Pembelajaran Praktik-Praktik Baik Rehabilitasi Fisik Di Provinsi Aceh - Indonesia
Kontributor Tim Handicap Interna onal Indonesia, Tim Proyek Rehabilitasi Fisik - Handicap Interna onal Aceh Site, Rehabilitasi Fisik Advisor Handicap Interna onal, Pemerintah Daerah dan Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh, Kabupaten Aceh Besar, Aceh Tengah, Bener Meriah, Bireuen, Pidie Jaya, Lhoksemawe dan Aceh Utara, Pemerintah Daerah dan Dinas Kesehatan Propinsi Aceh, Seluruh Puskesmas di wilayah intervensi, Rumah Sakit Umum Daerah dan Propinsi, dan seluruh pihak yang terlibat dalam studi pembelajaran.
Tulisan ini merupakan dokumentasi pembelajaran pelayanan rehabilitasi fisik yang dilakukan oleh Handicap Internasional di Provinsi Aceh, Indonesia, 2010 - 2013
Dokumen pembelajaran ini diproduksi dengan bantuan dana dari Ministere Des Affaires Etrangeres - Luxembourg (MAE-Luxembourg) di bawah proyek “Peningkatan Akses bagi Penyandang Disabilitas kepada Layanan Rehabilitasi di 8 Kabupaten di Provinsi Aceh”. Isi dari publikasi ini adalah hak milik Handicap Internasional dan dak mencerminkan pandangan dari MAE-Luxembourg.
Diterbitkan dan Dicetak oleh Handicap Interna onal Indonesia - Timor Leste Program Jl. Prawirotaman III No.669 A, Brongtokusuman, Mergangsan, Yogyakarta INDONESIA - 55153 Tel : +62274 376107 Fax : +62274 382262 Web : www.handicap-interna onal-indonesia.or.id
Pembelajaran : Pelayanan Rehabilitasi Fisik di Puskesmas, Provinsi Aceh
DaŌar Akronim dan Abreviasi
ii
APBD ASI AFB BAPEDA BUMN Bides DinKes DinSos DPO DBD EUR FGD HI IBI IFI JKA Jamkesmas Jamkesos KK KTP KB KLB KIA Lansia MAE-Luxembourg MoU MDGs Menkes Puskesmas RSUD RSUP RSUDZA RSIA SK SD SJSN SWOT TB TBA ToT TKSK UNCRPD UCI WCPT WHO
: Anggaran Pendapatan Belanja Daerah : Air Susu Ibu : Acute Flacis Paralysis : Badan Pembangunan Daerah : Badan Usaha Milik Negara : Bidan Desa : Dinas Kesehatan : Dinas Sosial : Disable People Organiza on : Demam Berdarah Dengue : Euro : Focus Group Discussion : Handicap Interna onal : Ikatan Bidan Indonesia : Ikatan Fisioterapi Indonesia : Jaminan Kesehatan Aceh : Jaminan Kesehatan Masyarakat : Jaminan Kesehatan Sosial : Kartu Keluarga : Kartu Tanda Penduduk : Keluarga Berencana : Kejadian Luar Biasa : Kesehatan Ibu dan Anak : Lanjut Usia : Ministere Des Affaires Etrangeres - Luxembourg : Memorandum of Understanding : Millenium Development Goals : Kementrian Kesehatan : Pusat Kesehatan Masyarakat : Rumah Sakit Umum Daerah : Rumah Sakit Umum Propinsi : Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Arifin : Rumah Sakit Ibu dan Anak : Surat Keputusan : Sekolah Dasar : Sistem Jaminan Sosial Nasional : Strength-Weakness-Opportunity-Threat : Tubercolusis - TB Bakteri : Training of Trainer : Tenaga Kerja Sosial Kecamatan : United Na on on the Rights of Persons with Disabili es : Universal Child Immuniza on : World Confedera on for Physical Therapy : World Health Organiza on
Lembar Kontribusi dan Penerbitan ......................................................................... Akronim dan Abreviasi ............................................................................................ Da ar Isi ................................................................................................................. PROYEK REHABILITASI FISIK HANDICAP INTERNATIONAL INDONESIA - PROVINSI ACEH, 2010-2013 BAB I - Presentasi Proyek .................................................................................. 1.1. Ak fitas Handicap Interna onal di Indonesia ................................................ 1.2. Kegiatan Yang Berkaitan Dengan Rehabilitasi Fisik ........................................ 1.3. Wilayah Intervensi ......................................................................................... 1.4. Mitra Lokal dan Pemangku Kepen ngan ........................................................ 1.5. Capaian Utama ............................................................................................... 1.6. Pelajaran Yang Dipe k Dari Proyek ................................................................ REHABILITASI FISIK DI INDONESIA BAB II - Rehabilitasi Fisik di Indonesia ............................................................... 2.1. Definisi Rehabilitasi Fisik Secara Umum ......................................................... 2.2. Definisi Rehabilitasi Fisik dan Layanan Fisioterapi di Indonesia ..................... 2.2.1. Definisi Rehabilitasi Fisik ...................................................................... 2.2.2. Definisi Layanan Fisioterapi .................................................................. 2.3. Rehabilitasi Fisik Dalam Sistem Kesehatan di Indonesia ................................ 2.3.1. Organisasi Sistem Kesehatan di Indonesia ........................................... 2.3.2. Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten ............................................... 2.3.3. Rehabilitasi Fisik di Puskesmas ............................................................. TANTANGAN REHABILITASI FISIK DI INDONESIA BAB III - Tantangan Umum Pelayanan Rehabilitasi Fisik di Indonesia ................. IMPLEMENTASI DAN PENDEKATAN PROYEK BAB IV - Pendekatan Proyek dan Implementasi ................................................. 4.1. Pendekatan Handicap Interna onal Dalam Rehabilitasi Fisik ........................ 4.2. Adaptasi Terhadap Kebutuhan dan Tantangan dari Penerima Manfaat di Propinsi Aceh ................................................................................................. 4.3. Penguatan Akses Rehabilitasi Fisik Dalam Sistem Pemerintahan ................... 4.4. Strategi Implementasi .................................................................................... PRAKTIK-PRAKTIK BAIK LAYANAN REHABILITASI DI PROVINSI ACEH BAB V - Dokumentasi PrakƟk Baik ..................................................................... 5.1. Metodologi ..................................................................................................... 5.2. Prak k-Prak k Baik 5.2.1. Prak k Baik 1 Advokasi Untuk Akses Kesehatan Bagi Penyandang Disabilitas ........... 5.2.2. Prak k Baik 2 Studi Kasus Rehabilitasi Fisik ................................................................ 5.2.3. Prak k Baik 3 Mekanisme Solidaritas Masyarakat ..................................................... Illustrasi Bahasa Isyarat ....................................................................................
i ii iii
1 1 1 3 4 5 11 13 13 14 14 15 16 16 16 19 23 27 27 28 29 30 37 37
37 51 53 69
Pembelajaran Praktik-Praktik Baik Rehabilitasi Fisik di Provinsi Aceh - Indonesia
DaŌar Isi
iii
Pembelajaran : Pelayanan Rehabilitasi Fisik di Puskesmas, Provinsi Aceh
iv
Proyek Rehabilitasi Fisik Handicap Internasional Indonesia Propinsi Aceh, 2010 - 2013
I.1 AkƟfitas Handicap InternaƟonal di Indonesia Handicap Interna onal (HI) sudah bekerja di Indonesia sejak tahun 2005 untuk mendukung pemenuhan hak akan kesehatan dan sosial, yang mendukung par sipasi penyandang disabilitas dan isu-isu di dalamnya. Bekerjasama dengan Kementerian Sosial Republik Indonesia, Handicap Internaonal Indonesia mengimplementasikan kegiatan yang memungkinkan para penyandang disabilitas memiliki peluang lebih besar atas pemenuhan hak mereka dan peningkatan akan martabat mereka.
I.2. Kegiatan Yang Berkaitan Dengan Rehabilitasi Fisik Handicap Interna onal melaksanakan kegiatan yang terkait dengan rehabilitasi fisik melalui proyek “Meningkatkan aksesibilitas penyandang disabilitas untuk mendapat pelayanan rehabilitasi fisik di Indonesia” yang dimulai dari Januari 2010 sampai Desember 2013, dengan tujuan untuk memperkuat pelayanan rehabilitasi fisik yang ada di Propinsi Aceh, Indonesia. Proyek ini merupakan ndak lanjut dari program tanggap darurat dan pasca emergency di Aceh pada tahun 2005-2009. Secara bertahap dimulai dengan pelayanan fisioterapi dan P&O (proste k dan orto k) untuk mendukung rehabilitasi berbasis masyarakat dan kemudian bergeser menjadi pendampingan teknis, penguatan ketrampilan serta upaya peningkatan kapasitas sumber daya manusia yang bekerja dibidang rehabilitasi fisik. Tujuan khusus proyek ini adalah peningkatan kemampuan sumber daya manusia di 8 kabupaten di Propinsi Aceh untuk melakukan iden fikasi dan rujukan serta melakukan tatalaksana perawatan disabilitas (sementara atau permanen) bagi penyandang disabilitas yang didukung oleh Kementrian Luar Negeri Luxembourg (MAE -Luxembourg).
Bab 1. Presentasi Proyek
BAB I PRESENTASI PROYEK
1
Pembelajaran : Pelayanan Rehabilitasi Fisik di Puskesmas, Provinsi Aceh
Tujuan khusus tersebut dibangun untuk capaian hasil sebagai berikut: 1. Sistem iden fikasi dan rujukan terhadap penyandang disabilitas menjadi berfungsi di wilayah intervensi. 2. Tersedianya unit pelayanan rehabilitasi fisik disemua ngkatan mulai dari kecamatan/ Puskesmas, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) di ngkat kabupaten dan Rumah Sakit Umum (RSU) ngkat propinsi. 3. Terealisasinya asuransi kesehatan di ngkat propinsi yang mencakup pelayanan rehabilitasi fisik sebagai jaring pengaman dan sistem jaminan kesehatan bagi masyarakat miskin. 4. Percontohan mekanisme solidaritas berbasis masyarakat yang dilaksanakan di 2 kabupaten, dengan tujuan mempromosikan aksesibilitas pelayanan rehabilitasi fisik bagi penyandang disabilitas yang telah teruji dan divalidasi dalam bentuk terwujudnya pemenuhan biaya dak langsung bagi pasien ke ka mengakses pusat pelayanan kesehatan.
2
Kegiatan yang mendukung pencapaian hasil diatas secara rinci akan dijabarkan di Bab IV dalam pembahasan buku ini
Dokter spesialis rehab medik RSUDZA melakukan asesmen terhadap pasien pasca stroke
I.3. Wilayah Intervensi
Bab 1. Presentasi Proyek
Proyek ini dilaksanakan di 8 kabupaten di Propinsi Aceh. Program rehabilitasi fisik ini dimulai pada tahun 2010 di Banda Aceh, Aceh Besar, Aceh Tengah dan Bener Meriah dan kemudian diperluas pada tahun 2011 di wilayah Bireuen, Pidie Jaya, Lhoksemawe dan Aceh Utara.
Propinsi Aceh
3
Lokasi Propinsi Aceh merupakan bagian dari kepulauan di Indonesia 1
Pidie Jaya, Bireuen, Lhoksemawe, Aceh Utara Banda Aceh, Aceh Besar
Aceh Tengah, Bener Meriah
Wilayah Intervensi proyek Ɵngkat kabupaten 2 1 2
www.indonesia-tourism.com/aceh/map.html www.indonesia-tourism.com/aceh/map.html
Pembelajaran : Pelayanan Rehabilitasi Fisik di Puskesmas, Provinsi Aceh
I.4 Mitra Lokal dan Pemangku KepenƟngan Aktor/Pelaku
Peran dan Tanggung jawab Mitra Usaha
RSUD (propinsi atau kabupaten), Dinas Kesehatan Propinsi Aceh, Dinas Kesehatan Kabupaten
4
Otorita kesehatan dan struktur desentralisasinya (Dinas Kesehatan Propinsi, Kabupaten dan RSUD) di Propinsi Aceh bertanggung jawab atas pengawasan staf di rumah sakit di ngkat propinsi, kabupaten, kecamatan, dan bidan di ngkat masyarakat. Mereka juga memas kan perumusan kebijakan teknis dan perencanaan di sektor kesehatan sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Gubernur, mengawasi dan melaksanakannya. Peran mereka dalam program ini adalah : • Berperan ak f dalam perencanaan dan pemantauan pelaksanaan kegiatan proyek dan memberikan informasi kepada staf Puskesmas tentang tujuan dan metodologi proyek • Kolaborasi dalam implementasi monitoring, memberikan arahan dan saran serta dukungan melalui pertemuan reguler • Mendukung penempatan tenaga fisioterapi di se ap layanan rehabilitasi ( ngkat propinsi, kabupaten, kecamatan dan desa) dan keterlibatan pekerja kesehatan di masyarakat (bidan) untuk melakukan iden fikasi bagi mereka yang membutuhkan layanan rehabilitasi
Pelaku kesehatan lainnya yang berperan dalam implementasi progam ini
Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Propinsi Aceh
Ikatan Fisioterapi Indonesia (IFI) Propinsi Aceh
Organisasi Penyandang Disabilitas (DPO)
Kepala Desa dan Kader
Berkolaborasi dengan m HI, IBI Propinsi Aceh berperan dalam beberapa hal sebagai berikut: • Iden fikasi kebutuhan training bagi bidan desa • Melengkapi training Bidan yang sudah ada dengan pemberian training deteksi dini disabilitas dan pencegahannya • Iden fikasi terhadap anggota masyarakat yang memerlukan pelayanan rehabilitasi fisik. • Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap training yang telah diberikan Berkolaborasi dengan m HI, IFI Propinsi Aceh berperan dalam: • Iden fikasi training yang diperlukan oleh fisioterapis dalam rangka bertugas di Puskesmas • Melaksanakan training dan coaching bagi fisioterapi di ngkat kabupaten • Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap training yang telah diberikan
ngkat
Berkolaborasi dengan m HI, Organisasi penyandang disabilitas mempunyai tugas utama: • Memberikan informasi kepada penyandang disabilitas yang membutuhkan pelayanan rehabilitasi fisik bahwa Aceh memiliki pelayanan tersebut mulai dari ngkat Puskesmas, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten dan Propinsi disertai dengan adanya jaminan kesehatan yang menanggung pembiayaan. • Berpar sipasi dalam iden fikasi mekanisme yang mendukung pembiayaan dak langsung dalam mengakses layanan rehabilitasi fisik Bekerjasama dengan m HI, kepala desa dan kader bertanggung jawab untuk : Berpar sipasi dalam iden fikasi penyandang disabilitas • Memberitahukan kepada penyandang disabilitas tentang mekanisme yang mendukung pembiayaan dak langsung dalam mengakses layanan rehabilitasi fisik • Membentuk komite untuk mendukung penyandang disabilitas di desa-desa • Menghubungkan antara penyandang disabilitas dengan ins tusi lokal yang dapat membantu biaya yang menjadi beban penyandang disabilitas (akomodasi dan transportasi) ke ka mengakses layanan rehabilitasi fisik
Bab 1. Presentasi Proyek
5
I.5 Capaian Utama Penyandang Disabilitas Memiliki Akses Yang Lebih Baik Kepada Layanan Rehabilitasi Selama proyek dilaksanakan dari tahun 2010-2013, jumlah penerima manfaat pelayanan rehabilitasi fisik ini adalah 19.383 penyandang disabilitas dan dampak manfaatnya dirasakan oleh sejumlah 96. 915 anggota keluarga. Studi ngkat kepuasan telah dilaksanakan dan sebanyak 69% penerima manfaat dari layanan rehabilitasi fisik menyatakan bahwa mereka memperoleh peningkatan kemampuan berpar sipasi dalam keluarga dan dapat melakukan kegiatan sosial setelah mendapatkan pelayanan rehabilitasi fisik. Pada saat ini layanan rehabilitasi fisik termasuk di dalam paket cakupan jaminan kesehatan yang ditanggung oleh Propinsi Aceh (Jaminan kesehatan Aceh/JKA). Sebelum proyek dilaksanakan, pelayanan rehabilitasi fisik hanya difokuskan di ngkat RSUD kabupten atau propinsi. Pada tahun 2010-2012, proyek ini mendukung Dinas Kesehatan ngkat kabupaten untuk mengadakan layanan rehabilitasi bagi penyandang disabilitas di Puskesmas dengan disertai adanya penyediaan tenaga fisioterapi di ngkat Puskesmas sehingga pelayanan rehabilitasi fisik untuk penyandang disabilitas dapat berlangsung.
Training untuk fisioterapi Puskesmas, Aceh Tengah, 2010
Pembelajaran : Pelayanan Rehabilitasi Fisik di Puskesmas, Provinsi Aceh
Total Jumlah Pasien Penerima Manfaat Layanan Rehabilitasi Fisik di Puskesmas Periode Tahun 2009-2013 di 8 Kabupaten
Jumlah pasien penerima manfaat layanan rehabilitasi fisik di Puskesmas
6 Relevansi usulan akan pengadaan layanan fisioterapi di Puskesmas dapat ditunjukkan melalui peningkatan secara konstan jumlah penerima manfaat yang datang ke Puskesmas selama 3 tahun proyek diimplementasikan. Kondisi tersebut telah menurunkan beban rumah sakit kabupaten dan propinsi dalam hal jumlah pasien yang ditangani. Dengan adanya layanan fisioterapi di Puskesmas dapat menurunkan biaya transportasi bagi keluarga dibandingkan jika mengakses layanan fisioterapi ke RSUD kabupaten atau propinsi. Pada akhirnya, fisioterapis di Puskesmas berperan dalam akurasi assesment dan rujukan pasien kepada layanan rehabilitasi fisik di rumah sakit. Pada tahun 2012, dengan diiku advokasi dan peningkatan kapasitas, total jumlah fisioterapis yang memberikan layanan rehabilitasi di puskesmas meningkat.
Total Jumlah Fisioterapi di Puskesmas di 8 Kabupaten - 2012
Total Jumlah Fisioterapis di Puskesmas di 8 Kabupaten 2012
Jumlah Puskesmas di wilayah ini Jumlah Puskesmas yang memiliki fisioterapi
Para Lanjut Usia (Lansia) Menunggu Antrian Layanan Fisioterapi di Puskesmas (Lhoksukon, Aceh Utara)
Bab 1. Presentasi Proyek
Perbandingan Jumlah Puskesmas Yang Memiliki Fisioterapis Dengan Jumlah Puskesmas di SeƟap Kabupaten - 2012
7
Pembelajaran : Pelayanan Rehabilitasi Fisik di Puskesmas, Provinsi Aceh
Kesadaran Masyarakat Mengenai Peran Layanan Rehabilitasi Fisik Bagi Penyandang Disabilitas Bersama dengan HI, para fisioterapis, aktor kesehatan di Puskesmas dan DPO/ organisasi penyandang disabilitas memas kan promosi layanan rehabilitasi terhadap masyarakat.
Jumlah Total SensiƟsasi di Seluruh Target Wilayah (8 Kabupaten)
8
Jumlah sensi sasi yang dilaksanakan program ini
Jumlah Masyarakat Luas Penerima Manfaat Dalam SensiƟsasi dan Promosi terhadap Penyadaran Kebutuhan Rehabilitasi Fisik
Bab 1. Presentasi Proyek
CONTOH PRODUKSI BANNER & POSTER DALAM IMPLEMENTASI PROYEK
9 Poster Tumbuh Kembang Anak yang didistribusikan di Puskesmas di 8 kabupaten
Banner - Promosi Layanan Fisioterapi di Puskesmas
Poster - Gejala yang membutuhkan follow-up fisioterapi
Pembelajaran : Pelayanan Rehabilitasi Fisik di Puskesmas, Provinsi Aceh
Secara keseluruhan, lebih dari 5000 dokumen (poster, leaflet) telah diproduksi dan disebar luaskan, yang memberikan kontribusi teerhadap kesadaran masyarakat yang lebih baik mengenai kebutuhan penyandang disabilitas dan peran layanan rehabilitasi serta lebih memudahkan pengenalan terhadap terhadap inisia f percontohan seper mekanisme bantuan masyarakat dengan dukungan komite di dalamnya sehingga terbentuk masyarakat yang lebih inklusif.
10
Kunjungan rumah, menjelaskan pada keluarga pasien agar mau membawa anak dengan disabilitas ke Puskesma dan Rumah Sakit. Pidie Jaya, 2012
Setelah empat tahun proyek diimplementasikan di ngkatan yang berbeda-beda dan jangkauan aktor yang luas, serta dalam kerangka penutupan program HI di Propinsi Aceh, dirasakan oleh m HI pen ngnya merefleksikan hasil capaian proyek secara kolek f sebagai bentuk kapitalisasi pembelajaran. Tujuan utama dari laporan ini adalah untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman diantara m proyek HI, demikian juga organisasi-organisasi yang bekerja di bidang yang sama dan pemangku kepen ngan di bidang kesehatan untuk dapat meningkatkan akses terhadap layanan kesehatan, secara khusus layanan rehabilitasi bagi penyandang disabilitas. Laporan ini secara khusus menampilkan capaian dan tantangan di ga komponen strategi proyek: (1) advokasi bagi layanan kesehatan yang inklusif, (2) studi kasus klinis, (3) mekanisme solidaritas masyarakat.
Bab 1. Presentasi Proyek
I.6. Pelajaran Yang DipeƟk Dari Proyek
11
12
Rehabilitasi Fisik di Indonesia
Pembelajaran : Pelayanan Rehabilitasi Fisik di Puskesmas, Provinsi Aceh
Bab 2. Rehabilitasi Fisik di Indonesia
BAB II REHABILITASI FISIK DI INDONESIA II. 1. Definisi rehabilitasi fisik secara umum - WCPT : 3 Terapi fisik memberikan pelayanan kepada individu dan populasi untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak maksimum dan kemampuan fungsional sepanjang umur. Ini termasuk menyediakan jasa dalam keadaan dimana gerakan dan fungsi terancam oleh penuaan, cedera, sakit, penyakit, gangguan, kondisi atau faktor lingkungan. Gerakan fungsional adalah pusat apa arƟnya menjadi sehat.
- WHO : 4 Fisioterapis menilai, merencanakan dan melaksanakan program-program rehabilitasi yang meningkatkan atau mengembalikan fungsi motorik manusia, memaksimalkan kemampuan gerakan, meredakan sindrom nyeri, dan mengobaƟ atau mencegah tantangan fisik yang terkait dengan cedera, penyakit dan gangguan lainnya. Mereka menerapkan berbagai terapi fisik dan tekinik seperƟ gerakan, USG, pemanas, laser dan teknik lain. Mereka mengembangkan dan melaksanakan program penyaringan dan pencegahan penyakit fisik umum dan gangguan. 3 4
World confederaƟon for physical therapy World Health OrganizaƟon
13
Pembelajaran : Pelayanan Rehabilitasi Fisik di Puskesmas, Provinsi Aceh
14
Bola bobath untuk laƟhan keseimbangan
II.2. Definisi Rehabilitasi Fisik dan Layanan Fisioterapi di Indonesia II.2.1. Definisi Rehabilitasi Fisik Menurut Surat Keputusan nomor 517/Menkes/SK/VI/2008 dari Direktorat Jenderal Khusus Medis, Departemen Kesehatan Nasional, definisi rehabilitasi fisik adalah sebagai berikut: Pelayanan medis untuk fisik atau disabilitas fungsi yang disebabkan oleh kondisi penyakit, penyakit atau cedera, melalui intervensi pelayanan medis, terapi fisik dan atau pelayanan rehabilitasi fisik yang bertujuan untuk meningkatkan fungsi yang op mal. Departemen Kesehatan telah menetapkan kebijakan bahwa perawatan pelayanan rehabilitasi harus menyediakan pelayanan yang berkualitas. Kualitas pelayanan seharusnya memper mbangkan pengembangan pelayanan yang profesional, komprehensif dan berorientasi kepada kepuasan klien. Untuk mencapai kualitas pelayanan juga perlu memper mbangkan tentang jaringan lintas program, profesionalisme antar sektor, ins tusi pendidikan dan sektor lain yang mempunyai kepedulian dan perha an terhadap pelayanan rehabilitasi. 5 Keberadaan pelayanan rehabilitasi fisik dijamin melalui keputusan Menteri Kesehatan RI no 376/Menkes/SK/2007 : “Layanan fisioterapi perlu menyediakan dengan jaminan kualitas yang op mal, perlindungan keamanan bagi pengguna, penyelenggara dan prak si layanan, serta mencakup jaminan terhadap manajemen yang efek f dan efisien. Pelayanan fisioterapi harus tersedia secara berkesinambungan, dapat diterima dengan layak, mudah diakses, mudah dijangkau, dan mampu menghadapi tantangan serta peluang globalisasi”. 6 5 6
517/Menkes/SK//VI/2008 376/Menkes/SK/2007
Pelayanan Fisioterapi adalah pelayanan kesehatan rehabilitasi kepada individu dan atau kelompok untuk memulihkan gerakan fungsi fisik dan perkembangannya, untuk menjaga fungsi fisik menjadi op mal di sisa hidup dengan menggunakan panduan atau peralatan layanan rehabilitasi fisik (fisik, electrotherpaue c, mekanik), la han fungsi dan komunikasi. 7
Bab 2. Rehabilitasi Fisik di Indonesia
II.2.2. Definisi Layanan Fisioterapi
15
Senam Stroke
7
Standard physiotherapy services ; Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik ;2008.p.9
Pembelajaran : Pelayanan Rehabilitasi Fisik di Puskesmas, Provinsi Aceh
16
II.3. Rehabilitasi Fisik Dalam Sistem Kesehatan di Indonesia II.3.1. Organisasi Sistem Kesehatan di Indonesia Sistem desentralisasi di Indonesia telah memberikan otonomi daerah masingmasing termasuk sistem kesehatan . Meskipun otonomi, gambaran besar program kesehatan adalah masih berada di bawah pengawasan oleh Kementrian Kesehatan dan harus terkait dengan kebijakan nasional. Hal Itu berar bahwa Dinas Kesehatan di ngkat kabupaten harus mengiku aturan dan kebijakan dari program kesehatan yang diterapkan oleh Dinas Kesehatan propinsi. Sumber daya manusia dan isu penganggaran, pembuatan program penganggaran dan administrasi terkait ketenagakerjaan dalam sistem kesehatan adalah di bawah tanggung jawab pemerintah kabupaten. Merujuk ke sistem yang dijelaskan di atas, pemangku kepen ngan kesehatan bertanggung jawab atas berlangsungnya program di ngkat masyarakat seper , seper pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas). Mereka harus membuat program sesuai dengan program yang diakui oleh program nasional dan dan melakukan beberapa tugas sebagai upaya untuk mendapatkan dukungan dari pemerintah daerah setempat dalam rangka memperoleh alokasi anggaran untuk program tersebut.
II.3.2. Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Program kesehatan di ngkat kabupaten harus mengiku sistem administrasi dan program yang diterapkan oleh Departemen Kesehatan Nasional. Hal tersebut telah diimplementasikan hal menempatkan sumber daya manusia dan penugasannya, dan sistem perekrutan. Dalam kasus program rehabilitasi, program harus diterapkan dari propinsi sampai ngkat masyarakat. Layanan rehabilitasi harus dibentuk dari Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) sampai rumah sakit umum daerah di ngkat propinsi dengan peningkatan spesialisasi. 9 Sejauh ini, sebagian besar layanan rehabilitasi hanya didirikan di rumah sakit umum daerah propinsi dan kabupaten. Fisioterapis di pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) sering dak bekerja sesuai dengan kapasitas profesional mereka, tetapi dialokasikan kepada tugas-tugas lain. Program rehabilitasi fisik di ngkat masyarakat di Puskesmas belum didirikan dan disosialisasikan. Fisioterapis di pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) sering dak bekerja sesuai dengan kapasitas profesional mereka, tetapi dialokasikan kepada tugas-tugas lain. Program rehabilitasi fisik di ngkat masyarakat di Puskesmas belum didirikan dan disosialisasikan.
8 9
517/Menkes/SK//VI/2008 517/Menkes/SK//VI/2008
Bab 2. Rehabilitasi Fisik di Indonesia
17
Dalam kasus program rehabilitasi fisik, program harus diterapkan dari propinsi sampai ngkat masyarakat. Pelayanan rehabilitasi harus ditetapkan dari pusat kesehatan masyarakat primer sampai rumah sakit propinsi yang memiliki spesialisasi Dalam hal penganggaran, diperlukan dukungan dari pemerintah daerah, bahwa Dinas Kesehatan Kabupaten harus mendorong akan adanya kebutuhan alokasi anggaran untuk memenuhi program dari ngkat nasional. Karena rehabilitasi fisik bukan merupakan prioritas dan fokus diantara program-program kesehatan nasional di Indonesia, menjadi tantangan bagi Dinas Kesehatan di ngkat kabupaten untuk menerapkan program sampai kepada ngakatan Puskesmas dan alokasi anggaran yang relevan dengan membangun jaringan dengan badan legisla f daerah. Keputusan Nasional menetapkan, semua warganegara berhak untuk mendapatkan perawatan kesehatan, termasuk anggota masyarakat miskin. Negara telah mengembangkan sistem jaminan sosial nasional untuk menjamin kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat. Hal ini mengacu sebagai “SisƟm Jaminan Sosial NasionalSJSN”. 10 10 NaƟonal Social Security System is a system of social security in Indonesian imposed. Social security is a form of social protecƟon organized by the Republic of Indonesia to ensure its ciƟzens to meet the basic needs of a decent life, as in the UN DeclaraƟon on Human Rights of 1948 and the 1952 ILO ConvenƟon No.102. -; Source: id.wikipedia.org/wiki/Sistem_Jaminan_Sosial_Nasional
Pelayanan kesehatan kepada lansia di Puskesmas
Pembelajaran : Pelayanan Rehabilitasi Fisik di Puskesmas, Provinsi Aceh
Pada tahun 2005, Departemen Kesehatan telah melansir program jaminan kesejahteraan sosial bagi kaum miskin; yang disebut Jamkesos/Jamkesmas. Dan pada tahun 2010, Kementerian Kesehatan telah menandatangani MoU dengan empat (4) Badan Usaha Milik Negara - BUMN. Kerjasama negara dengan BUMN tersebut untuk memas kan ketersediaan obat-obatan dan peralatan pendukung dengan harga yang sesuai. Khusus untuk Aceh, pemerintah propinsi memiliki program sendiri untuk asuransi kesehatan bagi rakyat Aceh sejak tahun 2010 bernama Jaminan Kesehatan Aceh (JKA). Asuransi ini diperuntukkan bagi 4,8 juta masyarakat Aceh. Sebuah asuransi kesehatan khusus untuk masyarakat Aceh (JKA), yang menjamin cakupan pelayanan program kesehatan termasuk pelayanan rehabilitasi fisik dan mulai berlaku pada bulan Juli 2010. Jika Jaminan kesehatan nasional untuk masyarakat miskin (Jamkesmas) hanya dapat diberikan pada masyarakat yang terda ar atau diinformasikan oleh kepala desa, maka JKA mencakup semua masyarakat Aceh tanpa terkecuali dengan hanya menunjukan kartu tanda penduduk (KTP) dan kartu keluarga (KK) beralamat di Aceh. Dengan adanya jaminan kesehatan, masyarakat mendapatkan jaminan terhadap pelayanan kesehatan, termasuk perawatan dan pengobatan, kaki palsu dan alat bantu.
18
Pengukuran pembuatan AVO oleh petugas P&O, RSUDZA, 2013
Bab 2. Rehabilitasi Fisik di Indonesia
19 II.3.3. Rehabilitasi Fisik di Pukesmas Definisi rehabilitasi fisik pada ngkat pelayanan kesehatan di pusat kesehatan masyarakat primer (Puskesmas) adalah sebagai berikut: “Ini merupakan upaya dari Puskesmas untuk memas kan ketersediaan layanan rehabilitasi fisik melalui pelayanan fisioterapi dasar. Di samping itu, terdapat upaya untuk mengembangkan kesadaran masyarakat terhadap program rehabilitasi berbasis masyarakat melalui sistem rujukan dalam sistem kesehatan.” 11
Skema Fungsi Puskesmas Fungsi Program Pembangunan Yang Berbasis Pada Pusat Kesehatan
Layanan Masyarakat
Pemberdayaan Keluarga dan Masyarakat
Pelayanan Kesehatan
Layanan Individu
11 Pedoman pelayanan rehabilitasi medik di rumah sakit pada Ɵngkat A, B, C & D - Edisi KeƟga 2007
Penjelasan tentang JKA kepada orang tua dengan anak disabilitas oleh dr. M. Yani, Banda Aceh - 2013
Pembelajaran : Pelayanan Rehabilitasi Fisik di Puskesmas, Provinsi Aceh
Standar Pelayanan Kesehatan Dasar di Puskesmas Keputusan Departemen Kesehatan no. 828/MENKES/SK IX/2008 12 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
20
14. 15. 16. 17. 18.
Cakupan Kunjungan Ibu hamil K-4 Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan. Cakupan Pelayanan Nifas Cakupan Neonatus dengan komplikasi yang ditangani Cakupan Kunjungan Bayi Cakupan Desa/ Kelurahan Universal Child Immuniza on (UCI) Cakupan pelayanan anak balita Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 - 24 bulan keluarga miskin Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan se ngkat Cakupan peserta KB ak f Cakupan penemuan dan penanganan penderita: Acute Flacid Paralysis (AFP) rate per 100.000 penduduk < 15 tahun; Penemuan Penderita Pneumonia Balita; Penemuan pasien baru TB BTA Posi f; Penderita DBD yang ditangani; Penemuan penderita diare Cakupan pelayanan kesehatan dasar pasien masyarakat miskin Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin Cakupan Pelayanan Gawat Darurat level 1 yang harus diberikan Sarana Kesehatan (rumah sakit) di Kabupaten/Kota Penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan KLB: Cakupan Desa / kelurahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan epidemiologi < 24 jam Promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat: Cakupan Desa Siaga Ak f
LaƟhan gerak untuk anak sambil bermain di Puskesmas 12 828/MENKES/SK IX/2008
Intervensi Proyek Dalam Puskesmas
Bab 2. Rehabilitasi Fisik di Indonesia
Pelayanan dasar di Puskesmas adalah termasuk 6 kategori layanan dengan 18 program kegiatan (Standar Pelayanan Kesehatan Dasar di Puskesmas) yang tediri dari: promosi kesehatan, kesehatan lingkungan, nutrisi, prevensi dan penekanan angka penyakit infeksi, kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana, perawatan umum dasar dimana dak disebutkan pelayanan fisioterapi secara spesifik. Layanan rehabilitasi bukan merupakan hal yang wajib yang menjadi bagian dari layanan di Puskesmas, melainkan tanggung jawab bagi rumah sakit umum di kabupaten atau propinsi. Melalui proyek ini, layanan fisioterapi telah terbentuk dan terintegrasi dengan 6 kategori layanan sebagai mandat pelayanan Puskesmas melalui rujukan. Para penerima manfaat ini berasal dari poliklinik umum di Puskesmas yang dirujuk oleh dokter yang telah memberikan diagnosa di poliklinik tersebut. Penerima manfaat ini antara lain adalah pasien anak, KIA, lansia, diabetes, stroke dan wanita hamil.
Promosi layanan fisioterapi dipas kan oleh petugas fisioterapi itu sendiri kepada petugas kesehatan yang ada di Puskesmas tersebut. Sedangkan untuk mempromosikan ketersediaan pelayanan rehabilitasi fisik kepada masyarakat, petugas fisioterapi ikut serta dalam kegiatan terprogram yang telah ada seper kegiatan posyandu bersama KIA atau lansia, atau bergabung dengan promosi kesehatan lingkungan dan ikut serta dalam penjaringan kasus penemuan (lihat program nomor 13 atas). Pendekatan tersebut mendukung keberlangsungan dari layanan rehabilitasi bagi penyandang disabilitas di ngkat Puskesmas.
21
PelaƟhan Dokter Puskesmas, Aceh Tengah, 2012
22
Tantangan Umum Rehabilitasi Fisik di Indonesia
Pembelajaran : Pelayanan Rehabilitasi Fisik di Puskesmas, Provinsi Aceh
Bab 3. Tantangan Umum Pelayanan Rehabilitasi Fisik di Indonesia
BAB III TANTANGAN UMUM PELAYANAN REHABILITASI FISIK DI INDONESIA Pelayanan fisioterapi di Indonesia secara umum dilakukan di ngkat RSUD/ kabupaten atau RSU propinsi. Di beberapa kabupaten layanan yang di miliki oleh RSUD masih terbatas. Meskipun dalam panduan buku Direktorat Rehab Medis memuat keputusan pemerintah bahwa pelayanan dasar rehabilitasi dapat dilakukan di Puskesmas, namun dak dapat terlaksana di semua Puskesmas dengan alasan seper terbatasnya jumlah fisioterapis, dak adanya anggaran untuk layanan rehabilitasi, layanan rehabilitasi bukan merupakan prioritas seper program kesehatan lainnya (ibu dan anak, nutrisi, penyakit menular, dll yang difokuskan dalam program, MDGs/Millenium Development Goals), dan isu pen ng dimana layanan rehabilitasi fisik kurang dikenal atau dak popular dan dak diimplementasikan oleh otoritas kesehatan di kabupaten/daerah. Layanan rehabilitasi fisik dak terlalu dikenal karena bukan merupakan fokus program kesehatan di Indonesia. Meskipun peraturan layanan kesehatan berfokus pada promosi, prevensi, kura f dan rehabilita ve tetapi persentase terhadap pemahaman dan pelaksanaan yang berunsur pada layanan rehabilita ve sangat terbatas. Pada ngkat Puskesmas, fisioterapis dak tercantum di dalam indikator nasional pada rasio tenaga kesehatan seper bidan, dokter, perawat, dll. 13 13 828/Menkes/SK/IX/2008
23
24
“Aku belajar melangkah”
Pembelajaran : Pelayanan Rehabilitasi Fisik di Puskesmas, Provinsi Aceh
Dalam hal akses terhadap layanan kesehatan,penyandang disabilitas membutuhkan layanan kesehatan khusus disamping layanan kesehatan yang bersifat umum. Rehabilitasi fisik merupakan bagian dari layanan khusus tersebut. Secara umum penyandang disabilitas menghadapi beberapa tantangan dalam mengakses layanan kesehatan seper hal di bawah ini: 1. Hambatan lingkungan untuk mengakses layanan rehabilitasi fisik 2. Terbatasnya ketersediaan layanan perawatan rehabilitasi melalui sistem kesehatan yang ada.
Bab 3. Tantangan Umum Pelayanan Rehabilitasi Fisik di Indonesia
Ke dak-popular-an ini terjadi karena minimnya kesadaran pada perlunya layanan rehabilitasi di Puskesmas yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Propinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten, serta dari asosiasi fisioterapi di Aceh terhadap pembuat kebijakan, yang memberikan dampak kepada alokasi anggaran bagi layanan rehabilitasi.
25
26
Pendekatan & Implementasi
Pembelajaran : Pelayanan Rehabilitasi Fisik di Puskesmas, Provinsi Aceh
Bab 4. Pendekatan Proyek dan Implementasi
BAB IV PENDEKATAN PROYEK DAN IMPLEMENTASI
27
IV.1. Pendekatan Handicap InternaƟonal Dalam Rehabilitasi Fisik Terdapat 4 pendekatan umum yang dapat diaplikasikan sesuai dengan proyek: 1. Pendekatan berbasis hak azazi manusia: pendekatan ini dapat diterapkan di semua proyek, di semua ngkatan (nasional, propinsi, dan daerah) dan di semua wilayah kerja/program (kesehatan, pendidikan, sosial, dll). Pemerintah Indonesia telah mera fikasi Konvensi PBB tentang hak-hak penyandang disabilitas (UNCRPD). 2. Pendekatan inklusi: Handicap Interna onal berupaya untuk meningkatkan kesediaan pemerintah pusat, propinsi dan kabupaten, kalangan swasta, masyarakat umum atau sipil untuk mengikut sertakan penyandang disabilitas melalui keterlibatan mereka dalam masyarakat. 3. Keterlibatan dalam proses desentralisasi: memungkinkan keterlibatan penyandang disabilitas dengan organisasi penyandang disabilitas yang sesuai dengan kondisi disabilitas mereka di ngkat daerah dalam rangka memas kan bahwa mereka adalah kontak terdekat bagi para penyandang disabilitas yang berada di area tersebut. 4. Pendekatan holisƟk: menempatkan penyandang disabilitas menjadi bagian utama dari sistem (kesehatan, sosial, pekerjaan, dll) dengan mengikut sertakan para pihak yang terdampak secara langsung dari sektor tersebut. Para pihak yang terkait dalam sektor ini harus diiden fikasi and terhubungkan satu dengan yang lain dengan penyandang disabilitas.
Pembelajaran : Pelayanan Rehabilitasi Fisik di Puskesmas, Provinsi Aceh
28
Klub anak dengan disabilitas di Puskesmas, 2010
IV.2. Adaptasi Terhadap Kebutuhan dan Tantangan dari Penerima Manfaat di Propinsi Aceh Dalam pengalaman yang diperoleh dari proyek-proyek sebelumnya, proyek ditujukan kepada beberapa masalah yang berkaitan dengan implementasi rehabilitasi fisik dalam sis m layanan kesehatan di Propinsi Aceh: • Kurangnya pengetahuan pemerintah daerah (Dinas Kesehatan Propinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten) tentang fungsi rehabilitasi. • Kurangnya kompetensi struktur manajemen kesehatan untuk memberikan pela han dan dukungan bagi fisioterapis dan pimpinan RSUD serta Puskesmas • Kurangnya sinergi internal diantara layanan kesehatan di berbagai ngkatan yang berbeda, khususnya dari Dinas Kesehatan Kabupaten dalam hal perawatan dan rujukan bagi penyandang disabilitas. • Kualitas dan kinerja layanan yang masih kurang bagi penyandang disabilitas. • Pelayanan rehabilitasi fisik untuk penyandang disabilitas dak tersedia. Situasi ini dikarenakan jarak geografis dan ke dak terjangkauan yang menjadikan hambatan lingkungan untuk mengakses perawatan. • Sis m rujukan pasien ke/dalam rumah sakit (antar program kesehatan) untuk penyandang disabilitas ini masih sangat kurang.
Bab 3. Tantangan Umum Pelayanan Rehabilitasi Fisik di Indonesia
Dengan memperhitungkan keterbatasan anggaran dalam sistem kesehatan, maka pelayanan rehabilitasi fisik ini harus bersinergi dan terintegrasi ke dalam program kesehatan lainnya, sehingga terbentuk mekanisme rehabilitasi yang komprehensif. Untuk membentuk mekanisme tersebut, dak diperlukan pembentukan struktur yang baru, tetapi lebih kepada penguatan dan pengembangan dari sis m layanan dan program kesehatan yang sudah ada di propinsi. Pada akhirnya, para petugas kesehatan yang terlibat berada pada tempat atau posisi yang semes nya, berkomitmen dan mendukung struktur kesehatan yang ada untuk memas kan layanan yang berkesinambungan.
29
IV.3. Penguatan Akses Rehabilitasi Fisik Dalam Sistem Pemerintahan Proyek ini merupakan lanjutan dari kegiatan HI sebelumnya dalam rehabilitasi fisik, yang dilaksanakan di wilayah yang sama dan dengan mitra yang sama. Selama 3 tahun, HI memberikan dukungan teknis kepada otoritas kesehatan di Indonesia untuk memperkuat ketrampilan dari petugas layanan kesehatan untuk meningkatkan kualitas dan kinerja dalam tatalaksana layanan rehabilitasi fisik. Dengan bantuan yang diberikan oleh HI pasca tsunami pada tahun 2004, otoritas kesehatan di Aceh membuka atau membuka kembali layanan rehabilitasi di RSUD dan RSU Propinsi. HI mendukung unit tersebut melalui pemberian pela han bagi tenaga kesehatan profesional. Proyek ini berpusat dipelayanan sistem kesehatan masyakat atau ngkat kecamatan.
Workshop tentang Cerebral Palsy, Banda Aceh, 2010
Pembelajaran : Pelayanan Rehabilitasi Fisik di Puskesmas, Provinsi Aceh
30
Sejumlah fisioterapis dila h dan ditempatkan oleh Dinas Kesehatan di Puskesmas serta sejumlah bidan dila h untuk dapat melakukan iden fikasi penyandang disabilitas yang nggal di desa. Proyek ini memberikan penguatan untuk 8 kabupaten di propinsi Aceh bekerjasama dengan pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Kesehatan kabupaten dan masyarakat umum. “Masyarakat terlibat dan mendukung untuk mengembangkan dukungan mekanisme akses layanan perawatan rehabilitasi tanpa tambahan kontribusi keuangan, mengurangi hambatan lingkungan yang bersifat de facto (geografis dan keuangan yang ditemukan)” 14
IV.4. Strategi Implementasi Pembangunan Kapasitas Proyek ini memberikan pela han kepada para prak si kesehatan (dokter, bidan, dan fisioterapis) dalam rangka mempertajam pengetahuan dan ketrampilan mereka.
• Training of Trainer (ToT) atau PelaƟhan untuk PelaƟh ToT ini membentuk kelompok pela h/trainer yang berasal dari 8 kabupaten di propinsi Aceh yang terdiri dari anggota Ikatan Bidan Indonnesia (IBI), Ikatan Fisioterapi Indonesia (IFI) dan Ikatan Dokter Indonesia (IDI), demikian juga semua pihak yang berwenang dalam bidang kesehatan di ngkat propinsi.
• PelaƟhan Untuk Bidan di Tingkat Masyarakat (Bidan Desa/ Bides) Bidan desa adalah ngkatan pertama untuk rujukan bagi masyarakat. Bidan desa yang dila h adalah Bides yang bekerja untuk Puskesmas yang memiliki pelayanan rehabilitasi fisik dan memiliki tenaga fisioterapi di Puskesmas tersebut. Bides dila h untuk dapat melakukan iden fikasi penyandang disabilitas dan melakukan rujukan dari desa ke Puskesmas.
• PelaƟhan Untuk Petugas Profesional Rehabilitasi Layanan rehabilitasi teknis seper ketersediaan petugas yang terla h berfungsi di semua ngkatan (Puskesmas, RSUD, RSU Propinsi). Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin (RSUDZA) di Propinsi Aceh memiliki seorang terapis okupasional, terapis wicara, petugas pembuatan kaki palsu dan alat bantu dan dokter spesialis rehabilitasi medis. HI memberikan pela han kepada petugas kesehatan pada topik cerebral palsy, stroke dan arthri s. Melalui kegiatan peningkatan kapasitas ini para petugas kesehatan dari RSUDZA mendapat dukungan untuk meningkatkan kapasitasnya melalui pela han profesional di Jakarta, Solo, Bandung, dan lainnya. Dukungan yang diberikan HI ditujukan kepada 9 fisioterapis, 1 terapis akupasional, 1 terapis wicara, dan 3 petugas yang bekerja dalam pembuatan kaki palsu dan alat bantu, serta 2 orang dokter spesialis rehabilitasi. 14 376/Menkes/sk/2007
Bab 4. Pendekatan Proyek dan Implementasi
Rumah Sakit Umum Propinsi Aceh telah dilengkapi dengan Rumah sakit Ibu dan Anak (RSIA) sejak tahun 2010, menyediakan unit pelayanan rehabilitasi fisik untuk anak dan ketersediaan seorang dokter spesialis rehabilitasi medis. HI juga mendukung peningkatan kapasitas petugas kesehatan bagi rumah sakit ibu dan anak untuk mendapatkan pela han layanan rehabilitasi bagi anak penyandang disabilitas. Terdapat seorang dokter spesialis rehabilitasi medis dan 5 petugas fisioterapi yang bertugas di RSIA. Petugas kesehatan RSUD telah mendapatkan pela han melalui kelompok pela h dari 8 kabupaten yang telah dibentuk. Da ar pela han secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 1.
31
• Studi Kasus Studi kasus ini bertujuan untuk mempertajam kualitas layanan tatalaksana perawatan rehabilitasi fisik untuk penyandang disabilitas. Melalui njauan bedah kasus, seorang fisioterapis berbagi pengalaman dan mengungkapkan temuan kasus kepada aktor kesehatan atau pemegang program lainnya di ngkat Puskesmas. Dengan saling berbagi pengalaman dan pengetahuan pada topik yang spefisik, para petugas kesehatan ini membangun kapasitas dalam hal pendekatan perawatan tatalaksana kesehatan yang komprehensif dan meningkatkan perlunya dilakukan rujukan antar sektor program kesehatan dalam menangani penyandang disabilitas.
Training Bidan, 2011
Pembelajaran : Pelayanan Rehabilitasi Fisik di Puskesmas, Provinsi Aceh
32
Bedah kasus dengan contoh pasien stroke, dipimpin dokter spesialis rehab medik, Dr. Herry, RSUDZA, 2010
• Mekanisme dukungan solidaritas berbasis masyarakat Meksipun jaminan kesehatan di Indonesia menjamin dan memberikan garansi adanya biaya pengobatan gra s dalam pelayanan kesehatan, namun disi lain biaya dak langsung sehubungan dengan proses ke ka mengakses layanan kesehatan dan rehabilitasi (transportasi dan akomodasi) dak dijamin oleh jaminan kesehatan itu sendiri. Pada aspek ini, proyek mendukung akses terhadap layanan kesehatan melalui komponen percontohan yang didasarkan pada kondisi nyata bahwa penyandang disabilitas yang miskin dan bertempat nggal di daerah terpencil memiliki hambatan utama dalam mengakses layanan dalam pembiayaan transportasi. Komponen program ini membuat kecamatan percontohan sebagai proses upaya keterlibatan masyarakat melakukan pemenuhan kebutuhan pembiayaan dak langsung tersebut. Percontohan berlangsung di 2 kecamatan dari 2 kabupaten di Aceh Tengah dan Bener Meriah untuk program mekanisme solidaritas berbasis masyarakat. Program ini mendapat dukungan dari masyarakat desa, pemerintah yang diwakili kecamatan, puskesmas, TKSK (Tenaga Kerja Sosial Kecamatan) Dinas Sosial, dan organisasi penyandang disabilitas setempat.
Bab 4. Pendekatan Proyek dan Implementasi
Sebagai tambahan, melalui mekanisme solidaritas berbasis masyarakat ini juga dilakukan penyebarluasan informasi dalam hal akses layanan kesehatan dan kberadaan pelayanan rehabilitasi fisik bagi penyandang disabilitas kepada pemangku kepen ngan atau pemerintah yang berwenang. Kemudian sejumlah pertemuan ru n antara komite desa, organisasi atau perkumpulan penyandang disabilitas dan pihak yang berwenang, dalam hal ini pemerintah kecamatan/kabupaten untuk berbagi pengalama dalam praktek pelaksanaannya.
33
Senam lansia untuk pencegahan disabilitas, Puskesmas, 2011
Pembelajaran : Pelayanan Rehabilitasi Fisik di Puskesmas, Provinsi Aceh
• SensiƟsasi Proyek rehabilitasi fisik ini melakukan promosi kepada masyarakat tentang pelayanan rehabilitasi fisik untuk penyandang disabilitas di 8 kabupaten. Dalam kolaborasi bersama Dinas Kesehatan kabupaten, promosi layanan rehabilitasi terintegrasi dalam program promosi kesehatan di Puskesmas. Para fisioterapis dari Puskesmas mempromosikan rehabilitasi di ngkat desa sebagai bagian dari ak fitas ru n Puskesmas di desa-desa. Bersamaan dengan itu, program rehabilitasi fisik ini memproduksi lebih dari 5000 material promosi seper leaflet, spanduk, poster dan brosur. Media cetak promosi tersebut memuat banyak hal, antara lain tentang manfaat pelayanan rehabilitasi fisik dan ketersediaannya di Puskesmas, mekanisme solidaritas berbasis masyarakat yang dilaksanakan di ngkat desa dan kecamatan, Jaminan Kesehatan Aceh (JKA) dan sistem deteksi dini disabilitas yang dilakukan oleh para bidan. Materi promosi dalam bentuk media cetak ini dibagikan kepada masyarakat desa, pemangku kepen ngan, mitra, penyedia layanan kesehatan, organisasi penyandang disabilitas dan organisasi masyarakat sipil setempat.
34
Proyek ini juga mengadakan fokus grup diskusi (FGD) dan sejumlah workshop dengan pemangku kepen ngan daerah (Dinkes, Dinsos, Bupa , Bapeda dan badan yang terkait lainnya) untuk menyebarluaskan informasi tentang pelayanan rehabilitasi fisik dan melakukan penguatan terhadap tatalaksana struktur pelayanan rehabilitasi fisik untuk penyandang disabilitas.
SensiƟsasi oleh organisasi penyandang disabilitas terhadap guru, orangtua murid dan orangtua dengan anak berkebutuhan khusus, Banda Aceh 2012
Bab 4. Pendekatan Proyek dan Implementasi
35
• Monitoring dan evaluasi kegiatan program rehabilitasi fisik Kegiatan melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelayanan rehabilitasi fisik di ngkat Puskesmas adalah tugas Dinkes kabupaten yang berlangsung dak regular atau dak terimplementasikan sebelum proyek ini dilaksanakan. HI membantu mengembangkan implementasi yang lebih regular dengan memberikan dukungan kegiatan monitoring dan evaluasi yang dilakukan selama dua (2) bulan sekali melalui kunjungan bersama dengan DinKes Kabupaten dan pemangku kepen ngan lainnya. Pada saat kunjungan monitoring tersebut dilakukan diskusi untuk mengadvokasi perkembangan layanan di Puskesmas yang melibatkan dengan petugas fisioterapi dan kepala Puskesmas termasuk situasi pelayanan rehabilitasi fisik yang telah berlangsung selama ini. Pada akhir proyek ini, telah dilakukan analisa SWOT berdasarkan hasil dari proses monitoring yang telah dilakukan di ap- ap kabupaten dan memberikan rekomendasi untuk implementasi di pasca proyek.
Dinas Kesehatan Bireuen melakukan monitoring ke Puskesmas Kota Juang, 2013
36
Pelajaran Yang DipeƟk dari Proyek Rehabilitasi Fisik
Pembelajaran : Pelayanan Rehabilitasi Fisik di Puskesmas, Provinsi Aceh
V.1. Metodologi Studi ini berdasarkan pada metode kualita f dari pengumpulan informasi dan analisis: 1. Analisa dokumentas dan laporan perkembangan proyek 2. Penilaian par sipa f melalui fokus grup diskusi (FGD) dan wawancara, menggunakan analisis SWOT and alat analisis lainnya 3. Penyusunan carita perubahan yang paling signifikan dengan para pemangku kepen ngan untuk menangkap keragaman dari dampak proyek Staf, mitra dan penerima manfaat terlibat melalui workshop yang dielenggarakan di ap 8 wilayah implementasi proyek.
V.2. Praktek-Praktek Yang Baik V.2.1. Praktek Baik 1 Advokasi Untuk Akses Kesehatan Bagi Penyandang Disabilitas • Layanan Rehabilitasi di 8 Kabupaten di Propinsi Aceh Temuan awal Program ini diimplementasikan di 8 kabupaten: Banda Aceh, Aceh Besar, Aceh Tengah, Bener Meriah, Bireuen, Pidie Jaya, Lhokseumawe and Aceh Utara. Seper yang sudah diungkapkan laporan ini, sebelum adanya program HI ini , pelayanan rehabilitasi fisik untuk penyandang disabilitas sangat terbatas jumlahnya, dan hanya berpusat di RSUD dan RSU propinsi. Secara umum, petugas fisioterapi dak tersedia di Puskesmas atau dak bekerja sesuai dengan tugas dan keahlian profesi mereka di RSUD.
Bab 5. Dokumentasi Paraktek-praktek yang baik
BAB V DOKUMENTASI PRAKTEKPRAKTEK YANG BAIK
37
Pembelajaran : Pelayanan Rehabilitasi Fisik di Puskesmas, Provinsi Aceh
38
PelaƟhan bidan, sesi play role, AcehTengah
Strategi implementasi Melalui proyek ini , HI mendukung implementasi layanan rehabilitasi fisik di ngkat masyarakat melalui 53 Puskesmas dan membentuk system rujukan yang komprehensif dimulai dari ngkat masyarakat samapai kepada RSUD dan RSU Propinsi. Hal tersebut difasilitasi melalui advokasi kepada DinKes Kabupaten yang bertujuan mendukung akses kepada fasilitas kesehatan di ngkat masyarakat tanpa membentuk struktur yang khusus atau spesifik, namun dengan penguatan serta pengembangan jaringan yang telah ada dan program yang telah ditetapkan di ngkat propinsi. Hal ini termasuk deteksi dan iden fikasi dan rujukan bagi penyandang disabilitas ke Puskesmas yang dilakukan oleh bidan sebagai tenaga kesehatan yang berada di desa-desa. Di Puskesmas, bidan diakui sebagai profesional yang bertanggung jawab dan akuntabel, untuk memberikan dukungan, perawatan dan saran selama kehamilan, persalinan dan masa nifas, memimpin persalinan atas tanggung jawabnya sendiri, dan menyediakan perawatan untuk bayi baru lahir dan bayi. Perawatan ini melipu kegiatan pencegahan, promosi persalinan normal, deteksi komplikasi ibu dan anak, dan akses bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai, serta mengambil langkahlangkah pada keadaan darurat.
Pilihan bekerja dengan bidan desa memas kan untuk menjangkau penyandang disabilitas secara efek f karena: Bab 5. Dokumentasi Paraktek-praktek yang baik
• Bidan desa bekerja untuk Puskesmas. Sejalan dengan tugas dan tanggung jawab seorang Bidan desa, tentulah mudah bagi mereka mengenali dan mengiden fikasi penyandang disabilitas di desa mereka nggal dan melakukan deteksi dini disabilitas sejak bayi baru dilahirkan, yang kemudian di laporkan kepada Puskesmas. • Bidan desa ini telah dila h untuk meng-iden fikasi dan melakukan deteksi dini,sehingga mereka dapat merujuk secara tepat dan benar penyandang disabilitas yang membutuhkan pelayanan rehabilitasi.
39
Pemeriksaan dan penilaian awal dilakukan oleh dokter umum di Puskesmas dan dari sini pasien dapat dirujuk kepada petugas fisioterapi yang melakukan pelayanan rehabilitasi fisik di Puskesmas. Pada kasus khusus yang membutuhkan pelayanan rehabilitasi fisik lebih jauh seper kebutuhan akan terapi okupasional, terapi wicara atau bantuan kaki palsu dan alat bantu, pasien dapat di rujuk ke RSU Propinsi.
Terapi bicara dan komunikasi di RSUD Zainoel Abidin - Banda Aceh
Pembelajaran : Pelayanan Rehabilitasi Fisik di Puskesmas, Provinsi Aceh
40
SensiƟsasi- persepsi anak terhadap disabilitas, kegiatan psikososial di SD inklusi , Banda Aceh ,2012
Sebagai upaya mebentuk tata laksana perawatan sistem rehabilitasi yang komprehensif, proyek ini melakukan beberapa strategi sebagai berikut: 1. Pembangunan kapasitas • Pemberian pela han ketrampilan teknis bagi fisioterapis dan prak si kesehatan (bidan, dokter) • Pemberian pela han kepada organisasi penyandang disabilitas (DPO) untuk penyadaran pada akses kesehatan • Training diberikan kepada organisasi masyarakat sipil dan pemangku kepen ngan dalam bidang kesehatan (DinKes Kabupaten, Dinkes Propinsi) mengenai layanan rehabilitasi 2. Sensi sasi dan sosialisasi • Dengan dukungan dari fisioterapis Puskesmas, proyek ini melaksanakan sensi sasi kepada masyarakat untuk mempromosikan tentang ketersediaan layanan rehabilitasi bagi penyandang disabilitas termasuk penyebar luasan produk media cetak berupa brosur, leaflet, banner dan lainnya. Disamping itu, juga dilakukan FGD dengan masyarakat desa. • Organisasi penyandang disabilitas juga melakukan kampanye penyadaran tentang pen ngnya layanan kesehatan bagi penyandang disabilitas dan bagaimana cara mengaksesnya.
3. Pemberdayaan terhadap organisasi penyandang disabilitas
Bab 5. Dokumentasi Paraktek-praktek yang baik
Kegiatan ini bertujuan untuk menumbuhkan penyadaran dan pemahaman tentang pengarus utamaan layanan kesehatan umum dan hak mereka untuk mengaksesnya. Berdasarkan pembekalan ini, organisasi-organisasi penyandang disabilitas dan annggotanya memiliki kemampuan yang lebih untuk mengiden fikasi kebutuhan-kebutuhan mereka sebagai penyandang disabilitas dalam hal kesehatan, serta memo vasi anggota atau penyandang disabilitas lainnya untuk mengakses hak-hak mereka pada isu kesehatan dan mengadvokasikannya.
41
Organisasi penyandang disabilitas, HWDI, mengunjungi Puskesmas, Kaju, Aceh Besar, 2011
4. Advokasi kepada pemerintah penyedia pelayanan kesehatan • Secara reguler HI dan Dinkes kabupaten maupun Dinkes propinsi melaksanakan FGD untuk mengangkat isu tentang pelayanan kesehatan bagi penyandang disabilitas dan mengkomunikasikan satu sama lain antara Dinkes Kabupaten dan Propinsi dengan organisasi penyandang disabilitas. • Melalui program ini HI memfasilitasi penyandang disabilitas yang diwakili oleh organisasi penyandang disabilitas untuk melakukan pertemuan dengan aktor yang terlibat pada isu kesehatan seper Dinkes Kabupaten, Pemerintah daerah/ kantor Bupa dan organisasi masyarakat sipil untuk mendiskusikan isu kesehatan yang dihadapi penyandang disabilitas.
Pembelajaran : Pelayanan Rehabilitasi Fisik di Puskesmas, Provinsi Aceh
42
Fokus Grup Diskusi, unsur Dinas Kesehatan, Puskesmas, komite kecamatan dan organisasi penyandang disabilitas. Aceh Tengah 2011
• Dinkes Kabupaten berperanan melakukan upaya advokasi kepada pemerintah dan pihak pengambil keputusan untuk setuju menempatkan tenaga fisioterapi di ngkat Puskesmas. Kepala Bidang program pelayanan kesehatan Dinkes yang terkait dengan rehabilitasi kemudian melakukan pertemuan koordinasi dengan petugas pelaksana program kesehatan ngkat puskesmas untuk memperkenalkan keberadaan pelayanan rehabilitasi fisik di Puskesmas tersebut. Dengan upaya tersebut kegiatan pelayanan rehabilitasi fisik dapat terintegrasi dengan program kesehatan lainnya di Puskesmas. Hasil dari pertemuan-pertemuan tersebut memberikan group kerja daerah dari beberapa pemerintah kabupaten untuk memulai mengikutsertakan fisioterapis dalam dalam hal layanan rehabilitasi fisik di perencanaan program dan anggaran tahunan kabupaten.
Capaian Bab 5. Dokumentasi Paraktek-praktek yang baik
Capaian utama berkaitan dengan advokasi kesehatan dapat digambarkan sebagai berikut : 1. Dinas Kesehatan Kabupaten Di 8 kabupaten intervensi, Dinkes kabupaten berhasil menempatkan fisioterapis di 53 Puskesmas. Pelayanan rehabilitasi fisik berhasil terintegrasi dengan program kesehatan lainnya di Puskesmas dan terbangunnya system rujukan yang komprehensif di 8 kabupaten. Dinkes juga berhasil melakukan advokasi alokasi anggaran pada pemerintah untuk pelayanan rehabilitasi fisik dan pengangkatan beberapa tenaga fisioterapi Puskesmas sebagai pegawai negeri. 2. Organisasi penyandang disabilitas Organisasi penyandang disabilitas memahami tentang pen ngnya memenuhi kebutuhan hak mereka dalam mengakses pelayanan kesehatan. Mereka juga telah mampu melakukan iden fikasi kebutuhan mereka terhadap pelayanan kesehatan khusus yakni kebutuhan akan pelayanan rehabilitasi fisik bagi penyandang disabilitas. Mereka juga memahami bagaimana mempresentasikan kebutuhan tersebut kepada pihak pemangku kepen ngan terutama berkaitan dengan proses mengikutsertakannya pelayanan tersebut dalam rencana program kesehatan tahunan and alokasi anggaran.
43
3. Pemerintah selaku pemangku kepen ngan. Di kabupaten dan propinsi menyadari akan kebutuhan penyandang disabilitas dalam hal layanan kesehatan.
Anak menggunakan alat bantu untuk berdiri
Pembelajaran : Pelayanan Rehabilitasi Fisik di Puskesmas, Provinsi Aceh
Perubahan Sebelum adanya proyek ini, di ngkat Puskesmas penyandang diasbilitas dak memiliki akses terhadap layanan rehabilitasi dan hanya dapat dilayani dalam hal keluhan penyakit umum. Setelah proyek diimplementasikan, penyandang disabilitas dapat meng-akses pelayanan rehabilitasi fisik di Puskesmas dan dirujukkan kepada layanan rehabilitasi lainnya sesuai kebutuhan dari kasus yang ada. DinKes Kabupaten semakin memiliki kemampuan melakukan sistem monitoring terhadap pelayanan rehabilitasi fisik ini sejalan dengan keberlangsungan program di ngkat Puskesmas, maupun setelah dilakukan serah terima program antara HI dengan Dinkes kabupaten tahun 2012. Disisi lain, pihak pemerintah dan pemangku kepentingan semakin paham akan perlunya ketersediaan pelayanan rehabilitasi fisik bagi penyandang disabilitas.
Survey Tingkat Kepuasan Pasien
44
Studi ngkat kepuasan dilakukan pada tahun 2012 dengan 200 pasien dari layanan fisioterapi di wilayah target mengukur ngkat kepuasan pasien dan keluarganya terhadap manfaat pelayanan rehabilitasi fisik di Puskesmas ini. Hasil survey menunjukan, sejumlah 69 % responden (jumlah responden 200 orang, dari 8 kabupaten) menyatakan bahwa setelah menerima rawatan rehabilitasi fisik ini maka pasien mengalami peningkatan kemampuan gerak fisik dan dapat melakukan kegiatan bersama keluarganya serta bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya setelah diberikan perawatan.
Perbandingan Angka Tenaga Profesi Kesehatan Yang Mendapatkan PelaƟhan Dengan Angka Pasien Layanan Fisioterapi di Tingkat Puskesmas di 8 Kabupaten
Pasien penerima manfaat Tenaga yang dila h
“Saya menyadari bahwa saya dak cukup memperha kan terhadap pertumbuhan Iksan, karena saya harus mengurus adiknya Iksan”. Ke ka Iksan masih satu (1) tahun, suami saya dan saya sendiri baru menyadari ada sesuatu yang berbeda dalam pergerakannya. Ia dak dapat merangkak, padahal adiknya telah melakukan hal itu pada usia 5 bulan, tetapi Iksan hanya meletakan wajahnya di lantai. Suatu kali saya berkunjung ke Puskesmas karena Iksan sakit, disitulah saya mendengar adanya layanan fisioterapi. Saat dokter memeriksa Iksan yang sakit, disarankan agar saya mau membawa Iksan dirawat fisioterapi. Pertama kali dirawat, saya dak begitu yakin akan kesembuhan karena perawat fisioterapi dak memberikan obat minum. Mereka hanya melihat kondisi Iksan saja pada awal pertama kalinya. Sebulan kemudian Iksan diberikan la han oleh ibu Mulya , seorang fisioterapis. Saya juga diajarkan bagaimana melakukan la han untuk Iksan di rumah. Saya disarankan membawa Iksan 3 kali seminggu ke Puskesmas, dan beruntungnya suami sangat mendukung. Jika kami kebetulan dak datang menemui fisioterapi, maka saya dan suami mela h Iksan di rumah.
Iksan dan fisioterapi dari Puskesmas Muara Batu, Aceh Utara
Setahun setelah proses ini berjalan, saya mulai merasakan manfaat layanan ini. Dari mulanya Ikhsan dak mampu duduk sendiri, kini ia sudah duduk sendiri dan mulai belajar berjalan. Pertama kali Iksan belajar berjalan terlihat akan minatnya yang luar biasa, sehingga ap pagi saya harus menuntunnya keluar rumah.” Dariyani - 30 tahun Ibu dari Iksan
Bab 5. Dokumentasi Paraktek-praktek yang baik
Cerita Iksan - Seorang Anak Cerebral Palsy
45
Pembelajaran : Pelayanan Rehabilitasi Fisik di Puskesmas, Provinsi Aceh
46
Manfaat Rehabilitasi di Puskesmas “Sangatlah pen ng pen ng untuk membangun layanan rehabilitasi fisik di Puskesmas. Layanan ini memberikan kontribusi untuk pencegahan disabilitas berkelanjutan dan perawatan memberikan perbaikan dan pengurangan beban keluarga karena disabilitas. Hal ini adalah sesuatu yang dak dipahami sebelumnya oleh orang-orang pada umumnya. Didukung program HI, perubahan layanan mencakup kesadaran bahwa pelayanan rehabilitasi fisik di Puskesmas memberikan banyak manfaat bagi masyarakat. Melalui peningkatan kapasitas tenaga fisioterapi juga termo vasi untuk bekerja sesuai dengan kemampuan teknis dan profesi. Dinas Kesehatan kabupaten memberikan dukungan kepada program fisioterapi dan meningkatkan layanan yang lebih luas untuk penyandang disabilitas dibidang kesehatan. Perubahan juga dapat dilihat dari meningkatnya jumlah pasien yang mengunjungi klinik fisioterapi dengan berbagai jenis kondisi. Kami masih membutuhkan sosialisasi yang lebih untuk memperkenalkan manfaat lain dari layanan fisioterapi.” dr. Lili Kepala Puskesmas Kota Juang Kabupaten Bireuen - Aceh Utara
Sebuah Perkembangan Mantap Yang Bermanfaat Bagi Semua “Sebagai dokter, saya menyadari bahwa layanan rehabilitasi awalnya hanya diperkenalkan di Rumah Sakit Umum Propinsi. Namun pada tahun 2011, HI mendorong untuk tersedianya layanan rehabilitasi fisik di Puskesmas. Pada saat itu saya mulai mendiskusikan dengan bidang Yankes dan petugas yang bertanggung jawab dalam bidang khusus disabilitas. Dinkes Kabupaten Bireun memiliki bidang disabilitas tetapi belum ada kegiatan, barulah melalui program ini pertama kalinya kami memikirkan layanan rehabilitasi fisik untuk penyandang disabilitas di Bireuen. Saya menugaskan bidang Yankes dan bidang disabilitas untuk mengiden fikasi kebutuhan layanan rehabilitasi fisik sebagai bagian layanan kesehatan di Puskesmas. Dalam satu (1) tahun, layanan rehabilitasi telah siap beroperasi di 8 Puskesmas di Bireuen. Langkah selanjutnya adalah mengadvokasi pemerintah daerah dengan mengusulkan kepada Bupa untuk diperbolehkan merekrut tenaga fisioterapi. Setelah mendapat persetujuan, puskesmas mulai membuka lowongan untuk tenaga fisioterapi. Hal ini sama sekali dak mudah, karena Dinkes dak dapat menyediakan insen f khusus dibandingkan dengan klinik swasta dan sementara itu jumlah tenaga profesional fisioterapi di Bireuen sangat terbatas. Selain itu, karena per mbangan jarak tempuh dan geografis, harus dicari tenaga yang nggal dekat dengan Puskesmas karena dak ada dukungan biaya penggan an transportasi dari pemerintah. Melalui advokasi itu, Dinas Kesehatan Kabupaten dapat mendemonstrasikan kepada badan regulasi daerah dan pemangku kepen ngan bahwa layanan rehabilitasi di Puskemas dapat bermanfaat bagi masyarakat.” dr. Amir Hamdani, M.Kes Kepala Dinkes Kabupaten Bireuen (2011-2012)
• Di beberapa wilayah, kepala DinKes dak pro-ak f mendukung integrasi rehabilitasi fisik ke dalam program-program kesehatan yang ada dan dak menyebar luaskan informasi mengenai hal tersebut di Puskemas. Hal ini berdampak pada implementasi layanan rehabilitasi fisik di Puskesmas yang lamban di dalam perkembangannya dan jumlah puskesmas yang memiliki pelayanan rehabilitasi fisik di wilayah tersebut dak semakin bertambah. • Seringnya terjadi pergan an pimpinan dari Dinas Kesehatan. Hal ini memperlambat perkembangan layanan rehabilitasi fisik. Terjadinya mutasi seringkali dak disertai serah terima jabatan yang layak yang dapat mengancam kesinambungan program. • Tidak adanya perencanaan dan penganggaran nasional yang secara spesifik mengalokasikan perkembangan layanan rehabilitasi fisik di ngkat Puskesmas yang membatasi kemungkinan untuk di ngkatkan pengembangannya. • Ke dak jelasan kebijakan terhadap peraturan di DinKes kabupaten mengenai status tenaga fisioterapi sebagai pegawai negeri atau staf kontrak, yang membatasi keberlanjutan sumber daya manusia. • Organisasi penyandang disabilitas baru saja dikembangkan kapasitasnya untuk advokasi isu-isu kesehatan.
Pembelajaran Pemerintah Daerah Dalam sistem pemerintahan desentralisasi di Indonesia, pemerintah daerah (kabupaten dan provinsi) sebagai badan perencanaan dan penganggaran memegang peranan pen ng dalam mendukung keberadaan rehabilitasi fisik di Puskesmas. Secara hukum, kemungkinan untuk menempatkan fisioterapi di Puskesmas tergantung pada keputusan pemerintah kabupaten. Selain itu, Puskesmas sebagai penyedia layanan, juga memerlukan dukungan anggaran dari sistem pemerintah untuk melakukan layanan rehabilitasi fisik. Pos anggaran yang dibutuhkan melipu gaji, penggan an biaya kunjungan rumah dan peralatan rehabilitasi.
Dinkes Kesehatan Kabupaten • Dinkes dak hanya memiliki peran dalam mengusulkan alokasi fisioterapis di ngkat Puskesmas, tetapi juga secara ak f terlibat dalam mengintegrasikan layanan rehabilitasi fisik dengan layanan kesehatan lainnya di ngkat Puskesmas. Hal ini pen ng untuk memas kan bahwa layanan rehabilitasi fisik dapat dicapai oleh anggota masyarakat, termasuk para penyandang disabilitas, melalui rujukan dari referen kesehatan, dan terintegrasi dalam manajemen perawatan yang komprehensif.
Bab 5. Dokumentasi Paraktek-praktek yang baik
Tantangan
47
Pembelajaran : Pelayanan Rehabilitasi Fisik di Puskesmas, Provinsi Aceh
48
• Dinkes juga memiliki peran signifikan untuk mengadvokasi pemerintah daerah untuk alokasi anggaran untuk melaksanakan dan mengembangkan layanan rehabilitasi fisik di ngkat kabupaten dan provinsi. Berikut adalah contoh dari pos anggaran (APBD) yang direncanakan oleh salah satu target Dinas Kesehatan Kabupaten tahun 2012.
Contoh Alokasi Anggaran Layanan Rehabilitasi di Tingkat Kabupaten No
Nama Kegiatan
Anggaran yang dibutuhkan
Keterangan
1
Dinkes melakukan pertemuan koordinasi Rp 4.175.000 dengan petugas fisioterapi dalam satu tahun
Tergantung jumlah puskesmas, banyaknya petugas fisioterapi yang diundang, jumlah pertemuan koordinasi yang akan dilakukan. Angka ini untuk 18 Puskesmas.
2
Bimbingan teknis fisioterapi oleh Dinkes Rp 1.530.000 dalam setahun
Monitoring per 6 bulan sekali, untuk 2 petugas Dinkes. Angka ini untuk 18 Puskesmas.
3
Biaya monitoring Dinkes ke Puskesmas/ Rp 85.000 Se apkali monitoring bisa satu atau dua orang petugas Rp 100.000 kali/ orang
4
Untuk biaya ruang fisioterapi : pembelian Rp 80.000.000 peralatan penunjang di Puskesmas , tempat dur, alat penunjang la han gerak, kaca, alat beban, bola , tens, balance board, dst
5
Biaya minimal Pembelian alat penunjang
Rp 3.500.000 Untuk awal dibukanya program untuk satu Puskesmas Rp 4.000.000
6
Alat habis pakai per Puskesmas per tahun
Rp 500.000 Alat habis pakai seper lampu yang putus, lo on, dll. Rp 1.000.000
7
Biaya pelayanan mengunjungi pasien
Rp 50.000 Tergantung jumlah pasien yang dikunjungi dan jumlah Rp 200.000 kunjungan per pasien, dan jarak tempuh
8
Biaya kunjungan rumah yang digan oleh Rp 15.000 Tergantung geografi dan terpencil atau daknya daerah, Rp 25.000 kunjungan rumah per pasien atau berapa kali kedatangan. Puskesmas pada fisioterapi / kali
9
Dukungan Layanan
10
Jaminan
Kesehatan
untuk
Honorarium bulanan untuk tenaga fisio- Rp 1.000.000 terapi bak /suka rela
Hanya terjadi satu kali pembelian dalam satu tahun program untuk sejumlah puskesmas . Angka ini untuk 8 - 18 Puskesmas.
Jaminan nasional dak membayar fisioterais bak /suka rela. Namun kepala Puskesmas dapat berbagi pembayaran kuota yang diterima dari Jaminan Kesehatan Aceh (JKA) per Puskesmas untuk menutupi pendanaan pembayaran fisioterapis di Puskesmas. Honorarium bulanan dapat diberikan jika ada SK Bupa . jika Bak murni/ sukarela dak mendapatkan honor kecuali ditentukan oleh kebijakan Puskesmas. Untuk gaji PNS tergantung golongannya.
Organisasi Penyandang Disabilitas Bab 5. Dokumentasi Paraktek-praktek yang baik
Organisasi penyandang disabilitas perlu mengembangkan kapasitas tertentu, serta rasa percaya diri untuk bergabung secara efek f dalam proses advokasi untuk pengembangan rehabilitasi fisik. Selama proyek ini, kesehatan dak selalu dianggap sebagai prioritas oleh organisasi penyandang disabilitas, yang memusatkan perhaan mereka pada isu mata pencaharian.
49
Rekomendasi Pemerintah Daerah Memberikan dukungan kepada Pemerintah untuk membangun pemahaman mengenai kebutuhan para penyandang disabilitas dan memfasilitasi pengembangan kebijakan dan rencana yang dapat memfasilitasi akses terhadap pelayanan kesehatan, terutama rehabilitasi fisik melalui alokasi anggaran dan program pembangunan yang pro-disabilitas dari provinsi sampai ngkat kecamatan.
FGD di Ɵngkat propinsi dengan parƟsipasi Dinas Kesehatan Propinsi, Organisasi Penyandang Disabilitas dan Puskesmas
Pembelajaran : Pelayanan Rehabilitasi Fisik di Puskesmas, Provinsi Aceh
Dinas Kesehatan Kabupaten • Mendukung Dinas Kesehatan Kabupaten untuk memper mbangkan dan bekerja pada keberlanjutan rehabilitasi fisik dalam kerangka system pemerintahan yang desentralisasi. • Mendukung Dinas Kesehatan untuk melakukan advokasi terhadap pelayanan kesehatan di ngkat kabupaten dan provinsi, sehingga membuka peluang untuk mendapatkan alokasi anggaran. • Mendorong serah terima jabatan yang sitema s antara pimpinan baru dan lama untuk memas kan keberlanjutan. • Mendukungan Dinas Kesehatan untuk mengembangkan koordinasi antarsektoral antara program layanan kesehatan mengenai rehabilitasi fisik.
50
Pertemuan organisasi penyandang disabilitas dalam topik informasi dan isu umum kesehatan
Organisasi Penyandang Disabilitas • Tetap meneruskan pengembangan kapasitas organisasi penyandang disabilitas untuk mendampingi Dinkes melakukan advokasi pada kesehatan inklusif. • Organisasi penyandang disabilitas harus meningkatkan kapasitas mereka pada keterampilan advokasi terutama dalam masalah kesehatan, untuk me ningkatkan jaringan yang lebih luas dan memperbaharui pengetahuan tentang mekanisme kesehatan yang diterapkan dalam pemerintahan.
Bab 5. Dokumentasi Paraktek-praktek yang baik
51
V.2.2. Praktek Baik 2 Studi Kasus Rehabilitasi Fisik Temuan Awal dan Penilaian Studi kasus rehabilitasi adalah kegiatan diskusi antara fisioterapis dengan pelaku kesehatan lainnya di Puskesmas. Hal ini bertujuan untuk memperkuat pendekatan holis k untuk rehabilitasi dan sebagai dorongan untuk berbagi pengalaman. Melalui forum ini, kasus-kasus yang dihadapi oleh fisioterapis akan terbuka untuk masukan dari pelaku kesehatan lainnya. Sebagai contoh, dalam kasus seorang anak dengan cerebral palsy, tenaga profesional kesehatan dak hanya membahas terapi yang diberikan oleh fisioterapis, tetapi juga membahas masalah gizi, pertumbuhan dan perkembangan anak sebagai bentuk koordinasi dan integrasi dengan program kesehatan lainnya.
Bedah studi kasus di Puskesmas Kuta Baro, Aceh Besar - 2012
Pembelajaran : Pelayanan Rehabilitasi Fisik di Puskesmas, Provinsi Aceh
52
Pelaksanaan sesi studi kasus rehabilitasi adalah sebagai berikut: 1. Memilih tema atau topik Topik atau tema harus rela f familiar di kalangan pelaku kesehatan. Idealnya, proses harus dimulai dengan topik yang”mudah”, yang dikenal oleh pelaku kesehatan termasuk fisioterapis. 2. Mengundang pelaku kesehatan lainnya di Puskesmas Fisioterapis berkoordinasi dengan Kepala Puskesmas dalam rangka melakukan pertemuan dengan aktor-aktor lain. Fisioterapis harus mengetahui program apa yang bisa menghubungkan dengan kasus yang akan dibahas. Berdasarkan hal tersebut, fisioterapis akan mengundang para pelaku kesehatan yang relevan dengan kasus tersebut untuk menghadiri pertemuan. 3. Pengambilan keputusan siapa yang menjadi pembicara kunci dan moderator Untuk mengop malkan efek vitas pembahasan studi kasus, lebih baik untuk mengiden fikasi pembicara kunci dan moderator untuk memfasilitasi diskusi. Pembicara kunci adalah narasumber yang juga akrab/familiar dengan topik yang akan disajikan 4. Menentukan waktu dan tempat yang tepat Agar efisien, tanggal dan waktu untuk melakukan pertemuan studi kasus ini harus merupakan kesepakatan oleh semua pelaku kesehatan yang terlibat, seper misalnya melekat pada pertemuan bulanan ru n di Puskesmas sebagai tempat yang disepaka . Karena pertemuan studi kasus biasanya dak termasuk dalam alokasi anggaran dalam Puskesmas, kegiatan harus diterapkan secara paralel dengan pertemuan ru n yang ada seper yang diusulkan di atas.
Pelaksanaan Fisioterapis mengumpulkan kasus-kasus yang ditemukan selama kegiatan mereka melakukan perawatan di ngkat Puskesmas. Berdasarkan kasus yang ditemukan, fisioterapi memilih kasus-kasus yang membutuhkan dukungan oleh para profesional kesehatan lainnya di Puskesmas. Kasus yang terpilih akan menjadi relevan untuk disajikan oleh seorang fisioterapis melalui forum diskusi di Puskesmas.
Capaian • Melalui pertemuan studi kasus, kualitas layanan perawatan rehabilitasi bagi penyandang cacat meningkat melalui pendekatan mul disiplin di mana semua program kesehatan terlibat dalam manajemen/tatalaksana perawatan. • Pelaku kesehatan lainnya di Puskesmas mengetahui dan memahami secara lebih baik terhadap kebutuhan penyandang disabilitas mengenai layanan rehabilitasi fisik.
• Pemahaman pelaku kesehatan lainnya di Puskesmas tentang kebutuhan penyandang disabilitas mengenai rehabilitasi fisik dan layanan kesehatan lainnya semakin meningkat. • Pelayanan kesehatan di Puskesmas lebih inklusif dan saling terkait/terhubung antara satu program dengan program lainnya.
Tantangan • Kurangnya kepercayaan diri dari para fisioterapis dalam hal manajemen studi kasus dan terkadang enggan untuk menjadi narasumber/pembicara kunci dalam diskusi. • Para fisioterapis perlu la han ketrampilan fasilitasi mereka untuk menjalankan diskusi. • Adanya anggapan dari rekanan kerja petugas program kesehatan lainnya di Puskesmas untuk dak perlu hadir secara teratur dalam pertemuan studi kasus bulanan di Puskesmas karena hal tersebut dinyatakan dak wajib.
Pembelajaran • Sesi berbagi pengalaman pada studi kasus oleh fisioterapsi dan pelaku kesehatan lainnya di Puskesmas mendukung pemahaman tentang manajemen perawatan yang komprehensif dan memberikan kontribusi untuk pelaksanaannya. • Sebuah komitmen yang kuat antara fisioterapi dan pelaku medis lainnya (dokter dan petugas kesehatan). Dukungan dari hirarki mereka diperlukan untuk membangun dan mempertahankan mekanisme studi kasus di Puskesmas secara ru n dan akhirnya dapat mendorong manajemen kasus yang holis k.
V.2.3. Praktek Baik 3 Mekanisme Solidaritas Masyarakat Temuan Awal dan Penilaian Penyandang disabillitas yang miskin dan nggal di daerah terpencil memerlukan penggunaan transportasi lokal untuk mengakses pelayanan kesehatan. Biaya yang dikeluarkan untuk transportasi ini sering menjadikan penghalang yang nyata untuk akses mereka kepada layanan. Berdasarkan temuan tersebut, HI mengusulkan komponen percontohan dalam proyek yang disebut mekanisme solidaritas yang bertujuan untuk mengatasi penghalang.
Bab 5. Dokumentasi Paraktek-praktek yang baik
Perubahan
53
Pembelajaran : Pelayanan Rehabilitasi Fisik di Puskesmas, Provinsi Aceh
54
Pertemuan dengan kepala desa, tokoh agama dan penyandang disabilitas di Kecamatan Timang Gajah, Kabupaten Bener Meriah
Mekanisme solidaritas masyarakat mendukungpara penyandang disabilitas dengan memberikan bantuan keuangan untuk biaya transportasi yang diperlukan ke ka mereka mengakses pelayanan kesehatan. Mekanisme solidaritas dibangun di ngkat masyarakat dengan par sipasi lembaga-lembaga lokal (organisasi berbasis kepercayaan/agama, organisasi masyarakat sipil termasuk organisasi penyandang disabilitas), yang memakai sumbangan dan penggalangan dana.
Implementasi Mekanisme solidaritas mendukung para penyandang disabilitas dengan dengan memberikan bantuan keuangan untuk biaya transportasi menuju Puskesmas atau Rumah Sakit, untuk mengakses pelayanan kesehatan rehabilitasi. Komponen percontohan dilaksanakan di 2 kecamatan, yaitu Kecamatan Ketol di Kabupaten Aceh Tengah dan KecamatanTimang Gajah di Kabupaten Bener Meriah. Komponen percontohan ini melibatkan 209 orang penyandang disabilitas dari 55 desa dalam 2 kecamatan (25 desa di Timang Gajah dan 30 desa di Ketol). Di se ap kecamatan, sebuah komite untuk mekanisme solidaritas dibentuk dalam masyarakat. Komite ini terdiri dari wakil-wakil dari perwakilan pemerintah daerah (kantor kecamatan), Dinas Kesehatan Kabupaten, Puskesmas, organisasi penyandang disabilitas (DPO), pekerja sosial dari Dinas Sosial, dan perwakilan desa yang dipilih. Tugas komite ini adalah untuk melakukan penggalangan dana dan mendampingi penyandang disabilitas dalam perjalanan mereka untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas atau rumah sakit.
Terdapat dua (2) proses yang dilangsungkan secara simultan, yang merupakan akses bagi penyandang disabilitas kepada pelayanan kesehatan itu sendiri dan akses kepada pemberian bantuan keuangan untuk transportasi melalui mekanisme solidaritas.
Akses untuk mendapat ongkos transportasi
Akses untuk mendapat layanan rehabilitasi fisik
55
Tingkat desa • pasien teriden fikasi oleh desa dirujuk ke bidan desa untuk mendapat surat rujukan di Puskesmas
Tingkat desa : iden fikasi oleh perwakilan desa / bidan desa
• Kepala desa melengkapi pasien dengan surat keterangan miskin • perwakilan desa dari komite dan kepala desa mengide fikasi siapa kira kira yang memiliki dana didesa mereka untuk hal ini • komite desa menunjuk seorang anggota komite untuk mendampingi pasien yang telah mendapat bantuan ongkos untuk pergi berobat
Puskesmas : memperoleh surat rujukan
Penyandang disabilitas Tingkat kecamatan • Jika desa mengalami kesulitan memperoleh sumbangan di desa, maka perwakilan desa yang duduk dikomite merekomendasikan agar proposal sumbangan diajukan ke ins tusi lain ngkat kecamatan. • melakukan koordinasi dengan komite agar dapat meng-akses ins tusi lain ngkat kecamatan yang dapat memberikan bantuan sumbangan
Tingkat kabupaten • Jika ngkat kecamatan tak ada donatur maka melalui komite dicarikan donatur lain ngkat kabupaten
Bab 5. Dokumentasi Paraktek-praktek yang baik
Pani a memiliki pengesahan resmi dalam bentuk Surat Keputusan (SK) yang disahkan oleh kepala kecamatan. Semua anggota komite kerja secara sukarela. Mekanisme yang diterapkan dalam komite untuk memfasilitasi penyandang disabilitas untuk mengakses pelayanan kesehatan dapat digambarkan sebagai berikut:
Rumah Sakit umum kabupaten : jika layanan rehabilitasi fisik tak dapat dilakukan di RS kabupaten maka pasien dirujuk ke RS propinsi dengan kelengkapan dokumen jaminan asuransi Aceh
Rumah sakit propinsi di Banda Aceh : layanan rehabilitasi fisik terlengkap dilakukan disini
Pembelajaran : Pelayanan Rehabilitasi Fisik di Puskesmas, Provinsi Aceh
56
Kriteria penerima manfaat untuk menerima tunjangan adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5.
Penyandang disabilitas (penilaian oleh Puskesmas) Dikategorikan sebagai orang miskin di desa (surat dari kepala desa) Penduduk dari Kecamatan Timang Gajah atau Ketol Membutuhkan pelayanan rehabilitasi di ngkat Puskesmas atau rumah sakit Bantuan diprioritaskan untuk anak-anak dan remaja penyandang disabilitas
Status ekonomi yang rendah dinyatakan dengan oleh surat keterangan dari kepala desa. Sistem ini sudah digunakan untuk mengakses program-program bantuan sosial dan karenanya dak memerlukan pengembangan mekanisme tambahan. Berkaitan dengan jarak dari kondisis geografis dapat dijelaskan secara detail mengani pemberian bantuan keuangan untuk transportasi sebagai berikut di bawah ini. Syarat dan ketentuan yang ditetapkan untuk tunjangan/bantuan biaya transportasi adalah sebagai berikut: 1. Jumlah tunjangan/bantuan biaya transportasi adalah tetap dan diberikan kepada penerima manfaat di awal. 2. Penerima manfaat bertanggung jawab untuk membawa surat rujukan dari Puskesmas bersama dengan dokumen pendukung yang diperlukan (fotocopy KTP, kartu asuransi pemerintah (Jamkesmas / JKA)) 3. Tunjangan/bantuan biaya transportasi ini diberikan per-perjalanan (satu perjalanan pada satu waktu), kecuali jika komite memiliki dana yang cukup untuk menutup kekurangan biaya yang dikeluarkan penerima manfaat secara lebih. 4. Tunjangan/bantuan biaya transportasi adalah lump sum dan dak bisa ditawar 5. Tunjangan/bantuan biaya transportasi termasuk biaya pendampingan oleh anggota komite dan dak ada pembayaran untuk biaya tambahan karena untuk anggota komite
Bab 5. Dokumentasi Paraktek-praktek yang baik
57
Penggalangan dana bagi mekanisme dilakukan melalui proposal yang ditulis oleh komite mekanisme solidaritas dan dikirim ke donor yang memungkinkan seper yang disebutkan pada da ar di bawah ini: • Lembaga keagamaan lokal di Aceh Tengah dan Bener Meriah yang disebut Baitul Mal. Baitul Mal adalah lembaga lokal yang ada di sebagian besar negara muslim yang mengumpulkan sumbangan sesuai dengan pesyaratan muslim dengan penetapan proporsi pemberian kekayaan seseorang untuk amal (Zakat). Dana tersebut kemudian didistribusikan kembali kepada mereka yang miskin baik melalui proyek atau sumbangan langsung.
Semua pihak harus terlibat dalam mekanisme solidaritas berbasis masyarakat, bisa dengan menyumbang uang atau menyediakan alat transportasi
Pembelajaran : Pelayanan Rehabilitasi Fisik di Puskesmas, Provinsi Aceh
58
• Pengumpulan dana secara tradisional oleh pemuka adat atau pemuka agama yang disebut dengan Tengku Imum (imam masjid). Pengumpulan dana ini didasarkan pada kebutuhan dengan sistem tradisional yang difasilitasi oleh pemuka agama setempat. Hal ini bersifat dak wajib dan berdasarkan pada amal. Biasanya dilakukan melalui kelompok-kelompok sosial yang ada (kelompok pengajian, pertemuan lingkungan). • Sumbangan sukarela dari kepala desa dan stafnya Hal ini merupakan tradisi di Aceh untuk mengumpulkan sumbangan yang disebut Tullah. Se ap 3 bulan kepala desa dan staf mereka memberikan sebagian dari gaji yang mereka terima untuk amal. Jumlah sumbangan berkisar dari Rp 5.000 sampai dengan Rp 25.000 per orang (0,4 sampai 2 EUR).
Capaian • Masyarakat di dua kecamatan semakin meningkat kesadarannya mengenai situasi penyandang disabilitas dan kebutuhan mereka berkaitan dengan akses ke pelayanan kesehatan • Meningkatnya perkembangan kapasitas dari komite mekanisme solidaritas untuk iden fikasi penyandang disabilitas, ndak lanjut sistem rujukan kesehatan, menulis proposal dan mengadvokasikan • Empat (4) penyandang disabilitas telah mendapat manfaat dari tunjangan/ bantuan biaya transportasi melalui mekanisme solidaritas dan mendapatkan akses yang lebih baik kepada layanan rehabilitasi, di ngkat desa, kabupaten dan provinsi. Sebanyak ga puluh (30) penyandang disabilitas telah terda ar untuk mekanisme dan akan dirujuk se ap saat dana tersedia. • Organisasi penyandang disabilitas terhubung dengan komite mekanisme solidaritas untuk mengadvokasi mekanisme solidaritas kepada pemerintah daerah di ngkat kabupaten.
10,14 %
60,86 %
Jumlah kaki palsu yang mampu disediakan oleh RSUZA Jumlah antrian penyandang disabilitas yang membutuhkan P&O
59
Jumlah Penerima Manfaat Mekanisme Solidaritas Yang Dirujuk Ke RSUZA Untuk Mendapatkan Kaki Palsu
Jumlah penerima manfaat kaki palsu dari ATBM
Perubahan Tingkat masyarakat: • Lingkungan sosial yang posi f berkembang dalam masyarakat, mencakup perubahan sikap pada masyarakat yang lebih menghargai dan peduli terhadap penyandang disabilitas. • Par sipasi penyandang disabilitas menjadi bagian yang bernilai di masyarakat • Melalui komite mekanisme solidaritas, anggota masyarakat bersama-sama dengan organisasi penyandang disabilitas menganjurkan mekanisme solidaritas kepada pemerintah daerah di ngkat kabupaten.
Bab 5. Dokumentasi Paraktek-praktek yang baik
Angka Perbandingan Jumlah Kebutuhan P & O Oleh Penyandang Disabilitas Dengan Ketersediaan Material di RSUZA Tahun 2013
Pembelajaran : Pelayanan Rehabilitasi Fisik di Puskesmas, Provinsi Aceh
60
Mekanisme Dengan Keuntungan Yang Banyak “Perubahan yang signifikan adalah bahwa semua pihak yang bekerja di Kecamatan Ketol pada saat ini memahami pen ngnya untuk memperha kan hak-hak penyandang disabilitas yang nggal di daerah. Melalui aksi PPCI dan Handicap Interna onal, kita sekarang memiliki sudut pandang yang lebih baik tentang isu-isu disabilitas yang berhubungan dengan kesehatan. Secara lebih umum, pemerintah Kecamatan Ketol mulai serius memper mbangkan keterlibatan penyandang disabilitas dalam proses pembangunan dalam rangka membangun masyarakat yang mengikut sertakan penyandang disabilitas. Para penyandang disabilitas di Ketol sebelumnya dak mendapatkan banyak perha an dan bahkan dukungan. Hal ini karena keterbatasan kami dalam hal sumber daya manusia dan pengetahuan tentang disabilitas dan layanan terkait. Sekarang, melalui promosi rehabilitasi fisik dan mekanisme solidaritas masyarakat ini, kami memiliki contoh ndakan nyata yang dapat meningkatkan kehidupan para penyandang disabilitas dan keluarga mereka.” Bpk. Gempar Sekertaris Kecamatan Ketol, Kabupaten Aceh Tengah
Memahami Solidaritas “Sejak saya mulai bekerja dengan HI untuk membangun mekanisme dukungan bagi penyandang disabilitas, hal yang paling pen ng bagi saya dan rekan-rekan saya adalah tumbuhnya pemahaman dan sikap peduli kepada penyandang disabilitas. Ke ka bekerja untuk membentuk mekanisme dukungan dengan HI, kapasitas dan semangat kami juga meningkat. Kami belajar menghadapi tantangan dan merasa percaya diri untuk mengadvokasi pemerintah daerah dan pemangku kepen ngan. Salah satu faktor yang mendukung perubahan ini adalah pertemuan run yang kami adakan dengan penyandang disabilitas untuk mendiskusikan masalah mereka dalam masyarakat, mencoba mencari solusi bersama-sama dan menyampaikan masalah tersebut kepada para pemimpin daerah dan pihak-pihak yang berkepen ngan di Kecamatan Timang Gajah untuk menentukan strategi komite”. Bpk. Untung Ketua Komite Kecamatan Timang Gajah, Kabupaten Bener Meriah
• Tumbuhnya kesadaran oleh lembaga lokal tentang kebutuhan penyandang disabilitas yang lebih inklusi dalam program bantuan sosial Sebagai contoh: Baitul Mal adalah lembaga lokal yang mendukung mekanisme solidaritas. Total bantuan rata-rata adalah Rp 750. 000 sampai Rp 2.000.000/orang yang memerlukan ke RSU Propinsi. Baitul Mal mampu mendukung maksimal 2 penyandang disabilitas per bulan.
Jumlah dana yang dikumpulkan oleh Komite Aceh Tengah dan Bener Meriah untuk tunjangan bantuan transportasi pasien
Bab 5. Dokumentasi Paraktek-praktek yang baik
DI Tingkat Lembaga Lokal (Baitul Mal, Tengku Imum):
61
Selain itu, Baitul Mal Aceh Tengah telah membuat sebuah program pemberdayaan penyandang disabilitas. Penyandang disabilitas pria mendapatkan pela han keterampilan listrik, mesin bubut dan ketrampilan mekanik. Para penyandang disabilitas perempuan mendapat pela han keterampilan menjahit. Baitul Mal telah memberikan donasi sebagai modal kerja dengan jumlah total Rp 5 juta untuk 5 orang. Hal ini menunjukkan dampak dari mekanisme solidaritas di luar tunjangan/ bantuan pembiayaan transportasi. Baitul Mal Aceh Tengah juga telah bertemu dengan Baitul Mal Propinsi Aceh untuk mempromosikan pengikutsertaan penyandang disabilitas dalam programprogram lain yang dijalankan oleh Baitul Mal Propinsi selain bantuan pembiayaan transportasi seper pemberian bantuan dana untuk wirausaha. Langkah Baitul Mal Aceh Tengah dalam promosi ini merupakan langkah advokasi yang dilakukan bersama dengan organisasi-organisasi penyandang disabilitas (DPO) tanpa bantuan insen f dari HI.
Pembelajaran : Pelayanan Rehabilitasi Fisik di Puskesmas, Provinsi Aceh
62
Tingkat Organisasi Penyandang Disabilitas : • Kemampuan organisasi penyandang disabilitas semakin meningkat dalam hal advokasi kepada ins tusi di daerah seper Baitul Mal dan pemerintah daerah daam hal dokumen administrasi di kabupaten sebagai upaya memperoleh bantuan pembiayaan ke rumah sakit. • Kemampuan organisasi penyandang disabilitas semakin meningkat untuk melakukan advokasi dalam pemenuhan akan hak mereka di sektor selain kesehatan yakni pemberdayaan ekonomi dan akses terhadap mata pencaharian dengan mengadvokasi Baitul Mal dan memperoleh bantuan modal.
Tantangan • Bekerja sukarela ternyata memiliki masalah , yakni adanya kebutuhan dari staf komite untuk insen f transportasi ke ka mereka melakukan sosialisasi ke desa- desa dengan menggunakan motor pribadi. Ada kebutuhan pengganan uang bensin. • Komite solidaritas masyarakat dak memiliki kantor sekretariat yang permanen. Hal tersebut menyebabkan penyandang dan keluarganya disabilitas kesulitan untuk mengakses program layanan di se ap waktu, sehingga bergantung kepada kepala desa untuk mendapatkan layanan informasi. • Beberapa anggota komite mengusulkan adanya insen f untuk keterlibatan mereka dalam mekanisme solidaritas masyarakat untuk periode kerja yang lama. • Data penyandang disabilitas yang dak update atau dak terjadi pembaharuan sejalan dengan perkembangan program mekanisme solidaritas masyarakat karena kurangnya ketrampilan dan kemampuan dari komite untuk membuat database. • Keluarga pasien sebagai pendamping penyandang disabilitas yang mendapatkan bantuan mengusulkan untuk mendapatkan pertanggungan pembiayaan transportasi dan pendampingan. • Pengusulan biaya pendampingan lebih besar dibandingkan ketersediaan dana yang dimiliki oleh komite.
Bab 5. Dokumentasi Paraktek-praktek yang baik
63
Pembelajaran • Sistem solidaritas tradisional ini sangat efek f untuk membantu penyandang disabilitas mengakses pelayanan rehabilitasi fisik dan kesehatan. • Aspek struktural dan logis k terkait dengan sarana dan prasarana yang berkenaan dengan pembentukan awal mekanisme solidaritas harus dipermbangkan untuk memas kan kelancaran pelaksanaan mekanisme. Sebagai contoh: persiapan pengadaan kantor, tatalaksana manajemen, ketrampilan pengelolaan data, dan operasionalisasi anggaran komite. • Untuk menjalankan program yang berkesinambungan dan dapat memenuhi kebutuhan penyandang disabilitas dalam hal pembiayaan transportasi dan akomodasi, komite membutuhkan jangkauan terhadap jaringan yang lebih luas termasuk kemungkinan terhadap ins tusi penyandang dana (donatur). • Perubahan sikap, perilaku serta perkembangan lingkungan yang inklusif membutuhkan waktu dan keberlanjutan promosi diantara anggota masyarakat dan pelaku-pelaku ins tusi. • Komite berbasis kerelawanan sangat sulit dan berat dalam kesinambungannya sejalan dengan menurunnya kinerja komite karena ketersediaan waktu yang ada disamping prioritas terhadapa mata pencaharian mereka.
Pengarusutamaan isu disabilitas dalam pertemuan kepala desa, 2013
Pembelajaran : Pelayanan Rehabilitasi Fisik di Puskesmas, Provinsi Aceh
64
Rekomendasi • Untuk menjawab keluhan anggota komite, pemerintah harusnya memberi insen f pada sekretaris komite . Hal ini dapat digulir bergan an antara anggota komite. • Untuk melengkapi dan mendukung relawan komite dalam kinerjanya, pendapatan regular terhadap posisi sekretariat dapat menjadi solusi. Posisi sekretariat dapat dialokasikan dengan sistem rolling atau perguliran tugas dari anggota komite. • Konsep mekanisme solidaritas masyarakat harus disosialisasikan terhadap masyarakat dengan memberikan penjelasan secara rinci kepada penyandang disabilitas dan keluarganya termasuk pemberian dukungan program yang dilaksanakan dengan sistem administrasi yang digenapi dalam bentuk kontrak. Hal ini merupakan hal pen ng sebagai penyadaran mereka terhadap persyaratan yang berlaku, mekanisme pemberian dan penggunaan dana bantuan, dan keterbatasan akan ketersediaan dana yang dimiliki dalam program mekanisme ini. • Pemerintah daerah khususnya di ngkat kabupaten, propinsi dan biro kesejahteraan sosial seharusnya di gerakkan lebih awal untuk memberikan dukungan kesinambungan komite melalui penyediaan dana operasional. • Dengan keberadaan mekanisme solidaritas masyarakat, pemerintah diharapkan untuk memberikan dukungan untuk memas kan pembiayaan transportasi termasuk di dalam alur asuransi kesehatan bagi penyandang disabilitas. • Organisasi penyandang disabilitas merupakan salah salah satu instrument untuk melakukan replikasi dari mekanisme solidaritas masyarakat di wilayah intervensi yang lain. • Komite hendaknya memberikan laporan keuangan dan pertannggungan dalam bentuk lain terhadap masyarakat, pemerintah dan penerima manfaat untuk membangun kredibilitas dan menarik minat terhadap pihak penyandang dana (donor). • Organisasi penyandang disabilitas memainkan perannya dalam koleksi data secara regular dan pemetaan penyandang disabilitas.
Tahun PelaƟhan dan Lokasi Tahun 2010 Banda Aceh, Aceh Besar, Aceh Tengah, Bener Meriah
Tahun 2011 Banda Aceh
Judul
Durasi
Peserta PelaƟhan
Pengajar Profesional
Jumlah Peserta
Cerebral Palsy
Cerebral Palsy
Banda Aceh
Banda Aceh
Pedagogy
Tahun 2011 Dilaksanakan di 8 kabupaten
Stroke
3 hari
Training of trainer (TOT) untuk Bidan
IBI dari Banda Aceh and Dr. Anidar, Neuro Pediatric di RSUZA
3
2 hari
Bidan Puskesmas
Bidan TOT propinsi Aceh
140
4 hari
TOT untuk Fisioterapi
Mrs. Nawangsari Takarini, NDT, M, Physio, RPT dari POLTEKES- Solo
7
3 hari
Fisioterapi Puskesmas
1. 2. 3. 4. 5.
62
3 hari
Dokter umum Puskesmas
1. dr. Nurbafri, SPA, Doctors from Quality Medical Center Hospital Banda Aceh 2. dr. Nasyaruddin Herry Taufik, Sp.RM from RSUDZA
31
4 hari
TOT untuk Fisioterapi
Humaira, SST.FT
7
2 hari
TOT untuk Bidan
Dr Nurbafri. NY, SPA
6
Bidan dan Fisioterapi
FKIP University Syah Kuala
33
2 hari
TOT Bidan
Dr Munadia, SpKfr
9
2 hari
Bidan Puskesmas
Lokal TOT
240
Bab 5. Dokumentasi Paraktek-praktek yang baik
LAMPIRAN Annex 1. DaŌar peserta yang mendapat pelaƟhan melalui program ini
65
Se awa Pinem, Sst. M. Amin, Amd. TW Sony Erfianto, SSt. Indra Yulianto, AMd. OT Heri Mursito, AMd. OP
Pembelajaran : Pelayanan Rehabilitasi Fisik di Puskesmas, Provinsi Aceh
Tahun PelaƟhan dan Lokasi
Judul
Durasi
Peserta PelaƟhan
Pengajar Profesional
Jumlah Peserta
4 hari
TOT untuk Fisioterapi
Harryjun K. Siregar, SST, MPd
8
3 hari
Fisioterapi Puskesmas
Lokal TOT
82
2 hari
Dokter umum Puskesmas
Lokal TOT
64
2 hari
Bidan Puskesmas
Lokal TOT dan dokter umum
117
5 hari
TOT Fisioterapi
Sugijanto, Dip.PT, M.Fis
10
3 hari
Fisioterapi Puskesmas
Lokal TOT
68
2 hari
Dokter umum Puskesmas
Internist dan Dr spesialsi rehab medik RSUDZA, Dr. Nasyarudin Herry Taufik, Sp.RM
46
2 hari
Fisioterapi Puskesmas
Indra Yulianto, OT dari RSUDZA
Jakarta
6 hari
Terapis wicara
Pipit-Puspitasari, AMd.TW ST dari Sasana Husada Clinic, South Jakarta
1
Jakarta
5 hari
Terapis Okupasi
Cahya Buwana Haris T.N, President of IOTI dan Technical OT di Dharmais Hospital, Jakarta.
1
Solo
12 hari
P&O (Prosthe c & Ortho c)
KUSPITO P&O Clinic di Surakarta
1
Tahun 2012 Dilaksanakan di 8 kabupaten
Knee Osteo arthri s
66
Training Devices for PTs
46
Pela han untuk staf rumah sakit propinsi Aceh (RSUZA) dan RSIA Tahun 2010
Judul
Durasi
Peserta PelaƟhan
2 tenaga P&O dari RSUDZA sekolah ke HPPOS Surakarta
3 tahun
November 2010 dua orang tenaga P&O ditempatkan di RSUDZA sejak November 2013
The 4th Interna onal Symposium on Hand Surgery and the Advances of Hand therapy for OT RSUZA
5 hari
OT- Okupasi terapis
Jakarta
ISPO Short course Management Of cerebral palsy to P&O
3 hari
P & O (prostesa dan alat bantu)
The Jakarta School of Prosthe cs & Ortho cs (JSPO) and the Interna onal Society for Prosthe cs and Ortho cs (ISPO) with the support of the Nippon Founda on
1
Jakarta
Asian Bobath Pediatric Course : Update Bobath Concept on Assessment & Treatment of CP Children
2 hari
Dr Munadia Sp KRF, RSIA (child hospital Aceh Province),
Mr. Jun Sung Hong, PT, MPH, and his assistant from Bobath Children Hospital Korea.
3
Surakarta
Pengajar Profesional
Lulus dari P&O School , Solo, September 2010
Jumlah Peserta 2
Tahun- 2011 Bandung
Asian Bobath Pediatric Course
Asian Bobath Pediatric Course
Seminar and workshop di Solo
Cervical Root Syndrome (CRS)
2 hari
M. Amin, AMd. TW, terapis Wicara dari RSUDZA
2 hari
Humaira, SST. Ft Akademy Harapan Bangsa Banda Aceh, dosen dan fisoterapi senior
2 hari
Sony Ervianto, SST, Ft, Fisioterapi senior dari RSUDZA
Indonesian Society for hand surgery (HIPITA)- members of Asia pacific federa on of socie es for surgery of the hand. Department of orthopaedics & trauma, faculty of medicine, university of Padjajaran, Hasan Sadikin hospital, Bandung, Indonesia.
1
67
dr. Luh Karunia Wahyuni, SpKFR-K (staff pengajar Rehabilitasi Medik di FKUI-RSCM) 1
Jung Sun Hong,PT,MPH M. Irvan,SSt.FT, SKM, M.Fis
Bab 5. Dokumentasi Paraktek-praktek yang baik
Tahun PelaƟhan dan Lokasi
1
dr. Safitri F,SpRM
1
68
Pembelajaran : Pelayanan Rehabilitasi Fisik di Puskesmas, Provinsi Aceh
Ilustrasi Bahasa Isyarat Handicap International Indonesia
ILUSTRASI BAHASA ISYARAT
Belajar bahasa tunarungu. Direktur RSUDZA, DR Dr. Syahrul, Sp. Saraf (K) (kiri), Dr. M. Yani (kanan), staf ahli bidang keisƟmewaan, kesejahteraan dan SDM propinsi Aceh .
69
Pembelajaran : Pelayanan Rehabilitasi Fisik di Puskesmas, Provinsi Aceh
70
ILUSTRASI BAHASA ISYARAT
bagian
-mu
anak anak
bapak
bapak
belum
berdiri
berhenƟ
duduk
ibu ibu
laki-laki makan melihat
berdiri
nama
perempuan
Ilustrasi Bahasa Isyarat Handicap International Indonesia
jatuh
71
72
Pembelajaran : Pelayanan Rehabilitasi Fisik di Puskesmas, Provinsi Aceh
sakit sama sama
saya sehat sudah
terima kasih
terus
Ɵdur
73
Ilustrasi Bahasa Isyarat Handicap International Indonesia
74
Pembelajaran : Pelayanan Rehabilitasi Fisik di Puskesmas, Provinsi Aceh
75
Ilustrasi Bahasa Isyarat Handicap International Indonesia
76
Pembelajaran : Pelayanan Rehabilitasi Fisik di Puskesmas, Provinsi Aceh