ISSN 2303 - 0852
Edisi 10 Jan-Maret 2015
USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi dan Kesempatan bagi Guru,Tenaga Kependidikan dan Siswa
PRIORITAS PENDIDIKAN Media Informasi dan Penyebarluasan Praktik Pendidikan yang Baik
Pelatihan Modul 3
Tindaklanjuti Peningkatan Mutu Sekolah Makassar, Sulawesi Selatan – Untuk melanjutkan program peningkatan mutu sekolah dalam mengimplementasikan praktik yang baik dalam pembelajaran dan manajemen berbasis sekolah (MBS), USAID PRIORITAS kembali mengundang para fasilitator untuk mengikuti pelatihan tingkat nasional III SMP/MTs di Makassar (26/2 s.d 1/3/2015). Para peserta yang berasal dari tujuh provinsi mitra, yaitu Aceh, Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur,
Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan, dilatih untuk dapat menerapkan hasil pelatihan dan melatih di provinsinya masing-masing dalam mengembangkan sekolah bermutu. “Dari awal pelatihan, peserta yang terdiri atas guru, kepala sekolah, pengawas, dan dosen diberi kesempatan untuk mengkajiulang hasil penerapan pelatihan I dan II. Mereka berdiskusi mengkaji hasil-hasil dari guru dan siswa berupa RPP (termasuk lembar kerja, alat bantu belajar, alat penilaian termasuk
Peserta pelatihan untuk fasilitator modul 3 mencoba jembatan hidrolik sederhana yang akan digunakan untuk praktik mengajar.
rubrik, sumber belajar) dan hasil karya siswa, seberapa jauh hasil-hasil tersebut memenuhi standar yang diharapkan. Demikian juga dikaji seberapa jauh program budaya baca telah berkembang dan manajemen sekolah yang mendukung keberhasilan pembelajaran,” kata Ujang Sukandi, Spesialis Pelatihan Guru SMP/ MTs USAID PRIORITAS di sela-sela kegiatan pelatihan. (Anw) }Berita lainnya di halaman 2.
Unjuk Karya Keberhasilan Sekolah
Lebih dari 480 sekolah dan madrasah mitra USAID PRIORITAS di 20 kabupaten/kota mitra kohor 2 membuat pameran untuk menunjukkan perubahan yang terjadi setelah mendapatkan pelatihan dan pendampingan USAID PRIORITAS. Banyak kegiatan pameran yang dibuka oleh Bupati atau Wali Kota, serta dihadiri para pejabat dan pemangku kepentingan lainnya, termasuk dari Dinas Pendidikan, Kemenag, DPRD, dan Dewan Pendidikan. Kegiatan ini juga dihadiri pihak Kemdikbud maupun Kemenag dari Jakarta. }Berita lainnya di halaman 8 dan 20.
Melihat Perubahan di Sekolah Papua
Andrew Sisson, Direktur Misi USAID Indonesia, berdialog dengan peserta pelatihan BPKP.
Direktur Misi USAID Indonesia, Andrew Sisson mengunjungi sekolah mitra USAID PRIORITAS di Jayawijaya, Papua. Andrew melihat langsung pembelajaran di kelas yang memanfaatkan Buku Paket Kontekstual Papua (BPKP) di SD YPPK Sinatma, sekolah mitra USAID PRIORITAS yang berlokasi di kaki Pegunungan Jayawijaya. Siswa kelas 1 dan kelas 2 SD yang sedang belajar menggunakan BPKP tampak sudah banyak yang lancar dalam membaca, menulis, dan berhitung.
}Berita lengkapnya di halaman 3.
Dua siswa SD di Wonosobo, Jawa Tengah, mendemonstrasikan cara kerja generator listrik sederhana yang mereka buat dalam pembelajaran di kelas.
Kunjungi: www.prioritaspendidikan.org - www.siapbelajar.com
PRIORITAS - Nasional
Memperkuat Implementasi Pembelajaran Aktif dan Manajemen Sekolah Makassar, Sulawesi Selatan – Pada pelatihan praktik yang baik dalam pembelajaran tingkat nasional III SMP/MTs, peserta diperkaya dalam mengembangkan ‘keterampilan informasi’ dalam pembelajaran IPA, IPS, dan bahasa Indonesia, membaca ekstensif dalam pembelajaran bahasa Inggris atau membaca banyak bacaan yang mudah dan menyenangkan untuk meningkatkan kelancaran dalam membaca dalam bahasa Inggris, serta matematika dalam kehidupan.
Peserta pelatihan modul 3 sedang mendampingi siswa yang mempresentasikan hasil percobaan tekanan udara.
No 1
“Kami memberi contoh langsung penerapan metode proyek dalam pembelajaran matematika. Salah satu contohnya, peserta merencanakan proyek kegiatan perpisahan di sekolah, yang di dalamnya mereka menerapkan berbagai konsep matematika dalam kehidupan. Cara ini melatih siswa berpikir logis dan terbiasa memecahkan masalah dalam pembelajaran yang dekat dengan kehidupannya. Rujukan kurikulumnya dapat menggunakan KTSP ataupun kurikulum 2013,” kata Ujang Sukandi, Spesialis Pelatihan Guru SMP/MTs USAID PRIORITAS.
Untuk dapat melakukan penilaian yang efektif, peserta juga dilatih mempraktikkan penilaian autentik dan dokumen portofolio sebagai kumpulan hasil belajar siswa untuk memperlihatkan perkembangan hasil belajar Fokus Pelatihan Modul 3 siswa. Guru akan menjadi Pembelajaran MBS lebih komprehensif dalam Keterampilan Informasi: Materi ini khusus untuk Pengelolaan Program Budaya Baca: Peserta diajak menilai kemampuan guru pembelajaran IPA, IPS, dan bahasa Indonesia. mengidentifikasi kegiatan-kegiatan program budaya baca di belajar yang sudah dan Keterampilan informasi meliputi keterampilan mengakses sekolah yang dapat berjalan dengan baik dan kegiatan yang informasi, keterampilan mengolah dan menyajikan belum berjalan dengan baik. Kemudian peserta merumuskan belum dikuasai siswa. informasi, keterampilan mengorganisasi/ merangkai kegiatan-kegiatan untuk memperkaya/mendukung kegiatan “Semua hasil pelatihan informasi, serta keterampilan menggunakan informasi. budaya baca dan tindakan nyata yang perlu dilakukan kepala tersebut diimplementasikan Dengan keterampilan informasi, guru diharapkan dapat sekolah, guru, dan komite sekolah dalam mengelola program memfasilitasi siswa memiliki kemampuan dasar untuk budaya baca, baik di sekolah maupun di rumah. dalam praktik mengajar berpikir logis dan kritis, mampu memecahkan masalah, 4 x 40 menit di sekolah,” dan memiliki keterampilan dalam berkreasi dan ide atau tambahnya. hasil karyanya dalam pembelajaran. Membaca Ekstensif: Para guru bahasa Inggris difasilitasi untuk mengajar dengan memfasilitasi siswa membaca banyak bacaan yang mudah dan menyenangkan untuk meningkatkan kelancaran dalam membaca dalam bahasa Inggris.
Keterampilan Menyimak dalam MBS. Dalam sesi ini akan dibahas dan disimulasikan ‘Bagaimana Mendengar secara Aktif’. Keterampilan ini perlu dikuasai oleh seorang kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolahnya atau oleh seorang guru dalam menangkap keinginan siswa-siswanya, termasuk antara komite sekolah dan sekolah. Mereka perlu memiliki keterampilan mendengarkan yang baik.
3
Matematika dalam Kehidupan: Guru matematika dilatih dalam memfasilitasi kemampuan pemecahan masalah kepada siswa, di antaranya dengan cara langsung menghadapkan mereka pada masalah kehidupan nyata. Tujuannya berbagai konsep matematika dapat diimplementasikan siswa dalam menyelesaikan masalah kehidupan sehari-hari.
Peran Kepala Sekolah, Pengawas, Guru, dan Komite Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran: Kepala sekolah mengembangkan supervisi informal untuk meningkatkan kinerja sekolah dan melakukan penilaian kinerja guru (PKG) dan cara memanfaatkan hasil PKG untuk Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) guru.
4
Portofolio: Para guru difasilitasi untuk mengembangkan portofolio sebagai dokumen kumpulan hasil belajar siswa yang dapat diimplementasikan di kelas untuk memperlihatkan perkembangan belajar siswa yang sesungguhnya.
Guru merancang kegiatan KKG/MGMP berdasar hasil PKG untuk meningkatkan kompetensinya dan mengembangkan keprofesian guru secara berkelanjutan.
2
Komite sekolah mengidentifikasi bentuk partisipasi secara lebih luas dari orang tua, masyarakat, dan/atau komite kepada sekolah yang berfokus pada peningkatan mutu pembelajaran.
Unit Khusus untuk Fasilitator 5
Pendampingan dengan Lesson Study – Pembelajaran dan MBS: Pendampingan kepada guru dan kepala sekolah akan dilakukan pasca pelatihan agar mereka berani menerapkan yang diperoleh dari pelatihan. Pendampingan dilakukan dengan menggunakan pendekatan lesson study. Tiga hal yang dimanfaatkan dari lesson study tersebut ‘siklus’ plan, do, dan see (refleksi); kerja bersama, dan pengamatan pembelajaran yang berfokus pada siswa. Pada kesempatan ini, peserta akan menyimulasikan pengamatan pembelajaran dalam video yang berfokus pada perilaku belajar siswa kemudian menyimulasikan pendampingan berdasar pada hasil pengamatan tersebut.
6
Pengelolaan KKG/MGMP: Peserta membahas pentingnya wadah/forum musyawarah guru mata pelajaran (KKG/MGMP) bagi pengembangan keprofesian guru. Selanjutnya mereka akan membahas cara mengefektifkan KKG/MGMP untuk mendukung peningkatan kompetensi guru.
MBS untuk Mendukung Profesionalisme Guru Sementara pada pelatihan MBS, peserta difasilitasi untuk membuat sekolah mengembangkan keprofesionalan guru secara berkelanjutan. “Mutu sekolah sangat tergantung dari kualitas guru. Oleh sebab itu supaya sekolah berkualitas dari segi pembelajaran, tidak ada cara lain selain sekolah harus mengembangkan profesionalisme guru secara terus-menerus,” kata Handoko Widagdo Spesialis Pengembangan Sekolah Secara Menyeluruh USAID PRIORITAS. Pelatihan MBS juga menguatkan program budaya baca yang saat ini berkembang di sekolah dan madrasah. (Anw)
Newsletter PRIORITAS PENDIDIKAN diterbitkan oleh USAID PRIORITAS sebagai media penyebarluasan informasi dan praktik yang baik dalam bidang pendidikan. Kunjungi website kami: www.prioritaspendidikan.org. Manfaatkan berbagai praktik pendidikan yang baik, seperti ide dan pengalaman pembelajaran yang berhasil, penelitian tindakan kelas, video praktik yang baik, karya anak, dan diskusi online forum sekolah. Alamat Redaksi: Gedung Ratu Plaza, Lt. 25.Jl. Jenderal Sudirman Kav 9. Jakarta 10270. Telp: (62-21) 722 7998, Faks: (62-21) 722 7978. Artikel berupa gagasan atau pengalaman praktik yang baik dalam bidang pendidikan dapat dikirimkan melalui email
[email protected]. Naskah ditulis dalam format Microsoft Word dengan jumlah kata 200--350. Lampirkan foto yang relevan dengan tulisan dalam format JPG. USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan Kesempatan bagi Guru,Tenaga Kependidikan, dan Siswa
l
2 Prioritas Pendidikan: Edisi 10/Januari-Maret/2015
PRIORITAS - Nasional
Direktur Misi USAID Indonesia:
”BPKP Tingkatkan Kemampuan Calistung Siswa Papua” Wamena, Jayawijaya – “Buku Paket Kontekstual Papua (BPKP) yang digunakan para guru dalam pembelajaran telah berhasil membuat siswa kelas 1, 2, dan 3 mampu membaca, menulis, dan berhitung. Kemampuan dasar ini penting dimiliki siswa Papua untuk mengembangkan potensinya dalam mencapai kesuksesan” seperti disampaikan oleh Andrew Sisson, Direktur Misi Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) dalam lawatannya ke sekolah-sekolah di Wamena, Jayawijaya, Papua (27/2).
Selama dua tahun (2014-2016) program USAID PRIORITAS akan memfasilitasi para guru sekolah dasar untuk mampu menyampaikan pembelajaran yang sesuai konteks Papua, khususnya dalam peningkatan kemampuan siswa sekolah dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung. Para guru dilatih dan didampingi dalam menggunakan BPKP. Buku ini disusun sesuai dengan Kurikulum Nasional dan telah direkomendasikan oleh kepala
Sekolah yang menggunakan BPKP mendapatkan bantuan pelatihan dan pendampingan program USAID PRIORITAS yang bekerjasama dengan Yayasan Kristen Wamena (YKW) dan Yayasan Sosial untuk Masyarakat Terpencil (Yasumat).
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Papua untuk digunakan di seluruh Papua. Kepala Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kabupaten Jayawijaya, Papua, Murjono Murib, S.Pd menyambut baik program USAID PRIORITAS-YKW di daerahnya. “Tujuannya mau memperbaiki calistung kelas awal, yaitu kelas 1-3,” tukasnya. (Rd/Anw) Andrew Sisson (Direktur Misi USAID Indonesia) dan Mimy Santika (Spesialis Pendidikan USAID Indonesia) memperhatikan siswa kelas 2 SD YPPK Sinatma belajar dengan BPKP.
Terbitkan Buku Bacaan Sesuai Kemampuan Baca Anak Buku bacaan yang dikembangkan YLAI tersebut, secara keseluruhan terdiri atas 6 jenjang buku yang berisi 75 judul buku. Setiap buku mempunyai warna sampul yang berbeda untuk membedakan setiap jenjangnya. Selama ini buku bacaan, buku panduan guru, serta buku kerja siswa tersebut digunakan oleh SD Dyatmika dan beberapa sekolah dasar negeri yang menjadi mitra YLAI dalam mengembangkan program membaca dengan buku berjenjang ini. “USAID akan mencetak dan menyebarluaskannya ke sekitar 1000 sekolah dasar/ madrasah ibtidaiyah mitra di Indonesia melalui program USAID PRIORITAS,” kata Stuart Weston, Direktur Program USAID PRIORITAS
Tim sedang mereview buku bacaan yang disesuaikan kemampuan membaca anak dan relevan dengan konteks budaya Indonesia.
Denpasar, Bali - Untuk mendorong upaya peningkatan kemampuan dan minat membaca siswa kelas Awal SD/MI, USAID PRIORITAS bekerja sama dengan Yayasan Literasi Anak Indonesia (YLAI) akan menerbitkan buku bacaan anak yang berkualitas. Buku bacaan ini dibuat berjenjang berdasarkan tingkat kemampuan membaca anak, yaitu mulai tingkat A (anak mulai belajar membaca) sampai tingkat F (anak sudah lancar membaca). “Kami mengembangkan buku bacaan berdasarkan jenjang kemampuan anak dalam membaca, tujuannya agar anak-anak menjadi lebih mudah belajar membaca dengan menggunakan buku yang sesuai kemampuan membacanya. Siswa bisa menjadi lebih tertarik untuk banyak membaca buku dan sekaligus belajar meningkatkan kemampuan membacanya,” kata Aprile Denise Kepala SD Dyatmika, Bali, yang menjadi salah satu penggagas pembuatan buku (9/2/).
Saat ini buku-buku YLAI sedang ditelaah oleh tim yang berasal dari berbagai unsur pendidikan seperti guru, kepala sekolah, dan pengawas dari delapan daerah mitra USAID PRIORITAS agar buku bacaan relevan untuk digunakan anak-anak di seluruh Indonesia. Juga ikut dalam telaah buku bacaan ini adalah dosen dari LPTK dan perwakilan dari Kemdikbud (Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar, Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan, dan Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan/P4TK Bahasa). ”Keterlibatan dari berbagai unsur dan daerah ini diharapkan agar buku yang awalnya dibuat untuk digunakan di sekolah Bali sekarang dapat digunakan juga oleh anak-anak di seluruh Indonesia setelah mengalami revisi konten yang mencerminkan kebudayaan Indonesia secara umum,” tambah Stuart. USAID PRIORITAS dan tim YLAI juga tengah menyusun modul pelatihan untuk membantu guru dalam menggunakan buku-buku bacaan tersebut. ”Dengan modul ini, guru dilatih menilai jenjang kemampuan membaca anak untuk menentukan jenis buku yang sesuai. Mereka juga akan dilatih beberapa strategi dasar dalam mengajarkan keterampilan membaca,” kata Juprianto, Spesialis Pelatihan SD/MI USAID PRIORITAS. (Jup/Anw)
Prioritas Pendidikan: Edisi 10/Januari-Maret/2015
l3
PRIORITAS - Nasional
Penataan dan Pemerataan Guru Dikukuhkan dalam RPJMN 2015-2019
Gambaran Program Penataan dan Pemerataan Guru
PROGRAM penataan dan pemerataan guru, salah satu program yang didukung USAID PRIORITAS, kini telah dikukuhkan dan dipertegas dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Salah satu arah kebijakan dan strategi pembangunan pendidikan 2015-2019 adalah meningkatkan pengelolaan dan penempatan guru melalui beberapa hal. Pertama, pengembangan kapasitas pemerintah kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan mutu guru secara efektif dan efisien. Kedua, penegakan aturan dalam pengangkatan guru oleh pemerintah kabupaten/kota maupun oleh sekolah/ madrasah berdasar kriteria mutu yang ketat dan kebutuhan aktual di kabupaten/kota. Ketiga, peningkatan efisiensi pemanfaatan guru dengan memperbaiki rasio guru-murid dan memaksimalkan beban mengajar termasuk melalui kelas rangkap dan/atau multisubjek pembelajaran. Keempat, penguatan kerja sama antara lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK) dan semua tingkat pemerintahan untuk menjamin mutu dan distribusi yang merata. ”Keempat poin tersebut telah dilakukan oleh USAID PRIORITAS sejak tahun 2012, mulai dari mengembangkan perangkat seperti panduan praktis, modul, perangkat lunak analisis dapodik, dan lembar kerja bahan pelatihan. Perangkat tersebut diujicobakan di Kabupaten Blitar dan dilakukan secara menyeluruh di kabupaten mitra USAID PRIORITAS pada tahun 2013,” kata Aos Santosa, spesialis tata kelola dan manajemen pendidikan USAID PRIORITAS. (Ash)
l
Pembelajaran kelas rangkap di SDN Suruh Wadang 2 Blitar, Jawa Timur, menjadi salah satu solusi dalam menata pemerataan distribusi guru. Berikut adalah gambaran program penataan dan pemerataan guru yang didukung USAID PRIORITAS.
(Kabupaten Semarang dan Sragen), Mutasi/distribusi guru (Kabupaten Bener Meriah, Kota Cimahi, dan Kabupaten Maros).
Bagaimana USAID PRIORITAS mengembangkan kapasitas kabupaten/kota? Pendekatan pengembangan kapasitas ditujukan kepada pemangku kepentingan kabupaten/kota, diantaranya Dinas Pendidikan, BKD (Badan Kepegawaian Daerah), Bappeda, dan Kantor Kemenag kabupaten/kota. Kegiatan pengembangan kapasitas dilakukan melalui serangkaian kegiatan lokakarya (penguatan kapasitas) dan pendampingan di lapangan, serta review meeting untuk membahas berbagai persoalan implementasi kebijakan.
Bagaimana USAID PRIORITAS memfasilitasi kabupaten/kota menata rasio guru-siswa? Berdasar hasil analisis distribusi guru sebagian besar kabupaten/kota mitra memiliki rasio guru-siswa yang rendah, bahkan ada kabupaten mitra mencapai 50% SD yang rasio guru siswa kurang dari setengah SPM (standar pelayanan minimal). Kebijakan yang didorong adalah regrouping (penggabungan sekolah kecil yang memiliki jumlah siswa di bawah 80 siswa dan lokasinya berdekatan) dan penerapan pembelajaran rangkap (multigrade teaching).
Bagaimana USAID PRIORITAS mendorong penegakan aturan dalam penataan guru? USAID PRIORITAS mendorong setiap kebijakan penataan guru di tingkat kabupaten/kota yang dilengkapi dengan payung hukum seperti Peraturan dan Keputusan Bupati/walikota. Beberapa kabupaten/ kota mitra yang telah menetapkan Peraturan Bupati/Walikota adalah: 1) Pembelajaran Kelas Rangkap (Kabupaten Blitar dan Ciamis), 2) Penggabungan Sekolah Dasar
4 Prioritas Pendidikan: Edisi 10/Januari-Maret/2015
Bagaimana USAID PRIORITAS memperkuat kerjasama dengan LPTK? USAID PRIORITAS mengembangkan service provider (SP) dari LPTK dan LPMP sebagai fasilitator dalam penataan dan pemerataan guru. SP yang berasal dari LPTK dan LPMP, selain berfungsi sebagai fasilitator dalam lokakarya dan pendampingan, juga melakukan desiminasi fasilitasi penataan dan pemerataan guru di luar kabupaten mitra USAID PRIORITAS. Service provider yang berasal dari LPTK dalam jangka panjang diharapkan terlembagakan di masing-masing LPTK. (Ash)
PRIORITAS - Provinsi
FKIP Unsyiah dan USAID PRIORITAS Latih 598 Mahasiswa PPL
untuk mendapatkan informasi metode pembelajaran yang saat ini berkembang di sekolah,” kata Siti, salah seorang mahasiswa PPL. Mereka berasal dari 13 program studi. Sebagian besar berasal dari PGSD, yakni 143 mahasiswa. Pelatihan dalam 2 gelombang tersebut masing-masing berlangsung 3 hari (2-4/3 dan 5-7/3). Mahasiswa dibekali materimateri pilihan dari Modul 1 dan Modul 2 yang dikembangkan oleh USAID PRIORITAS. Di antaranya, cara merancang pembelajaran yang efektif, persiapan dan praktik mengajar, pertanyaan tingkat tinggi dan lembar kerja, serta literasi.
Mahasiswa PPL bekerja dalam kelompok pada diseminasi pelatihan USAID PRIORITAS di FKIP Universitas Syiah Kuala, Aceh.
Banda Aceh, Aceh - Bersama dengan USAID PRIORITAS, LPTK Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Aceh melatih 598 mahasiswa yang akan melakukan praktik pengalaman lapangan (PPL) di sekolah mitra LPTK. Pelatihan oleh dosen fasilitator LPTK dan dosen pilihan yang
pernah mengikuti pelatihan Modul 1 dan Modul 2 itu berlangsung di FKIP Unsyiah. Kegiatan tersebut memberikan bekal awal bagi mahasiswa sebelum mereka memperoleh pengalaman di sekolah. ”Pelatihan ini sangat berguna bagi kami
Sebelumnya, Kepala Micro Teaching FKIP Unsyiah, Asyiah, menyatakan dukungannya untuk meningkatkan kapasitas mahasiswa sebelum praktik pembelajaran. ”Bagi mahasiswa, kegiatan ini sangat penting. Sebelum memperoleh pengalaman, mereka sudah punya gambaran dan persiapan yang akan dilakukan di sekolah. Perubahan pembelajaran yang saat ini terjadi di sekolah harus dipahami secara menyeluruh oleh mahasiswa yang akan PPL,” kata Asyiah. “Setelah mengikuti pelatihan bersama USAID PRIORITAS, mereka diikutsertakan dalam kelas micro teaching,” jelasnya. (Tmk)
Dengan BPKP, Tidak Lagi Banyak Ceramah Jayawijaya, Papua – Belajar merupakan proses tanpa henti selama manusia hidup. Linus Logo, guru SD Inpres Wesaput, memahami hal tersebut. Ia tidak malu untuk belajar lagi dalam pelatihan guru yang diadakan oleh Yayasan Kristen Wamena (YKW) yang bekerja sama dengan USAID PRIORITAS.
Ia mulai percaya diri untuk mengubah cara mengajarnya menjadi lebih baik dan efektif. Anak-anak mulai fokus belajar membaca, menulis, dan berhitung menggunakan BPKP. Bahkan, untuk mendukung kegiatan belajar mengajar di kelasnya, ia juga mulai berusaha membuat alat peraga sendiri. (Rd)
Sebelum mengikuti pelatihan, ia mengaku mengalami kesulitan dalam mengajar. Ia merasa cara mengajarnya membosankan. Ia lebih sering bercerita kepada anakanak didiknya. Hal ini menyebabkan pembelajaran tidak berjalan seperti seharusnya. Sebagian besar siswanya kesulitan membaca dan menulis. Linus mengikuti pelatihan menggunakan Buku Paket Kontekstual Papua (BPKP) yang dibagi menjadi tiga tahap. Kemudian ia mencoba menerapkan yang telah dipelajari dalam pelatihan. Pada awalnya, ia memang mengalami beberapa kendala, tetapi itu bukan alasan untuk menyerah. Pada saat tim fasilitator melakukan pendampingan di sekolah, terlihat jelas usahanya untuk menjadi lebih baik. Ia mencoba menerapkan metode pembelajaran yang menyenangkan dan efektif serta menggunakan BPKP.
Linus Logo mengajar dengan memanfaatkan Buku Paket Kontekstual Papua (BPKP), tidak lagi banyak ceramah tetapi lebih banyak mendampingi siswanya dalam bekerja dengan buku siswa BPKP.
Prioritas Pendidikan: Edisi 10/Januari-Maret/2015
l5
PRIORITAS - Provinsi
Kadisdik Tobasa: Kewajiban Kami Memberikan Pendidikan Bermutu Balige, Sumatera Utara – Kepala Dinas Pendidikan Toba Samosir (Tobasa) Lalo Simanjuntak bertekad menyediakan layanan pendidikan bermutu di seluruh SD dan SMP. Guna mewujudkan tekad itu, dinas pendidikan berkomitmen terus meningkatkan kapasitas guru, kepala sekolah, dan pengawas. “Kami telah bekerja sama dengan USAID PRIORITAS untuk melakukan serangkaian pelatihan serta pendampingan kegiatan yang berhubungan untuk meningkatkan kapasitas tenaga pendidik dan non kependidikan di tingkat pendidikan dasar. Kerja sama ini akan berlangsung sampai 2017,” ungkap Lalo saat melakukan monitoring ke SD Swasta Nomor 1 HKBP, Balige, Toba Samosir, Kamis (5/3). Lalo mengatakan, guru-guru yang dilatih USAID PRIORITAS telah mampu menerapkan pembelajaran aktif (active learning). Model pembelajaran aktif ini mampu menggali dan meningkatkan kemampuan siswa secara lebih maksimal. Siswa di sekolah mitra USAID PRIORITAS dinilai tampil lebih kreatif, aktif, dan percaya diri. “Jika gurunya berkualitas, siswa juga akan berkualitas,” tambahnya.
Lalo mengungkapkan pihaknya telah mulai melakukan perluasan program USAID PRIORITAS. Sejak 2014, dinas pendidikan mulai melakukan pelatihan dan pendampingan di 16 kecamatan. Kegiatan ditujukan untuk mendorong pemerataan mutu pendidikan. “Sekolah-sekolah di pedesaan juga berhak mendapatkan layanan pendidikan yang bermutu. Tugas kami di dinas pendidikan mewujudkan hal itu,” tegasnya. Salah satu orang tua siswa, Amelia Hutagaol, memuji model pembelajaran yang diterapkan di SD Swasta Nomor 1 HKBP. Amelia mengaku gembira bisa mengirim anaknya mendapatkan layanan pendidikan bermutu. “Saya tidak menyangka ada sekolah di Tobasa yang bisa menerapkan pembelajaran yang tidak berbeda dengan sekolah internasional di Pulau Jawa,” kata Amelia yang baru pindah dari Bogor ke Tobasa. (Eh)
Kepala Dinas Pendidikan Tobasa Lalo Simanjuntak melihat proses pembelajaran siswa di kelas IV SD Swasta Nomor 1 HKBP Balige,Tobasa (5/3). Kunjungan ini untuk melihat perkembangan pembelajaran aktif di sekolah-sekolah mitra USAID PRIORITAS di Tobasa.
Pengawas Sragen Tularkan PAKEM ke Sekolah sudah lama sekali tidak mengajar. Tapi, dalam pelatihan ini, saya harus membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, media, dan penilaian. Waktu praktik berdiskusi dan langsung dinilai oleh guru kelas, saya menjadi tahu lebih nyata kondisi guru dan siswa saat ini,” terang Agus Sudarmono, pengawas SD Kecamatan Gemolong, setelah mengajar.
Pengawas Kecamatan Masaran, Sukamto, mendampingi siswa SD Negeri 4 Tangkil tentang sumber-sumber panas, dalam praktik mengajar pelatihan modul 2.
Sragen, Jawa Tengah - Canggung memang terlihat ketika pengawas seKabupaten Sragen melakukan praktik mengajar. Apalagi, mereka harus mengajar dengan pendekatan pembelajaran aktif, kreatif, efektif, menyenangkan (PAKEM) serta pembelajaran kontekstual. “Saya
l
Pengawas-pengawas tersebut mengajar dalam rangka mempraktikkan materi yang telah dipelajari dalam pelatihan modul 2 USAID PRIORITAS yang bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Sragen. Selama empat hari (23-26/3) mereka dilatih tentang cara membuat sebuah desain pembelajaran aktif, mengkaji kurikulum dan mengadaptasinya, serta belajar membuat penilaian otentik dan mengemas pembelajaran dengan pertanyaan tingkat tinggi. Pada hari terakhir, mereka mempraktikan materi yang telah dipelajari dengan langsung mengajar kepada siswa. “Biasanya, para pengawas hanya memberi masukan saja terkait dengan pembelajaran yang dilakukan guru-guru kami. Dengan cara praktik seperti ini, mereka langsung
6 Prioritas Pendidikan: Edisi 10/Januari-Maret/2015
bisa memberikan contoh kepada guru kami. Semoga setelah ini mereka bisa mendampingi kami lebih intensif dalam menerapkan pembelajaran aktif, khususnya PAKEM,” terang Kepala SD Negeri 4 Tangkil Drs Sutardi. “Saya senang diajar oleh Pak Kamto. Saya diajak main, tapi juga belajar. Di akhir saya ditanya tentang bagaimana bunyi itu sampai di telinga kita dan saya bisa menjawabnya,” kata Roan Febriyanto, siswa SDN Tangkil 4. Pelatihan PAKEM Modul 2 USAID PRIORITAS dilatarbelakangi oleh keinginan dinas pendidikan untuk bisa menyebarluaskan praktik yang baik yang telah dilatihkan oleh USAID PRIORITAS kepada sekolah mitra. Tujuannya, diseminasi praktik yang baik bisa diberikan kepada semua sekolah di Sragen. “Setelah mereka dilatih penuh oleh USAID PRIORITAS, tugas pengawas selanjutnya adalah menyebarkan kepada daerah binaan mereka. Sekolah-sekolah harus menerapkan prinsip PAKEM dalam pembelajaran,” kata Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sragen Mohammad Sauman MPd. (Arz)
PRIORITAS - Provinsi
Bone Tambah 90 Fasilitator Pembelajaran dan Manajemen Bone yang mencapai 27 kecamatan, dinas pendidikan menginisiasi penambahan fasilitator daerah menjadi tiga kali lipat, yaitu 90 orang, dengan 45 fasilitator SD/MI dan 45 fasilitator SMP/MTs. “Kami memantau sekolah-sekolah yang telah dibina oleh USAID PRIORITAS. Di sekolah-sekolah tersebut, kami melihat banyak terjadi perubahan dalam kualitas pembelajaran dan manajemen sekolah. Untuk itu, kami ingin menularkan kemajuan itu ke sekolah lain,” kata Kepala Bidang TK/SD Drs Budiman MPd.
Salah seorang calon fasilitator daerah Kabupaten Bone sedang diwawancarai oleh tim USAID PRIORITAS.
Bupati menyetujui penambahan fasilitator dan mengamanahkan dana kegiatannya diambilkan dari konsentrasi peningkatan mutu pendidik lewat APBD. “Bersama kepala dinas pendidikan, kami melakukan supervisi. Kualitas mengajar guru di SD/MI masih menjadi sisi lemah pendidikan di sini dan harus ditingkatkan secara merata,” ujarnya.
Bone, Sulawesi Selatan - Setelah melihat dampak program USAID PRIORITAS, Kabupaten Bone berinisiatif menambah fasilitator pembelajaran dan manajemen sekolah. Dengan pertimbangan jarak yang harus ditempuh dan luasnya daerah
Dia berharap dengan adanya penambahan fasiliator ini, seluruh pendidik SD/MI di Bone akan mendapatkan pelatihan USAID PRIORITAS, kualitas pembelajaran bisa meningkat sehingga target masuk empat besar kabupaten dengan kualitas pendidikan yang baik tingkat provinsi bisa terpenuhi. (Ajb)
Madrasah Mitra Tunjukkan Perubahan Semarang, Jawa Tengah - Madrasah mitra USAID PRIORITAS dan UIN Walisongo secara khusus melakukan unjuk karya praktik yang baik sebagai dampak pendampingan program USAID PRIORITAS. Mereka memamerkan produk-produk pembelajaran, manajemen sekolah, dan peran serta masyarakat di Semarang (11/2). Sejumlah 23 madrasah ibtidaiyah dan madrasah tsanawiyah (MI/MTs) dari tujuh kabupaten mitra USAID PRIORITAS (Batang, Semarang, Banjarnegara, Purbalingga, Sragen, Demak, dan Grobogan) dan UIN Walisongo Semarang berlomba-lomba menunjukkan perubahan yang terjadi di madrasahnya.
pameran tadi terlihat siswa-siswi sangat percaya diri dalam menyampaikan gagasan dan mempresentasikan hasil karyanya. Modal tersebut sangat berguna untuk mencapai kualitas maksimal dalam belajar,” katanya. Kepala Madrasah Ibtidaiyah Yapti Getasrejo, Grobogan, Anjasmoro mengakui bahwa ragam metode pembelajaran sangat berpengaruh pada kemampuan siswa. Apalagi dengan alat peraga murah dan mudah ditemui di sekitar madrasah, siswa bisa langsung
mencoba dan langsung praktik. “Dengan memanfaatkan lingkungan sekitar, siswa bisa belajar langsung melakukan,” ujarnya. Kepala Seksi Kelembagaan Kementerian Agama Dr Syaefuddin dalam kesempatan tersebut menyampaikan terima kasih atas dampingan USAID PRIORITAS kepada madrasah mitra di lingkungan Kementerian Agama. “Direktur Pendidikan Madrasah Prof Nurkolis mengharapkan madrasah-madrasah mitra bisa menyebarluaskan ke madrasah di sekitarnya,” harapnya. (Arz)
Mereka menampilkan hasil karya siswa seperti katrol yang dikembangkan dalam pembelajaran, minyak jelantah yang dapat berkualitas baik setelah diproses dengan arang dari kulit ketela, alat timbangan yang terbuat dari gelas, pembelajaran organ manusia yang terbuat dari bambu, perubahan dalam perencanaan, dan pelaksanaan progam madrasah seperti dalam dokumen RKM, RKT, dan RKAM untuk peningkatan partisipatif seluruh warga madrasah serta pengelolaan madrasah yang transparan dan akuntabel. Direktur Program USAID PRIORITAS Stuart Weston mengatakan acara tersebut dilakukan dengan tujuan untuk saling berbagai ilmu dalam pembelajaran dan manajemen di madrasah. “Kami mendampingi madrasah untuk memberikan rasa percaya diri kepada madrasah dan siswanya. Terbukti dengan
Kepala Kemenag Provinsi Jawa Tengah, Drs Ahmadi, bersama Rektor UIN Walisongo, Prof Muhibbin, melihat karya siswa MTs Maarif Mandiraja Banjarnegara yang melakukan percobaan penjernihan minyak jelantah dengan arang dari kulit ketela pohon.
Prioritas Pendidikan: Edisi 10/Januari-Maret/2015
l7
PRIORITAS - Praktik yang Baik Dari Unjuk Karya Praktik yang Baik Daerah Mitra Kohor 2:
Kinerja Siswa Munculkan Harapan Program pendidikan di Kabupaten Bekasi dan Cirebon diorientasikan pada upaya mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang siap menopang pembangunan daerah. Karena itu, Bekasi dan Cirebon berkomitmen untuk bekerja sama dengan USAID dalam program USAID PRIORITAS yang dalam tempo setahun telah menunjukkan dampak positif. Demikian disampaikan oleh Bupati Bekasi dr Neneng Hasanah pada pameran pendidikan Kabupaten Bekasi (11/3) dan Bupati Cirebon Sunjaya Purwadisastra, sebagaimana disampaikan oleh Sekretaris Daerah Dudung Mulyana, pada pameran pendidikan Kabupaten Cirebon (18/3). “Saya sangat mengapresiasi program ini karena ini sangat penting bagi pendidikan masyarakat dan bagi kemajuan daerah Bekasi,” ujar Bupati Neneng. Ia tampak terharu hingga menitikkan air mata saat menitipkan anak-anak Bekasi kepada para guru, kepala sekolah, dan para pengelola sekolah. “Saya yakin dengan masa depan anak-anak kita dan saya titip anak-anak pada para guru, didiklah mereka agar menjadi anakanak cerdas, berakhlak mulia, mampu membangun daerah, dan berguna bagi masyarakat,” pesannya. “Program ini menyentuh unsur penting pendidikan, yakni guru, yang merupakan kunci keberhasilan peningkatan mutu pendidikan,” kata Sekda Dudung Mulyana. Pemerintah Kabupaten Bekasi dan Cirebon serta 20 kabupaten/kota di delapan provinsi menggelar unjuk karya praktik yang baik (showcase) seiring dengan bergulirnya program USAID PRIORITAS yang telah berjalan satu tahun. Sekolah/madrasah mitra USAID PRIORITAS melakukan unjuk praktik yang baik dalam pembelajaran dan manajemen melalui pameran, simulasi pembelajaran, dan bincang-bincang pendidikan (talk show). Melalui kegiatan showcase ini, pemerintah daerah, melalui dinas pendidikan dan kantor Kementerian Agama, memperlihatkan dampak program USAID PRIORITAS dalam bidang pembelajaran, manajemen berbasis sekolah, dan tata kelola pendidikan. Feiny Sentosa, deputi direktur program USAID PRIORITAS, mengaku bangga dengan sajian pameran dan simulasi
l
Bupati Bekasi, dr Neneng Hasanah mencoba alat detektor banjir hasil karya siswa pada unjuk karya praktik yang baik di Kabupaten Bekasi.
pembelajaran. Menurut dia, apa yang tersaji di stan pameran dan di pentas simulasi pembelajaran menunjukkan bahwa kini di sekolah mitra USAID PRIORITAS telah terjadi perubahan penting. “Kelas penuh pajangan karya siswa, kegiatan pembelajaran lebih bervariasi, sumber belajar lebih beragam, manajemen sekolah lebih partisipatif dan transparan, dan peran serta masyarakat juga mulai bagus di sekolah-sekolah,” urai Feiny. Pada saat simulasi pembelajaran, Bupati Neneng didaulat oleh siswa untuk mencoba alat detektor banjir tepat guna dan peragaan gunung meletus. “Keren, keren, keren,” seru Bupati saat detektor itu ternyata dapat bekerja dengan baik. “Semoga belajarnya lebih sungguhsungguh lagi dan lebih cerdas lagi ya,” katanya sambil mengelus siswa penuh bangga. Bupati juga mengungkapkan komitmennya untuk menyebarluaskan program USAID PRIORITAS ke seluruh sekolah di Kabupaten Bekasi. “Saya dan DPRD sudah menganggarkan dana dampingan USAID karena kami ingin percepatan peningkatan kualitas SDM,” kata Bupati Neneng. Dr Unifah Rosyidi MPd, kepala Pusat Pengembangan Profesi Pendidik Kemdikbud, mengucapkan selamat dan sukses kepada guru, kepala, pengawas, komite, dewan pendidikan, dan siswa. Unifah mengaku bangga karena ternyata sekolah-sekolah di daerah tidak kalah
8 Prioritas Pendidikan: Edisi 10/Januari-Maret/2015
dengan sekolah di luar negeri yang pernah ia kunjungi. Menurut dia, daerah mitra USAID PRIORITAS telah mendahului menerapkan suatu program yang tengah direncanakan oleh Kemdikbud, yakni whole school training. “Program ini sudah dilakukan oleh PRIORITAS, padahal Kemdikbud baru pada tingkat rencana,” katanya. Dra Ernawati MPd, perwakilan Kemenag RI, menyebut bahwa yang tersaji pada pameran dan simulasi pembelajaran ini merupakan praktik-praktik yang sangat bermutu. Menurut dia, ada keterlibatan siswa yang sangat aktif dalam proses belajar. “Kami sangat mengapresiasi dan perlu disebarkan ke madrasah-madrasah lain,” katanya. Asdullah Anwar, kepala Dinas Pendidikan Cirebon, berseru, “Luar biasa!” Asdullah menyebut, pajangan-pajangan di stan pameran sangat inspiratif dan simulasi pembelajaran sangat menakjubkan. Rochim Sutisna, kepala Dinas Pendidikan Bekasi, mengatakan, “Dengan program ini, sekolah menjadi bagaikan sebuah taman yang ramah anak dan menarik bagi anak-anak sehingga mereka merasa berat meninggalkan sekolah dan merasa senang berangkat ke sekolah.” H Jalika, ketua Komisi IV DPRD Bekasi, mengungkapkan, “Program ini memberikan harapan besar bagi kemajuan masyarakat. Saya yakin anak-anak kita akan lebih maju bila proses pendidikan model ini diterapkan.” (Ds)
PRIORITAS - Praktik yang Baik
Ciptakan Baterai dari Buah Pare Takalar, Sulawesi Selatan – Ternyata buah pare tidak hanya enak dimakan, tapi kandungan di dalam buah tersebut bisa dijadikan energi listrik seperti baterai. Demikianlah kreasi yang dikembangkan oleh siswa-siswi kelas IX SMP 2 Takalar. “Kami menemukannya dalam rangka mencari energi terbarukan yang ramah lingkungan. Penemuan ini juga atas bimbingan guru IPA kami, khususnya tentang energi,” kata Nurul Izza Fajriani, salah seorang di antara tiga siswa yang mendemonstrasikan karya itu, pada unjuk karya praktik yang baik di Kabupaten Takalar (18/3). Berdasar penelitian mereka, ternyata buah pare mengandung senyawa basa yang bisa menggantikan serbuk karbon dalam baterai. Senyawa basa pada buah pare ini mengandung ion OH- yang bisa menghasilkan sumber listrik. Caranya pun amat mudah untuk menghasilkan baterai dari buah pare ini. Siapa saja bisa membuatnya. Pertama, buah pare diambil dalamnya saja dan dicacah-cacah. Selanjutnya, buah itu diperas, tidak boleh terlalu kering dan
terlalu basah. Pada langkah kedua, batang karbon dan serbuk karbonnya dikeluarkan. Baterai yang telah kosong diisi dengan buah pare yang telah diperas. Masukkan kembali batang karbon baterai dan ditutup. Hasilnya, ketika diujicobakan untuk menghidupkan jam, penunjuk jam langsung Siswa SMPN 2 Takalar mempresentasikan cara memanfaatkan buah bergerak tanda menyala. Demikian juga pare menjadi baterai. halnya ketika dipakai untuk menyalakan lampu. Menurut Mukhlis, guru pembimbing, Siswa juga menguji besaran kandungan penemuan ini memberikan sebuah nilai tegangan buah pare tersebut yang penting bahwa dengan belajar model dibandingkan dengan baterai asli dengan kontekstual, para siswa menghubungkan memakai alat meter dasar. pembelajaran dengan kehidupan nyata. Setelah diuji coba, ternyata kandungan energinya tidak jauh berbeda dengan baterai asli. Kalau baterai paten memiliki daya 1,5 Volt, baterai buah pare ini memiliki daya antara 1,3 sampai 1,4 Volt.
Bupati Takalar Dr Burhanuddin Baharuddin sangat mengapresiasi hasil karya tersebut. “Semoga ke depan bisa dikembangkan lebih jauh ke penemuan lainnya,” ujarnya. (Ajb)
”Sicantik” dari Aceh Tamiang
Mempresentasikan “Sicantik”.
Oleh Kurnia Rahmaniarum MPd Guru SMPN 4 Percontohan Karang Baru, Aceh Tamiang Aceh Tamiang, Aceh - Aplikasi Segitiga Pascal yang Asyik (Sicantik) yang didemonstrasikan saat kegiatan unjuk karya di Kabupaten Aceh Tamiang mendapat sambutan yang luar biasa. Dengan mudah, dua siswa SMPN 4 Percontohan memperagakan media pembelajaran Sicantik dari submateri perpangkatan bentuk aljabar tersebut menjadi lebih mudah dan menyenangkan. Apalagi, rumpun materi aljabar merupakan materi yang cenderung abstrak pada pembelajaran matematika.
Proses pembuatan Sicantik ini kami lakukan bersama-sama siswa di kelas. Berbahan dasar stirofom ataupun kardus bekas untuk membuat segitiganya. Gunakan karton untuk menuliskan angkaangka yang akan menjadi bagian isi pada segitiga tersebut. Karton ini dipotong kecil-kecil yang dapat dibentuk bervariasi seperti berbentuk bulat, bunga, atau segitiga kecil sehingga Sicantik terlihat lebih menarik. Karton dipotong sebanyak minimal 21 buah jika kita ingin membuat Sicantik minimal untuk berpangkat 5. Untuk langkah selanjutnya, tancapkan karton-karton kecil tadi yang sudah bertuliskan angka-angka 1, angka 1 dan 1 (1,1), angka 1,2,1, angka 1,3,3,1, angka 1,4,6,4,1, angka 1,5,10,10, 5,1 menggunakan pentul kertas pada stirofom yang telah dibentuk menjadi sebuah segitiga (lihat gambar), maka Sicantik siap untuk dimainkan. Cara bermainnya, kita akan menyelesaikan soal pada perpangkatan bentuk aljabar: (a + b)3 (a+b)3 =. Karena perpangkatan yang akan diselesaikan adalah pangkat 3, angka yang digunakan adalah baris ke 4 yaitu angka 1,3,3,1. Karena ada 4 angka yang pada
baris keempat, jumlah suku yang harus kita tuliskan sebanyak 4 suku, yaitu: (a)(b) + (a)(b) + (a)(b) + (a)(b). Selanjutnya, tancapkan angka 1,3,3,1 yang ada pada segitiga tersebut menjadi koefisien pada setiap suku tersebut: 1(a)(b) + 3(a)(b) + 3(a)(b) + 1(a)(b) Kemudian kita tuliskan pangkat 3 untuk setiap variabel, dimulai dari variabel a pada suku pertama dan diteruskan hingga ke suku kedua, namun besar pangkatnya berkurang satu hingga suku ke empat menjadi pangkat nol: 1(a)3(b) + 3(a)2(b) + 3(a)1(b) + 1(a)0(b). Begitu juga untuk variabel b, namun menuliskan pangkat 3 tersebut, dimulai dari suku keempat: 1(a)3(b)0 + 3(a)2(b)1 + 3(a)1(b)2 + 1(a)0(b)3. Akhirnya, kita dapat mengalikan setiap variabel pada masing-masing suku dan memperoleh hasilnya: a3+ 3a2b + 3ab2 + b3. Hasilnya, siswa lebih tertarik dengan menggunakan Sicantik. “Setelah kami menggunakan Sicantik dalam perpangkat bentuk aljabar, kami sudah tidak kebingungan lagi menyelesaikan soal-soal perpangkatan bentuk aljabar. Sangat menyenangkan,” kata Inda Muchairani, salah seorang siswa.*
Prioritas Pendidikan: Edisi 10/Januari-Maret/2015
l9
PRIORITAS - Praktik yang Baik
Siswa ABK Tampil Memukau dengan Neraca Cartesius
Siswa SDN 38 Parepare peragakan pembuatan kamera sederhana.
Kamera dari Margarin karya SDN 38 Parepare Parepare, Sulawesi Selatan – Ada yang unik dengan materi pembelajaran siswa di SDN 38 Parepare untuk mengetahui sifatsifat cahaya. Para siswa yang difasilitasi oleh gurunya, Hartati Asib, membuat kamera kecil yang salah satu bahannya adalah margarin. Cara membuat kamera ini diperagakan oleh tiga siswa kelas V SD, yaitu Fauzan Wicaksono Susilo, Salmi Qauli, dan Putri Nirmala di hadapan peserta unjuk karya praktik yang baik di gedung Islamic Center Parepare (24/3). Mereka dengan cekatan merangkai kamera lubang jarum ini. Bahannya terdiri atas 1 buah kaleng bekas susu yang telah dibuka bagian atasnya, karton berwarna hijau, kertas HVS putih, margarin, kantong plastik hitam, paku kecil, karet gelang, selotip, gunting, dan lap atau tisu. Kaleng yang sudah disediakan dilubangi dengan paku kecil. Margarin dioleskan pada kertas HVS putih dan dijadikan sebagai penutup kaleng yang digunakan sebagai lensa. Kertas HVS itu kemudian diikatkan ke kaleng dengan karet gelang dan kaleng tersebut dibungkus dengan karton, dieratkan dengan selotip, dan ditutup kantong plastik hitam. Waktu diuji coba, benda yang dilihat dengan kamera sederhana ini tampak terbalik. Fauzan Wicaksono, salah satu siswa yang memperagakan alat tersebut dengan lincah menjawab bahwa model buatannya ini masih butuh lensa pembalik gambar, tapi sudah cukup untuk menunjukkan prinsip-prinsip kerja dasar kamera. (Ajb) Mark Heyward mencoba kamera buatan siswa.
l
Lumajang, Jawa Timur – Sederhana tetapi berhasil memberikan penjelasan yang rinci tentang neraca Cartesius dan hukum Archimedes. Demikian penampilan dua siswa anak berkebutuhan khusus (ABK), Salsabila Chitra dan Wildari dari SDN Bondoyudo 2 Lumajang. Dua siswa kelas V ini tampil sederhana melalui demo pembelajaran IPA menggunakan neraca Cartesius, yakni berupa botol plastik ukuran 1 liter yang di dalamnya diisi tabung reaksi dan air. Keduanya tampil memukau saat melakukan demo pembelajaran pada kegiatan Stuart Weston diuji oleh siswa ABK tentang Unjuk Karya dalam Bidang implementasi hukum Archimedes. Pendidikan Kabupaten Lumajang pada 17 Februari 2015. Salsabila tampil dengan sangat fasih menjelaskan proses terjadinya benda tenggelam, melayang, dan mengapung dengan menggunakan neraca Cartesius. Sementara Wildari mempraktikkan penjelasan rekannya. “Bila botol ini ditekan dengan kuat, benda akan tenggelam berada di dasar air. Bila ditekan pelan, benda akan berada di tengah-tengah botol atau melayang. Sementara botol yang tidak ditekan menghasilkan benda yang terapung. Tenggelam, melayang, dan terapung terjadi karena adanya tekanan karena di dalam tabung reaksi ada hampa udara. Peristiwa ini disebut hukum Archimedes,” ungkap Salsabila sembari diperagakan oleh Wildari. Seluruh penonton pun bertepuk tangan usai menyaksikan peragaan dua siswi ABK tersebut. Selanjutnya, Salsabila dan Wildari memanggil Direktur Program USAID PRIORITAS Stuart Weston yang hadir dalam acara unjuk karya tersebut. Ia diminta naik ke panggung dan memperagakan salah satu teori hukum Archimedes. Stuart pun menekan botol kuat-kuat sehingga tabung reaksi di dalam botol tenggelam. “Kejadian ini dinamakan apa, Pak?” tanya Salsabila kepada Stuart. “Oh, ini benda tenggelam ya,” jawab Stuart dan disambut dengan teriakan keduanya, ”Bapak pintar. Betul sekali.” Stuart pun penasaran dan bertanya pada keduanya, ”Kenapa benda ini tenggelam?” Salsabila dengan lancar menjelaskan karena adanya tekanan yang kuat sehingga membuat benda ini tenggelam. Jawaban tersebut benar dan membuat penonton bertepuk tangan. Sebagai penutup, Salsabila dan Wildari menyerahkan botol neraca Cartesius kepada Stuart sebagai hadiah. Dijelaskan oleh Kepala SDN Bondoyudo 2 Lumajang Gatot Parasid Widodo, memang tidak mudah mengajarkan kegiatan tersebut kepada siswa ABK, apalagi daya ingat mereka tidak seperti siswa pada umumnya. “Harus diajarkan pelan-pelan, berulang-ulang, dan latihan,” terangnya. Menumbuhkan keberanian kepada siswa ABK juga membutuhkan kesabaran. Namun, Gatot dan para guru pembimbing tidak kenal lelah. Mereka berusaha menumbuhkan keberanian siswa ABK dengan sering mengajak para siswa ABK tampil di depan khalayak umum. Kerja keras Gatot membuahkan hasil. SDN Bondoyudo 2 yang ditunjuk sebagai salah satu sekolah penerima siswa ABK di Lumajang serta berhasil membangun kepercayaan diri para siswa ABK dan meningkatkan minat mereka untuk belajar lebih baik lagi. (Dkd)
10 Prioritas Pendidikan: Edisi 10/Januari-Maret/2015
PRIORITAS - Praktik yang Baik
Garis Singgung Persekutuan Dua Lingkaran Gerakkan Mobil dan Kipas Angin Tasikmalaya, Jawa Barat - “Eh,Yoga, kemarin kita belajar gasing persekutuan dua lingkaran ya,” sapa Eneng Riska kepada Yoga, teman sekelasnya. “Iya, Neng, tapi aku masih belum begitu paham,” jawab Yoga. Kemudian dua siswa SMPN 1 Pagerageung, Ciawi, Tasikmalaya, ini terlibat dalam diskusi mengenai garis singgung (gasing) persekutuan dua lingkaran. Eneng Riska menjelaskan beberapa gambar peralatan kehidupan sehari-hari sebagaimana dijelaskan oleh guru hari sebelumnya. Ia menjelaskan cara kerja katrol (timba air sumur), rantai sepeda, kerekan bendera, dan mesin diesel penggilingan padi sesuai dengan rumus gasing persekutuan dua lingkaran. “Tuh, menaikkan bendera itu kan menggunakan konsep garis singgung persekutuan dua lingkaran,” jelas Eneng Riska. Setelah terlibat dalam diskusi, akhirnya dua siswa ini sampai pada kesimpulan bahwa garis singgung merupakan garis yang menyinggung dua lingkaran sekaligus. Garis singgung persekutuan terdiri atas dua, yakni gasing persekutuan luar dan gasing persekutuan dalam. Untuk menghitungnya, mereka menunjuk adanya segitiga siku-siku. Eneng Riska dan Yoga kemudian bekerja sama melaksanakan tugas matematika untuk membuat sesuatu berdasar konsep gasing persekutuan dua lingkaran. “Bagaimana kalau kita membuat mobil-mobilan,” usul Yoga. “Oh iya ya, kita kan punya adik. Jadi, nanti bisa kita gunakan untuk mainan adik,” kata Eneng Riska menimpali.
Bupati Tasikmalaya H. Uu Ruzhanul Ulum memberikan apresiasi atas kreativitas siswa.
Keduanya lalu melakukan curah pendapat mengenai bahan-bahan bekas-pakai untuk membuat mobil-mobilan. Mereka menyebut ban bekas, botol bekas, lidi, karet, dan lain-lain. Saat sedang asyik menjajagi bahan-bahan itu, muncullah Bu Neni Nuraeni, guru matematika, menyapa mereka.
“Kalau begitu, coba dipraktikkan,” kata guru. Dua siswa itu pun segera mempraktikkan tahap demi tahap proses perakitan mobil-mobilan. Mereka merangkai lidi sedemikian rupa sebagai rangka mobil yang membingkai botol air mineral sebagai bodinya. Untuk ban, digunakan ban bekas mobil-mobilan yang kanan-kiri dihubungkan dengan bambu. Dua karet gelang dipasang secara bersinggungan di bagian tengah menghubungkan as dinamo dengan as ban. Dinamo dipasang di tengah untuk menggerakkan karet tersebut.
“Kalian sedang apa?”
“Ini, Bu, mobil-mobilan sudah jadi.”
“Ini, Bu, kami sedang membuat rancangan untuk tugas yang Ibu berikan.”
“Oh, sudah jadi ya.”
“Oh, kalian mau buat apa ini?” “Ini, Bu, mobil-mobilan.” “Wow, ide yang bagus tuh.” Neni lalu menanyakan bahan-bahan yang mereka siapkan dan penerapan konsep gasing persekutuan dua lingkaran dalam pembuatan mobil-mobilan itu. Riska dan Yoga pun menjawab dengan tangkas dan rinci bahan-bahan bekas yang mungkin mereka manfaatkan. “Garis singgungnya kita buat dari karet. Biar elastis ya,Yoga,” kata Riska seraya minta dukungan Yoga. “Kira-kira fungsi garis singgung yang ada di sini buat apa ya?” tanya Neni. “O itu untuk menggerakkan ban yang dibantu oleh dinamo,” jawab Yoga. “Jadi, mobilnya bisa gerak,” tambah Riska.
“Iya, Bu, sudah selesai.” “Kira-kira, mobil-mobilan ini bisa jalan tidak ya?” “Bisa, Bu,” jawab dua siswa itu serempak. “Kalau begitu, yuk kita uji.” “Eh, sebentar, Bu. Selain mobil-mobilan, saya juga membuat kipas angin mini. Ini juga sama menggunakan konsep garis singgung,Bu,” sela Riska sambil menunjukkan kipas angin mini karyanya.” “O luar biasa sekali kalian. Ide yang bagus sekali ya. Ayo kita sama-sama uji ya.” Yoga kemudian meminta Bupati Tasikmalaya H Uu Ruzhanul Ulum untuk menguji coba mobil-mobilan. Sementara Riska meminta Ketua DPRD Tasikmalaya H Ruhimat untuk mencoba kipas angin mini buatannya. Ternyata mobil-mobilan dan kipas itu bekerja dengan baik. Bupati dan ketua DPRD pun tampak senang penuh rasa bangga. (Ds)
Prioritas Pendidikan: Edisi 10/Januari-Maret/2015
l 11
PRIORITAS - Praktik yang Baik
Belajar Mengenal Uang Tangerang, Banten – “Siapa yang punya uang lima ribu rupiah?” tanya Wahyuni SPdI, guru kelas III MI Al Husein, Tigaraksa, Kabupaten Tangerang, saat mengajar IPS dengan kompetensi dasar mengenal uang. Sontak siswa yang mendengar pertanyaan tersebut pun mengacungkan jari sambil menjawab, “Saya, bu!” Sebelum diskusi dimulai, Wahyuni mengajak siswa bernyanyi lagu ‘Mari Menabung’. Dengan penuh semangat, siswa menyanyikan lirik demi lirik sambil bertukar kelompok sehingga komposisi perempuan dan laki-laki dalam kelompok sesuai. “Jadi, setiap lirik berhenti, siswa perempuan yang paling banyak di kelas akan berpindah ke kelompok lain. Begitu seterusnya,” tambah Wahyuni. Diskusi dimulai. Masing-masing siswa mengeluarkan uang yang dimiliki dan salah seorang siswa mencatat nominal uang yang dimiliki. Dalam lembar kerja yang diberikan guru, siswa pun memilah uang kertas dan uang logam. Kemudian siswa menuliskan karakteristik, jenis uang, serta perbedaan di antara keduanya. Siswa juga mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan terkait uang seperti lembaga yang mencetak uang dan lembaga yang berwenang mengedarkan uang. Hal ini didapat dari pengamatan uang yang mereka punya dan diskusi antarkelompok. Wahyuni dengan sabar mendampingi setiap kelompok yang antusias berdiskusi dan membuat hasil kerja kelompok. Hasil dari kelompok dituangkan dalam karton yang dibagikan beserta alat tulis. Semua perlengkapan disediakan langsung dari sekolah untuk mengantisipasi keamanan dan kenyamanan siswa belajar. Ada siswa yang membuat contoh uang kertas dari kertas berwarna dan menjelaskan karakteristiknya. Ada pula siswa yang menggambar uang logam dari nominal terkecil lima puluh rupiah hingga seribu rupiah. Wahyuni tidak membatasi pekerjaan siswa. Ia berharap siswa paham mengenai seluk-beluk uang dan nilainya yang berharga bagi pemenuhan kebutuhan hidup manusia. “Di kelompok kami, kebanyakan siswa memiliki uang kertas lima ribu rupiah. Karakteristik uang kertas seperti yang kami gambarkan di dalam karton ini,” seru seorang siswa dari kelompok satu yang menjelaskan di depan kelas tentang hasil diskusi kelompok. Usai presentasi per kelompok, hasil karya siswa yang terbaik menurut siswa dipajang di papan pajang sepanjang dinding kelas agar menjadi sumber belajar. “Saya selalu menyediakan waktu lima menit sebelum kelas berakhir untuk refleksi. Saya bertanya kepada peserta didik mengenai perasaan mereka belajar hari ini. Saya juga berusaha untuk lebih kreatif tiap hari agar siswa senang belajar di kelas,” kesan Wahyuni usai jam pembelajaran IPS. (Anl)
Rohayati membagikan lembar kerja yang mampu memicu kreativitas siswa di SDN 0506352 Stabat.
Jelang Purnatugas, tetap Kreatif Stabat, Sumatera Utara – Rohayati selalu menerapkan PAKEM (pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan) di SD Negeri 0506352 Stabat, Kabupaten Langkat. Walau sudah berusia 56 tahun, Rohayati tetap membuat media pembelajaran sebelum mengampu kelas. “Asal tahu temanya, bikin media gampang deh!” tukas ibu guru yang sebentar lagi purnatugas ini. Pagi itu ia mengajarkan tema “Kegiatanku” dengan subtema sarapan pagi. Tema ini ditujukan supaya anak-anak mengetahui bahwa sarapan pagi sangat berguna bagi kesehatan. Bila tidak sarapan pagi, anak-anak akan kewalahan menyerap pembelajaran di sekolah. Rohayati masuk ke kelas dengan menenteng dua gulungan karton besar. Karton bergambar tersebut tak lain adalah media pembelajaran. Karton itu bergambar makanan-makanan yang mengandung gizi 4 sehat 5 sempurna. Dengan media pembelajaran tersebut, Rohayati belajar mengerem hasratnya untuk mendikte materi pembelajaran. Ia menempatkan diri sebagai fasilitator. Ia pun setuju bahwa guru bukan satu-satunya sumber belajar. Lewat pelatihan yang diterimanya, ia belajar menerapkan pendekatan PAKEM. Dengan penggunaan media pembelajaran, ia memfasilitasi anak-anaknya yang duduk di bangku kelas satu terlibat secara aktif. “Saya bikinnya di rumah. Saya minta anak saya untuk mencari gambar-gambar dari internet. Di rumah kan ada laptop, modem, dan printer. Jadi sangat tertolong,” ungkapnya. Rohayati kini terampil menciptakan mediamedia pembelajaran karena rutin melakukannya. Sebelumnya ia pernah mendapat pelatihan pembelajaran praktik baik dari USAID PRIORITAS. Selain itu, ia aktif rutin berdiskusi dengan guru yang tergabung dalam KKG (kelompok kerja guru), tiap bulan.
Wahyuni SPdI, guru kelas III MI Al Husein,Tigaraksa, menunjukkan pecahan uang kertas lima ribu rupiah ke kelompok siswa untuk mengidentifikasikan jenis dan karakteristik uang yang dimiliki tiap kelompok.
l
12 Prioritas Pendidikan: Edisi 10/Januari-Maret/2015
“Media pembelajaran amat perlu karena anakanak sekolah dasar kan sukanya bermain-main. Bersenang-senang,” pungkasnya. (Eh)
PRIORITAS - Praktik yang Baik
Siswa SMP Negeri 1 Stabat, Kabupaten Langkat menggunakan media dari bahan bekas untuk mempelajari topik pencemaran udara.
Media Membuktikan Pencemaran Udara Stabat, Sumatera Utara – Guru muda itu rela berdiskusi berlama-lama dengan guru-guru MGMP (musyawarah guru mata pelajaran) demi menggali ide. Setelah punya ide unik, ia rela menghabiskan waktu berjam-jam berseluncur di internet demi mematangkan idenya tentang penciptaan media belajar. Dengan mempelajari karya orang lain, ia berinovasi. Pagi itu, Linda Sari, guru IPA di SMP Negeri 1 Stabat, Kabupaten Langkat, mengampu mata pelajaran IPA. Topiknya pencemaran air dan udara. Ini lanjutan dari topik sebelumnya: pencemaran suara dan tanah. Membuat media tentang pencemaran air dan udara, bagi Linda, susah-susah gampang. Susah jika tak ada niat dan usaha, gampang jika berani mencoba (berkreasi). Namun, bukan Linda namanya jika tak rela bolak-balik berdiskusi dengan sesama guru. Diskusi berulang dilakukannya demi mematangkan ide sebelum merancang media pembelajaran yang tepat. Media pembelajaran yang ingin diciptakannya harus memudahkannya membelajarkan materi ke siswa. Pun muridnya mesti terbantu memahami materi pelajaran lebih mudah dan menyenangkan. “Media ini harus mampu menggali kreativitas siswa,” harapnya. Selain menyiapkan media pembelajaran, Linda merancang lembar kerja (LK) siswa guna membatasi sampai di mana siswa harus belajar sesuai tuntutan kompetensi
dasar. Linda juga mendesain pola tempat duduk secara berkelompok. Tujuannya, prinsip tutor sebaya berjalan lancar, siswa terlatih berdiskusi, saling berbagi, dan belajar menjadi tim kerja yang baik. Dalam diskusi kelompok tiap hari, Linda selalu menyediakan alokasi waktu untuk presentasi bagi anak-anak. Linda percaya, presentasi menolong anak-anak untuk membangun rasa percara diri mereka sekaligus mendorong mereka untuk menghargai pendapat sendiri dan menghargai pendapat kelompok lain. Selain itu, presentasi menjadi wadah bagi anak-anak untuk adu argumentasi secara sehat, bukan debat kusir. Maka, presentasi yang menarik mesti bermula dari sebuah percobaan dengan menggunakan media pembelajaran. Media yang menarik tentu menjadi pertaruhannya. Media Membuktikan Pencemaran Udara Lantas apa media yang disiapkan Linda? Alat peraga yang disediakan Linda ternyata botol bekas air kemasan berisi kapas dengan sebatang rokok yang diletakkan di ujung selang. Para siswa dalam kelompok kecil tampak asyik mempelajari pencemaran udara. Arma Dianti, siswa lain, bersemangat menjelaskan proses kerja asap rokok yang merusak ribuan sel-sel
paru-paru. Kelompok Arma mengamati botol berisi kapas dengan sebatang rokok yang telah dipantik diletakkan di ujung selang. Lalu apa yang terjadi ketika pinggang botol (bekas) diremas-remas? Asap rokok masuk perlahan-lahan ke dalam botol. ”Ujung selang lainnya dibuka tutup kala pinggang botol diremas untuk membuang udara dari dalam botol sekaligus menggumpalkan asap rokok ke dalam botol,” terangnya. Ketika remasan dilakukan berulang kali, berulang kali pula asap mengepul masuk ke dalam kapas dan keluar dari selang lainnya. Seiring rokok menipis, gumpalan kapas mulai berubah warna kekuningan/ kecokelatan terpapar asap rokok. Arma terkejut. Ia menyimpulkan, bila kapas diibaratkan paru-paru manusia, paru-paru itu akan berubah warna karena terpapar zat beracun yang dikandung rokok seperti nikotin, tar, dan asam arang (karbondioksida). Melalui praktik percobaan itu, dia berkesimpulan bahwa merokok merusak paru-paru. Melalui praktik yang menggunakan media pembelajaran sederhana itu, Arma mengaku sangat terbantu memahami proses asap rokok merusak paru-paru. “Saya pikir, sangat mudah membuat media pembelajaran seperti ini. Hanya butuh kapas, botol minuman mineral, dan dua selang kecil. Dengan media sesederhana ini, kami sendiri belajar menemukan kesimpulan, sedangkan di dalam buku penjelasannya terbatas,” terangnya. (Eka)
Usai praktik membuktikan pencemaran udara, siswa membuat laporan hasil percobaan, mempresentasikan, dan memajangkannya di mading kelas.
Prioritas Pendidikan: Edisi 10/Januari-Maret/2015
l 13
PRIORITAS - Praktik yang Baik
Belajar Rantai Makanan dengan
Jaring Rumput Jepang Depok, Jogjakarta - Siang itu suasana di depan kelas VII C SMPN 2 Depok, Jogjakarta, tampak siswa sedang berputarputar dan meliuk-meliuk dengan memainkan rumput jepang (tali rafia) antara satu dan yang lain. Mereka sedang belajar rantai-rantai makanan. Kegiatan dimulai dengan membagikan gambar kepada siswa, yaitu gambar elang, katak, ulat, padi, belalang, tikus, ayam, dan ular. Muharrom, guru yang memfasilitasi pembelajaran, meminta setiap siswa untuk mengamati gambar yang diterima dan menuliskan minimal dua data pengamatan pada bukunya. Selanjutnya setiap siswa diminta membuat pertanyaan berdasar data yang dimiliki. Guru mengingatkan kriteria pertayaan yang baik. Di antaranya tidak langsung terjawab, menantang, menuntut penyelidikan, dan bisa didiskusikan. Muharrom lalu menuliskan judul kegiatan dan tujuan pembelajaran serta meminta siswa untuk berpasangan dengan teman satu meja. Siswa kemudian memilih pertanyaan yang sesuai dengan judul atau tujuan pembelajaran. Guru lalu memfasilitasi siswa untuk menentukan pertanyaan yang paling sesuai dengan judul dan tujuan pembelajaran. Untuk memperkuat pemahaman siswa, siswa membaca buku tentang interaksi antarmakhluk hidup untuk membuat hipotesis/jawaban sementara. Kemudian, secara umum disampaikan garis besar cakupan materi dan kegiatan yang akan dilakukan untuk membuktikan kebenaran dari hipotesis yang sudah ditetapkan serta teknik penilaian yang akan digunakan.
adalah sebagai berikut: 1. Setiap anggota kelompok berperan sebagai makhluk hidup seperi gambar yang mereka miliki. 2. Pilih anggota yang sesuai dengan peran dalam ekosistem untuk memegang tali yang dibawa sehingga membentuk sebuah rantai makanan. 3. Setelah rantai makanan terbentuk, siswa yang belum terhubung tali segera menyambungkan sehingga membentuk jaring-jaring makanan. 4. Setiap anggota harus memegang tali dengan kencang. 5. Salah satu anggota menggoyanggoyangkan tali yang dipegangnya dan anggota lain memberikan komentarnya tentang apa yang dirasakan. 6. Selanjutnya, salah satu anggota melepaskan tali yang dipegang. Akibatnya, akan ada anggota lain yang talinya tidak tersambung dan harus melepaskan pegangan. Semua anggota menyampaikan komentarnya tentang pengaruh apa yang akan terjadi. Selesai melakukan pemodelan, siswa menjawab pertanyaan. Salah satunya, apabila goyangan mengakibatkan lepasnya
Pada kegiatan selanjutnya, siswa dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar sesuai dengan warna kertas. Setiap kelompok diberi 12 potong tali dan lembar kerja sebagai panduan kerja kelompok. Guru mengingatkan agar setiap kelompok memilih ketua, juru bicara dan anggota. Siswa secara berkelompok mengumpulkan informasi melalui kegiatan sebagaimana dalam lembar kegiatan. Mereka melakukan kegiatan di luar kelas dengan cara pemodelan sesuai dengan gambar yang mereka dapatkan. Langkah-langkah kegiatan pemodelan
l
Muharrom sedang mendampingi siswa kelas VII-C Depok Sleman Yogyakarta dalam pembelajaran rantai makanan dengan cara permodelan.
14 Prioritas Pendidikan: Edisi 10/Januari-Maret/2015
tali yang dipegang dianggap sebagai perubahan atau hilangnya salah satu makhluk hidup, apa pengaruhnya terhadap makhluk hidup lain? Siswa kemudian melanjutkan kegiatan di dalam kelas untuk membuat laporan. Setiap kelompok membuat dua buah laporan dan ditulis dibalik kertas yang ada gambarnya. Setelah selesai, siswa mempresentasikan atau melaporkan hasil kegiatan dengan memilih juru bicara dan anggota lain memperagakan. Siswa dari kelompok lain menanggapi presentasi. Suasana menjadi ramai karena ada banyak alternatif untuk menyambungkan rantai makanan. Setelah memberi penguatan, guru meminta siswa membuat rangkuman tentang interaksi antarmakhluk hidup. “Dalam pembelajaran tadi, saya sangat senang karena belajar sambil bermain. Saya dapat saling bekerja sama, berdiskusi, dan menyelesaikan permasalahan secara bersama-sama,” terang Falah Permana Mulya, siswa kelas VII C SMPN 2 Depok. Sama halnya dengan Falah, Iqabal Abdurrahman juga menyatakan manfaat belajar secara pemodelan. Selain langsung bisa melakukan simulasi, dirinya lebih paham karena langsung mencoba berbagai sambungan interaksi antarmakhluk hidup dan jaring-jaring makanan. (Arz)
PRIORITAS - Praktik yang Baik
Dukung Penggabungan Sekolah Kecil untuk Peningkatan Mutu Pendidikan (bappeda) serta badan kepegawaian daerah (BKD), pengelolaan pendidikan dasar yang efektif dan efisien melalui distribusi guru sekolah dasar menjadi perhatian khusus. Berdasar analisis data pokok pendidikan (dapodik), ditemukan 133 SDN yang merupakan sekolah kecil dengan jumlah siswa atau rombongan belajar kurang dari setengah standar pelayanan minimal (SPM) pendidikan dasar. Alasan lainnya, sekolah-sekolah tersebut memiliki lokasi yang sangat berdekatan dan tersebar di 31 kecamatan, Kabupaten Pandeglang. Berangkat dari persoalan ini, penggabungan sekolah menjadi rekomendasi kebijakan untuk penataan dan pemerataan guru selanjutnya. Para kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Kabupaten Pandeglang, berdiskusi menata distribusi guru di daerahnya. Kepala Dinas Kabupaten Pandeglang, Drs Dadan Tafif Danial MM, menyatakan dukungannya terhadap penataan dan pemerataan guru. Pandeglang, Banten - Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Pandeglang menyetujui pelaksanaan regrouping (penggabungan sekolah kecil yang lokasinya berdekatan) sebagai langkah awal penataan dan pemeratan guru di Kabupaten Pandeglang. Melalui serangkaian kegiatan komprehensif yang melibatkan dinas pendidikan, badan perencanaan dan pembangunan daerah
Proses perumusan isu strategis dan alternatif kebijakan ini mendorong keterlibatan unit pelaksana teknis daerah (UPTD) agar lebih aktif berperan untuk memantau pelaksanaan verifikasi data dan meninjau kembali payung kebijakan penggabungan SD yang sudah ada sebelumnya. “Saya sangat menyetujui penataan dan pemerataan guru PNS serta regrouping SD, apalagi hal itu bertujuan untuk peningkatan mutu pendidikan,” seru Drs H Dadan Tafif Danial MM, kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Pandeglang, di hadapan peserta rapat yang terdiri atas kepala UPTD dan tim penataan dan pemerataan guru di seluruh Kabupaten Pandeglang. (Okt)
Wonosobo Tata Ulang 499 Guru SD Wonosobo, Jawa Tengah - Untuk menata pemerataan kebutuhan guru di sekolahsekolah, Bupati Wonosobo Drs Kholiq Arif MSi mengeluarkan surat keputusan (SK) penunjukan/pemindahan PNS. Sebagai tahap awal, 499 guru SD yang berada di sekolah-sekolah yang sudah kelebihan guru diredistribusi ke sekolah-sekolah yang masih memerlukan guru. Sebelumnya, tim yang terdiri atas dinas pendidikan, badan Bupati Wonosobo, kepegawaian daerah (BKD), Drs Kholiq Arif MSi. serta badan perencanaan pembangunan daerah (bappeda) yang difasilitasi USAID PRIORITAS telah melakukan pemetaan dan analisis data kebutuhan guru di Wonosobo. Hasil analisis data tersebut telah dilakukan uji publik untuk mendapatkan masukan. Secara bertahap, rekomendasi tim untuk menata distribusi guru akan diimplementasikan di Wonosobo. “Mutasi guru ini dilakukan berdasar data sehingga sangat efektif untuk mengurangi masalah kekurangan guru di sekolah,” tukas Aos Santosa, spesialis tata kelola dan manajemen pendidikan USAID PRIORITAS. (Anw)
Salinan surat keputusan Bupati Wonosobo untuk menata pemerataan guru sehingga semua sekolah di Wonosobo memiliki kecukupan guru.
Prioritas Pendidikan: Edisi 10/Januari-Maret/2015
l 15
PRIORITAS - Praktik yang Baik
POS Topang Kualitas Pembelajaran Oleh Eet Setiasih, guru SMPN 1 Pagerageung Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa POS berfungsi antara lain sebagai: • Forum komunikasi wali kelas dengan orang tua siswa • Sarana silaturahmi/tukar pengalaman antarorang tua siswa • Memfasilitasi kegiatan belajar siswa di luar jam pelajaran • Bagi wali kelas, POS dapat menjadi rujukan penilaian sikap siswa • Sumber belajar alternatif bagi siswa.
POS menyediakan tempat siswa belajar kelompok di kediaman orang tua. Tampak seorang anggota POS tengah membantu siswa bekerja kelompok.
Tasikmalaya, Jawa Barat - Komitmen kepala sekolah dan guru, peran aktif dinas pendidikan atau pengawas sekolah, peran aktif orang tua, dan peran aktif masyarakat sekitar sekolah sangat menentukan kemajuan sekolah. Menyadari pentingnya keterlibatan unsur-unsur terkait dalam proses pendidikan, SMPN 1 Pagerageung sebagai sekolah mitra USAID PRIORITAS mengembangkan peningkatan peran serta masyarakat melalui pembentukan paguyuban orang tua siswa (POS). POS merupakan wadah partisipasi orang tua siswa (per kelas). Pengurusnya terdiri atas perwakilan orang tua siswa di kelasnya masing-masing yang merupakan kepanjangan tangan dari kepengurusan komite sekolah,” jelas Ishak Mardhika, S.Pd, Wakasek Bidang Humas, di sela-sela kegiatan pertemuan orang tua siswa dalam rangka sosialisasi peran serta masyarakat (PSM).
Saat ini di SMPN 1 Pagerageung telah terbentuk 8 kelompok POS (kelas 8 A-H), dengan jumlah anggota kelompok rata-rata 34 orang. Manfaat POS sangat dirasakan dalam membantu proses pembelajaran. Sebagai salah satu contoh, POS kelas VIII A, membantu pengadaan ATK guna mendukung proses belajar yang baik. POS kelas VIII A, diketuai oleh Kokon Koniah S.Pd.I, yang menyediakan tempat di belakang rumahnya sebagai tempat berlangsungnya kegiatan belajar kelompok siswa dan tempat pertemuan orang tua siswa. POS ini juga melakukan pertemuan rutin orang tua siswa dengan agenda membahas perkembangan proses belajar siswa dan upaya mendukung kerja kelompok siswa. Kokon Koniah, ketua POS kelas VIII A, merasa bangga bisa ikut terlibat membantu dalam pengeloalan kegiatan belajar anak-anak. “Orang tua mana yang tidak ingin anaknya menjadi yang terbaik di sekolahnya,” katanya. Karena itu, melalui POS, Kokon berusaha memenuhi kebutuhan belajar anak-anak. “Dengan kegiatan ini, kami merasa lebih dekat dengan guru, terutama dengan wali kelas, dan kami bisa lebih banyak bertukar pikiran untuk kemajuan belajar anak-anak kami,” tambahnya. Mengingat POS sangat membantu keberhasilan proses pembelajaran di sekolah, para orang tua bertekad terus mengembangkan POS. “Semua POS di semua kelas terlecut untuk berkompetisi memajukan kelasnya,” kata Drs Yoyo Yohansyah MPd, kepala SMPN 1 Pagerageung. *
PSM Bantu Renovasi Sekolah Pandeglang, Banten – Bangunan fisik sekolah juga memengaruhi suasana belajar. Hal itulah yang dirasakan oleh Eutik Sobariyah, kepala SDN Panjangjaya 2, Kecamatan Mandalawangi, Kabupaten Pandeglang. Ia melihat bangunan sekolah sudah tak layak dengan kondisi gelap dan sebagian kondisi kelas yang rusak atau bocor saat hujan. Dia menggagas ide perbaikan sekolah dengan mengajak partisipasi guru dan komite sekolah untuk membentuk panitia pembangunan sekolah secara swadaya. Panitia terdiri atas guru dan komite sekolah yang bertugas menggalang dana dan melakukan pertemuan secara reguler. “Semula kami prihatin dengan kondisi sekolah yang sudah rapuh dan rusak. Bersama guru, komite sekolah dan orang tua siswa menggagas penggalangan dana. Kami juga bersama-sama memantau pelaksanaan pembangunan sekolah.
l
Alhamdulillah, sekarang kami sudah memiliki bangunan sekolah layak huni dan nyaman untuk siswa,” kata Eutik. Pembangunan sekolah dilaksanakan secara bertahap, menyesuaikan agenda sekolah dan biaya yang terkumpul. “Pertama, kami memperbaiki atap yang sudah bocor untuk mengantisipasi hujan datang. Kemudian, perbaikan dilanjutkan pada tanggul depan sekolah agar siswa nyaman beraktivitas. Kami berhasil memanfaatkan ruang terbuka untuk pojok baca siswa,” tambah Eutik sembari menunjukkan bangunan sekolah yang sudah diperbaiki. Orang tua percaya dan mau mendukung program sekolah karena selama ini sekolah transparan dalam pengelolaan program dan keuangan Kondisi gedung sekolah sebelum direnovasi dan sekolah. (Usm) PSM bersama sekolah bertemu untuk membantu
16 Prioritas Pendidikan: Edisi 10/Januari-Maret/2015
renovasi.
PRIORITAS - Praktik yang Baik
Ubah Budaya Menghafal Menjadi Memahami Isi Buku Pamekasan, Jawa Timur - SDN Konang 2 Galis, Pamekasan, telah menerapkan budaya baca di sekolah. Kepala SDN Konang 2 Sariati SPd awalnya pesimistis kegiatan ini bisa diterapkan di sekolahnya. Menurut dia, budaya baca yang masih rendah di wilayahnya membuat anak-anak enggan berkunjung ke perpustakaan. Apalagi, banyak koleksi buku-buku bacaan di perpustakaan sekolahnya yang usang dan lebih banyak buku paket lama. Setelah pulang dari pelatihan USAID PRIORITAS, dia kembali termotivasi untuk memajukan program membaca di sekolahnya. Langkah awal yang dilakukannya adalah merenovasi perpustakaan. “Meskipun dengan langkah sederhana, saya berusaha membuat perpustakaan senyaman mungkin sehingga siswa bisa kerasan membaca buku di perpustakaan,” ungkapnya. Sariati menata buku-buku di perpustakaan menjadi lebih menarik. Ia juga menggelar karpet sehingga siswa bebas membaca di perpustakaan. Ruangan perpustakaan juga dirombak menjadi lebih nyaman untuk membaca. Langkahnya ini juga didukung oleh komite sekolah. Mereka bersamasama merombak perpustakaan menjadi tempat yang nyaman untuk dikunjungi.
Langkah selanjutnya adalah mewajibkan siswa berkunjung ke perpustakaan dengan membuat jadwal kunjungan per kelas. Program yang dimulai pada Oktober 2014 ini berjalan baik. Setelah semua siswa diwajibkan ke perpustakaan, minat siswa membaca berubah. Setiap hari para siswa di setiap kelas secara Perpustakaan SDN Konang 2 dibuat menjadi tempat membaca bergantian berkunjung yang nyaman untuk membuat siswa betah membaca. ke perpustakaan untuk membaca. Mereka juga diwajibkan merangkum isi buku yang telah Sariati bersama para guru kelas berupaya mengubah kebiasaan ini. Caranya, siswa dibacanya. diminta membuat rangkuman isi buku Tidak hanya itu, setiap hari saat mengawali sesuai pemahaman anak yang ditulis pelajaran, seluruh kelas diwajibkan dengan kata-katanya sendiri, dan hasilnya membaca buku selama 5-10 menit di dipajang di kelas atau perpustakaan. dalam kelas. Apalagi saat ini di setiap kelas Perjuangan Sariati tersebut tidak sudah memiliki sudut baca. sia-sia. SDN Konang 2 Pamekasan mendapatkan penghargaan juara II lomba Pada akhir tahun 2014, Sariati bersama perpustakaan se-Kabupaten Pamekasan para guru kelas melakukan evaluasi dan mendapatkan hadiah uang tunai Rp pelaksanaan program budaya baca. 2 juta dari Dinas Pendidikan Kabupaten Hasilnya, menurut Sariati, minat baca Pamekasan pada Desember 2014. Dana siswa meningkat. Namun, beberapa ini digunakannya untuk pengembangan siswa masih terbiasa menghafal isi buku perpustakaan dan pembelian buku-buku daripada memahami buku. baru. (Aim)
Buku Penghubung Pacu Minat Baca Siswa
Siswa SMPN 1 Sengkang seedang membaca di halaman kelas.
Oleh Aco Karumpa Kepala SMPN 1 Sengkang Sengkang, Sulawesi Selatan - SMPN 1 Sengkang mengembangkan minat baca dengan beberapa program. Pertama, mengadakan sudut baca di setiap kelas yang buku-bukunya adalah hasil donasi siswa dan kelola sendiri sebagai sumber belajar. Kedua, taman baca. Bukunya juga berasal dari siswa dan dikelola siswa, tapi terletak di depan kelas. Sekretaris kelas yang mencatat peminjam dan judul buku yang dipinjam oleh teman-temannya. Ketiga, taman baca sekolah. Bukunya juga dari perpustakaan. Keempat, bedah buku.
Kegiatan ini dikelola oleh siswa. Setiap kelas mengirimkan utusan dalam lomba bedah buku. Siswa menulis resensi dan mengungkapkan secara lisan isi resensi buku.
SMPN 1 Sengkang juga mengembangkan program buku penghubung. Buku penghubung ini bertujuan melibatkan orang tua secara aktif membiasakan anakanaknya membaca. Buku penghubung ini berfungsi memantau dan menilai kegiatan membaca siswa dengan melibatkan komunikasi antara orang tua, guru, dan pustakawan sekolah. Buku tersebut menunjukkan aktivitas dan hasil siswa membaca buku. Isinya meliputi jadwal membaca, judul buku yang dibaca, dan rangkuman isi buku. Peran orang tua, guru, dan pustakawan sekolah dalam menilai kemajuan aktivitas membaca siswa
sangat penting. Karena itu, dalam buku itu mereka harus membubuhkan tanda tangan setelah mereka mencermati hasil bacaan anaknya. Jika siswa membaca di sudut baca atau taman baca, siswa mendapat tanda tangan dari guru mata pelajaran atau wali kelas. Jika membaca di perpustakaan dan taman perpustakaan, pustakawan yang memberi tanda tangan. Terakhir, jika siswa membaca di rumah, orang tua atau wali yang memberikan tanda tangan. Dampak dari buku penghubung ini, partisipasi orang tua memotivasi anaknya membaca semakin meningkat. Sebab, orang tua juga memahami kalau aktivitas membaca dan hasil resume bacaan anak-anaknya sangat dihargai. Walaupun program budaya baca belum berjalan terlalu lama, siswa semakin antusias mengelola dan menggunakan sudut baca, taman baca, dan majalah dinding.Yang menggembirakan adalah siswa pengunjung perpustakaan semakin meningkat. *
Prioritas Pendidikan: Edisi 10/Januari-Maret/2015
l 17
PRIORITAS - Praktik yang Baik SDN Kompleks IKIP Makassar
Kembangkan Budaya Baca Sesuai Tingkatan Kelas Di setiap depan kelas SDN Kompleks IKIP Makassar terdapat dinding baca. Bukubukunya banyak yang berasal dari orang tua siswa yang dipinjamkan atau dihibahkan untuk sekolah.
Makassar, Sulawesi Selatan – Sebelum mendapatkan pelatihan program USAID PRIORITAS, guru-guru di SDN Kompleks IKIP Makassar mengaku sulit merancang program untuk meningkatkan minat baca siswanya. Agusmiati, kepala SDN Kompleks IKIP Makassar, kemudian mengembangkan program budaya baca agar siswanya terbiasa membaca buku. Sekolah memulai program budaya baca dengan membuat sudut-sudut baca yang terletak di dalam dan di luar kelas. Guru-guru diberikan kebebasan berkreasi dalam menentukan model sesuai dengan tingkatan kelas. Misalnya, untuk kelas I, praktik yang dijalankan adalah gelar tikar baca. Tujuannya, para siswa dapat duduk lesehan di atas tikar kemudian membaca secara estafet. Untuk siswa kelas II, disediakan lemari buku serta koleksi buku yang secara swadaya dikumpulkan oleh siswa. Kelas
III melaksanakan praktik books moving, sama halnya dengan tukar buku. Books moving ini disajikan dengan cara bukubuku yang disusun dalam satu kotak buku. Kemudian kotak itu diberikan kepada satu kelompok untuk satu hari tertentu, begitu seterusnya. Adapun di kelas IV terdapat gerobak baca yang berisi kumpulan buku para siswa yang dapat dibaca setiap saat. Gerobak baca tersebut dapat dengan mudah dipindahkan oleh siswa karena dilengkapi roda. Di kelas V, terdapat rak paralon sebagai pajangan koleksi buku. “Siapa saja siswa yang ingin baca, silakan ambil sendiri bukunya,” tegas Agusmiati. Sementara siswa kelas VI melaksanakan praktik yang sama seperti yang diterapkan pada siswa kelas III, yakni books moving. Di luar kelas didirikan dua taman baca yang letaknya berada di depan taman kelas IV dan kelas V. Selain itu, terdapat
Sarapan Membaca dan Dekatkan Buku pada Siswa Banda Aceh, Aceh – Sebelum mulai jam pembelajaran, setiap hari siswa MIN Mesjid Raya, Banda Aceh, menikmati sarapan membaca terlebih dahulu selama 5 menit. Budaya baca yang sudah berlangsung selama 1 tahun ini semakin digemari oleh siswa dan menjadi kebiasaan bagi mereka setiap pagi. “Setiap pagi sebelum mulai belajar, kami membaca selama 5 menit dan menulis kembali apa yang dibaca,” kata Siti Fahyumi Zaiba, siswi kelas 1.
l
Ismaidar, guru kelas VI, menjelaskan bahwa budaya tersebut terus meningkat. “Setiap hari setelah masuk kelas dan membaca doa bersama, siswa diajak keluar oleh guru untuk membaca dan mengambil buku di rak-rak yang terletak di depan kelas. Mereka memilih buku yang mereka sukai dari pustaka kelas mereka sendiri,” jelasnya. “Setelah membaca selama 5 menit, siswa kembali ke dalam kelas untuk menulis apa yang mereka baca,” lanjut Ismaidar. Namun, saat ini membaca buku di pustaka kelas menjadi kebiasaan siswa. “Setiap hari mereka membaca. Bahkan, mereka mengambil waktu luang di sela jam pembelajaran atau
18 Prioritas Pendidikan: Edisi 10/Januari-Maret/2015
warung baca yang letaknya persis di belakang pagar sekolah. Warung baca ini bertujuan untuk mengajak orang tua siswa ikut aktif dalam menumbuhkembangkan budaya baca di sekolah tersebut. Di sana disediakan koleksi bacaan seperti majalah, tabloid, dan surat kabar. “Orang tua siswa kadang ada yang membawa pulang beberapa koleksi di sana,’’ ujar Agusmiati. Dengan model praktik budaya baca yang berbeda-beda di setiap kelas, minat baca siswa diharapkan tumbuh dan berkembang sehingga mencintai buku dan terbiasa membaca. Program tersebut sudah berjalan sejak Oktober 2014. Hasilnya sangat positif. Siswa mampu menyampaikan hasil bacaan mereka di depan orang tua mereka di rumah. Di depan kelas, mereka mampu tampil memberikan kuldum (kuliah dua menit) dengan referensi hasil bacaan mereka. Guru membimbing siswa untuk berani tampil dan mengembangkan keterampilan berbahasa mereka lewat kegiatan kuldum. Tema kuldum biasanya membahas etika dan pendidikan karakter. Program budaya baca tersebut juga mampu menarik partisipasi aktif orang tua siswa terhadap program sekolah. Misalnya, mereka memberikan bantuan materi untuk pembuatan rak paralon dan gerobak baca. Selain itu, menurut Agusmiati, sekolahnya saat ini menjalin kerja sama dengan SD Maccini 1 Makassar untuk mengembangkan program yang sama. Misalnya, siswa diajak untuk berbagi buku, bahkan peralatan sekolah lainnya seperti tas, sepatu, dan alat tulis. (Ajb)
saat jam istirahat. Mereka membaca buku yang sesuai keinginan mereka, terutama buku cerita anak,” katanya. (Tmk)
Sebelum mulai jam pembelajaran setiap hari, siswa MIN Mesjid Raya, Banda Aceh, menikmati sarapan membaca terlebih dulu selama 5 menit.
PRIORITAS - Praktik yang Baik
MTsN Rantauprapat Deklarasikan Program Membaca Rantauprapat, Sumatera Utara – USAID PRIORITAS tidak hanya menghibahkan ribuan buku, tetapi juga mendorong sekolah menciptakan program khusus membaca. Program membaca diharapkan memicu terciptanya budaya baca. ”Membaca itu kebudayaan sehingga dibutuhkan program khusus untuk membiasakan masyarakat sekolah rutin membaca,” terang Koordinator Provinsi USAID PRIORITAS Sumut Agus Marwan.
Perwakilan guru membacakan ikrar untuk berpartisipasi dan
MA mengatakan, program membaca dilakukan dengan memberlakukan jam membaca. Setiap hari semua warga sekolah, baik kepala sekolah, guru, maupun siswa, diwajibkan membaca buku secara bersama-sama. Kegiatan membaca dapat dilakukan di kelas, di perpustakaan, dan bahkan di halaman sekolah. “Sekitar 1.000 orang berpartisipasi dalam program membaca ini. Kami memang melibatkan orang tua, komite sekolah, guru, dan siswa untuk ikut mengambil peran,” tuturnya.
menyukseskan program membaca di MTS Negeri Rantauprapat di Sekolah-sekolah mitra USAID Labuhanbatu. Kamal mengatakan, orang PRIORITAS saat ini tengah tua dan komite ikut gencar menciptakan program mendukung penyediaan buku bacaan. Orang tua secara sukarela membaca. Salah satunya adalah Madrasah Tsanawiyah (MTs) menyumbang buku. Sementara pengurus komite meminjam Negeri Rantauprapat di Labuhanbatu. “Hari ini mitra kami, buku koleksi pribadi sebagai bahan bacaan di MTs Negeri MTs Negeri Rantauprapat, telah meluncurkan program budaya Rantauprapat. “Kami sangat bahagia karena pada hari ini saja membaca. Program ini akan melibatkan 1.000 orang,” tambahnya. kami berhasil mengumpulkan 1.000 eksemplar buku sumbangan,” Kepala MTs Negeri Rantauparapat Drs H Kamal Tanjung tambahnya. (Eh)
”MORENA” Dorong Siswa SMPN 4 Lumajang Giat Membaca Lumajang, Jawa Timur - Dinas Pendidikan Kabupaten Lumajang mengembangkan program Morena (morning reading mania/giat membaca buku pada pagi hari) dengan menunjuk SMPN 4 Lumajang, sekolah mitra USAID PRIORITAS, sebagai sekolah percontohan.
Kegiatan budaya baca pada pagi hari di SMPN 4 Lumajang.
Agus Susanto, koordinator TIM BACA Kabupaten Lumajang, mengatakan bahwa program ini untuk memfasilitasi siswa bisa memaksimalkan kemampuannya dengan pola Morena. “SMPN 4 menjadi contoh awal karena di sini telah memiliki program budaya membaca yang difasilitasi USAID PRIORITAS,” ungkap Agus (5/2).
Menurut dia, program kerja dari Morena berikutnya adalah membantu menambah koleksi buku-buku bacaan. “Seribu buku itu akan kami siapkan, anak didik tinggal membaca dan membacanya,” jelasnya. Kepala SMPN 4 Lumajang Ghoniyul Husnah mengajak semua guru dan siswa untuk bersama-sama menyukseskan program Morena. “Setiap hari Senin setelah upacara bendera, semua warga sekolah selama 40 menit wajib membaca buku yang disukainya. Kami memfasilitasinya dengan menyediakan bukubuku bacaan yang menarik, berkualitas, dan mendidik untuk membangun budaya membaca di sekolah,” tutur kepala sekolah yang juga fasilitator MBS USAID PRIORITAS itu. Pada tahun ajaran 2015/2016, Ghoniyul mulai menerapkan program membaca harian selama sepuluh menit sebelum pembelajaran dimulai. Mohamad Usman Efendi, Komite SMPN 4 Lumajang, menyatakan dukungannya dalam pelaksanaan program Morena. “Kami yakin, dengan kekompakan dan kebersamaan semua guru, komite, siswa, dan dukungan wali murid, program Morena bisa sukses,” tukasnya. (Ghn)
Prioritas Pendidikan: Edisi 10/Januari-Maret/2015
l 19
DOKUMENTASI USAID PRIORITAS
Unjuk Karya Keberhasilan Sekolah Sekolah dan madrasah mitra USAID PRIORITAS daerah mitra kohor 2, membuat pameran pencapaian di sekolah masing-masing pada acara unjuk karya praktik yang baik dalam pembelajaran dan manajemen sekolah. Pada pameran tersebut dipamerkan hasil karya siswa, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) media pembelajaran, rencana kerja sekolah dan anggarannya (RKS dan RKAS), serta foto-foto ragam kegiatan sekolah. Selain pameran ada presentasi dari siswa-siswi yang menunjukkan hasil karya dan kesan mereka tentang pembelajaran aktif. Guru, kepala sekolah, dan komite sekolah juga menceritakan tentang perubahan yang terjadi di sekolahnya. Para pemangku kepentingan yang hadir dibuat berdecak kagum dengan perkembangan di sekolah dan madrasah. Bupati Wonosobo, Drs Kholiq Arif MSi, mencoba turbin air sederhana karya siswa SDN Kertek Wonosobo, Jawa Tengah (5/2).
Perwakilan Direktorat Pembinaan SMP Dirjen Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Dr Juandanilsyah MA mencoba media belajar matematika yang digunakan siswa kelas 1 Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Perdamaian, Stabat, Langkat, Sumatra Utara (18/3).
Perwakilan dari Kementerian Agama (Kemenag),Yusuf Ghazali, berdialog dengan siswa yang menjelaskan hasil karyanya yang disimulasikan dalam unjuk karya di Aceh Tamiang, Aceh (12/3).
Alpius Lani, guru Kelas I SD YPPK Sinatma menjelaskan alat peraga untuk pembelajaran menghitung, dalam unjuk karya praktik yang baik di Kabupaten Jayawijaya, Papua (25/3).
Bupati Tangerang, Banten, Ahmed Zaki Iskandar mengunjungi stan-stan pameran. Dia menunjukkan kegembiraannya melihat kemajuan yang terjadi di SD/MI dan SMP/MTs mitra USAID PRIORITAS (5/2).
Bupati Bekasi dr. Hj. Neneng Hasanah memberi apresiasi dan motivasi kepada siswa yang tengah membaca di stan sudut baca pada acara unjuk karya praktik yang baik di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat (11/3).
USAID PRIORITAS adalah program lima tahun yang didanai oleh USAID, yang diimplementasikan oleh Research Triangle Institute (RTI), Education Development Center (EDC), dan World Education. USAID PRIORITAS dirancang untuk meningkatkan akses pendidikan dasar berkualitas di Indonesia, khususnya untuk: (1) Meningkatkan kualitas dan relevansi pembelajaran di sekolah; (2) Meningkatkan tata kelola dan manajemen pendidikan di sekolah dan kabupaten/kota; (3) Meningkatkan dukungan koordinasi di dalam dan antar sekolah, lembaga pendidikan/ pelatihan guru dan pemerintah di semua jenjang. Isi dari newsletter ini bukan merepresentasikan pendapat resmi dari USAID atau pemerintah Amerika Serikat.