PERANAN TOBAT DALAM MEMBINA KESEHATAN MENTAL
Oleh
ALIUSMAN NIM: 9911000093
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1424 H
I 2003 M
PERANAN TOBAT DALAM MEMBINA KESEHATAN MENTAL
Skripsi Diajukan kepada Fakultas IImu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana IImu Tarbiyah dan Keguruan
Oleh
Ali Usman NIM: 9911000093
Di Bawah
bingan
~ Prof. Dr. Rusmin Tumanggor, M.A NIP : 150060949
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1424 H 12003 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi
yang
berjudul
l'ERANAN
TOBAT
DALAM
MEMBINA
KESEHATAN MENTAL tdah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UlN SyarifHidayatullah Jakarta pada tangga: 5 Januari 2004, skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperolah gelar Sarjana Program Strata I (S I) pada Jurtlsan Pendidikan Agam3 Islam. Jakarta, 5 Januari 2004
Sidang Munaqasyah
Pembantll Dekan II Sekretaris Merangkap Anggota
n,. NIP.
\ Pengu'i I
I)~';:;~" ~~1356
WIA
Anggota:
Penguji II /1
/~y ;/"': Suru 'in, M.Ag NIP. 150289483
Prof. Dr. Rusmin ']funumgl;or, ,vIA NIP. ] 50060949
KATA PENGANTAR ~yt QA.i..yt M ~
Puji syukur senantiasa penulis sampaikan kepada Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, Allah SWT, atas Iimpahan taufik dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi inL Dan salam sejahtera semoga selalu tercurah kepada Nabi Allah Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan seluruh pengikutnya. Dalam penulisan skripsi ini banyak kesan yang penulis dapatkan berupa hambatan dan tantangan yang membuat penulis semakin tertantang untuk terus memperbaiki skripsi yang akan diajukan hingga pada titik maksimal usaha. Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada :
I. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dan Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN SyarifHidayatullah Jakarta. 2. Prof. Dr. Rusmin Tumanggor, MA., Pembimbing skripsi, yang telah sudi menyisihkan waktunya dalam membantu penulis di tengah kesibukannya. 3. Para Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah mendidik dan memberikan bekal ilmu pengetahuan yang sangat berharga. 4. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Perpustakaan Utama DIN SyarifHidayatullah Jakarta, Perpustakaan Imall lama'. 5. Babeh Janill Adzhar, Nyak Alussaniyah (Almh) dan Ibunda Nasih Rohimah, yang telah banyak memberikan dukungan baik moril maupun materil serta kakak-
kakak ( Uli Nur Indah Sari dan ZA. Aprilia Rahman, Jasih Tazkiyah dan M Sintar) serta keponakan-keponakan tersayang (Moch. Taris, Ancih, Fu'anih, Sidik, A'A Amad, Beti dan Ayif) terimakasih atas kasih sayang, do'a dan perhatiannya sehingga penulis Iebih semangat dalam mencapai cita-cita. 6. Wahibatul Mas'ulah, Om Sanusi Herianto, Bang Yusroni, Mas Yono dan Sugino, lis Susanto, Marlini (May), Mukhlis Mulyadi, Hendri, Muhammad Tohar, Muslim, Sulaiman Daud BR, Elih Sasono, Ust. Suparman, ternan-ternan PAl angkatan 99, terima kasih untuk support dan persahabatannya. Dan teruntuk semuanya, yang menjadi sumber kreatifitas dan inspirasi yang sering membakar semangat penulis yang terkadang dingin. Syukran atas segala canda, saran, kritik dan perhatiannya selama ini. Tanpa kalian semua, barangkali bait-bait skripsi ini, tak teramu dengan baik. 7. Mama Ety Sekeluarga, Erwandi, dkk (di Cirebon) dan tidak Iupa juga penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut serta dalam membantu penyelesaian skripsi ini yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu. Dengan mengharap ridha dari Allah SWT, semoga segala kebaikan-kebaikan yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan balasan Allah AWT. Amin.
Jakarta, September 2003
Penulis
DAFTARISI
KATA PENGANTAR
,
DAFTAR lSI BABI.
,
,
,
, '"
,
.
iii
,
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
"
B. Permasalahan
8
C. Hipotesis..............................................................
10
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
'" .,.
11
...
13
E. Metode Penelitian '"
BAB II.
1
, '"
,
,.
F. Sistematika Penulisan ."
14
KAJIAN TEORITIS TENTANG TOBAT DAN KESEHATANMENTAL
16
A. Tobat......
16
I. Pengertian Tobat
,
16
2. Latar Belakang Urgensi Tobat
,
18
a. Dosa Landasan Tobat
19
b. Macam-macam Dosa ... .. . ...... ... .. . ... ... ...... .. . .. . ... ...
21
3. Hukum Bertobat
24
4. Syarat-syarat Bertobat
28
5. Manfaat Bertobat
B. Kesehatan Mental
"
'"
'"
31 '"
35
I. Pengertian Kesehatan Mental 2. Tanda-tanda Mental Sehat
BAB III.
, ,
"
,. .. . 35
,
,
39
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Mental...
45
3. Aspek-aspek yang Dipengarnhi Kesehatan Mental...
48
4. Ajaran Agama Tentang Kesehatan Mental ... '" .. ,
50
FUNGSI TOBAT BAGI KESEHATAN MENTAL .. ,
,.
59
A. Fungsi Tobat dalam Membangun Kesehatan Mental
'"
59
B. Fungsi Tobat dalam Pencegahan Gangguan Mental
,
62
C. Fungsi Tobat dalam Penyembuhan Gangguan dan Penyakit Mental
,
,
'" .. . ... .
65
D. Kerangka Konseptual Tentang Fungsi Tobat Bagi
BABIV.
BllB V.
Kesehatan Mental
,
,
ANALISIS TEORITIS
,
,
A. Ketepatan Hipotesis
,
... .
69
71
,.
71
B. Teori Hubungan Tobat dan Kesehatan Mental...
73
C. Prediksi Tentang Kehidupan Orang-orang Bertobat
75
PENUTUP
.
78
A. Kesimpulan
.
78
B. Rekomendasi
.
80
.
83
])llFTllR PUSTllKll LllMPIRAN
,
,.
BABI PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Karya iman di dalam jiwa seseorang laksana karya seorang pengetik atau pengumpul huruf-huruf di pereetakan sesuai dengan bahan aslinya. Huruf-huruf itu tadinya berupa eampuran yang bereerai berai, tidak menunjukan suatu makna apapun, kemudian ia menjadi sebuah tulisan yang memiliki tujuan tertentu yang dipahami isinya serta sasarannya. Begitu pula jiwa manusia sebelmn disusun oleh agama atau dibentuk sesuai dengan aturan yang dimaksudkan.' Dari ungkapan Muhammad AI-Ghazali di atas, terlihat bahwa jiwa itu merupakan nilai lebih bagi setiap orang, tetapi jiwa yang belum "mempribadi" hanya sekedar bernilai pelengkap. Baru setelah jiwa itu membentuk kepribadian, integritas seseorang menjadi tinggi. Kepribadian seorang berkaitan erat dengan pandangan hidup yang dianutnya. Mengenai tujuan hidup, fungsi, tugas, teladan, lawan dan kawan hidup. Kepribadian seorang juga berhubungan dengan tingkat hubungannya dengan Tuhannya, oleh karena itu upaya untuk membentuk kepribadian antara lain dengan eara selalu berusaha mendekati diri
kepad~rNya.
Langkah awal untuk mendekati Tuhan ia!llll ejengan pertobaf. pada dasarnya tobat adalah sesuatu hal yang tidak begitll sulit urt\lk dilakuk~'1, ~ikarenllka,jl ego manusia yang terkadang mendominasi telah
l1)emp~~~
mllnllsia tidak mau jujur pada
dirinya sendiri dan pada akhirnya terasa berat \Ulftl]c rnelll]c\lkan tobat itu. Selain itu
'Muhammad AI-Ghazali, Islam yang Diielalllarkim; Terj. Muhammad Jamaluddin, (Bandung : Karisma, 1994), Cet.ke-4, h. 132
2
banyak juga yang memang kurang mengetahui bahwa tobat adalah meqia untuk dapat menuju Allah. Padahal Allah telah meniupkan ruh-Nya pada jasad manrsitl, dengan bekal ruh Bahi itu pula kelak manusia seharusnya memilki kemampuan untuk dapat berhubungan dengan Allah,,' Atau dengan istilah lain memiliki rasa kerinduan untuk "berpulang" ke rahmatullah. Dalam pada itu AI-Qur'an mengisyaratkan bahwa sebelum turun ke alam jasmani ruh peruah mengadakan peIjanjian primordial dengan Tuhan untuk selalu mengingat dan mencintai-Nya dan sekali-kali tidak akan menyembah kecuali pada-Nya.' Masalah tobat adalah masalah yang terdapat di dalam semua agama, baik dalam agama Islam, Kristen maupun Hindu dan agama lainnya. "Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tobat adalah masalah penting dalam semua agama, karena ia merupakan kebutuhan kejiwaan manusia.,,4Sungguhpun demikian pemba,hasan masalah tobat dalam hubungan dan peranannya dengan
~esehatan
mental pada
umumnya belum banyak diketahui orang, kendatipun hubungan antara tobat
d~ngan
kesehatan mental sangat era!. Dalam tobat banyak terdapflt masalah-masalah kesehatan mental, misalnya masalah rasa berdosa. dan ras!\ persalah, pengakufln dan penyesalan !\tas dosa dan kesalahan, merasa diampuni oleh Allah, dan lain-lain. 'Lihat, Komarudin Hidayat, Tuhan Begitll Dekat, (Jakarta: Paramadina, 2002), Cel.~e-l, h. 10
'Ibid., h. 25 'yl!hia JaYa,. Peranan Tobar dan Maai aalam Membilld KrsehalGl,. Mell/al, (Jakarta : Ruhama, 1995, Cet.ke-3, h. 9
3
Kata tobat secara etimologi (harfiah) berarti kembali, yajtu femblJ:li dari berbuat dosa dan maksiat kepada berbuat baik dan ketaatan, sesudah menyadari buruk dan bahayanya perbuatan dosa dan maksiat. Sedangkan kan tobat l11enurut tenninology (istilah) adalah "meninggalkan perbuatan dosa dan maksiat karena menyesal dengan niat untuk tidak mengulanginya."5 Islam adalah agama risalah dan dakwah. Kepada manusia disampaikanberita yang menggambarkan niIai-niiai kejadian atau penciptaan serta martabatnya
di~ntara
seluruh makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT. Manusia makhluk paling sempurna susunan jasmaninya serta ruhaninya dibanding makhluk lain. 1v:\\lnusia mempunyai panca indera untuk menghubungkannya dengan alam sekitamya, mempunyai nafsu sebagai pendorong untuk melengkapi kebutuhan hidup dan memelihara populasinya, mempunyai akal untuk berpikir, mempunyai hati untuk merasa. Akan tetapi semua yang bagus-bagus itu akan menjadi sesuatu yang tidak karuan jadinya bila tidak diatur oleh sebuah aturan yang bagus pula. Islam sebagai agama dalam hal ini memposisikan sebagai aturan yang dimaksud. Bangsa Arab pul'\ dahulunya adalah "tumpukan" yang belum dikenal, setelah mereka memeluk agama Allah SWT. Berubahlah "tumpukan" itu menjadi bentuk lain yang indah. Semisal bakat-bakat mereka yang tadinya tidak terarah, lalu diatur rapi; mandul menjadi berbuah; saling bertentangan, lalu berdekatan dan saling bertolong-tolongan 6
'Ibid, h. 9
6Lihat, Muhammad AI-Ghaza'i,
Oil. cit., h.
)32
4
Meskipun pada hakikatnya manusia sejak lahir berada dalam keadaan suci dan tak berdosa, dari perjalanan hidupnyalah yang menyebabkan manusia tidak luput dari dosa karena perbuatan manusiaitu sendiri yang selalu berbuat zalim pada
~irinya
sendiri dengan mengikuti langkah-Iangkah syetan. Lain haInya istilah yang diungkapan Jean Jacques Rousseau (1712-1778) yang dikutip oleh Marsana Windhu, bahwa, "Pada dasarnya manusia itu polos, rantai peradabanlah yang membuatllya jadi buas."7 Dengan demikian Pada akhirnya mereka akan terjerumus kepada perbuatanperbuatan keji dan mungkar, yaitu perbuatan-perbuatan dosa. Adapun yang m\:lnja9i motor atau penggerak dari itu semua adalah nafsu. "Sebab nafsu adalah mus1J4 ymW sangat menceIakakan dan bahayanya sangat besar, penanganannya sangat sukl/r penyakitnya sangat berat, obatnya sangat suli!.,,8 Setelah manusia menyadari akan adanya bahaya-bahaya dan
akibahakib~t
yang akan timbuI dari perbuatan dosa tersebut, maka timbuI dalam dirinya
peras~n
berdosa atas perbuatan-perbuatannya itu. Perasaan berdosa ini juga dapat
ditiP1pulk~n
oleh adanya kelalaian pada diri akan adanya perintah dari Tuhan yang
diti\lg~alk~n
,
atau diabaikan dan adanya perbuatan yang melanggar yang sudah menjadi
,
ketent~n
Tuhan.
7r. Marsana Windhu, Kelmasaan & Kekerasal1 me(lW"( Johal1 Galll1l1f{, (Ypp.a/<:arta : Kanisius, 1992), Cet.ke·6, h. 63 . 'Imam Ghazali, Minhaj1l1 'Abidin, Terj. Abdullah bin Nuh, (B,ogor : '(aya&"n Islathic Cent-l'r al-Ghazaly, 2000), Cet.ke-7, h.1 1 6 ' "
5
Perasaan sadar terhadap adanya dosa ini akan menimbulakan penyesalan, rasa rendah did, dan rasa tidak diperhatikan oleh Tuhan karena telah melakukan perbuatan dosa. Orang biasanya jikalau memiliki kesalahan akan mengalami gangguan perasaan dan konflik jiwanya, karena rasa berdosa dapat mengakibatkan ketidakserasian atau ketidakseimbangan pribadi yang mengalaminya. Disatu pihak hati nurani menolak untuk berbuat dosa, "inHah rub Hahi di dalam did manusia yang memiliki kekuatan cahaya (nur) kebenaran yang tidak mampu berdusta, disebut nurani.,,9Di lain pihak dorongan bawah sadar (hawa nafsu) mendorong untuk berbuat pelanggaran. Maka terjadilah gejolak, ketidaksimbangan antara perasaan pikiran dan hati nurani,lOyang menjadikan terganggunya mental seseorang.Kejadian ini pada akhirnya akan berakibat buruk bagi kehidupan manusia. Orang yang mengidap gangguan ini lambat laun akan menimbulkan penyakit barn padajasmaninya. Dalam agama Islam yang berkenanaan dengan kesehatan mental sudah dikenal sejak manusia pertama (Adam AS). Adam pernah merasa berdosa dan menyebabkan jiwanya sedih. Untuk menghHangkan kegelisahan dan kesedihftnnya tersebut ia bertobat kepada Allah dan tobatnYIl qiterijna ke/ur/dia9 ia
'l1erftS~
kembaIi, sebagaimana yang diungkap dalm}} al-gur:lln.: . \
9
' .
/{rr' \fa~,~~
Achmad Mubarok., Pendakibii Me(lI'iI/ 4
10
Yahya Jaya., Gp.cil, h. 25
,I",
. . , ., .d •. , ,.
~."
~/
.
~
: ratamliaina, :1002), h. 169'
lega
6
Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat Iagi Maha Penyayang. (QS : AI-Baqarah/2 : 37)11 Dalam agama Kristen juga masalah yang berkenaan dengan kesehatan mental sudah dikenal ketika Yesus mendapat berita bahwa ia akan ditangkap dan diadili. Yesus merasakan sedih, takut dan gentar serta merasa seperti mau mati.
Dalam
keadaan demikianlah Yesus berdoa kepada Bapak-Nya, agar saat-saat seperti itu cepat berialu dan diberi ketegaran dalam menghadapinya. Sampai tiga kali Yesus berdoa dan akhimya hatinya merasa tenang dan tegar dalam menerima cobaan itu, seperti yang telah diungkap dalam AI-Kitab : 32 Lalu sampailah Yesus dan murid-murid-Nya kesuatu tempat yang bemama Getsemani. Kata Yesus kepada murod-murid-Nya : "Duduklah di sini, sementara Aku berdoa". 33 Dan Ia membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes. Ia sangat takut dan gentar, 34 lalu kata-Nya kepada mereka : "Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah. Lalu Ia maju sedikit, merebahkan diri ke tanah dan berdoa supaya, sekiranya mungkin saat itu Ialu dari padanya. (Markus. 14: 32,33 dan 34)12
Kemudian setelah Yesus berdoa tiga kali lamanya lalu la merasa tenang seperti yang tertulis dalam ayat berikutnya :
41 Kemudian Ia kembali untuk ketiga kalinya dan berkata kepada mereka :
"Tidurlah sekarang istirahatlah. Cukuplah, saatnya sudah tiba, lihat, Anak Manusia diserahkan ke tangan orang-orang berdosa (Matius. 26: 45)13
"Depag R I, AI-Qur 'an dan Terjemahnya, (Surabaya : Mahkota, 1989), h. 15 "Lembaga Alkitab Indonesia, Alkilab, (Jakarta : Perc. Lembaga Alkitab Indonesia, 1996), CeLke-1, h. 68
"Ibid, h. 39
7
Dalam agama terdapat petunjuk-petunjuk dan ketentuan-ketentuan yang membawa manusia kepada ketenteraman hidup, kesejahteraan dan kebahagiaan dunia dan akhirat. Agama dapat menunjukkan jalan terbaik kepada manusia guna membebaskan diri dari penyebab gangguan mental. Setelah bertobat biasanya seseorang akan merasa tenang, hal ini karena orang yang beriman merasa yakin bahwa Tuhan Maha penerima tobat. Bertobat adalah sebuah kewajiban bagi manusia yang beriman seperti yang digambarkan dalam AI-Qur'an sebagai berikut : (), "
p/ /t#/.PI.U"";.
C
t:.t-
"P 9"",,...,
l ..... RtJ,/;/P/,
,.
f1'09
()P./.......
/o~ /,..9""'; /"
~C"'b \,>; 1,,:.-1 0'.>JI v /01.".c.V ~ ~~ ::...; . ,.i!ll Jl/"' .. / \fl ~.. (" :i i \ ~",":I I)
~/ ",
v-· . . . ,.;k«:? -7
C
./
pJ/P9
1
/
J.;...N.P f.-:;; t..... '" ..
,.. -;...
Artinya : Hai orang-orang yang beriman bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahamnu dan memasukakan kamu ke dalam surga ... (QS. AtTahrim/66: 8)14 Begitu juga di dalam Agama Kristen kiranya tobat menjadi keniscayaan dalam melaksanakannya. Seperti bunyi dalam AI-Kitab sebagai berikut : Lalu berkata : "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak keeil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam kerajaan surga. (Matius. 18: 3)15 3
Dalam skripsi ini penulis akan membahas mengenai tobat sebagai upaya untuk menebus kesalahan dan dosa seseorang kepada Tuhannya untuk kembali
14
Depag RI, Op.cil., h. 951
"Lembaga Alkitab Indonesia, Op.cit., h. 24
8
kepada fitrahnya dan memperoleh ketenangan dalam jiwanya untuk tidak merasa bersalah dan berdosa maka skripsi ini dirumuskan dalamjudul "PERANAN TOBAT
DALAM MEMBINA KESEHATAN MENTAL". B. Permasalahan Sepanjang bacaan penulis, menurut para ahli sebahagian masyarakat beragama dewasa ini mudah sering mangalami frustasi., depresi (stress), konflik, kecemasan yang berlebihan. Padahal mereka memiliki harta yang banyak, berpangkat tinggi, kekuasaan besar dan pengetahuan CukUp.16 Gejala-gejala semacam ini bisa bermuara pada ketidakmampuan diri lantas menyalahgunakan NAZA (narkotika, Alkohol, dan zat adaktif lain). 17Dan dapat pula menjadikan manusia kurang memiliki semangat hidup yang diteruskan dengan bunuh diri seperti kejadian yang menimpah banyak orang. IS Dalam upaya penyembuhan gejala-gejala tersebut, yang telah dituangkan diatas, sebenaruya di dalam agama menawarkan beberapa solusi untuk mengatasi
''Lihat Zakiah Daradjat, JIm" Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), CcLke-15, h. 2. Lihatjuga Zakiah Daradjat, Kesehatan Mell/al, (Jakarta: Toko Gunung Agung, 1995), CeLke-21, h. 7 dan 10 17Lihat Dadang Hawari, Terapi dan Rehabililasi Mlltakhir Pasien "NAZA ", (Jakarta : illPress,1999), h. 96 dan 9 8 18Marimutu Manimarell (46),pada hari selasa tangga! , 5 Agustus, 2003, pukul 05. 15 WlB. Usahawan yang pemah aktif scbagai bendahara Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar itu diduga kuat terjun mela!ui jendela karnar 5607 atan lantai 56 Hotel Aston Jakarta, Kampas, (Jakarta), 6 Agustus 2003, h.1. Dan sebelumnya senin, 4 Agustus di Korea Selatan, kejadian serupa juga menimpa Chung Mong-hun (53) yang menjabat sebagai Ketua Hyundai Asan Corporation dan eksekntif senior Gmp Hyundai. Ia melompat dari lantai 12 di gedung yang menjadi markas Hyundai di tengah Kota Seoul. Kampas, (Jakarta), 5 agustus 2003, h.11. Lihat juga pemyataan Kctua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia, dr. G Pandu Setiawan Sp KJ "4 Juta Remaja Mati Bunuh Diri Tiap Tabun di DUnia",Media Indonesia, (Jakarta), 10 Oktober 2003, h.28
9
masalah tersebut. Sebagaimana firman Allah didalam beberapa surat AI-Qur'an sebagai berikut :
Artinya : Dan Kami turunkan dari AI-Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan AI-Qur'an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. (QS. AI-Israa/ 17: 82)19
Artinya : Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh dari penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada (rohani), seba¥
"Ibid., h. 315
10
Adapun Karena penelitian ini bukan penelitian lapangan melainkan ke perpustakaan, maka pertanyaan yang umum menurut para ahli adalah, "mengapa sebahagian masyarakat beragama kurang memahami tentang peranan tobat dalam membina kesehatan mental"? Adapun pertanyaan penelitian selanjutnya adalah, "mengapa penulis kesehatan mental masih banyak yang tidak mengkaitkan tobat dalam agama sebagai salah satu upaya penyembuhan" ? Adapwl pertanyaan-pertanyaan khusus untuk mendukWlg pertanyaanpertanyaan wnum itu adalah : a. Apa yang dimaksud para ahli tentang dosa ? b. Apa yang dimaksud para ahii tentang tobat ? c. Apa yang dimaksud para ahli tentang kesehatan mental dan menurut ajaran agama? d. Bagaimana kriteria mental yang sehat menurut para ahIi? e. Bagaimana pengaruh tobat dalam kesehatan mental menurut para ahIi? f. Bagaimana teori hubungan keduanya menurut para ahIi?
C. Hipotesis Hipotesis adalah suatu jawaban sementara berupa kaitan sebab akibat antara satu faktor dengan faktor lainnya. Melalui prediksi yang dianggap besar kemungkinannya untuk menjawab yang benar. Adapun hipotesis penulis dirumuskan sebagai berikut :
11
a. Dari tulisan para ahli, rendahnya pemahaman masyarakat tentang peranan tobat da1am membina kesehatan mental, menyebabkan masyarakat mudah mengalami gangguan jiwa. b. Para penulis kesehatan mental tidak mengikutsertakan peranan tobat da1am proses penyembuhannya, menyebabkan rendahnya pemahaman masyarakat dalam penyembuhan gangguan mental c. Para penulis tentang kesehatan mental yang tidak memasukan tobat dalam kajiannya, dikarenakan kurang memahami fungsi tobat secara menda1am, selain itu juga karena dipengaruhi oleh kedokteran Barat yang tidak mengkaitkan agama dengan keilmuan.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan dan kegunaan dad penelitian ini dapat penulis sebutkan sebagai berikiut: I. Tujuan Penelitian a. Tujuan Akademis I) Penulis ingin menyajikan lebih da1am 1agi kepada masyarakat ilmuan dan biasa, tentang peranan taubat dalam membina kesehatan mental. 2) Untuk menambah perbendaharaan karya ilmiah dalam bidang teori kesehatan mental di Perguruan Tinggi, Khususnya di Fakultas Tarbiyah.
12
3) Dengan terumuskannya konsepsi tobat dalam peranannya membina kesehatan mental, diharapkan dapat memperkaya khasanah pemikiran dan karya-karya tentang pendidikan Islam, menyangkut pembinan mental. b. Tujuan Terapan I) Diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam merumuskan dan mengembangkan misi dan visi dalam peraturan pemerintah sebagai penjabaran sistem pendidikan Nasional yang sesuai dengan aspirasi dan tuntutan umat Islam. 2) Diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi instansi-instansi terkait dalam menentukan materi tentang kesehatan mental. 3) Diharapkan dapat membantu para pendidik dalam menjelaskan pengertian tobat di sekolah-sekolah negeri ataupun swasta. 2. Kegunaan a. Kegunaan Akademis I) Dengan menjelaskan peranan tobat dalam membina kesehatan mental, berarti bertambah lagi pengertian ajaran agama mengenai tobat, yang terkait dengan upaya pembinaan mental. 2) Sebagai manusia yang selalu berusaha untuk lebih baik, penulis menganggap hal ini perlu dan berguna untuk diketahui agar dapat mengetahui arah untuk mencapai insan kamil. 3) Diharapkall berguna bagi para penulis dikemudian hari dalam mengkaji teori kesehatan mental dan hubungnya dengan tobat.
13
b. Kegunaan Terapan I) Suatu teori dari disiplin ihnu tertentu, yang diharapkan dapat berguna, khususnya bagi adik-adik mahasiswaJi ditahun-tahun berikutnya dan umumnya bagi manusia tanpa terkecuali apapun agamanya. 2) Diharapkan berguna bagi para penderita gangguan kejiwaan dalam proses penyembuhannya. 3) Diharapkan berguna bagi para pemeluk agama dalam mengaplikasikan agamanya dalam kehidupan sehari-hari. Bahwa agama
memiliki peran
ganda selain sebagai pedoman hidup juga dapat dijadikan sebagai langkah antisipatif dalam rangka menanggulangi konsekwensi dari setiap tindakan hidup.
E. Metotle Penelitian Untuk memperoleh bahan yang brkaitan dengan judul tersebut, penulis mempergunakan penelitian kepustakaan (library research), yakni membedah dan mengkaji beberapa buku yang erat kaitannya dengan masalah yang dibahas. Untuk mempermudah penulisan dalam penelitian kepustakaan ini, penulis mempergunakan metode : a. Seleksi sumber (source selection), yaitu dengan menyeleksi buku-buku yang menjadi inti
dalam penelitian ini. Artinya, penulis tidak hanya
mengambil buku-buku kesehatan mental yang memiliki hubungan dengan tobat semata, tetapi juga buku-buku kesehatan mental yang tidak mengkaji
14
tobat pun dilibatkan dalam penelitian. Selain itu ajaran beberapa agama seperti Islam, Kristen, Hindu akan mewarnai dalam pembahasan skripsi ini b. Analisis isi (content analysis), yakni dengan membaca dan menyelidiki atau mencermati isi buku-buku yang akan diteIiti, sehingga dapat mempennudah pe:lUIis dalam menuangkan statemen ataupun persepsi c. Studi komparatif (comparative study), yakni dengan membandingkan buku-buku kesehatan mental yang memiliki hubungan dengan tobat dengan buku-buku kesehatan mental yang tidak memuat tobat dalam kajiannya. Supaya dapat membantu penulis dalam meneliti dan mencari bukti persamaan dan perbedaan dari isi buku-buku tersebut. Mengenai pedoman yang digunakan untuk penulisan skripsi ini adalah "Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi" yang diterbitkan oleh UIN Jakarta Press tahun 2002 cetakan ke-2.
F. Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan skripsi ini dibagi menjadi beberapa bahagian, masing-masing bahagian berisi sebagai berikut : Bahagian pendahuluan, memuat : latar belakang masalah, pennasalahan, hipotesis, tujuan dan kegunaan penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan
15
Sahagian kajian teoritis tentang tobat dan kesehatan mental, yang berisikan tentang : Pengertian tobat, latar belakang urgensi tobat, hukum bertobat, syarat-syarat bertobat, manfaat bertobat, pengertian kesehatan mental, tanda-tanda mental yang sehat, faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan mental, aspek-aspek yang dipengaruhi kesehatan mental, ajaran agama tentang kesehatan mental. Sahagian fungsi taubat bagi kesehatan mental, meliputi : Fungsi tobat dalam membang kesehatan mental, fungsi tobat dalam pencegahan gangguan mental, fungsi tobat dalam penyembuhan gangguan dan penyakit mental, serta kerangka konseptual tentang fungsi tobat bagi kesehatan mental. Sahagian analisa teoritis meJiputi : Ketepatan hipotesis, teori hubungan tobat dan lcesehatan mental, prediksi tentang kehidupan orang-orang bertobat. Sahagian penutup dengan memaparkan kesimpulan dan rekomendasi. Daftar Pustaka. Lampiran, mengenai beberapa ayat AI-Qur'an yang membahas tentang pengampunan, dengan istilah at-taubah, al-ajiv, al-takfir dan al-ghuji·an.
BABII KAJIAN TEORITIS TENTANG TOBAT DAN KESEHATAN MENTAL
A. Tobat
1. Pengertian Tobat Tobat dalam bahasa Arab diucapkan dengan kata taubat. l
"
tobat itu sendiri di
dalam AI-Qur'an mnneul dalam beberapa surat dan tersebar dalam 365 ayat, dengan berbagai isytiqaq (kata jadian)nya, seperti "tauball, a/a, kaffara dan glla/ara.,,2 Adapun secara etimologi menurut Ensiklopedi Islam, arti "taubat berasal dari kata kerja taba, ya tubu yang artinya rujuk, kembali. Kembali dari kemaksiatan kepada ketaatan atau kembali dari jalan yang jauh kepada jalan yang lebih dekat kepada Allah SWT.',3 Adapun arti tobat menurut terminologi adalah sebagai berikut : a. Imam Ghazali dalam bukunya " Taubat Nasuha Penebus Dosa" merumuskan, "tobat adalah mendekatkan diri kepada Allah dengan memperbaiki niat untuk melakukan amal kebaikan.,,4
ILihat, Imam Al-Ghazali, Rahasia Taubat, TeIj. Muhammad Baqir, (Bandung : Karisma, 2003), Cet.ke-l, h. 19 2Lihat, Burhan Djamaluddin, Konsepsi Taubat, (Surabaya : Dunia Ilmu, 1996), Cet.ke-I, h. 1 'Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Lvlam, (Jakarta: Ikhtiar Baru-Van Hoeve, 1999), Jilid.S, h. 110 4Imam Ghazali, Taubat Nasuha Penebus Dosa, TeIj. MaIjuki Aqmal, (Jawa Timur : Putra Pelajar, 1989), Cet.ke-2, h. II
17
b. Imam Haramain ( Abul Ma'ali AI-Juwani), mengatakan bahwa "'fobat adalah meninggalkan keinginan untuk kembali melakukan kejahatan seperti yang pernah dilakukannya, karena membesarkan Allah SWT. Dan menjauhkan diri dari kemurkaan-Nya.,,5 c. Ahmad Mubarok dalam bukunya '" Pendakian Menuju Allah" mengatakan, '"tobat artinya adalah manusia kembali kepada Allah melalui jalan yang lurus dan menjauhi jalan yang dimurkai juga jalan yang sesat.,,6 d. Komaruddin Hidayat Dalam bukunya "'Tuhan Begitu Dekat" mengatakan, bahwa '"tobat yaitu kembali kepada jati diri yang sejati dan primordial yang bersifat hanif,,7 e. Sahl bin Abdullah At-Tustariy mengatakan bahwa '"tobat adalah penggantian perbuatan-perbuatan tercela dengan perbuatan-perbuatan terpuji."8 Dari
beberapa pendapat diatas,
penulis
kira
tidak
berlebihan bila
menyimpulkan bahwa tobat adalah upaya melupakan keinginan untuk berjalan jauh meninggalkan Allah, seraya mengingat dan berbuat untuk berjalan menuju Allah. Interpretasi dan pendapat mengenai tobat bisa beraneka ragam kata, tetapi makna yang ada di dalam interpretsi dan pendapat tersebut, masih dalam titik tolak
'Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Op.cit., h. 111 •Ahmad Mubarok, Pendakian Menu)u Allah, (Jakarta: Paramadina, 2002), h. 179 'Komaruddin Hidayat, Tuhan Begi/lI Dekat, (Jakarta: Paramadina, 2002), Cel.ke-2, h. 40 Rlmam AI-Ghazali, RahasiC! Taubat, Op.cit., h. 21
18
yang tidak berbeda, yaitu : I) Pengetahuan dan kesadaran, 2) Penyesalan dan 3) Timbulnya kehendak untuk meninggalkan suatu perbuatan dosa. 9
2. Latar Belalrnng Urgensi Tobat Sebelum manusia lahir ke alam dunia, Allah meniupkan ruh-Nya pada jasad manusia itu, sehingga manusia memiliki kemampuan kontak langsung dengan Allah. "Ibarat gelombang televisi, jika ruh manusia selalu dihadapkan dan dihubungkan dengan Allah maka kepribadiannya memancarkan sifat-sifat terpuji."IOManusia pada dasarnya adalah suci dalam arti memiliki fitrah untuk dapat berhubungan dengan Allah. Ungkapan ini memiliki benang merah dengan ungkapan Jean Jacques Rousseau yang dikutip oleh Marsana Windhu, yang mengatakan bahwa "manusia dalam keadaan alamiahnya sebagai ciptaan yang polos, bersih, mencintai diri secara spontan dan tidak egois, hanya rantai peradabanlah yang membentuk manusia menjadi buas bahkan lebih kejam dari binatang". II Benang merahnya terletak pada polos, bersih akan tetapi proses perjalanan di dalam populasi manusia itu sendiri membuatnya kadang kala tidak lagi bersih apalagi suci. Dari sinilah tobat menjadi urgen adanya, sebab dalam agama untuk membersihkan kotoran hati dari perbuatan tercela yakni dengan bertobat.
9Lih.t, AI-Gh02'Ii, Rahasia Taubat, Lac.cit. 10
Kom.ruddin hid.yat, Op.cit., h. 39
"l. Marsana Windu, Kelmasaall dall Kekerasall, (Yogyakart.: Kanisius, 2001), Cet.ke-6, h. 63
19
Menjadi tepat sekali ungkapan yang mengatakan, "kamu adalah apa yang kamu pikirkan" (you are what you t/link). Mengapa jadi tepat? sebab "apabila orang sedang berzikir dan melakukan perenungan tentang Allah dengan segala kebesaran dan kasih-Nya, maka secara psikologis tengah melakukan proses internalisasi sifatsifat Allah ke dalam dirinya.,,12 Adalah karena berdosa, jawaban umum dari pertanyaan mengapa bertobat ? Sebenarnya tidak juga demikian, sebab tobat memiliki pemahaman yang lebih dalam dari hanya sekedar sebagai penghapus dosa. Artinya tobat tidak hanya sebagai penghapus dosa, tetapi juga sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Oleh karena itu sekalipun manusia merasa tidak memiliki dosa, tetapi sebaiknya untuk tetap bertobat kepada Allah, sebab produksi perasaan oleh intepretasi subyektifitas diri manusia, akan sulit sekali untuk dapat mengena obyektifitas ketentuan-ketentuan yang sudah Allah SWT programkan. Maka dari itu manusia selalu dituntut oIeh statusnya sendiri (sebagai hamba Allah) untuk mendekatkan dan meminta petunjuk kepada Allah, agar dapat mengikuti ketentuan-ketentuan-Nya secara obyektif dan dengan baikjuga benar.
a. Dosa Landasan Tobat AI-Ghazali dalam bukunya "Minhajul 'Abidin" menuliskan bahwa "apabila seseorang terus-terusan mengerjakan dosa hatinya akan menjadi hitam, atau dengan
Ibid
12
20
istiJah Jain, hatinya tidak bersih dan bening". IJDari urman di atas penuJis berkesimpuJan bahwa AI-GhazaJi memandang dosa itu seperti kotoran yang akan membuat kotor hati bahkan hati menjadi najis. Pada akhirnya bagaimana hati yang kotor dan najis itu akan menghadap Allah?14 BiJa demikian, hati pun harus selalu dijaga, dibersihkan sehingga benar-benar suci bersill, agar dapat merasakan nikmatnya berhadapan dengan Allah. Kemudian media untuk memenuhi hajat itu adalah dengan bertobat. Dosa dan kesaJahan merupakan masalah penting dalam Islam, juga disemua agama, karena keduanya menyangkut hubungan baik antara manusia dengan Allah, dengan masyarakat dan lingkungannya sendiri. "Ketentraman, kesejahteraan dan kebahagiaan manusia banyak ditentukan oleh seberapa jauh ia terhindar dan bersih dari dosa dan kesalahan, ataupun seberapa banyak ketaatan dan kebaikan yang diperbuatnya." 15Maka dari itu, orang-orang yang berbuat dosa diancam oleh Allah dengan hukuman berat, baik di dunia maupun di akhirat. "Sebaliknya orang-orang yang berbuat taat dan kebaikan dijanjikan dan diberikan oleh Allah pahala yang besar, baik di dunia juga kelak di akhimt." 16 Warning Allah ini sebenarnya bentuk
13Uhat, Imam Ghazali, Minhqjl/I 'Abidin, TeIj, Abdullah bin Nuh, (Bogor : Yayasan Islamic Center AI-Ghazaly, 2000), Cel.ke-7, h.55
"Ibid "Yahya Jaya, Peranan Tal/bat dan Maai dalam Membina Kesehatall Mental, (Jakarta : Ruhama, 1995), Cet.ke-3, h,30
"Ibid
21
pengaplikasian dari Maha Kasih-Nya. Agar manusia dapat hidup bahagia dan mulia di dunia dan akhirat. Jalan yang baik untuk membebaskan seseorang dari rasa berdosa dan bersalah adalah usaha manusia itu sendiri. Di dalanl agama Islam perintah danjuran bertobat bersumber kepada tirman Allah, Surat At-Tahrim ayat delapan. Begitujuga di dalam agama Kristen bersumber kepada Al-Kitab, Matius. 18: 3 Yang masing-masing telah penulis paparkan di bab sebelumnya.
b. Macam-macam Dosa Menurut pandangan Islam dosa terbagi menjadi dua bahagian, "pertama dosa besar dan kedua dosa keci1.,,17 Adanya dosa besar dan dosa kecil, mengacu kepada adanya firm an Allah yang berbunyi :
Artinya : Jiwa kamu menjauhi dosa-dosa besar diantara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakam1ya, niscaya kami hapus kesalahan-kesalahalunu (dosa-dosa yan~ kecil) dan kami masukan ke tempat yang mulia (syurga). (QS. An-Nisal4: 31) 8 Mengenai definisi dosa besar dan dosa kecil telah ditulis dalam EnsikIopedi Indonesia sebagai berikut : Dosa besar adalah kesalahan besar terhadap Allah, karena melanggar aturan pokok yang diancam dengan siksaan berat di akhirat, ada pula yang diancam 17Ibid, h. 31
18Depag R 1, AI-Qurall dall Teljemalmya, (Surabaya : Mahkota, 1989), h. 122
22
dengan hukuman eli dunia dan di akhirat. Contoh dosa besar : syirik, sumpah palsu, zina, dan durhaka kepada ibu-bapak. Sedangkan dosa keeil adalah kesalahan ringan terhadap Allah berupa pelanggaran ringan mengenai hal-hal yang bukan pokok, yang hanya dianeam dengan siksaan ringan semisal, ueapan yang kurang baik dan meneela orang lain. 19 Sedangkan Muhammad bin Ahmad Sayyid Ahmad mengatakan : Dosa besar adalah setiap dosa yang ketika menyebutnya Allah mengakhirinya dengan kata neraka, kemurkaan, laknat atau adzab. Sedangkan dosa keeil adalah dosa yang tidak sampai pada ukuran dosa besar, atau dosa yang pelakunya tidak dikenai hukuman dunia (hadd) dan aneaman siksaan akhirat (wa'id) atau dosa yang larangannya tidak disertai dengan aneaman neraka, laknat, kemurkaan Allah, siksa neraka atau e1ihilangkannya predikat sebagai orang beriman dati diri pelakunya tersebut. 20 Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat penulis simpulkan bahwadosadosa besar mengandung bahaya dan mudharat yang lebih besar, sedangkan dosa-dosa kecil mengandung bahaya dan mudharat yang lebih keeil. Kendatipun demikian keeilnya dosa itu clapat saja dengan segera menjadi dosa besar. Adapun penyebabnya adalah sebagai berikut : a) Karena ia dilakukan seeara terus-menerus b) Karena memandang kecil perbuatan dosa. Sebab, dosa jtu apabila dipandang kecil, maka ia dipandang besar oleh Allah dan apabila kita pandang besar, maka niscaya dipandang kecil oleh Allah. e) Karena gembira berbuat dosa keeil itu dan tidak merasakan bahwa dosa dapat menjadi sebab keeelakaannya. "Hasan Shdily, Ensiklopedi Indonesia, (Jakarta: PT. Ikhtiar Barn - Van Hoeve, 1997), Jilid
2, h. 858 'OMuhammad bin Almtad Sayyid Ahmad, Dosa-dosa Bahaya dall Pencegahallllya, Terj. Abu Urnar Basyir Al-Medani, (Solo: At-Tibyan, 2001), Cet.ke-l, h. 17-18
23
d) Merasa aman dari tipu daya Allah. 21 Dengan demikian, jadi, pengertian keeil dan besarnya dosa itu sangat relatit: seperti dosa keeil yang dilakukan seeara terus·terusan maka akan berubah statusnya menjadi dosa besar. Adapun mengenai jumlah dosa besar, Abu Thalib AI-Makki berpendapat bahwajumlah dosa besar ada 17 dengan rineian sebagai berikut : Empat terdapat di hati, yaitu : 1. Syirik 2. Senantiasa berbuat maksiat kepada Allah 3. Merasa selamat dari genggaman Allah atau merasa bebas dari balasan Allah. 4. Merasa putus asa dari rahmat Allah Empat di !idah, yaitu : 5. Memberikan saksi palsu 6. Membuat tuduhan zina terhadap perempuan yang beriman. 7. Membuat sumpah palsu 8. Berkata sombong Tiga di perut, yaitu : 9. Minum khamar dan minuman keras juga narkotika, obat dan bahan berbahaya (Narkoba) 10. Memakan harta anak yatim 11. Memakan harta riba Dua di kemaluan, yaitu : 12. Berzina 13. Homoseks Dua di badan khususnya pada tangan, yaitu : 14. Melakukan pembunuhan 15. Melakukan pencurian Satu di kaki, yaitu : 16. Lari dari peperangan Satu lagi letaknya di seIuruh badan yaitu : 17. Tidak menghonnati ibu-bapak. i 2 "Lihat, Yahya Jaya, Op.cil., h. 34 22[bid
24
Adapula sebahagian orang yang berpendapat bahwa "setiap perbuatan dosa yang dilakukan dengan sengaja adalah tennasuk dosa besar. Dan semua perbuatan yang dilarang oleh Allah, adalah tennasuk dosa besar:.zJ
3. Hukum Bertobat Menurut ajaran Islam, kelak di akhirat manusia akan mempertanggungjawabkan segala amal perbuatannya di dnnia. Ini adalah salah satu prinsip pokok ajaran Islam. seperti yang ditegaskan dalam finnan Allah swt : /'
(1////~,.,a ()
/7/'/
,,/Pp
/'
,/''/
/
WI
/()/
/
pfJ
"~
P
P/p/
4;J.J/" ~ ~jJ':lJ " .. ?' ,;..\,~ Js- dl/'~l/i.?) .sjJ~ ~l! "/-::f-""" -:? /' ,./ .. /:,...../ //),9{."" /'"
(1//
vi\) jJL:; -.,:,,,,.....J
( ~~- ~ f: ~ f \.•.Jv>-
Artinya : Maka berpegang teguhlah kamu kepada agama yang telah wahyukan kepada mu, Ses\lngguhnya kamu berada di atas jalan yang Jurus, Dan sesungguhnya Al-Qur'an itu benar-benar adalah suatu kemuliaan yang besar bagi mu dan bagi kaummu dan kelak kamu akan diminta pertanggungan jawab, (AzZukhruf/43: 43_44).24 Penegasan AJ-Qur' an mengenai prinsip kcmandirian l11anusia dalal11 bidang amal dan usaha akan mcnimbulkan rasa tanggung jawab moral yang besar bagi setiap Muslim, Tanggung jawab moral ini akan dapat memacu orang-orang Islam untuk berlomba-Iomba meraih kebaikan dan menjaubi kejahatan, Hanya saja, nafsu jahat terkadang lebih kuat pengaruhnya dari pada rub suci. Dalam keadaandemikian
23 A1-Ghazali,
Op,cit" h, 68
"Depag R L Op.cit" h, 79Y-800
25
seorang Muslim terseret ke dalam dosa-dosa dan kemaksiatan. 25 Disinilah muneul konflik antara, katakanlah masa putih dan hitam. Atau dengan kalimat lain, disatu pihak hati nurani atau super ego manusia menolak untuk berbuat yang tidak sesuai dengan kata hatinya, namun dilain pihak desakkan dari ego manusia mendorongnya berbuat apa saja yang disukainya, meskipun hal tersebut bertentangan dengan hati nuraninya. Dalam hal ini ego manusia berorientasikan pleasure principle, yaitu menitik beratkan pada unsur kesenangan belaka tanpa mengindahkan nonna-norma yang beriaku (normative principle) meskipun agama melarangnya. Menjaga kebersihan jiwa sarna juga dengan rnetUaga kebersihan badan. Seperti, kerneja yang telah basah oleh keringat dan telah hitarn oleh debu ditanggalkan dan mandi dengan sabun, kemudian mengganti kemeja tam dengan yang bersih. Begitulah eara untuk membersihkan badan agar selalu bersih dan segar. Maka terhadapjiwa pun demikian pula. Sebanyak usia yang dilewati dalarn hidup rnaka daki-daki (dosa-dosa), akan berpengamh kepada jiwa, oleh sebab itu, jiwa selalu hams diberihkan?6Seperti firman Allah:
/0:,"'"
.", .//Pt> 9 ) .......
J
9
./
('I' '<'1': 'I'\:;~1)..r~\~'~.J~\.,S\~.~.1\31 .... / ".." .,./
'-
/"
~
Artinya : '" Sesungguhnya Allah suka kepada orang yang bertobat dan suka kepada orang yang rnernbersihkan badannya. (QS. AI-Baqarahl2:222i 7
2lLihat. Burhan Djamaluddin, Op.cif., h. 120 ''iihat, Hamka, Pelajaral1 Agallla Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), Cct.ke-12, h.390
'7/bid
26
Dari ayat di atas tersirat Allah mensejajarkan jiwa dan badan agar keduanya selalu di jaga. Sebab, bila untuk membersihkan badan yang kotorannya dapat dilihat dijadikan kebutuban manusia, apalagi jiwa yang kotorannya tidak kelihatan ! Tidak berlebihan kiranya bila menjadi wajib hukumnya. Hanya saja istilah yang diginakan berbeda. Kalau untuk badan dinarnakan kebutuhan, kalau untuk jiwa dikatakan kewajiban. MenurutImam Ghazali bahwa kewajiban bertobat itu sangatjelas berdasarkan nash AI-Qur'an dan Hadits Nabi. Semua ularna pun telah sepakat, baik ulama Zhahiriyah, Bathiniyah, fiqih maupun pemerhati perilaku telah menyepakati hal inL Sampai-sampai Sahl bin Abdullah berkata : "siapa yang mengatakan bahwa tobat bukan wajib, maka dia adalah orang kafir, dan siapa yang setuju dengan pendapat ini juga orang kafir. Tidak ada suatu yang lebih wajib bagi manusia selain dari tobat, tidak ada hukuman yang lebih keras dari pada hukuman karena tidak ingin mengetahui masalah tobat. ,,28 Rasulullah sendiri mengajarkan kita agar selalu bertobat. Bahkan beliau sendiri memohonkan ampunan, tidak kurang dari 70 kali sehari semalam. Dengan senantiasa tobat dan istighfar kepada Allah, artinya kita selalu melengkapkan diri, tidak mau terlepas dari penjagaan Tuhan. Bahkan memohonkan agar Tuhan menjadi pelindung, seperti firman-Nya :
28Yusuf A1-Qurdhawy, Tal/bat, Terj. Kathur Suhardi, (Jakarta: Pustaka A1-Kautsar, 1998), Cet.ke-l, h. 5
27
p9w
,;
';""';
'99
Pj"7//"/} _ .... (oj /0 1"
/
(~OV :~\~I) .... (/'.f.I\JL":'>l..llal\Lr'~?-:L,:..\0'~\JJ.i!l\ .... ../ .. / ;.'/
,/
,/
Artinya :. Allah-Iah pelindung orang yang beriaman, yang mengeluarkan mereka dari gelap gulita kepada cahaya.....(QS. Al-Baqarah/2: 257)29 Selanjutnya, apabila melihat kemudharatan yang dihasilkan oleh orang yang tidak bertobat dapat mempengaruhi bukan hanya kepada pelakunya sendiri, bahkan lebih luas lagi bagi masyarakat umum, maka wajib untuk bertobat, sebab untuk menghilangkan kemudharatan itu harus dihilangkan seperti diungkap dalam kaidah ilmu fiqih sebagai berikut : P /$1
///~/
. JI?(/'~\ "Kemudharatan itu harus dihilangkan." kaidah fiqih di atas bersandarkan Hadits Nabi" 30: /'"
//",/
'"
(V"~0:\JP"",:,l.0:\J .u--Io\J(/') (/'~Y.J(/'~y
"Tidak boleh membuat kemudharatan pada diri sendiri dan membuat kemudharatan pada orang lain." (HR. Ahmad dan Ibnu Majah dari Ibnu Abbasi l Dari ungkapan kaidah fiqh, AI-Qur'an serta Hadits Nabi di atas mengisyaratkan bahwa Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan, maka dari itu kerusakan harus dihilangkan. Sedangkan untuk menghilangkan kerusakan yaitu dengan bertobat, sebab tobat adalah media untuk menghilangkan
"Hamka, op.cit., h. 391 30 Abdul
Mudjib, Kaidah-kaidah J1mll Fiqh, (Jakarta: Kalam Mulia, 2001), Cet.ke-4, h. 34
3lIbid, h. 35
28
dosa-dosa, sedangkan dosa-dosa itu sendiri adalah sumber dari kernsakan atau kemudharatan. Kemudian apabila melihat kata tobat dalam surat An-Nur ayat 31 : /pp "f
en :H.~>l\)~_. ,..
pp
""r"Pp,t>/,/-{>"",..., / l1'OJ""
f-=.Q~.)l\"::\k.(i\U\~;J· ..... .... ",
~,..
"..
Artinya : " ... Dan bertobat kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (QS. An-Nur/24:31i 2 Pada kalimat lubu di dalam ayat tersebut di atas mengandung pengertian wajib, karena kalimat tersebut mernpakanjl'if amr yang artinya perintah sebagaimana juga tertera dalam kaidah fiqih sebagai berikut :
"Pada dasamya perintah itu (menunjukkan) wajib:.J3 Dengan demikian bertobat hukumnya wajib bagi setiap Mukmin, agar manusia dapat kembali ke jalan Allah dari perbuatan tidak baik serta dosa dan maksiat yang memberikan kemudharatan.
4. Syarat-syarat Bertobat Tobat barn dianggap sah dan dapat menghapus dosa apabila telah mencukupi syarat-syarat yang ditentukan. Oleh karena itu imam Qusyairi menerangkan bahwa
32Depag R I, Op.cil., h. 548 J3 A. Djazuli dan I. Nurol Aen, Ushlll Fiqh Melodologi HlIkllm Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), Cet.ke-I, h. 380
29
ahli tauhid dari golongan ahlussunah wal jamaah mengatakan, bahwa syarat tobat ada tiga: a. menyesal terhadap perbuatan maksiat yang telah dilakukannya. Menyesal merupakan syarat utama bagi munculnya keinginan untuk bertobat. b. Meninggalkan perbuatan maksiat (dosa). Sebab mustahil seseorang bertobat bila perbuatan dosa tetap dilakukan. c. Tekad untuk tidak mengulangi perbuatan itll. Tekad merupakan sebuah janji orang yang tobat kepada Allah dengan mengisi kehidupan sehari-harinya dengan perbuatan baik. 34 Mengenai syarat-syarat tobat di atas senada dengan syarat-syarat tobat menurut AI-Ghazali, hanya saja ditambah dengan meninggalkan dosa harus karena mengagungkan Allah. Seperti pemaparannya berikut ini : a. Menyesal atas perbuatan dosa yang pemah dilakukan. b. Mensucikan diril mencabut perbuatan maksiat yang sudah dilakukan. Tidak ada artinya ia bertobat, padahal ia terus melakukn dosa yang sama. c. Bertekad bulat tidak akan mengulangi lagi akan perbuatan maksiat, selagi hayat masih dikandung badan. 35 d. Harus meninggalkan dosa karena mengagungkan Allah. Bukan takut karena selain Allah. Juga karena takut akan murka Allah. 36 34Jamilah a1-Masbriy, Meraih Ampullall 1Iahi, TeIj. Fauzi Faisal Bahreisy, (Jakarta: Searmbi Dmu Semesta, 2000), h. 20 35r.ihat, Imam A1-Ghazali, Tobat Nasuha Pellebus Dosa, Op.cit., h. 18
30
Keempat syarat ini yang selalu mengiringi setiap tobat dari perbuatan dosa yang berhubungan antara manusia dengan Tuhannya saja. Akan tetapi jika perbuatan dosa itu berhubungan dengan manusia, atau dengan istilah Komaruddin Hidayat adalah dosa sosiaI. 37Maka syarat-syarat tersebut ditambah lagi dengan syarat yang kelima yaitu melakukan penyesalan orang yang bersangkutan . Menyesali dosa yang telah diperbuat adalah syarat mutlak bagi realisasi tobat, sebab orang yang tidak menyesali perbiatan dosanya berarti senang terhadapnya dan terhadap kesinambungannya. Mengenai pelaksanaan tobat dapat dilakukan kapan saja, namun yang terbaik adalah secepatnya, sebab manusia tidak pemah tahu kapan !\ial akan tiba. Sedangkan yang mula-mula harus dilakukan dalam bertobat adalah dengan meninggalkan perbuatan dosa yang biasa kita lakukan secara total kemudian bertekad dalam hati untuk tidak mengulangi lagi dan menyesali terhadap perbuatan dosa yang telah dilakukan. "Sangat baik sekali pada saat seseorang ingin bertobat, ia mulai dengan berwudhu secara sempuma kemudian mengerjakan shalat dua rakaat.,,38 Mengenai pelaksanaan tobat, Ibnu Qudamah dalam bukunya Minhajul Qashidin mengatakan : "Tobat wajib dilakukan secara terus menerus. Sebab manusia tidak terbebas dari kedurhakaan. Kalaupun ia terbebas dari kedurhakaan fisik, belum tentu ia '"Lihat, Imam Al-Ghaza!i, Millhajlll 'Abidill, Op.cit., h. 57 "Lihat, Komaruddin Hidayat, Op.cit., h. 44 "Syaikh Jasim Muhammad bin Muhalil Yasin., Jihad dOli Tobat, Terj. Ma'ruf Abdul Jalil dan Syahriel. A., (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997), Cet.ke-l, h. 34
31
terbebas dari hasrat dosa dengan hatinya. Kalaupun ia terbebas dari dosa ini, belum tentu ia terbebas dari bisikan syetan yang menyusupkan perasaan untuk tidak mengingat Allah. Kalaupun dia terbebas dari hal ini, belum tentu ia terbebas dari kelalaian dan keterbatasan mengethui Allah, sifat-sifat dan perbuatanperbuatan-Nya, yang semua itu cermin kekurangan. Tentu saja setiap manusia tidak terlepas dari kekurangan semacam ini. Hanya saja setiap manusia berbedabeda peringkatnya".39 Pelaksanaan tobat dilakukan langsung setelah seseorang sadar bahwa dirinya telah melakukan perbuatan dosa. Jadi melakukan tobat tidak dapat ditunda-tunda waktunya, karena kita sama-sama mengetahui bahwa kemaksiatan merusak pusat keimanan. Maka membiarkan sesuatu yang merusak pusat keimanan terlalu lama sama artinya dengan menghancurkan hidupnya sendiri. Sehingga "seseorang yang tidak dapat meninggalkan kemaksiatan, maka berada dalam kehancuran, karena telah kehilangan satu bagian yang sangat penting dari keimanannya. ,,40
5. Manfaat Bertobat
Pada hakikatnya tobat merupakan usaha manusia untuk membebaskan dirinya yang telah terpenjara akibat pengaruh dosa dan usaha manusia untuk menata kembali kehidupannya yang telah rusak kepada yang lebih baik. Bila dikaji dari aspek psikologis, tobat merupakan suatu kombinasi dari fungsi-fungsi kejiwaan yang terdiri atas kesalahan, yaitu pengetahuan mengenai pengaruh negatif dari perbuatan dosa, diiringi dengan penyesalan sepenuh hati untuk
39
l bnu Qudamah, op.cit.• h. 320
40 Ashad
1, h. 149
Kusuma Djaya, Kembali Kepada Ttlhall. (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1999), Cet.ke-
32
memohon ampun kepada Allah, disertai motivasi yang kuat unuk meninggalkan perbuatan dosa dengan segera, dan menebus dosa dengan mengisi kehidupannya dengan amalan saleh, serta keinginan untuk memperbaiki diri dan menata kembali kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Apabila unsur·unsur tobat di atas dapat teIjalin dalam satu kesatuan kepribadian orang yang bertobat, maka dapat dibayangkan betapa besar manfaat tobat bagi manusia. Selanjutnya "ketika seorang hamba bertobat, memohon ampunan dan mensucikan jiwa, maka cinta Ilahiyah itu melimpahi seluruh jiwa hambanya, dan kelak sosok seorang hamba mengalami reproduksi spiritual yang luar biasa. ,,41 Pertama sekali manfaat yang dapat diperoleh dari bertobat adalah pengapusan dosa, sehingga menjadi seperti orang yang tidak berdosa 42"Juga kepada mereka dijanjikan surga.'.43 Selain itu menurnt Afif Abdul Fattah Thabbarah manfaat tobat di bagi menjadi beberapa bahagian, di antanya :
1. Memberi harapan barn bagi jiwa yang telah mengalami kehancuran akibat perbuatan dosa untuk dapat dibersihkannya kembali. Harapan ini akan membuat
41Lukman Hakim, Makalah disampaikan pada seminar Nasional : Psikotrapi Melalui Zikir dall Fikir, Jakarta, 5 Januari, h. 5
4'Lihat, A1-Ghazati, Op.cil., h. 170 4'Burhan Djamaluddin, Op.cit., h. 126
33
jiwanya tenang dan memandang kehidupan dengan gairah baru yang dipenuhi dengan keoptimisan, serta tidak pernah gentar mengahdapi tantangan. 2. dengan melakukan tobat, seseorang akan menghargai dirinya. Perasaan hormat ini akan tumbuh dari dirinya sendiri. Atau dengan kata lain, tobat akan membuat seseorang akan lebih mempercayai dirinya sendiri. Kenyataan seperti ini merupakan modal pertama bagi pembentukan suatu kepribadian yang lebih utama. 3. Tobat akan menjadikan jiwa pelaku dosa akan menajdi stabil dan tentralll. Sebelum itu, jiwanya penuh dengan pertarungan sengit akibat perbuatan dosa yang pernah dilakukannya. Seseorang yang telah stabil jiwanya akan sulit tergoyahkan di dalalll lllenghadapi segala bentuk tantangan. Bahkan sellluanya itu akan dihadapi dengan penuh keberanian secara realistis. 4. Tobat juga dapat lllelllbebaskan seseorang dari tekanan perasaan berdosa dan lllerasa takut. Sebab, seseorang yeng telah lllelakukan dosa, lllaka akan lllerasakan dirinya celaka dan terganggu oleh tegangan-tegangan dari dalalll jiwanya sendiri. Hal ini terjadi lantaran lllerasa takut yang luar biasa terhadap lllalapetaka yang akan lllenilllpanya akibat perbuatan dosa. 44 Dengan melihat beberapa manfaat dari tobat, lllaka jelaslah bahwa tobat dapat mendorong seseorang untuk kembali lllelllperbaiki dirinya.
44Afifi Abdul Fatlah Thabbarah, Dosa-dosa Mellunli AI-Qur'all, TeIj. Bahrun Abu Bakar, (Bandung : Gema Risalah Press, 1993), Cet.ke-9, h. 46
34
Walaupun Allah memberi peluang terhadap orang-orang yang berdosa untuk bertobat, namun ada hal-hal yang perIu dikelahui yakni mengenai tobat mana yang diterima, alau sebaliknya. Adapun tanda-tanda/ciri-ciri diterimanya tobat seseorang yaitu sebagai berikut : a. Orang yang bertobat itu melihat dirinya benar-benar terpelihara dari perbuatan maksiat. b. Orang tersebut melihat dan merasakan telah hilang rasa cemas dari hatinya, malah dirasakannya bahwa Tuhan memperhatikannya. c. Bahwa dirinya lebih suka mendekati orang-orang yang baik dan menjahui orang-orang yang fasik. d. Ia mampu merasakan bahwa harta yang sedikit terasa banyak (qana'ah) sedangkan amal akhirat yang banyak dirasakan sedikit. e. Ia merasa, hatinya lebih berkonsentrasi pada hal-hal yang diwajibkan alau difardhukan Allah kepadanya. f. Ia lebih berhati-hati dalam berbicara (menjaga pembicaraan) dan selalu berfikir dalam hal-hal positif. g. Senantiasa .menyesali segala perbuatan dosa dan maksiat yang pemah 4 dilakukan. ' Oleh karena itu, ketika orang sudah bertobat paling tidak dalam mengisi hariharinya selalu dengan hal-hal yang positif. baik itu bentuk mengadakan perkumpulan zikir, MajIis Ta'Iim atau sejenisnya, seperti yang dilakukan oleh H. M. Ramadhan Effendi (Anton Medan) dengan "menampung para bekas narapidana dalam satu wadall yang diberi nama Majlis Ta'lim At-Ta'ibin. Tugas Majlis Ta'lim ini adalall untuk membina mantan narapidana agar kembali kepada fitrahnya, dalam menganut agama Islam dengan baik. ,,46
4lRifat Syauqi Nawawi, Taubal Diti/yau dari Sisi Kaidah Fiqih, (Jakarta : P3M IAIN Jakarta, 1991), Mimbar Agama dan Budaya, No. 17, Th.VlII, h. 64
46M. Ali Hasan, Orang-orang ymlg Ulllung dml Rugi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997), Cet.ke-l, h. 27
35
Dengan demikian, maka yang tidak atau belum diterima ialah tobat yang pelakunya belum mampu menampakkan tanda-tanda atau ciri-ciri yang telah dipaparkan. Namun yang dapat mengetahui secara pasti hanyalah Allah sendiri, apakah tobat seseorang itu diIakukan dengan tulus ikhlas atau dengan pura-pura.
B. Kesehatan Mental 1. Pengertian Kesehatan Mental IImu kesehatan mental (mental hygiene) merupakan salah satu cabang termuda dari iImu jiwa yang tumbuh "pada akhir abad ke-I9 M dan sudah ada di Jerman sejak tahun 1875 M.',47. Baru pada abad ke-20, Hmu ini berkembang dengan pesatnya sejalan dengan kemajuan iltnu modern. Kesehatan mental dipandang sebagai i1mu praktis yang banyak dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam bentuk bimbingan dan penyuluhan yang dilaksanakan di rurnah tangga, 48
sekolah, kantor dan lembaga-Jembaga maupun dalam kehidupan masyarakat
•
namun
demikian sebenarnya sejak Nabi Adam as. Telah terJebih dahulu berbicara tentang penyakit jiwa dan kesehatan mental yang terkandung dalam ajaran agama yang diwahyukan Allah swt.
47A.
F. Jaelani, PenYllcian Jiwa (Tazkiyat Al-Najs) & Kesehatan Mental, (Jakarta; Amzah, 2000), Cet.ke-l, h. 75
·'Ibid, h. 76.
36
Kata "sehat: berasal dati bahasa Arab yang sudah dijadikan bahasa Indonesia yang berarti, tidak sakit, sembuh, benar, selamat, betul, selamat dan aib,',49 Adapun arti "kesehatan" menurut Kitab Undang·undang RI 1992, dikatakan bahwa "kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. ,,50 Sedangkan kata "mental" itu sendiri sudah tidak asing lagi di kalangan masyarakat dewasa ini. Dalam bahasa Inggris mental artinya "jiwa, roham dan batin."SIMenurut Hamzah Ya'kub, "kata mental dalam bahasa Indonesia sering disinonimkan dengan hati, kalbu, rohani, jiwa dan pikiran. Yang menunjukkan unsure pribadi yang paling dalam. ,,52 Kata mental mempunyai pengertian yang sarna dengan jiwa, nyawa ataupun mh. "Jadi kesehatan mental merupakan ilmu kesehatanjiwa yang mempermasalahkan
kehidupan roham yang sehat, dengan memandang ptibadi manusia sebagai satu totalitas psiko fisik yang kompleks. ,,53
49Mahmud Yunus, KamlisArab·Indonesia, (Jakarta: Hidakarya, 1990), Cet.ke.8, h. 212
'OK. Wantjik Saleh (ed), Kitab Undffllg Undang RI 1992, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1993), Cet.ke-I, h. 742 "John M. Echols, Hassan Shadily, Kamlls Inggris Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia, 1992), Cet.ke-20, h. 378 "Hamzah Ya'kub, Tingkat Ketenangan dan Kebahagiaan Mukmin (Tasawu! dan Taqamb), (Jakarta: Pustaka Atista, 1992), cet.ke-4, h. III "Kartini Kartono, Hygiene mental dan Kesehatan mental dalam Islam, (Bandung ; Mandar Maju, 1989), Cet.ke-6, h. 3-4
37
Dapat disimpulkan bahwa kesehatan mental menurut bahasa dapat diartikan batin, pikiran dan perasaan yang sehat, tidak sakit, sertajiwa yang selamat dari aib. Sedangkan mengenai definisi kesehatan mental itu sendiri adalah merupakan pengetahuan
dan
perbuatan
yang
bertujuan
untuk
mengembangkan
dan
memanfaatkan segala potensi, bakat dan pembawaan yang ada semaksimal mungkin, sehingga membawa kepada kebahagiaan diri dan orang lain, serta terhindamya dari gejala-gejala gangguan jiwa (neul'ose) dan dari gejala-gejala penyakit jiwa (psychose/
4
Secara luas Zakiah Daradjat, memberi batasan tentang, kesehatan mental yaitu, terhindarnya seseorang dari gangguan dan penyakit kejiwaan, dan sanggup menghadapi masalah-masalah dan kegoncangan biasa, dilanjutkan dengan adanya keserasian antara fungsi-fungsi kejiwaan (tidak ada konflik) serta mampu menyesuaikan diri dan merasa dirinya berharga, serta dapat menggunakan potensi yang ada padanya seoptimal mungkin, Dengan berlandaskan keimanan dan ketaqwaan serta bertujuan untuk mencapai hidup yang bermakna dan bahagia di dunia dan di akhirat. 55 Lain halnya dengan Marie lahoda, ia terkesan memberikan batasan yang agak luas terhadap kesehatan mental, meskipun sebenarnya masih tergolong sempit pengertiannya itu. Ia mengatakan bahwa kesehatan mental tidak hanya terbatas pada '''Lihat, Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, (Jakarta: PT. Toko Gunung Agung, 1995), Cet.ke.21, h. 12 "Lihat, Djalaluddin, Pengantar llmu Jiwa Agama, (Jakarta: Kalam Mulia, 1998), Cet.ke-4, h.
76
38
absennya seseorang dari gangguan kejiwaan dan penyakitnya, akan tetapi, orang yang sehat mentalnya memiliki karakter utama sebagai berikut : a. Sikap kepribadian yang baik terhadap diri sendiri dalam arti dapat mengenal diri sendiri dengan baik. b. Perturnbuhan, perkembangan, dan perwujudan diri yang baik. c. Integrasi diri yang meliputi keseimbangan mental, kesatuan pandangan, dan tahan terhadap tekanan yang terjadi. d. Otonomi diri yang mencakup unsur-unsur pengatur kelakuan dari dalam atau kelakuan-kelakuan bebas. e. Persepsi mengenai realitas, bebas dari penyimpangan kebutuhan, serta memiliki empati dan kepekaan sosial. f.
Kemampuan untuk menguasai lingkungan dan berintegrasi dengannya secara baik56 Selanjutnya menurut Schultz demikian pula lagi-Iagi ketika memberikan
pengertian tentang kesehatan mental tidak mengikut-sertakan agama. Menurutnya, bahwa beberapa ahli teori psikologi kesehatan berpandangan, bahwa orang tidak dapat menjadi sehat secara psikologis tanpa sungguh-sungguh melibatkan dari suatu bentuk pekerjaan. Dan ada titik-titik kesamaan pendapat dari beberapa ahli psikologi kesehatan yang dibicarakan dalam model-model kepribadian sehat yaitu bahwa orang-orang yang sehat secara psikologis mengontrol kehidupan mereka secara sadar.
'6
A. F. Jaelani, Op.cit., h. 75
39
Orang-orang yang sehat mampu secara sadar mengatur tingkah laku mereka dan bertanggung jawab terhadap nasib mereka sendiri. Selanjutnya menyatakan bahwa orang-orang yang sehat seeara psikologis mengetahui diri mereka dan menyadari kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan, kebaikan-kebaikan dan keburukankeburukan mereka, dan umumnya mereka seeara sabar menerima terhadap hal-hal tersebut. 57 Kemudian menjadi jelas adanya perbedaan antara ketiga tokoh di atas dalam hal tidak atau terlibatnya agama di dalam kajian kesehatan mental. Sedangkan persamaan di antara ketiganya adalah sama-sama beranggapan bahwa masalah kesehatan mental diposisikan pada masalah yang muneul dari dalam diri manusia, yang dihubungan dengan alam sekitamya dalam bentuk prilaku yang sesuai dengan populasinya disertai kesadaran akan kekurangan dan kelebihan dalam diri, sehingga membawa kepada kebahagiaan diri dan orang lain, dan yang terakhir terhidar dari gangguan-gangguan dan penyakitjiwa.
2. Tanda-tanda Mental Sehat Dalam konteks kesehatan mental, batasan antara sehat atau tidaknya mental seseorang adalah relatif. Sebagaimana tidak terdapatnya batasan yang tegas antara wajar dan menyimpang, maka tidak ada pula batasan yang tegas aritara kesehatan mental dan gangguan kejiwaan. Menurut Elquussiy, "kesehatan mental sarna saja
57Uhat, Duene Schultz, l'sikologi l'ertumbuhall. Model-model Kept/badiall Sehal, Terj. Yustinus, (Yogyakarta: Kanisius. 1991), h.197- 198
40
dengan kesehatan jasmani, dimana keserasiall yang sempurna alltam bermacammacam fungsi jasmani hampir tidak ada. Hanya derajat kesemsian itulah yang menunjukkall keadaan sehat atau sakit. Demikian juga dengan fungsi-fungsi kejiwaan, hampir tidak ada yang betul-betul serasi. Hanya demjat keserasian yang dapat membedakan antara sehat dan tidaknya seseorang.',58 Kendatipun demikian, Word Health Organization (WHO) pada tahun 1984 telah menyempurnakan batasan sehat dengan menambahkan satu elemen spiritual (agama) sehingga sekarang ini yang dimaksud dengan sehat adalah tidak hanya sehat dalam arti fisik, psikologis dan sosial, akall tetapi juga sehat dalam arti spiritual, (empat dimensi sehat itu antara lain: bio-psiko-sosio-spirituali 9 Dengan ditambahnya aspek agama, maka semakin luaslah pengertian kesehatan mental, karena sudah mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Karena agama merupakan salah satu kebutuhan psikis manusia yang perlu dipenuhi oleh setiap orang yang merindukan ketentraman dan kebahagiaan. Sebelumnya tanda-tanda jiwa atau mental yang sehat WHO (1959) adalah sebagai berikut : a. Dapat menyesuaikan diri secara konstruktif pacta kenyataan, meskipun kenyataan itu buruk baginya. b. Memperoleh kepuasan dari hasil jerih payah usahanya atau perjuangan hidupnya. c. Merasa lebih puas memberi dari pada menerima. "Abdul Aziz EI-Quussy, Polrok-polrok Kesehalill' JiwaIMenlal, Tery. Zakiab Daradjat, (Jakarta: Bulan Bintang, 1986), Cet.ke-2, b.14 "Lihal, Dadang Hawari, Al-QlIr 'an IImll Kedokteran Jiwa dan Kesehalan MenIal, (Yogyakarta : PT : Dana Bhakti Prisma, 1997), Cet.ke-3, h. 12
41
d. Secara relatif bebas dari rasa tegang dan cemas. untuk dipakainya sebagai pelajaran untuk e. Berhubungan dengan orang lain secara tolong-menolong dan saling memuaskan. f. Menerima kekecewaan dikemudian harL g. Meluruskan rasa permusuhan kepada penyesalan yang kreatif dan konstruktif h. Mempunyai rasa kasih sayang yang besar. 60 Dengan masuknya aspek agama, maka dengan demikian bertambah pula kriteria mental sehat satu elemen lagi yakni:
memiliki kepribadian jiwa
keberagamaan yang baik. Selanjutnya Abraham Maslow menambahkan bahwa, kesehatan mental akan dapat teljadi bila adanya keseimbangan (equilibrium) antara kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohaninya. Lebih lanjut Maslow mengemkakan bahwa kriteria mental yang sehat adalah : a. Mempunyai harga diri yang wajar, yaitu seseorang yang mempunyai harga diri yang wajar akan mempunyai keinginan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Sedangkan orang yang kurang mempunyai harga diri yang wajar (terlalu rendah/tinggi diri) akan sering merasa tidak puas, sering kecewa terhadap kenyataan yang dihadapi, juga suka melemparkan kritik yang sifatnya mencela atas kecewaannya. b. Mempunyai rasa aman, yaitu perasaan aman pada diri seseorang sangat penting dan mempunyai kaitan yang cukup luas yang banyak ditentukan oleh pengalaman hidupnya, baik berupa kebahagiaan ataupun tantangan penderitaan. c. Mempunyai spontanitas yang baik, yaitu mudah dan leluasa menampilkan emosinya secara rasional dan spontan, tanpa dibuat-buat. d. Mempunyai pandangan realistik, cakrawala luas dan sikap wajar. Yaitu oaring yang berpandangan relistik tidak akan berkhayal secara berlebihan dan tidak wajar. la menghadapi kenyataan sebagaimana mestinya dengan penuh keberanian dan keyakinan diri dari sikap berpura-pura atau menutupi wajahnya dengan topeng. 6fJ w. F. Maramis. Calalan 11m" Kedokteran Jiwa. (Surabaya : Airlangga University Press, 1998), Cet.ke-7, h. 98
42
e. Sanggup melihat dirinya seeara terbuka, yaitu melihat diri sendiri seeara eermat, lalu mengetahui baik kelebihan ataupun kekurangan yang dipunyainya, mengenal siapa dirinya yang sebenarnya tanpa berusaha menutup-nutupi dengan maksud agar orang lain hanya meliahat kelebihannya saja. f. Memiliki pribadi yang konsisten dan terintegrasi, yaitu orang yang dinilai eukup sehat mentalnya memiliki pribadi yang konsisten, tidak eepat terombang-ambing oleh berbagai masalah, sikapnya tegas dan memenuhi segala yang dibebankan kepadanya dengan baik Begitu juga dengan Atkinson, berpendapat bahwa ada beberapa indikator normalitas kejiwaan seseorang yaitu : a. Persepsi realitas yang efisien. Individu dalam hal ini eukup realistis dalam menilai kemampuannya dan dalam meninterpretasikan terhadap dinia sekitarnya dan tidak selalu berfikir negatif. b. Mengenali diri sendiri. Individu dalam hal ini dapat menyesuaikan diri dengan mempunyai motif dari perasaanya sendiri. e. Kemampuan untuk mengendalikan prilaku seeara sadar. Individu yang normal memiliki kepereayaan yang kuat, akan kemampuannya sehingga mampu mengendalikannya. d. Harga diri dan penerimaan, yaitu penyesuaian diri seseorang sangat ditentukan oleh pelinaian terhadap harga diri dan merasa diterima oleh lingkungan sekitarnya. e. Kemampuan untuk membentuk ikatan einta kasih. Individu yang normal dapat membentuk jalinan kasih yang erat serta mampu memuaskan orang lain, ia akan peka terhadap orang lain serta tidak menuntut yang berlebihan kepada orang lain. f. Produktivitas. Individu yang baik adalah individu yang menyadari kemampuannya dan dapat diarahkan pada aktivitas produktif. 61 Adapun menurut Rusmin Tumanggor em-em mental yang sehat adalah sebagai berikut : a. Penyesuaian diri (Adsjustment), yaitu seseorang haws mampu menyesuaikan diri terhadap dirinya sendiri, sosial budaya, dan agama yang dianutnya. (QS.AI-Ashr/I03: 1-3)
6'Rita L. Atkinson, dkk., Pengantar Psikologi, TeIj. Widjaja Kusuma, (Batam : Iteraksara, tth) jilid II, hA04-406
43
b. Kepribadian utuh!kokoh (Integrated), yaitu semua aspek jiwa (perasaan, pikiran, pemahaman, pengenalan, dasar!isi agama, penampilan dan sikap), itu semuanya dapat berkerjasama setiap akan melahirkan tingkah laku (dalam mewujudkan prilaku keluar ).(QS.Al-Israa/17:82). c. Growth and development in causality (bertumbuh dan berkembang dalam hukum sebab-akibat), selalu bertumbuh dan berkembang hidupnya baik fisik maupun mental, yang dilandasi oleh pengalaman ataU kejadian yang berwujud sebab akibat.(QS.Yunus/l0:44). d. Free ofthe senses ofFrustration, conflict, anxiety, and depression (bebas dari rasa gagal, pertentangan batin, kecemasan dan tekanan), yaitu bebas dari ketidakmampuan dalam mengatasi situasi pertentangan batin atau sumber yang mencemaskan dengan tetap melahirkan pikiran yang baik (QS.YunusIlO:57). e. Nilai (Normatif), setiap pemunculan sikap dan tingkah laku tidak ada yang lepas darijaringan nilai adat, agama, budaya,dII.(QS.An-Nisa/4:59). f Bertanggung jawab(Responsibility), selalu menunjukkan tanggung jawab atas segala pilihan yang dilakukan, apapun akibatnya. (QS.AzZukhruf/43:43-44). g. Maturity (kematangan), memiliki kematangan dalam melakukan sesuatu sikap dan tingkah laku, atau mampu memberikan pertimbangan secara penuh terhadap prilaku yang akan dimunculkan. (QS.Al-Israa/17: 11). h. Dtonam (berdiri sendiri), maksudnya adalah selalu bersifat mandiri atas segala tugas-tugas yang menjadi bebannya, tidak memikulkan bebannya kepada orang lain, kecuali terpaksa.(QS.An-Nijm/53:38-39). I. Well Decision making (pengambil keputusan yang baik), yaitu selalu baik dalam mengambil keputusan, paling sedikit menggambarkan tiga ciri: pertama, demokratis (musyawarah), kedua, sesuai menurut kebutuhan (human basic needs), dan ketiga, memenuhi kebutuhan yang paling mendesak (physical quality aflife index).62(QS.Al-Baqarah/2:257) Dengan demikian, penulis berkesimpulan bahwa tanda-tanda mental sehat diantaranya : a. Setiap prilaku yang muncul tidak bebas dari nilai b. Bebas dari tegang dan cemas c. Memiliki filterisasi dalam diri
62Rusmin Tumanggor, 1111/11 Jiwa Agall/a, (Depok : Ulinnuha, 2002), Cet.ke-l, h.76-84
44
d. Dalam setiap tindakan penuh pertimbangan e. Mengimani keberadaan Tuhan Alam Semesta f. Mempunyai rasa aman g. Memperoleh kepuasan h. Dapat berdiri sendiri
i. Sanggup melihat diri secara terbuka j. Memiliki sifat sosial yang baik
k. Bertanggung jawab I. Memiliki rasa kasih sayang m. Memiliki kepribadian yang konsisten Menurut penulis sesehat apapun mental seseorang, masih belum sempurua apabila tidak meiliki jiwa keberagamaan yang baik dan proporsional. Dalam arti dapat mengaplikasikan ajaran agamanya dengan keimanan yang mantap serta selalu memperbaiki
secara gradual hablumminannas-nya sebagai representasi dari
hablumminallah, bukan malah sebaliknya meperbaiki hablumminallah dengan tanpa membenahi hablumminannas, bahkan menjadi benalu dalam populasinya. Sebab penulis berpandangan dengan ber-hablumminannas secara egoistis tidak dapat mengena esensi dari hablumminallah itu sendiri, dan inilah yang menjadi ciri utama dari mental sehat. Dan apabila itu dapat dilakukan dengan benar akan terciptalah kesehatan mental yang sempurna atau dapat dikatakan insan kamil.
45
3. Faktor-faktor yang Mempengarnhi Kesehatan Mental Tidak seorangpun y2ng tidak menginginkan ketenangan dan kebahagiaan dalam hidupnya, namun tidak semua orang mampu mencapai keinginan tersebut karena adanya rintangan yang membuat seseorang mengalami kegeJisahan, kecemasan dan ketidakpuasan. Ketenangan hidup bisa dicapai bila seseorang dapat memecahkan keruwetan jiwanya, hal itu dapat dilakukan bila ia berusaha untuk membersihkan jiwanya agar tidak terjadi konflik batin maupun rasa takut. Adapun kekaxcauan mental dapat disebabkan oleh kurangnya kesadaran dalam menghadapi konflik-konflik danh emosi, tidak berani menghadapi kesuJitan hidup dan sebaJiknya orang yang sehat mentalnya akan merasakan suasana batin yang aman, tentram dan sejahtera. Gangguan mental (mental Disorder) adalah suatu bentuk ketidak mampuan menyesuaikan diri yang serius sifatnya terhadap tuntuan dan kondisi Jingkungan yang mengakibatkan ketidak mampuan tertentu. Para aWi psikologi berkata bahwa ada sejumlah kebutuhan yang apabila kebutuhan-kebutuhan ini tidak dapat dipenuhi oleh seseorang, maka orang tersebut akan terganggu kesehatan mentalnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut menurut Maslow seperti, "kebutuhan kepada ketentraman, kebutuhan kepada penghargaan diri, kebutuhan kepada perwujudan diri. ,,63
.'Hasan Langgulung, Teori-teori Kesehatan Mental, (Jakarta : Pustaka A1-Husna.1986),
Cet.ke-2, h. 21
46
Berikutnya menurut Siti Meichati, tentang kebutuhan ia melukiskan dengan istilah "dorongan". Yang pada tataran efeknya sarna yaitu dapat menyebabkan terganggunya keseimbangan mental seseorang. Menurutnya macam-rnacam dorongan yang sering menyebabkan gangguan keseimbangan mental pada seseorang, antara lain sebagai berikut : a. b. c. d. e.
Dorongan untuk untuk memperoleh kesuksesan Dorongan untuk menghindari kekecewaan atau kegagalan Dorongan untuk diterima atau diakui oleh lingkngannya Dorongan untuk memperoleh simpati Dorongan untuk keamanan f Dorongan untuk melakukan eksplorasi, dengan kata lain mecari hal-hal baru dalam dirinya g. Dorongan yang berdasarkan hawa nafsu jenis kelarnin 64 Karena meliahat kebutuhan-kebutuhan yang dipaparkan oleh beberapa ahli di
atas tidak ditemukan kebutuhan
akan
agama,
kemudian
Zakiah
Daradjat
rnenambahkan kebutuhan tersebut meqjadi : "Kebutuhan akan agama, kebutuhan akan kasih sayang, kebutuhan akan rasa arnan, kebutuhan akan rasa harga diri, kebutuhan akan rasa bebas, kebutuhan akan rasa sukses, kebutuhan akan rasa tahu (rnengenal). ,,65 Kebutuhan-kebutuhan tersebut lebih jelasnya sebagai berikut :
64Siti
Meichati, KesehalanMenlal, (Yoh'Yakarta: Penerbit Fakultas Psikologi UGM, 1993), h.
50
"Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta: CV. Ruharna, 1995), Cet.ke-2, h. 21
47
a. Kebutuban akan agama. Yang dimaksud dengan agama dalam kehidupan adalah Iman yang diyakini oelh pikiran, diresapi oleh perasaan, dan dilaksanakan dalam tindakan, perbuatan, perkataan dan sikap. b. Kebutuhan akan kasih sayang, yaitu kebutuhan yang paling pokok bagi manusia. Apabila orang tidak disenangi oleh masyarakat dimana ia hidup, ia akan merasa sedih dan gelisah. Namun kasih sayang itu akan terpenuhi jika orang percaya kepada Tuhan dan dapat betul-betul meyakini bahwa Tuban itu Maha Pengasih dan Maha Penyayang pada umatnya. Karena orang yang percaya kepada Tuban jiwanya tak akan pernah terganggu (sakit jiwa) andaikata tidak mendapat kasih sayang dari orang atau masyarakat dimana ia hidup. c. Kebutuhan akan rasa aman. Setiap orang mempunyai kebutuhan ingin mendapat perlindungan dari sesuatu yang ghaib, yang memiliki kekuatan dan kekuasaan melebihi dirinya, yaitu Tuhan. Oleh sebab kebutuhan akan rasa aman inilah sebagian orang menerima ajaran agama. d. Kebutuhan akan rasa harga diri. Setiap orang mempunyai akan rasa harga diri, ingin dihargai dandiperhatikan, baik oleh manusia ataupun Tuhan. e. Kebutuhan akan rasa bebas, yaitu tidak terikat atau terhalang oleh kungkungan-kungkungan dan ikatan-ikatan tertentu. Adapun kaitannya dengan tobat yaitu setiap orang ingin bebbas dari perasaan bersalah dan berdosa.
48
f. Kebutullan akan rasa sukses. Orang harns merasa bahwa ia berhasil dalam hidupnya. Apabila orang sering mengalami kegagalan dalam hidupnya ia akan merasa putus asa, sirnalah kepercayaan diri yang pada akhirnya ia menjadi pesimis dan tidak berani menghadapi segala problem hidup. g. Kebutuhan akan rasa tahu (mengenal) yang banyak mendorong orang untuk mengadakan
penelitian
dan
menjadikan
i1mu
pengetahuan semakin
berkembang. 66 Kebutuhan-kebutuhan tersebut yang membedakan manusia dengan makhluk Allah lainnya. "Dengan demikian jika kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak terpenuhi maka kesehatan mental seseorang akan terganggu yang akhirnya akan mempengaruhi perasaan, pikiran,lkecerdasan, kelakuan dan kesehatan badan orang tersebut. ,,67
4. Aspek-aspek yang Dipengaruhi Kesehatan Mental Menurut Daradjat, sebagaimana yang telah ditulis pada bahasan sebelurnnya. Dad hasil penelitian terhadap pasien-pasien yang terganggu kesehatan mentalnya, dapat disimpulkan bahwa kesehatan mental yang terganggu dapat mempengaruhi keseluruhan hidup seseorang. Pengaruh itu dibagi dalam empat kelompok yaitu : perasaan, pikiranlkecerdasan, kelakuan dan kesehatan badan. Adapun perinciannya sebagai berikut :
"Zakiah Daradjat, Peranan agama dalam Kesehatan Mental, (Jakarta : PT. Toko Gunung Agung, 1995), Cet.ke-14, h.36· 38 67Zalciah Daradjat, KesehatanMental, Op.cit., h. 16
49
a.
Perasaan, yaitu seseorang yang kesehatan mentalnya terganggu dapat mengakibatkan terganggu perasaflllllya. Seperti misalnya : rasa cemas (gelisah), iri hati, sedih, merasa rendah diri, pemarah, ragu (bimbang) dan sebagainya.
b.
Pikiran dan kecerdasan. Kecerdasan memang diwarisi, akan tetapi jika tidak mendapat kesempatan dari Iingkungan yang baik untuk berkembang, maka kecerdasan itu tidak akan mencapai kemampuan yang maksimal. Kesehatan mental yang terganggu dapat mengakibatkan terganggunya proses berpikir, misalnya, sering lupa, tidak bisa berkonsentrasi terhadap hal-hal yang penting, kemampuan berpikir menurun, sehingga orang meraSa seolah-olah tidak cerdas lagi, pikirannya tidak bisa digunakan sebagaimana mestinya.
c.
Kelakuan, yakni kesehatan mental yang terganggu sangat mempengaruhi kelakuan dan tidakan seseorang, misalnya, orang yang merasa tertekan, atau gelisah akan berusaha mengatasi perasaannya yang tidak enak itu dengan jalan mengungkapkallllya keluar. Dalam mengungkapkannya bisajadi dengan hal-hal yang merugikan orang lain juga dirinya sendiri, disebabkan karena mentalnya terganggu.
d. Kesehatan Badan. Dalam psikologi ada sam penyakit yang disebut psikomatik, penyakit tersebut disebabkan oleh mental yang terganggu, misalnya, karena tekanan perasaan yang terjadi disebabkan tidak mampunya seseorang dalam mencapai keinginallllya, atau karena terlalu banyak masalall
50
yang tidak terselesaikan, yang pada akhimya dapat menimbulkan penyakit fisik. 68 Aspek-aspek tersebut yang telah dipaparkan di atas adalah target yang akan terkena serangan dari kebutuhan dan dorongan pada diri manusia yang akan dapat menyebabkan terganggu atau tidaknya mental manusia itu sendiri. Jadi jelaslah sekarang, bahwa dalam diri manusia pada dasamya memiliki potensi atau sangat rentan dengan gangguan kejiwaan, karena manusia memiliki faktor-faktor dan aspekaspek yang menjadi mata rantai dari gangguan kejiwaan.
5. Ajaran Agama tentang Kesebatan Mental a. Islam : Adapun pandangan Islam terhadap kesehatan mental antara lain dapat dilihat dari peranan Islam itu sendiri bagi kehidupan manusia, yang dapat dikemukakan sebagai berikut
:69
a. Agama Islam memberikan tugas dan tujuan bagi kehidupan manusia di dunia dan di akhirat. Misalnya, tugas dan tujuan hidup manusia di dunia ditegaskan Al-Qur'an untuk beribadah (dalam arti yang luas) kepada Allah (AdzDzuriyat : 56) dan menjadi khalifah di muka bumi (AI-Baqarah : 30). Dengan melaksanakall konsep ibadah dan khalifah dalam Islam, orang dapat
68
Zakiah Daradjal, Keseha/al/ Mel//al, Lac.ci/.
··Lihal, Yahya Jaya, Spiri/ualisasi Islam dalam Mel/umhuh Kemhal/gkal/ Keprihadial/ dal/ Keseha/al/Mel//al, (Jakarta: CY. Ruhama, 1994), Cet.ke-I, h.86
51
menumbuhkan dan mengembangkan potensi jiwa dan memperoleh kesehatan mentalnya. b. Ajaran Islam memberikan bantuan kejiwaan kepada manusla dalam menghadapi cobaan dan mengatasi kesulitannya seperti dengan cara sabar dan shalat (AI-Baqarah : 153). Dengan bantuan sabar dan shalat orang dapat menhadapi musibah dengan jiwa yang tenang dan merasa terbantu dalam mengatasi kesulitan. c. Ajaran Islam membantu orang dalam menumbuhkan dan membina pribadinya, yakni melalui penghayatan nilai-nilai ketakwaan dan keteladanan yang diberikan Muhammad SAW. d. Ajaran Islam memberikan tuntunan kepada akal agar benar dalam berpikir, yakni melalui wahyu. e. Ajaran Islam merupakan obat (syifa ') bagi jiwa, yakni obat bagi segala penyakit hati yang terdapat dalam diri. f.
Ajaran Islam memberikan tuntunan bagi manusla dalam mengadakan hubungan yang baik, baik hubungan dengan orang lain maupun hubungan dengan alam dan lingkungan, seperti yang terdapat dalam ajaran aqidah, syriat
dan akhlak., serta hubnngan manusia dengan Allah dan dirinya sendiri. g. Agama Islam berperan dalam mendorong orang untuk berbuat baik dan taat serta mencegahnya dari perbuatan jahat dan maksiat. h. Agama Islam dapat memenuhi kebutuhan psikis manusia.
52
Peranan ajaran Islam demikian dapat membantu orang dalam menyembuhkan jiwanya dan mencegahnya dan gangguan kejiwaan serta membina kondisi kesehatan mental. Dengan menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam orang dapat pula memperoleh
kebahagiaan
dan
kesejahteraan
Jlwa
atau
kesehatan
mental. 7°Sebagaimana firman Allah: ./
;' / ' / / /' PI""/,
w
(\ '-'1 :\ \ \~\) . ~L.,.,~W--,-:,l;.
;'
~
/' P///o/I>/
•
»J . ~~;w--t\»
Artinya : Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan sesunguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (QS. Asy-Syams/91 : 910)71 Maka dapat pula ditegaskan pandangan Islam tentang kesehatan mental sebagai berikut : Kesehatan mental menurut Islam adalah ibadah dalam arti luas atau menumbuhkembangkan sifat-sifat AllaJl, dalam rangka menginternaJisasikan sifatsifat-Nya dalam din manusia itu sendiri.
b. Kristen : Begitu juga pandangan Kristen terhadap kesehatan mental, baik Roma Khatolik atau pun Protestan, dapat dilihat dari pesan-pesan moral yang terkandung di daJam Alkitab. Pesan-pesan moral itu dapat dikelompokkan sebagai berikut: a. b. c. d. e. f.
Menjaga kehonnatan Kedamaian Kesopan santunan Kejujuran Kebenaran dan keadilan Keberanian dan kesabaran 70
Ibid., h.87
71
Depag RI, Op.cit., h.I 064
53
g. Ampunan h. Perbuatan baik kewda orang lain I. Cinta dan simpati 2
Selanjutnya menurut Abu Zahrah, bahwa, "ajaran Yesus yang sebenamya adalah mengajarkan bahwa tidak ada perantara antara manusia dengan Tuhan kecuali keshalehan dan amal baik manusia itu sendiri.',7Jyang menjadi titik tekannya di sini adalah pada perbuatannya, sedangkan perbuatan terakumulasi dari kondisi tertentu hati, dalam arti apabila hati baik maka yang terjadi perbuatan baik dan sebaliknya. Selain itu, di dalam ajaran Kristen juga dikenal istilah tobat. Pengertian tobat itu sendiri adalah : "Berbaliknya seseorang dari penyelewengan dan dosa, lalu kembali kepada Allah dan jalan hidup yang lurus sebagaimana digariskan dalam hukum AlIah.,,74 Di tengah penyelewengan dan dosa akan muncul banyak kesukaran. Ketika kesukaran bertahan dalam waktu yang lama akan dapat memporak-porandakan yang lainnya, seperti menggagalkan pemikallan, pekerjaan , dll. Maka pada saat itulah akan muncul kelemahan dan ingin pertolongan Tuhan. Sebab munculnya keinginan tobat dengan kembali kepada jalan Allah diawali dengan keadaan yang lemah. Paulus
72Ulfat 'Azizus Samad, Islam dan Kristen, Terj. Machnun Husein (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2001), Cet.ke-2, h.80-91
73Mahmoud Mustafa Ayoub, Mengllrai KOIifltk Muslim-Kristen, Terj. Ali Nur Zaman, (Yogyakarta : Fajar Pustaka Baru, 2001), Cet.ke-l, h.22
"c. Groenen OFM, Panggilan Kristen, Terj. Frans Harjawiyata, (Yogyakarta : Kanisius, 1979), Cet.ke-20, h.44
54
menuIis, Tuhan telah berkata "cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.,,75 Adapun eara sementara dalam menghadapi kesukaran baik itu berupa kegelisahan, merasa bersalah, sedih, dU. adalah dengan menangis, "sebab air mata yang tercurah dapat melepaskan emosi yang terpendam dan membawa zat-zat yang menyebabkan stres. Emosi yang tidak diungkapkan akan menyebabkan batin terluka dan merusakkan mental.,,76 Dengan menguraikan beberapa ajaran dalam Kristen, dapat penulis simpulkan bahwa ajaran Kristen pada dasarnya sangat memperhatikan dan membantu dalam terciptanya hati yang bersih dalam rangka membuahkan prilaku-prilaku yang baik yang terbebas dari gangguan kejiwaan. c. Hindu : Ajaran Hindu tentang kesehatan mental, tidak terlepas dari ajaran
agama itu sendiri. Di dalam ajaran Hindu terdapat beberapa aliran filosofls tentang pemahaman ketuhanan. Salah satunya adalah, yang l11enamakan dirinya aliran Yoga. Yoga adalah suatu usaha atau xcara untuk mengatur pikiran agar kesadaran yang biasa berganti dengan kesadaran yang luar biasa, dalam arti lain yaitu meneari pengalaman spiritual dalam rangka l11enyel11purnakan kesadaran berpikir. Dengan membebaskan dari keinginan-keinginan agar dapat mengetahui hakekat yang sebenarnya.
"Charles F. Stanley, Mengalasi Kesllkaran, Terj. Julistiani Tirtamihardja, (Jakarta: YASK!, 2002), Cet.ke-2, h.20 7"Elisabeth Iskandsar, Berbagi Kasih da/am Duka, (Jakarta: OBOR, 2003). Cet.ke-l, h.51
55
Dalam hal ini Yogi (pengikut Yoga) dalam merealisasikan keadaan pikiran yang sempuma harns melalui persiapan, di antaranya : I) Persiapan kesusilaan, terindar dari ahimsa (Iarangan membunuh) atau membenci apapun juga, larangan mencuri, tidak berbuat curang dan tidak berbuat kikir. 2) Persiapan Badani, yaitu orang harns menguasai gerak-gerik badan, membiasakan mengatur nafas dengan baik. 3) Kemudian diternskan dengan merenung, seseorang harns memusatkan perhatian kepada sesuatu yang membawanya tenang, dalam bentuk bertapa atau bersemadi. 77 Sebagaimana yang tertulis dalam kitab Sarasmuccaya sebagai berikut : "Ye yuktayogastapasi prayuktah svadhyayasila janayanti deham, jitendriya bhutahhite nivistastesamayam nasti parastu lokah".
Artinya : Akan tetapi orang yang tidak menunda melakukan semadi, tekun melaksanakan tapa, senantiasa mempelajari ilmu pengetahuan, men/:,'Uasai hawa nafsu, dan mengasihi sekalian makhluk ; orang yang demikian keadaannya, itulah disebut mengalami kesenangan kelas di dunia yang lain. (Sukha : 274?8 Apabila tahapan-tahapan di atas dapat dilakukan dengan sempuma, maka akan tercapailah tingkat pikiran yang bersih dan kesempurnaan mokhsa. Berbicara mengenai mokhsa seperti halnya berbicara tasawwuf dalam konteks Islam. Mokhsa adalah kembalinya manusiaJ bersatunya manusia dengan Atmannya yang mernpakan 77M Bahri Ghazali, Studi Agama-agama Dunia,
(Jakarta; Pedoman lImn Jaya, 1994),
Cet.ke-I, h.24 78
1Nyoman Kajeng, dkk., Sarasa/lluccaya, (Snrabaya ; Paramita, 1999), Cet.ke-2, h.20S
56
sebagai penggerak adanya manusia. "Dengan melepaskan keinginan yang bersifat material, sehab semakin banyak keinginan semakin mudah manusia dikuasai nafsu.'>79 Dengan demikiandari uraian di atas kiranya dapat ditelusuri benang merahnya dengan kesehatan mental. Keinginan-keinginan manusia itu memungkinkan ia hidup dalam kendali nafsu, yang akan membawanya pada hal-hal yang dapat menjerumuskannya dengan sikap rakus, buas, dan semaunya sendiri. Inilah salah satu faktor timbulnya gangguan kejiwaan atau bibit terjdinya gangguan jiwa. Selanjutnya untuk pembinaan mental dapat dilihat dari cam-cam yang dipraktekkan dalam Yoga yang diakhiri dengan pendekatan sekaligus penyatuan diri dengan Atmannya. d. Budha : Ajaran Budha tentang kesehatan mental dapat dilihat dari beberapa
ajamn yang terdapat di dalam Budha itu sendiri. Di dalarn ajaran Budha, yang disebut "ajaran kebenaran agama Budha", dapat di bagi menjadi tiga kelompok, diantaranya ; tentang dukha, tentang samudaya dan tentang niradha. "Tentang dukha berarti manusia selalu diliputi penderitaan. Tentang samudaya berarti sebab dari semua penderitaan, sedangkan tentang niradha bererti pemadam, yaitu pemadam dari dukha dan samudaya. ,,80 Salah satu faktor terjadinya dukha terutama sekali karena kebutuhankebutuhan duniawi yang cenderung memunculkan dukha yang dalam, artinya apabila
79
M. Bahri Ghazali, Op.cit., h.31
'0 Ibid,
h.44
57
kebutuhan-kebutuhan itu tidak dapat dipenuhi pada akhirnya menyebabkan terganggunya kesehatan mental seseorang.. Niradha mrupakan ajaran yang penting dalam pengendalian diri. Untuk mengimplementasikan niradha itu hams melalui marga (jalan), ada delapan marga yang merupakan hasil meditasi Sang Budha, yaitu sebagai berikut : 1) Percaya yang benar, yaitu mempunyai rasa kepercayaan atau keyakinan yang benar dengan tidak mengikuti kepada kepercayaan yang lain. Yang akhirnya tidak membuat hati menjadi ragu dan tenang. 2) Maksud hati yang benar. Hal ini berkaitan dengan niat baik ketika hendak alau pergi dari melakukan sesuatu. Sehingga tidak merasa khawatir atas penilaian yang bagaimanapun bentuknya. 3) Perkataan yang benar, ini dimaksudkan agar selalu hati-hati dalam berbicara dengan pembicara pada hal-hal yang memiliki kebenaran. 4) Perbuatan yang benar, ini bertujuan agar selalu dijadikan peringatan dalam setiap melakukan perbuatan. Supaya perbuatan tersebut tergolong pada perbuatan yang baik bagi manusia sekelilingnya. 5) Hidup yang benar, artinya memiliki motto dalam hidup yang terakumulasi dalam bentuk aturan yang telah ditentukn oleh agama, sehingga hati tidak merasa bimbang dan bingung. 6) Usaha yang benar, yakni berkerja dengan cara yang benar tidak dengan kekerasan, memaksa, dIl. (usaha yang halaI)
58
7) Ingatan yang benar, pikiran selalu diupayakan agar dapat terkonsentrasi pacta sesuatu yang baik-baik, melupakan kenangan yang pahit yang dapat menggu ketenangan batin 8) Semadi yang benar. SUPaya tujuan dari bersemadi dapat tercapai dengan sempurna, tl\iuan yang dimaksudkan adalah untuk menghapus keinginankeinginan yang muncul dari luar 81 Dengan demikian apabila marga-marga tersebut dapat dilakukan secara maksimal tentunya ini dapat membantu sekali dalam upaya mencegah dan membina kesehatan mental bagi para penganut Budha itu sendiri.
"Ibid, h.46
BABID FUNGSI TOBAT BAGI KESEHATAN MENTAL
Masalah ketenangan batin merupakan faktor penting dalam menyehatkan mental, sekalipun memang diakui faktor-faktor lain pun ikut mempengaruhi kesehatan mental. Dalam usaha menenangkan batin orang yang berdosa, tobat mempunyai pengaruh sangat kuat karena selain dapat membersihkan dirinya dari perasaan berdosa juga konsentrasi dalam membersihkan dirinya, dimana ia merasa diakui sebagai orang yang baik di tengah-tengah masyarakat dapat berakibat positif terhadap perasaannya. Uapaya untuk pembentukan ketenangan batin sangat tegantung kepada upaya mrnghadapi persoalan batin itu sendiri. Jika seseorang merasa hidupnya penuh dosa hingga membuat jiwanya tidak tenang, penyembuhannya ialah melalui usaha diri dalam menghadapi pennasalahan yang mengguncangkan batin itu, yaitu melalui bertobat
A. Fungsi Tobat dalam Membangun Kesehatan Mental Karena tujuan agama Islam itu diturunkan Allah adalah untuk kesejahteraan dan kebahagiaan umat manusia di dunia dan di akhirat. Tobat sebagai salah satu ajaran Islam di bidang akhlakjuga merupakan faktor pembinaall kesehatall mental. l
1Uhal, Yahya Jaya, Peranall Tobat dall Moo! dalam Membilla Kesehatall Mental, (Jakarta: Ruhama, 1995, Cet.ke-3, h. 83
60
Menurut Yahya Jaya, diantara Iatihan kejiwaan orang yang bertobat guna membina kesehatan
mentalny~
adalah melalui mUjahadah. MUjahadah merupakan
kesanggupan Mukmin menguasai dan mengendalikan hawa nafsu yang cenderung memalingkan orang dari kebenaran dan kebaikan. Dan bagi mereka yang dapat mngendalikan hawa nafsunya, Allah menjanjikan surga tempat tinggalnya kelak. Dengan bermujahadah orang yang bertobat akan membentengi dirinya dengan memperbanyak ama! shaleh sehingga dirinya tidak terjerumus pada perbuatan dosa dan maksiat yang pada akhirnya ia akan memperoleh ketenangan jiwanya dan terbebas dari gangguan mental. Selain mUjahadah, muhasabah (introspeksi diri) juga dapat membina kesehatan mental orang yang bertobat. Dalam konteks ini muhasabah dapat membantu manusia dalam menghindari akibat buruk yang ditimbulakn dari perbuatan-perbuatan
dosa
dan
kelalaian-kelalaiannya,
dengan
menilai
diri,
menghitung perbuatan yang telah dilakukan, yaitu dengan mengevaluasi diri secara jujur setiap kesalahan yang telah diperbuat dan dipersiapkan untuk hari esok (akhirat). Dengan muhasabah seseorang akan menjaga agar perbuatannya selalu bermakna dihadapan Allah. 2 Semakin sering diadakan evaluasi, semakin meningkat kesadaran akan berbagai kekurangan dan semakin kuat pula dorongan untuk lebih memperbanyak amal shaleh. Sedangkan orang yang tidak pernah melakukan muhasabah, ia tidak akan dapat memperbaiki dirinya karena ia tidak menhetahui apa
2I bid,
h. 84
61
yang harns diperbaiki. Sedangkan hidup manusia di dunia tidak bisa dipisahkan dati hidup
manusia
di
akhirat
kelak,
dimana
manusia
akan
dimintakan
pertanggungjawaban atas amal perbuatannya selama hidup di dunia. Umar bin Khattab sebagai mana dikutip Ibnu Qayyim AI-Jauziyah, pernah berkata : "Hisablah diri kalian sebelumkalian dihisab, timbanglah diri kalian sebelum kalian ditimbang dan berhiaslah kalian untuk menghadapi hari penampakan yang agung.,,3 "Secara kejiwaan, banyak hikmah yang didapat orang dengan melakukan muhasabah.
Diantaranya
orang
dapat
memperbaiki
kekurangannya,
dan
menimbulkan rasa sukses dan rasa bahagia dalam diri. Rasa sukses dan rasa bahagia banyak ditentukan dan didapat dari amal usaha manusia sendiri.,,4 Apabila seseorang telah selesai melakukan sesuatu perbuatan dengan baik pada umumnya ia merasa sukses dan gembira, karena telah berbuat sesuatu atas nama dirinya. Orang yang melakukan mujahadah, muhasabah sebagai latihan kejiwaan dalam tobat secara sungguh-sungguh. Banyak mendapatkan rasa sukses dan bahagia dalam hidupnya. Inilah kiranya yang menjadi salah satu arti dari al-falah (kemenangan) yang dijanjikan Allah kepada orang-orang yang bertobat.
3Ibnu Qayyim AI-Jauziyah, Madarijlls Sa/ikin (pendakiall Melllijll Allah), Terj. Kathur Suhardi, (Jakarta: Pustaka AI-Kautsar, 1999), Cet.ke-2, h. 35 ·Yahya Jaya Op.cit., h. 85
62
B. Fungsi Tobat dalam Pencegahan Gangguan Mental
Fungsi tobat dalam mencegah timbulnya gangguan mental terletak pada usaha orang yang bertobat untuk menghindarkan dirinya daTi dosa-dosa lahir dan batin serta pengaruh-pengaruh dosa-dosanya pada masa lalu. Dengan demikian ia diharapkan mampu menjaga dirinya dari kcmungkinan jatuh kepada keadaan kesehatan mental yangburuk. Sebagaimana diketahui tobat harus dilakukan terus-menerus, tujuannya agar orang tersebut dapat menghindarkan diri dari perbuatan dosa dan dari pengaruh dosa, dalam hal ini yang dilakukan orang bertobat adalah pengendalian diri. Pengendalian diri dalam Islam disebut muraqabah. Menurut Hamzah Ya'kub
:"Muraqabah yakni setiap saat waspada, selalu mengawasi diri sendiri, menjaga diri dengan ketat agar terus menerus berada pada garis taat dan jangan samapai menyeleweng kepada maksiat".5
Muraqabah juga mempunyai beberapa arti yaitu : Pertama, bahwa seorang Muslim menjadikan Allah sebagai pengawas dirinya, sehingga ia merasa dekat dengan Allah, dan selalu mengingat-Nya dalam situasi dan kondisi bagaimanapun dalam kehidupannya. Kedua, berarti penyerahan diri kepada Allah atau masuk dalam kedamaian, kesentosaan dan kesalamatan. Dan ke/iga, berarti tobat, karena arti tobat adalah kembali mendekatkan diri dan taat kepada Allah sesudah lari dari (rahmat) AlIah. 6
'Hamzah Ya'qub. Tingkat Ketenangan dan Kebahagiaan MlIkmin (Tasawlif dw) Taqal1/b). Jakarta: Pustaka Atista, 1992), Cet.ke-4, h.314 ·Yahya Jaya, Op.cit., h.78·79
63
Dengan kata lain muraqabah merupakan usaha seseorang untuk selalu mawas diri karena dalam dirinya terdapat perasaan bahwa Allah selalu melihat dan mengawasi tingkah laku serta gerak-gerik hatinya, sebagaimana firman Allah:
-.9.
"P,/,,// J, /
P1")
//fJ/,'
///,/
(i. :OV\.N.xt\)~~ ~.i:uLp ~.f-:;.L.J_. 4.::.....Y'J . .. "/';' .. Artinya : ... Dan Dia bersama kamu dimana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS.AI-Hadid/57 : 4/ Dengan kesadaran bahwa Allah selalu mengawasi dirinya, maka orang yang bertobat selalu mengendalikan dirinya secara ketat, agar jangan sampai dirinya terjerumus kembali kejalan maksiat yang menyebabkan terganggunya kembali jiwa orang tersebut. Dan orang yang berkemampuan mengendalikan diri, hidupnya akan tenang dan ia dapat melawan dorongan nafsu sahwatnya. Sedangkan keuntungan orang yang suka bermuraqabah ialah "terpeliharanya kesucian diri karena selalu berusaha menempatkan diri dalam pengakuan kasih sayang dan ridha I1ahi. 8 Orang yang bertobat dengan sungguh-sungguh (tobat nasuha) akan terusmenerus beIjuang mengendalikan nafsunya dengan memperbanyak amal shaleh, maka kualitas keimanan seseorang akan meningkat. Kemudian keimanan yang bersemi dalam diri seseorang akan membuahkan daya kontrol diri yang menjadikan jiwa orang yang bertobat suci dan bersih dari segala noda dan dosa. Dan seseorang yang beriman dan bertaqwa kemudian ia istiqomah menjalankan ajaran agama Allah, 7Depag RI, AI-QUf 'all dall Teljerna/lIlya, (Surabaya : Mahkota, J989), h.900
'Harnzah Ya'kub, Op.cit., h.269
64
maka Allah akan menjauhkan mereka dari perasaan takut (cemas) dan sedih dan Allah menjanjikan kenikmatan, kegembiraan dan kebahagiaan yang abadi. Firman Allah SWT:
Artinya : Sesnngguhnya orang-orang yang mengatakan : 'Tuhan kami ialah Allah' kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan) : 'Jangan kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih, dan gembirakanlah mereka dengan memJ'eroleh syurga yang telah dijanjikan Allah kepadamu'. (QS. Fusshilat/4I : 30) Keimanan dan ketakwaan dalam Islam disamping dapat mengendalikan dan mengontrol sikap dan perbuatan seseprang, juga dapat menolong hati nurani dalam mendapatkan cahaya dan petunjuk Allah. Dan orang yang hati nuraninya dipimpin oleh iman dan takwa akan selalu ingat kepada Allah dan berhati-hati dalam setiap perbuatannya, karena ia yakin bahwa Allah Maha Melihat dan Maha Mengetahui atas segala perbuatannya. 1O Dengan demikian orang yang bertobat kemudian ia beriman dan bertakwa dapat mengendalikan dirinya dari perbuatan maksiat sehingga dirinya terhindar dari ganggguan mental.
9Depag RI, Op.ciI., h. 777 "Lihat, Yahya Jaya, Op.cil., h. 82
65
C. Fungsi Tobat dalam Penyembuhan Gangguan dan Penyakit Mental
Dalam tobat, kesadaran dan pengetabuan merupakan unsur penting yang harus dilakukan oleh orang yang bertobat. Dengan pengetahuan orang akan menyadari bahwa perbuatan yang dilakukannya adalah perbuatan dosa. dengan kesadaran, orang dapat menerima dirinya, menata kehidupannya, dan mengadakan intel,'Tasi diri, baik dengan diri sendiri maupun lingkungan alam sekitamya, dengan demikian seseorang dapat menemukan keterpaduan dirinya kembali sesudah terpecah belah sebelwnnya. 11 Selain itu, untuk menyembuhkan gangguan dan penyakit kejiwaan yang disebabkan oleh rasa berdosa menurut Afif Ab:.dul Fattah Thabbarah adalah "melalui metode pengakuan dosa atas semua kesalahan-kesalahannya. Sebab pengakuan dosa ini akan memberikan ketenangan terhadap jiwa yang sedang mengalami kegoncangan dan dapat mengembalikan stabilitas jiwanya.,,12 Konsekuwensi lebih jauh dari pengakuan dosa dalam Islam adalah penyucian diri dari pengaruh buruknya dosa dan usaha mendapatkan maaf serta ampunan Allah. 13dalam hal ini, Islam lebih menitikberatkan pengakuan tersebut dilakukan hanya kepada Allah SWT. Karena menurut pandangan Islam, perbuatan dosa atau kesalahan itu hubungannya adalah antara pelaku dengan Tuhamlya. Sebab, hanya Tuhan yang mengetahui segala perbuatan dosa yang dilakukan runat manusia Jadi seseorang tidak diperbolehkan mengadakan pengakuan terhadap manusia lainnya, "Ibid, h. 56 12Afif Abdul Fattah Thabbarah, Dosa-dosa Me/ltll1lt Al-QlIr 'all, Terj. Bahrun Abu Bakar, (Bandung: Gema Risalah Press, 1993), Cel.ke-9, h. 38
13Yahya Jaya, Op.cit., h. 59
66
karena yang menjadi tempat pengaduannya adalah bukan manusia yang lemah seperti dirinya. 14 Agar tobat menjadi sempurna, maka keimanan dan ketakwaan hams benarbenar tertanam dalam jiwa seseorang yang bertobat, karena keimanan mempunyai peranan yang penting dalam meyembuhkan gangguan dan penyakit mental, diantaranya sebagai berikut : 1. Meluaskan pandangan dan menambah kebesaran jiwa. 2. Menumbuhkan keberanian dan kepercayaan diri. 3. Mendapatkan obat bagijiwa yang kesepian dan putus asa. 4. Menumbuhkan ketenangan dan ketentramanjiwa. 15 Iman secara harfiah diartikan dengan rasa aman (al-aman) dan kepercayaan (al-amanah). Orang yang beriman berarti jiwa merasa tenang dan sikapnya penuh keyakinan dalam menghadapi semua problem hidup. Rasa aman dan keyakinan itu diperoleh dlUi kepercayaannya terhadap sesuatu yang ghaib, memiliki kekuatan dan kekuaaan melebihi dirinya, dan dianggap mampu mengendalikan dan mempengaruhi kehidupan jiwa manusia. Dia adalah Tuhan alam semesta. 15 Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa masalah keimanan tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan manusia yang merindukan ketenangan dan ketentraman batin, karena hidup tanpa keimanan akan terasa hampa dan kehilangan makna yang menjadikan seseorang tidak mempunyai pegangan hidup.
"Lihat, Aflf Abdul Fallah Thabbarah, Op.cit., h.39 "Yahya Jayo, Op.cil., h. 67-68 "Abdul Mujib dan JusufMudzakir, Nllansa-nllansa Psikologi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Pcrsada, 2001), Cct.kc-I, h. 150
67
Sedangkan aplikasi dari keimanan adalah ketakwaan, yakni ketakwaan dalam arti ketaatan, yaitu mentaati apa yang diperintahkan Allah dan menjahui apa yang dilarang-Nya. Orang yang bertakwa berarti orang ynag taat menjalakan ajaran agamanya. Zakiah Daradjat mengemukakan bahwa "agama mempunyai fungsi yang amat penting dalam kehidupan manusia, yaitu : Pel'tama, memberikan bimbingan dalam hidup. Kedua,
menolong dalam menghadapi kesukaran, dan ketiga
menentramkan batin." 16 Mengenai keuntungan dan keutamaan takwa, sangat memungkinkan dapat diperoleh orang yang bertobat, karena orang yang bertobat biasanya langsung memperbaiki dirinya dengan meninggalkan serta membenci perbuatan dosa dan melakukan amal shaleh serta mencintai perbuatan baik sehingga ia menjadi orang yang taat beragama. Dan pada akhirnya takwa merupakan sebuah terapi untuk menyembuhkan prilaku menyinpang menjadi prilaku yang sesuai dengan ajaran agama. Selanjutnya yang dipakai dalam ajaran Islam untuk mencapai kesehatan mental, yaitu dengan berzoor kepada Allah (mengingat Allah). Yang dinamakan zikir dalam ajaran Islam ialah suatu keadaan Muslim dalam mengingat Allah dengan sepenuh jiwa dan raganya, dan dengan sepenuh prilaku dan amal perbuatan serta
16Zakiah Daradjal, Peranan Agama dalam Kesehatall Mental, (Jakarta: PT. Toko Gunung
Agung, 1995), Cel.ke-14, h. 56
68
merasakan selalu kehadiran Allah dalam dirinya sepanjang waktu pada setiap ucapan dan perbuatan. 17 Adapun zikir bagi orang yang bertobat merupakan usaha untuk memperbaiki hubungan yang rusak antara dirinya dengan Allah karena perbuatan dosanya dan mengikatnya untuk taat kepada Allah. Dengan zikir ia akan meluruskan pikirannya bagaimana mematuhi perintah Allah dan menjauhi larangan Allah yang tentu saja zikir mempunyai peranan penting dalam akhlak. "Apabila seseorang cenderung kepada perbuatan maksiat misalnya, karena dorongan hawa nafsu atau karena godaan syetan, dan seketika itu ia berzikir kepada Allah, maka ia akan sadar. Kesadaran itu menahannya daTi kemungkaran dan tetap mempertahankan status kesuciannya." 18 Dapat pula ditambahkan, bahwa zikir Allah sebagai salah satu obat bagi gangguan mental sudah dipraktekkan dalam usaha penyembuhan korban Narkoba di Pondok Pesantren Suryalaya, Jawa Barat. Metodenya sangat sederhana, hanya "dengan berizkir selama sepuluh menit dengan membaca kalimat "Laa I/aaha
Illallah", kemudian dilanjutkan dengan terapi mandi, para pengasuh Pondok Pesantren tersebut berhasil menyembuhkan gangguan mental.,,19
17Yahya Jaya, op.cit., h. 75 18Hamzah Ya'kub, Op.cit., h. 314
19Yahya Jaya, Op.cit., h. 77-78
69
Dengan demikian seseorang yang bertobat kemudian ia selalu mengingat Allah dalam segala situasi dan kondisi maka dirinya akan terhindar dari perbuatan dosa serta memperoleh ketenangan dan ketentramanjiwa.
D. Kerangka Konseptual tentang Fungsi Tobat bagi Kesehatan Mental . Kerangka konseptualnya sebagai berikut :20
Tobat Nasulta
Beriman dan
bertakwa
ZikTllllaltl mengingat Allah MIl/msaba/t! introspeksi diri
Keseltatan Mental
1. Dapat menyesuaikan diri 2. Bebas dari tegang dan cemas 3. Mampu berdiri sendiri 4. Memilild rasa kasih sayang 5. Sopan dan santun 6. Mempunyai rasa aman 7. Memiliki spontanitas yang baik 8. Bertanggung jawab
'::::::-_=-::'.,L.-----~9. Sanggup melihat diri secara terbuka Mllrllqllbaltl
pengendalian di.i Mllja/,adaft! Pengendalian hawa nafsn
10. Berkembang fisil. dan mental 11. Memiliki prilaku yang bernilai 12. Penuh pertimbangan 13. Kepribadian utnh/kokoh (konsisten) 14. Memiliki sifat sosial yang baik 15. Mengambil keputusan yang baik
20Kerangka konseptual ini berdasarkan tulisan para ahli tentang tanda-tanda mental sehat yang telah dipaparkan pada halaman 39 dan fungsi tobat bagi kesehatan mental, halarnan 59
70
Dari fungsi-fungsi tobat dan kriteria bagi kesehatan mental menurut para ahli, yang telah penulis uraikan sebelumnya dan setelah dikalkulasikan demikianlah kerangka konseptualnya berupa bagan. Adapun keterangan kerangka konseptualnya adalah, orang bertobat akan semakin kuat iman dan ketakwaannya, sehingga hal ini akan membuat dirinya dapat menyesuaikan diri, bebas dari rasa tegang dan cemas, mampu berdiri sendiri, memiliki rasa kasih sayang serta akan sopan dan santun prilakunya. Selain itu orang bertobat akan selalu mengingat Allah, yang akan membuat dirinya memiliki rasa aman, memiliki spontanitas yang baik dan dapat bertanggung jawab. Selain itu orang bertobat akan selalu introspeksi diri, yang akan menyebabkan dirinya sanggup melihat dirinya secara terbuka serta dapat berkembang fisik dan mentalnya dengan baik. Orang yang bertobat juga akan selalu mengendalikan diri, dengan demikian ia akan memiliki prilaku yang bernilai, penuh pertimbangan, serta memiliki kepribadian yang konsisten. Orang bertobat juga akan selalu mengendalikan nafsunya, sehingga ia akan merniliki sifat sosial yang baik serta akan selalu dapat mengambil keputusan dengan baik.
BABIV ANALISIS TEORITIS A. Ketepatan Hipotesis
Sebagaimana yang telah diungkapkan bahwa penulis memiliki hipotesis sebagai berikut : "Dari tulisan para ahli, rendahnya pemahaman masyarakat tentang peranan tobat dalam membina kesehatan mental, menyebabkan masyarakat mudah mengalami gangguanjiwa." Dengan melihat permasalahan yang penulis ajukkan, ditulis para ahli sebahagian masyarakat beragama dewasa ini mudah sering mengalami gangguan kejiwaan, padahal tobat memiliki peran dalam membina kesehatan mentaL Dengan demikian masyarakat ternyata kurang memahami paranan tobat itu sendiri. Jadi, hipotesis penulis tersebut tepat. Hipotesis berikutnya berbunyi : "Para penulis kesehatan mental tidak mengikutsertakan peranan tobat dalam proses penyembuhannya, menyebabkan rendahnya pemahaman masyarakat dalam penyembuhan gangguan mentaL" Melihat karakter utama yang harus dimiliki oleh orang yang sehat mentalnya seperti yang diungkapkan oleh Marie Jahoda, Duene Schultz dan Rita 1. Atkinson, yang telah lebih dahulu penulis paparkan pada bahasan kesehatan mental, di sana tidak penulis temukan ulasan yang memiliki hubungan dengan agama, selain itu proses penyembuhan yang penulis temukan yakni dengan cara catharsis ("curhat")
72
yaitu proses penyembuhan dengan cara mengungkapkan semua permasalahan dan perasaan yang dialami oleh penderita kepada konsultan selama pertemuan. I Dengan demikian proses penyembuhannya pun temyata melepaskan peranan tobat itu sendiri. Maka dari itu wajar saja apabila masyarakat tidak banyak yang paham tentang penyembuhan gangguan kejiwaan dengan cara bertobat. Jadi, hipotesis kedua penulis relatif tepat adanya. Beranjak pada hipotesis ketiga yaitu : Para penulis tentang kesehatan mental yang tidak memasukkan tobat dalam kajiannya, dikarenakan kurang memahami fungsi tobat secara mendalam, selain itu juga karena pengaruh oleh kedokteran Barat yang tidak mengkaitkan agama dengan keilmuan. Hipotesis terakhir ini juga diterima, meskipun berbeda secara harfiah, namun pada benang merahnya memiliki kaitan yang signifikan. Artinya pada dasamya para penulis khususnya yang telah disebutkan sebelumnya yang notebene beragama Kristen kurang mengetahui peran tobat yang dimaksud, sebab di dalam agama Barat pun dalam hal ini Kristen mengungkap masalah pertobatan yang dapat membawa seseorang kepada kebahagiaan, namun demikian pemisahan dua objek agama dan keilmuan lebih disebabkan oleh doktrin gereja yang memisahkan antara politik dengan agama, yang pada perkembangannya bukan hanya politik akan tetapi merambat pada bidang keilmuan. 2
1A. F. Jaelani , Penyucian Jiwa (Tazkiyat al-Nafs) 2000), Cel.ke-1, h. 123
dWl
Kesehatan Mental, (Jakarta: Arnzah,
2Komaruddin Hidayal, Tuhan Begitll Dekat, (Jakarta: Paramadin., 2002), Cel.ke-2, h. 116
73
Demikianlah hipotesis yang ketiga ini, dan menjadi jelaslah sekarang alasan para penulis beragama Kristen yang tidak mengikutsertakan agama dalam bidang keilmuan.
B. Teori Hubungan Tobat dan Kesehatan Mental Pada dasarnya penulis berpandangan bahwa kesehatan mental adalah sehuah hasil dari proses pembersihan jiwa, maka orang yang sehat mentalnya adalah orang yang bersih jiwanya. Hubungan antara kesehatan mental dengan tobat tidak dapat dipisahkan, sebab langkah-Iangkah untuk mencapai kesehatan mental adalah sebuah hasil atau dapat dihasilkan melalui bertobat. "Adapun langkah-Iangkah yang ditempuh untuk mencapai kesehatan mental yaitu dengan pengobatan (kuratij),
pencegahan (preventij),
dan pembinaan
(konstruktij).,,3
Langkah-Iangkah untuk mnecapai kesehatan mental yang telah disebutkan diatas itu dapat produksi melalui bertobat, "sebab tobat itu sendiri bila ditinjau dari kesehatan mental berfungsi sebagai pengobatan, pencegahan, dan pembinaan.,,4 Selanjutnya apabila melihat dari proses penyembuhan kesehatan mental, di sana ada istilah catharsis, penyembuhan dengan cara ini pada dasarnya persis dengan apa yang dikehendaki dari bertobat agar setiap orang mengingat semua dosa dan
3A.
F. Jaelani, Op.cit.. h. 87
4Ibid, h. 123
74
kesalahan yang telah dilakukannya, mengakui dan mengungkapkannya secara jujur dan tulus kepada Allah. Kemudian menyesali perbuatan dosa itu dengan penyesalan yang sedalamdalarnnya, dengan dernikian seseorang yang telah bertobat akan rnerasa seolah-olah kotoran-kotoran yang ada dalam dirinya telah dibersihkan dengan begitu jiwanya akan kembali tenang dan bahagia serta membuat mentalnya menjadi sehat. Secara detailnya apabila orang bertobat keirnanan dan ketakwaannya akan sernakin kuat, hal iill dapat rnernbuat orang tersebut rnarnpu menyesuaikan diri,bebas dari tegang dan cemas, dapat berdiri sendiri, memiliki rasa kasih sayang, rnemiliki kepribadian yang konsisten serta bertanggung jawab. Apabila orang yang bertobat Berirnan dan bertakwa, rnaka hal ini akan dapat rnemberi pelakunya dapat menyesuaikan diri, bebas dari tegang dan cernas, rnampu berdiri sendiri merniliki rasa kasih sayang serta sopan santun dalarn bersikap. Apabila yang bertobat mengingat Allah (zikrullah), maka ia akan rnerniliki rasa aman , memiliki spontanitas yang baik dan bertanggung jawab. Apabila orang yang bertobat introspeksi diri (muhasabah), rnaka pelakunya akan sanggup rnelihat diri sendiri secara terbuka juga dapat berkernbang fisik dan mentalnya secara baik. Apabila pelaku tobat mengendalikan diri (Muraqabah), rnaka ia akan memunculkan prilaku yang bernilai, penuh pertirnbangan serta rnerniliki kepribadian yang konsisten. Apabila pelaku tobat melakukan mUjahadah (usaha untuk rnernbebaskan diri dari segala bentuk dosa dan rnenghiasinya dengan sifat-sifat terpuji), tujuan akhir yang hendak dicapai dengan mUjahadah adalah pendidikan dan pengajaran bagi jiwa untuk hidup baik, maka
75
pelakunya memiliki sifat sosial yang baik serta dapat mengambil keputusan secara baik pula.
Agama Tobat Nasuha
Kesehtan Mental
Kesempurnaan Jiwal Insan Kamil
Dengan demikian dapat pula penulis simpulkan bahwa, tobat dan kesehatan mental bersumber dari agama, apabila kedunya ini dapat dipadukan dengan baik akan membentuk jiwa yang sempuma atau terbentuknya insan kamil lebih jelasnya lihat bagan di atas.
C. Prediksi Tentang Kehidupan Orang-orang Bertobat Setelab menguraikan peranan tobat dalam membina kesehatan mental, dapatlah dibuatkan gambaran atau prediksi mengenai kehidupan orang-orang bertobat. Prediksi ini seharusnya terbukti apabila tobat seseorang itu, benar, tulus dan sungguh-sungguh (tobat nasuha). Menurut Yahya Jaya pribadi orang bertobat seharusnya sebagai berikut : "Ia beriman dan bertakwa kepada Allah, sadar akan dirinya, dosa dan kesalahan yang diperbuatnya,
berani
mengakui
dan
mempertanggtmgjawabkan
dosa
serta
kesalahannya, menyesali diri karena berbuat dosa dan kesalahan, memiliki tekad untuk memperbaiki dirinya, berbuat baik dan ketaatan, memiliki pengawasan diri dan
76
ketenangan jiwa, mendapatkan kemajuan jiwa dengan mujahadah, muhasabah, dan dapat merasakan kesejahteraan dan kebahagiaan dalam hidupnya".5 Adapun prediksi penulis mengenai kehidupan orang-orang bertobat, diantaranya sebagai berikut :
1. Memilki kepribadian "spiritual" yang baik, yakni orang yang bertobat kiranya selalu berupaya untuk mengisi ruang spiritual dalam dirinya dengan dorongan yang lebih tinggi, sehingga dapat mengeliminir sesuatu yang akan mengisi ruang itu yang notabene lebih rendah, hina dan sikap hidup yang kerdil. 2. Memiliki "kepribadian beragama" yang baik, maksudnya adalah, orang bertobat merasakan adanya 'rub' keyakinan yang permanen dalam hatinya terhadap agama yang dianutnya, dan menjalankan apa yang diajarkan oleh agama dengan sikap terbuka dan toleransi yang tinggi serta memandang positif keanekaragaman agama yang ada, dan juga memiliki pandangan yang lues, tidak kaku (rizid) dalam menyikapi segala macam problema agama yang muncul. 3. Memiliki "kepribadian jiwa" yang baik, yaitu mempunyai sikap spontan yang "u 'uy" (terkontrol) dan memiliki balance antara hak dan kewajiban serta
menyadari betul hak dan kewajibannya itu. 4. Memiliki "kepribadian aka!" yang baik, yakni memiliki kerangka berpikir yang agresif revolusioner, sehingga produknya mampu menembus kebutuhan
'Yahya Jaya, Peranan Tal/bat dan Maa! dalam Membina Kesehatan Mental, (Jakarta : Ruhama, 1995), Cet.ke-3, h. 86
77
pasar. Dan memanfaatkan secara maksimal keterbatasan akalnya, untuk memproduk sesuatu yang tidak lagi terbatas serta selalu memacu kreativitasnya dalam rangka mengarahkan kepada yang lebih ideal dalam banyak hal.. 5. Memiliki "kepribadian sosial" yang baik, artinya orang bertobat itu tidak menjadi benalu, pendendam, keji, keras kepala dan ancaman bagi orang di sekelilingnya. 6. Memiliki "kepribadian hidup" yang baik, yaitu, memiliki pandangan dalam hidup sehingga dapat memfilterisasi in pout, memaknai masa lalu, mengukir masa kini, menghiasi masa depan. Selanjutnya prediksi kehidupan orang-orang bertobat secara wnum adalah apabila di dunia pelaku tobat semakin mendominasi, maka kehidupan dunia ini akan tentram dan damai. Sebaliknya apabila pelaku tobat
me~adi
minoritas, tentunya
kehidupan dunia ini akan sem:ikin buruk dan akhirnya alamat kiamatlah dunia ini. Begitulah kiranya prediksi penulis terhadap kehidupan orang-orang bertobat, Tentunya ini hanya sebatas prediksi dari interpretasi penulis dari apa yang sudah dijelaskan sebelwnnya tentang orang-orang bertobat, tepat tidak tepat prediksi ini akan dialami oleh manusia nantinya dan waktu akan menjawab semuanya.
BABV
PENUTUP A. Kesimpulan Tobat yang dimaksud dalam Islam adalah kembalinya seseorang pada Allah setelah melakukan perbuatan dosa dengan menyadari dan menyesali perbuatan dosanya serta bertekad untuk tidak mengualangi kembali perbuatannya dengan memperbanyak amal shaleh. Tobat hukumnya wajib bagi setiap Mukmin, karena tobat selain sebagai penghapus dosa juga merupakan sarana untuk mendekati diri kepada Allah SWT. Dan tobat yang diterima oleh Allah hanyalah tobat yang sebenarbenamya (taubatan nasuha) Faktor-faktor kejiwaan yang timbul dalam diri seseorang yang bertobat seperti kesadaran bahwa yang dilakukan itu adalah perbuatan dosa, mengikuti kesalahan, menyesali perbuatarmya, bertekad untuk tidak mengulangi perbuatan dosanya dengan meningkatnya keimanan sdan ketakwaan serta meperbanyak amal shaleh dan memperbanyak (dzikrullah), hal ini dapat menobati mental seseorang yang terganggu akibat perbuatan dosanya. Orang yang tobat akan selalu menjaga dirinya agar tidak terjerumus kembali kepada perbuatan dosa dan maksiat dengan bermuraqabah yang sdapat mencegah timbulnya gangguan mental dalam dirinya, dan agar keehatan mental orang yang tobat tetap terpelihara yang harus dilakukan adalah dengan melakukan latihan kejiwaan seperti mzgahadah dan muhasabah sehingga dapat membina kesehatan mental.
79
Demikian pula di dalam ajaran Kristen untuk dapat membina kesehatan mental seseorang yaitu, dengan eara bertobat, adapun pengertian tobat di dalam ajaran Kristen berbeda seeara operasionalnya dengan ajaran Islam. Akan tetapi tujuan umumnya sarna mengharap ampunan dari Tuhan Yang Maha Esa, dan eara yang lain bisa juga dengan menangis, sebab dengan keluamya air mata di dalam air mata itu keluar juga zat-zat yang menyebabkan stres.. Sedangkan ajaran Hindu untuk membina kesehatan mental seseorang yakni dengan mengikuti sikap dan persiapan dalam yoga (salah satu aliran ketuhan dalam ajaran Hindu yang mengajarkan eara UIltuk dapat mengatur pikiran agar kesadaran biasa berganti menjadi kesadaran yang luar biasa yang diakhiri dengan bersemadi untuk bersatu dengan Atmannya (yang merupakan sebagai penggerak dan penyebab adanya manusia) Ajaran Budha untuk membina kesehatan mental dapat dilihat dari delapan marga Galan) yang merupakan hasil meditasi Sang Budha, yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya. Marga ini merupakan realisasi dari salah satu ajaran Budaha yang bernama "niradha", yang merupakan ajaran terpenting sebagai pengendalian diri bagi para penganut agama tersebut. Dengan demikian jelaslah bahwa pada dasamya tobat mempunyai peran penting dalam membina kesehatan mental. Adapun mengenai masyarakat yang masih banyak tidak mengetahui peran tobat dalam membina kesehatan mental dikarenakan masih banyak para penulis kesehatan mental yang tidak mengkaitkan tobat di dalam kajiannya.
80
Para penulis yang dimaksud adalah yang notabene beragama Kristen yang terpedaya oleh doktrin gereja yang memisahkan politik dengan agama, yang pada akhimya bukan hanya politik , dalam bidang keilmuan pun dipisahkan dengan agama. Akhimya penulis kira hal semacam itu malah mempersempit peran agama dalam kehidupan ini, sebab apabila agama dilibatkan dalam bidang keilmuan tentunya akan memberi wajah baru pada agama itu sendiri, yang nantinya bukan hanya sebagai pedoman hidup tetapi juga sebagai sumber dan referensi dalam menambah khazanah keilmuan itu sendiri.
B. Rekomendasi Bal,>1 kaum Muslimin dan Muslimat yang merasa takut dan gelisah karena telah berbaut dosa dan maksiat, janganlah putus asa, segeralah bertobat dan memohon ampun kepada Allah SWT, karena Allah Maha Pengampun dan Penerima tobat. Dan bertobatlah dengan tobat yang sebenar-benamya (tobatan nasuha), yaitu yang berjanji untuk tidak mengulanginya kembali, memperbanyak amal shaleh dan memperbanyak istighfar agar kesalahan yang telah lalu diampuni. Setelah bertobat, agar diri tidak kembali lagi melakukan perbuatan dosa yang lalu dan tidak terjerumus pada perbuatan dosa lain yang menyebabkan timbulnya gangguan jiwa yang bam, seorang Muslim, hendaknya selalu meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT dan senantiasa zikrullah (mengingat Allah, baik dengan Iisan maupun dengan hati) dalam segala situasi dan kondisi, serta
membiasakan diri melakukan muraqabah, mUjahadah, dan muhasabah.
81
Selanjutnya
rekomendasi
untuk
Depkes
sudah
saatnya
untuk
mensosialisasikan melalui intansi-intansi terkait bahwa penyembuhan gangguan mental dapat dapat disembuhkan dengan cara bertobat. Barangkali Depag dalam hal ini yang lebih leluasa lantaran kelegalitasannya untuk menjadikan bahasan mengenai peranan tobat dalam membina kesehatan mental menjadikan materi tersendiri dalam dunia pendidikan, mengingat betapa penting dan bermanfaatnya bertobat bagi kehidupan dunia. Bagi para psikholog, seyogianya mengkaji lebih lanjut bahkan meneruskan meneliti ke lapangan terhadap orang-orang yang mengalami gangguan mental atau orang-orang yang telah pulih dari gangguan dan penyakit mental, dan bahasan selanjutnya mengenai kesehatan mental menjadi lebih luas, akurat dan lebih sempuma. Bagi juru dakwah/missionaris, agar mengetahui kualitas mental agama yang ada dalam pribadi dan masyarakat beragama. Sehingga dengan itu mereka dapat mencarikan materi dakwah, metode dan peralatan serta tempat dakwah yang serasi bagi sasaran dakwah tersebut Bagi para politikus, negarawan, petugas keamanan agar tahu menciptakan suasana keag(U11aan terhadap masyarakat seiring dengan apa yang menjadi kebutuhan masyarakat tentang nilai ag(U11a. Juga supaya mereka dapat berkomunikasi dengan baik terhadap masyarakat, demi mewujudkan politiknya serta keserasian dengan kebutuhan masyarakat tersebut.
82
Bagi para psikiater 'psychiatrisl'(dokter penyakit jiwa), agar dapat menyembuhkan pasien lewat penggunaan pemahaman atas nilai ajaran agama yang mereka serta pasien yakini. Kemudian rekomendasi terakhir untuk khalayak banyak yang dapat penulis tuliskan adalah, manusia kiranya dapat memahami bahwa AI-Qur'an dan kitab-kitab agama lainnya adalah warning dari Yang Maha Kuasa, yang memerlukan interpretasi logis. Tanpa hams difahami sebagai musuh kebudayaan, isi dan kandungannya akan tetap mewarnai disetiap perbuatan manusia yang sudah mendapati kesehatan mentalnya yang sempurna. Maka dari itu berinterpretasilah dan gali kreativas akal seliberal-liberalnya, sebab seliberal-liberal apapun akal manusia, paling hanya sampai pada level manusia itu sendiri dan tetap berada ditengah muara keterbatasan.di mata Sang Khalik (walam yakullahu kufuan Ahad).
Dengan demikian akhirnya penulis berharap khususnya Islam bukan hanya sebatas "aturan" yang elastis yang dapat mengikuti zaman akan tetapi lebih dari itu sebagai aturan yang dapat mengarahkan zaman, itu semua hanya Muslim sendiri yang dapat membuat dan merubahnya, bukan yang lain atau bahkan Tuhan. If/gat itu,!!
("Love" and 1000 "Kisses" for Islam - Salam Penulis).
DAFTAR PUSTAKA
'Azizus Samad, Ulfat Islam dan Kristen, (Terj. Machnun Husein), Jakarta: PT. Serambi IImu Semesta, 200 I, Cet.ke-2 Ayoub, Mahmoud Mustafa, Mengurai Konjlik Muslim-Kristen, (TeIj. Ali Nur Zaman), Yogyakarta : Fajar Pustaka Bam, 200 I, Cet.ke-I Ahmad, Muhammad bin Ahmad Sayyid, Dosa-dosa Bahaya dan Pencegahannya, (Terj. Abu Umar Basyir AI-Medani), Solo: At-Tibyan, 2001, Cet.ke-l A. Djazuli dan Aen, 1. Nurol Ushul Fiqh Metodologi Hukum Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000, Cet.ke-I A. F. Jaelani, Drs., Penyucian Jiwa (Tazkiyat Al-Naji) & Kesehatan Mental, Jakarta; Amzah, 2000, Cet.ke-l
Atkinson, Rita. 1., dkk., Pengantar Psikologi, (Terj. Widjaja Kusuma), Batam Iteraksara, tth, jilid II
C. Groenen OFM, Panggilan Kristen, (Terj. Frans Harjawiyata), Yogyakarta Kanisius, 1979, Cet.ke-20 Daradjat, Zakiah, Prof, Dr., H., Kesehatan Mental, Jakarta: PT. Toko Gunung Agung, 1995, Cet.ke-21
_ _ _, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, Jakarta : Cv. Ruhama, 1995, Cet.ke-2 _ _-" Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, Jakarta : PT. Toko Gtmung Agung, 1995, Cet.ke-14 _ _-" Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 1996, Cet.ke-15. Depag R 1, AI-QuI' 'an dan Terjemahnya, Surabaya : Mahkota, 1989 Djamaluddin, Burhan, Dr., M.A., Konsepsi Taubat, Surabaya : Dunia Ilmu, 1996, Cet.ke-l Djaya, Ashad Kusuma, Kembali Kepada Tuhan, Yogyakarta : Mitra Pustaka, 1999, Cet.ke-l
85
Jaya,. Yahya, Dr., M.A., Peranan Tobat dan Maaf dalam Membina Kesehaton Mental, Jakarta: CY.Ruhama, 1995, Cet.ke-3
_ _ _, Spiritualisasi Islam dalam Menumbuh Kembangkan Kepribadian dan Kesehatan Mental, Jakarta: CV. Ruhama, 1994, Cet.ke-I al-Jauziyah, Ibnu Qayyim, Madarijus Salikin (Pendakian Menuju Allah), (TeIj. Kathur Suhardi), Jakarta: Pustaka AI-Kautsar, 1999, Cet.ke-2, Jalaluddin, Prof, Dr., H., Pengantar Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Kalam Mulia, 1998, Cet.ke-4 Kajeng, I Nyoman, dkk., Sarasamuccaya, Surabaya : Paramita, 1999, Cet.ke-2 Kartono, Kartini, Hygiene mental dan Kesehatan mental dalam Islam, Bandung ; Mandar Maju, 1989, Cet.ke-6 Lembaga Alkitab Indonesia, Alkitab, Jakarta : Perc. Lembaga Alkitab Indonesia, 1996, Cet.ke-I Langgulung, Hasan, Prof, Dr., Teori-teori Kesehatan Mental, Jakarta: Pustaka AIHusna,1986, Cet.ke-2 Mubarok, Akhmad, Dr., M.A., Pendakian Mem!/u Allah, Jakarta: Paramadina, 2002 Marimutu Manimaren Terjun dari Lantai 56 Hotel Aston, Kompas, Jakarta, 6 Agustus 2003 Mudjib, Abdul, Drs., H., Kaidah-kaidah !lmu Fiqh, Jakarta: Kalam Mulia, 2001, Cet.ke-4 al-Mashriy, Jamilah, Meraih Ampunan !lahi, (Terj. Fauzi Faisal Bahreisy), Jakarta: Searmbi Ilmu Semesta, 2000 Meichati, Siti, Kesehatan Mental, Yogyakarta : Penerbit Fakultas Psikologi DGM, 1993 Mujib, Abdul, M.Ag., dan Mudzakir, Jusuf, M.Si., Nuansa-nuansa Psikofogi Isfam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001, Cet.ke-I Nawawi, Rif'at Syauqi, Drs., M.A., Taubat Ditinjau dari Sisi Kaidah Fiqih, Jakarta : P3M IAIN Jakarta, 1991, Mimbar Agama dan Budaya, No.17, Th.VIII
LAMPIRAN Beberapa ayat Al-Qur'an tentang pengampunan, baik pengampunan Allah kepada manusia, maupun manusia yang memohon ampun kepada Allah, dengan kata jadiannya masingmasing, yang diungkapkan dengan istilah al-taubah. al-afiv. al-talifir. dan al-ghufran. Diantaranya sebagai berikut: No.
Denl!:an Istilah
I
Ai-taubah
II
Ai-Afw
III
Ai-Takfir
al-Our'an Surat AI-Baqarah 12 An-Nisa 14 AI-Ma'idah 15 At-Taubah 19 Hud/ll AI-Israa 117 Thaha/20 An-Nnur/24 AI-Furaon 125 At-Tahrim 166 Al-Baaarah 12 At-Taubah 19 AI-Imran 13 An-Nisa/4 An-Nuur/24 AI-Ma'idah 15 Asv-Svu'ara 126 AI-Haii 122 AI-Ma'idab 15 AI-Hadid 157 Mubammad 147 AI-Anra1/8 AI-lmran 13 At-Tbalaa I 65 At-Tal!habun 164 AI-Ankabut 129 An-Nisa 14 Hud/ll
IV
Ai-Glm/ran
AI-Oashasb 128 Shad 138 AI-Anra1/8 AI-Imran 13 Az-Zumar 139 AI-Ma'idah 15 AI-Fath 148 AI-Mu'min 140 AI-A'rar 17 AI-Fathir 135 AI-Hadid 157
Ayat 37,159,160 16,17,18,146 39,74 102,112,117 3.52 25 82,122 5,31 70 8 52.219 43 135 152 155 159 31,149,153 22 101 25.30 58,59,60 65,89,95 20 2 29 195 5 9 7 31 114 16 25 29 31,133,135 53 40 . 14 3 155 , 7 155