Lokakwya Fungsional Non Pene in 1999
KEUNGGULAN DAN ANALISIS BERBAGAI POLA PEMBESARAN PEDET DI KABUPATEN BOYOLALI BAMBANG KUSHARTONO Balai Penelitian Temak P.O. Box 221 Bogor, 16002
RINGKASAN Dipandang dari sudut permintaan dan penawaran nasional pengembangan ternak sapi merupakan peluang yang prospektif. Di Kab . Boyolali usaha ternak sapi perah lebih dominan dan merupakan kantong produksi susu, selain temak sapi perah ada beberapa pola pembesaran pedet untuk keperluan penyediaan bibit sapi perah dan bakalan sapi potong . Pola pembesaran pedet yang sangat menonjol ada 3 sistem yaitu pola pembesaran pedet tradisonal, semi intensif, dan intensif dengan memakai kandang Box . Khususnya pola pembesaran pedet sistem Box akan semakin efisien dan layak secara ekonomi serta memberi jaminan prospektif dalam upaya pengembangan sapi perah .
PENDAHULUAN Dipandang dari sudut permintaan dan penawaran nasional pengembangan ternak sapi merupakan peluang yang prospektif . Namun demikian dalam pengembangannya perlu memperhatikan beberapa aspek seperti : aspek te$nik, ekonomi, lingkungan dan kelembagaan . Dengan terciptanya iklim usaha yang kondusif tentunya dapat memberikan peluang adanya peningkatan pendapatan, khususnya peternak, dan peluang investasi serta perluasan usaha. (Rachman B . 1998) Di Kab . Boyolali pada umumnya petani peternak sudah maju, bahkan Boyolali mempunyai sumber daya manusia yang handal dalam hal memelihara ternak sapi. Banyak yang menyebut peternak Boyolali sebagai bengkelnya perawatan sapi . Dikatakan bengkel perawatan sapi karena pada umumnya peternak Boyolali memelihara dan membesarkan sapi mulai dari pedet yang baru lahir, pedet lepas sapih, sapi bunting, sapi kering dan akhimya peternak menjual sapinya keluar daerah sampai ke Pangalengan. Di Kab . Boyolali usaha ternak sapi perah lebih dominan dan merupakan kantong produksi susu di wilayah pulau Jawa . Hingga saat ini di wilayah tersebut terus diupayakan untuk pengembangan ternak sapi perah . Namun demikian selain ternak sapi perah di Kab . Boyolali ada beberapa pola pembesaran pedet untuk keperluan penyediaan bibit dan bakalan sapi potong . Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui dan menelaah kelayakan usaha pembesaran pedet dari berbagai pola pengembangan ditinjau dari efisiensi pemanfaatan sumber daya manusia .
161
Lokakarya Fungsional Non Peneliti 1999
POLA PEMBESARAN SAPI PEDET Pola pembesaran pedet yang sangat menonjol di Kab . Boyolali ada 3 sistem yaitu : (1) pembesaran secara tradisional, (2) pembesaran semi intensif, (3) pembesaran pedet intensif dengan memakai kandang "Box" . Pola pembesaran tradisional yaitu pedet tidak dipisahkan dari induknya sampai pedet tersebut disapih, namun pola ini sekarang sudah banyak ditinggalkan . Sedangkan pola pembesaran semi intensif yaitu sudah ada sentuhan tehnologi, anak sapi sudah dipisah dari induknya dan dibuat kandang khusus . Uniknya peternak di Kab . Boyolali selain memelihara pedet yang sudah dipisahkan dari induknya mereka juga menambahkan pedet dari sapi yang lain 2 ekor sehingga jumlah ternak pedet peliharaan menjadi 3 ekor . Pola seperti ini banyak berkembang di Bojolali setelah pedet dipelihar 3 bulan pedet tersebut dijual dan biasanya peternak membeli lagi dari pasar pedet yang baru lahir 3 ekor, setelah dipelihara 3 bulan dijual kembali dan setelah itu membeli pedet yang baru lahir lagi 2 ekor, setelah dipelihara 3 bulan dijual kembali . Sehingga dalam satu periode dalam pola pembesaran ini 1 induk bisa menyusui sampai 8 ekor . Pola seperti ini banyak dikembangkan di Boyolali dan cukup berhasil, pada umumnya peternak dalam pola pembesaran ini memelihara pedet jantan dari sapi perah untuk keperluan bakalan sapi potong (penggemukan ) . Dasar pertimbangan melakukan pemeliharaan dengan pola pembesaran seperti ini lebih menguntungkan dibanding dengan menjual hasil produksi susu dari induknya . Data di lapangan yang diperoleh harga susu sangat rendah Rp .550,-/lt . Dan rata-rata produksi 12 It per hari . Sedangkan harga beli pedet yang barn lahir (lepas kolostrum) Rp .200.000,-/ekor . Harga jual pedet setelah 3 bulan dipelihara Rp .500 .000,-/ekor . Dengan demikian diperoleh perhitungan dalam satu periode sebagai berikut Jika menjual pedet = 8 x Rp .300 .000,= Rp .2 .400 .000,Jika menjual produksi susu= 12 x 30 x 9x Rp .550,- =Rp .1 .782 .000,Selisih pendapatan secara kotor = Rp . 618 .000,(Sumber data dari wawancara langsung dengan peternak 1997) Pola pembesaran pedet yang ke 3 yaitu pola pembesaran pedet sistem kandang "Box" . Sistem ini diadopsi dari tenaga ahli Taiwan dan sekarang ini sedang dikembangkan di Kab . Boyolali . Dalam pemeliharaan sistem kandang "Box" selain ' pedet dipisahkan dari induknya pedet dimasukan kekadang "Box" layaknya bayi, setelah lepas kolustrum pedet diberikan susu bubuk sebagai pengganti susu murni . Disini ada penghematan biaya pemeliharaan, karena adanya perbedaan harga antara susu bubuk dan susu murni . Pemakaian susu bubuk jelas lebih murah karena harganya hampir 50% dari harga susu murni . Selain susu bubuk yang diberikan semenjak awal kelahiran pedet sudah diberikan pakan konsentrat dan dikenalkan dengan pakan hijauan kering/hay . Pola pembesaran sisitem Box mempunyai beberapa keunggulan antara lain • Pedet disapih lebih cepat yaitu umur 40 hari • Kematian 0 - 5 • Pada penghematan biaya pemeliharaan
1 62
Lokakarya Fungsional Non Peneliti 1999
Kesehatan pedet lebih terjamin Model Kandang Pembesaran Pedet Sistem Box Kandang mempunyai fungsi sebagai tempat berlindung baik dari cuaca, maupun dari gangguan binatang buas . Di dalam perkembangannya kandang juga berfungsi sebagai tempat pembesaran dan tempat produksi . Kandang pembesaran yang dikembangkan di Boyolali yaitu kandang berupa Box/kotak yang terbuat dari kayu atau bambu . Tujuan pemeliharaan dalam kandang Box ini adalah agar pedet dapat tumbuh dengan baik, karena kondisi pemeliharaan yang sehat . Kandang ini dilengkapi dengan tempat minum, tempat pakan konsentrat dan tempat hay/rumput kering . Pengembangan model kandang "Box" diperlukan karena masih banyak peternak melakukan peremajaan sapi perah yang diperoleh dari luar sehingga tidak diketahui asalusul dan potensinya, hal ini dapat berakibat tidak efisiennya suatu usaha tani sapi perah karena bibit yang jelek . Dengan adanya pengembangan pembesaran kandang "Box" diharapkan akan memudahkan pemilihan bibit sapi perah yang baik didukung dengan kondisi lingkungan yang baik, keadaan ini akan menghasilkan produksi susu yang optimum dan terjaminnya usaha tani sapi perah . Pemeliharaan pedet sistem Box dibandingkan pemeliharaan tradisonal terlihat pada Tabel 1 .
• •
Tabel 1 . Analisis Usaha Pembesaran Pedet Sistem Box dan Tradisional Kandang Sistem Box Penyapihan + 40 hari Biaya pemeliharaan sampai si sapih : Susu Kolustrum = 7 hari x 4 It. Kolustrum x Rp.550,-= Rp . 15 .400 Konsentrat starter 21 kg x Rp .900= Rp . 18 .900 Susu buhuk 0,5 kg x Rp .2 .500 x33 hari = Rp. 41 .500 = Rp . 20 .000 Tenaga 40 hari x Rp .500 Jurnlah biaya pemeliharaan = Rp.95 .800
Pemeliharaan tradisional Penyapihan + 90 hari Biaya Pemeliharaan sampai disapih Susu 1olustrum = 5 It . x Rp 550 x .90 hari = Rp .247 .500 Tenaga 90 hari x Rp .500= Rp. 45 .000
Jumlah biaya pemeliharaan = Rp.292 .800
Ukuran Kandang Box :Panjang : 140 - 150 cm ; Lebar : 100 cm Tinggi : 100 cm ; Tinggi kaki :40 - 50 cm Lantai kandang hendaknya disemen, agar mudah dibersihkan, (Gambar 1 .) . Data diatas terlihat adanya selisih pengeluaran biaya untuk pemeliharaan yaitu pemeliharaan secara tradisional sebesar Rp . 292 .800 sedangkan pemeliharaan dengan sistem kandang Box Rp . 95 .800,- sehingga bisa menghemat biaya sebesar Rp . 197 .000,Pemeliharaan dengan sistem kandang Box selain bisa menghemat biaya juga mempunyai beberapa nilai tambah . Sebagai contoh kenaikan berat badan rata-rata per hari lebih tinggi 0,73 kg dibandingkan dengan pemeliharaan tradisional 0,27 kg per hari . (Sumber : Dinas Peternakan Dati I Jawa Tengah 1997) dapat dilihat pada Tabel 2 .
1 63
Lokakarya Fungsional Non Peneliti 1999
Pinlu dibual di bagian belakang Dengan ukuran : 1-char 6(1 cm Fifiggi IM C131
951 ~o cm
So C0'
f. C .
,I ,
~!a cm
T
i
E
n I
1
E
n ,croac+
v 1enK,al RumMn
1'cnq,aI Knnwnl,M
. 1'enlpa1 Air suau
s..
Dibuat scdikit Icbih
tinggi dari pada tempat rumput
Gambar 1 . Kandang Pembesaran Pedet Sistem Box Tabel 2 . Perbandingan Nilai Tambah Sistem Kandang Box ddengan Sistem tradisional Uraian Umur pedet pada waktu disapih Kenaikan berat badan rata-rata per hari Tingkat kematian Biaya perawatan (Rp .)
Kandang Box 40 hari 0,73 kg % 95 .800
0-5
Tradisional 90 hari 0,27 kg 20-25% 292 .800
Sumber Dinas Peternakan Dati I Jawa Tengah 1997 .
KESIMPULAN DAN SARAN Pada tingkat produksi yang dicapai saat ini ketiga pola tersebut cukup memberikan jaminan keunggulan . Khususnya pola pembesaran pedet "Sistem Box" akan semakin efisien dan menguntungkan . Hal ini cukup beralasan mengingat pola tersebut mampu mempercepat proses penyapihan dan mampu menekan tingkat kematian . Sehingga dalam upaya pengembangan sapi perah/sapi potong pola pengusahaan pembesaran pedet yang relatif memberi jaminan prospektif adalah pola pembesaran pedet - "Sistem Box" .
1 64
Lokakarya Fungsional Non Peneliti 1999
DAFTAR BACAAN Anonymus .
Pemeliharaan pedet sapi perah model misi Taiwan . Proyek 1997 . Pengembangan Peternakan Rakyat tersebar di 35 Dati II Jawa Tengah . APBD I tahun 1996/1997 . Dinas Peternakan Propinsi Dati I Jawa Tengah .
Rachman B . 1998 . Keunggulan Komperatif dan analisis sensivitas usaha sapi perah menurut pola pengusahaan di Jawa Barat . Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian . Ilmu Ternak dan Veteriner Vol . 3 Nop .1 1998 . Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan . Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian . Talib C . 1991 . Produktivitas pedet peranakan Onggole dan silangan dengan Brahman dan Limousin pertumbuhan pada umur 205 hari sampai 353 hari . Ilu dan Peternakan Vol . 4 No .4 Balai Penelitian Ternak . Pusat Penelitian dan Pengembangan Petemakan . Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian .
1 65