Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 1, Januari 2012
POTENSI MINERAL Au Cu PORPHYRY, PROSPEK SILUK, KABUPATEN PINRANG SULAWESI SELATAN
Aris Luppa dan Heru Sigit Purwanto Mahasiswa Magister Teknik Geologi UPN “Veteran” Yogyakarta Program Pascasarjana Magister Teknik Geologi UPN “Veteran” Yogyakarta
Abstract Geology of Siluk area is dominated by neogene volcanic - volcaniclastic ( M-L Miocene) Bergman 1996. Locally, marine sediment bedding observed wich is interbedded by volcaniclastic and volcanic breccia. The marine sediment were deposited mainly and outcropping along with recent road cut at southern prospect area. Its thicknesses various between 1 to 10m with strike and dip orientation generally 300 - 340° / 50° SE. Interpreted structures are NE / SW dan N/S and relatively running parallel to the main Walane fault to the east. The collected rock samples for Fire Assay and analyte for Au,Ag,Cu,Pb,Zn elements. However, no significant result, only returned a trace element of precious metal Au, Ag and base metal Cu,Pb and Zn. PIMA analisis resulted a strong indication of clay mineral such as Monmorillite, Illite and predominantly Halloysite. Thin sections indicated the presence of quartz / calcite vein at Ratte Tallang and Salu Tuan, strong altered / weathered intrusives rocks at Salu Kanan and Buttu Bando. Alteration sistem are argillic alteration with the presence of silica-clay-pyrite, Illite, Halloysite as interpreted as weathered process of intrusive / rhyolite or hydrothermal? process. Propylitic alteration with presence of calcite and chlorite. Mineralisation type possibly a combination between a high sulfidation by the presence of quartz / calcite veins with massive sulfide ( Pyrite) and a porphyry system with the presence of diorite - microdiorite centre at Buttu Bando. Abstrak Secara umum, geologi daerah Siluk didominasi oleh batuan volkanik Neogene (M-L Miocene) Bergman 1996, dengan batuan sedimentasi marine yang kadang beroverprint dengan volkanik sedimen dan volkanik breccia. Batuan sedimen tersebut tersingkap di sepanjang jalan utama khususnya di sebelah selatan wilayah Siluk. Tebal lapisan sedimen antara 1 hingga 10 m dengan orientasi strike umumnya antara 300 - 340° dengan kemiringan 50° SE, di sebelah timur diindikasikan dengan batuan intrusi, yaitu diorite - microdiorite. Struktur utama daerah telitian secara umum NE-SW dan N-S, umumnya paralel dengan struktur utama Walanae Fault yang membujur di sebelah timur. Sistem alterasi didominsai oleh silica - clay pirit, Illite dan halloysite yang diinterpretasikan sebagai akibat proses pelapukan batuan intrusi dan hydtothermal. Hasil analisa FA dari conto tersebut hanya menghasilkan beberapa trace element mineral precious metal seperti Au, Ag, dan minor base metal seperti Cu, Pb (galena), Zn. Hasil pengamatan dengan PIMA menunjukkan adanya mineral clay seperti Monmorillite, Illite dan dominasi halloysite.
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 1, Januari 2012
Hasil interpretasi thin section menunjukkan keberadaan urat kwarsa, urat kalsit di Ratte Tallang dan Salu Kanan dan batuan intrusi/batuan beku yang teralteraasi kuat di salau Kanan / Ato gatta. Sistem alterasi, secara umum di dominasi oleh argilic , prophylitic dan silica-claypyrite. Sistem mineralisasi adalah kombinasi high sulfidation dengan diindikasikan oleh terbentuknya quartz vein, quartz calcite dan porphyry sistem dengan diindikasikan oleh diorite – microdiorite intrusive centre di Bt Bando. Pendahuluan Pulau Sulawesi merupakan salah satu daerah dengan geologi tektonik yang begitu kompleks. Pulau Sulawesi bagian barat terbentuk pada jaman Cretaceous sebagai bagian dari kontinental Sundaland (R.Hall,2009), serta perkiraan batas batas kerak cretaceous continen Sundaland yang di usulkan (Hamilton 1979). P. Sulawesi terbentuk dari 3 unit struktur (T.O Simanjuntak dan A.J Barber), yaitu Sulawesi bagian barat dengan material akresi PreCretaceous, yang kemudian berkembang menjadi Neogene Volcanic arc, Sulawesi Tengah dan bagian Barat Sulawesi Tenggara terdiri dari batuan Metamorphic. Bagian Sulawesi Tenggara dan daerah Banggai - Sula terdiri dari kompleks Ophiolite. Kemudian adanya tumbukan antara dua micro-continen blok Banda – Sula dengan bagian pesisir timur dari pulau Sulawesi. Dari tumbukkan ini menyebabkan subduction dan obduction dari Sulawesi ophiolite kearah barat. Karena keterbatasan waktu, dan data lapangan maka penulis hanya akan menguraikan lebih kurang materi yang berhubugan dengan proses geologi regional pulau Sulawesi dan Sulawesi barat khususnya dimana lokasi area yang dimaksud berada dengan potensi geologinya. Peninjauan lapangan baru baru ini, untuk menindak lanjuti beberapa laporan dari penduduk di sekitar daerah tersebut mengenai adanya potensi kandungan Emas dan Tembaga. Lokasi Penelitian Siluk prospect terletak didaerah kabupaten Pinrang provinsi Sulawesi Selatan, dengan koordinate WGS 84 garis bujur timur Longitude: 119° 29’ 05.11” dan Latitude: 03° 20’ 54” selatan katulistiwa. (Gambar 1) Tatanan Geologi Secara umum, geologi daerah Siluk didominasi oleh batuan volkaniklastik neogene, dengan batuan sedimentasi marine yang kadang kadang beroverprint dengan volkanik sedimen dan volkanik breccia. Batuan sedimen tersebut tersingkap di sepanjang jalan utama khususnya di sebelah selatan wilayah Siluk. Tebal lapisan sedimen antara 1 hingga 10 m dengan orientasi strike umumnya antara 300 - 340° dengan kemiringan 50° SE. Batuan sedimen lainnya antara lain calcareous shale, interbedded sandstone claystone, interbedded calcareous shale with pirit vein terdapat pada zona Salu Lilating, Salu Tuan dan Karombak. Lalu di sebelah timur diindikasikan dengan batuan intrusi, seperti diorite / microdiorite. (Gambar 2) Struktur utama dengan orientasi strike NE / SW dan N/S, umumnya paralel dengan struktur utama Walanae Fault yang membujur di sebelah timur. Sistem alterasi didominsai oleh silica - clay- pirit dan Halloysite. Mineralisasi Sejauh ini belum dideteksi adanya indikasi mineralisasi Au dan Cu maupun hasil analisa basemetal lainnya. Terdapat beberapa quartz vein kecil kecil di Batusia dan Rattetallang namun tidak diiringi dengan mineralisasi Au dan Cu( conto dari Ratte tallang tidak di analisa). Mineral Py ( pirit ), sangat dominan, dalam bentuk kristal massif, biasanya banyak di temui terutama di zona struktur, silica - clay –
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 1, Januari 2012
pirit. Salah satu contoh lokasi di salu Tuan dan salu Lilating. Juga terdapat pada lapisan calcareous shale , karbonat / calcite vein dengan disseminate py. Tipe Mineralisasi Sistem mineralisasi adalah kemungkinan kombinasi antara high sulfidation dengan diindikasikan oleh quartz vein, quartz calcite, massive sulfide ( Pyrite ) dengan Porphyry sistem diindikasikan oleh intrusive diorite / microdiorite centre. di Bt Bando. Metologi Penelitian Metoda yang digunakan dalam penelitian ini meliputi studi literatur atau refensi yang terkait dengan daerah penelitian kemudian ditindak lanjuti dengan kunjungan kelapangan. Kunjungan kelapangan untuk melakukan pengukuran dan pengambilan conto batuan untuk selanjutnya di analisa di laboratorium.
Lokasi Penelitian Siluk
Gambar 1. Lokasi Penelitian di Wilayah Siluk, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 1, Januari 2012
Gambar 2, Interpretasi Geologi dan Alterasi Prospek Siluk Tahap Analisa Data Lapangan Meliputi kegiatan-kegiatan seperti analisa PIMA, Thin section dan geokimia serta interpretasi geologi. Analis Data dengan PIMA Dari beberapa conto yang dikoleksi untuk pengamatan PIMA dengan tujuan menentukan jenis mineral atau klasifikasi mineral terutama mineral clay. Analis Data dengan Thin section Secara petrografi untuk mentukan nama batuan , tekstur ,dan komposisi mineral, alterasi.
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 1, Januari 2012
Analis Geokimia dengan FA Analisis Mineral Emas dan base metal dengan metoda Fire Assay. Analysis Scheme/s:
Scheme
Analytes
FA50
Fire Assay Dtn-5ppb Au
GA30
Ore grade determinations Cu , Ag, Pb, Zn
PT01
Total Preparation WT_WET WT_DRY
Hasil dan Pembahasan Analisis Mineral Au dan Ag, base metal dengan FA sebagai berikut: Sample batu: Dari total 6 conto batuan survey awal yang berhasil di ambil di beberapa lokasi di dalam wilayah Siluk, dikirim ke Laboratorium Intertek Jakarta untuk di analisa kadar mineralnya. Elemen atau mineral yang di analisa adalah Au (Emas), Ag ( Perak) dan Cu ( Tembaga), Pb ( Lead ) , Zn ( Zinc). Dari hasil analisa labotorium belum adanya indikasi anomaly mineral Au dan Cu yang cukup signifikan. Tabel 1. Hasil Analisa conto batu untuk mineral Emas Perak dan Tembaga, sampel awal Siluk prospek. Sample
Easting
Northing
Au ppm
Cu ppm
Ag ppm
SR01
776108.5
9629555
<0.005
<0.01
<5
Rockchip/outcrop
SR02
775448.1
9628777
<0.005
<0.01
<5
Silica clay pyirite,
SR03
775403.9
9628180
<0.005
<0.01
<5
Rokchip, pyrite vein
SR05
775831.3
9628773
<0.005
<0.01
<5
Rockchip, Calcite vein, py
367
776568.5
9629650
<0.005
<0.01
<5
<0.01
<0.01
Rockchip, qtz/ calcite vein
370
776148.5
9629416
<0.005
<0.01
<5
0.09
0.02
Rockchip
Pb
Zn
Deskripsi
Pengamatan Petrografi – thin section Ada 5 sampel batuan yang dikoleksi khusus untuk di buat thin section di laboratorium Petrografi Universitas Pembangunan Jogyakarta. Hasil thin section sebagai berikut,
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 1, Januari 2012
Kode Sayatan: AR – 01 ( Bt Bando, float ) FOTO SAYATAN TIPIS
Perbesaran 40 X Pemerian Petrografis Sayatan tipis batuan sedimen – metamorf / metasedimen batugamping, warna coklat, struktur non foliasi - marble, tekstur sisa (palimpsest) – blastopsamit (Nampak kenampakan batuankarbonat berukuran pasir), ukuran butir 0,1 – 0,6 mm. Komposisi Mineral: Kalsit (83%) (E5, B8) : Berwarna coklat, ukuran butir 0,1 – 0,6 mm, hadir merata dalam sayatan sebagai mineral primer. Kuarsa (17%) (E10) : Berwarna putih, ukuran butir 0,1 – 0,6 mm hadir menyebar dalam sayatan sebagai mineral antistress. Nama Batuan : Meta-batugamping.
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 1, Januari 2012
Kode Sayatan: AR – 02 ( Salu Kanan_Ato gatta_ float ) FOTO SAYATAN TIPIS
Perbesaran 40 X Pemerian Petrografis Sayatan tipis Batuan Beku teralterasi kuat, tak berwarna – coklat, subhedral, tekstur -, afanitik – fanerik sedang, (0,1 – 1 mm), teralterasi kuat dengan ditandai munculnya mineral lempung dan muncul kuarsa sekunder, epidot serta mineral opak. Komposisi Mineral: Mineral Primer : - (0%) Mineral Sekunder : Kuarsa (76%), Mineral Lempung (6%), Opak (7%), Epidot (9%) NAMA BATUAN : BATUAN BEKU TERALTERASI KUAT ZONA ALTERASI : KUARSA, MINERAL LEMPUNG, EPIDOT, OPAK.
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 1, Januari 2012
Kode Sayatan: AR – 03 ( Karombak – Bt Bando ) FOTO SAYATAN TIPIS
Perbesaran 40 X Pemerian Petrografis Sayatan tipis Batuan Beku teralterasi kuat, tak berwarna – coklat, subhedral, tekstur hipokristalin, afanitik – fanerik sedang, (0,1 – 0,5mm), teralterasi kuat dengan ditandai munculnya kalsit, klorit dan mineral lempung menggantikan beberapa mineral plagioklas, dan muncul kuarsa sekunder menggantikan masa gelas, serisit menggantikan mineral K.feldspar, dan muncul tremolit. Komposisi Mineral: Mineral Primer : Piroksen (8%), K. Feldspar (17%), Plagioklas (10%) Mineral Sekunder : Kuarsa (14%), Mineral Lempung (5%), Opak (5%), Klorit (12%), Kalsit (10%), Serisite (8%), Tremolit (11%) NAMA BATUAN : BATUAN BEKU TERALTERASI KUAT ZONA ALTERASI : SERISIT, KUARSA, KALSIT, K. FELDSPAR, AMFIBOLE (TREMOLIT), KLORIT.
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 1, Januari 2012
Kode Sayatan: AR – 04 ( Ratte Tallang ) FOTO SAYATAN TIPIS
Perbesaran 40 X Pemerian Petrografis Sayatan tipis batuan sedimen karbonat klastik, warna coklat-tak berwarna, di dukung oleh grain (grain supported), ukuran butir 0,2 – 2 mm, derajat pembundaran membundar-agak membundar, porositas sedang – buruk. Komposisi Mineral: Kuarsa (19%) (M1, F5) : Tidak berwarna, ukuran butir 0,1 – 0,6 mm, bentuk butiran membundar, hadir menyebar dalam sayatan sebagai fragmen (grain). Skeletal (24%) (H 10) : Berwarna coklat, ukuran butir 0,2 – 0,5 mm, bentuk butiran agak membundar, hadir merata dalam sayatan sebagai allochem (grain). (Foram planktonik) Lumpur karbonat (4%) (D9) : Berwarna coklat keruh, hadir merata dalam sayatan sebagai micrite. Kalsit (53%) (E - F2) : Berwarna Coklat, ukuran butir 0,2 – 0,5 mm, hadir merata pada sayatan sebagai Allochem (butiran), sparite (semen), dan urat (vein kalsit). Note : Nampak batas urat kalsit tersebut seperti batuan ri marmer, dengan ciri mineral kalsit yang saling interloking, namun disini masih Nampak fosil2 di bagian tengah sayatan, dan masih Nampak tekstur batuan sedimen karbonat klastik. Nama Batuan : Sandy Limestone (batugamping pasiran dengan urat kalsit yang menyerupai kenampakan batuan metamorf marmer) (Gilbert, 1975)
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 1, Januari 2012
Kode Sayatan: AR – 05 ( Salu Kanan_ Air panas, Float) FOTO SAYATAN TIPIS
Perbesaran 40 X Pemerian Petrografis Sayatan tipis Batuan Beku teralterasi kuat, tak berwarna – coklat, subhedral, tekstur -, afanitik – fanerik sedang, (0,1 – 0,5mm), teralterasi kuat dengan ditandai munculnya mineral lempung dan muncul kuarsa sekunder, serta mineral opak. Komposisi Mineral: Mineral Primer : - (0%) Mineral Sekunder : Kuarsa (80%), Mineral Lempung (16%), Opak (4%) NAMA BATUAN : BATUAN BEKU TERALTERASI KUAT ZONA ALTERASI : KUARSA, MINERAL LEMPUNG, OPAK
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 1, Januari 2012
Pengamatan dan Analisis PIMA Dari beberapa conto yang dikoleksi untuk pengamatan PIMA dengan tujuan menentukan klasifikasi mineral terutama mineral clay. Dari 4 conto ( Lokasi: Batusia dan S. Kanan) diperoleh mineral clay Halloysite yakni dari grup kaolinite. Hal ini mengidentifikasikan adanya proses hydrothermal. Karena Halloysite dicirikan dan terbentuk oleh proses alterasi hydrothermal. Halloysite ini juga kemungkinan terjadi karena proses pelapukan dan alterasi dari batuan beku / intrusi. Pada umumnya, grup Kaolin ini akan terjadi pada panjang geombang antara 1400 dan 2200 nm. Conto hasil analisa spectrum analisis dibawa ini,
Gambar 3. Grafik analisa PIMA, conto batu float, light grey – brown Illite Halloysite, Salu Kanan, prospek Siluk Total conto batu dengan hasil analisa PIMA seperti diperlihatkan pada tabel berikut :
Tabel 2. Hasil Analisa conto batuan dengan PIMA, Siluk prospek.
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 1, Januari 2012
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 1, Januari 2012
Kesimpulan Geologi daerah Siluk didominasi oleh batuan volkaniklastik neogene, dengan batuan sedimentasi marine yang kadang kadang beroverprint dengan volkanik sedimen dan volkanik breccia. Batuan sedimen tersebut tersingkap di sepanjang jalan utama khususnya di sebelah selatan wilayah Siluk. Tebal lapisan sedimen antara 1 hingga 10 m dengan orientasi strike umumnya antara 300 - 340° dengan kemiringan umumnya 50° SE. Batuan sedimen lainnya antara lain calcareous shale, interbedded sandstone claystone, interbedded calcareous shale with pirit vein terdapat pada zona Salu Lilating, Salu Tuan dan Karombak. Lalu di sebelah timur diindikasikan dengan batuan intrusi, seperti diorite / microdiorite di Bt Bando. Struktur utama dengan orientasi strike NE / SW dan N/S, umumnya paralel dengan struktur utama Walanae Fault yang membujur di sebelah timur. Sistem alterasi didominsai oleh alterasi weathering (pelapukan dari batuan beku), propilitik dan silica - clay- pirit, Halloysite dan illite. Belum terdeteksi adanya atau indikasi mineralisasi Au dan Cu maupun hasil analisa basemetal lainnya. Terdapat beberapa quartz vein kecil kecil di Batusia dan Rattetallang namun tanpa diikuti mineralisasi (conto dari Rattetallang tidak di analisa). Mineral Py ( pirit ), sangat dominan, dalam bentuk kristal massif, biasanya banyak di temui terutama di zona struktur, silica - clay – pirit. Adanya indikasi potensi mineral Halloysite yang cukup besar, perlu di tindak lanjuti untuk potensi penambangan clay "Halloysite" deposit. Koleksi data lapangan (conto batuan dan informasi geologi yang diperoleh sangat terbatas) sehingga tidak cukup alasan dan bukti mengenai tidak adanya mineralisasi yang dimaksud. Pemetaan lapangan lanjutan dan termasuk pemetaan zonasi alterasi dan struktur disertai dengan Pengambilan conto batuan dan tanah yang lebih detil dan sistimatis adalah sangat diperlukan dan di rekomendasikan. Daftar Pustaka Bakosurtanal Cibinong, lembar peta topografi skala 1:50,000 dan data digital sheet Polewali, Februari 2011. Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Pusat sumber daya geologi 2008: Atlas geokimia daerah Sulawesi bagian Selatan. Ingvar Kirchner Senior Consultant Resources (MAusIMM,) B L Gossage Partner and Manager Resources: Awak Mas Gold Project Page: 5 Technical Report . November 2004 Ivan JURKOVI and I Boiidar ZALOKAR, THE Copper Deposit of Batu Marupa in Central Sulawesi, Indonesia (Rudarsko-geoloSko-naftni zbornik, Vol. 2, str. 29-33, Zagreb, 1990.) LANTU, M. IMRAN, Effendi AMIN and D. A. SURIAMIHARDJA, Latimojong Formation, Landsekap Lembah Sangalla dan Sekitarnya, 2005 R Hall, Indonesia, Journal Geology 2009 Robert Hall, Helen R. Smyth: Cenozoic arc processes in Indonesia: Identification of the key influences on the stratigraphic record in active volcanic arcs, The Geological Society of America. Special Paper 436,2008. STEVEN C. BERGMAN 1, DANA Q. COFFIELD 2, JAMES E TALBOT l, 3& RICHARD A. GARRARD 4:Tertiary Tectonic and magmatic evolution of western Sulawesi and the Makassar Strait, Indonesia: evidence for a Miocene continent-continent collision, From Hall, R. & Blundell, D. (eds),
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 1, Januari 2012
1996, Tectonic Evolution of Southeast Asia,Geological Society Special Publication No. 106, pp. 391-429. Suyono and Kusnama, Stratigraphy and Tectonics of the Sengkang Basin, South Sulawesi ( Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 5 No. 1 Maret 2010: 1-11).