS BUMI
PLTP
GAS ALAM
PLTG
DASAR PERTIMBANGAN PEMBANGUNAN SISTEM PEMBANGKITAN
o Ketersediaan sumber daya energi primer dalam negeri o Pertimbangan ekonomi untuk membangun d mengoperasikan dan ik setiap ti jenis j i pembangkitan o Kemampuan lingkungan
SISTEM JARINGAN TERPADU
SISTEM INTERKONEKSI Sistem yang menghubungkan pusat-pusat pembangkit tenaga listrik
SISTEM JARINGAN TERPADU TEGANGAN TRANSMISI Æ 500 kV, 150 kV, 75 kV Æ Tegangan ekstra k tinggi i i (500 ( 00 kV) k ) digunakan di k untukk menyalurkan energi dari pusat listrik skala besar, seperti PLTU Suralaya (Jawa Barat), PLTU Paiton (Jawa Timur) dan PLTU Ujung Jati (Jawa Tengah) Timur), Æ Tegangan tinggi (75 kV & 150 kV) digunakan sebagai fasilitas penyaluran energi dari pusat listrik skala menengah ke pengiriman dari satu lokasi ke lokasi lain
SISTEM JARINGAN TERPADU SISTEM DISTRIBUSI Æ Untuk mendistribusikan listrik dalam wilayah pelayanan ke pengguna akhir Æ Dioperasikan pada tegangan menengah dan rendah Æ Untuk alasan estetika, di pusat kota yang padat biasanya menggunakan kabel bawah tanah
SISTEM JARINGAN TERPADU
Sistem interkoneksi dan transmisi tersebut sering pula dinamakan dengan sistem Saluran Udara Tegangan (Ekstra) Tinggi SUTET
Contoh jaringan distribusi Listrik
Sistem Penyaluran y Daya y Listrik
CONTOH SISTEM DISTRIBUSI : SISTEM JARINGAN TERPADU RENCANA JARINGAN DISTRIBUSI LISTRIK PROVINSI JAWA TIMUR
Sumber: Hasil Rencana
KONSUMSI HARIAN LISTRIK
STANDAR PERHITUNGAN KEBUTUHAN Dalam perhitungan kebutuhan prasarana, sebelumnya harus dilakukan perkiraan terhadap jumlah orang yang akan melakukan aktivitas di masing-masing sarana setiap harinya. harinya
STANDAR PERHITUNGAN KEBUTUHAN
Kebutuhan listrik didasarkan pada standar pada masingmasing jenis sarana.
Kebutuhan listrik akan disesuaikan dengan faktor kebutuhan masing-masing kegiatan yang akan dikembangkan di kawasan perencanaan. perencanaan
Kebutuhan listrik untuk penerangan jalan 2 % dari total kebutuhan sarana. sarana
Kebutuhan listrik untuk cadangan 5 % dari total kebutuhan sarana termasuk penerangan jalan. jalan
Kebutuhan listrik minimum adalah jumlah total kebutuhan masing-masing masing masing jenis sarana termasuk penerangan jalan dan cadangan.
Kebutuhan listrik maksimum adalah sebesar 2 kali kebutuhan listrik minimum.
UTILITAS LISTRIK
Jenis Kegiatan
Kebutuhan Listrik
Permukiman informal
450 watt
Permukiman formal
900 watt
Fasilitas perdagangan tiap 500 m2
5000 watt
Fasilitas umum tingkat lingkungan tiap 200 m2
2.200 watt
Fasilitas umum tingkat perkotaan lingkungan tiap 1000 m2
5.000 watt
Rumah tangga
170 watt/jiwa
F ilit umum Fasilitas
80 KVA/H KVA/Ha
Fasilitas perdagangan dan industri
200 KVA/Ha
Industri
250 KVA/Ha
Metoda analisis penempatan Prasarana dilakukan berdasarkan : 1. Jaringan atau penempatan prasarana sarana yang telah ada pada saat ini. 2. Kebijaksanaan Pembangunan prasarana yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Daerah. 3. Penetapan Lokasi Prasarana di dalam RTR diatasnya 4. Kriteria Lokasi Prasarana. 5. Hubungan Fungsional antar sarana dengan prasarana.
Untuk mendukung analisis kebutuhan dan penempatan prasarana, dibutuhkan data-data mengenai : •
Pola Budaya masyarakat dalam penggunaan prasarana.
•
Jumlah dan Jenis Prasarana yang ada pada saat ini, mencakup lokasi, kondisi, dan intensitas pelayanan.
•
Kebijaksanaan Pembangunan Prasarana yang sedang dan akan dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah.
•
Rencana jumlah, jenis dan jaringan distribusi prasarana d kawasan di k perencanaan berdasarkan b d k RTR diatasnya. d
LISTRIK PRABAYAR bentuk layanan terbaru
PLN; PEMBAYARAN LISTRIK MODEL PULSA Penggunaan setrum isi ulang dengan memasukan 20 digit angka yang di it k terdapat pada setrum isi ulang ke meter digital li t ik b listrik prabayar. Secara S otomatis meter prabayar akan menunjukkan jumlah k h kWh sesuai nilai nominal l l setrum yang dibeli.
PENGELOLAAN DAN PENYEDIAAN
JARINGAN TELEPON
Jaringan Telekomunikasi Media penyalur berita berita-berita berita telekomunikasi
A ti Penting Arti P ti Jaringan J i T l k Telekomunikasi ik i
Sebagai salah satu ‘stimulan’ pertumbuhan ekonomi wilayah
Berperan penting dalam pengembangan kualitas masyarakat (sosial-budaya) (sosial budaya)
PT Telkom TELKOM, perusahaan yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh negara, merupakan penyedia utama layanan sambungantelepon d k bergerak b k kabel k b l di d Indonesia. PT Telekomunikasi Selular d l k k l l tidak (“Telkomsel”), anak perusahaan TELKOM, juga merupakan operator telepon selular terbesar di Indonesia. TELKOM menyediakan beragam layanan telekomunikasi lainnya termasuk layanan interkoneksi, jaringan, data dan internet serta layanan y terkait lainnya.
Sampai dengan 31 Desember 2007, jumlah pelanggan TELKOM mencapai 63,0 juta, terdiri dari 8,7 juta pelanggan telepon tidak bergerak kabel, 6,4 juta pelanggan telepon tidak bergerak nirkabel, dan 47,9 juta pelanggan telepon selular Pertumbuhan pelanggan mencapai 29,9% pada tahun 2007. 2007
Infrastruktur Telekomunikasi Infrastruktur Jaringan Jaringan Telepon Tidak Bergerak dan Backbone a. Jaringan telepon tidak bergerak kabel Jaringan telepon tidak bergerak kabel TELKOM terdiri dari susunan sentral telepon mulai dari sentral telepon lokal sampai sentral jarak jauh. jauh Tiap sentral telepon lokal dihubungkan dengan perangkat pelanggan melalui perangkat dan fasilitas yang dinamakan outside plant. Outside plant mencakup sambungan kabel (serat optik dan tembaga) dan penghubung‐penghubung transmisi lokal nirkabel, serta fasilitas‐fasilitas distribusi yang menyatukan mereka. Semua fasilitas switching di sentral telepon l l k l dan lokal d jarakk jauh h telah l h digital. d l Peningkatan‐peningkatan substansial ini akan meningkatkan efisiensi jaringan, kinerja dan fleksibilitas routing panggilan. ,7 j g telepon p tidak bergerak g y g TELKOM memiliki 8,7 juta sambungan kabel yang masih berfungsi di semua divisi sampai dengan 31 Desember 2007.
Next Programme
UTILITAS TELEPON PELAYANAN JARINGAN TELEPON PADA DASARNYA TERGANTUNG PADA PENINGKATAN PERMINTAAN SAMBUNGAN DAN KEMAMPUAN SATUAN SAMBUNGAN (SS) SENTRAL TELEPON. DENGAN DEMIKIAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JARINGAN TELEPON PERLU ADANYA KOORDINASI DENGAN PIHAK PENYEDIA. APABILA SATUAN SAMBUNGAN (SS) TERBATAS, PENGADAAN TELEPON UMUM DAN WARTEL SANGAT MEMBANTU KEBUTUHAN MASYARAKAT DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN TELEPON.
Jenis-jenis j Jaringan g Telekomunikasi Berdasarkan bentuk fisik
1. Saluran Kawat Terbuka (Open Wire) Æ di kota-kota kecil Æ menghubungkan h b k sentral t l telepon t l d dengan pelanggan l Æ sentral biasanya masih bersifat manual
2. Kabel Berisolasi 2 Æ kumpulan urat-urat kabel tembaga yang dibungkus isolator (untuk menghindarkan saluran dari gangguan listrik, listrik cuaca, cuaca korosi, dsb). y digunakan g untuk sistem jjaringan g dalam kota Æ umumnya
3. Kabel Koaksial Æ media penyalur memerlukan kapasitas besar
4. Kabel Serat Optik
Berdasarkan Cara Pemasangan
Jaringan Atas Tanah Jaringan kabel telekomunikasi yang dipasang di atas tanah atau di udara udara. Untuk perentangan jaringan atas tanah biasanya digunakan tiang-tiang telepon dengan ukuran tertentu, dengan tujuan Æ tidak mengganggu lalu lintas umum Æ tidak mudah diganggu oleh tangan-tangan jahil Æ tidak membahayakan keselamatan masyarakat Æ tahan lama Æ faktor f k estetis i Æ tidak mudah putus dan memudahkan pemeliharaan
Dapat berupa open wire, wire kabel berisolasi, berisolasi koaksial, koaksial serat optik
Jaringan Bawah Tanah Menuntut kualitas isolasi yang lebih baik : tahan air dan kelembaban. Jenisnya terdiri dari: g g o Kabel tanam langsung Æ menggali selokan, menempatkan kabel, menanam kabel Æ kabel dibungkus selubung timah hitam (load mantel)
o
Kabel Duct
Æ Memasukkan kabel dalam pipa (duct), ditanam dibawah permukaan tanah dan dicor. Æ Bahan pipa paralon yang tahan terhadap air dan kelembaban tanah Æ Tiap 200 m dibuat manhole untuk tempat menarik kabel dan tempat-tempat p p p petugas g memperbaiki p kabel Keuntungan : lebih kuat, pemeliharaan mudah
o
g : lebih mahal Kerugian
Kabel Laut o o o
g di bawah p permukaan laut Dibentangkan Menggunakan jenis kabel berisolasi kuat, dilengkapi amplifier Untuk menyalurkan berita antar benua
Berdasarkan Fungsi Penggunaannya
Jaringan Lokal Menghubungkan sejumlah pesawat pelanggan ke sentral telekomunikasi dalam satu wilayah kota o
Jaringan Catuan Langsung Pelanggan mendapat pencatuan saluran dari KP (Kotak Pembagi) terdekat yang langsung dihubungkan dengan RPU (Rangka Pembagi Utama) tanpa melalui RK (Rumah Kabel). Semua urat pasangan kabel dari KP tersambung langsung ke RPU yg berada di kantor (sentral) telekomunikasi. Biasanya digunakan di kota-kota kota kota kecil yg jumlah pelanggannya masih sedikit sehingga jumlah KP juga sedikit. Digunakan g jjuga g di kota-kota besar,, khusus untuk daerah sekitar sentral telekomunikasi beradius 300-500 m dari sentral.
FUNGSI PENGGUNAAN o
Jaringan Catuan Tidak Langsung Saluran para pelanggan dicatu dari KP terdekat yang dihubungkan lebih dulu dengan RK. Banyak digunakan di kota-kota dengan jumlah pelanggan yang besar dan jarak lokasinya jauh dari sentral telekomunikasi
FUNGSI PENGGUNAAN
Jaringan Junction (Penghubung) o o
Jaringan yang menghubungkan antar sentral di tempat yang mempunyai sentral banyak Sentral telekomunikasi yang menjadi titik penghimpun sentral sentral lokal : sentral-sentral Æ Jaringan penghubung bentuk bintang Æ Jaringan mata jala Æ Jaringan penghubung bentuk bintang mata jala
PENGATURAN RUTE JARINGAN TELEKOMUNIKASI Persyaratan dalam pembangunan jaringan telekomunikasi :
Harus mencakup wilayah yang peminat jasa t l k telekomunikasinya ik i b banyak k dan d dapat d t mengantisipasi ti i i pertumbuhan lalu lintas telekomunikasi pada masa yang akan datang g
Memperhatikan syarat-syarat teknis transmisi
Adanya kemungkinan untuk pengembangan lebih lanjut
Dapat disesuaikan dengan perkembangan teknologi baru
Memperhitungkan letak sentral yang akan dicatu
PENGATURAN TOWER TELEKOMUNIKASI
PENGATURAN TOWER TELEKOMUNIKASI
PENGATURAN TOWER TELEKOMUNIKASI
RUTE JARINGAN TELEKOMUNIKASI
Jaringan telekomunikasi rural
Jaringan lokal dalam kota bersentral satu
Jaringan lokal multi exchange
Jaringan wilayah
Jaringan jarak jauh
Pegawai telkom memeriksa boks jaringan kabel telepon, Jakarta, 9 Mei 2001 [Koran TEMPO/ A Arie i B Basuki; ki K1A/331/2001 K1A/331/2001; 20010529].
STRUKTUR JARINGAN TELEKOMUNIKASI
Wilayah Sentral (Exchange Area)
Wilayah Lokal (Local Area)
Wilayah Interlokal (Primary Area, Secondary Area, Tertiary Area)
PERENCANAAN JARINGAN TELEKOMUNIKASI
Peramalan kebutuhan jaringan telekomunikasi
Rencana Dasar Jaringan Kabel
Penyusunan Rancangan Dasar Jaringan
Pembuatan Rancangan Rinci Jaringan
Pembuatan Gambar Rancangan Jaringan
Spesifikasi Teknis Jaringan Telekomunikasi
PERAMALAN KEBUTUHAN JARINGAN
Pengumpulan Data Jumlah penduduk, penyebaran penduduk, peta kota, rencana pembangunan permukiman baru, kapling siap bangun, potensi telepon, statistik gangguan, situasi bangunan, daftar tunggu dll tunggu,dll.
Pengolahan Data Æ Menggunakan M k perkiraan ki yang ada d pada d RTR dan d evaluasi l i RTR Æ Kebijakan lokasi kawasan industri, permukiman, pusat kegiatan, dan lain-lain. Æ Kondisi lapangan
RENCANA DASAR JARINGAN KABEL
Aspek yang dicakup Jumlah kebutuhan pelanggan, penyebaran demand, dana yang dibutuhkan, tipe konstruksi (diatas/dibawah tanah), multi/single exchange. Æ Kota-kota besar : multi exchange system Æ Kota-kota kecil : satu sentral
Perkiraan demand A. Metode Makro untuk mengetahui total permintaan di suatu wilayah pelayanan Data : jumlah penduduk, penduduk pertumbuhan ekonomi wilayah
B. Metode Mikro untuk mengetahui jumlah permintaan di lokasi tertentu Æ perumahan, perkantoran, pusat perbelanjaan, industri, dsb. Output : - jumlah permintaan pada suatu wilayah pelayanan - penyebaran b permintaan i t - jumlah RK dan letaknya - volume kebutuhan material fisik - biaya yang diperlukan
STANDAR PERHITUNGAN KEBUTUHAN •
• •
•
Kebutuhan telepon didasarkan pada standar dan perkembangan kebutuhan pada masing-masing jenis sarana. Kebutuhan telepon minimum adalah jumlah total k b t h kebutuhan masing-masing i i jjenis i sarana. Kebutuhan telepon maksimum kawasan permukiman adalah jumlah kebutuhan minimum ditambah 20% dari kebutuhan minimum. Kebutuhan telepon maksimum kawasan pusat pemerintahan adalah jumlah kebutuhan minimum ditambah 100 % dari kebutuhan minimum.
UTILITAS TELEPON • Perumahan Menengah membutuhkan 1 satuan sambungan telepon • Permukiman Mewah membutuhkan 2 satuan sambungan telepon • Fasilitas F ilit perdagangan d ti 500 m2 tiap 2 membutuhkan b t hk 2 satuan t sambungan b telepon • Fasilitas umum tingkat lingkungan tiap 200 m2 membutuhkan 1 satuan sambungan telepon • Fasilitas umum tingkat g perkotaan tiap p p 1000 m2 membutuhkan 2 satuan sambungan telepon.
PENYUSUNAN RANCANGAN DASAR JARINGAN
Menentukan Batas Pelayanan Mempengaruhi administrasi jaringan, pemeliharaan, perbaikan b ik gangguan, serta t b besar kkecilnya il anggaran yang diperlukan ¾
Batas Pelayanan KP (kotak pembagi) ditentukan berdasarkan pertimbangan kondisi lingkungan, efisiensi, dan estetika : Æ kebutuhan jasa telepon untuk jangka waktu 15 tahun yang akan datang Æ batas-batas batas batas nyata : batas geografis, geografis batas persil, persil rel KA, KA sungai, jalan raya, tegangan tinggi, dan sebagainya Æ kapasitas KP Æ panjang saluran penanggal Æ KP yang ada
PENYUSUNAN RANCANGAN DASAR JARINGAN ¾ Lokasi Daerah Pelayanan KP Untukk daerah Unt dae ah yang ang sudah s dah mapan, mapan maka kebutuhan keb t han telepon untuk jangka waktu 15 tahun menjadi pertimbangan utama. utama Bila pada daerah pelayanan sudah terdapat KP, maka i t k i batas interaksi b t pelayanan l KP perlu l dilakukan dil k k agar diperoleh penempatan KP yang tepat. Untuk daerah yang masih relatif kosong, maka penempatan KP harus mempertimbangkan faktor biaya i investasi. i Dalam D l hal h l ini i i harus h dihindari dihi d i pemasangan KP yang tidak bermanfaat.
PENYUSUNAN RANCANGAN DASAR JARINGAN ¾ Jenis KP dan Penggunaannya SPAT ((Sambungan g Pembagi g Atas Tanah)) Biasanya dipasang pada daerah yang belum mapan, letak tiang harus aman dan tidak mengganggu lalu lintas, serasi dengan lingkungan sekitar, memudahkan pemeliharaan dan perbaikan SPBT (Sambungan Pembagi Bawah Tanah) Digunakan untuk daerah-daerah yang sudah teratur, aman dari gangguan lalu lintas, dan tidak merusak pandangan d sekitarnya kit
PENYUSUNAN RANCANGAN DASAR JARINGAN ¾ Distribusi Rumah Kabel Batas pela pelayanan anan RK merupakan me pakan daerah dae ah pelayanan pela anan telepon dengan batas-batas tertentu yang perlu diperhatikan : Kebutuhan telepon di masa datang Kapasitas RK yang akan digunakan disesuaikan dengan kebutuhan telepon yang akan dicatu Batas geografi, penggunaan, wilayah administrasi, dan sebagainya.
PENYUSUNAN RANCANGAN DASAR JARINGAN ¾ Penempatan RK Daerah sekitar RK memiliki konsentrasi kebutuhan telepon yang tinggi Tidak terlalu jauh dari lokasi manhole terdekat Lokasi RK serasi dan aman dengan lingkungan sekitarnya dan tidak menyulitkan petugas
PENYUSUNAN RANCANGAN DASAR JARINGAN ¾ Pembenahan Kembali Daerah Pelayanan Daerah pelayanan yang sudah ada perlu ditata kembali karena kemungkinan sudah tidak sesuai lagi dengan kriteria batas p pelayanan. y Hal ini perlu p dilakukan untuk : Menghindari terjadinya tumpang tindih catuan Merapikan p kembali sistem jjaringan g kabel sehingga gg dapat lebih memudahkan dan meningkatkan pelayanan serta pemantauan dalam pemeliharaan Mengganti atau memperbarui kembali jaringan kabel yang rusak atau tidak sesuai lagi dengan persyaratan yang ada
PENYUSUNAN RANCANGAN DASAR JARINGAN
Pembuatan Rancangan Dasar Data yang diperlukan : peta dan gambar-gambar jaringan yang ada, daftar tunggu, peramalan permintaan, data jaringan dan pemeliharaannya, fundamental plan, master plan lokasi pelayanan yang sudah disusun
Penyusunan buku laporan hasil survey yang digunakan untuk pembangunan jaringan kabel baru dan perluasan jaringan kabel lokal
Menghitung kebutuhan pipa duct : (N x 1,5) + T + J + (O x 2/3) + R N = jumlah j l h kabel k b l untuk t k 20 tahun, t h T = jumlah j l h trunk, t k J = jumlah junction, O = jumlah serat optik, R = jumlah pipa cadangan
PEMBUATAN RANCANGAN RINCI JARINGAN
Rancangan rinci adalah gambaran perencanaan jaringan kabel telepon secara rinci yang merupakan penjabaran dari rancangan dasar dan harus dikerjakan secepat mungkin
Survey harus dilakukan dengan tujuan : Æ pemilihan dan penentuan tempat yang tepat untuk RK, TP, rute kabel duct, duct letak dan tipe manhole. manhole Æ pemilihan jenis peralatan yang tepat untuk RK, RP, manhole, RPU di gedung-gedung, dan tiang telepon Æ pengukuran : mengukur semua jarak yang berkaitan dengan panjang kabel yang digunakan menurut jenis dan diameternya, jenis galian yang dilewati oleh rencana rute kabel, rute kabel duct Æ menghitung peralatan yang diperlukan kabel dengan alat pembantunya, RK dan TP beserta material pembantunya Æ pemilihan kapasitas, kapasitas jenis, jenis dan urat at kabel
PEMBUATAN GAMBAR RANCANGAN JARINGAN Peta Umum Peta Skema Duct Peta Skema Kabel Primer Peta Skala k l Sistem Alarm l Tekanan k Gas Gambar Penyusunan Kabel Primer pada RPU Peta Daerah Pelayanan RK Peta Skema Kabel Sekunder Perhitungan Volume/Kuantifikasi
ISSUE-ISSUE DALAM PRASARANA TELEKOMUNIKASI Hubungan antara kemajuan teknologi di bidang telekomunikasi dengan pengurangan kebutuhan akan sa ana transportasi sarana t anspo tasi Perkembangan di bidang telepon selular dan teknologi informasi f Belum meratanya pelayanan telepon
Sekian dan Terima kasih