POLA KOMUNIKASI dr. AISAH DAHLAN DALAM MEMBINA MENTAL SLANKERS (PECANDU NAPZA) DI YAYASAN SAHABAT REKAN SEBAYA
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Oleh: DIAN RAFIQI QUDSI NIM : 104051001895
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H. / 2010 M.
POLA KOMUNIKASI dr. AISAH DAHLAN DALAM MEMBINA MENTAL SLANKERS (PECANDU NAPZA) DI YAYASAN SAHABAT REKAN SEBAYA Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu komunikasi Islam (S. Kom. I)
Oleh
DIAN RAFIQI QUDSI NIM : 104051001895
Di Bawah Bimbingan
H. Zakaria, MA. NIP. 197208072003121003
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H. / 2010 M.
HASIL WAWANCARA
Nama
: dr. Aisah Dahlan
Jabatan
: Ketua Yayasan Sahabat Rekan Sebaya
Hari/Tanggal : Kamis 04 Juni 2009 Waktu
: 16:00 WIB- Selesai
Tempat
: Rumah Sakit Bhayangkara Selapa POLRI
Tanya
: Sejak kapan berdirinya Yayasan Sahabat Rekan Sebaya?
Jawab
: Berdirinya yayasan rekan sebaya pada tahun 1997
Tanya
: Apa Visi Misi Yayasan Sahabat Rekan Sebaya?
Jawab
: Visi dari Yayasan ini adalah menciptakan kemandirian bagi para After untuk siap bermanfaat kembali bagi diri dan sekitarnya. Ini didukung oleh beberapa misi, yaitu dengan menfasilitasi, memotivasi dan mengoptimalisasikan berbagai minat, bakat dan kemampuan serta ketrampilan yang dimiliki oleh para After Care dalam wujud pelaksanaan berbagai job therapi.
Tanya
: Apa yang melatarbelakangi terbentuknya yayasan sahabat rekan sebaya?
Jawab
: Cikal bakal terwujudnya SAHABAT REKAN SEBAYA adalah berawal dari kegiatan proses detoksifikasi dan berlanjut ke kegiatan
pembinaan
Berlanjut
(After
Care)
bagi
para
penyalahguna Narkoba di RS. Harum, Kali Malang Oleh dr. Aisyah Dahlan, dr. Priyanto Sismadi MM dan dr. Ruslan Yunus,
Mars pada tahun 1997. Sahabat Rekan Sebaya merupakan komunitas gabungan dari berbagai komunitas binaan Lanjut( After Care) yang berbasis panti dan masyarakat di berbagai wilayah Jabotabek yang memusatkan semua kegiatan After Care nya di Jl.Simpang tiga no 17 Kalibata, Jaksel dan bermitra dengan RS. Bhayangkara, SELAPA POLRI Ciputat Jakarta Selatan. Penamaan SRS ( Sahabat Rekan Sebaya) ini lebih bermaksud, dan berniat mulia untuk menerangkan bahwa siapapun yang bergabung dalam wadah ini tentunya siap menjadi Sahabat atau Partner dalam “Recovery” dan ”solusi” bagi Rekan Sebaya (Peer Group) Pendirian SRS pada tahun 1998 bertujuan untuk mewadahi segala potensi dan usaha untuk menata kembali kehidupan para “Recovering Person”. Dalam kurun waktu berkiprah 10 tahun komunitas ini akhirnya resmi sebagai Yayasan Sahabat Rekan Sebaya Tanya
: Berapa jumlah korban narkoba di SRS?
Jawab
: Kurang lebih 120 orang, tapi engga semua stay disini. Karena mereka kebanyakan bekerja
Tanya
: Berapa biaya yang dibutuhkan untuk dapat tinggal di srs?
Jawab
: Kalau after care kita tidak kena char. Free, gratis tapi Kalau untuk detoksifikasi Biasanya keluarga korban harus mengeluarkan uang untuk biaya obat. Kita bermitra dengan RS. Bhayangkara jadi
kita berusaha untuk tidak memberatkan korban. Kita memberikan obat yang murah dari jenis generic atau simtomatis Tanya
: Lalu, dari mana saja sumber dana yang masuk untuk yayasan ini?
Jawab
: Sumber dana yang masuk yaitu dari berbagai sumber, misalnya anak-anak kita ajarkan untuk menjadi interprenure, jadi mereka yang ada diyayasan semua bekerja. Dan gaji mereka di potong 20 % untuk biaya sehari-hari kita memang tidak bayar . jadi ada juga dari orang tua korban yang mampu, Biasanya mereka menyumbang sembako, berupa beras, mie instan. Kita menerima apa saja. Karena memang kita lebih kepada after care, jadi kita mereka sudah mulai bekerja, dan harus punya incame, saya selalu berpesan bahwa kalau kamu pengen merokok ya harus kerja, jadi mereka merasakan rasa beratnya dan manfaatnya.
Tanya
: Kerjasama dari sisi pembiayaan, dari pihak mana saja?
Jawab
: Ada dari para donatur atau masyarakat yang peduli dengan para slankers, juga kalau di padepokan slankersnya sendiri itu bunda iffet yang membantunya, karena slank juga khan membintangi beberapa iklan di TV, seperti supermi, torabika, rokok djinggo, itu kan bermakna sekali, sering juga beliau, karena tahu pendamping korban itu butuh transport, uang tunai, bantuan yang diberikan slank. Itu merupakan hasil dari omset mereka manggung atau yang lainnya, dari omset mereka 1 % untuk
kesejahteraan fansnya atau bersifat sosial. Dan juga para alumnialumni after care yang sudah bekerja di kantor-kantor, mereka ada sedikit infaq untuk KAS kita buat adik-adiknya. Tanya
: Dari unsur mana saja yang terlibat di yayasan ini?
Jawab
: Kalau di SRS ada dua, yaitu: korban Narkoba dan keluarga korban Narkoba itu sendiri, saya pun disitu bukan sebagai dokternya, tetapi keluarga korban, yang bersama-sama adik-adik ini membuat suatu wadah, sehingga jadilah sebuah yayasan, awalnya ini sebuah panguyuban after care, yang ada disini adalah lulusan beberapa panti rehabilitasi narkoba yang Relafes (pakai) lagi
Tanya
: Berapa jumlah tenaga yang membantu di yayasan ini?
Jawab
: Kalau di recovery addict/ korban Narkoba ada banyak, misalnya adiknya kena, dia bergabung disitu, atau kakaknya kena ikut pula gabung. Jadi kita bisa saling membantu dan menguatkan sesama keluarga korban Narkoba
Tanya
: Bagaimana dengan managemen pengelolaan di SRS?
Jawab
: Disini ada struktur organisasinya, jadi semua berperan sesuai dengan posisinya masing-masing, di SRS ini, wakil ketua Pembina Melanie Hermanto, iffet Sidharta, Judiestaty Johnny, Ketua dr. Aisah Dahlan,Wakil I Haniz Hidayat S. sos. Wakil II Raharjo Zaini. Sekretaris Muhammad Sulaiman SE. Finance
Verus Sidharta. Dan disini ada divisi-divisi masing-masing. Ada kepala divisi Tanya
: Berapa lama korban yang tinggal di SRS?
Jawab
: Seumur hidup, maksudnya disini yang lebih ditekankan adalah program after care, ada yang sepuluh tahun, sebelas tahun karena SRS adalah terminal bagi mereka, walaupun mereka kerja dengan orang tua mereka, tetap namanya ada disitu, karena biasanya mereka datang untuk mencharg knowlege, skill, menata emosi dan sebagainya, umumnya mereka sudah bekarja di kantor-kantor yang normatif, pertelivisian, radio, mereka minta agar namanya tidak hilang.
Tanya
: Program apa saja yang ada di SRS?
Jawab
: Ada program-programyang kita jalankan bagi slankers yaitu SAHABAT
Motivedu
(Motivasi
dan
Edukasi)
seperti
Detoksifikasi, Rehabilitasi, Klinik Konsultasi dan support group Sahabat Peduli Program-program yang telah dilakukan dari awal berdiri hingga saat ini ialah : Seminar Bahaya Narkoba, Penyuluhan Bahaya Narkoba Sahabat Auto Service Program-program yang telah dilakukan dari awal berdiri hingga saat ini ialah :
Menerima servis berbagai jenis permasalahan automotif, Menerima pelatihan kerja bagi After care lainnya dan para pelajar jurusan tehnik automotif. Sahabat Rescue System Program-program yang telah dilakukan dari awal berdiri hingga saat ini ialah : Penjangkauan bagi para pecandu Narkoba Sahabat Training Pelatihan MBS (Make Better Solution) Program-program yang telah dilakukan dari awal berdiri hingga saat ini ialah : MBS untuk intansi dan lembaga, MBS untuk professional, MBS untuk anak dan pelajar serta mahasiswa, MBS untuk keluarga, MBS Akupresuer Sahabat Event Organizer Program-program yang telah dilakukan dari awal berdiri hingga saat ini ialah :Menyelenggarakan pentas Musik dan bazaar dalam peringatan hari anti Narkoba serta HIV/AIDS internasional Menyelenggarakan bazaar social, Menyelenggarakan berbagai pelatihan, seminar, workshop dan Talkshow. Sahabat Jongsi Program-program yang telah dilakukan dari awal berdiri hingga saat ini ialah : Wiraswasta di bidang produk fashion dan alas kaki
(sepatu dan sandal), Wiraswasta di bidang produk makanan dan minuman ringan, Wiraswasta dibidang produk kerajinan tangan (handycraft) dan souvenir Sahabat Flora Program dari Tahun 2004 – hingga kini Pembuatan taman dan tebing, Jual beli berbagai tanaman hias, Dekorasi dan perawatan taman, penyewaan tanaman hias ke berbagai kantor dan institusi, usaha pembuatan kompos serta penghijauan bagi masyarakat sekitar lokasi usaha sebagai wujud tanggung jawab moril terhadap sekitar lingkungan, Mengadakan pelatihan Flora Sahabat Multimedia Program-program yang telah dilakukan dari awal berdiri hingga saat ini ialah : Pembuatan
modul
pelatihan,
Pembuatan
tabloid
“signal”,
Pembuatan produk dan jasa video tutorial dan documenter, Penerbitan buku, Sablon baju, kartu nama, banner, dll Pembuatan film “cukup Gue” yang bertemakan permasalahan Narkoba dan HIV/AIDS, Pembuatan web, Pelatihan broadcast dan web. Sahabat Recovery Slankers Program-program yang telah dilakukan dari awal berdiri hingga saat ini ialah :
Detoksifikasi missal, Penyuluhan dan seminar bahaya Narkoba, Pelatihan kerja bagi para After Care Sahabat Positif Program-program yang telah dilakukan dari awal berdiri hingga saat ini ialah : Penyuluhan, pelatihan dan seminar HIV/AIDS, Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak yang memiliki kepedulian terhadap HIV/AIDS Sahabat Teater Musikal Orkextra 100 Pecandu Program-program yang telah dilakukan dari awal berdiri hingga saat ini ialah : Pementasan Teater Klosal untuk penyuluhan bahaya Narkoba, Pementasan Teater 100 Pecandu untuk penyuluhan bahaya Narkoba, Pementasan Teater orkeXtra 100 Pecandu untuk penyuluhan bahaya Narkoba, Pembuatan album musik religi Sahabat Art & Decor Program-program yang telah dilakukan dari awal berdiri hingga saat ini ialah : Dekorasi Pentas Seni sekolah Tugasku, Dekorasi pelatihan MBS, Pembuatan ketrampilan tangan dan lukisan, Pameran lukisan Sahabat Modiste Program yang telah dilakukan dari awal berdiri hingga saat ini ialah :
Merancang dan membuat berbagai jenis pakaian untuk perempuan, Merancang dan membuat berbagai jenis kain penutup dan penghias untuk barang dan tempat peralatan.
Responden
Pewawancara
dr. Aisah Dahlan
Dian Rafiqi Qudsi
HASIL WAWANCARA
Nama
: dr. Aisah Dahlan
Jabatan
: Ketua Yayasan Sahabat Rekan Sebaya
Hari/Tanggal : Kamis 04 Juni 2009 Waktu
: 15:00 WIB-Selesai
Tempat
: Rumah Sakit Bhayangkara Selapa POLRI
Tanya
: Bagaimana cara penanganan korban narkoba di SRS, apakah secara personal/komunitas, Kalau dengan cara persuasif seperti apa?
Jawab
: Tergantung bagaimana personnya masing-masing, kita harus mengetahui dulu karakter setiap anak, pola asuh orang tua mereka. Ada anak yang memang punya niat untuk sembuh, mungkin jadi lebih semangat untuk mengikuti program, ada juga yang agak lebih lama untuk saya tahu bagaimana perasaannya Kalau secara personal, tapi ada juga program yang terkenal di amerika sana yaitu TC (therapeutic community)
Tanya
: Bagaimana cara mengkomunikasikan dengan mereka dalam proses penyembuhan?
Jawab
: Saya berusaha untuk dapat menyelami hati mereka, apa yang sebenarnya mereka inginkan, saya harus berhati-hati sekali, karena Biasanya orang-orang seperti mereka masih labil dan sensitive. Kita harus tahu kenapa ia pake narkoba. Biasanya
mereka tidak tahu emosinya apa. Karena mungkin ia dulu, sebelum ia pake waktu ia kecil. Misalnya ia sedih, nangis dilarang, atau mau marah sama orang tua takut durhaka, karena di simpan, ngomong blak-blakan sama orang tua dibawa terus, karena penat, bertemu seuatu hari, pada waktu yang salah dan orang yang salah. Dan drug’s itu adalah salah satu solusinya, walaupun itu solusi yang salah/tidak baik, untuk ia kembali tenang pake itu, Kalau kita ambil dan cara bicara kita membuat ia berat, pasti ia relafes lagi.
Tanya
: Lalu bagaimana cara menanganinya?
Jawab
: Dengan cara bagaimana kita membantu iauntuk kita buang, dengan cara kita harus mengetahui perasaan ia dibalik event itu, di tempat kita boleh marah, boleh kesel, engga perlu semuanya itu perfect. Itu membuat topeng semua, ya…jadi ada sesi akui perasaan, kita perlu sama-sama numpahin, atau kerja dua hari sekali, ada sesi merilis emosinya, melepaskan emosinya dengan berani bilang, “gw sebenarnya feel bad” coba kalo seandainya bayangin lo yang begitu, gimana perasaan lo” jadi harus dibuat wadah itu agar tidak meledak-ledak, karena Kalau itu di ajarinya di awal rehabilitasi, atau primary, Kalau after care mereka tidak boleh seperti itu. Karena sudah menyatu dengan masyarakat, Kalau masih pake teori awal, bisa berantem mulu sama
masyarakat, kita memoles lagi mrereka dengan perasaan untuk tahu mereka, dan perlu di omongkan. Harus diucapkan, mereka menganggap g boleh gw marah, dosa kali ya. Ya betul dosa.tapi harus diucapkan, bisa jadi karena pola asuh, setiap berantem sama adiknya, dia mo bilang saya kesel, g boleh sama ibu bapak. Jadi mereka selalu diam. Padahal itu adalah tehnik, boleh engga papa. Malah Kalau ada sesinya. Kita peluk ia, yaudah finish. Jangan sampe penuh, karena kalo tumpah akan ekstrem. Tanya
: Pola komunikasi apa yang anda gunakan bagi para korban narkoba?
Jawab
: Pola komunikasi yang saya gunakan adalah saya mengikuti teori komunikasi
komtemporer,
seperti
menyampaikan
pesan,
menerima pesan, dan menghindari dua belas macam teori komunikasi.
Seperti
judgement,
menasehati,
kemudian
menghiraukan, pokoknya dua belas teori itu, Biasanya Kalau mereka cerita. Kita tidak boleh menjudge, “ni orang orang bohong”, atau mungkin langsung ngasi nasehat “harus gini harus gitu’, lama-lama mereka muntah juga. Oleh karenanya ketika ia cerita, kita harus tahu bagaimana perasaannya, di balik cerita itu, misalnya ia sedih, kita menanyakan “oh kamu sedih” maka pada saat ia cerita, itulah terapi buat dirinya sendiri, ia mentherapi 90% darinya sendiri. Saya hanya membantu 10%. Tapi kita menanyakan, misalnya dia cerita gembira,”kayaknya lo seneng
banget ya?”, karena kebanyakan orang mereka cerita gembira, malah sebaliknya kita bilang’ alah narsiz banget si lo” itu yang akan membuat istilahnya orang mau tumbuh kita injak, kita hakimi, melabel, itu harus dihindari, kita harus mengetahui apa perasaan di balik semua itu. Dan disitulah kita menilai. Saya juga juga menggunakan komunikasi energy/verbal, dengan cara memahami, saya tidak boleh bilang setiap anak susah banget. Maka kita akan suudzon (berprasangka buruk). Saya harus setting “dia harus di ajak ngomong lebih lama, di banding dengan yang lain., jadi kita mengganti terminology mengganti dengan sesuatu yang positif itu harus dilatih, misalnya “dia bukannya bawel, tapi bicaranya lebih banyak, dia bukannya pemalas, tapi terlalu damai, istilahnya “seng jadi emas”, itu ternyata pola komunikasi buat anak-anak yang normative bagus sekali untuk pertumbuhannya. Walaupun kita sakit hati, caranya harus menegur prilakunya, bukan pelakunya sehingga menyentuh, Kalau prilakunya yang ditegur maka, ia akan tersentuh, tapi Kalau pelakunya yang ditegur, maka ia akan tersinggung. Hilangkan judgement, karena fitrahnya manusia itu baik, Cuma salah jalan saja atau kurang bimbingan, makanya mereka menyimpang. Boleh ekspos kita marah, tapi bukan “kamu” tapi sampaikan pesan marah, “saya” saya marah sama kamu, setengah menit saja, setengah menit berikutnya puji prilakunya, teknik itu
yang harus dibuang, one on one, tegut menegur untuk merubah prilaku, itu bedanya, karena Kalau tidak begitu, kita akan terus mengungkit, maka dipelajarilah teknik konvensional atau komtemporer, malah saya lebih menyukai komunikasi cara Rasulullah. Tanya
: Apakah komunikasi yang anda lakukan cukup efektif diterapkan disini?
Jawab
: Alhamdulillah, buat saya patokannya, selama mereka tetap setia, dan sikapnya dengan orang tua oke, dan kerjanya maju, berarti ia tumbuh (grouw) sukses, artinya semua tahu dia pake. Kalau disini, Kalau ada divisi yang engga maju berarti saya harus Tanya, teknik yang kita pelajari dia engga pake, teknik menej emosinya dia engga pake, mind setting dia engga pake, husnudzon dia engga pake di liatnya disitu aja. Kalau divisi yang maju berarti dia husnudzon, gimana prasangkanya kepada Tuhan, selain ia berdo’a.
Tanya
: Berapa lama proses komunikasi yang berlangsung pada saat mentherapy para korban narkoba?
Jawab
: Karena yang kita bentuk adalah manusia, jadi prosesnya panjang, setiap
orang
berbeda
secara
indivdu,
jadi
kita
harus
menganlisanya dan harus punya intuisi dia ini gimana ya, lalu carikan metode-metode yang cocok, Kalau metode A engga efektif, kita cari lagi metode yang lain.
Tanya
: Adakah hambatan-hambatan dalam berkomunikasi dengan mereka?
Jawab
: Saya tidak menganggap itu hambatan, tapi tantangan, karena kita juga bukan hanya menyembuhkan anaknya, tapi keluarganya juga, Biasanya karena orang tuanya jenuh dengan tingkah anaknya, mereka menganggap bahwa,ini anak engga ada gunanya, makanya dilepas, ada juga orang tua yang merasa, bisa kali ini anak ikut kerja/sekolah. Mau jadi apa, Kalau dia engga punya gelar sarjana, nah ini ekstrem. Ada anak yang seneng belajar, ada anak yang memang senang langsung action, selalu bahwa kesejahteraan anak adalah sebuah modal, karena pecandu juga, padahal Kalau bagus, teruskan saja dulu, masa stabilisasi dia, minimal tiga tahun, oke, Kalau mau sekolah. Saya Tanya sama orang tuanya, mau gelarnya, atau proses belajarnya, saya ini guru, saya mengajarkan budi pekerti, enterprenure. Kalau hanya gelar gampang, saya sedang berusaha mengakses universitas terbuka, untuk mendapatkan gelar saja, tapi disitu di tantang untuk fighting spirit mahasiswa, Kalau leha-leha ya habis duit lo, rata-rata di after care, tingkat S1, dapet,karena berkecimpung didunia narkoba, karena disini diajarkan kita semua dan saya bisa bantu, tapi justru yang diperlukan adalah stabilisasi, dia punya percaya diri bahwa dia masih berguna, jadi mereka anak yang berguna, mereka tidak percaya diri karena
mereka junkie, dan merasa ia berguna engga sih? Kalau gue berguna kok bokap dan nyokap gue masih marah. Makanya kita berikan pekerjaan, dan diajak ke khalayak ramai di seminar, agar mereka merasa diri mereka berarti, itu ada yang tiga tahun dan lima tahun, dan itu tantangan bagi saya. Karena Kalau kita memberikan label hambatan ya ia akan menghambat, tapi Kalau hambatan itu kita labelkan tantangan, maka ia akanmemicu responnyang lebih besar, itu yang saya bilang “seng kita bikin emas” , narkoba kena narkoba itu bukan musibah, tapi ujian, masa Allah ngasi musibah kepada orang yang rajin ibadahnya, baik prilakunya, statementnya, kita di uji untuk naik derajat, kata-kata itu sangat bermakna, dan makna itu sangat signifikan, bermanfaat, kita harus mulai ditata, bahwa semua ini ujian dan tantangan, karena tujuan saya meringankan beban mereka, bukan tipe orientasi birokrasi.
Responden
Pewawancara
dr. Aisah Dahlan
Dian Rafiqi Qudsi
ABSTRAK
Dian Rafiqi Qudsi 104051001895 Pola Komunikasi Dr Aisah Dahlan Dalam Membina Mental Slankers Di Yayasan Sahabat Rekan Sebaya Perubahan sosial yang serba cepat sebagai konsekuensi modernisasi, kemajuan pengetahuan dan teknologi membawa berbagai dampak yang berimplikasi pada pergeseran nilai-nilai dan moral, banyak ketimpanganketimpangan yang terjadi dikarenakan ketidak siapan mental para pelaku kehidupan maka semakin bertambah pula masalah-masalah sosial yang dihadapi yang merupakan dampak dari modernisasi dan teknologi. semakin meningkatkan angka-angka kriminalitas yang disertai dengan tindak kekerasan, pemerkosaan, pembunuhan, judi, penyalahgunaan obat/narkotika/minuman keras, kenakalan remaja, promiskuitas, prostitusi, bunuh diri, gangguan jiwa dan lain sebagainya. Hal inilah yang mengusik hati dr. Aisah Dahlan sehingga membentuk sebuah yayasan yang menangani masalah kenakalan remaja khususnya penyalagunaan Napza. Bagaimana pola komunikasi dan metode apa saja yang dilakukan dr Aisah Dahlan dalam membina mental slankers di Yayasan Sahabat Rekan Sebaya, apa saja program-program yang diterapkan yayasan tersebut dan apa saja hambatanhambatan yang ditemui dr. Aisah Dahlan dalam membina mental Slankers.Pola komunikasi yang diterapkan dr. Aisah dahlan terhadap korban Napza (Slankers) di Yayasan Sahabat Rekan Sebaya adalah dengan menggunakan metode komunikasi energi, komunikasi antar pribadi, intra pribadi dan komunikasi kelompok atau juga dapat disebut therapetic community (TC) yang menitikberatkan pada pola komunikasi antar sesama korban, sehingga antara korban dapat bersama-sama sharing dari hati kehati, konselor juga diharapkan dapat berempati dengan para korban sehingga untuk proses pemulihan mental para korban Napza lebih efektif. dr. Aisah sendiri tidak mengganggap kendala yang dialami sebagai hambatan tapi tantangan. Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian dengan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dokumentasi. Sedangkan penelitian ini menggunakan pendekatan metodologi kualitatif deskriptif, yaitu penelitian yang ditekankan dengan cara mengamati dan menggambarkan proses yang berlangsung di lapangan apa yang mereka lakukan di Yayasan Sahabat Rekan Sebaya dalam pemulihan dari ketergantungan Napza. Berdasarkan penelitian dengan menggunakan berbagai bentuk komunikasi semua itu cukup berhasil dilakukan dr. Aisah Dahlan dan konselor yang menangani korban Napza (Slankers) karena kerja sama yang baik terjalin dengan adanya komunikasi yang efektif sehingga apa yang disampaikan dan program yang diterapkan dapat berjalan dengan baik dan lancar.
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Segala puji bagi Allah ‘Azza Wajalla, dan kesejahteraan serta kedamaian semoga dilimpahkan kepada makhlukNya yang paling mulia dan sebaik-baik manusia, yakni Nabi Muhammad Saw, para keluarga beliau yang suci, para sahabat beliau yang mulia, dan orang-orang yang mengikuti beliau dengan kebaikan hingga hari pembalasan. Nikmat dan anugerah yang tak pernah berhenti diberikan Allah S.W.T. untuk penulis, do’a dan dukungan yang selalu mengiringi setiap langkah penulis dalam menyelesaikan penelitian ini sehingga kesulitan yang dihadapi dapat teratasi dan penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Sebagai rasa syukur, penulis mengucapaka terima kasih yang sebesarbesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, diantaranya adalah: 1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) Dr. H. Arief Subhan, MA, Pudek I Drs. Wahidin Saputra, MA, Pudek II Drs. H. M ahmud Jalal, MA, dan Pudek III Drs. Study Rizal LK, MA. yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh dalam bentuk karya tulis ini, semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal. 2. Bapak Jumroni MA, selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dan Ibu Umi Musyarrofah, MA., selaku Sekertaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. ii
3. Bapak H. Zakaria MA, selaku Pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan serta petunjuk dengan sabar selama penulisan skripsi ini. 4. Drs. Hasanudin Ibnu Hibban, MA., selaku Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan bimbingan dalam menyelesaikan studi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. 5. Para petugas perpustakaan yang aktif sehingga membantu penulis dalam mencari data dan referensi dalam pembuatan skripsi ini. Baik Perpustakaan Umum maupun Perpustakaan fakultas. 6. Seluruh Dosen, Staf administrasi dan karyawan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 7. Sahabat terbaik yang pernah penulis Ranita, Lala, Liana, Odie, Lail, Romelih, Nury, Leny, Adewa, Ridwan, Umi, Fatma, Eel, terima kasih kehadiranmu yang telah memberikan pelajaran yang berharga bagi penulis, kebersamaan kita, keceriaan kita, kenangan kita dan cita-cita kita. Tidak ada kata terlambat sobat. 8. Teman-teman Fakultas Dakwah dan Komunikasi Angkatan 2004 terutama KPI E, yang telah memberikan dukungan serta do’a kepada penulis, tetap semangat teman-teman. 9. Yayasan Sahabat Rekan Sebaya, dr. Aisah Dahlan yang telah mau berbagi ilmu dan pengalamannya dalam dunia adiksi yang begitu kelam, dengan gayanya yang khas menjadikan saya tertarik untuk mengangkat profilnya sebagai objek skripsi saya. “Jazakumullah khoeron katsiran dok” .
iii
10. Mama tercinta Sri Hartati Kosasih, yang menjadikan saya seperti sekarang ini. Mama penuh dengan cinta, kasih sayang, dan kebijaksaan yang membuat saya selalu semangat menjalai hidup ini. 11. Ayahku tersayang A. Kosasih Mustafa (alm) yang menjadi Motivatorku dalam menuntut ilmu dan fastabiqul khoirot (berlomba-lomba dalam kebaikan) 12. Kakakku tercinta yang sudah berada dalam naunganNya Ahmad Fauzan Rahiem (alm). “Tujuan manusia hidup adalah untuk yang Maha Hidup” Allah mencintai kakak, menyayangi kakak dan mengasihi kakak lebih dari kita. Ternyata Allah punya rencana yang indah dibalik ujian ini. Ahmad Lazuardi Mustafa dan Muhammad Royhan Al-Biroeni. Kakak iparku Kak Santi, “Mutiara Tidak Akan Berkilau Tanpa Ada Gesekan” 13. Nabila Firdausi dan Sabiq Maududi adik-adikku, semoga kita dapat melanjutkan cita-cita papa yang tertunda. 14. Keluarga Besar H. Mustafa (alm). Keluarga besar H. Nasa Syamsuddin yang telah banyak memberikan saya semangat dan pelajaran dari setiap peristiwa dalam kehidupan. 15. Seluruh organisasi kampus. PMII, HMI, IMM, LDK, KM UIN, mari tetap idealis memperjuangkan nilai-nilai islam. 16. Keluarga Besar Madani Mental Health Centre, Ust darmawan, Prof. Dadang, Ust. Najmi, Ust Jami, Ust Gyn, dan Keluarga Besar Ust Darmawan. 17. Teman-teman Akpol, Inggal W Perdana, Rony Are, Agus Ady, Mochammad Bagus, Bang Abriansyah Harahap. Terima kasih untuk berbagi ilmu selama
iv
ini, dan sudah sabar dalam menjawab pertanyaan dan diskusi saya tentang dunia kepolisian. 18. Terakhir untuk calon suamiku Abdul Ja’far, ayah bagi anak-anakku kelak yang selalu mendampingiku dalam keadaan suka maupun duka, yang selalu memberiku ruang dan waktu untuk setiap keluhan-keluhan, kesedihan, keceriaan dan mengajarkan aku tentang arti syukur dan sabar dalam mengarungi kehidupan. Bersemangat ! Untuk semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu tanpa mengurangi ucapan terima kasih yang begitu besar. Mohon maaf apabila ada kesalahan yang pernah dilakukan, sengaja ataupun tidak disengaja, semoga yang dilakukan adalah hal yang terbaik dan mendapatkan balasan yang terbaik dari Allah S. W.T. Amien. Akhir kata, penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, namun semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan. Amien
Penulis Jakarta, 20 Juni 2010
v
Akhirnya, saya dapat bernafas lega, ketika satu amanah, tugas mulia, dan tanggung jawab saya selesai, sebagai mahasiswa dikampus tercinta dengan segala dinamikanya. Ternyata begitu indah ketika kita menjadikan Allah SWT sebagai pelabuhan terakhir kita dan tak tahu harus berbuat apa. Subhanallah, teringat ketika saya pertama kali menginjakkan kaki dikampus tercinta ini untuk menuntut ilmu, semua ini adalah keajaiban dan kekuasaan Allah yang begitu dahsyat, disaat itulah saya bartanya dalam hati, apakah saya dapat menjalani studi saya dengan berbagai ujian dari Allah yang harus saya lalui dalam menapaki hidup yang begitu indah ini? Allahuakbar Alhamdulillah semua yang terjadi dalam hidup ini berkat rahman, dan rahiemNya. Kepada setiap hambaNya yang tak pernah lelah dan putus asa untuk dapat menuju kesempurnaan sebagai seorang hamba. Allah SWT. My lovely (cinta sejati) saya. Memberikan jalan kepada saya untuk dapat menikmati bangku perkuliahan diantara geduh-gedung yang begitu gagah terpancang kuat dibumi Allah SWT yang terhampar luas ini. Teruntai salam dan takjim saya kepada manusia pilihan Allah SWT, yang menjadi kekasih sekaligus pendamping sang raja dari segala raja yang berada di singgasana agung. Yakni, Rasulullah SAW, atas segala
vi
kebijaksaanya,
kelembutannya,
keelokan
budi
pekertinya,
kedermawanannya. Sehingga kita dapat keluar dari belenggu kebodohan. Tantangan yang begitu menggairahkan bagi saya yaitu menyusun skripsi ini, subhanallah, takkan dapat saya lupakan dengan segala kebaikan dan keikhlasan para pengajar yang mengantarkan saya menuju gerbang masa depan yang telah menanti: 1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA. selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi. 2. Bapak H. Zakaria, MA. yang selalu memotivasiku dan celetukanceletukannya membuat saya bersemangat dalam mengerjakan skripsi ini dan dengan bimbingangan beliau skripsi ini akhirnya selesai juga. Semoga Allah selalu memberikan kebaikan kepada beliau. 3. dr. Aisah dahlan yang telah mau berbagi ilmu dan pengalamannya dalam dunia adiksi yang begitu kelam, dengan gayanya yang khas menjadikan saya tertarik untuk mengangkat profilenya sebagai objek skripsi saya. “Jazakumullah khoeron katsiran dok” 4. Yayasan Sahabat Rekan Sebaya yang menjadi inspirasi saya untuk lebih mengetahui bagaimana dunia adiksi sebenarnya. 5. Bunda iffet dan Para Slakers yang ada dimanapun kalian berada, ”tetep semangat bro, hidup lo g Cuma sampe sini” . 6. Mama tercinta Sri Hartati Kosasih, yang menjadikan saya seperti sekarang ini. Mama penuh dengan cinta, kasih sayang, dan kebijaksaan yang membuat saya selalu semangat dan survive menjalani hidup ini.
vii
“Terima kasih ma sudah menjadi payung disaat dian kepanasan, menjadi pelita yang terang dilorong yang panjang, gelap, dan pekat. Menjadi pelipur lara disaat dian sedih, pelabuhan terakhir dian disaat dian lelah dengan berbagai masalah hati. Dian mendedikasikan sarjana ini untuk mama tercinta. Ya buat mama. Ini persembahan yang dian perjuangkan untuk mama. 7. Papa A. Kosasih Mustafa (alm) yang menjadi motivatorku dalam menuntut ilmu dan fastabiqul khoirot
(berlomba-lomba dalam
kebaikan) Dian akan selalu ingat pesan papa “bahwa ketika kita menapakkan kaki ke bumi untuk pergi menuntut ilmu Allah akan mencatat setiap tapak kaki kita menuju perjalanan menutut ilmu sebagai kebaikan” dan papa berpesan ketika ajal papa menjemput bahwa papa tidak dapat mewariskan apa-apa kecuali buku ini (ilmu), karena dengan ilmulah Allah akan mengangkat derajat kita, dan jika kita ingin hidup bahagia dunia dan akhirat ya dengan ilmu” makasih pa’ insyaallah dian akan meneruskan perjuangan papa dalam berdakwah dan merealisasikan impian papa yang tertunda. Amien 8. Kakakku tercinta yang sudah berada dalam naunganNya Ahmad Fauzan Rahiem (alm). “Tujuan manusia hidup adalah untuk yang Maha Hidup’ jujur dian tidak menyangka secepat itu kakak menghadapNya. Awalnya dian g bisa menerima kenyataan pahit ini, ketika kakak harus pulang dan kembali padaNya. Saat itu dian sedih, kecewa, terluka, bahkan merasa bahwa Allah tak adil. “ kenapa orang-
viii
orang yang kucintai begitu cepat kembali” tapi setelah dian sadari betapa Allah sangat mencintai kakak, menyayangi kakak dan mengasihi kakak lebih dari kita. Ternyata Allah punya rencana yang indah dibalik ujian ini. Kita hanya sodara jiwa didunia” Maaf jika dian hanya bisa memenemani kakak disaat terakhir ujung usia kakak. 9. Kakak-kakakku tercinta Ahmad Lazuardi Mustafa dan Muhammad Royhan Al-Biroeni. Kakak iparku Kak Santi, Makasih buat support dan tekanan dari kalian sehingga membuat dian merasa tertantang untuk menunjukkan keseriusan dian dalam menempuh gelar sarjana ini. “Mutiara tidak akan berkilau tanpa ada gesekan” 10. Nabila Firdausi dan Sabiq Maududi adik-adikku “maaf, kakak kadang-kadang suka galak dan cerewet, bukan karena kakak benci kalian, tapi karena kakak sayang sama kalian, karena kalian semua harus berhasil dan bisa membuat mama bangga dengan prestasi Qta semua. CaYYo…semangad ya chayang…. 11. Keluarga besar H. Mustafa (alm). Keluarga besar H. Nasa Syamsuddin “ aye sarjana kong, buya. Jangan anggap betawi males dan Cuma ngandelin banda doank. Do’ain aye bisa menggapai mimpi keliling dunie” hehe… 12. Keluarga besar A. Buya Dadun sanusi, para guru dan alumni pp. Sunanul Huda angkatan 2004, makasi buat didikan akhlaqnya, yang terkadang tidak saya hiraukan. Disanalah saya tahu potensi saya, bakat
ix
saya, n kepercayaan diri saya dan mereka begitu menghargainya. “Thank”z a lot” 13. Mama encam dan keluarga yang sudah menjadi orang tua keduaku. Ini buat mama, ayo kita bangkit perempuan Indonesia. 14. Keluarga Budhi Suria Wardhana, mama papa, makasi buat kebaikan mama, papa, tria, ririn, mas wira. 15. Seluruh organisasi kampus. PMII, HMI, IMM, LDK, KM UIN, ayo tetep idealis memperjuangkan nilai-nilai islam. 16. Ranita, fatma, eel, nuri, leni beserta keluarga, makasi buat petualangannya. Kapan-kapan Qta nongkrong bareng lagi dan keliling Jakarta ya. Hehehe… 17. Keluarga besar Madani Mental Health Centre, ust darmawan, prof. dadang, k najmi, k jami, k gyn, dan keluarga besar ust, dar. Nya’, babeh, mpo ojah, mba rini beserta keluarga & someone yang sudah mencintaiku 18. Temen-temen Akpol, inggal W perdana, Rony are, Agus ady, Mochammad Bagus, makasi ya buat Sharingnya selama ini, dan udah sabar jawab pertanyaan n komplen gw tentang dunia kepolisian. Moga maju ya kepolisian Indonesia, gw sumpahin moga2 lo jadi jenderal semuanya ya, n idealis dengan visi misi kepolisian, sehingga opini negatif tentang dunia kepolisian dapat terkikis dengan kinerja n kejujuran kalian untuk mencapai cita-cita dan niat mulia. Tunggu hadiah gw buat kalian. Ok??? BERSEMANGAD !!!!
x
xi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ................................................................................
ii
DAFTAR ISI ...............................................................................................
vi
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..........................................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ......................................
5
C. Tujuan Penelitian ....................................................................
6
D. Metodologi Penelitian .............................................................
7
E. Tinjauan Kepustakaan .............................................................
8
F. Sistematika Penulisan .............................................................
10
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Pola Komunikasi ...................................................
11
B. Unsur-unsur Komunikasi ........................................................
14
C. Macam-macam Pola Komunikasi ...........................................
19
D. Hambatan-hambatan Komunikasi ...........................................
22
vi
BAB III GAMBARAN UMUM YAYASAN SAHABAT REKAN SEBAYA. A. Latar Belakang Berdirinya Yayasan Sahabat Rekan Sebaya .....................................................................................
27
B. Visi dan Misi Yayasan Sahabat Rekan Sebaya .......................
28
C. Susunan Kepengurusan Yayasan Sahabat Rekan Sebaya........
28
D. Program-program Yayasan Sahabat Rekan Sebaya.................
29
E. Profil dr. Aisah Dahlan ...........................................................
37
BAB IV HASIL ANALISIS POLA kOMUNIKASI dr. AISAH DAHLAN DALAM MEMBINA MENTAL SLAKERS A. Pola komunikasi dr. Aisah Dahlan dalam membina mental para slankers di Yayasan Sahabat Rekan Sebaya ........
41
B. Program-program yang diterapkan dr. Aisah Dahlan dalam membina mental para Slankers di Yayasan Sahabat Rekan Sebaya ..........................................................................
51
C. Hambatan-hambatan yang dihadapi dr. Aisah Dahlan dalam membina mental para Slankers di Yayasan Sahabat Rekan Sebaya ..........................................................................
55
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .............................................................................
58
B. Saran-saran ..............................................................................
59
vii
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. LAMPIRAN
viii
60
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Perubahan sosial yang serba cepat sebagai konsekuensi modernisasi, industrialisasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, mempunyai dampak pada kehidupan masyarakat. 1 Yang membuat kemajuan pesat dari berbagai aspek kehidupan, semua kegiatan apapun selalu menggunakan teknologi paling mutakhir sehingga kemudahan-kemudahan dalam melakukan aktifitas nyaris tanpa hambatan. Era globalisasi memberikan perubahan besar pada tatanan dunia secara menyeluruh, perubahan itu dihadapi bersama sebagai suatu perubahan yang wajar. Sebab, mau tidak mau, siap tidak siap perubahan itu diperkirakan bakal terjadi, dikala itu manusia dihadapkan pada peradaban umat manusia, sedangkan di sisi lain manusia dihadapkan kepada malapetaka sebagai dampak perkembangan dan kemajuan modernisasi dan perkembangan teknologi itu sendiri Perubahan-perubahan sosial tersebut telah mempengaruhi nilai kehidupan masyarakat. Tidak semua orang mampu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan tersebut, yang pada gilirannya dapat menimbulkan ketegangan atau stress pada dirinya. 2
1
Dadang Hawari, Al-Qur’an Ilmu Kedokteran & Kesehatan Jiwa Edisi Revisi III, (Jakarta: PT. Dana Bakti Prima Yasa). Hal. 1. 2 Ibid., Hal. 2.
1
2
Banyak orang yang terpukau dengan modernisasi, mereka menyangka bahwa dengan modernisasi itu serta merta akan membawa kepada kesejahteraan. Mereka lupa bahwa dibalik modernisasi yang serba gemerlap memukau itu ada gejala yang dinamakan the agony of modernization, yaitu azab sengsara dengan modernisasi. Demikian antara lain yang dikemukakan oleh Prof. Nugroho Notosusanto pada pidato Dies Natalis Universitas Indonesia, 1982, yang berjudul “Mengenali Medan Pengabdian”. Gejala the agony of modernization yang merupakan ketegangan psikososial itu dapat disaksikan masyarakat, yaitu semakin meningkatkan angka-angka kriminalitas yang disertai dengan tindak kekerasan, pemerkosaan, pembunuhan, judi, penyalahgunaan
obat/narkotika/minuman
keras,
kenakalan
remaja,
promiskuitas, prostitusi, bunuh diri, gangguan jiwa dan lain sebagainya. 3 Tampaknya masalah itu semakin memuncak, terutama di kota-kota besar pegaruh teknologi dan westernisasi sangat mempengaruhi sikap dan prilaku anak-anak muda, biasanya kemerosotan moral disertai oleh sikap menjauh dari agama, nilai moral yang tidak didasarkan kepada agama akan terus berubah sesuai dengan keadaan, waktu dan tempat. Keadaan nilai-nilai yang berubah-berubah itu menimbulkan goncangan pula, karena menyebabkan orang hidup tanpa pegangan yang pasti. 4 Dewasa ini di negara berkembang termasuk Indonesia mengalami permasalahan besar, yaitu kenakalan remaja dan penyalahgunaan obat. Sebagian besar dari anak yang terlibat dalam kenakalan dan penyalahgunaan 3
Dadang hawari Op cit.,, Hal. 3. Zakiah Derajat, Ilmu jiwa agama (Jakarta: PT. Bulan Bintang), Hal. 147.
4
3
obat tersebut mengalami gangguan kepribadian (personality disorder), salah satu diantaranya adalah bentuk psikopatik (psikopatik personality), anak dengan kepribadian psikopatik bila kelak telah dewasa akan memperlihatkan berbagai prilaku anti sosial, antara lain tindak kejahatan/kriminalitas yang pada gilirannya akan mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat. Kenakalan remaja merupakan penyakit sosial, Kartini Kartono dalam bukunya yang berjudul Patologi sosial mengatakan bahwa kenakalan remaja (juvenile delinguneny) adalah prilaku kejahatan anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabdian sosial, sehingga mereka mengembangkan bentukbentuk tingkah laku yang menyimpang. 5 Kehadiran orang tua (terutama ibu) dalam perkembangan jiwa anak amat penting. Bila anak kehilangan dan fungsi ibunya, sehingga seorang anak dalam proses tumbuh kembangnya kehilangan haknya untuk dibina, di bimbing, diberi perhatian dan kasih sayang, maka disebut anak ini mengalami “deprivasi maternal” dan bila seorang ayah yang tidak berfungsi disebut sebagai “deprivasi paternal”. 6 Peranan orang tua sebagai pendidik yang pertama dan utama nampaknya semakin terbabaikan dimasyarakat kita. Alasan kesibukan orang tua, karena desakan ekonomi, profesi ataupun hobi sering menyebabkan kurang adanya kedekatan antara orang tua dan anak-anaknya, kondisi demikian apabila tidak disadari lama kelamaan akan menjadi penghalang terhadap kedekatan antara orang tua dan anak-anaknya., yang berarti 5
Kartini Kartono, “patologi sosial 2 kenakalan remaja”, (Jakarta : Rajawali Press, 1992), cet. Ke-2, h.7. 6 Sadar, Media Komunikasi Resmi BNN, edisi 21/11/2008. h. 20.
4
terganggulah hubungan saling pengaruh diantara mereka, sementara itu kita semua mengetahui bahwa hubungan yang harmonis antara orang tua dan anak di dalam keluarga akan banyak berpengaruh terhadap kehidupan anak.7 Begitu juga dalam sebuah keluarga, komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting karena dengan komunikasi seorang suami dapat mencurahkan kasih sayang, menumbuhkan sikpa saling pengertian, begitupun sebaliknya bagi idtri dan anak. Tanpa komunikasi maka kebekuan kemandegan dan bahkan kematian proses kehidupan manusia tidak mungkin dapat dihindarkan. 8 Dalam era modernisasi ini dimana perubahan-perubahan sosial begitu cepat, telah mempengaruhi nilai-nilai kehidupan, demikian pula dengan corak modern keluarga, peran dan fungsi ibu terpengaruh pula. Namun bagaimanapun proses emansipasi kaum ibu dengan peran gandanya, satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah “Hakikinya” seorang ibu, yaitu ibu rumah tangga dan yang terpenting itu sebagai ibunya anak-anak. Anak–anak yang dibesarkan dalam keluarga yang mengalami disfungsi perkawinan, peran ibu atau orang tua dalam mendidik anak akan mengalami deprivasi maternal juga paternal, mempunyai resiko tinggi untuk menderita gangguan perkembangan kepribadiannya, yaitu perkembangan mental intelektual, perkembangan mental emosional dan bahkan perkembangan psikososial serta spiritualnya. Tidak jarang dari mereka bila kelak telah
7
S. Raudhonah, Ilmu Komunikasi (Jakarta : UIN Jakarta Press, 2007), cet, ke-1, hal.
52-53. 8
Kathlen Liwijaya, Kuntaraf & Jonathan Kuntaraf, Komunikasi Keluarga Kunci Kebahagiaan Anda ( Indonesia publishing house, 2003), cet. Ke-3, h.1.
5
dewasa akan memperlihatkan berbagai prilaku yang menyimpang, antisosial dan bahkan sampai pada tindak kriminal. Melihat fenomena yang memprihatinkan itu seharusnya membuat kita sadar bahwa ini masalah sosial yaang harus diselesaikan dengan serius, karena ini menyangkut masa depan bangsa. Karena masa depan bangsa tergantung kepada generasi muda sebagai penerus perjuangan generasi tua. 9 Permasalahan
penyalahgunaan
atau
ketergantungan
narkoba
mempunyai dimensi yang luas dan komplek, baik dari sudut medik, psikiatrik (kedokteran jiwa), kesehatan jiwa maupun psikososial (ekonomi, politik, sosial-budaya, kriminalitas, kerusuhan massal dan lain sebagainya). 10
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Untuk lebih memfokuskan permasalahan yang ada, maka penulis membatasi penelitian ini dengan menganalisis : “Pola Komunikasi dr. Aisah Dahlan dalam membina mental Slankers (pecandu Napza) di Yayasan Sahabat Rekan Sebaya” pada angkatan tahun 2009. Berdasarkan masalah diatas, agar lebih terfokus maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: a. Bagaimana Pola komunikasi yang diterapkan dr. Aisah Dahlan dalam membina mental Slankers di Yayasan SRS. b. Program-program apa yang diterapkan dr. Aisah Dahlan di Yayasan SRS.
10
Dadang Hawari, Penyalahgunaan & Ketergantungan NAZA, Edisi ke-2 (Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia), h. 268.
6
c. Apa hambatan-hambatan yang dialami dr. Aisah Dahlan dalam membina mental Slankers di yayasan SRS
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka peneliti ini bertujuan untuk mengetahui: a. Untuk mengetahui Pola Komunikasi dr. Aisah Dahlan dalam membina Slankers ( pecandu Napza) di Yayasan Sahabat Rekan Sebaya. b. Faktor apa saja yang mendukung Pola Komunikasi dr. Aisah Dahlan menerapkan program di Yayasan tersebut. c. Hambatan-hambatan apa saja yang ditemui dr. Aisah Dahlan dalam program yang dibuat untuk membina mental Slankers (Pecandu Napza) di Yayasan tersebut. Adapun penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat: 1. Secara akademis, dapat menambah Khazanah kepustakaan tentang Pola Komunikasi dr. Aisah Dahlan di Fakultas Dakwah dan Komunikasi 2. Secara praktis, memberikan pengetahuan yang luas secara pribadi untuk dapat mengetahui akan permasalahan moral generasi muda kita yang sedang mengalami dekadensi dan kemerosotan akhlak dengan pengaruh arus globalisasi yang begitu pesat.
7
D. Metodologi Penelitian Untuk memperoleh data sesuai dengan apa yang diperlukan maka metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Metode penelitian Penelitian ini memakai metode deskriptif kualitatif, yaitu metode penelitian yang dihasilkan dari suatu data-data yang dikumpulkan dan berupa kata-kata, dan merupakan suatu penelitian ilmiah. Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat diamati. 2. Subjek dan objek penelitian Dalam penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah dr. Aisah Dahlan. Sedangkan yang menjadi objek dari penelitian ini adalah Pola Komunikasi dr. Aisah Dahlan dalam membina mental Slankers di Yayasan Sahabat Rekan Sebaya. 3. Teknik Pengumpulan Data Berikut ini adalah teknik pengumpulan data yang yang akan peneliti lakukan; a. Observasi : ialah pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki. Dalam penelitian ini observasi dilakukan untuk mengamati secara langsung kegiatankegiatan yang dilakukan oleh Slankers dalam menerapkan program dr.
8
Aisah Dahlan dengan pola komunikasi di yayasan tersebut selama bulan 1 Desember 2008 sampai 26 Juni 2009 . b. Wawancara : berbentuk tanya jawab lisan antara dua orang lebih secara langsung. Pewawancara disebut Interviewer, sedangkan orang yang diwawancarai disebut Interviewe. berkaitan dengan penelitian ini, peneliti melakukan wawancara dengan dr. Aisah Dahlan di RS. Bhayangkara pada tanggal 04 juni 2009 Jam 13: 00-Selesai.. c. Dokumentasi : teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen. Adapun dokumen peneliti peroleh dari buku bacaan, kepustakaan, dan foto-foto. 11
E. Tinjauan Kepustakaan Sebelum penulis mengadakan penelitian ini lebih lanjut kemudian menyusunnya menjadi suatu karya ilmiah maka langkah awal yang penulis tempuh adalah mentelaah lebih dahulu terhadap skripsi-skripsi terdahul yang mempunyai judul atau objek dan subjek penelitian yang sama ataupun hamper sama dengan yang penulis teliti. Maksud tinjauan kepustakaan ini adalah agar dapat diketahui bahwa apa yang penulis teliti sekarang tidak sama dengan penelitian dari skripsi-skripsi terdahulu. Setelah penulis teliti baik
itu di
perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah, ternyata ada beberapa judul yang skripsi yang membahas pola komunikasi. Salah satunya adalah judul skripsi “Pola Komunikasi Dalam 11
Lexi j. Maleong, Meodologi Penelitian Kualitatif ( Bandung : PT. Remaja Posdakarya, 2001) cet. Ke-15 hal. 3
9
Pembinaan Akhlak Siswa Man 4 Model Pondok Pinang Jakarta Selatan” karya Agus Ratina tahun 2009. skripsi tersebut membahas tentang membahas tentang pola komunikasi para guru dalam membina akhlak siswa MAN Model Jakarta Selatan yang cenderung menggunakan pola komunikasi antara pribadi (interpersonal communication) yaitu dengan cara tatap muka (face to face communication) yang bersifat dialogis dan komunikasi kelompok (Group Communication) yang diterapkan MAN 4 Model terhadap siswa. Kemudian skripsi berjudul “Pola Komunikasi KH. Mahmudi Dalam Pembinaan Santri Di Pondok Pesantren Al-Mubarok Serang-Banten” karya Muhammmad Fathullah tahun 2008. skripsi tersebut menjelaskan tentang pola komunikasi KH. Mahmudi dalam membina santri di Pondok Pesantren AlMubarok yang lebih fokus menggunakan komunikasi pola roda. Serta menyatukan dua komunikasi yaitu komunikasi persuasif dan instruktif/koersif, yang ditetapkan pondok pesantren Al-Mubarok kepada setiap santri yang dibina. Kelebihan dari skripsi yang penulis teliti ini adalah cenderung mengarah pada pola komunikasi dr. Aisah Dahlan dalam membina mental Slankers di yayasan Sahabat Rekan Sebaya. Dengan tempat dan objek yang berbeda, karena skrispi ini membahas tentang kenakalan remaja dan bagaimana menanggulanginya, metode yang digunakan dr. Aisah yang begitu menarik untuk dibahas karena merupakan pengalaman yang begitu menantang bagi penulis dan syarat akan pelajaran.
10
F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian skripsi ini disesuaikan dengan pokok masalah yang akan dibahas. Adapun secara rinci sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : Bab I Pendahuluan, meliputi : Latar belakang masalah, Tujuan penelitian, Manfaat penelitian, Metodologi penelitian, Sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Teoritis tentang pola komunikasi dan penyalahgunaan napza, meliputi : Komunikasi & ruang lingkupnya, Pengertian pola komunikasi, Macam-macam pola komunikasi, Teknik-teknik komunikasi, Hambatan-hambatan komunikasi Bab III Gambaran umum Yayasan Sahabat Rekan Sebaya, meliputi : Latar belakang berdirinya Yayasan Sahabat Rekan Sebaya, Tujuan Visi Misi, Struktur kepengurusan Yayasan Sahabat Rekan Sebaya, program-program di Yayasan Sahabat Rekan Sebaya. Profil dr. Aisah Dahlan, Profil dr. Aisah Dahlan, Bab IV meliputi : Hasil analisis tentang Pola Komunikasi dr. Aisah Dahlan dalam membina mental Slankers di Yayasan Sahabat Rekan Sebaya, meliputi: Pola komunikasi dr. Aisah Dahlan dalam membina mental Slankers di Yayasan Sahabat Rekan Sebaya, Program-program yang diterapkan dr. Aisah Dahlan dalam membina mental para Slankers, Hambatan-hambatan yang dihadapi dr. Aisah Dahlan dalam membina mental slankers di Yayasan Sahabat Rekan Sebaya. Bab V Penutup, meliputi : Kesimpulan dan saran.
BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG POLA KOMUNIKASI
A. Pengertian Pola Komunikasi Pola komunikasi terdiri atas dua kata yaitu pola dan komunikasi, sebelum kita membahas tentang pola komunikasi kita harus mengetahui dahulu, apa itu pola dan apa itu komunikasi. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, pola berarti bentuk, atau sistem. 1 Sedangkan dalam kamus ilmiah popular “pola” diartikan sebagai model, contoh, pedoman (rancangan). 2 Secara etimologi, komunikasi merupakan terjemahan dari bahasa inggris “Communication” yang berasal dari bahasa latin “Communication” yang berarti “pemberitahuan atau penukaran pikiran’, makna sesungguhnya dari Communicatio ini adalah Communis berarti sama. Maksud dari sama ini adalah kesamaan arti. 3 Dalam kamus besar bahasa Indonesia komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. 4 Sedangkan komunikasi menurut Dedy Mulyana yang ditulis dalam buku “Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar” berarti sama, communico, 1
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ke-3 (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 885. 2 Puis A. Partanto & M. Dahlan Al-bar ty, Kamus Besar Bahasa Ilmiah Popular (Surabaya: Arkola, 1994), h. 605. 3 Onong Uchjana Effendi, Spectrum, (Bandung: Mandar Maju, 1992), h. 1. 4 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), edisi ke-3, cet. Ke-3, h. 583.
11
12
communication, atau communicare yang berarti membuat sama (to make common) istilah pertama paling sering disebut sebagai asal usul komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama. 5 Komunikasi secara terminologi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. 6 Menurut Gunadi komunikasi adalah proses kegiatan manusia yang diungkapkan melalui bahasa lisan dan tulisan, gambar-gambar, isyarat, dan bunyi-bunyian dan bentuk kode lain yang mengandung arti dan dimengerti orang lain. 7 Komunikasi adalah hubungan kontak antar manusia baik individu maupun kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak. Komunikasi adalah bagian dari kehidupan itu sendiri, karena manusia melakukan komunikasi dalam pergaulan dan kehidupannya. 8 Menurut Raymond S. Ross (1983:8) yang dikutip oleh Wiryanto mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses menyortir, memilih, dan mengirimkan simbol-simbol sedemikian rupa, sehingga membantu pendengar membangkitkan makna atau respon dari pikirannya yang serupa dengan yang dimaksudkan oleh sang komunikator. Shannon dan Weaver (1949) mengatakan bahwa komunikasi adalah interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak disengaja dan tidak terbatas
5
Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), Cet. Ke-4, h, 41. 6 Onong Uchjana, Dinamika Komunikasi . h. 4. 7 Gunadi, Himpunan Istilah Komunikasi, (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 1998), cet. Ke-7 h. 69. 8 Widjaja, Komunikasi & Hubungan Masyarakat, h. 1.
13
pada komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni, dan teknologi. 9 Sedangkan komunikasi menurut Everett M. Rogers, komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. 10 Sedangkan definisi secara istilah (terminologi) terdapat banyak sekali pendapat dari para ahli komunikasi, diantaranya : a. Hovland, Janis dan Kelly: mangatakan bahwa “Communication is the process by whice an individual transmist stimuli (usually verbal) to modify the behaviour of the individuals. “Komunikasi adalah proses individu mengirim stimulus yang biasanya dalam bentuk verbal untuk mengubah tingkah laku orang lain. 11 b. William Albig: “Komunikasi adalah proses penyampaian dan penerimaan lambang-lambang yang mengandung makna diantara individu-individu”. 12 c. Wilbur Scharmm: “Komunikasi berasal dari kata-kata (Bahasa) Latin Communis yang berarti umum (common) atau bersama. Apabila kita berkomunikasi, sebenarnya kita sedang menumbuhkan suatu kebersamaan (commonness) dengan seseorang. Yaitu kita berusaha berbagi informasi, ide atau sikap”. 13 9
Wiryanto, Pengantar Komunikasi, h. 6-7 Hafied Canggara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Raja Grafindo persada,
10
2007),
h. 1. 11
Arni Muhammad, Komunikai Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), Cet. Ke-8,
h.2. 12
Phil. Asrtrid S. Susanto, Komunikasi dalam Teori dan Praktek, (Bandung: Bina Cipta, 1998), Cet. Ke-3,h. 1. 13 Tommy Suprapto, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Yogyakarta: Media Preesindo, 2006), Cet. Ke-1, h. 1.
14
Pada intinya komunikasi merupakan hal yang begitu urgen dalam kehidupan dengan komunikasi manusia dapat berinteraksi, saling kenal mengenal, dan dapat menjalin hubungan yang diharapkan, sehingga manusia dapat melakukan peranannya sebagai makhluk sosial.
B. Unsur-Unsur Komunikasi Unsur-unsur
komunikasi
meliputi
komunikator,
pesan,
media,
komunikan, feed back dan efek. a. Komunikator Disebut juga encoder, yakni sebagai orang yang memformulasikan pesan yang kemudian menyampaikannya kepada orang lain. Unsur ini merupakan unsur penentu dan yang akan memilih pesan, media dan efek yang diharapkan dalam proses komunikasi. Karena pihak komunikator yang disebut source atau sender lebih berkepentingan kepada komunikan karena ada tujuan yang diharapkan. 14 Komunikasi sebagai unsur yang sangat menentukan proses komunikasi harus punya persyaratan dan mempunyai bentuk atau model dan strategi komunikasi untuk mencapai tujuannya. Faktor tersebut akan dapat menimbulkan kepercayaan dan daya tarik komunikan terhadap komunikator yang berfungsi sebagai encorder sebagai orang yang memformulasikan pesan yang kemudian menyampaikannya kepada orang lain. Orang yang menerima pesan ini adalah komunikan yang berfungsi 14
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1990), Cet ke-5, h. 18.
15
sebagai decorder, yakni menerjemahkan lambang-lambang pesan kedalam konteks pengertiannya sendiri. Syarat-syarat yang diperlukan oleh komunikator adalah sebagai berikut : 1. Memiliki sumber kepercayaan dari komunikannya. 2. Kemampuannya berkomunikasi. 3. Mempunyai pengetahuan yang luas. 4. Sikap. 5. Memiliki daya tarik dalam arti ia memiliki kemampuan untuk melakukan perubahan sikap atau perubahan pengetahuan pada diri komunikan. 15 Jika komunikator telah memahami syarat tersebut yaitu dipercaya oleh komunikan, dapat berkomunikasi dengan baik. Dan memiliki daya tarik tersendiri dalam merubah sikap komunikannya. Maka komunikasi yang disampaikan akan dapat diterima dengan baik oleh komunikannya. 16
b. Pesan Pesan adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh komunikator. Pesan harus mempunyai inti pesan (tema). Sebagai pengarah didalam mencoba mengubah sikap dan tingkah laku komunikannya. Pesan
15
Onong Uchjana Effendy, Kepemimpinan dan Komunikasi, (Yogyakarta: PT AlAmin Press, 1996), Cet. Ke-1, h. 59. 16 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi dan Praktek, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990), Cet ke-5, h. 18.
16
dapat disampaikan melalui lisan dan melalui media, sedangkan bentuk pesan dapat berupa informative yakni memberikan keterangan dan kemudian komunikan dapat mengambil keputusan sendiri. Pesan berupa persuasif yakni dengan bujukan. Membangkitkan pengertian dan kesadaran seseorang bahwa apa yang kita sampaikan akan memberikan berupa pendapat atau sikap sehingga terjadi perubahan ini adalah kehendak sendiri. Sedangkan pesan berupa koersif yakni dengan menggunakan sanksi-sanksi. Bentuknya terkenal dengan agitasi dengan penekanan yang menimbulkan tekanan batin dan ketakutan diantaranya sesamanya dan pada kalangan politik. 17 Menghubungkan apa yang disampaikan komunikator kepada komunikan (individu, kelompok, publik, dan massa). Media dalam kegiatan keagamaan yang bisa berupa podium, benda atau yang lainnya yang sesuai dengan pesan yang disampaikan. c. Media Media berasal dari kata medium yaitu alat yang digunakan untuk berkomunikasi, agar hasil komunikasi dapat mencapai sasaran yang lebih banyak dan luas. 18 Media juga merupakan alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Terdapat beberapa pendapat mengenai saluran atau media. Ada yang menilai bahwa media bisa bermacam-macam bentuknya, misalnya dalam komunikasi antar 17
H.A.W Widjaya, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2002), Cet. Ke-2, h. 12. 18 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (UIN Jakarta Press), Cet, 1 h. 46.
17
pribadi panca indera dianggap sebagai media komunikasi. Dalam komunikasi massa, media adalah alat yang dapat menghubungkan antara sumber dan penerima yang sifatnya terbuka, dimana setiap orang dapat melihat, membaca, dan mendengarnya. 19 d. Komunikan Komunikan adalah orang yang menerima pesan, komunikan berfungsi sebagai decorder. Yakni menerjemahkan lambang-lambang pesan kedalam konteks pengertiannya sendiri. 20 Komunikan yang mempunyai peranan sebagai penerima pesan atau pihak yang menjadi sasaran komunikasi agar tidak terjadi hambatan-hambatan sehingga sampai pada tujuan komunikasi. e. Feed back Feed back atau umpan yaitu “tanggapan komunikasi apabila tersampaikan atau disampaikan oleh komunikator” jadi feed back atau umpan balik adalah respon atau tanggapan dari komunikan atas apa yang telah disampaikan oleh komunikator. 21 Dan umpan balik tersebut bisa positif
atau
negatif,
tergantung
bagaimana
komunikator
menyampaikannya. f. Efek Efek adalah hasil akhir komunikasi, yaitu sikap dan tingkah laku orang, sesuai atau tidak sesuai dengan yang kita inginkan. Jika setiap dan 19
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Raja Grafindo), Edisi. 1. h.
23. 20
Onong Uchjana Effendy, Op. Cit, h. 59. Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi dan Praktek, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990), Cet ke-5, h. 19. 21
18
tingkah laku orang sesuai atau tidak sesuai dengan yang kita inginkan. Jika sikap dan tingkah laku orang lain itu sesuai, berarti komunikasi kita berhasil. Efek komunikasi yang timbul pada diri komunikator bergantung pada tujuan komunikasi yang dilakukan oleh komunikator. Tujuannya bermacam-macam diantaranya agar komunikasi tahu, berubah sikap dan pandangannya. Biasanya efek yang diharapkan pada komunikan adalah efek negatif. Efek efektif dan efek behavioral. Efek kognitif adalah yang timbul pada diri komunikan yang menyebabkan komunikan menjadi tahu atau meningkat intelektualitasnya. Disini pesan yang disampaikan komunikator ditujukan kepada fikiran si komunikan. Dengan kata lain, tujuan komunikator hanyalah berkisar pada upaya mengubah fikiran diri komunikan. Efek afektif lebih tinggi kadarnya dari pada efek kognitif, disini tujuan komunikator bukan hanya sekedar agar komunikan tahu. Tetapi bergerak hatinya.
Berarti mendorong komunikan untuk memiliki
kesadaran pada dirinya seperti menimbulkan perasaan tertentu. Misalnya sedih, terharu, iba, gembira, marah dan sebagainya. Sedangkan efek behavioral merupakan final dari kedua efek tersebut dan merupakan efek yang paling tinggi kadarnya. Yaitu komunikan menjadi pesan sebagai perilaku, sikap, dan tindakan.
19
C. Macam-macam Pola Komunikasi: Ada beberapa macam-macam komunikasi, yaitu: a. Komunikasi Intra Pribadi Komunikasi intra pribadi adalah suatu proses komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang, berupa proses pengolahan informasi melalui panca indra atau sistem saraf. Komunikasi ini merupakan landasan komunikasi antar pribadi dan komunikasi dalam konteks-konteks lainnya, meskipun dalam disiplin komunikasi tidak dibahas secara rinci dan tuntas. Dengan kata lain, komunikasi intrapribadi ini melekat pada komunikasi dua orang, tiga orang dan seterusnya, karena sebelum berkomunikasi dengan orang lain kita biasanya komunikasi dengan diri sendiri (mempersepsi dan memastikan makna pesan orang lain), hanya saja caranya sering tidak kita sadari. Keberhasilan komunikasi kita dengan orang lain bergantung pada keefektifan komunikasi kita dengan orang lain bergantung pada keefektifan komunikasi kita dengan diri sendiri. b. Komunikasi Antar Pribadi Komunikasi antar pribadi adalah proses penyampaian paduan pikiran dan perasaan oleh seseorang kepada orang lain agar mengetahui, mengerti, dan melakukan kegiatan tertentu. Hubungan komunikasi antar pribadi juga sering disebut sebagai komunikasi antar persona yakni komunikasinya dilakukan antara dua
20
orang dan komunikasinya dilakukan secara tatap muka, berlangsung secara dialogis dan saling menatap sehingga terjadi kontak pribadi. 22 Adapun hal yang harus diperhatikan dalam komunikasi antar persona atau tatap muka adalah : 1. Bersikap empatik dan simpatik. 2. Tunjukkan sikap sebagai komunikator terpercaya. 3. Bertindaklah sebagai pembimbing, bukan pendorong. 4. Kemukakanlah fakta dan kebenaran. 5. Berbicaralah dengan gaya mengajak, bukan menyuruh. 6. Jangan bersikap super. 7. jangan mengentengkan hal-hal yang mengkhawatirkan. 8. Janganlah mengkritik. 9. Janganlah emosional. 10. Bicaralah secara meyakinkan. 23 c. Komunikasi Kelompok Komunikasi kelompok adalah penyampaian pesan oleh seorang komunikator kepada sejumlah komunikan untuk mengubah sikap, pandangan atau prilakunya. Komunikasi kelompok dibagi menjadi dua bagian, yakni komunikasi kelompok kecil dan komunikasi kelompok besar. 1. Komunikasi kelompok kecil
22
Ibid, h. 126. Ibid, h. 127.
23
21
Menurut Robert F. Bales yang dikutip oleh Widjaja, kelompok kecil adalah sejumlah orang yang terlibat antara satu dengan yang lain dalam suatu pertemuan yang bersifat tatap muka, dimana setiap peserta mendapat kesan atau penglihatan antara satu dengan yang lainnya yang cukup kentara, sehingga ia baik pada saat timbul pertanyaan maupun sesudahnya dapat memberikan tanggapan kepada masing-masing sesuai penonton. 24 2. Komunikasi kelompok besar Komunikasi kelompok besar adalah kelompok komunikan yang karena jumlahnya banyak, dalam suatu situasi komunikasi hampir tidak terdapat kesempatan untuk memberikan tanggapan secara verbal. 25
d. Komunikasi Massa Komunikasi
massa
dapat
didefinisikan
sebagai
proses
komunikasi yang berlangsung dimana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya massa melalui alatalat yang bersifat mekanis seperti radio, televisi, surat kabar dan film. Ciri komuniksi massa adalah sumber dari penerima dihubungkan oleh saluran yang telah diproses secara mekanik. Sumber juga merupakan suatu lembaga atau institusi yang terdiri dari banyak orang, misalnya reporter, penyiar, editor, teknisi dan sebagainya. Karena itu proses penyampaian pesannya lebih formal, terencana dan lebih rumit. Pesan 24
H.A.W Widjaya, Op. Cit, h. 127. Onong Uchjana Effendy, Op. Cit, h. 128.
25
22
komunikasi massa berlangsung satu arah dan tanggapan baliknya lambat (tertunda) dan sangat terbatas. Tetapi dengan perkembangan teknologi komunikasi yang begitu cepat, khususnya media massa elektronik sepeti radio dan televisi maka umpan balik dari khalayak bisa dilakukan dengan cepat kepada penyiar. 26
D. Hambatan-hambatan komunikasi: Jika kita lihat, komunikasi itu kelihatan mudah, tetapi sebenarnya tidak lepas dari berbagai kendala atau hambatan dalam prosesnya. Masalah komunikasi. Banyak hal yang dapat menghambat proses komunikasi. Biasanya, hambatan tersebut datangnya dari komunikator (pengirim), transmisi, dan penerima (komunikan). Dalam proses komunikasi kita harus memperhatikan konteks situasional. Berarti bahwa seorang komunikator harus peka terhadap situasi yang berlangsung, karena situasi merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap berhasil atau tidaknya komunikasi tersebut, ada beberapa faktor yang harus kita perhatikan dalam komunikasi, yaitu faktor sosiologis, antropologis, psikologis.
26
Hafied Canggara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hal-36.
23
a. Hambatan sosiologis-antropologis-psikologis 1. Hambatan Sosiologis Dalam ruang lingkup sosiologis, kita harus mengetahui klasifikasi manusia dalam bermasyarakat, menurut Ferdinand Tonnies seorang sosiolog dari Jerman, bahwa manusia mempunyai dua jenis pergaulan, yaitu pergaulan hidup yang bersifat pribadi, statis, dan tidak rasional, seperti dalam kehidupan dirumah tangga, hal itu disebut Gemeinschaft. Ada pula yang dinamakan Gessellschaft yaitu pergaulan hidup yang bersifat tidak pribadi, dinamis, dan rasional, seperti pergaulan dikantor atau dalam sebuah organisasi. 2. Hambatan Antropologis Untuk dapat melakukan komunikasi yang efektif, seorang komunikator harus mengetahui dan mengenal siapa yang akan dia ajak berkomunikasi (komunikan). Kita harus mengenal identitasnya dahulu, karena dengan mengenal identitasnya, kita akan mengenal pula kebudayaannya, gaya hidup, dan norma kehidupannya, kebiasaan dan bahasanya. Karena komunikasi akan berhasil jika suatu pesan (message) yang disampaikan komunikator diterima oleh komunikan secara tuntas, yang diterima dalam pengertian received atau secara indrawi, dan dalam pengertian accepted atau secara rohani.
24
3. Hambatan Psikologis Psikologis
merupakan
salah
satu
faktor
yang
dapat
menghambat proses komunikasi. Hal ini biasanya menjadi hambatan ketika kita tidak memperhatikan keadaan psikologis komunikan, apa yang sedang ia rasakan. Apakah ia sedang sedih, bingung, marah, merasa kecewa, merasa iri hati, dan kondisi psikologis lainnya. Juga komunikan menaruh prasangka (prejudice) kepada komunikator. Prasangka sebagai faktor psikologis dapat disebabkan oleh berbagai unsur antropologis dan sosiologis, dapat terjadi terhadap ras, bangsa, suku bangsa, agama, partai politik, kelompok, dan apa pun yang yang bagi seseorang yang merupakan suatu hal yang merangsang. Disebabkan dalam pengalamannya pernah diberi kesan yang tidak enak. Maka berkenaan dengan hal tersebut, faktor apa saja yang menjadi penghambat proses komunikasi, kita akan mengetahui bagaimana cara mengatasi masalah tersebut, sehingga kita dapat malakukan komunikasi secara efektif. Dengan mengenal diri komunikan kita akan menjadi lebih berempati dengan kondisi psikologisnya sebelum komunikasi kita lakukan. Karena dengan empati kita dapat memproyeksikan diri kepada diri orang lain, dengan lain perkataan, kemampuan menghayati perasaan orang lain atau merasakan apa yang orang lain rasakan.
25
4. Hambatan Semantis (Semantic Noise) Jika hambatan sosiologis, antropologis, psikologis merupakan hambatan yang terdapat pada diri komunikan. Maka hambatan semantis terdapat pada diri komunikator. Hambatan semantis berkenaan dengan bahasa yang digunakan sebagai “alat” untuk dapat menyalurkan pikiran perasaannya kepada komunikan. Demi keefektifan komunikasi yang dilakukan seorang komunikator harus benar-benar memperhatikan gangguan semantic ini, sebab jika salah ucap atau salah tulis dapat menimbulkan masalah (misunderstanding) atau salah tafsir (misinterpretation). 5. Hambatan Mekanisme (Mechanical Noise) Hambatan mekanis dijumpai pada media yang digunakan dalam melancarkan komunikasi. Hambatan pada beberapa media tidak mungkin diatasi oleh komunikator, misalnya hambatan yang dijumpai pada surat kabar, radio, dan televisi. Tetapi pada beberapa media komunikator dapat saja mengatasinya dengan mengambil sikap tertentu. Yang wajib diperhatikan dalam komunikasi adalah sebelum suatu pesan komunikasi dapat diterima secara rohani (accepted), terlebih dahulu harus kita pastikan dapat diterima secara inderawi (received), dalam artian kita lepas dari hambatan mekanis.
26
6. Hambatan Ekologis Hambatan lingkungan
ekologis
terhadap
proses
terjadi
disebabkan
berlangsungnya
oleh
gangguan
komunikasi,
jadi
datangnya dari lingkungan. Contoh hambatan ekologis adalah suara riuh orang-orang atau kebisingan lalu lintas, suara hujan atau petir, suara pesawat terbang lewat, dan lain-lain pada saat komunikator sedang berpidato. Situasi komunikasi yang tidak menyenangkan seperti itu dapat diatasi komunikator dengan menghindarkannya jauh sebelum atau dengan mengatasinya pada saat ia sedang berkomunikasi. Untuk menghindarkannya komunikator mengusahakan tempat komunikasi yang bebas dari gangguan suara yang disebutkan diatas. 27 Sehingga komunikasi yang dilakukan akan lebih efektif jika kita memperhatikan teknik-teknik komunikasi dan pertimbangan kultur yang berbeda dari setiap komunikan yang kita temui dalam setiap aktifitas komunikasi yang kita lakukan sehari-hari.
27
Onong Uchjana Rosdakarya), h.11-16.
Effendy,
Dinamika
Komunikasi,
(Jakarta:
PT.
Remaja
BAB III GAMBARAN UMUM YAYASAN SAHABAT REKAN SEBAYA
A. Latar belakang berdirinya Yayasan Sahabat Rekan Sebaya Cikal bakal terwujudnya YAYASAN SAHABAT REKAN SEBAYA adalah berawal dari kegiatan proses detoksifikasi dan berlanjut ke kegiatan pembinaan berlanjut (After Care) bagi para penyalahgunaan narkoba di RS. Harum, Kali Malang oleh dr. Aisah Dahlan, dr. Priyanto Sismadi MM dan dr. Ruslan Yunus, Mars pada tahun 1997. Sahabat Rekan Sebaya merupakan komunitas gabungan dari berbagai komunitas binaan lanjut (After Care) yang berbasis panti dan masyarakat di berbagai wilayah Jabotabek yang memusatkan semua kegiatan After Care nya di Jl. Simpang Tiga No. 17 Kalibata, Jaksel dan bermitra dengan RS. Bhayangkara, SELAPA POLRI Ciputat Jakarta Selatan. Penamaan yayasan Sahabat Rekan Sebaya ini lebih bermaksud, dan berniat mulia untuk menerangkan bahwa siapapun yang bergabung dalam wadah ini tentunya siap menjadi Sahabat atau Partner dalam “recovery” dan ”solusi” bagi Rekan Sebaya (Peer Group). Pendirian SRS pada tahun 1998 bertujuan untuk mewadahi segala potensi dan usaha untuk menata kembali kehidupan para “Recovering Person”.
27
28
Dalam kurun waktu berkiprah 10 tahun komunitas ini akhirnya resmi menjadi yayasan Sahabat Rekan Sebaya. 1
B. Visi dan Misi Yayasan Sahabat Rekan Sebaya Visi dari Yayasan ini adalah Menciptakan kemandirian bagi para After Care untuk siap bermanfaat kembali bagi diri dan sekitarnya. Ini didukung oleh
beberapa
misi,
yaitu
dengan
menfasilitasi,
memotivasi
dan
mengoptimalisasikan berbagai minat, bakat dan kemampuan serta ketrampilan yang dimiliki oleh para After Care dalam wujud pelaksanaan berbagai job therapy.
C. Susunan Pengurus YAYASAN SAHABAT REKAN SEBAYA 1. Pembina
:
Melanie Hermanto Iffet Sidharta Judiestaty Johnny
1
2. Ketua
:
dr. Aisah Dahlan
3. Wakil I
:
Haniz Hidayat, S. Sos
4. Wakil II
:
Raharjo Zaini
5. Sekretaris
:
Muhammad Sulaiman, SE.
6. Finance
:
Verus Sidharta
Profil Yayasan Sahabat Rekan Sebaya.
29
D. Program-program Yayasan Sahabat Rekan Sebaya Lembaga independen ini melakukan kegiatan yang bergerak di bidang pelayanan Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba, dengan menitik beratkan pada fasilitas kegiatan After Care Program, kegiatan berupa job therapy bagi para “Recovering Person”. Agar kegiatan lebih terarah maka dibentuklah divisi-divisi usaha dalam SRS ini berdasarkan minat dan bakat yang dimiliki. Dari mulai berdiri SRS hingga saat ini ada sekitar 15 divisi usaha. 2 1. Sahabat Motivedu (Motivasi dan Edukasi) (1998) Divisi ini dibentuk bertujuan untuk menyalurkan bakat, minat dan ketrampilan para After Care dalam membantu memberikan penyuluhan, pelatihan serta terapi bagi para pecandu narkoba yang memiliki niat untuk pulih melalui proses rehabilitasi. Program-program yang telah dilakukan dari awal berdiri hingga saat ini ialah : a. Detoksifikasi b. Rehabilitasi c. Klinik Konsultasi dan Support Group 2. Sahabat Peduli (1998) Divisi ini dibentuk bertujuan untuk menyalurkan bakat, minat dan ketrampilan
para
preventif/pencegahan
2
After dini
Arsip Yayasan Sahabat Rekan Sebaya
akan
Care
dalam
penyalahgunaan
kegiatan-kegiatan narkoba
kepada
30
masyarakat luas. Dalam perkembangannya Kegiatan ini dikemas dengan media seni, yaitu melalui media Teater PlayBack (rekontruksi ulang) dan musik. Program-program yang telah dilakukan dari awal berdiri hingga saat ini ialah : a. Seminar Bahaya Narkoba b. Penyuluhan Bahaya Narkoba 3. Sahabat Auto Service (1999) Divisi ini dibentuk bertujuan untuk menyalurkan bakat, minat dan keterampilan para After Care dalam kegiatan tehnik seputar dunia automotif. Program-program yang telah dilakukan dari awal berdiri hingga saat ini ialah : a. Menerima servis berbagai jenis permasalahan automotif. b. Menerima pelatihan kerja bagi After Care lainnya dan para pelajar jurusan tehnik automotif. 4. Sahabat Rescue System (1999) Divisi ini dibentuk bertujuan untuk menyalurkan bakat, minat dan ketrampilan para After Care dalam bentuk kegiatan penjangkauan bagi para pecandu Narkoba yang akan memasuki rehabilitasi. Program-program yang telah dilakukan dari awal berdiri hingga saat ini ialah penjangkauan bagi para pecandu Narkoba.
31
5. Sahabat Training (2000) a. Pelatihan MBS (Make Better Solution) Pada asal mula dan perkembangan terbentuknya SRS ini tak bisa lepas dari peran serta berbagai pertemuan-pertemuan bersama dari masing-masing komunitas di saat kegiatan penyuluhan, pelatihan dan seminar dengan bentuk metode/terapi pendekatan yang dilakukan oleh dr. Aisah Dahlan, yaitu yang berbentuk “Reprograming Subconcious Mind“, yaitu menyusun ulang Pikiran Bawah Sadar. Jenis dan isi penyuluhan, pelatihan serta seminar itu semua sarat dengan nilai-nilai kecerdasan, spritualitas, pengembangan diri ke arah yang lebih baik, benar dan pantas serta disampaikan dengan berbagai jenis bentuk hiburan yang berkualitas agar mudah dan dapat dicerna serta diterapkan ini membentuk suatu sinergisitas yang tinggi untuk bersama-sama menggali segala potensi diri. Pelatihan MBS (Make Better Solution) ini bisa dikuti oleh semua golongan dan bermanfaat sekali bagi segala usia dan kalangan. Program-program yang telah dilakukan dari awal berdiri hingga saat ini ialah : 1. MBS untuk intansi dan lembaga. 2. MBS untuk professional. 3. MBS untuk anak dan pelajar serta mahasiswa. 4. MBS untuk keluarga. 5. MBS Akupresuer.
32
6. Sahabat Event Organizer (2003) Divisi ini dibentuk bertujuan untuk menyalurkan bakat, minat dan keterampilan para After Care dalam membuat, merancang dan menyelenggarakan sebuah kegiatan. Awalnya kegiatan ini dilakukan di saat Hari Peringatan Anti Narkoba Internasional. Kemudian berlanjut dengan berbagai kegiatan/event lainnya. Program-program yang telah dilakukan dari awal berdiri hingga saat ini ialah : a. Menyelenggarakan pentas musik dan bazaar dalam peringatan hari anti Narkoba serta HIV/AIDS internasional. b. Menyelenggarakan bazaar sosial. c. Menyelenggarakan berbagai pelatihan, seminar, workshop dan Talkshow. 7. Sahabat Jongsi (2003) Divisi ini dibentuk bertujuan untuk menyalurkan bakat, minat dan ketrampilan para After Care dalam bidang enterpreneurship. Kegiatan ini berupa usaha menjual berbagai produk yang dihasilkan secara mandiri atau pihak lain dalam bentuk konsyinasi di berbagai kegiatan. Program-program yang telah dilakukan dari awal berdiri hingga saat ini ialah : a. Wiraswasta di bidang produk fashion dan alas kaki (sepatu dan sandal). b. Wiraswasta di bidang produk makanan dan minuman ringan.
33
c. Wiraswasta dibidang produk kerajinan tangan (handycraft) dan souvenir. 8. Sahabat Flora (2003) Divisi ini dibentuk bertujuan untuk menyalurkan bakat, minat dan ketrampilan para After Care dalam bidang flora. Di pertengahan 2003 membuka usaha pemeliharan dan penjualan ikan louhan dan pembibitan serta penjualan ikan lele, karena adanya permintaan dari pasar dan masyarakat. Dilanjutkan dengan usaha jual beli tanaman hias. Usaha ini bermula dengan modal 3 pot bunga Kamboja Jepang. Seiring berkembang pesat maka dibentuk dan didirikanlah divisi ini secara resmi pada tanggal 10 April 2004. a. Program dari Tahun 2004 – hingga kini. b. Pembuatan taman dan tebing. c. Jual beli berbagai tanaman hias. d. Dekorasi dan perawatan taman. e. Penyewaan tanaman hias ke berbagai kantor dan institusi. f. Usaha pembuatan kompos serta penghijauan bagi masyarakat sekitar lokasi usaha sebagai wujud tanggung jawab moril terhadap sekitar lingkungan. g. Mengadakan pelatihan Flora. 9. Sahabat Multimedia (2003) Divisi ini dibentuk bertujuan untuk menyalurkan bakat, minat dan ketrampilan para After Care dalam bidang Multi media. Kegiatan ini
34
mencakup berbagai keterampilan di bidang media seperti broadcasting, fotografi, sablon, ilustrasi musik dan penciptaan lagu, pembuatan buku dan modul pelatihan, penerbitan media cetak, media komputer, dan internet. Program-program yang telah dilakukan dari awal berdiri hingga saat ini ialah : a. Pembuatan modul pelatihan. b. Pembuatan tabloid “signal”. c. Pembuatan produk dan jasa video tutorial dan documenter. d. Penerbitan buku. e. Sablon baju, kartu nama, banner, dll. f. Pembuatan film “Cukup Gue” yang bertemakan permasalahan Narkoba dan HIV/AIDS. g. Pembuatan web. h. Pelatihan broadcast dan web. 10. Sahabat Recovery Slankers (2004) Divisi ini dibentuk atas kerjasama Yayasan SRS dengan grup band SLANK dalam membantu para pecandu Narkoba yang berasal dari fans/slanker yang berniat untuk pulih dan menjauhi bahaya Narkoba. Program-program yang telah dilakukan dari awal berdiri hingga saat ini ialah : a. Detoksifikasi missal. b. Penyuluhan dan seminar bahaya Narkoba. c. Pelatihan kerja bagi para After Care.
35
11. Sahabat Positif (2006) Divisi ini dibentuk bertujuan sebagai wadah dan pusat segala kegiatan yang berhubungan erat dengan permasalahan HIV/AIDS. Kegiatan yang juga difokuskan untuk memberikan dukungan dan kepedulian akan permasalahan tersebut. Program-program yang telah dilakukan dari awal berdiri hingga saat ini ialah : a. Penyuluhan, pelatihan dan seminar HIV/AIDS. b. Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak yang memiliki kepedulian terhadap HIV/AIDS. 12. Sahabat Teater Musikal Orkextra 100 Pecandu (2006) Divisi ini bermula dari kegiatan peringatan Hari Narkotika Indonesia dengan menggelar pertunjukan Teater tentang bahaya Narkoba yang terdiri dari berbagai komunitas para klien dan menjalin sebagai mitra kerja dengan paguyuban SRS. Disertai adanya kebersamaan minat dan bakat dalam dunia seni teater dan musik dari berbagai komunitas tersebut, maka dibentuklah kegiatan teater dan musik. Komunitas yang bergabung dengan paguyuban SRS ini adalah Komunitas Sanggar Ceria, Tambak dan Sanggar Teater Semat Matraman yang keduanya juga komunitas yang rentan dekat sekali dengan dunia Narkoba.
36
Kegiatannya berkonsentrasi untuk penyuluhan Narkoba dengan bentuk eduitaiment berupa, metode Teater Playback (Teater Rekontruksi Ulang) dan pagelaran berbagai jenis musik. Program-program yang telah dilakukan dari awal berdiri hingga saat ini ialah : a. Pementasan Teater Klosal untuk penyuluhan bahaya Narkoba. b. Pementasan Teater 100 Pecandu untuk penyuluhan bahaya Narkoba. c. Pementasan Teater OrkeXtra 100 Pecandu untuk penyuluhan bahaya Narkoba. d. Pembuatan album musik religi. 13. Sahabat Art & Decor (2007) Divisi ini terbentuk ketika adanya permintaan untuk membuat dekorasi oleh beberapa pihak serta sebagai wadah menyalurkan minat, bakat serta ketrampilan yang dimiliki oleh para After Care. Bermula di saat mendekorasi kegiatan Pentas seni untuk TK Tugasku, dekorasi untuk acara MBS Kids dan dekorasi acara Kegiatan-kegiatan Teater Orkestra 100 Pecandu. Maka pada tahun 2008 dibentuklah Divisi Artististik dan Dekorasi. Program-program yang telah dilakukan dari awal berdiri hingga saat ini ialah : a. Dekorasi Pentas Seni sekolah Tugasku. b. Dekorasi pelatihan MBS. c. Pembuatan ketrampilan tangan dan lukisan.
37
d. Pameran lukisan. 14. Sahabat Modiste (2008) Divisi ini dibentuk bertujuan untuk menyalurkan bakat, minat dan ketrampilan para After Care dalam merancang dan membuat berbagai produk di bidang fashion. Program-program yang telah dilakukan dari awal berdiri hingga saat ini ialah : a. Merancang dan membuat berbagai jenis pakaian untuk perempuan b. Merancang dan membuat berbagai jenis kain penutup dan penghias untuk barang dan tempat peralatan.
E. Profil dr. Aisah Dahlan dr. Aisah Dahlan adalah putri kedua dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Dahlan Hussein dan ibu Hermina Ishak, dr. Aisah lahir dijakarta, pada tanggal 17 desember 1968, menikah dengan seorang yang berprofesi sama seperti ia, yaitu dr. Priyanto Sismadi MM. Dikaruniai lima orang, 3 putra dan dua orang putri. Riwayat pendidikan : 1. TK Cempaka, Jakarta. 2. SD Negri DUREN TIGA Jakarta. 3. SMP Islam Al-Azhar, Sisingamangaraja Jakarta. 4. SMA Islam AL-AZHAR, Sisingamangaraja Jakarta. 5. Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin,
38
Makassar. 6. Program Profesi Dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada,Yogyakarta. 7. Drugs Abuse Concellor Training, di Rumah Pengasih, Kuala Lumpur, Malaysia. Nama dr Aisah Dahlan cukup familiar di kalangan penggemar grup musik Slank di Jakarta. Maklum, sudah lebih dari lima tahun dia mendampingi dan menyembuhkan para Slankers yang kecanduan narkoba. Lebih seratus Slankers bisa dientaskan dari jerat barang setan itu. Bahkan, mereka memanggil perempuan berdarah Bugis itu dengan sebutan yang bisa bikin tersenyum bangga. “Soal ini saya juga dapat sebutan di kalangan Slankers. Kalau bunda Iffet (ibunda Bimbim, drummer Slank, Red) mendapat julukan Rock and Roll Mom, saya disebut Doctor Peace,” terangnya. Peace merupakan salam yang kerap diucapkan para Slankers agar selalu damai. Bagaimana awalnya Aisah bisa berkenalan dengan para Slankers? Kebetulan rumah dia memang dekat dengan markas Slank di Gang Potlot, kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Pada 2003, nama Aisah yang sudah dikenal sebagai terapis pecandu narkoba berkenalan dengan Bimbim. “Kalau Mas Bimbim ada di Jakarta, pasti saya diundang berdiskusi masalah narkoba,” jelas wanita yang juga bekerja di Rumah Sakit Bhayangkara Selapa Polri itu. Dari situ Bimbim meminta Aisah mengentaskan ratusan Slankers dari ketergantungan serupa. Saban tahun Aisah selalu menyelenggarakan detoksifikasi
39
(menghilangkan kadar racun dalam tubuh) masal di markas band rock and roll tersebut. “Dia bilang, “dok, sanggup tidak detoksifikasi namun murah” Saya bilang sanggup,” katanya. Metodenya sama dengan yang dia kembangkan di Yayasan Sahabat Rekan Sebaya yang dikelolanya selama ini. Ketertarikan Aisah menjadi dokter “spesialis” narkoba berawal dari keprihatinan terhadap sang adik, Sahril Dahlan, yang kecanduan barang haram itu. Sahril terdeteksi ketergantungan narkoba pada 1989 setelah sembilan tahun mengonsumsinya. Dia mulai coba-coba narkoba ketika masih kelas 3 SMP. Mulai pil koplo, ganja, sabu-sabu, sampai putauw pernah ditenggaknya. 3 Alhamdulillah setelah bolak-balik tiga kali berobat ke Malaysia, Sahril tidak kecanduan lagi hingga kini. “Sekarang dia bersama saya mengelola yayasan,” kata Aisah. Menangani, menampung, sekaligus membina anak-anak korban narkoba, yayasan itu bernama Sahabat Rekan Sebaya. Sejak Sahril diketahui kecanduan narkoba, Aisah disarankan oleh suaminya untuk menekuni bidang narkoba. Padahal cita-citanya menjadi spesialis anak. “Kata suami coba tekunin saja dulu, siapa tahu jadi spesialis anak narkoba,” ujarnya diiringi tawa. Akhirnya, ia mengikuti saran suaminya meski waktu itu ia juga bingung. Kata Aisah, mau belajar sama siapa? Namun kemudian ia berpatokan pada pengalaman saja, bagaimana perilaku pecandu, kebiasaannya, dan belajar langsung dari pecandu.
3
http://www.hariansumutpos.com/2009/06/2769/aisah-dahlan-entaskan-ratusan-fans-slank-d
40
Selain itu, Aisah banyak belajar dari makalah-makalah Prof Dadang Hawari, dr Sudirman, dr al-Bahri, Prof Setiawijaya, dan dr Diah, orang-orang yang sudah terlebih dulu terjun ke dunia narkoba. Kini, lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar ini benar-benar Kini, lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar ini benar-benar menjadi dokter “spesialis” narkoba. Selain rutin mengobati para pecandu narkoba -sudah ratusan orang berhasil ia sembuhkan- ia juga sering mengisi berbagai seminar tentang narkoba. Karena kepeduliannya di bidang narkoba itu, Aisah mendapat penghargaan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Hari Antinarkoba Internasional (HANI). Aisah dinilai berhasil melakukan terapi dan rehabilitasi narkoba. 4
4
www.google.com, ”dr. Aisah dahlan diakses pada tanggal 15 Desember 2009 http://majalah.hidayatullah.com/?p=725
BAB IV HASIL ANALISIS POLA KOMUNIKASI YANG DI IMPLEMENTASIKAN dr. AISAH DAHLAN UNTUK MEMBINA SLANKERS (MANTAN PECANDU NARKOBA)
A. Pola Komunikasi dr. Aisah Dahlan Dalam Membina Mental Slankers Di Yayasan Sahabat Rekan Sebaya. Penyalahgunaan narkoba ini apabila ditinjau dari aspek sosial, bukan saja menimbulkan negatif bagi diri penggunanya sendiri, melainkan juga keluarga dan lingkungan, bahkan bisa membahayakan masa depan bangsa dan negara. Apabila
penyalahgunaan
narkoba
dapat
mengakibatkan
ketergantungan, terkait penggunaannya tidak dibawah pengawasan petunjuk tenaga medis yang memiliki keahlian dan wewenang Hal ini tidak hanya merugikan bagi penyalahgunaan barang haram tersebut, tetapi juga berdampak sosial, ekonomi dan keamanan nasional, karena itu hal tersebut merupakan ancaman bagi kehidupan bangsa dan negara. Adapun jalan terbaik adalah melalui upaya pencarian solusi terbaik sehingga dapat menjadi penangkal meluasnya bahaya narkoba. Adapun penyebab terjadinya penyalahgunaan narkoba melibatkan hidup dan kehidupan manusia, baik kehidupan pribadi maupun kehidupan bermasyarakat. Penyalahgunaan narkoba itu sendiri merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri si
41
42
pengguna atau korban (faktor intrinsik) maupun dari luar diri si pengguna atau korban (faktor ekstrinsik). Hal ini merupakan masalah yang melanda negara kita ini, sehingga membutuhkan solusi. Bukan hanya dari pemerintah namun dari lapisan masyarakat. Karena sebagaimana kita ketahui bahwa penyalahgunaan narkoba adalah suatu kondisi yang dapat dikonseptualisasikan sebagai suatu gangguan jiwa (mental dan perilaku), sehingga penyalahguna narkoba tidak lagi mampu berfungsi secara wajar dalam masyarakat, dan menunjukkan perilaku maladaptif. Kondisi demikian dapat dilihat impairment dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau sekolah, ketidakmampuan untuk mengendalikan diri dan menghentikan pemakaian narkoba, dan dapat menimbulkan sakaw (putus zat). Maka untuk memahami permasalahan narkoba ini diperlukan pendekatan holistik yang meliputi medik, psikiatrik, psikososial dan psikoreligius (agama). 1 Komunikasi
sebagai
unsur
yang
sangat
menentukan
proses
komunikasi harus punya persyaratan dan mempunyai bentuk atau model dan strategi komunikasi untuk mencapai tujuannya. Faktor tersebut akan dapat menimbulkan kepercayaan dan daya tarik pasien (komunikan) terhadap konselor (komunikator) yang berfungsi sebagai encorder sebagai orang yang memformulasikan pesan yang kemudian menyampaikannya kepada orang
1
Dadang Hawari, Penyalahkan & Ketergantungan Naza, edisi ke-2, (Balai Penerbit FKUI, Jakarta). Hal 13.
43
lain. Orang yang menerima pesan ini adalah komunikan yang berfungsi sebagai decorder, yakni menerjemahkan lambang-lambang pesan kedalam konteks pengertiannya sendiri. Begitu pula dalam penangan korban Napza, seorang dokter atau konselor yang menangani pasien tersebut harus memiliki Syarat-syarat yang diperlukan untuk memulihkan pasien adalah sebagai berikut: Memiliki sumber kepercayaan dari komunikannya, kemampuannya berkomunikasi, mempunyai pengetahuan yang luas, sikap, memiliki daya tarik dalam arti ia memiliki kemampuan untuk melakukan perubahan sikap atau perubahan pengetahuan pada diri komunikan. Jika konselor (komunikator) telah memahami syarat tersebut yaitu dipercaya oleh pasien (komunikan), dapat berkomunikasi dengan baik. Dan memiliki daya tarik tersendiri dalam merubah sikap pasien (komunikannya) Maka komunikasi yang disampaikan akan dapat diterima dengan baik oleh komunikannya. Karena yang kita bentuk adalah manusia, jadi prosesnya panjang, setiap orang berbeda secara individu, jadi kita harus menganalisanya dan harus punya intuisi ia ini bagaimana karakteristik dan apa masalahnya, lalu carikan metode-metode yang cocok, jika metode A tidak efektif, kita mencari metode yang lain. Ada berbagai metode yang dilakukan oleh proses rehabilitasi, yang terpenting adalah cara berkomunikasi antara konselor dengan pasien
44
1. Komunikasi Intra Pribadi Adalah suatu proses komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang, berupa proses pengolahan informasi melalui panca indra atau sistem saraf. Komunikasi ini merupakan landasan komunikasi antar pribadi dan komunikasi dalam konteks-konteks lainnya, meskipun dalam disiplin komunikasi tidak dibahas secara rinci dan tuntas. Dengan kata lain, komunikasi intrapribadi ini melekat pada komunikasi dua orang, tiga orang dan seterusnya, karena sebelum berkomunikasi dengan orang lain kita biasanya komunikasi dengan diri sendiri (mempersepsi dan memastikan makna pesan orang lain), hanya saja caranya sering tidak kita sadari. Keberhasilan komunikasi kita dengan orang lain bergantung pada keefektifan komunikasi kita dengan orang lain bergantung pada keefektifan komunikasi kita dengan diri sendiri. Dengan komunikasi intrapribadi mungkin kita dapat menemukan metode apa yang cocok untuk kita pakai dalam proses penyembuhan masing-masing pasien (pemakai) kita berusaha untuk dapat menyelami hati mereka, apa yang sebenarnya mereka inginkan, kita harus berhati-hati sekali, karena Biasanya orangorang seperti mereka masih labil. Kita harus tahu kenapa ia menggunakan narkoba. Biasanya mereka tidak tahu emosinya apa. Karena mungkin dahulu, sebelum mereka menggunakan narkoba waktu kecil Misalnya, ketika mereka sedih, menangis dilarang, atau ingin mengungkapkan kemarahan mereka dengan orang tua ada rasa takut, sehingga emosi mereka disimpan, bicara secara terbuka dengan orang tua tidak
45
tersalurkan, sehingga dibawa terus. Dengan keadaan yang tidak stabil atau dalam keadaan jenuh suatu saat bertemu pada waktu yang salah dan orang yang salah. Dan narkoba itu adalah salah satu solusi. walaupun itu solusi yang salah, untuk mereka mendapatkan ketenangan mereka kembali menggunakan narkoba. Jika kita bahan pembicaraan kita terlalu beratpun akan mempengaruhi kondisi mereka yang tidak stabil itu. Pola asuh yang positif, menurut Aisah adalah, menerapkan nurturing family, yakni pola asuh yang menghormati pertumbuhan anggota keluarga. Walaupun anak capek, marah, kesal, hargai saja, anjur Aisah. Anak tidak harus selalu sempurna. Dia mengibaratkan rumah bak pelabuhan dimana anak-anak bisa mengeluarkan keluh kesahnya. Inilah keseharian yang diterapkan Aisah dan suami pada anak-anak mereka. Hal ini termasuk melibatkan anak-anak mereka dengan ‘adik-adik’ dari SRS. Aisah sendiri merasa pola asuh yang cenderung mengajarkan anak untuk mengalah malah membuat mereka jadi rentan terhadap lingkungan karena tidak bisa melawan dan mempertahankan haknya. Ini yang Aisah lihat lewat gambaran keluarga ‘adik-adiknya’ di SRS. Aisah sendiri tidak masalah melihat anaknya bertengkar untuk mempertahankan haknya seperti mainan yang dibeli dengan uang tabungannya sendiri. Ini adalah bekal ketika dia besar nanti untuk berani berkata tidak, tandas Aisah. 2
2
Wawancara Pribadi dr. Aisah Dahlan dengan Penulis di RS Bhayangkara, 4 juni 2009.
46
2. Komunikasi Antar Pribadi Komunikasi antar pribadi adalah proses penyampaian paduan pikiran dan perasaan oleh seseorang kepada orang lain agar mengetahui, mengerti, dan melakukan kegiatan tertentu. Hubungan komunikasi antar pribadi juga sering disebut sebagai komunikasi antar personal yakni komunikasinya dilakukan antara dua orang pasien dengan konselor komunikasinya dilakukan secara tatap muka, berlangsung secara dialogis dan saling menatap sehingga terjadi kontak pribadi. Adapun hal yang harus diperhatikan dalam komunikasi antar persona atau tatap muka adalah dengan cara bagaimana kita membantu ia untuk kita hilangkan , dengan cara kita harus mengetahui perasaan ia dibalik event itu, di tempat kita boleh marah, boleh kesal, tidak perlu semuanya itu sempurna. Itu membuat topeng semua, jadi ada sesi akui perasaan, kita perlu bersama-sama menumpahkan perasaan, atau kerja dua hari sekali, ada sesi merilis emosinya, melepaskan emosinya dengan berani bilang, “saya sebenarnya jenuh, bagaimana jika seandainya kamu tahu apa yang saya rasakan” jadi harus dibuat wadah itu agar tidak meledak-ledak, karena kalau itu diajarinya di awal rehabilitasi, atau primary, kalau after care mereka tidak boleh seperti itu. Karena sudah menyatu dengan masyarakat, kalau masih pake dibicarakan. Harus diucapkan, mereka menganggap ” saya tidak boleh marah, nanti dosa”. Memang betul dosa, tapi harus diucapkan, bisa jadi karena pola asuh,
47
setiap terjadi perselisihan sama adiknya, dia mau bilang ”saya kesal, tidak boleh sama ibu dan bapak. Jadi mereka selalu diam. Padahal itu adalah teknik, boleh tidak apa-apa. Malah Kalau ada sesinya. Kita peluk ia, selesai. Jangan sampai penuh, karena jika keluar akan lebih parah menurut dr. Aisah Dahlan. 3. Support group Komunikasi kelompok Komunikasi kelompok adalah penyampaian pesan oleh seorang konselor kepada sejumlah pasien untuk mengubah sikap, pandangan atau perilakunya secara berkelompok. Menurut Robert F. Bales yang dikutip oleh Widjaja, kelompok kecil adalah sejumlah orang yang terlibat antara satu dengan yang lain dalam suatu pertemuan yang bersifat tatap muka, dimana setiap pasien mendapat kesan atau penglihatan antara satu dengan yang lainnya yang cukup kentara, sehingga ia baik pada saat timbul pertanyaan maupun sesudahnya dapat memberikan tanggapan kepada masing-masing sesuai pasien. Banyak faktor yang menyebabkan salah seorang dari anggota keluarga kita menjadi pengguna narkoba. Faktor pertama adalah ketidaktahuan, kata Aisah. Karena ketidaktahuan anggota keluarga yang lain pada jenis-jenis narkoba dan gejala-gejala pengguna narkoba, pada akhirnya bisa membiarkan para pecandu berlarut-larut dalam bahaya narkoba. Faktor kedua, urai Aisah lagi, adalah karakter. Karakter yang damai, tidak ingin konflik, tidak mau ada masalah, dan mudah untuk
48
dibujuk teman lebih gampang terkena jerat narkoba. Menurut dia, pecandu narkoba sebagian besar 40% berkarakter damai, populer 25%, pemikir 25% dan karakter kuat 10%. Mereka juga diajarkan untuk mencurahkan isi hatinya. Bahkan kesal terhadap orangtua juga diperbolehkan. Jika memang salah, Aisah dan suami tak segan untuk minta maaf. Dalam keluarga mereka juga ada sistem demokrasi, setiap Sabtu, dua minggu sekali mereka mengadakan pertemuan keluarga dimana anggota keluarga bisa saling berbagi, dan curhat tentang masalah yang ada. Tak lain semua itu diharapkan sebagai upaya untuk semakin mendekatkan anak dan orangtua, bahwa orangtua adalah sesuatu yang bisa disentuh, bisa salah dan bisa terus belajar memperbaiki diri. Aisah menerapkan ini karena mendengar ungkapan adik-adik binaannya yang merasa jauh dari kasih sayang orangtua. Tak satupun yang mengidolakan orangtua mereka. Inilah salah satu hikmah yang didapat Aisah dengan dekat kepada para mantan pencandu, yaitu mendorongnya untuk berbuat lebih baik pada anak-anaknya. Aisah memang malah lebih banyak belajar berbagai hal tentang narkoba, belajar resep untuk detoksifikasi, mempelajari proses rehabiltasi, hingga soal after care. Menurutnya, tenaganya dibutuhkan saat ini juga, tak bisa menunggu masa pendidikan spesialis. Bahkan simbol kedokteran berupa baju putihnya acap ditanggalkan agar bisa lebih dekat dengan pasien dan mantan pecandu. Aisah sebenarnya ingin meluruskan pandangan mengenai label
49
mantan pecandu. Menurut dia, mantan artinya tidak akan kembali lagi menjadi pecandu. Tapi, sebenarnya buat mereka peluang untuk kembali lagi menjadi pecandu masih terbuka lebar. Karena itu istilah mantan pecandu lebih tepat disebut recovering person, orang yang sedang dalam masa pemulihan. Para recovering person ini bisa tidak menggunakan narkoba lagi asal ada perbaikan lingkungan dan perilaku mereka sendiri. Sebab, para recovering person itu punya masalah kimia yang mempengaruhi sistem di otak dan mengacaukan sistem kerja otak terutama sistem luhur atau sistem limbik yakni semacam data di otak. Semua sistem tubuh dirusak oleh narkoba bukan saja otak, tapi juga psikologi, biologi, sosial dan spiritual. Pola komunikasi yang saya gunakan adalah saya mengikuti teori komunikasi komtemporer, seperti menyampaikan pesan, menerima pesan, Pesan adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh komunikator. Pesan harus mempunyai inti pesan (tema). Sebagai pengarah didalam mencoba mengubah sikap dan tingkah laku pasien (komunikan). Pesan dapat disampaikan melalui lisan dan melalui media, sedangkan bentuk pesan dapat berupa informatif yakni memberikan keterangan dan kemudian komunikan dapat mengambil keputusan sendiri. Pesan berupa persuasif yakni dengan bujukan. Membangkitkan pengertian dan kesadaran seseorang bahwa apa yang kita sampaikan akan memberikan berupa pendapat atau sikap sehingga terjadi perubahan ini adalah kehendak sendiri. dan menghindari dua belas macam teori
50
komunikasi. Seperti judgement, menasehati, kemudian menghiraukan, harus
bersikap empatik dan simpatik, tunjukkan sikap sebagai
komunikator terpercaya, bertindaklah sebagai pembimbing, bukan pendorong, kemukakanlah fakta dan kebenaran. Berbicaralah dengan gaya mengajak, bukan menyuruh, jangan bersikap super. Jangan menganggap mudah hal-hal yang mengkhawatirkan. janganlah mengkritik, janganlah emosional. bicaralah secara meyakinkan. pokoknya dua belas teori itu. Biasanya, kalau mereka cerita. Kita tidak boleh menghakimi “ini orang, bohong”, atau mungkin langsung memberi nasehat “harus begini harus begitu’, lama-lama mereka muak juga. Oleh karenanya ketika ia cerita, kita harus tahu bagaimana perasaannya, di balik cerita itu, misalnya ia sedih, kita menanyakan “oh kamu sedih” maka pada saat ia cerita, itulah therapi buat dirinya sendiri, ia menerapi 90% dirinya sendiri. Saya hanya membantu 10%. Tapi kita menanyakan, misalnya dia cerita gembira, ”menurut saya kamu senang sekali ya?”, karena kebanyakan orang mereka cerita gembira, malah sebaliknya kita bilang "kamu bangga sekali ya” itu yang akan membuat istilahnya orang mau tumbuh kita tidak hargai, kita hakimi, mengikuti itu harus dihindari, kita harus mengetahui apa perasaan di balik semua itu. Dan disitulah kita menilai. Saya juga menggunakan komunikasi energi (verbal), dengan cara memahami, saya tidak boleh bilang setiap anak susah sekali. Maka kita kan berprasangka buruk. Saya harus merubah pola fikir saya, ”dia harus diajak bicara lebih lama, di banding dengan yang lain” jadi kita mengganti
51
terminologi dengan sesuatu yang positif itu harus dilatih, misalnya “dia bukannya cerewet, tapi bicaranya lebih banyak, dia bukannya pemalas, tapi terlalu damai, istilahnya “seng jadi emas”, itu ternyata pola komunikasi
buat
anak-anak
yang
normatif
bagus
sekali
untuk
pertumbuhannya. Walaupun kita sakit hati, caranya harus menegur perilakunya, bukan pelakunya sehingga menyentuh, Kalau perilakunya yang ditegur maka ia akan tersentuh, tapi Kalau pelakunya yang ditegur, maka ia akan tersinggung. Hilangkan menghakimi, karena fitrahnya manusia itu baik, Cuma salah jalan saja atau kurang bimbingan, makanya mereka menyimpang. Boleh tuhjukkan kita marah, tapi bukan “kamu” tapi sampaikan pesan marah, “saya” saya marah sama kamu, setengah menit saja, setengah menit berikutnya puji perilakunya, teknik itu yang harus dihilangkan satu persatu, tegur menegur untuk merubah perilaku, itu bedanya, karena kalau tidak begitu, kita akan terus mengungkit, maka dipelajarilah
teknik
konvensional/komtemporer,
malah
saya
lebih
menyukai komunikasi cara Rasulullah.
B. Program-program yang diterapkan dr. Aisah dahlan dalam membina mental para slankers di yayasan sahabat rekan sebaya Program-program yang diterapkan dr. Aisah memang bertujuan untuk membina mental, namun disini yang lebih ditekankan adalah program after care, ada yang sepuluh tahun, sebelas tahun karena SRS adalah terminal bagi mereka, walaupun mereka kerja dengan orang tua mereka, tetap namanya ada
52
disitu, karena biasanya mereka datang untuk mengisi pengetahuan, skill, menata emosi dan sebagainya, umumnya mereka sudah bekerja di kantorkantor yang normatif, pertelevisian, radio, mereka minta agar namanya tidak hilang. Program yang saat ini berjalan antara lain: 1. Motivedu (Motivasi dan Edukasi) Detoksifikasi, Rehabilitasi, Klinik Konsultasi dan support group 2. Sahabat Peduli Program-program yang telah dilakukan dari awal berdiri hingga saat ini ialah: Seminar Bahaya Narkoba, Penyuluhan Bahaya Narkoba 3. Sahabat Auto Service Program-program yang telah dilakukan dari awal berdiri hingga saat ini ialah : Menerima servis berbagai jenis permasalahan automotif, menerima pelatihan kerja bagi After care lainnya dan para pelajar jurusan tehnik automotif. 4. Sahabat Rescue System Program-program yang telah dilakukan dari awal berdiri hingga saat ini ialah : Penjangkauan bagi para pecandu Narkoba 5. Sahabat Training Pelatihan MBS (Make Better Solution) Program-program yang telah dilakukan dari awal berdiri hingga saat ini ialah : MBS untuk instansi dan lembaga, MBS untuk professional, MBS untuk anak dan pelajar serta mahasiswa, MBS untuk keluarga, MBS Akupresuer.
53
6. Sahabat Event Organizer Program-program yang telah dilakukan dari awal berdiri hingga saat ini ialah : Menyelenggarakan pentas Musik dan bazaar dalam peringatan hari anti Narkoba serta HIV/AIDS internasional, menyelenggarakan bazaar sosial, menyelenggarakan berbagai pelatihan, seminar, workshop dan Talkshow. 7. Sahabat Jongsi Program-program yang telah dilakukan dari awal berdiri hingga saat ini ialah : Wiraswasta di bidang produk fashion dan alas kaki (sepatu dan sandal), wiraswasta di bidang produk makanan dan
minuman ringan,
wiraswasta dibidang produk kerajinan tangan (handycraft) dan souvenir. 8. Sahabat Flora Program dari Tahun 2004 – hingga kini : Pembuatan taman dan tebing, Jual beli berbagai tanaman hias, dekorasi dan perawatan taman, Penyewaan tanaman hias ke berbagai kantor dan institusi, usaha pembuatan kompos serta penghijauan bagi masyarakat sekitar lokasi usaha sebagai wujud tanggung jawab moril terhadap sekitar lingkungan, mengadakan pelatihan Flora. 9. Sahabat Multimedia Program-program yang telah dilakukan dari awal berdiri hingga saat ini ialah : Pembuatan modul pelatihan, Pembuatan tabloid “signal”, Pembuatan produk dan jasa video tutorial dan dokumenter, penerbitan buku, sablon baju, kartu nama, banner, pembuatan film “Cukup Gue” yang
54
bertemakan permasalahan Narkoba dan HIV/AIDS, pembuatan web, pelatihan broadcast dan web. 10. Sahabat Recovery Slankers Program-program yang telah dilakukan dari awal berdiri hingga saat ini ialah Detoksifikasi massal, penyuluhan dan seminar bahaya Narkoba, pelatihan kerja bagi para After Care. 11. Sahabat Positif Program-program yang telah dilakukan dari awal berdiri hingga saat ini ialah : Penyuluhan, pelatihan dan seminar HIV/AIDS, menjalin kerjasama dengan berbagai pihak yang memiliki kepedulian terhadap HIV/AIDS. 12. Sahabat Teater Musikal Orxestra 100 Pecandu Program-program yang telah dilakukan dari awal berdiri hingga saat ini ialah : Pementasan Teater Klosal untuk penyuluhan bahaya Narkoba, pementasan Teater 100 Pecandu untuk penyuluhan bahaya Narkoba, pementasan Teater OrkeXtra 100 Pecandu untuk penyuluhan bahaya Narkoba, Pembuatan album musik religi 13. Sahabat Art & Décor Program-program yang telah dilakukan dari awal berdiri hingga saat ini ialah : Dekorasi Pentas Seni sekolah Tugasku, dekorasi pelatihan MBS, pembuatan ketrampilan tangan dan lukisan, pameran lukisan. 14. Sahabat Modiste Program yang telah dilakukan dari awal berdiri hingga saat ini ialah : Merancang dan membuat berbagai jenis pakaian untuk perempuan, merancang
55
dan membuat berbagai jenis kain penutup dan penghias untuk barang dan tempat peralatan. Alhamdulillah, buat saya ukurannya, selama mereka tetap setia, dan sikapnya dengan orang tua baik, dan kerjanya maju, berarti ia tumbuh sukses, artinya semua tahu dia menggunakan. Kalau disini, Kalau ada divisi yang tidak maju berarti saya harus tanya, teknik yang kita pelajari dia tidak gunakan, teknik mengatur emosinya dia tidak gunakan, mind setting dia tidak terapkan, berprsangka baik dia tidak gunakan kita dari situ saja. Kalau divisi yang maju berarti dia bagaimana berprasangka baik kepada Tuhan, selain ia berdo’a. 3
C. Hambatan-hambatan yang dihadapi dr. Aisah Dahlan dalam membina mental para Slankers di yayasan Sahabat Rekan Sebaya Jika kita lihat, komunikasi itu kelihatan mudah, tetapi sebenarnya tidak lepas dari berbagai kendala atau hambatan dalam prosesnya. Masalah komunikasi. Banyak hal yang dapat menghambat proses komunikasi. Biasanya, hambatan tersebut datangnya dari komunikator (pengirim), transmisi, dan penerima (komunikan). Dalam proses komunikasi kita harus memperhatikan konteks situasional. Berarti bahwa seorang komunikator harus peka terhadap situasi yang berlangsung, karena situasi merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap berhasil atau tidaknya komunikasi tersebut, ada beberapa faktor
3
Arsip Yayasan Sahabat Rekan Sebaya.
56
yang harus kita perhatikan dalam komunikasi, yaitu faktor sosiologis, antropologis, psikologis. 4 Namun menurut Aisah, saya tidak menganggap itu hambatan, tapi tantangan, karena kita juga bukan hanya menyembuhkan anaknya, tapi keluarganya. Biasanya karena orang tuanya jenuh dengan tingkah anaknya, mereka menganggap bahwa,ini anak tidak ada gunanya, makanya dilepas, ada juga orang tua yang merasa, ” bisa kali ini anak ikut kerja/sekolah. mau jadi apa, kalau dia tidak punya gelar sarjana, nah ini tidak boleh”. Ada anak yang senang belajar, ada anak yang memang senang langsung mengerjakan, selalu bahwa kesejahteraan anak adalah sebuah modal,
karena pecandu juga,
padahal kalau bagus, teruskan saja dulu, masa stabilisasi dia, minimal tiga tahun, jika mereka ingin sekolah. Saya Tanya sama orang tuanya, ”mau gelarnya, atau proses belajarnya, saya ini guru, saya mengajarkan budi pekerti, enterpreneur. Kalau hanya gelar, gampang, saya sedang berusaha mengakses universitas terbuka, untuk mendapatkan gelar saja, tapi disitu di tantang untuk fighting spirit mahasiswa, Kalau membuang-buang waktu ya habis uang kamu, rata-rata di after care, tingkat S1 ada, yang berkecimpung didunia adiksi”, karena disini diajarkan kita semua dan saya bisa bantu, tapi justru yang diperlukan adalah stabilisasi, dia punya percaya diri bahwa dia masih berguna, jadi mereka anak yang berguna, mereka tidak percaya diri karena mereka pemakai dan merasa ia berguna tidak berguna Kalau saya berguna, orang tua saya masih marah. Makanya kita berikan pekerjaan, dan 4
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (PT. Remaja Rosdakarya) h, 11-16
57
diajak ke khalayak ramai di seminar, agar mereka merasa diri mereka berarti, dan proses penyembuhannya relatif, ada yang tiga tahun dan lima tahun, dan itu tantangan bagi saya. Karena kalau kita memberikan label hambatan, maka ia akan menghambat, tapi kalau hambatan itu kita labelkan tantangan, maka ia akan memicu respon yang lebih besar, itu yang saya bilang “seng kita bikin emas”, narkoba kena narkoba itu bukan musibah, tapi ujian, masa Allah ngasih musibah kepada orang yang rajin ibadahnya, baik perilakunya, statementnya, kita diuji untuk naik derajat, kata-kata itu sangat bermakna, dan makna itu sangat signifikan, bermanfaat, kita harus mulai ditata, bahwa semua ini ujian dan tantangan, karena tujuan saya meringankan beban mereka, bukan tipe orientasi birokrasi. Metode-metode yang dilakukan dr. Aisah inilah yang mempengaruhi keberhasilan dari setiap pasien korban Napza yang ditangani, sehingga mental para Slankers yang dibinanya dapat melakukan aktifitas-aktifitas serta kegiatan-kegiatan positif yang diajarkan dr. Aisah sehingga mereka kembali kepada masyarakat pada umumnya.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari penelitian dan pembahasan mengenai “Pola Komunikasi dr. Aisah Dahlan dalam membina Mental Slankers (pecandu Napza) di Yayasan Sahabat Rekan Sebaya” maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Napza merupakan penyakit masyarakat yang harus diberantas karena Penyebab terjadinya penyalahgunaan narkoba melibatkan hidup dan kehidupan
manusia,
baik
kehidupan
pribadi
maupun
kehidupan
barmasyarakat dengan adanya program-program yang diterapkan di yayasan SRS diharapkan dapat membantu para mantan pecandu Napza menghilangkan keinginannya untuk menggunakan Napza dan membekali mereka dengan keterampilan-keterampilan yang diberikan yayasan SRS sehingga mereka dapat berinteraksi dengan masayarakat dan memberikan kontribusi untuk lingkungan sekitar mereka. 2.
dr. Aisah Dahlan
dengan kemampuannya dan kerja sama dari para
keluarga korban berusaha membantu untuk melepaskan jeratan Napza dari ketergantungan dengan melakukan tindakan prefentif berupa seminarseminar dan detoksifikasi sebagai bentuk kepeduliaan terhadap generasi muda untuk dapat berkreatifitas dengan program-program yang di tawarkan bagi para mantan pecandu narkoba di yaayasan sahabat rekan sebaya.
58
59
B. Saran-saran Dengan melihat tantangan dan peluang dakwah pada masa sekarang yang cukup bervarisi dan kompleks, ada beberapa saran yang ingin penulis sampaikan dalam skripsi ini, antara lain: 1. Sebaiknya para pasien yang memakai narkoba di bagi menjadi beberapa bagian, tergantung bagaimana tingkat pemakaian dan ketergantungannya terhadap napza, agar konselor lebih mudah mengetahui cara penanganan setiap pasien tersebut. 2. Kerja sama yang baik antara konselor, pasien, dan orang tua perlu ditingkatkan agar dapat memudahkan pasien untuk proses penyembuhan, pengobatan dan metode apa yang digunakan. 3 Pola komunikasi yang digunakan konselor harus pula diajarka kepada orang tua setiap pasien, sehingga ketika pasien sembuh, proses pemulihan yang dilakukan dirumah, keluarga dapat menerapkannya.
DAFTAR PUSTAKA
Arsip Yayasan Sahabat Rekan Sebaya. Canggara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Raja Grafindo persada, 2007. Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta: Balai Pustaka, 2005. ------------. Edisi ke-3 Jakarta: Balai Pustaka, 2002. Derajat, Zakiah. Ilmu Jiwa Agama Jakarta: PT. Bulan Bintang 1996. ------------. Remaja Harapan dan Tantangan. Jakarta: CV Ruhama; 1995. Effendi, Onong Uchjana. Spectrum, Bandung: Mandar Maju, 1992. ------------. Kepemimpinan dan Komunikasi, Yogyakarta: PT Al-Amin Press, 1996. ------------. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1990. Gunadi, Himpunan Istilah Komunikasi. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 1998. H.A.W Widjaya. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi. Jakarta: Universitas Terbuka, 2002. Hawari, Dadang. Al-Qur’an Ilmu Kedokteran & Kesehatan Jiwa Edisi Revisi III, Jakarta: PT. Dana Bakti Prima Yasa. ------------. Penyalahgunaan & Ketergantungan NAZA, Edisi ke-2 Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Kartini, Kartono. patologi sosial 2 kenakalan remaja, Jakarta: Rajawali Press, 1992. Kathlen, Liwijaya. Kuntaraf & Jonathan Kuntaraf. Komunikasi Keluarga Kunci kebahagiaan Anda Indonesia publishing house, 2003. Maleong, J. Lexi. Meodologi Penelitian Kualitatif Rosdakarya, 2001.
60
Bandung: PT. Remaja
61
Media Sadar omunikasi Resmi BNN, edisi 21/11/2008. Mulyana, Dedy. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Rosdakarya, 2002. Nurudin. Sistem Komunikasi Indonesia . Jakatra: Raja Garfindo Persada, 2005 Muhammad, Arni. Komunikai Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara, 2007. Mulyana, Dedy. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002. Effendy, Onong Uchjana. Dinamika Komunikasi, Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya: 1990. Liliweri; Alo. Komunikasi Antar Pribadi. Bandung. Bandung: Citra Aditya Bakti; 1997 Partanto Puis A. & M. Dahlan Al-bar ty, Kamus Besar Bahasa Ilmiah Popular Surabaya: Arkola, 1994. Rahmat, Jalaluddin. Psikologi Agama, Jakarta: PT. Grafindo Persada Jakarta Raudhonah, Ilmu Komunikasi. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007. S. Susanto. Asrtrid. Phil. Komunikasi dalam Teori dan Praktek, Bandung: Bina Cipta, 1998. Suprapto, Tommy. Pengantar Ilmu Komunikasi, Yogyakarta: Media Preesindo, 2006.
Internet www.google.com, ”dr. Aisah dahlan diakses pada tanggal 15 Desember 2009 http://majalah.hidayatullah.com/?p=725 http://www.hariansumutpos.com/2009/06/2769/aisah-dahlan-entaskanratusan-fans-slank-d