FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG BERHUBUNGAN DENGAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA NELAYAN PERKOTAAN DI SURABAYA Ana Kartika Sari1, Dini Ririn Andrias2 1Program
Studi S1 Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya 2Departemen Gizi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya
ABSTRAK Ketahanan pangan rumah tangga merupakan suatu jenjang penting dalam konsep ketahanan pangan, sebab ketahanan pangan rumah tangga berpengaruh secara langsung terhadap status gizi anggota keluarga. Salah satu kelompok masyarakat di perkotaan yang masih tergolong rawan pangan adalah nelayan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan ketahanan pangan rumah tangga pada masyarakat nelayan. Penelitian cross sectional ini dilakukan di Kelurahan Sukolilo, Kecamatan Bulak, Kota Surabaya pada bulan Juni 2011. Besar sampel yang digunakan adalah 50 rumah tangga dan dipilih menggunakan teknik simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui metode wawancara dan status ketahanan pangan rumah tangga diukur dengan menggunakan instrument US-HFSSM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar rumah tangga (88%) dalam kategori rawan pangan. Penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara status ketahanan pangan rumah tangga dengan pendapatan dengan p = 0,037 (p < α) dan pengeluaran dengan p = 0,016 ( p < α). Sebaliknya tidak terdapat hubungan antara pendidikan responden, pendidikan kepala rumah tangga, pekerjaan, besar keluarga, kepemilikan aset, pengetahuan, akses fisik, akses ekonomi, ketersediaan pangan, dan skor Coping Strategy Index (p > α). Penelitian ini menyimpulkan bahwa faktor yang berhubungan dengan status ketahanan pangan rumah tangga nelayan di Kelurahan Sukolilo, Kecamatan Bulak, Kota Surabaya adalah pendapatan dan pengeluaran rumah tangga. Penelitian ini merekomendasikan perlunya pelatihan keterampilan terhadap keluarga nelayan untuk meningkatkan pendapatan keluarga saat tidak berada pada musim panen ikan. Selain itu perlu diadakan pelatihan gizi terhadap istri nelayan untuk meningkatkan pengetahuan gizi rumah tangga. Kata kunci: ketahanan pangan rumah tangga, nelayan, coping strategy index ABSTRACT Household food security is an important phase in food security concept, since it may directly affects nutritional status of the entire family members. Fishermen community is one of the groups in urban communities which is vulnerable to food insecurity. The purpose of this study was to determine factors associated to household food security among fishermen households. This cross-sectional study was done in Sukolilo Village, Bulak Sub District, Surabaya on June 2011. Fifty households were selected using simple random sampling technique. The data were collected through interview and household food security status was determined by using U.S. HFSSM. The results showed that most of the households were food insecure (88%). The study also showed that there were association between income p = 0.037 (p < α) and expenditure p = 0.016 (p < α) to household food security status. Conversely, there were no association between education of the wives, education of the household head, occupation, family size, electronic assets, non-electronic assets, nutrition knowledge, physical access to food, economic access to food, food availability, and Coping Strategy Index score to household food security status. This study concludes that factors associated to household food security status of fishermen households in Sukolilo Village, Bulak Sub District, Surabaya are household income and expenditure. Trainings to improve skills of the fishermen and families is essential to increase household income during scarcity. In addition, nutrition training held for the wives is also necessary to improve their nutrition knowledge. Keywords: Household Food Security, Fishermen, Coping Strategy Index
PENDAHULUAN
seluruh anggota keluarganya, di mana rumah tangga tidak berisiko mengalami kehilangan kedua akses tersebut (Hanani, 2009). Ketahanan pangan rumah tangga adalah salah satu jenjang yang
Ketahanan pangan adalah situasi di mana semua rumah tangga mempunyai akses baik fisik maupun ekonomi untuk memperoleh pangan bagi 54
Ana dkk., Faktor Sosial Ekonomi…
penting karena meskipun suatu wilayah terkategori tahan pangan, belum tentu ketahanan pangan menjangkau hingga level rumah tangga (Ariani dkk., 2007). Menurut Saragih (2004), hal ini dikarenakan ketahanan pangan dipengaruhi oleh 2 faktor utama yaitu availability (ketersediaan) dan accessibility (keterjangkauan). Hasil kajian Susenas tahun 1999, secara nasional lebih dari 30% rumah tangga mengalami rawan pangan (Ariani dkk., 2007). Di daerah perkotaan, terdapat sekitar 27% rumah tangga rawan pangan. Jawa Timur termasuk dari 4 provinsi yang memiliki proporsi rumah tangga rawan pangan tertinggi (Ariani dkk., 2007) serta termasuk salah satu wilayah di Indonesia yang patut mendapat perhatian terkait risiko kerawanan pangan kronis (WFP, 2007). Penyebab kerawanan pangan menyangkut banyak aspek, tidak terbatas pada masalah produksi, antara lain krisis ekonomi, kemiskinan, kerawanan sosial, tidak cukupnya pangan pada tingkat rumah tangga, dan distribusi makanan antar anggota rumah tangga yang tidak tepat (Ariani dkk., 2007). Surabaya termasuk wilayah dengan risiko kerawanan pangan yang rendah (DKP dan WFP, 2005). Namun, ketahanan pangan wilayah dan regional tidak menjamin ketahanan pangan rumah tangga di wilayah tersebut. Demikian pula di Surabaya, akibat tidak meratanya kemampuan r u mah tangga dalam akses pangan dan ketersediaan pangan di dalam rumah tangga, maka ada beberapa wilayah dan golongan masyarakat tertentu yang masih rentan mengalami kerawanan pangan. Salah satunya adalah golongan masyarakat nelayan. Nelayan identik dengan keterbatasan aset, lemahnya kemampuan modal, posisi tawar, dan akses pasar. Keterbatasan kepemilikan aset adalah ciri umum masyarakat miskin termasuk nelayan (Siswanto, 2008). Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian mengenai ketahanan pangan rumah tangga pada masyarakat nelayan di Surabaya perlu dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan ketahanan pangan rumah tangga pada masyarakat nelayan di Kelurahan Sukolilo, Kecamatan Bulak, Kota Surabaya.
55
METODE Penelitian ini mer upakan penelitian observasional analitik dengan rancang bangun cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh rumah tangga dengan kepala rumah tangga bermata pencaharian sebagai nelayan di Kelurahan Sukolilo, Kecamatan Bulak, Kota Surabaya. Sebanyak 50 rumah tangga terpilih secara acak sebagai sampel penelitian, yang dipilih dengan menggunakan teknik simple random sampling. Peng u mpulan dat a dalam penelitian dilakukan melalui wawancara dengan instrumen lembar kuesioner umum terstr ukt ur dan kuesioner ketahanan pangan rumah tangga (US-HFSSM). Data yang terkumpul disajikan secara deskriptif untuk melihat kecenderungan data, dengan menggunakan tabel frekuensi dan tabulasi silang. Untuk menganalisis hubungan antara status ketahanan pangan rumah tangga (dependent variable) dengan variabel yang diduga berhubungan dengan status ketahanan pangan rumah tangga (independent variable), dilakukan uji statistik Chi-Square test dan Pearson Chi-Square dengan α = 0,05. HASIL PENELITIAN Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya pola hubungan antara tingkat pendidikan, baik pendidikan responden maupun pendidikan kepala keluarga, dengan status ketahanan pangan rumah tangga. Hasil analisis statistik juga menunjukkan tidak ada hubungan antara pendidikan dengan status ketahanan pangan rumah tangga. Di antara rumah tangga dengan besar keluarga ≤ 4 orang, sebagian besar memiliki status rawan pangan (83,9%), demikian pula di antara rumah tangga dengan besar keluarga > 4 orang, sebagian besar juga memiliki status rawan pangan, tetapi dengan persentase yang lebih besar (94,7%). Meskipun terlihat kecenderungan bahwa kerawanan pangan lebih banyak terjadi pada keluarga dengan jumlah anggota keluarga yang lebih besar, hasil analisis statistik tidak menunjukkan adanya hubungan antara besar keluarga dengan status ketahanan pangan rumah tangga (Tabel 1).
56
Media Gizi Indonesia, Vol. 9, No. 1 Januari–Juni 2013: hlm. 54–59
Tabel 1.
Status Ketahanan Pangan Rumah Tangga menurut Pendidikan Responden, Pendidikan Kepala Keluarga, dan Besar Keluarga di Kelurahan Sukolilo, Kecamatan Bulak, Kota Surabaya Tahun 2011 Status Ketahanan Pangan Karakteristik
Tahan Pangan n
Pendidikan Responden Tidak sekolah/Tamat SD/sederajat Tamat SMP/sederajat Tamat SMA/sederajat Pendidikan Kepala Keluarga Tidak sekolah atau Tamat SD/sederajat Tamat SMP/sederajat Tamat SMA/sederajat Besar Keluarga ≤ 4 orang > 4 orang
Tabel 2.
Rawan Pangan
%
n
N
%
p value
%
5 1 0
14,3 9,1 0
30 10 4
85,7 90,9 100,0
35 11 4
100,0 100,0 100,0
0,668
5 0 1
16,1 0 25,0
26 15 3
83,9 100,0 75,0
31 15 4
100,0 100,0 100,0
0,203
5 1
16,1 5,3
26 18
83,9 94,7
31 19
100,0 100,0
0,387
Status Ketahanan Pangan Rumah Tangga menurut Pendapatan, Pengeluaran dan Kepemilikan Aset di Kelurahan Sukolilo, Kecamatan Bulak, Kota Surabaya Tahun 2011 Status Ketahanan Pangan Karakteristik
Pendapatan Kuintil 1 Kuintil 2 Kuintil 3 Kuintil 4 Kuintil 5 Pengeluaran Kuintil 1 Kuintil 2 Kuintil 3 Kuintil 4 Kuintil 5 Kepemilikan Aset Elektronik Jumlah aset < mean (< 4) Jumlah aset ≥ mean (≥ 4) Kepemilikan Aset Non Elektronik Jumlah aset < median (< 2) Jumlah aset ≥ median (≥ 2)
Tahan Pangan
Rawan pangan
N
%
p value
n
%
n
%
0 0 0 3 3
0 0 0 30,0 30,0
10 17 3 7 7
100,0 100,0 100,0 70,0 70,0
10 17 3 10 10
100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
0,037
0 0 0 2 4
0 0 0 20,0 40,0
10 10 10 8 6
100,0 100,0 100,0 80,0 60,0
10 10 10 10 10
100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
0,016
1 5
7,1 13,9
13 31
92,9 86,1
14 36
100,0 100,0
0,663
1 5
9,1 12,8
10 34
90,9 87,2
11 39
100,0 100,0
1,00
Faktor ekonomi terlihat berperan dalam memengaruhi ketahanan pangan rumah tangga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh rumah tangga dengan tingkat pendapatan per kapita per bulan pada kuintil 1, kuintil 2 dan kuintil 3, memiliki status rawan pangan sedangkan rumah tangga dengan tingkat pendapatan per kapita pada kuintil 4 dan kuintil 5, masing-masing sebesar 70% memiliki status rawan pangan.
Analisis statistik menunjukkan adanya hubungan antara pendapatan per kapita rumah tangga dengan status ketahanan pangan rumah tangga. Pengeluaran memperlihatkan pola yang sama dengan pendapatan. Seluruh rumah tangga dengan tingkat pengeluaran per kapita per bulan pada kuintil 1, kuintil 2 dan kuintil 3, memiliki status rawan pangan sedangkan di antara rumah tangga dengan tingkat pengeluaran per kapita per bulan
Ana dkk., Faktor Sosial Ekonomi…
pada kuintil 4, sebesar 80% mengalami rawan pangan, dan di antara responden dengan tingkat pengeluaran rumah tangga per bulan pada kuintil 5, sebesar 60% mengalami rawan pangan. Hasil analisis statistik menunjukkan ada hubungan antara pengeluaran rumah tangga per kapita per bulan dengan status ketahanan pangan rumah tangga (Tabel 2). Tabel 2 juga memperlihatkan adanya kecenderungan bahwa rumah tangga yang memiliki aset lebih sedikit, lebih rentan mengalami rawan pangan. Ini terlihat dari lebih tingginya persentase rumah tangga rawan pangan pada rumah tangga yang memiliki aset kurang dari ratarata maupun kurang dari median, dibandingkan pada keluarga yang memiliki aset lebih dari ratarata atau lebih dari median. Namun, hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara kepemilikan aset dengan status ketahanan pangan rumah tangga. PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara pendidikan responden maupun kepala keluarga dengan status ketahanan pangan rumah tangga. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan beberapa penelitian sebelumnya. Tingkat pendidikan keluarga berpengaruh pada ketersediaan pangan rumah tangga yang nantinya secara langsung berpengaruh pada status ketahanan pangan rumah tangga tersebut (Iram dan Butt, 2004). Tidak adanya hubungan antara ketahanan pangan rumah tangga dengan pendidikan, kemungkinan disebabkan oleh faktor pendapatan yang tidak terlalu berbeda jauh antar rumah tangga. Dalam penelitian ini, besar keluarga tidak berhubungan dengan status ketahanan pangan rumah tangga. Namun, hasil penelitian menunjukkan kecenderungan bahwa rawan pangan lebih banyak terjadi pada rumah tangga dengan jumlah anggota keluarga yang lebih besar. Penelitian lain menunjukkan bahwa besar keluarga menjadi salah satu faktor yang berpengaruh pada ketersediaan pangan rumah tangga (Sukiyono dkk., 2008).
57
Besar kecilnya pendapatan rumah tangga akan berpengaruh pada ketahanan pangan. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara status ketahanan pangan rumah tangga dengan pendapatan per kapita. Hasil penelitian ini konsisten dengan beberapa penelitian sebelumnya (Sukiyono dkk., 2008; Iram dan Butt, 2004; Furnes et al., 2004; Oni et al., 2010). Pendapatan rumah tangga dapat dijadikan indikator bagi ketahanan pangan r umah tangga karena pendapatan merupakan salah satu kunci utama bagi rumah tangga untuk mengakses ke pangan (Sukiyono dkk., 2008). Selain pendapatan rumah tangga, besarnya pengeluaran rumah tangga juga dapat berpengaruh pada status ketahanan pangan. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara status ketahanan pangan r umah tangga dengan pengeluaran per kapita rumah tangga. Semakin besar pengeluaran per kapita rumah tangga, maka semakin baik pula status ketahanan pangan rumah tangganya. Hasil penelitian ini sejalan dengan beberapa penelitian sejenis (Hildawati, 2008; Melgar-Quinonez et al., 2006; Shariff dan Khor, 2008). Pengeluaran per kapita merupakan salah satu indikator kemiskinan (Ramachandran, 2007). Total pengeluaran rumah tangga juga merupakan indikator daya beli pangan (Sanjur, 1982). Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara kepemilikan aset elektronik maupun non elektronik dengan status ketahanan pangan rumah tangga. Namun hasil penelitian menunjukkan adanya kecenderungan bahwa keluarga yang memiliki aset rendah, cenderung lebih rawan pangan. Pada penelitian lain, diketahui bahwa dietary diversity score sebagai salah satu indikator ketahanan pangan, berhubungan secara signifikan dengan kepemilikan asset (Ruel, 2003). Secara umum, minimnya jumlah sampel dan kurang tepatnya waktu pengambilan data menjadi keterbatasan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini, meskipun pada saat pengumpulan data, pendapatan sebagian besar rumah tangga relatif cukup besar dibandingkan pendapatan nelayan pada umumnya, namun ternyata persentase rumah tangga dengan status rawan pangan masih sangat
58
Media Gizi Indonesia, Vol. 9, No. 1 Januari–Juni 2013: hlm. 54–59
tinggi. Sebab, jika kembali pada aspek “at all time” pada definisi ketahanan pangan, maka ternyata dalam satu tahun terakhir masih banyak rumah tangga yang pernah mengalami indikatorindikator rawan pangan sebagaimana ditanyakan dalam kuesioner pengukuran ketahanan pangan, US-HFSSM. Responden dalam penelitian ini menjelaskan bahwa dalam satu tahun, terdapat waktu-waktu di mana hasil melaut sedikit atau sangat sedikit, bahkan tidak sama sekali sedangkan masa panen hanya terjadi 2 kali dalam setahun. Ketika pengumpulan data penelitian ini dilakukan bertepatan dengan masa panen ikan, beberapa indikator ekonomi, misalnya pendapatan, pengeluaran, dan akses ekonomi terhadap pangan, mungkin kurang dapat menggambarkan kondisi rumah tangga yang sesungguhnya. Penelitian yang dilakukan pada saat kondisi biasa (bukan masa panen ikan dan bukan masa sulit), mungkin akan memberikan gambaran yang lebih baik tentang kondisi ketahanan pangan dan faktor-faktor yang berhubungan dengan ketahanan pangan pada rumah tangga nelayan. KESIMPULAN Faktor sosial ekonomi yang berhubungan dengan ketahanan pangan rumah tangga nelayan perkotaan di Kelurahan Sukolilo, Kecamatan Bulak, Kota Surabaya adalah pendapatan per kapita per bulan dan pengeluaran per kapita per bulan. SARAN Oleh karena pendapat an per kapit a berhubungan dengan status ketahanan pangan rumah tangga, maka perlu dilakukan antisipasi terhadap penurunan drastis pendapatan nelayan pada saat musim sulit ikan melalui pemberian pelatihan keterampilan atau aktivitas ekonomi produktif kepada nelayan dan istri sebagai alternatif untuk memperoleh pendapatan. Selain itu, pihak terkait juga perlu melakukan pendidikan gizi untuk meningkatkan pengetahuan istri nelayan terhadap pentingnya penganekaragaman konsumsi makanan karena masih rendahnya pengetahuan gizi istri nelayan.
Upaya untuk mendorong minat masyarakat khususnya nelayan dan keluarganya di Kelurahan Sukolilo juga perlu dilakukan untuk meningkatkan tingkat pendidikan yang mereka tempuh. Selain itu, perlu dilakukan penelitian sejenis pada waktu yang berbeda yaitu saat tidak musim panen ikan agar didapat pula gambaran status ketahanan pangan rumah tangga nelayan beserta faktor-faktornya dalam keadaan yang berbeda. DAFTAR PUSTAKA Ariani, M., H.P. Saliem, G.S. Hardono, T.B. Purwantini. 2007. Wilayah Rawan Pangan dan Gizi Kronis di Papua, Kalimantan Barat, dan Jawa Timur. Bogor: Departemen Pertanian. DKP dan WFP. 2005. Peta Situasi Pangan dan Gizi Propinsi di Indonesia. Furnes, B.W., Paul A. Simon, Cheryl M. Wold, dan Johanna Asarian-Anderson, 2004. Prevalence and Predictors of Food Insecurity Among LowIncome Households in Los Angeles County. Public Health Nutrition, 7(6): 791–794. Hanani, N. 2009. Pengertian Ketahanan Pangan. http://nuhfil.lecture.ub.ac.id/files/2009/03/2pengertian-ketahanan-pangan-2.pdf (sitasi 23 Agustus 2010). Hildawati, I. 2008. Analisis Akses Pangan serta Pengaruhnya terhadap Tingkat Konsumsi Energi dan Protein pada Keluarga Nelayan. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Iram, U dan M.S. Butt, 2004. Determinants of Household Food Security: An Empirical Analysis for Pakistan. International Journal of Social Economics, 31: 753. Melgar-Quinonez, H.R., A.C. Zubieta, B. MkNelly, A. Nteziyaremye, Maria Filipinas, D.G., dan C. Dunford, 2006. Household Food Insecurity and Food Expenditure in Bolivia, Burwina Faso, and the Philippines. The Journal of Nutrition, 136: 14315–14375. Oni, S. A., L.L. Maliwichi, dan O.S. Obadire, 2010. Socio-Economic Factors Affecting Smallholder Farming and Household Food Security: A Case of Thulamela Local Municipality in Vhembe District of Limpopo Province, South Africa. African Journal of Agricultural Research, 5(17): 2289-2296. Ramachandran, P., 2007. Poverty Nutrition Linkages. Indian J Med Res, 126: 249–261. Ruel, M.T., 2003. Operationalizing Dietary Diversity: A Review of Measurement Issues and
Ana dkk., Faktor Sosial Ekonomi…
Research Priorities. The Journal of Nutrition. 133: 3911S–3926S. Sanjur, D., 1982. Social and Cultural Perspectives in Nutrition. Prentice-Hall,inc., Englewood Cliffs N.J. 07632. United States of America. Saragih, B., 2004. Mengatasi Masalah Gizi dan Pangan di Indonesia dengan Pendekatan Ketahanan Pangan Rumah Tangga. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Shariff, Z.M., dan G. L. Khor, 2008. Household Food Insecurity and Coping Strategies in A
59
Poor Rural Community In Malaysia. Nutrition Research and Practice , 2(1): 26–34. Siswanto, B. 2008. Kemiskinan dan Perlawanan Kaum Nelayan. Malang: Laksbang Mediatama. Sukiyono, K., I. Cahyadinata, dan Sriyoto, 2008. Status Wanita dan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Nelayan dan Petani Padi di Kabupaten Muko-Muko Provisi Bengkulu. Jurnal Argo Ekonomi, 26 (20):191-207. WFP, 2007. Executive Brief: Indonesia Food Security Assessment and Classification. WFP.