Pemetaan Kelurahan Berdasarkan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Nelayan Tradisional di Wilayah Kecamatan Bulak Surabaya Saudi Imam Besari1) Destri Susilaningrum dan Mutiah Salamah2) 1)
Mahasiswa S1 Statistika FMIPA Staf pengajar Jurusan Statistika FMIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember – Surabaya 2)
Abstrak Beberapa ahli mengatakan bahwa ketahanan pangan minimal mengandung dua unsur pokok yaitu ”ketersediaan pangan dan aksesibilitas masyarakat terhadap pangan”. Pada penelitian ini diamati kondisi ketahanan pangan nelayan di Kecamatan Bulak Surabaya yang terdiri dari empat kelurahan, yaitu Kenjeran, Sukolilo, Bulak, dan Kedung Cowek. Survey dilakukan pada Juli 2009 dengan menerapkan variabel-variabel dari FAO tahun 2009 yang menitikberatkan pada akses-akses terhadap ketahanan pangan. Kondisi ketahanan pangan pada masing-masing wilayah akan digambarkan dengan dua metode, yaitu Chernoff Faces akan memberikan empat bentuk wajah yang berbeda, dan Profile Analysis yang menggambarkan kondisi ketahanan pangan dalam bentuk plot vektor ratarata setiap variabel. Diketahui bahwa kondisi ketahanan pangan di kecamatan Bulak cenderung masih rendah, hal ini terlihat dari posisi profil dari beberapa variabel ketahanan pangan yang berada pada posisi rendah dan penggambaran kondisi ketahanan pangan dengan Chrnoff Faces di kecamatan Bulak dapat dengan mudah dilihat pada bentuk wajah, mata, telinga, hidung dan mulut. Kata-kata kunci : Ketahanan pangan, Profile Analysis, Chernoff Faces
1. PENDAHULUAN Ketahanan pangan minimal mengandung dua unsuur pokok yaitu ketersediaan pangan dan aksesibilitas masyarakat terhadap pangan. Salah satu unsure tersebut tidak terpenuhi maka suatu Negara belum dapat dikatakan mempunyai ketahanan pangan yang baik.(Rudi, 2007). Walaupun pangan tersedia cukup di tingkat nasional dan regional, tetapi jika akses individu untuk memenuhi kebutuhan pangannya tidak merata, maka ketahanan pangan masih dikatakan rapuh. Akses terhadap pangan dan ketersediaan pangan tersebut merupakan komponen yang esensial dalam ketahanan pangan (Rudi, 2007). Surabaya merupakan kota metropolitan kedua di Indonesia. Keme-
gahan Surabaya ternyata tidak terlalu menjangkau masyarakat nelayan yang tinggal di pesisir. Kondisi perekonomian mereka rata-rata adalah golongan menengah ke bawah, padahal kondisi perekonomian merupakan salah satu akses penting dalam ketahanan pangan masyarakat nelayan. Oleh karena itu berdasarkan pengaruh yang ditimbulkan dari segi pendapatan, ketersediaan pangan yang dimilki serta pola konsumsi sehari-hari, menarik untuk dilihat perbedaan kondisi ketahanan pangan rumah tangga nelayan dari Kecamatan Bulak Surabaya yang dibagi atas empat kelurahan yaitu Kenjeran, Sukolilo, Bulak, dan Kedung Cowek. Penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan kondisi ketahanan pangan 1
di kecamatan Bulak yang digambarkan dengan metode Chernoff Faces dan Analisis Profil. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar pengembangan sektor kelautan, baik pengkajian teknologi maupun perencanaan pembangunan ekonomi rumah tangga nelayan.
tiap kelompok pengamatan adalah independen (Johnson dan Wichern, 2002). Analisis profil digunakan untuk membandingkan variabel yang sama diantara kelompok pengamatan. Hasil analisis ini berupa gambar grafik yang disebut grafik profil, dalam grafik profil tersebut dapat menggambarkan lebih dari satu profil kelompok pengamatan. Prinsip analisis profil adalah penggambaran plot vektor rata-rata variabel-variabel respon setiap kelompok pengamatan. Plot tersebut berupa koordinat vektor rata-rata dan setiap poin koordinat dihubungkan dengan garis lurus. Dalam analisis profil terdapat tiga macam uji hipotesis, dimana ketiga uji ini saling berurutan dalam pemeriksaannya. Ketiga uji hipotesis tersebut adalah Uji Paralel, Uji Coincident dan Uji Level. Dua profil dikatakan paralel jika kemiringan untuk setiap segment adalah sama. Setelah diketahui bahwa kedua profil bersifat paralel, maka dilanjutkan untuk melakukan uji coincident (keberimpitan) dan terakhir adalah uji level untuk mengetahui apakah profil berada pada level yang sama atau tidak. Analisi profil selengkapnya dapat dilihat pada buku Applied Multivariate Statistical Analysis (Johnson dan Wichern, 2002).
2. TINJAUAN PUSTAKA Berikut ini Beberapa landasan teori yang digunakan untuk penyelesaian penelitian. 2.1 MANOVA (Multivariate Analysis of Variance) MANOVA adalah metode statistika untuk memeriksa kesamaan beberapa (p) variabel dari beberapa ( ) kelompok populasi secara bersamasama atau metode untuk menguji kesamaan vektor rata-rata dari beberapa populasi. MANOVA berbeda dengan ANOVA, perbedaannya terletak pada banyaknya variabel. ANOVA hanya satu variabel, sedangkan MANOVA lebih dari satu variabel yang dianalisis secara bersama-sama. Hipotesis untuk uji Manova adalah sebagai berikut. H0 : = = …= H1 : minimal ada satu yang tidak sama Statistik uji untuk Manova pada penelitian ini digunakan pendekatan Wilks, selengkapnya dapat dilihat pada buku Applied Multivariate Statistical Analysis (Johnson dan Wichern, 2002). Asumsi yang harus dipenuhi dalam Analisis Manova ini adalah Data terdistribusi multivariate normal, Homogenitas Matriks Varians Kovarians dan Variabel-variabel Pengamatan Bersifat Independen.
2.4 Metode Chernoff Faces Analisis ini pertama kali diperkenalkan oleh Herman Chernoff pada tahun 1973, yaitu teknik visualisasi berupa metode grafik untuk merepresentasikan data dengan banyak variabel dalam bentuk wajah kartun (Chernoff Faces) yang dapat ditentukan hingga lebih dari 18 parameter (Johnson dan Wichern, 2002) yaitu terdiri dari panjang hidung, kelengkungan mulut, panjang alis, besar sudut alis dan lain-lain.
2.3 Analisis Profil Analisis Profil adalah salah satu metode multivariate yang membahas perlakuan yang diterapkan pada beberapa kelompok pengamatan dimana se2
Chernoff Faces menjadi alat peraga yang efektif karena menghubungkan data dengan raut wajah yang mana terkadang dapat menunjukkan keadaan seseorang atau kelompok bahkan suatu wilayah. Chernoff Faces dapat mengekspresikan kondisi atau keadaan yang sebenarnya pada suatu lingkungan berdasarkan penggambaran raut muka.
min dari tersedianya pangan secara cukup, baik dari jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Menurut FAO (Food and Agricuture Organization) ketahanan pangan adalah situasi dimana semua rumah tangga mempunyai akses baik fisik maupun ekonomi untuk memperoleh pangan bagi seluruh anggota rumah tangganya, dimana rumah tangga tidak beresiko mengalami kehilangan kedua akses tersebut (Hanani, 2009). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada penelitian ketahanan pangan nelayan sebelumnya dan dari FAO (Rachmawati, 2009). 1. Pendidikan Kepala Rumah Tangga dan Istri (Nelayan) Masyarakat dengan tingkat pendidikan rendah cenderung sulit menerima hal-hal baru. 2. Pendapatan Nelayan Kesejahteraan meningkat jika pendapatan juga meningkat sehingga cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar. 3. Kondisi Rumah Berkaitan dengan kepemilikan aset yang berhubungan dengan kemiskinan. 4. Tempat Buang Air Besar Merupakan salah satu indikator kemiskinan yang berhak menerima Bantuan Langsung Tunai. 5. Jumlah Anggota Rumah Tangga Anggota rumah tangga yang tidak bekerja berpengaruh terhadap akses pangan. 6. Kepemilikan Asset Berkaitan dengan tingkat mobilisasi.
Gambar 2.1. Wajah Kartun Chernoff Faces (Dillon & Goldstein, 1984)
Gambar 2.1 adalah uraian perhitungan variabel untuk penggambar-an wajah kartun (Chernoff Face) dengan penjelasan sebagai berikut (Dillon & Goldstein, 1984) : h = jarak dari pusat O ke P Le = panjang separuh mata = sudut antara OP dengan aksis X y b = tinggi puat alis terhadap mata h = tinggi separuh wajah = sudut alis Pm = posisi tengah mulut Lb = panjang alis a m = panjang mulut h* = Radius telinga y e = tinggi mata dari pusat
3. METODE PENELITIAN Sumber data yang digunakan adalah data peneltian Profil Sosial Ekonomi Keluarga Nelayan dan Pemetaan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Nelayan Tradisional di Pesisir Pantai
2.5 Ketahanan Pangan Pengertian ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan pangan bagi rumah tangga yang tercer3
Surabaya (Susilaningrum dan Salamah, 2009). Penelitian ini diamati rumah tangga nelayan yang bermukim di Kecamatan Bulak Surabaya yang terdiri dari empat kelurahan yakni kelurahan Sukolilo, Kenjeran, Bulak, dan Kedung Cowek. Survey dilaksanakan pada bulan Juli sampai September 2009. Pengambilan sampel untuk penelitian ini terdiri dari dua tahap. Survey pendahuluan dilakukan kepada 60 responden dengan tujuan mencari nilai varians tertinggi dari variabel ketahanan pangan yang digunakan sebagai dasar perhitungan jumlah sampel. Tahap kedua merupakan perhitungan jumlah sampel dan pembagiannya pada tiap kelurahan dengan menggunakan formula
=
dengan
3. Pendidikan terakhir 4. Status Kependudukan Variabel ketahanan pangan yang digunakan adalah : X1 : Pendapatan dari melaut X2 : Pendapatan rumah tangga X3 : Pengeluaran rumah tangga X4 : Sisa pendapatan X5 : Kondisi rumah tinggal nelayan X6 : Sanitasi rumah (ketersediaan MCK) X7 : Bahan bakar memasak X8 : Cara memperoleh makanan pokok X9 : Cara memperoleh lauk pauk X10 : Kualitas pangan yang dikonsumsi X11 : Frekuensi makan dalam sehari X12 : Jumlah alat tangkap yang dimiliki Variabel ketahanan pangan yang direpresentasikan dengan wajah kartun dapat dilihat pada Tabel 3.2 sebagai berikut. Sstatistik deskriptif digunakan untuk mengetahui karakteristik rumah tangga nelayan (pie chart dan tabulasi silang). MANOVA digunakan untuk membuktikan bahwa kondisi ketahanan pangan di empat kelurahan adalah berbeda. Analsis Profil dan Pemetaan Chernoff Faces digunakan untuk menggambarkan kondisi ketahanan pangan yang berbeda.
=
. Populasi diketahui 794 rumah tangga, dengan batas kekeliruan sampling B yang diharapkan tidak lebih dari 0,05, taraf nyata 0,05 dan varians tertinggi dari variabel ketahanan pangan ( ) yaitu 0,306, diperoleh sampel 296 rumah tangga nelayan. Sampel dialokasikan pada empat kelurahan secara proporsional dan pengambilan sampel di setiap kelurahan adalah dengan sampling acak sederhana. Alokasi jumlah sampel di setiap kelurahan dapat dilihat pada Tabel 3.1.
4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Analisis data yang dilakukan dalam mencapai tujuan penelitian adalah menggunakan analisis statistik deskriptif, Analisis Profil dan analisis pemetaan wilayah menggunakan metode Chernoff Faces. Usia nelayan saat penelitian dilakukan pada keempat kelurahan, lebih dari 50% adalah berusia kurang dari 50 tahun, usia ini termasuk ideal untuk masa aktif bekerja. Usia pertama kali nelayan melaut di kelurahan Bulak, Kedung Cowek dan Kenjeran lebih dari 50% dari rumah tangga yang diamati adalah kurang dari 20 tahun. Nelayan di
Tabel 3.1 Alokasi Sampel Penelitian Kelurahan Populasi Sampel Kenjeran 218 80 Kedung Cowek 330 126 Bulak 41 15 Sukolilo 205 75 Total 794 296
Variabel yang digunakan adalah variabel bersumber dari FAO, diantaranya demografi dan variabel mengenai keta-hanan pangan. Variabel demografi yang digunakan adalah : 1. Usia sekarang 2. Usia pertama kali melaut 4
kecamatan Bulak mayoritas penduduk asli Surabaya. .
adalah
rahan Kedung Cowek mayoritas memiliki rumah tinggal yang permanen, te-
Tabel 3.2 Variabel Ketahanan Pangan untuk Merepresentasikan Chernoff Faces Variabel Bagian Wajah V2 ( Jumlah Alat Tangkap ) Lebar Kepala V3 ( Memperoleh Makanan Pokok ) Tinggi Telinga V4 ( Memperoleh Lauk ) Tinggi Setengah Wajah V5 ( Kualitas Pangan ) Eksentrisiti wajah bagian atas V6 ( Frekuensi Makan ) Eksentrisiti wajah bagian bawah V7 ( Pendapatan Melaut ) Panjang hidung V8 ( Pendapatan Rumah tangga ) Posisi mulut bagian tengah V9 ( Sisa Pendapatan ) Kelengkungan mulut V10 ( Kondisi Rumah ) Panjang mulut V11 ( Kepemilikan MCK ) Tinggi Pusat Mata V12 (Bahan Bakar Memasak ) Jarak Antar Mata
Rumah tangga nelayan di kelurahan Bulak mayoritas memiliki penghasilan melaut kurang dari 1 juta rupiah, merupakan penghasilan terendah diantara kelurahan yang lain. Kelurahan Kenjeran memiliki penghasilan melaut lebih dari 2 juta rupiah dengan prosentase tertinggi. Penghasilan total paling tinggi juga kelurahan Kenjeran. Alokasi pengeluaran di kecamatan Bulak untuk pangan mayoritas adalah lima ratus ribu sampai 1 juta rupiah dan untuk non-pangan adalah kurang dari lima ratus ribu rupiah. pengeluaran pangan tertinggi terdapat di kelurahan Sukolilo, sedangkan untuk pengeluaran non-pangan yang paling tinggi adalah kelurahan Kedung Cowek. Kondisi rumah tinggal rumah tangga nelayan yang diamati adalah kondisi lantai, dinding dan atap. Jika semua bagian disusun dari bahan tidak permanen, maka kondisinya dikatakan tidak permanen, jika satu atau dua bagian disusun dari bahan permanen, maka kondisinya dikatakan semi permanen, apabila semua disusun dari bahan permanen, maka kondisinya dikatakan permanen. Rumah tangga kelu-
tetapi kelurahan ini justru paling banyak yang tidak memiliki MCK yang lengkap. Kepala rumah tangga nelayan di kecamatan Bulak mayoritas berpendidikan tamat SD. Nelayan dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi hampir tidak ada di empat kelurahan yang diamati. Mayoritas rumah tangga nelayan di kecamatan Bulak memiliki alat tangkap sendiri. 4.1 Profil Ketahanan Pangan Rumah Tangga Nelayan Penggambaran profil ketahanan pangan rumah tangga nelayan di kecamatan Bulak diawali dengan MANOVA, tujuannya adalah pembuktian secara statistik ada atau tidaknya perbedaan kondisi ketahanan pangan di kecamatan Bulak. MANOVA didahului dengan pemeriksaan asumsi data berdistribusi normal multivariat, homogenitas matriks varians kovarians dan dependensi variabel. Hasil pemeriksaan asumsi pertama yaitu data berdistribusi normal multivariat, diperoleh hasil bahwa data pengamatan mengikuti sebaran normal multivariat. Asumsi kedua diperoleh hasil bahwa matriks varians kovarians tidak homogen dan asumsi 5
terakhir menyebutkan bahwa terdapat hubungan signifikan antar variabel. Analisis MANOVA dilakukan dengan software SPSS, dengan p-value 0,000 dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kondisi ketahanan pangan antar kelurahan yang diamati. Variabel ketahanan pangan yang digambarkan adalah frekuensi makan
No.
dalam satu hari (X5), pendapatan melaut (X6), pendapatan total (X7) dan sisa pendapatan (X8). Keseluruhan profil ketahanan pangan rumah tangga nelayan di empat kelurahan digambarkan pada Gambar 4.1. Nilai profil merupakan prosentase atau frekuensi kategori tertentu pada variabel ketahanan pangan yang dituliskan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Profil Ketahanan Pangan Kecamatan Bulak Kelurahan Variabel Bulak Kedung Cowek Sukolilo
Kenjeran
1.
Pendapatan melaut
1.81
1.74
1.83
1.20
2.
Pendapatan total
0.93
1.47
1.50
1.68
3.
Sisa pendapatan
1.26
1.87
2.01
2.40
4.
Frekuensi makan sehari
0.20
0.42
-0.05
0.47
3
Bulak Kedung Cowek
2.5
Sukolilo
2
Kenjeran
1.5 1 0.5 0 -0.5
Frekuensi Makan
Pendapatan Melaut
Pendapatan Keluarga
Sisa Pendapatan
Gambar 4.1 Profil Ketahanan Pangan
Berdasarkan Gambar 4.10, profil variabel ketahanan pangan cenderung menunjukkan posisi yang berbeda. Frekuensi makan dalam satu hari (X5) di kelurahan Kenjeran menunjukkan gambar profil yang paling rendah, artinya di kelurahan ini kebiasaan makan dalam satu hari adalah dua kali sehari, sedangkan tiga kelurahan lain posisi profilnya lebih tinggi dari pada kelurahan kenjeran dan hampir sama. Pendapatan melaut (X6) dan pendapatan total (X7) posisi titik pada gambar menunjukkan kondisi yang sama. Kelurahan Kenjeran adalah kelurahan yang paling besar pendapatan melaut dan pendapatan total, diikuti oleh
ketiga kelurahan yang lain. Sisa pendapatan (X8) kelurahan Kedung Cowek dan Kenjeran menunjukkan gambar profil yang sisa pendapatannya lebih tinggi dari pada kelurahan Bulak dan Sukolilo. Uji hipotesis yang dilakukan adalah uji paralel, coincident, dan level. Hipotesisi uji paralel adalah H0 (kedua profil bersifat paralel) dan H1 (kedua profil bersifat tidak paralel). Daerah kritis untuk pengujian paralel yaitu Tolak H0 jika statistik uji T2 lebih besar dari C2 , dengan α (0.05). Tabel 4.2 menunjukkan bahwa profil ketahanan pangan keempat kelurahan tidak paralel satu sama lain. Gambar profil yang tidak paralel mem6
berikan kepastian bahwa gambar profil tidak mungkin berimpit (coincident) dan tidak mungkin berada pada level yang sama, sehingga pengujian keberimpitan (coincident) dan pengujian kesamaan.
Lebar wajah menunjukkan jumlah alat tangkap yang dimiliki. Kelurahan Bulak memiliki wajah yang paling lebar, artinya mayoritas nelayan di kelurahan ini memiliki alat tangkap yang paling banyak. Sedangkan kelurahan yang pa-
Tabel 4.2 Hasil Uji Paralel 2 2 Kelurahan T C 35,973 7,8147 Bulak dan Kedung Cowek 26,4895 7,8147 Bulak dan Sukolilo 47,7945 7,8147 Bulak dan Kenjeran 50,0238 7,8147 Kedung Cowek dan Sukolilo 51,9725 7,8147 Kedung Cowek dan Kenjeran 44,5435 7,8147 Sukolilo dan Kenjeran
level tidak perlu dilakukan. Hasil ini semakin mendukung informasi yang terdapat pada Gambar 4.10 bahwa kondisi ketahanan pangan di kecamatan Bulak memang berbeda
Kesimpulan Tidak Paralel Tidak Paralel Tidak Paralel Tidak Paralel Tidak Paralel Tidak Paralel
ling sedikit memilki alat tangkap adalah kelurahan Sukolilo. Cara memperoleh makanan pokok direpresentasikan dengan tinggi telinga. Kelurahan Bulak, Kedung Cowek dan Sukolilo memiliki posisi telinga hampir sama. Sedangkan pada kelurahan Kenjeran, posisi telinga lebih tinggi dari pada ketiga kelurahan tersebut, artinya rumah tangga nelayan di kelurahan Kenjeran adalah yang paling banyak dalam memperoleh makanan pokok dengan tidak berhutang. Gambar tinggi setengah wajah menggambarkan cara memperoleh laukpauk. Kelurahan Kenjeran menunjukkan tinggi setengah wajah yang paling rendah, artinya mayoritas rumah tangga nelayan di kelurahan ini menggunakan hasil tangkapan sendiri sebagai laukpauk. Pendapatan melaut adalah hasil tangkapan berupa ikan atau sumber daya laut lainnya yang dapat dijual. Pendapatan total adalah pendapatan yang diperoleh dari hasil melaut dan selain melaut. Sisa pendapatan adalah pendapatan yang masih tersisa setelah digunakan untuk berbagai macam pengeluaran. Ilustrasi pada wajah kartun untuk pendapatan melaut digambarkan dengan posisi mulut bagian tengah dan
4.2 Pemetaan wilayah Kelurahan dengan Chernoff Faces Perbedaan kondisi ketahanan pangan digambarkan dengan bentuk wajah kartun, proses ini dilakukan dengan bantuan software Statistica versi7. Pertama yang perlu dilakukan adalah pendefinisian bagian-bagian wajah seperti mata, mulut, hidung dan lain-lain dengan variabel-variabel ketahan pangan. Pendefinisian bagian-bagian wajah tersebut seperti yang dituliskan pada Tabel 3.2. Gambar wajah yang ditampilkan adalah profil (rata-rata) seperti pada Tabel 4.1 dari kondisi ketahanan pangan yang diukur dari masing-masing variabel.
Gambar 4.2 Chernoff Faces Perbedaan Kondisi Ketahanan Pangan Kecamatan Bulak Surabaya
7
pendapatan total digambarkan dengan kelengkungan mulut. Sedangkan sisa pendapatan digambarkan dengan panjang mulut. Posisi mulut bagian tengah mungkin sulit terlihat pada gambar, tetapi kelengkungan mulut jelas terlihat. Kelurahan kenjeran memiliki mulut dengan posisi membuka ke atas dan panjang mulut yang paling panjang. Hal ini menujukkan kelurahan Kenjeran memiliki pendapatan total dan sisa pendapatan yang paling tinggi. Kualitas pangan yang dimaksud adalah seringnya rumah tangga nelayan dalam memenuhi kebutuhan pangannya apakah sudah memenuhi kriteria empat sehat lima sempurna. Kualitas pangan ini direpresentasikan dengan eksentrisiti wajah bagian atas, semakin lancip eksentrisiti wajah berarti menunjukkan kurang mampu rumah tangga nelayan dalam memenuhi kebutuhan empat sehat lima sempurna. Frekuensi makan dalam sehari rumah tangga nelayan yang diamati ada dua macam yaitu satu sampai dua kali dalam sehari dan tiga kali dalam sehari. Frekuensi makan ini digambarkan dengan eksentrisiti wajah bagian bawah, semaki lancip eksentirsiti wajah bagian bawah berarti lebih sering rumah tangga nelayan makan hanya satu sampai dua kali dalam sehari. Kelurahan Kenjeran memiliki eksentrisiti wajah bagian atas dan bawah yang lebih lancip dari pada kelurahan lain, hal ini menunjukkan kebiasa-an makan yang belum memenuhi kriteria empat sehat lima sempurna dan frekuensi makan satu atau dua kali dalam sehari. Bahan bakar memasak yang biasa diguankan adalah minyak tanah dan LPG. Pertimbangan memberika skor lebih tinggi pada minyak tanah dari pada LPG adalah biaya yang dikeluarkan untuk minyak tanah dalam satu
bulan lebih mahal dari pada untuk LPG. Bahan bakar memasak yang digunakan digambarkan dengan panjang hidung, semakin panjang hidung berarti lebih banyak rumah tangga nelayan yang menggunakan minyak tanah sebagai bahan bakar memasak. Kelurahan Bulak memiliki panjang hidung yang paling panjang dibandingkan kelurahan lain. Di kelurahan ini kebiasaan memasak adalah menggunakan bahan bakar minyak tanah. Bagian-bagian rumah yang diamati adalah lantai, dinding dan atap. Bahan bangunan yang digunakan apakah termasuk permanen atau tidak, misalkan dinding berupa tembok dan bukan dari kayu. Kondisi rumah digambarkan dengan tinggi pusat mata dari ujung hidung atas. Kepemilikan MCK diamati apakah suatu rumah memiliki MCK yang lengkap (ada kamar mandi dan WC) atau tidak. Kepemilikan MCK digambarkan dengan jarak antar mata. Kelurahan Kedung Cowek memiliki prosentase yang paling tinggi dimana rumah tinggalnya tersusun dari bahan permanen, sehingga kelurahan Kedung Cowek memiliki gambar posisi mata yang paling tinggi. Kelurahan Bulak memiliki jarak antar mata yang paling lebar, pada bagian ini kelurahan Bulak memiliki proentase yang paling besar dalam kepemilikan MCK yang lengkap. Fenomena ketahanan pangan yang terjadi di wilayah yang diamati, selain digambarkan dengan analisis profil dan Chernoff Faces, tabulasi silang juga dapat memberikan informasi tambahan untuk setiap varia-bel ketahanan pangan. Gambar 4.3 adalah pemetaan kondisi ketahanan pangan dengan Chernoff Faces di kecamatan Bulak.
8
U Kedung Cowek
Bulak
Kenjeran Sukolilo
Gambar Chernoff Face Ideal Gambar 4.3 Pemetaan Chernoff Faces di Kecamatan Bulak Surabaya
5. KESIMPULAN Beberapa kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut. 1. Pendapatan total rumah tangga nelayan di kecamatan Bulak umumnya adalah 1 juta sampai 2 juta rupiah. Pengeluaran pangan mayoritas sebesar lima ratus ribu sampai 1 juta rupiah, sedangkan untuk non-pangan adalah kurang dari lima ratus ribu rupiah. Kondisi rumah mayoritas permanen, tetapi kurang didukung MCK yang lengkap. Pendidikan terakhir nelayan mayorita adalah SD dan
hampir semua nelayan memiliki alat tangkap sendiri. 2. Profil ketahanan pangan berdasarkan variabel ketahanan pangan umumnya masih rendah, khususnya di kelurahan Bulak yang memiliki pendapatan yang lebih rendah dari kelurahan lain. 3. Analisis Chernoff Faces paling mudah dilihat pada bentuk wajah, mata, hidung, telinga dan mulut. Bentuk wajah yang paling buruk adalah kelurahan Kenjeran, hal ini dipengaruhi oleh kualitas pangan yang belum memenuhi empat sehat lima sempurna. Jarak mata yang paling
9
lebar adalah kelurahan Bulak, dipengaruhi kepemilikan MCK yang lengkap. Gambar hidung yang paling panjang juga pada kelurahan Bulak, dipengaruhi oleh penggunaan bahan bakar memasak minyak tanah. Posisi telinga yang paling tinggi adalah kelurahan Kenjeran karena mayoritas rumah tangganya memperoleh makanan pokok dengan tidak berhutang. Gambar mulut yang bagus juga pada kelurahan Kenjeran, hal ini dipengaruhi oleh sisa pendapatan dan pendapatan total yang paling tinggi.
Nelayan dan Pemetaan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Nelayan Tradisional di Pesisir Pantai Surabaya. Surabaya : Jurusan Statistika, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
DAFTAR PUSTAKA Dillon, W. R. dan Goldstein, M. (1984). Multivariate Data Analysis. New York: John Wiley & Sons. Hanani, N. (2009). Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota. Diperoleh tanggal 23 September 2009, dari http://lecture.ub.ac.id/nuhfil/.../pertaniankota-ketahanan-pangan-nuhfiljournal.doc. Johnson, R.A., dan Winchern, D.W. (2002). Applied Multivariate Statistical Analysis, 5th ed. New Jersey : Prentice Hall International Inc. Rachmawati, A. (2009). Analisis Regresi Logistik Untuk Mengetahui FaktorFaktor yang Mempengaruhi Ketahanan Pangan Rumah Tangga Nelayan (Studi Kasus Rumah Tangga Nelayan Wilayah Kenjeran Surabaya). Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Rudi. (2007). Ketahanan Pangan (I). Diperoleh tanggal 23 September 2009, darihttp://idur.wordpress.com/2007/09/2 9/ketahanan-pangan-i/. Susilaningrum, D. dan Salamah, M. (2009). Profil Sosial-Ekonomi Keluarga
10