Tatap muka ke : 3 - 4 POKOK BAHASAN II II. MANAJEMEN PENILAIAN Tujuan Instruksional Umum : Mengetahui manfaat dan cara penilaian ternak potong, untuk mendapatkan produktivitas ternak potong yang tinggi baik berdasarkan bentuk luar maupun karkas yang dihasilkan. Tujuan Instruksional Khusus : Mengetahui cara judging pada ternak potong. Mengetahui teknik scoring kondisi tubuh pada ternak potong. Mengetahui cara-cara penilaian karkas pada ternak potong. Mengetahui karakteristik ideal pada ternak potong. Uraian Materi Dalam proses pengembangbiakan ternak potong agar dapat menjamin dihasilkannya keturunan yang baik untuk menyediakan bibit yang baik untuk tujuan reproduksi maupun produksi bakalan, perlu diatur dan dikelola secara terarah dan hatihati. Peternak harus memahami karakteristik bibit yang baik atau bakalan yang baik serta menyiapkan ternak pengganti (replacement stock) yang mempunyai produktivitas minimal sama dengan tetuanya atau kelompok pemeliharaan periode sebelumnya. A. Judging Judging adalah salah satu cara yang dipergunakan dalam bidang peternakan untuk mengetahui derajat karakteristik yang dimiliki oleh hewan, yang sangat penting fungsinya untuk produksi. Judging dapat digunakan untuk melihat hubungan antara bentuk luar dengan kualitas ternak. Peternak sebetulnya secara tidak sadar telah mengetahui tentang judging. Pengetahuan tentang judging penting untuk membantu peternak dalam menentukan bibit. Judging dapat menolong peternak dalam hubungannya dengan pemberian pakan, seleksi, breeding dan pemasaran .
19
Judging merupakan penilaian subyektif terhadap ternak berdasarkan penampilan luar / bentuk luar. Melalui pengamatan visual dipilih ternak dari sekelompok ternak (mass selection) berdasar pada nilai standard ideal. Untuk dapat menilai seekor ternak, seorang peternak harus mengetahui hal-hal sebagai berikut : Memiliki pengetahuan tentang bagian-bagian tubuh ternak, terutama yang berkaitan dengan konformasi tubuhnya. Mengetahui kriteria tipe ternak yang akan diusahakan, harus sesuai dengan kebutuhan dan permintaan pasar. Mampu menilai ternak potong secara akurat dan membuat keputusan berdasarkan fakta. Bersikap jujur dan netral disertai dengan alasan yang kuat dalam menentukan penilaiannya. Langkah-langkah penilaian : Penilaian melalui kecermatan pandangan Penilaian melalui kecermatan perabaan Penilaian melalui pengukuran bagian-bagian tertentu. Seleksi yang dilakukan terhadap ternak selalu melalui judging, sehingga judging merupakan tindakan seleksi dari sekelompok ternak. Penggolongan ternak yang akan diseleksi berdasarkan pada : jenis kelamin, umur ternak, asal-usul ternak, bobot badan dan bangsa. Sehingga judging tidak mungkin dilakukan kecuali diketahui macam ternak yang akan diseleksi. Judging pada sapi potong bibit Untuk mendapatkan hasil yang baik, dalam melakukan penilaian sapi potong bibit diperlukan alat penilaian dalam bentuk table skor, timbangan, alat pengukur tubuh dll. Hal-hal yang perlu dilakukan adalah : Perhatian lebih ditujukan pada tipe individual daripada perototan atau kondisinya, walaupun karakteristik idealnya sesuai dengan permintaan pasar.
20
Melakukan pengamatan pada jarak yang mencakup keseluruhan frame ternak yang dinilai. Pengamatan dilakukan dari samping dengan jarak 2,5 – 3 m, dari depan dengan jarak 2,5 m dan dari belakang dengan jarak 2,5 m. Mengamati pada saat ternak berjalan untuk menilai pergerakannya atau adanya kecacatan. Perabaan
dilakukan
untuk
merasakan
kualitas
kulit,
perdagingan
dan
perlemakannya. Melakukan pengukuran ukuran-ukuran tubuh penting yang sesuai dengan tujuan judging.
21
22
Judging pada sapi siap potong / siap jual Penilaian sapi siap jual lebih ditekankan pada karakteristik konformasi dan kondisi akhir daripada terhadap karakteristik jenis kelamin dan bangsa. Karakteristik idealnya adalah sapi yang siap dipasarkan harus memiliki katagori dan pertimbangan yang sesuai dengan selera konsumen dan secara ekonomis akan lebih menguntungkan. Bentuk penilaiannya terlihat pada Tabel berikut :
23
Tabel 1. Daftar isian Penilaian Sapi Siap Jual/ Potong Bagian yang dinilai
Nilai standard
Penampilan Umum (35%) 1. Bobot badan (sesuai umur)
3
2. Bentuk tubuh (dalam, panjang, simetris, halus, punggung sejajar garis perut)
10
3. Kualitas (kepala ramping, kulit lentur dengan ketebalan sedang, bulu halus)
7
4. Kondisi tubuh (bulat, halus merata, bebas cacat dan bengkak, tidak kegemukan)
15
Kepala dan Leher (4%) 1. Kepala (lebar, mulut besar, lubang hidung besar dan terbuka, bersih)
2
2. Leher (pendek, tebal, merata sampai bahu)
halus,
2
1. Bahu (halus, kopak, luas dan gempal pada bagian atas, bersih)
6
2. Dada (ramping, serasi, lebar dan penuh)
2
3. Kaki depan (lurus, terbuka lebar, penuh)
2
Perempat Depan (10%)
Badan (30%) 1. Dada (penuh, dalam, lebar, lingkar dada besar, belikat penuh)
3
2. Rusuk (melengkung seperti busur, perdagingan tebal dan halus)
7
Sapi
Koreksi
24
3. Punggung (luas, lurus, berdaging tebal dan padat)
8
4. Pinggang / loin (luas, tebal, berdaging padat dan halus)
10
5. Legok lapar /flank (ramping, penuh, lemak tidak berlebihan)
2
Perempat Belakang (21%) 1. Pantat dan pinggul (halus, tertutup perdagingan yang merata)
2
2. Pinggul / rump (panjang, lebar datar, pangkal ekor halus, benjolan punggung terpisah lebar)
5
3. Gandik / paha atas / round (tebal, dalam dan penuh)
10
4. Betis / twist (penuh, dalam, serasi)
2
5. Kaki belakang (lurus, terbuka lebar)
2
NILAI TOTAL
100
Keterangan : koreksi dinilai oleh penilai final Untuk form isian sapi bibit, menyesuaikan dengan karakteristik yang dinilai untuk sapi bibit
25
26
27
28
Judging pada domba Terdapat 2 tujuan dalam judging pada domba, untuk tujuan pasar atau potong (market classes) dan untuk tujuan bibit (breeding classes). Untuk tujuan dipotong, penilaian lebih dititik beratkan pada tipe ternak, perototan, keunggulan karkas, hasil daging, kualitas, kesimetrisan dan kehalusannya. Penilaian tipenya didasarkan pada konformasi tubuh (struktur dan bentuk tubuhnya). Domba yang siap dipasarkan harus mempunyai ketebalan lemak punggung 0,35 – 0,65 cm yang diukur pada tulang rusuk ke 12 dan 13. Untuk ternak bibit, karakteristik utama lebih ditujukan pada kondisi tubuh, ukuran tubuh, keadaan kaki dan pertulangannya, bangsa dan seks kehalusan tubuh.
karakternya, serta
29
Langkah-langkah judging pada domba : Mengamati domba dari jarak yang cukup dekat dari depan, belakang dan samping. Pastikan bahwa domba berdiri dengan baik pada ke empat kakinya dalam posisi segi empat. Saat jari-jari melakukan perabaan, lakukan penekanan pada bagian-bagian tubuh domba agar bisa merasakan perdagingan dan perlemakannya. Perabaan (palpasi) pada domba penting artinya karena keadaan tubuh domba sangat dipengaruhi oleh penutupan bulu. Untuk mengetahui perototan, kekuatan, dan kelurusan punggung, perabaan dilakukan dengan tangan terbuka Perabaan dimulai dari bagian bahu atau ekor. Bila perabaan dimulai dari ekor, awali dari bagian lutut menuju ekor. Kemudian dilanjutkan dari ekor ke bagian bahu sambil dirasakan perdagingan dan perlemakannya. Dengan penekanan jari, rasakan pada titik bahu keadaan perlemakannya bila domba tersebut digemukkan. Rentangkan jari tangan dengan jengkalan pada bagian bahu, agar bisa dirasakan kedalam dadanya. Keadaan rusuk depan saat dinilai harus melengkung seperti busur. Dengan tangan dan jari-jari yang masih direntangkan, telusuri bagian tubuh samping domba, rasakan perdagingan dan perlemakannya pada bagian rusuk. Rentangkan jari tangan pada bagian pinggang (loin) untuk menilai luas dan dalamnya bagian tersebut. Jengkalkan tangan dari bagian akhir rusuk sampai ke bagian tulang duduk untuk menilai panjang loin. Amati
ketebalan
bagian
legok
lapar
belakang
untuk
menilai
hasil
penggemukannya. Amati bagian pinggul/bokong (rump) untuk melihat keluasannya, merata dan seragam lebarnya. Jengkalkan tangan pada bagian ekor.
30
Rasakan keadaan kaki-kakinya dengan menekankan jari tengah pada bagian dalam paha atas sampai ke betis untuk menilai perototannya. Apabila terasa perototannya cukup dalam dan merata menandakan bahwa penggemukannya terlalu berlebihan. Dalam menilai domba bibit, nilailah keadaan bulunya.
31
Peternak sebetulnya secara tidak sadar telah mengetahui judging. Pengetahuan tentang judging penting untuk membantu peternak dalam menentukan bibit. Seleksi
32
yang dilakukan terhadap ternak selalu melalui judging, sehingga judging merupakan tindakan seleksi dari sekelompok ternak. Penggolongan ternak yang akan diseleksi berdasarkan pada : Jenis kelamin, umur ternak, asal-usul ternak, bobot badan, bangsa sehingga judging tidak mungkin dilakukan kecuali diketahui macam ternak yang akan diseleksi.
Judging dapat menolong peternak dalam hubungannya dengan : Pemberian pakan, seleksi, breeding dan pemasaran Penilaian (Grade) Lamb : Anak domba yang diseleksi untuk potongan dan merupakan hewan yang paling baik di dalam golongannya (PRIME LAMB) Choice : Anak domba yang kurang memenuhi syarat sebagai Prime Lamb sebagai Choice Slaughter Lambs Good Medium ( Fair ) Plain ( Common ) Cull Domba lamb yang akan digemukkan (feeding) nilai / grade tertinggi Fancy dan terendah adalah Inferior sedangkan untuk breeding, grade = untuk feeding Dalam menentukan grade feeder lambs tidak hanya bentuk tubuh, kualitas, dan kondisi saja, tetapi juga kesehatan, konstitusi tubuh, substance, dan bulu perlu dipertimbangkan. Penentuan grade domba potongan Bentuk
Punggung (back) Pinggang (loin) Kaki (leg)
perkembangan tubuh pada bagian bagian tsb baik
33
Kualitas Adalah keistimewaan yang diperlihatkan oleh domba. Keistimewaan itu adalah mudah berubah sesuai dengan kondisi dan bentuk tubuh. Kualitas yang baik mempunyai : Ukuran tubuh sedang Clean bone, head dan ears Kerangka tubuh bundar dengan kulit yang ringan Kualitas secara umum berhubungan dengan daging. Daging yang mempunyai kualitas baik terlihat dari : perlemakan halus, merata dan padat (firm). Dapat ditentukan dengan perabaan sepanjang punggung, rusuk, pinggang, daerah rump dan twist. Kondisi Penyebaran lemak merata, mempunyai dressing percentage baik Lebih palatabel, juicy dan lebih empuk.
Klas dan grade dari feeder sheep Tabel 2. Klas dan grade domba Fase Sheep
Lambs
Shearer lambs
Sex Ewes Wethers
Age Yearling
Ewes
2 th / lebih
Ewes Wethers
All ages
Ewes
All ages
Grade Fancy Choice Good Medium Common Choice Good Medium Common Inferior Fancy Choice Good Medium Common Inferior Choice Good Medium
34
Pada feeder sheep, grade sebelum penggemukan diusahakan sama dengan setelah penggemukan. Judging pada kambing Meat goats should be evaluated on “type” and “market desirability.” These terms refer to frame size, skeletal correctness and how these blend in the market animal. “Market desirability” relates how much finish the goat has in relation to its weight, size and age and is sometimes referred to in terms of USDA quality and yield grades used for lambs. A good market goat should be rectangular in appearance from the side with straight, level top and bottom lines. Length of rump, length of body and length of leg are important to market desirability. The rump should be level and the overall body should be trim. The legs should be straight and placed square under the body, not post-legged or cow-hocked. The fore and hind legs should show evidence of muscling. From the front, a market goat should show width between the forelegs, muscling in the forearm and shoulders, trimness in the brisket or breast area and soundness and correctness in the front feet and legs. The head should be in proportion to the neck and body. From the rear, the hindquarter should be muscular and long and the back, loin and rump should be uniform in width. The feet and legs should be straight and spaced square and wide under the goat. GENERAL APPEARANCE STATURE. The term stature refers to the overall skeletal size and length of the goat. Goats must have an adequate length of cannon bone from knee to pastern and should be above average in overall length of body and general size. Cannon bone length is a good indication of skeletal size. The goat's height measured at the withers should be slightly more than at the hips, and bones must be of good size. HEAD. The head should combine the beauty of eyes, nose, ears, and overall form with strength and refinement. It should have a balance of length, width and substance that insures an ability to consume large amounts of forage with ease.
35
FRONT END. The front end is a combination of chest and shoulder features. The goat should have a wide chest floor and prominent brisket with a smooth blending of shoulder blades and sharp withers. This insures room for the heart and lungs to do their work with ease and also is evidence of proper muscle and ligament strength. FRONT LEGS. The goat's front legs should be straight, perpendicular to the ground, sound in the knees and full at the pint of the elbow. The legs should move with the front feet pointing straight ahead. BACK. A back that is straight, strong, wide, long and level is desired in goats. This denotes a strong body build with good muscling and is indicative of strength to carry large quantities of feed. RUMP. The goat's rump should be long, wide and level from thurl to thurl, cleanly fleshed and have a slight slope from hips to pins. The shape of the rump is important as it affects leg set. HIND LEGS. The goat's rear legs should be wide apart and straight when viewed from the rear, with clean hocks and a good combination of bone refinement and strength. Observed from the side, a plumb line originating at the pin bone would fall parallel to the leg bone from hock to pastern and touch the ground behind the heel of the foot. The resulting angles produced at the hock and stifle joint will be most ideal for easy walking and a minimum of joint problems. FEET. Meat goats need strong pasterns and strong, well-formed feet with tight toes, deep heel and level sole. Such feet are highly resistant to injury or infection and easy to keep trimmed. Goats with uneven toes and extremely weak pasterns should be culled. MUSCLE Meat characteristics can be visually determined by examining the animal hindquarters loin, shoulders and neck. HINDQUARTERS. A long, deeply attached muscle, relatively thick at the thigh and stifle is desirable in meat goats. Heavier muscling on the outside of the leg is acceptable. Muscle over the thurl and rump should be obvious.
36
LOIN. The loin eye or ribeye is typically the best indicator of meatiness in market goats. It should be wide with a symmetrically oval shape on each side of the backbone. This musc1e should carry forward over the ribs or rack. SHOULDERS. The goat's muscling should increase from the withers to the point of the shoulder with the thickest muscle occurring immediately above the chest floor. The circumference of the forearm is the second most important indicator of meatiness, so the forearm muscle should exhibit a prominent bulge and should tie in deep into the knee. NECK. The juncture of the neck and shoulder should be free of excess tissue. It should gently slope to indicate muscling. Smoothness and quality are important in this area. A long clean neck with muscling in balance to the remainder of the animal is desired. CONDITION The term condition refers to the amount of finish or fat the animal is carrying. Goats deposit fat internally before they do externally. The ideal condition is a thin, but uniform, covering over the loin, rib and shoulder. The external fat thickness over the loin at the 13th rib should be between .08 to .12 inches or an average .1 inch
37
Ideal doe
Ideal buck
Ideal doe detailed
Ideal doe udder
Judging pada babi Judging pada babi tidak begitu kompleks seperti pada sapi, karena judging pada babi lebih dititikberatkan pada tujuan evaluasi pada ternak hidup berdasarkan nilai relatif yang diperlukan dalam operasionalisasi dan industri. Beberapa langkah yang perlu diingat dalam menilai babi untuk dijadikan bibit sebagai berikut : Penilaian lebih dititikberatkan pada tipe ternak daripada kondisi dan perdagingannya.
38
Perhatikan standar karakteristik tubuhnya yang harus sesuai dengan bangsanya. Tentukan kemampuan ternak dengan melihat lamanya produktivitas. Evaluasi karakteristik jenis kelaminnya (sifat-sifat jantannya atau sifat-sifat betinanya). Amati ternak dari berbagai sudut dan berbagai jarak.
39
40
41
42
43
B. Teknik Skoring Kondisi Tubuh Kondisi tubuh ternak dapat digunakan untuk pegangan dalam menduga dan menentukan langkah-langkah penting yang berkaitan dengan pengawasan dan penilaian. Pada domba dan babi, pemahaman tentang kondisi tubuh tidak begitu penting karena domba dan babi mudah ditimbang dan diraba. Namun pada sapi potong, teknik penilaian kondisi tubuh pentig dipahami karena ada keterkaitan dengan factor lain. Scoring kondisi tubuh akan sangat membantu dalam manajemen ternak, terutama pada ternak sapi. Penentuan kondisi tubuh pada sapi dapat dilakukan dengan dua cara sebagai berikut : Pengamatan tulang rusuk Berdasarkan pengamatan tulang rusuk, kondisi tubuh sapi dapat dinilai melalui banyaknya tulang rusuk yang tampak membayang di balik kulit dengan ketentuan sebagai berikut : Kurus : jika sebagian besar tulang rusuk (lebih dari 8 buah) tampak membayang di balik kulit (nilai skor 1). Sedang : jika hanya sebagian tulang rusuk (kurang dari 8 buah, biasanya 4 – 6 buah) tampak membayang di balik kulit (nilai skor 2). Gemuk : jika seluruh tulang rusuk tidak tampak membayang di balik kulit karena tertutup oleh perdagingan dan lemak (nilai skor 3). Perabaan tranverssus (spinosus) processus dan tebal lemak di bawah kulit. Pendugaan kondisi tubuh dengan cara ini dibagi menjadi 5 klas, sebagai berikut : Sangat kurus : tulang punggung tampak menonjol dan tranversus processus teraba sangat runcing serta tidak terasa adanya perlemakan di bawah kulit (nilai skor 1). Ketebalan lemak sekitar 0 – 1 mm (emasiasi).
44
Kurus : tranversus processus teraba oleh ibu jari, tidak begitu runcing, terasa adanya sedikit perlemakan di bawah kulit (nilai skor 1,5). Ketebalan lemak sekitar 2 – 5 mm. Sedang : tranversus processus hanya dapat diraba jika ibu jari ditekankan, karena perlemakan sudah terdapat di bawah kulit (nilai skor 2). Ketebalan lemak sekitar 6 – 10 mm. Gemuk
: tranversus processus tidak dapat diraba walaupun ibu jari
ditekankan, karena perlemakan agak tebal di bawah kulit (nilai skor 2,5). Ketebalan lemak sekitar 11 – 16 mm. Sangat gemuk : tranversus processus tidak dapat diraba dan terasa sekali terdapat perlemakan yang sangat tebal di bawah kulit (nilai skor 3). Ketebalan lemak > 17 mm (obesitas). Untuk menentukan kondisi tubuh ternak, sebetulnya sudah ada alat yang cukup praktis, alat ini bekerja secara digital yang disatukan dengan timbangan bobot badan sehingga ketika sapi ditimbang, langsung dapat diketahui nilai kondisi tubuhnya (NKT). Table 3. Hubungan antara skor kondisi tubuh degan aspek reproduksi sapi berdasarkan musim yang berbeda Status reproduksi
Musim Kemarau
Hujan
Saat kawin
2,5
2,5
Pertengahan bunting
2,0
3,0
Saat melahirkan
3,0
2,5
Sumber : Allen, D. dan B. Kilkenny, 1980
45
Table 4. Performen aspek reproduksi sapi bibit berdasar scoring kondisi tubuh Skor Individu Induk
Skor rata-rata kelompok
Skor
Calving interval (hari)
Skor
Pedet yang disapih (per 100 ekor induk)
1 – 1,5
418
1 – 1,5
78
2
383
2
85
2,5 – 3
364
2,5 – 3
95
3+
358
3+
93
Sumber : Allen, D. dan B. Kilkenny, 1980 When selecting and judging meat goats, or judging them for market, the following factors need to be taken into consideration:
General Appearance
Conformation
Muscling
Finish or Condition
Body Condition Scoring as a Management Tool for Appraising Meat Goats The body reserve of goats can be evaluated by a procedure known as body condition scoring (BCS). BCS is the process by which the amount of fat covering the rump and the loin areas is evaluated by sight and by touch. The goat is given a numeric score between 1 (thin) and 9 (obese) for meat goats and 1 (thin) and 5 (obese) for dairy goats. Most meat goats generally fall between 3 and 7. A BCS of 5 indicates an average, moderately fleshed animal that is not fat or thin as shown in Table 1. With a little training and good observations, this technique can also be used to effectively monitor the nutritional status of a herd.
46
Table 5. System of body Condition Scoring Group
Score
Description
1
Emaciated - Goat is extremely thin; no fat is covering the spine and hip bone areas. The tail bone and hip bone are quite pronounced and the individual ribs can be seen.
2
Poor - Goat is still fairly thin. There is little fat covering the spine and hip bone regions. The hips, ribs and tail bone are less prominent.
3
Thin - Ribs are still individually identifiable. There is a little fat covering tail head and spine areas.
4
Borderline - The spine and the ribs can be individually identified by palpation, but feel rounded rather than sharp. Some fat is over the ribs.
5
Moderate -Goat has a good overall appearance. Fat is over the ribs, hips and tail bone areas and feels spongy to the touch.
6
High Moderate - Firm pressure now needs to be applied to feel spinous processes. Fat is observable and palpable over the ribs and tail head area.
7
Good - Animal appears fleshy and obviously carries considerable amount of fat. Very spongy fat covers ribs and tail head areas. Rounds or pones are beginning to become obvious.
8
Fat - The goat is very fleshy and over-conditioned. Spinous and transverse processes are almost impossible to palpate. Rounds or pones are obvious.
9
Extremely Fat (Obese) - The goat appears blocky, tail head and hips are buried in fatty tissue. Bone structure is barely viable and is not palpable. Animal may have difficulty in mobility.
Thin Condition
Borderline Condition
Moderate Condition (Optimum)
Fat Condition
47
General appearance of a meat goat refers to the following:
Quality and Type - deep bodied, bold, rugged and masculine in appearance, showing great power and symmetry of form; clean, strong bone; smooth, wellbalanced finish; graceful, powerful walk; and impressive style and carriage.
Size and Development - according to age, preference being given to animals showing superior growth and muscle development.
Condition - well-muscled with a smooth, even covering of firm flesh; hair smooth and flossy.
Conformation Conformation is the build, outline, or contour of an animal. It is influenced largely by the shape and size of the muscles. Superior meat goat conformation contributes to a higher dressing percentage, a higher cutting percentage of meat to bone, and a higher cut-out value in the higher-priced cuts. Consequently, top meat goat conformation may return more dollars. Muscling Today, consumers are demanding meat with a maximum amount of lean and minimum amount of fat. Meat goats should show muscling in the regions of the shoulder, hind quarters, loin, brisket, and neck. However, when scoring an animal for muscling, it should be recognized that condition or fatness can create a false impression of muscling. For example, a very thin animal seldom has the appearance of muscularity, with the result that it is apt to be scored rather low in muscling. However, when the same animal is fattened, it is likely to score higher on muscling. Yet, when finish is overdone, the extra condition may cause the animal to lose the muscular appearance. Finish or Condition Finish refers to condition or amount of fat an animal is carrying and is the major factor affecting carcass yield of retail cuts, meat quality, and dressing percentage. In judging meat goats for finish, the quantity, quality, and distribution
48
must be considered. It must be borne in mind that goats deposit fat internally before they do externally. The ideal condition or finish required of a meat goat is a thin, but uniform, covering of fat over the loin, rib, and shoulder areas. Some experts are recommending that the external fat thickness over the loin at the 13th rib between 0.08 and 0.12 inches or an average of 0.1 inches. However, uniform carcass standards have not been accepted at this point. Steps in Judging Meat or Market Goats Side View (neck, rump, shoulder, hocks, barrel, legs) When viewed from the side, the neck should be short to medium in length, strong, and especially thick at the base, blending smoothly into shoulders and brisket. The rump should be long, broad, and slightly sloping with smooth, even covering of firm flesh. Hips wide apart and level with back. Pins wide apart and lower than hips. Tail head slightly above and neatly set between pin bones. Tail symmetrical with body. Both fore and hind legs should be nearly perpendicular from hock to pastern. Hocks should show angulation. The barrel should be uniformly deep, wide and strongly supported from front to rear, with well-sprung ribs. The shoulder should be moderately heavy, strong, and well muscled with even covering of firm flesh and the shoulder blades should set smoothly into the area of the chine. Rear View (rump, hind legs, escutcheon, and thighs) From the rear, the hind quarters should be full, wide and deep, with muscling carrying down deep toward the hocks – both on the inside and outside of the legs; medium in length, wide apart and nearly straight. Hocks should be wide apart. As viewed from the rear look for the greatest width in the round about a point halfway from the rump to the hocks as this indicates fullness of rounds due to muscling rather than fat. Front View (fore legs, heart girth, brisket, and head) When viewed from the front, the head should be medium in length, strong and masculine in appearance, muzzle broad with large open nostrils, jaw strong and even, eyes full and bright and forehead wide. The forelegs should be medium in length; set
49
keep and widely apart indicating ample digestive capacity strength and vigor; squarely set; straight; and strong. Bones strong, clean, and adequate density to support weight; feet sound, short, wide, and straight with deep heel and level sole. Large heart girth resulting from long, well-sprung foreribs; wide muscular chest floor between front legs; and fullness at point of elbow. Brisket should be broad, deep, muscular, and firm. The animal should stand well forward. Top View (back, loin, shoulder) When viewed from the top, a market goat should be blocky and rectangular in appearance. The back should be broad and strong with even covering of smooth, firm flesh. Top line strong, straight, and nearly level. The loin should be wide, full and deep. Width over the top and behind the shoulder should indicate a good spring of rib. Handling
Estimate the amount of finish by feeling along the top line and rib area. Check for quality of bone by feeling and looking for clean-cup devise, flat bone and smooth, clean knee joints. Avoid coarse, spongy bones which is indicated by puffy knee joints. Check for clean, flat, and wide hocks which are free from coarseness and puffiness. Check for the width of the round at a point about halfway from the rump to the hocks. This indicates fullness of rounds due to muscling rather than fat. Check for as much depth as possible in the hind quarter from the tailset to the flank. Check for depth of hind flank and length from the back to the hocks.
C. Penilaian Karkas Penilaian karkas biasanya disebut dengan classing. Maksud classing adalah penilaian untuk memilih ternak atau produk ternak berdasarkan karakteristik nilai-nilai ekonomisnya yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan serta manajemen yang diterapkan. Indicator untuk menilai kualitas karkas ditujukan pada dua hal, yaitu : Ketebalan lemak.
50
Ketebalan lemak dinilai berdasarkan penyebaran deposisinya serta keadaan jumlahnya (berlimpah atau sedikit). Pengukuran ketebalan lemak akan lebih akurat bila menggunakan ultrasonic karena dapat dilakukan pada ternak yang masih hidup. Jika pengukuran ketebalan lemak tanpa menggunakan alat, maka penilaian dapat dilakukan pada bagian tonjolan tulang tranvessus processus ke delapan (P8) pada daerah bagian pinggul. Caranya dengan melakukan perabaan menggunakan ibu jari dan merasakan ketebalan lemaknya seperti pada pendugaan kodisi tubuh. Ketebalan lemak dapat dipergunakan untuk menduga persentase karkas. Semakin gemuk seekor ternak, akan semakin tinggi persentase karkasnya. Tabel 6. Hubungan skor perlemakan dengan tebal lemak dan kondisi tubuh ternak sapi Skor perlemakan
1
2
3
4
5
6
Ketebalan lemak (mm)
0–2
3–6
7 – 12
13 – 22
23 – 32
33 +
1
1,5
2
2,5
3
3+
Skor kondisi tubuh
Perdagingan Ketebalan daging adalah indicator yang baik untuk diukur menggunakan alat atau dengan perabaan yang terlatih. Dapat juga diukur dengan menggunakan alat ultrasonic pada bagian punggung ternak. Indeks perdagingannya dapat diukur berdasarkan formula rumus tertentu. Pengukuran bobot karkas dapat dilakukan dengan dua cara yaitu bobot karkas dingin (cold weight) dan bobot karkas panas (hot weight). Hasil pengukuran ini akan berpengaruh terhadap persentase karkasnya. Penimbangan karkas sebaiknya dalam bentuk karkas dingin yang dilakukan dalam kamar pendingin. Dalam penjualan karkas, harga karkas panas akan dikurangi 3% dari harga
51
karkas dingin dalam bobot yang sama, karena terjadinya evaporasi selama karkas tersebut didinginkan. Nilai perdagingan
karkas
diukur melalui
fleshing
index atau
indeks
perdagingan dengan rumus : Index Perdagingan = Bobot Karkas / Panjang Karkas Semakin tinggi indeks perdagingan, semakin tebal dan semakin banyak / padat daging karkasnya. D. Karakteristik Ideal Ada beberapa hal yang harus dipahami mengenai berbagai karakteristik yang diharapkan dalam memproduksi ternaknya untuk mewujudkan tujuan perusahaan, antara lain : Karakteristik bangsa Tidak ada satu bangsa ternak di dunia ini yang memiliki semua sifat baik untuk dipelihara atau dikembangkan dalam segala kondisi atau wilayah. Keragaman karakter yang terdapat di dalam bangsa dengan berbagai strain lebih bervariasi daripada antar bangsa. Oleh karena itu sebelum mengambil keputusan bangsa mana yang akan dipelihara, peternak harus memperhatikan karakteristik setiap bangsa, antara lain : Fertilitas Tingkat fertilitas ternak potong ditentukan oleh kombinasi dari factor umur pubertas, tingkat konsepsi, lama bunting, kesulitan melahirkan, jumlah anak lahir dan dapat disapih hidup serta cepatnya post partum estrus. Tingkat pertumbuhan Pertumbuhan yang baik digambarkan oleh cepatnya tercapai target bobot badan yang diharapkan sesuai pasar, cepatnya pertumbuhan pasca sapih dan cepatnya mencapai deposisi lemak yang diharapkan.
52
Kemampuan menyusui Kemampuan induk dapat dinilai dari hasil bobot badan anaknya pada saat disapih. Induk yang produksi susunya baik dan mempunyai sifat keibuan tinggi akan menghasilkan anak dengan bobot sapih tinggi. Efisiensi pakan Efisiensi pakan merupakan ukuran dalam menentukan keceepatan pertumbuhan, besarnya biaya pakan dan tingkat keuntungan. Ternak dinyatakan
lebih
efisien
apabila
untuk
memperoleh
1
kg
gain,
membutuhkan pakan dalam jumlah paling sedikit. Ukuran dewasa tubuh Ternak dengan BB besar lebih mudah mencapai target BB dalam waktu yang lebih singkat. Kualitas karkas Karkas diharapkan dapat menghasilkan daging maksimal, lemak optimal dan tulang minimal. Tergantung pada komponen karkas, bobot karkas dan kandungan daging yang dapat dimakan. Kesehatan Beberapa bangsa ternak tertentu resisten terhadap penyakit atau parasit (Brahman resisten terhadap kutu, caplak dan serangga), beberapa bangsa tertentu terdapat abnormalitas genetic (hemofili pada Hereford). Temperamen Terdapat beberapa bangsa sapi yang mudah bersosialisasi dan bertemperamen jinak. Sapi yang biasa hidup di pasture akan lebih liar dibandingkan dengan sapi yang dikandangkan. Adaptabilitas Daya adaptasi ternak akan sangat mempengaruhi produksi. Ternak yang cepat beradaptasi akan cepat mencapai target BB yang diharapkan.
53
Daya hidup Ternak yang daya hidupnya lama atau panjang akan menghasilkan anak lebih banyak daripada yang daya hidupnya pendek. Daya hidup akan berpengaruh terhadap jumlah replacement yang harus disediakan setiap tahun. Ketersediaan pengganti (replacement) Kualitas ternak pengganti sekurang-kurangnya harus sama dengan induk atau pejantan yang sudah dipelihara. Kurangnya ke-tersediaan replacement akan mempengaruhi kontinyuitas produksi dan biaya. Karakteristik bibit Dalam memilih bibit ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh produsen, karena setiap bangsa akan memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Hal-hal yang harus diperhatikan antara lain : keadaan lingkungan lokasi pemeliharaan; manfaat yang disesuaikan dengan tujuan produksi; selera individu karena ada individu yang tidak menyukai bangsa tertentu atau karakteristik tertentu. Setiap ternak potong yang akan disiapkan sebagai bibit, perlu diseleksi berdasarkan standar ideal sifat-sifat produksinya. Beberapa karakteristik yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan bibit ternak potong antara lain : performen reproduksi, kesulitan melahirkan dan bobot lahir, mothering ability, tingkat pertumbuhan, efisiensi pakan, daya hidup, kualitas karkas, konformasi dan evaluasi karkas. Karakteristik induk dalam kelompok Seleksi yang kontinyu terhadap induk dalam kelompok akan menunjang peningkatan produksi di dalam kelompok tersebut sehingga kualitas ternak akan selalu terjamin dan akan meningkat dari tahun ke tahun. Beberapa karakteristik induk yang perlu diperhatikan adalah : kesehatan, efisiensi produksi, lama hidup, tipe individu, konstitusi dan umur, konformasi tubuh.
54
Latihan soal 1. Jelaskan arti pentingnya manajemen penilaian pada ternak potong! 2. Apa yang anda ketahui tentang judging dan bagaimana anda melakukan judging pada sapi bakalan! 3. Jelaskan hubungan antara skor kondisi tubuh dengan performens produksi dan reproduksi pada ternak sapi! Rangkuman Singkat Judging adalah salah satu cara yang dipergunakan dalam bidang peternakan untuk mengetahui derajat karakteristik yang dimiliki oleh hewan, yang sangat penting fungsinya untuk produksi. Judging dapat digunakan untuk melihat hubungan antara bentuk luar dengan kualitas ternak. Kondisi tubuh ternak dapat digunakan untuk pegangan dalam menduga dan menentukan langkah-langkah penting yang berkaitan dengan pengawasan dan penilaian. Pada domba dan babi, pemahaman tentang kondisi tubuh tidak begitu penting karena domba dan babi mudah ditimbang dan diraba. Namun pada sapi potong, teknik penilaian kondisi tubuh penting dipahami karena ada keterkaitan dengan factor lain. Literatur : 1. Farm Management (Kay, R.D & W.M. Edward, 1994) 2. Farm Animal Management & Poultry Production (Sastry & Thomas, 1976). 3. Genetics of Livestock Improvement (Lasley J. F., 1978) 4. Manajemen Usaha Ternak Potong (Undang Santosa, 2006) 5. Livestock Judging Guide, http://www.ksre.ksu.edu/library/4h_y2/S92.pdf