ISSN 2303 - 0852
Edisi 9 Okt - Des 2014
USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi dan Kesempatan bagi Guru, Tenaga Kependidikan dan Siswa
PRIORITAS PENDIDIKAN Media Informasi dan Penyebarluasan Praktik Pendidikan yang Baik
Penataan dan Pemerataan Guru Harus Dilaksanakan JAKARTA – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) merespons positif hasil program penataan dan pemerataan guru (PPG) yang dilakukan USAID PRIORITAS. Daerah-daerah mitra USAID PRIORITAS telah berhasil melakukan penataan dan pemerataan distribusi guru. “Beberapa daerah yang sudah sukses melakukan penataan dan pemerataan guru, yang memiliki kiat-kiat keberhasilan, mereka akan kita endorse untuk menjadi model bagi kabupaten/kota lainnya,” kata Direktur Jenderal Pendidikan Dasar Kemdikbud Hamid Muhammad dalam acara Lokakarya Nasional Kebijakan PPG di Jakarta (14/10). Program PPG yang diimplementasikan dan dikembangkan USAID PRIORITAS, menurut Direktur Program USAID PRIORITAS Stuart Weston, berhasil melakukan pemetaan penyebaran guru, mengembangkan solusi kebijakan, melakukan konsultasi publik, dan mendukung
(Dari kanan ke kiri) Dirjen Pendidikan Dasar Kemdikbud Hamid Muhammad, Direktur USAID Indonesia Andrew Sisson, dan Direktur Program USAID PRIORITAS Stuart Weston memberikan penjelasan kepada wartawan tentang hasil program penataan dan pemerataan guru.
penerapan kebijakan PPG. “Kami menyediakan tenaga ahli dan bekerja sama dengan LPTK untuk membantu kabupaten/kota mitra melakukan penataan dan pemerataan guru. Kami memberikan dukungan teknis bagi kabupaten/kota mitra yang ingin mengimplementasikan PPG,” tukasnya. Direktur USAID Indonesia Andrew Sisson menyampaikan, USAID terus berkomitmen untuk mendukung pemerintah
Indonesia menyediakan pendidikan yang bermutu. Amerika Serikat dan Indonesia sama-sama memahami bahwa guru sangat penting untuk kesuksesan anak dan masa depan bangsa. “Amerika Serikat bangga dapat bermitra dengan pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk membantu memastikan semua siswa memiliki akses pendidikan yang berkualitas,” terangnya. (Eh/Anw) 4Berita lainnya di halaman 2
”Gerakan Memuliakan Guru”
Anies Baswedan PhD Mendikbud
JAKARTA - Menteri Pendidi kan dan Kebudayaan Anies Baswedan PhD mengajak kita semua untuk memuliakan guru. Hal itu disampaikannya dalam acara seminar pendidikan me wujudkan revolusi mental me lalui penguatan peran strategis guru di gedung D, Kemdikbud, Jakarta, yang juga mengundang USAID PRIORITAS sebagai salah satu narasumber (26/11).
”Ikhtiar untuk memuliakan guru karena kita sadar bahwa kita semua bisa seperti sekarang ini karena ada guru yang memilih hadir di kelas-kelas kita,” kata Mendikbud. ”Mari kita lakukan bersama-sama. Punya kegiatan apa pun, bila yang hadir guru, berikan kehormatan pada guru,” tuturnya yang disambut tepuk tangan peserta. (Anw)
Kolaborasi guru dan dosen akan meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah.
Guru dan Dosen Kerja Sama Pecahkan Masalah Pembelajaran UNTUK membantu menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran, USAID PRIORITAS memfasilitasi kerja sama guru dan dosen untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas (PTK). Kolaborasi ini akan saling menguatkan dan bermanfaat untuk keduanya. ”Dalam melaksanakan PTK, guru perlu teman untuk berkonsultasi dan
berbagi ide untuk membuat pembelajaran menjadi lebih berkualitas. Sementara dosen perlu mendapatkan pengalaman dalam menerapkan teori pembelajaran untuk memecahkan masalah pembelajaran di sekolah yang dapat dibagikan kepada mahasiswanya dalam perkuliahan,” kata Ujang Sukandi, spesialis pelatihan guru USAID PRIORITAS. (Anw)
4Berita lengkapnya di halaman 3
Kunjungi: www.prioritaspendidikan.org - www.siapbelajar.com
PRIORITAS - Nasional Pemangku kepentingan daerah mitra USAID PRIORITAS berbagi pengalaman keberhasilannya dalam melakukan penataan dan pemerataan guru di daerahnya. Berikut adalah petikannya.
Berhasil dalam Penataan dan Pemerataan Guru Ruslan Abdul Gani I Bupati Bener Meriah, Aceh
Mutasi dan Guru Kunjung
Pemangku kepentingan berbagi pengalaman dalam pelaksanaan PPG.
Berbagi Pengalaman Hasil PPG 23 Kabupaten/Kota JAKARTA - USAID PRIORITAS telah mengembangkan dan mengimplementasikan program penataan dan pemerataan guru (PPG) di 23 kabupaten/kotamitra Kohor I. Bekerjasama dengan kabupaten/kota dan LPTK, USAID PRIORITAS berhasil melakukan pemetaan peyebaran guru, mengembangkan solusi kebijakan, melakukan konsultasi publik (forum multi pemangku kebijakan), dan mendukung penerapannya di kabupaten/kota. Untuk berbagi praktik-praktik yang baik dari program PPG tersebut, USAID PRIORITAS menggelar lokakarya nasional kebijakan penataan dan pemerataan guru di Jakarta (14/10). Empat pemangku kepentingan daerah mitra USAID PRIORITAS didaulat untuk berbagi pengalamannya dalam melaksanakan penataan dan pemerataan guru. Mereka adalah Bupati Bener Meriah Ruslan Abdul Gani, Wabup Blitar Rijanto, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Semarang Dewi Pramuningsih, dan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Ciamis Toto Marwoto. Mereka berhasil memulai pelaksanaan penataan dan pemerataan guru untuk meningkatkan mutu pendidikan di daerahnya dari aspek pemenu-
han kecukupan guru. Lokakarya ini diikuti oleh 109 peserta yang terdiri atas bupati, walikota, kepala dinas pendidikan, dan perwakilan dari Kemenko Kesra, Kemdikbud, Kemenag, Kemendagri, USAID, lembaga donor lain, dan program yang didanai donor. Sinkronisasi Regulasi Direktur Urusan Pemda I Kemendagri Dr Kurniasih menyampaikan pentingnya sinkronisasi regulasi penataan guru antara pusat dan daerah. Tahapan penataan guru, menurutnya, ada lima tahap yaitu, (1) Penyiapan rencana penataan guru di daerah, (2) Pengintegrasian rencana penataan guru dalam kebijakan daerah, (3) Sinergitas data penataan guru antara dinas pendidikan dan badan kepegawaian daerah (BKD) serta instansi terkait, (4) Implementasi kebijakan penataan guru di daerah, dan (5) Laporan pencapaian target penataan guru. ”Masalahnya, sampai saat koordinasi dalam perencanaan pendidik dan tenaga kependidikan antara dinas pendidikan dengan BKD masih belum optimal sehingga seringkali distribusi guru kurang sesuai kebutuhan,” katanya. (Anw)
Bener Meriah menerapkan kebijakan mutasi guru dari sekolah-sekolah yang kelebihan guru ke sekolah-sekolah yang masih kekurangan guru serta guru kunjung, yaitu guru mengajar lebih dari satu sekolah. Salah satu hasilnya, kekurangan 67 guru mapel di SMP dapat tercukupi dengan program mutasi dan guru kunjung. Untuk payung hukumnya, Bener Meriah mengeluarkan Perbup Nomor 17/2014 tentang Penataan dan Pemerataan Guru PNS.
Rijanto I Wakil Bupati Blitar, Jawa Timur
Kelas Rangkap
Blitar memulai penataan dan pemerataan guru dengan menerapkan program kelas rangkap, yaitu dua jenjang kelas digabung dan diajar oleh satu guru. Kebijakan itu bertujuan untuk mengatasi persoalan kekurangan guru kelas SD dan sekolah dengan jumlah siswa di bawah SPM. Program ini dipayungi Peraturan Bupati tanggal 8 Oktober 2014 tentang kelas rangkap. Ada 4 SD yang dijadikan pilot percontohan dalam pelaksanaan kelas rangkap. Para gurunya mendapatkan pelatihan khusus mengajar di kelas rangkap.
Dewi Pramuningsih I Kepala Dinas Pendidikan
Gabung Sekolah
Kab. Semarang, Jawa Tengah
SEKOLAH yang digabung adalah (1) sekolah satu kampus dengan kriteria dua SD atau lebih yang terletak di satu lingkungan sekolah, jarak antara sekolah ≤ 200 meter, jumlah rombel ≤ ruang kelas yang ada, dan tidak bertentangan dengan rencana tata ruang wilayah (RTRW); (2) Sekolah kecil dengan kriteria jumlah siswa ≤ 80 orang, jarak antarsekolah ≤ 1.000 meter, tidak ada hambatan akses, dalam satu desa terdapat lebih dari satu SDN, tidak berada di daerah perbatasan kabupaten, dan tidak bertentangan dengan RTRW. Pada tahap pertama akan ada 25 SD yang digabung menjadi 12 SD. Payung hukumnya, Perbup Nomor 28/2014.
Toto Marwoto I Kepala Dinas Pendidikan Kab. Ciamis Jawa Barat
Lebih Merata
CIAMIS telah mengeluarkan Perbup Nomor 8/2012 tentang penataan PNS. Bentuk implementasinya dalam menata pemerataan guru PNS adalah melakukan alih fungsi/alih jenis guru, alih jenjang guru, redistribusi guru, guru mengajar lebih dari satu mata pelajaran, dan guru kunjung. Ciamis telah berhasil menata pemerataan guru. (Anw)
Newsletter PRIORITAS PENDIDIKAN diterbitkan oleh USAID PRIORITAS sebagai media penyebarluasan informasi dan praktik yang baik dalam bidang pendidikan. Kunjungi website kami: www.prioritaspendidikan.org. Manfaatkan berbagai praktik pendidikan yang baik, seperti ide dan pengalaman pembelajaran yang berhasil, penelitian tindakan kelas, video praktik yang baik, karya anak, dan diskusi online forum sekolah. Alamat Redaksi: Gedung Ratu Plaza, Lt. 25.Jl. Jenderal Sudirman Kav 9. Jakarta 10270. Telp: (62-21) 722 7998, Faks: (62-21) 722 7978. Artikel berupa gagasan atau pengalaman praktik yang baik dalam bidang pendidikan dapat dikirimkan melalui email
[email protected]. Naskah ditulis dalam format Microsoft Word dengan jumlah kata 200--350. Lampirkan foto yang relevan dengan tulisan dalam format JPG. USAID PRIORITAS: Prioritizing Reform, Innovation, and Opportunities for Reaching Indonesia’s Teachers, Administrators, and Students
2
l Prioritas Pendidikan: Edisi 9/Oktober-Desember/2014
PRIORITAS - Nasional
Penelitian Tindakan Kelas Kolaborasi Dosen dan Guru USAID PRIORITAS memulai program penelitian tindakan kelas (PTK) yang melibatkan dosen LPTK dan guru di sekolah mitra untuk berkolaborasi dalam PTK. 128 dosen dari 16 LPTK dan guru-guru dari sekolah mitra dipertemukan pada acara lokakarya PTK di Yogyakarta (22-24/10). “Dengan mendekatkan dosen LPTK untuk turun ke sekolah-sekolah, ini dapat memberikan dosen ke situasi nyata di dalam kelas. Dosen juga dapat memperoleh manfaat dari pemahaman yang lebih baik tentang masalah belajar mengajar guru yang dihadapi sehari-hari,” tukas Lynne Hill, penasihat pembelajaran USAID PRIORITAS. Dalam kolaborasi ini, guru akan menjadi peneliti utama dalam penelitian, sementara dosen akan menjadi peneliti dan pendamping guru.Tim PTK terdiri atas 4 orang. Rinciannya, satu dosen LPTK, satu fasilitator dosen LPTK, dan dua guru dari sekolah lab atau sekolah mitra LPTK yang dipilih. Dua guru dari tingkat kelas yang sama akan bekerja sama untuk melakukan PTK.
dari kalangan guru yang merasa sangat terbantu karena membuat PTK menjadi salah satu kewajiban yang harus dilakukan guru dan bermanfaat untuk pengajuan kenaikan pangkat.
Guru dan dosen sedang bekerja sama merancang perangkat PTK.
”Kami berharap dosen dapat memperkuat guru dalam menerapkan teori pembelajaran yang relevan untuk memecahkan masalah yang ditemukan dalam pembelajaran di kelas,” ujar Ujang Sukandi, spesialis pelatihan untuk SMP USAID PRIORITAS yang ikut memfasilitasi pelatihan PTK. Tatat Hartati PhD, dosen Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, mengapresiasi kegiatan PTK ini. “Dukungan USAID melalui PTK dapat meningkatkan budaya meneliti
para guru dan dosen, yang pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia,” ujarnya. Hal senada disampaikan Tendi Setiadi, guru MTsN 2 Kota Bandung. Menurut dia, PTK memiliki arti penting bagi peningkatan mutu proses pembelajaran yang akan berdampak langsung pada peningkatan kualitas pendidikan. “Bagi madrasah, PTK merupakan strategi efektif meningkatkan kualitas proses belajar,” ucapnya. Banyak peserta
Peserta juga telah menghasilkan judul PTK yang relevan dengan permasalahan dalam pembelajaran. Misalnya, penerapan pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah matematika dalam kehidupan sehari-hari (kontekstual) untuk siswa kelas VIII, penggunaan sudut membaca untuk meningkatkan motivasi membaca siswa kelas awal, dan masih banyak lagi. Selanjutnya, proses penyempurnaan pertanyaan penelitian, instrumen pengumpulan data, dan perencanaan untuk pelaksanaan penelitian serta analisis data akan dilanjutkan dalam lokakarya di provinsi. Pengumpulan dan analisis data diharapkan dapat selesai pada Mei 2015. Rencananya, hasil temuan dari kegiatan ini akan dipublikasikan pada konferensi nasional pada Agustus 2015. (Anw)
Dosen 16 LPTK akan Latih Sekolah SURABAYA, JAWA TIMUR - USAID PRIORITAS menyelenggarakan pelatihan untuk pelatih tingkat nasional bagi 68 dosen dari 16 LPTK mitra USAID PRIORITAS di Surabaya (1-3/12). Mereka dipersiapkan melatih dan mendampingi SD, MI, SMP, dan MTs di setiap kabupaten/kota mitra untuk menjadi sekolah praktik yang baik (SPB). SPB adalah sekolah yang dirancang dan dikembangkan menjadi sekolah yang dapat menjadi contoh yang baik dari segi pembelajaran dan manajemen sekolah. Pengembangan SPB merupakan bagian dari program USAID PRIORITAS yang bertujuan agar para mahasiswa calon guru dapat praktik mengajar di sekolah yang telah berhasil dalam menerapkan pembelajaran aktif dan manajemen berbasis sekolah (MBS). ”Sehingga ketika mahasiswa LPTK menjadi guru, mereka sudah mengetahui wujud praktik bukan teori dan terbiasa menerapkan pembelajaran aktif dan MBS,” kata Ajar Budi Kuncoro, koordinator spesialis LPTK dan pemangku kepentingan USAID PRIORITAS.
Salah seorang dosen mempresentasikan big book buatannya dan di-review oleh teman sesama dosen.
Dalam pelatihan tersebut, para dosen LPTK diberikan beberapa materi. Di antaranya, pendekatan saintifik dalam pembelajaran, merancang lembar kerja yang mendorong siswa berpikir tingkat tinggi, membangun pembiasaan literasi, dan portofolio dalam penilaian otentik. Menurut Prof Dr Johar Amir Mhum, ketua prodi bahasa daerah Universitas Negeri
Makassar (UNM), program SPB sangat relevan dengan kepentingan LPTK dalam menyiapkan guru yang berkualitas. “Semua mata kuliah di perguruan tinggi bisa dipraktikkan dengan pendekatan pembelajaran aktif. Mahasiswa juga mendapatkan contoh langsung penerapan pembelajaran aktif yang bermanfaat saat praktik mengajar di sekolah,” terangnya. (Dkd/Anw)
Prioritas Pendidikan: Edisi 9/Oktober-Desember/2014
l3
PRIORITAS - Provinsi
Hibah Buku Angkat Semangat Budaya Baca dalam program USAID PRIORITAS. USAID memberikan hibah buku untuk 31 sekolah/madrasah di Kabupaten Bandung Barat. Penyerahan secara simbolis hibah buku dilangsungkan pada upacara peringatan Hari Guru Nasional di Ngamprah, kompleks Pemkab Bandung Barat.
Bupati Labuhanbatu Tigor Panusunan Siregar menyerahkan buku kepada perwakilan sekolah mitra USAID PRIORITAS di Labuhanbatu. USAID PRIORITAS mempromosikan budaya membaca untuk meningkatkan mutu pendidikan dasar.
JAWA BARAT DAN SUMATERA UTARA - Hibah buku USAID PRIORITAS memiliki arti sangat penting untuk mengangkat semangat para kepala sekolah dan guru untuk menumbuhkan budaya baca di kalangan siswa. Dengan budaya baca yang baik, siswa akan lebih kritis, kreatif, dan berwawasan luas. Demikian
dikatakan oleh Bupati Abu Bakar, yang didampingi Kepala Disdikpora Agustina Piryanti, saat menerima hibah buku USAID PRIORITAS di Ngamprah, Bandung Barat (1/12). Bupati dan kepala dinas pendidikan berkali-kali menyampaikan ucapan terima kasih kepada USAID atas kemitraan
Di Sumatera Utara, Bupati Labuhanbatu Tigor Panusunan Siregar juga mengapresiasi hibah buku dari USAID PRIORITAS. Ia optimistis buku bacaan, termasuk buku sains tersebut, akan menambah minat baca siswa. “Selanjutnya, gunakanlah buku-buku ini semaksimal mungkin untuk anak kita di sekolah. Jadi, mari kita latih pola pikir anak kita sehingga bisa menghasilkan anak-anak didik yang lebih baik dari kita,” ajaknya. Hibah buku disambut baik oleh sekolah mitra USAID PRIORITAS. “Buku ini semakin memperkaya koleksi buku di perpustakaan kami dan menyemarakkan sudut-baca yang sudah kami siapkan di berbagai sudut lingkungan sekolah,” papar Siti Hindun, kepala SDN 2 Rajamandala. Sementara itu, Kepala SMPN 1 Cihampelas Marhadi Setiawan berjanji menjadikan hibah buku ini sebagai stimulan untuk mengadakan lebih banyak bahan bacaan di sekolah. (Eh)
Ramaikan Pekan Kreativitas Pendidikan Aceh Jaya ACEH JAYA, ACEH - Dinas Pendidikan dan Olahraga Kabupaten Aceh Jaya menggelar “Pekan Kreativitas Pendidikan Aceh Jaya” yang diikuti siswa SD, SMP, SMA, dan SMK. USAID PRIORITAS turut serta meramaikan kegiatan tersebut. Stan USAID PRIORITAS mendapat dukungan penuh dari sekolah mitranya di Aceh Jaya. Mereka menampilkan media pembelajaran bagi guru dan siswa yang merupakan hasil dari pelatihan modul I dan II, alat deteksi banjir, alat deteksi tsunami, media pembelajaran ular tangga, media pembelajaran kura-kura pintar,media pembelajaran alat keseimbangan, media pembelajaran perkalian bagi siswa kelas awal, serta beberapa media pembelajaran lainnya. Termasuk, buku kecil yang dibuat siswa MTsN Teunom sebagai bagian dari program budaya membaca. Selain itu, ditampilkan permainan tebak tanggal lahir dan area sudut baca. Permainan pembelajaran tematis matematika “Tebak Tanggal Lahir” dilakukan oleh Reza, siswa SDN 4 Calang, yang dibimbing oleh fasda USAID PRIORITAS
4
Bupati Aceh Jaya mencoba alat deteksi tsunami karya Pak Rahmad, fasilitator daerah USAID PRIORITAS Aceh Jaya.
Fauzi Ansari SPd. Permainan pembelajaran ini mendapat perhatian khusus dari bupati, kepala dinas pendidikan, dan majelis pendidikan daerah (MPD) saat mengunjungi stan USAID PRIORITAS. “Bravo buat Reza yang berhasil menebak tanggal lahir saya,” komentar Bupati Aceh Jaya Ir Azhar Abdurrahman. Sementara itu, pada pameran area
l Prioritas Pendidikan: Edisi 9/Oktober-Desember/2014
sudut baca menampilkan buku bacaan dan buku kecil hasil karya siswa sekolah mitra USAID PRIORITAS. ”Kami juga ingin menyebarkan praktik yang baik tentang budaya membaca kepada semua sekolah di Aceh Jaya,” kata Sri Wahyuni, koordinator daerah USAID PRIORITAS Kabupaten Aceh Jaya. (Tmk)
PRIORITAS - Provinsi
FTK UIN Ar Raniry Buat Pojok USAID PRIORITAS BANDA ACEH, ACEH - Ada yang berbeda saat kita memasuki ruangan Pusat Pengembangan Pembelajaran (Educational Development CentreEDC) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar Raniry Aceh. Tepat di sebelah kanan pintu masuk ruangan tersebut tersusun rapi modul-modul pembelajaran, buku praktik yang baik, dan newsletter USAID PRIORITAS yang disebut dengan Pojok USAID PRIORITAS – FTK UIN Ar Raniry. Kepala EDC Mawardi SAg, MPd merupakan dosen yang sangat berperan terbentuknya pojok tersebut. “Dengan dukungan dari dekan dan USAID PRIORITAS, kami menyiapkan pojok ini untuk meningkatkan budaya baca bagi mahasiswa sekaligus menjadi pusat sumber belajar dan rujukan bagi para dosen dan mahasiswa yang belum berkesempatan mengikuti pelatihan yang dilaksanakan oleh USAID PRIORITAS,” jelas Mawardi. Marhamah, mahasiswa prodi PGMI semester VII, mengaku pojok tersebut sangat bermanfaat. “Kami senang dengan adanya Pojok USAID PRIORI-
Dosen dan mahasiswa memanfaatkan Pojok USAID PRIORITAS UIN Ar Raniry.
TAS karena dapat menambah perbendaharaan ilmu tentang PAKEM. Jadi, saat mengunjungi EDC dan menunggu dosen, kami dapat memanfaatkan waktu untuk membaca di pojok ini,” katanya. Lain halnya dengan Rizkianto, mahasiswa prodi fisika, yang memanfaatkan pojok sebagai bahan referensi. ”Pojok ini bermanfaat bagi saya untuk menambah referensi terutama tentang pembelajaran kontekstual sehingga dapat menjadi sebagai sumber ilmu dalam menunjang
pola pikir dan pengetahuan yang tidak kita dapatkan langsung dalam perkuliahan. CD-nya pun dapat digandakan,” jelas Rizki. Ruangan EDC ini tempat berkumpulnya dosen dan mahasiswa, terutama mahasiswa yang akan dan sekembalinya dari PPL. ”Jadi, mereka sangat terbantu dengan adanya pojok ini terutama untuk meningkatkan budaya baca serta memberikan gambaran tentang pembelajaran aktif yang berkembang di sekolah,” jelas Mawardi. (Tmk)
Guru Bentuk Kerangka Berpikir CIMAHI, JAWA BARAT Kami melihat secara langsung dampak program USAID PRIORITAS, terutama dalam proses pembelajaran. Sepanjang proses pembelajaran, siswa sangat aktif bekerja berkelompok dan bersosialisasi menggali ilmu. Ada poin-poin positif di sekolah yang secara keseluruhan dapat meningkatkan mutu pendidikan. Sudut baca ada di setiap sekolah. Ini merupakan inovasi pendidikan yang bagus untuk meningkatkan budayabaca di kalangan siswa. Demikian penilaian umum yang disampaikan oleh Mohamad Rolland Zakaria, analis Pemetaan Mutu Pendidikan Dasar (PPMP) Kemdikbud dan Ai Rosilah, widyaiswara LPMP Jawa Barat, usai meninjau sekolah-sekolah mitra USAID PRIORITAS di Kota Cimahi selama empat hari (26-29/11). “Peran guru bergeser dari satusatunya sumber belajar menjadi fasilitator belajar yang tidak
Mohamad Rolland Zakaria sedang mengamati proses pembelajaran di SDN Cibabat Mandiri 2, Kota Cimahi.
hanya ceramah. Guru terlihat memberikan stimulasi-stimulasi yang penting bagi pembentukan kerangka berpikir anak sebagai peserta didik,” ujar Zakaria. “Guru tidak banyak bicara, cukup satu instruksi, dan siswa diberi kesempatan luas untuk berkreasi,” timpal Ai Rosilah. Ai Rosilah melihat ada perubahan mindset di kalangan guru. Menurut dia, mereka memiliki komitmen tinggi untuk berubah dari proses
pembelajaran konvensional ke proses yang lebih kreatif. Ai menyebut, para guru tampak berupaya keras mewujudkan pengetahuan hasil pelatihan USAID PRIORITAS itu menjadi keterampilan praktis dalam menciptakan proses pembelajaran yang baik. “Mereka menjadi begitu inovatif dalam mengelola proses pembelajaran,” kata Rosilah. Menurut Ai Rosilah, pemajangan karya siswa di ruang kelas
merupakan langkah inovatif yang membuat proses pembelajaran menjadi lebih hidup dalam suasana akademik yang kental. Rosilah melihat pemajangan karya siswa memang membuat siswa merasa bangga, merasa dihargai, dan bisa saling belajar dari karya satu sama lain. “Tumbuh juga persaingan sehat antarkelas yang mencerminkan persaingan sehat antarguru dan antarsiswa,” tuturnya. Ia kemudian menyatakan tekadnya untuk mengadopsi model USAID PRIORITAS di LPMP. Mohamad Rolland Zakaria menaruh apresiasi terhadap program USAID PRIORITAS. “Ini wujud sinergi yang luar biasa antara Amerika dan Indo nesia dalam peningkatan mutu pendidikan,” ucapnya. Menurut dia, perlu dijaga kerja sama sinergis antara USAID PRIORITAS bersama PPMP, LPMP, pemerintah daerah, dan sekolah dengan tetap berkomunikasi secara intensif. (Ds)
Prioritas Pendidikan: Edisi 9/Oktober-Desember/2014
l5
PRIORITAS - Provinsi
Guru di 398 SD Negeri Pekalongan Perlu PPG bijakan tersebut telah diantisipasi Pemkab Pekalongan melalui program penataan dan pemerataan guru yang bekerja sama dengan USAID PRIORITAS. Kami telah menganalisis data berbasis dapodik dan merumuskan beberapa rekomendasi dan kebijakan,” terang Kabid Dikdas Dindik Pekalongan Risa Sumarstyanto dalam konsultasi publik program penataan dan pemerataan guru (PPG) di Gedung Pemuda Kajen (9/12). Risa Sumarstyanto, Kabid Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Pekalongan.
PEKALONGAN, JAWA TENGAH – Guru sekolah dasar negeri (SDN) di 398 sekolah atau 77% dari total sekolah di Kabupaten Pekalongan diprediksi akan kehilangan tunjangan profesi bila Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2008 tentang guru yang mengatur rasio siswa guru dengan jumlah minimal di SDN 1:20 diimplementasikan awal tahun 2016. “Ke-
Risa menjelaskan, rekomendasi tim PPG Kabupaten tersebut adalah penggabungan sekolah sekolah kecil dan sekolah satu lingkungan, multigrade (pembelajaran kelas rangkap), dan mengeluarkan surat keputusan (SK) tentang sekolah kecil. SK sekolah kecil akan diberikan kepada 48 sekolah berdasar hasil analisis tim PPG. Rencana tersebut berdasar pertimbangan BOS dan tunjangan profesi. “Selama ini, BOS minimal dihitung 60 orang. Namun, bila menjadi sekolah kecil, tunjangan BOSnya harus sesuai dengan siswa yang ada di sekolah tersebut. Namun, bila tidak di-
berikan, tunjangan profesi guru di sekolah tersebut pada awal tahun 2016 terancam hilang. Hal tersebut menjadi pertimbangan kami sampai saat ini,” jelasnya. Koordinator pengawas SD Kajen Murpasi dalam menyikapi implementasi PP menyatakan, bila kebijakan tersebut dilaksanakan, banyak guru yang siap untuk dites kompetensi dengan tujuan ditempatkan pada sekolah-sekolah yang memiliki rasio guru siswa ideal. “Mereka berharap ada penataan rasio,” katanya. Konsultasi publik penataan dan pemerataan guru dilaksanakan sebagai tindak lanjut dari pendampingan program USAID PRIORITAS di Kabupaten Pekalongan dalam menata guru. Kegiatan tersebut dilaksanakan bersama-sama pemangku kepentingan di Kabupaten Pekalongan mulai bupati, kepala dinas pendidikan, perwakilan DPRD, dewan pendidikan, BKD, bappeda, unsur Kemenag, dan jajaran dinas pendidikan Kabupaten Pekalongan yang berjumlah 30 orang. (Arz)
Kiri: Grandy, fasilitator pelatihan, memberikan umpan balik kepada Ibu Kornelia, guru SD YPPK Yiwika, dalam pendampingan pembelajaran. Kanan: Siswa YPPK Kama menggunakan BPKP dalam pembelajaran.
YKW Dampingi Guru Wamena Gunakan BPKP WAMENA, PAPUA - Pelatihan tanpa sebuah tindak lanjut yang konsisten tidak akan memberikan hasil yang optimal. Yayasan Kristen Wamena (YKW) bekerja sama dengan USAID PRIORITAS melakukan pendampingan intensif kepada guruguru dan kepala sekolah mitra yang telah mengikuti pelatihan. Dalam pendampingan tersebut, fasilitator membantu para guru dalam menerapkan yang telah dipelajari dalam pelatihan. Para guru dan kepala sekolah juga mendapat kesempatan untuk berdiskusi langsung mengenai cara mengajar dan penggunaan Buku Paket
6
Kontekstual Papua (BPKP) di dalam pembelajaran. Sebagian besar guru yang belum memahami konsep penerapan BPKP di dalam kelas mendapat kesempatan melihat simulasi dari tim pelatih yang datang. “Kami secara langsung mengajar di dalam kelas supaya guru-guru semakin paham cara penggunaan BPKP. Dengan cara itu, guru bisa langsung mengamati reaksi para siswa, bahkan mendampingi mereka saat mengerjakan tugas,” ungkap Arni, salah satu fasilitator YKW. Melalui simulasi tim
l Prioritas Pendidikan: Edisi 9/Oktober-Desember/2014
fasilitator, guru-guru semakin yakin untuk menggunakan BPKP untuk mengajarkan calistung (membaca, menulis, berhitung) kepada siswanya. “Kami sangat senang kalau YKW bisa datang untuk melihat langsung. Jadi, kalau ada yang sulit, kami bisa bertanya,” kata Kornelia Yuow, guru SD YPPK Yiwika. Pendampingan guru dan kepala sekolah ini diharapkan dapat meningkatkan kreativitas dan keterampilan para guru sehingga meningkatkan kemampuan calistung anak. (Rd)
PRIORITAS - Provinsi
Jajaki Kerja Sama dengan Papua Barat MANOKWARI SELATAN, PAPUA BARAT - “Saat ini kami punya modal pembangunan pendidikan yang masih minus, jumlah guru kurang, kemampuan baca tulis hitung anak SD yang masih lemah, dan banyak sekolah yang tidak berjalan normal karena gurunya tidak ada,” kata Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Manokwari Selatan, Arongera, saat menerima kunjungan Lawrence Dolan PhD, education officer USAID Indonesia, Stuart Weston, direktur program USAID PRIORITAS, dan Sudarsono, koordinator USAID PRIORITAS Papua. “Kami optimistis, melalui kerja sama dengan banyak pihak, visi Manokwari Selatan untuk lancar baca tulis hitung dapat segera terwujud,” tegasnya.
Lawrance Dolan dan Stuart Weston mengunjungi sekolah-sekolah di Manokwari Selatan untuk menjajaki kemitraan dengan USAID PRIORITAS.
Kunjungan ini berkaitan dengan rencana untuk membantu peningkatan kualitas pendidikan di Papua Barat melalui program USAID PRIORITAS. “Saat ini kami sedang mengumpulkan informasi terhadap kemungkinan kami akan bekerja sama dengan Provinsi Papua Barat,” jelas Stuart Weston kepada Asisten II Setda Kabupaten Manokwari Selatan selaku Plt Bupati Manokwari Selatan.
sekolah. Banyak temuan yang menarik. Misalnya, di SD Inpres Siwi 78 Distrik Mowi Waren, sekolah terpaksa mengelola pembelajaran dalam satu ruang kelas untuk dua rombongan belajar dalam waktu yang bersamaan. Ada juga sekolah yang berada di pedesaan yang mengelola pendidikannya dengan relatif cukup baik walaupun kondisi ruang kelas dan gurunya kurang.
Untuk mengetahui kondisi pendidikan di Manokwari Selatan, tim bersama kepala dinas pendidikan berkunjung ke beberapa
“Model bantuan dan kerja sama yang akan diberikan perlu disesuaikan dengan kebutuhan. Tata kelola mesti diperbaiki,
kualitas guru juga perlu diperhatikan. Termasuk kualitas sekolah tinggi keguruan dan ilmu pendidikan yang saat ini bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Manokwari Selatan dalam mengatasi kekurangan jumlah guru,” kata Lawrence Dolan usai melakukan kunjungan sekolah. Saat ini USAID PRIORITAS masih menggodok strategi untuk membantu peningkatan kualitas pendidikan di Papua Barat, terutama di Kabupaten Manokwari Selatan. (Sds)
Rektor UNM: Jadikan Perusahaan Sumber Kekuatan Sekolah MAKASSAR, SULAWESI SELATAN - Sekolah selama ini kurang memperhatikan sumber daya dan dana dari luar. Kemajuan sekolah tidak seharusnya hanya bergantung pada orang tua. Potensi perusahaan-perusahaan yang ada di sekitar sekolah bisa dijadikan mitra sekolah. Demikian disampaikan Rektor Universitas Negeri Makassar (UNM) Prof Dr Arismunandar di hadapan 112 pendidik dari Jawa Tengah yang melakukan kunjungan belajar (study visit) pembelajaran dan manajemen sekolah di Sulawesi Selatan (29/10). “Orang tua adalah organ dalam sekolah. Sekolah seharusnya lebih jauh memberdayakan kemampuannya untuk membuat jejaring dengan organ luar, yaitu perusahaan dan alumni,” tuturnya. Rektor menceritakan bahwa berdasar hasil penelitiannya, warga sekolah terutama kepala sekolah saat ditanya tentang pendanaan sekolah di luar BOS, kebanyakan jawaban pertama kali yang terlontar adalah dari orang tua. Jejaring dengan perusahaan belum dikelola dengan baik untuk memajukan sekolah. Padahal, perusahaan sangat potensial dalam pengembangan manajemen dan pembelajaran sekolah. Untuk membentuk jiwa kewirausahaan, kerja sama sekolah dengan perusahaan harus mulai dilakukan. “Sekolah sejak dini harus mengajarkan kepada anak didik me-
Rektor UNM Prof Dr Arismunandar menerima cenderamata dari Nurkolis, koordinator USAID PRIORITAS Provinsi Jawa Tengah.
ngenal dunia usaha dan mendorong keterampilan kreatif anak untuk muncul. Sinergi perusahaan dan sekolah bisa memunculkan banyak kemungkinan pengembangan daya kreativitas dan kewirausahaan anak,” ujar Prof Arismunandar. (Ajb)
Prioritas Pendidikan: Edisi 9/Oktober-Desember/2014
l7
PRIORITAS - Praktik yang Baik
Siswa kelas VI SDN Mojokarang, Mojokerto, sedang tampil di depan kelas untuk membuktikan mean, median, dan modus.
Identifikasi Mean, Median, dan Modus dengan Stik Es Krim MOJOKERTO, JAWA TIMUR - Di tangan Erna Budi Widiatsih SPd, guru SDN Mojokarang, pelajaran matematika menjadi permainan yang menyenangkan. Salah satunya saat mengidentifikasi mean, median, dan modus. Dengan menggunakan stik es krim, Erna bersama-sama siswa kelas VI berhasil mengidentifikasi mean, median, dan modus. Pada pelajaran matematika yang mengulas tentang mean, median, dan modus, Erna mencoba mengajak siswa mengidentifikasi bersama. Caranya, Erna menyiapkan stik es krim dan menyuruh 8 siswa maju ke depan kelas. Selanjutnya 7 siswa dibagi stik es krim masing-masing anak A=3 stik, anak B=6 stik, anak C=6 stik, anak D=5 stik, anak E=5 stik, anak F=6 stik, dan anak G=6 stik. Sementara anak ke-8 bertugas menulis hasilnya di papan tulis. “Dengan cara ini, ternyata anak-anak bisa langsung mengidentifikasi apa yang dimaksud dengan mean, median, dan modus. Saya yakin apa yang saya lakukan bersama anak-anak ini juga akan lebih bermakna untuk mereka,” ungkap Erna. Modus Untuk menemukan modus, 7 anak yang memegang stik tadi diminta berjajar. Ibu guru kemudian memanggil anak A dengan jumlah stik 3 batang, maka anak A maju ke depan sambil berteriak menunjukkan jumlah stiknya. Erna kemudian memanggil lagi anak B dengan jumlah stik 4 batang, maka anak B maju ke depan dan melakukan hal yang sama. Begitu seterusnya hingga anak G. Anak-anak yang lain diberikan lembar kerja dan mencari jawaban dari pertanyaan yang disampaikan di
8
lembar jawaban. Dari pertanyaan tersebut muncul pertanyaan, ada berapa stik yang paling sering muncul yang dibawa oleh anak-anak? Jawabannya adalah 6 batang stik. Karena ada tiga anak yang yang dipanggil berteriak menyebutkan 6 batang stik yang dibawanya, yakni anak B, C, dan F. Dari peragaan tersebut, anak-anak berhasil menyimpulkan bahwa modus adalah angka yang sering muncul dalam sebuah kelompok bilangan. Median Untuk menemukan median, anak-anak berjajar berurutan dari batang stik yang paling sedikit dibawa di sebelah kiri hingga angka yang paling besar di kanan. Hasilnya, yang berada di sisi paling kiri adalah anak A dengan 3 batang stik dan yang paling kanan adalah anak F dengan 6 batang stik. Nah, Erna kemudian bertanya kepada anak-anak, siapakah yang berada di tengah-tengah dari jajaran anak tersebut? “Anak-anak spontan menjawab “Anak E” yang membawa 5 batang stik. Dari kegiatan tersebut, anak-anak dapat menyimpulkan bahwa median adalah angka di tengah yang sudah diurutkan dari angka yang paling kecil hingga yang paling besar. Mean Untuk menemukan mean, anak-anak bersama-sama menghitung jumlah batang stik yang dibawa oleh anak A - G, yakni: 3+6+6+5+5+6+4 = 35. Hasil penjumlahan seluruh batang stik tadi kemudian dibagi dengan jumlah anak yang membawa stik, yakni 35 dibagi 7 anak, hasilnya 5. Dari kegiatan tersebut, anak-anak berhasil mengidentifikasi bahwa mean adalah rata-rata jumlah bilangan yang dibagi dengan jumlah anak, yakni 5.
l Prioritas Pendidikan: Edisi 9/Oktober-Desember/2014
Penugasan Selanjutnya, setelah siswa memahami konsep mean, median, dan modus, guru memberikan beberapa soal cerita kepada siswa. Mereka diminta menentukan mean, median, dan modus dari soal cerita yang diberikan. Berikut beberapa contoh soal untuk melihat tingkat pemahaman siswa: 1. Ceritakan, apa saja ‘keadaan’ dalam kehidupan sehari-hari yang menunjukkan ‘modus’. 2. Berapakah mean dan median dari nilai rapor seorang siswa berikut: • Pendidikan Agama - 9 • IPA - 8 • Matematika - 9 • IPS - 8 • Bahasa Indonesia - 8 • Penjaskes - 8 • Pendidikan Pancasila - 8 • Keterampilan 7 3. Jika mean dari nilai si Badu dalam 5 mapel adalah 32, berapa saja kemungkinan nilai masing-masing mapelnya? (Tuliskan paling sedikit 3 kemungkinan). Siswa diminta untuk mengerjakan tugas tersebut secara individu. Selanjutnya mereka membahas hasilnya di dalam kelompok untuk saling mendapatkan masukan. Proses diskusi kelompok juga bisa menjadi lebih hidup karena setiap siswa memiliki bahan masing-masing untuk berkontribusi dalam diskusi kelompok. Selanjutnya setiap kelompok diminta untuk saling mempresentasikan hasilnya kepada kelompok lainnya dan memberi masukan. Setelah hasil karya diperbaiki, siswa memajangkan hasil karyanya. (Aph)
PRIORITAS - Praktik yang Baik
Perkaya Kosa Kata Bahasa Inggris di Sudut Sekolah BLITAR, JAWA TIMUR - Bila kita berkunjung ke SDN Kalipang 1 Kabupaten Blitar, kita akan menjumpai suasana sekolah yang semarak dengan papanpapan kecil berwarna biru yang dipajang di sudut-sudut sekolah. Sekolah ini punya cara tersendiri membiasakan anak mengenal kosa kata dalam bahasa Inggris, yakni menulis minimal 3 kosa kata dalam bahasa Inggris yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia setiap hari di papan-papan tersebut. Ide ini muncul setelah SDN Kalipang 1 memiliki kegiatan pengembangan diri untuk kelas tinggi (4, 5, dan 6). Dari kegiatan tersebut,Witarti Prasiwi SPd bersama orang tua siswa melalui kegiatan peran serta masyarakat (PSM) berupaya agar siswa aktif belajar bahasa Inggris meskipun bahasa Inggris saat ini tidak lagi menjadi mata pelajaran pokok di sekolah. “Saya berharap kemampuan siswa dalam bahasa Inggris meningkat meskipun saat ini bahasa Inggris bukan lagi menjadi pelajaran pokok. Caranya, membuat kegiatan pengembangan diri dan mengajak siswa terus aktif belajar bahasa Inggris seperti memasang papan English Corner ini di sudut-sudut sekolah yang kosong,” terangnya.
Papan kecil berwarna biru yang dipajang di sudut-sudut sekolah yang bertuliskan kosa kata bahasa Inggris hasil tulisan siswa.
Total ada 8 papan English Corner yang terpasang di sekolah. Setiap hari, siswa yang ikut dalam kegiatan pengembangan diri bahasa Inggris bergiliran mengisi minimal 3 kosa kata dalam bahasa Inggris yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia.
Sekolah ini seminggu 2x juga mengundang 1 turor bahasa Inggris dari luar sekolah. English Corner ini memberikan dampak positif pada siswa. Bahkan, siswa kelas awal mulai terbiasa menghapal kosa kata dalam bahasa Inggris. (Dkd)
Belajar Energi Gerak dari Kincir Angin hingga menyatu di bagian tengah. Buatlah lubang di titik pertemuan sisi-sisi kertas tersebut. Masukkan kertas pada sebatang lidi yang sudah diberi sedotan hingga ¾ panjang batang lidi. Gunting juga bagian kecil sedotan untuk dimasukkan di antara lipatan-lipatan kertas sehingga guntingan kertas menggembung dan menciptakan ruang gerak angin di antaranya. Ikatlah bagian atas lidi yang sudah diberi kertas kincir angin tersebut dengan karet gelang. Kincir angin cantik berwarna-warni sudah siap untuk dimainkan.
Oleh Mahfuzah SPdI
Guru Kelas III MIN Perdamaian, Stabat
LANGKAT, SUMATERA UTARA Angin adalah salah satu sumber energi. Angin bisa menghasilkan energi gerak. Untuk mengajarkannya kepada murid-murid, saya mengajak mereka bermain membuat sebuah kincir angin. Semua murid sebelumnya saya minta membawa beberapa peralatan dari rumah seperti lidi, karet gelang, sedotan plastik, dan kertas origami. Sebuah gambar berseri yang menggambarkan tentang proses pembuatan kincir angin juga sudah saya persiapkan. Setelah menjelaskan tentang gerak benda dan benda-benda yang dapat digerakkan oleh angin, saya memberi tahu muridmurid tentang cara pembuatan kincir angin dari gambar berseri yang sudah ditempelkan di papan tulis. Mereka dibagi dalam kelompok dan mulai mengerjakan membuat kincir anginnya. Kincir angin dibuat dari kertas origami. Selain cantik berwarna-warni, kertas origami mudah dibentuk. Langkah-langkahnya mulai dari membuat pola dengan garis diagonal pada keempat sisi (seperti pada gambar berseri). Pola yang telah digambar
Serius membuat kincir angin dari kertas origami.
tersebut lalu digunting dengan menyisakan bagian tengahnya. Jangan terlalu rapat, sisakan ruang yang cukup banyak di bagian tengah agar tidak mudah robek. Bagian tengah ini berguna sebagai lubang memasukkan lidi. Pola yang sudah digunting tersebut lalu dilipat ke arah dalam dari semua sisinya
Selain belajar memahami tentang energi gerak dan cara benda-benda bergerak, siswa belajar mengamati dan membuat kalimat. Saya minta mereka bekerja sama dalam kelompok kecil membuat kalimat untuk mendeskripsikan cara pembuatan kincir angin sesuai dengan gambar berseri yang sudah saya bagikan. Masing-masing kelompok mengirimkan perwakilannya membacakan hasil diskusi mereka ke depan kelas. Seluruh siswa lalu memberi penilaian pada hasil karya kelompok dan memilih pekerjaan kelompok terbaik. (Eka)
Prioritas Pendidikan: Edisi 9/Oktober-Desember/2014
l9
PRIORITAS - Praktik yang Baik
Kiri: Siswa yang sudah mulai bisa mengenal huruf membuat kalimat dengan menggabungkan huruf di papan flannel. Kanan: Siswa yang mulai bisa membaca diberikan buku-buku untuk dibaca.
Pelayanan Khusus Bagi Siswa Lambat Belajar di Gomo, Nias Selatan NIAS SELATAN, SUMATERA UTARA - Yasriati Telaumbanua, guru SD Sifaoroasi di Kecamatan Gomo, Nias Selatan, tampak sibuk mengatur siswanya di dalam perpustakan. Dia membagi siswa tersebut dalam tiga kelompok. Pada kelompok pertama, yang duduk melingkar, dibagikannya buku-buku untuk dibaca. Buku-buku dengan banyak gambar dan huruf yang cukup besar. Pada kelompok kedua, Yasriati memberikan potongan-potongan huruf. Yasriati memberi kertas yang berisi sebuah kalimat. Anak-anak dimintanya untuk menyusun huruf sesuai dengan kalimat yang tertera di kertas yang diberikannya. Kelompok ketiga diajak duduk di depan sebuah papan. Di papan ini tertera urutan huruf A sampai Z. Di bawahnya ada gabungan konsonan dan vokal yang bisa menghasilkan bunyi. Kemudian beliau mengajak kelompok siswa tersebut untuk menyanyi berbagai lagu yang berhubungan dengan huruf-huruf. “Ayo kita menyanyi lagu tentang huruf,” ajak Yasriati. Apa yang dilakukan Yasriati adalah layanan untuk anak-anak yang belum bisa membaca. Anak-anak ini berasal dari siswa kelas satu, kelas dua, dan kelas tiga. Mereka diambil dari kelasnya untuk mendapatkan pelayanan khusus. Yasriati Telaumbanua adalah salah satu guru yang terinspirasi untuk menerapkan hasil pelatihan USAID PRIORITAS. ”Yang dilatihkan USAID PRIORITAS sangat efektif dalam menyelesaikan permasalahan anak yang belum lancar membaca. Siswa yang sudah lancar membaca juga
10
Yasriati Telaumbanua, guru SD Sifaoroasi di Kecamatan Gomo, Nias Selatan, sedang mendampingi gabungan siswa kelas 1 sampai kelas 3 yang sama sekali belum bisa membaca.
diberikan pengayaan penugasan yang sesuai dengan kamampuannya,” kata Yakobus Suri, koordinator daerah USAID PRIORITAS Kabupaten Nias Selatan. Gomo adalah kecamatan di Kabupaten Nias Selatan yang menjadi mitra USAID PRIORITAS sejak 2012. Ada 7 SD dan 3 SMP yang menjadi mitra langsung dari USAID PRIORITAS. Sampai saat ini sudah ada 10 kepala sekolah, 76 guru, dan 20 anggota komite sekolah yang mendapatkan pelatihan modul 1 dan saat ini mereka sedang mengikuti pelatihan modul 2. Upaya untuk mencapai Gomo dari Kota Telukdalam (ibu kota Kabupaten Nias
l Prioritas Pendidikan: Edisi 9/Oktober-Desember/2014
Selatan) tidaklah mudah. Kondisi jalannya sangat parah. Hanya mobil jenis empat gardan (4 WD) yang bisa mencapai Gomo. Lebih sulit lagi adalah mengunjungi sekolah-sekolah mitra tersebut. Dua SD dan satu SMP berada di atas bukit, sementara tiga SD dan satu SMP berada di seberang sungai. Jalan menuju bukit dan di seberang sungai jauh lebih parah daripada jalan Telukdalam, Gomo. Walaupun berada di daerah terpelosok, sekolah-sekolah mitra USAID PRIORITAS tetap menerapkan pembelajaran aktif hasil dari mengikuti pelatihan. (Hw)
PRIORITAS - Praktik yang Baik
jawabannya ada di kartu lain dan sisi jawaban yang soalnya juga ada di kartu lainnya lagi. Maka, jika kartu domino matematika ini dimainkan, masing-masing kartu akan berpasangan antara soal dan jawabannya dan saling berangkaian. Siswa menunjukkan keingintahuan cara memainkan kartu domino matematika tersebut. Mereka tampak masih bingung karena belum memahami cara memainkan kartu domino.
Pada putaran kedua siswa tampak asyik menikmati permainan dan efeknya efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
‘Efek Domino’ Matematika Terbukti Efektif Oleh Eti Herawati Guru SMPN Unggulan Sindang, Indramayu
Siswa cenderung menganggap matematika mata pelajaran yang sulit. Motivasi belajar rendah dan hasil belajar pun memprihatinkan. Di sisi lain, variasi media belajar juga rendah sehingga tidak mampu mendorong gairah belajar. Akibatnya, pemahaman konsep menjadi tidak prima. Saya mencoba menggunakan kartu domino matematika sebagai media belajar. Materinya adalah “Pangkat Tak Sebenarnya” dan “Bentuk Akar”. Ide ini terinspi-
rasi dari permainan domino yang dikenal luas dan mudal memainkannya. Sebelum itu, saya melihat daftar nilai matematika tahun 2012/2013 materi pangkat tak sebenarnya dan bentuk akar. Saya melakukan jajak pendapat dan mewawancarai siswa kelas IXA tentang matematika. Informasi ini menjadi bahan penilaian pada ranah kognitif dan afektif. Dilaksanakan juga tes pra tindakan dengan hasil 61,03 dan ketuntasan 13%. Saya menyiapkan 7 set kartu domino matematika berupa soal dan jawaban. Pada tiap-tiap kartu, dibuat sisi soal yang
Pada kegiatan berkelompok, siswa tidak sabar untuk memulai kegiatan dan waktu dirasakan kurang. Penyebabnya, siswa memerlukan waktu untuk menata meja dan kursi dalam formasi kelompok. Tetapi, di tengah permainan mereka terlihat senang, walau ada beberapa siswa yang belum berpartisipasi. Saat presentasi, siswa tampak masih malu-malu dan takut salah dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan pada kartu. Usai putaran pertama, dilakukan tes hasil belajar. Ternyata siswa mengalami kemajuan dari 61,03 menjadi 80,69. Ini berarti prestasi belajar siswa meningkat sebesar 19,66 dengan ketuntasan belajar 79,31%. Pada putaran kedua, siswa terlihat sangat bersemangat, tampak gembira selama mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan media kartu domino matematika, termasuk ketika melakukan diskusi. Peserta didik aktif berdiskusi, bekerja dalam kelompok, dan mengajukan pertanyaan. Hasil tes setelah putaran kedua menunjukkan kemajuan. Rata-rata tes hasil belajar putaran pertama adalah 80,69 dan setelah putaran kedua menjadi 88,52. Prestasi belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 7,83 dengan ketuntasan belajar 86,21%. Pembelajaran matematika dengan media kartu domino ternyata efektif.
Prioritas Pendidikan: Edisi 9/Oktober-Desember/2014
l 11
PRIORITAS - Praktik yang Baik
Elektromagnet Pengangkat Besi Rongsokan Karya Siswa SMPN 1 Kudus Oleh Abdul Rochim MPd Guru SMPN 1 Kudus, Jawa Tengah
KUDUS, JAWA TENGAH - Banyak pengepul rongsokan memanfaatkan tenaga manusia untuk memindahkan barangbarang rongsokan. Dengan memanfaatkan elektromagnet, siswa ditantang membuat alat pengangkat rongsokan untuk membantu kegiatan pengepul rongsokan tersebut. Toyib, guru SMPN Sewon, Bantul,Yogyakarta, menunjukkan hasil karya siswa dalam pembelajaran yang difasilitasinya.
Ajarkan Siswa Sensitif Gender dalam Pembelajaran YOGYAKARTA - Toyib, guru SMPN Sewon, Bantul,Yogyakarta, setelah mengikuti pelatihan modul 2 USAID PRIORITAS langsung menerapkan pendekatan pembelajaran yang sensitif gender. Hal tersebut dilakukan dalam pembelajaran bahasa Indonesia sub kebahasaan kalimat majemuk subtema remaja dan pendidikan karakter. Di awal pembelajaran, beliau melakukan tukar pikiran tentang kebiasaan yang dilakukan anak laki- laki maupun perempuan dalam hal permainan, pekerjaan yang dilakukan sehari-hari, serta pekerjaan yang biasa dilakukan laki-laki dan perempuan dewasa. Berikutnya, Toyib membagi lembar kerja berupa potongan-potongan kertas dan siswa diminta untuk menyambungkan menjadi kata majemuk dan dibahas bersama dengan kelompoknya.
Melalui kegiatan project-based learning, siswa SMP Negeri 1 Kudus membuat elektromagnet secara individu dan dimanfaatkan sebagai alat pengangkat rongsokan. Seminggu sebelum praktik, siswa diberi permasalahan tentang fenomena pengepul rongsokan yang memanfaatkan tenaga manusia dalam memindahkan besi-besi rongsok. Kemudian mereka diberi lembar kerja sederhana yang ditulis pada papan tulis. “Tugasnya, buatlah alat pe-ngangkat besi rongsokan dengan memanfaatkan prinsip elektromagnet. Alat dan bahan ditentukan sendiri,” kata Abdul Rochim, guru IPA SMPN 1 Kudus. Penilaian produk berupa kekuatan magnet yang ditunjukkan dengan kemampuan mengangkat besi sebanyak mungkin (dalam praktik digunakan klip) dan sifat elektromagnet yang sementara agar setelah saklar diputus sifat magnetnya akan hilang sehingga besi akan jatuh. Laporan dibuat sesuai kreativitas masingmasing individu, berisi analisis produk yang menunjukkan kemampuan literasi.
Siswa sangat antusias dalam bekerja, baik dalam memecahkan masalah, penyediaan alat dan bahan, maupun cara pembuatan elektromagnet. Pada saat penyajian, siswa membawa bahan untuk ditampilkan, yaitu paku, kawat tembaga, dan beberapa baterai sebagai sumber tegangan. Aktivitas dan kreativitas siswa tereksplorasi seluasluasnya dengan arahan dan bimbingan guru. Hasil praktik menunjukkan variasi kekuatan magnet dalam menarik klip besi dengan jumlah minimal yang disepakati 10 buah. Bahkan, ada yang sampai menarik 196 buah, namun tersisa beberapa buah yang masih menempel pada elektromagnet saat saklar diputuskan. Salah seorang siswa bernama Maman membuat sesuatu yang lain. Dengan bahan besi kolom sepanjang 20 cm yang dililit kawat tembaga secara penuh (5 baris) dan sumber tegangan dari adaptor sebesar 9 volt. Alat tersebut mampu menarik semua klip yang tersedia (sekitar 1.010 klip). Begitu juga setelah saklar diputus, semua klip terjatuh. Sesuai rubrik dan kesepakatan penilaian dengan siswa, nilai 100 layak diberikan kepada Maman. “Saya sangat suka belajar hari ini. Ternyata, memanfaatkan magnet hanya dengan lilitan dapat mengangkat besi yang sangat berat dan banyak,” ujar salah satu siswa dalam refleksinya. Pengakuan siswa tersebut menandakan bahwa pembelajaran yang telah dilakukan dapat bermakna bagi siswa itu. “Ternyata belajar fisika sangat berguna di masyarakat!” ucap yang lain.*
Dari pembahasan bersama tersebut, kemudian siswa terlihat sudah paham tentang bagaimana sebuah pekerjaan yang tidak mengenal jenis kelamin. Artinya, semua bisa dikerjakan baik laki-laki maupun perempuan berdasar kemampuan masing-masing, bukan berdasar jenis kelamin. Dalam diskusi dengan siswa, ada juga anak yang menolak pekerjaan dilakukan perempuan. Misalnya, ronda. Selain tidak lazim, hal tersebut membahayakan kaum perempuan. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh Pak Toyib juga mencampur duduk siswa secara heterogen, membagi kerja kelompok dengan memberi kesempatan yang sama.Termasuk dalam pemberian tugas dan tanggung jawab. (Dk)
12
Maman dan teman kelompoknya sedang melakukan percobaan membuat alat pengangkat rongsokan sederhana. Besi kolom sepanjang 20 cm yang dililit kawat tembaga secara penuh (5 baris) dan sumber tegangan dari adaptor 9 volt, mampu menarik 1.010 klip kertas.
l Prioritas Pendidikan: Edisi 9/Oktober-Desember/2014
PRIORITAS - Praktik yang Baik
Mengkritik dan Memuji Karya Seni dengan Bahasa yang Santun hadap pendapat kelompok yang memberikan presentasi, memberikan masukan, atau bahkan ketidaksetujuan dengan pendapat kelompok yang melakukan presentasi. Tentunya, semua itu dilakukan dengan cara yang lugas dan sopan.
Oleh Hj Nizmah SPd Guru Bahasa Indonesia Kelas IX SMPN 2 Tanjung Pura, Sumatera Utara
SEPERTI halnya sebuah karya seni, memuji dan mengkritik sebuah karya seni juga memiliki seni sendiri. Memuji dan mengkritik karya seni haruslah pula dilakukan dengan bahasa yang lugas dan santun. Agar para siswa dapat mengemukakan pendapatnya dalam menilai sebuah karya seni dengan cara yang lugas dan santun, saya membagi kegiatan ke dalam tiga kategori.Yaitu, kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Pada tahapan eksplorasi, guru memfasilitasi peserta didik memperhatikan suatu karya seni yang ditunjukkan oleh guru. Guru memfasilitasi pula peserta didik untuk mengkritik dan memuji sebuah karya seni dengan bahasa yang lugas dan santun sehingga mereka bisa mencoba melakukannya pula nanti.
Memberikan paparan pujian dan kritik terhadap karya seni.
Pada tahapan elaborasi, setelah siswa memahami cara menentukan keunggulan dan kekurangan karya seni, guru mengajak mereka mengerjakan sebuah karya seni secara berkelompok. Hasil karya seni yang sudah mereka kerjakan tersebut kemudian ditukarkan dengan kelompok lain untuk dinilai keunggulan dan kekurangan-
nya. Masing-masing kelompok menuliskan pujian dan kritikan terhadap karya seni temannya dan mempresentasikannya di depan kelas. Saat melakukan presentasi, setiap siswa dari kelompok lain boleh dengan leluasa mengemukakan pendapatnya, baik itu persetujuan ter-
Di tahapan konfirmasi, guru bertugas memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun pemberian hadiah kepada keberhasilan peserta didik dalam mengkritik dan memuji sebuah karya. Guru juga bersama para siswa melakukan tanya jawab untuk meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan, dan penyimpulan. Dari kegiatan ini, para siswa diharapkan bisa membangun karakter yang tekun, dapat dipercaya, berani mengemukakan pendapat, dan memiliki rasa hormat terhadap karya orang lain. (Eka)
Manfaatkan Tali Rafia untuk Belajar Koordinat SERANG, BANTEN – Belajar kontekstual tidak selalu mengandalkan alat peraga mahal atau berkualitas. Kita bisa mengandalkan alat-alat sederhana seperti tali rafia. Iim Taslima SPd dan Winda Badriani menggunakan tali rafia untuk menjelaskan koordinat dalam matematika kepada murid kelas VIII. Para murid tersebut dibawa ke luar kelas dan diminta membuat 8 garis vertikal dan 8 garis horizontal dengan warna yang berbeda. “Kami menggunakan tali berwarna merah untuk garis vertikal mewakili sumbu y dan tali berwarna hijau untuk garis horizontal mewakili sumbu x. Di tengah-tengah, kami beri tanda untuk perpotongan kedua sumbu,” papar Iim dari SMPN 2 Ciruas. Untuk membantu menjaga garis tetap lurus, 4 buah paku dipasang di empat ujung bidang koordinat. Para siswa lantas membantu memegangi tali rafia yang membentuk garis-garis koordinat. Winda dari MTs Nurul Falah Rego membantu dengan menjadi objek yang berpindah titik koordinat, sedangkan para siswa menyebutkan nilai x dan y tempat Winda berdiri.
Winda berdiri di tengah bidang koordinat dan bergeser ke beberapa titik, sedang kan siswa mencoba membaca nilai x dan y.
“Kami berdua menggunakan tali rafia dua warna karena ada masukan dari rekan-rekan guru dan fasilitator daerah,” ujar Iim. “Tadi saya berharap ada lebih banyak paku yang terpasang agar anak-anak lebih memahami konsep koordinat. Alhamdulillah ketika kami kembali ke kelas, mereka semua memahaminya dengan baik tentang mana nilai positif, mana nilai negatif, dan kuadran-kuadran,” pungkasnya. (Nic)
Prioritas Pendidikan: Edisi 9/Oktober-Desember/2014
l 13
PRIORITAS - Praktik yang Baik
“Jurnal Refleksi Membuat Saya Lebih Kreatif” Oleh Dedy Hutajulu Jurnalis Harian Analisa Medan
MEDAN, SUMATERA UTARA Muhammad Yazid, guru bahasa Inggris MTs N 2 Medan, rutin menulis jurnal refleksi. Keberhasilan dan kendala selama pembelajaran dicatatnya dengan detail. Selepas mengajar Yazid bergegas ke kantor guru. Diambilnya sebuah buku bersampul biru dongker dari atas lemari. “Respons-respons siswa kali ini semakin tajam dalam menanggapi presentasi yang disampaikan temannya di depan kelas. Mereka sudah menerapkan pertanyaan tingkat tinggi. Saya semakin kagum pada mereka. Vocabulary and pronounciation-nya meningkat tajam,” tulisnya di buku itu. Sore itu Yazid baru selesai mengajar kelas IX. Ia meminta siswa membahas topik kesehatan. Putri salah satu yang melakukan presentasi. Ia menjelaskan soal pentingnya mengonsumsi sayuran. Materinya menuai banyak pertanyaan. Seorang anak lelaki di bangku tengah bertanya: Adakah sayur yang berbahaya bagi tubuh?
Yazid saat memfasilitasi pembelajaran di kelas.
Yazid berisi catatan keadaan, evaluasi, dan tindak-lanjut pembelajan di kelas. “Kalau perbaikan itu bisa formal atau informal. Kalau formal, ada waktunya di akhir pembelajaran. Sementara yang informal bisa di mana saja kita ketemu anak. Kita ajak dia berdiskusi. Macam-macam caranya,” terangnya.
Jurnal refleksi Yazid.
Memang jurnal itu masih tulisan tangan. Namun, itu lebih dari cukup bagi guru. Semarak teknologi digital mungkin kelak akan dirambah Yazid. “Jurnal ini sebenarnya bersifat pribadi. Tetapi mungkin suatu saat bisa ditulis ulang untuk dibuat ke blog. Jadi saya harus belajar (ngeblog) dululah,” ujarnya.
Putri bilang, sayuran busuk dan mengonsumsi sayuran secara berlebih tidak baik bagi tubuh. “Parents must to do provide fresh vegetable every day,” ungkapnya. Yazid segera bereaksi. Ia bilang struktur kalimat Putri tidak tepat.Yazid meminta teman sekelompok Putri untuk memperbaikinya. Namun, kelompok tersebut gagal meralatnya.Yazid kemudian melemparkannya ke kelompok lain. “Parents should provide fresh vegetable every day,” jawab seorang dari kelompok yang lain. Yazid memuji si anak. “You’re right! Please give applause to your friends,” perintah Yazid. Tepuk tangan pun membahana di kelas. Yazid sudah mengajar 32 tahun. Ia mulai rutin menulis jurnal refleksi sejak 2013 lalu. Ide itu muncul pasca pelatihan yang digelar USAID PRIORITAS. “Cara berpikir saya berubah drastis dalam
14
Menurut dia, memberi koreksi secara klasikal, bagi guru, itu mudah sekali. Tetapi bagaimana secara individu? “Tentu sulit,” sahutnya kemudian cepat-cepat ditambahkannya, “Tetapi, dengan adanya jurnal refleksi, kita bisa lebih objektif (mengevaluasi). Juga lebih mudah memberikan perbaikan karena semua catatan itu lengkap per tiap pertemuan. Makanya, jurnal refleksi selalu saya isi secara detail.”
Yazid sedang menulis dalam buku jurnal refleksi.
mengajar sejak mendapat pelatihan dari USAID PRIORITAS,” ujarnya yang sore itu mengenakan kemeja batik biru lengan pendek. Dari catatan jurnalnya, terbaca kesukaannya dalam mengajar, kesukaannya memperhatikan perkembangan anak-anaknya satu demi satu serta secara klasikal. Jurnal
l Prioritas Pendidikan: Edisi 9/Oktober-Desember/2014
Yazid rajin mengisi jurnalnya. Rutin. Tiap pertemuan diisinya. Ia luangkan waktu 10 sampai 15 menit untuk mencatatkannya. Ia terbiasa menulis tanpa menunda-nunda. Sebab, ia me-ngaminkan betul bahwa tulisan lebih tajam dari ingatan. Jurnal itu multifungsi: refleksi terhadap siswa, juga terhadap dirinya se-bagai guru. Ya, ibarat pedang bermata dua. “Dari jur nal inilah, saya tahu kekurangan-kekura ngan saya dalam membelajarkan materi. Dari jurnal ini pula, saya bisa menilai anak didik saya dengan lebih baik. Makanya, jurnal ini saya bawa ke rembuk MGMP (mu-syawarah guru mata pelajaran) untuk mendiskusikan kekurangan masing-masing, juga kekuatan, untuk perbaikan,” katanya. (*)
PRIORITAS - Praktik yang Baik
Drs Abimanyu MSi (kanan), kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Ngawi, saat memaparkan proses PPG di daerahnya pada acara penyusunan formulasi kebijakan PPG Kohor 2 di Malang.
Kekurangan Guru SD, Ngawi Sekolahkan PNS jadi Guru NGAWI, JAWA TIMUR - Untuk mengurangi kesenjangan kebutuhan guru PNS dan memperpendek disparitas kesenjangan pemerataan guru antarwilayah dan jenjang pendidikan, Dinas Pendidikan Kabupaten Ngawi mengadakan pemetaan dan pemerataan guru (PPG) pegawai negeri sipil (PNS). Hal itu dilakukan dalam rangka menindaklanjuti dan melaksanakan Peraturan Bersama 5 Menteri dalam upaya pemerataan guru. Langkahnya, Kabupaten Ngawi membuka kesempatan kepada PNS di wilayahnya untuk menjadi guru. Bahkan, bagi PNS yang belum memiliki latar belakang pendidikan keguruan, Pemkab Ngawi akan menyekolahkan mereka secara gratis sambil melaksanakan tugasnya mengajar. “Kami mencari solusi menutupi kekurangan jumlah guru SD yang terdiri atas guru kelas, penjaskes, dan PAI tanpa harus merekrut PNS baru. Melalui kesempatan menjadi guru inilah, para PNS dari SKPD lain atau PNS yang telah menjadi guru SMP/SMA kami alihkan menjadi guru SD. Yang belum memiliki pendidikan keguruan kami sekolahkan di IKIP Madiun secara gratis,” ungkap Hartono SPd, MPd, Kabid Dikdas Dispendik Kab Ngawi, saat kegiatan penyusunan formulasi kebijakan penataan dan pemerataan guru (PPG) di Malang (16-19/12). Dari data di lapangan, Kabupaten Ngawi kekurangan 781 guru SD yang terdiri atas 398 guru kelas, 332 guru penjaskes, dan 51 guru PAI. Di sisi lain, Kabupaten Ngawi
kelebihan guru SMP 277 orang dan guru SMA 84 orang. Menurut Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Kabupaten Ngawi Drs Abimanyu MSi, kekurangan guru SD harus segera ditindaklanjuti agar proses pembelajaran mulai pendidikan dasar hingga atas di Kabupaten Ngawi berjalan seimbang. Berdasar hal tersebut, sejak Juli 2012 lalu 52 guru TK, 182 guru SMP, 25 guru SMA, dan 2 guru SMK dimutasi menjadi guru SD.“Tidak hanya itu, kami juga membuka kesempatan kepada PNS struktural dari SKPD lain yang berminat menjadi guru untuk pindah ke staf fungsional. Dan ternyata 104 PNS berminat. Saat ini mereka telah menempuh pendidikan di S-1 PGSD IKIP PGRI Madiun semester 3 dan sejak semester 1 telah mengajar menjadi guru SD. Untuk statusnya, sementara mereka sebagai guru pelaksana sambil menunggu lulus dari pendidikan keguruan,” ungkapnya.
Diminati PNS
Langkah tersebut sangat membantu menutupi kekurangan guru SD, yakni 365 guru SD baru sudah menempati posisinya di sekolah dasar yang membutuhkan. Namun, hal ini belum menutupi kekurangan 416 guru SD. Apalagi pada 2015 ada sekitar 100 guru PAI akan memasuki masa purnatugas/pensiun. Untuk itu, menurut Sumarsono, Kabid Mutasi BKD Kabupaten Ngawi, Pemkab Ngawi masih membuka peluang pada guru SMP/SMA yang akan mutasi menjadi guru SD atau PNS yang akan alih profesi menjadi guru SD.
“Saya melihat kesempatan menjadi guru SD masih diminati oleh PNS dari SKPD lain. Apalagi saat ini ditambah dengan adanya tunjangan sertifikasi guru dan kesempatan sekolah pendidikan keguruan secara gratis. Kesempatan ini masih terbuka hingga tahun 2015,” terangnya.
Gabung Sekolah
Selain itu, Dispendik Kabupaten Ngawi sudah melakukan penggabungan sekolahsekolah kecil. Sejak 2014, sebanyak 35 SD sudah digabung. Seluruh kegiatan tersebut dilakukan atas dasar Peraturan Menteri No. 36 Tahun 2014 tentang Pedoman Pendirian, Perubahan, dan Penutupan Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah; Peraturan Bupati Ngawi Nomor 209 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Ngawi; dan Peraturan Bupati Ngawi Nomor 125 Tahun 2011 tentang Tata Naskah Dinas di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Ngawi. Kegiatan ini juga diperkuat dengan SK Bupati Ngawi sejak 2012 lalu. Saat ini Kabupaten Ngawi telah memanen hasil dari upaya terobosan tersebut. Kabupaten Ngawi mendapat kuota khusus untuk sertifikasi guru kelas bagi guruguru yang dipindah antarjenjang. Hal ini tentunya memacu kinerja guru yang dimutasi tersebut. Kebijakan ini juga dicontoh oleh beberapa kabupaten tetangga karena dianggap mampu menyelesaikan masalah kekurangan dan pemerataan guru antar wilayah kabupaten dan jenjang pendidikan. (Lut/Dkd)
Prioritas Pendidikan: Edisi 9/Oktober-Desember/2014
l 15
PRIORITAS - Praktik yang Baik
Raih Juara Satu MBS Karena Konsisten Terapkan Pelatihan PINRANG, SULAWESI SELATAN - SDN 166 Mattiro Bulu, Pinrang, pada Agustus 2014 berhasil meraih Juara I Lomba Budaya Mutu Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) tingkat sekolah dasar se-Provinsi Sulawesi Selatan. “Prestasi ini diperoleh setelah melewati seleksi yang sangat ketat, bersaing dengan sekolah-sekolah terbaik di Provinsi Sulawesi Selatan,” ujar Abrar, kepala SDN 166 Mattiro Bulu Pinrang. Kunci keberhasilannya, menurut Abrar, ada dua. Pertama, disiplin dan rajin untuk mendokumentasikan semua kegiatan sekolah. Kedua, menerapkan pengetahuan dan pengalaman hasil pelatihan program USAID PRIORITAS secara konsisten dan sungguh-sungguh. “Faktor paling utama bisa menang kompetisi ini adalah menjalankan hasil pelatihan USAID PRIORITAS dengan konsisten baik pelatihan pembelajaran maupun MBS ,” kata Abrar. Berikut adalah praktik-praktik yang dilaksanakan sekolah sehingga berhasil meraih juara 1 MBS. Pertama, bermusyawarah mufakat memilih ketua dan pengurus komite sekolah dari tokoh-tokoh yang dekat dengan masyarakat, yakni kepala desa sebagai ketua. Sementara wakil komite dan enam anggota lainnya berasal dari kepala dusun serta tokoh masyarakat yang dekat dan berpengaruh.
Camat Mattiro Bulu, Candera Yasin, mewakili kepala Dinas Pendidikan Sulawesi Selatan menyerahkan piala juara budaya mutu MBS kepada Ketua Komite SDN 166 Mattiro Bulu, Puang Baharuddin Passi.
Kedua, merumuskan programprogram strategis yang bertujuan untuk lebih meningkatkan kedekatan antarsekolah, orang tua siswa, dan komite. Kepala sekolah juga aktif mengelola pertemuan formal maupun informal agar silaturahmi dan kebersamaan memikirkan pengembangan sekolah terus terjaga. Program yang rutin dilaksanakan untuk mendekatkan sekolah dengan masyarakat antara lain pengajian rutin dan yasinan di sekolah setiap hari Jumat bersama komite, orang tua siswa, dan warga masyarakat. “Saya biasa menekankan bahwa menyumbang terhadap anak yang mencari ilmu itu sangat besar pahalanya, sama dengan menyumbang masjid dan tempat ibadah lain-
nya,” terang Abrar. “Program pendidikan gratis tidak berarti semua masalah sekolah adalah tanggung jawab pemerintah,“ tambahnya. Ketiga, pertemuan formal dengan komite dan orang tua untuk menyusun rencana kegiatan dan anggaran pengembangan sekolah. Hal itu bertujuan agar mereka memahami kondisi riil permasalahan sekolah, anggaran yang dibutuhkan, dan keputusan yang diambil secara bersama untuk implementasi program sekolah. Keempat, pelibatan komite dan orang tua siswa dalam sejumlah kegiatan operasional pengembangan sekolah. Ini meliputi beberapa hal. Pertama, pemantauan sekolah
dan pembelajaran di kelas. Dengan mengamati proses pembelajaran, komite sekolah menjadi paham kebutuhan pembelajaran PAKEM seperti media, bahan pajangan, ATK dan sebagainya. Kedua, keterlibatan secara sukarela mengumpulkan dana. Komite sekolah merancang proposal dan menyerahkan ke tokoh masyarakat, orang tua, dan perusahaan. Komite juga berperan aktif menyampaikan kebutuhan sekolah kepada perusahaan-perusahaan. Ketiga, mengelola dana-dana yang terkumpul secara terbuka dan akuntabel melalui papan donatur sekolah yang ditulis sendiri oleh komite dan orang tua siswa. Kelima, rapat pertanggungjawaban dan evaluasi tahunan dan per semester. Laporan pelakasanaan, hasil, dan anggaran pelaksanaan program sekolah disampaikan pihak sekolah dan komite. Kegiatan ini dilaksanakan secara partisipatif, yakni komite sekolah sendiri yang langsung menyampaikan laporannya kepada orang tua siswa dan warga masyarakat. Mereka mempertanggungjawabkan pengelolaan anggaran, pemasukan, dan pengeluarannya. Menurut Abrar, setelah mengimplementasikan pelatihan MBS dan pembelajaran USAID PRIORITAS, kedekatan sekolah dengan masyarakat semakin baik. Orang tua dan masyarakat menjadi lebih peduli. Mereka banyak membantu untuk meningkatkan kualitas sarana dan prasarana sekolah seperti membuat taman baca, menambah sarana komputer, peralatan UKS dari puskesmas, tempat sampah, alat-alat olahraga dan kesenian, sumbangan pot-pot dan bungabunga untuk taman sekolah, kegiatan-kegiatan keagamaan, dan lain-lain. Prestasi siswa juga semakin meningkat. Siswa sekolah ini ada yang mewakili Kabupaten Pinrang dalam olimpiade matematika, dan mewakili Kabupaten Pinrang dalam lomba-lomba pentas pendidikan agama Islam, pandai bercerita dan lain-lain.
Implementasi MBS yang baik membuat pembelajaran aktif di SDN 166 Mattiro Bulu sudah menjadi budaya.
16
l Prioritas Pendidikan: Edisi 9/Oktober-Desember/2014
PRIORITAS - Praktik yang Baik
Gugus Pembelajaran dan MBS Terbaik di Sragen SRAGEN, JAWA TENGAH - Gugus Bangsa Kabupaten Sragen, mitra USAID PRIORITAS, menjadi juara pertama dalam lomba gugus di Kabupaten Sragen. Gugus yang terdiri atas SDN Gringging 1 (SD inti) dan 6 SD imbas, yaitu SDN Gringging 2, SDN Gringging 3, SDN Gringging 4, SDN Banyurip 1, SDN Banyurip 2 dan SDN Banyurip 3 tersebut, terpilih di Kawedanan Gondang untuk mengikuti lomba gugus tingkat kabupaten. Bersaing dengan 4 kawedanan lain di Kabupaten Sragen, yaitu Kawedanan Sragen, Kawedanan Gemolong, Kawedanan Masaran, dan Kawedanan Gondang yang mewakilkan 4 gugus, akhirnya Gugus Bangsa mampu menjadi juara 1. Beberapa aspek yang dinilai adalah kegiatan belajar mengajar (KBM), peran serta masyarakat (PSM), sarana prasarana, administrasi gugus dan administrasi kelas di SD, serta pelaksanaan MBS. Dari lima poin penilaian tersebut, aspek KBM dan PSM, Gugus Bangsa menerapkan program yang selama ini dipelajari dari USAID PRIORITAS. Pada kegiatan belajar mengajar tersebut, tiga SD yang dinilai
Pembelajaran aktif dan MBS yang diterapkan sekolah-sekolah mitra USAID PRIORITAS, di gugus bangsa, seperti pembelajaran aktif di SDN Gringging 3 Sragen, berhasil mengantarkan mereka menjadi gugus terbaik.
mendapatkan nilai 5 plus karena dinilai semua kelas telah menerapkan pembelajaran PAKEM.
hari Sabtu. Mereka membahas kemajuan pembelajaran dan permasalahan yang terjadi untuk dicarikan solusinya.
Kedua, peran serta masyarakat. Aspek tersebut mendapatkan nilai yang tinggi karena peran serta masyarakat yang sangat tinggi, terutama dalam proses pembelajaran. Ini dibuktikan dalam dokumen administrasi seperti daftar hadir pertemuan, notulensi, dan undangan. Di semua kelas diadakan pertemuan setiap
Dengan menjuarai lomba gugus tahun 2014, Gugus Bangsa akan maju mewakili kabupaten di lomba Gugus Karesidenan Surakarta tahun 2015. Pada awal September, gugus tersebut akan menjadi tuan rumah acara Srawung Warga, acara rutin masyarakat Kabupaten Sragen yang selalu dihadiri bupati dan kepala SKPD se-Kabupaten Sragen. (Ds)
Sekolah Maju karena Terapkan Pakta Integritas RTL MAROS, SULAWESI SELATAN - Upaya menyatukan tekad untuk memajukan sekolah menjadi perhatian utama Ibu Andi Nensih, kepala SDN 39 Kassi, Maros. Bagi Ibu Andi, menjadi mitra USAID PRIORITAS merupakan momen paling tepat meningkatkan kualitas sekolah. Karena itu, praktik yang baik tentang manajemen berbasis sekolah (MBS) dan PAKEM yang dia dan guru-gurunya peroleh dari pelatihan program USAID PRIORITAS langsung diterapkan di sekolahnya. Agar sekolah benar-benar menerapkan pelatihan, Bu Andi Nensih memulai pengembangan sekolahnya dengan penandatanganan “Pakta Integritas Rencana Tindak Lanjut”. Isi pakta integritas itu meliputi rencana tindak lanjut praktik-praktik yang baik hasil diskusi bersama guru, pengawas, dan komite di akhir sesi pelatihan modul II.
rencana tindak lanjut tersebut kami pasang tidak hanya di ruang kepala sekolah dan mading sekolah, tetapi juga di tiap kelas,” katanya lagi.
Rencana tindak lanjut pelatihan modul 2 yang ditandatangani para guru SDN 39 Kassi Maros dan menjadi pakta integritas tekad melaksanakan sungguh-sungguh.
Isinya antara lain mengelola pembelajaran PAKEM, mengembangkan pendekatan saintifik, membuat lembar kerja yang mendorong daya kritis siswa, menerapkan sensitif gender, mengaplikasikan penilaian autentik, dan lain-lain. “ Yang kami masukkan dalam perencanaan tersebut adalah apa yang kami rasa bisa kami lakukan
dan benar-benar akan kami lakukan,” kata Ibu Andi. Penandatanganan pakta integritas rencana tindak lanjut dilaksanakan dalam sebuah upacara resmi yang dihadiri oleh kepala sekolah, pengawas sekolah, komite, dan semua guru. “Untuk senantiasa mengingatkan mereka, lembar besar
Untuk mengukur pengejawantahan pakta integritas itu, Ibu Andi rutin berkeliling ke kelas-kelas. Ia melakukan evaluasi dan diskusi dengan guru me-review LKS, media, dan karya siswa bersesuaian sehingga kompetensi dasar benar-benar dinilai tercapai. Ibu Andi memang sangat perhatian terhadap performa pembelajaran. “Pada pagi hari sebelum saya duduk di meja kantor, saya berkeliling menyaksikan para guru mengajar, kadang berdiskusi dengan mereka, sambil mengisi penilaian kerja guru,” ujarnya bersemangat. Kini SDN 39 Kassi sungguh telah menjelma menjadi sekolah maju. Ruang kelasnya juga berubah, penuh buku bacaan dan karya siswa hasil pembelajaran. (Ajb)
Prioritas Pendidikan: Edisi 9/Oktober-Desember/2014
l 17
PRIORITAS - Praktik yang Baik
Strategi SDN 104242 Lubuk Pakam Kembangkan Budaya Baca LUBUK PAKAM, SUMATERA UTARA - Membaca menjadi budaya di SDN 104242 Lubuk Pakam, Deli Serdang. Kepala Sekolah Dra Mahamin mengatakan, perpustakaan sekolahnya mengoleksi 400 judul buku. Buku-buku itu diperoleh dari sumbangan wali murid, pengusaha sekitar sekolah, dan dinas pendidikan. “Buku dari orang tua siswa diberikan saat si anak menyelesaikan studi di sini. Buku ini menjadi semacam kenang-kenangan dari si anak,” terangnya. Agar buku yang tersedia bermanfaat, pihak sekolah membuat berbagai kebijakan, yaitu: • Setiap kelas dijadwalkan untuk membaca buku. Pada hari tertentu siswa diharuskan menghabiskan waktu istirahat dengan membaca buku di perpustakaan. • Siswa yang tidak bisa mengikuti pelajaran olahraga karena sakit juga diarahkan untuk beristirahat sambil membaca buku di perpustakaan. • Siswa diperbolehkan membawa pulang buku. Setiap siswa diberi kartu peminjaman buku dari perpustakaan. Setiap buku yang dipinjam dicatat oleh petugas perpustakaan. Siswa diwajibkan mengembalikan buku tepat waktu dan dalam kondisi yang baik. • Siswa yang menunggu jemputan dari orang tua selepas jam sekolah juga diperbolehkan untuk membaca buku di perpustakaan. • Guna mengurus perpustakaan, sekolah
Siswa membaca di perpustakaan.
Membaca buku sambil menunggu jemputan orangtua.
mengangkat seorang petugas dari guru yang sudah dilatih oleh dinas pendidikan. • Guru-guru dilatih agar mampu menarik anak agar tertarik membaca. • Di setiap kelas disediakan perpustakaan kelas. • Saat jam istirahat, siswa diperbolehkan
Kartu perpustakaan yang dimiliki setiap siswa.
18
membaca buku yang ada di perpustakaan kelas. • Guru juga mewajibkan siswa untuk melakukan membaca hening. Setelah siswa membaca buku di perpustakaan, si siswa diminta menjelaskan isi buku yang dibacanya. Penjelasan dilakukan di depan kelas. Tujuannya, siswa terbiasa presentasi, bisa menyimpulkan isi buku bacaannya, dan siswa yang lain mengetahui isi buku yang dibaca temannya.
l Prioritas Pendidikan: Edisi 9/Oktober-Desember/2014
Siswa kelas III Igra Ananda mengaku senang membaca buku yang ada. Setiap minggu Igra bisa membaca sepuluh judul buku baru. Sementara siswa kelas V Fani Simatupang senang membaca buku, karena jenis buku yang tersedia sangat beragam. “Saya suka baca ensiklopedia, buku cerita, dan komik,” terangnya. (Eh)
Jadwal membaca per kelas di perpustakaan.
PRIORITAS - Praktik yang Baik
Gerakan Budaya Baca Buahkan Hasil Fantastis Oleh Gunawan, M.MPd Kepala SMPN 1 Warungkiara
SUKABUMI, JAWA BARAT - Tiga bulan setelah peluncuran program budaya baca yang diresmikan pada 10 September 2014, kini telah tampak kebiasaan membaca pada siswa SMPN 1 Warungkiara, Sukabumi. Saat peluncuran oleh Kabid SMP Dinas Pendidikan Kabupaten Sukabumi, dilaksanakan beberapa kegiatan. Di antaranya, wakaf buku dari siswa untuk sekolah, pameran buku, dan membaca masal. Wakaf buku berjumlah sekitar 1.000 eksemplar diserahkan secara simbolis oleh perwakilan pengurus OSIS dan diterima oleh kepala sekolah. Buku-buku tersebut dipamerkan terlebih dahulu, kemudian dibagikan kepada para siswa untuk dibaca di rumah masing-masing. Sebagai alat kontrol, siswa diharuskan membuat rangkuman isi buku pada buku jurnal membaca. Paling lambat seminggu sekali, mereka harus bertukar buku. Dilakukan pula kegiatan membaca masal yang diikuti tidak kurang dari 1.000 orang, terdiri atas para siswa, guru, orang tua siswa, dan para tamu undangan. Setelah peluncuran, pada hari berikutnya dilakukan kegiatan pembiasaan membaca
Pencanangan program budaya baca di SMPN 1 Warungkiara.
senyap selama lima menit. Kegiatan terebut dilaksanakan setiap hari pada jam kelima setelah istirahat pertama. Setelah program budaya baca berlangsung selama tiga bulan, pada 8 Desember 2014 lalu berdasar buku jurnal membaca yang mereka miliki dapat diketahui bahwa mereka dapat menyelesaikan membaca buku rata-rata 12 judul. Dari hasil evaluasi juga ditemukan ada 5 siswa yang membaca yang luar biasa, yaitu 1) Meisa Saputri, kelas VIII D sebanyak 60 buku; 2) Susanti, kelas VIIID 55 buku; 3) Ashila Shifa Fauziah, kelas VIIID 49
buku; 4) Siti Sarifah, kelas VIIA sebanyak 47 buku; dan 5) Ade Nurfaedah, kelas VIIA sebanyak 44 buku. Mereka adalah siswa yang luar biasa. Sebagai penghargaan, mereka mendapatkan hadiah berupa buku bacaan masing-masing 5 judul dan mendapatkan sarana belajar gratis. Kegiatan ini terinspirasi dan termotivasi oleh USAID PRIORITAS yang di dalamnya saya berkiprah sebagai fasilitator pengembangan program budaya baca.Terima kasih USAID PRIORITAS dan berbagai pihak yang telah berperan dalam kegiatan tersebut. (Ds)
Rak Buku dari Paralon di SMPN 7 Batang
Guru bahasa Indonesia dan Guru Seni bekerjasama merealisasikannya.
3. Mewajibkan setiap murid memiliki buku resume membaca. Buku tersebut akan distempel petugas perpus dan wali kelas untuk mengecek kemampuan mereka dalam menguasai bacaannya. 4. Menggunakan metode kantong buku, yaitu 18 kantong buku digilir ke semua kelas untuk bergantian membaca. Setiap Senin kantong buku di putar sehingga setiap kelas memiliki kesempatan untuk membaca setiap kantong. 5. Mendorong sumbangan buku dari orang tua siswa. 6. Membuat sudut baca di setiap kelas yang memanfaatkan paralon plastik. 7. Kepala sekolah mewajibkan setiap guru untuk mengintegraskan literasi dan semangat baca di dalam pembelajaran. (Arz)
BATANG, JAWA TENGAH - Untuk mendekatkan buku-buku ke para siswanya, SMPN 7 Batang membuat rak-rak buku yang terbuat dari paralon. Rak buku tersebut dibuat oleh guru dan siswa yang diletakkan di semua kelas sebagai sudut baca. Untuk meningkatkan minat baca siswanya, SMPN 7 Batang memiliki beberapa program, di antaranya: 1. Membaca setiap Senin setelah upacara sekitar 30 menit. 2. Pembuatan taman baca yang terbuka dan tersedia ba nyak buku.
Pembuatan sudut baca dari paralon yang ada di setiap kelas.
Prioritas Pendidikan: Edisi 9/Oktober-Desember/2014
l 19
DOKUMENTASI USAID PRIORITAS
Bupati Bandung Barat Abu Bakar menyerahkan hibah buku USAID PRIORITAS kepada sekolah mitra di Bandung Barat, Jawa Barat (1/12).
Para guru sekolah luar biasa (SLB) di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, mengikuti diseminasi pelatihan untuk guru anak berkebutuhan khusus ini. Mereka tertarik menerapkan pembelajaran aktif untuk siswanya (17/10).
Dua siswi SMPN 1 Panai Hilir, Labuhanbatu, Sumatra Utara presentasikan operasi bentuk aljabar dengan media sederhana yang mereka buat sendiri dalam unjuk karya Program Akselerasi USAID PRIORITAS yang didanai APBD Labuhanbatu untuk sekolah-sekolah nonmitra (12/12).
Pelaksanaan asesmen membaca siswa kelas awal (Early Grade Reading Asessment-EGRA) di SDN Cileungsir, Serang, Banten (13/11). EGRA pada November 2014 lalu, dilaksanakan untuk mengukur dampak program USAID PRIORITAS terhadap kemampuan membaca siswa kelas III SD/MI. Ada 4.063 siswa yang mengikuti EGRA di daerah mitra Kohor 1.
Sosialisasi implementasi penataan dan pemerataan guru (PPG) di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah yang diikuti camat, kepala desa, guru, kepala sekolah, unit pelaksana teknis daerah yang terdampak PPG (2/10).
Bardan Sahidi Anggota DPRA Provinsi Aceh mendapat penjelasan dari siswa MIN Mesjid Raya Banda Aceh tentang kalimat aktif dan kalimat pasif yang ada di koran. Beliau ingin melihat langsung implementasi program USAID PRIORITAS di MIN Mesjid Raya (23/12).
SDN Komplek IKIP, Sulawesi Selatan, juga menjadikan halaman kelasnya menjadi tempat membaca. Buku-buku dimasukkan dalam paralon yang dilubangi sehingga buku bisa diletakkan di dalamnya. Setiap kelas juga memiliki ruang baca kecil (10/11).
USAID PRIORITAS adalah program lima tahun yang didanai oleh USAID, yang diimplementasikan oleh Research Triangle Institute (RTI), Education Development Center (EDC), dan World Education. USAID PRIORITAS dirancang untuk meningkatkan akses pendidikan dasar berkualitas di Indonesia, khususnya untuk: (1) Meningkatkan kualitas dan relevansi pembelajaran di sekolah; (2) Meningkatkan tata kelola dan manajemen pendidikan di sekolah dan kabupaten/kota; (3) Meningkatkan dukungan koordinasi di dalam dan antar sekolah, lembaga pendidikan/ pelatihan guru dan pemerintah di semua jenjang. Isi dari newsletter ini bukan merepresentasikan pendapat resmi dari USAID atau pemerintah Amerika Serikat.