MI. Praktik yang Baik - Edisi II

DARI RAKYAT AMERIKA

USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan Kesempatan bagi Guru,Tenaga Kependidikan, dan Siswa

Praktik yang Baik - Edisi II

PEMBELAJARAN DI SD/MI

Buku praktik yang baik Pembelajaran di SD dan MI ini dikembangkan dengan dukungan penuh rakyat Amerika melalui United States Agency for International Development (USAID) melalui Program USAID Prioritizing Reform, Innovation, and Opportunities for Reaching Indonesia's Teachers,Administrators, and Students (PRIORITAS). USAID PRIORITAS adalah program kemitraan antara Pemerintah Amerika dan Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan akses pendidikan dasar yang berkualitas di Indonesia.

Pengantar Sambutan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Salah satu fungsi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Perpres No 14 Tahun 2015) adalah “perumusan kebijakan di bidang kurikulum, peserta didik, sarana dan prasarana, pendanaan, dan tata kelola Dikdasmen”. Untuk menjalankan fungsi tersebut, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah telah menetapkan Kebijakan Program Pendidikan Dasar antara lain: (1) pemenuhan hak terhadap pelayanan pendidikan dasar yang berkualitas, (2) peningkatan kualitas pembelajaran dan (3) peningkatan tata kelola pendidikan dasar. Implementasi kebijakan peningkatan kualitas pembelajaran dan peningkatan tata kelola pendidikan dasar tersebut telah didukung oleh USAID PRIORITAS melalui beberapa program dan kegiatan antara lain pelatihan dan pendampingan guru, kepala sekolah, pengawas serta kegiatan kelompok kerja di tingkat sekolah dan tingkat gugus. Kegiatan pendampingan ini menggunakan pendekatan pembelajaran aktif dan kreatif, manajemen berbasis sekolah (MBS), program budaya baca dan literasi dengan memberi hibah buku pengayaan, buku fiksi, dan buku bacaan berjenjang kepada sekolah dasar. Pengalaman pembelajaran dan manajemen di sekolah SD, MI, SMP, dan MTs telah dirangkum dalam buku praktik yang baik sejak tahun 2015 (edisi 1), dan buku ini merupakan buku praktik yang baik edisi II. Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada USAID PRIORITAS yang telah membantu pendidikan di Indonesia khususnya untuk Pendidikan Dasar dan Menengah di kabupaten dan kota mitra USAID PRIORITAS. Semoga buku praktik yang baik ini dapat memberikan motivasi dan inspirasi bagi pengelola pendidikan di kabupaten dan kota lainnya di seluruh Indonesia, bagi guru dan praktisi dalam rangka memeratakan pendidikan yang bermutu. Jakarta, April 2017 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah

Hamid Muhammad, Ph.D NIP. 195905121983111001

DAFTAR ISI Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

22 Horee... Mobil Tenaga Angin Buatanku Bisa

2

Belajar Energi Gerak dari Parasut

24 Ada Pelangi di Baskomku

4

Horee… Aku Bisa Membuat Pupuk MOL

25 Balonku Mengembang dengan Cuka dan Soda

6

Belajar IPA Bonusnya Minum Jamu

7

Belajar Energi Angin dan Jarak Luncur Roket

8

Asyiknya Belajar IPA dengan Media Lubang Pipa

10 Menemukan Media Tanah yang Cocok untuk Bertanam

11 Wow... Bohlam Bisa Menjadi Kaca Pembesar

Melaju...

Kue

26 Ayo Bereksperimen IPA Cetak Ilmuwan Cilik 28 Jelaskan Proses Gerhana Melalui Role Play 30 Memahami Kelemahan dan Kelebihan Rangkaian Listrik

32 Timbangan Gelas Kertas Mampu Menahan Manusia

12 Membuat Penjernihan Air Sederhana

33 Seismograf Sederhana untuk Belajar Gempa

13 Telur Rebus dan Struktur Lapisan Bumi

34 Amati Tanah di Lingkungan Sekitar untuk

14 Ayo Bermain Penyerbukan Bunga

36 Mempraktikkan Cara Kerja Traktor Pegas

16 Memahami Pesawat Sederhana Lewat

37 Menggunakan Adonan Onde-onde untuk

Percobaan Sederhana

18 Percobaan Penghantar Panas Konduktor dan Isolator

20 Mendeteksi Benda Isolator dan Konduktor dengan APIK

21 Belajar Pengawetan Makanan dengan Telur Asin

ii

Praktik yang Baik: Pembelajaran di SD/MI

Pelajari Humus

Belajar Gaya

38 Siswa Kelas 1 Teliti Pertumbuhan Tanaman 39 Belajar Keragaman Bentuk-Bentuk Tulang Daun

40 Botol dan Balon jadi Penampang Paru-paru 42 Detak Jantung Temanku Terdengar!

44 Cara Asyik Belajar Konsep Energi Gerak

64 Biji-bijian untuk Penjumlahan dan

dengan Pesawat Kertas

46 Belajar Perubahan Bentuk dengan Mengamati Pembuatan Asam Sunti

47 Teropong Telur 48 Uji Cahaya Merambat Lurus Menggunakan Papan Sederhana

Pengurangan

65 Bahan Biasa Tapi Hasil Luar Biasa 66 Belajar Pecahan Berpenyebut Tidak Sama dengan ‘Tiktak Card’

68 Telur Naga Pecahkan Operasi Bilangan Bulat 70 Jadi Panitia HUT RI Sambil Belajar Operasi Bilangan

Pembelajaran Matematika 50 Belajar Matematika dari Perpisahan Sekolah 52 Guru Papua Barat, Implementasikan

72 Berhitung dengan Rumpun Bambu 74 Media Pembelajaran Garis Bilangan “Badak Berjalan”

76 “Dada Berangka” Permainan Seru Mengenal Bilangan

Pembelajaran Aktif

53 Mengolah Data Hasil Pengukuran Tinggi dan Berat Badan Siswa

54 Bermain Kartu untuk Paham Perkalian 56 Menjumlahkan Bilangan Positif dan Negatif

77 Permainan Bangun Datar 78 Menentukan Nilai Tengah, Mean, dan Modus dengan Bobo statistik

80 Seruling Bilangan, Media Penjumlahan Bilangan Bulat

dengan Kancing Baju

57 Kartu Domino untuk Mencari Median dan

82 Belajar Menyenangkan dengan BPKP

Modus

58 Super Market di Kelasku

Pembelajaran Bahasa

60 Belajar Debit Air...! Siapa Takut...

84

62 Gerakan Tanganku Dapat Membentuk Bangun Ruang

Puzzel Surat Resmi untuk Tingkatkan Keterampilan Siswa Menulis

85 Bertamasya, Belajar, dan Melaporkan

Daftar Isi

iii

86 Menyusun Cerita dengan Komik 88 Lingkungan Sekolah Sumber Inspirasi Merangkai Puisi

90 Menabung Kalimat, Melatih Siswa Membaca Sejak Dini

92 Menjadi Reporter Cilik 94 Lingkungan Sekolah, “Inspirasi” Karangan Deskriptif

96 Permainan Harta Karun, Tingkatkan Kemampuan Memahami Bacaan

97 Menulis Puisi dari Inspirasi Alam 98 Memahami Unsur Intrinsik Cerita dengan Mengadaptasi Diagram Tulang Ikan (Ishikawa Fishbone)

100 Menghasilkan Karya Tulis Melalui Pembelajaran Keterampilan Informasi

102 Terampil Membuat Kalimat dengan Permainan Dakon

104 Kartu Kata Membentuk Kalimat di Kelas Awal 106 Bengkel Menulis Tingkatkan Kemampuan Literasi Siswa

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial 108 Belajar IPS dengan Praktik 111 Petani dan Peternak Sumber Belajar Ekonomi 112 Belajar IPS Jadi Lebih Mudah dengan Cakram Spider

115 Blusukan ke Pasar 116 Wawancara: Mengenal Profesi dan Kegiatan Ekonomi

118 Mempraktikkan Keterampilan Informasi dalam Pelajaran IPS Bertanya dan Cari Jawabannya Sendiri

121 Bazaar Makanan Sehat, Fasilitasi Praktik Jual Beli

122 Asyiknya menjadi “Magnet” Sumber Daya Alam

124 Memanfaatkan kain Perca untuk Membuat Peta

125 Mengidentifikasi Karakteristik Negara-Negara ASEAN melalui Puzzle

126 Mudahnya Temukan Informasi dengan Teknik “MEKAKUBATURAN” (MEdia, KAta KUnci, BAca, TUlis, dan lapoRAN)

iv


128 Industri Kerupuk Sebagai Sumber Informasi Pembelajaran IPS

130 Amati Alat Transportasi Modern di Depan Sekolah

132 Belajar Sejarah Berawal dari Pengalaman Siswa

Pembelajaran Inklusif 144 Kerja Sama Efektif GPK, Guru Kelas, dan Orang Tua dalam Pendidikan Inklusif

146 Dampingi Siswa ABK dengan Kartu Gambar 147 Buat Siswa ABK Jadi Lancar Membaca 148 Pilih Pertahankan ABK

Pembelajaran Tematik 134 Belajar Sumpah Pemuda Melalui Drama 136 Mengenal “Siapakah Aku” dengan Kartu Diri

150 Membantu Pemahaman Siswa ABK Melalui Cerita Bergambar

152 Dia Hanya Ingin Dimengerti

137 Sarapan Pagi dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa

138 Mengenal Abjad Melalui Kartu Huruf Bergambar

140 Siswa Sebagai Model untuk Mengenal Arah Mata Angin dan Menceritakan Letak Sekolah

142 Buat Mobil-mobilan untuk Belajar Matematika dan IPA

Daftar Isi

v

PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Siswa menunjukkan parsut buatannya yang dibuat dengan tiga ukuran yang berbeda.

SDN 173315, Lintong Nihuta, Humbang Hasundutan, Sumatera Utara

Belajar Energi Gerak dari Parasut Angin yang sangat besar dapat membawa bencana tetapi jika tenaga angin dimanfaatkan tentu dapat menolong manusia memenuhi kebutuhan hidupnya. Tenaga angin sudah dimanfaatkan orang sejak zaman dahulu. Kapal layar dapat berkeliling dunia dengan hanya menggunakan energi angin. Tenaga angin juga digunakan untuk menjalankan mesin penggiling jagung dan pompa air, serta menggerakkan kincir angin. Angin juga dapat menggerakkan parasut dan balon udara. Ibu Roida Hutasoit SPd, guru kelas IV SDN 173315 Lintong Nihuta, sedang mengajar para siswanya tentang berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Pelajaran kali ini terfokus pada perubahan energi gerak akibat pengaruh udara. Ibu Roida lalu bertanya kepada siswa di dalam kelasnya, “Siapa yang pernah

2

melihat balon udara di televisi?” Beberapa anak menjawab pernah melihatnya. Ibu Roida lalu bertanya lagi, “Kenapa balon udara bisa terbang?” Ada yang menjawab karena didorong angin, ada yang menjawab tidak tahu. “Apakah kalian pernah bermain parasut?” tanya Ibu Roida lagi. Sebagian siswa menjawab pernah bermain parasut dan sebagian lagi belum. “Sekarang kita akan membuat percobaaan. Kita akan membuat parasut dengan alat dan bahan yang kalian bawa,” kata guru lagi. Dia pun membagi siswa dalam lima kelompok. Setiap kelompok terdiri dari dua anak laki-laki dan dua anak perempuan. Setelah memeriksa kelengkapan alat dan bahan semua kelompo seperti plastik, jarum, kayu, benang, gunting, dan penggaris. Lalu guru membagikan lembar kerja (LK) siswa dan meminta siswa memahami dan melaksanakannya.


Guru membimbing siswa melakukan langkah-langkah percobaan. Dia juga meminta siswa untuk memastikan banyaknya bahan yang digunakan untuk pembuatan setiap parasut adalah sama, misalnya panjang benang dan besarnya kayu. Selain mendampingi siswa membuat parasut, Ibu Roida juga ikut mencobanya sendiri. Percobaan ini dilakukan tiga kali dengan ukuran plastik yang berbeda. Pada percobaan I, siswa menggunting plastik (sebagai parasut) berbentuk persegi berukuran 50 cm × 50 cm. Setiap sudut plastik kemudian diikat dengan tali. Pada ujung tali parasut, mereka mengikatkan potongan kayu. Setelah parasutnya jadi, Ibu Roida meminta siswa melempar parasut ke atas, “Lipatlah lembar plastik (parasut) dan lemparkan ke atas. Amati apa yang terjadi.” Pada percobaan II, plastik yang

digunting berbentuk persegi berukuran 40 cm × 40 cm. Setiap sudut plastik kemudian diikat dengan tali dan mereka mengikat potongan kayu pada ujung tali parasut. Seperti pada percobaan pertama, lembar plastik (parasut) tersebut dilipat dan dilemparkan ke atas. Siswa diminta mengamati apa yang terjadi. Seperti dua percobaan sebelumnya, pada percobaan ketiga ini, siswa menggunting plastik berbentuk persegi berukuran 30 cm × 30 cm. Setiap sudut plastik juga diikat dengan tali dan pada ujung tali parasut diikatkan sepotong kayu. Siswa juga diminta melipat lembar plastik (parasut) dan melemparkannya ke atas. “Amati yang terjadi,” kata Ibu Roida. Selama percobaan, guru mendampingi dan memastikan mereka menerapkan langkah dengan benar dan mencatat hasil percobaannya. Guru sesekali memandu mereka dengan pertanyaan pancingan untuk mengarahkan. Misalnya, dia bertanya,”Parasut mana yang paling lambat turunnya? Mengapa?” Setelah tiga percobaan dilakukan, guru meminta siswa membandingkan hasil yang diperoleh dari percobaan parasut I, II, dan III. Mereka diminta menarik kesimpulan atas ketiga percobaan yang dilakukan. “Parasut I paling lama turunnya dan parasut III paling cepat turun karena parasutnya kecil, Bu,” kata salah seorang siswa. Siswa kemudian secara perseorangan

diminta membuat laporan tertulis. Kemudian guru meminta siswa perempuan membacakan laporan yang dihasilkan siswa laki-laki dan memberikan usulan perbaikan dan sebaliknya siswa laki-laki membacakan laporan siswa perempuan dan memberikan usulan perbaikan. Mereka kemudian diberikan waktu untuk memperbaiki laporannya berdasarkan masukan dari teman. Satu laporan terbaik dipilih oleh guru, kemudian siswa yang bersangkutan diminta membacakan di depan kelas, dan siswa lain memberikan komentar. Di akhir pelajaran, guru membimbing siswa menarik kesimpulan. Bahwa pada saat mainan parasut dilemparkan ke atas, parasut (plastik) akan mengembang dan turun secara perlahan-lahan. Dalam hal ini udara memberi daya tolak dan mendorong plastik ke atas sehingga plastik mengembang. Daya tolak udara tersebut menyebabkan mainan parasut jatuh perlahan. Daya tolak dari angin ini pula yang membuat para penerjun payung jatuh ke bumi dengan perlahan. Percobaan ini juga menunjukkan bahwa semakin luas permukaan parasut, semakin besar tekanan udara yang diperolehnya. Tekanan udara yang besar tersebut menghambat laju parasut meluncur ke bawah. Siswa sedang mendiskusikan hasil percobaannya di kelompok.

Ilmu Pengetahuan Alam

3

Siswa menunjukkan MOL yang sudah siap dipakai.

SDN 1 Kuala Simpang, Aceh Tamiang

Horee… Aku Bisa Membuat Pupuk MOL Oleh Cut Suwarni SPd, Guru SDN 1 Kuala Simpang Apa ya MOL? tanya Riska pada Lia teman sebangkunya. Beberapa siswa saling bertanya dan tidak menemukan jawabannya, yang mereka tahu pasti hari itu Ibu Cut Suwarni mewajibkan siswa membawa beberapa kepal nasi sisa yang sudah tidak dimakan (basi). “Anak-anak, MOL adalah Mikro Organisme Lokal, atau cairan yang mengandung mikroorganisme yang terdiri dari bahan-bahan alami yang ada di sekitar kita. MOL mudah didapat tanpa harus mengeluarkan banyak uang, nah salah satunya adalah nasi basi yang tidak kita makan lagi,” jelasnya diikuti senyum siswa. “Nah..,

4

MOL ini sangat berguna sekali untuk mempercepat hancurnya sampah oganik secara alami,” lanjut Ibu Cut. Ibu Cut menjelaskan tujuan kegiatan tersebut kepada siswa yaitu untuk mengetahui bahwa limbah sampah yang basi atau busuk dapat diolah untuk menguraikan daun yang tadinya masih keras menjadi lapuk atau lunak. Siswa diharapkan terbiasa menerapkan hidup sehat, bersih dan menjaga lingkungan tetap asri. Langkahnya, setelah menjelaskan tujuan pembelajaran, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil. Setiap kelompok terdiri atas 4 sampai 5 orang. Sebelumnya masing masing siswa diminta membawa alat dan


bahan, antara lain empat kepal nasi yang sudah dibusukkan (berjamur), empat sendok makan gula pasir yang sudah dilarutkan dengan satu liter air. Guru juga memberi tugas secara kelompok, agar siswa membawa sebuah sendok, satu buah jerigen bekas ukuran dua liter, dan sebuah ember. Pelaksanaan kegiatan dilakukan di halaman sekolah. Tahap pertama, nasi yang busuk tadi dimasukkan ke dalam plastik dan dihancurkan. Siswa diminta menggunakan masker ketika melakukannya, agar spora jamur yang berbahaya tidak terhirup. Selanjutnya, siswa menambahkan larutan gula pada nasi yang sudah dihancurkan dan diaduk sampai benar-

benar lumat. Adonan yang sudah lunak tersebut kemudian dimasukkan ke dalam ember. Campuran tersebut disebut dengan MOL. Kemudian siswa memasukan cairan MOL tersebut ke dalam jerigen yang sudah dilubangi bagian tutupnya. Akhirnya, MOL yang udah berbau tape tersebut sudah dapat digunakan dengan terlebih dulu menambahkan air dengan perbandingan 1:5 (1 mol : 5 air), dan disiramkan pada daun kering yang sudah dicacah. “Horeee… kami bisa membuat kompos sendiri,” teriak siswa saat menyiramkan MOL pada daun kering. Kegiatan ini membuat siswa kelas VI sangat senang. Merekapun bekerja dengan antusias dan bersemangat, bahkan banyak ide dan gagasan sederhana yang mereka berikan, misalnya menyusun daun dalam sebuah wadah serta membangun rasa kebersamaan.

Siswa memeragakan pembuatan MOL untuk bahan membuat kompos.

Selanjutnya siswa secara berkelompok menulis laporan yang diawali dengan penentuan judul, media dan bahan yang digunakan, cara kerja, hasil yang diperoleh, dan kesimpulan. Kini siswa dapat mengetahui bahwa nasi busuk dapat membantu proses pembuatan kompos, dengan larutan MOL yang mengandung unsur bakteri yang sangat berpotensi untuk perombak (menghancurkan) bahan organik sampah hingga menjadi pupuk kompos.


5

Siswa sedang praktik membuat jamu dan meminumnya di kelas.

MIN Ulee Glee, Pidie Jaya, Aceh

Belajar IPA Bonusnya Minum Jamu Oleh Raudhatul Fuad SPd Guru MIN Ulee Glee Dalam pembelajaran IPA kali ini, saya mengajak siswa kelas IV untuk memanfaatkan tumbuhan obat sebagai media pembelajaran sekaligus untuk menjaga kesehatan tubuh. Sebelumnya, siswa sudah ditugaskan dari rumah untuk membawa kunyit, jahe, asam jawa, gula aren, serai, dan tumbuhan yang biasa digunakan sebagai obatobatan herbal. Siswa dibagi dalam lima kelompok. Setiap anggota kelompok diminta memilih salah satu tanaman obat dan mencari informasi tentang manfaat untuk kesehatan dari bahan bacaan

6

yang disediakan guru. Setelah selesai, setiap anggota kelompok mengumpulkan informasi hasil temuan di kelompok. Kemudian perwakilan kelompok saling mempresentasikan hasil karya mereka ke kelompok lainnya. Pembelajaran ini belum selesai setelah presentasi. Bahan-bahan tumbuhan obat seperti kunyit, asam jawa, gula aren, dan beberapa bahan yang dibawa oleh siswa dibersihkan bersama-sama. Di sinilah inti pembelajarannya, bahanbahan yang mereka bawa tersebut dimanfaatkan menjadi jamu yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Di setiap kelompok, siswa mendapat


panduan cara membuat jamu. Semua siswa tampak asyik bekerja sama membersihkan bahan-bahan, memotong beberapa bagian, menggilingnya dengan blender yang sudah disediakan, dan memasaknya. Mereka bisa langsung menikmati hasil praktik membuat jamu dan merasakan manfaat dari sumber daya alam tersebut untuk kesehatan tubuh. Pada akhir kegiatan, setiap kelompok menulis laporan singkat tentang kegiatannya dalam menjelaskan apa yang telah dilakukan dimulai dari judul kegiatan, bahan-bahan yang diperlukan selama kegiatan termasuk komposisinya, hasil kegiatan, serta kesimpulannya.

SDN 101774 Sampali, Deli Serdang, Sumatera Utara

Belajar Energi Angin dan Jarak Luncur Roket membuat roket sederhana dengan panduan di lembar kerja dan pendampingan guru. Cara membuatnya yaitu kertas hvs dipotong menjadi dua bagian dan digulung sehingga membentuk tabung, dan kedua ujung kertas direkatkan. Kepala roket dibuat dari kertas yang dibentuk kerucut dengan ujung yang lancip. Bagian badan roket ditempelkan sayap yang dibuat dari kertas berwarna. Setiap kelompok diminta membuat tiga buah roket dengan ukuran berbeda, yaitu roket yang dibuat dengan sayap besar, sayap sedang, dan sayap kecil. Guru sedang mendampingi siswa membuat roket dari kertas.

Bapak Gelora SPd, guru SDN 101774 Sampali, menunjukkan roket mainan yang dibuatnya kepada siswa kelas IV. Dia meletakkan roket di telapak tangannya dan meniupnya. Roket tersebut meluncur dan melayang beberapa saat sebelum jatuh ke lantai. Lalu bapak Gelora bertanya kepada siswa, mengapa roket bisa meluncur? “Karena ada dorongan dari tiupan bapak” jawab salah seorang siswa. Bapak Gelora bersama rekannya, Ibu Hernawati guru MIS Madinatussalam,

mengajar pemanfaatan energi angin pada praktik mengajar pelatihan Modul III tingkat SD/MI. Saat memulai pelajaran, guru menjelaskan singkat pemanfaatan energi angin. Kemudian guru mengajak siswa melakukan percobaan sederhana untuk mengetahui mengapa roket bisa meluncur. Ibu Hernawati membantu mempersiapkan semua alat dan bahan untuk percobaan seperti kertas hvs, lem, selotif, kertas berwarna, kertas post-it, dan gunting. Lalu siswa

Ketiga roket yang sudah jadi ditiup siswa dan mereka mencatat jarak luncur yang ditempuh setiap roket. Siswa lalu membandingkan hasil percobaan pertama, kedua, dan ketiga. Mereka mencatat jarak yang ditempuh setiap roket. Siswa secara individu menuliskan hasil pengamatannya. Di dalam kelompok, siswa saling bertukar laporan, memberikan masukan, dan memperbaiki laporannya. “Ternyata roket dengan sayap yang besar yang jarak luncurnya yang paling jauh karena hambatan udaranya menjadi lebih besar dan mendorong roket lebih jauh,” kesimpulan salah seorang siswa dalam presentasinya.


7

SDN Golo,Yogyakarta

Asyiknya Belajar IPA dengan Media Lubang Pipa

Oleh Arif Fajar Pambudi Guru SDN Golo Yogyakarta Maura dan kawankawannya adalah siswa kelas III. Pagi itu mereka belajar di halaman sekolah. Pembelajaran dimulai dengan penjelasan guru bahwa siswa akan belajar tentang sifat-sifat benda cair.

Siswa bekerja sama menutup lubang dari pipa untuk membuktikan sifatsifat jenis air.

8

Saya awali pembelajaran dengan mengeksplorasi pengetahuan siswa tentang jenis-jenis benda cair. Selain itu, saya juga menguatkan pemahaman mereka tentang manfaat dari benda cair. Setelah semua siswa paham, saya memberikan LK dan menjelaskan tentang pembuktian dari sifat-sifat benda cair melalui permainan yang menarik. Mereka sangat antusias sekali.


Tugas mereka adalah mengidentifikasi sifat benda cair. Mereka diberi media oleh guru. Selanjutnya secara berkelompok mereka harus menutup lubang pipa yang sangat banyak. Siswa diberi misi mengeluarkan bola dari dalam pipa. Ada yang bertugas menutupi lubang-lubang pipa dengan jari tangan, ada yang bertugas mengambil air, dan mengisi pipa dengan air. “Kalian akan melakukan permainan 'Pipa kapiler'. Dalam permainan tersebut, aturan mainnya adalah dengan mengisi pipa yang telah dilubangi dengan air sampai bola yang terdapat di dalam pipa dapat keluar. Kemudian temukan sifat-sifat air dan kemampuan apa yang kalian butuhkan untuk dapat mengeluarkan bola dari pipa,” demikian penjelasan pada lembar kerja yang telah mereka pegang. Selanjutnya, lima kelompok beranggota masing-masing 8 atau 9 siswa tersebut menyusun strategi untuk menutupi media pipa dengan lubang seukuran

“Ini ada yang masih bocor, lubang pipanya belum ditutup,” kata Maura sebagai ketua kelompok.

membuktikan sifat-sifat benda cair. Sambil mempraktikkan sebuah pipa yang dimasukkan air dari atas, saya bertanya, ”Apa yang kalian dapatkan dari permainan tadi? Bagaimanakah sifat-sifat air bila memasukkan air dari atas seperti ini.”

Semua siswa terlihat serius mendengarkan penjelasan guru. Setelah menjelaskan sifat-sifat air, saya kemudian meminta siswa menjelaskan nilai-nilai dalam permainan tersebut sampai mereka ada yang berhasil dan tidak berhasil.

“Mana lagi kira kira yang belum ditutup, Maura?” tanya Gaby kepada Maura.

“Air memenuhi wadah pipa pak. Kemudian mengalir dari atas ke bawah,” jawab Maura.

“Itu lubang yang di bawah jari jempolmu sebelah kiri,” jawab Maura.

“Iya benar,” jawab Pak Arif.

“Jarinya Gaby sudah digunakan semua untuk menutupi lubang bagian bawah. Kamu tutup lubang yang di atas jari tangannya Gaby ya, Carla.Yang lain tutup lubang lainnya dan siapkan airnya,” sahut Maura memimpin dan mengarahkan temannya.

“Mengalir ke segala arah pak, air keluar melalui lubang-lubang. Kaos saya tadi soalnya basah, banyak air yang mengalir ke segala arah karena banyak lubang yang belum tertutup jari tapi sama Alvaro sudah diisi air,” seru Adit dengan semangat. Semua anak tertawa dan bergembira.

Siswa-siswa dengan jawaban lugunya menjawab bahwa mereka bisa karena ada kerjasama dan gotong royong. Teman-temannya saling membantu dan siapa yang bisa menutup lubang segera menutup lubang pipa.

ibu jari. Pipa ini sebagai media pembelajaran untuk mempelajari sifat-sifat air yang dikemas dengan permainan.

“Ayo Cantika ambil air dan diisi pipa nya kita coba aja,” kata Maura memberi arahan pada Cantika. Begitulah kira kira percakapan yang terjadi di tengah-tengah kegiatan pembelajaran IPA untuk mengenalkan sifat-sifat air pada siswa dengan menggunakan media pipa. Pada kegiatan tersebut memang kelompok Maura yang paling kompak dan cekatan sehingga baju kelompok ini hanya sedikit yang basah karena lubang pipa tertutup dengan baik. Setelah kelompok Maura selesai mengeluarkan bola, semua siswa selanjutnya dipandu oleh Pak Arif untuk membuktikan bahwa permainan yang mereka lakukan tadi

Saya meminta siswa berdiskusi dengan kelompok tentang sifat-sifat air. Kemudian perwakilan kelompok menyampaikan hasil diskusinya dan kelompok lain menambahkan. Setelah mendengar jawaban dari siswa, saya memberikan penguatan bahwa setidaknya ada sembilan sifat-sifat air. Yaitu air mempunyai berat, air menempati ruang, permukaan air yang tenang selalu datar, air melarutkan beberapa zat, air menekan ke segala arah, air meresap melalui celah kecil, air dapat berubah wujud, dan air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat rendah.

Kegiatan pagi itu, ditutup dengan melakukan kompetisi sekali lagi. Siswasiswa ingin bisa mengeluarkan bola dari pipa. Mereka masih merasa penasaran karena ternyata sangat susah mengeluarkan bola dari dalam pipa dengan cara mengisi air yang harus diambil dan diisi melalui timba yang juga sengaja banyak dilubangi. Jadi ketika mengisi air untuk mengeluarkan bola di dalam air kadang sudah habis karena banyak air yang tercecer. Ditambah lagi dengan posisi pipa yang dilubangi di mana mana dan harus ditutupi dengan jari tangan.


9

SD Muhammadiyah Sengkang, Sulawesi Selatan

Menemukan Media Tanah yang Cocok untuk Bertanam Siswa kelas VI SD Muhammadiyah Sengkang berkumpul di halaman sekolah dengan beberapa pot di hadapan mereka. Guru mereka telah menyiapkan tanah dan pupuk kandang di dekat pot-pot tersebut serta membagikan lembar kerja. Para siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok dan masing-masing kelompok mendapatkan tiga pot. Mereka memasukkan tanah dan pupuk kandang ke dalam pot sesuai panduan lembar kerja. Satu pot berisi tanah saja, satu pot berisi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 0,5, dan satu pot berisi tanah dan pupuk dengan perbandingan 1 : 1. Tiap pot diberi label tentang perbandingan tanah dan pupuk. Setelah semua pot terisi, siswa memasukkan tunas pohon kamboja ke dalam tiap pot. Setiap hari para siswa memantau dan mengukur perkembangan tunas pohon tersebut serta mencatatnya dalam lembar kerja.

Siswa sedang mengamati pertumbuhan tanaman yang menjadi ujicoba.

10


Setelah melakukan pemantauan selama dua minggu, guru meminta setiap kelompok untuk membuat laporan hasil pengamatannya dan mempresentasikannya di depan kelas. Semua kelompok ternyata mendapatkan hasil yang sama, yaitu pohon tumbuh lebih cepat pada pot yang memiliki perbandingan tanah dan pupuk kandang 1 : 1. Kepala SD Muhammadiyah Sengkang, Ruslan Muhammad, mengaku senang melihat para siswa dapat menemukan media tanah yang cocok untuk tanaman melalui percobaan. “Melalui percobaan, siswa turut aktif dalam proses pembelajaran sehingga mereka lebih memahami mata pelajaran tersebut,” kata Ruslan. Pohon kamboja jika telah besar nanti, selanjutnya ditanam di pekarangan sekolah. Selain menjadi pengingat atas percobaan mata pelajaran IPA, pohon tersebut juga berfungsi sebagai penyejuk pekarangan sekolah.

SDN Air Tenang, Karang Baru, Aceh Tamiang

Wow... Bohlam Bisa Menjadi Kaca Pembesar Oleh Ahmad Tarmizi SPd Guru SDN Air Tenang “Ayah…jangan dibuang dulu bohlamnya!” pinta Adi pada ayahnya saat akan membuang bohlam yang sudah tidak dapat dipakai lagi. Ayah terheran, Adi pun menjelaskan bahwa besok guru meminta para siswa untuk membawa bohlam bekas jika sudah tidak dimanfaatkan lagi dirumah. “Ini bukan wajib lho, tapi besok kita akan melakukan eksperimen membuat kaca pembesar dengan menggunakan bohlam bekas” kenang Adi pada ucapan guru minggu lalu. Banyaknya barang bekas yang ada di lingkungan tempat tinggal siswa masih dapat dimanfaatkan untuk media pembelajaran. Salah satu di antaranya yaitu bohlam bekas, yang dapat digunakan sebagai media kaca pembesar atau lup sederhana dalam pembelajaran IPA tentang cahaya dan alat optik. Bahan-bahan yang digunakan antara lain bohlam bekas, karet gelang, obeng, air jernih, plastik bening dan kertas koran. Lampu bohlam bekas dilubangi bagian yang hitam di ujung bohlam dan dikeluarkan isinya dengan menggunakan obeng yang sudah disiapkan (guru dapat membantu mengeluarkan isi bohlam). Siswa harus

berhati hati karena kaca lampu bisa pecah dan obeng meleset, bahkan jika perlu siswa menggunakan sarung tangan untuk keamanan agar tidak terluka. Langkah selanjutnya, bohlam tersebut diisi air bening dan kemudian di tutup ujungnya dengan plastik serta diikat dengan karet gelang. Sekarang bohlam berisi air ini telah siap digunakan sebagai kaca pembesar sederhana. Alat ini dapat digunakan untuk melihat benda-benda yang kecil, misalnya tulisan Koran yang sudah disiapkan. “Wow.. hebat ya… Bohlam ini bisa membuat huruf kecil menjadi lebih besar dan mudah dibaca,” kata Dian siswi kelas V saat mempraktikkan

memanfaatkan lup sederhana tersebut. Kegiatan ini dilakukan siswa dengan panduan lembar kerja dan bimbingan guru. Di akhir sesi, guru membantu siswa menyimpulkan hasil pengalaman mereka melakukan percobaan. Di antaranya adalah tentang manfaat lup sederhana untuk membaca tulisan yang kecil agar nampak besar. Hal ini disebabkan terjadinya pembiasan cahaya karena melalui dua medium yang berbeda. “Pada saat bohlam berisi air didekatkan maka cahaya mengalami pembiasan sehingga sudut pandang mata bertambah besar,” jelas Bapak Ahmad Tarmizi menguatkan pemahaman siswa.

Bohlam yang diisi air dapat dimanfaatkan menjadi kaca pembesar.


11

Siswa kelas VI SDN Sodong 1 sedang melakukan percobaan membuat alat penjernih air sederhana.

SDN Sodong, Tangerang, Banten

Membuat Penjernihan Air Sederhana “Anak-anak apa yang kamu lihat dalam botol ini?” tanya Ibu Eva Kartika kepada siswa kelas VI sambil menunjukkan botol yang dipenuhi air kotor. Siswa serentak menjawab, “Air kotor.” “Betul sekali, kali ini ibu akan mengajak kalian melakukan percobaan untuk menjernihkan air,” kata Ibu Eva lagi menjelaskan. Tujuan pembelajaran, siswa mampu mendes-kripsikan proses daur air dan kegiatan manusia yang dapat memengaruhinya. Setiap kelompok mendapatkan alat dan bahan berupa tiga botol plastik ukuran 1,5 liter yang sudah dibuang alasnya, tiga gelas plastik, ijuk, kain, pasir, kerikil besar, kerikil kecil, arang dan air kotor/keruh. Setiap kelompok siswa melakukan percobaan dengan mengikuti langkah kerja yang tertera dalam lembar kerja. Setiap kelompok siswa membuat tiga

12

alat penyaring dengan urutan bahanbahan penyaring yang berbeda-beda. Ada yang memasukkan pasir di paling bawah, kain, dan ijuk. Setelah semua alat selesai disiapkan, mereka melakukan penyaringan daengan memasukkan air kotor ke alat penyaring, menampung air hasil penyaringan di gelas plastik dan mencatat semua proses dan hasilnya. Penyaringan dilakukan bergantian untuk ketiga alat yang mereka buat. Semua temuan didiskusikan di dalam kelompok dan siswa diminta menyampaikan hasil diskusinya dengan fokus, apa yang terjadi pada air setelah disaring? Alat mana yang berhasil menyaring air? Bagaimana urutan penyusunan bahannya dan berikan penjelasan. Laporan tertulis siswa memuat bahanbahan yang digunakan untuk menyaring air dan langkah-langkah


penyaringan air. Di akhir pembelajaran, guru meminta siswa yang berhasil membuat air terlihat jernih untuk presentasi. Siswa di kelompok yang hasil saringan airnya tetap kotor juga presentasi. Siswa diminta saling belajar dari hasil karya kelompok lain. “Kalian telah menemukan komposisi dan urutan bahan-bahan membuat penyaringan air kotor menjadi bersih. Apakah kalian bisa mempraktikkan hal ini di rumah?” tanya Ibu Eva. Serempak siswa menjawab “Bisa…” Ibu Eva bangga siswa dapat melakukan percobaan tersebut dengan baik. Meski ada beberapa kelompok siswa yang tidak berhasil menyaring air menjadi bersih namun Ibu Eva tetap meminta siswa menuliskan hasil percobaan tersebut dengan menulis penyebab air saringannya tetap keruh.

Dari telur rebus siswa bisa mempelajari struktur lapisan bumi.

MIN Medan Barat, Sumatera Utara

Telur Rebus dan Struktur Lapisan Bumi Dalam mempelajari materi tentang struktur lapisan bumi, biasanya Ibu Dra Bidasari Daulay hanya menunjukkan gambar dan meminta siswa untuk mengamati gambar lapisan bumi dan menjelaskannya dengan bercerita. Tetapi pagi itu, Ibu Bidasari mengajarkan struktur lapisan bumi dengan menggunakan media telur rebus sebagai contoh struktur bumi dan lapisan penyusunnya. Sebelum pelajaran dimulai, terlebih dahulu ia memotivasi anak dengan mengajak mereka bernyanyi. Lagunya diambil dari irama lagu daerah Aceh, Bungong Jeumpa yang liriknya disesuaikan dengan materi. Ayo kawan belajar struktur lapisan bumi Bumi kita terdiri dari tiga lapisan Yang pertama lapisan inti bumi Yang kedua lapisan mantel bumi Yang ketiga lapisan kerak bumi Inti bumi, mantel bumi dan kerak bumi Itulah kawan struktur lapisan bumi Usai menyanyi guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan selanjutnya

membagi siswa menjadi lima kelompok. Guru meminta siswa untuk berdiskusi struktur lapisan apa saja yang membentuk bumi dari bahan bacaan.

kerak bumi, bagian putih telur mewakili lapisan mantel atau selubung bumi, dan bagian kuning telur mewakili inti Bumi,” jelas salah seorang siswa dalam presentasinya.

Setiap kelompok diberikan sebutir telur rebus untuk diamati sebagai media contoh dari bumi dan struktur lapisan penyusunan. Lalu telur rebus dibelah menjadi dua bagian.

Selesai presentasi dari semua kelompok, siswa diberikan kesempatan untuk memperbaiki hasil karyanya. Ketua kelompok memajangkan hasil karyanya di papan pajangan.

Selama 20 menit siswa berdiskusi di kelompoknya dan mengerjakan lembar kerja yang sudah dibagikan, setiap kelompok bersiap-siap mempresentasikan hasil diskusi mereka kepada kelompok lain untuk ditanggapi.

Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan melakukan tanya jawab dari hal-hal yang belum dipahami siswa. “Dengan media sederhana ini kami mudah memahami tentang struktur dari lapisan-lapisan penyusun bumi,” kata Nurul siswa kelas V.

Selanjutnya Ibu Bidasari menugaskan siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka dan kelompok yang lain diminta untuk menanggapinya. “Dari bagian telur tersebut, bagian cangkang telur menunjukkan lapisan

“Untuk memudahkan mengajarkan IPA sangat diperlukan media sebagai alat bantu, tidak harus yang mahal tetapi tujuannya agar anak senang belajar dan mudah memahami pelajarannya,” kata Ibu Bidasari.


13

Belajar penyerbukan dengan menggunakan buku sebagai bahan praktik.

SD Swasta 1 HKBP Balige, Toba Samosir, Sumatera Utara

Ayo Bermain Penyerbukan Bunga Siswa kelas VI SD Swasta 1 HKBP Balige masih mengalami kesulitan memahami konsep penyerbukan pada tanaman. Pemahaman siswa terhadap berbagai jenis penyerbukan seringkali tertukar antara penyerbukan sendiri, tetangga, silang, dan bastar.

berperan menjadi mawar-mawar yang cantik, kita akan belajar tentang penyerbukan pada tanaman,” kata Pak Rimhot lagi. Melalui role play (bermain peran) siswa akan memahami perkembangbiakan tumbuhan secara generatif dengan benar.

Pagi itu, cuaca di Balige cerah, mawarmawar yang tumbuh di Balige juga sedang semarak, saya mencoba mengajak siswa belajar penyerbukan bunga sambil bermain.

Perkembangbiakan generatif pada tumbuhan adalah terjadinya tumbuhan baru yang didahului dengan penyerbukan. Penyerbukan merupakan peristiwa jatuhnya serbuk sari yang mengandung sel kelamin jantan ke kepala putik yang mengandung sel kelamin betina.

“Selamat pagi anak-anak… siapa yang suka dengan bunga mawar?” tanya Bapak Rimhot Sinaga kepada siswanya. “Saya, Pak… Saya, Pak,” jawab beberapa anak dengan antusias. “Saya suka karena bunga mawar cantik dan wangi,” jawab salah satu siswa. “Bagus kalau begitu. Pagi ini kalian akan

14

Berdasarkan asal serbuk sari, penyerbukan dibedakan menjadi empat macam, (1) penyerbukan sendiri yaitu serbuk sari jatuh ke kepala putik bunga itu sendiri, (2)


penyerbukan tetangga yaitu serbuk sari jatuh ke kepala putik bunga lain tetapi kedua bunga masih di satu pohon, (3) penyerbukan silang yaitu serbuk sari jatuh ke kepala putik bunga lain yang berada di pohon lain tetapi masih satu jenis, dan (4) penyerbukan bastar yaitu serbuk sari jatuh ke kepala putik bunga lain yang berbeda pohon dan tidak sejenis tetapi masih satu famili, contoh penyerbukan antara mawar merah dan mawar putih. Media pembelajaran yang digunakan Pak Rimhot gunakan adalah LCD proyektor, gambar bagian-bagian bunga, dan berbagai jenis tumbuhan. Pak Rimhot memulai pelajaran dengan gambar-gambar bagian bunga. Siswa memperhatikan dan melakukan tanya jawab tentang bagian-bagian bunga.

Siswa mencatat fungsi-fungsi bagian bunga tersebut. Pak Rimhot kemudian mengajak siswa keluar kelas untuk memeragakan jenis penyerbukan. Dia meminta masingmasing siswa membawa dua buku tulis. Siswa lalu dibagi ke dalam 4 kelompok. Setiap kelompok yang sudah dibentuk diberi nama. Kelompok 1 sebagai tanaman mawar merah, kelompok 2 sebagai tanaman mawar merah 2, kelompok 3 sebagai tanaman mawar putih 1, dan kelompok 4 sebagai tanaman mawar putih 2. Siswa yang berada dalam satu kelompok membentuk lingkaran, yang menggambarkan bunga dalam satu pohon. Ia meminta siswa mengangkat buku tulisnya ke atas. Pak Rimhot lalu menjelaskan aturan permainan. “Masing-masing kalian akan menjadi bunga mawar. Siswa yang berada dalam kelompok adalah bunga mawar yang berada dalam satu tanaman,” katanya. “Aturan permainannya, tangan kalian yang mengarah ke atas adalah benang sari bunga mawar, buku yang kalian pegang adalah serbuk sari, sedangkan kepala kalian adalah kepala putik bunga mawar,” jelas Pak Rimhot. Pak Rimhot kemudian membacakan cerita yang berisi peristiwa penyerbukan dan siswa memeragakan bagaimana penyerbukan itu terjadi. Bila ia menyebutkan terjadi penyerbukan sendiri maka siswa

menempelkan buku ke kepalanya sendiri. Bila ia menyebutkan terjadi penyerbukan tetangga maka siswa menempelkan buku ke atas kepala teman sekelompoknya. Bila ia menyebutkan terjadi penyerbukan silang maka siswa menempelkan buku ke atas kepala teman kelompok lain yang sejenis. Misalnya kelompok tanaman mawar putih 1 dengan tanaman mawar putih 2. Bila Pak Rimhot menyebutkan terjadi penyerbukan bastar, maka siswa menempelkan buku ke atas kepala teman kelompok lain yang tidak sejenis, misalnya kelompok tanaman mawar dengan tanaman mawar merah. Sesuai dengan instruksi guru, siswa kemudian berjongkok. Guru pun mulai membacakan cerita, “Ali menanam tanaman mawar. Dia menanam empat pot bunga mawar.” “Ada dua pot mawar putih dan dua pot tanaman mawar merah. Setiap hari Ali menyiram tanaman mawarnya. Suatu hari, tanaman mawarnya berbunga dan mekar,” cerita Pak Rimhot dan siswa bangkit berdiri perlahan sambil mengangkat bukunya. “Harum sekali baunya. Beberapa saat kemudian angin berhembus. Wusss… wuss…,” lanjut Pak Rimhot dan siswa bergoyang-goyang tertiup angin. “Lalu terjadilah penyerbukan…. Sendiri,” kata Pak Rimhot, disambut gerakan cepat siswa meletakkan buku di atas kepala mereka sendiri.

“Pada hari berikutnya, ada lebah terbang di sekitar bunga mawar. Nguuuuunggg… ngungggg… serbuk sari menempel di sayap lebah sehingga terjadi penyerbukan tetangga.” Siswa lalu meletakkan buku di atas kepala teman satu kelompoknya. Begitulah Pak Rimhot melanjutkan cerita tentang penyerbukan dan siswa mempraktikkan sesuai dengan jenis penyerbukan yang disebutkan. Setelah eksplorasi, siwa kemudian dibagi ke dalam kelompok, masingmasing kelompok terdiri dari 3-4 orang. Guru lalu membagikan lembar kerja kelompok, guru mengamati dan membimbing jalannya diskusi, lalu masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya dan kelompok lain menanggapi. Di akhir pelajaran, siswa dan guru membuat rangkuman dari hasil pembelajaran kelompok. Melalui permainan bercerita ini, siswa dapat lebih memahami proses terjadinya penyerbukan dan perantaranya. Permainan ini juga melatih siswa untuk menahan diri dan tidak kasar terhadap teman. Pada saat terjadinya penyerbukan tetangga, silang, dan bastar, siswa harus menempelkan buku ke kepala siswa yang lain dengan cepat tetapi hati-hati dan tidak kasar.


15

SDN Lebak Gede, Kota Cilegon, Banten

Memahami Pesawat Sederhana Lewat Percobaan Sederhana Oleh Sumamah Guru SDN Lebak Gede Saya ingin berbagi pengalaman mengajar IPA agar siswa memahami hubungan antara gaya, gerak dan energi serta fungsinya. Tujuan pembelajaran adalah siswa dapat menyebutkan pengertian dari pesawat sederhana; tujuan menggunakan pesawat sederhana, menyebutkan macammacam pesawat sederhana dan membedakan jenis pengungkit.

sederhana memudahkan kerja manusia,” kata Ani, salah seorang siswa. Saya menuliskan lagu tentang pesawat sederhana dengan lirik lagu Caca Maricha. Kalimatnya sebagai berikut: “Pengungkit…Pengungkit…Ada tiga macam… Pengungkit pertama, titik tumpu di tengah… Pengungkit kedua,

Di awal, saya meminta dua siswa melakukan demonstrasi di depan kelas. Demonstrasi pertama, siswa pertama bertugas menyobek kain dengan tangan dan siswa kedua bertugas menyobek kain dengan gunting. Demonstrasi kedua, siswa pertama mencabut paku yang menancap meja dengan menggunakan tang dan siswa kedua mencabut paku tanpa tang. Lalu saya meminta siswa menjelaskan kedua demonstrasi tersebut untuk mendapat pemahaman manfaat pesawat sederhana. Hampir sebagian besar siswa menjawab dengan baik. “Bahwa dengan menggunakan alat, aktivitas seperti menyobek kain dan mencabut paku menjadi mudah dilakukan. Alat yang disebut pesawat

16

beban di tengah…Pengungkit ketiga, kuasa di tengah…Pengungkit Roda hai..hai..Bidang Miring dan Katrol..hai..hai.. Bidang Miring dan Katrol…Itu semua memudahkan kerja.”


Setelah bernyanyi, saya membagikan lembar kerja (LK) ke setiap kelompok untuk didiskusikan. LK dapat dilihat pada gambar di bawah.

v

Siswa diminta mengidentifikasi jenis pesawat sederhana berdasar gambar yang ada di LK dan contoh yang ada di meja guru, apakah termasuk golongan pertama, kedua atau ketiga sesuai lirik nyanyian yang baru dinyanyikan? Saya meminta mereka menjelaskan perbedaan ketiga jenis pesawat sederhana tersebut. Setelah diskusi, setiap kelompok menyampaikan hasilnya dan kelompok lain memberikan tanggapan. Golongan pengungkit pertama adalah Pengungkit jenis pertama, titik tumpu berada diantara titik beban dan kuasa. Contoh pengungkit jenis pertama yaitu gunting, catut, dan pemotong kuku. Guru menguatkan bahwa golongan kedua adalah Pengungkit jenis kedua, bila titik beban terletak diantara titik kuasa dan titik tumpu. Contoh pengungkit jenis kedua yaitu pinset, gerobak roda satu dan pemecah biji pala/kemiri.

Siswa sedang mencoba pesawat sederhana dengan memotong kain menggunakan gunting sebagai jenis pengungkit yang pertama.

Sedangkan golongan ketiga adalah Pengungkit jenis ketiga, bila titik kuasa berada diantara beban dan titik tumpu. Contoh sekop, cangkul, dan tajak.


17

SDN Kadikaran Serang, Banten

Percobaan Penghantar Panas Konduktor dan Isolator

Siswa sedang menguji plastik sebagai isolator.

18

Bapak Anis Fuad SAg, guru kelas VI SDN Kadikaran mengajak siswa membandingkan kemampuan menghantarkan panas dari berbagai benda melalui percobaan. Tujuannya, siswa mampu membedakan sifat benda konduktor dan isolator panas. Alat dan bahan yang disiapkan antara lain, lampu spirtus atau lilin, korek api, lidi/kayu, besi, kuningan, tembaga, sendok logam, pensil, dan kain. Kegiatan inti pertama yakni eksplorasi, Bapak Anis menunjukkan dua model percobaan. Model satu, seorang siswa membakar ujung besi. Lalu, siswa lain memegang ujung lain dari besi yang dibakar. Anis bertanya kepada siswa tersebut, apa yang dirasakannya? Siswa yang menjadi model pun menjawab, “Panas.” Lalu guru bertanya kepada siswa lain, “Mengapa dia merasa kepanasan saat memegang ujung besi? Silahkan kalian diskusikan dalam kelompok!” tukasnya.


Model kedua, seorang siswa membakar ujung besi. Lalu, siswa lain memegang ujung besi tersebut dengan penyeka kain. Pertanyaan, apa yang terjadi? Mengapa siswa tidak merasa panas saat memegangnya? Kemudian secara berkelompok, siswa mendiskusikan dan menjawabnya di kertas plano. Kegiatan inti kedua adalah elaborasi, Anis meminta siswa melakukan percobaan secara berkelompok dengan alat dan bahan yang tersedia mengikuti petunjuk dalam lembar kerja berikut: 1. Bakarlah besi dan lapisi besi dengan kertas pada bagian yang kalian pegang! Apa yang kalian rasa? Mengapa? 2. Lakukan hal yang sama dengan mengganti kertas dengan kain pada bagian yang kalian pegang! Apakah terasa panas? Mengapa? 3. Lakukan kegiatan seperti pada nomor 1 pada benda-benda yang sudah disediakan! 4. Apakah yang menjadi Konduktor panas pada kegiatan di atas? Apakah yang menjadi Isolator

panas pada kegiatan di atas? 5. Tulislah semua temuan dan hasil percobaan! 6. Diskusikan dan simpulkan hasil percobaan! Mereka mendiskusikan dan mencatat hasil percobaan di kertas plano. Berikut salah satu simpulan kelompok siswa, benda yang dapat menghantarkan panas dengan baik disebut konduktor seperti misalnya sendok logam, yang ketika dipanaskan menghantarkan panas yang baik. Sedangkan benda-benda yang kurang baik dalam menghantarkan panas disebut isolator, seperti misalnya plastik, kayu dan kain. Guru menyediakan struktur laporan yang harus dilengkapi setiap kelompok tentang uji percobaan berdasarkan materi yang baru saja diajarkannya. Setiap kelompok memajangkan hasil karyanya di dinding kelas. Wakil dari kelompok bertugas menjadi presenter saat kunjung karya sementara siswa lain berkeliling menilai hasil kerja kelompok lain.

Siswa sedang membakar besi untuk menguji bahwa besi termasuk konduktor.


19

SDN 2 Kalibawang, Wonosobo, Jawa Tengah

Mendeteksi Benda Isolator dan Konduktor dengan APIK Oleh Widiyanto MPd Guru SDN 2 Kalibawang

Alat pendeteksi isolator dan konduktor buatan siswa. Lampu LED yang menyala menandakan benda tersebut merupakan benda konduktor.

Widiyanto, guru kelas VI SD Negeri 2 Kalibawang, Wonosobo, mengajak para siswanya membuat alat sederhana dari barang bekas mainan untuk mendeteksi benda-benda isolator dan konduktor. “Ide ini bermula ketika saya melihat bekas mainan robot dan mobil-mobilan remot kontrol yang sudah tidak terpakai,” katanya. Dia membagi siswa menjadi 4 kelompok, dan memberikan alat dan bahan yang akan digunakan, yaitu kayu papan, gergaji besi, baterai koin yang diambil dari bekas mainan, lampu LED, kabel tembaga, dan paku pinus. Siswa mulai bekerja dengan memotong kayu ukuran 3 x 7 cm dengan gergaji besi. Kemudian membuat dudukan untuk dua buah baterai kancing yang diletakkan di tengah. Selanjutnya memotong 3 buah kabel tembaga dengan ukuran 5 cm, 4 cm, dan 3 cm. Lalu membentuk kaki lampu led yang disesuaikan dengan lebar papan kayu. Setelah semua siap, lampu led dihubungkan dengan kabel dan baterai menjadi rangkaian seri. Fungsi paku pinus adalah sebagai konektor agar kabel dan kaki lampu led mudah

20

terhubung tanpa perlu dililit. Selain itu paku pinus juga berfungsi sebagai saklar terbuka yang nantinya akan menghubungkan benda yang akan dideteksi. Cara kerjanya, lampu LED akan menyala bila benda yang dideteksi merupakan benda konduktor. Setelah selesai merangkai alat, siswa menggunakannya untuk mengidentifikasi sebanyak-banyaknya benda isolator dan konduktor. Di kelompok siswa mengisi tabel yang terdiri dari nama benda, lampu LED menyala atau tidak, dan bahan dasar


penyusun benda tersebut. Pada kegiatan itu, siswa merumuskan masalah, membuat hipotesis, mencoba, dan mencatat data. Jika siswa sudah mencoba semua benda, maka siswa membuat simpulan. Di akhir kegiatan, secara individu siswa membuat laporannya. Sesuai kesepakatan bersama siswa, alat tersebut kemudian diberi nama Alat Pendeteksi Isolator dan Konduktor.

MIN Ulee Glee, Pidie Jaya, Aceh

Belajar Pengawetan Makanan dengan Telur Asin Telur asin buatan siswa setelah belajar cara pengawetan makanan.

Oleh Muhibuddin SPdI, Guru Kelas IV MIN Ulee Glee Dalam pembelajaran IPA di kelas IV, saya sering mengajak siswa untuk melakukan praktik langsung. Salah satunya melakukan pengawetan makanan telur bebek. Di awal saya mengajak siswa bertanya jawab tentang pengalaman mereka melihat makanan di rumah yang dibiarkan tersimpan lama. “Basi dan busuk pak,” jawab siswa.

nipis. Siswa diajak untuk mencampurkan adonan pengawetan. Abu gosok (sisa kulit padi yang dicampur dengan sedikit tanah), garam dan jeruk nipis dicampur dengan komposisi 1:1. Proses ini pada prinsipnya adalah untuk menurunkan kadar air dalam telur sehingga menghambat tumbuh dan berkembangnya mikroba dan menghambat aktivitas enzim pada telur. Saya juga memberi penjelasan fungsi setiap adonan.

Kemudian siswa saya bagi dalam 4 kelompok yang anggotanya 6 orang. Mereka sudah mempersiapkan bahanbahan yang diperlukan, seperti telur bebek, abu gosok, garam, dan jeruk

Adonan yang sudah diolah sedemikian rupa oleh siswa, digunakan untuk melapisi telur bebek yang masingmasing mereka bawa dari rumah. Setiap kelompok terlihat aktif dan

melakukan pembelajaran ini dengan sangat menyenangkan. Mereka menuliskan langkah-langkah kegiatan dalam setiap kelompok. Dengan mudah siswa dapat menjelaskan langkah-langkah pengawetan makan karena mereka melakukannya sendiri. Proses pembelajaran ini menekankan pada pemberian pengalaman langsung tentang proses pengawetan makanan. Untuk memperkaya pengetahuan, siswa diberi bahan bacaan tentang ragam cara pengawetan makanan. Seminggu kemudian, siswa menikmati telur asin yang telah mereka awetkan sendiri.


21

MI Muhammadiyah Watubelah, Banjarnegara, Jawa Tengah

Horee... Mobil Tenaga Angin Buatanku Bisa Melaju...

dan gaya.

Siswa menunjukkan mobil tenaga angin buatannya.

Oleh Sugeng Priyanto MPdI Guru MI Muhammadiyah Watubelah Saya mengawali pembelajaran IPA tentang gaya dan gerak dengan mengajak siswa kelas V bernyanyi bersama tentang lagu tentang gerak

22

“Siapa tahu? Siapa tahu? Siapa tahu? Apa itu gaya? Aku tahu gaya terdiri dari tarikan dan dorongan. Gaya apa, gaya apa, gaya apa sekarang? Gaya gerak, gaya gerak, gaya gerak sekarang. Gerak apa? Gerak apa? Gerak apa? sekarang. Gerak perlu energi, gerak perlu energi sekarang. Yo teman semua kita pelajari bersama.” Saya membelajarkan konsep dan membuktikan hubungan antar gaya, gerak, dan energi melalui percobaan. Siswa akan membuktikan pemanfaaatan angin sebagai energi alternatif melalui percobaan dengan memanfaatkan botol bekas. Usai menyanyi, saya bertanya jawab terkait isi lagu kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran, yaitu


menjelaskan konsep serta membuktikan hubungan antargaya, gerak, dan energi melalui percobaan membuat mobil tenaga angin. Selanjutnya, guru membagi siswa menjadi lima kelompok. Setiap kelompok diberi tugas untuk merancang mobil-mobilan bertenaga angin sesuai dengan kreasi kelompoknya. Dalam pembuatan mobil tenaga angin, siswa menyiapkan alat dan bahan antara lain satu buah botol plastik bekas air mineral, empat tutup botol plastik, dua batang tusuk sate, satu buah sedotan, karet ikat rambut, satu buah balon dan juga pisau cutter untuk memotong. “Hati hati dalam menggunakan pisau cutter,” saya mengingatkan siswa. Cara membuatnya adalah sebagai berikut : 

Buat lubang pada badan botol plastik, dua di sisi kanan dan dua di sisi kiri. Pastikan lubang kanan dan kiri posisinya sejajar.



Ambil 4 tutup botol plastik kemudian tusuk dua-dua dengan

menggunakan tusuk sate. Inilah yang nanti akan dijadikan sebagai roda mobilnya. 



Masukkan tusuk sate pada setiap lubang, kemudian pasang tutup botol sebagai roda. Ambil sedotan kemudian masukkan ujung balon pada salah satu ujung sedotan, kemudian ikat dengan karet ikat rambut, pastikan sedotan tidak penyok karena akan menghalangi masuknya udara. Pada bagian atas botol berilah lubang untuk memasang sedotan yang yang telah diberi balon tadi. Ikat dengan karet ikat rambut agar sedotan dan badan mobil menyatu. Maka mobil tenaga anginpun telah selesai.

Langkah kerja untuk mengujinya: Tiuplah balon melalui sedotan, pastikan sampai mengembang (semakin besar balon maka tenaga yang dihasilkan semakin besar). Kemudian, tutuplah ujung sedotan dengan jari agar udara dalam balon tidak keluar. “Letakan mobil di lantai, kemudian 1,2,3...ya! Lepaskan ujung jari penutup sedotan, maka mobil kalian pun akan bergerak dengan dorongan tenaga angin,” kata Pak Sugeng memberikan aba-aba kepada siswa.

“Hore mobil tenaga angin buatanku bisa melaju,” teriak Bayu ketika mengujinya di depan temantemannya. Setelah semua kelompok mempresentasikan karyanya, tugas selanjutnya adalah siswa menuliskan laporan percobaan. Hasil laporan dikumpulkan dan dinilai oleh guru. Kegiatan akhir adalah menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya, gerak, dan energi memengaruhi keadaan suatu benda. Misalnya, angin menjadi energi yang menggerakkan mobil-mobilan, serta gaya dorong angin menyebabkan mobil bergerak maju.

Laporan hasil percobaan siswa.

Setiap kelompok menunjuk perwakilannya untuk mempresentasikan hasil kerja di depan kelas, serta menguji mobil mainannya.


23

Siswa Kelas VC SDN Ngaglik 01 Kota Batu saat mempraktikkan pembiasan cahaya matahari menjadi pelangi di halaman sekolah.

SDN Ngaglik 01 Batu, Jawa Timur

Ada Pelangi di Baskomku Oleh Helmina SPd Guru SDN Ngaglik 01 Batu Saya ingin menunjukkan proses terjadinya pelangi kepada siswa saat pelajaran IPA. Saya mengajak siswa untuk melakukan percobaan terjadinya pelangi. Siang itu matahari cukup terik, tepat di jam 11.30 WIB anak anak kelas VC berkelompok di lapangan sekolah. Dua jam terakhir adalah jam pelajaran IPA. Siswa melakukan percobaan terjadinya pelangi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan konsep yang akan mereka pelajari. “Wihhh seru Bu, berarti kita bisa menangkap pelangi ya?” teriak Safira, siswa Kelas VC. Di awal siswa saya ajak menyanyi lagu Pelangi, tapi liriknya diganti. “Kata-kata merah-kuning-hijau diganti mejikuhibiniu singkatan dari merahjingga-kuning-hijau-biru-nila-ungu. Siswa serentak menyanyikan lagu Pelangi sambil membuat lingkaran di

24

setiap kelompok. Sebelumnya, siswa sudah menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan yakni baskom yang diisi air, cermin datar, dan kertas putih sebagai layar. Selesai menyanyikan lagu, siswa mendapat lembar kerja proses membuat pelangi. Langkah awal siswa harus berada pada tempat dimana sinar matahari bersinar sangat terik. Lalu cahaya matahari tersebut dibiaskan dan diuraikan oleh air dalam baskom dan terbentuklah pelangi. Pantulan pelangi ditangkap oleh kertas sehingga akan tampak dalam kertas putih. “Saya berhasil menangkap pelangi,” teriak Kelompok Merah. “Saya juga, keren,” sahut Kelompok Biru. Selanjutnya setiap kelompok mencatat warna apa saja yang muncul dalam pantulan pelangi di kertas putih tadi. Ada juga beberapa kelompok yang belum berhasil menangkap pelangi karena menangkap cahaya matahari


dan memantulkan lewat cermin datar adalah bagian tersulit. Setiap siswa dituntut keterampilan mem-fokuskan cermin pada cahaya matahari. Selanjutnya siswa berdiskusi tentang bagaimana proses terjadinya pelangi dalam percobaan ini, apa peran cermin datar, air dalam baskom, kegunaan kertas, warna apa saja yang tertangkap layar, warna apa yang terluar, warna apa yang terdalam. Pertanyaanpertanyaan tersebut menjadi bahan diskusi yang dapat di deskripsikan kemudian dikomunikasikan lewat kegiatan presentasi. Pembelajaran diakhiri dengan kegiatan presentasi dan pemajangan hasil laporan percobaan. Kegiatan ini dapat dikembangkan dengan menggunakan bahan lain, untuk melihat pelangi “buatan” yakni dapat pula digunakan prisma, keping CD bekas, atau air yang disemprotkan.

(Kiri) Siswa kelas IV MI Darunnajah memamerkan hasil percobaan mereka mengembangkan balon dengan cuka dan soda. (Kanan) Siswa SDN Sumbergondo juga menerapkan percobaan itu di dalam pembelajaran.

MI Darunnajah Sukodono, Sidoarjo, Jawa Timur

Balonku Mengembang dengan Cuka dan Soda Kue Empat siswa kelas IV MI Darunnajah Sukodono tampak memperlihatkan hasil karya yang mereka yang berhasil membuat balon mengelembung otomatis. Balon tersebut bisa mengembung otomatis karena adanya campuran kimia antara cuka dan soda kue sehingga menyebabkan terbentuknya gas karbondioksida (CO2). Para siswa dari sekolah mitra LPTK UIN Sunan Ampel Surabaya ini mencampur soda kue dan air cuka dalam satu botol plastik. Setelah air cuka bercampur dengan soda kue, terbentuklah gelembung-gelembung gas CO2 yang banyak. Botol plastik saat disentuh menjadi dingin. “Nah, gelembung-gelembung menyebabkan balon menjadi besar atau tertiup. Setelah percobaan, saat

disentuh permukaan botol terasa dingin dari pada sebelum percobaan,” jelas Refina Ade Azza Minarva mewakili ketiga temannya. Setelah cuka dan soda kue dicampurkan, terlihat gelembung tersebut menghasilkan udara yang naik keatas botol. Ananda Kasih Aurel, salah seorang siswa kemudian cepat-cepat memasang balon di bibir botol. Sedikit demi sedikit balon tersebut mengembang menjadi besar. Hasil dari reaksi cuka dengan soda kue menghasilkan gas CO2 yang dapat mendorong gas oksigen di atasnya sehingga lama kelamaan balon yang tadinya kecil akan berubah menjadi lebih besar. “Balonku Mengembang dengan Cuka dan Soda Kue!”

dengan soda kue ini merupakan reaksi endoterm, karena setelah cuka dan soda kue dicampurkan ke dalam botol, permukaan botol terasa dingin. Ini karena terjadi perpindahan panas atau kalor dari lingkungan ke sistem sehingga suhu lingkungan berkurang dan menyebabkan suhu pada permukaan botol terasa dingin. “Sekarang kami tahu cara kerja tabung yang biasa dibawa-bawa oleh penjual balon keliling. Pantas tabungnya kalau dipegang dingin,” ungkap Nabila Anastasya. Pembelajaran dengan percobaan yang sama juga diterapkan oleh siswa kelas IV SDN Sumbergondo 2 Batu. Percobaan ini membuat siswa dapat belajar secara konkret tentang energi dan perubahannya.

Reaksi yang terjadi antara cuka


25

Siswa MI Roudlatul Banat sedang melakukan eksprimen IPA.

MI Roudlotul Banat Taman Sidoarjo, Jawa Timur

Ayo Bereksperimen IPA Cetak Ilmuwan Cilik MI Roudlotul Banat Taman Sidoarjo setiap Sabtu sebulan sekali punya agenda acara yang ditunggu-tunggu oleh siswa. Namanya 'Ayo Berekesperimen Sains'. Kegiatan ini merupakan pentas sains yang terjadwal secara bergiliran di setiap kelas. Menurut Ibu Luluk Ainiyah SSi, guru MI Roudlotul Banat yang merupakan sekolah mitra LPTK Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (UINSA), ide pentas Ayo Bereksperimen Sains setelah para guru di sekolah ini mendapatkan pelatihan dari USAID PRIORITAS. Setelah pelatihan, mereka mengembangkannya di kelas masing-masing. “Ternyata,

26

banyak sekali hasil karya siswa dipajang di kelas yang menarik siswa dari kelas lainnya. Lalu para guru sepakat merancang sebuah pentas sains yang dilaksanakan sebulan sekali. Secara bergiliran setiap kelas mendapatkan kesempatan untuk pentas dan menampilkan penemuanpenemuan mereka di bidang sains,” ungkap Ibu Luluk yang mengajar sains sekaligus menjadi koordinator kegiatan. Jadwal pentas sains di panggung Ayo Bereksperimen Sains ini sudah terjadwal selama beberapa bulan. Setiap bulan, yang tampil dalam pentas ini terdiri dari dua kelas. Setiap kelas


akan mengirimkan siswanya untuk menampilkan aksi percobaan sains mereka. Seperti saat Kelas V-B mendapat giliran tampil di pentas Ayo Bereksperimen Sains. Di bawah bimbingan Ibu Eliyana Maulidah SPd, mereka menampilkan aksi sains berjudul “Kantong Plastik Fantastis” berbahan kantong plastik kemasan satu kilogram, karet gelang, air, dan beberapa buah pensil yang sudah diruncingkan ujungnya. Lima siswa membawakan eksperimen mereka tampil dengan percaya diri di panggung sains. Dipimpin oleh salah satu siswa, mereka dengan cekatan dan terampil memeragakan kegiatan

sains di pentas sains yang disaksikan oleh seluruh siswa MI Roudlatul Banat. “Pertama, kantong plastik untuk kemasan satu kilogram diisi air sampai hampir penuh kemudian diikat dengan karet gelang,” terang salah satu siswa bernama Nisa. Selanjutnya dua siswa lainnya mengambil dua pensil yang sudah diraut ujungnya sehingga lancip dan tajam. “Coba perhatikan teman-teman, apabila pensil ini saya tusukkan ke plastik berisi air ini apa yang akan terjadi ya?” tanya Nisa pada penonton. Hampir semua kompak menjawab, “Bocor, airnya merembes keluar!” “Betulkah airnya akan tumpah dan merembes keluar? Ayo kita buktikan sama-sama ya,” sambung Nisa. Saat kedua temannya menusukkan pensil runcing tersebut hingga masuk ke dalam plastik bahkan menembus keluar plastik di sisi lainnya, ternyata airnya tidak tumpah sama sekali. “Lho kok bisa airnya tidak keluar?” salah satu guru penasaran hingga maju ke depan panggung dan mengamati kantong plastik yang ditancapi pensil tadi. “Benar, airnya tidak menetes sama sekali,” ungkap guru tadi disambut tepuk tangan penonton. Nah, sekarang kita coba lagi dengan plastik yang sudah ditusuk pensil terlebih dahulu lalu kita beri air. Apakah hasilnya sama?” tanya Nisa.

Mereka pun mencoba menusukkan plastik dengan pensil terlebih dahulu baru menuangkan air ke dalam plastik yang sudah ditusuk pensil, ternyata airnya langsung merembes keluar. “Wah hebat………. Bisa dicoba di rumah,” teriak salah satu siswa disambut tepuk tangan siswa yang lain.

kegiatan ini akan terbentuk ilmuwanilmuwan cilik dari sekolah ini. Sementara Ibu Luluk mengungkapkan, untuk sementara kegiatan masih terfokus pada sains. Ke depan kegiatan akan dikembangkan untuk mapel yang lainnya.

Nisa kemudian menyiapkan lagi plastik berisi air dan meminta penonton menusukkan pensil ke tengah-tengah plastik. Mereka gembira saat tahu airnya tidak tumpah sama sekali. Menurut Nisa, kesimpulan yang dapat diambil adalah ketika plastik yang sudah terisi air yang diikat rapat, jika bagian bawahnya dilubangi dengan pensil maka air tidak bisa merembes. Hal itu disebabkan karena tekanan dalam kantong plastik lebih kecil dari pada tekanan di luarnya sehingga permukaan air pada lubang menekan ke dalam kantong. “Namun, jika kantong plastik sudah dilubangi sebelumnya dan kemudian diisi dengan air maka airnya merembes keluar kantong karena tekanan dalam kantong plastik sama besar dengan tekanan di luar kantong,” katanya. Menurut Kepala MI Roudlatul Banat Ibu Binti Qoni'ah, kegiatan ini sangat bermanfaat untuk siswa dan guru. Siswa menjadi banyak tahu tentang sains dan guru kaya akan materi sains. “Kami akan pertahankan kegiatan ini rutin dilaksanakan setiap sebulan sekali, kecuali saat ulangan dan libur sekolah,” terangnya. Ia berharap dari

Hasil eksperimen siswa, meski ditancapi pensil, air di dalam plastik tidak mengalir di sela-sela pensil.


27

Hasil diskusi kelompok tentang fase gerhana bulan dan matahari.

SDN Ceweng Jombang, Jawa Timur

Jelaskan Proses Gerhana Melalui Role Play Ibu Nur Pratiwi Sari, guru kelas VI SDN Ceweng Jombang, menjelaskan bahwa tidak semua siswa memahami bagaimana proses terjadinya gerhana matahari dan bulan. Untuk memudahkan siswa memahami proses terjadinya gerhana matahari dan bulan, guru yang akrab dipanggil Ibu Nur itu membuat role play atau kegiatan bermain peran yang seru. Ada Tiga siswa yang diminta bermain peran, ada yang berperan sebagai matahari, bulan, dan bumi. Tujuan dari pembelajaran ini agar siswa dapat menjelaskan proses

28

terjadinya gerhana matahari dan bulan serta perputaran matahari, bumi dan bulan sehingga bisa mengakibatkan gerhana.

Ibu Nur memberi waktu 10 menit kepada siswa untuk membaca bahan bacaan baik yang ada di buku maupun di lembar bacaan yang dibagikan guru.

Kegiatan diawali dengan membaca senyap pemahaman terjadinya gerhana matahari dan bulan melalui bahan bacaan. Di awal pertemuan, Bu Nur membagikan kepada setiap kelompok bahan bacaan selain buku teks terkait proses terjadinya gerhana matahari dan bulan yang bersumber dari internet.

Selanjutnya, Ibu Nur membagikan LK yang di dalamnya berisi tugas-tugas siswa untuk menjawab pertanyaan di LK. Dalam satu kelompok beranggotakan lima siswa, ada tiga siswa berperan sebagai matahari, bulan dan bumi, satu siswa yang menjadi pengarah adegan, dan satu siswa lagi yang mencatat adegan.


Frizzy Amalya Syaifa Hidayatullah dari kelompok satu berbagi tugas bersama teman sekelompoknya. Dia bertindak sebagai siswa yang mengarahkan teman-temannya untuk memeragakan terjadinya gerhana. Sementara peran bumi, matahari, dan bulan masingmasing dibawakan Febianti Nur Wahyuni, Rita Nur Malia, dan Dessi Wulandari. Peran Rita sebagai matahari karena badannya paling besar dibandingkan teman-temannya. Dia mengenakan tulisan matahari di dadanya. Frizzy mengarahkan Rita agar diam di tempat. “Nah sekarang bumi (yang diperankan oleh Febi) kamu berputar mengelilingi matahari ya. Dan bulan (Dessi) kamu mengelilingi bumi,” Frizzy menugaskan teman-temannya untuk memulai role play. Pada saat matahari bulan dan bumi berada pada posisi yang sejajar, Frizzy spontan berteriak, “Stop, matahari, bulan dan bumi diam di tempat,” teriak Frizzy. Lenny yang bertugas mengamati dan mencatat kemudian menyampaikan pendapatnya pada teman-temannya, “Oh, jadi apabila matahari-bulan-bumi berada pada posisi sejajar seperti ini otomatis cahaya matahari yang ke arah bumi terhalangi oleh bulan, sehingga cahaya matahari tidak bisa sampai ke bumi karena terhalang bulan dan terjadilah gerhana matahari. Bagaimana temanteman menurut kalian, sudah jelas?”

Tanya Lenny. Seluruh temannya kompak berseru, “Jelas!” “Baik sekarang kita lanjutkan lagi ya, silakan bumi berputar lagi mengelilingi matahari dan bulan mengelilingi bumi,” Frizzy memberi komando temantemannya agar melanjutkan role play. Pada saat posisi matahari, bumi dan bulan sejajar, Frizzy kembali teriak, “Stop! Sekarang posisinya mataharibumi-bulan sejajar ya. Ini dinamakan apa teman-teman?” Tanya Frizzy pada kelompoknya. “Ini proses terjadinya gerhana bulan ya!. Sinar matahari tidak bisa mencapai bulan karena tertutup oleh bumi, maka terjadilah gerhana bulan,” ungkap Dessi.

dan berpengaruh pada kegiatan nelayan dalam mencari ikan, dan gerhana bulan hanya terjadi pada saat bulan purnama saja. “Mengapa itu terjadi? Kita cari jawabannya dalam pertemuan berikutnya setuju?” tanya Ibu Nur. Siswa serentak menjawab, “Setuju.” Hari itu seluruh siswa Kelas IV telah belajar tentang proses terjadinya gerhana dengan menyenangkan dan hampir seluruh siswa dapat menjelaskan proses terjadinya gerhana matahari dan bulan dengan benar.

Setelah berhasil memeragakan terjadinya gerhana matahari dan bulan, siswa kembali duduk berkelompok untuk menggambar dan menjelaskan hasil role play yang mereka peragakan. Ibu Nur berkeliling memantau kegiatan role play setiap kelompok. Beberapa kelompok terlihat salah memeragakan proses terjadinya gerhana dan Bu Nur berusaha mengoreksinya. Kegiatan lanjutan adalah presentasi setiap kelompok dan menempelkan hasil karya siswa di dinding kelas yang sudah disediakan. Sebelum menutup pembelajaran tentang gerhana hari itu, Bu Nur memberikan informasi tambahan kepada siswa terkait gerhana. Misalnya saja, saat gerhana bulan dapat mengakibatkan pasang surut air laut

Siswa saat bermain peran tentang proses terjadinya gerhana matahari dan bulan. Ada yang berperan sebagai bumi, bulan dan matahari.


29

Tahap kedua adalah eksperimen dan mempresentasikan hasil diskusi bersama kelompok. “Kalau sekadar teori, siswa masih banyak yang merasa bingung atau lupa. Maka, pada pertemuan kedua saya menggali kembali ingatan mereka dengan beberapa pertanyaan,” paparnya.

Saat siswa membuat rangkaian listrik, guru lebih banyak mendampingi dalam kelompok kecil.

SDN Sumbergondo 2, Jawa Timur

Memahami Kelemahan dan Kelebihan Rangkaian Listrik Ibu Trihananingtyas, guru kelas VI SDN Sumbergondo 2 mengajak siswa praktik langsung tentang rangkaian listri seri dan paralel sekaligus menemukan kelemahan dan kelebihan dari kedua rangkaian tersebut. Sebelumnya guru yang akrab dipanggil Ibu Naning ini sudah mempersiapkan sejumlah alat dan bahan yang dibantu langsung oleh wali murid paguyuban kelas. Alat dan bahannya yaitu berupa papan karton ukuran 25x20 cm, baterai AA, kabel, bola lampu kecil, isolasi transparan dan kertas, serta penjepit buaya. Kelima kelompok yang ada di kelas VI

30

Dari sini dapat diketahui seberapa dalam pemahaman siswa mengenai rangkaian listrik. Barulah kemudian beranjak ke eksperimen. Paham tidaknya siswa akan tampak dari hasil kerja kelompok ketika merakit rangkaian listrik sederhana itu. “Ada kelompok yang masih perlu diperbaiki hasil pengerjaannya sebab saya membatasi waktu pengerjaannya hanya selama 25 menit saja,” imbuh Ibu Naning.

menerima alat dan bahan tersebut serta lembar kerja sebagai bahan diskusi. “Saya ingin siswa mengerti mengenai rangkaian listrik sederhana, baik itu seri atau paralel, melalui eksperimen,” ujar guru yang dikenal dekat siswa itu.

Usai bereksperimen, setiap kelompok maju ke depan untuk presentasi hasil kerjanya agar memperoleh tanggapan dari teman sekelas lainnya. Di sini, keberanian siswa diuji dengan mengutarakan pemikiran dan pendapatnya sendiri serta menerima sanggahan dari orang lain.

Materi tentang rangkaian listrik ini dipelajari dalam tiga tahap. Pertama, Naning menerangkan teori melalui metode demonstrasi yaitu menunjukkan sekilas gambar-gambar rangkaian listrik. “Jenis alat dan bahan diperkenalkan pula kepada siswa agar tidak bingung ketika bereksperimen,” terangnya.

Melalui eksperimen ini pula akan diketahui keuntungan dan kerugian dari masing-masing jenis rangkaian listrik. Misalnya kerugian rangkaian listrik seri adalah nyala lampunya meredup ketika salah satu bola lampu dilepas. Sebaliknya, keuntungan rangkaian jenis ini tak lain adalah hemat kabel dan biaya.


Sementara rangkaian listrik paralel menguntungkan karena ketika satu bola lampu dilepas, maka lampu lainnya tetap menyala terang. Meski demikian, ada saja kekurangannya yaitu membutuhkan kabel dan saklar lebih banyak dibanding rangkaian seri. Semua itu ditemukan oleh siswa melalui eksperimen tersebut. Hasil eksperimen tersebut kemudian dikaitkan implementasikanya yang berguna dalam keseharian. Ibu Naning membimbing siswa membuat rambu lalu lintas dan baling-baling listrik. “Ide terakhir itu dari siswa sendiri, mereka menyambungkan rangkaian listrik dengan dinamo sebagai penggerak baling-baling,” ungkapnya. Siswa menjadi tahu pula kegunaan rangkaian listrik seri dan paralel ini. Seperti yang ditanyakan Bayu Ashari, siswa kelas VI, kepada Laila Anggi Sefiona saat mempresentasikan hasil karya kelompoknya. “Di mana saja rangkaian seri digunakan?” tanya Bayu. “Rangkaian seri dapat dimanfaatkan di pabrik atau usaha perindustrian lainnya, bahkan juga untuk kebutuhan lampu di rumah,” jawab Laila.

Hasil karya siswa setelah melakukan percobaan membuat rangkaian listrik sederhana.


31

MI Roudlatul Banat, Sidoarjo, Jawa Timur

Timbangan Gelas Kertas Mampu Menahan Manusia dijelaskan. Hal tersebut bisa terjadi karena tekanan udara di dalam gelas kertas mempengaruhi berat beban yang mampu disangga. “Jarak gelas kertas juga mempengaruhi kekuatan daya sangga,” ujar Ibu Luluk Ainiyah, guru Kelas VI sekaligus pembimbing kegiatan.

Meski disangga gelas kertas, papan ini mampu menahan beban hingga 80 kg. Percayakah Anda apabila empat buah gelas kertas mampu menahan beban manusia? Pasti jawabannya mustahil untuk dilakukan. Namun bagi Hafiyyuddin Ahmad, siswa kelas VI MI Roudlatul Banat Sepanjang Sidoarjo hal ini sangat mungkin dilakukan. Hafiy mengungkapkan, empat gelas kertas apabila diatasnya diberi triplek dan peletakannya presisi, maka mampu menahan beban hingga 84 kg. “Perhitungannya setiap gelas mampu menahan beban 21 kg sehingga empat gelas kertas mampu menahan beban hingga 84 kg termasuk beban manusia,” terangnya Ini bukan sulap dan bukan sihir lho! Dalam pelajaran IPA hal ini bisa

32

Hafiy menjelaskan, cara pembuatannya adalah dengan menyiapkan triplek ukuran 60 x 60 cm dan 4 gelas kertas ukuran sedang. Cara penggunaannya cukup sederhana, triplek ukuran segi empat sama sisi tadi dibawahnya diletakkan 4 buah gelas kertas pada ujung-ujungnya, dan cara meletakkannya harus presisi. Selanjutnya saat triplek tersebut dibebani oleh benda asalkan beratnya tidak melebihi 84 kg dan berdiri ditengah-tengah triplek maka gelas kertas yang menyangga triplek tersebut akan tetap berdiri kokoh. “Wah kok bisa ya, hebat sekali timbangan ini. Bagaimana cara kerjanya?” tanya Ibu Femmy Eka Kartika Putri, Asisten Deputi Urusan Pendidikan Dasar, PAUD, dan Pendidikan Masyarakat Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) yang sempat mencoba


timbangan tersebut. Dengan lancar Hafiy menjelaskan bahwa hal tersebut bisa terjadi karena tekanan yang sama pada keempat sisi triplek yang akan kuat menyangga beban yang berat secara bersamasama. “Asal bendanya diletakkan berada di titik tengah triplek, maka gelas kertas akan kuat menyangga. Tetapi bila Ibu berdiri di salah satu sisi triplek ini, maka gelas kertas dibawahnya akan langsung ambles,” terang Hafiy disambut tepuk tangan Ibu Femmy. Dijelaskan oleh Ibu Luluk, kegiatan bereksperimen siswa dengan ilmu sains ini sudah menjadi kebiasaan yang dilakukan di MI Roudlatul Banat Taman Sidoarjo. Sejak mendapatkan pelatihan dari USAID PRIORITAS, tercetuslah ide mereka untuk membuat pentas sains bertajuk Ayo Bereksperimen Sains yang digelar sebulan sekali pada Hari Sabtu. “Kegiatan ini disambut antusias oleh siswa dan memunculkan ide-ide sains yang menarik dan belum pernah dijumpai selamai ini. Salah satunya adalah timbangan gelas kertas ini,” terang Ibu Luluk.

Seismograf karya salah satu kelompok siswa kelas V.

SDN Hegarmukti 1 Bekasi, Jawa Barat

Seismograf Sederhana untuk Belajar Gempa Ibu Nunung, guru kelas V SDN Hegarmukti I, menjelaskan bahwa minggu lalu siswa belajar mengidentifikasi gejala alam dan bencana yang terjadi di Indonesia. Hari itu siswa akan belajar membuat alat pendeteksi gempa dari bahan sederhana. “Topiknya terkait kompetensi dasar memahami gejala alam yang terjadi di Indonesia dan sekitarnya,” kata Ibu Nunung. Alat dan bahan yang digunakan adalah kayu dan papan untuk rangka dan alas, tali rafia, botol bekas air

mineral ukuran 600ml yang diisi kerikil atau pasir, spidol kecil, jarum, kertas, dan pisau. Langkah pembuatan seismograf sebagai berikut: 1) buat rangka penyangga dan alas dari kayu; 2) lubangi tutup botol bekas sehingga bisa dimasukkan spidol; 3) lubangi juga bagian bawah botol lalu masukkan tali; 4) isi botol dengan kerikil, lalu tutup kembali; 5) gantung botol dengan spidol ke bawah, tepat di atas alas kertas HVS putih.

gempa, getarannya akan mengayun botol berisi kerikil. Ujung botol yang sudah dipasangi spidol akan berayun bolak-balik membentuk garis-garis. Semakin besar getaran akibat guncangan tersebut, maka semakin panjang garis yang terbentuk. Pola garis-garis bentukan spidol itu mencerminkan tingkat skala gempa. Melalui seismograf ini, siswa bisa belajar secara konkret tentang gempa.

Cara kerja seismograf ini sederhana. Ketika terjadi guncangan atau


33

Untuk mencapai tujuan tersebut, para siswa mencari dulu tanah-tanah yang subur dengan tanda-tanda di sekitar tanah tersebut tumbuh tanaman dengan subur. Selanjutnya masingmasing perwakilan kelompok mengambil sebongkah tanah subur dan membawanya ke kelas. Sebelum melakukan penyelidikan, siswa menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan. Alat dan bahannya yaitu: 1. Wadah bening satu buah. Bisa gelas kimia, gelas bening atau toples sosis; 2. Pengaduk boleh menggunakan sendok atau sebilah kayu kecil; 3. Saringan teh; 4. Sebongkah tanah; 5. Air jernih. Siswa sedang mengamati tanah untuk mengetahui jenis-jenis tanah, terutama humusnya.

SDN 31 Maros, Sulawesi Selatan

Amati Tanah di Lingkungan Sekitar untuk Pelajari Humus Oleh Hj Ummiati SDN 31 Maros, Sulawesi Selatan Guru masih sering mengalami kendala dalam penanaman konsep tentang tanah yang subur dan tanah yang tidak subur. Tanah yang subur adalah tanah yang banyak mengandung humus. Agar siswa memahami konsep humus secara kontekstual, maka siswa

34

diajak melakukan penyelidikan langsung secara sederhana. Pembelajaran ini adalah untuk siswa kelas V dengan tujuan agar para siswa mengenal lapisan dan bagian-bagian tanah. Saya pribadi banyak mendapatkan ide pembelajaran kontekstual ini setelah mengikuti pelatihan USAID PRIORITAS.


Langkah-langkah kegiatannya sesuai LK sebagai berikut: Siswa mengambil wadah yang telah disiapkan, memasukkan sebongkah tanah kirakira setengah wadah tersebut. Air jernih kemudian dituangkan ke dalam wadah yang berisi tanah tersebut sampai terisi tiga perempatnya, diaduk sampai rata dan didiamkan kira-kira 5 menit. Setelah itu, benda-benda yang terapung disaring dengan menggunakan saringan teh. Siswa menempatkan benda yang terapung tersebut pada piring plastik kecil, kemudian mengamati dan mendiskusikan ciri-cirinya! Setelah menuliskan ciri-cirinya, mereka mempresentasikan antar kelompok ciri-ciri itu. Setelah itu, mereka diminta membaca buku tentang humus tanah.

Mereka menyocokkan dengan hasil penemuan mereka sendiri tentang ciri-ciri humus. Dengan cara ini, mereka menjadi tahu bahwa ciri yang mereka sebutkan cocok dengan ciriciri suatu material disebut humus. Mereka juga mengerti definisi humus yaitu tanah yang sangat subur terbentuk dari lapukan daun dan batang pohon. Tanah yang banyak mengandung humus adalah tanah subur. Pembelajaran dengan cara seperti ini membuat siswa dapat menemukan sendiri konsep pengetahuan, dan semakin kuat pengetahuan mereka setelah membuka referensi dari buku. Siswa juga mengetahui bahwa pada sebongkah tanah, ternyata terdapat berbagai macam jenis tanah, yaitu tanah berkerikil, berpasir, tanah liat dan humus yang masing-masing memiliki ciri tersendiri. “Ternyata ciri-ciri yang kami temukan, hampir sama yang ditulis di buku, “ ujar Andi, salah satu siswa setelah membaca buku tentang humus. Pada pertemuan berikutnya siswa diajak untuk melakukan percobaan pengomposan dari limbah atau sampah-sampah sekitar untuk menghasilkan humus. Siswa menempatkan benda yang terapung tersebut pada piring plastik kecil, kemudian mengamati dan mendiskusikan ciri-ciri tanah humus yang mereka temukan.


35

Siswa berlomba memeragakan traktor pegas buatannya.

SDN 284 Mattiro Sompe Bonne-Bonne Pinrang, Sulawesi Selatan

Mempraktikkan Cara Kerja Traktor Pegas Oleh Sofyan Guru SDN 284 Mattiro Sompe Untuk mengajarkan implementasi gaya pegas secara konkret di kelas enam, saya mengajak siswa membuat traktor pegas. Alat dan bahan yang digunakan yaitu tempat sabun cair atau tempat oli bekas yang dilubangi, sandal jepit bekas untuk membuat ban, bambu, paku untuk melubangi, kikir, isolasi, tang, dan dan karet gelang. Cara membuatnya, tempat sabun cair dilubangi di kedua sisinya dengan menggunakan paku. Selanjutnya ban yang terbuat dari sandal jepit bekas dipasang pada kedua ujung bambu (sumbu roda). Setelah itu lubangi kembali tempat sabun pada bagian atasnya sebagai tempat paku dan diberi isolasi agar pakunya tidak mudah

36

goyang. Lalu ambil karet gelang, dipotong, dan diikat pada bambu serta paku. Traktor pegas selesai dibuat oleh siswa. Mereka diminta untuk menjalankan traktor pegasnya dengan cara memutar ban yang telah dipasangi karet. Guru meminta siswa menghitung, (1) berapa putaran roda, (2) berapa jauh jarak yang ditempuh? (3) bagaimana jika putaran ditambah, apakah jarak yang ditempuh lebih jauh? Lalu siswa diminta mengamati apa yang terjadi. Traktor pegas bergerak karena adanya gaya pegas. Traktor dapat bergerak karena ada gaya pada karet. Saat roda diputar ke arah belakang, karet akan tergulung pada bilah bambu. Akibatnya, karet menjadi kencang. Saat traktor dilepaskan, gulungan karet juga terlepas. Traktor bergerak maju


bersamaan dengan terlepasnya gulungan karet. Gaya yang bekerja pada traktor adalah gaya pegas. Oleh sebab itu, traktor tersebut biasa disebut traktor pegas. Gaya pegas yang bekerja pada traktor dapat menyebabkan traktor bergerak maju. Traktor pun dapat berpindah dari tempatnya semula. Semakin banyak siswa menggulung karet, semakin besar gaya pegasnya, semakin jauh pula traktor berjalan. Prinsip kerja traktor pegas juga berlaku pada mobil-mobilan pegas. Mobil-mobilan tersebut ditarik mundur kemudian dilepaskan sehingga bergerak maju. Dari praktik sederhana ini siswa merasa senang belajar IPA. Melalui kegiatan percobaan siswa mampu menjelaskan cara kerja traktor pegas

Maros, Sulawesi Selatan

Menggunakan Adonan Onde-onde untuk Belajar Gaya

Karya kelompok dari adonan onde onde untuk belajar gaya.

Oleh Alimuddin Assegaf, Pengawas SD Kabupaten Maros Saat saya mendampingi diseminasi program pembelajaran SD/MI di kecamatan Camba, terdapat dua guru, Bapak Faisal dan Bapak Muzakkir yang akan praktik mengajar IPA di kelas IV tentang perubahan bentuk benda karena gaya. Saat simulasi mengajar, kedua guru tersebut mengalami kesulitan menentukan benda yang bisa dijadikan bahan percobaan. Apalagi lokasi pelatihan jauh terpencil di bawah lereng-lereng bukit Camba. Sekolah yang akan dijadikan tempat praktik pun juga sangat terpencil. Sebagai fasilitator, saya menyarankan menggunakan bahan-bahan di sekitar saja, sebagai ganti dari plastisin yang umum dipakai untuk KD pelajaran sejenis. Plastisin adalah bahan elastis yang bisa dibentuk-bentuk yang biasa

dibeli di toko-toko ATK. Karena tidak ada toko sejenis di tempat tersebut, akhirnya mereka bersepakat menggunakan bahan alternatif, yaitu adonan onde-onde; jajanan khas Indonesia. Penggunaan bahan ini setelah dicoba ternyata tidak lengket, mudah dibentuk dan bisa digunakan untuk berbagai keperluan lain. Sebelumnya mereka berpikir memakai tanah liat, namun mereka khawatir membuat kelas jadi kotor. Ketika praktik, mereka membawa bahan-bahan dasar adonan tersebut, yaitu kanji, tepung dan air ke kelas. Para siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dan membuat sendiri adonan tersebut. Ukurannya adalah 1 banding 5, atau dalam satu gram kanji dibutuhkan lima gram tepung beras. Air digunakan secukupnya berdasarkan kekentalan yang ingin diperoleh.

Setelah adonan jadi, kelompok mempraktikkan berbagai gaya seperti menarik, mendorong, dan menekan pada bahan-bahan tersebut, sambil membuat berbagai bentuk jenis hewan. Masing-masing kelompok ternyata menghasilkan berbagai bentuk jenis hewan. Setelah selesai mereka presentasi cara membuat masing-masing bentuk hewan dan menentukan gaya apa yang dipakai saat membentuk tiap-tiap sisi hewan yang terbentuk tersebut. Praktik belajar jadi menyenangkan, anak-anak mengetahui dasar-dasar pengetahuan mengenai gaya. Guru yang mengajarpun merasa puas dengan hasil pembelajaran yang mereka lakukan. Mereka merasa pembelajaran hari ini benar-benar membuat guru dan siswa menjadi kreatif.


37


Siswa Kelas 1 Teliti Pertumbuhan Tanaman tanaman biji-bijian. Indikator yang ingin dicapai adalah mengetahui pertumbuhan tanaman biji-bijian dengan melakukan percobaan menanam kacang hijau. Tujuan yang diharapkan adalah agar siswa dapat memahami siklus pertumbuhan tanaman melalui pengamatan langsung pada tanaman kacang hijau. Pada akhir kegiatan, siswa diharapkan mampu mengomunikasikan hasil pengamatannya di depan kelas sesuai percobaan yang dilakukan.

Siswa sedang menanam kacang hijau dengan memakai media gelas.

Oleh Hj Salwati Guru SDN 2 Maros Pembelajaran di kelas 1 SDN 2 Maros, sudah dilaksanakan dengan pendekatan aktif, misalnya pada KD 4.1 di mana siswa ditugaskan melakukan pengamatan dan menirukan teks deskriptif tentang anggota tubuh dan panca indera, wujud dan sifat benda, serta peristiwa siang dan malam secara mandiri. Saya menggunakan media

38

Proses pembelajaran ini meliputi: 1) apresepsi, guru mengajukan pertanyaan tentang berbagai jenis tanaman biji-bijian, dan salah satu jawaban siswa adalah kacang hijau. 2) guru membagi siswa menjadi 5 kelompok, setiap kelompok dibagikan alat dan bahan: gelas plastik, kapas, biji kacang hijau 2-3 biji, dan LK yang merupakan lembar pengamatan yang diisi setiap hari. 3) melakukan percobaan yaitu menanam biji kacang hijau. Berdasar LK beberapa tahapan kegiatan yang dilakukan siswa: membasahi kapas dan meletakkan di dasar gelas plastik; membasahi biji


kacang hijau; meletakkan biji kacang hijau di atas kapas. Selain kapas, sebagian siswa juga menggunakan tanah sebagai wadah untuk menanam biji tersebut. Setelah penanaman, setiap kelompok melakukan perawatan tanamannya secara rutin dengan memercikkan air pada kapas/tanah setiap hari. Selama satu minggu (6 hari) masingmasing kelompok melakukan pengamatan proses pertumbuhan pada tanaman. Siswa mencatat hasil observasinya setiap hari pada tabel (LK) dan pada akhirnya siswa menyimpulkan hasil pengamatannya. Berdasarkan LK tersebut, mereka juga membuat laporan yang dipresentasikan di depan siswa/ kelompok lainnya. Laporan dimaksud menyangkut tahapan perkembangan kacang hijau tiap harinya dan ciricirinya. Misalnya pada hari pertama belum ada akar, daun dan sebagainya. Dengan kegiatan ini, siswa menemukan sendiri pengetahuan tentang perkembangan tumbuhan biji-bijian. Mereka mampu menceritakan proses pertumbuhan tanaman mulai dari bentuk biji, tumbuh akar, dan kemudian tumbuh daun. Dari kegiatan terlihat siswa tertarik dan lebih bersemangat mengikuti pembelajaran.

Siswa sedang mengamati bentuk-bentuk tulang daun, membuat laporan hasil pengamatan, dan mempresentasikannya.

SDN Unggul Tunas Abdya, Aceh Barat Daya, Aceh

Belajar Keragaman Bentuk-Bentuk Tulang Daun Oleh Mawarni SPd Guru SDN Unggul Tunas Abdya Untuk membuat siswa kelas III lebih mudah memahami bentuk-bentuk tulang daun saya mengajak siswa melakukan kegiatan pengamatan. Sebelumnya siswa ditugaskan mencari beberapa jenis daun-daun di sekitar rumahnya, daun-daun tersebut dibawa ke sekolah. Keesokan harinya, seluruh siswa kelas III membawa berbagai macam jenis daun, ada yang membawa daun mangga, daun singkong, daun pepaya, daun sirih, dan lain-lain. Kemudian saya meminta siswa untuk berkelompok dan siswa diminta untuk mengamati bentukbentuk tulang daun.

Salah satu cara untuk mengidentifikasi tumbuhan biasanya menggunakan susunan tulang daun. Tulang daun terdiri dari 4 jenis. Macam-macam susunan tulang daun tersebut adalah tulang daun menyirip, tulang daun menjari, tulang daun melengkung, dan tulang daun sejajar. Kemudian saya mencoba untuk melihat pemahaman siswa dengan bertanya kepada semua kelompok, “Daun singkong termasuk tulang daun apa?” “Tulang daun menjari Bu!” jawab salah seorang siswa. “Daun apa saja yang termasuk tulang daun menyirip?” tanya saya lagi.

“Daun jambu, daun mangga, daun jati…,” jawab siswa lainnya. “Dari daun yang kalian bawa, kelompokkan mana yang termasuk jenis daun menjari, menyirip, melengkung, dan sejajar.” Selanjutnya siswa menulis hasil pengamatan pada selembar karton. Masing-masing kelompok diharuskan untuk menggambar bentuk daun, menuliskan bentuk tulang dan nama daun tersebut. Kemudian hasil pengamatan tersebut dipresentasikan di depan kelas, sehingga mereka dapat mengetahui bentuk-bentuk tulang daun sesuai jenisnya.


39

Proses pembuatan paru-paru dari botol bekas dan balon.

SDN Jeruk 1 Surabaya, Jawa Timur

Botol dan Balon jadi Penampang Paru-paru Bapak Lahel Hardianto, guru kelas V SDN Jeruk 1 Surabaya, mengajarkan materi organ pernafasan manusia secara menarik dan mudah dipahami siswa. Pada jam pelajaran IPA, dia memulainya dengan sebuah pertanyaan. “Anak-anak, selamat pagi. Hari ini kalian akan mempelajari organ pernapasan manusia. Nah, tahukah kalian apa saja organ pernapasan itu?” tanya Pak Lahel kepada siswanya. “Hiduung!!” jawab salah seorang siswa. “Apa lagi?” Pak Lahel bertanya kembali. Sesaat suasana tenang, hanya terdengar gumaman saja tanda siswa kurang yakin dengan jawaban atas pertanyaan tersebut. Pak Lahel segera tanggap dengan

40

kondisi tersebut. Maka, dia pun menjelaskan apa itu organ pernapasan manusia selain hidung, yaitu tenggorokan, paru-paru, bronkus, alveolus, dan diafragma. Dikatakan pula bahwa paru-paru ada dua yaitu sisi kiri dan kanan. Keduanya mengembang dan mengempis sesuai dengan proses pernapasan saat menghirup udara atau inspirasi serta mengeluarkan udara atau ekspirasi. “Ketika menghirup dan mengeluarkan udara ini, otot diafragma akan berkontraksi,” imbuh guru berkacamata tersebut. Nah, Pak Lahelingin menekankan bagaimana kinerja antara paru-paru dan diafragma tersebut kepada siswa. Selama ini, posisi diafragma kurang diketahui karena berada di antara


dada dan perut. Supaya jelas dan tidak terbatas pada pemahaman di buku bacaan saja, Pak Lahel mengajak siswa praktik membuat paru-paru sederhana. Pak Lahel membagi 28 siswa di kelas menjadi tujuh kelompok. Satu kelompok beranggotakan empat siswa. Pak Lahel menyuruh siswa menyiapkan peralatan di atas meja. Pada pertemuan terakhir mata pelajaran IPA, mereka sudah diberi pesan Pak Lahel untuk membawa beberapa jenis bahan dari rumah ketika mempelajari organ pernapasan manusia. Bahan itu adalah sisi atas botol air mineral berukuran 1.500 ml, balon, dua sedotan yang ujungnya bisa ditekuk, plastisin, karet gelang, selotip,

dan gunting. Pertama, dua sedotan direkatkan menjadi satu dengan selotip tepat pada batas ujung yang menekuk sehingga masih ada bagian yang bisa diarahkan ke kiri dan kanan. Kedua, masing-masing ujung sedotan yang tertekuk disambung dengan balon. Bagian balon yang membungkus sedotan diselotip supaya tidak mudah lepas. Inilah model paru-paru sederhana buatan siswa. Ketiga, sedotan dimasukkan ke dalam botol mineral. Ujung sedotan yang tidak ada balon berada di mulut botol mineral. Agar stabil, mulut botol ditutup plastisin yang menyatu dengan sedotan.

Ketujuh, hasil pembuatan media paruparu ini didiskusikan siswa bersama teman sekelompok dan membuat kesimpulan di lembar kerja yang sudah disediakan. Kemudian salah satu wakil kelompok maju ke depan untuk mempresentasikannya.

Inilah salah satu pembelajaran yang berorientasi pada keaktifan siswa dalam proses pembelajaran di kelas. Ide Pak Lahel dipicu setelah mengikuti pelatihan dengan USAID PRIORITAS ini mampu mempermudah siswa memahami tentang kinerja paru-paru.

“Kedua balon yang tersambung sedotan mengempis. Sebaliknya saat tarikan dilepas, balon kembali mengembang seperti semula. Ini disebabkan adanya kontraksi dan relaksasi pada diafragma,” kata salah seorang siswa dalam presentasinya.

Keempat, gunting salah satu sisi balon sehingga dapat dibuka lebar. Tutup bagian bawah botol mineral dengan balon tersebut dan ikat erat memakai karet gelang sehingga bagian dalam botol kedap udara. Bagian inilah yang berperan sebagai diafragma. Kelima, apa yang terjadi jika balon pada bagian bawah botol mineral ditarik?” Lakukan percobaan, catat hasilnya, dan diskusikan! Keenam, amati dengan cermat apa yang terjadi pada kedua balon yang ada dalam botol mineral ketika balon di bagian bawah ditarik. Jawabannya akan diketahui melalui kegiatan pembuatan media paru-paru dari bahan-bahan sederhana. Siswa saat melakukan presentasi hasil karyanya.


41

Wahhh detak jantung temanku terdengar dengan stetoskop buatan.


Detak Jantung Temanku Terdengar! Pagi itu kelas IV SDN Jeruk 1 Surabaya sedang mempelajari tema Cita-citaku. Profesi yang dijelaskan oleh guru mereka, Ibu Aries Arianty, adalah dokter. Bagaimana seorang dokter melaksanakan tugasnya dipaparkan oleh Ibu Aries. Untuk mengingatkan kembali tentang teknologi yang digunakan dokter, siswa ditanya mengenai alat yang menunjang pekerjaan sebagai dokter. “Apa saja alat yang dibutuhkan seorang dokter ketika bekerja?” tanya ibu guru. “Alat suntik, stetoskop, senter kecil!” jawab siswa satu per satu. Setelah siswa menyebutkan 'stetoskop', guru menjelaskan bahwa stetoskop merupakan alat untuk mendengarkan detak jantung pasien. Alat itu pula yang

42

akan dibuat siswa untuk memahami sifat bunyi melalui pengamatan dan kaitannya dengan indera pendengaran. “Untuk membuktikannya, kalian secara berkelompok akan membuat stetoskop sederhana dari bahan yang sudah dibawa,” ucap Ibu Aries. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dengan satu kelompok terdiri dari empat orang. Setiap kelompok menyiapkan kertas karton, corong plastik, selotip, dan gunting. Langkah kerja membuat stetoskop tertera di lembar kerja siswa. Alat dan bahan: - Gunting - Karton tebal - Selotip - Corong


Langkah Kerja: - Potong kertas karton berukuran besar menjadi empat bagian atau seimbang dengan ukuran corong. - Kertas karton tersebut kemudian digulung membentuk silinder. Diameternya disesuaikan dengan ukuran bagian bawah corong yang mirip pipa. - Rekatkan corong pada karton silinder dengan menggunakan selotip. Usahakan rapat sehingga tidak ada celah. Stetoskop pun siap digunakan.Kertas karton yang berukuran besar dipotong menjadi empat bagian atau seimbang dengan besar kecilnya corong. Potongan kertas berukuran kecil itu kemudian digulung membentuk silinder. Diameternya disesuaikan dengan

ukuran bagian bawah corong yang mirip pipa. Kemudian karton silinder itu direkatkan pada corong menggunakan selotip, diusahakan rapat sehingga tidak ada celah. Jadilah stetoskop sederhana buatan siswa sendiri. Setelah selesai, masing-masing siswa ditugasi untuk berdiskusi dengan teman di kelompoknya tentang apakah detak jantung dapat didengar melalui stetoskop buatan, mengapa hal itu terjadi dan bagaimana cara kerja stetoskop. Siswa yang presentasi menyampaikan bahwa detak jantung terdengar ketika corong didekatkan pada dada atau area yang dekat dengan jantung. Mereka juga menyimpulkan bahwa detak jantung teman akan terdengar semakin kencang seusai berlari. Selanjutnya, siswa diberi tugas menerangkan cara kerja stetoskop dan apa yang akan terjadi jika salah satu lubang stetoskop tertutup. Dari pertanyaan lanjutan ini, siswa dapat memahami bahwa suara detak jantung merambat melalui mulut corong dan karton silinder hingga sampai ke telinga.

Selain itu, bunyi detak jantung yang didengar dari stetoskop membuktikan bahwa suara mampu merambat melalui udara. Seluruh hasil pengamatan dari praktik ini ditulis di lembar kerja siswa. Setiap kelompok bergantian maju ke depan untuk mempresentasikannya. “Siswa lebih mudah mempelajari prinsip kerja stetoskop melalui praktik ini. Mereka juga lebih senang dan bersemangat dengan praktik-praktik sederhana,” tandas Bu Aries. SDN Jeruk IV merupakan sekolah mitra Universitas Negeri Surabaya (UNESA). Menurut Ibu Aries sejak mengikuti pelatihan yang dikembangkan oleh USAID PRIORITAS banyak sekali manfaat yang didapatkan. Salah satunya adalah penerapan pembelajaran aktif dan pendampingan dari dosen.

Guru menjadi fasilitator siswa saat membuat stetoskop buatan.

“Saat didampingi dosen kami mendapatkan banyak masukan bagaimana mengajar yang baik di kelas dan saat pendam-pingan dosen sangat membantu dalam menyelesaikan permasalahan pembelajaran,” terang Ibu Aries.


43

Bersiap menerbangkan pesawat kertas.

SDN Ngoto Bantul,Yogyakarta

Cara Asyik Belajar Konsep Energi Gerak dengan Pesawat Kertas Oleh Hani Purwanti Guru SDN Ngoto Mainan pesawat berbahan kertas yang biasanya hanya dibuat bermainmain digunakan dalam pembelajaran siswa kelas IV A SD Ngoto. Mereka pagi itu belajar tentang konsep 'perubahan gerak akibat pengaruh udara'. Gurunya, Ibu Hani Purwanti, memulai pembelajaran dengan menjelaskan tentang perubahan gerak akibat pengaruh udara. Dia bertanya kepada siswanya, ”Apakah kamu pernah membuat pesawat mainan dari kertas? Bagaimana supaya pesawat kertas dapat terbang dengan baik?” Ariel Fernando, siswa yang duduk di

44

depan guru langsung mengangkat tangannya. “Saya pernah Bu, banyak yang sudah saya buat. Ada yang bisa terbang, ada yang tidak bisa terbang. Tergantung modelnya, apalagi sayapnya Bu,” jawab Ariel. Mendengar jawaban Ariel, Ibu Hani tesenyum dan memberikan apresiasi kepada Ariel. “Menarik bukan? Dengan bentuk berbeda, pesawat ada yang terbang dengan baik namun ada yang kurang baik. Itu yang akan kita pelajari hari ini. Kenapa bisa terjadi demikian? Kita akan melakukan percobaan untuk menjawab pertanyaan, bagaimana agar pesawat kertas dapat terbang dengan baik?” katanya kemudian membagikan lembar kerja kepada siswa dan 3 buah kertas A4.


Setelah membagikan lembar kerja dan kertas HVS kosong, guru mengajak siswa ke depan kelas. Kemudian menunjukkan contoh sebuah pesawat kertas dan menerbangkannya. Siswa terlihat mengamati dengan teliti. Siswa secara mandiri kemudian mencoba membuat model pesawat kertas sesuai kreasinya. Attar, salah seorang siswa mencoba menerbangkan pesawat kertas pertama hasil karya bersama temantemannya. Ternyata hasilnya kurang bagus. Kemudian dia mengubah model pesawat kertasnya pada percobaan kedua dan ketiga. Siswa mengamati apakah pesawat kertas buatannya sudah sesuai dan

dapat terbang dengan baik, jika belum sempurna siswa diminta menemukan apa penyebabnya. Siswa juga mengamati pesawat kertas mana yang hasilnya paling bagus. Siswa membuat laporan hasil kerjanya secara individu dan memandu serta menjelaskan kepada siswa format penulisan laporan. Satu laporan terbaik dipilih guru kemudian siswa yang bersangkutan diminta membacakan di depan kelas dan siswa lain menanggapi.

“Pesawat saya ada yang terbang berbalik dan ada yang menukik lalu jatuh. Tapi ada yang terbang dengan mulus. Saya belajar tentang cara pergerakan pesawat dengan model besar kecilnya sayap. Saya jadi tahu semakin sempit sayap pesawat maka jarak jatuh pesawat kertas semakin pendek. Padahal awalnya saya pikir semakin lebar permukaan pesawat kertas maka jarak jatuhnya akan semakin pendek,” kata Alifian, salah seorang siswa dalam presentasinya.

Para siswa sedang membuat pesawat kertas didampingi guru.

Lembar kerja siswa yang dibuat guru untuk memandu siswa melakukan percobaan.

Hasil laporan siswa setelah mencoba menerbangkan tiga pesawat kertas yang berbeda.


45

Siswa mempraktikkan membuat asam sunti bersama guru dan warga sekitar sekolah.

SDN 4 Susoh, Aceh Barat Daya, Aceh

Belajar Perubahan Bentuk dengan Mengamati Pembuatan Asam Sunti Oleh Lely Supriyani SPd Guru SDN 4 Susoh

dan digunakan dalam jangka waktu yang lama.

Kelezatan makanan dari Aceh tidak lepas dari rempah-rempah bumbu yang begitu berlimpah di Indonesia, salah satu bumbu khas masakan Aceh adalah asam sunti atau belimbing wuluh. Banyaknya belimbing wuluh saya manfaatkan sebagai media pembelajaran dan hasilnya juga dapat memanfaatkan sebagai bumbu masakan. Asam sunti biasa digunakan untuk memasak kuah asam pedas, kari, dan juga untuk sambal.

Saya bekerja sama dengan warga sekitar sekolah untuk menunjukan proses pembuatan asam sunti pada siswa. Proses pembuatan asam sunti ini memerlukan tujuh hingga delapan hari sampai siap untuk digunakan dalam masakan, bahan-bahan yang dibutuhkan yaitu, buah belimbing wuluh, air, garam. Siswa ditugaskan untuk mengamati proses pengawetan buah belimbing menjadi asam sunti sepulang sekolah. Prosesnya sebagai berikut: 1. Belimbing yang sudah tua dipetik dan direndam selama satu malam. 2. Esok harinya belimbing dijemur di terik matahari selama 3-4 hari. 3. Pada hari ke 4-5 buah belimbing

Pembelajaran ini bertujuan agara siswa dapat memahami perubahan bentuk benda dan proses pengawetannya. Saya mengajak siswa memanfaatkan buah belimbing yang begitu banyak terbuang di musim berbuah untuk diawetkan

46


sudah dapat diberi garam dan dibiarkan selama satu malam. 4. Esok harinya belimbing yang sudah diberi garam dijemur kembali selama 2-3 hari. Setiap hari siswa mencatat tiap proses pembuatan asam sunti. Selanjutnya siswa menceritakan kembali proses pengawetan atau perubahan bentuk dengan bahasa mereka sendiri secara tertulis dan menyampaikan di depan kelas. Sebelum siswa saling menceritakan proses tersebut, siswa diminta memperhatikan perbedaan yang dilaporkan. Setiap selesai dua siswa melaporkan, siswa lainnya diminta menyebutkan bedanya. Hal ini untuk melatih ketelitian siswa dalam melakukan pengamatan.

Teropong telur buatan siswa.

SDN 115 Benteng Gajah, Sulawesi Selatan

Teropong Telur Oleh Hamsir Kepala SDN 115 Benteng Gajah Saya memperhatikan selama ini siswa kurang terlibat aktif mengikuti pembelajaran melalui pengamatan dan percobaan. Kegiatan pengamatan dan percobaan tersebut sering harus menggunakan media, baik buatan sendiri maupun pabrik. Pada materi pemanfaatan energi listrik di kelas VI, saya mengenalkan kepada siswa cara membuat dan menggunakan teropong telur. Tujuannya adalah agar siswa mampu memahami pemanfaatan energi listrik dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah menggunakan alat dimaksud untuk menentukan jenis dan ciri-ciri telur yang mudah ditetaskan. Langkah pertama yang dilakukan guru adalah menyiapkan buku sumber, buku yang relevan dengan konsep energi

listrik, dan petunjuk pembuatan dan penggunaan media pembelajaran terkait energi listrik. Setelah itu siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok mendapat alat dan bahan yang sama seperti satu buah pipa paralon 3 inci dengan panjang 20 cm, penutup pipa paralon berukuran 3 inci, lampu bohlam 10 watt, saklar, kabel sepanjang 1 meter, papan landasan 20 X 20 cm, 1 buah soket, dan petunjuk pembuatan serta penggunaan alat. Setiap kelompok melakukan kegiatan sesuai petunjuk. Pertama saklar yang sudah tersambung dengan kabel dipasang pada papan landasan. Ujung salah satu kabelnya dipasang soket. Setelah itu, saklar ditutup dengan pipa paralon yang sudah tertutup. Penutup pipa paralon tersebut dilubangi dengan ukuran sebagian telur masuk ke dalam lubang tersebut.

Selanjutnya siswa dalam kelompok menghubungkan soket pada lubang soket yang ada aliran listriknya. Apabila lampu bohlam dalam pipa paralon telah menyala, alat tersebut berarti sudah bisa digunakan. Letakkan telur pada lubang penutup pipa paralon. Setelah itu, setiap anggota kelompok mengamati telur dan mencatat hasil pengamatannya. Telur yang baik untuk ditetaskan adalah telur yang pada saat diteropong, di dalamnya terlihat noda hitam. Noda hitam yang tampak itu adalah cikal bakal mahluk hidup (embrio). Telur yang tidak menampakkan noda hitam berarti tidak mempunyai embrio atau bakal mahluk hidup baru. Menggunakan media seperti ini terbukti membantu siswa lebih aktif, kreatif, dan lebih mudah memahami konsep pengetahuan yang diajarkan.


47

Ibu Naslawati membimbing siswa saat melakukan praktik cahaya merambat lurus. SDN 16 Tanah Jambo Aye, Aceh Utara

Uji Cahaya Merambat Lurus Menggunakan Papan Sederhana Oleh Naslawati, SPd Guru SDN 16 Tanah Jambo Aye Rasa jenuh dan bosan siswa pada pembelajaran IPA terobati dengan metode belajar yang memberikan siswa kesempatan untuk eksperimen dan menemukan jawaban langsung daripada membaca dan menghafal di dalam kelas. Saya mengajak siswa melakukan percobaan tentang materi sifat-sifat cahaya dengan menggunakan media papan bekas untuk menguji cahaya merambat lurus. Tujuan pembelajaran ini adalah agar siswa dapat mengetahui sifat-sifat cahaya melalui uji cahaya merambat lurus terutama bagi siswa kelas V dan untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap sifat-sifat cahaya melalui percobaan.

pembelajaran dan tanya jawab tentang cahaya merambat lurus. Kemudian guru membagi kelas dalam beberapa kelompok kecil. Berikutnya dua orang siswa tampil di depan kelas untuk mendemontrasikan cahaya merambat lurus pada media papan uji cahaya yang sudah dipersiapkan sebelumnya oleh guru dan siswa. Media tersebut berbahan triplek atau kardus bekas, papan/balok/kardus tebal, lem, lilin, gunting, dan pisau cutter. Alat dan bahan disusun seperti diagram berikut:

Guru mengawali kegiatan dengan menyampaikan materi dan tujuan

48


Selanjutnya, guru mengarahkan siswa untuk melakukan percobaan pada kelompok masing-masing. Sambil memfasilitasi siswa, guru juga menilai kreatifitas dan keaktifan siswa dalam melakukan percobaan. Pada percobaan tersebut tampak bahwa cahaya lilin bisa masuk ke celah yang dibuat pada triplek yang dipasang sejajar dengan cahaya lilin. Sementara jika triplek nomor dua digeser maka cahaya tidak dapat masuk melalui celah yang dibuat dan terhalang oleh triplek lain. Langkah berikutnya, siswa mengisi LK yang telah disiapkan guru. Agar siswa dapat belajar dari siswa lain dari kelompok yang berbeda, setiap kelompok mengunjungi kelompok lain secara berantai untuk melihat jawaban yang tepat pada LK. “Sangat menyenangkan belajar seperti ini. Kami melakukan eksperimen sendiri dan menemukan jawaban sendiri sehingga mudah menjelaskannya,” tutur Aldi, salah seorang siswa kelas V bangga. Pada akhir pembelajaran, guru menyempurnakan jawaban siswa dan memberikan penguatan tentang materi cahaya. LK siswa dinilai dan dipajangkan seperti biasanya.

PEMBELAJARAN MATEMATIKA Ilmu pengetahuan Alam

Siswa sedang diskusi menyusun panitia perpisahan sekolah.

SDN Karundang 1 Kota Serang, Banten

Belajar Matematika dari Perpisahan Sekolah Oleh Kokom Komaliah Guru SDN Karundang 1

belajar memecahkan masalah yang berkaitan dengan pengelolaan uang.

Pagi ini saya mengajak siswa kelas IV untuk belajar menjadi panitia perpisahan sekolah dalam pembelajaran matematika. Tujuannya adalah siswa memahami dan menggunakan sifat-sifat operasi hitungan bilangan dalam pemecahan masalah. Saya berharap siswa dapat

Pertama, saya tampilkan foto perpisahan sekolah dan bertanya pengalaman siswa tentang acara perpisahan sekolah. Lalu saya membagi siswa dalam kelompok kecil sebagai panitia teknis acara perpisahan sekolah yang diadakan di aula sekolah. “Umpamakan kalian adalah panitia

50


acara perpisahan sekolah, silakan kalian buat denah lokasi dalam waktu lima belas menit!” perintah saya kepada siswa. Saya dampingi siswa membuat denah, seperti tata letak panggung, kursi peserta, sambil membagikan kertas berpetak untuk siswa, tentunya tanpa skala. Selanjutnya, saya meminta siswa dalam waktu 20 menit untuk menyusun acara tersebut seperti format yang

sudah saya buat dalam LK. Dengan demikian, siswa dapat mengelola menit ke menit sesuai tujuan acara perpisahan sekolah. “Setelah kalian menyusun acara, kira-kira apa lagi yang diperlukan sebagai panitia acara?” tanya saya. Sebagian besar siswa menjawab rincian pengeluaran, seperti konsumsi, perlengkapan acara, dan sebagainya. Lalu saya membagikan format rencana pengeluaran keuangan acara perpisahan agar jawaban mereka lebih terstruktur. Tabel format tersebut terdiri atas, jenis pengeluaran, jumlah

satuan, harga satuan dan jumlah total. Agar siswa bisa saling belajar, setiap ketua panitia masing-masing kelompok presentasi dan melaporkan hasilnya. Seluruh siswa dalam kelas menanggapi hasil karya kelompok lain, misalnya jika ada yang salah menghitung. Saya memberikan waktu agar siswa dapat memperbaikinya. Saya memberikan reward pada kelompok yang berhasil mengerjakan tugas denah, susunan acara, dan rincian pengeluaran dengan baik.

Denah, hasil hitungan kebutuhan anggaran, dan jadwal acara yang dibuat siswa dalam pembelajaran matematika.

Matematika

51

Maria Rumbiak, guru kelas V SDN Inpres Siwi, menunjukkan buku besar buatannya. Dia berhasil membuat siswanya belajar aktif dan menghasilkan karya kreatif membuat penjumlahan pecahan.

SDN Inpres Siwi, Manokwari Selatan, Papua Barat

Guru Papua Barat, Implementasikan Pembelajaran Aktif Ibu Maria Rumbiak, guru kelas V SDN Inpres Siwi, Manokwari Selatan, Papua Barat, membuat beberapa gambar Jeruk. Ada gambar jeruk utuh, gambar jeruk yang di belah menjadi 2 bagian, 3 bagian, 4 bagian, 6 bagian dan 8 bagian. Dia sedang membuat buku besar yang akan digunakan dalam praktik mengajar di sekolah. ”Saya membuat media buku besar ini untuk memudahkan anak belajar pecahan dan belajar membaca,” tukasnya saat mengikuti pelatihan yang diselenggarakan USAID PRIORITAS untuk sekolah mitra di Papua Barat. Saat praktik mengajar di kelas, dia mengawali pembelajaran dengan

52

mengajak siswa membaca bersama menggunakan buku besar buatannya, dan membahas isinya tentang konsep pecahan. Dia memberikan potongan gambar jeruk kepada siswa secara acak. Lalu siswa diminta menata potongan gambar jeruk tersebut di atas gambar jeruk utuh. Susunan potongan gambar jeruk harus sesuai dengan ukuran gambar jeruk utuh. Dari kegiatan ini siswa bisa menemukan berbagai model potongan, yaitu 1/2, 1/3, 1/4, 1/6, dan 1/8 sehingga siswa belajar konsep pecahan secara kontekstual.


“Sekarang tugas di kelompok, silakan kalian buat penjumlahan dengan angka pecahan yang hasilnya sama dengan satu,” katanya. Setiap kelompok tampak asyik bekerja sama dan menuliskan hasilnya di kertas plano. Hasil setiap kelompok bervariasi, mereka membuat penjumlahan pecahan yang hasilnya satu. Maria Rumbiak, dan 75 guru dari 10 sekolah mitra di Manokwari Selatan, baru saja mengikuti pelatihan praktik yang baik dalam pembelajaran yang diselenggarakan USAID PRIORITAS (16-18/11). Pelatihan ini berfokus untuk meningkatkan kemampuan membaca, menulis, dan berhitung siswa, yang diajarkan dengan pendekatan pembelajaran aktif. Para guru, kepala sekolah, dan komite sekolah juga mendapatkan pelatihan MBS, yaitu meningkatkan peran serta masyarakat dan dukungan manajemen sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan budaya baca.

Siswa kelas VI MIN Perdamaian Stabat saling mengukur tinggi dan berat badan temannya secara bergantian saat mereka belajar tentang mengolah data.

MIN Perdamaian Stabat, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara

Mengolah Data Hasil Pengukuran Tinggi dan Berat Badan Siswa Mengukur tinggi dan berat badan teman sendiri akan lebih menyenangkan ketimbang mengolah data dari buku. Seperti yang diharapkan Bapak Khairul Anwar SPdI, Guru MIN Perdamaian Stabat, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, saat mengajar di kelas VI, semua siswa aktif, bersemangat, dan penasaran untuk mengetahui hasil akhir pengolahan data. Saat belajar matematika tentang mengolah data di kelas VI, biasanya siswa kurang tertarik mengerjakan tugas menyajikan data dalam bentuk tabel dan diagram. Apalagi data yang akan diolah siswa adalah data yang sudah ada di buku paket atau data fiktif yang dibuat oleh guru. Hal inilah yang mendorong Pak Khairul untuk memulai pembelajaran mengolah data dengan melakukan hal yang nyata. Ia mengajak para siswanya

mengukur tinggi dan berat badan teman sekelas dengan menggunakan meteran dan timbangan untuk mendapatkan data yang benar-benar akurat. Langkah kegiatannya sangat sederhana, siswa dibagi menjadi empat kelompok. Setiap kelompok akan mengukur berat badan dan tinggi badan teman sekelompok secara bergantian. Setiap siswa ditugaskan mencatat hasilnya. Kemudian setiap kelompok saling berbagi informasi berat badan dan tinggi badan yang diperoleh. Kemudian masing-masing kelompok berdiskusi untuk mengolah informasi kemudian menyajikan data dalam bentuk tabel, diagram gambar (dua kelompok), dan diagram batang (dua kelompok). Lalu untuk kesimpulan hasil pengolahan data, guru memberi pertanyaan, “Apakah di akhir pengolahan data nanti dapat ditemukan dan dibuktikan bahwa

siswa yang paling tinggi adalah siswa yang paling berat, dan siswa yang paling pendek adalah yang paling ringan berat badannya?” Pertanyaan tersebut sangat memotivasi siswa untuk segera menyelesaikan pengolahan data untuk mendapatkan jawabannya. Setelah menyajikan data dalam bentuk tabel dan diagram, siswa melakukan dua kali karya kunjung. Kunjungan pertama kepada kelompok yang mendapat tugas yang sama, kunjungan kedua kepada kelompok yang tugasnya berbeda. Dari kesimpulan yang dibuat siswa, ternyata tinggi badan tidak berpengaruh terhadap berat badan siswa. Ada yang siswa tingginya 135 cm tetapi lebih berat badannya dari siswa yang tingginya 140 cm. “Mungkin karena yang lebih pendek makannya lebih banyak,” kata salah seorang siswa berseloroh. Proses pembelajaran hari itu membuat siswa lebih mudah memahami dalam melakukan pengolahan data.

Matematika

53

Ibu Reli, menyiasati pembelajaran perkalian dengan menggunakan kartu-kartu.

SDN 173403 Sirisirisi, Humbang Hasundutan, Sumatera Utara

Bermain Kartu untuk Paham Perkalian Agar belajar perkalian lebih mudah, Ibu Reli menyiasatinya dengan menggunakan kartu. Bagaimana caranya? Pada pembelajaran matematika kelas III, tentang melakukan operasi hitung perkalian, biasanya Ibu Reli Rita Simamora, guru SDN 173403 Sirisirisi, mengajarkannya dengan metode hafalan. Cara belajar seperti ini, disadari Ibu Reli membuat siswa sulit melakukan operasi hitung perkalian. Berdasarkan pengalaman itu, ia lalu berpikir untuk membuat permainan

54

yang dapat membantu siswa supaya lebih cepat memahami operasi hitung perkalian. Ibu Reli lalu membuat permainan kartu. Media yang dia gunakan adalah kartu bekas dan kertas hvs yang telah diberi nomor. Keduanya ditempelkan sehingga menjadi kartu baru. Dalam pembuatan nomor, Ibu Reli menyarankan untuk mengurangi pembuatan angka 1, 2, 5, dan 10, karena biasanya siswa lebih mudah mengingat perkalian dengan angka tersebut. Alat dan bahan yang


digunakan sangatlah sederhana, dan cara memainkannya juga sangat mudah. “Para siswa terlihat sangat bersemangat dan penasaran dengan alat peraga yang sudah dipersiapkan di atas meja guru,” katanya. Ibu Reli meminta tiga orang siswa ikut bermain bersamanya untuk memeragakan cara bermain kepada siswa lainnya. Siswa yang lain menyaksikan dengan antusias. Ibu Reli juga membagi siswa ke dalam empat kelompok dan membagikan kartu kepada tiap kelompok.

Cara melakukan permainannya yaitu ada empat orang siswa bermain. Seperti yang ditunjukkan oleh salh satu kelompok. Siswa yang bernama Farel duduk di utara, Clinton duduk di Timur, Adista duduk di Selatan, dan Rugun duduk di Barat. Masing masing siswa memegang tiga kartu. Farel dan Clinton pertama sekali memulai permainan. Farel mengeluarkan kartu 6, Clinton mengeluarkan kartu 7, maka 7 x 6 = 42. Farel kemudian lebih dulu menjawab 42 mendahului Clinton. Karena Farel menang, Clinton harus mengambil kedua kartu yang ada, kartu 6 dan 7.

melakukan permainan ini bersama teman-temannya. Siswa juga dapat belajar berkompetisi lebih jujur karena permainan ini menuntut kejujuran para pemainnya. Sebelum memilih kartu, siswa harus mulai mengingat-ingat hasil perkalian dengan menggunakan angka pada kartu tersebut agar bisa menjawab dengan cepat dan benar.

Clinton melanjutkan permainan melawan Adista. Clinton mengeluarkan kartu 3 dan Adista mengeluarkan kartu 9. Adista mendahului Clinton dengan menjawab 27 sehingga Clinton kembali harus mengambil kedua kartu. Permainan dilanjutkan mengikuti arah mata angin. Adista lanjut bertanding melawan Rugun dan seterusnya hingga tinggal satu orang yang memegang seluruh kartu. Sistem permainannya mudah, siapa yang kartunya lebih cepat habis dialah pemenangnya. Sedangkan yang kartunya paling banyak berarti kalah. Hasil pembelajaran menggunakan permainan perkalian ini berhasil membuat siswa lebih cepat menguasai operasi hitung perkalian. Siswa yang dulunya susah mengingat operasi perkalian akan lebih mudah mengingatnya apabila lebih sering

Kartu-katu yang dibuat sendiri dengan menggunakan kertas HVS untuk memudahkan belajar perkalian.

Matematika

55

Siswa sedang menjumlahkan biangan bulat positif dan negatif menggunakan kancing baju warna-warni.

SDN 174536 Habeahan, Toba Samosir (Tobasa), Sumatera Utara

Menjumlahkan Bilangan Positif dan Negatif dengan Kancing Baju Bariskan sejajar kancing baju warna merah dan putihmu, lihat lebihnya. Itu adalah hasil dari penjumlahan bilangan bulat positif dan bilangan bulat negatif. Pagi itu, Pak Monalon Munte SPd, bersama para siswanya di kelas IV SD Negeri 174536 Habeahan, Tobasa, membawa belasan kancing baju berwarna putih dan merah. Mereka tidak sedang belajar menjahit. Mereka hari itu akan belajar tentang penjumlahan bilangan bulat positif dengan bilangan bulat negatif. Untuk membantu memudahkan siswa memahami pengurangan kedua bilangan bulat ini, Pak Munte menggunakan media kancing baju. Tentu saja kancing baju familiar bagi siswa dan mudah ditemukan. Setelah menjelaskan tentang penjumlahan dua bilangan positif dan penjumlahan dua bilangan negatif, Pak Munte kemudian membagikan LK

56

(lembar kerja) siswa. Ia kemudian melanjutkan pelajaran dengan menjelaskan penjumlahan bilangan bulat positif dan negatif.

putih.

Penjumlahan ini tentu berbeda bila keduanya adalah bilangan bulat positif atau keduanya bilangan bulat negatif. Agar siswa tidak bingung, Pak Munte mengajari siswanya tentang konsep penjumlahan bilangan negatif dan positif menggunakan peragaan kancing baju berwarna merah dan putih. Kancing baju merah digunakan untuk bilangan bulat positif dan kancing warna putih untuk bilangan bulat negatif.

Kancing-kancing tersebut kemudian disusun berpasang-pasangan antara kancing merah dan putih. Setelah kancing merah dan putih disusun, akan terdapat kancing yang tidak memiliki pasangan, yakni 2 buah kancing putih. Dua kancing putih ini merupakan hasil dari soal penjumlahan tersebut. Karena kancing putih mewakili bilangan bulat negatif maka hasil dari penjumlahan 6+ (-8) adalah bilangan negatif yakni (-2). Demikian seterusnya Pak Munte memberikan contoh yang lain dan para siswa melakukan penjumlahan.

“Jadi misal penjumlahan 6 + (-8)=… Maka cara kita menyelesaikannya dengan menyiapkan kacing baju sesuai dengan soal yang diberikan,” kata Pak Munte kepada para siswa. Untuk soal ini, berarti siswa harus menyiapkan enam buah kancing berwarna merah dan delapan buah kancing berwarna

“Mudah bukan?” tanya Pak Munte yang disambut dengan anggukan setuju para siswa. Pak Munte pun kemudian membagikan LK 2 tentang penjumlahan bilangan bulat positif dan negatif untuk penugasan siswa. Ternyata semua siswa dapat mengerjakannya dengan baik.


Siswa kelas VI menunjukkan kartu domino mereka dan menentukan mediannya yakni kartu yang dipegang oleh siswa yang berada di tengah barisan.

SDN Doloksanggul, Humbang Hasundutan, Sumatera Utara

Kartu Domino untuk Mencari Median dan Modus Oleh Mahriani Lubis, Guru SDN Doloksanggul Pada Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan (KTSP) mencari median dan modus diajarkan di kelas VI, tetapi pada kurikulum 2013 mencari median dan modus diajarkan di kelas V, pada KD memahami arti rata-rata, median dan modus dari sekumpulan data. Saya mencari ide bagaimana cara yang paling sederhana dan mudah untuk mengajarkan cara pemahaman siswa mencari median dan modus. Saya mendapat ide, menggunakan kartu domino yang akan dibagikan kepada siswa. Pertama saya mengajarkan bagaimana cara mencari median dari sekumpulan data. Siswa dibagikan

kartu domino untuk tujuh orang. Kemudian saya meminta kepada tujuh orang siswa yang memegang kartu domino untuk mengurutkan angka yang ada di kartu domino dari yang terkecil sampai yang terbesar. Saya meminta kepada siswa untuk melihat siapa yang berada di tengah. Angka yang berada di tengah dinamakan dengan median. Kemudian siswa dibagikan lagi 10 kartu kepada 10 orang siswa dan meminta siswa untuk mengurutkan angka dari yang terkecil sampai yang paling besar. Lalu saya bertanya kepada siswa mana angka yang di tengah? Siswa menjawab tidak ada nilai yang di tengah. Kemudian saya meminta siswa

menghitung empat orang dari kanan dan empat orang dari kiri dan yang tinggal di tengah dua orang, lalu jumlahkan angka yang di tengah dan hasilnya di bagi dua. Hasil pembagian tadi itulah yang dinamakan dengan median. Kemudian saya juga menggunakan kartu domino untuk mencari modus dari suatu data. Di sini penulis membagikan kartu kepada 10 orang siswa,dan tiga orang mendapat kartu dengan angka yang sama. Kemudian saya menjelaskan kepada siswa, jika angka yang sama lebih banyak dari angka yang lain itulah yang dinamakan dengan modus.

Matematika

57

Qonita memberi uang kembalian kepada Najib, saat praktik jual beli di kelas.

MIS PUI Cibadak, Jawa Barat

Super Market di Kelasku Oleh Nina Nur Inayah Guru MIS PUI Cibadak “Kaya di super market ya….” Katakata itu meluncur begitu saja dari mulut Tegar siswa Kelas V MIS PUI Cibadak ketika pembelajaran matematika hampir selesai. Siang itu sekitar pukul 10.30 pada saat pelajaran matematika suasana kelas didesain menyerupai super market. Banyak barang-barang dijual di sana, yang menarik lagi semua barang di discount.

58

Untuk KD mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan, salah satu indikatornya adalah menentukan nilai pecahan dalam bentuk persen, saya mengaitkan materi ini dengan kehidupan sehari- hari. Apalagi saya juga sudah mendapat pelatihan modul III USAID PRIORITAS tentang matematika dalam kehidupan. Sebelumnya saya menugaskan kelas V untuk menempelkan harga pada barang-barang yang mereka punya, terutama alat tulis dan tas.


Pada saat pembelajaran, semua barang yang sudah diberi label harga oleh siswa-siswa itu dikumpulkan sesuai jenisnya. Kemudian siswa menatanya dan menentukan besarnya diskon untuk setiap barang. Setelah semua tertata, setiap kelompok diberi LK berikut:  Belilah barang-barang sesuka kelompokmu!  Tulislah setiap barang yang dibeli dalam tabel berikut! Hitunglah belanjaanmu!

Masing masing kelompok saya beri uang mainan dua lembar nominal 100.000-an dan satu lembar nominal 50.000-an. Mereka asyik berbelanja dan menghitung jumlah belanjaannya. Setelah beres menghitung mereka ke kassa yang sudah disediakan. Ada tiga Kassa yaitu kassa A, B dan C. Kasirnya adalah perwakilan satu orang dari setiap kelompok. Satu kassa dua orang kasir. Kasir ini tugasnya memeriksa jumlah belanjaan dan memberikan kembalian dengan uang mainan juga.

No

Nama Barang

Harga Asal (Rp)

Discount (Potongan harga) (%)

Potongan Harga (Rp)

Harga Barang setelah Discount (Rp)

1 2 3 4 5 Jumlah

Asyik sekali mereka belajar hari ini, dipenghujung pembelajaran, saya bertanya kepada mereka, bagian mana yang paling kalian sukai? Ada yang bilang saat memilih barang-barang, menjadi kasir, dan menghitung uang mainan. Semua kegiatan itu tidak lepas dari konsep matematika. Tapi semua tampak menikmati pelajaran matematika kali ini. “Sekarang aku jadi mengerti kenapa Ummi suka beli barang yang lagi diskon… Ternyata harganya jadi lebih murah….” Masih terdengar celotehan siswaku ketika aku sudah melangkahkan kaki meninggalkan kelas.

Diskon 30% untuk harga dompet di super market di kelasku.

Matematika

59

Siswa gunakan botol minuman bekas yang bertuliskan volume-nya sebagai media belajar debit air.

MIS PUI Cibadak, Ciamis, Jawa Barat

Belajar Debit Air...! Siapa Takut... Oleh Nina Nur Inayah, Guru MIS PUI Cibadak, Ciamis Sudah hampir lima tahun saya mengajar materi tentang debit air di kelas VI pada pelajaran matematika. Selalu saja siswa-siswa susah mengerti apa itu debit air. Berulang-ulang saya menjelaskan tidak pernah berhasil, paling kalaupun ada yang bisa hanya mengubah satuannya saja dari meter kubik (m³) menjadi liter, dari jam ke menit atau sebaliknya tanpa mengerti apa maksud dari debit air tersebut. Saya memperlihatkan gambar-gambar seperti air sungai yang mengalir, air

60

yang mengalir ke sawah dan lain-lain, itu pun hasilnya tidak maksimal. Sampai-sampai ada siswa tahun lalu yang bilang, “Aku gak suka sama debit air, gak ngerti.” Ucapan siswaku itu terus terngiang-ngiang di telingaku. Sampai aku kenal dengan USAID PRIORITAS yang dengan bahan sederhana bahkan barang bekas selalu bisa menjadi alat peraga yang menyenangkan. Ketika berbelanja ke swalayan tibatiba saja mataku tertuju pada botolbotol minuman yang berjejer di rak. “Ting”... Saya dapat ide. Besoknya


semua siswa saya minta membawa botol bekas minuman yang sudah tertulis volumenya dengan diisi air, alat pencatat waktu, dan paku besar untuk membuat lubang. Semua alat dan bahan tersebut dibawa pada saat pelajaran matematika. Saya yakin bahwa pembelajaran debit air kali ini akan menyenangkan para siswa dan mudah dipahami. Saya tak lupa membuat lembar kerja (LK) yang dibuat sederhana, yaitu:

LEMBAR KERJA Nama: 1. 2. 3.

Nama Benda (Bangun ruang)

Debit = Volume Waktu

Volume (Liter)

Waktu yang Digunakan untuk Menghabiskan Air (menit)

Debit

Kesimpulan: Debit adalah ......................................................................... ........................................................................................................................

Pada saat pembelajaran siswa, membawa botol-botol bekas minuman yang bermacam-macam volumenya ada yang 600 mℓ, 1 ℓ, 1,5 ℓ, 2 ℓ, 3 ℓ, bahkan ada yang membawa galon yang bervolume 5 ℓ. Untuk pencatat waktu, saya memperbolehkan siswa membawa telepon genggam yang ada fasilitas penghitung waktunya. Selama pelajaran berlangsung siswa tampak senang belajar di luar kelas sambil mengamati air yang keluar dari botol yang telah dilubangi. Mereka mencatat waktunya ketika air itu habis bahkan siswa bisa membuat definisi

tentang debit air dengan bahasa mereka sendiri. “Debit adalah banyaknya volume air yang mengalir sesuai waktu yang diukur. Satuannya bisa liter/detik atau meter kubik (m3)/detik,” demikian salah satu kesimpulan yang dibuat siswa.

pada saat terjadi banjir” dan banyak sekali muridku yang bertanya. Ternyata sekarang materi debit air bukanlah materi yang menakutkan lagi buat siswa-siswa kelas VI di MI PUI Cibadak, tetapi menjadi materi yang menyenangkan.

“Perfect”.....aku berhasil membuat para siswa senang dan mengerti sendiri apa itu debit air. Setelah berpraktik di luar selesai, di dalam kelas mereka diajak bertanya jawab tentang debit air. “Kalau volumenya banyak dan waktunya sedikit debit airnya jadi besar ya bu?” “Bu, berapa debit air

Matematika

61

Siswa sedang berpraktik membuat beberapa bangun ruang dengan plastisin.

SDN Tambun 04 Bekasi, Jawa Barat

Gerakan Tanganku Dapat Membentuk Bangun Ruang Oleh Rina Purwati Guru SDN Tambun 04 Bekasi Inspirasi berawal ketika melihat siswa kelas I yang sedang asyik bermain plastisin. Mereka terlihat amat antusias. Dibentuknya plastisin itu dengan berbagai bentuk. Pandanganku tertuju pada Zahra salah seorang siswa. Tangannya sangat cekatan membentuk beberapa bentuk benda kesukaanya. Gerakan tangan itu salah satu konsep dasar tentang gaya yang mampu merubah bentuk benda. Sedangkan beberapa bentuk benda yang dibuatnya salah satu konsep dasar tentang bangun ruang. Mereka tidak menyadari

62

konsep pembelajaran IPA dan Matematika tentang gaya dan bangun ruang sudah diterapkan dalam aktivitas tersebut. Yang melatar belakangi perbaikan dalam pembelajaran ini karena adanya permasalahan pada pembelajaran tematik di kelas I SDN Tambun 04. Dalam pembelajaran tematik di sekolah kami, terutama di kelas I ada beberapa mata pelajaran yang memang diperlukan pemahaman secara konkret. Mereka mempunyai cara berpikir konkret dengan menggunakan berbagai inderanya.


Plastisin adalah salah satu bahan yang dapat digunakan untuk membantu dalam kegiatan pembelajaran. Dengan plastisin tersebut, siswa diberi keleluasaan untuk membentuk jenisjenis bangun ruang sesuai keinginannya misalnya bola, kerucut, balok, tabung dan kubus. Dalam proses pembentukan bangun ruang siswa menggunakan gerakan tangan untuk membentuk bangun ruang maka dapat disimpulkan bahwa gerakan tangan (gaya) dapat mengubah bentuk benda. Plastisin yang tiada bentuk dapat dibentuk dengan gaya otot pada jari-jari tangan sehingga

menjadi berbagai jenis bangun ruang. Dalam kegiatan pembelajaran dibentuk kelompok-kelompok kecil. Masing-masing kelompok diberi plastisin dengan berbagai variasi warna. Setiap kelompok diberi tugas untuk membentuk beberapa jenis bangun ruang. Dengan gerakan tangannya mereka membentuk kubus, balok, kerucut, tabung, dan bola. Selain membuat beberapa jenis bangun ruang dalam kegiatan kelompok siswa diberi tugas untuk mengamati ciri-ciri jenis bangun ruang yang sudah dibentuknya. Siswa tampak kreatif dalam membentuk bangun-bangun ruang yang menyerupai benda-benda di sekitarnya. Misalnya kerucut dibentuk seperti pohon cemara dengan menggunting dibagian sisi-sisinya, bola dibentuk seperti lampu taman dengan batang sedotan, adapula balon dengan warna warni. Kubus dan balok di buat lampu taman. Bahkan salah seorang siswa membentuk bangun ruang yang menyerupai monas. “Ibu guru saya buat monas, tiangnya berbentuk tabung dan bagian puncak monas berbentuk benda menyerupai bola”. Itu kalimat yang diucapkan sambil menunjuk bangun yang menyerupai monas hasil karyanya. Adapula siswa yang membuat pohon kelapa, tiang bendera sekolah dan imajinasi bentuk benda yang lain.

Gerakan tangan (gaya) mengubah bentuk benda (plastisin) menjadi berbagai bangun ruang.

Matematika

63

Kelompok siswa melakukan operasi hitung pengurangan dan penjumlahan dengan media biji bijian.

SD 46 Parepare, Sulawesi Selatan

Biji-bijian untuk Penjumlahan dan Pengurangan Oleh Dra Nurjannah, Guru SDN 46 Parepare Saya menggunakan media biji-bijian untuk mengajarkan penjumlahan dan pengurangan. Tujuannya, agar siswa belajar matematika dengan menyenangkan dan dapat melakukan penjumlahan dan pengurangan secara konkret. Sebelumnya siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing terdiri dari 12 siswa. Permainan pertama, kelompok tersebut diminta maju ke depan. Dari 12 anggota kelompok siswa tersebut, saya meminta salah satunya keluar dari kelompok. Para siswa diminta menghitung, berapa yang tinggal? Para siswa menjawab, “Sebelas,”

Begitu seterusnya dikurangi secara berurutan 1,2, 3, 4 sampai habis… Mereka juga saya minta untuk kembali ke kelompok, dan untuk yang kali ini, siswa yang keluar jumlahnya tidak berurutan, dari keluar 2, 1, 3 dan seterusnya. Untuk penjumlahan, siswa yang sudah pergi, disuruh masuk kembali ke kelompok dan siswa lain menghitung, satu persatu. Setelah dirasakan siswa lancar dengan permainan sederhana ini. Guru membagi biji-bijian. Masingmasing kelompok siswa yang sudah duduk di meja mendapatkan 50 biji. Lalu saya mengeluarkan media yang telah saya buat sebelumnya, terbuat dari botol aqua yang sudah saya potong dan saya tempelkan di karton. Biji-biji tersebut dikurangi dengan cara

64


seperti sebelumnya, memindahkan sebagian biji-bijian ke potongan botol aqua yang lain, dan yang tersisa tinggal berapa. Untuk menguji kebenaran cara menghitung mereka, saya juga menuliskan di atas potongan botol aqua itu angka; misalnya 16 + 14 = 30. Maka anak-anak mengambil terdahulu 16 biji dan diletakkan di potongan aqua yang pertama dan mengambil 14 biji dan diletakkan di potongan aqua kedua; 14, lalu mencampurkannya. Apakah jumlahnya benar-benar 30? Kalau benar, maka mereka sudah benar dalam menghitung biji-bijinya. Potongan botol aqua tersebut bisa dicopot dan dibawa ke meja. Mereka diberikan LK secara berkelompok dan mencoba menggunakan bji-bijian tersebut untuk menyelesaikan LK penjumlahan dan pengurangan secara berkelompok. Setelah selesai mengerjakan LK, siswa mempresentasikan hasil kerjanya ke depan dan teman teman kelompok lain menanggapi. Setelah presentasi selesai, untuk memastikan pemahaman mereka, saya juga memberikan tugas individu. Mereka bisa menghitung dengan bijibjian, atau tanpa menggunakannya. Bahkan ketika selesai pembelajaran, mereka berusaha menghitung sendiri benda benda di sekitar mereka sambil bermain-main.

Cangkoak 2 Kabupaten Cirebon, Jawa Barat

Bahan Biasa Tapi Hasil Luar Biasa Sebuah operasi hitung bilangan dituliskan di tengah-tengahnya. Setelah itu tempelkan sejumlah bilangan yang menjadi faktor operasi hitung di sebelah kiri. Sementara di sebelah kanan tempelkan bilangan yang merupakan hasil operasi hitung dari bilangan sebelah kiri dengan bilangan yang ada di tengah.

Media belajar berupa alat peraga sederhana mempermudah siswa belajar operasi hitung bilangan.

Satu lagi menjadi bukti, proses yang menyenangkan dan hasil belajar yang baik di kelas I dapat diperoleh melalui pemanfaatan media pembelajaran Permainan Tali Operasi Bilangan. Bahannya hanya terdiri atas kardus bekas, kalender bekas, lem kertas, dan benang. “Kardus bekas dipotong berbentuk persegi panjang berukuran 25 x 20 cm. Di bagian paling atas dituliskan jenis operasi hitung yang dimaksudkan.

“Bilangan ini disusun secara acak agar menjadi tantangan menarik bagi siswa ketika memainkannya. Barulah kemudian diikatkan benang untuk menunjukkan operasi hitung pasangan bilangan sebelah kiri dengan bilangan yang ada di tengah. Hasil operasi hitung itu ada di sebelah kanan.” Demikian dituturkan Ibu Satira, guru kelas I SDN Cangkoak 2, Cirebon. Awalnya siswa bekerja berkelompok untuk memainkan alat itu bersama. Setelah itu mereka bekerja berpasangan, seorang memegang potongan kardus di tangan kirinya dan benang di tangan kanannya. Sementara pasangannya mengarahkan dan membantu melilitkan benang pada potongan kardus. Bu Satira berkeliling memberi semangat, membimbing

siswa yang masih belum terampil, dan memastikan hasil pekerjaan siswa sudah benar. Cara penggunaan permainan tali operasi bilangan yaitu tali dipasangkan sesuai dengan operasi yang tercantum di tengah bidang kardus bekas. Misalnya 8-1 berarti tali itu harus dluruskan dengan angka 7 dan tali itu diputar dari belakang bidang maka akan ketemu dengan angka 15 dan tentu talinya harus menuju angka 14. Begitu seterusnya. Suasana pun semakin meriah ketika dua orang perwakilan dari masingmasing kelompok berlomba di depan kelas menyelesaikan operasi hitung menggunakan alat itu. Sementara anak-anak lain bertepuk dan bersorak memberi dukungan semangat kepada teman-temannya. “Saya mengajak siswa untuk terlibat dalam meyiapkan media pembelajaran ini. Siswa yang membawa kardus bekas, kalender bekas, dan benang. Sedangkan saya menyiapkan lem yang memang sudah tersedia di kelas,” papar Ibu Satira.

Matematika

65

SDN 10 Wonosobo, Jawa Tengah

Belajar Pecahan Berpenyebut Tidak Sama dengan ‘Tiktak Card’ Oleh Endro Cahyono Fasilitator Daerah Wonosobo

1 3

Belajar dan mengajar pecahan bukan sesuatu yang dianggap gampang, baik oleh siswa maupun guru. Apalagi menyangkut operasi penjumlahan bilangan pecahan yang berbeda penyebutnya. Tetapi hal itu tidak terjadi pada Ibu Indar guru kelas VI SDN 10 Wonosobo. Dia punya banyak cara membuat belajar pecahan menjadi lebih mudah. Salah satunya adalah menjumlahkan pecahan yang berbeda penyebut dengan menggunakan kartu yang dibuat siswa sendiri. Kartu ini diberi istilah “TIKTAK CARD”. “TIKTAK CARD” ini sangat sederhana, murah, dan gampang. Siapapun dapat mengajarkan penjumlahan dengan menggunakan cara ini dalam mengajarkan pecahan. 1

Contoh ketika akan menghitung 3 + dengan menggunakan “TIKTAK CARD” siswa harus melakukan langkah – langkah sebagai berikut:

66

1

Buatlah garis vertikal pada tiktak card sehingga membagi tiga bagian sama.

2

Buatlah arsiran pada salah satu bagian hingga membentuk pecahan satu pertiga.

5

Buatlah arsiran pada salah satu bagian sehingga membentuk pecahan satu perdua

1 2


3

Namai nilai pecahan pada 1 post-it 3

6

7

Namai pecahan dengan arsiran warna hitam dan tulis pada post-it

Jumlahkan kedua pecahan tersebut. Hasilnya banyak bagian pada pecahan 1/2 ada 3 dan pada pecahan 1/3 ada 2. Jadi jumlah 5. Lalu dibagi dengan banyak seluruh bagian (6), jadi 5/6.

1 2

4

Buatlah garis secara horisontal pada sisi kartu yang sama sehingga membagi dua sama besar.

8

Tuliskan hasil penjumlahannya pada post-it

1 1 5 3 +2 =6

Ibu Indar pertama–tama mengelompokkan siswa menjadi lima kelompok beranggotakan 3 – 4 siswa terdiri dari laki – laki dan perempuan. Setiap kelompok mendapat satu Tiktak Card. Siswa mendapat tugas untuk untuk menghitung dengan pecahan yang berbeda. Siswa kembali melakukan sesuai dengan langkah – langkah sebelumnya, dan kemudian menuliskan hasilnya di post it yang sudah tertempel pada Tiktak Card. Siswa diminta mengulang kegiatan tersebut dengan menjumlahkan bilangan pecahan yang ditentukan sendiri sesuai dengan kreasinya. Hasilnya ditukar dengan teman sekelompoknya atau dengan kelompok lain. Kemudian hasilnya dipajang di papan pajangan kelas. Diakhir pembelajaran bu Indar menjelaskan bahwa untuk mengerjakan penjumlahan pecahan berpenyebut beda selain dengan Tiktak Card juga bisa dicari dengan menyamakan penyebut melalui KPK.

Siswa membuat garis secara horisontal pada sisi kartu yang sama dan mengarsir bagian tersebut (atas). Guru mendampingi siswa melakukan langkah-langkah menggunakan Tiktak Card (bawah).

Matematika

67

Siswa saat mencoba telur naga.

SDN Punten 2 Kota Batu, Jawa Timur

Telur Naga Pecahkan Operasi Bilangan Bulat Oleh Qoriatul Azizah SPd Guru SDN Punten 2 Kota Batu dan Fasilitator Daerah USAID PRIORITAS Saya membuat media pembelajaran Telur Naga untuk membantu siswa kelas IV belajar operasi bilangan bulat yakni penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Ada empat alasan mengapa media Telur Naga ini dibuat, yakni: siswa kurang tertarik dengan matematika; siswa sering bingung dengan konsep bilangan bulat; siswa

68

dan guru kurang kreatif, serta guru hanya menjelaskan secara klasikal dan siswa hanya diminta membaca buku teks. Akibatnya prestasi siswa di bidang matematika rendah dengan hasil ulangan harian rata-rata 56.

penjumlahan adalah penggabungan dua obyek atau lebih. Sedangkan pada konsep pengurangan siswa akan menemukan bahwa pengurangan adalah pengambilan dari sekumpulan obyek tersebut.

Bahan untuk membuat Telur Naga ini sangat mudah karena menggunakan bahan bekas dari tempat telur (tre) dan telur plastik.

Telur plastik diumpamakan sebagai bilangan positif dan tre atau tempat telur bekas diumpamakan sebagai bilangan negatif. Apabila satu buah telur pastik (+1) dipasangkan dengan 1 buah tre (-1) maka hasilnya = 0 (lihat gambar).

Ketika menggunakan media Telur Naga, siswa akan menemukan konsep


Contoh Operasi Bilangan Bulat dengan Telur Naga

Langkah awal pembelajaran, guru menyiapkan media Telur Naga yakni telur plastik, tre, dan tempat operasi bilangan yang berupa naga berbahan kardus bekas yang dibuat seperti badan naga.

memanfaatkan Media Telur Naga untuk menjawab soal yang diberikan di dalam LK. Bagi guru dengan jumlah siswa besar, maka bisa membuat lebih dari satu media sehingga siswa tidak antre dan berebut.

Siswa dibagi menjadi lima kelompok kemudian mengamati demonstrasi cara penggunaan media Telur Naga. Di depan kelas media Telur Naga diletakkan dan siswa diminta mengamati penjelasan guru bagaimana mengoperasikannya. Siswa boleh maju kedepan dan mengamati secara langsung pengoperasian Telur Naga. Siswa diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan dan melakukan hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dengan media Telur Naga.

Setelah selesai mengerjakan, guru kemudian menuliskan soal di papan tulis dan meminta perwakilan kelompok untuk menjawab. Dari sanalah guru dapat menilai bahwa siswa telah mampu menyelesaikan operasi bilangan bulat dengan sangat baik dan lancar.

Misalnya dalam gambar: 6 + (-4) = ……..? Jawaban dengan media Telur Naga: 1.

Ambil 6 telur plastik (sebagai perumpamaan bilangan positif)

2.

Ambil 4 tre (sebagai perumpamaan bilangan negatif)

3.

Pasangkan telur plastik dan tre, maka yang tidak mendapat pasangan adalah 2 telur plastik yang artinya jawabannya adalah +2

Selanjutnya secara siswa diberikan LK II yang berisi soal cerita tentang penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat, seperti kegiatan di LK 1, siswa diminta menjawab dan mempresentasikannya di depan kelas. Media Telur Naga dirancang dengan menggunakan bahan yang ramah lingkungan dan cukup sederhana.Dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dengan cepat dan efektif.

Setelah guru selesai menjelaskan dan siswa telah paham, secara bergiliran siswa secara berkelompok dapat

Matematika

69

Siswa saat diskusi kelompok didampingi guru.

SDN 4 Singotrunan Banyuwangi, Jawa Timur

Jadi Panitia HUT RI Sambil Belajar Operasi Bilangan Untuk mengajarkan anak operasi bilangan perkalian dan pembagian, Ibu Reni Sulistiyowati SPd, guru kelas VIB SDN 4 Singotrunan Banyuwangi mengajak siswanya membentuk kepanitiaan HUT RI. Kegiatan diawali dengan pembagian kelompok. Kelas VIB dibagi dalam enam kelompok yang beranggotakan 5-6 siswa. Selanjutnya Bu Reni membagikan tugas dan lembar kerja kepada setiap kelompok. Di dalam

70

tugas tersebut, setiap kelompok diminta menyusun rencana kegiatan HUT RI yang akan diselenggarakan di sekolah. “Mereka saya minta untuk membuat susunan kepanitiaan dan membuat rencana kegiatan HUT RI mulai konsep acara, berapa waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan, siapa saja yang menjadi undangan, berapa biaya yang harus dikeluarkan, dan denah kegiatan,” terangnya. Siswa Kelas VIB pun antusias


mengerjakan tugas yang diberikan oleh ibu guru. Mereka mengawali kegiatan dengan menyusun kepanitiaan yang terdiri dari ketua panitia, sekretaris, bendahara, seksi acara, seksi konsumsi, dan seksi panggung. Selanjutnya ketua panitia membagikan tugas kepada panitia yang telah terbentuk. Bendahara bertugas menghitung kebutuhan pelaksanaan HUT RI. Seksi acara bertugas menyusun seluruh rangkaian acara dan

waktu yang dibutuhkan dalam menit. Seksi konsumsi bertugas menghitung berapa kotak konsumsi yang dibutuhkan untuk seluruh undangan dan panitia dan berapa biaya yang harus dikeluarkan.Yang terakhir, seksi panggung membuat denah panggung dan menghitung ukuran panggung dan berapa banyak tempat duduk yang dibutuhkan. Guru kemudian membagikan kertas bertitik dan LK kepada setiap kelompok. Kertas bertitik untuk membuat sketsa denah panggung dan berapa luasan yang dibutuhkan. Sedangkan LK dibagikan kepada setiap kelompok. Setiap kelompok memulai kegiatan dengan menghitung berapa biaya yang dibutuhkan untuk membuat perayaan HUT RI di sekolah mereka. Misalnya kelompok 1, membutuhkan dana sekitar 8 juta rupiah untuk konsumsi, sewa panggung dan kursi. “Perhitungannya untuk konsumsi membutuhkan dana Rp 10.000,- per orang dikalikan seluruh siswa dan guru disini sebanyak 600 orang sehingga totalnya Rp 6.000.000,- sedangkan sisanya Rp 2.000.000,- untuk pembelian hadiah, sewa baju untuk pentas, dan perlengkapan panggung,” terang Nurita Arzeta dari kelompok 1. Siswa juga diperbolehkan untuk mencari informasi tentang harga-harga yang dibutuhkan dari berbagai sumber, misalnya di internet, di koran yang dipajang di perpustakaan, hingga bertanya kepada penjaga kantin

sekolah. Untuk kegiatan ini guru memberi waktu kepada siswa selama 20 menit. Selanjutnya setiap kelompok kembali ke kelas dan melanjutkan tugas dengan menyusun acara. Ibu Reni memberikan batas waktu penyelenggaraan acara peringatan HUT RI mulai Pukul 09.00 WIB sampai dengan pukul 12.00 WIB. Nyimas Ayu Safitri dari Kelompok III menyusun kegiatan peringatan HUT RI diawali dengan pembukaan pada pukul 09.00 hingga 09.15 WIB. “Kami menghitung waktu selama 15 menit cukup untuk mengumpulkan seluruh siswa ke lokasi kegiatan yaitu halaman sekolah,” ungkap Nyimas. Acara puncaknya adalah pembagian hadiah pemenang lomba peringatan HUT RI yang berlangsung selama 20 menit. Dalam kegiatan ini, Bu Reni meminta siswa menghitung waktu pelaksanaan kegiatan dalam menit, dan acara harus sudah selesai tepat pukul 12.00 WIB. Kegiatan terakhir yang dilakukan oleh setiap kelompok adalah mereka membuat denah panggung dengan menggunakan kertas bertitik. Dalam kegiatan ini, secara tak sadar ternyata siswa telah belajar Matematika tentang 4 hal yaitu: 1. Operasi hitung perkalian dan pembagian bilangan. 2. Memecahkan masalah yang melibatkan uang melalui penghitungan biaya yang dibutuhkan untuk perayaan HUT RI.

3.

4.

Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan waktu, jarak, dan kecepatan dengan membuat rincian agenda kegiatan peringatan HUT RI. Siswa juga mampu menghitung waktu dari jam ke menit. Membuat denah letak benda dan menghitung luasan yang dibutuhkan.

Setelah semua kelompok menyelesaikan tugasnya, mereka kemudian mempresentasikan hasil kerja kelompok mereka. Ibu Reni begitu bangga karena seluruh kelompok berhasil membuat rancangan kegiatan pelaksanaan HUT RI lengkap beserta penataan panggung dan biaya yang dikeluarkan. “Beberapa siswa malah dengan detil menghitung biaya untuk sewa baju, biaya pembelian hadiah, hingga biaya kebersihan pasca perayaan,” terangnya. Hanya saja, menurutnya Ibu Reni, siswa masih lemah dalam memprediksi pelaksanaan jadwal kegiatan namun secara keseluruhan siswa telah berhasil membuat rancangan kegiatan peringatan HUT RI dengan baik.

Matematika

71

Siswa lebih mudah melakukan operasi hitung dengan menggunakan media bilah atau potongan bambu.

SDN 189 Inpres Cambajawa, Maros, Sulawesi Selatan

Berhitung dengan Rumpun Bambu Oleh Abdul Azis Kepala SDN 189 Inpres Cambajawa Dari supervisi yang saya lakukan, ternyata guru kelas II belum menggunakan media pembelajaran dalam setiap pembelajaran yang dilakukannya. Hal itu berakibat pada kurangnya minat dan semangat siswa belajar dalam penjumlahan dan pengurangan. Untuk mengatasi masalah

72

tersebut, saya menawarkan guru kelas II menggunakan media Rumpun Bambu. Media ini terbuat dari belahan-belahan bambu yang membentuk bilah-bilah kecil menyerupai tusuk sate. Belahan bambu sangat mudah didapatkan di sekitar sekolah. Saya kemudian berdiskusi dengan guru tentang langkah-langkah pembuatan dan penggunaannya dalam pembelajaran di kelas II semester satu dengan


Kompetensi Dasar 4.1 Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 500. Sebagai langkah awal, guru kelas dua menugaskan semua siswa untuk membawa belahan bambu dan menugaskan mereka secara berhatihati menggunakan pisau membentuk tusuk sate dengan ukuran panjang 15 cm sebanyak 500 buah. Guru menyiapkan karet gelang dua warna.

Satu warna digunakan untuk membuat ikatan-ikatan kecil. Setiap ikatan kecil terdiri atas sepuluh bilah bambu. Warna yang lain digunakan untuk membuat ikatan yang lebih besar. Setiap ikatan besar terdiri atas sepuluh ikatan kecil. Pembelajaran dimulai dengan mengingatkan kembali siswa pada pembelajaran nilai tempat ratusan, puluhan, dan satuan. Misal 225, semua siswa mengangkat ikatan bambu yang menunjukkan 200, 20, dan 5. Ikatan besar menunjukkan ratusan dan ikatan kecil menunjukkan puluhan. Sedangkan bilah bambu yang tak terikat menunjukkan satuan.

kunjung karya. Setiap pasangan memberikan komentar pada hasil kerja pasangan lain: Apakah banyak bambu sesuai dengan bilangannya. Dalam kegiatan ini, siswa terlihat senang dan sangat aktif. Hasil tes akhir pembelajaran menunjukkan lebih dari 75% siswa telah mencapai kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan sekolah.

Selanjutnya secara berpasangan siswa memilih kartu bilangan yang disiapkan oleh guru. Setiap pasangan mendapat dua kartu bilangan tiga angka. Setiap anggota pasangan mengambil bilah bambu sesuai dengan bilangan yang tertulis pada kartu bilangan. Bilah bambu itu dikumpulkan berdasarkan nilai tempatnya. Siswa kemudian menuliskan penjumlahan tersebut. Langkah berikutnya, siswa menukarkan kartu bilangan dengan kartu bilangan pasangan lain dan melakukan kegiatan seperti langkah di atas sampai 10 pasangan. Setelah selesai sampai dengan 10 pasangan, kemudian dilakukan Ikatan bilah atau potongan bambu dibagi dua: ikatan kecil dan besar. Ikatan kecil menunjukkan puluhan, ikatan besar ratusan.

Matematika

73

Bentuk media badak berjalan untuk memudahkan siswa belajar operasi hitung bilangan positif dan negatif.

MI Muhammadiyah Sengkang, Wajo, Sulawesi Selatan

Media Pembelajaran Garis Bilangan “Badak Berjalan” Oleh Hasnidar H SPdI Guru MI Muhammadiyah Sengkang Media yang saya sajikan kali ini bernama media pembelajaran Garis Bilangan Badak Berjalan. Bahan utama untuk membuat media tersebut adalah pipa bekas dan mainan berbentuk badak. Saya kemudian mencetak tulisan dengan komputer. Bilangan paling tengah pada garis bilangan tersebut adalah angka 0. Ke kiri menunjuk angka negatif dan ke kiri angka positif. Cara menggunakannya, terlebih dulu kita membuat kesepakatan dengan siswa. Kesepakatan pertama yaitu

74

untuk bilangan yang sebelah kanan (dari depan) adalah bilangan positif dan sebelah kiri adalah bilangan negatif. Ketika bilangan operasi hitung ada di bilangan positif, maka arah mainan badak ini menghadap ke bilangan positif. Ketika bilangan operasi hitung ada di bilangan negatif, maka mainan badak menghadap ke arah bilangan negatif. Kesepakatan kedua: Jika operasi hitung penjumlahan maka badak berjalan ke depan. Jika operasi hitung pada bilangan bulat pengurangan, maka badak akan berjalan mundur. Misalnya: 2 + 3 = 5 artinya bilangan ini adalah positif, maka badak


menghadap ke positif, kemudian maju dua langkah, terus melangkah lagi tiga langkah sehingga berhenti di bilangan lima. Contoh kedua: 3 + (-5) = -2, artinya badak menghadap ke positif kemudian melangkah tiga langkah. Karena dijumlahkan dengan negatif lima (-5), maka badak menghadap ke negatif, kemudian melanjutkan langkahnya sebanyak lima langkah, sehingga badak berada di bilangan negatif dua (-2). Misalnya lagi: 4 + 3 = 7 artinya bilangan ini adalah positif, maka badak menghadap ke positif, kemudian badak melangkah maju empat langkah, dari

bilangan empat badak melangkah lagi tiga langkah sehingga berhenti di bilangan tujuh. Setelah siswa memahami cara menggunakan alat peraga ini, maka guru membagikan tugas perkelompok dengan menggunakan media garis bilangan Badak Berjalan. Para siswa mengerjakan tugas lembar kerjanya disitu dan juga memainkan sendiri masing masing alat peraganya. Saat semua kelompok telah selesai atau waktu yang ditentukan sudah habis, masing-masing kelompok mempresentasikan hasil karyanya dan kelompok lain memberikan masukan jika ada yang perlu diperbaiki. Media ini cocok untuk menanamkan konsep matematika operasi hitung bilangan. Untuk kegiatan tersebut, terlebih dulu dibuatkan soal operasi hitung bilangan bulat positif dan negatif dengan menggunakan Garis Bilangan Badak Berjalan, misalnya:

Siswa secara berkelompok praktik melakukan perhitungan dengan media badak berjalan.

4 + ( - 6 ) = - 2, maksudnya badak melangkah maju 4 langkah, karena ditambah -6, badak menghadap ke negatif, lalu melangkah maju (karena ”+” /tambah) sebanyak 6 maka badak akan berhenti di angka - 2.

Matematika

75

Siswa bernyanyi dan berputar lalu mencari pasangan angka Arab-Romawi sesuai komando guru.

SDN 1 Lengkong, Kuningan, Jawa Barat

“Dada Berangka” Permainan Seru Mengenal Bilangan Pagi itu sejumlah siswa kelas IV berkumpul membentuk formasi lingkaran di halaman SDN 1 Lengkong. Keceriaan tampak jelas dari raut wajah dan gerak-gerik mereka. Tak lama kemudian seorang guru masuk ke tengah lingkaran dengan sejumlah potongan kertas warna-warni di tangannya. Setiap kertas bertuliskan satu angka Romawi atau satu angka Arab. Kemudian guru membagikan satu potongan kertas tersebut kepada setiap siswa. Siswa yang menerima potongan kertas melihat angka yang tertulis dan segera menempelkannya di dadanya dengan posisi angka menghadap ke dada.

Contohnya, jika potongan kertas di dada siswa bertuliskan angka Arab 21, ia harus mencari teman yang memiliki angka Romawi bertuliskan XXI. Siswa yang pertama menemukan pasangan berbaris di hadapan guru. Pasangan siswa berikutnya berbaris di belakang pasangan pertama. Begitulah permainan ”Dada Berangka” yang dilakukan dengan sangat seru dan menyenangkan.

Guru pun berseru, “Are you ready?” yang disambut seruan serentak para siswa, “Yes…Yes….!” Tanpa dikomando, seluruh siswa menghadap ke sisi kiri, lalu berjalan searah jarum jam sambil bernyanyi. Begitu nyanyian selesai,

“Gagasannya sederhana. Awalnya, saya hanya ingin membuat suasana baru dalam mengajarkan matematika. Anakanak bisa memahami konsep bilangan Romawi dengan cara yang menyenangkan. Menurut saya, hal yang

76

seluruh siswa membalik angka di dadanya lalu berhamburan mencari pasangan angka Romawi atau angka Arab miliknya dengan yang dimiliki temannya.


paling menyenangkan bagi anak-anak adalah bermain. Dengan media sederhana dan cara bermain yang mudah, jadilah permainan ini,” tutur Ibu Ika Rahmawati SPd, guru Kelas IV SDN 1 Lengkong, Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan. “Permainan ini sangat menyenangkan. Pelajaran matematika tidak lagi menakutkan,” kata Chantika Putri, siswa kelas IV. Lain lagi cerita Agnia Nurul Badhiah tentang permainan ini. ”Saya senang permainan ini karena bisa bernyanyi berjalan dan berlari, juga seperti berlomba dulu-duluan mencari pasangan angka,” ucapnya. “Pokoknya seru!” jawab Ferdiansyah saat ditanya kesannya setelah mengikuti permainan.

Siswa merangkai lidi untuk menjawab permainan bangun datar.

SDN 2 Garot Pidie, Aceh

Permainan Bangun Datar Oleh Yunasri, Guru SDN 2 Garot Pidie Aceh “Ibu besok kita belajar matematika seperti hari ini lagi ya,” kata Dayat salah seorang siswa kelas II SDN 2 Garot Pidie Aceh. Terlihat semua siswa menulis tanda bintang pada kertas refleksinya yang berarti mereka sangat menyukai pembelajaran hari ini. Muslih Hidayat dan teman-temannya belajar mengenal bangun datar dalam pembelajaran matematika. Hal yang menyenangkan bagi siswa adalah menjawab kuis melalui permainan bangun datar. Di awal pembelajaran, guru telah menyiapkan media pembelajaran yang terbuat dari karton dan beberapa

gambar. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok pasangan. Guru membuka pembelajaran dengan menjelaskan media pembelajaran yang telah dipersiapkan. Setiap pasangan akan bermain dan menjawab kuis yang telah dipersiapkan tentang bangun datar. Masing-masing pasangan diberi kesempatan menjawab satu kuis secara langsung dan menemukan jawabannya benar atau salah. Misalnya pertanyaan berapa jumlah sisi pada bangun datar atau jumlah sudut dari masing-masing bangun datar. Jika jawabannya salah, maka pasangan ini akan bergabung dengan pasangan yang menjawab salah sehingga membentuk kelompok baru (4 siswa), begitu seterusnya sampai mendapatkan

jawaban yang benar. Kelompok yang memiliki pasangan yang paling sedikit, adalah kelompok yang menjadi juara. Setelah semua pasangan berkesempatan bermain dan menjawab pertanyaan, pembelajaran dilanjutkan dengan membuat sebuah gambar bangun datar yang disukai siswa pada LK yang sudah disediakan. Siswa secara bebas menggambarkan bangun datar yang mereka ketahui dan mewarnainya. Setiap kelompok diberi kesempatan untuk menuliskan judul gambarnya dan menceritakannya kepada siswa lain sebelum ditempelkan pada papan pajangan.

Matematika

77

Siswa melakukan praktik menngunakan bobo statistik.

SDN 16 Tanah Jambo Aye, Aceh Utara, Aceh

Menentukan Nilai Tengah, Mean, dan Modus dengan Bobo Statistik Oleh Naslawati SPd, Guru SDN 16 Tanah Jambo Aye Zaskia hari itu sempat tidak mau ke sekolah, karena ada pelajaran matematika. Hal itu bukan hanya dirasakan oleh Zaskia, tapi juga siswa lainnya. Di sekolah kami selama ini siswa sering mendapat nilai di bawah target pada pelajaran matematika. Sebelumnya belajar matematika hanya menggunakan buku paket saja. Pagi ini saya akan memberi kejutan kepada para siswa. Materi tentang menentukan nilai tengah, nilai rata-rata

78

atau mean, dan modus, telah saya persiapkan dengan menggunakan media pembelajaran Bobo Statistik. Media yang terbuat dari triplek bekas ukuran 60x 50 tersebut, dilengkapi dengan 6 buah stik dan bola-bola kecil sebanyak 60 buah. Langkahnya, setelah guru menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran, selanjutnya guru dan siswa melakukan tanya jawab tentang nilai tengah, nilai rata-rata, dan modus. Guru kemudian mengajak dua orang siswa tampil ke depan dan melakukan


simulasi pengunaan Bobo Statistik. Contoh soalnya: 

Nilai tengah: 4,5,7,8,9 dengan bolabola kecil disusun sesuai jumlahnya pada stik 1 hingga 5, kemudian dengan mudah siswa tentukan nilai tengah 7 sebagai Median. Sedangkan jika angka genap, maka setelah bilangan diurutkan siswa harus menjumlahkan 2 angka di tengah yang kemudian dibagi 2. Misalnya 1,2,3,5,7,10 maka nilai tengahnya adalah 3 + 5 = 8 kemudian 8 : 2 = 4.



Nilai rata-rata: 2,3,4 dengan bolabola kecil disusun sesuai jumlahnya pada stik 1 hingga 3, kemudian dengan mudah siswa tentukan nilai rata-rata atau mean dengan menjumlahkan keseluruhan angka (bola) dibagi 3.



Nilai Modus: 2,4,5,5,4,5 dengan bola-bola kecil disusun sesuai jumlahnya pada stik 1 hingga 6, kemudian siswa menentukan angka mana yang jumlah bolanya sama, artinya angka yang banyak muncul. Angka 5 muncul paling banyak sehingga merupakan modusnya.

Setiap kelompok secara bergantian mengunakan Bobo Statistik untuk menentukan masing-masing nilai. Setiap kelompok mendiskusikan hasil mereka yang selanjutnya dipresentasikan di depan kelas. Kelompok lain menanggapinya, lalu guru memberikan penguatan serta memajangkan hasil karta siswa pada LK. “Saya senang kalau belajar matematika seperti ini, karena tidak menghafal dan bersama teman-teman menyelesaikan soal. Matematika tidak seperti ini membuat saya dan teman-teman tidak takut belajar,” kata Zaskia.

Ibu Naslawati mendampingi siswa saat melaksanakan praktik.

Matematika

79

Siswa sedang menggunakan media pembelajaran seruling bilangan untuk menyelesaikan perjumlahan bilangan bulat.

SDN 6 Tanah Jambo Aye, Aceh Utara, Aceh

Seruling Bilangan, Media Penjumlahan Bilangan Bulat Oleh Nurlindayani SPd Guru SDN 6 Tanah Jambo Aye

terhadap konsep penjumlahan bilangan bulat.

merah dan hijau, gunting, lem dan cutter.

Selama ini siswa sering mengeluh dan merasa bosan dengan pelajaran matematika, mereka hanya belajar dengan angka-angka saja. Apa lagi dengan materi penjumlahan bilangan bulat yang membuat siswa bingung ketika ada lambang negatif dibelakang angka, sebagian guru mengibaratkan bahwa negatif itu adalah hutang. Saya berfikir kenapa anak kelas 4 SD sudah diperkenalkan dengan istilah hutang. Karena itu lah untuk materi Penjumlahan Bilangan Bulat sangat efektif jika kita menggunakan media pembelajaran “Seruling Bilangan” untuk memberikan pemahaman siswa

Tujuan dari pembelajaran ini adalah untuk meningkatkan pemahaman siswa kelas IV SD terhadap konsep penjumlahan bilangan bulat dan agar siswa mampu membuat soal penjumlahan bilangan bulat serta menyelesaikannya sendiri.

Cara penggunanan media tersebut, misalnya diberikan contoh soal (- 8) + 5, maka bulatan/lubang yang berwarna merah (negatif) kita tandai sebanyak 8 buah bulatan/lubang. Kemudian bulatan/lubang yang berwarna hijau (positif) kita tandai sebanyak 5 buah bulatan/lubang. Setiap 1 negatif ditambah 1 positif hasilnya adalah nol. Maka bulatan berwarna (merah atau hijau) yang tersisa atau tidak mempunyai pasangan itulah yang menjadi hasilnya. Berarti untuk contoh soal ini yang tersisa adalah 3 bulatan/lubang yang berwarna merah (negatif), maka (-8 + 5) = (-3).

80

Langkahnya sangat mudah, siswa dibagi menjadi 4 kelompok secara acak. Guru menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran. Kemudian guru mengajak 2 orang siswa tampil ke depan untuk menyimulasikan cara penggunaan media seruling bilangan yang sudah guru persiapkan bersama siswa dengan karton, kertas berwarna


Selanjutnya beberapa kelompok dan siswa menggunakan media tersebut secara bergantian. Setelah siswa memahami penggunaan cara klasikal, masing-masing siswa dalam kelompok membuat sebuah soal penjumlahan bilangan bulat sederhana (0-9) pada kertas post it, serta menempelkannya ke papan tulis. Siswa dan guru secara bersama memilih soal, dengan cara ini guru tidak perlu menganggunakan soal yang ada dibuku paket, sehingga dapat melatih siswa lebih kreatif membuat soal sendiri. Secara berkelompok siswa berdiskusi menyelesaikan soal-soal tersebut dengan menggunakan “Seruling Bilangan” yang ada di setiap kelompok. Saya sangat senang ketika membimbing siswa di dalam kelompok ternyata banyak siswa yang sudah mengerti. Selanjutnya, hasil dipresentasikan ke depan dan kelompok lain memberi tanggapan. Dalam pembelajaran ini pula, secara individu guru dapat menugaskan siswa untuk membuat soal sendiri sebanyakbanyaknya dan menyelesaikanya dalam waktu singkat untuk mengukur kemampuan siswa yang cepat, kreatif dan tepat dalam penyelesaian bilangan bulat. Siswa yang paling banyak membuat soal dan menyelesaikannya dengan tepat dapat diberi penghargaan berupa bintang sehingga siswa termotivasi untuk lebih mengenal bilangan bulat.

Guru dan siswa mempresentasikan pemanfaatan media seruling bilangan.

Matematika

81

Siswa bermain kartu sambil belajar matematika.

SD YPPK Wouma, Wamena, Papua

Belajar Menyenangkan dengan BPKP Oleh Eirene Mary MPdK Dosen STKIP Yayasan Kristen Wamena Enonce Wandik, mahasiswa semester III, STKIP Kristen Wamena, praktik mengajar di kelas IIA SD YPPK Wouma, Wamena, Papua, sekolah mitra USAID PRIORITAS. Dia mengajar matematika dengan menggunakan buku paket kontekstual Papua (BPKP). Dalam pembelajaran, Enonce menerapkan langkah demi langkah sesuai RPP yang telah tertulis dalam BPKP. Pada kegiatan pendahuluan (P1),

82

dengan menggunakan garis bilangan, dia mengajak siswa berhitung maju dan berhitung mundur bilangan 1 sampai 30. Setelah itu dilanjutkan dengan penjelasan (P2), guru menjelaskan materi pelajaran dengan menggunakan kartu dan garis bilangan. Dalam pelaksanaan P1 dan P2 ini, siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Untuk mengukur pemahaman siswa, dilanjutkan dengan pelatihan (P3). Siswa dibagi dalam beberapa kelompok. Setiap siswa diberikan beberapa kartu yang bertuliskan angka. Mereka bergiliran


menurunkan kartu dan harus menyebutkan angka tersebut jika ditambahkan dengan bilangan tertentu yang telah disebutkan sebelumnya. Siswa bermain sambil belajar dengan didampingi oleh guru. Kemudian pembelajaran ditutup dengan menyimpulkan pembelajaran hari itu (P4). Para siswa mengaku senang dengan pengalaman pembelajaran itu karena banyak bermain dan mudah mengikuti tugas guru.

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Siswa sedang menyusun puzzle menjadi sebuah surat resmi.

MIN Lamkuta, Aceh Barat Daya

Puzzel Surat Resmi untuk Tingkatkan Keterampilan Siswa Menulis

Oleh Rahmayatul Fitri SPdI Guru MIN Lamkuta

persatu susunan puzzle menjadi surat resmi.

Salah satu tujuan pembelajaran menulis adalah mengungkapkan pikiran dan informasi secara tertulis dalam bentuk surat resmi. Untuk mencapai tujuan tersebut, saya mencoba merancang media pembelajaran yang dapat menumbuhkan minat siswa dalam membuat surat resmi dengan memperhatikan penggunaan bahasa dan ejaan yang baik dan benar.

Langkah-langkah pembelajarannya, pertama siswa dibagi dalam empat kelompok. Setiap kelompok akan mendapatkan masing-masing satu puzzle surat resmi.

Puzzle menjadi pilihan media pembelajaran yang digunakan. Puzzle merupakan permainan yang tidak asing lagi bagi siswa dan mereka akan merasa tertantang merangkai satu

84

Selanjutnya, guru memberi intruksi untuk mengacak-acak bagian puzzle surat resmi. Langkah selanjutnya, siswa menyusun dan merangkai kembali puzzle tersebut sehingga menjadi sebuah surat resmi yang lengkap. Berdasar contoh dari puzzle surat resmi tersebut, siswa kemudian diminta membuat surat resmi yang


ditujukan kepada pihak sekolah dengan menggunakan bahasa dan ejaan yang tepat. Topiknya disesuaikan dengan ide siswa masing-masing. “Sangat menyenangkan belajar sambil memahami dan membuat surat resmi sambil bermain puzzle. Kami dapat merangkai susunan surat resmi dan memperhatikan langkah-langkah penulisan surat tersebut,” kata Fazirah Suci Rahmadani. Dengan cara ini, siswa menjadi lebih senang dan bersemangat dalam belajar, serta lebih mudah memahami isi, struktur, dan bahasa yang digunakan dalam surat resmi.

Siswa melakukan pengamatan terhadap budi daya rumput laut dan mengumpulkan data.

SDN Kompleks IKIP I Makassar, Sulawesi Selatan

Bertamasya, Belajar, dan Melaporkan Oleh Alphian Sahruddin, Guru SDN Kompleks IKIP I Siswa kelas IV SDN Kompleks IKIP 1 Makassar beberapa waktu lalu melaksanakan pembelajaran di Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Puntondo Takalar, yang mengembangkan program pendidikan ekosistem laut dan pesisir. Tujuan yang ingin dicapai dengan pembelajaran ini adalah mengetahui kegiatan ekonomi masyarakat dan jenis keragaman sumber daya alam dalam pelajaran IPS serta membuat laporan kegiatan pada pelajaran bahasa Indonesia. Sebelum berangkat para siswa sudah mempersiapkan berbagai pertanyaan menyangkut kehidupan nelayan pesisir untuk menjadi bahan pelaporan. Begitu sampai di PPLH Takalar, siswa berusaha mendapatkan data sebanyakbanyaknya. Didampingi oleh staf PPLH Takalar, mereka mewawancarai para petani

rumput laut tentang cara budidaya rumput laut, proses panen, dan pemasaran. Siswa juga mendapatkan informasi bahwa pembudidayaan rumput laut bisa mengurangi kebiasaan nelayan mencari ikan dengan cara yang merusak alam, yaitu menggunakan bom dan sianida. Mereka juga mewancarai nelayan untuk mengetahui kehidupan seharihari para nelayan. Setelah data terkumpul, secara berkelompok, siswa membuat makalah dengan memperhatikan sistematika penulisan karya tulis ilmiah yang sudah diajarkan. Seminggu kemudian mereka melakukan presentasi hasil pembelajaran di PPLH. Presentasi dilakukan secara bergantian oleh tiga orang perwakilan kelompok: moderator memimpin diskusi kelas, presenter yang menyampaikan presentasi makalah dalam bentuk power point, dan operator yang

mengoperasikan komputer. Salah satu kelompok presentasi pemanenan rumput laut. Berdasarkan hasil temuan mereka, rumput laut dibersihkan dengan menggunakan air tawar, “Agar rasa asin air laut hilang,” ujar kelompok itu. Siswa dari kelompok lain menanggapi secara kritis. “Tapi rumput laut baunya amis walau sudah dibersihkan air tawar, bagaimana menghilangkan bau tersebut?” tanyanya bersemangat. Sesi tanya jawab adalah sesi paling seru. Pemakalah dihujani berbagai pertanyaan dari para peserta diskusi yang juga teman sekelasnya. Dari pembelajaran ini siswa dapat belajar lebih bermakna, berpikir kritis untuk mengatasi persoalan lingkungannya, dan berani menyampaikan hasil pemikirannya.

Bahasa Indonesia

85

Ibu Nunu membimbing siswa menyusun komik.

SD Inpres Tappanjeng, Sulawesi Selatan

Menyusun Cerita dengan Komik Oleh Nursri Lallo Guru SD Inpres Tappanjeng

berkebun, kerja bakti, dan lain sebagainya.

Kebanyakan siswa kelas V masih sulit menceritakan kembali sebuah cerita. Untuk melatih siswa mudah untuk bercerita, saya memfasilitasi mereka membuat komik sederhana. Untuk kebutuhan tersebut, setelah apersepsi, siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok. Siswa kemudian difasilitasi berdiskusi menentukan judul cerita yang bagi mereka cukup mudah dikembangkan ceritanya dalam sebuah komik. Beberapa judul yang diajukan oleh siswa di antaranya rekreasi,

Setelah menentukan judul, setiap kelompok mendiskusikan kalimatkalimat yang akan disusun berdasarkan pengalaman sendiri. Mereka mengikuti kaidah 5W + 1H, apa, siapa, mengapa, dimana, kapan, dan bagaimana, seperti yang sudah dipelajari sebelumnya.

86

Kalimat yang disusun oleh salah satu kelompok yaitu, “Kami berekreasi ke Pantai Marina Bantaeng pada hari Rabu lalu. Kami kesana membawa makanan. Kami makan bersama di


pinggir pantai. Sampahnya kami tidak buang sembarangan, atau tidak kami buang ke tengah laut, Kami simpan di tempat sampah yang tersedia yang terletak di dekat toilet, dan seterusnya.” Kalimat-kalimat ini disusun dengan cara masing-masing. Siswa dalam kelompok mengusulkan kalimat sesuai dengan pengalamannya. Sekretaris kelompok merangkum kalimat-kalimat tersebut secara acak dan setelah itu mereka merangkai menjadi satu rangkaian cerita. Pada saat merangkai tersebut, saya juga ikut memfasilitasi

agar cerita bersambung dengan baik. Saya mengenalkan kata sambung, pemilihan kata yang lebih baik, dan sebagainya. Setelah tugas selesai sesuai dengan ceritanya, mereka mencari gambar dari internet, buku dan atau digambar sendiri untuk melengkapi komik mereka. Gambar dan kalimat ditempel pada karton sesuai dengan kreativitas siswa di masing-masing kelompoknya. Demikian seterusnya, sampai menjadi beberapa halaman, sehingga tercipta suatu komik yang cantik dan isi yang menarik. Setelah selesai, mereka berlatih bercerita di hadapan kelompoknya

sendiri. Kelas jadi ramai, semua berlatih bercerita di hadapan temantemannya. Selesai berlatih, semua anggota kelompok maju ke depan menceritakan di depan kelompok lain, sambil membuka masing-masing halaman ceritanya. Banyak siswa bertanya-tanya tentang mengapa ceritanya demikian? Mereka mencoba kritis dan kelas jadi ramai. Setelah semua selesai, hasilnya dijilid dan dipajang di perpustakaan kelas. Pembelajaran ini dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Pertemuan pertama untuk menyusun cerita dan pertemuan berikutnya melengkapi dengan gambar dan menyusunnya

menjadi cerita lengkap dalam bentuk komik. Gambar-gambar bisa diperoleh di internet, di buku dan referensi lain sebagai tugas kelompok di rumah. Namun saya pribadi sangat menganjurkan untuk menggambar sendiri. Dampak pembelajaran ini adalah anakanak sangat tertarik untuk membaca cerita-cerita tersebut. Siswa dari kelas lain sering datang untuk juga membacanya. Siswa juga menjadi lebih percaya diri atas kemampuannya membuat cerita.

Ini sebagian komik karya siswa.

Bahasa Indonesia

87

Siswa membuat puisi dengan media inspirasi dari lingkungan sekitar.

SDN 16 Tanah Jambo Aye, Aceh Utara

Lingkungan Sekolah Sumber Inspirasi Merangkai Puisi Oleh Naslawati SPd, Guru SDN 16 Tanah Jambo Aye Awalnya siswa sering mengalami kendala menulis dalam pembelajaran bahasa Indonesia, baik saat menulis karangan bebas atau karangan yang ditentukan judulnya oleh guru. Siswa merasa bosan dan kesulitan memperoleh penbendaharaan kata.

88

Atas dasar itulah, saya menggunakan media lingkungan sekolah sebagai salah satu ide untuk menyusun puisi dengan menentukan tema tentang keindahan alam. Tujuannya, meningkatkan pemahaman menulis kata-kata dan kalimat secara tepat dan memberikan kesempatan bagi siswa untuk menulis puisi sederhana dengan


tema keindahan alam. Setelah menjelaskan tujuan pembelajaran, guru mengarahkan semua siswa untuk keluar kelas menuju pekarangan sekolah secara berkelompok, misalnya kelompok memilih tema “pohon“ siswa di arahkan oleh guru menuliskan di kertas post it kata-kata yang

berdekatan dengan pohon misalnya daun, tangkai, dahan, bunga, buah, atau akar. Dari kata-kata yang ditempelkan tersebut, siswa akan menambah susunan kata penghubung sehingga menjadi kalimat yang membentuk sebuah puisi sederhana. Dalam kegiatan ini, guru membimbing siswa yang kesulitan dalam memperoleh perbendaharaan kata. Siswa diminta kembali ke kelas dan mengembangkan kata-kata menjadi rangkaian puisi yang indah. Setelah selesai menyusun puisi dan menempelkan pada kertas berwarna, setiap kelompok mempresentasikan hasil puisi mereka di depan kelas dan kelompok lain bersama guru menyempurnakan serta memberi penguatan pada hasil karya puisi kelompok. Hasil pembelajaran ini, terlihat siswa sangat antusias dan termotivasi dalam proses pembelajaran yang dilakukan secara bersama. Siswa dapat menyusun puisi dengan memanfaat media lingkungan sekolah. Ide-ide mereka mengalir dengan baik dan hasil belajar siswa meningkat.

Salah satu puisi karya siswa yang inspirasinya menggunakan alam sekitar.

Bahasa Indonesia

89

Siswa sedang menuliskan kalimat yang mereka temukan pada hari itu, pada kertas tabungan.

SDN Gringging 2 Sambungmacan, Sragen, Jawa Tengah

Menabung Kalimat, Melatih Siswa Membaca Sejak Dini Oleh Suwarsih SPd MPd Fasilitator USAID PRIORITAS Sragen

tabungan dibuka bersama-sama. Ini langkah-langkah yang dilakukan guru di dalam kelas.

Di SDN Gringging 2 ada satu kegiatan yang dilaksanakan setelah pembelajaran selesai yaitu menabung. Tetapi menabung yang dilakukan oleh siswa-siswa kelas I bimbingan Ibu Siti Dwi Rahayu SPd, berbeda sekali dengan yang biasa dilakukan siswa kebanyakan. Bukan uang yang ditabung melainkan sederet kata atau lazim disebut kalimat yang ditulis siswa pada kertas warna-warni.

Pada hari pertama, sebelum pulang, siswa menyanyi lagu daerah, lalu diberi kertas warna biru agar siswa menulis bebas yang ada hubungannya dengan olah raga. Guru memberi petunjuk bahwa setiap siswa tidak harus sama. Setelah siswa selesai menulis, lalu siswa mencari amplop yang sudah disediakan guru yang diberi identitas masing-masing, kemudian tulisan tersebut dimasukkan amplop. Selesai, siswa pulang.

Kegiatan menabung ini dilakukan selama sepekan dan pada hari terakhir

90

Pada hari kedua guru membagi kertas


warna kuning, siswa diminta menulis satu kalimat dan setelah selesai kalimat tersebut dimasukkan dalam amplop yang sama pada amplop hari kesatu. Pada hari ketiga, keempat, kelima, kegiatan sama yang dilakukan siswa menulis satu kalimat pada kertas hijau, merah, putih. Pada hari tersebut guru menjelaskan yang ditulis hari ini berbeda dengan yang sudah ditulis hari kemarin. Setelah selesai, kalimat ditabung dalam amplop. Pada hari keenam, guru memberi satu lembar kertas warna baru lagi untuk menulis satu kalimat. Tetapi kegiatan di

hari keenam ini berbeda, bukan memasukkan dalam amplop, namun membuka tabungan selama lima hari. Kegiatan selanjutnya, guru membagi kertas warna putih, mengajak siswa menempelkan tulisan secara urut dari hari kesatu sampai hari keenam. Setelah semua tertempel anak disuruh mengamati tulisan masing-masing untuk dibaca. Sambil berkeliling, guru melihat rangkaian tulisan siswa. Jika ada tulisan belum lengkap atau salah tulis, siswa diajak membetulkan. Kegiatan di atas menunjukkan upaya guru untuk mengajak siswa melatih menulis sejak dini. Sedangkan yang ditabung setiap pekan dengan topik yang berbeda, sayuran, cita-citaku, makanan buah-buahan, dan lain-lain. Kegiatan di kelas satu di SDN Gringging 2 ini membuktikan bahwa di kelas awal sangat penting melatih dan memupuk minat siswa suka menulis sejak dini. Jika anak suka menulis akhirnya anak suka membaca, kegiatan di atas sangat cocok untuk siswa kelas awal.

Kalimat hasil tabungan kalimat yang siswa buka setiap minggu. Secara bergiliran, siswa di minta untuk membacakan kalimat tersebut.

Bahasa Indonesia

91

Siswa sedang praktik menjadi penyiar berita seperti layaknya penyiar di televisi.

SDN Kadikaran Serang, Banten

Menjadi Reporter Cilik Oleh Fuad Guru SDN Kadikaran Saat istirahat pembelajaran, saya melihat siswa bermain-main layaknya reporter dan kameramen, menggunakan botol mineral sebagai mic dan tangan mereka menyerupai kamera. Melihat hal tersebut, saya berinisiatif mengajak siswa menjadi reporter dan penulis berita untuk memahami wacana lisan tentang sebuah berita. Pembelajaran ini bertujuan agar siswa dapat melakukan wawancara dan menuliskan reportase dari hasil wawancara tersebut.

92

Sebagai kegiatan pendahuluan, saya meminta siswa menyimak satu berita yang direkam dari berita di televisi swasta. Saya putar berita tersebut dengan menggunakan laptop dan proyektor milik sekolah. Berita rekaman tersebut berdurasi 3-4 menit. Lalu siswa diminta membuat pertanyaan berdasarkan berita yang ditontonnya dengan panduan 5W+1H, yaitu apa, siapa, kapan, mengapa, di mana, dan bagaimana. Siswa berhasil menyusun pertanyaan dengan baik. Saya mendampingi setiap kelompok siswa untuk melihat kesiapan mereka memahami berita lisan saat membuat


pertanyaan panduan. Dua orang siswa saya minta mempresentasikan ke seluruh siswa. Dari situ, siswa siap menjadi reporter. Saya membagi siswa menjadi kelompok kecil yang beranggotakan tiga orang siswa untuk berbagi tugas. Ada yang menjadi reporter, kameramen dan penulis berita. Mereka diminta untuk melakukan wawancara kepada warga sekolah seperti guru yang sedang tidak bertugas, kepala sekolah, penjual kantin dan orangtua siswa. Sebagai guru, saya membebaskan siswa untuk menentukan tema materi wawancara.

Hal ini menjadi menarik karena terdapat aneka macam berita hasil liputan siswa, misalnya tentang keuntungan penjual kantin, kondisi toilet sekolah, implementasi tata tertib di sekolah, dan lain sebagainya. Sebelum wawancara, tiap kelompok siswa berdiskusi tentang pertanyaan untuk narasumber. Dengan gaya yang khas, siswa tampak senang mewawancarai para narasumber di sekolah. Saya memperhatikan satu kelompok siswa yang mengambil tema tentang kenaikan harga bensin. Mereka mewawancarai tukang sapu sekolah. Seorang siswa yang berlaku sebagai reporter berkata, “Pak, bagaimana pendapatnya tentang kenaikan harga

bensin?” Lalu bapak itu pun menjawab panjang lebar. Siswa yang berperan sebagai kameraman berpura-pura merekam dengan kamera dari tangannya. Lalu siswa yang menjadi penulis berita mencatat hasil wawancara. Usai wawancara, tiap kelompok tersebut menyusun berita lisan yang nantinya dibacakan di depan kelas. Guru membuat kotak dari karton dan menuliskan nama saluran televisi swasta agar kegiatan membaca naskah reportase lebih menarik minat siswa. Siswa seolah-olah seperti reporter di televisi. Mereka tampak antusias berperan jadi reporter dan membacakan reportase tersebut.

Setelah memperagakan penyiar berita, saya pun melakukan penguatan dengan bertanya pengalaman mereka pada hari itu. Seorang siswa yang semula mewawancarai kenaikan harga bensin berkata, “Pak, saya mau jadi reporter tv saja.” Sontak seisi kelas pun tertawa. Siswa lain mengatakan bahwa ia ingin menjadi penyiar berita. Sebagai guru saya puas dapat mengajar pengalaman baru bagi siswa. Saya pun tidak menyangka metode pembelajaran ini menginspirasi siswa untuk bercita-cita jadi reporter tv atau penyiar berita. Semua siswa tampak tidak kesulitan dalam menuliskan berita lisan hasil wawancara mereka.

Siswa secara berkelompok melakukan praktik wawancara dengan orang-orang di sekitar sekolah seperti pedagang kantin sekolah.

Bahasa Indonesia

93

Kelompok siswa mengamati pohon mangga dan membuat karangan deskriptif tentangnya.

SDN 47 Parepare, Sulawesi Selatan

Lingkungan Sekolah, “Inspirasi” Karangan Deskriptif Oleh Sarah SPd Guru SDN 47 Parepare Belajar menulis karangan deskripsi, saya mengajak siswa kelas VI belajar di halaman sekolah. Saya memfasilitasi siswa menggunakan lingkungan sekitar sebagi ide menulis karangan deskriptif. Saya sampaikan bahwa para siswa akan membuat karangan yang menggambarkan suatu hal atau benda dengan sejelas – jelasnya sehingga pembaca bisa merasakan, mengalami, atau melihat sendiri hal atau benda yang sedang dibahas dalam tulisan tersebut.

94

Siswa yang sudah dibagi dalam beberapa kelompok ditugaskan untuk melakukan pengamatan salah satu benda yang ada di halaman sekolah untuk dideskripsikan secara rinci. Langkah pertama mereka menentukan tema karangan. Salah satu kelompok mengambil tema taman baca. Lalu siswa menuliskan kerangka karangan. Kerangka karangan yang ditulis meliputi penjabaran benda-benda dan bentuk benda yang ada di lokasi yang diamati. “Di rumah baca terdapat buku-buku bacaan yang menarik.


Rumah baca tersebut berbentuk segitiga, dan seterusnya.” demikian tulis salah satu kelompok. Langkah kedua, kegiatan yang ada di lokasi yang diamati juga dideskripsikan, “Anak-anak tampak memilih buku yang disukainya. Ada juga yang sedang membaca, menulis, dan makan-makan," demikian salah satu kutipan tulisan siswa. Lalu para siswa menyusun kerangka karangan secara utuh. Setelah selesai membuat deskripsi secara berkelompok, mereka kembali ke kelas memperbaiki draf tulisannya. Draf

tersebut mereka presentasikan di depan kelas. Selanjutnya, saya menugaskan mereka secara individu untuk mengarang deskriptif berdasar draf yang sudah disusun secara kelompok. Ternyata, dengan tahapan seperti yang dituliskan di atas, mereka mampu mengarang dengan panjang dan terstruktur. Dalam proses tersebut, saya membimbing memperbaiki ejaan-ejaan dan susunannya. Para siswa terlihat antusias baik saat mengamati apa yang ada di sekitar mereka maupun saat menceritakannya kepada teman-temannya, bahkan saat menuliskannya. Ternyata lingkungan sekitar kita bisa menginspirasi siswa untuk menulis. Jika kegiatan menulis dimulai dari hal-hal yang sederhana seperti ini dilakukan secara konsisten, tentu akan menghadirkan penulis-penulis cilik handal dari sekolah kita.

Salah satu hasil karya deskriptif siswa tentang taman baca.

Bahasa Indonesia

95

Siswa secara berpasangan membacakan kertas bacaan harta karun yang mereka temukan dalam permainan. Dalam kertas tersebut mereka akan membaca dan dibantu oleh temanteman serta guru, bila kurang memahami isi cerita dalam kertas harta karun.

SDN 3 Gumelem Wetan, Jawa Tengah

Permainan Harta Karun, Tingkatkan Kemampuan Memahami Bacaan Oleh Retno Angraeni SPd Guru SDN 3 Gumelem Wetan Pemahaman membaca merupakan hal yang sangat penting. Oleh karena itu, siswa harus dilatih dengan metode atau permainan yang dapat meningkatkan motivasi siswa dan meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami bacaan. Ibu Kusdiarti guru kelas III SDN 3 Gumelem Wetan

96

melakukan suatu permainan yang berjudul “HARTA KARUN“. Permainan tersebut dilakukan setelah siswa diberi kesempatan untuk membaca sebuah bahan bacaan dan guru membimbingnya. Ibu Kusdiarti kemudian mengajak siswanya bermain yang berkaitan dengan isi bacaan. Judul dan isi bacaan ditulis dalam kertas persegi kemudian ditempel di bawah


kursi. Ibu Kusdiarti melakukan semua itu pagi hari sehingga siswa tidak tahu kalau di bawah kursi ada tempelan kertas yang berisi isi bacaan, sehingga membuat kejutan bagi siswa dan membuat mereka bersemangat. Suasana sangat seru ketika semua anak mencari tulisan di bawah kursi seolah mencari harta karun. Setelah semua tulisan di bawah kursi ditemukan, siswa yang satu dengan yang lain saling mencocokkan, mencari pasangan yang sesuai agar pasangan tersebut merupakan satu arti. Tulisan yang satu merupakan penjelasan dari tulisan pasangannya yang terkait isi bacaan. Dengan cara tersebut, Ibu Kusdiarti dapat mengkondisikan siswa menjadi lebih semangat, lebih meriah, dan lebih antusias. Untuk melaksanakaan permainan ini diperlukan instruksi yang jelas agar siswa benar-benar paham. Ibu Kusdiarti juga terlihat begitu menyatu dengan siswa dan membaur seolah ikut bermain dengan anak-anak sehingga suasana belajar sambil bermain dapat diterapkan. Permainan harta karun dapat meningkatkan kemampuan siswa memahami isi bacaan.

Beberapa hasil karya puisi siswa.

SDN 3 Pakemitan Ciawi Tasikmalaya, Jawa Barat

Menulis Puisi dari Inspirasi Alam

Udara di kaki Gunung Galunggung pagi itu terasa dingin menusuk sumsum. Sudah hampir dua bulan di Desa Pakemitan hujan tak kunjung turun. Kabut tebal perlahan sirna terusik sinar mentari. Lonceng tanda pelajaran dimulai di SDN 3 Pakemitan Ciawi Tasikmalaya sudah setengah jam lalu dibunyikan. Di halaman depan kelas, siswa kelas VI berdiri membentuk setengah lingkaran menghadap Ibu Diar, guru mereka, yang berdiri di tengah. Apa yang sedang mereka lakukan?

syukur, kagum, nyaman, dan tenang pada diri siswa. Sambil mengamati alam sekitar, saya mengajak mereka berdiskusi tentang alam dan kemahabesaran Tuhan, harapan serta cita-cita mereka terkait dengan alam,” kata Ibu Diar. Siswa juga diminta menuliskan hasil pengamatannya di halaman kelas untuk bahan penulisan puisi. Saat di dalam kelas, siswa menuangkan gagasan, pikiran, dan pengamatannya dalam bentuk puisi.

“Hari ini anak-anak belajar menulis puisi bahasa Indonesia bertema lingkungan. Saya mengajak mereka ke luar kelas untuk merasakan langsung suasana alam di pagi hari. Harapan saya dengan kegiatan ini akan tumbuh rasa

Hasilnya, sungguh membanggakan. Sejumlah puisi orisinal karya siswa dengan beragam judul, isi, dan gaya pengungkapan pun lahir. Elfin Zalfa menulispuisi berjudul “Cuaca di Pagi Hari”. Lewat kata-katanya, ia

gambarkan udara yang sejuk, tanaman hijau, kupu- kupu beterbangan, burung bercicit, dan bunga bermekaran. Sementara itu, Hani R, mengungkapkan kekagumannya akan awan yang menggumpal, bunga yang tumbuh berseri, dan burung yang bernyanyi mengiringi petani pergi ke sawah dan menyertainya pergi ke sekolah. Puisi itu ia beri judul “Cuaca Cerah.” Lain Elfi, lain Hani, lain pula Fina Purwanti. Lewat puisi yang berjudul “Musim Panas”, ia mengungkapkan rasa syukurnya, “Terima kasih, ya Allah atas keindahan dan kenyamanan yang Engkau beri. Aku akan bersyukur.”

Bahasa Indonesia

97

Siswa mempresentasikan diagram fishbone yang dibuatnya.

SDN Leuwigajah 5 Cimahi Selatan, Jawa Barat

Memahami Unsur Intrinsik Cerita dengan Mengadaptasi Diagram Tulang Ikan (Ishikawa Fishbone)

Oleh Dina Yunita Indah SPd Guru SDN Leuwigajah 5 Siswa kelas V ketika membaca suatu cerita, masih banyak yang belum mampu memahami dan mendeskripsikan unsur-unsur intrinsik yang terkandung dalam cerita dengan baik. Salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut, saya mencoba memanfaatkan diagram tulang ikan (ishikawa fishbone). Dengan diagram tulang ikan, saya berharap lebih mudah mengarahkan siswa untuk memahami dan mampu menguraikan unsur

98

intrinsik suatu cerita dengan baik. Lagkah-langkah yang saya tempuh dalam menerapkan diagram Ishikawa yang diperkenalkan oleh Kaoru Ishikawa (1968) ini adalah sebagai berikut.

yaitu bagian kepala ikan diisi dengan judul cerita. Bagian tulang ikannya diisi dengan uraian unsur intrinsik cerita yang terdiri dari tema, amanat, latar, alur, tokoh dan penokohan.

2. Setiap iswa membaca cerita yang berjudul Malin Kundang dengan saksama.

4. Setiap kelompok diberi kesempatan berdiskusi untuk menentukan unsur intrinsik cerita, lalu menuangkan temuan mereka dalam diagram tulang ikan kelompok mereka.

3. Guru membimbing siswa tentang cara pengisian diagram tulang ikan,

5. Setiap perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusinya.

1. Siswa membentuk kelompok kecil yang terdiri dari lima orang.


Kelompok lainnya memberikan tanggapan. Selama proses presentasi guru memberikan penguatan untuk memantapkan pemahaman siswa. 6. Setiap siswa memilih satu cerita dari beberapa cerita yang disiapkan oleh guru, lalu secara individu menentukan unsur intrinsik cerita tersebut dan menuangkannya dalam diagram tulang ikan masing-masing. 7. Searah jarum jam, hasil kerja siswa ditukar, dibaca, dan ditanggapi oleh siswa lain. 8. Hasil karya kembali ke pemiliknya untuk disempurnakan dengan merujuk pada hasil reviu temannya. 9. Setelah disempurnakan, hasil karya siswa diportofoliokan oleh guru. 10. Di akhir pembelajaran, guru dan siswa menyimpulkan hasil diskusi. Pembelajaran dengan mengadaptasi diagram tulang ikan ini membuat siswa lebih aktif dan kreatif. Proses pembelajaran menjadi lebih menarik karena siswa diberi kesempatan untuk menuangkan hasil pemahaman bacaannya dengan fokus unsur intrinsik ke dalam bentuk diagram tulang ikan, Selain itu, mereka diperbolehkan menghiasinya sesuai dengan kreativitas masing-masing.

Seluruh siswa memperlihatkan hasil pekerjaannya yang sudah selesai.

Bahasa Indonesia

99

Pak Sony membimbing siswa untuk mengkaji teks bacaan dalam kelompok untuk mencari informasi.

SDN 01 Pekiringanalit, Kajen Pekalongan, Jawa Tengah

Menghasilkan Karya Tulis Melalui Pembelajaran Keterampilan Informasi Oleh Wuriyah Fasilitator USAID PRIORITAS Pekalongan Banyak siswa yang kesulitan membuat sebuah karya tulis yang panjang, terstruktur, teliti, dan menarik. Tapi tidak demikian halnya dengan siswa kelas VI SDN 01 Pekiringanalit, Kajen Pekalongan. Mereka menunjukkan semangat dan gairah yang tinggi ketika mengikuti pembelajaran dengan menerapkan Keterampilan Informasi. Bapak Sony, guru yang sedang praktik mengajar dalam pelatihan modul III di sekolah tersebut, berhasil membuat siswa menulis tentang Bencana Alam dalam bentuk laporan yang panjang, terstruktur, serta menarik.

100

Di kegiatan awal Pak Sony mengajak siswa untuk menyanyikan lagu yang berjudul 'Kulihat Ibu Pertiwi” dilanjutkan dengan menghubungkan lagu dengan materi pembelajaran. Setelah menjelaskan tujuan, materi, serta pokok-pokok kegiatan pembelajaran, Pak Sony segera memulai kegiatan inti dengan langkahlangkah berikut: 1. siswa membentuk kelompok yang terdiri atas 5-6 siswa, 2. setiap kelompok diberi tugas yang berbeda-beda: Kelompok 1 fokus pada jenis-jenis bencana alam. Kelompok 2 fokus pada penyebab bencana alam. Kelompok 3 fokus pada cara menanggulangi bencana alam. Kelompok 4 fokus pada sikap


kepedulian terhadap bencana alam yang terjadi 3. selanjutnya tiap kelompok berdiskusi sesuai tugas masingmasing selama 15 menit. 4. tiap kelompok membagi tugas kunjung karya ke kelompok lain sesuai dengan urutan nomor 1-5, siswa yang mendapat nomor 1 berkunjung ke kelompok 1 begitu seterusnya dan siswa yang kebetulan mendapat nomor yang sama dengan kelompoknya menjadi penjaga hasil karya kelompok. 5. selama berkunjung siswa harus menuliskan hasil kunjungannya sebagai oleh-oleh untuk kelompoknya sendiri.

6. setiap kelompok menempelkan hasil kunjung karyanya pada selembar kertas. 7. secara individu siswa membuat karya tulis berdasarkan hasil kerja kelompok sendiri dan hasil kunjung karya yang sudah dikumpulkan. Hasilnya sungguh membanggakan, sebanyak 32 dari 34 siswa berhasil membuat karya tulis berupa laporan tentang bencana alam. Menurut Pak Sony, pembelajaran dengan keterampilan informasi ini sangat perlu diterapkan agar siswa dapat dengan cepat menuangkan ideidenya melalui karya tulis yang panjang, terstruktur dan menarik. Pada awalnya Pak Sony merasa ragu untuk menerapkan pembelajaran berbasis keterampilan informasi ini, sebab siswa sudah enggan atau bahkan merasa tidak tertarik dengan kegiatan yang namanya menulis karangan apapun bentuknya karangan itu. tetapi setelah mendapati hasil yang memuaskan Pak Sony akhirnya berketetapan bahwa menulis itu tidak sulit apabila sumber inspirasinya lengkap dan tidak membingungkan. Dengan menerapkan pembelajaran ketrampilan informasi ini siswa menjadi lebih mudah untuk menuangkan gagasannya sendiri dan akhirnya juga merasa senang dengan tugas menulis karangan.

Hasil karya siswa dalam kegiatan pembelajaran yang menerapkan Keterampilan Informasi.

Bahasa Indonesia

101

Guru Sedang menjelaskan aturan bermain dakon untuk membuat kalimat.

SDN Gambaran, Kaliwiro, Wonosobo, Jawa Tengah

Terampil Membuat Kalimat dengan Permainan Dakon Puji Astuti MPd Kepala SDN Gambaran Siswa kelas IV SD Gambaran yang sering mengalami kesulitan membuat kalimat, telah menginspirasi guru kelas untuk menggunakan alat permainan congklak/dakon sebagai media pembelajaran bahasa Indonesia. Pak Rois Setiyadi, guru kelas IVsudah beberapa kali memberi tugas membuat kalimat dengan menceritakan kembali apa yang dibaca anak–anak, ternyata tidak semua bisa. Kalaupun ada yang bisa, pola kalimat yang disusun tidak urut dari awal, inti, dan akhir cerita. Ingin sekali pak Rois memperbaiki

102

pembelajaran, sampai akhirnya menemukan alat permainan congklak sebagai media pembelajaran. Di Jawa, permainan ini lebih dikenal dengan nama dakon, dhakon atau dhakonan.

lobang kecil yang saling berhadapan dan 2 lubang besar di kedua sisinya. Setiap 7 lubang kecil di sisi pemain dan lobang besar di sisi kananya dianggap sebagai milik sang pemain.

Permainan dakon dilakukan oleh dua orang. Dalam permainan, mereka menggunakan papan yang dinamakan papan dakon dan 98 (14 x 7) buah biji yang dinamakan biji dakon atau buah dakon. Umumnya papan dakon terbuat dari kayu dan plastik, sedangkan bijinya terbuat dari cangkang kerang, biji-bijian, batu-batuan, kelereng, atau plastik. Pada papan dakon terdapat 16 buah lobang yang terdiri atas 14

Pada awal permainan, setiap lubang kecil diisi dengan tujuh buah biji. Dua orang pemain berhadapan, salah seorang yang memulai dapat memilih lubang yang akan diambil dan meletakkan satu ke lubang di sebelah kanannya dan seterusnya berlawanan arah jarum jam. Bila biji habis di lubang kecil yang berisi biji lainnya, ia dapat mengambil biji-biji tersebut dan melanjutkan mengisi. Bila habis di


lubang besar miliknya maka ia dapat melanjutkan dengan memilih lubang kecil di sisinya. Bila habis di lubang kecil di sisinya maka ia berhenti dan mengambil seluruh biji di sisi yang berhadapan. Tetapi bila berhenti di lubang kosong di sisi lawan, maka ia berhenti dan tidak mendapatkan apaapa. Permainan dianggap selesai bila sudah tidak ada biji lagi yang dapat diambil atau seluruh biji ada di lobang besar kedua pemain. Pemenangnya adalah yang mendapatkan biji terbanyak. Inilah cara pak Rois melaksanakan pembelajaran Bahasa Indonesia, saat menggunakan media dakon untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam membuat kalimat. Awalnya siswa duduk berkelompok besar yang terdiri atas dari tujuh siswa. Satu siswa sebagai ketua kelompok kecil dan enam siswa masing-masing berpasangan sehingga menjadi tiga pasang untuk melakukan permainan dakon (mencoba). Masingmasing kelompok diberi bacaan tentang permainan dakon dan gambar papan dakon serta biji dakon yang sudah diisi kosa kata. Siswa melakukan permainan dakon untuk menemukan 10 kosakata yang terdapat dalam biji dakon yang masuk dalam lubang besar. Siswa bergantian memainkan dakon dengan pasangannya sampai batas waktu yang disepakati. Siswa

membuka gulungan kertas yang diperoleh dari dalam biji dakon. Kosa kata tersebut digabung dengan kosa kata yang ditemukan pasangan yang lain dalam kelompok kecil. Siswa menuliskan kosa kata yang ditemukannya pada lembar kerja dan mencari arti kosa kata yang ditemukannya dalam kamus. Secara bergantian dengan pasangannya, siswa menuliskan kata yang ditemukannya di kertas plano. Dalam kelompoknya, siswa menyusun kata yang ditemukannya menjadi kalimat dan menyimpannya di bawah dakon. Siswa menempel paragraf yang sudah disusunnya di kertas plano. Siswa bertanya jawab dengan guru dan kelompok lain untuk merevisi paragraf yang dibuatnya.

mendiskusikan data yang mereka telaah dalam kelompok dan menjawab pertanyaan yang terdapat dalam buku siswa. Setelah itu, siswa mempertukarkan jawaban dengan pasangan. Siswa menjelaskan cara mereka menjawab pertanyaan dengan pasangan. Dari pembalajaran tersebut siswa menemukan cara bagaimana menulis kalimat dan berlatih membuat kalimat. Kini keterampilan siswa membuat kalimat dalam pelajaran bahasa Indonesia kelas IV SD Negeri Gambaran telah meningkat.

Bersama kelompoknya siswa menyusun paragraf tersebut menjadi sebuah wacana. Siswa melakukan kunjung karya dengan kelompok yang lain. Secara bergantian, siswa mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas. Setelah siswa menyelesaikan tugasnya, guru merefleksi tentang kesulitan, hikmah dan cara memperbaiki kesalahan yang dilakukan dalam permainan dakon dan mengaitkan dengan karakter jujur, displin, dan tanggungjawab. Dengan panduan guru, siswa menelaah tabel kata yang mereka peroleh dalam permainan dakon yang berisikan data tentang jumlah jam tidur hewan. Siswa

Siswa bermain dakon menemukan kosa kata pada biji dakon.

Bahasa Indonesia

103

Siswa bermain dengan kartu kata untuk menyusun kalimat.

SDN Tanggul Patompo 2 Makassar, Sulawesi Selatan

Kartu Kata Membentuk Kalimat di Kelas Awal Oleh Nurhaeni Guru SDN Tanggul Patompo 2 Saya mengajar di kelas III dengan tingkat kemampuan siswa dalam menulis kalimat yang masih kurang. Biasanya bila siswa diberi tugas untuk membuat kalimat, hampir semua kalimat buatan mereka seragam. Selalu dimulai dari kata “saya”, saya pergi ke pasar, saya makan, saya main bola, dan seterusnya. Kalimatnya pendek dan kata-katanya kurang bervariasi. Oleh karena itu saya menggunakan permainan kartu kata agar siswa lebih kreatif dalam membuat kalimat.

104

Pertama – tama setelah menentukan tema pembelajaran yaitu tentang pendidikan, saya mengumpulkan bahan bekas seperti pembungkus pasta gigi, karton pembungkus susu, dan kertas karton dari bungkus mie. Kartonkarton tersebut digunting seukuran 2 x 5 cm, atau sesuai dengan panjang kata yang akan dituliskan. Saya mengangkat tema bersekolah. Saya menuliskan kata-kata yang relevan dengan tema dimaksud, seperti sekolah, membaca, perpustakaan, guru, siswa, kelas, buku, dan lain lain. Jumlah setiap kata disesuaikan dengan jumlah siswa. Di kelas saya, siswanya


berjumlah 35 orang, maka untuk kata “sekolah” dibuat sebanyak 35 kartu, demikian halnya kata yang lain. Selanjutnya kartu kata tersebut dimasukkan ke dalam amplop. Tidak ada kata yang berulang dalam setiap amplopnya. Kartu kata ini bisa berjumlah sampai 15 kartu yang artinya ada 15 kata. Kumpulan kata itu juga mempertimbangkan jenis kata; seperti kata benda, kata kerja, kata sifat dan keterangan. Amplop yang berisi kartu kata saya bagikan pada pelajaran bahasa Indonesia. Setiap siswa mendapatkan satu amplop. Setiap siswa diberikan

tugas menyusun kalimat berdasarkan kartu kata yang didapatkannya. Misalnya, siswa yang memperoleh amplop berisi kata-kata: “sekolah, di, membaca, siswa” akan berlatih menyusun kata – kata tersebut menjadi “siswa membaca di sekolah”. Setiap kalimat yang telah disusun, dituliskan kembali di buku tulis masing-masing. Sisa kartu kata dapat digunakan untuk menyusun kalimat baru, atau kalimat yang dirangkaikan dengan kata yang sudah digunakan sebelumnya. Mereka berlatih merangkai kata-kata lain lagi berdasarkan 15 kartu kata sesuai kreasinya masing-masing. Setiap siswa dapat membuat kalimat sebanyakbanyaknya berdasarkan keinginannya.

kelompok lain karena hasil kerja kelompok dipresentasikan. Metode ini memfasilitasi mereka untuk saling belajar dan berdiskusi. Pembelajaran menggunakan kartu kata membuat siswa lebih antusias untuk menyusun kalimat. Mereka lebih bersemangat dibandingkan dengan pendekatan sebelumnya tanpa bantuan kartu kata.

Dengan media ini, siswa lebih kreatif dalam membuat kalimat. Ada dua siswa yang kurang mampu membaca, juga berusaha keras untuk dapat membaca dan menyusun kata-kata tersebut. Mereka saya dampingi khusus untuk bisa membaca dan menyusun kalimat. Media ini juga dapat digunakan dalam pembelajaran berkelompok. Caranya dengan mengadakan lomba antar kelompok.Yang paling cepat merangkai kata dari kartu kata yang dibagikan kepada kelompok dapat nilai. Kerja kelompok seperti ini membangun kerjasama dan interaksi antar siswa. Tidak hanya dalam kelompoknya, tetapi juga dengan

Kartu kata yang dibuat oleh guru.

Bahasa Indonesia

105

Puji menunjukkan hasil karyanya. Pertama, membuat peta pikiran; kedua, menuliskan secara bebas hasil peta pikiran; dan ketiga, pengeditan dan penyempurnaan tulisan.

SDN 7 Letta Bantaeng, Sulawesi Selatan

Bengkel Menulis Tingkatkan Kemampuan Literasi Siswa SDN 7 Letta mengembangkan gerakan literasi untuk siswa kelas IV, V, dan VI bernama bengkel menulis. Bengkel menulis adalah pelatihan menulis yang diadakan SDN Letta untuk siswa kelas tinggi, dengan jadwal dua minggu sekali, selama dua jam pelajaran. Untuk meningkatkan kemampuan literasi siswa, guru-guru SDN Letta menggunakan strategi curah gagasan dan membuat peta konsep. Salah seorang siswa yang ikut kegiatan tersebut adalah Sri Puji Lestari, siswa kelas VI yang belajar membuat tulisan tentang berkebun. Lewat curah gagasan, dia menulis secara acak segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan berkebun. Setelah selesai menulis semua gagasan mengenai

106

berkebun, Ibu Hasnawiyah, gurunya meminta Puji mengelompokkan gagasan tersebut ke dalam kategorikategori yang lebih umum, misalnya tanah dan air masuk kategori lahan, buah-buahan masuk kategori tanaman, dan seterusnya. Kategori-kategori itu dibuatkan peta pikiran. Dia tulis besarbesar “berkebun” di tengah kertas, dilingkari, dan ditulis tanda panah menunjuk ke masing-masing kategori: tanaman, lahan, pupuk, dan sabit. Guru memandu siswa menentukan kategori mana yang paling sesuai untuk dikembangkan menjadi paragraf pertama. Puji mengembangkan kategori lahan menjadi tulisan berikut: “Kakekku mempunyai lahan di samping rumah. Lahan itu sangat luas. Aku biasa ikut bersama kakek ke


lahan”. Untuk paragraf kedua dia pilih sabit, dan dia menulis: “Kakekku biasa membawa cangkul dan sabit. Cangkul biasa ia gunakan untuk menggali tanah atau menanam tanaman”. Semua kategori yang ada dikembangkan menjadi paragraf-paragraf. Tulisan tersebut masih berupa draf dan mesti dikoreksi guru. Guru yang bertindak sebagai editor mengoreksi tata bahasa yang digunakan, menambah beberapa kata yang kurang, dan memberi saran pengembangan kalimat. Berdasarkan hasil edit guru, siswa merevisi kembali tulisan itu menjadi lebih tertata dan panjang. Semua rangkaian tulisan ini dimulai dari curah gagasan, pra penulisan, dan pembuatan draf. Selanjutnya diberi sampul dengan tema berkebun yang dibuat oleh Puji.

PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

SDN 116874 Bakaran Batu, Rantau Selatan, Labuhan Batu, Sumatera Utara

Belajar IPS dengan Praktik

Ibu Deva Aulyta adalah guru kelas V SDN 116874 Bakaranbatu. Dia membuat beragam pembelajaran di kelasnya menjadi menarik dan bermakna. Kegiatan pembelajaran yang dia fasilitasi selalu berbasis praktik, seperti dalam pembelajaran IPS berikut.

Siswa sedang memainkan wayang sejarah buatannya yang menceritakan sejarah kerajaan di Indonesia.

108


Kelas V, Wayang Sejarah. Saya membuat media pembelajaran wayang sejarah dalam pembelajaran IPS untuk belajar materi sejarah kerajaankerajaan di Indonesia. Saya mendapat inspirasi ketika menonton tv tentang permainan wayang yang dimainkan oleh anak kecil. Dari situ saya dapat

ide membuat wayang sejarah untuk media pembelajaran. Saya membagi siswa dalam beberapa kelompok dengan tugas tentang kerajaan-kerajaan yang ada dalam materi pembelajaran IPS kelas V semester 2, seperti Kerajaan Samudra Pasai, Singosari, Demak, Sriwijaya, dan Tarumanegara. Saya meminta siswa membaca cerita dan membuat wayang tokoh-tokoh yang ada dalam cerita sejarah tersebut dengan menggunakan barang bekas. Setiap kelompok yang sudah diberi tugas, pertama-tama mulai menyusun cerita asal-muasal kerajaan untuk diperankan dalam permainan wayang. Dari cerita tersebut, siswa kemudian menggambar tokoh-tokoh dalam cerita di kertas kardus. Misalnya Raja Samudra Pasai, Panglima Kerajaan, dan tokoh lain dalam cerita tentang Kerajaan Samudra Pasai. Secara berkelompok siswa menggambar, mewarnai, menggunting, dan memasang karakter tersebut pada lidi tusuk sate untuk menjadi permainan wayang. Untuk tahap ini, perlu dipersiapkan kertas kardus, tusuk sate, gunting, cat warna, dan lem kertas. Setelah selesai membuat cerita dan

tokohnya, dua atau tiga orang siswa mewakili kelompoknya maju ke depan kelas dan memainkan cerita wayangnya seperti layaknya dalang. Satu siswa bisa memerankan satu atau dua tokoh. Mereka berdialog bergantian dan menggerakkan tokoh wayang sesuai dengan cerita yang sudah mereka susun. Begitupun suara dari karakter cerita, siswa yang berperan sebagai dalang mengatur suara sedemikan rupa sehingga membuat dialog lebih hidup. Kelompok lain yang belum tampil menonton presentasi wayang dan mencatat hal-hal penting dari presentasi setiap kelompok. Kami lalu melakukan tanya jawab dan diskusi di akhir setiap presentasi wayang. Setelah semua kelompok maju memainkan wayangnya, setiap siswa sudah mencatat kesimpulan tentang tokoh dalam cerita, peninggalan, dan asalmuasal kerajaan-kerajaan di Indonesia. Di waktu luang siswa terkadang memainkan wayang di depan temantemannya secara berulang-ulang karena mereka sangat menyukainya. Mereka bisa bermain dan belajar bagaimana menjadi seorang dalang yang baik. Mereka juga bisa memainkan wayang dengan suara yang berbeda sesuai

tokoh dalam cerita. Penontonpun menjadi tertawa dan kelas menjadi ceria. Saat ujian tengah semester lalu, rata-rata siswa dapat menjawab dengan mudah pelajaran IPS terkait materi ini. Memang ada juga siswa yang mendapat nilai kurang baik. Penyebabnya dia hanya fokus pada tugasnya sendiri. Sebagian lainnya beralasan karena tidak hadir saat temannya presentasi. Kelas VI, Belajar Pemilu. Saat saya mengajar di kelas VI tentang pemilihan umum (Pemilu), saya mengajak siswa melakukan simulasi pemilu. Para siswa melakukan pemilihan presiden di kelas. Ada lima calon pasangan presiden yang menyalonkan diri dan berkampanye. Siswa saya tugaskan membuat pidato singkat kampanye mereka bersama anggota tim suksesnya. Mereka juga membuat singkatan nama, misalnya Wandi dan Safira menjadi Wansa. Lalu panitia pemilihan menyiapkan kartu untuk pemilihan, ada juga yang menjadi saksi, dan semua siswa berpartisipasi memilih calonnya. Pada saat penghitungan suara, siswa luar biasa senangnya. Lalu mereka menyimpulkan pembelajaran dengan membuat peta pikiran.

Ilmu Pengetahuan Sosial

109

Pada pembelajaran berikutnya, siswa ditugaskan melakukan observasi proses Pilkada Bupati di Labuhanbatu. Setiap kelompok mengunjungi TPS dekat rumahnya dengan membawa kamera HP. Mereka mengamati proses pengambilan suara. Sore harinya, siswa juga mewawancarai petugas KPPS (Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara) untuk mengetahui siapa pemenangnya. Pada saat di kelas, para siswa bekerja sama membuat laporan hasil pengamatan. Mereka membuat laporan tata cara pencoblosan dalam Pilkada dan mempresentasikannya di kelas. Masih banyak lagi pembelajaran aktif menarik lain yang difasilitasi oleh Ibu Deva. Beberapa pembelajaran tersebut dapat dilihat pada laman facebook Deva Aulyta. “Dengan pembelajaran aktif ini siswa menjadi lebih tertarik untuk belajar dan mengembangkan pola pikir mereka. Siswa belajar sambil bermain seperti pada dunianya sehingga proses belajar terbentuk dengan sendirinya,” kata Ibu Deva. Bahkan, saking senangnya belajar, ada siswa sedang sakit tapi tetap memaksa masuk kelas. Tampilan facebook siswa melaporkan hasil pengamatan Pilkada Bupati Labuhanbatu.

110


Siswa mengunjungi peternak unggas dan petani di sawah untuk mencari informasi langsung dari mereka.

SDN 5 Susoh, Aceh Barat Daya

Petani dan Peternak Sumber Belajar Ekonomi Oleh Aslinda Satra SPd SD Guru SDN 5 Susoh Harri dan Zaki terlihat sedang mewawancarai seorang petani yang sengaja menyempatkan waktu untuk berdiskusi dengan beberapa siswa yang sibuk mencatat hasil informasi mereka dengan mewawancarai petani tersebut. “Biasanya berapa lama waktu panen dari sejak bapak menanam bibit padi?” tanya Harri siswa kelas V. Kegiatan tersebut adalah praktik lapangan yang dilaksanakan untuk mengembangkan pengetahuan siswa tentang kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh petani dan peternak secara langsung sebagai salah satu sumber belajar tentang Ekonomi Masyarakat. Tujuan dari pembelajaran ini, memberikan pengalaman langsung dan pemahaman siswa tentang cara bekerja petani dan peternak, serta mengasah kemampuan dan keterampilan berkomunikasi dan

mengolah hasil informasi. Langkah pembelajarannya, pertama guru memberikan lembar kerja (LK) kepada siswa sebagai acuan untuk melakukan wawancara dengan narasumber. Siswa mengembangkan pertanyaan berdasar pertanyaan inti yang sudah disiapkan guru pada LK. Pertanyaan lainnya dapat berkembang saat dilakukan wawancara. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok dan masing-masing mewawancarai narasumber yang berbeda yaitu petani dan peternak. Siswa langsung melakukan pengamatan dan wawancara ke sawah dan kandang ternak sehingga mendapat informasi secara langsung. Kelompok lainnya yang bertugas menemui peternak unggas juga mendapatkan pengalaman yang sama. “Kami sangat senang bisa langsung bertemu Ibu Asma seorang peternak,”

kata Lia yang mengaku memperoleh pengalaman cara beternak ayam kampung.” Saya ingin berternak ayam kampung dan hasilnya bisa untuk menabung,” lanjutnya. Selanjutnya siswa kembali ke sekolah dan mendiskusikan hasil wawancara mereka dalam kelompok yang kemudian dibuat menjadi laporan. Sesi akhir, setiap kelompok akan mempresentasikan hasil amatan dan wawancara mereka di depan kelas. Pembelajaran dengan mencari informasi langsung ke narasumber ini sangat membantu kami dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa. Narasumber juga antusias memberi penjelasan secara terperinci sesuai dengan informasi yang ingin diketahui oleh siswa. Hasil lainnya, siswa termotivasi untuk ikut melakukan kegiatan ekonomi melalui pertanian dan peternakan.


111

Cakram spider.

SDN 213 Sangalea Maros, Sulawesi Selatan

Belajar IPS Jadi Lebih Mudah dengan Cakram Spider

Oleh Hajerah Kadir Kepala SDN 213 Sangalea Maros Ada anggapan bahwa IPS adalah mata pelajaran yang tidak terlalu berat, dibandingkan dengan IPA. Menurut mereka, IPS tidak terlalu membutuhkan analisis data dan penerapan konsep. Anggapan tersebut tidak semuanya benar. Mengajarkan IPS tidak semudah yang dibayangkan. Saya menemukan guru kesulitan mengajar IPS secara maksimal karena tidak menemukan strategi ataupun media pembelajaran yang dapat digunakan untuk menanamkan konsep IPS, serta membelajarkan siswa dengan asyik. Intinya bermain sambil belajar. Menyikapi masalah tersebut, saya berupaya mengembangkan sebuah media pembelajaran yang mengajak

112

siswa bermain sambil belajar yaitu permainan ”spider”. Salah satu keistimewaan media ini adalah dapat digunakan pada mata pelajaran yang lain, tergantung kreativitas guru. Bermain sambil belajar adalah sebuah strategi pembelajaran yang menyenangkan. Dunia anak adalah dunia bermain, oleh sebab itu bawalah peserta didik pada dunianya sehingga pembelajaran mudah terserap. Langkah-langkah pembuatan media cakram spider 1. Sediakan tripleks atau karton bekas, lalu buat dua lingkaran dengan ukuran yang berbeda. Lingkaran yang pertama yang berada di bawah harus lebih besar dari lingkaran yang ada di atas. 2. Buatlah garis diagonal di tiap tepi lingkaran, jumlahnya tergantung


banyaknya data yang ingin diketahui. Misalnya cakram spider kebudayaan (lagu daerah, pakaian tradisional, rumah adat, senjata tradisional, makanan tradisional, alat musik tradisional, kenampakan alam seperti gunung, sungai, dan danau. Dalam lingkaran tersebut siswa diharapkan mampu mengetahui kebudayaan dan kenampakan alam yang ada di tiap provinsi di Indonesia, maka jumlah diagonal yang ada dalam lingkaran tersebut adalah sebanyak 33 provinsi karena jumlah provinsi yang ada di Indonesia sebanyak 34 provinsi. 3. Jumlah lingkaran yang dibuat sebanyak dua buah (perbedaan antara lingkaran hanya sekitar 5 cm). Garis diagonal pada lingkaran satu dan lingkaran kedua jumlahnya sama. Agar jumlahnya sama, cara yang bisa

dilakukan adalah dengan menyusun lingkaran tersebut dan membuat titik pusat, kemudian dilanjutkan dengan memberikan garis diagonal kedua lingkaran tersebut. Dengan demikian jumlah diagonal lingkaran satu dan lingkaran dua akan sama banyak dan sama besar. 4. Tentukanlah titik pusat kedua lingkaran itu, lalu satukan dengan menggunakan mur pada titik pusat kedua lingkaran. 5. Lubangi diagonal lingkaran sesuai dengan data yang ingin diketahui. Misalnya materi yang akan dipelajari adalah, kenampakan alam dan buatan di Indonesia, nama provinsi, ibukota provinsi, nama gubernur, rumah adat, lagu daerah, senjata tradisional, makanan khas, tarian, agama, bandara, sungai, gunung, dan danau. Maka jumlah lubang dibuat sebanyak 13. Lubang yang dibuat boleh tidak satu garis lurus, akan tetapi sesuai keinginan. Tapi, pada saat menulis tepat pada lubang yang telah dibuat sebelumnya. 6. Setelah semua data ditulis pada lubang yang telah disediakan, jangan lupa menandainya dengan panah yang menunjukkan arah provinsi yang dimaksud. 7. Untuk memutar lingkaran (spider) dilengkapi pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada kebudayaan di 33 provinsi yang ada di Indonesia serta kenampakan alam yang juga ada di 33

provinsi. Pertanyaan tersebut disusun sesuai dengan kompetensi yang harus diketahui siswa yang ada pada kompetensi dasar. Pertanyaan tersebut diistilahkan dengan kartu lacak. Penggunaan Media Cara menggunakan media cakram spider adalah:  Putarlah cakram spider mengikuti pertanyaan dan pernyataan yang ada pada kartu lacak. Arahkanlah panah sesuai dengan pertanyaan dan pernyataan yang tertera pada kartu lacak.  Jika panah telah diarahkan sesuai dengan perintah kartu lacak, maka semua pertanyaan yang ada pada kartu lacak akan terjawab.  Setiap siswa/pasangan mendapatkan beberapa kartu sesuai dengan provinsi yang didapatkannya. Maksudnya setiap kelompok membahas satu provinsi. Setiap provinsi terdiri atas beberapa pertanyaan terkait dengan materi kebudayaan dan kenampakan alam.  Salah satu contoh kartu sebagai berikut: berisi : Aku baru saja menginjakkan kakiku di sebuah daerah yang hampir 100% penduduknya beragama Islam. Daerah tersebut terkenal dengan sebutan (1) Serambi Mekah. Setelah menempuh perjalanan yang sangat melelahkan aku

Siswa sedang memainkan cakram spider.

menuju (2) ibukota provinsi. Sesampai di ibukota provinsi, aku sangat lapar… sesuai dengan kalimat ini maka kartu lacak diputar sesuai dengan pertanyaan tersebut. Semua anggota kelompok aktif menyelesaikan tugas yang diberikan setiap siswa memiliki tugas yang berbeda-beda. Jika dalam setiap kelompok terdiri atas empat orang maka tugas mereka adalah dua orang membaca kartu lacak, dan dua orang menulis pada lembar kerja. Siswa yang bertugas membaca kartu lacak, mencari satu persatu kartu lacak tersebut, sedangkan siswa yang bertugas menulis, mereka menuliskan hasil investigasi pembaca kartu lacak dan menuliskannya pada lembar kerja yang telah disiapkan.


113

Limbah teh celup terdapat sumber daya alam teh.

Limbah Kecap terdapat sumber daya alam seperti kacang kedelai, garam, biji gandum, air, dll. Limbah minyak goreng terdapat sumber daya alam kelapa sawit. Contoh limbah dan manfaatnya

Pembelajaran menggunakan media cakram spider mendapat respons positif dari siswa. Mereka merasa lebih mudah dalam belajar IPS. Identifikasi Sumber Daya Alam Indonesia Lewat Sampah Pada pembelajaran IPS lainnya, saya juga merancang pembelajaran dengan memanfaatkan sampah kemasan makanan seperti pembungkus krupuk, permen, chiki, pokoknya semua limbah yang sering dijumpai siswa. Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut: 1. Siswa ditugaskan mengumpulkan sampah kemasan makanan yang ada di lingkungan rumah masingmasing. 2. Siswa menuliskan nama sumber daya alam yang tertera di dalam kemasan makanan dan tempat produksinya, kegiatan ini dilakukan

114

secara berkelompok. Misalnya pada sampah kemasan minyak goreng siswa menemukan ada sumber daya alam kelapa sawit. 3. Setiap kelompok menampilkan hasil yang telah diperoleh berdasarkan hasil identifikasi. Setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya dalam bentuk power point. 4. Siswa lalu menggambar peta pulau yang ada di Indonesia dan memberi simbol tentang tempat sumber daya yang ada pada kemasan. Gambar di samping adalah simbol sumber daya alam yang dimasukkan pada peta. 5. Siswa memasangkan jenis limbah sesuai dengan asal provinsinya. Selain simbol atau tulisan kecil, siswa juga menempelkan limbah atau sampah pada pulau sesuai dengan tulisan yang tertera pada bagian belakang limbah tersebut


tepatnya yang bertuliskan komposisi. Selain mengenalkan sumber daya alam yang terdapat pada sampah, siswa juga mengetahui daerah-daerah yang ada di Indonesia. Misalnya pada sampah kemasan teh, terdapat daerah Bekasi, Cikarang. Pada sampah kemasan kecap terdapat daerah Pasuruan, sedangkan limbah minyak goreng terdapat daerah Medan. Dengan cara ini, ternyata siswa lebih lama menyimpan memori tentang sumber daya alam dan daerah asalnya. Ini dibuktikan dengan menanyai mereka kembali minggu depannya tanpa membuka buku kembali. Media tersebut juga membuat siswa belajar cara membaca informasi dalam kemasan makanan.

perekonomian yang terjadi di pasar. “Kalian boleh mencari atau bertanya apa saja tentang pasar. Waktu kalian lima belas menit,” kata Ibu Helmi.

Petugas minimarket sedang diwawancarai siswa.

SDN Ciruas 4 Serang, Banten

Blusukan ke Pasar Ibu Helmi, guru kelas V SDN Ciruas 4 menerapkan model pembelajaran Jigsaw untuk mengajar materi mengidentifikasi kegiatan perekonomian yang terjadi di pasar. Setiap kelompok siswa yang terdiri 45 orang dan sudah terbentuk sesuai posisi duduk disebut kelompok asal. Kelompok asal diberi nama sesuai nama-nama pasar modern yang mudah diingat siswa, seperti Carrefour, Giant, Hero, Pasar RAU Serang, Indomaret, dan Alfamaret. Lalu guru membuat kelompok baru yang disebut kelompok ahli. Kelompok ahli bertugas untuk mengumpulkan informasi seputar kegiatan perekonomian di pasar. Kelompok pertama mencari informasi

tentang pasar dengan berdiskusi di kelas. Ibu Helmi sudah menyiapkan bahan bacaan yang bersumber dari internet untuk dijadikan bahan diskusi kelompok ini. Kelompok dua mencari informasi tentang pasar dengan pergi mencari bahan bacaan di perpustakaan. Kelompok tiga pergi ke Indomaret dengan mewawancarai petugas dan pengunjung di sana. Kelompok empat pergi ke kantin sekolah untuk bertanya dengan pedagang dan orangtua siswa yang sedang berbelanja di sana. Kelompok lima pergi bertanya ke guru dan kepala sekolah yang sedang berada di sekitar sekolah. Setiap kelompok ahli melakukan tugas mendapatkan informasi sebanyakbanyaknya tentang kegiatan

Setelah 15 menit, siswa kembali menuju kelas. Siswa mendiskusikan hasilnya di kelompok ahli dan membuat catatan masing-masing. Lalu guru meminta siswa kembali ke kelompok asal. Ketua kelompok mengajak diskusi para anggota yang terdiri atas campuran lima kelompok ahli. “Dari hasil wawancara, pasar adalah tempat bertemunya pedagang dan pembeli. Sekarang pasar dibedakan menjadi dua yaitu pasar tradisional dan pasar modern,” kata salah seorang siswa. Ketua kelompok memandu diskusi, yang dibantu salah seorang siswa mencatat pendapat para ahli berdasar sumber yang mereka peroleh. Setelah diskusi kelompok, tiap kelompok menyampaikan hasil diskusi kepada seluruh kelas. Hasil karya tertulis siswa kemudian dipajang di dinding kelas. Ibu Helmi menyadari bahwa dia kesulitan mengontrol siswa yang bertugas melakukan wawancara di mini market sebelah sekolah. Untuk itu, dia berencana meminta bantuan paguyuban kelas untuk membantu mendampingi siswa.


115

Mang Ade (berdiri) dengan sabar menjawab setiap pertanyaan Bayu.

SDN Sosial 1 Kota Cimahi, Jawa Barat

Wawancara: Mengenal Profesi dan Kegiatan Ekonomi Sejumlah siswa berseragam batik merah berkerumun mengelilingi seorang pedagang di samping gedung SDN Sosial 1 Kota Cimahi. Selintas tidak ada yang istimewa. Namun apabila diperhatikan lebih saksama, para siswa tersebut bukan sedang jajan atau berbelanja. Mereka sedang mewawancarai Mang Ade, penjual aneka macam jajanan dan alat-alat keperluan sekolah. “Wah, wartawannya, kok banyak sekali!” sahut Mang Ade ketika Rafi Bayu, salah seorang murid kelas V memintanya untuk bersedia diwawancarai.

116

Kali ini siswa kelas V sedang belajar topik Kegiatan Ekonomi dengan pendekatan keterampilan informasi. Rafi Bayu dan teman sekelompoknya mengajukan sejumlah pertanyaan yang telah disusunnya kepada Mang Ade. “Jangan cepet-cepet ngomongnya, Mang. Jawaban Mamang harus aku tulis. Jadi, jangan cepet-cepet, ya!” pinta Bayu kepada Mang Ade. Sambil tersenyum, Mang Ade pun mengulang ucapannya. Para siswa tersebut melaksanakan tugas dari Bapak Dani Sopian SPd guru SDN Cibabat 5, peserta pelatihan Modul III yang praktik di


SDN Sosial 1. Dia memberikan tugas kepada siswa untuk melakukan wawancara untuk mengetahui ragam pekerjaan. Wawancara itu merupakan tugas kelompok. Sebelum melakukan wawancara, siswa diminta untuk menentukan narasumber, merumuskan pertanyaan penting dan sesuai yang akan ditanyakan, dan menuliskannya menjadi pedoman wawancara. Secara bergantian mereka mengajukan pertanyaan kepada narasumber dan mencatatnya. Catatan hasil wawancara mereka susun dalam sebuah transkrip wawancara. Setelah itu barulah mereka melakukan presentasi.

“Saya puas karena ternyata kegiatan ini mampu mengaktifkan siswa, melatih merumuskan dan mengajukan pertanyaan, melatih keberanian dan kepercayaan diri serta kerjasama tim. Selain itu siswa juga mengenal ragam pekerjaan seperti wartawan dan pedagang. Bahkan mereka pun jadi tahu istilah pedagang eceran, grosir, dan distributor. Para siswa pun tampak gembira dan menikmatinya.” tuturnya Ketika ditanya tentang kesan dan pengalaman wawancara, salah seorang siswa pun menjawab, “Senang, sih! Yang sulit itu pas membuat daftar pertanyaan wawancara. Tapi karena bekerja dalam kelompok, akhirnya beres juga.Yang seru waktu mewawancarai Mang Ade, kadang kami bertanya bareng-bareng, sampai Mang Ade-nya pusing. Untung aja Mang Adenya suka bercanda, jadi gak tegang.”

Catatan hasil wawancara.


117

Wakil kelompok sampaikan laporan kelompok hasil analisis kegiatan ekonomi di pasar.

SDN Rancairung IV Bandung Barat, Jawa Barat

Mempraktikkan Keterampilan Informasi dalam Pelajaran IPS

Bertanya dan Cari Jawabannya Sendiri Oleh Ali Nurdin SDN Rancairung IV Seluruh siswa dalam kelompok tenggelam dalam keasyikan membaca. Setiap kelompok telah memilih satu ketua. Ketua kelompok telah menentukan tugas tiap anggotanya, siapa yang harus mencari informasi melalui wawancara dan siapa yang mencari informasi melalui membaca. Kegiatan tersebut dilakukan siswa sebagaimana tugas yang diberikan, yaitu mencari informasi dalam pembelajaran IPS. Siswa diberi tugas untuk mencari informasi terkait “kegiatan ekonomi di pasar”. Setiap kelompok akan merumuskan daftar pertanyaan, menentukan sub tema dan mencari informasi untuk menjawab pertanyaan tersebut. Hasil dari mencari informasi atas pertanyaan dari setiap sub tema tersebut akan digabungkan menjadi satu kesatuan informasi dalam satu tema yaitu

118

“kegiatan ekonomi di pasar” Ini adalah cara baru yang saya lakukan dalam mengajar IPS. Siswa dilatih melalui sejumlah keterampilan informasi yang sangat penting dan bermakna. Siswa tidak hanya menjawab pertanyaan berdasarkan informasi dari guru atau satu sumber bacaan, melainkan dari beberapa teks bacaan baik yang relevan maupun yang tidak. Siswa juga dilatih untuk merumuskan pertanyaan, memilah dan mengelompokkan pertanyaan sesuai tema/ sub tema, dan melakukan wawancara sebelum kemudian menyusun laporan dan mempresentasikannya. Meskipun awalnya sempat ragu, tetapi setelah melihat antusias siswa dan hasil belajar yang diperolehnya, saya menjadi yakin bahwa ini adalah salah satu cara yang cukup efektif untuk mengembangkan keterampilan informasi siswa.


Kegiatan inti keterampilan informasi ini terdiri atas enam langkah, yaitu: 1) Menentukan tema dan subtema; 2) Menentukan sumber dan menemukan informasi; 3) Memilih informasi yang relevan; 4) Mengolah informasi; 5) Mengidentifikasi berbagai cara menyajikan informasi; dan 6) Membuat laporan. Keenam langkah inti tersebut, terinci dalam kegiatan berikut: 1. Menentukan tema dan subtema  Siswa berkelompok beranggotakan enam siswa.  Siswa dibagi gambar kegiatan ekonomi di pasar kepada setiap kelompok. (Gambar Kegiatan Usaha dan Ekonomi di Pasar)  Siswa mengamati gambar kemudian merumuskan minimal tiga pertanyaan terkait tema masing-masing pada selembar kertas kecil.

Setiap kelompok siswa mengklasifikasikan pertanyaan yang sudah dibuatnya ke dalam tiga sub tema berikut: (1) Pengertian kegiatan ekonomi di pasar (pasar tradisional dan modern) (2) Jenis dan ciri-ciri kegiatan ekonomi di pasar (3) Manfaat pasar bagi kehidupan masyarakat  Pertanyaan yang telah diklasifikasi ditulis ulang pada kertas plano yang disediakan.  Pertanyaan yang tidak terakomodir dalam ketiga klasifikasi diletakkan di tempat tersendiri 

2. Menentukan sumber dan menemukan informasi  Siswa diminta menulis tema dan sub tema  Siswa mengidentifikasi berbagai kemungkinan sumber informasi yang dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan di atas (mis: teks, gambar, grafik, diagram, internet, video, informasi dari narasumber).  Siswa kelompok asal mendapat masing-masing dua kertas warna merah, kuning, dan hijau. Sehingga masing-masing anggota kelompok mendapat satu kertas warna. 3. Memilih Informasi yang Relevan  Berdasarkan warna kertas yang diterima, siswa dikelompokkan menjadi 3 kelompok ahli yang

 





kemudian menjawab pertanyaan dari masing-masing satu sub tema berikut: (1) Pengertian kegiatan ekonomi di pasar, (2) Ciri-ciri kegiatan ekonomi di pasar, (3) Manfaat pasar bagi kehidupan masyarakat. Setiap kelompok ahli menentukan seorang ketua Siswa mendapat sumber informasi yang relevan dan tidak relevan dengan sub tema. Ketua menentukan anggotanya untuk mencari sumber informasi melalui wawancara. Siswa di dalam kelompok ahli menentukan informasi yang relevan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berdasarkan bahan bacaan yang ada dan hasil wawancara.

4. Mengolah Informasi Siswa kembali ke kelompok asal Siswa menggabungkan informasi dari masing-masing kelompok ahli, sehingga di dalam kelompok asal tersebut sudah terkumpul informasi dari seluruh sub tema.  Di dalam kelompok asal siswa merancang kerangka laporan berdasar hasil gabungan informasi dari 3 sub tema.  Siswa mendiskusikan dan menyepakati informasi apa dan mana saja yang akan dimasukkan dalam laporan utuh (pendahuluan, inti, dan  

penutup). 5. Mengidentifikasi berbagai cara menyajikan informasi  Setiap kelompok mendiskusikan untuk membuat laporan berupa teks (kertas HVS telah disediakan oleh guru).  Siswa secara individu menentukan bentuk sajian laporan (misalnya berupa teks narasi, teks deskripsi, poster, leaflet, laporan pengamatan).  Bisa ditambahkan kemungkinan laporan akan dilengkapi foto, memasukkan lini masa, atau memasukan sumber referensi. 6. Membuat Laporan Setiap siswa membuat laporan sesuai dengan bentuk laporan yang disepakati, dan memuat tiga bagian, yaitu: pendahuluan, inti, dan penutup.  Siswa menyampaikan hasil laporan/hasil kerja siswa secara lisan di kelas secara bergiliran sementara siswa yang lain menanggapi.  Siswa bertukar laporan hasil kerja dengan siswa lain dan saling mengomentari/ menanggapi. 

Keterampilan informasi dalam pembelajaran IPS, juga diterapkan oleh Bapak Acu Sutio, guru MI PUI Cibadak. Ternyata siswa mampu membuat tema atau pokok bahasan, membuat pertanyaan, memilah dan menelaah pertanyaan, menggali


119

Hasil karya siswa kelas V sudah mampu menulis panjang dan terstruktur setelah guru menerapkan keterampilan informasi dalam pembelajaran.

kata tanya dasar masih dirasa susah gunakanlah satu kata tanya “apa” yang dihubungkan dengan kata “topik” diakhiri tanda tanya (?).

informasi melalui percobaan, mengambil informasi dari bahan bacaan atau dari wawancara, memilih informasi yang sesuai dan menyajikan informasi dalam berbagai bentuk seperti teks laporan, lini masa, peta konsep, motto, slogan, poster, dll. Pada awalnya siswa sudah mampu menentukan tema, yang masih perlu bimbingan adalah dalam membuat pertanyaan per individu. Diberikan alat bantu yaitu dengan menyimpan kata tanya di depan, seperti apa, mengapa, bagaimana, dimana, kapan, dan siapa, yang dihubungkan dengan topik yang diinginkan, (misalnya apa........ pasar (topik)?) diakhiri tanda tanya (?). Jika susah menggunakan enam kata tanya dasar gunakanlah tiga kata tanya dasar (apa, mengapa, bagaimana), ketika tiga

120

Ananda, seorang siswi kelas VB, menuliskan tiga pertanyaan di kertas post-it. “Apa itu pasar?” “Mengapa harus ke pasar?” “Siapa yang ada di pasar?” Begitu juga anak lainnya mampu menulis pertanyaan di kertas post-it. Ketika pertanyaan tentang topik didapat, guru memandu siswa menelaah dan memilah pertanyaan sesuai topik dan sub topik dalam kelompok. Selanjutnya memilih cara menggali informasi melalui wawancara atau membaca. Telaah lah hasil informasi yang didapat dengan bukti adanya peta konsep sesuai topik. Untuk mempermudah pembuatan peta konsep saya menampilkan contoh kerangka peta konsep paling sederhana berbentuk awan dengan gambar awan dan kata topik-sub topik tertera di peta konsep. Siswa


menerapkannya di kelompok. Dalam pembuatan teks laporan saya meminta siswa menggunakan peta konsep/kerangka laporan menajadi landasan pembuatan teks laporan. Ketika ada siswa kesulitan saya bantu dengan kata kunci sesuai stuktur laporan yang menyajikan pendahuluan – isi – penutup. Sebelumnya saya meminta siswa menyampaikan secara lisan apa saja yang akan disampaikan dan ditulis dalam laporannya nanti. Dalam paragraf pendahuluan contoh kata kunci bantuannya; pasar adalah .... (teruskan). Pasar penting karena .... (teruskan), dll.. Dalam paragraf inti, siswa didorong menyesuaikan dengan materi atau sub topik. Kata kunci bantuannya; jenis pasar ....(teruskan), macam-macam pasar ....(teruskan), manpaat pasar ... (teruskan). Dalam paragraf penutup kata kunci bantuannya; menurutku pasar ... (teruskan), sebaiknya pasar ...(teruskan). Jika paragraf disajikan lebih banyak maka lebih baik. Teknik penulisan kata kunci bantuannya, anak diminta untuk tidak menampilkan titik-titik dalam teks laporan tapi langsung menuliskan kata atau kalimat terusannya. “Wah... anak sudah mampu membuat teks laporan,” ungkap pengamat yang masuk ke kelas, setengah tak percaya siswa kelas V mampu membuat teks laporan yang panjang dan teliti.

Transaksi jual beli di bazar makanan sehat.

MI Pasirwaru Sindangkerta Bandung Barat, Jawa Barat

Bazaar Makanan Sehat, Fasilitasi Praktik Jual Beli Oleh Dini Masropatul Ilmi Guru Kelas VI MI Pasirwaru Salah satunya kegiatan Praktik Jual Beli dengan tema “BAZAAR MAKANAN SEHAT” diambil dari mata pelajaran Fikih tentang Jual Beli KD 3.2 Mempraktikkan tata cara jual beli dan pinjam meminjam. Indikator yang ingin dicapai dari pembelajaran ini ialah, melakukan kegiatan jual beli dan mengetahui rukun jual beli.Tujuannya adalah agar melalui kegiatan bermain peran peserta didik dapat melakukan kegiatan jual beli di lingkungan sekolah dan melalui pengamatan terhadap kelompok lain peserta didik dapat mengetahui rukun jual beli. Adapun tahapan kegiatan pembelajaran ini ialah:

1. Peserta didik diberikan tema “ BAZAAR MAKANAN SEHAT” makanan yang akan dijual harus dibuat sendiri; 2. Guru membagi siswa menjadi lima kelompok; 3. Setiap kelompok harus membuat poster iklan untuk menarik pembeli, iklan harus dibuat semenarik mungkin; 4. Peserta didik membuat stan untuk berjualan di depan kelas; 5. Guru membagikan lembar kerja untuk melakukan pengamatan tentang cara berjualan yang sesuai dengan rukun jual-beli, terhadap kelompok lainnya; 6. Setelah selesai berjualan, guru

memberikan tugas individu yaitu membuat karangan cerita tentang pengalamannya berjualan hari itu. Dalam kegiatan ini, siswa merasakan pengalaman yang berbeda dalam proses pembelajaran. Karena, menurutnya ini merupakan pengalaman pertama mereka dalam berjualan. Siswa dapat mengetahui rukun jual-beli yaitu: (1) Ada penjual, (2) Ada pembeli, (3) Ada barang yang dijual, dan (4) Ada ijab-kabul dalam jual beli. Sesuai pengamatan mereka ternyata masih banyak siswa yang kurang memahami tata cara jual-beli yang benar sesuai Islam. Katanya, masih banyak siswa di MI Pasiwaru yang tidak mengucapkan ijab-kabul ketika membeli. Dari kegiatan ini praktik ini, pembelajaran menjadi lebih berkesan untuk siswa.


121

Sekelompok siswa menunjukkan magnet "sumber daya alam, hasil laut" dan siswa lain sebagai logam membawa hasil-hasil laut yang sesuai mendekat magnet utama.

SDN 2 Kutabanjarnegara, Banjarnegara, Jawa Tengah

Asyiknya menjadi “Magnet” Sumber Daya Alam Oleh Heri Nurwantoro SPd UPT Dindikpora dan Fasilitator Daerah Banjarnegara

anak bermain sambil belajar dan memahami. Kegiatan ini tentang sumber energi.

Muatan pembelajaran IPS yang banyak berisi tentang hafalan dan minim aktivitas psikomotorik membuat anak kurang bersemangat dalam belajar. Hal ini memotivasi Ibu Wahyuni untuk menerapkan pembelajaran IPS yang melibatkan peran aktif siswa.

Guru memulai pelajaran dengan mengajak siswa bernyanyi lagu Menanam Jagung. Usai menyanyikan lagu, guru meminta siswa mengamati gambar yang ditayangkan dalam power point. Gambar tersebut berisi tentang sumberdaya alam pertanian, seperti padi perkebunan, dan laut serta manfaatnya bagi masyarakat.

Presentasi diakhiri dengan penguatan dari Ibu Wahyuni bahwa di sekitar kita ada banyak sumberdaya alam yaitu sumber daya alam pertanian seperti padi, perkebunan seperti buah-buahan, dan laut seperti ikan.

Mereka berdiskusi untuk mengelompokkan dan mendata mana yang termasuk sumberdaya alam

Setelah sesi tersebut selesai selanjutnya mereka melakukan permainan “magnet sumber daya

Dalam salah satu pertemuan, Ibu Wahyuni mengisi pelajaran hari itu dengan permainan magnet sumber daya alam. Permainan ini melibatkan

122


pertanian, perkebunan, dan laut, kemudian menuliskan manfaat masingmasing jenis sumber daya alam tersebut. Selang berapa menit, kemudian guru meminta hasil diskusi dipresentasikan di depan kelas.

alam”. Sebelum permainan dimulai guru menjelaskan tata cara permainan. Langkah-langkah kegiatan dalam pembelajaran tersebut sebagai berikut: 1. Guru menunjuk tiga siswa yang berperan sebagai “magnet” 2. Sebagai magnet, setiap siswa tersebut diminta membawa tulisan Sumber Daya Alam 1.Perkebunan, 2. Pertanian, dan 3. Laut

7. Siswa “Logam” membuka kartu, lihat gambar, dan mencari magnet yang sesuai dengan gambar di kartu (misalnya kartu gambar “kelapa” maka logam ini mencari Magnet tulisan Sumber Daya Alam Perkebunan, dst) 8. Siswa berlarian mencari dan menuju magnet yang sesuai dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.

3. Magnet menempatkan diri secara terpisah di bagian pojok-pojok ruang kelas

9. Setelah semua logam menempel pada magnet, guru mengecek apakah logamnya sudah sesuai dengan magnetnya?

4. Magnet membawa tulisan yang sudah diterima dengan diangkat supaya tulisan terlihat oleh siswa yang lain

10. Permainan diulang dengan mengganti kartu dan mengganti anak yang menjadi magnet, logam dan seterusnya

5. Siswa yang lain (sebagai “logam”) dibagikan kartu yang berisi gambar berbagai hasil perkebunan, pertanian dan laut secara acak (kartu diletakkan di depan anak dengan cara dibalik)

11. Di akhir permainan, guru dan siswa menyimpulkan hasil permainan.

6. Ketika semua sudah siap guru memberi aba-aba untuk memulai permainan

“Saya senang kalau pelajarannya seperti ini, jadi mudah hafal pelajarannya,” kata Junia Kartika siswa kelas IV usai mengikuti pembelajaran.

Kartu logam sumber daya alam yag digunakan dalam permainan


123

Siswa melakukan praktik membuat peta secara berkelompok.

SDN 16 Tanah Jambo Aye, Aceh Utara

Memanfaatkan Kain Perca untuk Membuat Peta Oleh Naslawati Spd Guru SDN 16 Tanah Jambo Aye Pemanfaatan barang bekas untuk media pembelajaran dapat membiasakan siswa menggunakan sisasisa barang bekas di lingkungannya. Barang bekas tersebut dapat dimanfaatkan menjadi sesuatu yang berguna. Pembiasaan ini saya lakukan dengan memanfaatkan kain bekas (perca) menjadi media pembelajaran IPS untuk membuat peta Indonesia. Latar belakang lainnya, di sekolah kami banyak siswa kelas IV yang golongan ekonomi orang tuanya di bawah ratarata, sehingga tidak semua siswa sanggup membeli kertas origami atau

124

ATK untuk membuat media pembelajaran seperti Peta Indonesia. Dengan menggunakan kain perca, maka siswa dapat memperolehnya di toko jahit atau kain bekas di rumah, sama sekali tidak mengeluarkan biaya, kecuali tambahan lainnya seperti karton, lem dan kertas warna yang disiapkan oleh sekolah.” Untuk meningkatkan pengetahuan siswa tentang pulau-pulau terbesar di Indonesia dan meningkatkan psikomotorik atau keterampilan siswa dalam menggunting, menempel, mendisain dan menghasilkan karya tersebut, maka siswa dibagikan menjadi lima kelompok yang masingmasing beranggotakan lima siswa.


Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan cara membaca peta lingkungan setempat (kepulauan dan provinsi di Indonesia) dengan menggunakan skala sederhana. Masing-masing kelompok menyiapkan peta pulau terbesar di Indonesia. Siswa mulai bekerja sama dalam kelompok dalam menggunting kain perca untuk masing-masing pulau dan ditempelkan pada karton sehinga terbentuk Peta Indonesia. Selanjutnya masing-masing kelompok mempresentasikan hasil karya mereka di depan kelas dan kelompok lain menanggapinya Diakhir pembelajaran, saya menyempurnakan dan memberikan penguatan. Selanjutnya hasil karya siswa dipajang pada papan kreasi siswa. Selanjutnya siswa diberikan tugas secara individu untuk mengidentifikasikan dan menemukan potensi sumber daya alam dari 10 kepulauan di Indonesia. Sebelum pelajaran berakhir, siswa menulis refleksi pada kertas berwarna hijau untuk materi yang sudah mereka pahami. Kertas berwarna kuning untuk menulis materi yang belum dipahami, dan kertas warna merah jambu untuk menulis tentang hal-hal yang mereka senangi saat pembelajaran berlangsung. Dari hasil refleksi ini saya memberikan penguatan pada siswa, terutama materi yang belum dipahami oleh siswa.

Kelompok siswa menyocokkan kartu identifikasi agar bisa menyusun puzzle negara-negara ASEAN yang benar.


Mengidentifikasi Karakteristik NegaraNegara ASEAN melalui Puzzle Oleh Irwan SPd Guru SDN 22 Maros Materi pembelajaran PKN kelas VI semester 2, diawali dengan materi kerja sama negara Indonesia dengan negara-negara tetangga. Salah satu submateri pada bab ini yang sulit dikuasai oleh siswa adalah mengidentifikasi negara-negara ASEAN karena referensi catatannya cukup banyak. Saya berinisiatif membuat puzzle untuk meningkatkan ketertarikan siswa atas materi tersebut dan agar mereka mengingat lebih lama terhadap suatu pengetahuan. Kelas VI ini sebanyak 23 orang dibagi menjadi empat kelompok, masingmasing beranggotakan 5-6 orang. Saya membagikan kartu identifikasi masing-masing negara ASEAN yang sudah saya siapkan. Tiap kelompok mendapatkan sembilan kartu

identifikasi, enam kartu adalah kartu identifikasi yang benar, dan tiga kartu sebagai kartu identifikasi pengecoh. Pada satu kartu identifikasi terdapat beberapa item ciri suatu negara misalnya bentuk negara, jumlah penduduk, mata uang, agama mayoritas dan lain-lain. Tugas siswa mencocokkan item ciri tersebut dengan negara yang dimaksud. Setelah membaca kartu identifikasi bersama kelompoknya, mereka menentukan nama negara sesuai dengan ciri-ciri yang tertuang dalam kartu identifikasi tersebut. Salah satu perwakilan kelompok maju ke depan, dan mengambil puzzle nama negara yang sesuai dengan ciri kartu identifikasi di meja yang telah disiapkan. Tiap bagian puzzle pada sisi yang satu tertulis nama negara dan pada sisi yang tertera potongan gambar peta negara ASEAN.

Para siswa berlomba-lomba menentukan dengan cepat nama negara sesuai dengan kartu identifikasi, dan segera berlari mengambil pecahan puzzle tersebut supaya tidak kalah dengan kelompok yang lain. Puzzle yang sudah diambil dari meja guru, dipasang pada kotak puzzle yang ada di meja kelompok. Tiga puzzle pengecoh akan membuat bentuk puzzlenya tidak tepat, dan susunan puzlenya gagal. Jika pemasangan betul, maka puzzle membentuk gambar peta ASEAN. Kelompok yang paling cepat dan mampu mempresentasikan paling baik serta menyebutkan ciri-ciri negara ASEAN berdasarkan pemahaman bersama mendapatkan apresiasi dari guru. Pembelajaran dengan cara ini menjadi pengalaman tersendiri bagi murid. Mereka merasa tertantang untuk melakukannya lagi.


125

Setiap siswa dalam kelompok sedang membaca informasi yang tersedia kemudian mereka berdiskusi dan menuliskan informasi yang telah diperoleh ke dalam sebuah peta pikiran ataupun tabel.

SDN 1 Karangjengkol, Kutasari, Purbalingga, Jawa Tengah

Mudahnya Temukan Informasi dengan Teknik “MEKAKUBATURAN” (MEdia, KAta KUnci, BAca, TUlis, dan lapoRAN) Oleh Bayu Aji Wicaksono SPd Guru SDN 1 Karangjengkol Masalah mendasar yang ada dalam pembelajaran non-eksak khususnya IPS adalah siswa merasa kesulitan memahami materi pembelajaran jika guru tidak menggunakan metode pembelajaran yang tepat. Misalnya hanya dominan ceramah atau tidak mengunakan media yang membantu siswa memahami materi. Selain itu untuk meningkatkan keterampilan literasi siswa khususnya untuk keterampilan menulis, siswa akan mengalami kesulitan jika tidak dilatih dan dibiasakan menulis menggunakan teknik yang tepat. Para ahli bahasa menyampaikan bahwa keterampilan menulis tatarannya paling tinggi dibandingkan dengan

126

keterampilan membaca, keterampilan menyimak, dan keterampilan berbicara, karena keterampilan menulis merupakan keterampilan produktif yang dapat diperoleh sesudah keterampilan membaca, keterampilan menyimak, dan keterampilan berbicara. (Cahyani dan Hadijah, 2007:10). Dalam kegiatan pembelajaran IPS kelas VI tentang materi ekspor impor, saya membagi siswa ke dalam enam kelompok dan masing-masing beranggotakan 4-5 siswa. Setiap kelompok berperan menjadi sebuah negara dan melakukan transaksi jual beli menggunakan media “kartu belanja”. Tulisan nama negara pengekspor dan pengimpor diletakkan di meja masing-masing kelompok.


Langkah-langkah MEKAKUBATURAN adalah sebagai berikut: Media Pada tahap ini, tiap kelompok siswa diberikan dua media “Kartu Belanja” dengan warna yang berbeda yaitu merah dan hijau. Kartu belanja hijau berisi nama negara, komoditi ekspor, dan negara pengimpor. Sedangkan kartu belanja merah berisi nama negara, komoditi impor, dan negara pengekspor. Dalam kartu belanja ini, tiap kelompok siswa bertugas mencari informasi negara pengekspor atau pengimpor komoditi yang ada pada kartu. Dalam kegiatan ini tiap kelompok siswa berbagi tugas, sebagian anggota kelompok tetap berada di kelompok berperan sebagai penjual atau

pengekspor dan sebagian anggota kelompok berkeliling ke kelompok lain sebagai pembeli atau pengimpor. Kegiatan ini bertujuan untuk menyederhanakan kegiatan ekspor dan impor menjadi kegiatan jual beli seperti yang dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan ini membantu siswa menggali pengalaman yang dimilikinya untuk kemudian mengakomodasi pengetahuan baru yang diperolehnya. Siswa mudah menyerap materi karena proses akomodasi terjadi dari lingkungan sekitar siswa dan dikembangkan ke lingkup yang lebih luas yaitu kegiatan jual beli antar negara yang kemudian dapat didefinisikan sebagai kegiatan ekspor dan impor. Kata Kunci Dalam kegiatan ini guru mengajak siswa membahas '“Kata Kunci” dalam kegiatan pembelajaran yaitu “pengertian”, “penyebab”, dan “manfaat”. Kata kunci ini akan membantu siswa dalam menemukan informasi penting yang akan dicari. Informasi yang dimaksud adalah tentang ekspor dan impor. Baca Dalam tahap ini guru memfasilitasi siswa dengan sumber informasi yang memadai. Sumber informasi yang disediakan tidak terlalu banyak atau terlalu sedikit memberikan informasi. Jika terlalu banyak memberi informasi maka siswa tidak akan memiliki tantangan, tetapi jika terlalu sedikit

siswa akan kesulitan menemukan informasi. Dalam kegiatan ini, penulis menyajikan dua sumber informasi berupa teks bacaan. Siswa memberi tanda pada bacaan agar memudahkan mendapat informasi, misalnya dengan memberi garis bawah ataupun stabillo. Tulis Setelah siswa membaca informasi yang tersedia, siswa diarahkan untuk menuliskan informasi yang telah diperoleh ke dalam sebuah peta pikiran ataupun tabel. Inti dalam kegiatan ini adalah untuk lebih menguatkan informasi yang diperoleh siswa melalui kegiatan membaca ke kegiatan menulis sehingga pemahaman siswa akan semakin meningkat. Selain itu, kegiatan ini akan bermanfaat ketika siswa menyusun sebuah teks tentang ekspor dan impor. Setiap kelompok menyampaikan hasil kegiatan jual beli, kelompok yang mendapatkan keuntungan tertinggi mendapatkan reward. Hasil paparan tersebut kemudian dilengkapi oleh setiap kelompok dengan berdiskusi mencari informasi tentang ekspor impor berdasarkan teks yang tersedia. Informasi yang diperoleh dituangkan ke dalam peta pikiran/tabel. Laporan Selanjutnya, siswa mengerjakan tugas individu, membuat teks laporan berdasarkan informasi yang diperoleh dari membaca, berdiskusi dan

Salah satu peta pikiran hasil kerja tugas individu. Selanjutnya peta pikiran ini dikembangkan menjadi sebuah tulisan laporan.

tertuang dalam peta pikiran/tabel. Beberapa siswa membacakan hasil pekerjaannya di depan kelas. Siswa lain diberi kesempatan memberikan tanggapan. Siswa dibimbing guru menyimpulkan materi pembelajaran. Kegiatan ditutup dengan memajang hasil karya kerja kelompok dan tugas individu dinilai menggunakan rubrik dan dimasukkan ke dalam portofolio siswa.


127

Siswa antusias melakukan wawancara dengan pembuat kerupuk (kiri). Siswa ikut mencoba mencetak kerupuk (kanan).

SDN 4 Singotrunan Banyuwangi, Jawa Timur

Industri Kerupuk Sebagai Sumber Informasi Pembelajaran IPS Kegiatan perekonomian masyarakat mungkin biasa dijumpai oleh siswa setiap hari. Namun mereka tidak menyadari bahwa kegiatan perekonomian tersebut ternyata butuh keuletan, kerjas keras, modal, dan komitmen yang tinggi. Hal itulah yang coba ditunjukkan oleh Ibu Endang Nurhayati, guru kelas IV SDN 4 Singotrunan Banyuwangi dalam pembelajaran IPS. Hari itu seluruh siswa belajar tentang pengenalan kegiatan ekonomi di masyarakat melalui kunjungan ke

128

industri di sekitar lingkungan sekolah atau tempat tinggal siswa. Ibu Endang ingin menunjukkan langsung pada siswa bahwa banyak sekali aktivitas ekonomi yang dilakukan masyarakat dan bisa diamati langsung di sekitar sekolah. Awalnya siswa dibagi dalam kelompok dan diberikan LK. Dalam LK tersebut, siswa diminta mengamati industri rumahan pembuatan kerupuk di belakang sekolah milik salah satu orangtua murid. Tugas masing-masing kelompok adalah mengamati,


melakukan wawancara dan mencatat informasi proses produksi pembuatan kerupuk, berapa modalnya, bagaimana memasarkannya, berapa keuntungan, dan suka duka usahanya. Ibu Endang kemudian membawa siswa ke industri krupuk dengan berjalan kaki. Sesampainya disana, mereka melihat sang pemilik usaha, Ibu Tukiyem sedang menjemur kerupuk mentah yang baru saja selesai dicetak. Para siswa dengan antusias mengamati dan mencatat proses dan belajar cara mencampur bahan pembuatan

kerupuk, mulai dari membuat adonan, mencetak adonan, memasak, menjemur, hingga kerupuk mentah kering dan siap dipasarkan. Kesulitan yang tinggi dalam pembuatan kerupuk tak pernah dibayangkan siswa. Membuat adonan misalnya, dibutuhkan tenaga yang kuat untuk melumat adonan dengan tangan. Saat mencetak adonan bukan perkara mudah. Tiga siswa yang mencoba mencetak adonan menjadi kerupuk, tak ada yang berhasil. Saat menjemur kerupuk pun bukan perkara mudah. Butuh sinar matahari yang terik agar kerupuk kering maksimal, bila kurang kering maka kerupuk akan berjamur.

keuntungan lima puluh ribu rupiah setiap hari. Padahal proses pembuatannya susah dan memakan waktu seharian. Belum lagi kalau terkendala cuaca musim hujan kerupuknya nggak kering-kering jadi tidak bisa dijual saat itu juga,” ungkap Fadli saat melakukan presentasi mewakili kelompoknya. Menurut Ibu Endang, kegiatan ini terlihat sederhana tapi maknanya luar biasa. “Kerupuk adalah makanan murah yang kadang tidak dihargai.

Padahal proses pembuatannya juga membutuhkan keahlian khusus,” terangnya. Menurut Ibu Endang, dengan kegiatan ini pemikiran siswa menjadi berubah. Mereka lebih menghargai profesi seseorang meski kadang diremehkan. “Melalui kegiatan ini mereka lebih memaknai bahwa profesi apapun yang dimiliki seseorang itu butuh keahlian khusus sehingga harus dihargai,” terangnya.

“Saya tidak bisa membayangkan pembuatannya sesulit ini. Tadi saya berkali-kali mencoba mencetak adonan tidak berhasil juga,” terang Nada, salah satu siswi yang nampak berkeringat. “Ternyata buat kerupuk itu susah ya, padahal harganya murah,” timpal Soelangit, salah seorang siswa. Selesai berkunjung ke industri kerupuk dan mendapatkan data, mereka kembali ke kelas untuk menyelesaikan LK berdasarkan hasil pengamatan yang baru saja mereka lakukan dan membuat laporan. Setelah selesai membuat laporan, setiap kelompok melakukan presentasi dan menyampaikan temuannya. “Ternyata membuat industri kerupuk butuh modal besar teman-teman, yakni satu juta rupiah dengan

Hasil wawancara siswa.


129

Siswa saat mengamati kendaraan yang lewat di depan sekolah.


Amati Alat Transportasi Modern di Depan Sekolah Gedung SDN Jeruk 2 Surabaya terletak di Jalan Raya Menganti Surabaya yang menghubungkan Kota Surabaya dengan Gresik. Kendaraan bermotor tiada henti lalu-lalang di depan sekolah tersebut sejak pagi hingga malam. Baik itu sepeda motor, angkutan umum, truk, atau trailer. Kondisi ini memberikan ide bagi Ibu Hari Prihatini, guru kelas V sekaligus Kepala SDN Jeruk 2 Surabaya. Pada pembelajaran IPS berkaitan dengan tema Benda-benda di Lingkungan Sekitar. Ibu Hari mengajak siswa

130

mengamati kendaraan yang melintasi jalan raya di depan sekolah. Melalui kegiatan ini, Ibu Hari berharap siswa akan memahami aktivitas dan perubahan kehidupan manusia dalam ruang, konektivitas antar ruang, dan waktu. Begitu pula dengan keberlanjutannya dalam kehidupan sosial, ekonomi, pendidikan, dan budaya. Sebelumnya, pelajaran diawali dengan guru meminta siswa menemukan informasi penting dari gambar pada buku pelajaran yang berkenaan dengan


perubahan manusia dari waktu ke waktu. Jawaban ditulis pada buku siswa. Dari sini, guru kemudian menjelaskan tentang perubahan teknologi yang memengaruhi perilaku manusia, khususnya transportasi. “Anak-anak, alat transportasi di masa lalu yang sering digunakan manusia salah satunya seperti yang ibu tulis di lembar kerja, yaitu delman. Selain itu apa saja, apakah kalian tahu?” tanya Bu Hari. “Sepeda dan andong, Bu!” jawab Laily

Nur Rahma Agustin, siswa kelas V.

kendaraan yang terlihat.

Bu Hari membenarkan jawaban siswa tersebut. Pemahaman itu kemudian disambung dengan penjelasan mengenal perubahan teknologi yang salah satunya di bidang transportasi. “Nah, sekarang sebutkan alat transportasi apa saja yang ada di daerah sekitar kalian saat ini!” kata Bu Hari. Motor, mobil, bemo, truk, dan trailer adalah jawaban yang diucapkan oleh siswa.

Setelah kembali ke dalam kelas, siswa menulis hasil pengamatan pada lembar kerjanya masing-masing. Mereka mengidentifikasi jenis alat transportasi yang dilihatnya. Manfaat kelebihan dan kekurangan setiap alat transportasi juga dipaparkan siswa. Termasuk alat transportasi masa lalu.

Guru merespons jawaban mereka dengan menunjukkan gambar alat transportasi darat yang ada di sekitar sekolah. Ibu Hari pun mengarahkan siswa untuk menyebutkan nama masing-masing alat transportasi dan kegunaannya. Agar lebih mudah memahami fungsi berbagai jenis kendaraan tersebut, guru pun mengajak siswa ke luar kelas. “Ayo, sekarang ke luar kelas dan mengamati kendaraan yang melintas di depan sekolah, ya! Tugas kalian mencatat kendaraan yang melintas, jenis manfaatnya, yang diangkutnya, dan ciri-cirinya” seru Ibu Hari. Siswa dengan rapi berjalan menuju pintu gerbang sekolah. Mereka sudah membawa buku, lembar kerja siswa, dan alat tulis. Begitu Ibu Hari memberikan instruksi, mereka segera serius mengamati kendaraan apa saja yang terlihat di jalan raya. Sekitar 30 menit mereka berdiri di pinggir jalan dan mencatat satu per satu jenis

Misalnya, delman yang termasuk alat transportasi masa lalu mempunyai kelebihan tidak menimbulkan polusi. Sementara itu, kekurangannya tak lain kemampuannya melaju masih lambat dibanding motor. Sebaliknya, kendaraan bermotor seperti mobil, sepeda motor, taksi, pick-up, bemo, maupun truk sudah menggunakan teknologi modern yang membuat lajunya cepat. Hanya saja, sepeda motor memiliki kekurangan yaitu pengendara akan terkena hujan karena tidak ada kerangka besi yang menutupinya. Berbeda dengan mobil yang juga bisa dilengkapi dengan AC (pendingin ruangan).

“Asap keluar dari knalpot dan membuat polusi udara meningkat,” jawab Sholikah Dinda Alfiyanti. Dari sini, siswa mengerti apa saja perubahan perilaku manusia dan teknologi, mobilitas manusia yang cepat akibat teknologi transportasi, serta kelebihan dan kekurangan pada teknologi transportasi. Kegiatan ini terinsipirasi setelah Ibu Hari mengikuti Pelatihan USAID PRIORITAS. “Dulu saya berpikir pembelajar aktif hanya diterapkan untuk pelajaran IPA saja. Namun ternyata pelajaran IPS pun memiliki tema-tema yang menarik untuk dipraktikkan oleh siswa,” terangnya.

Siswa juga diarahkan untuk membaca dengan cermat teks bacaan dengan topik perilaku manusia yang mempengaruhi lingkungan alam. Selanjutnya, guru menstimulasi pemahaman siswa dengan menanyakan informasi penting yang diperoleh dari bacaan tersebut. “Apa akibat adanya kendaraan bermotor di jalan raya?” tanya Ibu Hari.

Hasil pengamatan ditulis di lembar kerja.


131

Untuk membuat suasana yang lebih menarik, siswa menceritakan pengalamannya yang paling berkesan di luar kelas.

SDN Kuta Batee, Trienggadeng, Pidie Jaya, Aceh

Belajar Sejarah Berawal dari Pengalaman Siswa Oleh Nurhayati SPd MPd Guru SDN Kuta Batee Selama ini, pelajaran sejarah hanya dapat diingat oleh siswa karena hanya terfokus pada hafalan dan fakta kejadian sejarah. Kali ini saya melibatkan pengalaman siswa untuk mengantarkan mereka mampu menceritakan kembali materi sejarah yang sedang dipelajari dalam pembelajaran IPS kelas IV.

dan menceritakan kembali cerita tersebut secara bergilir selama beberapa menit. Setelah semua siswa mendapat giliran bercerita, siswa diminta untuk menulis satu cerita temannya yang paling berkesan bagi mereka dan memberikan tanggapan terhadap cerita tersebut. Pada akhir sesi pertama ini, beberapa siswa dalam kelompok memberi tanggapan dan solusi jika ada permasalahan sehingga timbul kepedulian antar sesama siswa.

Pada sesi pertama, saya mengajak siswa ke luar kelas dan membentuk siswa dalam kelompok. Mereka duduk melingkar di tempat yang nyaman dan tidak berisik. Siswa diminta untuk mengingat kembali peristiwa atau kejadian yang berkesan yang dialaminya

Sesi kedua, kami memulai inti pembelajaran dengan membacakan cerita sejarah perjuangan atau seorang tokoh sejarah. Dua orang siswa di setiap kelompok diberikan tugas secara bergantian untuk membaca dengan mimik dan gaya seolah-olah

132


sedang mengalami kejadian. Terlihat siswa lainnya menyimak dan sesekali mencatat hal-hal yang mereka anggap menarik. Usai bercerita di kelompok, siswa kembali ke dalam kelas untuk menuliskan rangkuman, tanggapan, dan hal-hal yang berkesan dari cerita sejarah yang mereka dengar. Kemudian setiap kelompok secara bergiliran membacakan hasilnya. Belajar sejarah yang dimulai dengan menceritakan kisah sejarah hidup siswa ini sangat menarik bagi siswa sehingga mereka dapat lebih memahami alur ceritanya. “Kami seolah-olah mengalami dan menyaksikan langsung kejadian sejarah bangsa seperti menceritakan pengalaman sejarah hidup kami sebelumnya,” kata salah seorang siswa. Selain menumbuhkan semangat cinta tanah air, metode pembelajaran seperti ini juga dapat menumbuhkan kepedulian terhadap sesama siswa dan melatih kemampuan komunikasi siswa.

PEMBELAJARAN TEMATIK

SDN 111 Inpres Polejiwa Maros, Sulawesi Selatan

Belajar Sumpah Pemuda Melalui Drama Gufron, siswa kelas III SDN 111 Inpres Polejiwa, Maros, bertindak memimpin sidang sumpah pemuda. Dia sedang menampung pendapat dari siswa yang lain yang bertindak sebagai pemuda-pemuda yang datang dari seluruh pelosok di Indonesia. Fadli, yang bertindak sebagai wakil ketua sidang, mengusulkan untuk memperteguh kesetiaan pada bangsa Indonesia, harus ada sumpah bersama.

Itu merupakan cuplikan drama yang diperankan oleh satu kelompok siswa kelas III SDN 111 Inpres Polejiwa ketika mengikuti pelajaran pendidikan kewarganegaraan dan seni budaya keterampilan yang diajarkan dengan pendekatan tematik. Tujuan pembelajaran adalah agar siswa mampu mengamalkan makna sumpah pemuda dan mengapresiasi karya seni musik.

Siswa yang lain mengusulkan redaksi sumpahnya, “Saya bersumpah bahwa tanah air saya adalah Indonesia.” Yang lain lagi mengusulkan untuk memperkokoh semua itu, mereka harus memiliki bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia.

Sebelum melakukan drama kecil itu, siswa mengamati tayangan dan gambar-gambar tentang kongres sumpah pemuda tahun 1928. Siswa diberikan lembar kerja untuk mengidentifikasi kejadian selama peristiwa sumpah pemuda.

Mereka saling mengusulkan isi sumpah dan setelah tersusun mereka ucapkan bersama-sama. Amin, yang berperan sebagai WR Supratman, memakai peci, membawa biola, dan memimpin menyanyikan lagu Indonesia raya.

Siswa secara berkelompok menuliskan jawaban di dalam lembar kerjanya, di antaranya menyusun teks sumpah pemuda, mengucapkan bersama-sama sumpah pemuda, dan menyanyikan lagu Indonesia raya. Mereka presentasikan hasil identifikasi tersebut di hadapan teman-temannya satu kelas.

Mereka semua bangkit dari tempat duduk yang telah ditata sedemikian rupa seakan-akan mereka sedang melakukan sidang betulan. Setelah selesai menyanyikan lagu kebangsaan, mereka bersama-sama berteriak “Merdeka”.

134

Guru kemudian membagikan skenario sumpah pemuda. Siswa dalam satu kelompok berlatih di mejanya masing-


masing menirukan skenario yang sudah dibagikan dan mengembangkan sendiri sesuai dengan kemampuannya. Kelas jadi gaduh karena mereka berlatih. Siswa yang sudah siap diminta guru maju ke depan dan menduduki meja kongres yang telah ditata di tengah ruangan. Mereka tetap memegang skenario yang sudah dibagi. Mereka yang hapal langsung bisa mengucap sendiri dengan bahasa sendiri dan mengembangkannya. Mereka yang tidak hafal sekali-kali melirik skenario. Siswa yang lain mengamati bagaimana penampilan dan isi sumpah pemuda. Kelas jadi tambah ramai karena suara lantang sumpah pemuda dan juga teriakan merdeka setiap selesai satu kelompok tampil. Setelah selesai melakukan drama kecil ini, mereka memberikan pendapat tentang penampilan teman-temannya dan juga isi kandungan dalam kongres itu. Surgawati, guru yang mengajar kelas III, memberikan penguatan terhadap pendapat-pendapat yang diberikan oleh siswa.

Amin (memegang biola), siswa SDN 111 Inpres Polejiwa, Maros, memimpin peserta kongres sumpah pemuda 1928 menyanyikan lagu Indonesia Raya. Dia dan teman sekelasnya sedang bermain drama pelaksanaan kongres sumpah pemuda tahun 1928.

Tematik

135

SDN Ciruas 4, Serang, Banten

Mengenal “Siapakah Aku” dengan Kartu Diri “Apa saja yang perlu disebutkan saat kalian berkenalan?” kata Ibu Ema, guru kelas II SDN Ciruas 4 sambil menunjukkan foto dua orang yang sedang bersalaman. Siswa pun bersahut-sahutan menjawab “Nama… Umur… Alamat rumah…” Masingmasing siswa bersahutan satu demi satu menjawab pertanyaan Ibu Ema. Ibu Ema mengapresiasi jawaban siswa dan mengulangi lagi jawaban siswa sebagai penegasan. Kemudian dia menginstruksikan kepada seluruh siswa tentang tugas membuat kartu diri. “Anak-anak, hari ini kita akan membuat kartu diri. Silakan kalian membuat kartu dari kertas yang ibu bagikan!” Setelah memberi instruksi, ia berkeliling kelas membagikan kertas buffalo warna-warni kepada setiap siswa. Kemudian ia membagikan lem, dan kertas origami ke sekelompok siswa, yang berjumlah 4-5 orang.

Siswa secara berkelompok sedang memperhatikan "Kartu Diri" yang sudah dibuat siswa lain yang ditempel di papan tulis.

136

“Sekarang ibu akan memperagakan pembuatan kartu diri. Silahkan ikuti ibu ya! Bagi kertas ini menjadi tiga bagian seperti ini!” Tampak setiap siswa sibuk membagi kertas buffalo yang dimilikinya seperti yang diperagakan. Ibu Ema memastikan dengan berkeliling dan memeriksa


siswa membuat kartu diri dengan baik. “Sekarang di muka depan ini,” katanya sambil menunjuk kartu diri sampul depan. “Silahkan sekarang buat kotak persegi untuk tempel foto!” Siswa pun melakukan tugasnya dengan baik. Ibu Ema pun meminta siswa mengeluarkan foto-foto yang dibawa. “Tempelkan pas foto kalian di sampul depan seperti ini!” serunya sambil menunjukkan contoh kartu diri salah seorang siswa. Begitu pun selanjutnya ia meminta siswa menuliskan profil diri nama, umur dan alamat di halaman sebaliknya. Pada halaman kedua, siswa diminta menempelkan foto keluarga seperti ayah, ibu, kakak atau adik serta menuliskan nama mereka. Pada halaman ketiga, siswa diminta menempelkan foto diri mereka yang lain dan menuliskan hobi mereka. Setelah semua siswa melengkapi kartu diri tersebut, perwakilan tiap kelompok membacakan di hadapan siswa lain. Kartu buatan siswa pun ditempel di dinding kelas dan dibaca oleh seluruh siswa secara bergantian.

Jam sarapan pagi, yang nomornya mengarahkan ke pertanyaan yang harus dijawab siswa.

gambar, tapi boleh juga berisi pernyataan dan pertanyaan yang mengharuskan siswa untuk menjawabnya. Salah satu contoh, jika pada gambar tersebut adalah gambar salah satu peninggalan sejarah, siswa harus memberikan komentar tentang gambar tersebut. 2. Bentuk Lingkaran

SDN No. 2 Maros, Sulawesi Selatan

Sarapan Pagi dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Oleh Hajerah Kadir Guru SDN No. 2 Maros Sarapan pagi yang dimaksudkan pada tulisan ini adalah sarapan pagi yang ada di kelas. Sarapan pagi berisi pertanyaan atau pernyataan ataupun gambar yang dapat mengingatkan siswa pada berbagai bahasan yang telah dipelajarinya. Sarapan pagi dilakukan pada saat siswa akan memulai pembelajaran hari itu. Adapun bentuk-bentuk dan cara menggunakan sarapan pagi sebagai berikut: 1. Bentuk persegi Bentuk ini berada di dekat pintu. Ketika siswa masuk kelas, mereka langsung memutar jam. Tujuannya, mengetahui pukul berapa siswa tiba di

kelas. Pada jam ini, terdapat nomor. Nomor tersebut adalah nomor absen pada daftar hadir mereka. Setelah memutar jam, mereka lalu menuju kotak kata dan yang telah disediakan berdasar mata pelajaran yang diajarkan hari itu. Jika saat itu belajar bahasa Indonesia, mereka mengambil beberapa kartu lalu menyusunnya menjadi kalimat. Jika siswa mengambil kotak awalan, siswa mencari kata dengan menggunakan awalan tersebut. Jika mengambil akhiran, siswa mencari kata berawalan sesuai awalan yang dipilihnya. Jika saat itu mereka belajar ilmu pengetahuan sosial, setelah memutar jam, mereka menuju kotak IPS dan mengambil beberapa gambar yang berhubungan dengan IPS. Bukan hanya

Sarapan pagi bentuk bentuk lingkaran, dapat diberi judul ”Roda Ajaib”. Lingkaran ini berisi pertanyaanpertanyaan yang harus dijawab siswa. Setiap siswa yang masuk kelas diharuskan memutar roda ajaib tersebut. Mereka menunggu sampai roda ajaib tersebut berhenti. Saat roda ajaib berhenti, siswa mengamati apa yang ditunjukkan oleh panah yang ada pada roda tersebut. Jika yang ditunjukkan adalah kata, mereka harus membuat kalimat dengan menggunakan kata tersebut. Jika yang ditunjukkan adalah sebuah kalimat, siswa harus menjelaskan kata yang ada pada kalimat tersebut. Tapi, sekali lagi, guru harus memperhatikan tingkatan kelas dari siswa. Demikian seterusnya. Namun, yang harus diketahui guru adalah materi yang disusun dalam sarapan pagi hendaklah materi yang telah didapatkan siswa atau materi yang mengarah pada materi yang akan diajarkan. Selain itu, guru boleh mengambil materi pengetahuan umum.

Tematik

137

Siswa melakukan pengenalan huruf dengan kartu bergambar.

SDN 24 Kalibone, Pangkep, Sulawesi Selatan

Mengenal Abjad Melalui Kartu Huruf Bergambar Oleh Satmalania SPd MPd Guru SDN 24 Kalibone Awal tahun pelajaran baru merupakan masa-masa sulit bagi siswa kelas I. Setiap siswa mengalami tingkat kesulitan yang berbeda-beda. Ada yang sulit beradaptasi dengan teman-teman barunya dan lingkungan sekolah. Ada pula yang sulit mengikuti kegiatan pembelajaran. Bagi sekolah pinggiran seperti sekolah kami, hal seperti itu tidak asing lagi karena setiap tahun sekolah kami menerima siswa yang sebagian besar tidak berasal dari TK. Hal ini merupakan tantangan besar bagi kami. Oleh karena itu, kami berusaha menemukan solusi untuk mengatasi masalah yang terjadi setiap tahunnya. Awalnya kami membantu siswa untuk mengenal huruf dengan

138

memperkenalkan huruf demi huruf sesuai urutan abjad. Namun, siswa sangat lamban untuk bisa mengerti dan membedakan huruf-huruf tersebut.

bermain. Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk pemanfaatan media pembelajaran yang dibuat sesuai dengan tingkat kemampuan siswa dan menuntut kreativitas guru.

Saya mulai dengan mencari gambargambar yang dekat dan dikenali siswa dengan memanfaatkan jasa Google. Selanjutnya saya buat kartu yang di dalamnya terdapat gambar dan huruf sesuai dengan huruf pertama dari nama gambar tersebut, misalnya: huruf a dilengkapi dengan gambar buah apel, huruf b yang dilengkapi dengan gambar bebek, dan seterusnya.

Media kartu huruf bergambar ini juga saya gunakan untuk memberikan bimbingan membaca permulaan untuk setiap kelompok sesuai dengan jadwal yang disepakati guru, siswa dan orangtua.

Media kartu huruf bergambar tersebut saya buat beberapa rangkap agar dapat digunakan secara serentak untuk setiap kelompok siswa. Setiap kelompok dapat melakukan kegiatan belajar mengenal huruf sambil


Langkah kegiatannya: 1. Siswa membentuk kelompok kecil yang terdiri dari 3-4 orang. 2. Guru menjelaskan cara menggunakan media tersebut (kartu huruf bergambar) 3. Guru mendemonstrasikan cara menggunakan kartu tersebut. 4. Guru menyebutkan salah satu

huruf, misalnya huruf b, maka siswa harus menemukan kartu huruf yang berisi gambar yang diawali dengan huruf b. 5. Selanjutnya setiap kelompok melakukan kegiatan nomor 4. Kegiatan nomor 4 dilakukan beberapa kali pertemuan sampai setiap siswa mengenal semua huruf.

Sebelum menggunakan media kartu huruf bergambar

Setelah menggunakan media kartu huruf bergambar

Jumlah siswa yang mengenal huruf pada bulan pertama sampai dengan bulan ketiga semester I Tahun Pelajaran 2014/2015 sebanyak 7 orang dari 32 siswa atau 22%. Pada akhir semester 1, siswa yang mampu membaca kata sebanyak 9 orang atau 28%

6. Pada kegiatan selanjutnya, guru menyebutkan satu kata, misalnya “baca” kemudian meminta setiap kelompok mengambil kartu huruf b, a, c, dan a sesuai kata yang disebutkan oleh guru.

Jumlah siswa yang mengenal huruf pada bulan pertama sampai dengan bulan ketiga semester I Tahun Pelajaran 2015/2016 sebanyak 9 orang dari 20 siswa atau 45 %. Pada akhir semester 1, siswa yang mampu membaca kata dan kalimat sederhana sebanyak 12 orang atau 60%

7. Siswa secara berkelompok menyusun kartu huruf tersebut sehingga membentuk kata “baca” 8. Siswa mengamati kartu yang telah disusun kemudian membacanya. Media kartu huruf bergambar ini sangat tepat digunakan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar, khususnya kesulitan membaca. Selain itu, siswa juga merasa senang belajar karena dilakukan sambil bermain Efektifitas penggunaan kartu Huruf Bergambar ini bisa dilihat dalam tabel berikut:

Siswa sedang menggunakan kartu huruf bergambar.

Tematik

139

Siswa yang menjadi model menghadap ke arah timur atau arah matahari terbit.

SDN Gentan 03 Susukan, Jawa Tengah

Siswa Sebagai Model untuk Mengenal Arah Mata Angin dan Menceritakan Letak Sekolah Oleh Siti Robiatul Karimah SPd Guru SDN Gentan 03 Untuk menanamkan konsep arah mata angin, siswa akan lebih mudah memahami materi pelajaran yang dilakukan secara konkret. Untuk itu saya mengajak siswa kelas IV belajar di luar kelas praktik menentukan arah mata angin. Saya menunjuk salah seorang siswa menjadi model untuk belajar arah mata angin, dan siswa lain mengamati. Siswa yang menjadi model saya minta menghadap matahari terbit, saya menjelaskan arah matahari terbit adalah arah timur. Sementara arah yang di belakang siswa adalah arah barat.

140

Untuk menjelaskan arah utara dan selatan, saya memandu siswa yang menjadi model masih menghadap timur untuk merentangkan kedua tangannya, saya menjelaskan tangan sebelah kiri adalah arah utara, dan tangan sebelah kanan adalah arah selatan.

“Matahari terbit dari arah timur.” Arah belakang siswa adalah arah barat siswa mengucapkan bersama-sama, “Di belakangku arah barat” Langkah selanjutnya guru mengajak siswa merentangkan kedua tangan dengan posisi masih menghadap arah timur.

Lalu saya mengajak seluruh siswa yang tadi hanya mengamati, menuju ke halaman sekolah. Guru memandu gerakan siswa untuk menirukan gerakan yang telah dimodelkan salah seorang siswa.

Pada tangan sebelah kiri adalah arah utara siswa mengucapkan bersamasama, “Tangan kiri arah utara.” Sedangkan tangan sebelah kanan adalah arah selatan. Siswa mengucapkan bersama-sama, “Tangan kananku arah selatan”.

Siswa diajak melihat dan menghadap langsung matahari terbit di pagi hari. Siswa bersama-sama mengucapkan,

Untuk menguji pemahaman siswa, guru membuat permainan tebaktebakan tentang arah mata angin.


Caranya, guru mengucapkan arah utara, selatan, timur dan barat, lalu siswa menunjukkan arah secara bersama-sama. Permainan tebak-tebakan arah mata angin dilanjutkan dengan guru menunjuk arah utara, selatan, timur, dan barat, sementara siswa menebak dengan mengucapkan arah dengan tepat. Lalu guru menguji siswa secara individu. Siswa diminta menunjuk arah yang diucapkan guru. Ternyata siswa benar-benar dapat menunjuk arah dengan tepat, siswa dapat memahami materi arah mata angin.

ditulis arah timur kemudian arah kebalikannya ditulis arah barat selanjutnya sebelah kiri atau atas kertas ditulis arah utara dan di bawah kertas ditulis arah selatan. Kegiatan siswa selanjutnya untuk merangkai puzzle gedung sekolah kemudian menempelkannya di tengah kertas. Siswa berkreasi dengan potongan kertas untuk merangkai bendera, taman sekolah kemudian ditempel untuk menghiasi gambar sekolah. Selesai menempel guru mengajak siswa untuk menceritakan lingkungan

sekolah dan batas–batasnya. Setelah mengemukakan secara lisan kemudian guru membimbing siswa menceritakan batas-batas sekolah dituangkan dalam bentuk tulisan dengan kalimat-kalimat mereka sendiri. Pada kegiatan akhir guru memberi penguatan tentang empat arah mata angin yaitu timur, barat, utara dan selatan juga letak sekolah dan batasbatasnya. Kegiatan refleksi pembelajaran guru bertanya apakah siswa merasa senang dengan pembelajaran pada pagi ini? Ternyata siswa merasa senang.

Untuk mengembangkan materi arah mata angin, guru mengaitkannya dengan lokasi sekolah. “Batas timur sekolah ada tempat apa?” Siswa menjawab, ”Sawah”. “Batas selatan sekolah ada tempat apa?” “Sawah”. “Batas utara sekolah ada tempat apa?” “Lapangan”. “Batas barat sekolah ada tempat apa?” “Batas sebelah barat ada sekolah TK”. Selanjutnya siswa diajak untuk masuk ke kelas. Guru sudah menyediakan kertas kosong dan kertas puzzle bergambar sekolah dan matahari. Puzzle ini berupa potongan kertas warna-warni untuk menempel. Terlebih dulu guru membimbing siswa menulis arah timur, barat, selatan dan utara di kertas putih. Siswa merangkai bentuk matahari terbit kemudian menempelkan di kertas di bawahnya

Puzzle gambar sekolah, arah mata angin dan cerita letak sekolah.

Tematik

141

Siswa merangkai mobil mobilan dan menjadikannya media untuk mengetahui sebab benda bergerak dan tak bergerak.

SD Muhammadiyah, Wajo, Sulawesi Selatan

Buat Mobil-mobilan untuk Belajar Matematika dan IPA Oleh Hastuti Guru SD Muhammadiyah Pada pembelajaran tematik IPA dan matematika kelas 1 dengan KD membilang banyak benda dan membedakan benda yang mudah bergerak dengan yang sulit bergerak melalui percobaan, saya mengarahkan siswa membuat mobil-mobilan. Percobaan dimulai dengan mengambil semua alat dan bahan dan meminta semua siswa bersama-sama dan kemudian secara individu menghitungnya. Untuk menguatkan pembelajaran sebelumnya, mereka juga ditanya bentuk-bentuk benda yang dibawa. Bahan-bahan yang dibawa adalah tempat sabun mandi bekas, lidi, dan sandal jepit. Secara berkelompok, mereka membuat mobil-mobilan dari bahan tersebut. Tempat sabun mandi

142

bekas dilubangi, sandal jepitnya dijadikan ban mobil, dan lidi dijadikan sebagai as. Setelah siswa selesai membuatnya, guru bertanya, “Benda apa yang telah kalian rangkai? Apakah benda yang kalian buat bisa bergerak? Apakah benda yang kalian buat sulit bergerak atau mudah bergerak? Bagaimanakah cara kalian menggerakkan benda itu?” Pertanyaan itu dijawab oleh siswa yang ditunjuk. Setelah itu, siswa diminta untuk meletakkan mobil tersebut di lantai. Mereka membuat pengamatan mengapa mobil itu bisa bergerak dan tidak bergerak. Untuk itu, mereka mendorongnya, menariknya, meletakkan di tempat yang agak turun, dan melepaskan bannya. Di dalam kelompok, siswa difasilitasi


mendiskusikan sebab-sebab benda bergerak dan sebab-sebab benda tak bergerak dan kemudian mempresentasikannya. Kelompok yang lain difasilitasi untuk menanggapi. Kegiatan ditutup dengan membagikan tugas individu membilang urut dengan menarik garis mulai angka 20-50 hingga membentuk gambar mobil. Dengan pembelajaran ini, siswa dapat mengetahui bahwa meskipun sebuah mobil tidak mempunyai bahan bakar, mobil tersebut masih bisa bergerak karena memiliki ban, adanya dorongan dan tarikan, serta bidangnya turun. Siswa juga bisa mengurutkan bilangan dan lebih jauh menguatkan pengetahuan tentang bangun yang sudah diajarkan sebelumnya.Siswa juga diberi tugas menarik garis pada titik berbentuk angka secara berurutan kemudian mewarnainya. Sebenarnya, untuk efesiensi waktu, bisa saja kita menggunakan mobil mainan yang dibeli. Namun, untuk menumbuhkan kreativitas siswa sambil belajar menghitung secara langsung benda-benda, cara ini bisa dilakukan.

PEMBELAJARAN INKLUSIF

GPK sedang mengobservasi perkembangan ABK. Dalam observasi ini, orang tua biasanya dihadirkan untuk mengetahui perkembangan anaknya.

SDN Giwangan,Yogyakarta

Kerja Sama Efektif GPK, Guru Kelas, dan Orang Tua dalam Pendidikan Inklusif SDN Giwangan merupakan salah satu sekolah penyelenggara pendidikan inklusif terlama di Yogyakarta. Sekolah ini merupakan mitra Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) terkait program kemitraan dengan USAID PRIORITAS untuk meningkatkan mutu sekolah mitra LPTK. Ada 19 siswa ABK (anak berkebutuhan khusus) yang tersebar di semua kelas. “Siswa ABK yang belajar di sekolah ini kebanyakan ABK dengan ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder atau gangguan pemusatan perhatian/konsentrasi dan hiperaktif),

144

tuna daksa, tuna grahita, dan autis,” kata Jubaidi, Kepala SDN Giwangan. Para guru kelas di sekolah ini juga telah mendapatkan pelatihan dari USAID PRIORITAS. Mereka dilatih mengelola pembelajaran yang memperhatikan perbedaan individu siswa dan penerapan PAKEM. Saat ini di SDN Giwangan ada delapan orang GPK (Guru Pendamping Khusus), satu orang GPK dibantu dari Dinas Pendidikan Provinsi DIY, dua orang GPK dibiayai dari Bosda kota, dan lima orang GPK dibiayai oleh


orang tua murid yang mampu. Sekolah juga memiliki forum inklusif orang tua siswa ABK. Pihak sekolah dan orang tua rutin mengadakan pertemuan untuk mendiskusikan tentang manajemen sekolah dan kendalakendala dalam pengelolaan pendidikan inklusif. Berikut adalah beberapa strategi pembelajaran yang diterapkan sekolah dalam memfasilitasi ABK, terutama yang melibatkan kerja sama GPK, guru kelas, dan orang tua: 1. Integratif, siswa ABK dan nonABK

ber-baur belajar bersama dalam satu kelas. 2. GPK membimbing ABK di kelas agar bisa belajar bersama siswa nonABK dengan nyaman, dan sebaliknya. 3. Setiap Jum'at dan Sabtu, siswa ABK belajar di ruang inklusif/ruang sumber untuk melihat perkembangan belajar siswa ABK. 4. Sekolah mendatangkan psikolog setiap Kamis. Jika ada siswa ABK yang membutuhkan terapi, bisa langsung diterapi. 5. Para guru GPK rutin saling bertemu untuk berbagi pengalaman dalam membimbing siswa ABK. 6. GPK menyusun program pembelajaran individual (PPI) berdasarkan hasil asesmen kompetensi dan diserahkan kepada guru kelas. PPI yang sudah disusun dikirim ke Dikpora untuk mendapat masukan. 7. Kepala sekolah, guru kelas, dengan GPK setiap tahun bertemu mengevaluasi PPI, untuk mengetahui perkembangan dan masalah yang dihadapi. 8. GPK mendapat honor setiap bulan dari sekolah dan dari dinas pendidikan kota. 9. Orang tua siswa bisa langsung berkomunikasi dengan GPK untuk mengetahui perkembangan dan kendala yang dialami oleh anaknya. Untuk proses evaluasi siswa ABK

dilakukan dengan cara sebagai berikut. (1) GPK bekerja sama dengan guru kelas dengan memberikan tugas bersama; (2) ABK yang tidak mempunyai GPK akan ditanyakan langsung ke guru kelas; (3) UTS dan UAS diserahkan ke GPK; (4) Untuk ABK tuna grahita, low vision, dan autis, soalnya dibuat khusus oleh GPK.

Para siswa ABK sedang belajar membuat mozaik di ruang sumber yang didampingi GPK.

Inklusif

145

SDN Punten 02 Batu, Jawa Timur

Dampingi Siswa ABK dengan Kartu Gambar

Ibu Azizah membimbing siswa ABK belajar membaca dengan menggunakan kartu huruf buatannya.

Ibu Qoriatul Azizah, Fasilitator daerah dan guru SDN Punten 02 Batu ini baru saja mendapatkan penghargaan guru berprestasi III Provinsi Jatim 2016. Terpilih menjadi fasilitator dan mengikuti sejumlah pelatihan yang diselenggarakan oleh USAID PRIORITAS diakuinya memberi peran yang besar dalam kemenangannya. “Saya mendapat banyak ilmu setelah ikut pelatihan USAID PRIORITAS, salah satunya adalah melaksanakan pembelajaran yang melayani perbedaan individu di kelas,” terangnya, Kebetulan di kelasnya yakni kelas IV ada dua anak berkebutuhan khusus (ABK) lambat belajar. Dibutuhkan keahlian dan kesabaran yang ekstra untuk menangani siswa ABK sehingga pembelajaran tetap berjalan normal

146

dan siswa dapat mengikuti pembelajaran. Ibu Azizah punya beberapa strategi khusus, salah satunya adalah membuat beragam kartu gambar dan kartu huruf. Saat kedua siswa tersebut tidak paham dengan pembelajaran yang disampaikannya, Ibu Azizah membuat gambar di kartu dan digunakan untuk mengajar membaca kepada siswa ABK. Mereka juga lebih mudah mengeja dan memahami tulisan saat Ibu Azizah menyodorkan kartu huruf. Hasilnya, kedua siswa tersebut bisa mengikuti pembelajaran. Strategi penanganan siswa ABK yang berbeda dengan yang lain inilah yang dianggap oleh tim juri guru berprestasi menjadi sesuatu yang menarik, dan Ibu Azizah meraih peringkat ketiga.


Kartu huruf khusus dibuat sebagai media belajar siswa ABK yang dibuat oleh Ibu Azizah dari CD bekas.

Ibu Murni (kiri), guru SDLB Maccini mendampingi Nur Hidayah, siswa ABK dengan downsyndrome, belajar membaca dengan buku berjenjang.

SDLB Macini Baji Maros, Sulawesi Selatan

Buat Siswa ABK Jadi Lancar Membaca SDLB Maccini Baji, Maros, adalah salah satu sekolah nonmitra yang mendapat bantuan 600 buku bacaan berjenjang. Ibu Murni, salah seorang guru SDLB tersebut, rutin menggunakan buku bacaan berjenjang untuk mendampingi siswanya yang berkebutuhan khusus belajar membaca. Seperti saat dia membimbing membaca Nurhidayah, siswa downsyndrome yang sudah bisa mengeja huruf per huruf. Dengan

memakai buku jenjang 1A, dia membimbing siswanya membaca dan menghitung jumlah serangga yang ada dalam gambar. Sekarang Nurhidayah dapat menyebut kata dengan benar dan menghitung jumlah semut yang ada dalam gambar.

tinggal kelas sehingga membutuhkan bimbingan khusus. Sarianah sangat bangga dan terharu bisa membuatnya lancar membaca. “Buku bacaan berjenjang menjadi media yang efektif untuk membantu siswa ABK belajar membaca,” katanya.

Guru lainnya, Ibu Sarianah, juga berhasil membuat Ade Rezki Ramadhan, siswa yang juga downsyndrome berhasil lancar membaca. Ade sebelumnya dipindahkan dari SD karena selalu

Inklusif

147

Guru memberikan bimbingan pada siswa ABK secara perorangan di luar jam belajar.

MI Islamiyah Alwathaniyah Jombang, JawaTimur

Pilih Pertahankan ABK MI Islamiyah Alwathaniyah, merupakan satu di antara madrasah mitra USAID PRIORITAS di Kabupaten Jombang. Madrasah ini memiliki tiga program pembelajaran, yaitu kelas regular, kelas internasional, dan kelas inklusif. Madrasah juga menyediakan seorang native speaker untuk meningkatkan kualitas bahasa Inggris siswa dan pengajar di kelas internasional. Madrasah ini memiliki 253 siswa, yang 26 siswa di antaranya termasuk dalam kategori ABK. Kekhususan yang dimiliki diantaranya 1 siswa dengan gangguan pendengaran, 8 siswa hiperaktif, dan 17 siswa lambat belajar. Abd. Fattah SS, sang kepala madrasah

148

yang masih muda dan energik, pernah belajar tentang pendidikan inklusif selama 6 bulan di Sekolah Madania Parung Bogor yang berada di bawah naungan Universitas Paramadina. Penerapan sistim pendidikan inklusif sudah mulai dari pendaftaran. Siapa pun anak yang mendaftarkan diterima semua selama masih ada tempat. Setiap orang tua yang datang mendaftarkan anaknya akan mengikuti proses wawancara bersama anaknya. Hal ini untuk mengetahui peta kemampuan anak sehingga madrasah dapat menentukan kebijakan dan strategi pembelajaran yang sesuai bagi anak. Dengan demikian diharapkan setiap anak dapat memperoleh layanan


pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhannya. Strategi yang diterapkan madrasah ini dalam melayani pembelajaran siswa ABK antara lain: 1. Proses pembelajaran di kelas 1 – III dibimbing oleh dua orang guru dengan model team teaching. Seorang guru menyampaikan materi untuk semua siswa dan guru lainnya bertugas mendampingi siswa ABK agar bisa mengikuti proses belajar. 2. Ada sesi parenting untuk orang tua siswa ABK. Mulai awal masuk madrasah dan 6 bulan berikutnya, orang tua mendapat pendampingan melalui paguyuban kelas. Tujuannya agar terjadi

pemahaman yang sama antara pihak madrasah dengan orang tua siswa. 3. Adanya buku komunikasi yang menjadi media penghubung antara guru dengan orang tua ABK. Guru dan orang tua bisa mengetahui perkembangan ABK, baik di rumah maupun di madrasah. Hal ini untuk mempermudah dalam menentukan tahapan bimbingan selanjutnya.

Menurut pertimbangannya, siswa yang normal bisa dengan mudah mencari madrasah lain, sedangkan siswa ABK akan mengalami kesulitan mencari madrasah karena tidak setiap madrasah bisa menerima mereka. Seiring waktu dan setelah mengetahui dampak positif program madrasah tersebut, orang tua kini bisa menerimanya. Madrasah juga mengikutsertakan siswa ABK dalam kejuaraan sampai

tingkat nasional. Pada saat acara Joyful camp yang diikuti oleh sekolah internasional seluruh Indonesia pada bulan Desember 2015, madrasah ini mendapat 9 tropi dan 2 di antaranya diraih oleh ABK nama Gunawan Syahputra, siswa ABK hiperaktif dan lambat belajar juara 2 dalam lomba matematika kelas V, dan Muhammad Roudlatul Hidayat, siswa ABK keterbatasan penglihatan juara I dalam lomba story telling kelas VI.

4. Madrasah juga menyediakan kelas khusus untuk pelajaran tambahan bagi ABK dan siswa lain yang kesulitan maupun ketinggalan pelajaran. 5. Ada program pengembangan bakat anak sesuai dengan bakat dan minat setiap siswa. Ada peristiwa menarik yang membuktikan komitmen kepala madrasah terhadap layanan pembelajaran bagi siswa ABK. Pada saat orang tua mengetahui bahwa madrasah menerima siswa ABK, banyak orang tua yang belum memahami ABK dan pendidikan inklusif, mengancam akan memindahkan anaknya. Namun kepala madrasah lebih memilih mempertahankan ABK.

Adelia Permata Agustin, siswa ABK lambat belajar juara 3 dalam lomba story telling yang diselenggarakan madrasah pada acara Milad ke 70 untuk memupuk dan meningkatkan keberanian siswa.

Inklusif

149

Siswa melakukan observasi diluar kelas untuk mengidentifikasi ekosistem alami dan buatan yang ada di lingkungan kelas mereka.

MIN Sumurrejo, Semarang, Jawa Tengah

Membantu Pemahaman Siswa ABK Melalui Cerita Bergambar Mengawali kegiatan pembelajaran pagi itu Ibu Fitriyah Widihastuti SPd, guru kelas V bertanya jawab tentang bagaimana menjaga alam, melestarikan alam dan pencegahan agar keseimbangan alam terjaga. “Selain memberi makan hewan ternak, membersihkan kandang, memupuk tumbuhan memanen buah ketika matang, dan menanami pekarangan yang kosong, apa yang dapat dilakukan untuk menjaga dan melestarikan alam?' tanya saya. Sontak siswa berebut menjawab dengan mengangkat tangan. Cwan Zaki menjawab, “Menjaga lingkungan dengan berbergotong royong setiap hari minggu pagi dengan membersihkan selokan, dan memangkas pohon lebat dipinggir jalan.” Fatimah Azzahra, menjawab Ia memberikan vitamin pada sapi ternaknya agar tidak terserang penyakit. Dan ia memisahkan sampah

150

organik dan anorganik di rumahnya. Namun terlihat empat anak yaitu Rama, Kholid, Riski dan Reno belum terlihat aktif mengangkat tangan untuk menjawab. Empat anak ini merupakan anak yang tergolong spesial. Mereka memerlukan perhatian lebih untuk belajar. Melihat hal tersebut saya memberikan kesempatan kepada Rama untuk mencoba menjawabnya. “Rama pernah melakukan apa untuk menjaga lingkungan?” tanya saya. “Saya tidak mau di antar ayah naik motor ke sekolah,” jawab Rama. “Mengapa tidak mau, bukannya lebih cepat sampai di sekolah?” selidik saya. Rama dengan cepat menjawab, “Karena asap motor mengakibatkan polusi udara, Bu.” “Oh, begitu.. Kamu anak yang pandai. Memang polusi udara akan mengakibatkan kerusakan lingkungan. Sekarang ibu akan mengajak kalian semua untuk belajar tentang


perubahan alam yang terjadi karena kegiatan manusia. Kegiatan tersebut dilakukan di luar kelas. Sehingga saya berpesan agar siswa bersikap sopan di lingkungan”, jelas Bu Fitri. Kemudian saya membagikan lembar kerja yang berisi tentang kegiatan manusia yang merusak keseimbangan alam. Siswa bertugas mengidentifikasi kegiatan manusia yang merusak keseimbangan alam yang mereka temukan di lingkungan sekolah. Siswa berjalan keluar gerbang sekolah ke arah perkampungan desa dengan mengamati dan menuliskan kegiatan manusia yang merusak keseimbangan alam. Kegiatan ini berlangsung selama 20 menit. Setelah selesai siswa masuk kembali ke kelas kemudian berdiskusi dengan kelompoknya untuk menuliskan temuannya. Secara bergantian ketua kelompok membacakan hasil diskusi. Hal-hal yang dibacakan tersebut di tulis oleh guru

tentang perubahan alam yang terjadi karena kegiatan manusia. Secara klasikal siswa membuat simpulan dengan bantuan guru tentang perubahan alam yang terjadi karena kegiatan manusia. Selama 15 menit kegiatan ini berlangsung. Kemudian saya bertanya, Apakah akibat dari kegiatan manusia tersebut? Bagaimana cara mencegah/mengatasi ulah manusia merusak keseimbangan alam?” Siswa secara bergantian mengangkat tangan menjawab. Guru membantu siswa menuliskan peta konsep akibat kegiatan manuasia terhadap alam. Peta konsep cara mencegah kegiatan manusia agar alam tidak rusak. Secara bergantian siwa menuliskan akibat dari kegiatan manusia dan cara mencegahnya. Dari peta konsep tersebut siswa membuat cerita bergambar tentang mengenal perubahan alam yang terjadi karena kegiatan manusia. Kegiatan berlangsung selama 30 menit. Walaupun tidak pernah mengangkat tangan untuk menjawab pertanyaan guru, Rama bersemangat mencurahkan pikirannya dalam cerita bergambar tentang perubahan alam yang terjadi karena kegiatan manusia. Tampak sesekali Rama meminjam crayon ke teman sebangku. Tetapi ia menunduk dan sibuk dengan goresan pensilnya. Apa yang ia alami saat berjalan mengelilingi lingkungan

madrasah. Rama adalah siswa yang bersemangat dalam belajar walaupun termasuk katagori siswa yang lambat membaca. Tetapi ia mampu menceritakan apa yang ia amati. Saat diberikan kesempatan untuk menceritakan hasil karyanya Rama nampak tenang maju ke depan kelas. Berdiri di samping saya melihat Rama berusaha membacakan sekuat tenaganya dengan apa yang telah digoreskan di cerita bergambar. Menunggu kata demi kata Rama membacakannya, suasana kelas menjadi hening. “Ada banyak sampah yang dibuang sembarangan. Lingkungan jadi kotor dan tidak indah,” kata Rama terbatabata. Teman-temannya bertepuk tangan setelah Rama menyelesaikan ceritanya. Pada dasarnya, Rama, siswa yang berkebutuhan khusus adalah sama dengan yang lain. Hanya saja ia membutuhkan waktu lebih lama dalam memahami sesuatu. Jika anak biasa yang mengalami membutuhkan waktu cepat dalam pemahaman tetapi anak yang berkebutuhan khusus membutuhkan waktu dan pengulangan menuliskan apa yang di pelajari.

Salah satu cerita bergambar hasil karya siswa tentang penyebab rusaknya ekosistem alami.

Sebagai guru di setiap jenjang pasti menemukan anak yang berkebutuhan khusus di setiap kelas. Kita tidak boleh mengabaikan mereka karena mereka juga ingin belajar. Keberadaan mereka menunjang kinerja guru karena ada tantangan yang harus dihadapi. “Ibu besok-besok pelajarannya membuat cerita bergambar lagi ya,” pinta Rama di akhir pelajaran.

Inklusif

151

Bapak Sadang sedang mendampingi Aliya, siswa ABK dari SDN Campaka 3 Tangerang, saat pembelajaran di kelas.

SDN Campaka 3 Tangerang, Banten

Dia Hanya Ingin Dimengerti Tampak tidak ada yang berbeda dengan postur tubuh siswa kelas IIU SDN Campaka 3. Namanya Aliya, begitu dia dipanggil para guru dan siswa lain di SDN Campaka 3. Bapak Sadang Saputra, guru kelas III menyebutkan bahwa Aliya adalah siswa yang berkebutuhan khusus. “Dari 46 siswa yang saya ampu, hanya Aliya yang memiliki perlakuan dan perhatian khusus dari saya,” tutur Sadang sambil mengamati perilaku Aliya dari kejauhan.

152

Saat mendapatkan kunjungan dari tim USAID PRIORITAS ke sekolah tersebut, Aliya tampak bersemangat untuk ikut serta memamerkan karya sablon yang dibuatnya. Bapak Sadang mengatakan bahwa sekolah tersebut mengajari keterampilan sablon sebagai bentuk kreativitas siswa. Secara umum, dia tidak membedakan kemampuan dan perlakuan antar siswa, bahkan ia cenderung sabar dan menyesuaikan kondisi Aliya. “Sebenarnya Aliya mampu mengikuti


pembelajaran dengan baik, terbukti ia memiliki nilai yang lumayan bagus,” kata Bapak Sadang menjelaskan kondisi Aliya, “Hanya saja, sebagai guru, kita perlu mengerti bila tiba-tiba ia menangis tak terduga atau mengompol di kelas. Jika Aliya tertidur maka kami memindahkannya ke sudut kelas yang menjadi pojok baca. Di pojok baca, ada karpet sehingga membuat Aliya nyaman.” Perhatian khusus tersebut, membuat Aliya nyaman dalam mengikuti pembelajaran dengan teman-teman sekelasnya.

USAID PRIORITAS Ratu Plaza Office Tower Lt. 25. Jl. Jenderal Sudirman Kav 9, Jakarta-10270 Telp: (021) 722 7998 Fax: (021) 722 7978 email: [email protected] www.prioritaspendidikan.org

MI. Praktik yang Baik - Edisi II

Recommend Documents