BAHAN RUJUKAN BAGI LPTK
PRAKTIK YANG BAIK DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR/ MADRASAH IBTIDAIYAH (SD/MI)
Mei 2013
Modul pelatihan ini dikembangkan dengan dukungan penuh rakyat Amerika melalui United States Agency for International Development (USAID). Isi dari materi pembelajaran ini merupakan tanggung jawab konsorsium Program USAID Prioritizing Reform, Innovation, and Opprtunities for Reaching Indonesia’s Teachers, Administrators, and Students (PRIORITAS) dan tidak mencerminkan pandangan USAID atau pemerintah Amerika Serikat.
Pengantar
Pengantar Modul
Daftar Isi Kata Pengantar Jadwal Pelatihan (contoh)
Halaman vi viii
Unit 1
Apa dan Mengapa PAKEM
3
Unit 2
Keterampilan Berpikir
39
Unit 3
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
115
Unit 4
Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Media dan Sumber Belajar
147
Unit 5
Persiapan dan Praktik Mengajar
167
Unit 6
Menulis Jurnal Reflektif
191
Unit 7
Penyusunan Rencana Tindak Lanjut (RTL)
211
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
v
Pengantar
Pengantar Modul
Kata Pengantar Program Prioritizing Reform, Innovation and Opportunities for Reaching Indonesia’s Teachers, Administrators and Students (PRIORITAS) yang didanai oleh USAID bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia untuk mendukung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Kementerian Agama dalam meningkatkan akses pendidikan dasar yang bermutu. Untuk mencapai tujuan tersebut, PRIORITAS mengembangkan dan melaksanakan program pengembangan kapasitas yang terdiri dari pelatihan, pendampingan, kegiatan kelompok kerja di tingkat sekolah maupun gugus. Sasaran program pengembangan kapasitas ini adalah guru dan dosen Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK), kepala sekolah, komite sekolah, serta pengawas dan staf Dinas Pendidikan terkait di kabupaten terpilih di tujuh propinsi mitra USAID PRIORITAS, yaitu: Aceh, Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan. Pelatihan bagi dosen dilaksanakan melalui kerja sama dengan sejumlah LPTK terpilih untuk pengembangan peran LPTK sebagai penyedia layanan baik untuk pendidikan guru pra-maupun pendidikan dalam-jabatan. Modul yang digunakan merupakan adaptasi dari modul pelatihan tingkat sekolah. Sedangkan modul tingkat sekolah merupakan pemaketan ulang dari modul-modul yang telah dikembangkan oleh program bantuan seperti USAID Decentralized Basic Education (DBE) dan Managing Basic Education (MBE) serta UNICEF’s Creating Learning Communities for Children (CLCC) dan Mainstreaming Good Practices in Basic Education (MGP-BE). Modul Pelatihan Praktik yang Baik untuk Sekolah Dasar – Bahan Rujukan bagi LPTK ini memuat materi pembelajaran yang dikenal dengan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Modul dikemas dalam bentuk unit-unit yang berisi topik-topik, satu unit memuat satu topik. Berikut adalah gambaran singkat tentang masing-masing unit. Unit 1: Apa dan Mengapa Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan? Unit ini membahas prinsip-prinsip dalam PAKEM dan bagaimana mengembangkan pembelajaran yang mengandung prinsip tersebut. Pengetahuan dan pengalaman peserta juga diperkaya dengan diskusi serta tayangan video tentang pelaksanaan pembelajaran aktif dalam berbagai mata pelajaran di beberapa sekolah. Unit 2: Keterampilan Berpikir. Kemampuan siswa kita dalam berpikir tingkat tinggi: menganalisis, mengevaluasi, dan mengkreasi/mencipta masih perlu ditingkatkan. Unit ini memberi kesempatan kepada peserta untuk berlatih Keterampilan Berpikir tersebut. Unit ini juga memberikan contoh-contoh pertanyaan tersebut. Unit 3: Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif. Unit ini secara praktis membahas bagaimana penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar, pengelolaan siswa, dan pengelolaan perabot. Banyak dampak positif yang dapat diperoleh dengan menciptakan lingkungan belajar ini, misalnya, pencapaian tujuan pembelajaran menjadi lebih mudah, iklim belajar lebih kondusif. Unit 4: Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Media dan Sumber Belajar. Unit ini membahas bagaimana lingkungan sebagai media pembelajaran yang digunakan yang dimanfaatkan oleh siswa untuk melakukan pengamatan, percobaan, melakukan manipulasi
vi
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Pengantar
Pengantar Modul
(‘mengotak-ngatik’) dalam rangka menemukan konsep, bukan oleh guru dalam rangka menjelaskan konsep. Unit 5: Persiapan dan Praktik Mengajar. Unit ini akan memfasilitasi guru/dosen agar bisa membuat persiapan mengajar dengan menggunakan pembelajaran kontekstual yang mengembangkan, antara lain, kemampuan berpikir tingkat tinggi, kemampuan bekerjasama, sekaligus mempraktikannya di sekolah latihan. Unit ini juga memberikan kesempatan kepada peserta untuk mencobakan berbagai gagasan di pelatihan diterapkan dalam situasi nyata, yaitu mengajar para siswa di kelas. Dengan demikian, peserta dapat memperkirakan berbagai kemudahan atau kendala ketika gagasan tersebut diterapkan di sekolah. Unit 6: Menulis Jurnal Reflektif. Salah satu ’alat’ untuk memperbaiki kinerja kita adalah refleksi: kita merefleksi diri tentang apa yang kita kerjakan; apa yang sudah baik dan belum baik. Unit ini melatih peserta/guru bagaimana membuat catatan reflektif tentang mengajar mereka. Dengan demikian, peserta/guru diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran mereka secara terus menerus, tanpa terlalu tergantung pada orang lain. Unit 7: Penyusunan Rencana Tindak Lanjut. Suatu pelatihan yang berkaitan dengan peningkatan mutu pembelajaran akan sangat kurang bermanfaat bahkan sia-sia apabila tidak ditindaklanjuti dengan langkah nyata penerapan gagasan di lapangan. Unit ini akan memberi kesempatan kepada peserta pelatihan untuk membuat Rencana Tindak Lanjut: Apa saja yang akan dilakukan di kampus/perkuliahan segera setelah pelatihan berakhir. Rencana tindak lanjut merupakan awal ‘komitmen’ peserta dalam menerapkan apa yang diperoleh dalam pelatihan. Rencana tindak lanjut bagi dosen meliputi 1) Rencana penerapan gagasan dalam perkuliahan sehari-hari, 2) Rencana penerapan gagasan dalam bimbingan kepada mahasiswa dalam praktik pengalaman lapangan terpadu (PPLT), dan 3) Rencana penerapan gagasan dalam layanan kepada guru dalam jabatan. Pendekatan pembelajaran aktif dan interaktif yang diterapkan dalam pelatihan ini tidak hanya untuk memotivasi peserta untuk terlibat secara fisik dan mental dalam pelatihan, tetapi juga untuk menyediakan contoh pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru di dalam kelas. Fasilitator memberikan model tentang pelaksanaan pembelajaran kontekstual/pembelajaran aktif, pengelolaan peserta, dan menciptakan suasana dalam pelatihan yang diharapkan dapat dicontoh oleh peserta ketika mereka melatih dan mengajar di kelas di sekolah/kampus mereka. Modul ini diharapkan dapat dijadikan salah satu bahan rujukan oleh para dosen di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) terutama dalam 1) Pelaksanaan perkuliahan seharihari, 2) Pelaksanaan bimbingan kepada mahasiswa calon guru dalam praktik pengalaman lapangan terpadu (PPLT), dan 3) Pelaksanaan layanan kepada guru dalam jabatan.
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
vii
Pengantar
Pengantar Modul
JADWAL PELATIHAN (contoh) Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI Waktu
Menit
Unit/Topik
Ket
Hari I 08.00 – 08.15 08.15 – 08.45 08.45 – 09.00
15’ 30’ 15’
REGRISTRASI Pembukaan & Penjelasan Umum Program Prioritas Istirahat
09.00 – 12.00
180’
Unit 1: Apa dan Mengapa Pakem
12.00 – 13.00 13.00 – 15.00
60’ 120’
Ishoma Unit 2: Keterampilan Berpikir
15.00 – 16.00
60’
Unit 3: Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
16.00 – 16.30 16.30 – 17.30
30’ 60’
08.00 – 10.00
120’
10.00 – 10.15 10.15 – 12.15
15’ 120’
Istirahat Unit 3: Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif (lanjutan) Hari II Unit 4: Pemanfaatan Lingkungan sebagai Media dan Sumber Belajar Istirahat Unit 5: Mempraktikkan PAKEM (persiapan)
12.15 – 13.15 13.15 – 16.15
60’ 180’
Ishoma Unit 5: Mempraktikkan PAKEM (persiapan)
16.15 – 16.45 16.45 – 17.45
30’ 60’
07.30 – 08.00
30’
Istirahat Unit 5: Mempraktikkan PAKEM (persiapan) Hari III Perjalan dari tempat pelatihan ke sekolah
08.00 – 10.30
150’
10.30 – 11.00
30’
11.00 – 11.30
30’
11.30 – 13.00 13.00 – 14.00
90’ 60’
14.00 – 15.10
70’
Unit 5: Mempraktikkan PAKEM (memajang hasil karya siswa) Ishoma Unit 5: Mempraktikkan PAKEM (diskusi pasca praktik, refleksi, dan kunjung karya) Unit 6: Penulisan Jurnal Refleksi
15.10 – 16.10
60’
Unit 7: RTL PAKEM
16.10 – 16.30
30’
Penutupan
viii
Unit 5: Mempraktikkan PAKEM (praktik PAKEM di sekolah) Perjalan dari sekolah ke tempat pelatihan
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Waktu dapat disesuaikan
UNIT 1 APA DAN MENGAPA PAKEM?
UNIT 1
Apa dan Mengapa PAKEM
UNIT 1 APA DAN MENGAPA PAKEM Waktu: 3 Jam A. PENGANTAR Pembelajaran merupakan salah satu unsur penentu baik tidaknya lulusan yang dihasilkan oleh suatu sistem pendidikan. Pembelajaran ibarat jantung dari proses pendidikan. Pembelajaran yang baik cenderung menghasilkan lulusan dengan hasil belajar yang baik pula. Demikian pula sebaliknya. Hasil belajar pendidikan di Indonesia masih dipandang kurang baik. Sebagian besar siswa belum mampu menggapai potensi ideal/optimal yang dimilikinya. Oleh karena itu, perlu ada perubahan proses pembelajaran dari kebiasaan yang
Contoh ruang kelas yang menunjukkan ciri-ciri Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.
sudah berlangsung selama ini.
Pembelajaran yang saat ini dikembangkan dan banyak dikenalkan ke seluruh pelosok tanah air adalah Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan atau disingkat dengan PAKEM. Disebut demikian karena pembelajaran ini dirancang agar mengaktifkan anak, mengembangkan kreativitas sehingga efektif namun tetap menyenangkan. Hal ini sejalan dengan amanat Permendiknas No 41 Tahun 2007 “Proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik”. Oleh karena itu, LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) sebagai lembaga penyedia guru sekolah dasar dan menengah perlu mengenalkan PAKEM sehingga mahasiswa terbiasa dengan kegiatan pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Untuk mencapai tujuan tersebut, dosen harus memiliki pengalaman langsung dalam menerapkan proses pembelajaran berbasis PAKEM di jenjang pendidikan dasar dan menengah. Unit ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang apa, mengapa, dan bagaimana pelaksanaan PAKEM, serta prosedur atau langkah-langkah pelatihan yang bisa dilakukan. Dengan membaca dan mengikuti proses-proses pelatihan yang telah dirancang dalam Unit ini, para peserta pelatihan diharapkan dapat mengenal apa, mengapa, dan bagaimana PAKEM tersebut, dan pada akhirnya diharapkan dapat menerapkan di kelasnya masing-masing.
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
3
UNIT 1
Apa dan Mengapa PAKEM
Calon Siswa
Proses Pembelajaran
Lulusan
PAKEM
B. TUJUAN Setelah mengikuti pelatihan, para peserta mampu: 1. 2. 3. 4.
mengenali karakteristik utama PAKEM memberi contoh kegiatan PAKEM memahami pentingnya PAKEM bagi peningkatan kualitas siswa mengintegrasikan materi PAKEM dalam perkuliahan, PPLT dan pelayanan guru dalam jabatan
C. BAHAN DAN ALAT 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Tayangan Powerpoint Unit 1 Video 1: Pembelajaran Konvensional Video 2: PAKEM Lembar Kerja (LK) 1.1a Lembar Kerja (LK) 1.1b Lembar Kerja (LK) 1.2 Lembar Kerja (LK) 1.3 Bahan Bacaan PAKEM ATK: spidol (besar dan kecil), kertas plano
D. LANGKAH KEGIATAN 10’
30’
Pengantar
Penayangan Video I & 2 dan pengisian LK 1.1a dan LK 1.1b
1
2
40’ Diskusi kelompok tentang “tayangan video sebelumnya” & mengisi LK 1.2 3
20’ Penguatan tentang PAKEM
40’
40’
Berbagi hasil diskusi kelompok
Diskusi kelompok tentang unsurunsur PAKEM (LK 1.3)
5
4
Integrasi Materi PAKEM di LPTK 6 4
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 1
Apa dan Mengapa PAKEM
1. Pengantar (10 menit) (catatan: menggunakan powerpoint) Fasilitator memberikan pengantar singkat tentang latar belakang, tujuan, dan rencana kegiatan sesi ini. Fasilitator memberikan kesempatan kepada 2 atau 3 orang peserta untuk mengungkapkan apa saja yang mereka ketahui tentang PAKEM. 2. Penayangan Video Pembelajaran (30 menit) a. Fasilitator mengelompokkan peserta ke dalam 5 kelompok kelas: Kelas 1,2,3,4 dan 5. Jumlah anggota tiap kelompok diupayakan berimbang dari sisi jumlah dan sisi gender. b. Fasilitator membagikan LK 1.1a kepada setiap peserta, dan menginformasikan kepada mereka bahwa mereka dipersilakan mengisi LK 1.1a tersebut sambil menyimak tayangan dua buah video pembelajaran (video 1 dan video 2). c. Fasilitator memberi informasi kepada peserta bahwa mereka akan menyimak pemutaran video 1 terkait dengan kegiatan pembelajaran di kelas sembari mengisi LK 1.1a pada kolom kiri. d. Fasilitator memberi informasi kepada peserta bahwa mereka akan menyimak penayangan video 2 yang terkait dengan kegiatan pembelajaran di kelas sembari mengisi LK 1.1a pada kolom kanan. Menonton tayangan selain dimaksudkan agar peserta dapat melihat dengan jelas bagaimana PAKEM dilaksanakan, mereka juga diharapkan dapat membedakan antara pengalaman pembelajaran yang mengandung unsur-unsur PAKEM dengan yang tanpa PAKEM (konvensional). Peserta diharapkan mengamati dengan kritis proses pembelajaran yang berlangsung dalam tayangan/pemodelan. e. Fasilitator memastikan setiap peserta telah mengisi LK 1.1a secara individu.
LK 1.1a Komponen Pembelajaran dari Video 1 dan Video 2 (Individu) Video 1
Komponen Pembelajaran Kegiatan Siswa
Video 2
Kegiatan Guru Interaksi antar siswa Interaksi siswa dengan guru
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
5
UNIT 1
Apa dan Mengapa PAKEM
Video 1
Komponen Pembelajaran Bentuk tugas yang dikerjakan siswa
Video 2
Sumber belajar yang digunakan Pemberian kesempatan yang sama antara siswa laki-laki dan perempuan Bentuk motivasi yang diberikan guru kepada siswa Aspek karakter yang dikembangkan (kemandirian, disiplin, tanggung jawab, kerja sama, kepercayaan diri) • Fasilitator memberi penugasan kepada tiap kelompok untuk merangkumkan hasil
pengamatan pada LK 1.1b menjadi hasil pengamatan kelompok dengan mengisi LK 1.1b. LK 1.1b Hasil Rangkuman Menyimak Video secara Kelompok Video 1
Komponen Pembelajaran Kegiatan Siswa
Kegiatan Guru
Interaksi antar siswa
6
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Video 2
UNIT 1
Apa dan Mengapa PAKEM
Video 1
Komponen Pembelajaran
Video 2
Interaksi siswa dengan guru Bentuk tugas yang dikerjakan siswa
Sumber belajar yang digunakan
Pemberian kesempatan yang sama antara siswa laki-laki dan perempuan
Bentuk motivasi yang diberikan guru kepada siswa
Aspek karakter yang dikembangkan (kemandirian, disiplin, tanggung jawab, kerja sama, kepercayaan diri)
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
7
UNIT 1
Apa dan Mengapa PAKEM
3. Diskusi Kelompok tentang Tayangan/Model Pembelajaran (40 menit) a. Fasilitator meminta setiap peserta mendiskusikan pengisian LK 1.2 berdasarkan hasil kerja kelompok (LK 1.1b). Catatan: Kelompok mendiskusikan ‘”Komponen Pembelajaran yang Baik” ditinjau dari beberapa hal, antara lain: kegiatan anak dan bentuk layanan yang diberikan guru (kegiatan guru), jenis atau bentuk penugasan yang dikerjakan siswa, interaksi antar siswa dan interaksi antara siswa dengan guru, sumber belajar yang digunakan, dan lain sebagainya. b. Fasilitator meminta kelompok untuk: (1) mengidentifikasi komponen pembelajaran yang baik berdasarkan dua tayangan video (video 1 dan video 2) yang telah mereka simak; (2) memberi argumentasi atas pendapat yang diberikan; dan (3) memberi klasifikasi apakah kegiatan tersebut A (aktif), K (kreatif), E (efektif), atau M (menyenangkan). Catatan: Fasilitator, ketika membantu diskusi dalam kelompok-kelompok, dapat memberikan pertanyaan-pertanyaan berikut untuk mengarahkan diskusi yang kurang lancar. Pertanyaan tidak perlu diberikan semua. Contoh–contoh pertanyaan pengarah tersebut adalah sebagai berikut: Apa sajakah kegiatan yang dilakukan siswa? Apakah siswa hanya mendengarkan guru? Apakah siswa hanya mencatat tulisan di papan tulis pada buku catatan mereka? Apakah siswa hanya membaca dan menjawab pertanyaan di buku paket? Kegiatan apa sajakah yang mereka lakukan? dll. Apa yang dilakukan guru? Apakah guru hanya berceramah? Apakah guru duduk di kursinya menunggu siswa selesai mengerjakan tugas? Apakah guru menulis di papan tulis? Apakah guru masuk ke dalam kelompok-kelompok dan memberikan umpan balik? dll. Bagaimanakah interaksi/hubungan yang terjadi antar siswa? Apakah ada kerja sama antar siswa? Apakah mereka saling bertanya jawab? Apakah mereka saling bertukar pendapat? Apakah mereka hanya berhubungan dengan satu orang? dll. Bagaimanakah interaksi antara siswa dengan guru? Apakah siswa mendapat kesempatan memberikan pendapat dan guru mendengarkannya? Apakah guru selalu berbicara pada seluruh kelas? Apakah guru berkomunikasi dengan siswa secara individual? Apakah guru berkomunikasi dengan kelompok? dll. Bagaimana bentuk tugas yang dikerjakan siswa? Apakah guru meminta siswa menjawab pertanyaan yang hanya memiliki 1 jawaban benar? Apakah siswa melakukan percobaan? Apakah siswa diberi kesempatan untuk menemukan jawaban sendiri? Apakah pertanyaan/tugas guru membuat siswa berpikir aktif? dll. Sumber belajar apa yang digunakan? Apakah guru menggunakan sumber-sumber belajar selain buku paket, seperti buku bacaan, koran, nara sumber (misalnya, petani, bekas pejuang revolusi, siswa, dll), sawah, kebun, dll? Apakah sumber belajar mudah diperoleh? Adakah hal lain lagi yang berbeda dengan kebiasaan pembelajaran yang sehari-hari kita lakukan?
8
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 1
Apa dan Mengapa PAKEM
c. Fasilitator meminta peserta untuk menuangkan hasil diskusi kelompok tersebut ke dalam LK 1.2. LK 1.2 Identifikasi Komponen Pembelajaran yang Baik Komponen Pembelajaran
Kegiatan PBM yang baik
Alasan/argumentasi A*
Pembelajaran K* E* M*
Kegiatan Siswa Kegiatan Guru Interaksi antar siswa Interaksi siswa dengan guru Bentuk tugas yang dikerjakan siswa Sumber belajar yang digunakan Pemberian kesempatan yang sama antara siswa laki-laki dan perempuan Bentuk motivasi yang diberikan guru kepada siswa Aspek karakter yang dikembangkan (kemandirian, disiplin, tanggung jawab, kerja sama, kepercayaan diri) * Keterangan:
A = Aktif K = Kreatif E = Efektif M = Menyenangkan
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
9
UNIT 1 d.
Apa dan Mengapa PAKEM
Setelah peserta mengisi LK 1.2, Fasilitator memandu diskusi untuk menyamakan persepsi terkait indikator kegiatan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Diskusi dapat dilakukan dengan cara sbb.: 1) Fasilitator terlebih dahulu menempelkan lembar display untuk tiap komponen berikut pada dinding kerja dengan posisi yang tidak terlalu dekat satu dengan lainnya. LEMBAR DISPLAY Komponen 1: Kegiatan Siswa Kegiatan PBM yang Baik
Pembelajaran A
K
E
M
Komponen 2: Kegiatan Guru Kegiatan PBM yang Baik
Pembelajaran A
K
E
M
Demikian seterusnya untuk Komponen 3 s.d. 8 2) Setiap kelompok menuliskan hasil kerjanya pada lembar display sesuai dengan komponen masing-masing. 3) Jika jawaban sama dan telah dituliskan oleh satu kelompok, maka kelompok lain cukup memberi tanda tally (seperti perhitungan suara pemilu) pada kolom A, K, E, dan M. 4. Berbagi Pendapat dan Diskusi Kelompok tentang Unsur-unsur PAKEM (40 menit)
10
Fasilitator menetapkan mata pelajaran (kelompok Matematika, kelompok Bahasa Indonesia, dan kelompok Sains). Jumlah kelompok mata pelajaran diupayakan berimbang Fasilitator menginformasikan topik diskusi selanjutnya tentang proses pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Fokus diskusi tersebut berdasarkan masing-masing mata pelajaran yang menjadi nama kelompok mereka. Misalnya, kelompok Matematika mendiskusikan contoh proses pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan dalam pembelajaran Matematika.
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 1
Apa dan Mengapa PAKEM
Fasilitator menanggapi pertanyaan klarifikasi jika ada. Fasilitator meminta setiap kelompok untuk mencari contoh proses pembelajaran dengan mengisi LK 1.3 (yang berbeda dengan hasil kerja pada LK 1.2) berdasarkan pengalaman, pengamatan, dan atau hasil-hasil kegiatan ilmiah sebagai dosen.
LK 1.3 Identifikasi Contoh Proses/Kegiatan PAKEM -----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
MAPEL : TOPIK : Aspek PAKEM
Contoh Proses/Kegiatan Pembelajaran
Aktif
•
Kreatif
•
Efektif
•
Menyenangkan
•
5. Berbagi Pengetahuan (40 menit)
Hasil kerja satu kelompok (LK 1.3) diberikan kepada kelompok lain (sebaiknya untuk kelompok dengan mata pelajaran yang sama), kemudian didiskusikan oleh kelompok itu. Anggota kelompok tersebut memberi saran dengan mengisi lembar saran yang telah disediakan. Misalnya, hasil kelompok A diberikan kepada kelompok B, dan kelompok B mendiskusikan dan memberi saran. Hasil kelompok B diberikan kepada kelompok C, dst.
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
11
UNIT 1
Apa dan Mengapa PAKEM
Selanjutnya, saran-saran dari kelompok lain dikembalikan dan didiskusikan kembali oleh kelompok pemilik hasil karya tersebut. Fasilitator memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk merevisi hasil kerja kelompok mereka berdasarkan saran-saran tersebut. Fasilitator mengamati dengan saksama proses diskusi kelompok supaya bisa memberikan masukan. Setelah mengerjakan tugas tersebut, kelompok diminta menjawab pertanyaan: Bila kegiatan-kegiatan tersebut terjadi dalam pembelajaran, kemampuan (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) apa sajakah yang berkembang pada diri siswa? (Tayangkan tayangan Kurikulum 2013, Ringkasan Standar Kompetensi Lulusan).
6. Penguatan tentang PAKEM (10 menit) (menggunakan powerpoint) Fasilitator menayangkan pernyataan-pernyataan “Apa yang saya dengar ….” dan diagram “Tingkat Keterlibatan Siswa …” (Lihat slide – Diagram Segitiga) dan memberikan penjelasan, misal untuk tayangan pernyataan dan diagram dijelaskan bahwa “Semakin siswa terlibat dalam belajar, semakin mereka menguasai materi pelajaran”.
12
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 1
Apa dan Mengapa PAKEM
Untuk diagram dapat diberikan penjelasan tambahan (jika perlu), misal, “Bila kita membuat rencana pembelajaran, kita berpikir dari arah bawah diagram tersebut, yaitu dengan mengajukan pertanyaan pada diri sendiri – Kegiatan nyata apa sajakah yang harus dialami siswa untuk menguasai kemampuan dalam materi yang akan dipelajari siswa?” dan BUKAN berpikir dari arah atas diagram, yaitu “Apa yang harus didengarkan siswa?”
7. Integrasi Materi PAKEM di LPTK (10 menit) Mintalah peserta untuk mendiskusikan integrasi materi PAKEM dalam perkuliahan, PPLT dan pelayanan guru dalam jabatan.
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
13
UNIT 1
Apa dan Mengapa PAKEM
E. BAHAN BACAAN UNTUK FASILITATOR DAN PESERTA APA ITU PAKEM? PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif berpikir, bertanya, mempertanyakan, mengemukakan gagasan, bereksperimen, mempraktikkan konsep yang dipelajari, dan berkreasi. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya; bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Suatu konsep (misalnya demokrasi, kerjasama, fotosintesa, penjumlahan, dan kebersihan) yang dijelaskan melalui ceramah sebenarnya sangat sulit dipahami siswa karena konsep tersebut disampaikan secara abstrak. Hal yang abstrak sulit dipahami karena tingkat berfikir anak-anak yang cenderung kongkrit atau mencari bentuk nyata. Jika dalam mengajar guru menggunakan media seperti gambar, film, peragaan, dan sebagainya maka konsep yang dipelajari menjadi lebih kongkrit (nyata) dan lebih mudah dipahami anak. Namun, yang paling bisa membuat konsep menjadi kongkrit adalah ketika anak terlibat dalam pengalaman langsung dan aktif menemukan sendiri dari pengalaman tersebut suatu konsep yang menjadi tujuan pembelajaran. Misalnya, anak-anak menemukan sendiri makna dari penjumlahan setelah mereka terlibat dalam kegiatan jumlah menjumlah menggunakan benda nyata (kacang merah, batu-batuan, penjepit kertas misalnya). Contoh lain, siswa memahami konsep demokrasi setelah mereka terlibat aktif dalam penerapan prinsip-prinsip demokrasi dan musyawarah dalam kegiatan pemilihan ketua kelas yang dirancang serius oleh guru. Pengalaman nyata dan proses penerapan tersebut memberikan cara bagi mereka untuk membangun pemahaman sendiri secara aktif tentang konsep penjumlahan dan demokrasi. Di bawah ini adalah bagan dari Edgar Dale (1946) yang menunjukkan macam media atau kegiatan yang bisa dipakai untuk mengajarkan suatu konsep dan hubungannya dengan tingkat kekongkritan konsep yang bisa tersampaikan. Pembelajaran yang bergantung hanya pada verbal saja (ceramah, membaca) mengandung tingkat keabstrakan paling tinggi, sedangkan pengalaman langsung yang membuat siswa aktif menemukan dan menerapkan suatu konsep memiliki tingkat kekongkritan yang paling tinggi.
14
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 1
Apa dan Mengapa PAKEM
Pesan dari bagan Edgar Dale tersebut diperkuat oleh kata-kata Confucius, orang bijak dari Timur, sebagai berikut: a. Yang saya dengar, saya lupa b. Yang saya lihat, saya ingat c. Yang saya kerjakan, saya pahami Melv in L. Silberman penulis “101 Cara Belajar Aktif” mendukung juga keaktifan siswa untuk memberikan hasil belajar yang maksimal dengan mengatakan: d. Yang saya dengar, saya lupa e. Yang saya dengar dan lihat, saya ingat f. Yang saya dengar, lihat, tanyakan, atau diskusikan, saya mulai pahami g. Yang saya dengar, lihat, dan diskusikan, serta lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan keterampilan h. Yang saya ajarkan kepada orang lain, saya kuasai Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Kreatif Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
15
UNIT 1
Apa dan Mengapa PAKEM
juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa yang bisa mengoptimalkan potensi diri siswa. Karena dalam PAKEM siswa banyak bekerja dan berbuat maka terdapat banyak kesempatan bagi siswa untuk menghasilkan produk belajar. Produk itu bisa be rupa karya seni, jalan keluar terhadap suatu permasalahan, grafik, diagram, tabel, puisi, karangan, pantun, lagu, tarian, model tiga dimensi, dan lain - lain. Dengan demikian, daya imajinasi dan daya cipta/kreasi siswa bisa berkembang dengan optimal. Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang jauh dari rasa bosan dan takut sehingga siswa dapat memusatkan perhatiannya secara penuh pada pembelajaran sehingga waktu curah perhatiannya pada pembelajaran tinggi. Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah perhatian terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif. Proses pembelajaran yang efektif menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa. Secara garis besar, PAKEM dapat digambarkan sebagai berikut: i. Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat. j. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat belajar siswa dan membantu siswa membangun pengetahuan dan pemahaman. Cara-cara tersebut di antaranya adalah menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa. k. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan ‘pojok baca’. l. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok. m. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya. n. Peran guru lebih sebagai fasilitator daripada penceramah, artinya guru mendesain kegiatan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Selama kegiatan pembelajaran, guru tidak lagi hanya berdiri di depan kelas tetapi berkeliling memantau kegiatan siswa dan membantu siswa dalam proses belajar.
16
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 1
Apa dan Mengapa PAKEM
APA YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM MELAKSANAKAN PAKEM? 1. Memahami sifat dasar anak Pada dasarnya anak memiliki rasa ingin tahu dan suka berimajinasi. Anak desa, anak kota, anak orang kaya, anak orang miskin, anak Indonesia, atau anak bukan Indonesia — selama mereka normal — terlahir memiliki kedua sifat itu. Kedua sifat tersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap/berpikir kritis dan kreatif. Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu lahan yang harus kita olah sehingga subur bagi berkembangnya kedua sifat anugerah Tuhan tersebut. Suasana pembelajaran yang ditunjukkan dengan guru memuji anak karena hasil karyanya, guru mengajukan pertanyaan yang menantang, dan guru yang mendorong anak untuk melakukan percobaan, misalnya, merupakan pembelajaran yang subur bagi rasa ingin tahu dan imajinasi tersebut. 2. Mengenal perbedaan setiap anak Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki kemampuan yang berbeda. Dalam PAKEM (Pembelajaran Aktif, Efektif dan Menyenangkan) perbedaan individual perlu diperhatikan dan harus tercermin dalam kegiatan pembelajaran. Karena itu semua anak dalam kelas tidak harus selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan bisa berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnya. Anak-anak yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutor sebaya). Dengan mengenal kemampuan anak, kita dapat membantunya ketika dia mendapat kesulitan sehingga anak tersebut bisa belajar secara optimal 3. Memahami anak sebagai makhluk sosial Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami cenderung melibatkan anak lain dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu, anak dapat bekerja berpasangan atau dalam kelompok. Berdasarkan pengalaman, anak akan menyelesaikan tugas dengan baik bila mereka duduk berkelompok. Duduk seperti ini memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun demikian, anak perlu juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat individunya berkembang. 4. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menghadapi masalah sehingga pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Keterampilan pemecahan masalah memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
17
UNIT 1
Apa dan Mengapa PAKEM
masalah dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Kedua jenis berpikir tersebut, kritis dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas guru adalah mengembangkannya, antara lain dengan sesering mungkin memberikan tugas atau mengajukan pertanyaan yang terbuka. Pertanyaan yang dimulai dengan kata-kata “Apa yang terjadi jika …” lebih baik daripada yang dimulai dengan kata-kata “Apa, berapa, kapan”, yang umumnya tertutup (jawaban yang betul hanya satu). 5. Mengembangkan menyenangkan
ruang
kelas
sebagai
lingkungan
belajar
yang
Ruang kelas yang menyenangkan merupakan unsur tak terpisahkan dari PAKEM. Dalam kelas yang menerapkan PAKEM, anak-anak banyak belajar melalui bekerja dan berbuat sehingga banyak menghasilkan produk. Hasil pekerjaan siswa tersebut sebaiknya dipajangkan untuk membuat kelas menjadi hidup dan menarik. Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan bisa memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain. Yang dipajangkan dapat berupa hasil kerja perorangan, berpasangan, atau kelompok. Pajangan dapat berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya. Guru perlu memastikan bahwa setiap siswa mempunyai karyanya yang dipajangkan. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa dan ditata dengan baik, dapat membantu guru dalam KBM karena dapat dijadikan rujukan ketika membahas suatu masalah. 6. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar Lingkungan (fisik, sosial, atau budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan belajar anak. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar, tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar sering membuat anak merasa senang dalam belajar. Belajar dengan menggunakan lingkungan tidak selalu harus keluar kelas. Bahan dari lingkungan dapat dibawa ke ruang kelas untuk menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan lingkungan dapat mengembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati (dengan seluruh indera), mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis (membuat dugaan), mengklasifikasikan, membuat tulisan, dan membuat gambar/diagram. 7. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar Mutu hasil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam belajar. Pemberian umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih mengungkap kekuatan daripada kelemahan siswa. Selain itu, cara memberikan umpan balik pun harus secara santun. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih percaya diri dalam menghadapi tugas18
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 1
Apa dan Mengapa PAKEM
tugas belajar selanjutnya. Guru harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan siswa dan memberikan komentar dan catatan. Catatan guru yang berkaitan dengan pekerjaan siswa lebih bermakna bagi pengembangan diri siswa daripada hanya sekedar angka (nilai). 8. Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental Banyak guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan para siswa kelihatan sibuk bekerja dan bergerak. Apalagi jika bangku dan meja diatur berkelompok serta siswa duduk saling berhadapan. Keadaan tersebut bukanlah ciri yang sebenarnya dari PAKEM. Aktif mental lebih diinginkan daripada aktif fisik. Sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental. Syarat berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut. Banyak siswa merasa takut ditertawakan, takut disepelekan, atau takut dimarahi jika salah. Oleh karena itu, guru hendaknya menciptakan suasana kelas di mana guru tidak marah kepada siswa dan siswa tidak menertawakan siswa lain jika mereka memberi jawaban yang tidak benar. Siswa harus didorong untuk mencoba, dan berbuat kesalahan adalah bagian penting dari belajar. Guru juga tidak menyepelekan siswa. Pada dasarnya guru harus berusaha menghilangkan penyebab rasa takut, baik yang datang dari guru itu sendiri maupun dari temannya. Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan PAKEM.
Bagaimana Pelaksanaan PAKEM? Gambaran PAKEM diperlihatkan dengan berbagai kegiatan yang terjadi selama Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Pada saat yang sama, gambaran tersebut menunjukkan kemampuan yang perlu dikuasai guru untuk menciptakan keadaan tersebut. Berikut adalah tabel beberapa contoh KBM dan kegiatan guru. Kegiatan Guru 1. Guru merancang dan mengelola KBM yang mendorong siswa untuk berperan dan berpikir aktif dalam pembelajaran.
Kegiatan Belajar Mengajar Guru melaksanakan berbagai KBM seperti: • Percobaan • Diskusi kelompok • Memecahkan masalah • Mencari informasi • Menulis laporan/cerita/puisi • Berkunjung keluar kelas • Bermain peran
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
19
UNIT 1
Apa dan Mengapa PAKEM
2. Guru menggunakan alat bantu dan sumber belajar yang beragam.
Sesuai mata pelajaran, guru dapat menggunakan: • Alat yang tersedia atau yang dibuat sendiri • Gambar • Studi kasus • Narasumber • Lingkungan
3. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan.
Siswa: • Melakukan percobaan, pengamatan, atau wawancara • Mengumpulkan data/jawaban dan mengolahnya sendiri • Menarik kesimpulan • Memecahkan masalah atau mencari rumus sendiri • Menulis laporan/hasil karya lain dengan kata-kata sendiri
4. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasannya sendiri secara lisan atau tulisan.
Melalui: • Diskusi • Lebih banyak pertanyaan terbuka • Hasil karya yang merupakan pemikiran anak sendiri
5. Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan siswa.
• • •
6. Guru mengaitkan KBM dengan pengalaman siswa sehari-hari.
• •
7. Guru menilai KBM dan kemajuan belajar siswa secara terus menerus.
20
• •
Siswa dikelompokkan sesuai dengan kemampuan (untuk kegiatan tertentu) Bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok tersebut Tugas perbaikan atau pengayaan diberikan Siswa menceritakan atau memanfaatkan pengalamannya sendiri Siswa menerapkan hal yang dipelajari dalam kegiatan sehari-hari
Guru memantau kerja siswa Guru memberikan umpan balik
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 1
Apa dan Mengapa PAKEM
PERAN KOMITE SEKOLAH, ORANGTUA, DAN MASYARAKAT Menurut Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 044/ U/2002 Komite Sekolah berperan sebagai: 1. Pemberi pertimbangan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan. 2. Pendukung (baik yang berwujud finansial, pemikiran maupun tenaga) dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan. 3. Pengontrol dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan. 4. Mediator antara sekolah dengan pemerintah dan masyarakat di satuan pendidikan. Peran tersebut selanjutnya diwujudkan dalam bentuk fungsi nyata dalam penyelenggaraan persekolahan terutama dalam meningkatkan mutu pembelajaran. Fungsi nyata Komite Sekolah dalam pengembangan pembelajaran adalah sebagai berikut: 1. Membantu sekolah mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (sesuai dengan UU Sisdiknas No. 20/2003 Pasal 36 Ayat 2). 2. Mendorong tumbuhnya perhatian dan dukungan masyarakat terhadap penyeleng-garaan pembelajaran yang bermutu. 3. Melakukan kerjasama dengan masyarakat (perorangan/organisasi/dunia usaha/ dunia industri) dan pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan pembelajaran yang bermutu. 4. Mendorong orangtua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan guna mendukung peningkatan mutu pembelajaran. 5. Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan pembelajaran yang bermutu. 6. Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program, penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan. Dukungan bagi pelaksanaan PAKEM tidak hanya datang dari Komite Sekolah saja tetapi juga dari masyarakat dan orangtua siswa. Pasal 9 UU Sisdiknas No. 20/2003 menyatakan bahwa masyarakat berkewajiban memberikan dukungan sumber daya dalam penyelenggaraan pendidikan. Masyarakat dapat terlibat dalam memberikan bantuan dana, pembuatan gedung, ruang kelas, pagar, dan sebagainya. Masyarakat juga sebetulnya dapat terlibat dalam bidang Teknis Edukatif, seperti dalam proses belajar mengajar, menyediakan diri menjadi tenaga pengajar, membicarakan pelaksanaan kurikulum, memantau kemajuan belajar, dan sebagainya.
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
21
UNIT 1
Apa dan Mengapa PAKEM
Orangtua juga harus berperan serta dalam kegiatan pembelajaran. Dalam pelaksanaan PAKEM orangtua dapat berperan: 1. Menjadi mitra anak dalam belajar di rumah. 2. Menyediakan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam pelaksanaan PAKEM. 3. Menciptakan situasi belajar yang kondusif bagi pengembangan kreativitas anak, misalnya dengan banyak memberikan pertanyaan, mengecek hasil karya anak, dan mendorong kreativitas anak.
22
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 1
Apa dan Mengapa PAKEM
F. LEMBAR KERJA Format LK 1.1a: Pengamatan Komponen Pembelajaran melalui Video (Individu) Video 1
Komponen Pembelajaran
Video 2
Kegiatan Siswa
Kegiatan Guru
Interaksi antar siswa Interaksi siswa dengan guru
Bentuk tugas yang dikerjakan siswa
Sumber belajar yang digunakan Pemberian kesempatan yang sama antara siswa laki-laki dan perempuan Bentuk motivasi yang diberikan guru kepada siswa Aspek karakter yang dikembangkan (kemandirian, disiplin, tanggung jawab, kerja sama, kepercayaan diri)
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
23
UNIT 1
Apa dan Mengapa PAKEM
Format LK 1.1b: Pengamatan Komponen Pembelajaran melalui Video (Kelompok) Video 1
Komponen Pembelajaran Kegiatan Siswa
Kegiatan Guru
Interaksi antar siswa Interaksi siswa dengan guru
Bentuk tugas yang dikerjakan siswa
Sumber belajar yang digunakan Pemberian kesempatan yang sama antara siswa laki-laki dan perempuan Bentuk motivasi yang diberikan guru kepada siswa Aspek karakter yang dikembangkan (kemandirian, disiplin, tanggung jawab, kerja sama, kepercayaan diri)
24
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Video 2
UNIT 1
Apa dan Mengapa PAKEM
LK 1.2 Identifikasi Komponen Pembelajaran yang Baik Komponen Pembelajaran
Kegiatan PBM yang baik
Alasan/ Argumentasi
Pembelajaran A* K* E* M*
Kegiatan Siswa Kegiatan Guru Interaksi antar siswa Interaksi siswa dengan guru Bentuk tugas yang dikerjakan siswa Sumber belajar yang digunakan Pemberian kesempatan yang sama antara siswa laki-laki dan perempuan Bentuk motivasi yang diberikan guru kepada siswa Aspek karakter yang dikembangkan (kemandirian, disiplin, tanggung jawab, kerja sama, kepercayaan diri) * Keterangan: A = Aktif K = Kreatif E = Efektif M = Menyenangkan Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
25
UNIT 1
Apa dan Mengapa PAKEM
LK 1.3 Identifikasi Contoh-Contoh Proses/Kegiatan PAKEM MAPEL : TOPIK : Aspek PAKEM
Contoh Proses/Kegiatan Pembelajaran
Aktif
•
Kreatif
•
Efektif
•
Menyenangkan
•
26
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 1
Apa dan Mengapa PAKEM
Contoh Proses Pembelajaran PAKEM Aspek PAKEM
Contoh Proses Pembelajaran
Aktif
• • • • •
melakukan diskusi membuat pernyataan melakukan simulasi (bermain peran) mengukur melakukan pengamatan
Kreatif
• • • • •
mendesain model sendiri menghasilkan karya yang berbeda menyelasaikan masalah membuat pertanyaan kegiatan pembelajaran ditujukan untuk mencapai tujuan pembelajaran pemilihan media, strategi, pengelolaan kelas dan sumber sesuai dengan kebutuhan siswa dan atau tujuan pembelajaran siswa mempunyai kesempatan untuk menunjukkan pemahaman menyelesaikan tugas dalam kelompok mengunakan permainan untuk pemahman dan penguatan konsep melakukan kegiatan bermakna bagi siswa menggunakna lingkungan sebagai sumber belajar
Efektif
• • Menyenangkan
• • • •
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
27
UNIT 1
Apa dan Mengapa PAKEM
G. BAHAN TAYANGAN UNTUK FASILITATOR
28
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 1
Apa dan Mengapa PAKEM
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
29
UNIT 1
30
Apa dan Mengapa PAKEM
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 1
Apa dan Mengapa PAKEM
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
31
UNIT 1
32
Apa dan Mengapa PAKEM
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 1
Apa dan Mengapa PAKEM
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
33
UNIT 1
34
Apa dan Mengapa PAKEM
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 1
Apa dan Mengapa PAKEM
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
35
UNIT 1
36
Apa dan Mengapa PAKEM
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 2
Keterampilan Berpikir
UNIT 2 KETERAMPILAN BERPIKIR
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
70
UNIT 2
Keterampilan Berpikir
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
70
UNIT 2
Keterampilan Berpikir
UNIT 2 KETERAMPILAN BERPIKIR Waktu: 2 Jam A. PENGANTAR Sering kita mengamati guru yang mengajukan banyak pertanyaan dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Pertanyaan-pertanyaan tersebut terkadang sangat banyak sehingga terkesan bahwa guru itu sedang menguji siswanya. Selain itu, apabila dicermati, jenis-jenis pertanyaan yang dilontarkan baru sebatas pertanyaan yang membutuhkan jawaban ‘ya’ atau ‘tidak’, atau pertanyaan yang membutuhkan hanya satu jawaban tertentu. Pertanyaan tersebut belum memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir kreatif, kurang menuntut siswa untuk mengemukakan gagasannya sendiri. Jenis pertanyaan yang diajukan atau tugas yang diberikan oleh guru sangat berpengaruh terhadap perkembangan keterampilan berpikir siswa. Pertanyaan/tugas tersebut bukan hanya untuk memfokuskan siswa pada kegiatan, tetapi juga untuk menggali potensi belajar siswa. Pertanyaan atau tugas yang memicu siswa untuk berpikir analitis, evaluatif, dan kreatif dapat melatih siswa untuk menjadi pemikir yang kritis dan kreatif. Kemampuan siswa bertanya menunjukkan kemampuan siswa berpikir. Untuk menciptakan proses pembelajaran yang baik diperlukan pembelajaran yang banyak merangsang siswa bertanya secara bervariasi agar siswa terlatih untuk berpikir sejak siswa berada di Pendidikan Dasar.
Potensi siswa akan lebih tergali dengan pertanyaan-pertanyaan bervariasi dalam pembelajaran.
B. TUJUAN Setelah mengikuti sesi ini, para peserta mampu 1. Mengidentifikasi pertanyaan berdasarkan Taksonomi Bloom 2. Merumuskan pertanyaan bervariasi sesuai dengan taksonomi Bloom 3. Menganalisis implikasi-implikasi pedagogis dalam penerapan Taksonomi Bloom secara tepat Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
39
UNIT 2
Keterampilan Berpikir
4. Mengintegrasikan materi Merumuskan Pertanyaan yang Mendorong Siswa Berpikir Tingkat Tinggi di LPTK
C. BAHAN DAN ALAT 1. 2. 3. 4.
Presentasi Unit 2, Unit 2A, dan Unit 2A Tambahan Handout Peserta 2.1: Tugas Mengidentifikasi Pertanyaan Handout Peserta 2.2: Tingkatan Berpikir Taksonomi Bloom Handout Peserta 2.3: Contoh Jenis Pertanyaan/Tugas berdasarkan Taksonomi Bloom 5. Handout Peserta 2.4: Daftar Kata Kerja untuk Membuat Pertanyaan/Tugas 6. Pita kertas (Kertas HVS dibagi sama besar menjadi 12 bagian – arah panjang) 7. ATK: spidol, kertas flipchart (kertas plano), kertas HVS: hijau, kuning, merah; gunting, lem, selotip
D. LANGKAH KEGIATAN
10’
20’
35’
Pengantar
Identifikasi Pertanyaan
Membuat Pertanyaan
1
2
3
15’
10’
30’
Pemantapan
Integrasi di LPTK
Presentasi Hasil Diskusi
6
5
4
1. Pengantar (10 menit) (1) Fasilitator menjelaskan latar belakang dan tujuan sesi dengan menggunakan informasi dari bagian pendahuluan dan tujuan. (2) Fasilitator menyiapkan peserta untuk mengikuti kegiatan berikutnya.
40
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 2
Keterampilan Berpikir
Ungkap Pengalaman (1) Fasilitator menampilkan tayangan pertanyaan berikut satu per satu, dan mintalah peserta untuk menyampaikan gagasan mereka secara lisan. Apa yang ingin Saudara ketahui dengan bertanya kepada siswa? Proses berpikir apakah yang terpicu oleh pertanyaan Saudara? Apa tujuan Saudara mengajukan pertanyaan kepada siswa? Jika Saudara mengharapkan jawaban benar, bagaimana kemungkinan siswa berani menjawab bila mereka tidak yakin jawabannya benar? (Beri peserta waktu beberapa menit untuk menjawab tiap pertanyaan)
Catatan untuk Fasilitator Yang ingin diketahui dengan bertanya kepada siswa: pengetahuan siswa? proses berpikir siswa?
1
Proses berpikir yang terpicu oleh pertanyaan yang Saudara ajukan: siswa mengulang gagasan yang Saudara telah kemukakan? siswa membangun gagasan sendiri? Tujuan mengajukan pertanyaan mengharapkan jawaban benar? merangsang siswa berpikir?
2. Mengidentifikasi Pertanyaan (20 menit) Kegiatan I: Mengkaji bacaan tentang SAMPAH (20 menit) (1)
Fasilitator memberi bacaan yang dilengkapi dengan pertanyaan (Handout Peserta 2.1). Dalam kelompok mata pelajaran, peserta membaca teks kemudian mengidentifikasi pertanyaan yang ada dalam bacaan, manakah yang termasuk: Pertanyaan yang menuntut siswa mengingat Pertanyaan yang menuntut siswa memahami Pertanyaan yang menuntut siswa menerapkan Pertanyaan yang menuntut siswa menganalisis Pertanyaan yang menuntut siswa mengevaluasi Pertanyaan yang menuntut siswa mengkreasi
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
41
UNIT 2
Keterampilan Berpikir
LK 2.1 Kategori Pertanyaan untuk Bacaan tentang Sampah PERTANYAAN/TUGAS
KATEGORI
Apakah yang dimaksud dengan sampah organik dan anorganik? Amati keadaan di dalam dan di sekitar rumah, kelas, dan sekolahmu. Tuliskan sampah-sampah yang kamu jumpai. Kemudian golongkanlah sampah-sampah tersebut menjadi dua golongan sampah yang telah kamu ketahui. Sebutkan alasanmu dalam menggolongkan sampah-sampah tadi. Perhatikan sampah-sampah yang telah kamu golongkan tadi. Dari golongan sampah anorganik, ambil salah satu jenis sampah. Pikirkanlah bersama kelompokmu bagaimana cara memanfaatkan kembali barang yang telah dianggap sampah tersebut. Perhatikan cara hidupmu dan anggota kelompokmu. Apakah kelompokmu termasuk banyak menghasilkan sampah atau tidak? Diskusikan/Sebutkan apa sajakah yang biasanya kalian lakukan terhadap sampah. Apa yang dapat dilakukan setiap penduduk agar jumlah sampah dapat mengurang? Apa yang akan terjadi di kotamu yang penduduknya 5 juta orang jika setiap orang menghasilkan sampah rata-rata lima kilogram per hari? Apa saja sebab-sebab yang mungkin dari kejadian sebuah kota menjadi lautan sampah? Pikiran-pikiran pokok apa yang terdapat dalam wacana di atas)?
42
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 2
Keterampilan Berpikir
Catatan untuk Fasilitator pada Handout 2.1 1. Apakah yang dimaksud dengan sampah organik dan anorganik? Tuliskanlah dalam kata-katamu sendiri, apa yang dimaksud dengan sampah organik dan anorganik? (C2 memahami) 2. Amati keadaan di dalam dan di sekitar rumah, kelas, dan sekolahmu. Tuliskan sampah-sampah yang kamu jumpai. (C1 mengingat) 3. Kemudian golongkanlah sampah-sampah tersebut menjadi dua golongan sampah yang telah kamu ketahui. Sebutkan alasanmu dalam menggolongkan sampahsampah tadi. (C2 memahami) 4. Perhatikan sampah-sampah yang telah kamu golongkan tadi. Dari golongan sampah anorganik, ambil salah satu jenis sampah. Pikirkanlah bersama kelompokmu bagaimana cara memanfaatkan kembali barang yang telah dianggap sampah tersebut. (C6 mencipta) 5. Perhatikan cara hidupmu dan anggota kelompokmu. Apakah kelompokmu termasuk banyak menghasilkan sampah atau tidak? (C5 evaluasi) 6. Diskusikan/Sebutkan apa sajakah yang biasanya kalian lakukan terhadap sampah. (C1 mengingat) 7. Apa yang dapat dilakukan setiap penduduk agar jumlah sampah dapat mengurang? (C3 menerapkan) 8. Apa yang akan terjadi di kotamu yang penduduknya 5 juta orang jika setiap orang menghasilkan sampah rata-rata lima kilogram per hari? (C2, pemahaman) 9. Apa saja sebab-sebab yang mungkin dari kejadian sebuah kota menjadi lautan sampah? (C4, menganalisis) 10. Pikiran-pikiran pokok apa yang terdapat dalam wacana di atas)? (C4, menganalisis) (2)
Fasilitator memberikan Handout Peserta 2.2: Tingkatan Berpikir Taksonomi Bloom dan Handout Peserta 2.3: Contoh Jenis Pertanyaan/Tugas Berdasarkan Taksonomi Bloom. Kelompok (pasangan) memeriksa kembali apakah hasil identifikasi mereka sudah tepat. Catatan untuk Fasilitator
3
1. Langkah Tambahan sebelum peserta dibagi Handout Pesertab3A.3 (Jika diperlukan)1. Beri tiap peserta 3 kartu: warna merah (berarti mengkreasi), kuning (berarti mengevaluasi), dan hijau (berarti menganalisis); 2. Tayangkanlah beberapa pertanyaan satu per satu dan mintalah peserta menentukan jenis pertanyaan tersebut dengan cara mengangkat kartu yang sesuai. (Usahakan pertanyaan mewakili semua jenis dan semua mata pelajaran. Pertanyaan dapat diambil dari Handout Peserta 3A.3). (Tegaskan oleh fasilitator bahwa yang dipelajari pada sesi ini adalah pertanyaan bervariasi yang menuntut siswa untuk mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mengkreasi) Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
43
UNIT 2 (3)
Keterampilan Berpikir
Fasilitator memberi penegasan tentang ciri singkat keenam jenis pertanyaan: (Langkah 3 ini dilaksanakan setelah permainan menebak jenis pertanyaan, jika permainan itu diberikan)
Catatan untuk Fasilitator 4
Perbedaan antara ‘analisis’ dan ‘evaluasi’ adalah bahwa pada ‘evaluasi’ terdapat proses ‘menetapkan’ (judgement) sesuatu secara kualitatif (misal baik-tidak baik, efektif-tidak efektif, dan tepat-tidak tepat) sedangkan pada ‘analisis’ tidak ada.
Kegiatan 2 : Merumuskan Pertanyaan (35 menit) (1)
Setiap peserta, masih dalam kelompok mata pelajaran, membuat masing-masing 1 pertanyaan/tugas yang termasuk kedalam kategori mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mengkreasi yang berkaitan dengan konsep ENERGI sesuai dengan mata pelajaran masing-masing. Setiap pertanyaan ditulis pada kertas kecil. Setelah itu, semua pertanyaan dikumpulkan di bagian tengah meja. Ketua kelompok memimpin diskusi untuk menggolongkan semua pertanyaan ke dalam 6 tingkatan: mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mengkreasi. Setelah selesai peserta meninjau kembali hasilnya kemudian menetapkannya. Pertanyaan/tugas hasil setiap kelompok ditempel pada kertas flip-chart.
(2)
(3)
Catatan untuk Fasilitator 5
44
1. Diskusi difokuskan pada: “Apakah pengelompokan pertanyaan sudah tepat, yang mana pertanyaan ‘menganalisis’, ‘mengevaluasi’, dan ‘mengkreasi’?” 2. Pertanyaan yang dibahas di sini dimaksudkan terutama untuk digunakan guru sebagai alat dalam membelajarkan bukan mengetes siswa.
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 2
Keterampilan Berpikir
3. Presentasi (30 menit) (1) Perwakilan setiap kelompok membawa kertas flip-chart untuk dipresentasikan kepada dua kelompok yang lain dalam dua putaran. Putaran Pertama: Kelompok 1 mempresentasikan ke kelompok 2, kelompok 2 mempresentasikan ke kelompok 3, dst. Putaran Kedua: Kelompok 1 mempresentasikan ke kelompok 3, Kelompok 2 mempresentasikan ke kelompok 4, dst. Setiap kali berkunjung kepada kelompok lain waktunya masing-masing 10 menit. Selama presentasi berkeliling, setiap kelompok yang dikunjungi berperan sebagai reviewer dan diminta mencermati hasil kerja kelompok yang berkunjung. Mereka diberi kesempatan untuk saling berdiskusi dan memberi masukan dan menuangkannya pada lembar rekomendasi. (2) Fasilitator memberikan Handout Peserta 2.4: Daftar Kata Kerja untuk Membuat Pertanyaan/Tugas dan peserta membacanya secara perorangan (5 menit). (3) Fasilitator menanyakan kepada peserta (10’): Pertanyaan atau tugas tingkat manakah (mengingat, memehami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, atau mengkreasi) yang sukar dirumuskan? Mengapa? Apakah ada cara lain yang lebih mudah untuk merumuskan pertanyaan-pertanyaan tersebut?
4. Integrasi di LPTK (10 menit) Mintalah peserta untuk mendiskusikan integrasi materi Merumuskan Pertanyaan yang Mendorong Siswa Berpikir Tingkat Tinggi dalam perkuliahan, PPLT dan pelayanan guru dalam jabatan.
5. Pemantapan (15 menit) Fasilitator mengajak peserta untuk menyimpulkan kegiatan unit ini dengan pertanyaan pengarah sebagai berikut: 1. Apa yang akan terjadi dalam jangka panjang apabila siswa selama bersekolah hanya menghadapi pertanyaan-pertanyaan untuk mengingat belaka (C1) 2. Apa yang akan terjadi dalam jangka panjang apabila siswa selama bersekolah menghadapi pertanyaan-pertanyaan bervariasi mulai dari mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mengkreasi (C1-C6) 3. Apa kontribusi keterampilan berpikir (Taksonomi Bloom) terhadap pengembangan ilmu, pengembangan karakter?
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
45
UNIT 2
Keterampilan Berpikir
Lembar Kerja Peserta 2.1 Tugas Mengidentifikasi Pertanyaan
Sampah Apa yang dimaksud dengan sampah? Semua barang yang tidak kita inginkan lagi dan akan dibuang kita sebut sebagai sampah. Coba perhatikan barang-barang di sekitarmu. Adakah barang-barang yang ingin kamu buang? Barang itu kamu sebut sebagai sampah. Demikian pula barang yang sudah kita buang tentu saja bisa kita sebut sebagai sampah. Benda yang kita sebut sebagai sampah belum tentu dianggap sampah oleh orang lain. Misalnya, kalau kamu tidak memakai lagi suatu buku dan ingin membuangnya, maka buku itu adalah sampah bagimu. Tapi bisa jadi adik kelasmu atau orang lain memerlukannya sehingga bagi mereka buku itu bukan sampah. Sampah dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, yaitu sampah organik dan sampah anorganik.
1. Sampah organik Sampah organik adalah sampah yang bisa membusuk secara alami. Sampah ini biasanya berasal dari tumbuhan dan hewan. Kalau kamu mengubur tikus mati atau sayuran yang tidak terpakai di dalam tanah, maka sampah itu akan terurai dan membusuk. Sampah yang sudah terurai atau membusuk itu bisa dimanfaatkan untuk pupuk kompos. Selain sampah dapur, yang termasuk sampah basah adalah sisa-sisa masakan, nasi, buah, dan lain-lain.
2. Sampah anorganik Sampah anorganik adalah sampah yang tidak dapat membusuk secara alami. Kalau kamu mengubur plastik selama bertahun-tahun dan kemudian menggalinya, plastik itu akan tetap sebagai plastik tidak bisa menjadi tanah. Selain plastik, benda-benda yang termasuk sampah kering adalah logam, besi, kaca, dll. Setiap hari kita bisa menghasilkan sampah dalam jumlah yang besar. Di Jakarta saja, dalam setahun jumlah sampahnya bisa mencapai 170 kali besar candi Borobudur. Banyak sekali, bukan? Sampah-sampah yang kita hasilkan akan diangkut dan dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Apa yang akan terjadi di sini? Sampah-sampah ini akan ditumpuk. Semakin lama tumpukannya akan semakin tinggi. Bila sudah terlalu tinggi, sampah-sampah itu akan dibakar. Tentu saja hal itu tidak baik bagi lingkungan. Asap yang dihasilkan akan mengotori udara. Untuk mengatasi masalah sampah, pemerintah menyediakan tempat sampah di pinggirpinggir jalan. Untuk sampah organik, disediakan tempat sampah berwarna biriu. Untuk sampah anorganik, disediakan tempat sampah berwarna jingga. Cara lain untuk mengatasi sampah adalah kegiatan daur ulang. Daur ulang adalah pemanfaatan kembali sampah menjadi barang yang berguna. Sampah organik yang terkumpul
46
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 2
Keterampilan Berpikir
bisa diolah kembali atau didaur ulang menjadi pupuk. Pupuk hasil daur ulang ini bisa membuat tanaman tumbuh subur. Sampah anorganik yang terkumpul bisa didaur ulang menjadi barang-barang yang bermanfaat. Ban bekas, misalnya, bisa dijadikan pot bunga atau tempat sampah yang indah. Kaleng-kaleng bekas bisa diolah lagi di pabrik menjadi kaleng baru. Kalau kita ingin sehat, maka kita harus memiliki cara hidup yang baik. Beberapa cara hidup yang baik adalah tidak boleh membuang sampah sembarangan supaya sampah tidak tersebar dan lingkungan menjadi bersih. Lingkungan yang kotor penuh dengan kuman yang bisa membuat kita sakit. Selain itu kita juga harus berhemat dengan barang sehingga tidak mudah menghasilkan sampah. Sampah yang dibuang harus ditempatkan di tempat yang benar. Yang tidak kalah penting adalah kita juga perlu belajar cara memanfaatkan kembali sampah-sampah kita supaya kita bisa membantu mengurangi jumlah sampah.
Tugas: 1. Tuliskanlah dalam kata-katamu sendiri, apa yang dimaksud dengan sampah organik dan anorganik? 2. Amati keadaan di dalam dan di sekitar rumah, kelas, dan sekolahmu. Tuliskan sampah-sampah yang kamu jumpai. 3. Kemudian golongkanlah sampah-sampah tersebut menjadi dua golongan sampah yang telah kamu ketahui. Sebutkan alasanmu dalam menggolongkan sampah-sampah tadi. 4. Perhatikan sampah-sampah yang telah kamu golongkan tadi. Dari golongan sampah anorganik, ambil salah satu jenis sampah. Pikirkanlah bersama kelompokmu bagaimana cara memanfaatkan kembali barang yang telah dianggap sampah tersebut. 5. Perhatikan cara hidupmu dan anggota kelompokmu. Apakah kelompokmu termasuk banyak menghasilkan sampah atau tidak? 6. Sebutkan apa sajakah yang biasanya kalian lakukan terhadap sampah. 7. Apa yang dapat dilakukan setiap penduduk agar jumlah sampah dapat mengurang? 8. Apa yang akan terjadi di kotamu yang penduduknya 5 juta orang jika setiap orang menghasilkan sampah rata-rata lima kilogram per hari? 9. Apa saja sebab-sebab yang mungkin dari kejadian sebuah kota menjadi lautan sampah? 10. Pikiran-pikiran pokok apa yang terdapat dalam wacana di atas?
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
47
UNIT 2
Keterampilan Berpikir
Lembar Kerja Peserta 3A.2 Tingkatan Berpikir Taksonomi Bloom
Sering kita mengamati guru yang mengajukan banyak pertanyaan dalam proses pembelajarannya di dalam kelas. Pertanyaan-pertanyaan tersebut terkadang sangat banyak sehingga terkesan bahwa guru itu sedang menguji siswanya. Namun, apabila dicermati, jenis-jenis pertanyaan yang dilontarkan hanya sebatas pertanyaan yang membutuhkan jawaban ‘ya’ atau ‘tidak’, atau pertanyaan yang membutuhkan hanya satu jawaban tertentu. Pertanyaan tersebut sama sekali tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir kreatif, yaitu kurang menuntut siswa untuk mengemukakan gagasannya sendiri. Jenis pertanyaan yang diajukan atau tugas yang diberikan oleh guru sangat berpengaruh terhadap perkembangan keterampilan berpikir siswa. Pertanyaan/tugas tersebut bukan hanya untuk memfokuskan siswa pada kegiatan, tetapi juga untuk menggali potensi belajar mereka. Pertanyaan atau tugas yang memicu siswa untuk berpikir pemahaman, analitis, evaluatif, dan kreatif dapat melatih siswa untuk menjadi pemikir yang kritis dan kreatif. Kondisi di atas akan terjadi apabila guru cukup selektif dalam menggunakan jenis pertanyaan yang dapat meningkatkan keterampilan berpikir siswa. Pada tahun 1950, Benjamin S. Bloom memperkenalkan konsep tingkatan dalam berpikir. Tingkatan berpikir tersebut dapat dipakai guru dalam menyusun pertanyaan atau tugas yang akan diberikan kepada siswa. Berikut adalah tingkatan berpikir Bloom versi perbaikan.
Mengkreasi Menghasilkan ide-ide baru, produk, atau cara memandang terhadap sesuatu. Kegiatan: mendisain, membangun, merencanakan, menemukan. Mengevaluasi Menilai suatu keputusan atau tindakan. Kegiatan: memeriksa, membuat hipotesa, mengkritik, bereksperimen, memberi penilaian. Menganalisis Mengolah informasi untuk memahami sesuatu dan mencari hubungan. Kegiatan: membandingkan, mengorganisasi, menata ulang, mengajukan pertanyaan, menemukan. Menerapkan Menggunakan informasi dalam situasi lain. Kegiatan: menerapkan, melaksanakan, menggunakan, melakukan. Memahami Menerangkan ide atau konsep. Kegiatan: menginterpretasi, merangkum, mengelompokkan, menerangkan. Mengingat Kegiatan: mengenali, membuat daftar, menggambarkan, menyebutkan.
48
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 2
Keterampilan Berpikir
Tabel 2.1 Taksonomi Bloom KATEGORI, PROSES KOGNITIF, NAMA ALTERNATIF
DEFINISI-DEFINISI DAN CONTOH-CONTOH
1. MENGINGAT—Mencari dan menemukan pengetahuan dari memori jangka-panjang 1.1 Mengenali ulang (Mengidentifikasi)
Menentukan pengetahuan dalam memori jangka-panjang yang konsisten dengan material yang tersaji (yakni, Mengenali tahun-tahun dari kejadian-kejadian penting dalam sejarah Indonesia)
1.2 Mengingat ulang (Mencari-temu)
Mencari-temu pengetahuan relevan dari memori jangka-panjang (yakni, Mengingat ulang tahun-tahun kejadian penting dalam sejarah Indonesia)
2. Memahami—Mengkonstruksi makna dari pesan-pesan instruksional, mencakup komunikasi lisan, tertulis, dan grafis 2.1 Menginterpretasi/ Menafsir (Klarifikasi, paraphrasing, menyajikan-ulang, translasi) 2.2 Mengeksemplifikasi/ Menyontohkan (Mengilustrasikan, mencontohkan)
Mengubah sebuah bentuk sajian (yakni, sajian numerik) ke bentuk lainnya (yakni, sajian verbal) (yakni, Mem-paraphrase-kan pembicaraan-pembicaraan dan dokumen-dokumen penting)
2.3 Mengklasifikasi (Kategorisasi, subsuming)
Menentukan bahwa sesuatu termasuk kedalam sebuah kategori (yakni, konsep atau prinsip) (yakni, Mengklasifikasi kasus-kasus nirtatanan mental yang terobservasi atau terdeskripsikan)
2.4 Summarizing/ Mengikhtisarkan (Mengabstraksi, generalisasi) 2.5 Menyimpulkan (Menyimpulkan, mengekstrapolasi, menginterpolasi, memprediksi) 2.6 Membandingkan (Mengkontraskan, memetakan, memadankan)
Mengabstraksi sebuah tema umum atau poin-poin pokok (yakni, Menulis sebuah summary ringkas tentang kejadian-kejadian yang tersaji pada sebuah videotape)
2.7 Menjelaskan/ Mengeksplanasi (Mengkonstruksi model)
Mengkonstruksi sebuah model sebab-akibat dari sebuah sistem (yakni, Menjelaskan sebab-sebab dari pentingnya kejadian-kejadian abad ke-18 di Perancis)
Menemukan sebuah contoh spesifik atau ilustrasi dari sebuah konsep atau prinsip (yakni, Memberi contoh-contoh berbagai gaya lukisan artistik yang penting)
Menggambarkan sebuah simpulan logis dari informasi yang tersaji (yakni, Dalam pembelajaran bahasa asing, menyimpulkan prinsip-prinsip gramatis dari contoh-contoh) Mendeteksi korespondensi antara dua ide, objek, dan lain-lain (yakni, Membandingkan kejadian-kejadian historis dengan situasi-situasi kontemporer)
3. Mengaplikasi/Menerapkan—Melaksanakan atau menggunakan sebuah prosedur dalam sebuah situasi yang ada 3.1 Mengeksekusi (Melaksanakan) 3.2 Mengimplementasikan (Menggunakan)
Mengaplikasikan sebuah prosedur ke sebuah tugas akrab (yakni, Membagi sebuah bilangan bulat dengan bilangan bulat lainnya, keduanya melibatkan bilangan bulat lebih dari satu digits) Mengaplikasikan sebuah prosedur ke sebuah tugas tak-akrab (yakni, Menggunakan Hukum Kedua Newton dalam situasi-situasi yang sesuai dengannya)
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
49
UNIT 2
Keterampilan Berpikir
4. Menganalisis—Menguraikan material menjadi bagian-bagian pembentuknya dan menentukan bagaimana bagian-bagian ini saling berkaitan dan dengan struktur totalnya atau tujuannya 4.1 Membeda-bedakan (Diskriminasi, membedakan, memfokuskan, memilih) 4.2 Mengorganisasi (Menemukan koherensi, mengintegrasikan, menyusun kerangka, parsing, menstrukturkan) 4.3 Mengatribusi (Mendekonstruksi)
Membedakan bagian yang relevan dan yang tak-relevan atau yang penting dan yang tak-penting dari material yang tersaji (yakni, Membedakan antara bilanganbilangan yang relevan dan yang tak-relevan dalam dalam sebuah masalah katakata matematis (a mathematical word problem) Menentukan bagaimana unsur-unsur sesuai atau berfungsi dalam sebuah struktur (yakni, Menstrukturkan evidensi dalam sebuah deskripsi historis menjadi evidensi untuk dan menentang sebuah eksplanasi historis)
Menentukan sebuah titik pandang, bias, nilai-nilai, atau maksud yang mendasari material yang tersaji (yakni, Menentukan titik pandang pengarang sebuah esai dalam kaitannya dengan perspektif politisnya)
5. Mengevaluasi—Membuat judgement didasarkan atas kriteria dan standar 5.1 Mengecek (Mengkoordinasi, mendeteksi, memantau, mentes)
Mendeteksi inkonsistensi atau kekeliruan dalam sebuah proses atau produk; menentukan apakah sebuah proses atau produk memiliki konsistensi internal; mendeteksi efektivitas sebuah prosedur ketika ia diimplementasikan (yakni, Menentukan apakah simpulan-simpulan seorang ilmuwan berdasarkan data yang terobservasi)
5.2 Mengkritik (Men-judge)
Mendeteksi inkonsistensi antara sebuah produk dengan kriteria eksternal, menentukan apakah sebuah produk memiliki konsistensi eksternal; mendeteksi kesesuaian sebuah prosedur untuk sebuah masalah yang ada (yakni, Men-judge metode yang mana dari dua metode yang ada yang bersifat terbaik untuk memecahkan sebuah masalah yang ada)
6. Mengkreasi—Menyusun unsur-unsur secara bersamaan untuk membentuk sebuah keseluruhan yang koheren atau fungsional; mereorganisasi unsur-unsur menjadi sebuah pola atau struktur baru 6.1 Generate Memunculkan hipotesis-hipotesis alternatif didasarkan atas kriteria (yakni, Men(Memunculkan) generate hipotesis-hipotesis untuk menjelaskan sebuah fenomena yang terobservasi) 6.2 Merencanakan
Menggawaikan sebuah prosedur untuk menyelesaikan suatu tugas (yakni, Merencanakan sebuah research paper tentang sebuah topik historis yang ada)
6.3 Memproduksi
Menciptakan sebuah produk (yakni, Membangun lingkungan buatan untuk sebuah kepentingan spesifik)
50
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 2
Keterampilan Berpikir
E. CATATAN UNTUK FASILITATOR MENGINGAT (C1) Ketika tujuan pengajaran adalah mempromosikan penyimpanan material yang tersaji dalam bentuk yang sangat sama dengan ketika ia diajarkan, kategori proses yang relevannya adalah Mengingat. Dua proses kognitifnya yang terkait adalah pengenalan-ulang dan pengingatan-ulang. 1.1 MENGENALI-ULANG (C1.1) Pengenalan-ulang melibatkan pencaritemuan pengetahuan relevan dari memori jangka panjang dalam rangka membandingkannya dengan informasi yang tersaji. Ketika disuguhi informasi baru, siswa menentukan apakah informasi ini berhubungan dengan pengetahuan yang sudah dipelajari sebelumnya, pencarian padanan. Istilah alternatifnya adalah pengidentifikasian. 1.2 MENGINGAT-ULANG (C1.2) Pengingatan-ulang melibatkan pencaritemuan pengetahuan relevan dari memori jangka panjang ketika diberi petunjuk untuk melakukannya. Petunjuknya sering berupa sebuah sebuah pertanyaan. Istilah alternatif untuk pengingatan-ulang adalah pencaritemuan. 2. MEMAHAMI (C2) Sebagaimana sudah ditunjukkan, ketika tujuan utama pengajaran adalah mempromosikan penyimpanan, fokusnya adalah pada tujuan yang menekankan Mengingat. Ketika tujuan pengajaran mempromosikan transfer, bagaimanapun, fokusnya beralih ke lima proses kognitif lainnya, Memahami hingga Kreasi. 2.1 MENGINTERPRETASI (C2.1) Penginterpretasian terjadi ketika seorang siswa dapat mengubah informasi dari sebuah bentuk representasi (gambaran, wakilan) ke bentuk lainnya. Interpretasi dapat melibatkan pengubahan kata-kata ke kata-kata lainnya (yakni, paraphrasing), gambar-gambar ke kata-kata, kata-kata ke gambargambar, angka-angka ke kata-kata, kata-kata ke angka-angka, notasi-notasi
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
51
UNIT 2
Keterampilan Berpikir
musik ke nada-nada, dan yang sejenis. Istilah-istilah alternatifnya adalah translasi (menerjemahkan, mengalihbentukkan), paraphrasing (menyatakan dengan kata-kata lain, khususnya secara singkat), representasi (menggambarkan), dan klarifikasi (menerangkan, membuat menjadi terang). 2.2 MENCONTOHKAN (C2.2) Pencontohan atau pemberian contoh terjadi ketika seorang siswa memberikan sebuah contoh khusus dari sebuah konsep atau prinsip umum. Pencontohan melibatkan pengidentifikasian ciri-ciri penentu dari konsep atau prinsip umum (yakni, segi tiga sama kaki harus memiliki dua sisi yang sama) dan menggunakan ciri-ciri ini untuk memilih atau mengkonstruksi sebuah contoh spesifik (yakni, menjadi mampu memilih segi-tiga sama sisi dari tiga segi-tiga yang disajikan). Istilah alternatifnya adalah mengilustrasikan. 2.3 MENGKLASIFIKASI (C2.3) Pengklasifikasian terjadi ketika seorang siswa mengenali-ulang bahwa sesuatu (yakni sebuah contoh tertentu) termasuk atau menjadi milik sebuah kategori tertentu (yakni, konsep atau prinsip). Pengklasifikasian melibatkan pendeteksian ciri-ciri atau pola-pola relevan yang “sesuai” dengan contoh spesifik dan konsep atau prinsip. Istilahistilah alternatifnya adalah pengkategorian, ketermasukan (subsuming), pengelompokkan, penghimpunan, dan penggolongan.
2.4 MENGIKHTISARKAN (C2.4) Pengikhtisaran terjadi ketika seorang siswa memberikan sebuah pernyataan yang menggambarkan informasi yang tersaji atau abstraksi dari sebuah tema umum. Pengikhtisaran melibatkan pengkonstruksian sebuah gambaran mengenai sebuah informasi, seperti arti dari sebuah adegan dalam sebuah drama, dan mengabstraksi sebuah ikhtisar dari adegan tersebut, seperti penentuan sebuah tema atau butir-butir utama. Istilah-istilah alternatifnya adalah pengeneralisasian, pengabstraksian.
52
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 2
Keterampilan Berpikir
2.5 MENYIMPULKAN (C2.5) Penyimpulan melibatkan penemuan suatu pola dalam suatu rangkaian contoh atau kejadian. Penyimpulan terjadi ketika seorang siswa mampu mengabstraksi sebuah konsep atau prinsip yang menjelaskan sehimpunan contoh atau kejadian dengan mendeskripsikan ciri-ciri relevan dari masing-masing kejadian dan, sangat penting adanya, mendeskripsikan perhubungan di antara mereka. Misalnya, ketika diberi serangkaian bilangan seperti 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21, seorang siswa mampu fokus pada nilai numerik dari masing-masing digit ketimbang pada ciri-ciri tak-relevan seperti bentuk dari masing-masing digit atau apakah masing-masing digit adalah bilangan genap atau ganjil. Ia kemudian mampu membedakan pola dalam rangkaian bilangan-biliangan tersebut (yakni, setelah dua bilangan pertama, masing-masingnya adalah jumlah dari dua bilangan yang mendahuluinya). Penyimpulan adalah berbeda dari pengatribusian. Pengatribusian fokus semata-mata pada isu pragmatik mengenai penentuan sudut pandang atau maksud penulis, sedangkan penyimpulan fokus pada isu penginduksian sebuah pola yang didasarkan atas informasi yang tersedia. Cara lainnya untuk membedakan kedua proses ini adalah bahwa pengatribusian adalah dapat diterapkan secara luas pada situasi-situasi seseorang harus “mendeduksi sesuatu yang implisit”, khususnya ketika seseorang sedang berupaya menentukan suatu sudut pandang si penulis. Penyimpulan pada sisi lainnya, terjadi dalam sebuah konteks yang menyediakan suatu harapan tentang apa yang akan disimpukan. Istilahistilah alternatif untuk penyimpulan adalah ekstrapolasi, interpolasi, prediksi, dan pengkonklusian. 2.6 MEMBANDINGKAN (C2.6) Pembandingan melibatkan pendeteksian kesamaan dan perbedaan antara dua atau lebih benda, kejadian, ide, masalah, atau situasi, seperti penentuan bagaimana sebuah kejadian yang terkenal (yakni, skandal politik yang baru terjadi) adalah mirip sebuah kejadian yang kurang terkenal (yakni, skandal politik dalam sejarah). Pembandingan mencakup penemuan unsur-unsur dan pola-pola dalam sebuah objek, kejadian, atau ide yang memiliki kesesuaian dengan unsurunsur dan pola-pola dalam objek, kejadian, atau ide lainnya. Istilah-istilah
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
53
UNIT 2
Keterampilan Berpikir
alternatifnya adalah peng-kontras-an, pemadanan, dan pemetaan. 2.7 MENGEKSPLANASI/MENJELASKAN (C2.7) Pengeksplanasian terjadi ketika seorang siswa mampu mengkonstruksi dan menggunakan sebuah model sebab-akibat dari sebuah sistem. Modelnya dapat diturunkan dari sebuah teori formal (sebagaimana sering dilakukan dalam IPA) atau dapat dibangun dari bawah (grounded) berdasarkan riset atau pengalaman (sebagaimana sering dilakukan dalam sains sosial dan humaniora). Sebuah eksplanasi yang lengkap melibatkan pengkonstruksian sebuah model sebab-akibat, mengikutsertakan masingmasing bagian utama dalam sebuah sistem atau masing-masing kejadian utama dalam suatu rangkaian mata-rantai, dan menggunakan model ini ini untuk menentukan bagaimana sebuah perubahan atau sebuah “link” dalam rantai itu mempengaruhi sebuah perubahan pada bagian lainnya. Sebuah istilah alternatifnya adalah pengkonstruksian sebuah model.
3. MENGAPLIKASIKAN/MENERAPKAN (C3) Menerapkan melibatkan penggunaan prosedur untuk melaksanakan kegiatan (praktik, latihan) atau memecahkan masalah. Dengan demikian, Menerapkan terkait erat dengan Pengetahuan Prosedural. 3.1 MENGEKSEKUSI (C3.1) Dalam pengeksekusian, seorang siswa melaksanakan secara rutin suatu prosedur ketika dihadapkan dengan sebuah tugas akrab (yakni, kegiatan, praktik, latihan). Keakaraban akan situasinya sering menyediakan isyarat yang cukup untuk memandu pilihan tentang prosedur tepat yang akan digunakan. Pengeksekusian lebih sering terkait dengan penggunaan keterampilanketerampilan dan algoritme-algoritme (prosedur pemecahan masalah) ketimbang dengan teknik-teknik dan metode-metode. Keterampilan dan algoritme memiliki dua kualitas yang membuat mereka secara khusus memudahkan untuk melakukan eksekusi. Pertama, mereka terdiri atas seruntunan langkah yang umumnya diikuti dalam sebuah tatanan yang tetap. Kedua, ketika langkah-langkahnya dilaksanakan secara tepat, hasil akhirnya adalah sebuah jawaban yang pratentu (predetermined). Sebuah istilah alternatif untuk pengeksekusian adalah pelaksanaan (carrying out).
54
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 2
Keterampilan Berpikir
3.2 MENGIMPLEMENTASI Pengimplementasian terjadi ketika seorang siswa memilih dan menggunakan sebuah prosedur untuk melaksanakan sebuah tugas takakrab. Karena pemilihan dipersyaratkan, para siswa harus memiliki suatu pemahaman tentang tipe masalah yang dijumpai sebagaimana juga sejumlah prosedur yang tersedia. Dengan demikian, pengimplementasian digunakan bersamaan dengan kategori-kategori proses kognitif lainnya, seperti Memahami dan Mengkreasi.
4. MENGANALISIS (C4) Analisis melibatkan penguraian material menjadi bagian-bagian yang membentuknya dan menetukan bagaimana bagian-bagian berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya dan dengan suatu struktur keseluruhannya. Tujuan-tujuan yang diklasifikasikan sebagai Menganalisis mencakup belajar untuk menentukan keping-keping dari sebuah pesan yang penting atau relevan (membeda-bedakan), cara-cara bagaimana keping-keping sebuah pesan itu di organisasi (mengorganisasikan), dan tujuan yang mendasari dari suatu pesan (mengatribusi). Tujuan-tujuan ini, misalnya, ingin mengembangkan kemampuan siswa untuk: membedakan fakta dari pendapat (atau realitas dari fantasi); menghubungkan simpulan-simpulan dengan pernyataan-pernyataan pendukung; membedakan material relevan dengan material yang hubungannya tak-langsung; menentukan bagaimana ide-ide berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya; menegaskan asumsi-asumsi yang tidak dinyatakan yang terlibat dalam apa yang dikatakan; membedakan ide-ide atau tema-tema dominan dari ide-ide bawahan dalam puisi atau musik; dan menemukan evidensi yang mendukung tujuan-tujuan si penulis.
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
55
UNIT 2
Keterampilan Berpikir
4.1 MEMBEDA-BEDAKAN (C4.1) Membeda-bedakan melibatkan pembeda-bedaan bagian-bagian dari sebuah struktur keseluruhan dalam kaitan relevansi atau penting-tidaknya mereka; dan kemudian memperhatikan informasi yang relevan atau penting. Membeda-bedakan adalah berbeda dari proses-proses kognitif yang terkait dengan Memahami karena ia melibatkan organisasi struktural dan, khususnya, melibatkan penentuan bagaimana bagian-bagian berkesesuaian dengan struktur keseluruhan atau keseluruhan. Secara lebih spesifilknya, pembeda-bedaan berbeda dari pembandingan dalam penggunaan konteks yang lebih luas untuk menentukan apa yang relevan atau penting dan apa yang tidak penting atau tidak relevan. Misalnya, dalam pembeda-bedaan apel-apel dan jeruk-jeruk dalam konteks buah-buahan, biji internal adalah relevan, tetapi warna dan bentuk adalah tak-relevan. Dalam pembandingan, semua aspek ini (biji, warna, dan bentuk) adalah relevan. Istilah-istilah alternatif untuk membeda-bedakan adalah mendiskriminasi, memilih, dan memusatkan perhatian. 4.2 MENGORGANISASI (C4.2) Mengorganisasi melibatkan pengidentifikasian unsur-unsur informasi atau situasi dan mengenali bagaimana mereka secara bersamaan membentuk sebuah struktur yang koheren. Dalam pengorganisasian, seorang siswa membangun hubungan-hubungan sistematik dan koheren di antara keping-keping informasi yang tersaji. Pengorganisasian biasanya terjadi bersamaan dengan pembeda-bedaan. Siswa pertama-tama mengidentifikasi unsur-unsur relevan atau penting dan kemudian menentukan struktur keseluruhannya. Pengorganisasian dapat juga terjadi bersamaan dengan pengatribusian, dalam mana fokusnya adalah penentuan maksud atau sudut pandang si penulis. Istilah-istilah alternatif untuk pengorganisasian adalah penstrukturan, pengintegrasian, penemuan koherensi, penyusunan kerangka-pikir (outlining), dan parsing (penguraian sebuah kalimat menjadi bagian-bagian gramatiikalnya seperti subjek, predikat, dan seterusnya). 4.3 MENGATRIBUSI (C4.3) Pengatribusian terjadi ketika seorang siswa mampu menentukan sudut pandang, bias, nilai-nilai, atau maksud-maksud yang mendasari suatu
56
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 2
Keterampilan Berpikir
komunikasi atau informasi. Pengatribusian melibatkan sebuah proses dekonstruksi, dalam mana seorang siswa menentukan maksud-maksud dari si penulis dari material yang disajikan. Berbeda halnya dengan penginterpretasian, dalam mana siswa berupaya untuk Memahami makna dari material yang tersaji, pengatribusian melibatkan suatu pemerluasan melampaui pemahaman dasar untuk menyimpulkan maksud atau sudut pandang yang mendasari material yang tersaji. Misalnya, dalam membaca sebuah bacaan tentang perang DI/TII dalam sejarah Perang Saudara Indonesia, seorang siswa perlu menentukan apakah si pengarang mengadopsi sudut pandang nasionalis atau sudut pandang sebuah kelompok muslim yang berkembang di Indonesia pada waktu itu. Istilah alternatifnya adalah dekonstruksi.
5.
MENGEVALUASI (C5) Mengevaluasi didefinisikan sebagai pembuatan judgements (putusan, pertimbangan) didasarkan atas kriteria atau standar. Kriteria yang sangat sering digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi. Standar bisa jadi kuantitatif (yakni, Apakah ini suatu jumlah yang cukup?) atau kualitatif (yakni, Apakah ini cukup baik?). Standar diberlakukan untuk kriteria (yakni, Adakah proses ini cukup efektif? Adakah produk ini memiliki kualitas cukup?). Kategori Mengevaluasi mencakup proses-proses kognitif pengecekan (putusan/pertimbangan tentang konsistensi internal) dan pengritrikan (putusan/pertimbangan yang didasarkan atas kriteria eksternal).
5.1 MENGECEK (C5.1) Pengecekan melibatkan pengetesan inkonsistensi atau kesalahan internal dalam sebuah operasi atau sebuah produk. Misalnya, pengecekan terjadi ketika seorang siswa mengetes apakah sebuah simpulan itu sebagai keharusan dari premis-premisnya, apakah data mendukung atau mendiskonfirmasi sebuah hipotesis, atau apakah material yang tersaji berisi bagian-bagian yang kontradiktif antara yang satu dengan yang lainnya. Istilah-istilah alternatifnya adalah pengetesan, pendeteksian, pemantauan, dan pengkoordinasian.
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
57
UNIT 2
Keterampilan Berpikir
5.2 MENGERITIK (C5.2) Mengeritik melibatkan pembuatan putusan/pertimbangan tentang sebuah produk atau operasi didasarkan atas kriteria atau standar eksternal. Dalam pengeritikan, seorang siswa mencatat ciri-ciri positif dan negatif dari sebuah produk dan membuat sebuah putusan/pertimbangan didasarkan atas sekurang-kurangnya sebagian dari ciri-ciri tersebut. Pengeritikan terletak di inti dari apa yang disebut berpikir kritis. Sebuah contoh pengeritikan adalah pembuatan putusan/pertimbangan mengenai manfaat-manfaat dari sebuah solusi tertentu untuk masalah hujan asam dalam kaitannya dengan kemungkinan efektivitasnya dan kaitannya dengan biaya (yakni, mempersyaratkan semua pabrik energi di seluruh negara untuk membatasi emisi pipa asap mereka hingga ke suatu batas). Istilah alternatif untuk pengertikan adalah judging (pemberian putusan/pertimbangan).
6. MENGKREASI (C6) Mengkreasi melibatkan menyusun unsur-unsur bersamaan membentuk sebuah keseluruhan yang koheren atau fungsional.
untuk
Tujuan-tujuan yang diklasifikasikan sebagai Mengkreasi menghendaki para siswa membuat sebuah produk baru dengan mereorganisasi secara mental sejumlah unsur atau bagian menjadi sebuah pola atau struktur yang sebelumnya tersaji tidak jelas. Dalam memenuhi tujuan ini, banyak siswa akan mengkreasi dalam arti memproduksi sintesis-sintesis informasi atau material mereka sendiri untuk membentuk sebuah keseluruhan yang baru, seperti dalam menulis, melukis, mengukir, membuat gedung, dan seterusnya.. Mengkreasi terkait dengan tiga proses kognitif: memunculkan (generating), merencanakan, dan mem-produksi. 6.1 MEMUNCULKAN (GENERATING) (C6.1) Memunculkan melibatkan menggambarkan masalah dan berupaya memiliki alternatif-alternatif atau hipotesis-hipotesis yang memenuhi kriteria tertentu. Seringkali cara sebuah masalah digambarkan pada awalnya menyarankan solusi yang mungkin; bagaimanapun, redefinisi atau dihasilkannya lagi
58
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 2
Keterampilan Berpikir
sebuah gambaran baru dari masalah dapat menyarankan solusi-solusi yang berbeda. Ketika pemunculan melampaui batas-batas atau kendala-kendala pengetahuan sebelumnya dan teori-teori yang ada, ia melibatkan berpikir banyak arah dan membentuk inti dari apa yang disebut berpikir kreatif. Pemunculan di sini digunakan dalam sebuah arti terbatas. Memahami juga mempersyaratkan proses-proses pemunculan, yang mencakup pentranslasi-an, pencontohan, pengikhtisaran, penyimpulan, pengklasifikasian, pembandingan, dan peng-eksplanasi-an. Bagaimanapun, tujuan Memahami adalah lebih sering satu arah (yakni, untuk mendapatkan sebuah makna tunggal). Berbeda halnya, tujuan pemunculan dalam Mengkreasi adalah banyak arah (yakni, untuk mendapatkan berbagai kemungkinan). Sebuah istilah alternatif untuk pemunculan adalah meng-hipotesis-kan. 6.2 MERENCANAKAN (C6.2) Merencanakan melibatkan perancangan sebuah metode solusi yang memenuhi sebuah kriteria masalah, yakni, mengembangkan sebuah rencana untuk memecahkan masalah. Dalam merencanakan, seorang siswa dapat membuat sub-sub-tujuan, atau memecah sebuah tugas menjadi sub-sub-tugas yang akan dilaksanakan ketika memecahkan masalah. Guru-guru sering tidak melakukan langkah menyatakan tujuan perencanaan, malahan menyatakan tujuan-tujuan dalam kaitannya dengan memproduksi, tahap akhir dari proses kreatif. Ketika hal ini terjadi, merencanakan diasumsikan atau tersirat dalam tujuan memproduksi. Dalam kasus ini, merencanakan kemungkinan dilaksanakan oleh siswa secara tertutup selama kegiatan mengkonstruksi sebuah produk (yakni, memproduksi). Sebuah istilah alternatif untuk merencanakan adalah mendesain. 6.3 MEMPRODUKSI (C6.3) Memproduksi melibatkan pelaksanaan sebuah rencana untuk memecahkan sebuah masalah yang ada yang memenuhi spesifikasi-spesifikasi tertentu. Sebuah istilah alternatifnya adalah mengkonstruksi.
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
59
UNIT 2
Keterampilan Berpikir
Table 2.2 Tipe-tipe Pengetahuan dan Sub-subnya
TIPE-TIPE DAN SUB-SUB TIPE
CONTOH-CONTOH
A. PENGETAHUAN FAKTUAL—Unsur-unsur dasariah yang para siswa harus ketahui agar memahami sebuah disiplin atau memecahkan masalah di dalamnya.
A.1 Pengetahuan tentang Terminologi
Kosa kata teknis, simbol-simbol musik
A.2 Pengetahuan tentang rincian dan unsur spesifik
Sumber-sumber alami yang utama, sumber-sumber informasi yang reliabel
B. Pengetahuan Konseptual—Saling-perhubungan antarunsur dasariah dalam sebuah struktur besar yang membuat mereka berfungsi secara bersamaan
B.1 Pengetahuan tentang Klasifikasi dan Kategori
Periode-periode waktu geologis, bentuk-bentuk kepemilikan bisnis
B.2 Pengetahuan tentang Prinsip dan Generalisasi
Teorema Pithagorean, hukum supply and demand
B.3 Pengetahuan tentang Teori, Model, dan Struktur
Teori evolusi, struktur Konggres Amerika Serikat
C. Pengetahuan Prosedural—Bagaimana melakukan sesuatu, metode-metode inquiri, dan kriteria untuk penggunaan keterampilan, algoritma, teknik-teknik, dan metode-metode
C.1 Pengetahuan tentang Subjectspecific Skill dan algoritma
Keterampilan-keterampilan yang digunakan dalam melukis dengan watercolors, whole number division algorithm
C.2 Pengetahuan tentang Subject specific Techniques dan metode- metode
Teknik-teknik interviu, metode ilmiah
60
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 2
Keterampilan Berpikir
C.3 Pengetahuan tentang Kriteria untuk menentukan kapan menggunakan prosedurprosedur yang sesuai
Kriteria yang digunakan untuk menentukan kapan menerapkan sebuah prosedur yang melibatkan hukum Newton kedua, kriteria yang digunakan untuk men-judge kelayakan penggunaan sebuah metode tertentu untuk mengestimasi biaya-biaya bisnis
D. Pengetahuan Metakognitif—Pengetahuan kognisi pada umumnya juga kesadaran dan pengetahuan tentang kognisi yang dimiliki diri sendiri Pengetahuan tentang kerangka sebagai sebuah sarana penangkapan struktur dari sebuah unit materi ajar dalam sebuah buku ajar, pengetahuan tentang penggunaan heuristics
D.1 Pengetahuan Strategik
D.2 Pengetahuan tentang Tugastugas Kognitif, mencakup pengetahuan kondisional dan kontekstual yang sesuai
Pengetahuan tentang tipe-tipe tes yang digunakan para guru, pengetahuan tentang tuntutan-tuntutan kognitif dan tugas-tugas kognitif
D.3 Pengetahuan Diri
Pengetahuan bahwa pengeritikan esai-esai adalah sebuah kekuatan pribadi, sedangkan penulisan esai-esai adalah sebuah kelemahan pribadi; kesadaran tentang tingkat pengetahuan yang dimiliki diri sendiri
Dangerous zone jika pembelajaran hanya ini Lower ordered thinking Rote learning
Pedagogical zone Higher ordered thinking Meaningful learning
Gambar 2.1 Taksonomi Kognisi dan Nilai Pedagoginya
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
61
UNIT 2
Keterampilan Berpikir
Lembar Kerja Peserta 3A.3 Contoh Jenis Pertanyaan /Tugas berdasarkan Taksonomi Bloom
Matematika Bangun 3 Dimensi Mengkreasi Rancanglah suatu bangun baru yang memiliki bagian-bagian yang berasal dari bangun yang kamu pilih tadi. Beri nama untuk bangun barumu dan namailah bagian-bagiannya. Mengevaluasi Menurutmu, apakah bangun tersebut tepat digunakan di tempat kamu menemukannya tadi? Mengapa? Menganalisis Terangkan mengapa bangun tadi digunakan di tempat dimana kamu menemukannya. Menerapkan Gambarlah bangun yang kamu pilih tadi. Memahami Carilah benda-benda yang memiliki bentuk yang sama dengan bangun yang kamu pilih tersebut. Mengingat Sebutkan ciri-ciri dari bangun yang kamu pilih.
62
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 2
Keterampilan Berpikir
Ilmu Pengetahuan Alam Serangga
Mengkreasi Buatlah jenis serangga baru dari bagian-bagian tubuh serangga yang ada. Gambar dan beri nama bagian-bagian tersebut. Mengevaluasi Kalau kamu ingin menjadi serangga, serangga apa yang jadi pilihanmu? Sebutkan alasannya, paling sedikit lima alasan. Menganalisis Pilih dua macam serangga, bandingkan. Tulislah hasil perbandinganmu. Menerapkan Wawancarailah 10 orang untuk mengetahui serangga yang paling tidak disukai/membahayakan . Buatlah grafik dari hasil wawancara tersebut dan (simpulkan hasilnya. C2.5) Memahami Pilihlah satu nama serangga. Buatlah 10 pernyataan tentang serangga tersebut. 5 pernyataan tentang fakta dari serangga tersebut dan 5 lainnya merupakan opini. Tulis di atas kertas yang berbeda. Berikan kepada temanmu dan minta temanmu untuk memeriksa pekerjaanmu. Kelompokkan berdasarkan jenis serangga yang membahayakan dan tidak membahayakan.
Mengingat Buatlah daftar nama-nama serangga.
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
63
UNIT 2
Keterampilan Berpikir
Ilmu Pengetahuan Sosial Pasar
Mengkreasi Buatlah usulan perubahan/perbaikan yang dapat membuat pasar di sekitar rumahmu menjadi lebih baik. Kirimkan surat itu kepada pemerintah setempat. Mengevaluasi Setujukah kamu apabila semua pasar tradisional diganti dengan pasar modern? Mengapa? Menganalisis Bandingkan kondisi beberapa jenis pasar, carilah apa saja kekuatan dan kelemahan masing-masing jenis pasar? Menerapkan Misalkan kamu adalah salah seorang anggota Panitia Peringatan Kemerdekaan RI di sekolahmu dan merencanakan untuk membuat pesta. Buatlah daftar barang-barang yang kamu butuhkan dan putuskan di pasar jenis apa kamu akan membelinya. Berikan alasanmu. Memahami (Cari nama-nama pasar yang kamu ketahui C1) dan kelompokkan menurut jenisnya. Mengingat Sebutkan jenis-jenis pasar yang kamu ketahui (dan ciri-cirinya. C2)
64
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 2
Keterampilan Berpikir
Bahasa Indonesia Sempurna Kau begitu sempurna Dimataku kau begitu indah Kau membuat diriku akan slalu memujamu Di setiap langkahku Kukan slalu memikirkan dirimu Tak bisa kubayangkan hidupku tanpa cintamu * Janganlah kau tinggalkan diriku Takkan mampu menghadapi semua Hanya bersamamu ku akan bisa Reff: Kau adalah darahku Kau adalah jantungku Kau adalah hidupku Lengkapi diriku Oh sayangku, kau begitu Sempurna… Sempurna... Kau genggam tanganku Saat diriku lemah dan terjatuh Kau bisikkan kata dan hapus semua sesalku Kembali ke * Dinyanyikan oleh: Gita Gutawa
Mengkreasi Tulislah sebuah puisi tentang seseorang yang kamu kirimi surat/kagumi! Mengevaluasi Selama ini sikap baik apa yang sudah kamu lakukan kepada seseorang yang kamu kirimi surat? Apakah terdapat inkonsistensi atau kekeliruan kata/kata-kata yang digunakan dalam lagu tersebu? Menganalisis Bandingkan perasaanmu antara kepada temanmu dengan kepada seseorang yang kamu kirimi surat! Bagaimana kerangka atau susunan isi dari lagu tersebut?
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
65
UNIT 2
Keterampilan Berpikir
Menerapkan (Tulislah surat C3 menerapkan cara menulis surat yang sudah dipelajari sebelumnya) untuk seseorang, mungkin ibu atau gurumu yang sesuai dengan isi lagu tersebut! Anggaplah tokoh “Kau” dalam lagu tersebut sebagai “desa/tempat kelahiran” mu. Kemudian buatlah puisi dengan susunan yang sama dengan susunan isi lagu tersebut untuk “desa/tempat kelahiran” mu! Memahami Rangkumlah isi lagu tersebut! Ubahlah lagu di atas menjadi sebuah surat untuk ibu atau gurumu! Mengingat Temukan dua kata yang bermakna kias!
66
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 2
Keterampilan Berpikir
Bahasa Inggris Kancil and Crocodile Kancil was a clever mousedeer. He had many enemies. One of them was Crocodile. Crocodile lived in a river in the forest. Now, one day, Kancil went to the river. It was a very hot day, and he wanted to have a bath. Kancil bathed and splashed about in the water. Crocodile saw Kancil. "A nice meal," he thought. Then, he crawled behind Kancil and grabbed him. He caught one of Kancil's legs. Kancil was terrified. Then, he had an idea. He saw a twig floating near him. He picked it up and said, "You stupid fool! So you think you've got me. You're biting a twig - not my leg. Here, this is my leg." And with that, he showed Crocodile the twig. Crocodile could not see well. He was a very stupid creature, too. He believed the cunning mousedeer. He freed the mousedeer's leg and snapped upon the twig. Kancil ran out of the water immediately. "Ha! Ha!" he laughed. "I tricked you!" Mengkreasi Compose a letter of apology from Kancil to Crocodile. Mengevaluasi Do you think Kancil has done the right thing? Why? Menganalisis In what ways are Kancil and Crocodile different? Menerapkan Change the sentences in one of the paragraphs into the present tense. Memahami What examples from the story show that Kancil was a cunning animal? Why did Kancil go to the river? Mengingat Who parties were involved in the story?
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
67
UNIT 2
Keterampilan Berpikir
Lembar Kerja Peserta 3A.4 Daftar Kata Kerja untuk Membuat Pertanyaan/Soal/Tugas (Pengalaman dari Kurikulum 1975, banyak guru hanya “menyalin” kata kerja yang tersedia, tanpa memahaminya. Akibatnya tujuan pembelajaran yang mereka rumuskan salah, juga mereka tidak pernah mengerti dengan benar taksonomi kognitif Bloom setelah bertahun-tahun bekerja menggunakan taksonomi tersebut)
TABEL 2.3 SITUASI EVALUASI DAN PENGALAMAN BELAJAR DARI TAKSONOMI BLOOM KATEGORI, PROSES KOGNITIF, NAMA ALTERNATIF
DEFINISI-DEFINISI DAN CONTOH-CONTOH
SITUASI EVALUASI HASIL BELAJAR
PENGALAMAN BELAJAR PRAKSIS
1. MENGINGAT—Mencari dan menemukan pengetahuan dari memori jangka panjang 1.1 Mengenali ulang
(Mengidentifikasi)
1.2 Mengingat ulang (Mencari-temu)
68
Menentukan pengetahuan dalam memori jangka-panjang yang konsisten dengan material yang tersaji (yakni, Mengenali tahuntahun dari kejadian-kejadian penting dalam sejarah Indonesia)
Meminta siswa mengidentifikasi yang mana sisi dari sebuah bangun datar
Studi pengamatan ciri-ciri bangun datar Refleksi: Mengapa, misalnya, sisi bangun datar disebut sisi?
Mencari-temu pengetahuan relevan dari memori jangkapanjang (yakni, Mengingat ulang tahun-tahun kejadian penting dalam sejarah Indonesia)
Meminta siswa mencari temu dari sejumlah bilangan yang menunjukkan tahun-tahun, yang mana yang merupakan tahun kemerdekaan Republik Indonesia
Mengingat Hari Kemerdekaan RI, juga hubungannya dengan hari-hari/tahuntahun dari kejadian sebelumnya Refleksi: Mengapa tahun 1945? Ada apa saja sekitar tahun 1945 itu?
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
70
UNIT 2
KATEGORI, PROSES KOGNITIF, NAMA ALTERNATIF
Keterampilan Berpikir
DEFINISI-DEFINISI DAN CONTOH-CONTOH
SITUASI EVALUASI HASIL BELAJAR
PENGALAMAN BELAJAR PRAKSIS
2. Memahami—Mengkonstruksi makna dari pesan-pesan instruksional, mencakup komunikasi lisan, tertulis, dan grafis 2.1 Menginterpretasi/ Menafsir (Klarifikasi, paraphrasing, menyajikan-ulang,
Mengubah sebuah bentuk sajian (yakni, sajian numerik) ke bentuk lainnya (yakni, sajian verbal) (yakni, Mem-paraphrase-kan pembicaraan-pembicaraan dan dokumen-dokumen penting)
Menyelesaikan perhitungan dari soal cerita.
Meminta siswa memperterang (mengklarifikasi) maksud dari sebuah larik dari sebuah puisi.
translasi)
Meminta siswa mengulang secara singkat isi sebuah ide/gagasan/konsep/kalimat/ paragraf sehingga menjadi lebih jelas (mem-parafrasa)
Meminta siswa menceritakan ulang sebuah cerita pendek secara singkat (translasi).
Meminta siswa menyajikan ulang secara utuh sebuah paragraf ringkas (translasi)
Mendiskusikan komponen-komponen pokok soal cerita atau bagaimana memahami soal cerita Berlatih menyelesaikan soal cerita Refleksi: mendiskusikan hasil kerja siswa
Mendiskusikan ide/ide-ide yang terkandung dalam sebuah larik puisi Berlatih mengklarifikasi isi dari sebuah larik puisi Refleksi: mendiskusikan hasil kerja siswa
Mendiskusikan isi sebuah paragraf Berlatih menyajikan ulang isi paragraf secara ringkas dan lebih jelas Refleksi: mendiskusikan hasil kerja siswa
Mendiskusikan isi sebuah cerita pendek Berlatih menceritakan-ulangnya secara lebih ringkas Refleksi: mendiskusikan hasil kerja siswa Mendiskusikan isi sebuah paragraf ringkas Berlatih menyajikan-ulangnya menjadi lebih utuh Refleksi: mendiskusikan hasil kerja siswa
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK Praktik yang Baik69dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
69
UNIT 2 UNIT 2.2 Mengeksemplifikasi/ Menyontohkan (Mengilustrasikan,
Keterampilan Berpikir Menemukan sebuah contoh spesifik atau ilustrasi dari sebuah konsep atau prinsip (yakni, Memberi contoh-contoh berbagai gaya lukisan artistik yang penting)
Meminta siswa memberikan sebuah contoh (harus berbeda dari yang sudah diketahui siswa sebelumnya)
Menentukan bahwa sesuatu termasuk kedalam sebuah kategori (yakni, konsep atau prinsip) (yakni, Mengklasifikasi kasus-kasus nirtatanan mental yang terobservasi atau terdeskripsikan)
Meminta siswa membuat klasifikasi dari bendabenda yang tersedia di atas meja
Meminta siswa memasukkan sebuah anggota kedalam golongannya
Mengabstraksi sebuah tema umum atau poin-poin pokok (yakni, Menulis sebuah summary ringkas tentang kejadian-kejadian yang tersaji pada sebuah videotape)
Menggambarkan sebuah simpulan logis dari informasi yang tersaji (yakni, Dalam pembelajaran bahasa asing, menyimpulkan prinsip-prinsip gramatis dari contoh-contoh)
Mendiskusikan arti sebuah konsep atau prinsip, mengikutsertakan beberapa contohnya Praktik meencari contoh-contohnya yang relevan Refleksi: mendiskusikan hasil kerja siswa
mencontohkan) 2.3 Mengklasifikasi (Kategorisasi, subsuming)
2.4 Summarizing/ Mengikhtisarkan (Mengabstraksi, generalisasi) 2.5 Menyimpulkan (Menyimpulkan, mengekstrapolasi, menginterpolasi, memprediksi)
70
Meminta siswa: o mendapatkan hal-hal pokok dari sebuah wacana; atau o menulis ikhtisar dari suatu kejadian/peristiwa
Meminta siswa: o menyimpulkan apa yang akan terjadi jika akar dari sebuah pohon dibuang (mem-prediksi) o menyimpulkan berapa uang jajan yang akan diterimanya bulan depan berdasarkan penerimaannya selama dua bukan terakhir (meng-ekstrapolasi) o meng-estimasi nilai yang tepat dalam sebuah deret bilangan yang jomplang (menginterpolasi)
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Mendiskusikan arti klasifikasi Praktik membuat klasifikasi Refleksi: mendiskusikan (mengapa?) hasil kerja siswa Mendiskusikan arti klasifikasi Praktik memasukkan berbagai anggota (benda, peristiwa) kedalam golongannya yang relevan. Refleksi: mendiskusikan hasil kerja siswa
Mendiskusikan hal-hal pokok dari sebuah wacana atau peristiwa Praktik menuliskan hal-hal pokok tersebut Refleksi: mendiskusikan hasil kerja siswa Mendiskusikan pola-pola prediksi, ekstrapolasi, dan interpolasi. Berlatih melakukan prediksi, ekstrapolasi, dan interpolasi Refleksi: mendiskusikan hasil kerja siswa
UNIT 2 2.6 Membandingkan (Mengkontraskan, memetakan,
Keterampilan Berpikir Mendeteksi kesepadanan antara dua ide, objek, dan lain-lain (yakni, Membandingkan kejadiankejadian historis dengan situasisituasi kontemporer)
Mengkonstruksi sebuah model sebab-akibat dari sebuah sistem (yakni, Menjelaskan sebab-sebab dari pentingnya kejadian-kejadian abad ke-18 di Perancis)
Meminta siswa membandingkan musyawarah dengan pemungutan suara
Studi pengamatan kegiatan musyawarah dan pemungutan suara dalam pemilihan KM (Ketua Murid) Menemukan hal-hal yang sama dan berbeda pada kedua kegiatan tersebut Refleksi: mendiskusikan hasil kerja siswa
Studi pengamatan terhadap eksperimen erosi Menemukan sebab-sebab dari terjadinya erosi Refleksi: mendiskusikan hasil kerja siswa
memadankan) 2.7 Menjelaskan/ Mengeksplanasi (Mengkonstruksi
Meminta siswa menjelaskan sebab-sebab erosi
model)
KATEGORI, PROSES KOGNITIF, NAMA ALTERNATIF
DEFINISI-DEFINISI DAN CONTOH-CONTOH
SITUASI EVALUASI HASIL BELAJAR
PENGALAMAN BELAJAR PRAKSIS
3. Mengaplikasi/Menerapkan—Melaksanakan atau menggunakan sebuah prosedur dalam sebuah situasi yang ada 3.1 Mengeksekusi (Melaksanakan)
3.2 Mengimplementasikan (Menggunakan)
Mengaplikasikan sebuah prosedur ke sebuah tugas akrab (yakni, Membagi sebuah bilangan bulat dengan bilangan bulat lainnya, keduanya melibatkan bilangan bulat lebih dari satu digits)
Mengaplikasikan sebuah prosedur ke sebuah tugas tak-akrab (yakni, Menggunakan Hukum Kedua Newton dalam situasi-situasi yang sesuai dengannya)
Meminta siswa membagi sebuah bilangan bulat dengan bilangan bulat lainnya, keduanya melibatkan bilangan bulat lebih dari satu digits)
Meminta siswa membuat model periskop (diagram) untuk digunakan di sebuah ruang perlindungan bawah tanah (bunker)
Studi konseptual pembagian dengan RME (Realistic Mathematics Education) (Jika konsep pembagian belum dikuasai siswa) Berlatih menyelesaikan soal-soal pembagian Refleksi: mendiskusikan hasil kerja siswa
Studi observasi model periskop di sebuah kapal selam Membuat modelnya Refleksi: mendiskusikan hasil kerja siswa
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK Praktik yang Baik71dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
71
UNIT 22 UNIT KATEGORI, PROSES KOGNITIF, NAMA ALTERNATIF
Keterampilan Berpikir
DEFINISI-DEFINISI DAN CONTOH-CONTOH
SITUASI EVALUASI HASIL BELAJAR
PENGALAMAN BELAJAR PRAKSIS
4. Menganalisis—Menguraikan material menjadi bagian-bagian pembentuknya dan menentukan bagaimana bagian-bagian ini saling berkaitan dan dengan struktur totalnya atau tujuannya 4.1 Membeda-bedakan (Diskriminasi, membedakan, memfokuskan, memilih)
4.2 Mengorganisasi (Menemukan koherensi, mengintegrasikan, menyusun kerangka, parsing,
Membedakan bagian yang relevan dan yang tak-relevan atau yang penting dan yang tak-penting dari material yang tersaji (yakni, Membedakan antara bilanganbilangan yang relevan dan yang takrelevan dalam dalam sebuah masalah kata-kata matematis (a mathematical word problem)
Menentukan bagaimana unsur-unsur sesuai atau berfungsi dalam sebuah struktur (yakni, Menstrukturkan evidensi dalam sebuah deskripsi historis menjadi evidensi untuk dan menentang sebuah eksplanasi historis)
Meminta siswa: o menjelaskan hal-hal penting dari sebuah cerita o menjelaskan hal-hal penting dari sebuah wacana ilmiah o menemukan bilangan-bilangan dan operasioperasi hitung dalam sebuah masalah cerita yang terkait dengan sebuah soal (selanjutnya, menyelesaikan soal tersebut, penerapan, C3)
Studi membaca cerita/wacana ilmiah dalam rangka menemukan hal-hal penting Mendiskusikannya Menulis penjelasannya; (selanjutnya menyelesaikan soalnya) Refleksi: mendiskusikan hasil kerja siswa
Meminta siswa: o memadukan/mengintegrasikan berbagai informasi tentang sebuah kejadian, dan kemudian menjelaskannya o menyusun sebuah kerangka pikir dari sebuah wacana, dan kemudian menjelaskannya o Memilah-milah unsur-unsur tata bahasa dari sebuah kalimat, dan kemudian menjelaskannya
Mendiskusikan hal yang dimaksud Berlatih menemukan/menyusun hal yang dimaksud Refleksi: mendiskusikan hasil kerja siswa
menstrukturkan)
72
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 2 4.3 Mengatribusi (Mendekonstruksi)
KATEGORI, PROSES KOGNITIF, NAMA ALTERNATIF
Keterampilan Berpikir Menentukan sebuah titik pandang, bias, nilai-nilai, atau maksud yang mendasari material yang tersaji (yakni, Menentukan titik pandang pengarang sebuah esai dalam kaitannya dengan perspektif politisnya)
Meminta siswa menemukan:
DEFINISI-DEFINISI DAN CONTOHCONTOH
bias si penulis dalam sebuah tulisan/berita maksud dari sebuah tulisan perspektif politis si penulis dalam sebuah wacana
SITUASI EVALUASI HASIL BELAJAR
Mendiskusikan bias, maksud, perspektif Berlatih menemukan bias, maksud, perspektif Refleksi: mendiskusikan hasil kerja siswa
PENGALAMAN BELAJAR PRAKSIS
5. Mengevaluasi—Membuat judgement didasarkan atas kriteria dan standar 5.1 Mengecek (Mengkoordinasi, mendeteksi, memantau, mentes)
5.2 Mengkritik (Men-judge)
Mendeteksi inkonsistensi atau kekeliruan dalam sebuah proses atau produk; menentukan apakah sebuah proses atau produk memiliki konsistensi internal; mendeteksi efektivitas sebuah prosedur ketika ia diimplementasikan (yakni, Menentukan apakah simpulan-simpulan seorang ilmuwan berdasarkan data yang terobservasi)
Mendeteksi inkonsistensi antara sebuah produk dengan kriteria eksternal, menentukan apakah sebuah produk memiliki konsistensi eksternal; mendeteksi kesesuaian sebuah prosedur untuk sebuah masalah yang ada (yakni, Men-judge metode yang mana dari dua metode yang ada yang bersifat terbaik untuk memecahkan sebuah masalah yang ada)
Meminta siswa menemukan dan menjelaskan: o koherensi/inkoherensi gagasan kebijakan luar negeri Indonesia dalam sebuah wacana tertentu o koherensi/inkoherensi negara dalam melindungi segenap warga negara dalam sebuah kejadian yang dilaporkan koran Meminta siswa menguji konsistensi antara data dengan simpulan
Mendiskusikan hal yang dimaksud Berlatih menemukan hal yang dimaksud Refleksi: mendiskusikan hasil kerja siswa
Meminta siswa: o menilai pola makan masing-masing dengan standar “empat sehat lima sempurna” o kecukupan zat asam dari pohon-pohon yang ada di sebuah RT dibandingkan dengan jumlah penduduk yang ada di RT tersebut o menilai lingkungan sekolahnya berdasarkan standar sekolah sehat
Mendiskusikan hal yang dimaksud Berlatih menemukan hal yang dimaksud Refleksi: mendiskusikan hasil kerja siswa
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
73
73
UNIT 22 UNIT
KATEGORI, PROSES KOGNITIF, NAMA ALTERNATIF
Keterampilan Berpikir
SITUASI EVALUASI HASIL BELAJAR
DEFINISI-DEFINISI DAN CONTOHCONTOH
PENGALAMAN BELAJAR PRAKSIS
6. Mengkreasi—Menyusun unsur-unsur secara bersamaan untuk membentuk sebuah keseluruhan yang koheren atau fungsional; mereorganisasi unsur-unsur menjadi sebuah pola atau struktur baru 6.1 Generate (Memunculkan)
6.2 Merencanakan
Memunculkan hipotesis-hipotesis alternatif didasarkan atas kriteria (yakni, Mengenerate hipotesis-hipotesis untuk menjelaskan sebuah fenomena yang terobservasi)
Menggawaikan sebuah prosedur untuk menyelesaikan suatu tugas (yakni, Merencanakan sebuah research paper tentang sebuah topik historis yang ada)
Meminta siswa:
membuat dugaan/hipotesis yang menjelaskan perang Imam Bonjol berdasarkan beberapa fakta yang terbatas (kemudian mencari faktafakta lebih jauh lagi untuk menolak atau menerima hipotesis yang dibuatnya) membuat hipotesis yang menjelaskan pergerakan separatis berdasarkan beberapa berita surat kabar (kemudian mencari faktafakta lebih jauh lagi untuk menolak atau menerima hipotesis yang dibuatnya) mendeskripsikan jawaban atas pertanyaan “apa/apa saja penyebab mogoknya mobil?” berdasarkan sejumlah kejadian yang dialami sebelum sebuah mobil mogok. Meminta siswa:
74
membuat usulan penelitian tentang pertumbuhan padi berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan sebelumnya merancang pola kebersihan rumah berdasarkan ciri-ciri perilaku tikus Merancang usulan untuk menjamin kebersihan
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Mendiskusikan apa yang dimaksud dengan hipotesis Berlatih membuat hipotesis Refleksi: mendiskusikan hasil kerja siswa
Mendiskusikan apa yang dimaksud Praktik membuat usulan Refleksi: mendiskusikan hasil kerja siswa
UNIT 2
Keterampilan Berpikir sekolah setiap hari
6.3 Memproduksi
Menciptakan sebuah produk (yakni, Membangun lingkungan buatan untuk sebuah kepentingan spesifik)
Meminta siswa:
membuat model visual yang mendeskripsikan peristiwa fotosintesis berdasarkan sebuah wacana tertulis yang mendeskripsikan fotosintesis menulis sebuah Cerpen/drama/novel menciptakan sebuah solusi untuk sebuah masalah
Mendiskusikan apa yang dimaksud Praktik apa yang dimaksud Refleksi: mendiskusikan hasil kerja siswa
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
75
75
UNIT 2
Keterampilan Berpikir
TAKSONOMI KOGNISI BLOOM (2001) (untuk appendix) 1. MENGINGAT (C1) Ketika tujuan pengajaran adalah mempromosikan penyimpanan material yang tersaji dalam bentuk yang sangat sama dengan ketika ia diajarkan, kategori proses yang relevannya adalah Mengingat. Pengingatan melibatkan pencari-temuan pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang. Dua proses kognitifnya yang terkait adalah pengenalan-ulang dan pengingatan-ulang. Pengetahuan yang relevan dengan pengingatan adalah Faktual, Konseptual, Prosedural, atau Metakognitif, atau suatu kombinasi dari hal-hal ini. 17 Untuk meng-ases pembelajaran siswa dalam kategori proses yang paling sederhana ini, siswa diberi tugas mengenali-ulang atau mengingat-ulang di bawah kondisi yang sangat sama dengan ketika ia mempelajari material ajarnya. Perluasan yang melampaui kondisi ini, diharapkan terbatas. Misalnya, jika seorang siswa sudah mempelajari padanan bahasa Indonesia untuk 20 kata Inggris, maka tes pengingatannya akan melibatkan permintaan kepada siswa untuk untuk memadankan kata-kata Inggris dalam kolom pertama dengan kata-kata bahasa Indonesia pada kolom ke dua (yakni, mengenali ulang) atau menuliskan kata-kata bahasa Indonesia yang berkaitan dengan kata-kata Inggris yang tersedia (yakni, mengingat-ulang). Rote learning adalah ketika siswa diminta hanya mengingat pengetahuan. Tetapi meaningful learning terjadi ketika pengingatan pengetahuan adalah bagian terpadu dari tugas yang lebih luas untuk pengkonstruksian pengetahuan baru atau pemecahan masalah baru. 1.1 MENGENALI-ULANG (C1.1) Pengenalan-ulang melibatkan pencaritemuan pengetahuan relevan dari memori jangka panjang dalam rangka membandingkannya dengan informasi yang tersaji. Dalam pengenalan-ulang, siswa mencari dalam memori jangka panjangnya sekeping informasi yang identik atau sangat sama dengan informasi yang tersaji (sebagaimana tersaji dalam memori kerja). Ketika disuguhi informasi baru, siswa menentukan apakah informasi ini berhubungan dengan pengetahuan yang sudah dipelajari sebelumnya, pencarian padanan. Istilah alternatif untuk pengenalan-ulang adalah pengidentifikasian. Contoh Tujuan dan Asesmen yang sesuai Dalam IPS, sebuah tujuan pembelajarannya bisa jadi siswa harus mengenali-ulang tanggal-tanggal kejadian penting dalam sejarah Indonesia. Item tesnya yang sesuai adalah: “Benar atau Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK 76
7
UNIT 2
Keterampilan Berpikir
Salah: Proklamasi Kemerdekaan RI dilakukan pada tanggal 17 Agustus 1945”. Dalam pelajaran Sastra Indonesia, salah satu tuannya dapat berupa siswa harus mengenali-ulang penulis-penulis dari karya sastra Indonesia. Asesmennya yang sesuai adalah tes menjodohkan yang terdiri atas sebuah daftar sepuluh pengarang (mencakup Asrul Sani) dan sebuah daftar lebih sedikit dari sepuluh novel (mencakup Benyamin S.). Dalam matematika, tujuannya bisa jadi agar siswa dapat mengenali-ulang jumlah sisi bentuk-bentuk geometri. Asesmennya yang sesuai adalah suatu tes pilihan-ganda dengan item-item sebagai berikut: “Berapa banyak sisi yang dimiliki sebuah pentagon? (a) empat, (b) lima, (c) enam, (d) tujuh. Format Asesmen Sebagaimana diilustrasikan di atas, tiga metode utama penyajian suatu tugas pengenalan-ulang untuk kepentingan asesmen adalah verifikasi, menjodohkan, dan pilihan tertentu. Dalam tugas-tugas verifikasi, siswa diberi suatu informasi dan harus memilih apakah ia benar atau salah. Format benar-salah adalah contoh yang paling umum. Dalam menjodohkan, dua daftar disajikan, dan siswa harus memilih bagaimana masing-masing item dalam sebuah daftar berkesesuaian dengan sebuah item dalam daftar lainnya. Dalam tugas-tugas pilihan tertentu, siswa diberi sebuah petunjuk yang disertai dengan beberapa jawaban yang mungkin dan harus memilih jawaban yang mana yang tepat atau “jawaban terbaik”. Pilihan-ganda adalah formatnya yang paling umum. 1.2 MENGINGAT-ULANG (C1.2) Pengingatan-ulang melibatkan pencaritemuan pengetahuan relevan dari memori jangka panjang ketika diberi petunjuk untuk melakukannya. Petunjuknya sering berupa sebuah sebuah pertanyaan. Dengan pengingatan-ulang, seorang siswa mencari sekeping informasi dari memori jangka panjang dan membawa informasi ini kedalam memori kerja untuk dapat diproses. Sebuah istilah alternatif untuk pengingatan-ulang adalah pencaritemuan. Contoh Tujuan dan Asesmen yang sesuai Dalam mengingat-ulang, seorang siswa mengingat informasi yang sebelumnya sudah dipelajari ketika diberi sebuah petunjuk. Dalam IPS, salah satu tujuannya dapat berupa siswa harus mengingatulang ekspor-ekspor utama pulau Sumatera. Sebuah item tesnya yang sesuai adalah “Apa ekspor utama Palembang?” Dalam pembelajaran sastra Indonesia, tujuannya dapat berbentuk agar siswa mampu mengingat-ulang sejumlah penyair yang menulis berbagai puisi. Sebuah pertanyaan tesnya yang sesuai adalah “Siapa yang menulis Rembulan Di Atas Kuburan?” Dalam matematika, tujuannya dapat berbentuk mengingat-ulang fakta-fakta perkalian bilangan bulat. Sebuah item tesnya meminta siswa memperkalikan 7 X 8 (atau “7 X 8 = ?”).
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
77
UNIT 2
Keterampilan Berpikir
Format asesmen Tugas-tugas asesmen untuk pengingatan-ulang dapat berbeda-beda dalam jumlah dan kualitas petunjuk yang disediakan untuk siswa. Dengan petunjuk rendah, siswa tidak diberi petunjuk atau informasi relevan apapun (seperti “Apa satu meter itu?”). Dengan petunjuk tinggi, siswa diberi beberapa petunjuk (seperti “dalam sistem pengukuran, satu meter adalah sebuah ukuran mengenai __________________”.). Tugas-tugas asesmen dapat juga berbeda-beda dalam jumlah atau tingkat ketertanaman item-item ditempatkan dalam suatu konteks makna yang lebih luas. Dengan ketertanaman rendah, tugas pengingatan-ulang disajikan sebagai sebuah hal tunggal, terisolasi, seperti dalam contoh-contoh di atas. Dengan ketertanaman tinggi, tugas pengingatan-ulang tercakup dalam konteks suatu masalah yang lebih luas, seperti meminta seorang siswa mengingat formula untuk sebuah bidang dari sebuah lingkaran ketika memecahkan sebuah masalah kata yang mempersyaratkan formula tersebut.
2. MEMAHAMI (C2) Sebagaimana sudah ditunjukkan, ketika tujuan utama pengajaran adalah mempromosikan penyimpanan, fokusnya adalah pada tujuan yang menekankan Mengingat. Ketika tujuan pengajaran mempromosikan transfer, bagaimanapun, fokusnya beralih ke lima proses kognitif lainnya, Memahami hingga Kreasi. Mengenai hal-hal ini, dapat dipahami jika kategori terbesar dari tujuan-tujuan pendidikan berbasis-transfer yang ditekankan di sekolah-sekolah dan universitasuniversitas adalah Memahami. Para siswa dikatakan Memahami ketika mereka mampu mengkonstruksi makna dari pesan-pesan instruksional, mencakup pesan oral, tertulis, dan grafis, bagaimanapun semua pesan ini disajikan pada siswa: selama ceramah-ceramah, dalam buku-buku, atau pada monitor-monitor komputer. Contoh-contoh dari pesan-pesan instruksional potensial mencakup suatu demonstrasi fisika di kelas, formasi geologis yang tampak dalam suatu karyawisata, suatu simulasi komputer tentang suatu perjalanan mengelilingi sebuah musium seni, dan suatu karya musik yang dimainkan oleh sebuah orkestra, sebagaimana juga halnya dengan representasi-representasi verbal, gambar, dan simbolik pada kertas. Para siswa memahami ketika mereka membangun koneksi antara pengetahuan “baru” yang akan diperoleh dengan pengetahuan mereka sebelumnya. Secara lebih spesifik, pengetahuan yang masuk diintegrasikan dengan skema-skema dan kerangka-kerangka-kerja yang ada. Karena konsep-konsep adalah semacam batubata untuk skema-skema dan kerangka-kerangka-kerja ini, Pengetahuan Konseptual menyediakan sebuah pangkalan untuk pemahaman. Proses-proses kognitif dalam
78
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 2
Keterampilan Berpikir
kategori Memahami mencakup interpretasi, eksemplifikasi (pencontohan), pengklasifikasi-an, summarizing (pengikhtisaran), penyimpulan, pembandingan, dan eksplanasi. 2.1 MENGINTERPRETASI (C2.1) Penginterpretasian terjadi ketika seorang siswa dapat mengubah informasi dari sebuah bentuk representasi (gambaran, wakilan) ke bentuk lainnya. Interpretasi dapat melibatkan pengubahan kata-kata ke kata-kata lainnya (yakni, paraphrasing), gambar-gambar ke kata-kata, kata-kata ke gambar-gambar, angkaangka ke kata-kata, kata-kata ke angka-angka, notasi-notasi musik ke nada-nada, dan yang sejenis. Istilah-istilah alternatifnya adalah translasi (menerjemahkan, mengalihbentukkan), paraphrasing (menyatakan dengan kata-kata lain, khususnya secara singkat), representasi (menggambarkan), dan klarifikasi (menerangkan, membuat menjadi terang). CONTOH TUJUAN DAN ASESMEN YANG SESUAI Dalam penginterpretasian, ketika diberi informasi dalam sebuah bentuk representasi, seorang siswa dapat mengubahnya ke bentuk lain. Dalam IPS, misalnya, salah satu tujuannya agar siswa dapat menyatakan dengan kata-kata sendiri atau secara singkat pidato-pidato dan dokumen-dokumen penting dari periode sejarah sekitar menjelang kemerdekaan RI. Salah satu asesmen yang sesuai adalah meminta seorang siswa membuat pernyataan secara singkat atau dengan kata-kata sendiri sebuah pidato terkenal, seperti pidato Ir. Soekarno dalam sidang PPKI. Dalam IPA, sebuah tujuannya dapat agar siswa mampu merepresentasikan dengan gambar tentang berbagai fenomena alam. Sebuah item asesmennya yang sesuai meminta seorang siswa menggambar sebuah rangkaian diagram-diagram yang mengilustrasikan foto sintesis. Dalam matematika, contoh tujuannya agar siswa mampu mengalihbentukkan kalimat-kalimat bilangan dalam kata-kata kedalam persamaan aljabar yang diungkapkan dalam simbol-simbol. Sebuah item asesmennya yang sesuai meminta seorang siswa menuliskan sebuah persamaan (menggunakan B untuk jumlah anak laki-laki dan G untuk jumlah anak perempuan) yang sesuai dengan pernyataan “Ada dua kali lebih banyak anak perempuan dibandingkan dengan anak laki-laki di kelas ini”. FORMAT ASESMEN Format-format item tes yang sesuai mencakup baik respon yang sudah terkonstruksi (yakni, berikanlah sebuah jawaban) dan respon terpilih (yakni, pilih sebuah jawaban). Informasi disajikan dalam sebuah bentuk, dan para siswa diminta apakah mengkonstruksi atau memilih informasi yang sama dalam sebuah bentuk yang berbeda. Misalnya, sebuah tugas dengan respon
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
79
UNIT 2
Keterampilan Berpikir
terkonstruksi adalah: “Tuliskan sebuah persamaan yang sesuai dengan pernyataan berikut, gunakanlah T untuk biaya total dan K untuk jumlah kilo-graman. Biaya total pengiriman sebuah paket adalah Rp. 2.000,00 untuk satu kilo-gram pertama ditambah masing-masing Rp. 1.500,00 per kilo-gram untuk tambahan berikutnya. Sebuah versi pemilihan mengenai tugas ini adalah: “Persamaan mana yang sesuai dengan pernyataan berikut, dimana T mewakili biaya total dan K untuk jumlah kilo-graman? Biaya total pengiriman sebuah paket adalah Rp. 2.000,00 untuk satu kilogram pertama ditambah Rp. 1.500,00 untuk tiap satu kilogram tambahannya. (a) T = Rp. 3.500 + P (b) T = Rp. 2.000,00 + Rp. 1.500,00 (c) T = Rp. 2.000,00 + Rp. 1.500,00(P-1) Untuk meningkatkan peluang bahwa yang diases adalah penginterpretasian ketimbang hanya pengingatan, informasi yang disertakan dalam asesmen harus bersifat baru. “Baru” di sini artinya bahwa para siswa tidak pernah menjumpainya selama pengajaran. Jika aturan ini tidak dipatuhi, kita tidak dapat memastikan bahwa yang kita ases adalah penginterpretasian, dan bukan pengingatan. Jika tugas asesmen adalah identik dengan sebuah tugas atau contoh yang digunakan selama pengajaran, kita barangkali meng-ases pengingatan. Aturan tersebut berlaku untuk semua kategori proses dan proses-proses kognitif yang bukan Mengingat. Pada bagian berikutnya hal ini tidak akan diulang lagi. Pembaca diharapkan dapat mengingat hal ini ke depan. Jika tugas-tugas asesmen adalah untuk membidik proses-proses kognitif tingkat tinggi, mereka harus mempersyaratkan para siswa tidak bisa menjawab dengan benar jika dengan bertumpu pada memori belaka. 2.2 MENCONTOHKAN (C2.2) Pencontohan atau pemberian contoh terjadi ketika seorang siswa memberikan sebuah contoh khusus dari sebuah konsep atau prinsip umum. Pencontohan melibatkan pengidentifikasian ciri-ciri penentu dari konsep atau prinsip umum (yakni, segi tiga sama kaki harus memiliki dua sisi yang sama) dan menggunakan ciri-ciri ini untuk memilih atau mengkonstruksi sebuah contoh spesifik (yakni, menjadi mampu memilih segi-tiga sama sisi dari tiga segi-tiga yang disajikan). Istilah alternatifnya adalah mengilustrasikan. CONTOH TUJUAN DAN ASESMEN YANG SESUAI Dalam pencontohan, seorang siswa diberi sebuah konsep atau prinsip dan harus memilih atau menghasilkan sebuah contoh khusus yang tidak dijumpai selama pengajaran.
80
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 2
Keterampilan Berpikir
Dalam pendidikan kesenian, salah satu tujuannya adalah agar siswa dapat memberikan contoh-contoh berbagai gaya lukisan artistik. Sebuah asesmennya yang sesuai meminta seorang siswa memilih gaya impresionistik dari empat lukisan yang tersedia. Dalam IPA, sebuah tujuannya dapat agar siswa mampu memberikan contoh-contoh berbagai jenis senyawa kimia. Sebuah tugas asesmennya yang sesuai meminta siswa menentukan sebuah senyawa inorganik dalam sebuah karyawisata dan mengatakan mengapa ia adalah inorganik (yakni, menspesifikasi ciri-ciri penentunya). Dalam pendidikan sastra, sebuah tujuan dapat agar siswa mampu mencontohkan berbagai genre drama. Asesmennya dapat dengan cara memberi sketsa ringkas dari empat drama (hanya satu yang merupakan komedi romantik) dan meminta siswa menyebutkan drama yang adalah sebuah komedi romantik. FORMAT-FORMAT ASESMEN Tugas-tugas pencontohan dapat melibatkan format respon terkonstruksi—dalam mana siswa harus menciptakan sebuah contoh—atau format respon terpilih—dalam mana siswa harus memilih sebuah contoh dari sehimpunan contoh yang tersedia. Contoh IPA, “Berikan sebuah senyawa inorganik dan katakan mengapa ia inorganik”, mempersyaratkan sebuah respon terkonstruksi. Berbeda halnya, item “Yang mana dari senyawa-senyawa ini yang merupakan sebuah senyawa inorganik? (a) besi, (b) protein, (c) darah, (d) kompos” mempersyaratkan sebuah respon terpilih. 2.3 MENGKLASIFIKASI (C2.3) Pengklasifikasian terjadi ketika seorang siswa mengenali-ulang bahwa sesuatu (yakni sebuah contoh tertentu) termasuk atau menjadi milik sebuah kategori tertentu (yakni, konsep atau prinsip). Pengklasifikasian melibatkan pendeteksian ciri-ciri atau pola-pola relevan yang “sesuai” dengan contoh spesifik dan konsep atau prinsip. Pengklasifikasian adalah sebuah proses pelengkap bagi pencontohan. Jika pencontohan dimulai dengan sebuah konsep atau prinsip umum dan mempersyaratkan siswa untuk menemukan sebuah contoh khusus, pengklasifikasian dimulai dengan sebuah contoh khusus dan mempersyaratkan siswa menemukan sebuah konsep atau prinsip umum. Istilahistilah alternatifnya adalah pengkategorian, ketermasukan (subsuming), pengelompokkan, penghimpunan, dan penggolongan. CONTOH TUJUAN DAN ASESMEN YANG SESUAI Dalam IPS, salah satu tujuannya agar siswa dapat mengklasifikasi kasus-kasus disorder mental yang sudah diobservasi atau sudah dideskripsikan. Sebuah item asesmennya yang sesuai meminta seorang siswa mengamati sebuah video tentang perilaku seseorang dengan penyakit mental dan kemudian menunjukkan disorder mental yang tampak. Dalam IPA, salah satu tujuannya agar siswa dapat mengkategorikan spesies-spesies dari hewan-hewan prasejarah. Sebuah asesmennya menyediakan sejumlah gambar Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
81
UNIT 2
Keterampilan Berpikir
hewan prasejarah dengan petunjuk untuk mengelompokkan mereka kedalam spesies-spesies yang sesuai. Dalam matematika, sebuah tujuannya agar siswa dapat menentukan kategori-kategori untuk angka-angka yang tersedia. Sebuah tugas asesmennya menyediakan sebuah contoh dan meminta seorang siswa melingkari semua angka dalam sebuah daftar berdasarkan kategori yang sesuai. FORMAT ASESMEN Dalam tugas-tugas respon terkonstruksi, seorang siswa diberi sebuah contoh dan harus memproduksi konsep atau prinsipnya yang terkait. Dalam tugas-tugas respon terpilih, seorang siswa diberi sebuah contoh dan harus memilih konsep atau prinsipnya dari sebuah daftar. Dalam tugas pemilahan, seorang siswa diberi sehimpunan kejadian dan harus menentukan yang mana yang termasuk kedalam sebuah kategori khusus, atau harus menempatkan masingmasing kejadian kedalam salah satu dari kategori-kategori yang tersedia. 2.4 MENGIKHTISARKAN (C2.4) Pengikhtisaran terjadi ketika seorang siswa memberikan sebuah pernyataan yang menggambarkan informasi yang tersaji atau abstraksi dari sebuah tema umum. Pengikhtisaran melibatkan pengkonstruksian sebuah gambaran mengenai sebuah informasi, seperti arti dari sebuah adegan dalam sebuah drama, dan mengabstraksi sebuah ikhtisar dari adegan tersebut, seperti penentuan sebuah tema atau butirbutir utama. Istilah-istilah alternatifnya adalah pengeneralisasian, pengabstraksian. CONTOH TUJUAN DAN ASESMEN YANG SESUAI Dalam pengikhtisaran, ketika disediakan informasi, seorang siswa memberikan sebuah ikhtisar atau abstraksi sebuah tema umum. Sebuah contoh tujuan dalam pelajaran sejarah adalah agar siswa dapat menuliskan ikhtisar-ikhtisar singkat mengenai kejadian-kejadian yang disajikan melalui gambar-gambar. Sebuah item asesmennya yang sesuai meminta seorang siswa menonton sebuah videotape tentang Revolusi Perancis dan kemudian menulis sebuah ikhtisar singkat. Sama halnya, sebuah contoh tujuan dalam IPA dapat agar siswa mampu belajar membuat ikhtisar tentang kontribusi-kontribusi utama para ilmuwan terkenal setelah membaca beberapa karya tulis mereka. Sebuah item asesmennya yang sesuai meminta seorang siswa membaca tulisan-tulisan terpilih tentang Charles Darwin dan mengikhtisarkan butir-butir pokoknya. Dalam ilmu komputer, sebuah tujuannya dapat agar siswa belajar membuat ikhtisar tujuan-tujuan berbagai subroutines dalam sebuah program. Sebuah item asesmennya yang sesuai menyajikan sebuah program dan meminta seorang siswa menulis sebuah kalimat yang mendeskripsikan sub-tujuan yang dicapai oleh masing-masing bagian dari program dalam keseluruhan program.
82
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 2
Keterampilan Berpikir
FORMAT ASESMEN Tugas-tugas asesmen dapat disajikan dalam format respon terkonstruksi ataupun respon terpilih, melibatkan baik tema-tema ataupun ikhtisar-ikhtisar. Tema bersifat lebih abstrak ketimbang ikhtisar. Misalnya, dalam sebuah tugas respon terkonstruksi, siswa dapat diminta membaca sebuah bacaan tanpa judul tentang sejarah kerajaan Sriwijaya dan kemudian menuliskan judul yang sesuai untuk bacaan tersebut. Dalam sebuah tugas dengan respon terpilih, seorang siswa dapat diminta membaca sebuah bacaan tentang sejarah kerajaan Sriwijaya dan kemudian memilih judul yang palin sesuai dari empat judul yang mungkin atau menyusun judul-judul ini secara berperingkat berdasarkan tingkat “kecocokannya” dengan isi bacaan. 2.5 MENYIMPULKAN (C2.5) Penyimpulan melibatkan penemuan suatu pola dalam suatu rangkaian contoh atau kejadian. Penyimpulan terjadi ketika seorang siswa mampu mengabstraksi sebuah konsep atau prinsip yang menjelaskan sehimpunan contoh atau kejadian dengan mendeskripsikan ciri-ciri relevan dari masing-masing kejadian dan, sangat penting adanya, mendeskripsikan perhubungan di antara mereka. Misalnya, ketika diberi serangkaian bilangan seperti 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21, seorang siswa mampu fokus pada nilai numerik dari masing-masing digit ketimbang pada ciri-ciri tak-relevan seperti bentuk dari masing-masing digit atau apakah masing-masing digit adalah bilangan genap atau ganjil. Ia kemudian mampu membedakan pola dalam rangkaian bilangan-biliangan tersebut (yakni, setelah dua bilangan pertama, masing-masingnya adalah jumlah dari dua bilangan yang mendahuluinya). Proses penyimpulan melibatkan pembuatan perbandingan dari kejadian-kejadian dalam konteks keseluruhannya. Misalnya, menentukan bilangan apa yang akan muncul dalam rangkaian di atas, seorang siswa harus mengidentifikasi polanya. Sebuah prosesnya yang terkait adalah menggunakan pola untuk menciptakan sebuah kejadian baru (yakni, bilangan berikutnya pada rangkaian tersebut adalah 34, jumlah dari 13 dan 21). Ini adalah sebuah contoh pengeksekusian, yang adalah sebuah proses kognitif yang terkait dengan Penerapan. Penyimpulan dan pengeksekusian sering digunakan secara bersamaan pada tugas-tugas kognitif. Yang terakhir, penyimpulan adalah berbeda dari pengatribusian (sebuah proses kognitif yang terkait dengan Analisis). Sebagaimana dibahas pada bagian berikutnya, pengatribusian fokus semata-mata pada isu pragmatik mengenai penentuan sudut pandang atau maksud penulis, sedangkan penyimpulan fokus pada isu penginduksian sebuah pola yang didasarkan atas informasi yang tersedia. Cara lainnya untuk membedakan kedua proses ini adalah bahwa pengatribusian adalah dapat diterapkan secara luas pada situasi-situasi seseorang harus “mendeduksi sesuatu Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
83
UNIT 2
Keterampilan Berpikir
yang implisit”, khususnya ketika seseorang sedang berupaya menentukan suatu sudut pandang si penulis. Penyimpulan pada sisi lainnya, terjadi dalam sebuah konteks yang menyediakan suatu harapan tentang apa yang akan disimpukan. Istilah-istilah alternatif untuk penyimpulan adalah ekstrapolasi, interpolasi, prediksi, dan pengkonklusian. CONTOH TUJUAN DAN ASESMEN YANG SESUAI Dalam penyimpulan, ketika disediakan sehimpunan atau serangkaian contoh atau kejadian, seorang siswa menemukan sebuah konsep atau prinsip yang menjelaskannya. Misalnya, dalam pembelajaran bahasa Indonesia, sebuah contoh tujuannya ialah siswa dapat menyimpulkan konsep-konsep tata bahasa dari contoh-contoh yang tersedia. Untuk asesmennya, seorang siswa diberi beberapa kata yang didahului oleh di atau ke, seperti di makam, dimakamkan, ke makam, orang ke dua, kedua orang itu, di pangkuan, dipangku; kemudian diminta merumuskan konsep-konsep yang relevan untuk masing-masing di dan ke tersebut. Dalam matematika, salah satu tujuannya adalah agar siswa dapat menyimpulkan perhubungan yang diungkapkan sebagai sebuah persamaan yang mewakili beberapa observasi dari nilai-nilai untuk dua variabel. Sebuah item asesmennya meminta seorang siswa mendekripsikan perhubungan sebagai sebuah persamaan yang melibatkan x dan y untuk situasi-situasi dalam mana jika x adalah 1, maka y adalah 0; jika x adalah 2, maka y adalah 3; dan jika x adalah 3, maka y adalah 8. FORMAT ASESMEN Tiga tugas umum yang mempersyaratkan penyimpulan (sering disertai dengan pengimplementasian) adalah tugas-tugas melengkapi, tugastugas analogi, dan tugas-tugas keanehan. Dalam tugas melengkapi, seorang siswa diberi serangkaian item dan harus menentukan apa yang akan muncul berikutnya, seperti dalam rangkaian bilangan-bilangan di atas. Dalam tugas analogi, seorang siswa diberi sebuah analogi dengan bentuk A adalah analogi dengan B seperti C ke D, seperti “bangsa” adalah dengan “presiden” seperti “provinsi” adalah dengan _________________. Tugas siswa adalah memproduksi atau memilih sebuah istilah yang sesuai untuk bagian yang rumpang dan menuliskan analoginya (seperti “gubernur”). Dalam tugas keanehan, seorang siswa diberi tiga atau lebih item dan harus menentukan yang mana yang tidak termasuk. Misalnya, seorang siswa dapat diberi tiga masalah fisika, yang dua melibatkan sebuah prinsip dan yang lainnya melibatkan prinsip yang berbeda. Agar semata-mata fokus pada proses penyimpulan, pertanyaan dalam masing-masing tugas asesmen dapat agar siswa menyatakan konsep atau prinsip yang mendasari yang siswa gunakan untuk memperoleh jawaban yang benar. 2.6 MEMBANDINGKAN (C2.6)
84
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 2
Keterampilan Berpikir
Pembandingan melibatkan pendeteksian kesamaan dan perbedaan antara dua atau lebih benda, kejadian, ide, masalah, atau situasi, seperti penentuan bagaimana sebuah kejadian yang terkenal (yakni, skandal politik yang baru terjadi) adalah mirip sebuah kejadian yang kurang terkenal (yakni, skandal politik dalam sejarah). Pembandingan mencakup penemuan unsur-unsur dan pola-pola dalam sebuah objek, kejadian, atau ide yang memiliki kesesuaian dengan unsur-unsur dan polapola dalam objek, kejadian, atau ide lainnya. Ketika digunakan bersamaan dengan penyimpulan (yakni, pertama, mengabstraksi sebuah prinsip dari situasi yang lebih dikenali) dan pengimplementasian (yakni, kedua, menerapkan prinsip tersebut pada situasi yang kurang dikenali), pembandingan dapat kontributif pada penalaran dengan analogi. Istilah-istilah alternatifnya adalah peng-kontras-an, pemadanan, dan pemetaan. CONTOH TUJUAN DAN ASESMEN YANG SESUAI Dalam pembandingan, ketika disediakan informasi baru, seorang siswa mendeteksi kesesuaian-kesesuaiannya dengan pengetahuan yang lebih diakrabi. Misalnya, dalam IPS, sebuah tujuannya ialah agar siswa memahami kejadian-kejadian historis dengan membandingkan mereka dengan situasi-situasi yang akrab. Sebuah pertanyaan asesmennya yang sesuai adalah “Bagaimana Revolusi Amerika seperti suatu pertengkaran keluarga atau suatu perdebatan antarteman?” Dalam IPA, sebuah contoh tujuannya agar siswa belajar membandingkan sebuah sirkuit elektirk dengan sebuah sistem yang lebih akrab. Dalam asesmennya, kita bertanya “Bagaimana sebuah sirkuit elektrik seperti air yang mengalir melalui sebuah pipa?” Pembandingan dapat juga melibatkan penentuan korespondensi antara dua atau lebih objek, kejadian, atau ide yang tersaji. Dalam matematika, sebuah contoh tujuannya ialah agar siswa belajar membandingkan masalah-masalah kata yang sama secara struktural. Sebuah pertanyaan asesmennya yang sesuai meminta seorang siswa mengatakan bagaimana sebuah masalah campuran tertentu mirip sebuah masalah kerja tertentu. FORMAT ASESMEN Sebuah teknik utama untuk meng-ases proses kognitif pembandingan adalah pemetaan. Dalam pemetaan, seorang siswa harus mempertunjukkan bagaimana masing-masing bagian dari sebuah objek, ide, masalah, atau situasi berkesesuaian dengan masing-masing bagian dari objek lainnya. Misalnya, seorang siswa dapat diminta merinsi bagaimana batere, kabel, dan resistor dalam sebuah sirkuit elektrik adalah seperti pompa, pipa, dan konstruksi pipa dalam sebuah sistem aliran air, begitu juga sebaliknya.
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
85
UNIT 2
Keterampilan Berpikir
2.7 MENGEKSPLANASI/MENJELASKAN (C2.7) Pengeksplanasian terjadi ketika seorang siswa mampu mengkonstruksi dan menggunakan sebuah model sebab-akibat dari sebuah sistem. Modelnya dapat diturunkan dari sebuah teori formal (sebagaimana sering dilakukan dalam IPA) atau dapat dibangun dari bawah (grounded) berdasarkan riset atau pengalaman (sebagaimana sering dilakukan dalam sains sosial dan humaniora). Sebuah eksplanasi yang lengkap melibatkan pengkonstruksian sebuah model sebabakibat, mengikutsertakan masing-masing bagian utama dalam sebuah sistem atau masing-masing kejadian utama dalam suatu rangkaian mata-rantai, dan menggunakan model ini ini untuk menentukan bagaimana sebuah perubahan atau sebuah “link” dalam rantai itu mempengaruhi sebuah perubahan pada bagian lainnya. Sebuah istilah alternatifnya adalah pengkonstruksian sebuah model. CONTOH TUJUAN DAN ASESMEN YANG SESUAI Dalam pengeksplanasian, ketika diberi sebuah deskripsi tentang sebuah sistem, seorang siswa mengembangkan dan menggunakan sebuah model sebab-akibat tentang sistem tersebut. Misalnya, dalam IPS, sebuah tujuannya adalah agar siswa dapat mengeksplanasi sebab-sebab dari kejadian-kejadian historis yang penting dalam abad ke-18. Sebagai sebuah asesmennya, setelah membaca dan diskusi sebuah unit tentang sejarah Indonesia, siswa diminta mengkonstruksi sebuah rantai sebabakibat dari kejadian-kejadian yang menjelaskan dengan sebaik-baiknya mengapa perang terjadi. Dalam IPA, sebuah tujuannya adalah agar siswa dapat mengeksplanasi bagaimana hukum-hukum dasar fisika bekerja. Asesmennya yang sesuai meminta siswa yang telah mempelajari hukum Ohn untuk mengeksplanasi apa yang terjadi pada tingkat arus ketika sebuah batere ke dua ditambahkan pada sebuah sirkuit, atau meminta para siswa yang sudah menyaksikan sebuah video tentang badai kilat untuk mengeksplanasi bagaimana perbedaan-perbedaan temperatur mempengaruhi pembentukan kilat. FORMAT ASESMEN Beberapa tugas dapat ditujukan untuk peng-ases-an kemampuan siswa mengeksplanasi, termasuk penalaran, pemecahan masalah, perancangan-ulang, dan pemrediksian. Dalam tugas-tugas penalaran, seorang siswa diminta untuk memberikan sebuah penalaran tentang sebuah kejadian yang ada. Misalnya, “Mengapa udara memasuki sebuah pompa ban sepeda ketika anda menarik pegangannya?” Dalam kasus ini, sebuah jawaban seperti “Ia terdorong kedalam karena tekanan udara adalah rendah di dalam pompa ketimbang di luar” melibatkan penemuan sebuah prinsip yang menjelaskan sebuah kejadian yang ada. Dalam pemecahan masalah, seorang siswa diminta mendiagnosis kesalahan apa yang sudah terjadi dalam sebuah sistem yang malafungsi. Misalnya, “Andaikan anda menarik dan menekan pegangan sebuah pompa ban sepeda beberapa kali tetapi
86
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 2
Keterampilan Berpikir
tidak ada udara yang keluar. Apa yang salah?” Dalam kasus ini, siswa harus menemukan sebuah eksplanasi untuk malafungsi tersebut, seperti “Silinder pompanya bolong” atau “Sebuah katup macet dalam posisi terbuka.” Dalam perancangan-ulang, seorang siswa diminta mengubah suatu sistem untuk mencapai suatu tujuan. Misalnya, “Bagaimana anda dapat meningkatkan sebuah pompa ban sepeda agar ia menjadi lebih efisien?” Untuk menjawab pertanyaan ini, seorang siswa harus membayangkan perubahan sebuah atau lebih komponen dalam suatu sistem, seperti “Memberi pelumas antara piston dan silinder”. Dalam pemrediksian, seorang siswa ditanya bagaimana sebuah perubahan dalam sebuah bagian sistem akan mempengaruhi sebuah perubahan dalam bagian lainnya dari sistem tersebut. Misalnya, “Apa yang akan terjadi jika anda meningkatkan diameter silinder dari pompa ban sepeda?” Pertanyaan ini mempersyaratkan siswa “mengoperasikan” model mental pompa untuk melihat bahwa jumlah udara yang bergerak melalui pompa dapat ditingkatkan melalui peningkatan diameter silindernya.
3. MENGAPLIKASIKAN/MENERAPKAN (C3) Menerapkan melibatkan penggunaan prosedur untuk melaksanakan kegiatan (praktik, latihan) atau memecahkan masalah. Dengan demikian, Menerapkan terkait erat dengan Pengetahuan Prosedural. Sebuah kegiatan adalah sebuah tugas yang prosedurnya sudah diketahui siswa penggunaannya, karena itu siswa sudah mengembangkan suatu pendekatan yang terutinkan untuk tugas tersebut. Sebuah masalah adalah sebuah tugas yang prosedurnya pada awalnya siswa tidak diketahui siswa penggunaannya, maka siswa harus mengupayakan sebuah prosedur untuk memecahkan masalah itu. Kategori Menerapkan terdiri atas dua proses kognitif: pengeksekusian—ketika tugasnya adalah sebuah kegiatan (sudah akrab)—dan pengimplementasian—ketika tugasnya adalah sebuah masalah (tidak akrab). Ketika tugasnya adalah sebuah kegiatan yang sudah diakrabi, para siswa umumnya tahu prosedur apa yang harus digunakan. Ketika diberi sebuah kegiatan (atau sehimpunan kegiatan), para siswa khasnya melaksanakan prosedurnya dengan kurang berpikir. Misalnya, seorang siswa yang belajar aljabar dihadapkan dengan kegiatan ke-50 yang melibatkan persamaan-persamaan kuadrat dapat langsung mengerti dan menyelesaikan tugasnya. Ketika tugasnya adalah sebuah masalah yang tidak akrab atau masih asing, bagaimanapun, para siswa harus menentukan pengetahuan apa yang akan mereka gunakan. Jika tugasnya tampak menuntut Pengetahuan prosedural dan tidak ada
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
87
UNIT 2
Keterampilan Berpikir
prosedur yang tersedia yang cocok dengan situasi masalah secara eksak, maka modifikasi-modifikasi dalam Pengetahuan prosedural dapat menjadi niscaya. Berbeda halnya dengan pengeksekusian, maka, pengimplementasian mempersyaratkan suatu derajad pemahaman tentang masalah juga prosedur solusinya. Dalam kasus pengimplementasian, maka, memahami pengetahuan konseptual adalah sebuah prasyarat untuk mampu menerapkan pengetahuan prosedural. 3.1 MENGEKSEKUSI (C3.1) Dalam pengeksekusian, seorang siswa melaksanakan secara rutin suatu prosedur ketika dihadapkan dengan sebuah tugas akrab (yakni, kegiatan, praktik, latihan). Keakaraban akan situasinya sering menyediakan isyarat yang cukup untuk memandu pilihan tentang prosedur tepat yang akan digunakan. Pengeksekusian lebih sering terkait dengan penggunaan keterampilan-keterampilan dan algoritme-algoritme (prosedur pemecahan masalah) ketimbang dengan teknikteknik dan metode-metode (lihat pembahasan tentang Pengetahuan prosedural di atas). Keterampilan dan algoritme memiliki dua kualitas yang membuat mereka secara khusus memudahkan untuk melakukan eksekusi. Pertama, mereka terdiri atas seruntunan langkah yang umumnya diikuti dalam sebuah tatanan yang tetap. Kedua, ketika langkah-langkahnya dilaksanakan secara tepat, hasil akhirnya adalah sebuah jawaban yang pratentu (predetermined). Sebuah istilah alternatif untuk pengeksekusian adalah pelaksanaan (carrying out). CONTOH TUJUAN DAN ASESMEN YANG SESUAI Dalam pengeksekusian, seorang siswa dihadapkan dengan suatu tugas akrab dan mengetahui apa yang akan dilakukan dalam rangka menyelesaikannya. Siswa langsung melaksanakan sebuah prosedur yang sudah diketahui untuk menyelesaikan tugas. Misalnya, sebuah contoh tujuannya dalam matematika tingkat dasar ialah agar siswa belajar membagi sebuah bilangan bulat dengan bilangan lainnya, keduanya bilangan banyak digit. Petunjuk “membagi” menunjukkan algoritme pembagian, yang niscayanya adalah Pengetahuan prosedural. Meng-ases tujuan ini, seorang siswa diberi sebuah LKS yang memiliki latihanlatihan pembagian 15 bilangan bulat (yakni, 784/15) dan diminta menemukan hasilnya. Dalam IPA, sebuah contoh tujuannya dapat berupa agar siswa belajar menghitung nilai dari variabel-variabel dengan menggunakan formula-formula saintifik. Untuk meng-ases tujuan ini, seorang siswa diberi formula Berat Jenis = Massa/Volum dan harus menjawab pertanyaan “Berapa berat jenis sebuah materi dengan massa 9 kilo gram dan volum 9 inci kubik?” FORMAT ASESMEN Dalam pengeksekusian, seorang siswa diberi sebuah tugas akrab yang dapat dikerjakan dengan menggunakan sebuah prosedur yang
88
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 2
Keterampilan Berpikir
sudah dikenali dengan baik. Misalnya, sebuah tugas eksekusi adalah “Pecahkan untuk x dimana x2 + 2x – 3 = 0 dengan menggunakan teknik penyelesaian kuadrat”. Para siswa dapat diminta memberi jawaban, atau jika sesuai, memilih dari sejumlah jawaban yang mungkin. Lebih jauh lagi, karena tekanannya pada prosedur sebagaimana juga pada jawabannya, para siswa dapat dipersyaratkan untuk tidak hanya menemukan jawabannya tetapi juga memperlihatkan jalannya. 3.2 MENGIMPLEMENTASI Pengimplementasian terjadi ketika seorang siswa memilih dan menggunakan sebuah prosedur untuk melaksanakan sebuah tugas tak-akrab. Karena pemilihan dipersyaratkan, para siswa harus memiliki suatu pemahaman tentang tipe masalah yang dijumpai sebagaimana juga sejumlah prosedur yang tersedia. Dengan demikian, pengimplementasian digunakan bersamaan dengan kategori-kategori proses kognitif lainnya, seperti Memahami dan Mengkreasi. Karena siswa dihadapkan dengan sebuah masalah tak-akrab, ia tidak secara langsung mengetahui prosedur yang mana yang akan digunakan. Lebih jauh lagi, tidak terdapat prosedur tunggal yang dapat “cocok sempurna” untuk masalahnya; suatu modifikasi dalam prosedur bisa jadi dibutuhkan. Pengimplementasian lebih sering terkait dengan penggunaan teknik-teknik dan metode-metode ketimbang dengan keterampilan- keterampilan dan algoritme-algoritme (lihatlah pembahasan Pengetahuan prosedural di atas). Teknik-teknik dan metode-metode memiliki dua kualitas yang membuat mereka secara khusus memudahkan pada pengimplementasian. Pertama, prosedurnya bisa jadi mirip sebuah “bagan alur” ketimbang sebuah runtunan yang tetap; yakni, prosedurnya bisa jadi memiliki “titik-titik pembuatan putusan” yang terbangun di dalamnya (yakni, setelah menyelesaikan Langkah 3, haruskah saya melakukan Langkah 4A atau Langkah 4B?). Ke dua, sering terjadi tidak adanya jawaban tetap, tunggal, yang diharapkan ketika prosedurnya diterapkan secara tepat. Ide bahwa tidak ada jawaban tunggal, tetap, khususnya berlaku untuk tujuan-tujuan yang menuntut penerapan pengetahuan konseptual seperti teori, model, dan struktur, dalam mana tidak ada prosedur yang telah dikembangkan untuk penerapannya. Perhatikan sebuah tujuan seperti “Siswa diharapkan mampu menerapkan sebuah teori psikologis sosial tentang perilaku kerumunan untuk kontrol kerumunan. Teori psikologis sosial adalah pengetahuan konseptual bukan prosedural. Ini adalah jelas sebuah tujuan Penerapan, bagaimanapun, dan tidak ada prosedur untuk melakukan penerapan. Meskipun demikian teorinya akan terstruktur dengan sangat jelas dan memandu siswa dalam melakukan penerapan, tujuan ini sudah termasuk pada sisi Menerapkan dari Mengkreasi, tetapi ia adalah Penerapan. Karena itu ia akan diklasifikasi sebagai pengimplementasian. Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
89
UNIT 2
Keterampilan Berpikir
Untuk memahami mengapa demikian halnya, pikirkanlah kategori Menerapkan sebagai terstruktur sepanjang sebuah malar (continuum). Malar ini dimulai dengan eksekusi, yang sempit, sangat terstruktur, dalam mana Pengetahuan prosedural yang sudah diketahui diterapkan hampir secara rutin. Malar ini bergerak ke pengimplementasian, yang lebar, sangat tak-terstruktur, dalam mana, pada awalnya, prosedurnya harus dipilih agar cocok dengan sebuah situasi baru. Di tengahnya, , prosedurnya bisa jadi harus dimodifikasi dalam rangka pengimplementasiannya. Di ujungnya yang jauh, pengimplementasian, dalam mana tidak terdapat Pengetahuan prosedural untuk dimodifikasi, sebuah prosedur harus dimanufaktur dari Pengetahuan konseptual dengan menggunakan teori, model, atau struktur sebagai sebuah pemandu. Maka, meskipun Penerapan adalah terkait erat dengan Pengetahuan prosedural, dan kaitan ini terdapat pada hampir semua kategori Menerapkan, terdapat sejumlah kejadian dalam pengimplementasian orang juga menerapkan Pengetahuan konseptual. Sebuah istilah alternatif untuk pengimplementasian adalah penggunaan. CONTOH TUJUAN DAN ASESMEN YANG SESUAI Dalam matekatika, sebuah contoh tujuannya adalah agar siswa dapat belajar memecahkan sejumlah masalah keuangan pribadi. Asesmennya yang sesuai adalah dengan menyajikan kepada para siswa sebuah masalah dalam mana mereka harus memilih paket pendanaan yang paling ekonomis untuk sebuah mobil baru. Dalam IPA, sebuah contoh tujuannya adalah agar siswa belajar menggunakan metode yang paling efektif, efisien, dan terjangkau untuk melaksanakan sebuah studi riset mengenai sebuah pertanyaan riset spesifik. Asesmennya yang sesuai adalah memberi para siswa sebuah pertanyaan riset dan meminta mereka mengusulkan sebuah studi riset yang memenuhi kriteria yang sudah ditentukan mengenai efektivitas, efisiensi, dan keterjangkauan. Perhatikanlah bahwa dalam kedua pernyataan tugas ini, siswa harus tidak hanya menerapkan sebuah prosedur (yakni, terlibat dalam pengimplementasian) tetapi juga menyandarkan diri pada pemahaman konseptual tentang masalah, prosedur, atau keduanya. FORMAT ASESMEN Dalam pengimplementasian, seorang siswa diberi sebuah masalah tak-akrab yang harus dipecahkan. Dengan demikian, banyak format asesmen dimulai dengan spesifikasi (perincian ketentuan) masalah. Para siswa diminta menentukan prosedur yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah itu, memecahkan masalah menggunakan prosedur terpilih (melakukan modifikasi jika diperlukan), atau biasanya keduanya. 4. MENGANALISIS (C4) Analisis melibatkan penguraian material menjadi bagian-bagian yang membentuknya dan menetukan bagaimana bagian-bagian berhubungan antara yang satu dengan
90
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 2
Keterampilan Berpikir
yang lainnya dan dengan suatu struktur keseluruhannya. Kategori proses ini mencakup proses-proses kognitif pembeda-bedaan, pengorganisasian, dan pengatribusian. Tujuan-tujuan yang diklasifikasikan sebagai Menganalisis mencakup belajar untuk menentukan keping-keping dari sebuah pesan yang penting atau relevan (membeda-bedakan), cara-cara bagaimana keping-keping sebuah pesan itu di organisasi (mengorganisasikan), dan tujuan yang mendasari dari suatu pesan (mengatribusi). Meskipun belajar Menganalisis dapat dipandang sebagai sebuah tujuan itu sendiri, lebih mungkin adanya untuk dipertahankan secara pedagogis untuk menganggap analisis sebagai suatu perluasan dari Memahami atau sebagai suatu penduluan untuk Mengevaluasi atau Mengkreasi. Peningkatan keterampilan-keterampilan siswa dalam penganalisisan informasiinformasi kependidikan adalah sebuah tujuan dalam banyak lapangan studi. Guruguru IPA, IPS, humaniora, dan seni sering memberi “pembelajaran untuk menganalisis” sebagai salah satu tujuan yang penting. Tujuan-tujuan ini, misalnya, ingin mengembangkan kemampuan siswa untuk: membedakan fakta dari pendapat (atau realitas dari fantasi); menghubungkan simpulan-simpulan dengan pernyataan-pernyataan pendukung; membedakan material relevan dengan material yang hubungannya taklangsung; menentukan bagaimana ide-ide berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya; menegaskan asumsi-asumsi yang tidak dinyatakan yang terlibat dalam apa yang dikatakan; membedakan ide-ide atau tema-tema dominan dari ide-ide bawahan dalam puisi atau musik; dan menemukan evidensi yang mendukung tujuan-tujuan si penulis. Kategori proses-proses Memahami, Menganalisis, dan Mengevaluasi adalah saling berkaitan dan sering digunakan berulang dalam pelaksanaan tugas-tugas kognitif. Bagaimanapun, pada saat yang sama, penting adanya untuk mempertahan mereka sebagai kategori-kategori proses yang terpisah-pisah. Seseorang yang memahami suatu informasi bisa jadi tidak mampu menganalisisnya dengan baik. Sama halnya, seseorang yang terampil dalam penganalisisan suatu informasi bisa jadi menilainya secara buruk. 4.1 MEMBEDA-BEDAKAN (C4.1) Membeda-bedakan melibatkan pembeda-bedaan bagian-bagian dari sebuah struktur keseluruhan dalam kaitan relevansi atau penting-tidaknya mereka.
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
91
UNIT 2
Keterampilan Berpikir
Membeda-bedakan terjadi ketika seorang siswa memisah-misahkan informasi yang relevan dan yang tak-relevan, atau informasi penting dan yang tak-penting, dan kemudian memperhatikan informasi yang relevan atau penting. Membeda-bedakan adalah berbeda dari proses-proses kognitif yang terkait dengan Memahami karena ia melibatkan organisasi struktural dan, khususnya, melibatkan penentuan bagaimana bagian-bagian berkesesuaian dengan struktur keseluruhan atau keseluruhan. Secara lebih spesifilknya, pembeda-bedaan berbeda dari pembandingan dalam penggunaan konteks yang lebih luas untuk menentukan apa yang relevan atau penting dan apa yang tidak penting atau tidak relevan. Misalnya, dalam pembeda-bedaan apel-apel dan jeruk-jeruk dalam konteks buah-buahan, biji internal adalah relevan, tetapi warna dan bentuk adalah tak-relevan. Dalam pembandingan, semua aspek ini (biji, warna, dan bentuk) adalah relevan. Istilahistilah alternatif untuk membeda-bedakan adalah mendiskriminasi, memilih, dan memusatkan perhatian. CONTOH TUJUAN DAN ASESMEN YANG SESUAI Dalam IPS, sebuah tujuannya adalah agar siswa dapat belajar menentukan butir-butir utama dalam laporan riset. Sebuah item asesmennya yang sesuai mempersyaratkan seorang siswa melingkari butir-butir utama dalam sebuah laporan arkeologi tentang sebuah kota suku Maya purba (seperti kapan sebuah kota dimulai dan kapan berakhir, penduduk kota selama perjalanan kota itu, lokasi geografis kota, gedung-gedung dalam kota, fungsi ekonomi dan budaya, organisasi sosial kota, mengapa kota dibangun dan mengapa ditinggalkan penduduknya). Sama halnya, dalam IPA, sebuah tujuannya agar siswa dapat memilih langkahlangkah utama dalam sebuah deskripsi tertulis tentang bagaimana sesuatu bekerja. Sebuan item asesmennya meminta seorang siswa membaca sebuah bab dalam sebuah buku yang mendeskripsikan pembentukan petir dan kemudian memilah prosesnya menjadi langkah-langkah utama (mencakup peningkatan udara lembab hingga membentuk awan, penciptaan updrafts dan downdrafts di dalam awan, dan seterusnya). Yang terakhir, dalam matematika, sebuah tujuannya agar siswa dapat membedakan bilangan-bilangan matematika dalam sebuah masalah kata. Sebuah item asesmennya mempersyaratkan seorang siswa melingkari bilangan-bilangan relevan dan memberi tanda silang bilangan-bilangan tak-relevan dalam sebuah masalah kata. FORMAT ASESMEN Pembeda-bedaan dapat di-ases dengan tugas-tugas terkonstruksi atau terpilih. Dalam sebuah tugas respon terkonstruksi, seorang siswa diberi suatu material dan diminta menunjukkan bagian-bagian mana yang sangat penting atau relevan, seperti dalam contoh ini: “Tuliskan bilangan-bilangan
92
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 2
Keterampilan Berpikir
yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah ini: Sejumlah Pinsil dalam kotak yang masing-masing berisi 12 pinsil dan harganya masing-masing kotak adalah Rp. 2.000,00. Andi punya uang Rp. 5.000,00 dan ingin membeli 24 pinsil. Berapa kotak yang harus ia beli?” Dalah sebuah tugas pilihan, seorang siswa diberi suatu material dan diminta memilih bagian mana yang paling penting atau relevan, seperti dalam contoh: “Bilangan-bilangan yang mana yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah ini? Pensil-pensil dalam kotak yang berisi 12 pinsil dan harganya per kotak Rp. 2.000,00. Andi memiliki Rp. 5.000,00 dan ingin membeli 24 pinsil. Berapa kotak yang harus ia beli? (a) 2 kotak, (b) 1 kotak, (c) 3 kotak, (d) 2 ½ kotak. 4.2 MENGORGANISASI (C4.2) Mengorganisasi melibatkan pengidentifikasian unsur-unsur informasi atau situasi dan mengenali bagaimana mereka secara bersamaan membentuk sebuah struktur yang koheren. Dalam pengorganisasian, seorang siswa membangun hubungan-hubungan sistematik dan koheren di antara keping-keping informasi yang tersaji. Pengorganisasian biasanya terjadi bersamaan dengan pembeda-bedaan. Siswa pertama-tama mengidentifikasi unsur-unsur relevan atau penting dan kemudian menentukan struktur keseluruhannya. Pengorganisasian dapat juga terjadi bersamaan dengan pengatribusian, dalam mana fokusnya adalah penentuan maksud atau sudut pandang si penulis. Istilah-istilah alternatif untuk pengorganisasian adalah penstrukturan, pengintegrasian, penemuan koherensi, penyusunan kerangka-pikir (outlining), dan parsing (penguraian sebuah kalimat menjadi bagian-bagian gramatiikalnya seperti subjek, predikat, dan seterusnya). CONTOH TUJUAN DAN ASESMENNYA YANG SESUAI Dalam pengorganisasian, ketika diberi sebuah deskripsi tentang sebuah situasi atau masalah, seorang siswa mampu mengidentifikasi sistematika, perhubunganperhubungan koheren antarunsur yang relevan. Sebuah contoh tujuannya dalam IPS adalah agar siswa dapat belajar membuat struktur sebuah deskripsi historis yang terbentuk oleh bukti-bukti yang mendukung sebuah eksplanasi tertentu. Sebuah item asesmennya yang sesuai meminta seorang siswa menulis sebuah kerangka-pikir yang memperlihatkan fakta-fakta yang mana dalam sebuah bacaan tentang sejarah Reformasi Indonesia tahun 1998 yang mendukung dan yang mana yang tidak mendukung simpulan bahwa Reformasi itu disebabkan oleh sentralisasi kekuasaan pada sebuah partai berkuasa, pada eksekutif, dan pada pemerintahan pusat. Sebuah contoh tujuannya dalam IPA ialah agar siswa dapat belajar menganalisis laporan-laporan riset dalam kaitannya dengan empat bagian: hipotesis, Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
93
UNIT 2
Keterampilan Berpikir
metode, data, dan simpulan. Sebagai sebuah asesmen, para siswa diminta memproduksi sebuah kerangka-pikir dari sebuah laporan riset yang disajikan. Dalam matematika, sebuah contoh tujuannya adalah agar siswa belajar menyusun kerangka-pikir pelajaran-pelajaran dari buku ajar. Sebuah tugas asesmennya yang sesuai meminta seorang siswa membaca sebuah pelajaran dari buku ajar tentang statistika dasar dan kemudian menciptakan sebuah matriks yang mengikutsertakan nama statistik, formula, dan persyaratan penggunaannya. FORMAT ASESMEN Pengorganisasian melibatkan pemberlakuan sebuah struktur pada material (seperti kerangka-pikir, tabel, matriks, atau diagram hirarkhis). Dengan demikian asesmennya dapat didasarkan pada tugas-tugas terkonstruksi atau pemilihan. Dalam sebuah tugas respon terkonstruksi, seorang siswa dapat diminta memproduksi sebuah kerangka-pikir tertulis tentang sebuah bacaan. Dalam sebuah tugas respon pemilihan, seorang siswa dapat diminta untuk memilih empat alternatif hierarkhi-hierarkhi grafis yang sangat sesuai dengan organisasi dari sebuah bacaan yang tersaji. 4.3 MENGATRIBUSI (C4.3) Pengatribusian terjadi ketika seorang siswa mampu menentukan sudut pandang, bias, nilai-nilai, atau maksud-maksud yang mendasari suatu komunikasi atau informasi. Pengatribusian melibatkan sebuah proses dekonstruksi, dalam mana seorang siswa menentukan maksud-maksud dari si penulis dari material yang disajikan. Berbeda halnya dengan penginterpretasian, dalam mana siswa berupaya untuk Memahami makna dari material yang tersaji, pengatribusian melibatkan suatu pemerluasan melampaui pemahaman dasar untuk menyimpulkan maksud atau sudut pandang yang mendasari material yang tersaji. Misalnya, dalam membaca sebuah bacaan tentang perang DI/TII dalam sejarah Perang Saudara Indonesia, seorang siswa perlu menentukan apakah si pengarang mengadopsi sudut pandang nasionalis atau sudut pandang sebuah kelompok muslim yang berkembang di Indonesia pada waktu itu. Istilah alternatifnya adalah dekonstruksi. CONTOH TUJUAN DAN ASESMENNYA YANG SESUAI Dalam pengatribusian, ketika diberi informasi, seorang siswa mampu menentukan sudut pandang atau maksud yang mendasari dari si penulis. Misalnya, dalam pelajaran sastra, sebuah tujuannya adalah agar siswa dapat belajar menentukan motif-motif dari serangkaian tindakan oleh tokoh-tokoh dalam sebuah cerita. Sebuah tugas asesmennya yang sesuai adalah setelah membaca Macbeth dari Shakespeare siswa ditanya apa motif (motif-motif) yang Shakespeare atribusi-kan kepada Macbeth untuk membunuh King Duncan. Dalam IPS, sebuah contoh tujuannya agar siswa dapat belajar menentukan sudut pandang si penulis sebuah esai tentang sebuah
94
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 2
Keterampilan Berpikir
topik kontroversial dalam kaitan perspektif teoritisnya. Sebuah tugas asesmennya yang sesuai bertanya kepada siswa apakah sebuah laporan tentang hutan hujan Amazon ditulis dari sudut pandang seorang pro-lingkungan atau seorang probisnis. Tujuan ini juga berlaku untuk IPA. Sebuah tugas asesmennya meminta seorang siswa menentukan apakah behavioris atau psikologiwan kognitif yang menulis sebuah esai tentang pembelajaran. FORMAT ASESMEN Pengatribusian dapat di-ases dengan menyajikan suatu material tertulis atau lisan dan kemudian meminta seorang siswa untuk mengkonstruksi atau memilih sebuah deskripsi sudut pandang, maksud, dan yang sejenis dari si penulis atau si pembicara. Misalnya, sebuah tugas respon terkonstruksi adalah “Apa tujuan si penulis dalam menulis esai yang anda baca tentang hutan hujan Amazon?” Sebuah seleksi pemilihan dari tugas ini adalah “Tujuan si penulis menulis esai yang anda baca adalah: (a) menyediakan informasi faktual tentang hutan hujan Amazon, (b) membuat pembaca waspada akan pentingnya melindungi hutan hujan, (c) mendemonstrasikan keuntungankeuntungan ekonomis dari pengembangan hutan hujan, atau (d) mendeskripsikan konsekuensi-konsekuensi bagi manusia jika hutan hujan dikembangkan”. Alternatifnya, siswa dapat diminta untuk menunjukkan apakah si penulis esai akan (a) sangat setuju, (b) setuju, (c) tidak setuju juga tidak tidak-setuju, (d) tidak setuju, atau (e) sangat tidak setuju karena beberapa pernyataan. Pernyataanpernyataannya seperti “Hutan hujan adalah sebuah tipe unik dari sistem ekologis”.
5.
MENGEVALUASI (C5) Mengevaluasi didefinisikan sebagai pembuatan judgements (putusan, pertimbangan) didasarkan atas kriteria atau standar. Kriteria yang sangat sering digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi. Kriteria ini bisa jadi ditentukan oleh siswa atau oleh orang lain. Standar bisa jadi kuantitatif (yakni, Apakah ini suatu jumlah yang cukup?) atau kualitatif (yakni, Apakah ini cukup baik?). Standar diberlakukan untuk kriteria (yakni, Adakah proses ini cukup efektif? Adakah produk ini memiliki kualitas cukup?). Kategori Mengevaluasi mencakup proses-proses kognitif pengecekan (putusan/pertimbangan tentang konsistensi internal) dan pengritrikan (putusan/pertimbangan yang didasarkan atas kriteria eksternal). Hendaknya ditekankan bahwa tidak semua putusan/pertimbangan adalah evaluatif. Misalnya, misalnya siswa-siswa membuat putusan/pertimbangan tentang apakah sebuah contoh khusus sesuai dengan sebuah kategori. Mereka membuat putusan/pertimbangan tentang ketepatan dari sebuah prosedur tertentu untuk
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
95
UNIT 2
Keterampilan Berpikir
sebuah masalah khusus. Mereka membuat putusan/pertimbangan tentang apakah dua benda adalah sama atau berbeda. Faktanya, banyak proses kognitif mempersyaratkan suatu bentuk pembuatan putusan/pertimbangan. Apa yang paling jelas membedakan Mengevaluasi sebagaimana didefinisikan di sini putusan/pertimbangan lainnya yang dilakukan para siswa adalah penggunaan standar kinerja dengan kriteria yang didefnisikan dengan jelas. Adakah mesin ini bekerja seefisien yang seharusnya? Adakah metode ini adalah cara terbaik untuk mencapai tujuan? Adakah pendekatan ini lebih efektif biaya ketimbang pendekatan lainnya? Pertanyaan-pertanyaan yang demikian ini dihadapi oleh orang-orang yang terlibat dalam Mengevaluasi. 5.1 MENGECEK (C5.1) Pengecekan melibatkan pengetesan inkonsistensi atau kesalahan internal dalam sebuah operasi atau sebuah produk. Misalnya, pengecekan terjadi ketika seorang siswa mengetes apakah sebuah simpulan itu sebagai keharusan dari premis-premisnya, apakah data mendukung atau mendiskonfirmasi sebuah hipotesis, atau apakah material yang tersaji berisi bagian-bagian yang kontradiktif antara yang satu dengan yang lainnya. Ketika dikombinasikan dengan merencanakan (sebuah proses kognitif dalam kategori Mengkreasi) dan mengimplementasikan (sebuah proses kognitif dalam kategori Menerapkan), pengecekan melibatkan penentuan seberapa baik suatu rencana berjalan. Istilah-istilah alternatifnya adalah pengetesan, pendeteksian, pemantauan, dan pengkoordinasian. CONTOH TUJUAN DAN ASESMENNYA YANG SESUAI Dalam pengecekan, para siswa mencari inkonsistensi internal. Sebuah contoh tujuan dalam IPS misalnya agar siswa dapat belajar mendeteksi inkonsistensi-inkonsistensi dalam pesan-pesan persuasif. Sebuah tugas asesmennya yang sesuai meminta siswa menyaksikan sebuah iklan televisi untuk seorang kandidat politik dan menunjukkan cacat-cacat logis dalam pesan persuasifnya. Sebuah contoh tujuan dalam IPA adalah agar siswa dapat belajar menentukan apakah simpulan seorang ilmuwan dihasilkan dari data yang diobservasi. Sebuah tugas asesmennya meminta seorang siswa membaca sebuah laporan tentang eksperimentasi kimia dan menentukan apakah simpulannya berdasarkan hasil-hasil eksperimen atau tidak. FORMAT ASESMEN Tugas-tugas pengecekan dapat melibatkan operasioperasi atau produk-produk yang disajikan kepada para siswa atau sesuatu yang diciptakan oleh siswa sendiri. Pengecekan dapat juga terjadi dalam konteks pelaksanaan sebuah solusi untuk sebuah masalah atau pelaksanaan sebuah tugas, dimana terdapat kepentingan untuk menjaga konsistensi dari implementasi aktual.
96
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 2
Keterampilan Berpikir
5.2 MENGERITIK (C5.2) Mengeritik melibatkan pembuatan putusan/pertimbangan tentang sebuah produk atau operasi didasarkan atas kriteria atau standar eksternal. Dalam pengeritikan, seorang siswa mencatat ciri-ciri positif dan negatif dari sebuah produk dan membuat sebuah putusan/pertimbangan didasarkan atas sekurangkurangnya sebagian dari ciri-ciri tersebut. Pengeritikan terletak di inti dari apa yang disebut berpikir kritis. Sebuah contoh pengeritikan adalah pembuatan putusan/pertimbangan mengenai manfaat-manfaat dari sebuah solusi tertentu untuk masalah hujan asam dalam kaitannya dengan kemungkinan efektivitasnya dan kaitannya dengan biaya (yakni, mempersyaratkan semua pabrik energi di seluruh negara untuk membatasi emisi pipa asap mereka hingga ke suatu batas). Istilah alternatif untuk pengertikan adalah judging (pemberian putusan/pertimbangan). CONTOH TUJUAN DAN ASESMENNYA YANG SESUAI Dalam mengeritik, para siswa membuat putusan/pertimbangan mengenai manfaat-manfaat sebuah produk atau operasi didasarkan atas kriteria atau standar khusus atau yang ditentukan siswa. Dalam IPS, tujuannya misalnya agar siswa dapat belajar mengevaluasi sebuah solusi yang diusulkan (seperti “menghapuskan pemberian nilai”) pada sebuah masalah sosial (seperti “bagaimana meningkatkan pendidikan jenjang kelas 12)” dalam kaitan dengan kemungkinan efektivitasnya. Dalam IPA, sebuah tujuannya agar siswa dapat belajar mengevaluasi kemasukakalan sebuah hipotesis (seperti hipotesis bahwa straeberi tumbuh dengan ukuran luar biasa karena penyatuan bintang-bintang secara luar biasa). Yang terakhir, dalam matematika, sebuah tujuannya agar siswa dapat belajar membuat putusan/pertimbangan tentang yang mana dari dua alternatif metode yang lebih efektif dan lebih efisien untuk memecahkan masalah yang ada (seperti membuat putusan/pertimbangan apakah lebih baik menemukan semua faktor prima dari 60 atau memproduksi sebuah persamaan aljabar untuk memecahkan masalah “Apa saja cara-cara yang mungkin agar anda dapat mengalikan dua bilangan bulat untuk mendapatkan 60?”). FORMAT ASESMEN Seorang siswa dapat diminta untuk mengeritik hipotesis atau keasinya atau yang dihasilkan oleh orang lain. Kritiknya dapat didasarkan kriteria positif, negatif, atau keduanya dan menghasilkan baik konsekuensikonsekuensi positif maupun negatif. Misalnya, dalam mengeritik sebuah proposal dinas pendidikan yang menuntut belajar setahun penuh, seorang siswa akan menghasilkan konsekuensi positif seperti terhapusnya kerugian belajar akibat libur musim panas, dan konsekuensi negatifnya, seperti terganggunya libur keluarga.
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
97
UNIT 2
Keterampilan Berpikir
6. MENGKREASI (C6) Mengkreasi melibatkan menyusun unsur-unsur bersamaan untuk membentuk sebuah keseluruhan yang koheren atau fungsional. Tujuan-tujuan yang diklasifikasikan sebagai Mengkreasi menghendaki para siswa membuat sebuah produk baru dengan mereorganisasi secara mental sejumlah unsur atau bagian menjadi sebuah pola atau struktur yang sebelumnya tersaji tidak jelas. Proses yang terlibat dalam Mengkreasi umumnya terkoordinasi dengan pengalaman-pengalaman belajar siswa sebelumnya. Meskipun Mengkreasi mempersyaratkan pemikiran kreatif dari siswa, hal ini bukan ekspresi kreatif yang sepenuhnya bebas tanpa dikendalai oleh tuntutan-tuntutan tugas belajar atau situasi. Bagi sebagian orang, kreativitas adalah produksi produk-produk luar biasa, sering sebagai sebuah hasil dari suatu keterampilan istimewa. Mengkreasi, sebagaimana digunakan di sini, bagaimanapun, meskipun ia mencakup tujuan-tujuan yang menghendaki produksi unik, juga merujuk pada tujuan-tujuan yang menghendaki produksi yang semua siswa dapat dan akan lakukan. Dalam memenuhi tujuan ini, banyak siswa akan mengkreasi dalam arti memproduksi sintesis-sintesis informasi atau material mereka sendiri untuk membentuk sebuah keseluruhan yang baru, seperti dalam menulis, melukis, mengukir, membuat gedung, dan seterusnya.. Meskipun banyak tujuan dalam kategori Mengkreasi menekankan orsinalitas (atau keunikan), para pendidik harus mendefinisikan apa orisinal atau unik itu. Dapatkah istilah unik digunakan untuk mendeskripsikan karya seorang individu siswa (yakni, “Ini adalah unik untuk Andini”) atau dapatkah ia digunakan untuk sekelompok siswa (yakni, “Ini adalah unik untuk sekelompok siswa kelas V”)? Bagaimanapun, penting untuk dicatat bahwa banyak tujuan dalam kategori Mengkreasi tidak menyandarkan diri pada orsinalitas atau keunikan. Maksud guru dengan tujuantujuan ini adalah agar siswa mampu men-sintesis material menjadi sebuah keseluruhan. Sintesis ini sering dipersyaratkan dalam makalah-makalah dalam mana siswa diharapkan menyusun material yang diajarkan sebelumnya menjadi sebuah sajian yang terorganisasi. Meskipun kategori-kategori proses Memahami, Menerapkan, dan Menganalisis dapat melibatkan pendeteksian perhubungan di antara unsur-unsur, Mengkreasi adalah berbeda karena ia juga melibatkan konstruksi produk orsinil. Tidak seperti Mengkreasi, kategori-kategori lainnya melibatkan kerja dengan sehimpunan unsur yang sudah tersedia yang adalah bagian dari sebuah keseluruhan yang ada; yaitu, mereka adalah bagian dari sebuah struktur yang lebih besar yang sedang dicoba dipahami oleh siswa. Dalam Mengkreasi, pada sisi lainnya, siswa harus menggunakan unsur-unsur dari banyak sumber dan menyusun mereka menjadi
98
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 2
Keterampilan Berpikir
sebuah struktur atau pola baru berkaitan dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya. Mengkreasi menghasilkan sebuah produk baru, yaitu, sesuatu yang dapat diobservasi dan yang lebih dari material awal siswa. Sebuah tugas yang mempersyaratkan Mengkreasi memuat kemungkinan mempersyaratkan dalam batas tertentu aspek-aspek dari masing-masing kategori proses kognitif yang berada pada tingkatan sebelumnya, tetapi tidak niscaya dalam tatanan sebagaimana dalam Tabel Taksonomi. Kita tahu bahwa composition (termasuk menulis) sering, tapi tidak selalu, mempersyaratkan proses-proses kognitif yang berkaitan dengan Mengkreasi. Misalnya, Mengkreasi tidak terlibat dalam menulis yang mewakili pengingatan ideide atau interpretasi material. Kita juga tahu bahwa pemahaman mendalam yang melampaui pemahaman dasar dapat mempersyaratkan proses-proses kognitif yang berkaitan dengan Mengkreasi. Dalam hal pemahaman mendalam adalah sebuah tindakan pengkonstruksian atau insight, proses kognitif Mengkreasi adalah terlibat. Proses kreatif dapat dipecah menjadi tiga bagian: masalah penggambaran (representation), dalam mana seorang siswa berupaya memahami tugas yang dihadapi dan membangkitkan (generate) solusi-solusi yang mungkin; perencanaan solusi, dalam mana seorang siswa mengkaji kemungkinan-kemungkinannya dan menciptakan sebuah rencana yang dapat dilaksanakan; dan eksekusi solusi, dalam mana seorang siswa melaksanakan rencana itu dengan berhasil. Dengan demikian, proses kreatif dapat dipikirkan sebagai dimulai dengan sebuah tahapan banyak arah dalam mana berbagai solusi yang mungkin dikaji ketika siswa berupaya memahami tugasnya (generating, membuat solusi yang mungkin). Ini diikuti oleh sebuah tahap satu arah, dalam mana siswa merancang sebuah metode solusi dan mengalihkannya menjadi sebuah rencana tindakan (merencanakan). Terakhir, rencananya dieksekusi ketika siswa mengkonstruksi solusi (mem-produksi). Tidaklah mengherankan adanya, maka, bahwa Mengkreasi terkait dengan tiga proses kognitif: memunculkan (generating), merencanakan, dan mem-produksi. 6.1 MEMUNCULKAN (GENERATING) (C6.1) Memunculkan melibatkan menggambarkan masalah dan berupaya memiliki alternatif-alternatif atau hipotesis-hipotesis yang memenuhi kriteria tertentu. Seringkali cara sebuah masalah digambarkan pada awalnya menyarankan solusi yang mungkin; bagaimanapun, redefinisi atau dihasilkannya lagi sebuah gambaran baru dari masalah dapat menyarankan solusi-solusi yang berbeda. Ketika pemunculan melampaui batas-batas atau kendala-kendala pengetahuan sebelumnya dan teori-teori yang ada, ia melibatkan berpikir banyak arah dan membentuk inti dari apa yang disebut berpikir kreatif.
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
99
UNIT 2
Keterampilan Berpikir
Pemunculan di sini digunakan dalam sebuah arti terbatas. Memahami juga mempersyaratkan proses-proses pembangkitan, yang mencakup pen-translasi-an, pencontohan, pengikhtisaran, menyimpulan, pengklasifikasian, pembandingan, dan peng-eksplanasi-an. Bagaimanapun, tujuan Memahami adalah lebih sering satu arah (yakni, untuk mendapatkan sebuah makna tunggal). Berbeda halnya, tujuan pemunculan dalam Mengkreasi adalah banyak arah (yakni, untuk mendapatkan berbagai kemungkinan). Sebuah istilah alternatif untuk pemunculan adalah menghipotesis-kan. CONTOH TUJUAN DAN ASESMENNYA YANG SESUAI Dalam pemunculan, seorang siswa diberi sebuah deskripsi sebuah masalah dan harus memproduksi solusi-solusi alternatif. Misalnya, dalam IPS, sebuah tujuannya adalah agar siswa dapat belajar membangkitkan berbagai solusi bermanfaat yang mungkin untuk masalah-masalah sosial. Sebuah item asesmennya yang sesuai adalah: “Sarankan sebanyak yang dapat anda berikan untuk menjamin setiap orang memilki asuransi kesehatan yang memadai”. Untuk meng-ases respon siswa, guru harus mengkonstruksi sehimpunan kriteria bersama dengan siswa. Hal ini dapat mencakup jumlah alternatif, kemasukakalan berbagai alternatif, praktikalitas berbagai alternatif, dan seterusnya. Dalam IPA, sebuah tujuannya agar siswa dapat belajar memunculkan hipotesis-hipotesis untuk mengeksplanasi fenomena yang diobservasi. Sebuah tugas asesmenya yang sesuai meminta para siswa menulis sebanyak mungkin hipotesis untuk mengeksplanasi pertumbuhan strawberi hingga memiliki ukuran yang luar biasa. Lagi, guru harus membangun kriteria yang didefinisikan dengan terang untuk memutuskan/mempertimbangkan kualitas respon-respon dan menyampaikannya kepada para siswa. Terakhir, sebuah tujuan dari matematika ialah agar siswa dapat memunculkan metode-metode alternatif untuk mendapatkan sebuah hasil tertentu. Sebuah item asesmennya yang sesuai adalah: “Apa metode-metode alternatif yang dapat anda gunakan untuk menemukan berapa bilangan-bilangan bulat yang menghasilkan 60 ketika dikalikan bersamaan?” Untuk masing-masing asesmen dibutuhkan kriteria pen-skoran yang tersurat, dipahami bersama. FORMAT ASESMEN Meng-ases pemunculan khasnya melibatkan formatformat respon terkonstruksi dalam mana seorang siswa diminta memproduksi alternatif-alternatif atau hiposis-hipotesis. Dua subtipe tradisional adalah tugastugas konsekuensi dan tugas-tugas penggunaan. Dalam sebuah tugas konsekuensi, seorang siswa harus membuat daftar semua konsekuensi yang mungkin dari sebuah kejadian tertentu, seperti “Apa yang akan terjadi jika terdapat pajak penghasilan yang datar ketimbang pajak penghasilan berperingkat?” Dalam sebuah tugas penggunaan, seorang siswa harus mendaftar semua penggunaan yang mungkin dari sebuah objek, seperti “Apa saja penggunaan yang mungkin dari World
100
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 2
Keterampilan Berpikir
Wide Web?” Hampir tidak mungkin adanya menggunakan format pilihan jamak untuk meng-ases proses-proses pemunculan. 6.2 MERENCANAKAN (C6.2) Merencanakan melibatkan perancangan sebuah metode solusi yang memenuhi sebuah kriteria masalah, yakni, mengembangkan sebuah rencana untuk memecahkan masalah. Dalam merencanakan, seorang siswa dapat membuat sub-sub-tujuan, atau memecah sebuah tugas menjadi sub-sub-tugas yang akan dilaksanakan ketika memecahkan masalah. Guru-guru sering tidak melakukan langkah menyatakan tujuan perencanaan, malahan menyatakan tujuan-tujuan dalam kaitannya dengan memproduksi, tahap akhir dari proses kreatif. Ketika hal ini terjadi, merencanakan diasumsikan atau tersirat dalam tujuan memproduksi. Dalam kasus ini, merencanakan kemungkinan dilaksanakan oleh siswa secara tertutup selama kegiatan mengkonstruksi sebuah produk (yakni, memproduksi). Sebuah istilah alternatif untuk merencanakan adalah mendesain. CONTOH TUJUAN DAN ASESMENNYA YANG SESUAI Dalam merencanakan, ketika diberi sebuah pernyataan masalah, seorang siswa mengembangkan sebuah metode solusi. Dalam sejarah, sebuah contoh tujuannya adalah agar siswa mampu merencanakan sebuah makalah riset tentang topik-topik sejarah yang tersedia. Sebuah tugas asesmennya meminta siswa, sebelum menulis sebuah makalah riset tentang sebab-sebab munculnya gerakan Kebangkitan Nasional pada era kolonialisme Belanda di Indonesia, menyampaikan sebuah kerangka-pikir dari makalahnya, mencakup langkah-langkah yang akan diikutinya untuk melaksanakan risetnya. Dalam IPA, sebuah contoh tujuannya ialah agar siswa dapat belajar mendesain studi-studi untuk mengetes berbagai hipotesis. Sebuah tugas asesmennya meminta siswa merencanakan sebuah cara untuk menentukan yang mana dari tiga faktor yang menentukan tingkat osilasi sebuah pendulum. Dalam matematika, sebuah tujuannya ialah agar siswa mampu menentukan langkah-langkah yang diperlukan untuk memecahkan masalah-masalah geometri. Sebuah tugas asesmennya meminta para siswa merancang sebuah rencana untuk menentukan volum dari bagian dasar sebuah piramida (sebuah tugas yang sebelumnya tidak dipelajari di kelas). Rencana ini dapat melibatkan penghitungan volume piramida besar, kemudian menghitung volum piramid kecil, dan terakhir mengurangkan volume yang lebih besar dengan volum yang lebih kecil. FORMAT ASESMEN Merencanakan dapat di-ases dengan meminta para siswa mengembangkan solusi-solusi yang terkaji, mendeskripsikan rencana solusi, atau memilih rencana solusi untuk suatu masalah yang tersedia. Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
101
UNIT 2
Keterampilan Berpikir
6.3 MEMPRODUKSI (C6.3) Memproduksi melibatkan pelaksanaan sebuah rencana untuk memecahkan sebuah masalah yang ada yang memenuhi spesifikasi-spesifikasi tertentu. Sebagaimana sudah kita ketahui, tujuan-tujuan dalam kategori Mengkreasi dapat atau tidak dapat mengikutsertakan orsinalitas atau keunikan sebagai salah satu spesifikasi. Demikian juga halnya dengan tujuan-tujuan memproduksi. Memproduksi dapat mempersyaratkan koordinasi empat tipe pengetahuan yang dideskripsikan dalam Tipe-tipe Pengetahuan di atas. Sebuah istilah alternatifnya adalah mengkonstruksi. CONTOH TUJUAN DAN ASESMENNYA YANG SESUAI Dalam memproduksi, seorang siswa diberi sebuah deskripsi fungsional tentang sebuah tujuan dan harus mengkreasi sebuah produk yang memenuhi deskripsi tersebut. Ia melibatkan pelaksanaan sebuah rencana solusi untuk sebuah masalah yang ada. Contoh tujuan-tujuannya melibatkan pem-produksian produk-produk baru dan bermanfaat yang memenuhi persyaratan tertentu. Dalam sejarah, sebuah tujuannya adalah agar siswa dapat belajar menulis makalah mengenai periode historis tertentu yang memenuhi standar yang dispesifikasi oleh para ahli. Sebuah tugas asesmennya meminta siswa menulis sebuah kisah singkat yang terjadi selama masa jaya Gajah Mada. Dalam IPA, sebuah tujuannya ialah agar siswa dapat belajar mendesain habitat untuk spesies tertentu dan kepentingan tertentu. Sebuah tugas asesmennya yang sesuai meminta siswa mendesain wilayah-wilayah penghidupan dari sebuah stasiun angkasa luar. Dalam sastra Indonesia, sebuah tujuannya ialah agar siswa dapat belajar mendesain latar (set) untuk suatu drama. Sebuah tugas untuk asesmennya yang sesuai meminta siswa mendesain latar untuk sebuah produksi siswa dengan judul Kecap Buatan Indonesia. Dalam semua contoh ini, spesifikasi-spesifikasi menjadi kriteria untuk pengevaluasian kinerja siswa berkaitan dengan tujuannya. Spesifikasi-spesifikasi ini, maka, hendaknya diikutsertakan dalam rubrik penskoran yang diberikan kepada siswa sebelum asesmen dilakukan. FORMAT ASESMEN Sebuah tugas umum untuk peng-ases-an pemroduksian adalah sebuah tugas desain, dalam mana siswa diminta mengkreasi sebuah produk yang sesuai dengan spesifikasi-spesifikasi tertentu. Misalnya, para siswa dapat diminta memproduksi rencana skematik untuk sebuah SMA baru yang mengikutsertakan cara-cara baru bagi para siswa untuk menyimpan secara nyaman barang-barang pribadi mereka.
102
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 2
Keterampilan Berpikir
Sumber: Anderson, Lorin W.; Krathwohl, David R.; Airasian, Peter W.; Cruikshank, Kathleen A.; Mayer, Richard E.; Pintrich, Paul R.; Raths, James; dan Wittrock, Merlin C. (ed.) (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing. A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. Abridged Edition. New York: Longman Inc. Freire, Paulo. (2007, new edition). Pedagogy of the Oppressed. New York: Continuum. Jarvis, Peter (1992). Paradoxes Of Learning, On Becoming An Individual In Society. San Fransisco: Jossey-Bass Publishers
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
103
UNIT 2
Keterampilan Berpikir
F. BAHAN TAYANGAN UNTUK FASILITATOR
104
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 2
Keterampilan Berpikir
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
105
UNIT 2
106
Keterampilan Berpikir
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 2
Keterampilan Berpikir
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
107
UNIT 2
108
Keterampilan Berpikir
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 2
Keterampilan Berpikir
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
109
UNIT 2
110
Keterampilan Berpikir
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 3 MENCIPTAKAN LINGKUNGAN BELAJAR YANG EFEKTIF
UNIT 3
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
UNIT 3 MENCIPTAKAN LINGKUNGAN BELAJAR YANG EFEKTIF Waktu: 2 Jam A. PENGANTAR Lingkungan belajar sangat berperan dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Lingkungan tersebut dapat meningkatkan keaktifan dan efektivitas belajar anak. Itulah sebabnya, lingkungan belajar perlu ditata. Menata lingkungan belajar di kelas erat kaitannya dengan keadaan fisik kelas (suhu, Lingkungan belajar yang menarik akan cahaya, kebersihan, sirkulasi udara, pengaturan membuat pembelajaran menarik. ruangan, dsb), pengelolaan dan pemanfaatan sumber belajar, sudut baca/perpustakaan kelas. Pada kegiatan ini, pembahasan akan dipusatkan pada masalah pemanfaatan berbagai sumber belajar termasuk sudut baca, pengelolaan siswa, pengelolaan perabot kelas dan pemajangan hasil karya anak. B. TUJUAN Setelah mengikuti pelatihan, para peserta mampu: 1. memanfaatkan beragam sumber belajar yang tersedia di dalam dan sekitar sekolah serta sudut baca 2. menyusun alternatif pengaturan tempat duduk siswa disertai dengan alasannya (pertimbangan kekuatan dan kelemahannya) 3. mengidentifikasi berbagai jenis kegiatan yang dapat dilakukan pada setiap jenis pengelolaan siswa beserta kelebihan dan kelemahannya 4. membuat pajangan karya siswa yang baik dan mengidentifikasi pemanfaatannya sebagai sumber belajar 5. mengintegrasikan materi Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif f di LPTK C. BAHAN DAN ALAT 1. 2. 3. 4. 5.
Tayangan unit (powerpoint) Fotokopi tayangan 6-9 Lembar Kerja 3.1 - 3.5 ATK : Kertas HVS warna, kertas plano, spidol, post it, lem, benang, dan gunting. Hasil karya siswa Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
113
UNIT 3
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
D. LANGKAH KEGIATAN
20’ Presentasi Kelompok
10’
3
Pengantar
Kelompok 1
1
Pembahasan berbagai pemanfaatan sumber belajar yang tersedia di dalam dan sekitar sekolah serta sudut baca
Pembentukan 3 kelompok baru (tiap kelomppk adalah gabungan dari semua komponen)
Kelompok 2
4
Pembahasan Penyusunan Alternatif Pengaturan Tempat Duduk Siswa dan Alasannya
Diskusi Pembentukan Lingkungan Belajar 3
Kelompok 3
Kunjung karya
Pembahasan Pengelolaan Siswa dan Jenis Kegiatannya
6
Kelompok 4
Integrasi3di LPTK
Pembahasan Tentang Pajangan
7
25’ Diskusi Kelompok sesuai Komponen Lingkungan Belajar 2
5’
25’
5
15’
10’
10’ Penguatan 3 8
1. Pengantar (10 menit) 3 Fasilitator mengajukan pertanyaan kepada peserta: Apa yang membuat lingkungan belajar efektif? Fasilitator mengarahkan peserta akan pentingnya lingkungan belajar yang dapat menarik minat dan menunjang siswa dalam pembelajaran. Aspek lingkungan tersebut sangat beragam, tetapi dalam unit ini dibatasi pada empat hal, yaitu: • Keragaman sumber belajar dan sudut baca serta pemanfaatannya • Pengaturan tempat duduk siswa • Pengelolaan siswa • Pajangan karya siswa 114
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 3
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
2. Diskusi Kelompok (30 menit) Peserta dibagi menjadi empat kelompok (setiap kelompok terdiri dari 7-8 orang). Fasilitator menyiapkan 4 topik yang akan dibahas. Setiap topik dimasukkan ke dalam amplop dengan diberi tanda warna berbeda, misalnya: Topik Topik Topik Topik
1 2 3 4
Sumber Belajar - merah Pengaturan Tempat Duduk – putih Pengelolaan Siswa – hijau Pajangan – kuning
Setiap kelompok diberi satu topik untuk dibahas. a. Topik 1: Sumber Belajar dan Sudut Baca 1) Apa saja yang bisa dipakai sebagai sumber belajar di kelas sekolah dasar? 2) Apa pendapat Anda tentang sumber belajar yang dipakai pada kegiatan pemodelan PAKEM? 3) Apa sajakah yang harus diperhatikan dalam pemilihan, penggunaan sumber belajar dan sudut baca? (misal: jika menggunakan benda-benda tajam, hewan atau tumbuhan yang membahayakan, kebersihan alat dan bahan, menghindari bahan-bahan yang membahayakan) Mengapa hal tersebut penting untuk dilakukan? 4) Apakah perlu ada sudut baca di kelas? Bagaimana pemanfaatannya? 5) Berikanlah contoh sumber belajar dan sudut baca yang bisa digunakan dan dikembangkan di kelas sekolah dasar pada tabel di bawah ini! LK 3.1 Identifikasi Sumber Belajar dan Sudut Baca Petunjuk: Identifikasilah lima sumber belajar yang mewakili setiap mata pelajaran, kemudian diskusikanlah kegiatan belajar aktif yang dapat dilakukan dengan menggunakan sumber belajar tersebut Sumber Belajar
Mata Pelajaran
Kegiatan
1. 2. 3. 4. 5.
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
115
UNIT 3
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
Petunjuk: rancanglah sebuah sudut baca di kelas Anda yang dapat membangkitkan minat siswa untuk belajar aktif Sudut Baca
Penjelasan Rencana
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Lokasi Alat & Bahan yang Diperlukan Buku-buku yang akan Disediakan Pihak Pengadaan Pemanfaatan dalam Pembelajaran Pengembangan& Pemanfaatan Berkelanjutan 7. Dll b. Topik 2: Pengaturan Tempat Duduk Siswa (LK 3.1.2) 1) Bagaimana model pengaturan tempat duduk siswa yang selama ini Anda temui di sekolah dasar? Apakah hal itu efektif? 2) Hal-hal apa yang perlu dipertimbangkan dalam merancang model pengaturan tempat duduk? 3) Bagaimana model pengaturan tempat duduk yang dapat membuat interaksi antar siswa dan guru berlangsung secara efektif? 4) Diskusikan desain susunan tempat duduk yang ideal dengan memikirkan alasan-alasannya terlebih dahulu. Selanjutnya, guntinglah kertas berwarna untuk digunakan sebagai perabot yang menggambarkan kondisi kelas. Setelah yakin dengan desain idealnya, maka tempelkan kertas berwarna tersebut di atas kertas patron kelas yang diberikan. Jumlah desain yang dibuat minimal 4 model. Keempat model itu ditempel di kertas plano. Tuliskan keterangan untuk setiap bentuk yang digunakan, misalnya: persegi merah mewakili meja siswa, dst. Kelompok juga harus menyebutkan alasan (kelebihan dan kelemahan) untuk setiap desain susunan tempat duduk. c. Topik 3: Pengelolaan Siswa (LK 3.1.3) 1) Apa saja bentuk pengelolaan siswa yang Anda lihat selama kegiatan pemodelan PAKEM di sekolah dasar? 2) Mengapa guru menggunakan beragam pengelolaan siswa? 3) Saat Anda mengamati proses pembelajaran di SD, menurut Anda apakah guru sudah memperhatikan kesetaraan gender? Dalam bentuk apa? Apakah guru sudah memberikan kesempatan yang sama kepada anak laki-laki dan perempuan?
116
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 3
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
4) Apakah guru sudah memperhatikan proses pembelajaran yang ramah anak? Apa buktinya? Misal: tidak meremehkan, tidak terjadi saling mengejek antarteman. 5) Identifikasikan jenis-jenis kegiatan yang sesuai dikerjakan dalam setiap jenis pengelolaan berikut disertai analisis kekuatan dan kelemahannya! Jenis Pengelolaan
Jenis Kegiatan
Kekuatan
Kelemahan
Klasikal Guru memandang siswa dalam satu kelas sebagai satu kesatuan kelompok besar. Seluruh siswa mengerjakan hal yang sama bersama-sama dan perhatian guru tertuju pada kinerja kelompok besar tersebut. Kelompok Guru membagi ke dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil. Siswa bekerja sama dalam kelompok. Perhatian guru pada kinerja kelompok dan bagaimana siswa berinteraksi dalam kelompok. Berpasangan Siswa bekerja berpasangan, memberikan kesempatan meningkatkan keaktifan setiap siswa. Perorangan Siswa mengerjakan tugas sendiri. Perhatian guru tertuju pada kinerja individu. d.
Topik 4: Pajangan Karya Siswa (LK 3.1.4) 1 ) Menurut Anda apa yang sebaiknya guru lakukan dengan karya siswa? 2 ) Apa tujuan memajangkan hasil karya siswa? 3 ) Karya siswa apa saja yang bisa dipajangkan? 4 ) Apa yang harus diperhatikan dalam memajangkan karya siswa? 5 ) Berdasarkan karya siswa yang telah disiapkan, identifikasilah karya yang Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
117
UNIT 3
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
dapat dan yang tidak dapat dipajang disertai alasan, apa yang harus diperhatikan dalam memajangkan karya siswa, serta tatalah pajangan dinding maupun pajangan meja. Fasilitator harus memastikan bahwa semua peserta terlibat secara aktif dalam diskusi kelompok. Hasil diskusi kelompok ditulis pada kertas plano. 3. Presentasi Kelompok (20 menit) Fasilitator meminta semua berdiri berjejer menurut kelompok masing-masing. Dua perwakilan dari tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya kepada kelompok lain selama 6 menit. Kelompok yang dikunjungi dapat menanggapi dengan menuliskannya pada kertas post-it. Misalnya kelompok A mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di kelompok B. Kelompok B di kelompok C dst. Kegiatan presentasi ini dilakukan sebanyak tiga putaran. 4. Pembentukan Kelompok Baru (5 menit) Dibentuk 5 kelompok yang masing-masing terdiri atas unsur campuran. Setiap kelompok terdiri dari para peserta yang telah membahas topik 1,2,3 dan 4). 5. Diskusi Komponen Lingkungan Belajar (30 menit) Setiap kelompok mendiskusikan tema: Tubuh Manusia dan Kesehatan di kelas IV dengan mengisi LK 3.2. Hal yang didiskusikan adalah sumber belajar, pengaturan tempat duduk, pengelolaan siswa, dan pajangan siswa yang sesuai dengan KD berikut. KD Matematika: 3.2 Menentukan hubungan antar satuan waktu, antar satuan panjang, dan antar satuan berat. KD Bahasa Indonesia: 8.1 Menyusun karangan tentang berbagai topik sederhana dengan memperhatikan penggunaan ejaan (huruf besar, tanda titik, tanda koma, dll.) KD IPA: 1.1. Mendeskripsikan hubungan antara struktur kerangka tubuh manusia dengan fungsinya 1.2 Menerapkan cara memelihara kesehatan kerangka tubuh 1.3 Mendeskripsikan hubungan antara struktur panca indera dengan fungsinya 1.4 Menerapkan cara memelihara kesehatan panca indera
118
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 3
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
LK 3.2 – KOMPONEN LINGKUNGAN BELAJAR Petunjuk: Identifikasilah sumber belajar pada setiap mata pelajaran di bawah ini, disertai pengaturan tempat duduk yang sesuai, pengelolaan siswa yang tepat, serta pajangan yang menarik, yang secara keseluruhan dapat menciptakan suasana belajar aktif d an efektif Mapel/ KD
Sumber Belajar
Pengaturan Tempat Duduk
Pengelolaan Siswa
Pajangan
Kelas Awal Matematika IPA IPS
Bahasa Indonesia 6. Kunjung Karya (15 menit) Fasilitator meminta peserta meletakkan karya kelompoknya di atas meja kelompok mereka masing-masing (kecuali kelompok pajangan karya siswa yang melekatkan karya siswa di dinding atau meja pajangan) Fasilitator meminta dua peserta dalam setiap kelompok berdiri, sedangkan yang lainnya tetap duduk. Peserta yang duduk diminta tetap tinggal di kelompoknya untuk memberi/menerima komentar/tanggapan terkait dengan karya kelompok mereka, sedangkan peserta yang berdiri diminta berkunjung atau berkeliling searah jarum jam ke kelompok topik lain dalam kelompok besar yang sama untuk melihat, bertanya serta memberikan komentar tentang hasil kerja rekannya. Baik peserta yang tinggal maupun yang berkeliling harus menyiapkan kertas catatan (post it). Peserta yang menjaga karya mencatat saran/masukan yang bermakna dari kelompok pengunjung, sedangkan peserta pengunjung mencatat hal yang menarik dan bermakna dari kelompok yang dikunjungi. Fasilitator memberi aba-aba kapan para anggota kelompok mulai berkeliling dan kapan selesai melihat hasil karya dari kelompok satu ke kelompok lainnya (misalnya dengan meniup peluit) (usahakan setiap kunjungan 5 menit) Setiap peserta kembali ke kelompoknya masing-masing. Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
119
UNIT 3
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
7. Integrasi ke LPTK Mintalah peserta untuk mendiskusikan integrasi materi ini dalam perkuliahan, PPLT dan pelayanan guru dalam jabatan.
8. Kegiatan Akhir: Penguatan (10 menit)
120
Di akhir sesi, fasilitator bersama peserta menyimpulkan dan memastikan bahwa lingkungan belajar yang efektif bukan hanya terletak pada fisik kelas saja, namun juga terletak pada pengelolaan kegiatan pembelajaran.
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 3
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
E. BAHAN BACAAN 1: UNTUK FASILITATOR DAN PESERTA
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif Lingkungan belajar di sekolah dan kelas terdiri atas lingkungan fisik dan non fisik yang dapat mempengaruhi pembelajaran. Pembelajaran dapat ditingkatkan dan didukung jika lingkungannya dikelola secara efektif. Pertimbangan penting dalam mengelola lingkungan fisik pembelajaran dan menciptakan lingkungan belajar yang efektif adalah fleksibilitas dan kemudahan akses. Dari segi fleksibilitas, meja, kursi, dan perabot lain hendaknya diatur secara luwes sesuai dengan kegiatan belajar yang dipilih. Misalnya, ketika kegiatan belajar memakai kerja kelompok maka meja dan kursi perlu diatur sedemikian rupa sehingga guru maupun siswa dapat bergerak dalam ruangan dengan aman dan efisien, tanpa terhalang oleh kursi dan meja. Tikar dapat digunakan untuk kegiatan permainan. Dari segi kemudahan akses, berbagai sumber daya pembelajaran yang praktis (misalnya buku-buku, peta, bola dunia, alat peraga IPA dan matematika, dan lain-lain) hendaknya disimpan dengan baik dan tersedia serta mudah diakses oleh guru dan siswa. Sumber daya pembelajaran lain yang berupa tulisan/gambar atau pajangan hasil kerja anak yang merupakan lingkungan belajar visual juga perlu diatur. Pajangan hasil karya anak dapat menjadi contoh yang baik bagi anak lainnya dan dapat mendorong anak untuk belajar. Perlu diingat bahwa pemajangan terutama ditujukan pada anak supaya anak bisa mendapatkan manfaat. Karena itu tingkat keterbacaan pajangan harus dilihat dari sudut pandang anak (misalnya apakah posisi pajangan tidak terlalu tinggi untuk anak-anak). Label-label di jendela, kursi dan benda lainnya di ruang kelas membantu menambah kosa kata dari benda yang dapat dilihat anak. Label dapat ditulis dalam bahasa Indonesia, bahasa daerah, atau bahasa asing yang dipelajari untuk membantu anak beradaptasi dengan lingkungan belajarnya yang baru. Gambar dan poster dapat menuntun dan mendukung berbagai kegiatan pembelajaran. Gambar atau poster dapat berisi petunjuk melaksanakan tugas, demonstrasi tentang prosedur, contoh-contoh yang ditawarkan atau pesan yang mengingatkan anak untuk menjadi pelajar yang efektif. Selain lingkungan fisik seperti di atas, lingkungan belajar juga berupa lingkungan non fisik, yang terwujud dalam interaksi dan hubungan dikelas dan sekolah.
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
121
UNIT 3
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
Interaksi dan Hubungan Mutu interaksi dan hubungan antara guru dan siswa ikut berperan dalam menciptakan kondisi belajar yang efektif. Guna mendukung kondisi belajar yang efektif, interaksi dan hubungan yang ada haruslah bersifat: • • •
Jelas dan singkat Positif dan suportif Adil dan tidak bias/ timpang
Instruksi atau peragaan yang diberikan oleh guru harus jelas dan ringkas. Ini berarti berbicara dengan suara yang jelas, menggunakan bahasa yang dapat dipahami anak, dan menyesuaikan dengan lamanya daya konsentrasi anak. Interaksi dan hubungan yang bersifat positif dan suportif akan mengarahkan anak pada perilaku yang lebih baik, meningkatkan rasa percaya dirinya, serta menunjang peningkatan prestasinya. Penggunaan ancaman, kata-kata yang merendahkan, atau tindak kekerasan terhadap anak adalah pelanggaran terhadap hak anak dan merupakan tindak kriminal menurut hukum yang berlaku di Indonesia. Guru juga harus bertindak adil dan tidak bias, memperlakukan semua anak dengan sama, tanpa memandang perbedaan jenis kelamin, kemampuan, latar belakang keluarga maupun agama. Selain berinteraksi dengan cara yang baik dengan siswa, guru perlu menciptakan interaksi dan hubungan antar anak yang sehat karena interaksi dan hubungan antar anak juga membantu menciptakan kondisi belajar yang efektif. Anak-anak akan meniru perilaku gurunya. Jika guru memperlakukan anak dengan hormat dan tanpa kekerasan, anak-anak juga akan memperlakukan satu sama lainnya dengan cara yang sama. Melalui kegiatan kelompok, anak belajar untuk menghormati pendapat setiap orang, menunggu giliran dan menolong satu sama lain.
Cara Mengelola Siswa Klasikal Strategi ini biasanya dipakai pada saat guru ingin semua siswa mendapatkan informasi yang sama, misalnya: pada saat awal pelajaran ketika siswa dan guru bersama– sama berdiskusi atau guru menjelaskan apa yang akan dilakukan sebelum kegiatan inti dimulai 122
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 3
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
atau waktu menutup pelajaran dengan membimbing siswa mengingat apa saja yang telah mereka pelajari. Kegiatan Kelompok Kegiatan ini sangat baik dipakai pada saat guru ingin: • • • • • •
siswa saling belajar dari temannya membangun kemampuan berkomunikasi membangun keterampilan bersosialisasi membangun sikap inklusif (menghargai perbedaan di antara sesama teman) membangun keterampilan bekerja dalam tim membangun keterampilan kepemimpinan
Kegiatan Individu Strategi ini dapat digunakan pada saat guru ingin melihat potensi atau masalah belajar setiap siswa dalam belajar. Kegiatan ini dapat pula dipakai untuk menghasilkan tugas– tugas yang diperlukan untuk pelajaran tertentu, misalnya mengarang, membuat refleksi, menceritakan kembali, membuat soal cerita (matematika), melakukan penelitian, dan lain-lain.
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
123
UNIT 3
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
BAHAN BACAAN 2 UNTUK FASILITATOR DAN PESERTA Contoh Jawaban Lembar Kerja 3.1.1 tentang Sumber Belajar Sumber Belajar
Mata Pelajaran
Kegiatan
Pohon Mangga
IPA
Mengamati, menggambar, mendeskripsikan fungsi bagian-bagian pohon
Matematika
Menggunakan batang pohon mangga untuk mengidentifikasi jenis-jenis sudut
Pedagang (Narasumber)
Batu-batuan
Bahasa Indonesia
Mengamati dan mendeskripsikan pohon mangga, dsb.
Bahasa Indonesia
Menyusun daftar pertanyaan, melakukan dan melaporkan hasil wawancara
IPS
Wawancara tentang profesi pedagang
IPA
Meneliti bentuk batuan untuk mengetahui dampak erosi
Bahasa Indonesia
Sepeda
Dll.
124
Mengamati bentuk batuan untuk mendapatkan ide dalam menulis teks deskripsi
IPS
Mengamati jenis-jenis batuan untuk menentukan asal batu
Matematika
Mengidentifikasi bangun datar dan bangun ruang
IPS
Mengidentifikasi jenis-jenis pekerjaan yang berhubungan dengan sepeda
Bahasa Indonesia
Mengamati sepeda dan belajar menggunakan bahasa persuasif dengan bermain peran mengiklankan sepeda secara lisan
......
......
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 3
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
Contoh Jawaban Lembar Kerja 3.1.1 tentang Sudut Baca/Perpustakaan Kelas Sudut Baca
Penjelasan Rencana Sudut baca diletakkan di pojok sebelah kanan kelas, mudah dijangkau siswa.
1. Lokasi
9. Alat dan bahan yang diperlukan
10. Buku-buku yang akan disediakan
11. Pihak yang mengadakan perabot serta mekanisme pengadaan
12. Pemanfaatan dalam pembelajaran
13. Pengembangan dan pemanfaatan yang berkelanjutan
Buku bacaan sesuai usia dan minat siswa, karya tulis siswa, rak atau meja dengan ukuran disesuaikan dengan jangkauan anak. Buku cerita sebanyak jumlah siswa, buku sumber belajar, majalah yang disesuaikan dengan usia dan minat siswa. Wali murid, Komite Sekolah, guru kelas, Kepala Sekolah. Siswa mencari informasi dari buku sumber yang ada di sudt baca, guru mengajak siswa untuk memilih buku cerita yang akan dibacakan oleh guru. Pemanfaatan buku cerita dalam kegiatan membaca rutin (setiap pagi atau setelah istirahat)
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
125
UNIT 3
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
Contoh Jawaban Lembar Kerja 3.1.3 tentang Pengelolaan Siswa Jenis Pengelolaan
Jenis Kegiatan
Klasikal
Kelompok
Perorangan
Apersepsi (awal) pembelajaran, mendengarkan instruksi guru Diskusi kelas secara pleno Pelaporan hasil kerja anak, siswa seluruh kelas mendengarkan Manarik simpulan pada akhir pembelajaran Mendengarkan penjelasan guru Menonton tayangan video
Diskusi dan pemecahan masalah Melakukan percobaan Mengamati sesuatu, mendiskusikan, dan mencatat hasil pengamatan Mengumpulkan, mendiskusikan, dan mengelola data/benda Membuat model
Menulis laporan Mengerjakan soal latihan Baca dalam hati Mengarang
Contoh Jawaban Lembar Kerja 3.1.4 tentang Pajangan Karya Siswa 1. Mengapa di kelas yang menerapkan PAKEM biasanya dijumpai pajangan? Dengan desain PAKEM, siswa menghasilkan karya individu yang berbeda dari tugas yang diberikan oleh guru. Hasil siswa yang bervariasi dan kreatif inilah yang kiranya pantas dipajang. Sering juga kita jumpai hasil karya yang ditulis dengan kata-kata sendiri, Dengan demikian, pajangan hasil pembelajaran siswa yang seperti ini merupakan salah satu indikator penerapan PAKEM yang benar. 2. Apa manfaat pajangan? • • 126
Membuat kelas lebih menarik Anak mudah mendapat gagasan dari apa yang dipajangkan Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 3 • •
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
Yang dipajangkan adalah contoh yang baik untuk diikuti atau ditiru oleh anak lainnya Pajangan memotivasi anak yang pekerjaannya dipajangkan dan juga memotivasi anak yang lain untuk mengerjakan hal yang sama.
3. Apa saja yang harus dipajang? • • • •
Tulisan anak seperti cerita, karangan, puisi, laporan, buku yang dibuat oleh anak, model, grafik, gambar, dan hasil kerajinan atau kesenian Hasil pembelajaran anak yang menunjukkan ada unsur kreativitas dan menarik untuk dilihat dan dibaca sebaiknya dipajangkan Contoh-contoh hasil kerja anak yang baik untuk dipajangkan Hasil kerja anak yang lambat perlu dipajangkan untuk memotivasi mereka
Selain itu, apa saja yang bisa dipajang? • • •
Gambar, diagram, dan benda-benda yang relevan dengan kegiatan yang sedang dibahas di kelas Buku untuk anak yang harus dibaca dan dilihat Bahan, sumber belajar, dan peralatan yang sedang digunakan untuk kegiatan belajar
4. Apa yang seharusnya tidak dipajang? • • •
Latihan rutin Hasil kerja yang kurang benar atau tidak bagus untuk contoh, misalnya tidak rapih atau tidak dikerjakan dengan hati-hati Hasil kerja yang ada nilainya.
5. Bagaimana cara memajangkan hasil kerja anak? • •
• •
Mudah dibaca oleh anak (tidak terlalu tinggi) Pekerjaan setiap anak hendaknya dipajangkan satu persatu dengan demikian dapat dibaca dengan mudah. Pajangan sebaiknya tidak bercampur dengan yang lain atau dalam satu bendel. Yang dipajangkan hendaknya dalam keadaan bersih, rapih, dan menarik Benda yang dipajangkan dapat ditempel di dinding, digantung di langit-langit ruangan, atau diatur di atas meja pamer
6. Kriteria apa yang digunakan untuk memajangkan hasil kerja anak? • •
Apakah menarik bagi yang lain untuk dibaca? Apakah contoh yang baik? Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
127
UNIT 3 • • •
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
Apakah mengundang/menggoda orang untuk memperhatikannya? Apakah hasilkarya dapat memotivasi si anak? Apakah setiap anak punya kesempatan hasil karyanya dipajangkan?
7. Berapa lama/kali pajangan harus diganti? • •
Kalau pajangan telah menjadi kotor Tidak sesuai dengan tema/topik pembelajaran
Catatan: Tempat pajangan tidak perlu dikhususkan (diberi label) untuk mata pelajaran tertentu. Di bawah ini ada beberapa contoh pajangan , mungkin bisa sebagai inspirasi bagi fasilitator atau guru yang akan menata pajangan peserta didik. Hal – hal yang perlu diperhatikan yang berhubungan dengan pajangan • •
• • • • • •
•
•
128
Pajangan yang baik memiliki judul yang singkat, jelas dan menarik pembaca untuk melihat lebih lanjut. Pajangan perlu secara rutin diperhatikan, misalnya guru segera membenahi pajangan apabila ada salah satu karya siswa yang jatuh atau miring karena penguatnya (steples atau paku payung) terlepas. Apabila papan pajangan sudah longgar, guru dan pihak sekolah segera memperbaikinya karena akan sangat berbahaya apabila lepas. Pajangan perlu diganti sesuai dengan topik materi atau tema yang sedang dibahas. Kerapian pajangan sangat penting karena siswa akan melihat dan mencontohnya. Tinggi pajangan disesuaikan dengan siswa. Guru selalu menghormati karya siswa sehingga tidak sembarangan menggunting torehan mereka. Membaca buku, melakukan kunjungan ke sekolah lain akan membantu guru dalam memperoleh ide dalam melakukan pemajangan.
Pajangan yang digantung di atap harus disesuaikan dengan tinggi siswa. Terlalu pendek pajangan akan memancing siswa untuk iseng menariknya atau mengganggu ruang gerak mereka. Apabila harus menggantung karya siswa, maka penggantungan setiap karya siswa dilakukan dengan rapi dan tidak menumpuk. Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 3
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
BEBERAPA CONTOH PAJANGAN
Penempelan cukup rapi, karya siswa yang beragam bentuknya membuat pajangan terlihat menark. Judul yang cukup besar di tengah memberi kesan ‘memadukan’ karya siswa di kiri kanan serta di atas dan bawahnya.
Siswa kelas 3 membuat kartu ucapan kasih sayang kepadaibu mereka. Hasil pekerjaan mereka dipajang dengan meletakkannya di atas meja. Karya sejenis ini memang lebih baik tidak ditempel. Buku cerita yang berkaitan dengan Ibu diletakkan diantara kartu-kartu.
Pertanyaan yang ditulis guru memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir lebih lanjut dengan mencari jawaban sendiri.
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
129
UNIT 3
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
Siswa kelas 1 mendeskripsikan binatang pilihannya di atas gambar. Guru mengelompokkan hasil karya siswa dengan melingkarinya. Lingkaran dibuat dari Koran bekas yang diberi warna (pewarna makanan). Di setiap lingkaran ditulisi judul yang sesuai. ‘Dunia Binatang’ yang seharusnya merupakan judul besar sebaiknya diletakkan di atas lingkaran-lingkaran yang ada. Tulisan judul menggunakan huruf yang sesuai di kelas awal.
Guru menempelkan karya siswa berupa surat (kelas 6). Pertanyaan yang ditulis diharapkan dapat menambah rasa ingin tahu siswa tentang jenis-jenis surat. Contoh surat resmi akan membantu pemahaman anak setelah membaca pajangan ini.
130
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 3
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
F. LK 3.1.1: Pemanfaatan Sumber Belajar dan Sudut Baca
Pada umumnya sumber belajar saat ini terbatas pada guru dan buku paket. Padahal banyak sumber belajar lain, baik di dalam maupun di luar kelas, misalnya: benda nyata, poster, serta lingkungan alam dan sosial. Sebutkanlah berbagai sumber belajar dan bagaimana memanfaatkannya untuk berbagai mata pelajaran pada lembar kerja yang disediakan. Salah satu contoh telah diisi. Sumber belajar
Dst
Mata Pelajaran
Kegiatan
Sumber Belajar
Mata Pelajaran
Pohon Mangga
IPA
Mengamati, menggambar, mendeskripsikan fungsi bagianbagian pohon mangga
Matematika
Mencari jenisjenis sudut pada batang-batang pohon mangga
Bahasa Indonesia
Mengamati dan mendeskripsikan pohon mangga dsb.
Kegiatan
dst
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
131
UNIT 3
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
Lembar kerja 3.1.1: Pembuatan atau Optimalisasi Sudut Baca/ Perpustakaan kelas Sudut Baca
Penjelasan Rencana
1. Lokasi
2. Alat dan bahan yang diperlukan
3. Buku-buku yang akan disediakan
4. Pihak yang mengadakan perabot sert mekanisme pengadaan
5. Pemanfaatan dalam pembelajaran
6. Pengembangan dan pemanfaatan yang berkelanjutan
Lain
132
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 3
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
Lembar Kerja 3.1.2: Pengaturan Tempat Duduk Siswa
Pengaturan tempat duduk: Saat ini sebagian besar ruang kelas teratur secara klasikal. Anak duduk berbaris dan lebih banyak mendengarkan guru. Dalam pelaksanaan PAKEM, pengaturan tempat duduk siswa lebih bervariasi sehingga mereka lebih mudah berinteraksi dengan guru maupun sesama siswa. Susunlah desain alternatif pengaturan tempat duduk siswa yang menunjang pengelolaan kegiatan siswa yang bervariasi (minimal 4 desain) disertai kekuatan dan kelemahannya. Petunjuk: kelas diasumsikan 8x7 m, siswa 32 orang, meja 16, setiap meja untuk 2 anak
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
133
UNIT 3
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
Lembar Kerja 3.4 Pengelolaan Siswa Pengelolaan Siswa: Pengelolaan atau pengaturan siswa yang sering dilakukan adalah bentuk klasikal di mana semua siswa dalam satu kelas diperlakukan sebagai satu kelompok besar dan diberi tugas yang sama semua dan komunikasi sering satu arah, yaitu dari guru ke semua siswa (misalnya: ceramah). Dalam pembelajaran PAKEM, pegelolaan kegiatan siswa lebih bervariasi, yaitu bisa menggunakan kerja kelompok, kerja perorangan, berpasangan dan klasikal. Identifikasi jenis-jenis kegiatan yang cocok dikerjakan dalam setiap jenis pengelolaan tersebut (klasikal, kelompok, berpasangan, dan individual) disertai dengan analisis kekuatan dan kelemahan. Jenis Pengelolaan
Jenis kegiatan
Kekuatan
Klasikal Guru memandang siswa dalam satu kelas sebagai satu kesatuan kelompok besar. Karena itu, seluruh siswa mengerjakan hal yang sama bersamasama dan perhatian guru adalah pada kinerja kelompok besar tersebut. Kelompok Guru membagi kelompok besar kelas ke dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil. Siswa bekerja sama dalam kelompok. Perhatian guru pada kinerja kelompok dan bagaimana siswa berinteraksi dalam kelompok. Berpasangan Siswa bekerja berpasangan. Ini memberikan kesempatan untuk meningkatkan keaktifan tiap siswa.
134
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Kelemahan
UNIT 3
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
Perorangan Anak mengerjakan tugas sendiri. Perhatian guru pada kinerja individual tiap anak.
Lembar Kerja 3.1.4: Pajangan Karya Siswa • • • •
Apa yang sebaiknya guru lakukan dengan hasil kerja siswa? Apa tujuan memajangkan hasil karya siswa? Karya siswa apa saja yang bisa dipajangkan? Apa yang harus diperhatikan dalam memajang karya siswa?
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
135
UNIT 3
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
G. BAHAN TAYANGAN UNTUK FASILITATOR
136
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 3
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
137
UNIT 3
138
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 3
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
139
UNIT 3
140
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 3
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
141
UNIT 3
142
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 4 PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEBAGAI MEDIA DAN SUMBER BELAJAR
UNIT 4
Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Media dan Sumber Belajar
UNIT 4 PEMANFAATAN MEDIA SEBAGAI MEDIA DAN SUMBER BELAJAR Waktu: 2 Jam A. PENGANTAR Salah satu cara untuk mengaktifkan peserta didik dalam suatu pembelajaran adalah memberi peluang untuk berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pembelajaran (pembelajaran aktif). Peserta didik menjadi mudah berpartisipasi atau terlibat jika mereka mengenal dengan baik objek materi pembelajaran. Salah satu cara untuk mempermudah mengenali objek materi pelajaran adalah memanfaatkan benda-benda sebagai media dan sumber belajar yang yang sesuai dengan pengalaman hidup peserta didik. Oleh karena itu, setiap dosen diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka di dalam Lingkungan dapat dijadikan memilih, mengelompokkan, dan memanfaatkan media dan sumber belajar. berbagai objek yang terdapat di lingkungan kampus, atau di luar kampus sebagai sumber belajar peserta didik sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya. Lebih lanjut, dosen diharapkan dapat mendorong peserta didik untuk memanfaatkan lingkungan hidup mereka dalam mendesain pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. B. TUJUAN Setelah mengikuti sesi ini peserta pelatihan diharapkan dapat: Mengidentifikasi berbagai objek dan atau fenomena di lingkungan yang dapat dimanfaatkan sebagai media dan sumber belajar Menggunakan lingkungan sebagai media dan sumber belajar Mendemonstrasikan cara penggunaan objek dan atau fenomena yang telah diidentifikasi dalam pembelajaran Mengintegrasikan materi ini di LPTK
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
147
UNIT 4
Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Media dan Sumber Belajar
C. ALAT DAN BAHAN 1. LK 4.1: Hasil Pengumpulan Obyek/Peristiwa 2. LK 4.2 Lembar Hasil Pengamatan Kunjung Karya 3. ATK: kertas plano, spidol, pulpen, kertas catatan, penempel kertas, lem, dan gunting D. LANGKAH KEGIATAN 5’
5’
Pengantar
Curah Pendapat
1
2
15’
40’
Pengamatan Obyek dan Peristiwa:
Diskusi Kelompok dan Presentasi
3
5’
40’ Integrasi Materi ini
Penguatan
4
Di LPTK
Pembuatan Media belajar dan Demonstrasi Penggunaannya
7
6
5
1. Pengantar (5 menit) a. Peserta diminta untuk duduk berkelompok sebanyak 5 kelompok yang beranggotakan 6-8 orang.
b. Fasilitator menayangkan tujuan umum, prosedur pelatihan, dan menjelaskan pengertian dan peranan media dalam pembelajaran.
c. Fasilitator menjelaskan bahwa lingkungan sekitar sekolah dapat berfungsi sebagai media dan sumber-sumber belajar dan memungkinkan digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
148
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 4
Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Media dan Sumber Belajar
d. Fasilitator menjelaskan pengertian lingkungan, yang meliputi lingkungan fisik,
lingkungan sosial, dan lingkungan budaya dengan penekanan pada kemungkinan dapat dimanfaatkan oleh dosen dan mahasiswa sebagai sumber belajar
2. Curah Pendapat (5 menit) Fasilitator menampilkan beberapa slide gambar secara singkat. Pada tiap tampilan, fasilitator meminta peserta memberikan pendapat pemanfaatan slide/gambar tersebut untuk mata pelajaran apa dan bagaimana pengunaannya. 3. Pengamatan Obyek dan Peristiwa (15 menit) a. Fasilitator mempersilahkan setiap kelompok untuk mengumpulkan atau memfoto berbagai objek atau benda-benda (minimal 5 macam) yang tersedia di lingkungan kelas maupun di luar kelas. b. Fasilitator meminta peserta kembali ke ruangan. Pada tiap kelompok fasilitator meminta peserta untuk menyatukan obyek yang diperoleh. 4. Diskusi Kelompok dan Presentasi (35 menit) a. Fasilitator meminta peserta untuk melengkapi LK 4.1 berdasarkan obyek yang
diperoleh. Peserta mengisikan nama obyek yang diperoleh pada kolom “nama obyek/peristiwa”. Selanjutnya menuliskan mata pelajaran dan tema dimana obyek tersebut dapat digunakan. Berikutnya peserta menuliskan bagaimana cara membuat atau menggunakan obyek tersebut. Pada kolom “kegunaan”, peserta diminta menuliskan kegunaan dari obyek tersebut dalam pembelajaran dan pada kolom terakhir peserta diminta menuliskan bagaimana obyek tersebut didemonstrasikan dalam pembelajaran. b. Fasilitator meminta tiap peserta melakukan kunjung karya dengan cara sebagai
berikut: a. Tiap kelompok diminta memajang hasil karyanya pada dinding kerja masing-
masing. Disarankan jarak antar dinding kerja kelompok tidak terlalu dekat. b. Dua orang dari tiap kelompok menunggui dinding kerja masing-masing.
Mereka ini akan memberikan penjelasan atas pertanyaan dari peserta lain yang melakukan kunjungan ke dinding kerjanya. c. Setiap peserta diberi LK 4.2 untuk diisi pada saat melakukan kunjung karya. d. Proses kunjungan dilakukan kelompok per kelompok dengan beberapa
putaran dengan arah jarum jam. Contoh: putaran pertama: Kelompok 1 mengunjungi dinding kerja kelompok 2,
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
149
UNIT 4
Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Media dan Sumber Belajar
putaran kedua :
Kelompok 2 mengunjungi dinding kerja kelompok 3 dst. Kelompok 1 mengunjungi dinding kerja kelompok 3, Kelompok 2 mengunjungi dinding kerja kelompok 4 dst.
Catatan: Pada saat melakukan kunjungan, peserta tidak hanya membaca hasil karya yang dipajang tapi juga dapat bertanya kepada penjaga dinding kerja untuk pengisian LK 4.2. Banyaknya putaran kunjungan tergantung waktu yang ada. c. Fasilitator menghimbau agar peserta kembali ke kelompok semula dan
melakukan penyempurnaan LK 4.1 berdasarkan hasil kunjung karya yang telah dilakukan dan menempelkannya pada dinding kerja masing-masing. 5. Pembuatan Media belajar dan Demonstrasi Penggunaannya (35 menit) a. Melanjutkan LK 4.1, Fasilitator meminta tiap kelompok membuat suatu media pembelajaran untuk satu mata pelajaran dengan tema yang dipilih. b. Fasilitator meminta tiap kelompok untuk mendemonstrasikan media yang telah dibuat ke kelompok lain dengan aturan sebagai berikut: 1) Tiap kelompok menetapkan dua orang (sebagai duta) yang akan melakukan demonstrasi ke kelompok lain. 2) Siklus putaran berlawan dengan arah jarum jam. i. Putaran pertama: Kelompok 1 demonstrasi di Kelompok 5, Kelompok 5 ke kelompok 4, Kelompok 4 ke Kelompok 3, dst. ii. Putaran kedua: Kelompok 1 ke Kelompok 4, Kelompok 5 Ke kelompok 3, dst. Catatan: Banyaknya putaran tergantung pada waktu yang ada. Pada saat demonstrasi, peserta penerima kunjungan dapat memberikan masukan kepada demonstran dan demonstran mencatatnya untuk melakukan perbaikan selanjutnya. c. Fasilitator meminta agar tiap demonstran kembali ke kelompok masing-masing. Kelompok diminta melakukan perbaikan berdasarkan masukan setelah melakukan demontrasi di beberapa kelompok. Hasil penyempurnaan ini selanjutnya ditempel di dinding kerja masing-masing. 6. Integrasi Materi Di LPTK (10 menit) Mintalah peserta mendiskusikan integrasi materi ini di perkuliahan, PPLT dan pelayanan guru dalam jabatan 7. Penguatan (5 menit) Fasilitator memberi penguatan hal-hal berikut: 150
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 4
Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Media dan Sumber Belajar
Lingkungan dapat dimanfaatkan sebagai media dan sumber belajar. Media tidak harus mahal, pemanfaatan Alat Peraga Murah (APM) akan sangat membantu dalam pemahaman materi yang diajarkan. Pemilihan media harus tepat sesuai dengan tujuan dari pembelajaran.
E. LEMBAR KERJA LK 4.1 Hasil Pengumpulan Obyek/Peristiwa Nama Obyek/ Peristiwa
Mata Pelajaran/ tema
Cara membuat/ menggunakan
Kegunaan
Cara Mendemonstrasikan
Contoh Pengisian LK 4.1 Nama Objek/ Peristiwa
Mata Pelajara/ tema
Cara membuat/ menggunakan
kegunaan
Cara Mendemonstrasikan
Gambar/ artikel dari koran bekas
Bahasa Indonesia
1. Potong gambar/ artikel 2. Tempel di kertas warna warni dan di laminating
1. Sebagai stimulus bagi peserta didik untuk membuat cerita baik lisan maupun tulisan
1. Guru membagi siswa ke dalam kelompokkelmpok kecil (3 -4 anak) 2. Guru memberikan media ke masingmasing kelompok dan siswa diminta untuk mendiskusian gambar/artikel 3. Anak diminta untuk menyampaikan hasil diskusi
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
151
UNIT 4
Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Media dan Sumber Belajar
LK 4.2 Lembar Hasil Pengamatan Kunjung Karya Kelompok Yang Dikunjungi
Informasi yang diperoleh dan bermanfaat dalam penyempurnaan LK 4.1
F. BAHAN BACAAN UNTUK FASILITATOR DAN PESERTA: PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEBAGAI MEDIA DAN SUMBER BELAJAR 1. Lingkungan Dalam pembicaraan ini dikemukakan tiga jenis lingkungan yaitu; lingkungan fisik, sosial dan budaya. Lingkungan fisik berkaitan dengan alam atau banda-benda seperti batu, rumah dan sebagainya. Lingkungan sosial berkaitan dengan kegiatan sosial atau hubungan antar manusia seperti komunikasi, transaksi, dan sebagainya. Kegiatan sosial berkaitan dengan hubungan antar manusia. Lingkungan budaya berkaitan dengan hasi-hasil karya manusia atau hubungan antara manusia dengan alam.
2. Media dan Sumber Belajar Media dan sumber belajar adalah dua istilah yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya menunjuk ke satu obyek yang sama. Bila obyek tersebut terfungsikan maka disebut sebagai media. Sedangkan bendanya sendiri disebut sebagai sumber belajar. Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga terjadi proses belajar.
152
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 4
Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Media dan Sumber Belajar
Pendapat berkaitan dengan Media a. Confusius : ”saya dengar dan saya lupa” – ”saya lihat maka saya ingat” – ”saya kerjakan ternyata saya memahami” b. Pestalozzi ; ”jika anda mengajarkan sapi maka bawalah sapi ke dalam kelas” c. Pendapat lain : ”sebuah gambar mempunyai arti seribu kata” – Asal semua pengetahuan adalah pengamatan yang ditunjang oleh keaktifan seluruh jiwa dan pribadi. Sebuah rangkuman hasil penelitian tentang perolehan pengalaman berdasarkan alat indra yang digunakan sebagai berikut! INDERA
A. BAUGH
E. DALE
G. WILSON
Pelihat
90 %
75 %
82 %
Pendengar
5%
13 %
12 %
Lain . ..
5%
12 %
6%
3. Ragam Media Media terbagi ke dalam berbagai klasifikasi bedasarkan ciri tertentu. Salah satu pengklasifikasian dikemukakan oleh Heinich dkk (1996) sebagai berikut: a. b. c. d. e. f.
Media tidak diproyekasikan (non projected media) Media diproyeksikan (projected media) Media Audio Media Video Media Berbasis komputer Multi media kit
Ragam media yang berkaitan dengan lingkungan (fisik, sosial, dan budaya) masuk dalam klasifikasi media tidak diproyeksikan. Media yang tidak diproyeksikan dibagi dalam 4 golongan yaitu: 1. 2. 3. 4.
Realita Model Bahan grafis Display
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
153
UNIT 4
Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Media dan Sumber Belajar
Realita adalah benda nyata yang digunakan sebagai media atau bahan belajar. Penggunaannya dapat dilakukan dengan menghadirkan secara nyata di kelas, atau observasi di lokasinya. Pada kondisi tertentu media ini dapat dimodifikasi dengan cara mengambil sebagian (membelah) misal mesin, contoh (spacimen) dan pameran (exhibit) misalnya benda bersejarah. Model, adalah benda tiga dimensi yang merupakan representasi dari benda sesungguhnya. Biasanya dalam bentuk miniatur. Bahan Grafis adalah gambar-gambar atau visual-visual yang penampilannya tidak diproyeksikan, misalnya gambar, grafik, poster dan kartun. Display atau bahan pameran, misalnya papan bulletin, papan tulis, dsb.
4. Pemanfaatan benda-benda atau pristiwa yang ada di lingkungan. Untuk dapat memanfaatkan benda-benda yang ada di lingkungan, guru harus mengidentifikasi karakteristik dari objek atau peristiwa yang dimiliki. Selanjutnya, dicocokkan karakteristik keberadannya pada objek atau peristiwa yang sudah dipilih atau dimiliki. Misalnya kita memiliki batu maka kita dapat mengidentifikasi karakter yang ada pada batu, misalnya: berat, volume, warna, bentuk, dan sebagainya. Karakter ini dicocokkan dengan ciri dari konsep yang akan dipelajari. Demikian pula sebaliknya dengan menentukan ciri dari konsep yang akan diajarkan, kita mencocokkan dengan karakteristik benda-benda yang ada di lingkungan untuk kita pilih sebagai media atau sumber belajar. Dari uraian tadi, bila kita bertolak dari batu, maka kita dapat mengajarkan konsep berat, volume, warna. Demikian pula dari konsep berat kita dapat memilih batu sebagai medianya. Di samping itu cara-cara pemilihan atau pemanfaatan benda-benda atau peristiwa yang ada di lingkungan dapat dilakukan dengan bertolak dari cara-cara pemilihan media menurut beberapa ahli media. Di sini akan dikemukakan hanya satu cara yaitu berdasar atribut atau kemampuan media untuk memenuhi indikator stimulus yang diberikan.
154
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 4
Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Media dan Sumber Belajar
Pemilihan Media menurut Atribut.*) Media Atribut
Cetak
Model
Obyek
Gambar Grafis
Video
Audio
1. Warna
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
-
2. 3-D
-
Ya
Ya
-
-
-
3. Gerak
-
Ya
Ya
-
Ya
-
4. Kontrol
Siswa
Siswa
Siswa
Dosen
Alat
Alat (Siswa)
5. Pilihan Bebas Tinggi
-
-
Sedang
Rendah
Sedang
6. Sensoris
Visual
Visual
Visual
Visual
Audio Visual
Audio
7. Simbol
Ikonik Digital
Ikonik
Ikonik
Ikonik Digital
Ikonik Digital
Digital
*) Dikutip dari Miarso, Y dkk. Hal. 69.
Daftar Rujukan Untuk lebih memperdalam pengertian tentang media dapat dibaca buku berikut: Arsyad, Azhar. 2006. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Degeng, I Nyoman S. 1999. Media Pembelajaran. Pelatihan Tenaga Pengajar. Malang: Universitas Negeri Malang H. Ronald, Anderson. 1987. Pemilihan dan Pengembangan Media untuk Pembelajaran. Seri Pustaka Teknologi Pendidikan. CV. Rajawali. Jakarta Heinich, Robert dkk. 1982. Instructional Media and The Technologies of Instruction. New York: John Wiley & Sons Latuheru, John. 1988. Media Pembelajaran: Dalam Proses Belajar Mengajar Masa Kini. Jakarta: P2LPTK. Lavie & Lentz.1982. Teaching and Media. Englwood Cliffs: Prentice hall, Inc Miarso, Yusufhadi, dkk. 1986. Teknologi Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
155
UNIT 4
Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Media dan Sumber Belajar
Sadiman, Arif. 1986. Media Pendidikan (Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Setyosari, Punaji dan Sihkabuden. 2005. Media Pembelajaran. Malang: Elang Mas Sudjana & Rivai. 1991. Media Pembelajaran (Pembuatannya dan Penggunaannya). Bandung: Rusdakarya. Suyanto, M. 2003. Multimedia Alat untuk Meningkatkan Keunggulan Bersaing. Yogyakarta: Andi.
156
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 4
Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Media dan Sumber Belajar
G. BAHAN TAYANGAN UNTUK FASILITATOR
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
157
UNIT 4
158
Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Media dan Sumber Belajar
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 4
Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Media dan Sumber Belajar
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
159
UNIT 4
160
Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Media dan Sumber Belajar
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 4
Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Media dan Sumber Belajar
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
161
UNIT 4
162
Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Media dan Sumber Belajar
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 4
Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Media dan Sumber Belajar
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
163
UNIT 4
164
Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Media dan Sumber Belajar
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 5 MEMPRAKTIKKAN PAKEM
UNIT 5
Mempraktikkan PAKEM
UNIT 5 MEMPRAKTIKKAN PAKEM Waktu: 12 Jam A. PENGANTAR Setelah peserta memahami dan memperoleh gambaran tentang PAKEM di Unit 1, peserta diminta menunjukkan pemahaman itu melalui pembuatan persiapan PAKEM dan melaksanakannya baik dalam bentuk mengajar teman (simulasi) maupun siswa (praktik mengajar). Ini perlu dilakukan agar penghayatan tentang PAKEM menjadi lebih Siswa dan guru menunjukkan keaktifan baik. Peserta juga perlu memperoleh belajar memfasilitasinya. pengalaman menangani hambatan yang dihadapi dalam melaksanakan PAKEM. Dengan demikian, sebagai dosen, mereka lebih siap untuk melaksanakan PAKEM dalam pembelajaran di SD dan di kampus. Dalam Unit 5 ini peserta dikelompokkan menjadi lima, yaitu untuk kelas 1, 2, 3, 4, dan 5. Contoh penerapan PAKEM terdapat pada lampiran tersendiri (bisa dipakai contohcontoh pembelajaran dalam buku seri Asyik Belajar dengan PAKEM atau sumber lain. Contoh tersebut dapat digunakan dalam perencanaan PAKEM. B. TUJUAN Setelah mengikuti pelatihan, para peserta mampu: 1. membuat persiapan pembelajaran yang menerapkan PAKEM 2. melakukan simulasi PAKEM 3. melakukan praktik mengajar dalam situasi kelas sesungguhnya di SD dengan menerapkan unsur-unsur PAKEM. C. BAHAN DAN ALAT 1. 2. 3. 4. 5.
Tayangan unit (powerpoint) Buku Asyik Belajar dengan PAKEM atau buku referensi lain yang relevan Bahan-bahan untuk pembelajaran berbasis Alat Peraga Murah (APM) ATK: kertas plano, spidol warna, lem, gunting, kertas HVS Printer warna
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
167
UNIT 5
Mempraktikkan PAKEM
D. LANGKAH KEGIATAN
30’ Membaca dan memilih topik pembelajaran 1 60’ Diskusi dan Refleksi kelompok 8
30’+60’ Menyusun Skenario Pembelajaran + penjelasan skenario 2 180’ Praktik mengajar di Sekolah 7
40’
10’
Kunjung Karya Hasil Praktik
Penguatan
9
120’
60’
Pengembangan RPP
Simulasi Persiapan Mengajar di Kelompok MAPEL
3
4
90’
30’
Penyempurnaan persiapan mengajar 6
Diskusi kelompok MAPEL 5
10
1. Pembentukan Kelompok dan Memilih Materi Pokok (20 menit) Fasilitator membagi peserta menjadi lima kelompok mata pelajaran yaitu: a. Kelompok kelas awal b. Kelompok kelas Matematika c. Kelompok kelas IPA d. Kelompok kelas IPS e. Kelompok kelas Bahasa Indonesia Berikut ini adalah langkah-langkah pemilihan materi pokok pembelajaran: 1. Fasilitator dapat menentukan apakah semua kelompok menggunakan tema yang sama atau masing-masing kelompok menentukan tema yang disepakati. Tema
168
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 5
2. 3. 4. 5.
Mempraktikkan PAKEM
dipilih dari kurikulum yang berlaku. Khusus untuk pelatihan ini tema yang dipilih adalah tubuh manusia dan kesehatan Masing-masing anggota kelompok menentukan pasangan mengajar (team teaching) Setiap team teaching terdiri dari 2 orang. Masing-masing pasangan dalam kelompok mengidentifikasi satu sampai dua kompetensi dasar (KD) yang sesuai dengan tema yang dipilih. Masing-masing kelompok mengadakan curah pendapat tentang kemungkinan kegiatan-kegiatan terkait KD yang dipilih. Masing-masing pasangan memilih satu KD yang disepakati serta kegiatan-kegiatan berdasarkan daftar ide hasil curah pendapat di nomor 4 untuk dikembangkan dalam perangkat pembelajaran. Fasilitator dapat memastikan bahwa peserta memilih kegiatan yang bervariasi.
Catatan: Buku ASYIK BELAJAR DENGAN PAKEM dapat digunakan sebagai sumber
dalam pemilihan kegiatan pembelajaran.
2. Menyusun dan Menjelaskan Kerangka Pembelajaran (90 menit) Peserta menyusun kerangka pembelajaran berupa urutan langkah-langkah PAKEM (dalam bentuk bagan alur) untuk pencapaian KD. Peserta menjelaskan kerangka pembelajaran yang telah disusun dalam kelompok masing-masing. Peserta mendiskusikan hasil penjelasan tersebut dengan berfokus pada ciri-ciri PAKEM. LK 5.1 Kerangka Pembelajaran (team teaching) Identitas Mata Pelajaran: KD
:
Tujuan/Indikator
:
MateriPokok
:
Langkah-langkah pembelajaran: (disusun berdasarkan sintaks yang dipilih, yang menerapkan beragam metode, media, media dan sumber belajar yang bervariasi yang semuanya mendukung tercapainya PAKEM
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
169
UNIT 5
Mempraktikkan PAKEM
3. Kerja Kelompok: Membuat Persiapan Praktik PAKEM (120 menit) Dalam kelompok, peserta secara berpasangan mengembangkan kerangka pembelajaran menjadi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Fasilitator mendampingi dan memberikan umpan balik. Fasilitator mengarahkan peserta untuk melengkapi RPP dengan perangkat pembelajaran pendukung lainnya sepert alat bantu belajar/ mengajar, media, lembar kerja, dan bahan ajar, seperti bahan bacaan jika diperlukan LK 5.2 Format RPP (team teaching)
Catatan: format RPP ini hanya contoh. Peserta dipersilakan menyesuaikan dengan format masing-masing sekolah.
4. Simulasi Persiapan Mengajar di dalam Kelompok (60 menit) Peserta melaksanakan simulasi di kelompok masing-masing. Salah satu peserta menjadi guru di depan peserta lain. Beberapa anggota kelompok mendapat giliran untuk mensimulasikan RPP. Peserta yang tidak menjadi guru pada simulasi akan berperan sebagai siswa. Fasilitator ikut mengamati simulasi dan memberi umpan balik. 5. Diskusi Kelompok: memberikan masukan berdasarkan hasil simulasi (30 menit) Fasilitator memimpin diskusi di masing-masing kelompok untuk membahas apakah 170
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 5
Mempraktikkan PAKEM
pembelajaran dalam simulasi memenuhi karakteristik PAKEM atau tidak dan membahas cara-cara meningkatkan pembelajaran yang mencerminkan prinsipprinsip PAKEM. Peserta yang melakukan simulasi mengungkapkan keberhasilan dan hambatan yang dirasakannya selama simulasi. Peserta lain memberikan komentar terutama tentang karakteristik PAKEM yang pakem pembelajaran dalam simulasi memenuhi karakteristik PAKEM, dan alternatif mengatasi hambatan yang dirasakan oleh simulator serta cara-cara memperbaiki RPP. (Setiap peserta hendaknya mencatat komentar untuk bahan pertimbangan dalam menyempurnakan persiapan, lembar kerja, dan sebagainya). 6. Penyempurnaan Persiapan PAKEM (90 menit) Peserta kembali ke kelompok kecil semula untuk bekerja dalam kelompok masing-masing memperbaiki persiapan, lembar kerja, dan bahan belajar lain yang dirancangnya dengan mempertimbangkan komentar dan masukan pada diskusi sebelumnya. Hasil perbaikan ini akan digunakan dalam praktik mengajar dengan siswa sesungguhnya. Semua peserta harus ikut membuat persiapan dan siap pula untuk mempraktikkannya.
Memaksimalkan diskusi dan kerjasama dalam meperbaiki persiapan praktek mengajar.
Fasilitator hendaknya mengingatkan agar tiap kelompok benar-benar siap dengan persiapan, lembar kerja dan sebagainya yang telah diperbaiki sehingga setelah kegiatan ini peserta berkonsentrasi pada pelaksanaan praktik mengajar, tidak lagi pada masalah persiapan. Fasilitator juga menjelaskan logistik terkait praktik sekolah kepada semua peserta.
7. Praktik Mengajar di Sekolah (180 menit) a. Mengajar di kelas (70 – 140 menit) Sebelum pelaksanaan, fasilitator memastikan bahwa guru kelas yang sesungguhnya mengikuti proses kegiatan dengan tetap berada di dalam kelasnya untuk mengamati.
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
171
UNIT 5
Mempraktikkan PAKEM
Setiap praktikan memiliki kesempatan untuk mengajar dan mengamati. Untuk pengamatan di kelas, Fasilitator dapat meminta pengamat untuk berfokus pada 1) kegiatan siswa, 2) kegiatan guru dan 3) interaksi antara siswa dan guru. Format/lembar observasi yang digunakan adalah sebagai berikut. LK 5.3 Lembar Observasi Praktik PAKEM (team teaching) No
Komponen Pembelajaran
1 2 3 4 5 6 7
Kegiatan siswa Kegiatan guru Interaksi antar siswa Interaksi siswa dengan guru Bentuk tugas yang dikerjakan siswa Sumber belajar yang digunakan Pemberian kesempatan yang sama antara siswa laki-laki dan perempuan Bentuk motivasi yang diberikan guru kepada siswa Aspek karakter yang dikembangkan (kemandirian, disiplin, tanggung jawab, kerjasama, kepercayaan diri dan lainlain)
8 9
Uraian
Fasilitator mengingatkan peserta agar setelah praktik mengajar, semua hasil kerja siswa dibawa ke tempat pelatihan untuk bahan kajian diskusi dan refleksi kelompok. b. Diskusi di Sekolah setelah Praktik Diskusi di sekolah bertujuan melibatkan guru-guru di sekolah yang ikut mengamati supaya terjadi efek pembelajaran dan sosialisasi pada guru-guru SD. Hal ini dilakukan segera setelah selesai mengajar di kelas, yang melibatkan tim mengajar dan guru kelas.
172
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 5
Mempraktikkan PAKEM
8. Diskusi dan Refleksi Kelompok (60 menit) a. Diskusi dan Refleksi Kelompok: Proses Mengajar (30 menit) Peserta dalam kelompok mengkaji a p a k a h pembelajaran terlaksana dengan baik atau tidak. Kajian berdasarkan lembar observasi yang telah diisi oleh pengamat. Berikutnya peserta yang lain memberikan masukan untuk perbaikan, menggunakan panduan LK 5.4 berikut ini. LK 5.4 Analisis Praktek PAKEM di Sekolah Dasar Komponen Pembelajaran Kegiatan siswa
Kekuatan Kelemahan Hambatan Rekomendasi
Kegiatan guru Interaksi antar siswa Interaksi siswa dengan guru Bentuk tugas yang dikerjakan siswa Sumber belajar yang digunakan Pemberian kesempatan yang sama antara siswa laki-laki dan perempuan Bentuk motivasi yang diberikan guru kepada siswa Aspek karakter yang dikembangkan (kemandirian, disiplin, tanggung jawab, kerjasama, kepercayaan diri dan lain-lain) Kegiatan siswa Kegiatan guru Interaksi antar siswa
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
173
UNIT 5
Mempraktikkan PAKEM
b. Diskusi kelompok: Umpan Balik Hasil Kerja Siswa (30 menit) Fasilitator meminta kelompok untuk beralih topik diskusi ke pekerjaan anak. Fasilitator meminta peserta memperhatikan kualitas hasil kerja anak. Peserta mendiskusikan poin-poin berikut:
Apakah hasil kerja siswa mencerminkan kreativitas siswa?
Apakah setiap produk siswa menunjukkan keterampilan akademis yang berbeda?
Apakah seluruh tugas seragam atau berbeda untuk masing-masing kelompok?
Apakah hasil kerja siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran?
9. Kunjung Karya Hasil Praktik Mengajar (40 menit) Fasilitator meminta peserta memajangkan (di dinding) RPP pembelajaran dan hasil karya anak yang dihasilkan dalam praktik pembelajaran PAKEM di sekolah. Setelah itu fasilitator meminta peserta berkeliling mengamati pekerjaan kelompok lain. Peserta berkeliling mengamati pekerjaan kelompok lain dengan mengisi LK 5.5 berikut: LK 5.5 Hasil Pengamatan Kunjung Karya Kelompok yang Dikunjungi
Informasi yang Diperoleh Perihal: RPP Karya Siswa Strategi Pembelajaran yang diterapkan
10. Penguatan (10 menit) Fasilitator memberi penguatan berikut:
174
Mencoba PAKEM terus menerus di sekolah akan membantu meningkatkan kepercayaan diri siswa maupun guru
Perlu waktu, praktik, kesabaran serta komitmen yang tinggi untuk menjadi guru yang lebih terampil dalam mengajar
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 5
Mempraktikkan PAKEM
E. BAHAN BACAAN UNTUK FASILITATOR DAN PESERTA: Contoh Jaringan Tema, Kompetensi Dasar, dan Kegiatan Kelas I KD Matematika:
KD Bahasa Indonesia:
5.1 Membandingkan berat benda (ringan, berat).
5.1 Mengulang deskripsi tentang benda-benda di sekitar
Kegiatan: Siswa menebak berat benda berdasarkan ringan/berat dan membuktikannya dengan timbangan non baku. Mengurutkan benda dari yang paling ringan ke yang paling berat atau sebaliknya
8.1 Menulis kalimat sederhana yang didiktekan guru dengan huruf tegak bersambung Kegiatan: Siswa memilih benda yang ada di kelas dan mendeskripsikannya berdasarkan bentuk, bau, warna, bunyi, halus/kasar permukaan
Tema: Benda, Binatang dan Tanaman sekitarku.
KD IPA:
KD IPS
4.1 Membedakan Gerak benda yang mudah bergerak dan sulit bergerak melalui percobaan.
2.2 Menjelaskan lingkungan rumah sehat dan perilaku dalam menjaga kebersihan rumah
Kegiatan:Contoh Siswa menebak benda-benda Jaringan Tema, yang mudah bergerak (dilihat dari bentuknya) dan membuktikannya dengan melakukan percobaan sederhana (dengan menggelindingkannya)
Kegiatan: Siswa menyebutkan bagian rumah beserta benda yang ada di dalamnya (meja, kursi, piring, rak buku, jendela, dll) serta menyebutkan bagaimana menjaga kebersihan dan kerapiannya.
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
175
UNIT 5
Mempraktikkan PAKEM
Contoh Jaringan Tema, Kompetensi Dasar, dan Kegiatan Kelas II KD Matematika:
KD Bahasa Indonesia:
3.1 Melakukan perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua angka.
7.2 Menyebutkan isi teks agak panjang (20-25 kalimat) yang dibaca dalam hati.
Kegiatan : Siswa mencari jawaban dari beberapa gambar situasi (mis. berapa jumlah kaki dari 7 orang yang sedang senam pagi?) Siswa menuliskan kalimat matematikanya lewat penjumlahan berulang dan perkalian. Siswa membuat 1 soal sendiri dan meminta teman di sebelahnya untuk jawab.
Kegiatan: Siswa menceritakan isi teks tentang bagaimana hidup sehat dan bersih dengan katakatanya sendiri kepada teman di sebelahnya dan dilanjutkan dengan kegiatan menuliskannya di kertas HVS/buku
Tema: Hidup Sehat dan Bersih
KD IPA:
KD IPS:
4.2. Mendeskripsikan kegunaan panas dan cahaya matahari dalam kehidupan sehari-hari.
2.2
Kegiatan: menyiram lapangan (dengan sedikit air), menjemur tissu basah/koran dan benda lainnya . Siswa menyimpulkan bagaimana benda-benda tersebut bisa kering. Kegiatan kemudian dihubungkan dengan kesehatan dan kebersihan.
176
Menceritakan pengalamannya dalam melaksanakan peran dalam anggota keluarga
Kegiatan: Siswa menuliskan kegiatannya bagaimana ia menjaga kesehatan diri dan kebersihan kamar, rumah dan lingkungan rumahnya (halaman rumah)
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 5
Mempraktikkan PAKEM
Contoh Jaringan Tema, Kompetensi Dasar, dan Kegiatan Kelas III KD Matematika:
KD Bahasa Indonesia:
5.2
5.1
Menghitung luas persegi dan persegi panjang
Kegiatan : Siswa menebak benda (dalam kelas) dengan luas paling besar/kecil, melakukan urutan luas (besar ke kecil), lalu membuktikannya dengan menggunakan ubin dari kertas origami (lipat). Dengan metode pengubinan, siswa mencari luas benda dan mengambil kesimpulan cara mencari luas
Memberikan tanggapan sederhana tentang cerita pengalaman teman yang didengarnya
Kegiatan: Siswa menulis : seandainya aku menjadi ….(disesuaikan dengan jenis pekerjaan nara sumber) setelah mendengar pemaparan nara sumber
Tema: Menjaga Kelestarian Lingkungan
KD IPA:
KD IPS:
6. 4 Mengidentifikasi cara manusia dalam memelihara dan melestarikan alam di lingkungan sekitar.
2.1 Mengenal jenis-jenis pekerjaan.
Kegiatan: Siswa melihat contoh lingkungan yang rusak (banjir, tumpukan sampah) dan mengidentifikasi mengapa lingkungan bisa rusak. Kemudian siswa diajak mencari solusi bagaimana menjaga/melestarikan alam di lingkungan mereka.
Kegiatan: Siswa mewawancarai nara sumber tentang pekerjaan (apa, di mana), manfaat bagi masyarakat, , mengapa memilih jenis pekerjaan, dsb. Siswa mencatat hal-hal penting dan menuangkannya ke dalam catatan (tabel, peta pikiran, dsb)
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
177
UNIT 5
Mempraktikkan PAKEM
Contoh Jaringan Tema, Kompetensi Dasar, dan Kegiatan Kelas IV KD Matematika: 3.2 Menentukan hubungan antar satuan waktu, antar satuan panjang, dan antar satuan berat. Kegiatan: Mengukur tinggi dan berat badan dikaitkan dengan berat badan ideal. Sebelum mengukur, siswa memperkirakan terlebih dahulu tinggi dan berat badan mereka.
KD Bahasa Indonesia: 8.1 Menyusun karangan tentang berbagai topik sederhana dengan memperhatikan penggunaan ejaan (huruf besar, tanda titik, tanda koma, dll.) Kegiatan: • Mengamati gambar tubuh manusia dan cara merawatnya. • Mengidentifikasi hal-hal penting dlm gambar • Membaca sejumlah informasi dr buku atau internet • Berdiskusi tentang gambar dan hasil membaca • Menyusun karangan (perhatikan ejaan) • Mengedit ejaan karangan teman • Mempresentasikan karya terbaik
Tema: Tubuh Manusia dan Kesehatan
KD IPA: 1.1. Mendeskripsikan hubungan antara struktur kerangka tubuh manusia dengan fungsinya 1.2 Menerapkan cara memelihara kesehatan kerangka tubuh Kegiatan: • Siswa mengidentifikasi rangka tubuh manusia melalui pengamatan • Siswa menggambar berbagai tulang dan rangka penyusun tubuh manusia • Siswa mencari dan menemukan informasi mengenai upaya menjaga kesehatan kerangka tubuh • Siswa menerapkan cara duduk yang benar sebagai salah satu cara memelihara kesehatan kerangka tubuh 1.3 Mendeskripsikan hubungan antara struktur panca indera dengan fungsinya 1.4 Menerapkan cara memelihara kesehatan panca indera Kegiatan: • Siswa mengidentifikasi struktur panca indera dan menjelaskan fungsinya (melalui pengamatan dan membaca literatur) • Siswa mencari dan menemukan informasi mengenai upaya menjaga kesehatan panca indera (dari nara sumber dan referensi) • Siswa menerapkan cara membaca yang benar untuk menjaga kesehatan mata
178
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
KD IPS: 2.1 Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya Kegiatan: • Mengidentifikasi jenis-jenis teknologi produksi yang berkenaan dengan kesehatan tubuh manusia • Mengidentifikasi berbagai cara menanggulangi dampak negative dari perkembangan teknologi komunikasi. • Menjelaskan perbedaan alat transportasi darat, laut dan udara dari sisi tata cara penggunaan, kelengkapan penumpang saat menggendarai, peraturan dan keamanan.
UNIT 5
Mempraktikkan PAKEM
Contoh Jaringan Tema, Kompetensi Dasar, dan Kegiatan Kelas V KD Matematika:
KD Bahasa Indonesia:
5.4 Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala
7.1 Membandingkan isi dua teks yang dibaca dengan membaca sekilas Kegiatan: Membaca sekilas dua teks yang berbeda tentang tubuh manusia dan kesehatan dengan membaca sekilas (dibatasi waktunya) Menuliskan isi bacaan dari kedua teks tersebut Mendiskusikan dengan teman dengan cara membandingkan isi kedua teks itu Mempresentasikan hasil diskusi dengan kelompok lain dan saling memberi masukan Menulis laporan isi kedua bacaan tersebut ke dalam beberapa bentuk (table, diagram, paparan, dan peta konsep. Menentukan karya terbaik dan memajangnya
Kegiatan: Mengukur panjang berbagai bagian tubuh dan membandingkannya. Misal panjang jengkal, hasta, lengan, kaki, telapak kaki, tinggi muka, dan lingkar perut; dan menggambar tubuhnya sendiri berdasarkan perbandingan ukuran bagian tubuh tadi.
Tema: Tubuh Manusia dan Kesehatan
KD IPA:
KD IPS:
7.4 Mendeskripsikan proses daur air dan kegiatan manusia yang dapat mempengaruhinya
1.5. Mengenal jenis-jenis usaha dan kegiatan ekonomi di Indonesia
7.5 Mendeskripsikan perlunya penghematan air
Kegiatan:
Kegiatan:
Mengidentifikasi dan membedakan jenis-jenis usaha dan kegiatan ekonomi di masyarakat Indonesia yang berhubungan dengan kesehatan
• Siswa membuat diagram daur air • Siswa membuktikan bahwa kegiatan manusia mempengaruhi kualitas air • Siswa mengidentifikasi faktor penyebab kelangkaan air tawar, misalnya karena pencemaran air, menurunnya curah hujan, dan menurunnya penyerapan air ke dalam tanah • Siswa menyadari bahwa air tawar jumlahnya terbatas • Siswa membuat poster penghematan air
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
179
UNIT 5
Mempraktikkan PAKEM
Contoh Jaringan Tema, Kompetensi Dasar, dan Kegiatan Kelas VI KD Matematika:
KD Bahasa Indonesia:
6.3 Menentukan posisi titik dalam sistem koordinat Kartesius
6.1. Berpidato atau presentasi untuk berbagai keperluan (acara perpisahan, perayaan ulang tahun, dll.) dengan lafal, intonasi, dan sikap yang tepat
7.1 Menyajikan data ke bentuk tabel, diagram gambar, batang, lingkaran 7.4 Menafsirkan hasil pengolahan data Kegiatan: Siswa mengukur berat dan tinggi badannya dan 9 temannya, menyajikannya dalam tabel dan koordinat Kartesius; kemudian menuliskan tafsirannya.
Kegiatan: • Menonton video dokter sedang berpresentasi tentang penanggulangan banjir • Mencermati bagian penting video tersebut • Membaca buku/informasi tentang berpresentasi yang baik dan efektif • Mengambil kartu tema dan merancang butir yang akan dipresentasikan dalam program sosialisasi kesehatan tubuh • Mendiskusikan rancangan presentasi dalam kelompok • Praktik presentasi dalam kelompok secara bergantian dan dinilai teman • Memilih presenter terbaik • Presenter terbaik melakukan secara kelas.
Tema: Tubuh Manusia dan Kesehatan
KD IPA:
KD IPS:
6.1 Mengidentifikasi faktor-faktor yang menentukan pemilihan benda/bahan untuk tujuan tertentu (karet, logam, kayu, plastik) dalam kehidupan sehari-hari
2.2 Mengenal cara-cara menghadapi bencana alam
Kegiatan: • Siswa mengidentifikasi pemanfaatan karet, logam, kayu, dan plastik dalam kehidupan sehari-hari • Siswa praktik melakukan 3 R (Reuse, Reduce, Recycle) sebagai upaya mengurangi pencemaran lingkungan. • Siswa mengkreasi barang bekas menjadi barang yang bermanfaat.
180
Kegiatan: • Mengidentifikasi berbagai macam bencana alam di Indonesia •
Mengklasifikasi dampak positif dan negatif bencana alam bagi kesehatan
•
Menjelaskan cara menanggulangi berbagai macam bencana alam
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 5
Mempraktikkan PAKEM
F. BAHAN TAYANGAN UNTUK FASILITATOR
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
181
UNIT 5
182
Mempraktikkan PAKEM
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 5
Mempraktikkan PAKEM
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
183
UNIT 5
184
Mempraktikkan PAKEM
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 5
Mempraktikkan PAKEM
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
185
UNIT 5
186
Mempraktikkan PAKEM
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 5
Mempraktikkan PAKEM
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
187
UNIT 5
188
Mempraktikkan PAKEM
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 6 MENULIS JURNAL REFLEKTIF
UNIT 6
Menulis Jurnal Reflektif
UNIT 6 MENULIS JURNAL REFLEKTIF Waktu: 1 Jam, 10 Menit
A. PENGANTAR Kemampuan merefleksikan pelaksanaan sebuah kinerja oleh dosen merupakan keterampilan yang sangat penting untuk dikembangkan. Dengan berefleksi,-merenungkan, dan menganalisis apa saja yang telah dilakukan serta pengaruhnya-- akan dapat menemukan kelebihan dan kelemahan sebuah kinerja. Selanjutnya hal tersebut akan berkontribusi pada pembaharuan hal-hal yang sudah baik, tidak mengulangi kesalahan yang sama, dan mencari jalan keluar untuk memecahkan kelemahan yang ditemukan dan Merefleksikan sebuah pengalaman masalah yang dihadapi. pembelajaran, dapat berkontribusi pada pembaharuan hal-hal yang sudah baik, tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Salah satu sarana yang dapat membantu melakukan refleksi adalah Jurnal Reflektif. Jurnal Reflektif merupakan kumpulan catatan perenungan dan analisis tentang proses kinerja serta rencana tindak lanjut untuk hal-hal yang ditemukan dalam perenungan tersebut. Pada waktu diminta berefleksi dan menuliskan hasil refleksi, seseorang cenderung hanya mendeskripsikan apa yang terjadi dan menilai peristiwa-peristiwa pada kulitnya saja. Dalam unit ini terdapat latihan berefleksi dan menuliskan hasil refleksi dalam Jurnal Reflektif. Dengan mempelajari cara berefleksi dan mempraktikkannya selama dan sesudah beraktivitas, kemampuan berefleksi tentang proses dan hasil belajar diharapkan dapat meningkat. B. TUJUAN Setelah mengikuti sesi ini, para peserta: (1) mampu membedakan jurnal reflektif dan tidak reflektif, (2) mampu membuat Jurnal Reflektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
191
UNIT UNIT66
Menulis Jurnal Reflektif
C. BAHAN DAN ALAT 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Presentasi Unit 6 (powerpoint) Buku tulis, satu untuk setiap peserta untuk menuliskan jurnal reflektif mereka Jurnal 1dan Jurnal 2: Jurnal yang belum reflektif LK 6.1: Identifikasi Jurnal yang belum Reflektif dan Jurnal Reflektif Lk 6.2: Pembuatan Jurnal Reflektif Bacaan Tambahan (untuk peserta) ATK: kertas plano, spidol
Namun demikian, fasilitator harus tetap siap apabila peralatan yang diharapkan tidak tersedia. Fasilitator harus menyiapkan presentasi dengan menggunakan OHP atau dengan menggunakan kertas flipchart. D. LANGKAH KEGIATAN 10’
15’
30’ Pembahasan
Diskusi Pengantar
• Mengkaji contoh teks jurnal yang belum reflektif dan memberikan umpan balik sesuai dengan bagan jurnal reflektif
1
•
2
10’
5’
Integrasi
Penutup Periksa ketercapaian tujuan Ungkap/ tulis hal yang membingungkan
Menulis jurnal reflektif dari buku jurnal atau pengalaman praktik mengajar Menayangkan hasil kerja perwakilan kelompok dan membahas jurnal refleksi yang dibuat dan 3 merevisinya
Diskusikan integrasi materi ini dalam perkuliahan, PPLT dan 4 pelayanan guru dalam jabatan
I. Pengantar (10 menit) (1) Peserta duduk berdasarkan kelompok sebanyak 5 kelompok. (2) Fasilitator menjelaskan latar belakang, tujuan sesi, pertanyaan kunci, dan langkah-langkah kegiatan. Tujuan dan pertanyaan kunci membimbing peserta mengevaluasi diri pada akhir sesi untuk mengetahui apakah mereka telah bisa mencapai tujuan sesi,
192
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 6
Menulis Jurnal Reflektif
Catatan untuk Fasilitator
1
Jurnal Mengajar atau Agenda Pembelajaran selama ini lebih bersifat administratif, yaitu berisi hari/tanggal mengajar, kelas, jam ke .., uraian kegiatan, ketidakhadiran mahasiswa, dan catatan. Kolom catatan biasanya lebih sering kosong. Jurnal Mengajar atau Agenda Pembelajaran tersebut bisa dibuat lebih inspiratif dengan cara menuliskan refleksi dosen pada kolom catatan. Catatan yang reflektif akan menjadi pembimbing dosen untuk bisa mengajar lebih baik dan tidak mengulang kesalahan yang sama. Catatan reflektif tersebut bisa juga dilampirkan pada SAP yang telah lewat sehingga setiap SAP yang telah digunakan memiliki catatan proses pelaksanaannya. Hal ini akan sangat berguna sebagai masukan ketika dosen menyusun dan melaksanakan ulang SAP tersebut. SAP dapat diperbaiki dan menjadi lebih baik sehingga pelaksanaan proses belajar mengajar lebih efektif karena dosen telah belajar dari kelebihan dan kekurangan proses yang telah lewat. Hal ini bisa menjadi sumber gagasan untuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bersama guru .
2. Diskusi (15 menit) (1)
Mengidentifikasi Jurnal yang tidak Reflektif dan Reflektif. a. Fasilitator membagikan Jurnal 1 dan Jurnal 2 kepada tiap peserta. Jurnal 1:
19 Juni 2010 Aku memfasilitasi kegiatan Pembelajaran PAKEM sesi 1 dengan peserta 40 orang yang terdiri atas 5 kelompok dari 4 sekolah mitra. Peserta sangat antusias dan aktif mengikuti sesi. Terbukti mereka luar biasa aktif mereaksi yel-yel dan menjawab pertanyaan individual maupun keaktipan mereka dalam kerja kelompok. Tapi aku belum merasa puas pada kegiatan yang saya lakukan ini. Ada beberapa hal yang mestinya bisa dilaksanakan lebih maksimal, yaitu penataan ruang dan pengelolaan waktu. Aku kurang bisa bergerak leluasa terutama ketika mendampingi peserta dalam berdiskusi karena jarak kursi yang terlalu dekat. Akibatnya aku tidak bisa betul-betul mengetahui mutu pekerjaan peserta. Saya akan memperbaikinya pada saat pertemuan berikutnya.
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
193
UNIT UNIT66
Menulis Jurnal Reflektif
Jurnal 2: Catatan seorang dosen dalam memberikan kuliah:
Hari ini saya pada perkuliahan menerapkan Metode Jigsaw. Ternyata para mahasiswa lumayan aktif. Tapi, beberapa mahasiswa yang lain kurang sekali partisipasinya dalam diskusi kelompok ahli.. Kalau diam saja mereka bisa ketinggalan. Setelah saya dekati ternyata mereka tidak paham bahwa nanti mereka harus menerangkan/menjelaskan pada kelompok asalnya sendiri-sendiri dan kegiatan ini sudah dinilai. Begitu mengetahui hal tersebut mereka terkejut lalu ingin mengikuti diskusi dan membaca unit yang didiskusikan. Jadi mahasiswa yang pasif itu karena tidak menduga harus menerangkan pada temannya nanti. Kenapa mereka tidak paham perintah saya untuk kegiatan jigsaw? Memang agak rumit, tapi saya merasa cukup jelas menerangkan alur kerja Jigsaw. Apa karena perintah yang saya sampaikan secara lisan saja?, Saya mencoba menjelaskan kembali langkah-langkah pembelajaran dengan model Jigsaw. Ternyata hasilnya sebagaian besar mahasiswa aktif. Kenapa mereka tidak paham perintah saya untuk langkah-langkah kegiatan model Jigsaw? Apa karena perintah saya sampaikan secara lisan saja? Memang kemungkinan besar berbeda penapsiran terhadap penjelasan prosedur pembelajaran Model Jigsaw. Mungkin saja. Baik!, Pertemuan berikutnya saya buat dalam powerpoint tentang alur kerja pembelajaran Jigsaw yang bisa saya pakai berulang-ulang kali kalau saya menerapkan Jigsaw. Akan saya lihat apakah itu bisa membuat tiap mahasiswa aktif dalam kelompok. Selain itu sepertinya kalau dalam diskusi kelompok mahasiswa harus diberi beban pribadi. Jadi dalam diskusi kelompok tetap harus ada tugas pribadi. Itu berarti saya harus tetap merancang tugas individu untuk setiap kegiatan kelompok.
b. Setelah membaca Jurnal 1 dan Jurnal 2, tiam kelompok mengisi LK 6.1. LK 6.1 Identifikasi Jurnal tidak Relektif (untuk kelompok) Bahan Bacaan
Reflektif atau tidak
Alasan
Jika belum reflektif, Rekomendasi Perbaikan
Jika Sudah Reflektif, tentukan bagian: Deskripsi
Jurnal 1 Jurnal 2
194
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Evaluasi
Rencana ke depan
UNIT 6
Menulis Jurnal Reflektif
c. Fasilitator menginstrusikan agar tiap kelompok memberikan hasil kerjanya ke kelompok lain searah jarum jam. d. Fasilitator memberikan kesempatan untuk satu kelompok yang dipilih secara acak untuk membacakan hasil kerjanya dan kelompok lain membandingkan dengan hasil kerja kelompoknya. Jika ada ketidaksesuaian, kelompok dapat menyampaikan pendapat kelompoknya. 3. Pembahasan (30 menit) (1) Praktik menulis refleksi pada Jurnal Reflektif (20 menit) a. Fasilitator membagikan notebook/buku tulis yang berisikan catatan selama pelatihan dan praktik mengajar dan meminta peserta menulis jurnal reflektif atas pengalaman praktik mengajar atau sesi pelatihan yang telah mereka ikuti dengan menggunakan LK 6.2. LK 6.2 Jurnal Reflektif Deskripsi
Evaluasi
Rencana Ke Depan
(2) Sharing Jurnal Reflektif (15 menit) a. Fasilitator meminta peserta saling bertukar jurnal secara berpasangan (jika ada peserta yang tidak memiliki pasangan maka ybs bergabung dengan kelompok lain sehingga jumlah peserta kelompok tersebut menjadi tiga orang). b. Tiap peserta dengan pasangannya saling tukar Jurnal Reflektif dan memberikan koreksian atas hasil kerja pasangannya. c. Fasilitator menayangkan salah satu contoh refleksi yang dibuat satu pasangan secara acak dan mengkaji tingkat reflektifnya berdasarkan siklus refleksi (untuk
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
195
UNIT UNIT66
Menulis Jurnal Reflektif
penguatan) Sedapat mungkin Jurnal hasil peserta dapat difoto untuk ditayangkan. d. Fasilitator meminta peserta untuk memberikan masukan atas tayangan dari kelompok terpilih tersebut. e. Fasilitator diminta untuk melakukan perbaikan Jurnal Reflektif masing-masing berdasarkan hasil penyempurnaan hasil kerja pasangan yang ditayangkan. 4. Integrasi Materi Jurnal Reflektif Di LPTK (10 menit) Mintalah peserta untuk mendiskusikan integrasi materi jurnal reflektif di perkuliahan, PPLT dan pelayanan guru dalam jabatan 5. Penutup (5 menit) Fasilitator menayangkan tujuan dan pertanyaan kunci sesi ini dan meminta peserta mengevaluasi diri untuk mengukur sejauh manakah mereka telah mencapai tujuan sesi.
196
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 6
Menulis Jurnal Reflektif
E. BAHAN BACAAN UNTUK FASILITATOR DAN PESERTA
Contoh Refleksi Berikut ini adalah contoh refleksi dari beberapa dosen/pengajar. Manakah dari beberapa contoh berikut yang reflektif yang memberikan inspirasi bagi yang menulis untuk berkembang menjadi dosen yang lebih baik. Jurnal 1: 19 Juni 2010 Aku memfasilitasi kegiatan Pembelajaran PAKEM sesi 1 dengan peserta 40 orang yang terdiri atas 5 kelompok dari 4 sekolah mitra. Peserta sangat antusias dan aktif mengikuti sesi. Terbukti mereka luar biasa aktif mereaksi yel-yel dan menjawab pertanyaan individual maupun keaktipan mereka dalam kerja kelompok. Tapi aku belum merasa puas pada kegiatan yang saya lakukan ini. Ada beberapa hal yang mestinya bisa dilaksanakan lebih maksimal, yaitu penataan ruang dan pengelolaan waktu. Aku kurang bisa bergerak leluasa terutama ketika mendampingi peserta dalam berdiskusi karena jarak kursi yang terlalu dekat. Akibatnya aku tidak bisa betul-betul mengetahui mutu pekerjaan peserta. Saya akan memperbaikinya pada saat pertemuan berikutnya.
(Catatan refleksi seorang dosen PGSD yang menjadi fasilitator pelatihan) Jurnal 2: 15 Agustus 10 Catatan seorang dosen pada saat perkuliahan. Hari ini saya pada perkuliahan menerapkan metode Jigsaw. Ternyata para mahasiswa lumayan aktif. Tapi, beberapa yang lain kurang sekali partisipasinya dalam diskusi kelompok ahli.. Kalau diam saja mereka bisa ketinggalan. Setelah saya dekati ternyata mereka tidak paham bahwa nanti mereka harus menerangkan/menjelaskan pada kelompok asalnya sendiri-sendiri dan itu dinilai. Begitu mengetahui mereka kaget lalu mau ikut berdiskusi dan membaca unit yang didiskusikan. Jadi yang pasif itu karena tidak mengira akan harus menerangkan pada temannya nanti. Kenapa mereka tidak paham perintah saya untuk kegiatan Jigsaw? Memang agak rumit, tapi saya merasa cukup jelas menerangkan alur kerja Jigsaw. Apa karena perintah saya sampaikan secara lisan saja?, Saya mencoba menjelaskan kembali langkah-langkah pembelajaran dengan model Jigsaw. Ternyata mahasiswa sebahagian yang aktif.
(Catatan refleksi seorang dosen setelah menggunakan pembelajaran kelompok model jigsaw)
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
197
UNIT UNIT66
Menulis Jurnal Reflektif
Jurnal 3: Catatan seorang dosen dalam memberikan kuliah:
Hari ini saya pada perkuliahan menerapkan Metode Jigsaw. Ternyata para mahasiswa lumayan aktif. Tapi, beberapa mahasiswa yang lain kurang sekali partisipasinya dalam diskusi kelompok ahli.. Kalau diam saja mereka bisa ketinggalan. Setelah saya dekati ternyata mereka tidak paham bahwa nanti mereka harus (Catatan refleksi guru yang pada juga seorang menerangkan/menjelaskan kelompokpelatih) asalnya sendiri-sendiri dan kegiatan ini sudah dinilai. Begitu mengetahui hal tersebut mereka terkejut lalu ingin mengikuti diskusi dan membaca unit yang didiskusikan. Jadi mahasiswa yang pasif itu karena tidak menduga harus menerangkan pada temannya nanti. Kenapa mereka tidak paham perintah saya untuk kegiatan jigsaw? Memang agak rumit, tapi saya merasa cukup jelas menerangkan alur kerja Jigsaw. Apa karena perintah yang saya sampaikan secara lisan saja?, Saya mencoba menjelaskan kembali langkah-langkah pembelajaran dengan model Jigsaw. Ternyata hasilnya sebagaian besar mahasiswa aktif. Kenapa mereka tidak paham perintah saya untuk langkah-langkah kegiatan model Jigsaw? Apa karena perintah saya sampaikan secara lisan saja? Memang kemungkinan besar berbeda penapsiran terhadap penjelasan prosedur pembelajaran Model Jigsaw. Mungkin saja. Baik!, Pertemuan berikutnya saya buat dalam powerpoint tentang alur kerja pembelajaran Jigsaw yang bisa saya pakai berulang-ulang kali kalau saya menerapkan Jigsaw. Akan saya lihat apakah itu bisa membuat tiap mahasiswa aktif dalam kelompok. Selain itu sepertinya kalau dalam diskusi kelompok mahasiswa harus diberi beban pribadi. Jadi dalam diskusi kelompok tetap harus ada tugas pribadi. Itu berarti saya harus tetap merancang tugas individu untuk setiap kegiatan kelompok.
198
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 6
Menulis Jurnal Reflektif
Lembar Kerja 6.1 Siklus Refleksi
1. Deskripsi Deskripsikan apa yang terjadi / apa yang Anda lihat / apa yang Anda alami /apa yang Anda lakukan
3. Rencana ke depan Apa yang seharusnya dilakukan / sebaiknya dilakukan?
2. Evaluasi Apa yang baik/tidak baik, bermanfaat/tidak bermanfaat dari peristiwa/pengalaman tersebut?
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
199
UNIT UNIT66
Menulis Jurnal Reflektif
BAHAN BACAAN UNTUK FASILITATOR DAN PESERTA Jurnal Reflektif Mahasiswa Jurnal Reflektif adalah semacam buku catatan yang digunakan oleh para mahasiswa untuk menuangkan pendapat/perasaan mereka tentang proses belajar tentang suatu hal (misalnya: perumpamaan, berat jenis, past tense, dll). Contoh: Minggu ini saya belajar tentang teks deskripsi. Sulit. Saya tidak betul-betul ngerti bagaimana sih menulis teks deskripsi. Saya tahu kata bu guru pokoknya nulis ciri-ciri binatang. Warnanya, besarnya, berapa kakinya, dll. Tapi dapat kata-katanya dari mana. Dosen sudah menerangkan tapi saya tetep ndak ngerti karena Bu Diah bicara terlalu banyak bhs. Inggrisnya dan cepaaaat sekali. Yang diterangkan banyak lagi. Bingung ah. Saya akan minta Bu Diah menerangkan lagi dalam bahasa Indonesia. Saya juga akan minta contoh. Dapat kata-katanya itu dari mana.
Kebiasaan menulis Jurnal Refleksi oleh mahasiswa (biasa disebut sebagai Jurnal Belajar) memiliki beberapa manfaat. Pertama, dengan adanya tradisi menulis Jurnal Refleksi mahasiswa akan terbiasa menuangkan pikiran dan perasaannya secara tertulis. Dengan demikian kemampuan menulis mahasiswa mendapatkan sarana untuk berkembang secara alami. Kedua, dengan membaca Jurnal Refleksi mahasiswa, dosen bisa lebih memahami pikiran dan perasaan mahasiswa tentang proses belajar yang diikutinya. Sebagai pendidik yang baik dosen perlu lebih banyak memahami mahasiswanya dengan baik dengan cara mengamati dan mendengarkan mahasiswa, serta membaca perasaan dan proses berpikir mahasiswa seperti yang tertuang dalam Jurnal Refleksi mahasiswa. Pengetahuan dosen tentang mahasiswa akan membimbing dosen menghasilkan pembelajaran yang lebih tepat sasaran, cocok dengan keadaan riil mahasiswa. Ketiga, dengan menulis jurnal refleksi, mahasiswa belajar mengevaluasi proses belajar yang sedang dia alami. Jurnal Refleksi membantu mahasiswa mengidentifikasi apa yang sudah dia ketahui/pahami, apa yang belum dan seharusnya masih perlu dia ketahui serta merencanakan langkah-langkah untuk mendapatkan apa yang seharusnya dia ketahui. Ketika merasa bingung, misalnya, mahasiswa tidak sekedar larut dalam kebingungannya tapi juga mencoba mencari sebab mengapa dia bingung dan jalan keluar apa yang bisa dia usahakan atau pertolongan apa yang dia butuhkan dan kemana atau kepada siapa dia bisa meminta tolong. Ketika membaca refleksi mahasiswa ini dosen bisa memberikan bantuan yang tepat.
200
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 6
Menulis Jurnal Reflektif
Kapankah mahasiswa menulis Jurnal Refleksi? Apakah setiap saat selesai pembelajaran setiap mata kuliah? Ataukah setiap minggu untuk setiap mata kulaih? Hal ini bisa dibicarakan dalam rapat dosen. Sebagai langkah awal, dosen bisa mencoba untuk meminta mahasiswa menulis Jurnal Refleksi seminggu sekali. Mahasiswa tidak perlu menulis untuk setiap mata kuliah kecuali kalau dosen dan semua mahasiswa menyetujui. Namun, sebaiknya Jurnal Refleksi tidak menjadi sesuatu yang membebani. Dosen dapat membaca Jurnal Refleksi dan memberikan tanggapan terhadap isinya, dan kalau perlu menyampaikan permasalahan pembelajaran mahasiswa pada dosen. Tanggapan dilandasi niat untuk memotivasi, membantu mencari jalan keluar, dan memberikan layanan pendidikan terbaik. Apakah Jurnal Reflektif diberi nilai? Apresiasi atau penghargaan yang paling tepat atas Jurnal Refleksi mahasiswa adalah dalam bentuk tanggapan-tanggapan tulus dosen yang ditulis di Jurnal Refleksi mahasiswa, misalnya dalam bentuk pujian, motivasi, dorongan untuk lebih giat atau tindak lanjut nyata yang bisa membantu mahasiswa mendapatkan jalan keluar atas masalah yang dia tuliskan, dan lain-lain. Pertanyaan Refleksi apa yang bisa diberikan? Para dosen bisa merancang sendiri pertanyaan-pertanyaan yang bisa mendorong siswa untuk merenungkan proses belajar mereka. Pertanyaan bisa diubah-ubah sesuai dengan kondisi dan situasi setempat. Berikut ini hanyalah beberapa contoh yang bisa dikembangkan lebih lanjut. 1. Bagaimana pendapatmu atau perasaanmu tentang proses belajar hari ini (atau, seminggu) ini? 2. Apa saja yang telah kamu pahami? Apa yang telah bisa kamu lakukan dengan baik? 3. Seandainya kamu diminta melakukan lagi, kira-kira bagaimana kamu akan melakukannya? (pertanyaan diberikan setelah mahasiswa melakukan suatu kinerja tertentu) 4. Hal apa yang masih membingungkan? Kira-kira mengapa kamu masih bingung? 5. Apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi kebingungan itu? Bantuan apa yang kamu perlukan?
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
201
UNIT UNIT66
Menulis Jurnal Reflektif
F. BAHAN TAYANGAN UNTUK FASILITATOR
202
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 6
Menulis Jurnal Reflektif
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
203
UNIT UNIT66
204
Menulis Jurnal Reflektif
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 6
Menulis Jurnal Reflektif
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
205
UNIT UNIT66
206
Menulis Jurnal Reflektif
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 6
Menulis Jurnal Reflektif
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
207
UNIT UNIT66
208
Menulis Jurnal Reflektif
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 7
Rencana Tindak Lanjut
UNIT 7 RENCANA TINDAK LANJUT PAKEM
1 Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 7
Rencana Tindak Lanjut
210 Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 7
Rencana Tindak Lanjut
UNIT 7 RENCANA TINDAK LANJUT PAKEM Waktu: 1 Jam A. PENGANTAR Keberhasilan suatu pelatihan dosen pada hakikatnya ditunjukkan dengan sejauhmana dampak pelatihan tersebut terhadap suasana pembelajaran di ruang kuliah. Setinggi apa pun hasil evaluasi peserta dalam suatu pelatihan (bila ada) akan kurang bermakna bila tidak menimbulkan perubahan di ruang kuliah. Oleh karena itu, penerapan hasil pelatihan oleh dosen dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari perlu dijamin baik oleh dosen itu sendiri maupun oleh Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan. Salah satu upaya untuk menjamin penerapan tersebut adalah RENCANA TINDAK LANJUT dari dosen Pendidik Tenaga Kependidikan secara keseluruhan.
Rencana tindak lanjut merupakan salah satu upaya menjamin diterapkannya hasil pelatihan.
yang bersangkutan dan Lembaga
Rencana tindak lanjut merupakan awal ‘komitmen’ dosen dan LPTK dalam menerapkan apa yang diperoleh dalam pelatihan. Rencana tersebut perlu ditulis sehingga memudahkan yang bersangkutan maupun pihak lain untuk melaksanakannya dan memantau ketercapaiannya. Rencana perlu dibuat praktis, dalam jangkauan kemampuan si pembuatnya dan daya dukung LPTK. Jumlah kegiatan lebih baik sedikit tetapi dilaksanakan daripada banyak tetapi tidak dilaksanakan. Rencana yang terlalu ‘muluk’ hanya akan tinggal sebagai rencana, tidak menimbulkan perubahan di LPTK. Akibatnya, pelatihan yang telah dilaksanakan hanya akan merupakan suatu ‘pemborosan’ dana, tenaga, dan waktu. B. TUJUAN Setelah mengikuti pelatihan, para peserta mampu membuat Rencana Tindak Lanjut yang dapat diterapkan dalam rangka menerapkan pembelajaran aktif ketika memberikan perkuliahan.
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
211
UNIT 7
Rencana Tindak Lanjut
C. ALAT DAN BAHAN 1. Video PAKEM di Perguruan Tinggi 2. Lembar Kerja 7.1: Indentifikasi PAKEM di Perguruan Tinggi 3. Lembar 7.2: Rencana Tindak Lanjut-Individu 4. Hand Out 7.1: Daftar Kegiatan Rencana Tindak Lanjut 5. ATK: kertas plano, spidol, pulpen, kertas catatan, penempel kertas, lem, dan gunting D. LANGKAH KEGIATAN 5’
20’
15’
Pengantar
Berbagi Pengalaman (Tayangan Video) dan Identifikasi PAKEM di Perguruan Tinggi
Menyusun RTL Individu:
1
2
3
5’
15’
Penguatan
Penayangan RTL Perwakilan Kelompok secara Lisan atau dengan menggunakan Tayangan
5
4
1. Pengantar (5 menit) a. Peserta diminta untuk duduk berkelompok sebanyak 5 kelompok dengan nama kelompok PAKEM (Pembelajaran, Aktik, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). b. Fasilitator menyampaikan tujuan dari unit ini yakni tindak lanjut dari pelatihan. Peserta diharapkan untuk menyusun kegiatan yang akan dilakukan pada 3 bulan ke depan.
212
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 7
Rencana Tindak Lanjut
2. Berbagi Pengalaman (20 menit) a. Fasilitator meminta peserta untuk mengungkapkan pengetahuan atau kemampuan apa saja yang telah diperoleh setelah mengalami pelatihan ini dan meminta peserta untuk mengamati Video tentang PAKEM di Perguruan Tinggi dengan mengidentifikasi PAKEM di Perguruan Tinggi (Gunakan LK 7.1: Identifikasi PAKEM di Perguruan Tinggi (Individu)). Peserta diminta membubuhkan tanda centang (v) pada kolom “ya” atau “tidak” berdasarkan pengamatan dari tayangan video. LK 7.1 Identifikasi PAKEM di Perguruan Tinggi Kegiatan Dosen
Kegiatan Belajar Mengajar
1. Dosen merancang dan mengelola KBM yang mendorong mahasiswa untuk berperan dan berpikir aktif dalam pembelajaran.
Dosen melaksanakan berbagai KBM seperti: • Percobaan • Diskusi kelompok • Memecahkan masalah • Mencari informasi • Menulis laporan/cerita/puisi • Berkunjung keluar kelas • Bermain peran • Lainnya: sebutkan …………………..
2. Dosen menggunakan alat bantu dan sumber belajar yang beragam.
Dosen sesuai dengan mata pelajaran dapat menggunakan: • Alat yang tersedia atau yang dibuat sendiri • Gambar • Studi kasus • Narasumber • Lingkungan • Lainnya: sebutkan ……………………..
3. Dosen memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk mengembangkan keterampilan.
Dosen dan dan mahasiswa: • Melakukan percobaan, pengamatan, atau wawancara • Mengumpulkan data/jawaban dan mengolahnya sendiri • Menarik kesimpulan • Memecahkan masalah atau mencari rumus sendiri • Menulis laporan/hasil karya lain dengan kata-kata sendiri • Lainnya: sebutkan …………………….
Muncul dalam Video Ya Tidak
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
213
UNIT 7
Rencana Tindak Lanjut
Kegiatan Dosen
Kegiatan Belajar Mengajar
4. Dosen memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk mengungkapkan gagasannya sendiri secara lisan atau tulisan.
Melalui: • Diskusi • Lebih banyak pertanyaan terbuka • Hasil karya yang merupakan pemikiran anak sendiri • Lainnya: sebutkan …………………
5. Dosen menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan mahasiswa.
• • • •
6. Dosen mengaitkan KBM dengan pengalaman mahasiswa seharihari.
• • •
7. Dosen menilai KBM dan kemajuan belajar mahasiswa secara terus menerus.
214
• •
Mahasiswa dikelompokkan sesuai dengan kemampuan (untuk kegiatan tertentu) Bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok tersebut Tugas perbaikan atau pengayaan diberikan Lainnya: sebutkan …………………… Mahasiswa menceritakan atau memanfaatkan pengalamannya sendiri Mahasiswa menerapkan hal yang dipelajari dalam kegiatan sehari-hari Lainnya: sebutkan ………………………. Dosen memantau kerja mahasiswa Dosen memberikan umpan balik Lainnya: sebutkan ……………………..
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Muncul dalam Video Ya Tidak
UNIT 7
Rencana Tindak Lanjut
b. Fasilitator meminta peserta untuk memberikan kepada teman disebelah kiri. Tiap peserta memberikan koreksian pada hasil kerja yang diterimanya. Selanjutnya tiap peserta mengembalikan hasil kerja teman yang telah dikoreksinya. 3. Menyusun Rencana Tindak Lanjut (Individu): 15 menit a. Fasilitator membagikan Handout 7.1 kepada tiap peserta. b. Fasilitator mengajak peserta untuk menyusun rencana tindak lanjut dalam
rangka mengimplementasikan pembelajaran aktif dalam perkuliahan berdasarkan pengalaman peserta selama mengikuti pelatihan dan berpedoman pada handout 7.1 dan menuangkannya pada LK 7.2. 4. Penayangan (15 menit) a. Fasilitator memilih satu hasil kerja individu, dan menayangkannya (jika
memungkinkan terlebih dahulu difoto lalu ditayangkan menggunakan in-focus). Jika tidak memungkinkan, penayangan dilakukan dengan membacakan RTL nya. b. Fasilitator meminta memberikan masukan atas RTL yang ditayangkan dan
melakukan penyempurnaan. c. Fasilitator menghimbau agar tiap peserta melakukan penyempurnaan RTL
masing-masing. 5. Penguatan (5 menit) Catatan: Setelah pelatihan PAKEM akan ada RTL yang menjadi rencana kegiatan sebagai tindak lanjut dari pelatihan yang dilakukan
Fasilitator memberi penguatan hal-hal berikut: Setiap individu bertanggung jawab terhadap keberlangsungan RTL yang telah disusun Pelatihan tidak akan ada manfaatnya apabila tidak ditindaklanjuti dalam pembelajaran masing-masing di kelas Terapkanlah di dalam pembelajaran apa yang telah diperoleh dari pelatihan Mulailah dari APA YANG SAUDARA MAMPU, bukan dari APA YANG SAUDARA INGINKAN. Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
215
UNIT 7
Rencana Tindak Lanjut
E. BAHAN BACAAN UNTUK FASILITATOR DAN PESERTA: KOMPONEN PAKEM DI PERGURUAN TINGGI 1. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menghadapi masalah sehingga pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Keterampilan pemecahan masalah memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Kedua jenis berpikir tersebut, kritis dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya ada pada diri peserta didik sejak lahir. Oleh karena itu, tugas dosen adalah mengembangkannya, antara lain dengan sesering mungkin memberikan tugas atau mengajukan pertanyaan yang terbuka. Pertanyaan yang dimulai dengan kata-kata “Apa yang terjadi jika …” lebih baik daripada yang dimulai dengan kata-kata “Apa, berapa, kapan”, yang umumnya tertutup (jawaban yang betul hanya satu). Dosen merancang dan mengelola perkuliahan yang mendorong siswa untuk berperan dan berpikir aktif dalam pembelajaran. Dosen melaksanakan berbagai kegiatan perkuliahan seperti: percobaan, diskusi kelompok, memecahkan masalah, mencari informasi, menulis laporan/cerita/puisi, berkunjung keluar kelas, dan bermain peran. 2. Mengembangkan ruang perkuliahan sebagai lingkungan belajar yang menyenangkan Ruang kelas yang menyenangkan merupakan unsur tak terpisahkan dari PAKEM. Dalam kelas yang menerapkan PAKEM, mahasiswa banyak belajar melalui bekerja dan berbuat sehingga banyak menghasilkan produk. Hasil pekerjaan mahasiswa tersebut sebaiknya digunakan dalam proses pembelajaran. Selain itu, hasil pekerjaan yang dikelola ini bisa memotivasi mahasiswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi mahasiswa lain. Pengelolaan karya mahasiswa ini dapat berupa hasil kerja perorangan, berpasangan, atau kelompok. Pajangan dapat berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya. Dosen perlu memastikan bahwa setiap mahasiswa mempunyai karya yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran. Pembelajaran yang dilengkapai dengan pengelolaan karaya mahasiswa yang dilakukan dengan baik dapat membantu dosen dan mahasiswa lainnya dalam dalam proses pembelajaran atau perkuliahan karena dapat dijadikan rujukan ketika membahas suatu masalah dalam perkuliahan. 3. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar
216
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 7
Rencana Tindak Lanjut
Lingkungan (fisik, sosial, atau budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan belajar mahasiswa. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar, tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar sering membuat mahasiswa merasa senang dalam belajar. Belajar dengan menggunakan lingkungan tidak selalu harus keluar ruang perkuliahan. Bahan dari lingkungan dapat dibawa ke ruang perkuliahan untuk menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan lingkungan dapat mengembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati (dengan seluruh indera), mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis (membuat dugaan), mengklasifikasikan, membuat tulisan, dan membuat gambar/diagram. 4. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar Mutu hasil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam belajar. Pemberian umpan balik dari dosen kepada mahasiswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara dosen dan mahasiswa. Umpan balik hendaknya lebih mengungkap kekuatan daripada kelemahan mahasiswa. Selain itu, cara memberikan umpan balik pun harus secara santun. Hal ini dimaksudkan agar mahasiswa lebih percaya diri dalam menghadapi tugas-tugas belajar selanjutnya. Dosen harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan mahasiswa dan memberikan komentar dan catatan. Catatan dosen yang berkaitan dengan pekerjaan mahasiswa lebih bermakna bagi pengembangan diri mahasiswa daripada hanya sekedar angka (nilai). Dosen diharapakan dapat mengaitkan proses atau hasil pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari dengan cara melatih mahasiswa menceritakan atau memanfaatkan pengalamannya sendiri dan mahasiswa menerapkan hal yang dipelajari dalam kegiatan sehari-hari. 5. Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental Banyak dosen yang sudah merasa puas bila menyaksikan para mahasiswa kelihatan sibuk bekerja dan bergerak. Apalagi jika bangku dan meja diatur berkelompok serta mahasiswa duduk saling berhadapan. Keadaan tersebut bukanlah ciri yang sebenarnya dari PAKEM. Aktif mental lebih diinginkan daripada aktif fisik. Sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental. Syarat berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut. Banyak mahasiswa merasa takut ditertawakan, takut disepelekan, atau takut dimarahi jika salah. Oleh karena itu, dosen hendaknya menciptakan suasana ruang perkuliahan dosen tidak marah kepada mahasiswa dan mahasiswa tidak menertawakan mahasiswa lain jika mereka memberi jawaban yang tidak benar. Mahasiswa harus didorong untuk mencoba, dan berbuat kesalahan adalah bagian penting dari belajar. Dosen juga tidak menyepelekan mahasiswa. Pada dasarnya dosen harus berusaha menghilangkan penyebab rasa takut, baik yang datang dari dosen itu sendiri maupun dari temannya. Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan prinsip PAKEM.
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
217
UNIT 7
Rencana Tindak Lanjut
Lembar Kerja 7.1 Identifikasi PAKEM di Perguruan Tinggi Kegiatan Dosen
Kegiatan Belajar Mengajar
1. Dosen merancang dan mengelola KBM yang mendorong mahasiswa untuk berperan dan berpikir aktif dalam pembelajaran.
Dosen melaksanakan berbagai KBM seperti: • Percobaan • Diskusi kelompok • Memecahkan masalah • Mencari informasi • Menulis laporan/cerita/puisi • Berkunjung keluar kelas • Bermain peran • Lainnya: sebutkan ………………..
2. Dosen menggunakan alat bantu dan sumber belajar yang beragam.
Dosen sesuai dengan mata pelajaran dapat menggunakan: • Alat yang tersedia atau yang dibuat sendiri • Gambar • Studi kasus • Narasumber • Lingkungan • Lainnya, sebutkan: ……………………
3. Dosen memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk mengembangkan keterampilan.
Dosen dan dan mahasiswa: • Melakukan percobaan, pengamatan, atau wawancara • Mengumpulkan data/jawaban dan mengolahnya sendiri • Menarik kesimpulan • Memecahkan masalah atau mencari rumus sendiri • Menulis laporan/hasil karya lain dengan kata-kata sendiri • Lainnya, sebutkan: …………………….
4. Dosen memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk mengungkapkan gagasannya sendiri secara lisan atau tulisan.
Melalui: • Diskusi • Lebih banyak pertanyaan terbuka • Hasil karya yang merupakan pemikiran anak sendiri • Lainnya, sebutkan: ……………………
218
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
Muncul dalam Pembelajaran Ya Tidak
UNIT 7
Rencana Tindak Lanjut
5. Dosen menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan mahasiswa.
• • • •
6. Dosen mengaitkan KBM dengan pengalaman mahasiswa seharihari.
• • •
7. Dosen menilai KBM dan kemajuan belajar mahasiswa secara terus menerus.
• •
Mahasiswa dikelompokkan sesuai dengan kemampuan (untuk kegiatan tertentu) Bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok tersebut Tugas perbaikan atau pengayaan diberikan Lainnya, sebutkan: …………………
Mahasiswa menceritakan atau memanfaatkan pengalamannya sendiri Mahasiswa menerapkan hal yang dipelajari dalam kegiatan sehari-hari Lainnya, sebutkan: ……………………. Dosen memantau kerja mahasiswa Dosen memberikan umpan balik Lainnya, sebutkan ……………………
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
219
UNIT UNIT 77
Rencana Tindak Lanjut
Lembar Kerja 7.2 Rencana Tindak Lanjut – PAKEM Nama:………………………… Program Studi:……………………….. No
Kegiatan
Bulan: …………………… 1
2
3
Bulan: ……………………
4
1
2
20
3
4
Bulan: …………………… 1
2
3
4
220
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
220
UNIT 7
Rencana Tindak Lanjut
Handout 7.1 Daftar Kegiatan Rencana Tindak Lanjut 1.
Membuat Perencanaan Perkuliahan yang bernuansa PAKEM
2.
Membuat alat bantu dan sumber belajar yang beragam dengan memanfaatkan lingkungan
3.
Menggunakan metode pembelajaran yang variatif yang memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir
4.
Menciptakan lingkungan Perkuliahan yang efektif
5.
Memanfaatkan ICT dalam pembelajaran
6.
Mengatur tempat duduk dan pengelompokkan siswa untuk menciptakan pembelajaran yang aktif yang berpusat pada mahasiswa (student center)
7.
Menyiapkan tugas atau penilaian pembelajaran mahasiswa yang otentik (authentic assesment) dan berbasis tugas (task based approach)
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
221
UNIT 7
Rencana Tindak Lanjut
F. BAHAN TAYANGAN UNTUK FASILITATOR
222
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 7
Rencana Tindak Lanjut
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
223
UNIT 7
224
Rencana Tindak Lanjut
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 7
Rencana Tindak Lanjut
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
225
UNIT 7
226
Rencana Tindak Lanjut
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
UNIT 7
Rencana Tindak Lanjut
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK
227
UNIT 7
228
Rencana Tindak Lanjut
Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SD/MI: Bahan Rujukan bagi LPTK