ISSN 2303 - 0852
USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan Kesempatan bagi Guru,Tenaga Kependidikan, dan Siswa
Edisi 13
PRIORITAS PENDIDIKAN
Okt - Des 2015
Media Informasi dan Penyebarluasan Praktik Pendidikan yang Baik
Mendikbud Dukung Keberlanjutan dan Perluasan Program Jakarta - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan PhD, meminta kerja sama peningkatan mutu pendidikan melalui program USAID PRIORITAS dapat terus dilanjutkan dan jangkauannya diperluas ke lebih banyak sekolah dan daerah. Hal itu disampaikan Mendikbud kepada Direktur USAID Indonesia, Andrew Sisson, pada pertemuan di ruang kerja Mendikbud (22/12). Pernyataan itu disampaikan Mendikbud sebagai tanggapan terhadap laporan Direktur Program USAID PRIORITAS, Stuart Weston, terkait pelaksanaan dan capaian program USAID PRIORITAS. (Anw) Berita lainnya di halaman 4.
Mendikbud, Anies Baswedan PhD.
Showcase Nasional Program USAID PRIORITAS
Tunjukkan Pentingnya Pendidikan Berkualitas
Deni Nurzaman presentasikan program budaya baca yang dikembangkan sekolahnya.
Jadikan Peminjam Buku Meningkat 600 Persen Jakarta – “Setelah dua tahun sekolah kami mengembangkan program budaya baca, siswa yang mengunjungi perpustakaan meningkat pesat. Sebelumnya hanya 40 sampai 50 siswa yang meminjam buku di perpustakaan. Sekarang meningkat rata-rata ada 3.000 siswa,” kata Deni Nurzaman, tim pengembang program budaya baca SDN 2 Rajamandalakulon, Bandung Barat, pada presentasi di acara showcase nasional program USAID PRIORITAS di Gedung A, Kemendikbud (28/10).
Jakarta – Sekretaris Jenderal Kemendikbud, Didik Suhardi PhD, memberikan apresiasinya kepada sekolah, madrasah, LPTK, dan daerah mitra USAID PRIORITAS yang menunjukkan praktik pendidikan yang baik. Apresiasi itu disampaikan pada acara showcase nasional yang diadakan di Gedung A, Kemendikbud (28/10).
Sekolah ini berhasil meningkatkan lebih dari 600 persen pengunjung perpustakaan karena menciptakan kemudahan siswa untuk mengakses buku bacaan. Misalnya, membuat perpustakaan menjadi tempat yang menyenangkan, dan rutin menyediakan buku bacaan baru setiap bulan yang bekerja sama dengan banyak pihak. (Anw)
Didik terkesan dengan presentasi siswa SDN Balige 173524 Tobasa, Sumatera Utara, yang mempraktikkan pembelajaran matematika konsep kesamaan satuan ukuran dalam liter dan sentimeter kubik, presentasi siswa SMPN 2 Takalar tentang percobaan IPA membuat baterai dari buah pare, serta program budaya baca di SDN 2 Rajamandalakulon. Demontrasi tersebut menunjukkan
Tiga siswa SDN 173524 Balige,Tobasa, Sumatera Utara, mengajak para pejabat Kemdikbud membuktikan kesamaan ukuran dalam liter dan sentimeter kubik dengan menggunakan alat sederhana seperti yang mereka praktikkan dalam pembelajaran di sekolahnya.
pentingnya pendidikan yang berkualitas untuk meningkatkan kemampuan siswa. “Para siswa sangat baik mempresentasikan hasil pembelajaran mereka di kelas. Kita perlu mengembangkan proses pembelajaran seperti ini di sekolahsekolah,” katanya di hadapan sekitar 300 undangan dari unsur rektor LPTK, bupati, dinas pendidikan, Kemenag, dan sekolah mitra. Beliau berharap kabupaten/kota dapat menindaklanjuti penyebarluasan praktik pendidikan yang baik tersebut agar semakin banyak sekolah yang mendapat manfaat dari praktik yang baik ini. Pada acara itu, Bupati Kuningan, Utje Ch. Suganda, juga memaparkan kebijakan tata kelola pendidikan dan diseminasi program USAID PRIORITAS di daerahnya. Baca berita lainnya di halaman 2.
Kunjungi: www.prioritaspendidikan.org - www.siapbelajar.com
PRIORITAS - Nasional
Para siswa menunjukkan hasil karya pembelajaran yang membuat banyak pengunjung pameran kagum, seperti Pomintong (pohon minta tolong) untuk menunjukkan dampak dari kekeringan, alat pendeteksi banjir, baterai dari buah pare, dan masih banyak lagi. Hasil karya tersebut merupakan bentuk dari pembelajaran yang memfasilitasi siswa menggunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi seperti menganalisis, mengevaluasi, dan mengkreasi.
Pamerkan Hasil Karya Siswa Berpikir Tingkat Tinggi Jakarta - Perwakilan sekolah dan madrasah mitra memamerkan perubahan di sekolahnya dalam showcase nasional program USAID PRIORITAS, di gedung A Kemendikbud (28/10). Hasil karya siswa yang dipamerkan berhasil menarik perhatian banyak pengunjung. Karyakarya tersebut menunjukkan kreativitas siswa telah dikembangkan melalui proses pembelajaran yang memfasilitasi siswa menggunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi seperti yang dilatihkan USAID PRIORITAS. Misalnya, siswa SDN 17324 Balige, Tobasa, Sumatera Utara, yang tampil percaya diri mempresentasikan konsep satuan ukuran. Di hadapan para pejabat yang hadir mereka membuktikan satu liter = 1.000 cm3 = 1.000 ml dengan memanfaatkan beras yang dimasukkan ke dalam alat-alat ukur sederhana. Kemudian, siswa SMPN 2 Takalar, Sulawesi Selatan, mempresentasikan hasil karya baterai dari buah pare yang mereka temukan dalam
pembelajaran IPA. Di stan-stan pameran, ada siswa-siswa yang menjelaskan kepada pengunjung beragam hasil karya pembelajaran yang mereka bawa dari sekolah. Misalnya lampu lalu lintas yang dibuat dalam pembelajaran IPA untuk belajar tentang rangkaian listrik, alat penjernih air sederhana, miniatur madrasah yang dibuat dalam pembelajaran matematika, teks laporan aktivitas harian yang ditulis runtut dan panjang dalam bahasa Inggris, dan masih banyak lagi. Penampilan siswa-siswa tersebut mendapatkan apresiasi dari para pejabat dan tamu undangan yang hadir. “Anak-anak
bisa mempraktikkan inovasi dalam pembelajaran. Mungkin hasilnya bisa juga dipatenkan. Mereka bisa membuat sesuatu yang sulit, menjadi mudah,” kata Didik Suhardi PhD, Sekjen Kemdikbud
Melihat hasil-hasil yang ditunjukkan para siswa, Derrick Brown, pelaksana tugas Direktur USAID Indonesia, merasa bangga dengan perkembangan tersebut. “Kami harap program ini akan membantu siswa untuk mencapai potensi terbaik dan menempatkan mereka menuju ke arah kesuksesan,” katanya.
Menurut Direktur Program USAID PRIORITAS, Stuart Weston, para guru di sekolah mitra telah menerapkan praktik yang baik dalam pembelajaran seperti yang dilatihkan USAID PRIORITAS. ”Guru-guru dalam mengajar lebih banyak memfasilitasi siswa untuk memecahkan masalah, melakukan percobaan, bekerja sama dalam kelompok kecil, menghasilkan karya, mempresentasikan, dan memajangkannya di kelas,” kata Stuart. (Anw)
Direktur Pembinaan SD Kemdikbud, Wowon Wirdayat MSi:
Direktur Pembinaan SMP Kemdikbud, Dr Supriano:
”Hasil Siswa Kreatif Luar Biasa”
”Apresiasi yang Tinggi”
SISWA yang dapat melakukan sesuatu secara berurut, mulai dari perhitungan, pembuktian rumus, dan berani menyampaikan hasil karyanya, seperti tampilan dalam showcase ini sangat menarik. Kegiatan ini menunjukkan hasil siswa yang kreatif luar biasa. Keberhasilan ini kuncinya ada di guru yang mendapatkan pelatihan yang baik sehingga siswa bisa mengikuti dan menerapkan materi yang diajarkan. Penguasaan matematika secara nyata ditunjukkan para siswa tersebut. Praktik yang baik ini harus disebarkan ke seluruh sekolah. Kami akan melatih sekolah rujukan atau sekolah pembina di setiap kabupaten/kota agar guruguru di sekolah tersebut dapat mengimbaskan praktik yang baik ini ke sekolah lain di sekitarnya. (Anw)
2
dalam sambutannya pada acara showcase tersebut.
SETELAH melihat para siswa tampil, saya memberikan apresiasi yang tinggi. Mereka percaya diri dan memiliki motivasi yang bagus. Saya rasa ini adalah hasil pelatihan USAID yang bagus untuk menjadi model, agar semakin banyak siswa di sekolah lainnya menerapkan hal yang sama. Program ini akan menjadi salah satu model intervensi di sekolah yang akan dikembangkan di sekolah rujukan. Tahun 2016 ini ada lebih dari 1.500 sekolah rujukan yang dikembangkan Kemendikbud. Sekolah rujukan ini akan mempunyai sekolah binaan sehingga praktik yang baik ini dapat menyebar ke lebih banyak sekolah. Saya rasa model pembelajaran aktif, manajemen berbasis sekolah, dan budaya baca yang dikembangkan USAID dapat menjadi model yang mudah diadaptasi karena sesuai dengan kondisi sekolah-sekolah Indonesia. (Anw)
Prioritas Pendidikan: Edisi 13 Oktober - Desember 2015
PRIORITAS - Nasional
Melanjutkan Praktik yang Baik di LPTK dan Sekolah
kultur sekolah. Kalau pendekatan seperti ini dilakukan, menurut saya untuk memperbaiki sekolah akan semakin cepat. Pengalaman, SDM, metode, modul, dan jejaring ini yang akan terus diadopsi dan dikembangkan Unimed. Saya yakin 170 ribu guru di Sumatera Utara bisa ditingkatkan mutunya oleh Unimed dalam waktu sekitar 3 tahun.
Drs. Mustain, Kepala Dinas Pendidikan Sidoarjo:
Diseminasi melalui PKB
Rektor Universitas Negeri Medan, Prof Dr Syawal Gultom, Kepala Dinas Pendidikan Sidoarjo, Drs Mustain, dan Kepala SMPN 4 Lumajang, Dra Ghoniyul Khusnah, berbagi praktik yang baik yang dikembangkan.
Dalam showcase nasional program USAID PRIORITAS (28/10), rektor, bupati, kepala dinas pendidikan, dan guru mempresentasikan praktik yang baik yang mereka kembangkan dari kemitraan dengan USAID PRIORITAS. Berikut adalah petikannya. Prof Dr Syawal Gultom, Rektor Universitas Negeri Medan:
Unimed akan Melanjutkan Program Ini Saya sudah lama mengikuti kegiatan pelatihan dan showcase USAID di beberapa daerah. Saya melihat model pelatihan yang diterapkan USAID dengan pendekatan active learning. Mulai ada pengantar dari gurunya, lalu ada curah pendapat, berdiskusi, dan mengerjakan lembar kerja. Dalam pandangan saya tidak ada cara yang paling efektif membuat anak belajar dengan active learning kalau tidak dikembangkan lembar kerjanya. Lalu saya telusuri modul-modul yang dikembangkan USAID, dan memang modul-modul USAID dibuat dengan pendekatan active learning. Kesejajaran antara program USAID dengan konteks kekinian Unimed untuk menghasilkan guru-guru yang mampu menerapkan active learning, itulah yang mendorong Unimed, tentu harus melanjutkan program ini. Program ini harus dimiliki oleh LPTK, dimiliki oleh sekolah, dan dimiliki oleh yang lain. Unimed juga sedang mengadopsi modul-modul itu untuk menjadi materi micro teaching, materi PPL, dan disesuaikan untuk materi program perkuliahan PBM. Jadi seluruh proses perkuliahan mencoba mengadopsi hal seperti itu. Unimed juga berpikir untuk mengadopsinya untuk sekolah menengah atas (SMA) karena USAID hanya mengembangkan untuk SD dan SMP. Saya juga melihat program-program ini benar-benar menyentuh persoalan guru.Yang menarik bagi saya juga, pendekatan yang digunakan yaitu whole school development, sekolah dikembangkan secara utuh, yaitu guru, kepala sekolah, orang tua, pengawas, dan kultur sekolahnya. Dengan MBS saya kira kita bisa membangun
Kami punya Perbup Nomor 38 tahun 2013 tentang peningkatan kualifikasi guru.Yang paling menarik dari Perbub ini, bagi guru penerima tunjangan profesi guru (TPP), mereka wajib secara mandiri mendanai kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) untuk dirinya minimal 5 % dari tunjangan yang diterima. Dasar keluarnya Perbup ini karena ternyata tunjangan profesi guru belum semuanya linier dengan peningkatan kinerja. Hal ini berlaku untuk semua guru, baik negeri maupun swasta, termasuk guru madrasah yang menerima TPP wajib membelanjakan untuk kegiatan PKB minimal 5 %. Bagaimana caranya? Kami mengidentifikasi dulu kebutuhan guru berdasarkan beberapa aspek, misalnya melihat hasil evaluasi diri guru tingkat sekolah dan analisis kebutuhan pelatihan berdasarkan hasil uji kompetensi guru. Berdasar hasil identifikasi kebutuhan tersebut, guru-guru di KKG, MGMP, mengajukan proposal ke dinas pendidikan untuk melaksanakan program PKB di gugus (KKG dan MGMP). Kami juga meminta bantuan USAID untuk mendampingi, tetapi biayanya dari, oleh, dan dikelola guru. Dinas pendidikan yang mengeluarkan sertifikat, terkait dengan angka kredit para guru dan mengawasi agar ini bisa berjalan baik.
Dra. Ghoniyul Chusnah, Kepala SMPN 4 Lumajang, Jawa Timur:
Latih Semua Guru dengan Dana BOS Sebelum bermitra dengan USAID PRIORITAS, pembelajaran di sekolah kami masih terfokus pada buku paket. Penugasan atau tes pembelajaran banyak yang hanya mengulang isi buku paket. Sekolah juga kurang melibatkan peran serta masyarakat. Alhamdulillah, sekarang kegiatan pembelajaran lebih banyak melakukan kegiatan eksperimen, berdiskusi, memecahkan masalah, dan menghasilkan karya pembelajaran yang ditulis dari hasil pemikiran dan kata-kata siswa sendiri. Kami juga sudah melibatkan orang tua melalui komite sekolah untuk terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan program sekolah. Orang tua juga rutin diajak untuk melihat proses pembelajaran di kelas agar mereka mengetahui pelaksanaan pembelajaran aktif di kelas sehingga mau mendukungnya. USAID melatih 15 orang guru kami tentang pembelajaran aktif. Agar semua guru juga mendapatkan pelatihan dan mau menerapkan pembelajaran aktif, kami melatih semua guru menggunakan materi USAID PRIORITAS dengan dana BOS. (Anw)
Prioritas Pendidikan: Edisi 13 Oktober - Desember 2015
3
PRIORITAS - Nasional
Praktik yang Baik untuk Dosen Instruktur Lokakarya PPG LPTK
Mendikbud, Anies Baswedan, dan Direktur USAID Indonesia, Andrew Sisson, dalam pertemuan di ruang kerja Mendikbud.
Perbarui Praktik yang Baik secara Berkelanjutan Jakarta - Praktik-praktik pendidikan yang baik yang dihasilkan dari program USAID PRIORITAS, menurut Mendikbud, Anies Baswedan, perlu diperbarui secara berkelanjutan dan disebarluaskan agar semakin banyak sekolah yang dapat mengadopsinya. Hal itu disampaikan Mendikbud, dalam pertemuan di ruang kerjanya, saat menerima laporan pelaksanaan dan capaian program USAID PRIORITAS (22/12). Sebelumnya, Direktur Program USAID PRIORITAS, Stuart Weston, menyampaikan kepada Mendikbud bahwa praktikpraktik yang baik dalam pembelajaran, manajemen sekolah, dan budaya baca di sekolah dan madrasah mitra USAID PRIORITAS telah dikumpulkan dan dicetak dalam bentuk buku agar bisa diadaptasi oleh sekolah dan lembaga lainnya. Buku-buku tersebut telah disebarkan ke sekolah mitra dan nonmitra, dan akan dicetak ulang untuk diberikan ke sekolah percontohan Kemendikbud. ”USAID PRIORITAS akan memperbarui bahanbahan pelatihan dan praktik yang baik ini, sesuai dengan kebutuhan perkembangan yang terjadi di sekolah,” katanya
MODUL pelatihan untuk lokakarya pendidikan profesi guru (PPG) yang dikembangkan USAID PRIORITAS, mulai diterapkan dalam lokakarya bagi dosen instruktur PPG LPTK. PPG merupakan program pendidikan lanjutan selama satu tahun yang ditempuh oleh mahasiswa calon guru sebelum mengajar. Mahasiswa yang menjalani PPG, selama 6 bulan akan mengikuti kegiatan lokakarya, dan 6 bulan praktik mengajar. “Lokakarya ini memberikan pengalaman praktis bagi dosen instruktur PPG dalam mengelola perkuliahan PPG yang aktif dan efektif. Seperti mengelola perkuliahan, membuat pertanyaan tingkat tinggi dan lembar kerja, serta membuat portofolio. Semua itu dipraktikkan langsung oleh dosen dalam pelatihan," kata Lynne Hill, penasehat pembelajaran USAID PRIORITAS. Setelah melihat pelaksanaan lokakarya tersebut, Direktur PPG Universitas Negeri Makassar (UNM), Abdullah Pandang, menyebut program ini sangat penting untuk peningkatan kualitas pelaksanaan lokakarya PPG. ”Para dosen UNM yang akan menjadi instruktur lokakarya PPG harus mengikuti lokakarya PPG USAID PRIORITAS terlebih dulu,” katanya di Makassar (28/11). Menurut Direktur Direktorat Akademik Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Dr Agus Taufik, UPI siap mendiseminasikan lokakarya PPG model USAID PRIORITAS ke seluruh dosen yang meminta itu. “Empat puluh dua dosen yang sudah dilatih dalam kegiatan ini akan menjadi pelatih bagi dosen lainnya yang akan menjadi instruktur lokakarya PPG,” katanya saat menutup lokakarya (23/12). (Ds/Anw)
Direktur USAID Indonesia, Andrew Sisson, juga mendukung perlunya memperbarui praktik-praktik pendidikan yang baik di Indonesia. ”Praktik-praktik pendidikan yang baik ini bermanfaat untuk menjadi inspirasi dan dikembangkan di lebih banyak sekolah-sekolah Indonesia,” katanya. Pada pertemuan itu, Mendikbud juga mengingatkan pentingnya membangun ekosistim dalam pendidikan dengan melibatkan pemangku kepentingan termasuk orang tua, media, dan masyarakat, yang diharapkan juga dapat mendukung pelaksanaan dan penyebarluasan praktik-praktik yang baik. ”Ekosistem pendidikan ini sebagai upaya mendorong pembagian tanggung jawab sesama stakeholders dalam membangun keterbukaan akses informasi dan meningkatkan partisipasi dalam pendidikan,” kata Mendikbud. (Anw)
Peserta lokakarya dosen instruktur PPG LPTK di Semarang (18/12), sedang mempresentasikan hasil diskusinya ke kelompok lain.
”Keren...! Inspiratif ”
Direktur Jenderal Pendidikan Dasar Kemendikbud, Hamid Muhammad PhD, mendapat penjelasan alat penyaringan air sederhana karya siswa SDN 2 Rajamandalakulon, Jawa Barat.
4
Jakarta - Laporan hasil percobaan alat penyaringan air sederhana yang dibuat oleh siswa kelas V SDN 2 Rajamandalakulon dalam pembelajaran IPA yang diajarkan oleh Elis Ernawati SPd, menjadi primadona para pengunjung pameran stan USAID PRIORITAS pada acara Simposium Guru dan Tenaga Kependidikan 2015, di Istora Senayan, Jakarta (23-24/11). Pada acara simposium yang dihadiri Presiden Jokowi itu, USAID PRIORITAS menampilkan ragam keberhasilan guru yang mengajar dengan pendekatan pembelajaran aktif sehingga membuat para siswa berhasil menciptakan karya kreatif. “Keren...! Saya mendapat inspirasi untuk menerapkan ini di sekolah,” kata Eka Maydezlindo, guru SMPN 10 Prabumulih, Sumatera Selatan, yang tertarik dengan maket sekolah karya siswa MTsN Ciruas, Banten, yang dibuat dalam pembelajaran matematika untuk menerapkan konsep kesebangunan, pengukuran, dan bangun ruang. (Anw)
Prioritas Pendidikan: Edisi 13 Oktober - Desember 2015
PRIORITAS - Nasional
Guru Papua Barat, Implementasikan Pembelajaran Aktif Manokwari Selatan, Papua Barat - Maria Rumbiak, guru kelas V SDN Inpres Siwi, Manokwari Selatan, Papua Barat, membuat beberapa gambar Jeruk. Ada gambar jeruk utuh, gambar jeruk yang di belah menjadi 2 bagian, 3 bagian, 4 bagian, 6 bagian dan 8 bagian. Dia sedang membuat buku besar yang akan digunakan dalam praktik mengajar di sekolah. ”Saya membuat media buku besar ini untuk memudahkan anak belajar pecahan dan belajar membaca,” tukasnya di sela-sela pelatihan (18/11). Saat praktik mengajar di kelas, dia mengawali pembelajaran dengan mengajak siswa membaca bersama menggunakan buku besar buatannya, dan membahas isinya tentang konsep pecahan. Dia memberikan potongan gambar jeruk kepada siswa secara acak. Lalu siswa diminta menata potongan gambar jeruk tersebut di atas gambar jeruk utuh. Susunan potongan gambar jeruk harus sesuai dengan ukuran gambar jeruk utuh. Dari kegiatan ini siswa bisa menemukan berbagai model potongan, yaitu 1/2, 1/3, 1/4, 1/6, dan 1/8 sehingga siswa belajar konsep pecahan secara kontekstual.
Setelah membaca buku besar, siswa kelas II SDN 08 Oransbari, diminta bekerja sama di kelompok kecil oleh Yanti Ainusi menyusun cerita sesuai buku yang dibacanya menggunakan kartu kalimat.
“Sekarang tugas di kelompok, silakan kalian buat penjumlahan dengan angka pecahan yang hasilnya sama dengan satu,” katanya. Setiap kelompok tampak asyik bekerja sama dan menuliskan hasilnya di kertas plano. Hasil setiap kelompok bervariasi, mereka membuat penjumlahan pecahan yang hasilnya satu. Maria Rumbiak, dan 75 guru dari 10 sekolah mitra di Manokwari Selatan, baru saja mengikuti pelatihan praktik yang baik dalam pembelajaran yang diselenggarakan USAID PRIORITAS (16-18/11). Pelatihan ini berfokus untuk meningkatkan kemampuan membaca, menulis, dan berhitung siswa, yang diajarkan dengan pendekatan pembelajaran aktif. Para guru, kepala sekolah, dan komite sekolah juga mendapatkan pelatihan MBS. (Jp/Sds)
Maria Rumbiak, guru kelas V SDN Inpres Siwi, menunjukkan buku besar buatannya. Dia berhasil membuat siswanya belajar aktif dan menghasilkan karya kreatif membuat penjumlahan pecahan.
Belajar Menyenangkan dengan BPKP Wamena, Papua - Enonce Wandik, mahasiswa semester III, STKIP Kristen Wamena, praktik mengajar di kelas IIA SD YPPK Wouma, Wamena, Papua, sekolah mitra USAID PRIORITAS. Dia mengajar matematika dengan menggunakan buku paket kontekstual Papua (BPKP). Dalam pembelajaran, Enonce menerapkan langkah demi langkah sesuai RPP yang telah tertulis dalam BPKP. Bermain kartu sambil belajar matematika.
Oleh Eirene Mary MPdK Dosen STKIP Yayasan Kristen Wamena
Pada kegiatan pendahuluan (P1), dengan menggunakan garis bilangan, dia mengajak siswa berhitung maju dan berhitung mundur bilangan 1 sampai 30. Setelah itu dilanjutkan dengan penjelasan (P2), guru menjelaskan materi pelajaran dengan menggunakan kartu angka dan garis
bilangan. Dalam pelaksanaan P1 dan P2 ini, siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Untuk mengukur pemahaman siswa, dilanjutkan dengan pelatihan (P3). Siswa dibagi dalam beberapa kelompok. Setiap siswa diberikan beberapa kartu yang bertuliskan angka. Mereka bergiliran menurunkan kartu dan harus menyebutkan angka tersebut jika ditambahkan dengan bilangan tertentu yang telah disebutkan sebelumnya. Siswa bermain sambil belajar dengan didampingi oleh guru. Kemudian pembelajaran ditutup dengan menyimpulkan pembelajaran hari itu (P4). Para siswa mengaku senang dengan pengalaman pembelajaran itu karena banyak bermain dan mudah mengikuti tugas guru.
Prioritas Pendidikan: Edisi 13 Oktober - Desember 2015
5
PRIORITAS - Provinsi
Provinsi Aceh Diseminasi Program ke Seluruh Kabupaten/Kota mitra, yaitu Abdya, Aceh Jaya, Pidie, Pijay, Aceh Utara, Bener Meriah, Aceh Tengah, Aceh Utara dan Aceh Tamiang.
Hasanuddin Darjo, Kepala Dinas Pendidikan Aceh.
Banda Aceh, Aceh - “Pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) sangat penting untuk meningkatkan keprofesionalan guru dalam mengajar. Oleh karena itu kami telah menganggarkan dana 16,4 milyar diseminasi program USAID PRIORITAS ke 10 kabupaten/kota nonmitra untuk pemerataan kualitas guru, kepala sekolah, dan pengawas di tahun 2016 ini,” katanya saat membuka lokakarya perencanaan strategis PKB untuk guru, di Banda Aceh (21/12). Acara itu dihadiri unsur dinas pendidikan, Bappeda, dan kemenag dari 9 kabupaten
“Untuk tahap awal kita akan melatih seluruh fasilitator daerah yang akan dipilih oleh dinas pendidikan dan kemenag. Fasilitator ini selanjutnya melatih pada tingkat sekolah. Seluruh metode dan modul pelatihan kita adopsi secara menyeluruh dari apa yang dilakukan oleh USAID PRIORITAS selama tiga tahun terakhir ini,” lanjutnya. Dinas Pendidikan Provinsi Aceh akan mengadopsi program USAID PRIORITAS di seluruh kabupaten/kota yang jumlahnya mencapai 24 kabupaten/kota. Mulai tahun 2016, ada 10 kabupaten yang memulai program ini, dan tahun 2017 diharapkan seluruh kabupaten/kota telah menerapkan program USAID PRIORITAS. Semua pembiayaan diseminasi program USAID PRIORITAS di Aceh akan dibiayai oleh anggaran Dinas Pendidikan Provinsi.
USAID PRIORITAS akan membantu penyediaan fasilitator daerah (Fasda) dan modul untuk pelatihan calon fasilitator kabupaten/kota.
Hasil Uji Kompetensi Pada acara ini juga dipaparkan hasil pendampingan PKB di 9 kabupaten/kota dan hasil uji kompetensi pedagogi dan keprofesionalan guru tahun 2014. Hasilnya, ada 88% guru yang belum memenuhi standar kompentensi pedagogi dan profesional atau masuk dalam kategori tidak layak mengajar. Sementara hanya 2% guru yang memiliki standar kompetensi di atas standar ratarata, yang berarti dapat mengajar dan menguasai materi dengan baik. Guru lainnya ada yang memiliki kompetensi pedagogi baik tetapi kompetensi profesional di bawah standar, atau sebaliknya. Program PKB menjadi jawaban untuk meningkatkan kompetensi guru. (Tmk)
Dirjen GTK Resmikan Sumut Sebagai Provinsi Pendidikan Inklusif Medan, Sumatera Utara - Direktur Jenderal (Dirjen) Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kemendikbud Sumarna Surapranata PhD secara resmi mendeklarasikan Sumatera Utara (Sumut) sebagai provinsi pendidikan inklusif ke-8 di Indonesia. “Saya bangga dan sangat mengapresiasi keputusan Sumut menyusul tujuh provinsi lainnya. Ini sangat sesuai dengan tujuan pendidikan kita untuk membangun insan dan ekosistem pendidikan dan kebudayaan yang berkarakter dengan semangat gotong-royong. Semoga semua sekolah di Sumut nantinya siap menerima anak berkebutuhan khusus (ABK),” ucapnya dalam Deklarasi Sumatera Utara sebagai provinsi penyelenggara pendidikan inklusif di Medan (16/12). Sebagai bentuk apresasi, Kemendikbud menyerahkan piagam penghargaan kepada Pemerintah Provinsi Sumut atas kesiapannya menjadi provinsi penyelenggara pendidikan inklusif. Penghargaan juga diberikan kepada pihak-pihak yang memiliki perhatian terhadap pendidikan inklusif, terutama kepada USAID PRIORITAS yang sudah mendukung proses penyelenggaraan pendidikan di Sumut, bukan hanya pendidikan inklusif tetapi pendidikan di Sumut secara keseluruhan. Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara Drs. Masri, M.Si mengatakan sebanyak 633 sekolah telah menyatakan siap untuk menyelenggarakan pendidikan inklusif. Sekolah yang tersebar di kabupaten/kota di Sumut ini siap menerima ABK untuk bersekolah di sekolah reguler. “Ini merupakan bentuk kerja sama masyarakat dan pemerintah untuk membangun kepedulian kepada ABK,” kata Masri. (Eh)
6
Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud, Sumarna Surapranata PhD (tengah), bersama pejabat Provinsi Sumut, dan Koordinator USAID PRIORITAS Provinsi Sumut (kiri) memukul gondang Sembilan sebagai tanda deklarasi Sumut sebagai Provinsi Pendidikan Inklusif (16/12).
Pelatihan Penyegaran Fasilitator Denpasar, Bali – Untuk melanjutkan program peningkatan mutu sekolah dalam menerapkan praktik yang baik dalam pembelajaran dan budaya membaca, USAID PRIORITAS kembali melatih lebih dari 100 fasilitator pembelajaran dan budaya baca pada pelatihan penyegaran fasilitator tingkat nasional modul III SD/MI di Denpasar, Bali (15-18/12). “Sebelumnya para fasilitator ini sudah dilatih modul III. Pada pelatihan kali ini kami ingin meningkatkan kemampuan para fasilitator nasional yang berorientasi pada peningkatan kemampuan literasi,” tutur Stuart Weston, Direktur Program USAID PRIORITAS. (Anw)
Prioritas Pendidikan: Edisi 13 Oktober - Desember 2015
PRIORITAS - Provinsi
Deklarasi Budaya Baca:
Siswa Sergai Pecahkan Rekor Muri Resensi Buku Sergai Bedagai, Sumatera Utara - Pemerintah Kabupaten Sergai Bedagai (Sergai) bertekad terus bekerja keras memberikan layanan pendidikan terbaik bagi warga. Salah satunya diwujudkan melalui Gerakan Budaya Membaca yang dilaksanakan bersama USAID PRIORITAS. Gerakan ini melibatkan siswa, masyarakat, dan pemerintah, untuk membiasakan diri membaca setiap hari. Gerakan ini merupakan respon Sergai atas seruan Mendikbud Anies Baswedan untuk menyediakan waktu membaca di sekolah. "Seluruh siswa Sergai akan bisa menikmati layanan literasi yang berkualitas,” kata Pj. Bupati Sergai Ir Alwi MSi saat mendeklarasikan Gerakan Budaya Membaca di Lapangan Sultan Serdang, Perbaungan (28/11). Deklarasi ini merupakan tindaklanjut dari kemitraan Pemkab Sergai dengan USAID PRIORITAS. Para guru dan kepala sekolah mitra di Sergai telah mendapatkan pelatihan dan pendampingan dari program USAID PRIORITAS dalam menerapkan praktik yang baik dalam pembelajaran, manajemen sekolah, dan budaya baca. Menurut Alwi, keterampilan membaca merupakan pondasi kemampuan belajar. Semakin baik keterampilan membaca, semakin baik pula prestasi belajar. “Keterampilan literasi hanya bisa ditumbuhkan melalui pembudayaan. Dibutuhkan sebuah gerakan bersama yang melibatkan pemerintah dan masyarakat untuk membiasakan anak membaca terus menerus,” terangnya. Kepala Dinas Pendidikan Sergai, Drs Joni Walker Manik MM, mengatakan, pasca deklarasi sebanyak 965 sekolah dan madrasah akan melaksanakan program membaca hening. Setiap hari sebelum jam pembelajaran, seluruh sekolah mewajibkan siswa membaca buku bacaan selama lima belas menit. “Kami juga mendorong terbitnya peraturan bupati untuk mengatur program membaca yang lebih luas. Misalnya dengan membuat jam belajar masyarakat yang di dalamnya mengatur waktu khusus untuk membaca,” tambahnya.
Sekdaprovsu, Hasban Ritonga dan Pj. Bupati Sergai, Ir Alwi MSi mengamati buku yang dibaca peserta deklarasi Gerakan Budaya Membaca di Lapangan Replika Sultan Serdang.
Sekretaris Daerah Provinsi Sumatera Utara (Sekdaprovsu) Hasban Ritonga mengapresasi Gerakan Budaya Membaca yang dicanangkan Pemkab Sergai. Beliau menyebut gerakan ini sebagai program inovatif. “Kami mendorong kabupaten/kota lain di Sumut untuk meniru Serdang Bedagai dalam menggerakkan budaya membaca,” terangnya. Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) mencatat kegiatan Deklarasi Gerakan Budaya Membaca di Sergai sebagai rekor baru di Indonesia. Peserta berhasil menuliskan 10.610 rensensi buku. “Jumlah ini menjadi jumlah rensensi buku terbanyak yang ditulis di Indonesia. Deklarasi ini merupakan salah satu kegiatan yang paling edukatif,” ujar Senior Manajer MURI Awan Raharjo. (Eh)
Bupati Banjarnegara dan Tasikmalaya Resmikan Budaya Baca menciptakan masyarakat yang cerdas,” kata Bupati Sutedjo saat memberikan sambutan pada acara peresmian pencanangan gerakan budaya baca di SMPN 2 Banjarnegara (19/11). Bupati juga meminta kepada Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, agar surat edaran tersebut ditempel di papan pengumuman sekolah serta ruang kelas. “Disadari atau tidak waktu kita membaca SMS lebih banyak dari pada membaca buku. Sekarang kita ubah, baca buku lebih banyak daripada baca SMS,” tukasnya.
Bupati Banjarnegara Sutedjo Slamet Utomo, bersama dengan Direktur USAID PRIORITAS dan Koordinator USAID PRIORITAS Jawa Tengah menandatangani dukungan budaya baca anak dalam pencanangan budaya baca di Banjarnegara.
Banjarnegara, Jawa Tengah - Bupati Banjarnegara, H. Sutedjo Slamet Utomo SH MHum, membuat surat edaran tentang gerakan budaya baca. Dalam surat edaran itu bupati menetapkan waktu minimal 15 menit untuk membaca setiap hari sebelum pelajaran dimulai. “Melalui surat edaran ini semua sekolah di Banjarnegara diharapkan mendukung meningkatkan minat baca untuk
Direktur Program USAID PRIORITAS, Stuart Weston, yang hadir pada acara tersebut mengatakan, “USAID telah memberikan bantuan kepada sekolah melalui pemerintah daerah untuk berbagai program pendidikan, termasuk program budaya membaca.” Stuart juga terkesan dengan siswa SMPN 2 Banjarnegara yang sudah membuat sudut baca di setiap kelasnya. “Program budaya baca akan sukses jika ada dukungan dari semua pihak,” tambah Stuart.
Budaya Membaca di Tasikmalaya Bupati Tasikmalaya, Uu Ruzhanul Ulum, bertempat di SMPN 1 Ciawi meresmikan program budaya membaca (31/10). Menurut Kepala SMPN 1 Ciawi, Dra Amih Fuji Rahmi MPd, peluncuran ini menguatkan program membaca senyap selama 15 menit yang sudah dilakukan setiap hari di sekolah, sebelum pelajaran dimulai. Setelah menyelesaikan membaca satu buku, siswa menuliskan resume pada buku jurnal, yang nantinya akan dinilai oleh guru bahasa Indonesia. (Arz/Ds)
Prioritas Pendidikan: Edisi 13 Oktober - Desember 2015
7
PRIORITAS - Praktik yang Baik
SDN Ngaglik 01 Batu Juara Nasional Perpustakaan
Perpustakaan SDN Ngaglik 01 Kota Batu dibuat menjadi tempat yang nyaman dan menyenangkan, buku-buku bacaan yang menarik rutin diperbarui, termasuk buku-buku bacaan yang ada di Sudut Baca di dalam kelas. Dampaknya, minat membaca siswa semakin baik, pengetahuan siswa juga semakin berkembang dan kemampuan siswa dalam menulis laporan hasil belajar menjadi lebih runtut dan panjang, dan ditulis dengan kata-kata mereka sendiri.
Setelah menerapkan hasil pelatihan dan pendampingan USAID PRIORITAS, beberapa sekolah, fasilitator daerah, dan guru dari sekolah mitra berhasil mendapatkan prestasi tingkat nasional. Berikut adalah inisiatif yang mereka lakukan sehingga berhasil mengukir prestasi.
Batu, Jawa Timur - Buku menjadi pintu imajinasi anak-anak. Buku pula yang menambah wawasan mereka sebagai bekal melangkah di masa depan. Menyadari hal itu, SDN Ngaglik 01 Kota Batu menata ruang perpustakaannya sedemikian rupa sehingga anak-anak betah membaca di sana. Ruang perpustakaan ini cukup luas, setara dengan ruang kelas pada umumnya. Buku-buku ditata rapi di dalam lemari, kursi-kursi ditata dengan meja yang cukup besar. Anak-anak merasa ruang luas itu memberi kebebasan saat membaca sehingga terasa nyaman. Di ruang perpustakaan pula kadang-kadang siswa menghabiskan waktu belajarnya. Begitu pula dengan Sudut Baca di masingmasing ruang kelas. Buku bacaan yang ada di sana juga membantu guru melakukan proses belajar mengajarnya dengan menemukan sumber belajar secara mudah. “Beberapa waktu lalu saya mengajar mata pelajaran IPS. Nah, buku-buku yang memaparkan tokoh-tokoh sejarah seperti Gajah Mada atau Roro Jonggrang ditambahkan di Sudut Baca,” tutur Helmina Mauludiyah, guru kelas V SDN Ngaglik 01 Kota Batu yang juga Fasilitator Pembelajaran USAID PRIORITAS (12/12). Buku-buku yang ada di setiap ruang kelas
8
itu diputar (rolling) secara bergantian sebulan sekali. Setiap jenjang terdapat tiga ruang kelas. Maka, buku-buku itu akan berpindah-pindah dari ruang kelas yang satu ke kelas lainnya. Pengadaan buku ini diperoleh melalui dana bantuan dari pemerintah, wali murid, serta perpustakaan Kota Batu. Waktu istirahat juga bisa dimanfaatkan siswa dengan membaca buku-buku itu. Jam kosong tak lagi membosankan atau hanya diisi dengan senda gurau. Siswa bisa memilih bacaan yang disukai sekaligus membaca di dalam kelas, kadang ada juga yang membawa buku dari rumah. “Kami mengetahui konsep Sudut Baca ini setelah mendapatkan pelatihan dari USAID PRIORITAS. Rata-rata ada sekitar 50 judul buku bacaan di setiap kelas saat ini,” papar Helmina. Sudut Baca membawa manfaat positif bagi siswa dan guru. Salah seorang siswa bernama Elvina Fikri Abdillah pernah menjuarai lomba menulis sinopsis dan lomba percakapan bahasa Jawa berkat adanya Sudut Baca. “Sebab, mereka dilatih merangkum isi buku yang sudah dibaca,” kata Helmina. Setiap pagi sebelum pelajaran dimulai, guru meminta siswa menyempatkan diri untuk membaca selama 30 menit. Buku yang sudah dibaca tidak begitu saja dikembalikan ke rak. Siswa harus membuat catatan mengenai apa saja yang diketahuinya dari buku itu. Nah, rangkuman itu melatih memori anak dengan mengingat kembali apa saja yang sudah dibaca sebelumnya. Rangkuman buku ini tidak saja untuk mereka yang membaca di Sudut Baca, tetapi juga perpustakaan sekolah. Siswa yang paling banyak memiliki hasil
Prioritas Pendidikan: Edisi 13 Oktober - Desember 2015
rangkuman akan dinobatkan sebagai raja dan ratu baca. Penobatan ini berlangsung setiap semester. Berkat penerapan Sudut Baca dan pemilihan raja dan ratu baca inilah SDN Ngaglik 01 Kota Batu keluar sebagai juara nasional budaya mutu perpustakaan. Prestasi itu turut mengantarkan Jawa Timur menjadi Juara Umum dalam lomba Budaya Mutu Sekolah Dasar Tingkat Nasional ke-2 yang diselenggarakan Kemendikbud RI pada 2-6 November 2015 di Padang, Sumatera Barat. Untuk menciptakan budaya mutu perpustakaan tersebut, Kepala SDN Ngaglik 01 Kota Batu,Yayuk Rahayuningsih mengembangkan beberapa program. Mereka berusaha menciptakan suasana perpustakaan yang nyaman, bekerja sama dengan perpustakaan Kota Batu untuk pengadaan buku, membuat Sudut Baca di setiap ruang kelas, serta pemilihan Raja dan Ratu Baca bagi siswa yang rajin membaca buku di perpustakaan. Juara III Budaya Mutu Sekolah SDN 2 Rajamandalakulon, Bandung Barat, Jawa Barat, juga berhasil meraih prestasi tingkat nasional. Mereka menjadi juara III untuk budaya mutu sekolah. Sekolah mitra USAID PRIORITAS ini dinilai berhasil dalam mengembangkan (1) budaya mutu pembelajaran intrakurikuler, (2) budaya mutu pembelajaran ekstrakurikuler, (3) budaya mutu MBS dan sekolah dasar bersih dan sehat (SDBS) serta (4) budaya mutu pengelolaan perpustakaan sekolah. (Wss/Ida/Anw)
PRIORITAS - Praktik yang Baik
SMPN 8 Serpong Sekolah Berintegritas Tangerang Selatan, Banten – SMPN 8 Puspitek Serpong, salah satu sekolah mitra USAID PRIORITAS berhasil meraih prestasi sebagai sekolah berintegritas. Pemberian penghargaan sekolah berintegritas tersebut diberikan secara langsung oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan PhD, pada akhir Desember 2015 lalu. Penghargaan ini berdasarkan integritas kejujuran yang tinggi dalam menyelenggarakan ujian nasional selama lima tahun terakhir yang linier dengan capaian nilai UN yang tinggi. Acara tersebut dihadiri oleh Presiden Jokowi yang juga mengapresiasi keberhasilan kepala sekolah dalam menyelenggarakan UN yang jujur.
Dra Endang Koeswarini MM, Kepala SMPN 8 Serpong berdiri di sebelah kanan Presiden Jokowi setelah menerima penghargaan sekolah berintegritas.
“Presiden Jokowi mengundang 503 kepala sekolah dari 260.000 SMP/SMA/SMK di seluruh Indonesia untuk mendapatkan penghargaan sebagai sekolah paling berintegritas,” tutur Dra Endang Koeswarini MM, Kepala SMPN 8 Puspitek Serpong yang bercerita proses penerimaan penghargaan tersebut. Sekolah ini dalam 4 tahun terakhir berhasil mendapatkan nilai rata-rata UN di atas 8.
pendidikan berkarakter sesuai dengan materi kepemimpinan kepala sekolah yang sudah dilatihkan USAID PRIORITAS selama ini,” kata Endang mengaitkan pengalaman dilatih USAID PRIORITAS dengan penghargaan yang baru diterimanya.
“Menurut Bapak Jokowi, kejujuran merupakan nilai-nilai dasar dalam membangun bangsa. Pendidikan di dalam sekolah bukan hanya dilaksanakan secara akademik, tetapi sekaligus mental untuk menjaga integritas kejujuran,” jelas Endang sekali lagi. Menurut Endang, Kemendikbud telah memiliki aplikasi penyelenggaraan UN berintegritas yang dipantau selama lima tahun.
Sekolah ini memiliki tagline “Prestasi Itu Penting, Jujur Lebih Utama” sehingga selain menerapkan pendekatan pembelajaran aktif, para guru dan siswa juga berkomitmen menciptakan kejujuran dalam pembelajaran. Jika ada siswa yang bermasalah atau melakukan kecurangan dalam ujian, sekolah tidak memberikan hukuman melainkan memberi pembinaan dan pendampingan.
SMPN 8 Puspitek Serpong merupakan sekolah yang termasuk dalam kuadran 1 dengan indeks integritas tertinggi dan terbaik. “Sebagai kepala sekolah saya merasa bangga dapat menerapkan
Beberapa sekolah mitra yang juga mendapat prestasi ini di antaranya SMPN 1 Karanganyar Jawa Tengah, SMPN 1 Rogojampi, dan SMPN 1 Banyuwangi, Jawa Timur. (Anl/Anw)
Terapkan MBS, Antarkan Hamid Jadi Pengawas Berprestasi Nasional Demak, Jawa Tengah – Abdul Hamid, pengawas RA/MI Kementerian Agama Kabupaten Demak mendapat penghargaan sebagai Pengawas Kementerian Agama (Kemenag) Berprestasi Tingkat Nasional, yang dilaksanakan di Bogor (17/10). Gelar
Abdul Hamid mendapat penghargaan Rp 10 juta atas prestasi sebagai pengawas madrasah terbaik.
tersebut merupakan buah dari keseriusannya dalam menerapkan manajemen berbasis sekolah (MBS) dalam tugas kepengawasan yang dijalaninya. “MBS merupakan solusi dari berbagai masalah di madrasah. Hal tersebut penting untuk terus ditekankan dan didorong implementasinya,” kata Hamid yang juga fasilitator USAID PRIORITAS Kabupaten Demak. Dalam ajang pemilihan pengawas berprestasi tingkat nasional tersebut, Hamid mempresentasikan tentang pengembangan profesionalisme guru dan pengawas melalui supervisi akademik dan supervisi manajerial berkelanjutan. Akademik yang dimaksud seperti peningkatan kualitas pembelajaran yang didahului dengan membuat perencanaan yang baik, sedangkan manajerial merupakan bentuk perencanaan dan pengelolaan madrasah yang baik. Bentuk-bentuk tersebut merupakan hal yang dilatihkan
oleh USAID PRIORITAS dan dikembangkan dirinya bersama Kemenag Jawa Tengah. “Saya sudah mendapatkan pelatihan MBS dari USAID, kemudian saya kembangkan di lingkungan Kemenag sampai sekarang,” katanya. Di sela aktivitas sebagai pengawas, beliau juga aktif menjadi fasilitator USAID PRIORITAS di Jawa Tengah. Karena semangat berbagi yang dimiliki, beliau sering diundang untuk mengisi pelatihan MBS di berbagai tempat. Berkat hal tersebut, portofolio yang dikumpulkan oleh Hamid paling banyak bila dibandingkan dengan peserta dari provinsi lain. Hal itu menjadi nilai tambah untuk menjadi juara. “Kunci sukses saya adalah tidak takut salah dalam setiap berkarya. Orang yang berkarya sudah dalam posisi benar. Malah yang tidak berkarya itu yang kurang benar. Maka jangan ragu untuk terus berkarya,” katanya. (Arz)
Prioritas Pendidikan: Edisi 13 Oktober - Desember 2015
9
PRIORITAS - Praktik yang Baik
Belajar Sumpah Pemuda melalui Drama Itu merupakan cuplikan drama yang diperankan oleh satu kelompok siswa kelas III SDN 111 Inpres Polejiwa ketika mengikuti pelajaran pendidikan kewarganegaraan dan seni budaya keterampilan yang diajarkan dengan pendekatan tematik. Tujuan pembelajaran adalah agar siswa mampu mengamalkan makna sumpah pemuda dan mengapresiasi karya seni musik.
Amin (memegang biola), siswa SDN 111 Inpres Polejiwa, Maros, memimpin peserta kongres sumpah pemuda 1928 menyanyikan lagu Indonesia Raya. Dia dan teman sekelasnya sedang bermain drama pelaksanaan kongres sumpah pemuda tahun 1928.
Maros, Sulawesi Selatan - Gufron, siswa kelas III SDN 111 Inpres Polejiwa, Maros, bertindak memimpin sidang sumpah pemuda. Dia sedang menampung pendapat dari siswa yang lain yang bertindak sebagai pemuda-pemuda yang datang dari seluruh pelosok di Indonesia. Fadli, yang bertindak sebagai wakil ketua sidang, mengusulkan untuk memperteguh kesetiaan pada bangsa Indonesia, harus ada sumpah bersama. Siswa yang lain mengusulkan redaksi sumpahnya, “Saya bersumpah bahwa tanah air saya adalah Indonesia.” Yang lain lagi mengusulkan untuk memperkokoh semua itu, mereka harus memiliki bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia. Mereka saling mengusulkan isi sumpah dan setelah tersusun mereka ucapkan bersama-sama. Amin, yang berperan sebagai Wr Supratman, memakai peci, membawa biola, dan memimpin menyanyikan lagu Indonesia raya. Mereka semua bangkit dari tempat duduk yang telah ditata sedemikian rupa seakan-akan mereka sedang melakukan sidang betulan. Setelah selesai menyanyikan lagu kebangsaan, mereka bersama-sama berteriak “Merdeka”.
Sebelum melakukan drama kecil itu, siswa mengamati tayangan dan gambar-gambar tentang kongres sumpah pemuda tahun 1928. Siswa diberikan lembar kerja untuk mengidentifikasi kejadian selama peristiwa sumpah pemuda. Siswa secara berkelompok menuliskan jawaban di dalam lembar kerjanya, di antaranya menyusun sumpah pemuda, mengucapkan bersama-sama sumpah pemuda, dan menyanyikan lagu Indonesia raya. Mereka presentasikan hasil identifikasi tersebut di hadapan teman-temannya satu kelas. Guru kemudian membagikan skenario sumpah pemuda. Siswa dalam satu kelompok berlatih di mejanya masing-masing menirukan skenario yang sudah dibagikan dan mengembangkan sendiri sesuai dengan kemampuannya. Kelas jadi gaduh karena mereka berlatih. Siswa yang sudah siap diminta guru maju ke depan dan menduduki meja kongres yang telah ditata di tengah ruangan. Mereka tetap memegang skenario yang sudah dibagi. Mereka yang hapal langsung bisa mengucap sendiri dengan bahasa sendiri dan mengembangkannya. Mereka yang tidak hafal sekali-kali melirik skenario. Siswa yang lain mengamati bagaimana penampilan dan isi sumpah pemuda. Kelas jadi tambah ramai karena suara lantang sumpah pemuda dan juga teriakan merdeka setiap selesai satu kelompok tampil. Setelah selesai melakukan drama kecil ini, mereka memberikan pendapat tentang penampilan teman-temannya dan juga isi kandungan dalam kongres itu. Surgawati, guru yang mengajar kelas III, memberikan penguatan terhadap pendapat-pendapat yang diberikan oleh siswa. (Ajb)
Ular Baca di SDN Ciruas 4 Serang, Banten - Program budaya baca mulai dilaksanakan di SDN Ciruas 4. Siswa membaca selama lima belas menit sebelum pembelajaran dimulai. Pada Kamis itu (8/10), Aat Sugiana, kepala sekolah menerapkan program ular baca usai siswa membaca. Program ular baca ditujukan kepada siswa kelas tinggi. Sekolah sudah menyediakan karton warna warni berbentuk lingkaran dan membagikan kepada wali kelas untuk membuat dua ular baca untuk semua kelas tinggi. Agar menarik minat siswa, guru memasangkan kepala ular sebagai ujung dari ular baca. Setelah membaca bahan bacaan yang ringan dan menarik untuk siswa, guru membagikan selembar karton kepada setiap siswa untuk menuliskan judul buku dan resume singkat yang diperoleh dari buku tersebut. Guru menempelkan kepala ular baca di dinding kelas. Selesai menuliskan resume, siswa menempelkan karton meliuk-liuk menyerupai badan ular. Ada dua ular baca di setiap kelas.
(Atas) Siswa sedang membaca buku yang disukainya. (Bawah) Siswa membaca resume buku bacaan di ular baca.
10
Siswa tampak senang membaca resume buku dalam ular baca yang tertempel di dinding kelas. Mereka terkesan dan tertarik dengan buku yang dibaca oleh temannya. Hal itu terlihat dari banyaknya siswa yang saling bertanya isi buku yang dibaca oleh rekan siswa lainnya. Untuk memperkaya buku bacaan siswa, sekolah ini punya kiat tersendiri. “Buku bacaan yang kami miliki masih belum mampu memenuhi kebutuhan siswa untuk membaca. Kami menyiasatinya dengan meminta setiap siswa membawa bahan bacaan dari rumah,” ujar Aat. (Anl)
Prioritas Pendidikan: Edisi 13 Oktober - Desember 2015
PRIORITAS - Praktik yang Baik
Wayang Sejarah Oleh Defa SPd, Guru Kelas V SDN 116874 Bakaran Batu Kec. Rantau Selatan, Labuhan Batu, Sumatera Utara
WAYANG sejarah adalah salah satu media pembelajaran yang saya desain di mata pelajaran IPS untuk materi sejarah kerajaan-kerajaan di Indonesia. Saya mendapat inspirasi ketika menonton tv permainan wayang yang dimainkan oleh anak kecil. Dari situ saya dapat ide membuat wayang sejarah untuk media pembelajaran. Saya membagi murid-murid dalam beberapa kelompok dengan tugas tentang kerajaan-kerajaan yang ada dalam materi pembelajaran IPS kelas V semester 2, seperti Kerajaan Samudra Pasai, Singosari, Demak, Sriwijaya, dan Tarumanegara. Saya meminta siswa membaca cerita dan membuat wayang tokoh-tokoh yang ada dalam cerita sejarah tersebut dengan menggunakan barang bekas. Setiap kelompok yang sudah diberi tugas, pertama-tama mulai menyusun cerita asalmuasal kerajaan untuk diperankan dalam permainan wayang. Dari cerita tersebut, siswa kemudian menggambar tokoh-tokoh dalam cerita di kertas kardus. Misalnya Raja Samudra Pasai, Panglima Kerajaan, dan tokoh lain dalam cerita tentang Kerajaan Samudra Pasai. Secara berkelompok siswa menggambar, mewarnai, menggunting, dan
Siswa sedang memainkan wayang sejarah buatannya yang menceritakan sejarah kerajaan di Indonesia.
memasang karakter tersebut pada lidi tusuk sate untuk menjadi permainan wayang. Untuk tahap ini, perlu dipersiapkan kertas kardus, tusuk sate, gunting, cat warna, dan lem kertas. Setelah selesai membuat cerita dan tokohnya, dua atau tiga orang siswa mewakili kelompoknya maju ke depan kelas dan memainkan cerita wayangnya seperti layaknya dalang. Satu siswa bisa memerankan satu atau dua tokoh. Mereka berdialog bergantian dan menggerakkan tokoh wayang sesuai dengan cerita yang sudah mereka susun. Begitupun suara dari karakter cerita, siswa yang berperan sebagai dalang mengatur suara sedemikan rupa sehingga membuat dialog lebih hidup. Kelompok lain yang belum tampil menonton presentasi wayang dan mencatat hal-hal penting dari presentasi setiap kelompok. Kami lalu melakukan tanya jawab dan diskusi di akhir setiap presentasi
wayang. Setelah semua kelompok maju memainkan wayangnya, setiap siswa sudah mencatat kesimpulan tentang tokoh dalam cerita, peninggalan, dan asal-muasal kerajaan-kerajaan di Indonesia. Di waktu luang siswa terkadang memainkan wayang di depan temantemannya secara berulang-ulang karena mereka sangat menyukainya. Mereka bisa bermain dan belajar bagaimana menjadi seorang dalang yang baik. Mereka juga bisa memainkan wayang dengan suara yang berbeda sesuai tokoh dalam cerita. Penontonpun menjadi tertawa dan kelas menjadi ceria. Saat ujian tengah semester lalu, rata-rata siswa dapat menjawab dengan mudah pelajaran IPS terkait materi ini. Memang ada juga siswa yang mendapat nilai kurang baik. Penyebabnya dia hanya fokus pada tugasnya sendiri. Sebagian lainnya beralasan karena tidak hadir saat temannya presentasi.
Belajar Pengawetan Makanan dengan Telur Asin ka sudah mempersiapkan bahan-bahan yang diperlukan, seperti telur bebek, abu gosok, garam, jeruk dan jeruk nipis. Siswa diajak untuk mencampurkan adonan pengawetan. Abu gosok (sisa kulit padi yang dicampur dengan sedikit tanah), garam dan jeruk nipis dicampur dengan komposisi 1:1. Proses ini pada prinsipnya adalah untuk menurunkan kadar air dalam telur sehingga menghambat tumbuh dan berkembangnya mikroba dan menghambat aktivitas enzim pada telur. Saya juga memberi penjelasan fungsi setiap adonan. Adonan yang sudah diolah sedemikian rupa oleh siswa, digunakan untuk melapisi telur bebek yang masing-masing mereka bawa dari rumah. Setiap kelompok terlihat aktif dan melakukan pembelajaran ini dengan sangat menyenangkan.
Telur asin buatan siswa setelah belajar cara pengawetan makanan.
Oleh Muhibuddin SPdI, Guru Kelas IV MIN UleeGle, Pidie Jaya, Aceh DALAM pembelajaran IPA di kelas IV, saya sering mengajak siswa untuk melakukan penemuan melalui percobaan. Salah satunya melakukan penelitian dengan melakukan pengawetan makanan, yaitu telur bebek. Di awal saya mengajak siswa bertanya jawab tentang pengalaman mereka melihat makanan di rumah yang dibiarkan tersimpan lama. “Basi dan busuk pak,” jawab siswa.
Mereka menuliskan langkah-langkah kegiatan dalam setiap kelompok. Dengan mudah siswa dapat menjelaskan langkahlangkah pengawetan makan karena mereka melakukannya sendiri. Proses pembelajaran ini menekankan pada pemberian pengalaman langsung tentang proses pengawetan makanan. Untuk memperkaya pengetahuan, siswa diberi bahan bacaan tentang ragam cara pengawetan makanan. Seminggu kemudian, siswa menikmati telur asin yang telah mereka awetkan sendiri.
Siswa saya bagi dalam 4 kelompok yang anggotanya 6 orang. Mere-
Prioritas Pendidikan: Edisi 13 Oktober - Desember 2015
11
PRIORITAS - Praktik yang Baik
Buat Maket Madrasah Tangerang, Banten - Akidin MPd, guru matematika MTsN Tigaraksa, mengajak siswa kelas IX membuat miniatur madrasah untuk menerapkan konsep kesebangunan dalam pemecahan masalah. Siswa dibentuk dalam 4 kelompok yang berjumlah 8-9 siswa. Kemudian setiap kelompok mendapat lembar kerja yang berisi panduan membuat miniatur gedung MTsN Tigaraksa, serta meteran untuk mengukur. “Kalian akan membuat tugas proyek membuat miniatur sekolah. Tugas ini dikerjakan dalam 4 kali pertemuan. Hari ini kalian akan mengukur luas madrasah untuk menjadi dasar dalam membuat miniatur madrasah,” terang Akidin kepada siswanya. Dalam proses pengukuran siswa berbagi wilayah, ada yang mengukur bagian gedung, lapangan, halaman depan, dan luas seluruh sekolah. Semua siswa tampak asyik menikmati mengukur. Setelah selesai mengukur, setiap kelompok menyampaikan data hasil pengukurannya, dan setiap kelompok saling melengkapi. Pada pertemuan kedua, Akidin memberikan penugasan kepada siswa untuk membuat gambar miniatur madrasah. ”Setelah kalian mendapatkan ukuran madrasah, sekarang setiap siswa akan menerapkan konsep kesebangunan dengan menggambar miniatur madrasah. Kita akan menggunakan skala 1:100,” kata Akidin lagi. Setelah gambar miniatur madrasah selesai dibuat, pada pertemuan ketiga dan keempat siswa membuat miniatur madrasah dalam bentuk tiga dimensi. Setiap kelompok sebelumnya telah patungan untuk membeli alat dan bahan yang diperlukan, seperti triplek, karpet, lem, gunting, kayu seukuran korek api, dan kertas karton dengan ketebalan 3 mm. Berdasar gambar dan ukuran yang sudah
Setelah melakukan pengukuran dan menggambar madrasah, siswa dalam kelompok kecil bekerja sama membuat maket miniatur madrasah dalam bentuk tiga dimensi.
dibuat, siswa mulai berbagi tugas membuat miniatur madrasah. Ada yang mengukur kertas, ada yang menggunting, dan ada yang menempelkannya pada triplek yang sudah dilapisi karpet. “Dengan pembelajaran ini, para siswa mempraktikkan konsep kesebangunan, perbandingan senilai, pengukuran, dan bangun ruang sisi datar,” kata Akidin. Setelah selesai membuat miniatur madrasah, setiap kelompok secara bergantian mempresentasikannya di depan kelas. (Anw/Anl)
Menentukan Besaran dan Satuannya
Siswa menyiapkan laporan hasil percobaan.
Oleh Mevi Utami Nst, Guru IPA Kelas VII SMP Al Azhar Medan, Sumatera Utara PELAJARAN ini bertujuan mengidentifikasi dan mengelompokkan besaran pokok dan besaran turunan dengan menggunakan satuan internasional dalam pengukurannya, kemudian mengonversikan satuan panjang, massa, dan waktu secara sederhana. Agar siswa lebih mudah memahaminya, siswa dibagi dalam kelompok, dan diminta mengerjakan lembar kerja yang berisi beberapa tugas, yang tujuannya menentukan besaran turunan. Adapun
12
bahan yang harus dipersiapkan adalah daun, millimeter blok, air kemasan dalam 3 macam ukuran, penggaris, gelas ukur, gula pasir, pengaduk, dan pengukur waktu. Tugas pertama adalah mengukur luas daun. Daun diletakkan di bawah kertas millimeterblok, siswa mengamati posisi daun pada kertas milimeterblok tersebut, dan menghitung jumlah kotak yang berada di atas daun. Hasilnya dicatat pada tabel. Tugas kedua adalah mengubah satuan volume ke dalam satuan lain. Mereka mengamati label pada kemasan air minum dan mencatat isi bersih air pada masingmasing botol. Lalu siswa menjumlahkan isi bersih ketiga botol lengkap dengan satuannya. Satuannya kemudian diubah menjadi liter. Tugas ketiga adalah mengukur kelarutan gula. Air dimasukkan pada gelas ukur, pastikan air menunjukkan ukuran 1 liter. Siswa mengukur gula pasir sebanyak 30 gram, dimasukkan ke dalam air, dan diaduk hingga larut. Ulangi kegiatan yang sama
Prioritas Pendidikan: Edisi 13 Oktober - Desember 2015
dengan menggunakan gula pasir sebanyak 40 gram. Siswa mencatat semua data pengamatan dalam tabel data. Tugas keempat adalah mengukur denyut nadi teman. Salah seorang siswa memegang tangan salah satu teman kelompok untuk merasakan denyut nadinya. Mereka menghitung jumlah denyut nadi teman dalam waktu 60 detik. Hasilnya dicatat dalam tabel pengamatan, lalu siswa menghitung frekuensi denyut nadinya. Semua hasil pengamatan tersebut ditulis dalam tabel di kertas karton yang kemudian dipresentasikan ke depan kelas. Kelompok lain memberi tanggapan dan masukan. Melalui keempat pengamatan yang sudah dilakukan, siswa bisa mengenal berbagai besaran yang ada dalam kehidupan seharihari berikut dengan satuannya. Siswa belajar tentang mengonversikan volume air dengan satuan lain, mengukur konsentrasi larutan gula dengan mengubah satuan liter dan gram menjadi kilogram per meter kubik, dan mengukur denyut nadi siswa dalam satu menit lalu menghitungnya sebagai frekuensi dalam satuan hertz.
PRIORITAS - Praktik yang Baik
Membuat Proyek Percobaan Pemisahan Campuran Oleh Kasmiatang Kadir Guru MTsN Turikale Maros, Sulawesi Selatan
SALAH satu kompetensi dasar pembelajaran IPA yang ingin dicapai untuk siswa kelas VII adalah memahami karakteristik, serta perubahan fisik dan kimia pada zat yang dapat dimanfaatkan untuk kehidupan sehari-hari. Saya membuat indikator pencapaian kompetensi siswa mengetahui prinsip dan terampil melakukan pemisahan campuran dengan metode filtrasi, kristalisasi, sublimasi, destilasi, dan kromatografi. Pembelajarannya didesain berlangsung dua kali pertemuan dengan menerapkan model pembelajaran berbasis proyek. Pada kegiatan apersepsi, saya mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa. Pernahkah kalian pikirkan, (1) Bagaimana mengubah air keruh menjadi air jernih? Bagaimana air laut menjadi garam? Bagaimana pengharum ruangan yang padat menghasilkan bau? (2) Apa yang harus kalian lakukan untuk mengubahnya? (3) Apa yang terjadi jika baju putihmu terkena tinta hitam? Saya mempersilakan siswa membaca buku paketnya selama 10 menit. Setelah itu siswa mengungkapkan jawabannya berdasar hasil bacaannya. Saya sampaikan jawaban-jawaban tersebut akan dibuktikan melalui kegiatan percobaan. Kegiatan inti pembelajaran pada pertemuan pertama adalah menyusun perencanaan proyek pemisahan campuran. Siswa saya bagi menjadi lima kelompok heterogen
Simpulan siswa dari percobaan kromatografi.
Kelompok kromatografi sedang mempresentasikan hasil percobaannya.
yang setiap kelompok mendapat tugas berbeda, yaitu melakukan pemisahan secara sublimasi, destilasi, kromatografi, filtrasi, atau kristalisasi. Setiap kelompok mendapatkan lembar kerja, serta alat dan bahan yang digunakan. Semua kelompok mendiskusikan jadwal kegiatan percobaan, tempat pelaksanaan, cara membuat laporan mulai dari judul, tujuan, alat dan bahan, langkah kerja, simpulan, berdasar contoh-contoh laporan yang sudah dibuat sebelumnya. Saya juga memberikan rubrik penilaian kepada setiap ketua kelompok untuk memonitor anggota kelompoknya. Pertemuan pertama di akhiri dengan penyampaian rencana desain proyek percobaan yang akan diimplementasikan di rumah. Pada pertemuan kedua, kegiatan intinya berupa presentasi hasil percobaan yang sebelumnya telah dilakukan di rumah. Kelompok sublimasi (pemisahan campuran dari padat ke gas tanpa mencair terlebih dahulu) menunjukkan laporan hasil percobaan, serta alat dan bahan yang digunakan seperti botol air mineral 600 ml 1 buah, paku, sabun, gunting, dan isolasi bening. Cara kerjanya, botol aqua dilubangi dengan menggunakan paku, kemudian botol dipotong pada bagian bawah, dan sabun dimasukkan ke dalam botol tersebut. Botol yang telah dipotong disatukan kembali dengan menggunakan isolasi bening. Produk pun sudah jadi. Berdasarkan penuturan mereka, sabun disebut mengalami sublimasi karena sabunnya perlahan menguap atau perubahan dari benda padat menjadi uap. Penguapan juga dipengaruhi oleh lingkungan sekitar seperti pengaruh udara. Pada kelompok destilasi (pemisahan campuran dengan menggunakan pemanasan sampai titik didih sehingga terpisah filtrate aslinya) bahan yang dipersiapkan adalah kompor, panci, air sumur, dan garam. Proses yang mereka lakukan adalah air sumur dicampurkan dengan garam sebagai pengganti air laut. Air tersebut dipanaskan di atas kompor, uap yang dihasilkan ditampung dan dikumpulkan pada penutup
panci sehingga diperoleh air tawar. Kelompok filtrasi (pemisahan dengan menggunakan penyaring) bahan yang persiapkan adalah botol air minum kemasan ukuran 1500 ml, pasir, batu kerikil, sabuk kelapa, kain halus, pisau/gunting, jam, dan air kotor. Prosesnya sebagai berikut, botol minuman kemasan bagian mulutnya dipotong untuk digunakan sebagai wadah penyaringan air. Buka tutup botol, lalu tempatkan botol air di tempat wadah air, secara terbalik siswa memegang botol air mineral supaya tidak roboh saat dilakukan pengisian bahan-bahan penyaring air. Secara berurutan siswa memasukkan kerikil, pasir, sabut kelapa, dan terakhir adalah kain halus. Air pada wadah pertama yang berisi air kotor disaring dan ditampung pada wadah kedua. Siswa mencatat lama waktu yang digunakan sehingga mendapat air yang bersih. Kelompok kristalisasi (pemisahan zat padat dari komponen-komponen lain penyusun campuran) bahan yang dipersiapkan adalah air laut, talang, panas matahari, botol aqua. Prosesnya, air laut disimpan pada talang, dijemur pada terik matahari, tunggu sampai air kering dan membentuk kristal garam. Kelompok kromatografi (pemisahan campuran dengan melihat titik rambat) bahan yang dipersiapkan gelas air kemasan, air bersih, tinta hitam, dan tisu basah yang dikeringkan. Prosesnya sebagai berikut, siswa mengisi air bersih pada gelas air kemasan, tisu basah yang telah dikeringkan ditetesi dengan tinta hitam. Setelah itu secara hati-hati ujung tisu dimasukkan ke dalam wadah botol yang telah berisi air. Tinta tidak boleh sampai ke permukaan air, dan siswa mengamati proses yang terjadi. Secara bergantian setiap kelompok melaporkan hasil percobaannya. Guru juga memberikan penguatan tentang prinsip metode pemisahan campuran, manfaatnya, serta penerapan prinsip-prinsip pemisahan campuran dalam kehidupan sehari-hari. Di akhir pelajaran setiap kelompok diminta mengumpulkan laporannya.
Prioritas Pendidikan: Edisi 13 Oktober - Desember 2015
13
PRIORITAS - Praktik yang Baik
Percobaan Fotosintesis: Menghitung Gelembung Udara Cimahi, Jawa Barat - Siswa kelas IX SMPN 3 Cimahi, Jawa Barat, diajak bereksperimen tentang fotosintesis tanaman Hydrilla verticillata (10/10). Pelajaran ini melatih siswa mengamati peristiwa fotosintesis dan mampu menyajikan hasil pengamatannya. Mereka didampingi gurunya, Lien S. Pada mulanya, para siswa memahami tanaman tradescantia berusia 40 tahun yang tumbuh dalam botol isolasi. Meski hanya sekali disiram air, tanaman itu tetap bisa tumbuh berkat cahaya matahari. Proses fotosintesisnya diubah menjadi energi untuk mengembangkan diri. Peristiwa fotosintesis ini menghasilkan oksigen dan butiran air yang kemudian berfungsi sebagai "hujan" di dalam botol. Bagaimana pengaruh cahaya terhadap kecepatan fotosintesis tanaman Hydrilla verticillata? Para siswa didorong aktif mengemukakan pendapatnya serta membuktikan hipotesisnya melalui suatu percobaan. Secara berkelompok siswa antusias melakukan percobaan fotosintesis ingenhousz untuk membuktikan bahwa fotosintesis menghasilkan oksigen. Satu rakitan diletakkan di bawah sinar matahari langsung dan rakitan lainnya di dalam ruangan yang tidak terkena cahaya. Jika di sekolah tidak tersedia alat praktikum, bisa menggunakan alat sederhana dari barang bekas, seperti botol air mineral bekas. Tabung reaksi bisa diganti dengan selang plastik kecil bekas untuk menampung oksigen. Anak-anak gembira, bahkan bertepuk tangan, saat melihat gelembung udara yang muncul pada tabung reaksi. Dengan bersemangat, mereka mencatat jumlah gelembung udara. Ternyata, percobaan anak-anak itu berhasil dengan terlihatnya gelembung udara. Gelembung-gelembung ini terkumpul pada dasar tabung reaksi yang dalam keadaan terbalik sehingga membentuk rongga udara.
Siswa di dalam kelompok kecil melakukan percobaan Ingenhouz (Uji Oksigen) pada tanaman Hydrilla Verticillata.
Gas yang terkumpul ini diuji coba dengan menggunakan bara api dari lidi. Seperti diketahui, api dapat menyala jika ada oksigen di sekitarnya. Untuk membuktikan apakah gelembung udara yang terkumpul tersebut mengandung oksigen, siswa memasukkan bara api dari lidi ke mulut tabung reaksi. Ketika bara api dari lidi dimasukkan dan ternyata menyala (mengeluarkan api), itu membuktikan bahwa gas yang dihasilkan dalam proses fotosintesis adalah oksigen. Bara api menyala saat didekatkan dengan mulut tabung reaksi yang berisi gas hasil dari fotosintesis. (Yh)
Pelajari Gerak dan Perubahan Tumbuhan dari Putri Malu bertugas menyentuh putri malu dengan menggunakan tangan, menggunakan lilin dan es batu, serta ada siswa yang bertugas mencatat hasil percobaan.
Siswa memberi perlakuan pada tumbuhan putr i malu. Hasilnya mereka presentasikan di kelas.
Oleh Nita Heriyati SPd Guru IPA SMP MTsN Lamno, Aceh Jaya KAMI memanfaatkan lingkungan sekolah yang luas dan terdapat banyak tumbuhan putri malu sebagai media pembelajaran IPA untuk melihat gerak dan perubahan tumbuhan. Setelah menjelaskan tujuan eksperimen, siswa diberikan bahan bacaan
14
tentang gerak pada tumbuhan agar siswa mendapatkan pemahaman awal. Setiap kelompok mendapatkan lembar kerja, lilin, korek api, es batu, dan pengukur waktu. Kemudian siswa mencari tumbuhan putri malu yang terdapat di halaman sekolah, Setiap anggota kelompok diberi tanggung jawab dan tugas masing-masing. Ada siswa yang memegang pengukur waktu dan menghitung reaksi sentuhan, ada siswa yang
Prioritas Pendidikan: Edisi 13 Oktober - Desember 2015
Setiap kelompok memberi perlakuan pada putri malu dengan menyentuh menggunakan ujung jari tangan pada bagian atas daun, menyentuh menggunakan ujung jari tangan pada tangkai daun putri malu, memberikan suhu dingin dengan cara mendekatkan es batu di bawah permukaan daun, dan memberikan rangsangan suhu panas di bawah permukaan daun dengan menggunakan lilin. Semua tahapan perlakuan ini dilakukan sebanyak tiga kali. Mereka mengamati dan mencatat kecepatan respon tumbuhan putri malu terhadap rangsangan dengan pengukur waktu dan proses kembalinya putri malu pada posisi awal. Setiap kelompok mempresentasikan hasil eksperimen yang dilanjutkan dengan membuat laporan secara individu. “Dari berbagai perlakuan yang diberikan, bagian yang paling sensitif adalah bagian daun,” kata salah seorang siswa dalam presentasinya.
PRIORITAS - Praktik yang Baik
Pahami
Teks Eksemplum Melalui Cerita Bergambar Langkah selanjutnya, tugas individu di mana setiap siswa membuat cerita bergambar asal usul desa mereka masing-masing sesuai dengan struktur penulisan yang lengkap yang terdiri dari orientasi, insiden, dan interpretasi. Orientasi merupakan pusat cerita berasal, yakni asal desa siswa masing-masing. Dilanjutkan dengan insiden atau peristiwa yang pernah terjadi sehingga kejadian tersebut menjadikan nama desa. Ditutup dengan interpretasi atau pesan moral yang didapatkan dari cerita. Teks eksemplum asal usul desa yang dibuat oleh siswa. Lumajang, Jawa Timur - Siswa Kelas IX MTs Al Fauzan Lumajang belajar memahami Teks Eksemplum, yakni membuat cerita bergambar asal usul desa mereka masing-masing. Sekolah mitra yang menjadi satu dengan Pondok Pesantren Al Fauzan Lumajang ini mewajibkan seluruh siswanya untuk tinggal di pondok pesantren. Asal usul desa para siswa pun berbeda-beda dan menarik untuk dituangkan ke dalam cerita bergambar. Inilah yang dilakukan oleh Ita Winarti guru bahasa Indonesia di MTs Al Fauzan. “Pembelajaran kali ini saya buat berbeda agar siswa tidak hanya sekadar menemukan pengertian Teks Eksemplum, namun mereka bisa membuat Teks Eksemplum melalui cerita bergambar buatan mereka sendiri,” terangnya. Kegiatan diawali dengan pencarian informasi terkait pengertian Teks Eksemplum. Siswa di kelas dibagi dalam tugas kelompok dan diminta mencari informasi di luar kelas, yakni di perpustakaan, internet, buku, dan museum Al Fauzan. Sambil membawa lembar kerja (LK) mereka mulai mencari pengertian Teks Eksemplum melalui 4 pusat informasi. Setelah mendapatkannya, seluruh kelompok kembali ke kelas dan merangkum hasil yang mereka peroleh di LK. Hasil kelompok tadi kemudian dipresentasikan oleh setiap kelompok.
Hampir semua siswa mampu menceritakan asal usul desa mereka masing-masing dalam bentuk cerita bergambar yang menarik. Akmal siswa kelas IX merasa lebih mudah memahami Teks Eksemplum dan ciri-cirinya melalui cerita bergambar yang ia buat. Siang itu, Ahmad menceritakan tentang Desa Bangsal Sari Jember, asal usul tempat tinggalnya. Masuk dalam ciri Orientasi, Ahmad menceritakan asal usul desanya Bangsal Sari diawali dengan keberadaan dua tokoh cerita Kakek dan Nenek Nambi yang hidup di sebuah hutan tak bernama. “Nenek Nambi senang menanam bunga, namun Kakek selalu meremehkannya. Suatu hari bunga tersebut merekah semua dan nenek menjualnya ke pasar. Ternyata banyak sekali peminat bunga nenek. Kakek tak menyangka bunga tersebut laku dijual dan disukai orang. Tempat tinggal sang nenek menjadi terkenal. Melihat kenyataannya tersebut kakek minta maaf dengan membuatkan rumah-rumahan atau bangsal di tengah taman bunga. Sejak itu tempat itu dikenal sebagai Bangsal Sari,” cerita Ahmad disambut tepuk tangan seluruh temannya. Di akhir kegiatan, hasil karya setiap siswa ditempelkan di dinding. Beberapa siswa saat istirahat enggan meninggalkan kelas dan lebih memilih menghabiskan waktu dengan membaca cerita asal usul desa teman-temannya yang ditempel di dinding. (Dkd)
Membaca Ekstensif untuk Belajar Teks Narasi Setelah memberikan teks atau buku bacaan berbahasa Inggris, guru memonitor aktivitas anak membaca dengan memberi tagihan berupa membuat komik, gambar seri, peta konsep, poster, time line, role play dan lainnya. Hal penting yang harus dilakukan di kegiatan ini adalah pemilihan teks. Karena guru tidak mengajarkan part of speech, tetapi lebih pada membaca yang menyenangkan sehingga tidak terjebak dalam membaca intensif. Berikut kegiatan membaca ekstensif yang dikembangkan dalam pembelajaran oleh Imelda:
Siswa MTsN 2 Banjarnegara mempresentasikan karya kelompoknya hasil dari kegiatan membaca ekstensif. Banjarnegara, Jawa Tengah - Imelda Septianawati, guru bahasa Inggris MTsN 2 Banjarnegara, mengembangkan kegiatan membaca ekstensif atau extensive reading dalam pembelajaran bahasa Inggris. Kegiatan ini dilakukan di dalam atau di luar jam pembelajaran. Kegiatan membaca ekstensif memfasilitasi terjadinya pemerolehan bahasa untuk melengkapi pembelajaran di kelas yang terbatas. Jika dilakukan secara disiplin, kegiatan ini bisa memperkaya bahasa Inggris siswa dengan cara yang menyenangkan.
1. Setelah siswa dibentuk dalam kelompok kecil, guru membagikan teks bacaan, dan meminta siswa membaca senyap. 2. Guru membagi pictures series dan komik tentang narrative yang berjudul the turtle and the hare. 3. Siswa dipersilakan menanyakan makna kalimat atau kata dalam teks yang belum diketahuinya. 4. Siswa berbagi informasi berkaitan dengan teks seperti karakter, seting tempat, waktu, masalah dan lainnya. 5. Siswa membuat peta konsep dari hasil bacaannya, lalu mengembangkannya menjadi sebuah komik atau gambar berseri untuk menceritakan kembali hasil isi bacaan. 6. Siswa mempresentasikannya dan memajang hasil karyanya. (Arz/Wd)
Prioritas Pendidikan: Edisi 13 Oktober - Desember 2015
15
PRIORITAS - Praktik yang Baik
Pembelajaran SMP dalam Perkuliahan IPA Yogyakarta - “Sekarang kita akan melakukan pemodelan tentang getaran, gelombang, dan bunyi. Kalian sebagai siswa, dan saya sebagai gurunya,” kata Sabar Nurohman, MSi Dosen Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) mengawali perkuliahan. Kegiatan perkuliahan menggunakan alur introduction (pendahuluan), connection (menghubungkan), application (menerapkan), reflection (merefleksi), dan extention (penguatan) atau disingkat lCARE. Kegiatan introduction dimulai dengan dosen menyampaikan latar belakang, tujuan, dan garis besar langkah kegiatan. Pada kegiatan connection mahasiwa mengkaji kompetensi dasar (KD) SMP kelas VIII, mata pelajaran IPA tentang KD 3.10 memahami konsep getaran, gelombang, bunyi, dan pendengaran, serta penerapannya dalam sistem sonar pada hewan dan dalam kehidupan sehari-hari, serta KD 4.10 tentang melakukan pengamatan atau percobaan tentang getaran, gelombang, dan bunyi. Mahasiswa diminta menganalisis cara menyajikan materi KD tersebut di dalam kelas. “Dalam materi getaran kemampuan yang diharapkan adalah memahami dan mencoba, dan untuk materi sistem sonar siswa diharapkan menerapkan,” kata Tyas menjelaskan hasil diskusi kelompoknya. Kelompok lain menyampaikan kemampuan yang dapat dilakukan adalah mengamati, melakukan, dan menganalisis. Kegiatan selanjutnya application, Sabar melakukan pemodelan sebagai guru SMP dan mahasiswanya menjadi siswa. Dia akan mengajar konsep gelombang sebagai getaran yang merambat, gelombang transfersal, dan gelombang longitudinal. Pemodelan dilakukan dengan mendemontrasikan gejala gelombang melalui percobaan sederhana dengan slinky. “Khasfi tolong bantu saya memegang Slinky ini, saya akan mencoba memeragakannya. Semua siswa maju ke depan untuk memerhatikan percobaan ini,” pinta dosen yang memeragakan guru ini. Sabar menjelaskan dengan mengayun-ayunkan slinky sehingga membentuk gelombang. “Kenapa ayunan tersebut disebut sebagai sebuah getaran atau gelombang,” tanyanya. “Menurut saya itu sudah termasuk gelombang. Karena, gerakan atau gerak bolak-baliknya sudah merambat dari satu
16
ujung ke ujung satunya,” jawab Astrid. Sabar Nurohman, dosen FMIPA UNY, mendampingi kelompok yang Berikutnya adalah menguji gejala gelombang melalui percobaan sederhana dengan slinky. dosen meminta siswa untuk melakukan pengamatan pada sebuah percobaan di kelompoknya masinglurus dengan arah getarannya. Itu kami masing. Setiap kelompok mendapatkan lakukan pada percobaan yang pertama,” paket slinky dan lembar kerja. Berikut jawab Khasfi mewakili kelompoknya. lembar kerja yang digunakan: “Gelombang longitudinal adalah gelombang yang arah rambatannya sejajar dengan arah Membedakan Gelombang Transversal getarannya,” tambah Evi dari kelompok lain. dan Gelombang Longitudinal
Secara berkelompok lakukanlah kegiatan sebagai berikut: 1. Getarkan Slinky ke kanan-kiri secara berulang di atas lantai keramik. 2. Gambarlah pola gerakan slinky pada kertas. 3. Lengkapi gambar yang sudah dibuat dengan melukiskan arah getar dan arah rambat getaran. 4. Getarkan Slinky maju-mundur secara berulang di atas lantai keramik. 5. Gambarlah pola gerakan slinky pada kertas. 6. Lengkapi gambar yang sudah dibuat dengan melukiskan arah getar dan arah rambat getaran. Setelah siswa dalam masing-masing kelompok mengisi pertanyaan 1 sampai 6, Sabar membagikan bahan bacaan tambahan untuk mengklarifikasi jawaban siswa. Setelah itu mahasiswa menjawab soal lanjutan pada nomor 7 sampai dengan 10. 7. Bandingkan arah getar dan arah rambat getaran. 8. Apakah pola gerakan slinky pada kedua kegiatan termasuk dalam kategori gelombang? Mengapa? (Pelajari informasi pada bahan bacaan) 9. Berdasarkan informasi (dalam bahan bacaan), pola gelombang mana yang merupakan gelombang transversal? Mengapa? 10. Berdasarkan informasi dalam bahan bacaan, pola gelombang mana yang merupakan gelombang longitudinal? Mengapa? Setelah selesai melakukan percobaan. Sabar meminta siswa untuk menyampaikan hasil diskusinya. “Gelombang transversal adalah gelombang yang arah rambatnya tegak
Prioritas Pendidikan: Edisi 13 Oktober - Desember 2015
Mereka selanjutnya mendiskusikan kemampuan apa saja yang sudah dan belum tercapai dari pemodelan tersebut. Ternyata, kemampuan yang belum tersaji dalam pemodelan adalah kemampuan untuk menerapkan getaran. Contohnya, terkait dengan bunyi adalah sebuah gelombang. Namun bagaimana menjelaskan bahwa sebuah bunyi itu adalah sebuah gelombang. Untuk menjawab hal itu, Sabar membagikan sejumlah kaleng bekas dan kertas. Mahasiswa diminta memotong-motong kertas menjadi kecil-kecil kemudian menaruhnya di atas kaleng. Selanjutnya kaleng dipukul-pukul dan diamati apa yang terjadi. Mahasiswa diminta menganalisis hubungan getaran dan bunyi. “Seumpama permukaan ini adalah membran, ketika kita pukul ke bawah bentuknya menjadi cekung, karena ada udara di atas membran tersebut menjadi renggang, otamatis kertas menjadi naik. Nah sebaliknya. Ketika kita melepasnya, maka konsentrasi dari udara tersebut akan merapat. Karena rapatan renggangan tersebut merambat melalui medium udara sampai ke telinga kita sehingga kita bisa mendengar,” kata Jannah, mahasiswa. Selanjutnya kegiatan reflection dilakukan dengan mengingat kembali komponen 'kemampuan' dan 'konten materi' apa saja yang terdapat pada KD 3.10 dan 4.10 kelas VIII SMP. Terakhir, kegiatan extention, mahasiswa ditugaskan menganalisis sistem sonar, mengidentifikasi hewan yang memanfaatkan sistem sonar dan cara kerjanya. Mereka juga ditugaskan untuk menjelaskan cara mengukur kedalaman laut menggunakan sistem sonar dan bagaimana cara kerja alat ultrasonografi (USG). (Arz)
PRIORITAS - Praktik yang Baik
Lumajang Deklarasi Penggabungan Sekolah dan Kelas Rangkap Penggabungan Perubahan Nama SD negeri di Lumajang. Menurut Asep, penggabungan ini menjadi salah satu kebijakan pemerintah Kabupaten Lumajang untuk mengefektifkan pembelajaran, khususnya di SD negeri. Beberapa ketentuan yang dilakukan dalam penggabungan terkait dengan penataan dan pemerataan guru di antaranya menggunakan hasil analisis data pokok pendidikan yang dikembangkan bersama dengan USAID PRIORITAS. Lebih rinci Asep menjelaskan, pihaknya lebih fokus lagi untuk memberikan pelayanan terhadap peningkatan kualitas dan efektivitas proses belajar mengajar. Jika melihat jumlah guru yang ada sekarang ini, seharusnya sudah cukup untuk mengisi di seluruh SD negeri se-Kabupaten Lumajang tanpa harus merekrut PNS lagi. Asep Bambang W saat mendeklarasikan penggabungan sekolah dan pelaksanaan kelas rangkap di SD negeri di Lumajang.
Lumajang, Jawa Timur - Kabupaten Lumajang berkomitmen melakukan Penataan dan Pemerataan Guru sesuai dengan SKB 5 Menteri Tahun 2013 tentang Penataan dan Pemerataan Guru dan peningkatan mutu pendidikan. Pemerintah Kabupaten Lumajang membuat kebijakan dengan melakukan penggabungan beberapa SD negeri di Kabupaten Lumajang (6/11). Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pendidikan Asep Bambang W, membuka acara Deklarasi Penggabungan Sekolah Dasar Negeri seKabupaten Lumajang” yang berlangsung di SDN 02 Desa Wonokerto, Kecamatan Tekung. Kegiatan ini juga dihadiri Kepala UPT Pendidikan, kepala sekolah, dan perwakilan guru dari masingmasing sekolah yang digabung. Deklarasi ini untuk menindaklanjuti SK Bupati Nomor 188.45/331/427.12/2015 tanggal 29 September 2015 tentang
“Sebelum penggabungan, banyak sekali guru yang mengajar di kelas dengan jumlah siswa kurang dari 20. Hal ini tentu saja juga merugikan guru karena tidak mendapatkan tunjungan sertifikasi. Dengan penggabungan, selain jumlah siswa per kelas 20 anak, guru juga tetap bisa mendapatkan sertifikasi tanpa harus kekurangan jam mengajar,” terangnya. Adanya penggabungan ini diharapkan rasio guru dengan siswa dan pelayanan pembelajaran kepada siswa, khususnya di SD negeri telah sesuai. Untuk beberapa sekolah yang tidak bisa di gabung akan diberlakukan kelas rangkap. Menurut Asep, sekolah-sekolah yang ditunjuk untuk melakukan kelas rangkap, para gurunya akan dilatih cara melaksanakan pembelajaran kelas rangkap. “Melalui penggabungan ini diharapkan pelayanan dan mutu pendidikan ke depan menjadi lebih baik lagi. Jumlah SD Negeri yang digabung untuk saat sekitar 32 sekolah dan akan bertambah lagi angkanya hingga akhir tahun,” kata Asisten Administrasi Pemkab Lumajang, Wisu Wasono Adi di sela-sela acara. (Dkd)
Guru Demak Sisihkan 4 Persen Tunjangan Profesi Demak, Jawa Tengah - Dengan diterbitkannya Peraturan Bupati No. 53 Tahun 2015 tentang pembinaan dan pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) bagi guru di lingkungan pemerintah Kabupaten Demak, maka pertanggal 17 November 2015 semua penerima tunjangan profesi guru di Kabupaten Demak wajib menyisihkan empat persen dari tunjangan profesinya. “Kita berupaya supaya setiap pendidik di lingkungan Kabupaten Demak terus meningkat kemampuan dan kariernya. Oleh karena itu, kebijakan menyisihkan empat persen dari tunjangan profesi pendidik dalam peraturan bupati ini perlu dilaksanakan,” kata Bupati Demak, Moh. Dachirin Said dalam lokakarya pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) di Aula Bupati, Senin (23/11). Bupati menyebutkan bahwa alasan penerbitan perbub ini di antaranya, untuk
terus meningkatkan kompetensi para guru. “Karena itu, penting untuk mengembalikan lagi peran guru secara maksimal dalam pendidikan. Kualitas pendidikan di suatu daerah sangat ditentukan oleh kualitas pendidiknya,” ungkap Bupati. Sumber pembiayaan dalam PKB selain dari tunjangan profesi di antaranya berasal dari pemerintah daerah, bantuan operasional sekolah (BOS) sesuai ketentuan, dana dari yayasan, dan sumber lain yang sah. Pengelolaan keuangan PKB yang 4% tersebut langsung dikelola secara mandiri oleh satuan pendidikan masing-masing. Dinas pendidikan hanya mengatur regulasinya. Dalam peraturan bupati tersebut, pasal 11 disebutkan bahwa bentuk dari kegiatan PKB di antaranya kegiatan pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan karya inovatif. Untuk mengurangi gesekan dalam
Bupati Demak, Moh. Dachirin Said.
pengelolaan dana, dalam perbup disebutkan tentang bentuk pengelolaannya meliputi di satuan pendidikan, kelompok kerja guru (KKG), dan musyawarah guru mata pelajaran (MGMP). Setiap satuan pendidikan, KKG, dan MGMP dapat membuat perencanaan PKB berdasarkan hasil penilaian kinerja guru dan hasil evaluasi diri. Setelah didapatkan peta kebutuhan, mereka selanjutnya dapat berkoordinasi dengan dinas pendidikan untuk legalitas dan mendapat dukungan dalam pelaksanaan PKB. (Arz)
Prioritas Pendidikan: Edisi 13 Oktober - Desember 2015
17
PRIORITAS - Praktik yang Baik
Siswa SD ini Buat Perpustakaan dan Mengelolanya Sendiri
Siswa sedang bekerja sama membuat perpustakaan mereka sendiri.
Makassar, Sulawesi Selatan - SDN Kompleks IKIP I Makassar ini punya cara sendiri untuk membuat siswa-siswinya makin cinta buku. Para siswanya diajari untuk membuat perpustakaan mini dan mengelolanya sendiri. Adalah Alphian Sahruddin, guru kelas IVB di SD tersebut yang mendorong siswanya secara berkelompok membuat perpustakaan mini sendiri. Perpustakaan mini tersebut berupa rak-rak buku yang dibuat dari berbagai bahan bekas seperti kayu, kertas karton, gabus dan lainlain. Setelah jadi, kelompok siswa yang membuatnya itu sendiri yang juga mengelolanya, mulai dari pengadaan, peminjaman dan pengembalian buku oleh siswa yang lain. “Dengan membuat perpustakaan mini sendiri dan mengelola bukubukunya sendiri, bukan saja mereka menjadi lebih senang membaca buku, mereka juga menjadi penuh tanggung jawab menyediakan buku yang bisa menarik siswa lain membaca buku dari koleksi perpustakaan yang mereka bangun sendiri," ujar Alphian (2/12). Rak-rak buku mini tersebut memiliki tinggi 1 meter dan lebar 60 cm. Buku koleksi siswa yang dibawa dari rumah dan diletakkan di rak tersebut juga menarik-menarik seperti buku cerita, majalah anak-anak, buku pelajaran bergambar dan sebagainya. Karena terkait dengan pembelajaran, anak-anak juga ditugaskan membuat prosedur teks terkait bahan dan cara membuat masingmasing rak buku perpustakaan mininya. Salah satu kelompok dari empat kelompok siswa yang dibentuk di kelas IVB menuliskan bahannya seperti: tripleks bekas, paku, kertas koran, isolasi hitam, lem, roda 4 buah, bahan untuk tempat pensil, bambu, kertas warna warni, balok kecil, lidi, gabus putih bekas, dan dus TV. Sedangkan cara pembuatannya ditulisnya sebagai berikut: (1) Triplek dipotong sesuai ukuran rak yang diinginkan, disusun tiga bagian, kemudian dipaku sisi dan ujungnya agar kuat. (2) Setelah terbentuk raknya lalu dibungkus dengan kertas koran bekas, sisinya di beri isolasi hitam agar tidak kelihatan. (3) Setelah rak buku selesai, bawahnya diberi roda 4 buah, agar mudah dipindahpindahkan. Untuk mempercantik rak bukunya, dibuatkan tempat pensil dari bambu. Bambu tersebut dipotong jadi 3 bagian, panjangnya berbeda-beda, setelah itu direkatkan pada sebuah balok kecil. Agar menarik, bambu kemudian ditempeli dengan kertas warna warni, ditambahkan sedikit hiasan bunga dari lidi diberi lem, kemudian ditempel dengan cabikan gabus bekas putih. "Bahan-bahan yang dipakai adalah bahan bekas murah yang biasa jadi sampah. Aktivitas ini telah menumbuhkan ide kreatif anak-anak mendaur ulang bahan bekas menjadi sesuatu yang bermanfaat," ujar Alphian. Saat istirahat perpustakaan mini tersebut ditaruh di luar kelas dan anak-anak memilih buku dan membaca mengitarinya. Karena satu
18
kelas dibagi empat kelompok, terdapat empat perpustakaan mini yang masing-masing juga memiliki sekretaris yang mencatat bukubuku yang dipinjam dan dikembalikan temannya. Kelompok juga bertanggung jawab mengganti buku-buku yang sudah sering dibaca. “Saya semakin senang membaca buku, karena buku-bukunya dan rak bukunya juga menarik," kata Syafila Firda Nafisa, siswa kelas IVB yang satu minggu rutin menghabiskan tiga buku untuk dibaca. Siswa dan orang tua siswa menjadi lebih sering menyumbangkan atau meminjamkan buku untuk dipajang di perpustakaan mini tersebut. Buku yang dibawa oleh siswa dari rumah rupanya lebih pas dan lebih mengena dengan minat baca mereka. Pembuatan dan pengelolaan perpustakaan mini oleh siswa ini merupakan ide kreatif Alphian dalam pembelajaran IPS tentang pengelolaan sampah. Tidak hanya berhenti mengajarkan tentang pengelolaan sampah, dia juga secara kontekstual mengaitkan langsung dengan ide praktis peningkatan minat baca. (Ajb)
Ajak Orang Tua Siswa Membaca
Orang tua dan siswa membaca bersama.
Pekalongan, Jawa Tengah – Pagi itu, 17 November 2015 halaman SD Negeri Bener, Wiradesa, Pekalongan ramai dipadati orang tua siswa. Mereka duduk rapi di atas karpet warna-warni. Di sekelilingnya berjajar beragam buku. “Bapak Ibu, pagi ini saya mengajak bapak ibu untuk merasakan manfaat dari kegiatan membaca. Kami merasa perlu mengajak bapak ibu supaya dukungan gerakan membaca bukan hanya dari sekolah tapi dari bapak ibu juga,” kata Kepala SDN Bener, Rohmad Kurniyadi dalam sambutannya. Dia menjelaskan bahwa hasil identifikasinya, dari 270 siswa hanya sekitar 5 orang siswa yang melakukan kegiatan membaca di rumah. Dan hal tersebut dilakukan kurang dari 30 menit. Hasil identifikasi tersebut disampaikan kepada guru, paguyuban kelas, dan komite sekolah. Mereka bersepakat untuk membuat Gerakan Ayo Membaca yang disebut GRAM. Kemudian bel dibunyikan penanda bahwa waktu membaca dimulai. Terlihat orang tua bersama siswa asyik memilih buku kemudian mereka duduk berdampingan atau siswa dipangku orang tuanya. Mereka membaca bersama. Ada yang membaca senyap, ada pula yang membaca pelan. Kurang lebih 25 menit kegiatan tersebut dilaksanakan. Bel kembali berbunyi. “Kami berpesan, karena memandaikan anak adalah tanggungjawab bersama, maka luangkan waktu mendampingi anak belajar dan membaca di rumah. Kalau belum sempat mulai sekarang disempatkan,” kata Kepala UPT Drs Zuhri yang ikut hadir pada acara itu. “Setelah ini saya akan mendampingi anak saya membaca setiap malam,” komentar Mulyanah, orang tua siswa kelas 1. (Arz)
Prioritas Pendidikan: Edisi 13 Oktober - Desember 2015
PRIORITAS - Praktik yang Baik
ATM Buku Besar
Buat Siswa Mudah Bercerita Oleh Siti Rohmah, Guru Kelas IIB SDN Sudirman Kabupaten Semarang, Jawa Tengah UNTUK meningkatkan keterampilan membaca siswa, saya memanfaatkan buku besar yang diberikan USAID PRIORITAS dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Sebelumnya, untuk kompetensi menceritakan kembali teks cerita dengan kata-kata sendiri, saya mengajar dengan membacakan cerita. Lalu saya minta siswa menceritakan kembali. Ternyata hasil belajar siswa tidak memuaskan. Hanya 9 dari 26 siswa yang memenuhi nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) 75.
Siswa meniru ekspresi seperti dalam gambar buku. Mereka juga mampu menceritakan kembali isi cerita buku besar dalam bentuk tulisan dan lisan.
Saya melakukan perubahan strategi. Di dalam kegiatan membaca bersama, saya mengajak siswa untuk melakukan ATM (amati, tiru, dan modifikasi) dari buku besar. Adapun langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut: 1. Siswa duduk berkelompok dengan anggota 5-6 siswa. Semua siswa menghadap ke depan. 2. Kegiatan diawali dengan membaca bersama. Siswa diminta mengamati gambar yang ada di setiap halaman. Setelah mengamati gambar siswa diminta: a) menceritakan secara lisan gambargambar tersebut sesuai pemahamannya, b) membuat tebakan atau prediksi berdasarkan gambar maupun cerita, c) membaca dan membahas isi buku untuk membuktikan prediksi. Terjadi
Perpustakaan di Kemas Menarik, Buku Hasil Tulisan Siswa Diterbitkan
kegiatan mengamati dan meniru dari isi bacaan buku besar. 3. Setiap kelompok mendapat tugas menyusun paragraf menjadi isi teks yang runtut. Setiap anggota kelompok memegang potongan kartu paragraf, satu persatu setiap anggota menyusun di kertas hvs, setelah semua tersusun kemudian diberi lem. 4. Setiap kelompok melalui perwakilannya melakukan karya kunjung. Dua anggota membawa karyanya ke kelompok lain, anggota lainnya tetap duduk di kelompok menerima kunjungan kelompok lain. 5. Siswa kembali ke kelompoknya dan melaporkan tanggapan atau masukan dari kelompok yang dikunjunginya. 6. Kegiatan selanjutnya siswa menyusun pertanyaan berdasarkan kartu kata pertanyaan yang ditunjukkan guru. Berdasar pertanyaan yang dibuat siswa, saya meminta siswa lain untuk menjawabnya. Pertanyaan dan jawaban harus sesuai isi teks bacaan buku besar. 7. Kemudian siswa secara berpasangan menceritakan kembali isi teks bacaan secara lisan dengan kata-katanya sendiri, dan dilanjutkan secara individu mereka menceritakan kembali dalam bentuk tulisan. Terjadi kegiatan meniru dan memodifikasi. Usai pembelajaran saya melakukan post test. Siswa yang tuntas KKM menjadi 22 siswa. Hanya masih ada 4 siswa yang masih memerlukan bimbingan khusus dari guru.
Cimahi, Jawa Barat - Untuk mendukung program budaya membaca di sekolah, Aep Haerudin, kepala perpustakaan SMPN 6 Cimahi, membuat perpustakaan yang dikelolanya menjadi tempat yang menyenangkan dan menarik minat siswa untuk membaca. Walaupun ruangan perpustakaan kecil, dia membuatnya menjadi menarik, bersih, dan dikemas baik. ”Kami mengubah kemasan rak buku yang biasanya berwarna coklat dengan deretan yang tinggi, menjadi rak yang ukurannya sesuai dengan jangkauan siswa. Warna setiap rak juga berbeda-beda. Warna ini untuk menunjukkan klasifikasi buku. Misalnya warna hijau untuk buku-buku kesastraan, warna biru untuk buku-buku agama, dan warna lainnya,” paparnya. Sekolah ini juga menyediakan sudut baca di semua kelas dan kotak pustaka di luar kelas. ”Agar mereka tidak kesulitan mendapatkan buku,” kata Aep lagi.
Walaupun tidak luas, perpustakaan SMPN 6 Cimahi dikemas menyenangkan untuk menarik minat siswa membaca buku.
Menurut Kepala SMPN 6 Cimahi, Asep Irawan, setiap hari ada program membaca 15 menit, dan siswa menuliskan resume bacaan di buku siswa. Dampak setelah ada program budaya baca, siswa mulai banyak yang senang membaca. Mereka membuat resume dari buku yang dibaca, bahkan menghasilkan produk buku. ”Sekolah juga sudah menerbitkan buku hasil tulisan siswa dan dipajangkan di perpustakaan sekolah. Bukunya masih dicetak terbatas. Tujuannya untuk memotivasi siswa membaca dan menulis,” kata Asep. (Anw)
Prioritas Pendidikan: Edisi 13 Oktober - Desember 2015
19
DOKUMENTASI USAID PRIORITAS
Direktur Pendidikan Madrasah Kemenag, Prof Dr Nurkholis Setiawan, membaca buku hasil karya tulis siswa yang dipamerkan pada acara simposium guru dan tenaga kependidikan di Jakarta (15/10).
Peserta pelatihan penyegaran fasilitator modul III sedang memodelkan penggunaan buku besar yang melatih kemampuan siswa untuk memprediksi. Pelatihan ini dilaksanakan di Denpasar, Bali, yang bekerja sama dengan Yayasan Literasi Anak Indonesia (15-18/12).
Istijar Nusantara, wartawan Tangsel Pos, memberikan penguatan materi berita kepada fasilitator daerah di Tangerang Selatan. Para fasilitator USAID PRIORITAS dilatih menulis berita dan cara berkomunikasi dengan media untuk mempublikasikan praktik yang baik dalam pendidikan (15/12). Koordinator pemangku kepentingan dan LPTK, Ajar Budi Kuncoro (keempat dari kiri), bersama tiga staf Kemendikbud dan Kemenag, mengunjungi Universitas Michigan dan sekolah di Amerika. Kunjungan ini bertujuan mengidentifikasi praktik-praktik yang baik dalam menyiapkan pendidikan calon guru yang berkualitas (15-21/11).
Siswa kelas III SDN 2 Lembah Sabil, Aceh Barat Daya, mengikuti asesmen kemampuan membaca. Pada November 2015, ada sekitar 3.500 siswa kelas awal yang tersebar di tujuh provinsi mitra USAID PRIORITAS, diases untuk melihat dampak program membaca di sekolah dan madrasah.
Peserta pelatihan asesor EGRA (early grade reading asessment) melakukan simulasi menilai kemampuan membaca dengan menggunakan tablet beraplikasi Tangerine. Sebanyak 61 asesor EGRA dilatih di Jakarta (8-9/10).
USAID PRIORITAS adalah program lima tahun yang didanai oleh USAID, yang diimplementasikan oleh Research Triangle Institute (RTI), Education Development Center (EDC), dan World Education (WE). USAID PRIORITAS dirancang untuk meningkatkan akses pendidikan dasar berkualitas di Indonesia, khususnya untuk: (1) Meningkatkan kualitas dan relevansi pembelajaran di sekolah; (2) Meningkatkan tata kelola dan manajemen pendidikan di sekolah dan kabupaten/kota; (3) Meningkatkan dukungan koordinasi di dalam dan antar sekolah, lembaga pendidikan/ pelatihan guru dan pemerintah di semua jenjang. dari newsletter ini bukan pendapat resmi dari USAID atau pemerintah Amerika Serikat. 20 PrioritasIsiPendidikan: Edisi 11merepresentasikan April - Juni 2015