POTENSI PENGEMBANGAN TANAMAN JARAK PAGAR UNTUK SUMBER BAHAN BAKU BIOFUEL
Siti Mariam
Diseminarkan di Tanjung Balai/Karimun 19 Juli 2006
JURUSAN ILMU TANAH & MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN UNPAD 2006
PROSPEK BUDIDAYA TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.)
Siti Mariam
Diseminarkan di Kalimantan Barat 8 Juni 2006
JURUSAN ILMU TANAH & MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN UNPAD 2006
DAFTAR ISI
BAB Halaman I. PENDAHULUAN.......................................................................................... 1 II. MANFAAT......................................................................................................2 III. BIOLOGI/BOTANI JARAK.........................................................................3 Daun.......................................................................................................................... ..4 Bunga...........................................................................................................................4 Buah/Biji......................................................................................................................4 IV. TEKNIK BUDIDAYA...................................................................................5 LingkunganTumbuh.....................................................................................................5 Penyiapan Lahan..........................................................................................................6 Pengolahan Tanah........................................................................................................6 Pembuatan Lubang Tanam..........................................................................................6 Kebun Induk...............................................................................................................6 Populasi Tanaman........................................................................................................7 Seleksi Benih...............................................................................................................7 Biji...............................................................................................................................7 Setek............................................................................................................................7 Pembibitan...................................................................................................................8 Biji...............................................................................................................................8 Setek............................................................................................................................9 Penanaman...................................................................................................................9 Pemeliharaan Lahan.....................................................................................................9 Pemeliharaan Tanah...................................................................................................10 Pemangkasan Cabang................................................................................................10 4.10. Pemupukan...........................................................................................10 4.11. Pengairan..............................................................................................10 4.12. Hama Tanaman.....................................................................................11 4.13. Panen....................................................................................................12 4.13.1. Pengumpulan Buah.............................................................12 4.13.2. Pengeringan........................................................................13 4.13.3. Pengupasan Buah................................................................13 4.14. Pengolahan Hasil..................................................................................13 4.14.1. Obat....................................................................................13 4.14.2. Minyak Kasar.....................................................................13 4.14.3. Biodisesl.............................................................................14 V. POTENSI HASIL DAN PENGEMBANGANNYA............................................14
i
I. PENDAHULUAN Terjadinya krisis energi, khususnya bahan bakar minyak (BBM) yang diinduksi oleh meningkatnya harga BBM dunia menyebabkan Indonesia perlu mencari sumbersumber bahan bakar alternatif yang mungkin dikembangkan di Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah telah memberikan perhatian yang serius untuk pengembangan bahan bakar nabati (biofuel), dengan menerbitkan Instruksi Presiden No. 1 Tahun 2006 tertanggal 25 Januari 2006, tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar nabati Sebagai Bahan Bakar Lain. Menurut hasil riset Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (Amalia Shintawaty, 2006), Indonesia memiliki 60 jenis tanaman yang berpotensi menjadi sumber energi bahan bakar alternatif, di antaranya kelapa sawit (Elaeis guineensis, L.), jarak pagar ( Jatropha curcas, L.). Namun demikian, bila dibandingkan jarak pagar dalam segi biaya operasional pengembangannya, jarak pagar lebih ekonomis. Sebagai perbandingan biaya pengembangan dan perawatan jarak pagar hanya perlu 20 sampai 25 % dari input atau hasil pendapatan total produksi, sementara kelapa sawit memerlukan 40 – 50 % dari input yang dihasilkannya untuk pengembangan dan perawatan. Di Indonesia masih banyak terdapat lahan kristis yang dapat dimanfaatkan untuk perkebunan tanaman bahan bakar hijau (green fuel) seperti kelapa sawit dan jarak pagar. Menurut Biro Pusat Statistik luas lahan kritis di Indoensia sampai akhir tahun 2003 secara total adalah 22,1 juta hektar (7,9 juta hektar dalam kawasan hutan lindung dan 14,1 juta hektar di luar kawasan hutan). Penggunaan kelapa sawit sebagai sumber BBM bersaing dengan kebutuhan pangan. Alternatif lain, yaitu dengan tanaman jarak, karena tanaman ini tidakbersaing dengan kebutuhan pangan, dan kandungan minyaknya lebih tinggi dibandingkan dengan kelapa sawit. Kandungan minyak jarak pagar berkisar 32 – 35 %, sedangkan kelapa sawit sekitar 24 %. Jarak pagar sebagai bahan bakar nabati sudah diketahui sejak zaman penjajahan Jepang tahun 1942 di Indoensia, tetapi penggunaannya kalah bersaing oleh BBM. Akhir-akhir ini penelitian jarak pagar meningkat, hal tersebut disebabkan respon masyarakat dan para peneliti terhadap INPRES di atas. Penelitian lebih mengarah kepada produksi biofuel dan penggunaannya, tetapi mengenai bahan bakunya belum begitu
intensif. Ketersediaan bahan baku akan menajdi sangat penting pada saat penggunaan biofuel secara besar-besaran direkomendasikan penggunaannya. Jarak pagar merupakan tanaman yang mudah untuk dibudidayakan. Walaupun demikian produktivitasnya sangat tergantung pada varietas, kesuburan tanah, tekstur tanah, ketinggian tempat, curah hujan dan drainase. Faktor yang paling penting diperhatikan adalah curah hujan dan draianse, serta ketinggian tempat. Untuk menunjang pertumbuhan dan produktrivtasnya yang optimal, jarak pagar membutuhkan curah hujan yang rendah (< 1000 mm/tahun) dan drainase yang baik sampai agak cepat pada ketinggian tempat < 500 m di atas permukaan laut. Keadaan tersebut termasuk terbatas penyebarannya di Indonesia, sehingga pengembangannya harus dilakukan secara selektif.
II. MANFAAT Manfaat bahan bakar alternatif jarak pagar : 1. Penyerapan tenaga kerja tidak terampil dan terampil di kantrong-kantong kemiskinan yang akan menghidupkan ekonomi pedesaan. 2. Berkurangnya lahan tandus dan lahgan kritis yang berdampak bertambahnya cadangan air sebagai inti kehidupan dan akan memuncuylkan aktiviats ekonomi lainnya. 3. Tanaman ini dapat digunakan sebagai tiang panjat panili atau lada. Upaya-upaya penghijauan dengan menggunakan jarak pagar sangat bermanfaat bagi penyerapan polusi udara (carbon credits) karena kemampuannya yang tinggi dalam menyerap CO2 dari atmosfir. 4. Dihasilkan alternatif BBM dengan harga murah, yang akan meningkatkan daya saing produk dalam negeri di pasar global danmengurangi beban subsidi pemerintah. 5. Selain untuk reboisasi penghijauan lahan kritis dan tandus, jarak pagar dapat digunakan untuk penahan erosi, pagar kebun, pelindung tanaman lainnya (karena beracun) dan kayunya dapat digunakan sebagai kayu bakar. -
Bagian daun dan buah atau bijinya dapat digunakan sebagai bahan pupuk alami.
-
Bagian dari keseluruhan tanaman:
a. daun untuk pengembangan ulat sutera (eri silkworm), pengobatan (pencahar, reumatik, malaria, radang), sumber zat anti radang. b. Getah : mengandung protease penyembuh luka (curcain), pengobatan (infeksi jamur, sengatan serangga, masalah pencernaan). c. Biji : insektida, makanan/pakan ternak (jika berasal dari varietas yang tidak beracun), produktivitas setelah 5 tahun menghasilkan 5 – 25 ton/ha/tahun. d. Daging buah: bahan bakar, pupuk hijau, produksi biogas. e. Minyak biji : produksi sabun, bahan bakar, insektisida, pengobatan (pencahar, kotraseptif, ascites, dsb).
f. Bungkil biji : pupuk, produksi biogas, pakan ternak (dari varietas tak beracun). g. Cangkang biji : bahan bakar diesel.
III. BIOLOGI/BOTANI JARAK Jarak pagar (Jatropha curcas, L.) merupakan tanaman perdu, berbentuk pohon kecil atau belukar besar, bercabang tidak teratur, tingginya 2 sampai 5 m, bahkan dapat mencapai 8 sampai 10 m pada kondisi tanah yang subur, serta diperbanyak dengan biji dan setek. Biasanya dari biji yang berkecambah tumbuh lima akar, satu akar tunggang dan empat akar cabang, sedangkan bibit yang berasal dari setek tidak mempunyai akar tunggang. Umumnya ditanam sebagai tanaman pagar hidup di kebun dan di lahan-lahan pertanian agar tidak diganggu oleh hewan, dan merupakan tanaman tahunan yang mudah diperbanyak. Tanaman jarak dapat tumbuh baik di tempat-tempat yang tanahnya tidak subur/marginal atau di lahan tandus maupun kritis, sehingga mudah menentukan tempat tumbuhnya. Cepat tumbuh dan relatif hidup serta menghasilkan biji sampai umur 50 tahun, tumbuh di tempat yang beriklim panas, di dataran rendah sampai 500 m di atas permukaan laut sengan curah hujan 200 – 1500 mm/tahun. Jarak termasuk tumbuhan beracun berasal dari Amerika Troipis, dan memiliki sebaran wilayah tumbuh yang luas di Amerika, Asia, dan Afrika Tropika/Subtropika. Jatropha termasuk famili Euphorbiaceae, bergetah warna putih agak keruh, kulit pohonnya licin dan batangnya mempunyai tonjolan-tonjolan bekas daun yang gugur. Sampai saat ini, genus Jatropha diketahui terdiri dari 170 spesies, namun yang terbaik adalah Jatropha curcas. Dari jumlah ini lima spesies sudah ada di Indonesia, yaitu J. curcas L. dan J. gossypiifilia yang digunakan sebagai tanaman obat, sedangkan J. integerrima Jacq, J. multifida dan J. podagrica Hook digunakan sebagai tanaman hias. J. curcas L. menarik minat para ilmuwan di dunia karena sifat minyaknya yang dapat digunakan untuk substitusi minyak diesel (solar). Varietas lainnya, diantaranya yaitu : J. curcas (nontoksik), J. curcas x J. integerrima, J. glandulifera, J. tanjorensis, J. podagrica. 3.1.
Daun Daunnya tunggal, permukaan atas daun berwarna hijau dan permukaan bawah
lebih pucat. Bentuk daun bundar telur melebar dengan panjang helaian daun lima sampai
15 cm, lebar enam sampai 16 cm. Daunnya bersudut atau berlekuk tiga sampai lima, yang letaknya tersusun berselang-seling.
Pangkal daun berbentuk jantung, ujung daun
meruncing. Tulang daun utama menjari dengan (5 – 7) garis. Panjang tangkai daun (3,5 – 15) cm. Semua bagiannya beracun, kecuali varietas non-toksik. Varietas yang lazim ditemukan adalah: Cape Verde, Nicaragua, Mexico (non-toksik).
3.2.
Bunga Bunganya berwarna hijau kekuningan, berkelamin tunggal, berumah satu.
Baik
bunga jantan maupun bunga betina masing-masing tersusun dalam rangkaian berupa cawan dibagi dalam tiga ruangan, masing-masing terdiri dari satu biji berwarna hitam, bila kering akan retak-retak. Tandan bunga terbentuk secara terminal di setiap cabang dan sangat kompleks. Tanaman berumah satu dan bunganya uniseksual, kadang-kadang ditemukan bunga yang hermaphrodith. Perkawinan dilakukan oleh serangga (ngengat, kupu-kupu) dan bila tidak ada serangga perkawinan harus dilakukan secara buatan. Tanaman ini menghasilkan biji yang berkhasiat pencahar dan toksik lectin. Tanaman jarak pagar dikembangbiakan dengan biji dan setek batang.
3.3.
Buah/Biji Biji jarak pagar mengandung lemak, protein, karbohidrat, serat yang memiliki
potensi untuk dikembangkan bagi industri bahan bakar pengganti minyak diesel, dan produk ikutannya. Biji jarak berwarna hitamPotensi hasil per tanaman secara terus menerus sepanjang waktu memungkinkan ditanam secara masal dalam areal yang luas sebagai bahan industri.
IV.
TEKNIK BUDIDAYA Di dalam pelaksanaan budidaya tanaman jarak memerlukan penekunan dan
kecermatan. Budidaya tanaman jarak yang diarahkan sebagai sumber produksi, dimulai dari penyiapan lahan, pengolahan tanah/pembuatan lubang tanam, penyediaan bibit, pupuk, pestisida, penanaman, penyulaman, penyiangan, pemeliharaan sampai panen. Langkah-langkah tersebut diuraikan sebagai berikut:
4.1.
Lingkungan Tumbuh
Jarak pagar (Jatropha curcas L) dapat tumbuh dimana saja di lahan berdrainase dan aerasi baik, tetapi untuk berproduksi optimal memerlukan syarat tumbuih tertentu seperti tinggi tempat < 500 m dpl. (dataran rendah), curah hujan < 1.000 mm/tahun, suhu>200 C, tanah berpasir , pH 5,5-6,5.
4.2.
Penyiapan Lahan Jarak pagar tumbuh baik pada lahan gembur dengan drainase yang baik. Pertumbuhan awal tanaman di lapang sangat menentukan pertumbuhan selanjutnya. Pengolahan tanah dan pembuatan lubang tanam dimaksudkan untuk mempercepat pertumbuhan bibit pada fase awal sehingga tanaman tumbuh kekar dan menjadi kuat menghadapi cekaman lingkungan.
4.2.1. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah terutama dilakukan pada lahan bukan baru, sedangkan pada lahan garapandapat langsung dilakukan pembuatan lubang tanam.
Tanah diolah dengan pacul atau bajak sebanyak 2 kali dan diratakan sebelum sebelum pembuatan lubang tanam.
4.2.2. Pembuatan Lubang Tanam
Jarak dan ukuran lubang tanam ditentukan oleh kemiringan tanah, ketersediaan air, dan kesuburan tanah. Umumnya jarak lubang tanam (200 x
200) cm dengan ukuran (30 x 30 x 30) cm. Pada tanah yang tidak subur jarak tanam dapat dipersempit.
Masukan daun-daun kering setebal 5 cm ke dasar lubang tanam dan disemprot dengan pestisida, terutama untuk anti rayap.
Timbun lubang tanam dengan tanah galian yang telah dicampur dengan pupuk kandang atau kompos sebanyak (1 – 2) kg dan pupuk buatan 20 g urea, 50 g SP-36, dan 10 g KCl pertanaman berturut-turut serta dengan (2,5 – 5)t ha-1 pupuk kandang/kompos, 50 kg urea, 150 kg SP-36 dan 30 kg KCl.
4.3.
Kebun Induk Kebanyakan bahan tanaman jarak pagar dapat dilakukan melalui biji dan setek. Penanaman untuk memproduksi minyak (biji) perbanyakan dilakukan melalui biji karena tanaman hidup lebih lama dari pada melalui setek. Masalahnya perbanyakan melalui biji sulit untuk mendapatkan pertanaman yang seragam bila biji dikumpulkan dari pertanaman yang tidak dibudidayakan. Untuk memperoleh tanaman yang seragam dengan produktivitas yang tinggi, benih (biji atau setek) harus bersumber dari kebun induk.
4.4.
Populasi Tanaman Kalau kebun induk belum ada, penyediaan biji dan setek dapat dilakukan dengan menyeleksi dari populasi pertanaman yang tersedia dengan persyaratan sebagai berikut :
Populasi tanaman jarak pagar berumur > 5 tahun yang pertumbuhannya seragam di dalam satu ekosistem.
Populasi tanaman bebas dari seragam hama dan penyakit.
Dari populasi tersebut dipilih tanaman yang mempunyai tandan bunga, tandan buah muda, tandan buah matang, dan tandan buah yang sudah kering.
Produktivitas biji kering > 2 kg per tahun, serta 5 ton biji kering per hektar per tahun.
4.5.
Seleksi Benih
Pada kondisi lingkungan tumbuh yang optimal tanaman jarak berbuah sepanjang tahun dengan periode setelah panen besar 3 kali dalam setahun. Setiap tanaman ditemukan 4 tingkat stadia generatif, bunga, buah muda, buah tua, dan buah kering, dan setiap tandan buah dapat ditemukan 3 stadia umur buah : muda, setengan matang, dan matang.
4.5.1. Biji Untuk kepwrluan benih sebaiknya diambil dari produksi buah pada panen besar. Pilih buah matang segar sedangkan buah muda dan buah matang yang sudah ering tidak dipaki untuk benih.
4.5.2. Setek
Setek diambil dari cabang-cabang yang berpucuk dan sudah berkayu (berumur 1 tahun), ditandai dengan warna hijau keabu-abuan.
Ukuran panjang 2 – 3 cm untuk pertanaman pada areal yang luas, atau 60 – 120 cm bila digunakan sebagai pagar hidup. Setek-setek yang sudah diambil hendaknya diletakkan di tempat yang teduh sebelum ditanam di polibag atau langsung di lapang.
4.6.
Setek yang dikirim jarak jauh dikemas di dalam karung.
Penanaman
4.6.1. Biji
Biji yang akan digunakan untuk benih hendaknya berasal dari buah yang di panen setelah berwarna kuning dan dikeringkan dengan cara diangin-anginkan pada tempat yang teduh. Pilihlah biji-biji yang baik untuk perkecambahan, yaitu biji yang akan keluar minyak bila ditekan dengan kuku. Jangan gunakan biji yang sudah retak, tergores atau terinfeksi jamur.
Untuk pertanaman 1 hektar dibutuhkan sekitar 5 – 6 kg biji segar.
Rendamlah biji sebelumnya di dalam air selama semalam kemudian letakkan bijibiji tersebut dalam bak-bak perkecambahan yang berisi pasir yang dipertahankan
selalu dalam keadaan basah dengan memberi air dengan ketinggian separuh dari tinggi bak persemaian.
Persemaian hendaknya selalu ditutup dengan plastik untuk mempertahankan kelembaban. Biji akan tumbuh setelah 7 – 10 hari, setelah tumbuh 1 daun, maka kotiledon akan jatuh. Setelah bibit berumur 2 minggu, dipindahkan ke polybag yang tanahnya telah diinokulasi CMA.
Biji dapat berkecambah langsung di dalam polybag atau penanaman biji langsung di lubang tanam di lapang.
Penanaman jarak pagar untuk memproduksi bahan baku minyak sebaiknya menggunakan bahan tanaman hasil pembibitan dari biji, sedangkan untuk pagar dan pencegah erosi dapat ditanam langsung baik berupa biji maupun setek.
Umur tanaman di lapang dapat dipercepat 3 bulan melalui pembibitan di polybag.
Polybag diisi dengan tanah yang dicampur dengan kompos atau pupuk kandang dan pasir (2 : 1 : 1).
Masukkan 2 biji ke dalam polybag selama 5 – 6 cm. Biji dapat diinokulasi dengan mikoriza terlebih dahulu bila tersedia, terutama untuk lahan-lahan yang miskin fosfat.
Tiga hari sekali siramlah pembibitan dengan air. Bibit dapat dipindahkan ke lapangan setelah 2 – 3 bulan kemudian, sebaiknya di awal musim hujan.
4.6.2. Setek
Untuk setek (20 – 30 cm) dapat juga ditanam sebelumnya di polybag untuk mendapatkan tanaman yang sehat di lapang kemudian.
Polybag diisi dengan tanah yang dicampur dengan kompos atau pupuk kandang dan pasir untuk menjamin drainase dan aerasi tanah yang baik.
Masukkan setek ke dalam tanah di polybag sedalam 10 – 15 cm tepat di tengan dan tegak.
Siramlah pembibitan tiga hari sekali. Lakukanlah pemberantasan gulma sebulan sekali.
Pindahkan bibit ke lapang pada awal musim hujan.
4.7.
Penanaman
Penanaman dilakukan setelah lubang tanam yang dibuat dibiarkan selama 2 – 3 minggu pada awal musim hujan agar bibit tidak membusuk.
Campurlah tanah dengan pupuk kandang dan pupuk buatan yang telah disiapkan lalu masukkan ke dalam lubang tanam.
Kemudian masukkan bibit ke dalam lubang tanam.
Untuk setek yang ditanam langsung di lapang, masukkan 10 – 20 cm setek ke dalam lubang tanam.
Lalu ditimbun dengan sisa tanah yang ada dipermukaan dan tanah dipadatkan. Jumlah bibit untuk pertanaman 1 hektar dengan jarak tanam 2m x 2m adalah 2500 tanaman. Akan tetapi perlu disiapakan bibit cadangan untuk sulaman sebanyak 250 tanaman (100%).
4.8.
Pemeliharaan Lahan
20 hari setelah tanam, tanah disekitar tanaman diolah setiap bulan sampai berumur 3 – 4 bulan dan gulma disingkirkan.
4.9.
Tanah antara tanaman diolah ringan agar tidak mengganggu perakaran.
Pemeliharaan Tanaman
4.9.1. Pemangkasan Cabang
Pemangkasan pertama (pucuk) dilakukan setelah tanaman mencapai tinggi 1 m untuk merangsang pertumbuhan cabang. Jumlah cabang berkorelasi positif dengan produksi buah dan biji.
Setiap bulan cabang yang tumbuh dipangkal batang dibuang untuk mendapatkan tanaman yang ideal, selanjutnya cabang hasil pemangkasan tersebut dapat dipakai sebagai setek (bila memenuhi syarat) untuk ditanam di tempat lain.
Pemangkasan yang dilakukan secara teratur akan membentuk tajuk seperti payung dan akan meningkatkan produksi tanaman.
4.10.
Pemupukan
Pada awal pertumbuhan tanaman, akar tumbuh dengan cepat menjelajahitanah untuk mendapatkan unsur-unsur hara. Pertumbuhan awal ini sangat penting, oleh karenanya unsur hara harus selalu tersedia setiap waktu pada awal pertumbuhan.
Jika tanah tidak subur, tanaman harus dipupuk dengan kompos atau pupuk kandang (2kg per lubang). Kebutuhan pupuk pada tahunkedua dan seterusnya adalah 2,5 – 5 ton pupuk kandang pr hektar (1 – 2 kg per tanaman) ditambah 5 kg urea, 150 kg SP 36 dan 30 kg KCl.
4.11.
Pengairan Tanaman menyerap unsur hara dari dalam tanah dalam bentuk larutan. Oleh karena itu keberhasilan pertumbuhan tanaman akan tergantung kepada kadar air di dalam tanah atau pengairan yang diberikan pada tanaman. Pada awal pertumbuhan, tanaman sangat peka terhadap kekurangan air. Untuk itu, tanaman jarak perlu diairi seperlunya.
Pada musim kemarau, tanah yang sangat tinggi kandungan pasirnya atau tanahtanah marginalperlu disiram setiap 5 – 6 hari, tanah yang kandungan pasirnya tinggi sampai sedang (tanah kesuburan sedang) pertanaman perlu diairi setiap 7 – 10 hari, sedangkan tanah-tanah yang agak berpasir atau tanah-tanah subur perlu diairi setiap 10 – 12 hari.
Untuk perkebunana yang cukup luas, disarankan untuk membuat embung atau dam-dam dengan maksuduntuk menyiram tanaman yang dapat digunakan selama musim kemarau.
4.12.
Hama Tanaman Jarak pagar (Jatropha curcas L) dikenal sebagai tanaman yang beracun dan
mempunyai sifat-sifat sebagai insektisida, tetapi beberapa hama dan penyakit dilaporkan telah menyerang tanaman ini dan menimbulkan kerusakan ekonomis pada perkebunan jarak. Salah satu serangga yang merupakan hama yang umum ditemukan oleh peneliti Pulitbang Perkebunan pada pertanaman jarak pagar di Indonesia adalah kepik
lembing (Chrysochoris javanus Westw), termasuk ordo Hemiptera, famili Pentatomidae, genus Chrysochoris. Ciri-ciri: Panjang badan sekitar 10 mm. Antena tiga ruas lebih panjang dari kepala, mempunyai bentuk perisai yang khas.Scutellum berkembang dengan baik. Tubuhnya berwarna jingga kemerahan dan terdapat garis-garis hitam yang jelas. Metamorfosa sederhana telur-nimfa-serangga dewasa. Siklus hidup berkisar 60-80 hari. Stadia nimfa dan kepik dewasa gerakannya lambat. C.
javanus
menyerang
jarak
pagarpada
saat
pembuangan,
menjelang
pembentukkan buah dan mengisap buah, sehingga menimbulkan kerusakkan pada kapsul buah yang sedang berkembang. Di pertanaman jarak pagar ditemukan dua jenis parasit telur yaitu Anastatus sp dan Epitorobia sp. Pengendalian hama tersebut menurut Elma Karmawati dapat menggunakan serbuk dan larutan dari mimba; yang telah dilakukan terhadap kepik lembing. Mipcindo 50 WP sama efektifnya dengan Klopindo 10 WP. Dengan metoda kontak Mipcindo 50 WP dapat membunuh 100% dari serangga dewasa kepik lembing satu hari setelah aplikasi dengan konsentrasi 1g/l. Sedangkan Klopindo 10WP dapat membunuh 100% dari serangga dewasa dengan konsentrasi 2g/l pada satu hari setelah aplikasi. Apabila dicobakan pada nimfa instar 1 dad 2, konsentrasi yang digunakan untuk Klopindo 10 WP yang efektif adalah 0,5 g/l. Mimba merupakan pestisida nabati dengan bahan aktif azadirachtin. Balittas telah mengeluarkan produk baik formulasi serbuk. Keduanya cukup efektif dalam mengendalikan nimfa instar 1 sampai 4. Dalam waktu 3 har, 4 ml bahan aktif per 1 liter larutan dapat membunuh sekitar 50-70% nimfa instar 4, begitu pula dengan menggunakan serbuk, pengaruhnya baru terlihat setelah 3 hari. Hama lain yang sering ditemukan pada tanaman jarak pagar yaitu kerusakan dan gejala dengan matinya percabangan oleh Faressia virgata. Ciri-ciri: ukuran tubuh cukup besar, panjang sampai 4 mm, bentuk oval, agak pipih, beberapa dengan benjolan-benjolan pendek disepanjang sisi tubuh badannya. Metamorfosa sederhana: telur-nimfa-dewasa. Kutu ini menghasilkan sekresi lilin berwarna putih dan tepung, sekresi ini untuk melindungi tubuhnya. Bergerak cukup aktif. Penyebarannya sangat dibantu oleh angin, hujan, dan binatang lainnya seperti semut. Nimfa dan kutu
dewasa F virgata menghisap cairan pada bagian tanaman yang muda, dan memproduksi embun madu yang disukai semut. Kutu dapat berfungsi sebvgai penyebar – penularan virus tanaman. Pengendalian kutu bertepung putih F. virgata dengan pestisida sulit diaplikasikan karena telur, nimfa dan kutu dewasa ditutupi oleh lapisan seperti lilin, sehingga cairan insektisida tidak bisa menembus. Pengendalian lainnya dapat menggunakan musuk alaminya berupa predator dan famili Cocclinellidae antara lain Curinus coeruleus dan Cocclinella repanda.
4.13.
Panen
4.13.1. Pengumpulan Buah Untuk pemanfaatan sebagai obat, biji jarak pagar dapat dipanen menurut kebutuhan yang berbeda-beda. Sedangkan untuk kegunaan sumber energi, biji dapat dipanen sekaligus. Buah yang matang berwarna kuning, yang kemudian akan mengewring dan kulit bijinya mengeras dan berwarna hitam. Buah-buah yang telah mengering tersebut akan tetap menempel pada percabangan tanaman. Cara terbaik untuk memetik buah adalah dengan menggunakan galah yang diberi kantung pada ujungnya, sehingga buah akan jatuh dan terkumpul di kantung tersebut.
4.13.2. Pengeringan Untuk pengelupasan kulit biji, sebelum dikupas biji jarak harus dikeringkan terlebih dahulu di atas lembaran plastik atau di lantai jemur. Biji jangan dikeringkan pada sinar matahari langsung, jika akan dipakai untuk bibit, karena akan mempengaruhi daya kecambah benih. Sedangkan untuk diekstrak minyaknya, biji dapat dijemur pada sinar matahari langsung diatas lembar plastik hitam. Setelah itu biji dapat disimpan segera di ruang teduh yang berventilasi.
4.13.3. Penupasan Buah Proses pengupasan kulit buah dapat dilakukan dengan meletakkan buah yang sudah kering di atas suatu permukaan yang keras seperti permukaan lantai semen atau meja. Lalu giling sambil ditekan dengan sebuah kayu sehingga kulit buah
pecahdan biji keluar. Kulit buah dan biji dapat dipisah dengan cara penampian atau pengayakan.
4.14.
Penolahan Hasil
4.14.1. Obat Hampir semua bagian tanaman, mulai dari biji, daun, dan batang segarnya atau sebagai simplisia dapat digunakan sebagai obat tradisional. Minyak jarak juga merupakan obat pencuci perut dan dapat digunakan sebagai obat kulit dan mengurangi rasa sakit akibat reumatik. Daun yang dikeringkan dapat dipakai sebagai penyembuh batuk dan antiseptik setelah melahirkan. Getah jarak mempunyai sifat-sifat antimikrobial bakteri Staphylococcus, Strephtococcus, dan E.Coli. Di samping itu getahnya juga dapat digunakana untuk menghentikan pendarahan pada luka.
4.14.2. Minyak Kasar Biji jarak mengandung 20 – 3 % minyak yang dapat digunkan untuk pembuatan sabun, bahan bakar, penerangan atau memasak maupun sebagai minyak pelumas. Pengekstrakan minyak dari bijinya dapat dilakukan dengan menggunakan alat pengepres yang digerakkan dengan tangan atau mesin. Alat-alat ini umumnya sederhana dan murah. Minyak jarak kasar bersifat higroskopis dan bereaksi masam, sehingga cenderung cepat rusak. Pada mesin-mesin yang telah dimodifikasi, minyak jarak kasar dapat digunakan langsung sebagai bahan bakar. Setelah diambil minyaknya ampas jarak masih dapat digunakan untuk kegunaan lain, tetapi tidak akan dipakai langsung sebagai pakan ternak karena mengandung racun, yaitu zat curxin dan diterpene esters. Ampas merupakan 70 – 80- % dari berat biji dan cukup baik digubakan sebagai pupuk organik, karena banyak mengandung nitrogen (6% N), fosfat (2,75%), kalium (0,94% K2O). Selain itu juga dapat digunakan untuk menekan populasi nematoda di dalam tanah karena masih terdapat sedikit kandungan minyak dan mempunyai sifat-sifat seperti pestisida.
4.13.3. Biodiesel Untuk bahan bakar biodiesel, minyak jarak harus diolah melalui proses transesterifikasi. Beberapa lembaga penelitian dan Perguruan Tinggi di Indonesia, seperti Institut Teknologi Bandung telah membuat prototipe pengolahan minyak jarak.
V.
POTENSI HASIL DAN PENGEMBANGANNYA Jarak tanaman anjuran 2 x 2 meter, sehingga kerapatan tanaman per hektar akan berjumlah 2.500 pohon dengan umur produktif sampai 50 tahun. Tanaman jarak sudah berbunga sejak tanaman berumur 5 bulan (bibit dari setek batang) dan 9 – 10 bulan bila bibit berasal dari biji. Produksi buah/biji yang stabil setelah berumur 5 tahun. Dalam beberapa temuan produksi jarak per pohon sejak mulai berbuah sekitar (1 – 2) kg biji kering pertanaman per tahun. Setelah dua tahun sampai empat tahun akan menghasilkan 3 – 5 kg biji kering per tanaman per tahun. Setelah umur lima tahun sampai 50 tahun akan menghasilkan sekitar 6 – 10 kg biji kering per tahun. Jika kisaran hasil 3 – 10 kh per tanaman per tahun maka dalam satu hektar akan menghasilkan 7.500 – 25.000 kg atau 7,50 – 25,00 ton biji kering per tahun. Mengacu kepada kebutuhan yang dideskripsikan di atas, tanaman Jatropha curcas dibuat dengan tujuan mengacu kepada pengembangan penanamna, konservasi lahan dan bahan dasar untuk biodiesel. Target pengembangan Jatropha curcsa di Indonesia diutamakan bagi daerah yang masih mempunyai lahan luas dan belum dipergunakan secra maksimal. Tanaman Jatropha curcas walaupun sudah dikenal lama oleh masyarakat Indonesia, tetapi lahan yang sesuai untuk tanaman tersebut masih belum diketahuio secara pasti, karena dukungan penelitian kecocokan tanaman Jatropha curcas di Indonesia masih sangat terbatas. Dengan memperhatikan lingkungan tumbuh tanaman tersebut yang sudah diketahui, maka pengembangan di Indonesia lebih mengarah ke Indonesia bagian timur (Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTT, NTB, Sulawesi, dan Maluku). Pengembangan di Sumatera, Kalimantan, Jawa Barat, dan Irian Jaya memerlukan perhatian yang khusus mengenai curah hujan, karena di
wilayah tersebut curah hujan yang rendah (yang sesuai dengan tanaman Jatropha curcas) terbatas. Model
pengembangan
untuk
tanaman
Jatropha
curcas
di
Indonesia
dikembangkan agar menjadi “Area pengembangan komunitas industri tanaman,” dimana setiap unit terdiri dari sekitar 20.000 ha yang terdiri dari kesatuan unit. Mengacu bahwa Jatropha curcas bukan merupakan pengembangan komersial, rencana pengembangan untuk komoditas ini harus pasti, meskipun dengan beberapa hambatan seperti suplay tanaman dan teknik kultivasi. Oleh karena itu implementasi kegiatan sebaiknya mencakup untuk seluruh target provinsi. Imlementasi tersebut dapat dilakukan melalui kerjasama dengan Departemen Perkebunan, Departemen Kehutanan, Departemen Pertanian, kantor pemerintah lokal, universitas dan investor, baik untuk pengembangan maupun untuk pengembangan pusat penelitian. Dalam pengembangan tanaman jarak, untuk memperoleh hasil minyak dari buah jarak, faktor yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut : 1. Iklim Tanaman ini menyukai daerah yang panas, dan tumbuh baik di daerah tersebut dengan suhu antara (20-28)0 C. Apabila suhu kurang dari 200 C maka daunnya akan mengerut, dan tanaman tersebut dapat tahan hidup dalam keadaan cahaya sinar matahari tertutup awan tetapi tidak untuk jangka waktu yang panjang. Apabila intensitas cahaya kurang dari 7 jam, tanaman muda akan mati dan tanaman yang sudah tua akan rusak. Tanaman ini sebaiknya diusahakan di daerah yang memiliki curah hujan yang rendah (300-1000) mm th-1. Ketinggian tempat antara 0-500 m di atas permukaan laut. 2. Kualitas Tanah Tanaman ini tumbuh baik pada tanah yang berpasir dengan drainase dan aerase baik. Akan tetapi, pada tanah yang sangat miskin dan kondisi tanah bergaram, tanaman ini dapat tumbuh dengan syarat dilakukan pemupukan. 3. Irigasi
Penanganan pada musim kemarau (kekeringan), sangat baik dan memungkinkan untuk hidup apabila kelembaban udara hampir 100%. Oleh karena itu, apabila curah hujan di bawah batas optimum, perlu diberi penambahan air. 4. Pemeliharaan Dalam memelihara tanaman ini, maka perlu dilakukan penyiangan, 4 kali dalam setahun; selanjutnya dilakukan pemupukan yang tepat serta dilakukan pembajakan tanah dan pemangkasan permukaan / tajuk. Apabila kebiasaan ini dilakukan, maka akan diperoleh hasil 15-20 kg buah per pohon. Pemangkasan perlu dilakukan agar diperoleh tunas-tunas bari pada sisinya, ada apabila pemangkasan dilakukan dengan baik, maka akan diperoleh cabang-cabang pada sisinya sekitar 8-12 cabang. Panjang pemangkasan dari puncak tanaman kurang lebih 25 cm. Dianjurkan pohon jarak pagar tingginya kurang dari 2 m, dengan maksud agar mudah dalam pemanenan. Penggunaan pestisida hayati juga dilakukan untuk mengatasi hama penyakit yang terdapat pada tanaman jarak, antara lain nimba. 5. Pemupukan Walaupun jarak pagar dapat tumbuh menyesuaikan pada tempat yang kurang subur dan tanah alkalin, nampaknya hasil terbaik diperoleh pada kualitas tanah yang miskin dengan syarat jika digunakan pupuk yang mengandung sedikit unsur Ca, Mg dan S. Penggunaan mikorizadapat membantu pertumbuhan tanamanmpada kondisi fosfat sebagai faktor pembatas. Rekomendasi pupuk yang biasa digunakan untuk tanaman jarak adalah (2,5-5) ton pupuk kandang/kompos per hektar (1-2 kg per tanaman) ditambah 50 kg urea, 150 kg SP-36 dan 30 kg KCl, untuk jarak tanaman 2 m x 2 m. 6. Kerapatan Tanaman Jarak
tanaman
untuk
jarak
pagar
apabila
digunakan
sebagai
pagar
tanaman/konservasi tanah adalah (15-25) cm x (15-25) cm berturut-turut dalam satu atau dua baris. Untuk perkebunan (2 x 1,5) m sampai (3 x 3) m. Penanaman yang baik (2 x 2) m; (2,5 x 2,5) cm; (3 x 3)m. Kerapatan tanaman ini berturut-turut sama
dengan 2500, 1600 dan 1111tanaman ha-1. Untuk pengelolaan tanaman jarak secara komersil, biasanya digunakan 2 m x 2 m. Jarak tanam yang lebar, akan memberikan hasil yang buah terbesar. 7. Genotip Percobaan penelitian genetika dari tanaman jarak pagar nampaknya masih kurang dan ini menjadi petunjuk sebagai informasi untuk dilakukannya penelitian dari tanamana tersebut. 8. Inter-crppting (tanaman sela) Pada lahan kritis/marginal yang memerlukan tindakan konservasi jarak ditanam menurut kontur Glyrisidia, rumput-rumputan (gajah atau akar wanfgi), tanaman buah-buahan, jati, mimba, atau lamtoro. Sedangkan pada lahan subur sampai sedang jarak pagar ditambah sayur-sayuran (seperti cabe merah, cabe hijau, dan tomat), tanaman obat-obatan, niloam, dan tiang panjat vanili atau lada.
DAFTAR PUSTAKA Achmad Julian. 2005. Biodiesel Sawit Sentuh Nelayan. Agro Industri, Hal 12-13 : 30 Agustus 2005. Aker, C.L., 1997. Growth and reproduction of J. curcas dalam Symposium Jatropha 97, Managua, Nicaragua, 1977. Alhilal Hamdi, 2005. Road Map Energi Hijau dan Penanggulangan Kemiskinana melalui Gerakan Rehabilitasi 10 juta hektar Lahan Kritis Dengan Tanaman Jarak Pagar. Diskusi Ò Pengembangan dan Pemanfaatan Renewable OilÒ. Jakarta ___ _____, 2005. Akhir Zaman Minyak (Bumi Murah). Kompas, Hal 7 : 11 Agustus 2005. Jakarta Alloreung David, 2005. Potensi dan Hambatan Pengembangan Jarak Pagar (Jatropha curcas L) sebagai bahan baku Biodiesel. Round Table Discussion tentang Biodiesel di Lembaga Riset Perkebunan Indonesia. Bogor. Anonim, 2003. Pedoman Umum Pengembangan Jarak Pagar (Jatropha curcas L) Sebagai Bahan Baku Energi Baru Terbarukan (Biodiesel). Direktorat Pengembangan Perkebunan. Direktorat Jenderal BP Perkebunan. Jakarta. Anonim, 2005 (a). Proposal Pengembangan Jarak Pagar (Jatropha curcas L) dalam Menghasilkan
Bahan
Mentah
Biodiesel.
Direktorat
Pengembangan
Perkebunan. Direktorat Jenderal Perkebunan. Jakarta. Anonim, 2005 (b). Pedoman Umum Pengembangan Jarak Pagar (Jatropha curcas L) Sebagai Bahan Baku Energi Baru Terbarukan (Biodiesel). Direktorat Pengembangan Perkebunan. Direktorat Jederal Perkebunan. Jakarta. Anonim, 2005 ©. Upaya Pengembangan Tanaman Jarak Pagar. Diskusi Panel Pengembangan
Jarak
Perkebunan Bogor.
Pagar
Sebagai
Sumber
Bioenergi.
Puslitbang
Anonim, 2005 (d). Mengatasi Subsidi Melalui Pengembangan Industri Biodiesel Dengan Menggunakan Minyak dari Buah Jarak Pagar. Makalah disusun oleh PT Pertamina, PT Rekayasa Industri, dan Institut Teknologi Bandung di Diskusi di KLH, Jakarta. Anonim, 2005 (e). Jarak Pagar (Jatropha curcas L), Potensi dan Pengembangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunana. Bogor. Anonim, 2005 (f). Gerakan Rehabilitasi dan Reboisasi 10 Juta Hektar Lahan Kritis Dengan Tanaman Jarak Pagar. Pusat Pengembangan Jarak nasional. Jakarta. Anonim, 2005 (g). Pabrik Biodiesel Kapasitas 1 TPJ, PT Pindad (Persero) Divisi Rekayasa Industri. Diskusi Panel Pengembangan Jarak Pagar Sebagai Sumber Bioenergi. Puslitbang Perkebunan Bogor. Daryatmo Sardi, 2005. Kisah Algojo Dari Bawah Tanah. Trubus 428 : 102-103. Jakarta. Damayanti. D, Buyung W.K., Pieter P.G., 2005. Energi Alternatif Tak Lagi Wacana. Kompas, Hal 21 : 7 Oktober 2005. Jakarta. Erde. 2005 Biodiesel, Alternatif Masa Depan. Tinggal Pilih, Buah Jarak atau Kelapa Sawit. Agro Industri, Hal 12-13 : 30 Agustus 2005. Grimm C., J.M. Maes. 1977. Arthropod Fauna Associated With Jatropha curcas L in Nicaragua : A Synopsis of Species. their Biology and Pest Status dalam Symposium Jatropha 97, Managua, Nicaragua. 1977. Grimm C, F. Gurharay. 1977. Potensial of Entomopathogenous Fungi for Biological Control of True Bugs in J. Curcas L. Plantations in Nicaragua dalam Symposium Jatropha 97. Managua. Nicaragua.1977. Gubitz, G.M., M. Mittelbach, M Tra I, 1999. Exploitation of The Tropical Oil Seed Plant Jatropha curcas L. Bioresources Tecnology : 67 (1999) 73-82. GSA, 2005. Biodiesel Diserbu. Pemerintah Perlu Siapkan Tata Niaga. Kompas. Hal 13: 18 Agustus 2005. Jakarta. Heller J. 1996. Physic Nut. Jatropha curcas L International Plant Generic Resources Institute. Rome.
Hariyadi, 2005. Budidaya Tanaman Jarak (Jatropha curcas L) Sebagai Sumber Bahan Alternatif Biofuel. Fokus Group Diskusi Program Sumberdaya Likal Bioenergi” Kementrian Negara Riset dan Teknologi. Jakarta. Haska N. dan Teuku Tajudin, 2005. Teknologi Perbanyakan Bibit Jatrophacurcas L. Fokus Grup Diskusi “Prospetif Sumberdaya Lokal Bioenergi” Kementrian Riset dan Teknologi. Jakarta Henning, R.K. Jatropha curcas in Afrika (on line) indutourismnews.com, diakses 20 Mei 2005) Henning, R.K. The Jatropha System. A Manual to the explotation of the Jatropha plant (on line, diakses 2o mei 2005) Kardinan, A. 2005. Pestisida Nabati, Ramuan dan aplikasi. Penebar Swadaya. Jakarta. Hendriadi A, Hanadaka, dan Lilik T.M., 2005. Prospektif Teknologi Pengolahan Biodieseldari Biji Jarak (Crude Jatropha Curcas Oil) Skala Pedesaan. Diskusi Panel Pengembang Jarak Pagar Sebagai Sumber Bioenergi. Bogor. Puslitbang Perkebuna, Bogor. Iw. 2005. Harga BBM Industri Disesuaikan. Jawa Pos , Hal 5: 2 November 2005. Surabaya. Machmud Z., Arifin Rivai, David Alloreung, 2005. Budidaya Jarak Pagar (Jatropha curcas L). Diskusi Panel Pengembangan Jarak Pagar Sebagai Sumber Bioenergi. Bogor. Machado C. N.S. Frick, R. Kremen, H. Katinger, M. Laimer da Camara Machado. Biotechnological Approaches to the Improvement of J. curcas dalam Symposium Jatropha 97, Managua, Nicaragua, 1977. Mahfud, F.D. 2005. Bahan Bakar Alternatif Berbasis Biomassa. Kompas, Hal 34: 19 Oktober 2005. Jakarta. Neelkanta KS, 2005. Jatropha curcas in India. NES. 2005. Bahan Bakar Bio. Raja Minyak Baru Itu Bernama Brasil. Kompas, Hal 13: 18 Agustus 2005. Jakarta. OTW, OIN,Boy,AST. 2005. Makin Repot Pasca kenaikan Harga. Pemerintah Wajib Memastikan BBM dan Energi Alternatif Harus Tersedia. Kompas, Hal 21: 17 Oktober. Jakarta.
Purnomo A, Bambang P.B., Tjatur D.Y., Bachtiar P, 2005. Laporan Kunjungan Ke India (Pengembangan Jarak Pagar di India). PT Rajawali Nusantara Indonesia, Jakarta. Prasetiyo K.W. dan Sulaeman Yusuf. 2005. Mencegah dan Membasmi Rayap Secara Ramah Lingkungan dan Kimiawi. Argo Media Pustaka. Tanggerang. Rama Prihandana, 2005. Langkah Awal Menuju Era Energi Hijau. PT Rajawali Nusantara Indonesia. Diskusi di KLH. Jakarta. Sudarmo S. ,2005. Pestisida Nabati, Pembuatan dan Pemanfaatannya. Kanisius. Jogjakarta. Sumarsono, 2005. Proses Ekstrasi Minyak Jarak Pagar Sebagai Sumbe Energi Alternatif. Fokus Grup Diskusi “Prospektif Sumrdaya Lokal Bioenergi” Kementrian Negara Riset dan Teknologi. Jakarta. Sofia H. 2005. Melaju Kendaraan Berkat Biji-Bijian. Trubus 432: 126-130. Jakarta. Sharma G.D., S.N Gupta, M. Khabirudin, 1997. Cultivation of Jatropha curcas as Future Source of Hydrocarbon and Other Industrial Products dalam Symposium Jatropha 97, Managua, Nicaragua, 1977. Soni S.W., 2005. Biodiesel Sebagai Bahan Bakar Alternatif. Fokus Grup Diskusi “Prospektif Sumberdaya Lokal Bioenergi” Kementrian Negara Riset dan Teknologi. Jakarta. Soerawidjaja Tatang H, 2005. Proses Produksi Minyak Jarak Pagar. Makalah Pada Diskusi KLH. Jakarta ___________________, 2003. Catatan-catatan Seputar Pengindustrian Jarak Pagar. ___________________, 2002. Minyak-Lemak atau Biodiesel Ester Metil ? ___________________, 2001. Menjadikan Biodiesel Sebagai Bagian dari Liquid Fuel Mix di Indonesia. Pusat Penelitian Material dan Energi Institut Teknologi Bandung. Suharyo H. 2005. Pengembangan Jarak Pagar (Jatropha curcas L0 Sebagai Sumber Bioenergi (biodiesel). Bahan Rapat Pembentukan Kelompok Kerja Jarak Kadin Indonesia. Jakarta. Suryadarma Prayoga. 2005. Teknologi Pengolahan Produk Akhir Jarak Pagar dan Prospek Ekonominya. Departemen Teknologi Industri Pertanian. Fakultas
Teknologi Pertanian IPB . Diskusi Panel Pengembangan Jarak Pagar Sebagai Sumber Bioenergi. Puslitbang Perkebunan Bogor. Soemarwoto, O. 2005. Ubah Krisis Energi Menjadi Hikmah. Kompas, hal42: 13 Oktober 2005. Jakarta. Sms. 2005. Isyaratkan Harga BBm Bisa Turun. Jawa Pos, Hal 1 : 7 November 2005. Tribudiman Bambang, 2005. Implementasi Pabrikasi Biodiesel. Fokus Grup Diskusi “ Sumberdaya Lokal Bioenergi” Kementrian Negara Riset dan Teknologi. Jakarta. Witney,
G.
2003.
Soil
versus
foliar
fertilizer
application.
(on
line)
(http//www.tfrec.wsu.edu/Orchard/soilvfoil.html, diakses 27 Maret 2003) Yun, 2005. Energi Alternatif, Bus Mudik Gunakan Biodiesel. Kompas, Hal 12: 31 Oktober 2005. Jakarta.