Konsumsi Zat Gizi Makro Rumah Tangga Daerah… (Abidah Nur, Nelly Marissa, dan Yasir)
KONSUMSI ZAT GIZI MAKRO RUMAH TANGGA DAERAH PERKOTAAN DAN PERDESAAN DI PROVINSI ACEH TAHUN 2012 Abidah Nur, Nelly Marissa, dan Yasir Loka Penelitian dan Pengembangan Biomedis Aceh Jalan Sultan Iskandar Muda Blang Bintang Lr.Tgk Dilangga No.9 Lambaro Aceh Besar
[email protected] ABSTRAK Perbedaan konsep makanan bagi masyarakat perdesaan dan perkotaan memengaruhi pola konsumsi makanan dalam kesehariannya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan konsumsi kalori dan zat gizi makro rumah tangga perkotaan dan perdesaan di Provinsi Aceh tahun 2012. Penelitian ini merupakan analisis lanjut data Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2012 dengan variabel konsumsi kalori, karbohidrat, protein, dan lemak. Analisis menggunakan aplikasi SPSS. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan bermakna konsumsi kalori (p < 0,05), karbohidrat (p < 0,05), dan protein (p = 0,016) antara masyarakat perkotaan dan masyarakat perdesaan di Provinsi Aceh. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna konsumsi lemak (p = 0,08) antara masyarakat perkotaan dan masyarakat perdesaan di Provinsi Aceh. Dalam upaya pencapaian konsumsi zat gizi makro masyarakat perkotaan dan perdesaan yang seimbang maka disarankan untuk dilakukan penyuluhan tentang konsumsi zat gizi sesuai Angka Kecukupan Gizi (AKG). Kata Kunci : Konsumsi, Rumah tangga, Zat gizi makro
ABSTRACT The difference of food concept in rural and urban influences daily food consumption patterns. The objective of the study is to analyze the difference of rural and urban household calories and macronutrients consumption in Aceh Province year 2012. This research was the further analysis of Survei Sosial Ekonomi Nasional data year 2012 and the included variables were calories, carbohydrates, proteins, and fats consumption. This study is analyzed by using SPSS application. The result showed that there is significant difference in household calories (p < 0,05), carbohydrates (p < 0,05), and proteins (p = 0,016) consumption between rural and urban in Aceh Province. However, there is no significant difference fats (p = 0,08) consumption between rural and urban in Aceh Province. It is suggested to hold counseling about nutrition according to Angka Kecukupan Gizi (AKG) in order to get balanced macronutrition in rural and urban households.. Keyword : Consumption, Household, Macronutrition PENDAHULUAN Pola konsumsi dipengaruhi oleh adat
sangat istiadat,
kebiasaan dan ketersediaan pangan di suatu tempat. Pada masyarakat perkotaan, makanan merupakan
35
SEL Vol. 2 No. 1 Juli 2015: 35-42
kebutuhan sosial. Cara pengolahan, bahan makanan yang digunakan dan penyajian makanan sangat diperhatikan. Bahan makanan yang tersedia di perkotaan merupakan hasil distribusi dari perdesaan, maka perlu dilakukan pengolahan lebih lanjut menjadi bahan pangan setengah jadi atau perlu dilakukan pengawetan agar tahan lama. Masyarakat perdesaan mengganggap makanan sebagai kebutuhan biologis. Pola makan masyarakat perdesaan lebih mengarah kepada makanan yang alami. Bahan makanan yang tersedia di perdesaan masih dalam keadaan mentah tanpa pengolahan lebih lanjut dan pengawetan serta ketersediaannya pun melimpah.1 Secara tradisional, pola makan dengan porsi makanan pokok yang merupakan sumber kabohidrat lebih diutamakan dibandingkan lauk sebagai sumber protein. Namun dewasa ini pola konsumsi sudah berubah. Sumber protein sudah disajikan dalam porsi yang lebih besar. Hal ini mengakibatkan pemenuhan zat gizi yang tidak seimbang. Kebutuhan karbohidrat seorang individu setengah dari kebutuhan kalori tubuh.2 Pada era globalisasi, banyak makanan makanan cepat saji ditawarkan ke masyarakat. Prinsip makanan jenis ini adalah tinggi kalori, tinggi protein, tinggi lemak dan rendah serat. Konsumsi makanan cepat saji secara berkesinambungan akan mengakibatkan obesitas. Hal ini banyak terjadi di daerah perkotaan.3 Zat gizi makro dalam tubuh manusia terdiri dari tiga, yaitu karbohidrat, protein, dan lemak. Ketiga zat gizi tersebut merupakan ikatan organik yang mengandung karbon sehingga dapat dibakar dan memberikan energi bagi tubuh untuk melakukan aktivitas. Karbohidrat merupakan sumber energi utama 36
tubuh, terutama glukosa. Beberapa jaringan yang memperoleh energi dari karbohidrat antara lain sel darah merah, sistem saraf pusat , dan sistem saraf tepi.4 Protein merupakan bagian terbesar tubuh setelah air. Ikatan esensial dalam tubuh merupakan protein, seperti hormon (insulin dan tiroid), enzim, dan hemoglobin. Zat gizi makro lain adalah lemak yang sangat berperan penting dalam proses metabolisme tubuh. Lemak merupakan cadangan energi tubuh yang paling besar. Satu gram lemak dapat menghasilkan 9 kkal energi. Di samping itu, lemak merupakan alat pengangkut vitamin A,D,E, dan K. 4 Konsumsi buah dan sayur sebagai salah satu sumber makanan kaya vitamin dan mineral. Sayur dan buah juga berperan dalam menyumbangkan energi. Namun demikian, pola konsumsi masyarakat Aceh untuk buah dan sayur sebagian besar hanya satu sampai dua porsi dalam seminggu. Hal ini berpotensi terjadi kekurangan konsumsi kalori. Berdasarkan tipe daerah, perdesaan dan perkotaan mempunyai proporsi konsumsi sayur dan buah yang sama (77%), yaitu satu sampai dua porsi.5 Studi ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan konsumsi kalori dan zat gizi makro rumah tangga daerah perdesaan dan perkotaan di Provinsi Aceh. METODE Penelitian ini merupakan analisis lanjut dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2012. Populasi dalam survei ini meliputi 23 Kabupaten/Kota yang mencakup wilayah perdesaan dan perkotaan. Sampel yang digunakan berjumlah 455.750 rumah tangga. Variabel yang dikaji adalah konsumsi kalori, karbohidrat, protein, dan lemak yang dikosumsi oleh rumah tangga
Konsumsi Zat Gizi Makro Rumah Tangga Daerah… (Abidah Nur, Nelly Marissa, dan Yasir)
selama satu minggu dalam skala rasio. Variabel konsumsi kalori adalah energi yang dikonsumsi rumah tangga dalam satu hari dengan satuan kcal. Variabel konsumsi karbohidrat, protein, dan lemak adalah zat gizi makro yang dikonsumsi rumah tangga dalam satu hari dengan satuan gram.
Analisa data dilakukan secara deskriptif untuk variablel jumlah anggota rumah tangga dan tipe daerah, yaitu perkotaan dan perdesaan. Variabel konsumsi kalori, karbohidrat, protein, dan lemak diuji menggunakan Uji beda (T Test). Uji beda dilakukan menggunakan aplikasi SPSS.
HASIL Tabel 1. Frekuensi distribusi jumlah anggota rumah tangga di Provinsi Aceh Jumlah ART 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Total Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah anggota rumah tangga masyarakat perkotaan dan perdesaan di Provinsi Aceh paling sedikit satu orang dan
Frekuensi
%
22.367 48.424 91.904 119.966 89.071 44.957 23.620 10.447 3.160 1289 377 168 455.750
4.9 10,6 20,2 26,3 19,5 9,9 5,2 2,3 0,7 0,3 0,1 0,03 100,0
paling banyak 12 orang. Anggota rumah tangga tertinggi berjumlah empat orang (26,3%) dan terendah berjumlah 12 orang (0,03%).
Tabel 2. Frekuensi distribusi tempat tinggal masyarakat berdasarkan perkotaan dan perdesaan di Provinsi Aceh Klasifikasi
Frekuensi
%
Perdesaan Perkotaan Total
314.889 140.862 455.750
69,1 30,9 100,0
sebagian
Tabel 2 menunjukkan besar masyarakat Aceh
tinggal di daerah perdesaan .
Tabel 3. Uji beda rerata konsumsi zat gizi makro rumah tangga di Provinsi Aceh No. Konsumsi Klasifikasi Rerata ± SD P-value 1. Kalori (Kkal) Perkotaan 2.388 ± 6262,4 0,000 Perdesaan 2.671 ± 7404,3
37
SEL Vol. 2 No. 1 Juli 2015: 35-42
2.
Karbohidrat (gram)
3.
Protein (gram)
4.
Lemak (gram)
Perkotaan Perdesaan Perkotaan Perdesaan Perkotaan Perdesaan
Tabel 3 menunjukkan ada perbedaan yang bermakna konsumsi kalori, karbohidrat, dan protein antara masyarakat perkotaan dan masyarakat perdesaan dengan nilai p<0,05. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna konsumsi lemak antara masyarakat perkotaan dan perdesaandengan nilai p>0,05. PEMBAHASAN Hasil penelitian di Provinsi Aceh tahun 2012 menunjukkan bahwa anggota rumah tangga yang berjumlah 12 orang adalah 0,03%, dengan perkataan lain sangat sedikit masyarakat Aceh yang memiliki anggota rumah tangga yang besar hingga 12 orang. Persentase jumlah anggota rumah tangga satu sampai 4empat orang cenderung meningkat. Namun, pada jumlah anggota rumah tangga 5 orang ke atas cenderung menurun. Hal ini mungkin dampak dari perubahan pola hidup dari extended family ke nuclear family.6 Perkembangan pola hidup saat ini, masyarakat lebih memilih kehidupan hanya dengan keluarga inti (ayah, ibu dan anak) dibandingkan dengan keluarga yang lebih kompleks (ayah, ibu, anak, mertua, dan saudara lain). Maka kemungkinan anggota rumah tangga yang terdiri dari empat orang adalah keluarga inti. Pola kehidupan nuclear family juga mendukung pola kehidupan ekonomi yang kian cenderung ke corak industri. Kehidupan keluarga yang sering berpindah karena tuntutan pekerjaan dan sempitnya lahan untuk pertanian 38
352 ± 1278,0 431 ± 1561,8 73 ± 178,4 74 ± 186,4 58 ± 148,7 57 ± 144,7
0,000 0,016 0,08
mendorong masyarakat untuk dapat lebih mandiri. Pola kehidupan dengan nuclear family dapat menjadi satu kesatuan yang saling mendukung.7 Tingginya presentase anggota rumah tangga yang berjumlah empat orang menunjukkan program pemerintah mengenai penerapan Keluarga Berencana (KB) sudah berjalan. Memiliki dua anak akan memudahkan keluarga untuk merencanakan masa depannya menjadi lebih baik. Keluarga berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga serta peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera.8 Hampir 70% masyarakat Aceh menghuni daerah perdesaan. Kondisi daerah perdesaan cenderung kurang memadai dalam segala hal, terutama pendidikan. Rendahnya pendidikan akan berpengaruh pada terbatasnya sumber daya manusia. Sarana transportasi kurang memadai dan kurangnya kesempatan kerja diluar pertanian ikut mendukung keterbelakangan masyarakat. Akibatnya daya beli masyarakat menurun dan kemiskinan kian bertambah.9 Berbeda dengan daerah perkotaan yang memiliki masyarakat yang lebih kompetitif. Pergerakan ekonomi masyarakat perkotaan lebih cepat dibanding perdesaan. Hal ini dikarenakan alternatif pekerjaan lebih
Konsumsi Zat Gizi Makro Rumah Tangga Daerah… (Abidah Nur, Nelly Marissa, dan Yasir)
beragam dan kehidupan lebih kompetitif. Mata pencaharian masyarakat perkotaan lebih menitikberatkan pada sektor ekonomi tersier atau bergerak dalam pelayanan jasa.1 Pada hasil penelitian disebutkan konsumsi kalori masyarakat perkotaan lebih kecil dibanding konsumsi masyarakat perdesaan. Dilihat dari segi kebiasaan makan, masyarakat perkotaan lebih memilih porsi makan yang relatif kecil dibanding masyarakat perdesaan. Konsumsi ratarata kalori masyarakat perdesaan Provinsi Aceh tidak jauh berbeda dengan konsumsi kalori masyarakat perdesaan di Provinsi Sumatera Utara yaitu 2.707 kalori.10 Konsumsi kalori masyarakat perkotaan lebih rendah 283 kalori dibandingkan masyarakat perdesaan. Kalori tersebut setara dengan jumlah kalori yang terkandung dalam 100 gram kacang merah tua. 11 Asupan yang dikonsumsi oleh rumah tangga berasal dari dua sumber, yaitu dibeli dan produksi sendiri. Masyarakat perdesaan mengkonsumsi kalori lebih tinggi dapat disebabkan oleh masih luasnya lahan untuk pertanian. Sehingga hasilnya dapat dikonsumsi sehari-hari tanpa mempertimbangkan biaya yang harus dikeluarkan. Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Faridz yang menyatakan bahwa luas lahan tidak berpengaruh nyata terhadap distribusi sumber kalori pada rumah tangga.12 Kalori bukan merupakan zat gizi. Kalori merupakan hasil metabolisme dari karbohidrat, protein dan lemak. Akumulasi dari asupan ketiga zat gizi tersebut menghasilkan energi dengan satuan kalori. Satu gram karbohidrat dan protein menghasilkan 4 kalori dan satu gram lemak menghasilkan 9 kalori. Konsumsi zat gizi dalam jumlah yang tidak
seimbang akan berdampak pada kesehatan individu. Bila kelebihan akan terjadi obesitas dan bila kekurangan akan terjadi malnutrisi.2 Makanan pokok di Indonesia adalah nasi, sebagian masyarakat memilih jagung, gandum, sagu, dan umbian lain sebagai makanan pokok. Masyarakat Aceh merupakan masyarakat yang mengkonsumsi nasi sebagai makanan pokok. Porsi nasi jauh lebih besar dibanding lauk dan sayur, sehingga kalori lebih banyak diperoleh dari konsumsi nasi. Walaupun Manado dikenal dengan makanan pokok jagung, namun penelitian Kant menyebutkan masyarakat di Manado sering mengkonsumsi nasi sebagai bahan makanan pokok.13 Demikian pun daerah Jawa Barat, Gorontalo, dan Papua lebih banyak individu yang mengkonsumsi nasi sebagai makanan pokok.14 Penelitian ini menemukan konsumsi karbohidrat masyarakat perkotaan lebih kecil dibandingkan dengan konsumsi karbohidrat masyarakat perdesaan. Masyarakat perdesaan lebih memilih makan dengan porsi makanan pokok lebih besar dibandingkan dengan jenis makanan lain. Di samping itu, masyarakat agraris bahan makanan berupa makanan pokok dapat mereka hasilkan dari lahan sendiri tanpa harus di beli.1 Konsumsi sumber karbohidrat pada masyarakat perdesaan di Provinsi Aceh cenderung dari makanan pokok berupa beras. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Purwantini, tingkat partisipasi konsumsi sumber karbohidrat berupa beras pada rumah tangga Patanas di Perdesaan bertipe lahan sawah berbasis padi tahun 2010 sebesar 98%.9 Pada masyarakat Aceh dengan kosumsi nasi lebih banyak menjadikan 39
SEL Vol. 2 No. 1 Juli 2015: 35-42
karbohidrat penyumbang utama kalori tubuh. Prihatini melaporkan sumbangan zat gizi terbesar terhadap konsumsi energi rumah tangga adalah karbohidrat.15 Makanan pokok yang mengandung karbohidrat kompleks mengalami proses pencernaan dimulai dari mulut. Amilase saliva akan memecah polisakarida menjadi unit yang lebih kecil hingga menuju usus menjadi monosakarida. Monosakarida berupa glukosa akan masuk ke dalam darah dan diubah dalam bentuk energi oleh hormon insulin. Kelebihan glukosa dalam darah akan dikonversi menjadi asam-asam lemak dan trigliserida. Pada tahap ini, bila karbohidrat dikonsumsi secara berlebihan dan proses tersebut terjadi terus menerus makan akan menyebabkan obesitas. 16 Disamping obes, penyakit yang paling berhubungan dengan konsumsi glukosa adalah diabetes. Penderita diabetes kekurangan hormon insulin sehingga tidak dapat mengubah glukosa menjadi energi sehingga menumpuk didalam darah.17 Konsumsi protein masyarakat perkotaan lebih kecil dibanding masyarakat perdesaan. Namun selisih antara kedua kelompok masyarakat tersebut hanya 1 gram. Angka ini berbeda dengan data dari Badan Pusat Statistik tahun 2011 yang menyebutkan bahwa rata-rata konsumsi protein masyarakat Aceh daerah urban (kota) sebesar 56,05 gram dan rural (desa) sebesar 55,39 gram. Terjadi peningkatan konsumsi protein daerah perkotaan sebesar 30,3% dan daerah perdesaan sebesar 33,5% dari tahun 2011 sampai tahun 2012.18 Peningkatan konsumsi protein dapat disebabkan oleh perubahan budaya dan pola makan dari tinggi karbohidrat ke tinggi protein dan lemak. Di samping itu, munculnya 40
rumah makan atau restoran cepat saji juga mendukung peningkatan konsumsi protein. Prinsip makanan cepat saji adalah tinggi protein, tinggi lemak, dan rendah serat. Sumber konsumsi protein masyarakat Aceh adalah ikan. Provinsi Aceh dikelilingi oleh lautan sehingga ikan merupakan lauk yang mudah diperoleh. Masyarakat yang hidup dengan mata pencaharian sebagai nelayan mencapai 42%.19 Sejalan dengan penelitian Kant yang menyebutkan ikan adalah lauk yang sering dikonsumsi.13 Kandungan protein yang berasal dari hewan mempunyai susunan asam amino yang sesuai dengan tubuh manusia. 4 Sumber protein yang sering kita sebut lauk pauk dicerna mulai dari lambung. Protein akan dipecah menjadi asam amino bebas dan peptida-peptida kecil di bagian proksimal usus kecil. Setengah dari asam amino akan diubah menjadi piruvat yang selanjutnya dapat diubah menjadi glukosa hingga menghasilkan energi. Sama halnya dengan karbohidrat, kelebihan protein dalam tubuh juga akan disimpan dalam bentuk lemak. Sehingga konsumsi protein yang berlebih juga menjadi faktor risiko obesitas.4 Konsumsi lemak masyarakat perkotaan lebih besar dari masyarakat perdesaan. Perbedaan konsumsi hanya sebesar satu gram. Namun, dihitung secara kalori perbedaannya mencapai 9 kalori. Besar kemungkinan konsumsi lemak masyarakat perkotaan dipengaruhi oleh asupan makanan jenis makanan cepat saji yang tinggi lemak dan rendah serat.20 Saraswati melaporkan bahwa masyarakat lebih memilih makanan yang praktis dan siap saji. Makanan siap saji yang sering dikonsumsi oleh wanita dengan kelebihan berat badan di kota antara lain burger, pizza,
Konsumsi Zat Gizi Makro Rumah Tangga Daerah… (Abidah Nur, Nelly Marissa, dan Yasir)
spaghetti, dan fried chicken. Konsumsi makanan cepat saji ini juga didukung oleh kemudahan akses pangan yang terjangkau di kota, sedangkan di desa pangan hanya diperoleh dari warung dan produksi sendiri.20 Lemak dicerna dengan garam empedu dan lipase pankreas di duodenum dan jejunum . Lemak dipecah menjadi asam lemak, monogliserida, kolin, gliserol, dan sebagainya. Hampir semua asam lemak memasuki jaringan lemak dan disimpan dalam bentuk trigliserida. Jaringan lemak berfungsi sebagai pelindung organ penting dalam tubuh. Sebaliknya, kelebihan konsumsi lemak akan mengakibatkan berbagai penyakit terkait kardiovaskular.16 KESIMPULAN DAN SARAN Terdapat perbedaan yang bermakna konsumsi energi, karbohidrat, protein antara masyarakat perkotaan dan perdesaan di Provinsi Aceh. Konsumsi energi, karbohidrat, dan protein masyarakat perkotaan lebih kecil dibanding masyarakat perdesaan. Namun tidak terdapat perbedaan yang bermakna konsumsi lemak antara masyarakat perkotaan dan perdesaandi Provisi Aceh. Edukasi dalam bentuk sosialisasi atau penyuluhan tentang pola makan sehat agar konsumsi kalori dan zat gizi makro baik daerah perkotaan maupun perdesaan seimbang sesuai dengan anjuran Angka Kecukupan Gizi (AKG), dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat. UCAPAN TERIMAKASIH Terimakasih penulis ucapkan kepada Kepala Loka Biomedis Aceh, staf Badan Pusat Statistik Aceh, dan staf Loka Litbang Biomedis Aceh yang telah membantu dalam penyelesaian artikel ini hingga dapat di publikasikan.
DAFTAR RUJUKAN 1. Masyarakat perdesaan dan masyarakat perkotaan. Diunduh dari http://elearning. gunadarma.ac.id/ docmodul/ mkdu isd/bab7masyarakat_pedesaan_dan_masya rakat -perkotaan.pdf. Diakses tanggal 15 Oktober 2014 2.
Almatsier S. Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama; 2003.
3.
Virgianto G dan Purwaningsih. Konsumsi fast food sebagai risiko terjadinya obesitas pada remaja; 2006
4.
Almatsier S. Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama; 2009
5.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riskesdas 2013. Diunduh dari http://www.litbang.depkes.go.id/ pada tanggal 15 Oktober 2014.
6.
Puspitawati H. Konsep dan teori keluarga. Bogor : Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia-Institut Pertanian Bogor; 2013
7.
Mardiya. Artikel membangun keluarga masa depan. BPMPDP dan KB Kulonprogo. Diunduh dari http://www.kulonprogokab.go.id/ v21/getfile.php?file=MEMBANG UN-KELUARGA-MASADEPAN.pdf. Diakses tanggal 6 maret 2015
8.
Anonim. Panduan BKKBN; 2008. Dalam Asnawi, M.A. Manajemen Program Keluarga Berencana di Kota Gorontalo. Gorontalo : 41
SEL Vol. 2 No. 1 Juli 2015: 35-42
9.
Fakultas Ekonomi dan Manajemen Universitas Negeri Gorontalo; 2008.
dengan makanan pokok yang berbeda. Jurnal Penelitian Gizi dan Makanan 2009; 32 (7): 75-84.
Hutabarat, P.M. Melihat distribusi konsumsi makanan di Indonesia sampai tahun 1990. Majalah Prisma 1974; No.5 Th.XXII, LP3ES.
15. Prihatini S, Kartika V, Sari YD, Sudiman H, Jahari AB. Kontribusi zat gizi makro terhadap total konsumsi energi rumahtangga sebagai alternatif indikator kemiskinan. Jurnal Penelitian Gizi dan Makanan 2009; 32 (1): 1-14.
10. Purwantini, T.B. Analisis dinamika konsumsi pangan dan kesejahteraan rumah tangga petani padi. Bogor : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian; 2010 11. Daftar komposisi bahan makanan indonesia. Diunduh dari http://staff.uny.ac.id/sites/default/f iles/pendidikan/Cerika%20Risma yanthi,%20S.Or./DKBMIndonesia.pdf. Diakses tanggal 12 Februari 2014. 12. Faridz, R. Analisis Faktor-faktor yang berperanan terhadap distribusi sumber kalori dan protein pada rumah tangga petani di daerah lahan kering. Embryo 2008; 5 (1): 42-56. 13. Kant I, Pandelaki AJ, Lampus BS. Gambaran kebiasaan makan masyarakat di perumahan allandrew permai kelurahan malalayang I lingkungan XI Kota Manado. Jurnal Kedokteran Komunitas dan Tropik 2013; 1(3):88-95. 14. Sari YD, Irawan IR, Analisis kontribusi karbohidrat, protein, dan lemak sebagai sumber energi pada wus berisiko kek di daerah
42
16. Linder, M.C. Biokimia nutrisi dan metabolisme dengan pemakaian secara klinis. Jakarta : Universitas Indonesia; 2006. 17. Almatsier, S. Penuntun diet edisi baru. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama; 2005. 18. Badan Pusat Statistik. Perkembangan beberapa indikator utama sosial-ekonomi Indonesia. ISSN: 2085.5664. Jakarta : Badan Pusat Statistik; 2011. 19. Husna N, Alibasyah R, Indra. Dampak ekologi, sosial dan ekonomi masyarakat akibat reklamasi pantai tapak tuan aceh selatan. Jurnal Manajemen Sumberdaya Lahan 2012; 1(2): 171-17. 20. Saraswati, I. Skripsi perbedaan karakteristik usia, asupan makanan, aktivitas fisik, tingkat sosial ekonomi dan pengetahuan gizi pada wanita dewasa dengan kelebihan berat badan antara di desa dan kota. Semarang : Program Stusi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro; 2012.