ISSN 2302-0172 pp. 11- 20
Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
10 Pages
KONSUMSI DI PROVINSI ACEH Muhammad Afdhal 1), Sofyan Syahnur 2), Muhammad Nasir 3) Magister Ilmu EkonomiPascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh Jl. Tgk. Syeh Abdul Rauf No.7, Darussalam Banda Aceh 23111, email:
[email protected] 1,2,3)
Abstract:: In everyday life, everyone is always associated with the consumption to meet the needs for food, clothing, entertainment, or for other needs. Public expenditures for food, clothing, and other necessities is called the expenditure or consumption. Public consumption is influenced by many factors, including the factors of income, wealth, interest rates and inflation. This is supported by theories that have been developed by economists. The data used are secondary data by type of annual time series data from 1990 to 2012 were sourced from the Regional Development Planning Agency (BAPPEDA) Aceh Province, the Central Statistics Agency (BPS), Bank Indonesia (BI) and other supporting data obtained of journals, books and research beforehand. The variable in this study is income, wealth, interest rates and inflation and its relation to household consumption. any increase in regional per capita income of Rp 1 million Y_t it will lower household consumption C_t Rp 694.4862 billion. any increase in quasi money W_t Rp 1 billion, it will increase the consumption of Rp C_t 0.5242 billion. any increase in deposit rates r_t Rp 1% it will reduce the consumption of Rp C_t 363.7505 billion. any increase in inflation i_t Rp 1% it will increase consumption C_t Rp 40.3652 billion. Keywords: the consumption, Public, income, wealth, interest rates, inflation Abstrak: Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang selalu berhubungan dengan konsumsi untuk memenuhi kebutuhan pangan, pakaian, hiburan atau untuk kebutuhan yang lain. Pengeluaran masyarakat untuk makanan, pakaian, dan kebutuhan lainnya tersebut dinamakan dengan pembelanjaan atau konsumsi. Konsumsi masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya faktor pendapatan, kekayaan, tingkat suku bunga dan inflasi. Hal ini didukung oleh teori yang telah dikembangkan oleh para ahli ekonomi. Data yang digunakan adalah data sekunder dengan jenis data runtun waktu tahunan dari tahun 1990 sampai tahun 2012 yang bersumber dari Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi Aceh, Badan Pusat Statistik (BPS), Bank Indonesia (BI) dan data pendukung lainnya yang diperoleh dari jurnal, buku dan penelitian sebelumnya. Variabel dalam penelitian ini adalah pendapatan, kekayaan, suku bunga dan inflasi serta kaitannya dengan konsumsi rumah tangga. setiap kenaikan pendapatan regional per kapita Y_t sebesar Rp 1 juta maka akan menurunkan konsumsi rumah tangga C_t sebesar Rp 694.4862 miliar. setiap kenaikan uang kuasi W_t sebesar Rp 1 miliar maka akan meningkatkan konsumsi C_t sebesar Rp 0.5242 miliar. setiap kenaikan suku bunga deposito r_t sebesar Rp 1% maka akan menurunkan konsumsi C_t sebesar Rp 363.7505 miliar. setiap kenaikan inflasi i_t sebesar Rp 1% maka akan meningkatkan konsumsi C_t sebesar Rp 40.3652 miliar. Kata kunci : Konsumsi, Masyarakat, Pendapatan. Kekayaan, Suku Bunga, Inflasi
PENDAHULUAN Konsumsi masyarakat dipengaruhi oleh
menyatakan
bahwa
pengeluaran
masyarakat
tergantung
konsumsi
(berbanding
lurus)
banyak faktor, diantaranya faktor pendapatan,
dengan tingkat pendapatannya. Lebih lanjut
kekayaan, tingkat suku bunga dan inflasi. Hal
Keynes
ini
merupakan fungsi dari pendapatan disposable.
didukung
oleh
teori
yang
telah
menyebutkan
dikembangkan oleh para ahli ekonomi. Menurut
Dimana
Keynes yang dikutip dalam Mankiw (2003)
pendapatan
11 -
Volume 2, No. 3, Agustus 2014
pendapatan setelah
bahwa
konsumsi
disposable
adalah
dikurangi
dengan
Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala pembayaran pajak, jadi semakin tinggi nilai pendapatan disposable maka akan semakin
Pengeluaran Rata-rata per Kapita Sebulan (Rp.) Masyarakat Provinsi Aceh (2010-2011)
tinggi pula jumlah konsumsinya.Selanjutnya menurut Keynes ada batas konsumsi minimal, tidak tergantung pada tingkat pendapatan yang disebut konsumsi otonom. Artinya tingkat
Sumber : BPS Provinsi Aceh, 2013
konsumsi tersebut harus dipenuhi walaupun tingkat pendapatan adalah nol, dan hal ini ditentukan oleh faktor di luar pendapatan, seperti ekspektasi ekonomi dari konsumen, ketersediaan dan syarat-syarat kredit, standar hidup yang diharapkan,distribusi umur, lokasi geografis.Sementara itu, Samuelson (1999) menyebutkan bahwa faktor-faktor pokok yang mempengaruhi
dan
menentukan
jumlah
pengeluaran untuk konsumsi adalah pendapatan disposibel sebagai faktor utama, pendapatan permanen
dan
pendapatan
menurut
daur
hidup, kekayaan dan faktor permanen lainnya seperti faktor sosial dan harapan tentang kondisi ekonomi dimasa yang akan datang. Sementara itu untuk Provinsi Aceh, selama dua tahun terakhir terjadi perubahan pola pengeluaran
masyarakat
untuk
konsumsi,
berdasarkan hasil Susenas Panel Maret 2010
Untuk faktor pendapatan, pendekatan yang digunakan adalah dengan pendapatan regional bruto perkapita (PDRB per kapita). Di Provinsi Aceh, pendapatan regional bruto perkapita cenderung meningkat dari tahun 2007 sampai dengan 2011, baik dengan maupun tanpa migas. Berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik Provinsi Aceh, inflasi Provinsi Aceh cenderung fluktuatifdari tahun 2000 antara 3,43% sampai dengan 34,88%. Inflasi terbesar terjadi pada tahun 2005 dimana pada tahun tersebut terjadi Bencana Gempa dan Tsunami yang membuat perekonomian di Aceh goyah dan inflasi mencapai 34,88%. Sedangkan inflasi terendah terjadi pada tahun 2011 dengan tingkat inflasi sebesar 3,43%. Perbandingan tingkat inflasi Provinsi Aceh dengan Nasional dapat dilihat pada Grafik berikut :
dan Susenas Triwulan I tahun 2011, diketahui bahwa terjadi perubahan persentase besaran konsumsi untuk makanan dan non makanan. Dibandingkan dengan konsumsi nasional, pada tahun 2010 dan 2011, pengeluaran masyarakat di Provinsi Aceh lebih banyak untuk konsumsi
Sumber : BPS Provinsi Aceh, 2013
makanan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel berikut :
Guritno (1998) mengatakan inflasi sebagai fenomena ekonomi yang terutama terjadi di Negara-negara berkembang seperti Indonesia Volume 2, No. 3, Agustus 2014
- 12
Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala sangat mempengaruhi kegiatan perekonomian.
Provinsi Aceh. Sesuai dengan beberapa teori di
Tingkat inflasi adalah kenaikan harga barang
atas, pengaruh faktor yang ingin dilihat antara
secara umum yang menyebabkan terjadinya
lain pendapatan, kekayaan, tingkat suku bunga
efek substitusi. Konsumen akan mengurangi
dan inflasi.
pembelian harganya
terhadap relatif
barang-barang
mahal
dan
yang
menambah
pengeluaran konsumsi terhadap barang-barang yang
harganya
relatif
murah.
Kenaikan
KAJIAN KEPUSTAKAAN Teori Konsumsi Menurut
Mankiw
(2000)
“Konsumsi
tingkatharga umum tidaklah berarti bahwa
adalah barang atau jasa yang dibeli oleh rumah
kenaikan
secara
tangga, konsumsi terdiri dari barang tidak tahan
proporsional. Hal ini mendorong konsumen
lama (Non Durable Goods) adalah barang yang
untuk mengalihkan
konsumsinya dari barang
habis dipakai dalam waktu pendek, seperti
yang satu ke barang lainnya. Inflasi yang tinggi
makanan dan pakaian. Kedua adalah barang
akan
masyarakat
tahan lama (Durable Goods) adalah barang
terutama terhadap produksi dalam negeri yang
yang memiliki usia panjang seperti mobil,
selanjutnya
televisi, alat-alat elektronik, ponsel dan lainya.
harga
barang
melemahkan
akan
daya
terjadi
beli
mengurangi
kepercayaan
masyarakat terhadap nilai mata uang nasional.
Ketiga, jasa (services) meliputi pekerjaan yang
Banyak alasan yang menyebabkan analisis
dilakukan untuk konsumen oleh individu dan
makroekonomiperlu
tentang
perusahaan seperti potong rambut dan berobat
konsumsi rumah tangga secara mendalam.
ke dokter. Yang dibelanjakan untuk pembelian
Alasan
barang-barang dan jasa guna mendapatkan
pertama,
memperhatikan
konsumsi
rumah
tangga
memberikan pemasukan kepada pendapatan
kepuasan dan memenuhi kebutuhan.”
nasional. Di kebanyakan negara, pengeluaran konsumsi sekitar 60-75 persen dari pendapatan
Teori Konsumsi John Maynard Keynes
nasional. Alasan yang kedua, konsumsi rumah
Dalam teorinya Keynes mengandalkan
tangga mempunyai dampak dalam menentukan
analisis statistik, dan juga membuatdugaan-
fluktuasi kegiatan ekonomi dari satu waktu ke
dugaan
waktu lainnya. Atas dasar kondisi tersebut,
introspeksi dan observasi casual. Pertamadan
penelitian
terpenting
terhadap
faktor-faktor
yang
tentang
konsumsi
Keynes
berdasarkan
menduga
mempengaruhi konsumsi masyarakat menjadi
kecenderungan
penting untuk dilakukan.
(marginal propensity to consume) jumlah yang
Dari berbagai data yang telah dikemukakan
dikonsumsi dalam setiap tambahanpendapatan
diatas, menarik untuk membuat analisis tentang
adalah antara nol dan satu. Kecenderungan
pola
mengkonsumsi marginal adalahkrusial bagi
konsumsi
dan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi pola konsumsi tersebut di 13 -
Volume 2, No. 3, Agustus 2014
rekomendasi
mengkonsumsi
bahwa,
kebijakan
Keynes
marginal
untuk
Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala menurunkan pengangguran yang kianmeluas.
Teori Konsumsi Milton Friedman
Kekuatan kebijakan fiskal untuk mempengaruhi perekonomian
sepertiditunjukkan
Teori dengan hipotesis pendapatan
oleh
permanen dikemukakan oleh Milton Friedman.
pengganda kebijakan fiskal muncul dari umpan
Menurut teori ini pendapatan masyarakat dapat
balik antara pendapatandan konsumsi.
digolongkan menjadi 2 (dua) jenis yaitu
Kedua, Keynes menyatakan bahwa rasio
pendapatan permanen (permanent income) dan
konsumsi terhadap pendapatan, yang disebut
pendapatan sementara (transitory income).
kecenderungan
Pengertian dari pendapatan permanen adalah
mengkonsumsi
rata-rata
(avarage prospensity to consume), turunketika
(Mangkoesoebroto, 1998)
pendapatan naik. Ia percaya bahwa tabungan adalah kemewahan, sehingga iaberharap orang kaya menabung dalam proporsi yang lebih
Teori Konsumsi Franco Modigliani Teori
dengan
hipotesis
siklus
hidup
tinggi dari pendapatan merekaketimbang si
dikemukaan oleh Franco Modigliani. Franco
miskin.
Modigliani
Ketiga,
Keynes
bahwa
pola
bahwa
pengeluaran konsumsi masyarakat mendasarkan
determinan
kepada kenyataan bahwa pola penerimaan dan
konsumsiyang penting dan tingkat bunga tidak
pola pengeluaran konsumsi seseorang pada
memiliki
Keynes
umumnya dipengaruhi oleh masa dalam siklus
menyatakanbahwa pengaruh tingkat bunga
hidupnya. Karena orang cenderung menerima
terhadap
teori.
penghasilan/pendapatan yang rendah pada usia
Kesimpulannya bahwa pengaruh jangka pendek
muda, tinggi pada usia menengah dan rendah
dari
pada usia tua, maka rasio tabungan akan
pendapatan
berpendapat
menerangkan
merupakan
peranan
konsumsi
tingkat
penting.
hanya
bunga
sebatas
terhadap
pengeluaran
individu daripendapatannya bersifat sekunder
berfluktuasi sejalan
dan relatif tidak penting.
umur
Berdasarkan
tiga
dugaan
ini,
mereka
dengan
yaitu
perkembangan
orang
muda
akan
fungsi
mempunyai tabungan negatif (dissaving), orang
konsumsi Keynes sering ditulis sebagai berikut:
berumur menengah menabung dan membayar
C = a + bY, a > 0, 0 < b < 1
kembali pinjaman pada masa muda mereka, dan
Keterangan:
orang usia tua akan mengambil tabungan yang
C = konsumsi
dibuatnya di masa usia menengah.
Y = pendapatan disposibel a = konstanta b = kecenderungan mengkonsumsi marginal (Mankiw, 2003)
Teori Konsumsi James Dusenberry James Dusenberry mengemukakan bahwa pengeluaran
konsumsi
suatu
masyarakat
ditentukan terutama oleh tingginya pendapatan tertinggi yang pernah dicapainya. Pendapatan Volume 2, No. 3, Agustus 2014
- 14
Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala berkurang,
konsumen
banyak
mempengaruhi konsumsi di Provinsi Aceh dari
konsumsi.
tahun 1990 sampai tahun 2012. Data yang
Untuk mempertahankan tingkat konsumsi yang
digunakan adalah data sekunder dengan jenis
inggi, terpaksa mengurangi besarnya tabungan.
data runtun waktu
Apabila pendapatan bertambah maka konsumsi
sampai tahun 2012 yang bersumber dari Badan
mereka
Perencanaan
mengurangi
tidak
pengeluaran
juga
akan
akan
untuk
betambah,
tetapi
tahunan dari tahun 1990
dan
Pembangunan
Daerah
bertambahnya tidak terlalu besar. Sedangkan
(BAPPEDA) Provinsi Aceh, Badan Pusat
tabungan
dengan
Statistik (BPS), Bank Indonesia (BI) dan data
pesatnya. Kenyataan ini terus kita jumpai
pendukung lainnya yang diperoleh dari jurnal,
sampai tingkat pendapatan tertinggi yang telah
buku
kita capai tercapai kembali. Sesudah puncak
analisis data yang digunakan adalah statistik
dari pendapatan sebelumnya telah dilalui, maka
deskriptif
tambahan
banyak
menggambarkan data tanpa bermaksud untuk
menyebabkan bertambahnya pengeluaran untuk
membuat kesimpulan yang berlaku (Sugiyono,
konsumsi,
2008).
akan
bertambah
pendapatan
sedangkan
besar
akan
di
lain
pihak
bertambahnya tabungan tidak begitu cepat (Reksoprayitno, 2000).
dan
penelitian
yang
sebelumnya.
Teknik
digunakan
untuk
Berdasarkan teori konsumsi yang sudah diungkapkan
adalah
model
regresi
linear
berganda (multiple regression) dan kerangka konseptual
Teori Konsumsi Irving Fisher
sebelumnya,
penelitian
ini
Ekonom Irving Fisher mengembangkan
menggunakan beberapa model pendekatan.
model yang digunakan para ekonom untuk
Model pertama yang digunakan sesuai dengan
menganalisis
model yang dikemukakan oleh Keynes :
bagaimana
konsumen
yang
berpandangan ke depan dan rasional membuat pilihan antar waktu yaitu, pilihan yang meliputi periode waktu yang berbeda. Model Fisher menghilangkan
hambatan-hambatan
yang
dihadapi konsumen, preferensi yang mereka miliki dan bagaimana hambatan-hambatan serta preferensi pilihan
ini
bersama-sama
mereka
terhadap
menentukan
konsumsi
dan
tabungan.
C = f(Y) Dimana
C
adalah
konsumsi,
Y
adalah
pendapatan disposabel. Selanjutnya dari model (1) dapat dituliskan persamaan linearnya menjadi : C = + Y + ɛ, > 0, 0 << 1 C = f(Y, W, r, i) dimana merupakan konstanta atau itersep, sedangkan adalah kecenderungan konsumsi
METODE PENELITIAN Penelitian
ini
memfokuskan
marginal atau koefisien pendapatan dan ɛ masalah
mengenai pola konsumsidan faktor-faktor yang 15 -
Volume 2, No. 3, Agustus 2014
adalah error term. Untuk melihat pengaruh dari masing-masing
Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala variabel yang diteliti terhadap konsumsi pada
tersebut
masyarakat
sebanyak satu periode (ditunjukkan dengan t-1),
Provinsi
Aceh,
penelitian
ini
menggunakan model : Dimana C = konsumsi;
model
mengandung
tersebut
selisih waktu
disebut
first
(lag)
order
autoregressive process atau disebut AR(1).
Y = pendapatan;
Dalam model ini nilai C pada waktu t
W = kekayaan;
tergantung
r = tingkat suku bunga dan
sebelumnya ditambah dengan nilai residual.
i = inflasi.
Secara matematis dapat dituliskan bahwa nilai
Persamaan (3) dapat ditulis dalam bentuk
pada
nilai
C
pada
periode
C pada waktu t tergantung proporsi nilai C (yaitu 1)pada waktu (t-1) ditambah residual
linear : C = +1Y +2W +3r +4i +ɛ Dimana = konstanta
1Y = koefisien regres pendapatan 2W = koefisien regres kekayaan; 3r = koefisien regres tingkat suku bunga dan
pada waktu t. (Winarno, 2009)
HASIL PEMBAHASAN Analisis Model Model yang akan dianalisis pada penelitian ini yaitu model regresi linear berganda. model regresi linear dipakai untuk menerangkan
4i = koefisien regres inflasi.
hubungan antara konsumsi terhadap pendapatan
i = Pangan dan non pangan
per kapita, uang kuasi, suku bunga deposito,
ɛ = error term
dan inflasi.
Pada sebuah penelitian runtut waktu (time series), yang diduga memiliki karakteristik tertentu, sehingga nilainya berfluktuasi ada beberapa pendapat yang menyatakan bahwa nilai pada saat ini dipengaruhi oleh pola-pola sebelumnya. Untuk melihat pengaruh konsumsi
Model Regresi Linear Model regresi linear yang digunakan adalah: Cti = 0 + 1 𝑌 + 2 𝑊 + 3 𝑟 + 4 𝑖 + 5 (c-1)+i. Hasil analisis regresi linear ditampilkan di dalam Tabel 4.7 berikut.
sebelumnya terhadap konsumsi pada saat Ct0, maka digunakan model analisis regresi linear berganda. Model persamaannya bisa ditulis : Cti
=
0 + 1 𝑌 + 2 𝑊 + 3 𝑟 +
4 𝑖+5 (c-1)+i Variabel et adalah residual yang tidak berkorelasi dengan rata-rata nol dan varian 2 konstan (berarti white noise). Karena model Volume 2, No. 3, Agustus 2014
- 16
Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Tabel 4.7 Hasil Perhitungan untuk Model Regresi Linear
Analisis Statistik Analisis statistik yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi uji koefisien determinasi (R2), uji t, dan uji F. Koefisien Determinasi, R2 Fungsi dari koefisien determinasi adalah untuk menentukan besarnya pengaruh variabelvariabel independen secara simultan terhadap
Sumber: Perhitungan EViews, data diolah pada tahun 2013 Berdasarkan Tabel 4.7 di atas, model regresi linear dapat dinyatakan sebagai berikut: 𝐶̂𝑡 = 17,199.17 − 694.4862 𝑌 + 0.5242 𝑊 − 363.7505 𝑟 + 40.3652 𝑖
variabel dependen. Model regresi linear: berdasarkan Tabel 4.7, nilai R2 untuk model ini adalah 0.72375. Artinya, secara simultan, kemampuan variabelvariabel independen (Y, W, r, dan i) dalam menjelaskan varians dari variabel dependen Ct adalah sebesar 72.375%. Sedangkan 27.625%
Dari Tabel 4.7 di atas, terlihat bahwa semua koefisien variabel independen signifikan pada level 5%, termasuk koefisien konstanta 𝑐.
varians dari variabel dependen Ct dijelaskan oleh
variabel-variabel
lain
yang
tidak
dimasukkan ke dalam model ini.
Dari persamaan di atas, dapat dinyatakan Uji t (Uji Parsial)
bahwa:
setiap kenaikan pendapatan regional per kapita 𝑌𝑡 sebesar Rp 1 juta maka akan menurunkan konsumsi rumah tangga 𝐶𝑡 sebesar Rp 694.4862 miliar;
setiap kenaikan uang kuasi 𝑊𝑡 sebesar Rp 1
Uji t dilakukan untuk menguji apakah suatu
variabel
independen
berpengaruh
terhadap variabel dependen secara parsial. Hipotesis yang dipakai: 𝐻0 : 𝛽𝑖 = 0
→ variabel independen i tidak berpengaruh secara parsial
miliar maka akan meningkatkan konsumsi
terhadap variabel dependen.
𝐶𝑡 sebesar Rp 0.5242 miliar;
setiap kenaikan suku bunga deposito 𝑟𝑡 sebesar Rp 1% maka akan menurunkan konsumsi 𝐶𝑡 sebesar Rp 363.7505 miliar;
setiap kenaikan inflasi 𝑖
𝐻1 : 𝛽𝑖 ≠ 0
→ variabel
i
berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen.
sebesar Rp 1%
maka akan meningkatkan konsumsi 𝐶𝑡 sebesar Rp 40.3652 miliar.
Tabel 4.8 berikut menunjukkan nilai kritis untuk menguji nilai t-statistik pada tingkat keyakinan 10%, 5%, dan 1%.
17 -
independen
Volume 2, No. 3, Agustus 2014
Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Tabel 4.8 Nilai Kritis untuk Uji t (Uji Dua Arah)
Model regresi linear: berdasarkan Tabel 4.7, nilai
F-statistik untuk model
ini adalah
11.78962>2.928 ( 𝛼 =5%). Dengan demikian, Sumber: Gujarati (2004)
semua variabel independen (Y, W, r, dan i)
Model regresi linear: berdasarkan Tabel 4.7, nilai absolut t-statistik dari semua koefisien
secara
simultan
mempengaruhi
variabel
dependen Ct pada tingkat keyakinan 5%.
variabel independen (Y, W, r, dan i) memiliki nilai lebih besar dari α_(5%)=2.080. Dengan demikian, setiap variabel independen secara
Analisis Ekonometrik Analisis ekonometrik yang diterapkan pada
parsial mempengaruhi variabel dependen Ct
penelitian
pada tingkat keyakinan 5%.
heteroskedastisitas, dan autokorelasi.
Uji F (Uji Simultan)
independen
mencakup
multikolinearitas,
Uji Multikolinearitas
Uji F dilakukan untuk menguji apakah semua variabel
ini
berpengaruh
secara
simultan terhadap variabel dependen. Hipotesis yang dipakai adalah:
Uji multikolineritas hanya dilakukan pada model regresi linear, namun tidak pada model autoregresif karena model autoregresif dalam penelitian ini hanya memakai satu variabel
𝐻0 : 𝛽𝑖 = 𝛽𝑗 =. . . . = 𝛽𝑧 = 0
independen. Uji multikolinearitas dilakukan
variabel independen i, j, ..., z tidak berpengaruh
dengan
secara simultan terhadap variabel dependen.
antarvariabel independen (Y, W, r, dan i),
𝐻0 : 𝛽𝑖 = 𝛽𝑗 =. . . . = 𝛽𝑧 ≠ 0 →variable
khususnya
independen i, j, ..., z berpengaruh secara
korelasi model regresi linear dapat dilihat pada
simultan terhadap variabel dependen.
Tabel 4.10 berikut.
Tabel 4.9 berikut menunjukkan nilai kritis untuk menguji nilai F-statistik pada tingkat
cara
melihat
model
regresi
matriks
linear.
korelasi
Matriks
Tabel 4.10 Hasil Uji Multikolinearitas
keyakinan 10%, 5%, dan 1%.
Mode l
df
df
numerat
denominat
or
or
(k-1) (N-k) Regre (5-1) (23-5) si =4 = 18 Linear Sumber: Gujarati (2004)
𝛼 10 %
5%
1%
2.28 6
2.92 8
4.57 9
Sumber: Perhitungan EViews, data diolah pada tahun 2013 Dari Tabel 4.10 terlihat bahwa nilai koefisien korelasi antarvariabel tidak ada yang melampaui
angka
0.8
sehingga
Volume 2, No. 3, Agustus 2014
dapat - 18
Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala disimpulkan bahwa model regresi linear tidak
(0.1) sehingga secara statistik hipotesis H0 tidak
mengandung multikolinearitas.
dapat ditolak. Artinya, model ini telah terbebas dari masalah autokorelasi.
Uji Heteroskedastisitas Hipotesis dari uji heteroskedastisitas ini adalah:
KESIMPULAN DAN SARAN H0: homoskedastis
Hasil penelitian menyatakan bahwa variabel
H1: heteroskedastis
pendapatan, kekayaan (uang kuasi), suku bunga
Uji heteroskedastisitas yang digunakan
deposito dan inflasi mempunyai pengaruh
adalah uji White tanpa cross-terms. Nilai
signifikan terhadap konsumsi masyarakat di
probability dari Obs*R-squared untuk model ini
Aceh.
adalah 0.7249 yang lebih besar dari 𝛼 sebesar
terhadap
1% (0.01), 5% (0.05), dan 10% (0.1) sehingga
pendapatan masyarakat merupakan faktor yang
secara statistik hipotesis H0 tidak dapat ditolak.
menentukan
besarnya
Artinya, model ini telah terbebas dari masalah
konsumsi.
Pemerintah
heteroskedastisitas
mengusahakan pertumbuhan ekonomi yang
atau
error-nya
bersifat
homoskedastis.
Pendapatan
nasional
konsumsi
berpengaruh
masyarakat
pengeluaran perlu
Aceh,
untuk terus
cukup tinggi dengan menggerakkan sektorsektor produktif, memperluas lapangan kerja
Uji Autokorelasi Hipotesis dari uji autokorelasi ini adalah: H0: tidak ada autokorelasi H1: ada autokorelasi
dan menciptakan iklim usaha yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat yang pada akhirnya akan meningkatkan konsumsi masyarakat sebagai salah satu faktor penggerak
Uji autokorelasi yang digunakan adalah uji LM (metode Breusch-Godfrey). Hasil dari uji ini dapat dilihat pada Tabel 4.12 di bawah ini. Tabel 4.11 Hasil Uji Autokorelasi
Sumber: Perhitungan EViews, data diolah pada tahun 2013 Model regresi linear: berdasarkan Tabel 4.12, nilai probability dari Obs*R-squared untuk model ini adalah 0.1429 yang lebih besar dari 𝛼 sebesar 1% (0.01), 5% (0.05), dan 10% 19 -
Volume 2, No. 3, Agustus 2014
perekonomian nasional.
Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Provinsi Jawa Tengah Dengan Menggunakan Metode Regresi Linier Berganda. Jurnal.
DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik (BPS), Indikator Ekonomi, Berbagai Tahun Penerbitan. Badan Pusat Statistik (BPS), Statistik Tahunan, Berbagai Tahun Penerbitan. Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia Dalam Angka,Berbagai Tahun Penerbitan. Bank Indonesia, Kajian Ekonomi, Berbagai Edisi Tahun Penerbitan. Bank
Indonesia, Laporan Perkembangan Perekonomian, Berbagai Tahun Penerbitan.
Dumairy. 2004. Perekonomian Indonesia, Cetakan Kelima, Penerbit Erlangga, Jakarta. Gujarati, D. 1999. Essential of Econometrics, McGraw-Hill. Inc. SecondEdition, London. Kusuma. 2008. Menganalisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Masyarakat di Indonesia Dengan Menggunakan Metode ECM (Error Corection Model). Jurnal.
Pratiwi. 2010. Menganalisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Masyarakat di Indonesia dengan Menggunakan Metode ECM (Error Corection Model). Jurnal. Rahardja, P., dan Manurung, M. 2001. Teori Ekonomi Makro Suatu Pengantar, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,Jakarta. Reksoprayitno, S. 2000. Ekonomi Makro (Pengantar Analisis Pendapatan Nasional), Edisi Kelima, Cetakan Kedua, Liberty, Yogyakarta. Samuelson, P., dan Nordhaus, 1999. Mikro Ekonomi, Ed. XIV, Erlangga, Jakarta. Siregar.
2009. Menganalisis Determinan Konsumsi Masyarakat di Indonesia dengan Menggunakan Metode OLS (Ordinary Least Square). Jurnal.
Mangkoesoebroto, G., dan Algifari. 1998. Teori Ekonomi Makro, STIE YPKN, Yogyakarta. Mankiw, N. Gregory. 2003. Teori Makro Ekonomi Terjemahan, PT. GramediaPustaka Utama, Jakarta. Marsidin.2002. Determinan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Berstatus Buruh/Karyawan Di Indonesia. Jurnal. Nacrowi dan Usman. 2006. Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan, LPFEUI, Jakarta. Nurhayati dan Rachman. 2003. Menganalisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Fungsi Konsumsi Masyarakat Di Volume 2, No. 3, Agustus 2014
- 20