KETAHANAN PANGAN PADA RUMAH TANGGA MISKIN (PERBANDINGAN KASUS DI PERDESAAN DAN PERKOTAAN KAB. BANYUMAS) Neni Widayaningsih Fakultas Ekonomi, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto Email:
[email protected] (Diterima: 4 April 2012, disetujui: 23 Mei 2012) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan membandingkan ketahanan pangan dan pendapatan rumah tangga miskin, yang memiliki kriteria tahan pangan di perdesaan dan perkotaan. Populasi adalah rumah tangga sasaran (RTS) penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Banyumas. Pada perdesaan dan perkotaan masing-masing diambil sampel 100, dengan teknik Multiple Stages Sampling. Metode analisis dengan analisis kualitatif, yaitu Current Population Survey (CPS) Food Security Suplement, dan tabulasi. Hasil penelitian menunjukkan 69 persen rumah tangga miskin di perdesaan dan 49 persen di perkotaan pada status rawan pangan tanpa kelaparan. Hal tersebut terjadi baik pada kelompok rumah tangga yang memiliki maupun tidak memiliki anak di bawah 18 tahun. Status rawan pangan tersebut 73,8 persen di perdesaan dan 72,72 persen di perkotaan dengan kategori miskin kriteria BPS. Rumah tangga yang termasuk tidak miskin maupun hampir miskin tidak selalu pada status tahan pangan, begitu juga sebaliknya. Batas pendapatan rumah tangga tahan pangan di perdesaan >Rp800.000/bulan; di perkotaan >Rp1.100.000/bulan. Dilihat dari pendapatan rumah tangga dan jumlah tanggungan keluarga, terjadi kesamaan perilaku antara perdesaan maupun perkotaan, yaitu rumah tangga dengan pendapatan rendah justru menanggung lebih banyak orang dibandingkan rumah tangga dengan pendapatan lebih tinggi. Kondisi tersebut terjadi pada rumah tangga rawan pangan, baik tanpa kelaparan maupun kelaparan sedang dan lebih parah. Kebijakan yang dapat dilakukan di perdesaan: mengurangi laju konversi lahan produktif; optimasi pemanfaatan irigasi dan jalan desa; konservasi sumberdaya tanah dan air, mempromosikan aneka-ragam pangan berbasis sumberdaya lokal. Di perkotaan melalui P2KP yaitu pengembangan kapasitas masyarakat miskin perkotaan, akses sumber daya kunci, bantuan langsung masyarakat dan badan keswadayaan masyarakat, serta melembagakan budaya kemitraan. Kata Kunci: Ketahanan Pangan, Batas Pendapatan Tahan Pangan, Penanggulangan Kemiskinan Perdesaan dan Perkotaan.
Rumah Tangga Sasaran
ABSTRACT This research purpose is to compare the poor households’ food security and their income that have food secure criteria in rural and urban. The population is the targeted households (RTS) of poverty alleviation in Banyumas district. Each rural and urban is taken 100 respondent using Multiple Stages Sampling technique. Analysis method is qualitative analysis, which are Current Population Survey (CPS) Food Security Suplement, and tabulation method. This research shows that 69% of rural poor households and 49% of urban ones is on food insecure without famine. This occurred both in the household group which have children under 18 years old, and which don’t. The food insecure status, which are 73,8% for rural and 72,72% for urban, are BPS based poor category. The households, which are not poor or almost poor, are not always on food secure condition, and in reverse. The limit of household income of food secure condition in rural area is >Rp800.000/monthly, while in urban area is >Rp1.100.000/monthly. If seen based on household income and family dependents, there are same behavior between rural and urban, that the one who bear more dependents is the household with low income level rather than the higher ones. This condition occurred in the food insecure household, both without famine, with medium famine and more severe famine level. The policy that can be done for rural are: decreasing the productive land conversion speed; optimizing irigation and urban road usage; conserving land and water resources, promoting various food based on local resources. For urban is by through P2KP means developing urban poor society capacity, access to key resources, society and society support organization direct assistance and developing partnership culture. Key Words: Food Security, Food Secure Income Limit, Poverty Alleviation for Targeted Households in Rural and Urban Area.
46
hidup
PENDAHULUAN Ketahanan
pangan
keluarga
adalah
sehat
kemiskinan
dan
produktif.
Permasalahan
berhubungan dengan
ketahanan
kemampuan keluarga dan seluruh anggotanya
pangan dalam suatu keluarga, karena berkaitan
setiap saat untuk mendapatkan pangan yang cukup
dengan
untuk aktifitas
bukan karena ketersediaan pangan. Sesuai
dan kehidupan yang sehat.
kemampuannya
mengakses
pangan,
pencapaian
dengan permasalahannya, tujuan penelitian ini
minimum pada: (1) ketersediaan nutrisi yang
adalah untuk membandingkan tingkat ketahanan
cukup, memadai dan pangan yang aman, (2)
pangan rumah tangga miskin yang berada di
adanya jaminan untuk memperoleh pangan yang
pedesaan
layak dalam lingkungan sosial dan dengan cara
Banyumas dan untuk membandingkan tingkat
yang dapat diterima oleh masyarakat, atau tanpa
pendapatan rumah tangga miskin yang memiliki
harus mengais sisa-sisa makanan dalam sampah,
kriteria rumah tangga tahan pangan yang berada
mencuri, ataupun dengan cara lain yang tidak
di pedesaan dan perkotaan pada Kabupaten
pantas (Bickel, et al, 2000). Hal tersebut penting
Banyumas.
Ketahanan
pangan
mencakup
dan
perkotaan
pada
Kabupaten
karena keluarga merupakan awal dari kehidupan bagi anak dan anggota keluarga yang lain terutama
METODE PENELITIAN
dalam hal pangan, gizi, pendidikan dan kesehatan.
1. Populasi dan Sampel
Populasi dalam
penelitian ini adalah
Permasalahan mengenai ketahanan pangan
seluruh keluarga yang menjadi rumah tangga
tidak hanya terjadi di perdesaan, di perkotaan juga
sasaran (RTS) penanggulangan kemiskinan baik
mengalami masalah yang tidak sedikit. Banyak
di perdesaan maupun perkotaan Kabupaten
penduduk melakukan urbanisasi dengan harapan
Banyumas.
dapat memperbaiki tingkat kesejahteraannya.
dilakukan pengambilan sampel masing-masing
Kabupaten Banyumas merupakan salah satu
Untuk
keperluan
penelitian,
100 responden. Pada perdesaan diambil sampel
daerah dengan jumlah rumah tangga miskin cukup
dari
besar. Berdasarkan data dari BPS tahun 2010
responden; untuk perkotaan diambil sampel
tingkat kemiskinan Kabupaten Banyumas tahun
sejumlah 100 responden dari 4 Kecamatan Kota
2009
persen.
Purwokerto. Teknik pengambilan sampel yang
Dibandingkan dengan angka kemiskinan nasional
digunakan dalam penelitian ini adalah Multiple
maupun Propinsi Jawa Tengah, angka kemiskinan
Stages Sampling, yaitu sampel ditarik dari
tersebut
apabila
kelompok populasi tetapi tidak semua anggota
dibandingkan dengan tahun 2006 persentasenya
populasi menjadi anggota sampel. Hasilnya
menurun, yaitu dari 24 persen menjadi 21 persen.
sebagian dari anggota sub populasi menjadi
mencapai
termasuk
lebih
tinggi
dari
21
meskipun
Penduduk miskin, karena pendapatannya yang kurang sehingga tidak mampu membeli
Kecamatan
Sumbang,
sejumlah
anggota sampel (Moh Nazir, 1998). 2. Jenis dan Metode Pengumpulan Data
pangan yang bergizi dan mencukupi agar dapat Ketahanan Pangan Pada Rumah Tangga... (Neni Widayaningsih)
100
47 Jenis data yang dikumpulkan terdiri atas
Rumah tangga berdasarkan survey yang
data primer dan sekunder. Metode pengumpulan
diajukan tidak terdapat indikasi terjadinya
data dilakukan dengan wawancara menggunakan
rawan pangan, memiliki skor antara 0,0–2,2.
kuesioner dan dokumentasi atau kajian pustaka.
b. Rumah
tangga
rawan
pangan
tanpa
kelaparan:
3. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam
Rumah tangga berdasarkan survey yang
penelitian ini adalah analisis kualitatif dengan
diajukan
memiliki
beberapa
indikator
Current Population Survey (CPS) Food Security
terjadinya rawan pangan, terdapat sedikit
Suplement. Metode ini adalah suatu metode yang
atau tidak sama sekali indikator terjadinya
digunakan untuk mengetahui bagaimana tingkat
kelaparan, memiliki skor antara 2,4–4,4.
ketahanan pangan dalam rumah tangga. Metode
c. Rumah tangga rawan pangan dengan tingkat
ini telah digunakan oleh United States Census
kelaparan sedang:
Bureau untuk mengetahui level ketahanan pangan
Rumah tangga berdasarkan survey yang
rumah tangga di United States baik pada tingkat
diajukan memiliki lebih banyak indikator
nasional maupun negara bagian, dari tahun 1995–
terjadinya rawan pangan, terdapat lebih dari
1998.
satu indikator terjadinya kelaparan pada Ketahanan pangan keluarga diukur dengan
cara menanyakan beberapa pertanyaan penting mengenai
kondisi
kebiasaan
dan
rumah
reaksi
tangga,
subjektif.
peristiwa, Pertanyaan
anggota keluarga yang berusia dewasa, memiliki skor antara 4,7–6,4. d. Rumah tangga rawan pangan dengan tingkat kelaparan lebih parah:
tersebut terbagi menjadi 3 tahap. Tahap pertama,
Rumah tangga berdasarkan survey yang
adalah tahap dimana pertanyaan yang diajukan
diajukan memiliki lebih banyak indikator
bertujuan
awal
terjadinya rawan pangan, terdapat indikator
mengenai ketahanan pangan dalam rumah tangga.
terjadinya kelaparan pada anggota keluarga
Tahap kedua, yaitu untuk mengetahui lebih dalam
baik
kondisi
terdapat indikator kelaparan yang lebih parah
untuk
ketahanan
mengetahui
pangan
kondisi
dalam
keluarga,
yang
berusia
anak-anak,
bahkan
termasuk di dalamnya adalah anak-anak dan orang
pada anggota keluarga yang berusia dewasa,
dewasa,
memiliki skor antara 6,6–9,3.
terutama
apabila
terdapat
indikasi
terjadinya kekurangan pangan dalam keluarga.
Metode
tabulasi
digunakan
untuk
Tahap ketiga, adalah mengetahui seberapa sering
mengetahui tingkat pendapatan dalam rumah
pengalaman-pengalaman
tangga yang akan menjamin ketahanan pangan
dalam
keluarga
mengalami kondisi rawan pangan.
rumah tangganya.
Pengelompokan status ketahanan pangan dalam rumah tangga dilihat dari skor yang berasal
HASIL DAN PEMBAHASAN
dari daftar pertanyaan atau kuesioner yang
1. Kondisi Ketahanan Pangan
diajukan kepada responden, dengan kriteria: a. Rumah tangga tahan pangan:
Ketahanan pangan adalah suatu kondisi di mana individu memiliki jaminan untuk bisa mendapatkan pangan atau kemudahan
Jurnal Pembangunan Pedesaan Volume 12 Nomor 1, Juni 2012, hal 45 - 55
48 akses/keterjangkauan
terhadap
pangan
yang
dibutuhkannya, dimana selalu tersedia pangan
berusia dewasa terdapat indikator kelaparan yang lebih parah.
yang cukup tanpa tergantung dari musim, dengan
Rumah tangga dikatakan tahan pangan
kualitas dan keamanan pangan yang terjaga. Status
apabila tiap individu di dalam rumah tangga
ketahanan pangan rumah tangga dalam tulisan ini
tersebut
terbagi menjadi empat. Status pertama, adalah
mendapatkan pangan atau kemudahan akses atau
tahan pangan, suatu keadaan yang menunjukkan
keterjangkauan
bahwa dalam rumah tangga tidak terdapat indikasi
dibutuhkannya, di mana selalu tersedia pangan
adanya kerawanan pangan, ataupun kalau ada
yang cukup tanpa tergantung dari musim, dengan
hanya beberapa dan tidak mengkhawatirkan.
kualitas dan keamanan pangan yang terjaga.
memiliki
jaminan
terhadap
untuk
bisa
pangan
yang
Hasil penelitian (lihat tabel 1 dan 2), Status kedua, adalah rawan pangan tanpa
menunjukkan bahwa sebagian besar rumah
kelaparan, suatu keadaan di mana rumah tangga
tangga miskin di perdesaan berada pada status
memiliki beberapa indikator terjadinya rawan
rawan pangan tanpa kelaparan sebanyak 69
pangan, terdapat sedikit atau tidak sama sekali
persen keluarga.
indikator terjadinya kelaparan. Kondisi ini adalah
Sementara itu, pada rumah tangga miskin
keadaan di mana rumah tangga rawan terjadinya
di perkotaan untuk hal yang sama menunjukkan
kelaparan,
seperti
kondisi yang lebih baik. Secara keseluruhan pada
adanya anggota keluarga yang sakit atau kenaikan
status rawan pangan tanpa kelaparan hanya 49
harga pangan, padahal di sisi lain pendapatan
persen keluarga, pada kelompok rumah tangga
rumah tangga tidak mengalami peningkatan, maka
yang memiliki anak di bawah usia 18 tahun
akan sangat mungkin jika rumah tangga tersebut
sebanyak 48 persen dan rumah tangga yang tidak
akan mengalami kelaparan, baik dengan tingkat
memiliki anak di bawah usia 18 th berjumlah 50
sedang maupun parah.
persen. Rumah tangga yang memiliki status
apabila
terdapat
kejadian
Status ketiga, adalah rawan pangan dengan
tahan pangan 32 persen untuk kelompok pertama
tingkat kelaparan sedang, keadaan dimana rumah
dan 36 persen untuk kelompok kedua, selebihnya
tangga memiliki lebih banyak indikator terjadinya
adalah berada pada status rawan pangan dengan
rawan pangan, dan juga terdapat lebih dari satu
tingkat kelaparan sedang dan tingkat kelaparan
indikator terjadinya kelaparan pada anggota
lebih parah.
keluarga yang berusia dewasa atau di atas 18 tahun. Status keempat, adalah rawan pangan
Kondisi yang ada menunjukkan bahwa rumah tangga miskin baik di perdesaan maupun di perkotaan mayoritas berada pada kondisi
dengan tingkat kelaparan lebih parah, kondisi
rawan
dimana dalam rumah tangga terdapat indikator
persentasenya lebih rendah dibanding dengan
terjadinya kelaparan baik yang berusia anak-anak
perdesaan.
atau di bawah umur 18 tahun maupun yang di atas
mengkhawatirkan
18 tahun, bahkan pada anggota keluarga yang
kondisi
pangan,
meskipun
Situasi
tersebut
di
akan
apabila terjadi
perekonomian
perkotaan
seperti
sangat
perubahan terjadinya
peningkatan harga pangan dan harga kebutuhan Ketahanan Pangan Pada Rumah Tangga... (Neni Widayaningsih)
49 yang lain, sementara di sisi lain tidak ada
(termasuk membeli) pangan dan tidak terjadinya
peningkatan
ketergantungan pangan pada pihak manapun.
pendapatan, maka
akan
sangat
memungkinkan jika rumah tangga miskin akan
Dalam hal ini penduduk harus memiliki
menurun kondisinya menjadi rawan pangan
pengetahuan,
waktu
dan
motivasi
untuk
dengan tingkat kelaparan sedang atau bahkan
membeli, mengolah dan menyiapkan makanan
lebih parah.
yang sehat bagi keluarganya. Dengan alasan
Perbedaan yang terlihat pada tabel 1 dan
tersebut, maka rumah tangga di perkotaan lebih
tabel 2, adalah bahwa kondisi status tahan pangan
berpeluang mempunyai akses dan pengetahuan
di perkotaan persentasenya jauh lebih besar, yaitu
yang lebih baik jika dibandingkan di perdesaan.
sebanyak
dengan
Di samping itu, ketersediaan fasilitas teknologi
perdesaan yang hanya 5 persen pada kelompok
dan informasi baik cetak maupun elektronik di
pertama; dan 36 persen dibanding 13 persen untuk
perkotaan lebih memadai, sehingga rumah
kelompok kedua. Ketahanan pangan tidak hanya
tangga di perkotaan mempunyai pilihan yang
mencakup pengertian ketersediaan pangan yang
lebih banyak dibandingkan dengan rumah tangga
cukup, tetapi juga kemampuan untuk mengakses
di perdesaan.
32
persen
dibandingkan
Tabel 1. Kondisi Ketahanan Pangan Pada Rumah Tangga (R.T.) Miskin di Perdesaan Status Ketahanan Pangan Rumah Tangga Jumlah
R.T. dengan memiliki anak dibawah 18 th R.T. tanpa memiliki anak dibawah 18 th Total
Tahan Pangan
Rawan Pangan Tanpa Kelaparan
Rawan Pangan Dengan Tkt Kelaparan Sedang
Rawan Pangan Dengan Tkt Kelaparan Lebih Parah Total %
Total
%
Total
%
Total
%
55
3
5
39
71
10
18
3
5
45
6
13
30
67
7
16
2
4
100
9
9
69
69
17
17
5
5
Tabel 2. Kondisi Ketahanan Pangan Pada Rumah Tangga (R.T.) Miskin di Perkotaan Status Ketahanan Pangan Rumah Tangga Jumlah
R.T. dengan memiliki anak dibawah 18 th R.T. tanpa memiliki anak dibawah 18 th Total
Tahan Pangan
Rawan Pangan Tanpa Kelaparan
Rawan Pangan Dengan Tkt Kelaparan Sedang
Rawan Pangan Dengan Tkt Kelaparan Lebih Parah Total %
Total
%
Total
%
Total
%
56
18
32
27
48
8
14
3
5
44
16
36
22
50
6
14
0
0
100
34
34
49
49
14
14
3
3
2. Ketahanan Pangan Dengan Kriteria Kemiskinan Yang Digunakan BPS
Status ketahanan pangan dalam rumah tangga dalam penelitian ini menunjukan hasil
yang
berbeda
dengan
status
kemiskinan
berdasarkan kriteria BPS. Rumah tangga yang termasuk dalam golongan tidak miskin ataupun hampir miskin tidak selalu berada dalam kondisi
Jurnal Pembangunan Pedesaan Volume 12 Nomor 1, Juni 2012, hal 45 - 55
50 tahan pangan, juga sebaliknya rumah tangga yang
rumah tangga di perkotaan; dari 67 persen rumah
termasuk dalam golongan miskin menurut BPS
tangga yang termasuk dalam kriteria tidak
tidak selalu berada dalam kondisi rawan pangan.
miskin, ternyata lebih dari setengahnya atau 35
Dari tabel 3 dan 4 dapat dilihat status
persen rumah tangga masuk kategori rawan
kemiskinan berdasarkan kriteria BPS dikaitkan
pangan. Perbedaan yang terlihat, di perkotaan
dengan ketahanan pangan rumah tangga di
persentase rumah tangga yang tidak miskin jauh
perdesaan. Dari 24 persen rumah tangga yang
lebih besar (67%) jika dibandingkan dengan
termasuk dalam kriteria tidak miskin, ternyata
perdesaan (24%); demikian juga status tahan
hanya 4 persen rumah tangga yang berada dalam
pangan, pada rumah tangga miskin di perkotaan
kondisi tahan pangan, sisanya 20 persen rumah
jumlahnya jauh lebih besar (32% rumah tangga)
tangga termasuk dalam kondisi rawan pangan;
dibandingkan di perdesaan (4% rumah tangga)
dengan rincian 15 persen rumah tangga rawan
(tabel 3 dan 4).
pangan tanpa kelaparan, 3 persen rumah tangga
Tabel tersebut menunjukkan bahwa kriteria
rawan pangan dengan tingkat kelaparan sedang,
kemiskinan yang dimiliki BPS berbeda dengan
dan 2 persen rumah tangga rawan pangan dengan
status
tingkat kelaparan lebih parah.
memungkinkan karena secara konsep sudah
Selanjutnya dari 25 persen keluarga yang
ketahanan
pangannya.,
hal
ini
berbeda. Inti dari konsep ketahanan pangan
masuk dalam kelompok hampir miskin, ternyata
adalah
hanya 2 persen rumah tangga yang memiliki status
kebutuhan pangannya tidak saja dilihat dari
tahan pangan dan 23 persen rumah tangga yang
jumlahnya tetapi juga kualitasnya, selain itu juga
lain termasuk dalam status rawan pangan, baik
diperhitungkan
dengan tanpa kelaparan maupun dengan tingkat
mendapatkan
kelaparan sedang dan lebih parah. Hasil yang
kekhawatiran atau kesulitan untuk mendapatkan
cukup berbeda adalah dari 9 persen rumah tangga
pangan
yang termasuk dalam kelompok sangat miskin,
kemiskinan
ternyata tidak ada satu pun rumah tangga yang
memenuhi standar hidup minimum saja, dan
berada dalam status rawan pangan dengan tingkat
tidak memperhitungkan beban tanggungan yang
kelaparan lebih parah; 2 persen rumah tangga
harus
yang berada dalam status rawan pangan dengan
memperhitungkan pendapatan yang diterima,
tingkat kelaparan sedang dan 6 persen rumah
padahal
tangga rawan pangan tanpa kelaparan.
menggambarkan tingkat kesejahteraan rumah
Untuk
status
kemiskinan
berdasarkan
masing-masing
individu
bagaimana pangan,
atau tidak. adalah
diemban
terpenuhi
akses
apakah
Di
sisi
lain,
ketidakmampuan
keluarga.
pendapatan
tidak
BPS
cukup
untuk terdapat
konsep untuk
hanya
untuk
tangga.
kriteria BPS dikaitkan dengan ketahanan pangan Tabel 3. Status Ketahanan Pangan Rumah Tangga di Perdesaan dengan Kriteria Kemiskinan yang Digunakan BPS Status Ketahanan Pangan Tahan Pangan Rawan Pangan Tanpa Kelaparan
Tidak Miskin 4 15
Kriteria Kemiskinan Hampir Miskin Miskin 2 2 17 31
Ketahanan Pangan Pada Rumah Tangga... (Neni Widayaningsih)
Sangat Miskin 1 6
51 Rawan Pangan dengan Tingkat Kelaparan Sedang Rawan Pangan dengan Tkt Kelaparan Lebih Parah Total
3
4
8
2
2
2
1
0
24
25
42
9
Tabel 4. Status Ketahanan Pangan Rumah Tangga di Perkotaan dengan Kriteria Kemiskinan yang digunakan BPS Status Ketahanan Pangan
Tidak Miskin 32 27
Tahan Pangan Rawan Pangan Tanpa Kelaparan Rawan Pangan dengan Tingkat Kelaparan Sedang Rawan Pangan dengan Kelaparan Lebih Parah Total
Kriteria Kemiskinan Hampir Miskin Miskin 2 0 16 6
6
3
5
2
1
0
67
22
11
3. Ketahanan Pangan Menurut Tingkat Pendapatan Rumah Tangga Pendapatan rumah tangga atau keluarga
Sangat Miskin 0 0 0 0 0
keluarga pada kelompok pendapatan ini, tidak terdapat keluarga yang rawan pangan. Selanjutnya
status
ketahanan
pangan
merupakan pendapatan yang diterima dalam suatu
menurut tingkat pendapatan rumah tangga di
keluarga yang berasal dari anggota keluarga yang
perkotaan adalah seperti terlihat pada tabel 6.
bekerja baik yang berasal dari kepala keluarga
Sebanyak 34 persen keluarga miskin perkotaan
maupun anggota keluarga yang lain. Semakin
masuk kategori tahan pangan pada berbagai
besar pendapatan rumah tangga maka semakin
tingkat pendapatan rumah tangga. Namun,
mudah menjangkau pangan yang cukup; hal
sisanya (66%) atau mayoritas keluarga miskin di
sebaliknya akan terjadi jika semakin kecil
perkotaan berada pada kondisi rawan pangan.
pendapatan rumah tangga.
Dari berbagai tingkat pendapatan yang termasuk
Tabel 5 menunjukkan bahwa 9 persen
kategori tahan pangan, dapat disimpulkan bahwa
rumah tangga miskin masuk kategori tahan
batas pendapatan rumah tangga untuk mencapai
pangan. Mayoritas responden rumah tangga
kondisi tahan pangan di perkotaan tersebut
miskin berada pada kondisi rawan pangan
adalah pada pendapatan >Rp. 1.100.000/bulan,
sebanyak 91 persen. Dapat dikatakan batas
meskipun pada kelompok pendapatan ini ada 5
pendapatan rumah tangga untuk mencapai kondisi
persen keluarga yang masih rawan pangan
tahan pangan di perdesaan tersebut adalah pada
namun tanpa kelaparan.
pendapatan >Rp. 800.000/bulan, karena seluruh Tabel 5. Status Ketahanan Pangan Menurut Tingkat Pendapatan Rumah Tangga Miskin di Perdesaan
Tingkat Pendapatan R.T. (Rp/bulan) < 200.000
Tahan Pangan 2
Status Ketahanan Pangan R-P dengan R-P Tanpa Kelaparan Kelaparan Sedang 26 10
Jurnal Pembangunan Pedesaan Volume 12 Nomor 1, Juni 2012, hal 45 - 55
R-P dengan Kelaparan Lebih Parah 1
Total 39
52 200.000 s/d 400.000 400.001 s/d 600.000 600.001 s/d 800.000 > 800.000 Total
2 3 0 2 9
35 7 1 0 69
7 0 0 0 17
4 0 0 0 5
48 10 1 2 100
Tabel 6. Status Ketahanan Pangan Menurut Tingkat Pendapatan Rumah Tangga di Perkotaan
Tingkat Pendapatan Rumah Tangga (Rp/bulan)
Tahan Pangan
< 500.000 500.000 s/d 700.000 700.001 s/d 900.000 900.001 s/d 1.100.000 > 1.100.000 Total
7 11 2 5 9 34
Status Ketahanan Pangan R-P dengan R-P Tanpa Tingkat Kelaparan Kelaparan Sedang 34 12 4 1 3 1 3 0 5 0 49 14
R-P dengan Tingkat Kelaparan Lebih Parah 2 0 0 1 0 3
Total 55 16 6 9 14 100
Ada temuan menarik, bahwa pada keluarga
Tabel 7 menunjukkan bahwa secara umum
miskin dengan tingkat pendapatan kategori paling
jumlah tanggungan keluarga pada keempat status
rendah (
ketahanan pangan pada rumah tangga miskin di
keluarga yang dalam kondisi tahan pangan. Hal itu
perdesaan adalah berjumlah 4 sampai dengan 6
dimungkinkan
tersebut
orang. Jika dilihat menurut tingkat pendapatan
mempunyai tanggungan keluarga yang tidak
rumah tangga, maka rata-rata keluarga miskin di
banyak sehingga untuk kebutuhan makan sehari-
pedesaan yang mempunyai tanggungan keluarga
hari
dari
4 sampai dengan 6 orang adalah pada tingkat
pendapatannya, karena di antaranya ada bantuan
pendapatan rumah tangga
beras (raskin) atau ada juga bantuan dari anggota
yaitu 26 persen keluarga. Artinya pada tingkat
keluarga dalam bentuk natura.
pendapatan yang rendah tersebut, rumah tangga
tidak
karena
perlu
keluarga
mengeluarkan
uang
Untuk dapat melihat lebih jauh status
miskin justru menanggung lebih banyak orang
ketahanan pangan menurut tingkat pendapatan
jika dibandingkan rumah tangga dengan tingkat
rumah tangga, maka perlu dilengkapi dengan
pendapatan yang lebih tinggi. Kondisi tersebut di
jumlah tanggungan keluarga agar dapat terlihat
atas terjadi pada keluarga dengan kondisi rawan
masing-masing tingkat pendapatan rumah tangga
pangan, baik tanpa kelaparan maupun dengan
dengan jumlah tanggungan keluarga pada keempat
tingkat kelaparan sedang dan tingkat kelaparan
status ketahanan pangan. Seperti dijelaskan oleh
lebih parah. Selanjutnya yang terjadi pada rumah
Jonathan Crush dan Bruce Frayne (2009, 2010) hasil penelitiannya menemukan bahwa faktor tipe
tangga
di
perkotaan
rumah tangga (apakah hanya terdiri dari keluarga
menunjukkan bahwa secara umum jumlah
inti atau keluarga besar) dan ukuran rumah tangga
tanggungan
(jumlah anggota dalam suatu rumah tangga) akan
ketahanan pangan adalah berjumlah 3 sampai
berpengaruh terhadap tingkat ketahanan pangan.
dengan 6 orang. Jika dilihat menurut tingkat
keluarga
(tabel
pada
8)
keempat
pendapatan rumah tangga maka rata-rata Ketahanan Pangan Pada Rumah Tangga... (Neni Widayaningsih)
adalah
status
53 keluarga yang mempunyai tanggungan keluarga 3 KESIMPULAN
sampai dengan 6 adalah pada tingkat pendapatan rumah
tangga
.
500.000/bulan
Sebagian besar responden rumah tangga
yaitu
miskin di perdesaan berada pada status rawan
sebanyak 28 persen keluarga. Keadaan tersebut
pangan tanpa kelaparan, baik pada kelompok
sama dengan di perdesaan, rumah tangga di
rumah tangga yang memiliki anak di bawah usia
perkotaan pun pada tingkat pendapatan yang
18 tahun (71%), maupun rumah tangga yang
rendah juga menanggung lebih banyak orang jika dibandingkan
rumah
tangga
tidak memiliki anak di bawah usia 18 tahun
dengan tingkat
pendapatan yang lebih tinggi, dan terjadi juga
(66%). Status rawan pangan tersebut sebagian
pada keluarga dengan kondisi rawan pangan, baik
besar (73,8%) berada dalam rumah tangga
tanpa kelaparan maupun dengan tingkat kelaparan
dengan kategori miskin berdasarkan kriteria
sedang dan lebih parah.
BPS.
Tabel 7. Status Ketahanan Pangan Menurut Tingkat Pendapatan Rumah Tangga dan Tanggungan Keluarga di Perdesaan Tkt Pendapatan RT (Rp)
1-2
< 200.000 - Tahan Pangan - R-P Tanpa Kelaparan - R-P dg Kelaparan Sedang - R-P dg Kelaparan Lebih Parah 200.000 – 400.000 - Tahan Pangan - R-P Tanpa Kelaparan - R-P dg Kelaparan Sedang - R-P dg Kelaparan Lebih Parah 400.001 – 600.000 - Tahan Pangan - R-P Tanpa Kelaparan - R-P dg Kelaparan Sedang - R-P dg Kelaparan Lebih Parah 600.001 – 800.000 - Tahan Pangan - R-P Tanpa Kelaparan - R-P dengan Kelaparan Sedang - R-P dg Kelaparan Lebih Parah > 800.000 - Tahan Pangan - R-P Tanpa Kelaparan - R-P dengann Kelaparan Sedang - R-P dg Kelaparan Lebih Parah Total
Tabel 8.
Jumlah Tanggungan Keluarga (orang) 3-4 5-6 7≤
Total
0 5 1 0
0 15 4 1
2 6 5 0
0 0 0 0
2 26 10 1
1 3 2 0
0 12 2 2
1 18 3 0
0 2 0 2
2 35 7 4
0 1 0 0
2 3 0 0
1 3 0 0
0 0 0 0
3 7 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
2 1 0 0
0 0 0 0
2 1 0 0
0 0 0 0 13
0 0 0 0 41
0 0 0 0 42
0 0 0 0 4
0 0 0 0 100
Status Ketahanan Pangan Menurut Tingkat Pendapatan Rumah Tangga dan Tanggungan Keluarga di Rumah Tangga Perkotaan Tkt Pendapatan RT (Rp)
< 500.000 - Tahan Pangan - R-P Tanpa Kelaparan - R-P dg Kelaparan Sedang - R-P dg Kelaparan Lebih Parah 500.000 – 700.000
Jumlah Tanggungan Keluarga (orang) 1–2 3–4 5–6 7≤ 2 3 3 0
3 12 3 2
Jurnal Pembangunan Pedesaan Volume 12 Nomor 1, Juni 2012, hal 45 - 55
0 16 4 0
Total 2 3 2 0
7 34 12 2
54 - Tahan Pangan - R-P Tanpa Kelaparan - R-P dg Kelaparan Sedang - R-P dg Kelaparan Lebih Parah 700.001 – 900.000 - Tahan Pangan - R-P Tanpa Kelaparan - R-P dg Kelaparan Sedang - R-P dg Kelaparan Lebih Parah 900.001 – 1.000.000 - Tahan Pangan - R-P Tanpa Kelaparan - Rawan Pangan dg Kelaparan Sedang - R-P dg Kelaparan Lebih Parah > 1.000.000 - Tahan Pangan - R-P Tanpa Kelaparan - R-P dg Kelaparan Sedang - R-P dg Kelaparan Lebih Parah Total
Sedangkan di perkotaan sebagian besar
2 1 0 0
5 2 1 0
2 0 0 0
2 1 0 0
11 4 1 0
0 0 0 0
1 0 1 0
1 2 0 0
0 1 0 0
2 3 1 0
0 0 0 0
4 2 0 0
1 1 0 0
0 0 0 1
5 3 0 1
2 3 0 0 16
3 1 0 0 40
4 1 0 0 32
0 0 0 0 12
9 5 0 0 100
tanah dan air, mempromosikan produksi dan
responden rumah tangga miskin berada pada
konsumsi
status rawan pangan tanpa kelaparan, baik pada
sumberdaya
kelompok rumah tangga yang memiliki anak di
masyarakat dan dunia usaha. Sementara di
bawah usia 18 tahun, maupun rumah tangga yang
perkotaan,
tidak memiliki anak di bawah usia 18 tahun.
pemerintah daerah adalah melalui kegiatan
Status rawan pangan tersebut sebagian besar
Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan
berada dalam rumah tangga dengan kategori
(P2KP) yang hendaknya benar-benar dapat
hampir miskin berdasarkan kriteria BPS. Bahwa
dilaksanakan secara benar terutama pada teknis
rumah tangga yang termasuk dalam golongan
pelaksanaan di tingkat kecamatan dan kelurahan,
tidak miskin ataupun hampir miskin tidak selalu
melalui pengembangan kapasitas masyarakat
berada dalam kondisi tahan pangan, begitu juga
miskin perkotaan, akses sumber daya kunci
sebaliknya rumah tangga yang termasuk dalam
bantuan
golongan miskin menurut BPS tidak selalu berada
keswadayaan masyarakat serta melembagakan
dalam kondisi rawan pangan.
budaya kemitraan antar pelaku pembangunan.
aneka-ragam lokal,
berbasis
dengan menyertakan
salah
langsung
pangan
satu
langkah
masyarakat
dan
strategis
badan
Batas pendapatan rumah tangga untuk mencapai kondisi tahan pangan di perdesaan adalah pada pendapatan >Rp. 800.000/bulan. Sedangkan di perkotaan batas pendapatan rumah tangga untuk mencapai kondisi tahan pangan adalah pada pendapatan >Rp. 1.100.000/bulan. Kebijakan
yang
dapat
dilakukan
di
DAFTAR PUSTAKA Crush, Jonathan and Bruce Frayne (editor), 2010. The State of Urban Food Insecurity in Southern Africa, African Food Security Urban Network (AFSUN), http://queensu.ca/samp/afsun/files/ AFSUN_2_PDF .pdf, di akses tgl 11 Februari 2011
perdesaan, yaitu: mencegah dan mengurangi laju konversi lahan produktif; pemeliharaan dan optimasi pemanfaatan infrastruktur irigasi dan jalan desa; melakukan konservasi sumberdaya Ketahanan Pangan Pada Rumah Tangga... (Neni Widayaningsih)
, 2010. The Invisible Crisis : Urban Food Insecurity in Southern Africa http:// queensu.ca/samp/afsun/files/AFSUN_1_P DF.pdf, di akses tgl 11 Februari 2011
55 ,, 2010. Urban food Production and Household Food Security in Southern Africa. http://queensu.ca/samp/afsun/ files/AFSUN_4.pdf, diakses tgl 11 Februari 2011 BPS,
2010. Pengeluaran untuk Konsumsi Indonesia dan Propinsi Berdasarkan Hasil Susenas Panel Maret 2008. Jakarta
Bickel, Gary., Nord, Mark., Price, Cristofer., Hamilton, William & Cook, Jhon., 2000, Measuring Food Security in United States : Guide To Measuring Household Food Security, revised 2000. www.fns.usda.gov /fsec/FILES/FSGuidesum.htm, diakses pada tanggal 3 Februari 2010 Bruce Frayne, Jane Battersby-Lennard, Robert Fincham and Gareth Haysom, 2009. Urban food security in South Africa: Case study of Cape Town, Msunduzi and Johannesburg. http://queensu.ca/samp/ afsun/files/DPD_No15.pdf, diakses tgl 11 Februari 2011 Moh. Nazir, 1998, Metode Penelitian, Jakarta, Ghalia Indonesia.
Jurnal Pembangunan Pedesaan Volume 12 Nomor 1, Juni 2012, hal 45 - 55