Tatap muka ke 8 – 9 POKOK BAHASAN V V. PRODUKSI TERNAK PADA PADANG PENGGEMBALAAN Tujuan Instruksional Umum : Untuk mengetahui produktivitas ternak yang dipelihara pada padang penggembalaan tropik. Tujuan Instruksional Khusus : Mengetahui tipe-tipe padang penggembalaan dan tatalaksana penggembalaan pada padang penggembalaan tropik. Untuk mengetahui produksi daging pada pasture tropik. Mengetahui daya tampung dan stocking rate pada pasture tropik. Menghitung daya tampung dan stocking rate ternak pada pasture tropik. Uraian Materi : Pengertian padang penggembalaan / pasture Padang penggembalaan adalah suatu daerah padangan dimana tumbuh tanaman
makanan
ternak
yang
tersedia
bagi
ternak,
ternak
dapat
menyenggutnya sesuai dengan kebutuhannya dalam waktu singkat (Cullison, 1975). Pengertian dasar : padang penggembalaan adalah luasan tertentu yang ditumbuhi HMT (rumput dan atau legume) yang dapat memenuhi unit ternak tertentu secara kontinyu dalam kuantitas dan kualitas yang mencukupi. Padang penggembalaan merupakan sumber penyediaan HMT yang ekonomis dan murah, ternak bisa secara langnsung memakannya, terdiri dari rumput seluruhnya, leguminosa saja atau campuran keduanya, Padang penggembalaan / pasture yang baik terdiri dari campuran rumput dan legume. Nilai ekonomis padang rumput Rumput bila digembalai merupakan pakan termurah bagi ternak ruminansia,
75
Rumput bila diawetkan (hay/silase) lebih murah daripada umumnya pakan ternak (untuk daerah beriklim sedang). Pada umumnya pemeliharaan sapi (potong / perah) yang digembalakan di lapangan akan lebih murah daripada diberi pakan konsentrat karena : Tenaga kerja yang diperlukan untuk mengurusi perawatan ternak lebih sedikit. Rumput paling murah diantara hijauan yang lain. Mengurangi penggunaan feed supplement protein yang harganya mahal. Ternak yang digembalakan sekaligus akan memupuk tanaman dengan kotorannya. Alasan mengapa rumput sesuai sebagai TMT Tumbuhnya batang-batang baru dengan jalan membentuk tunas-tunas merupakan cara penyembuhan terhadap akibat yang ditimbulkan oleh pemotongan / penggembalaan. Jaringan-jaringan baru yang dibentuk selama pertumbuhan terutama tumbuh pada pangkal daun, sehingga kecil kemungkinan menjadi rusak karena pemotongan / penggembalaan. Banyak rumput yang mampu mempertahankan pertumbuhan vegetatif secara terus-menerus dan hanya terhenti pada musim kering / dingin. Banyak rumput berkembang baik dengan rhizoma / stolon yang mudah membentuk akar tambahan, sehingga permukaan tanah cepat tertutup. Sistem perakarannya mengikat partikel-partikel tanah dan membentuk jalinan serta mengangkut unsur hara ke lapisan permukaan yang telah tercuci oleh hujan ke dalam tanah. Tipe-tipe padang penggembalaan Padang penggembalaan dapat diklasifikasikan menjadi 4 golongan utama : Padang penggembalaan alam Padangan yang terdiri dari tanaman dominan yang berupa rumput perenial, sedikit atau tidak ada sama sekali belukar gulma (weed), tidak ada pohon.
76
Sering disebut sebagai padang penggembalaan permanen. Tidak ada campur tangan manusia terhadap susunan floranya. Manusia hanya mengawasi ternak yang digembalakan, ternak berpindahpindah mengikuti pemiliknya. Hampir semua padang penggembalaan tropik termasuk dalam golongan ini. Padang penggembalaan permanen yang sudah diperbaiki Spesies HMT belum ditanam oleh manusia, tetapi manusia telah merubah komposisi botaninya, sehingga diperoleh spesies yang produktif dan menguntungkan dengan jalan mengatur penggembalaan / pemotongan, drainase, penggunaan pupuk, pengolahan tanah, penanaman ulang dan pemberantasan gulma. Faktor lain yang mempengaruhi komposisi botani padangan adalah curah hujan, tinggi tempat, jenis ternak yanng digembalakan. Padang penggembalaan buatan (temporer) TMT telah disebar / ditanam dan dikembangkan oleh manusia Padangan temporer jangka panjang pada umumnya dapat menjadi padangan permanen. Padangan temporer jangka pendek yang digunakan untuk 3 – 4 tahun sering diselingi dengan tanaman pertanian untuk memperbaiki kesuburan tanah. Padang penggembalaan dengan irigasi Padangan biasanya terdapat di daerah sepanjang sungai atau dekat sumber air. Pengembalaan ternak dijalankan setelah padangan menerima pengairan selama 2 – 4 hari, untuk mencegah kerusakan karena injakan. Bila padang penggembalaan ini diusahakan secara intensif dan digunakan untuk penggembalaan, maka digunakan sistem pergiliran, lebih baik lagi dengan memasang pagar bermuatan listrik. Untuk mempertahankan hasil yang tinggi, diperlukan pemupukan berat.
77
Penggembalaan bergilir / lajur juga merupakan suatu tindakan pencegahan terhadap terjadinya kembung perut pada ternak. Tatalaksana penggembalaan Tujuan : Untuk mempertahankan produksi yang tinggi dari HMT yang berkualitas baik untuk waktu sepanjang mungkin. Untuk mempertahankan keseimbangan yang menguntungkan antara jenisjenis HMT. Untuk mencapai penggunaan yang efisien dari HMT yang dihasilkan. Agar produksi ternak dapat maksimal. Tatalaksana yang baik dilakukan dengan mengadakan fase istirahat untuk memberikan kesempatan agar TMT tersebut dapat tumbuh kembali setelah penggembalaan, dengan mengadakan pengaturan ternak yang digembalakan. Penggembalaan
yang
agak
berat
(over
grazing)
akan
merangsang
pembentukan tunas-tunas, tetapi defoliasi yang terlalu sering terutama pada fase awal pertumbuhan akan menekan pertumbuhan dan perkembangan akar, sehingga akan menyebabkan penurunan ketegaran dan dapat menyebabkan penggantian jenis yang disukai dan berkualitas oleh jenis-jenis TMT yang kualitasnya rendah. Jenis baru ini tidak akan dimakan oleh ternak sehingga akan menyebabkan tumbuhnya gulma baru. Penggembalaan yang kurang (under grazing) akan menyebabkan penurunan nilai gizi pasture (umur tanaman menjadi tua, sehingga kadar protein kasarnya menjadi rendah dan kadar SK tinggi), hal ini akan mengakibatkan rendahnya daya cerna hijauan. HMT tersebut menjadi tidak lebih baik dari ransum untuk pokok hidup. Oleh karena itu, untuk mempertahankan keseimbangan yang baik antara jenisjenis HMT, diperlukan pengaturan penggembalaan yang seksama. Cara penggembalaan ternak :
78
Penggembalaan ekstensif Cara penggembalaan ekstensif : ternak tetap tinggal di daerah padang penggembalaan yang sama untuk jangka waktu panjang. Sering disebut dengan penggembalaan kontinyu. Ternak digembalakan secara liar dan bebas memilih sendiri HMT yang disukai di padang penggembalaan yang luas tanpa rotasi. Jumlah ternak yangn digembalakan relatif rendah, tetapi memberi hasil yang kurang produktif dibandingkan dengan padang penggembalaan bergilir. Pada
umumnya
padang
penggembalaan
tropika
mengalami
penggembalaan kurang selama musim hujan dan berlebihan selama musim kemarau, sehingga berakibat merosotnya nilai gisi pasture tersebut. Kerugian berat dari penggembalaan kontinyu di daerah tropik adalah timbulnya caplak dan serangan cacing nematoda. Penggembalaan semi intensif Ternak digembalakan secara bebas di daerah yang luas yang telah dibagi menurut petak-petak luas. Penggembalaan semi-ekstensif telah dilakukan rotasi, tetapi ternak masih dapat memilih HMT secara bebas. Penggembalaan intensif Ternak digembalakan pada daerah terbatas yang dibagi menjadi petakpetak terbatas, sehingga pemilihan hijauan oleh ternak menjadi terbatas. Dilakukan rotasi secara ketat, tiap hari ternak beralih petak. Ada beberapa cara sistem penggembalaan intensif : Penggembalaan bergilir, adalah sistem tatalaksana padang rumput intensif yang dilakukan pada padang penggembalaan permanen yang telah diperbaiki / padang penggembalaan temporer. Cara ini akan mengatasi kerugian karena penggembalaan yang kurang (under grazing) atau berlebih (over grazing).
79
Tujuannya adalah untuk menggunakan padang penggembalaan pada waktu hijauan masih muda dan bernilai gizi tinggi serta untuk memberi waktu yang cukup bagi tanaman untuk regrowth. Cara penggembalaan bergilir adalah : Padangan dibagi menjadi beberapa petak (minimal 6 petak). Ternak digilir secara sistematik dari petak 1 ke petak yang lain. Ternak yang dilepas dalam petak biasanya dalam jumlah banyak (24 UT sapi/Ha). Tiap
petak
digembalai
selama
3
–
7
hari,
panjang
periode
penggembalaan tergantung pada jumlah ternak dan kecepatan pertumbuhan HMT. Kemudian
ternak
dipindahkan
ke
petak
berikutnya,
petak
1
diistirahatkan. Pada waktu petak terakhir selesai digembalai, petak 1 harus sudah siap untuk penggembalaan yang kedua kalinya. Untuk menjamin penggunaan padang penggembalaan
yang paling
efisien, ternak yang merumput dapat dibagi dalam 2 kelompok, yaitu ternak yang berproduksi tinggi (sapi perah dan sapi yang digemukkan) dan kelompok ternak yang berproduksi rendah (sapi kering dan ternak yang dipelihara sekadarnya). Ternak dengan produksi tinggi mendapat kesempatan terlebih dahulu memasuki petak-petak selama waktu yang pendek untuk merumput, baru kemudian diikuti oleh ternak yang berproduksi rendah. Dasar pelaksanaan penggembalaan bergilir adalah HK. VOISIN (Hk. Penggembalaan Bergilir). HK. VOISIN : Hukum I : sebelum padang rumput yang akan disenggut ternak mencapai produksi
maksimalnya,
diperlukan
interval
yang
cukup
antara
2
penyenggutan yang berturut-turut untuk memungkinkan bagi rumput tersebut :
80
Menimbun zat cadangan di dalam akarnya, yang diperlukan untuk mendorong pertumbuhan kembali (regrowth) yang tegar. Untuk menghasilkan pertumbuhan yang sempurna (produksi harian yang tinggi per hektar). Kesimpulan Hk. I : periode istirahat antara 2 penyenggutan yang berturutturut bervariasi karena musim, keadaan iklim dan faktor lingkungan lain. Hukum II : periode total penggembalaan pada suatu petak harus cukup pendek untuk rumput yang disenggut pada hari I penggembalaan dan jangan disenggut kembali sebelum ternak dipindahkan ke petak yanng lain. Hukum III : ternak yang membutuhkan zat-zat makanan paling banyak, harus diberi kesempatan untuk memperoleh jumlah hijauan terbanyak dengan kualitas sebaik mungkin. Semakin sedikit sisa yang dihadapi sapi, semakin banyak rumput yang dimakan. Hukum IV : bila seekor sapi diharapkan menghasilkan susu secara teratur, maka sapi tersebut tidak boleh tinggal lebih lama dari 3 hari di petak yang sama. Produksi akan mencapai maksimal jika sapi tersebut tinggal di satu petak hanya selama 1 (satu) hari. Kesimpulan : Hukum I dan II : dengan menerapkan Hk. I dan II, produksi rumput minimal akan meningkat 2 kali lipat. Hukum III dan IV : dengan Hk. III dan IV, produksi ternak per ekor dapat meningkat 20 – 30 %. Penggembalaan anak-induk bergilir, merupakan modifikasi penggembalaan bergilir, dengan cara anak-anak domba / sapi diberi kesempatan merumput terlebih dahulu, baru kemudian induknya. Strip grazing, adalah metoda penggembalaan bergilir yang lebih intensif dengan menggunakan pagar listrik. Ternak dibatasi geraknya dalam menyenggut hijauan, jumlah HMT yang disediakan terbatas, kesempatan memilih hijauan ditekan serendah mungkin.
81
Dua kawat beraliran listrik ditempatkan di muka dan di belakang ternak. Pergeseran kawat dilakukan tiap hari, 1 – 2 kali sehari. Kerusakan akibat injakan dan pencemaran kotoran ternak lebih sedikit. Hanya bermanfaat pada padang penggembalaan yang bernilai gizi tinggi dan sangat produktif. Penggembalaan berpantang, adalah penggembalaan dengan menyisihkan petak-petak padang penggembalaan tertentu, untuk digunakan pada fase berikutnya. Misalnya pada pembuatan standing hay (hay yang diperoleh dengan cara membiarkan HMT menjadi kering di tempat tumbuhnya, tanpa dipotong terlebih dahulu) di daerah tropik. Juga
digunakan
sebagai
usaha
untuk
memperbaiki
padang
penggembalaan alam. Soiling / zero grazing Hijauan dipotong dan diberikan pada ternak di kandang. Keuntungan : Meningkatkan produksi ternak karena penggunaan HMT lebih efisien. Tidak terjadi kerugian karena injakan / pengotoran. Padang penggembalaan dapat dipanen pada tingkat pertumbuhan hijauan yang lebih lanjut. Konsumsi hijauan hasil pemotongan merata. Pencegahan terhadap bloat dapat dilakukan dengan melayukan hijauan sebelum diberikan pada ternak. Kerugian : Harga alat-alat yang diperlukan untuk pemotongan, baru sebanding bila jumlah ternak yang dipelihara minimal 30 ekor.
82
Mengukur daya tampung padangan Stocking rate : banyaknya ternak yang merumput pada suatu areal pasture dalam waktu tertentu (UT/Ha/th). Makin tinggi SR pada pasture, ternak tidak dapat selektif dalam mendapatkan makanannya, sehingga pakan yang dikonsumsi bernilai gizi rendah dibandingkan dengan pasture yang SR nya rendah. Pasture membutuhkan periode istirahat (rest) untuk regrowth 16 – 36 hari setelah dipotong, tergantung musim. Daya tampung adalah kemampuan padang penggembalaan untuk menampung ternak per hektar (dalam UT). % proper use factor : nilai perbandingan penyenggutan per pengubinan. Ada 3 PUF : rendah (25 – 30%), sedang (40 – 45%), berat
(60 – 70%).
Rumus mengukur daya tampung :
(y – 1 ) s = r y = angka perbandingan luas areal per tahun dibanding per bulan s = periode menyenggut r = periode istirahat Produksi ternak dari pasture tropik Nilai nutrisi dari pasture diukur dari output produksi ternak Produksi ternak merupakan fungsi dari produksi pasture, stocking rate, efisiensi penggunaan pasture, kualitas pasture ditambah dengan faktor luar seperti bangsa dan adaptasi ternak, kesehatan, parasit internal dan eksternal serta tingkat pengetahuan peternak. Total produksi pasture penting untuk mengukur jumlah ternak yang dapat ditampung per unit area, efisiensinya harus sama dengan yang digunakan dan hasil per unit dari sejumlah ternak yang makan di padang penggembalaan diukur dari hasil produksi ternak per unit area pasture.
83
Terdapat dua parameter yang berhubungan dengan kualitas pasture yaitu digestibility dan voluntary intake. Produksi ternak di pasture dipengaruhi oleh : Kualitas pasture : yang meliputi spesies rumput / legume, umur, maturitas, lingkungan, kecukupan akan protein, mineral vitamin dll. Stocking rate dan grazing manajemen.
Stocking rate (SR) : jumlah ternak per unit area (Ha) yang merumput pada suatu padang penggembalaan dalam waktu tertentu (ekor/Ha atau Ha/ekor).
Dalam ternak merumput di padang penggembalaan bisa terjadi over grazing maupun under grazing.
Stocking rate bersifat umum, tidak membedakan tipe dan klas ternak. SR dibagi dalam 2 katagori : a. Instantaneous SR
: dalam satuan UT/Ha
b. Sustained SR
: dalam satuan UT/Ha/th.
Carrying capasity = daya tampung
Adalah SR yang memberikan laju ADG optimal per ekor dan BB hidup optimal per Ha.
Optimum SR ini dapat terus menerus digunakan dengan aman sekalipun pada musim kering. Ekspresi SR :
Bila SR rendah atau lebih kecil dari jumlah ternak per Ha (biasanya pada situasi ekstensif grazing), SR diekspresikan dalam Ha/ekor.
Pada intensif grazing, SR diekspresikan dalam ekor/Ha Cara mengatasi fluktuasi pakan pada daerah tropis : Melaksanakan perubahan dalam pengelolaan sapi Pengaturan manajemen pakan :
84
Mengatur program pembibitan secara musiman, misalnya perkawinan diatur sedemikian rupa sehingga induk dapat melahirkan segera sebelum / sesudah musim hujan mulai, karena pada saat tersebut diharapkan produksi HMT akan berlebih. Mengatur musim melahirkan anak sehingga pedhet disapih ketika HMT berlimpah. Mengurangi jumlah sapi dalam kelompok sebelum mulai musim kering, dapat dilakukan dengan cara mengafkir sapi betina induk yang sudah tidak produktif, sapi dara yang tidak subur, pejantan muda (dijual sebelum kehilangan BB nya). Meningkatkan mutu padang penggembalaan : Menggunakan legume untuk padang penggembalaan ekstensif. Memperbaiki mutu pasture Menanam tanaman semak untuk TMT (browse plant) untuk digunakan selama musim kemarau. Suplementasi dari penggembalaan liar (rough grazing) selama musim kering, akan sangat ekonomis bila feed suplement diberikan pada akhir pertumbuhan ternak dari musim hujan ke 2. Mengatur stocking rate Produksi ternak per unit area adalah fungsi dari produksi per ekor dan jumlah ternak per unit area. Prod. Ternak per Ha = Prod. per ekor x jml ternak per Ha Produksi per ekor menggambarkan potensi genetik ternak, standar dari manajemen dan yang lebih penting adalah kualitas hijauan. Jumlah ternak per Ha yang dapat ditampung oleh pasture untuk waktu tertentu merupakan fungsi produksi pasture. Tentunya disini terdapat interaksi antara faktor kualitas dan hasil. Perubahan diantara kedua faktor tersebut akan sangat mempengaruhi SR.
85
Faktor-faktor yang mempengaruhi SR : Laju pertumbuhan hijauan : pertumbuhan hijauan bervariasi tergantung pada spesies, kondisi tanah, suplai nutrisi pada tanah, kompetisi dengan gulma, topografi dan SR itu sendiri. Variasi musim dalam suplai pakan : di daerah tropik ketersediaan hijauan berfluktuasi antara musim kering dan basah. Hujan yang turun juga bervariasi dari tahun ke tahun, sehingga sulit untuk memprediksi produksi HMT. Pemupukan : pemberian pupuk N untuk mempercepat pertumbuhan tanaman akan mempengaruhi daya tampung, sedangkan pupuk P untuk pasture legume dan dapat meningkatkan produksi ternak. Nilai nutrisi hijauan : ternak dalam merumput akan memilih bagian tanaman / spesies yang mempunyai nilai gizi yang lebih tinggi. Komposisi botani : pada pasture campuran yang disenggut oleh ternak harus seimbang, karena kalau terjadi over grazing pada spesies tertentu tanah yang kosong akan diisi oleh weed / gulma. Klas ternak : Pada breeding herd : SR lebih tinggi dari pada feeder steer. Pada sapi perah akan membutuhkan kualitas pasture yang lebih tinggi daripada sapi non laktasi. Domba
penghasil
bulu
/
wool
kurang
tahan
terhadap
stress
dibandingkan dengan domba penghasil daging. Latihan soal : 1. Diketahui seekor sapi dewasa memerlukan 30 kg hijauan per hari. Apabila produksi ubinan 1 m2 HMT = 2 kg hijauan segar, Angka konsumsi = 50 % ubinan, masa merumput = 1 bulan dan masa istirahat = 2 bulan, berapa daya tampung pasture per hektar??? 2. Apabila produksi HMT musim kemarau 0,5 dari musim hujan, dengan jumlah bulan basah : bulan kering 1 : 1 dan PUF 80%, pemotongan rumput umur 45 hari dengan total produksi 1 kg/m2.
86
a. Berapa produksi rata-rata tiap m2? b. Berapa produksi per hari? c. Berapa daya tampungnya? 3. Diketahui produksi BK rumput setaria 1 m2 = 2,7 kg. 1 UT (325 kg) membutuhkan HMT = 2,5% , proper use factor = 50%, periode penggembalaan = 30 hari dan periode istirahat = 60 hari. Ditanyakan berapa UT daya tampung pasture per Ha per tahun?? RANGKUMAN SINGKAT Tatalaksana penggembalaan perlu dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dengan tujuan : Untuk mempertahankan produksi yang tinggi dari HMT yang berkualitas baik untuk waktu sepanjang mungkin. Untuk mempertahankan keseimbangan yang menguntungkan antara jenisjenis HMT. Untuk mencapai penggunaan yang efisien dari HMT yang dihasilkan. Agar produksi ternak dapat maksimal. Produksi ternak merupakan fungsi dari produksi pasture, stocking rate, efisiensi penggunaan pasture, kualitas pasture ditambah dengan faktor luar seperti bangsa dan adaptasi ternak, kesehatan, parasit internal dan eksternal serta tingkat pengetahuan peternak. Produksi ternak di pasture dipengaruhi oleh kualitas pasture, Stocking rate dan grazing manajemen.
87
Tambahan materi
SUSTAINABLE CARRYING CAPACITY Published by the Victorian Government Department of Primary Industries, 2005 Also published on www.dpi.vic.gov.au/science/ems © The State of Victoria Department of Primary Industries 2005
Introduction These monitoring tools have been developed to help farmers and advisers in Southern Australia think about the sustainable carrying capacity of paddocks. They are based on results obtained during the Grassland‟s Productivity Program (GPP).
In addition to the GPP results, we have added the
additional
requirement that groundcover should not fall below critical levels. Below these thresholds indicate that paddocks are being pushed too hard and stocking rates should be reduced to meet minimum groundcover requirements. These tools are suitable for use in winter dominant rainfall areas of southern Australia growing improved pasture species (sub. clover, phalaris, perennial ryegrass, cocksfoot etc) with common annuals (annual ryegrass barley grass, silver grass etc). Potential carrying capacity in summer rainfall areas and on native grass dominant pastures seems to be much lower than for temperate improved species in southern Australia. The tools allow farmers to calculate the potential carrying capacity – this is not a recommendation to run your paddocks or farm at this level, but set a benchmark of what is possible. If stocking rates are well below the benchmark, then it is a prompt to ask other questions such as whether there are soil fertility or subsoil constraints that are limiting carrying capacity. The potential carrying capacity is for moderately fertilised pastures, sown to perennial grasses and annual clovers with volunteer annual grasses.
Whilst
annual pastures may also carry similar amounts of stock in some years, there is much higher risk of groundcover not being able to be maintained in dry years. The tools are not suitable for native pastures on low fertility soils. As part of monitoring for Environmental Management Systems (EMS), we felt that a monitoring tool was needed as an addition to both Prograze and the „Tips and
88
Tools‟ produced from the Sustainable Grazing Systems Key Program.
The
monitoring tools can be used by themselves, or as part of justifying and improving on-farm environmental performance using an EMS
Definitions and background to the potential carrying capacity calculations What is a DSE? DSE stands for „dry sheep equivalent‟ and is a standard unit used to compare the feed requirements of classes of livestock and to assess the carrying capacity of a farm or paddock. The standard DSE is the amount of feed required by a 2 year old 45 kg Merino sheep (wether or non-lactating, nonpregnant ewe) to maintain its weight.
Expressed in metabolisable energy or
mega-joules/day) one DSE is equivalent to 7.6 MJ/day.
DSE ratings for stock
types are shown in Table 1 and more detailed information can be found in papers at the end of this document. What is potential carrying capacity? The potential carrying capacity of a paddock or farm is the number of stock expressed as DSE per hectare that can be carried through most years. In a drought, it will not be possible to maintain the potential carrying capacity, as pasture growth is often less than half of the usual production. The potential carrying capacity is the stocking rate that other farmers across southern Australia have achieved on paddocks on their farms under commercial conditions. The results are relevant to farmer paddocks and cover a wide range of soils, rainfalls, pastures and livestock enterprises. Because the potential is related to the length of the growing season, it means like farms are compared. The potential carrying capacities used in this document are taken from results from the Grassland‟s Productivity Program that ran across southern Australia between 1994-97.
The program compared two paddocks on each farm, a
control paddock where the farmer continued normal farm practice and Productivity
paddock
where
improved
fertiliser,
grazing
and
a
pasture
management was implemented with the assistance of experienced advisory staff. The potential carrying capacity was calculated from these latter Productivity
89
paddocks.
As such, they were not the “best” paddocks available as many
farmers took advantage of GPP to upgrade poor performing paddocks. However, the results provide a good comparison of what over 100 farmers across SA, Vic, NSW and Tas were able to run on paddocks over 2 years. Running farms close to the potential carrying capacity is important, as many studies,
such
as
the south-west Victoria Monitor Farm Program, have
consistently shown that farms, which spend more on inputs and run higher stocking rates, are more profitable than farms with lower stocking rates. However, overgrazing will degrade the farm in the longer term.
This
tool
is
designed to help balance these two goals. What is groundcover? Groundcover is the amount of plant material (dead or alive) which covers the soil surface. It is usually expressed in percentage terms – 100% groundcover means that the soil cannot be seen and 0% groundcover is bare soil.
Groundcover can be estimated visually and the attached photos
(Figure 1, Figure 2 and Figure 3) provide some examples.
Work in eastern
Australia has shown that soil erosion is markedly increased where the groundcover drops below 70%. In Western Australia and the Mallee regions, commonly 50% groundcover is used as the minimum threshold. Where pasture species break down rapidly when they die off (eg sub. clover and capeweed) it can be difficult to maintain 70% groundcover, this can lead to wind or water erosion.
MONITORING POTENTIAL CARRYING CAPACITY Goal:
To stock farms or paddocks to balance the long term productivity
(profitability) and environmental sustainability. STEP 1. Calculate the area of the paddock (or farm). Note that if you have fenced off areas within a paddock, such as remnant vegetation, these areas should be excluded. Cropped areas need to be excluded from area calculations on a farm basis. STEP 2. Decide the time of year when groundcover is at its lowest level A problem with highly fertile and well managed pastures is that sheep
90
performance on dry feed can be adequate even though pastures are over grazed (eg. to less than 1000 kg/ha). The time when groundcover is at its lowest point could vary for particular paddocks on the farm and will be different for different climates. For example in cold, wet areas such as high rainfall districts in much of eastern Australia the most limiting period is in late autumn before the autumn break. For areas with hot, dry summers such as WA wheatbelt the critical time may be summer-autumn. For summer dominant rainfall environments, depending upon the paddock management, the storm activity is likely to make summer the time of highest risk. STEP 3. Estimate the groundcover at this critical time. Different levels of minimum groundcover (and herbage mass can also be important) are needed for different soil types and regions. Minimum levels for pastures in south-eastern Australia are suggested to be: 70% for pastures on flat and slightly sloping (<3%) land and on non-erosion prone soils (moderate-good soils generally). Herbage mass should be a minimum of 800-1200kg dry matter (DM)/ha. 80-90% groundcover for lighter, more erosion prone soils and where land is undulating. Minimum herbage mass should also be 1000-1500kg DM/ha. 90-100% groundcover for steep hill country on light and erosion prone soils (eg slopes of greater than 10%, granite or light sedimentary soils with low fertility and often high acidity).
Herbage mass should be a minimum of
1500kg DM/ha. In areas such as the Mallee and Western Australia, 50% is often used as the minimum groundcover %. If you have less than the minimum groundcover percentages
at
the
critical
time,
then
your stocking rate is too high for
sustainability. Groundcover % figures are given in Figures 1-6 (at the back of the document), ranging from 20-100% to help you assess your groundcover levels. (These were supplied by Greg Lodge NSW DPI for the 20, 40 and 70% levels and for the remainder, Primary Industries South Australia, 1996, Pasture Pics : easy
91
estimation of pasture dry matter levels, Appila / Bundaleer Pasture Group, Appila, SA.) STEP 4. Calculate the current carrying capacity on the farm (or paddock). This is the DSE/ha you normally run in this paddock. You will need to use your livestock paddock records to calculate the stocking rate for a typical year, the longer period over which you can calculate this value the better.
For set-
stocked conditions the calculation is straightforward. If the paddock is rotationally grazed with different types and numbers of stock, you will need to calculate the number of grazing days for each time the paddock is grazed (number of animals x dse rating x number of days). Add these grazing days for the period and then divide by the total number of days in the period. Use Tables 1 and 2 to determine DSE values for types of stock. Computer software packages can readily calculate carrying capacity of paddocks. STEP 5. Estimate the length of the growing season. The growing season is the long-term average growing season (number of months eg. 8 months for Rutherglen area, 7-10 months for Hamilton area), taken from when the opening seasonal rains normally occur and when pastures die off (for annuals) or hay off (for perennial species based pastures). Questions to consider are when you normally get an autumn break, whether the paddock dries off earlier than others because it is a lighter soil or has mostly annuals, or is on a steep slope. Estimate to the nearest half-month. STEP 6. Determine the soil P level for the particular paddock. If it is a Colwell P you will need to express in terms of its Olsen P equivalent. To approximately convert Colwell P to Olsen divide Colwell P by 1.6 for sands or sandy loam, 2.0 for loams, 3.0 for clay loams and clays. See the Soil Fertility Monitoring Tool if you would like more detailed information of soil testing and interpretation. STEP 7. Compare your current carrying capacity with the potential values. Potential Carrying capacity (DSE/ha) is shown in Table 4 depending on the Olsen P value (e.g. 10 or 20 mg P/kg), length of growing season and paddock size. Pick the closest value to your figures, don‟t be too fussed about absolute values.
92
If you really want to go into detail, the equation you can use to calculate potential carrying capacity from any growing season, Olsen P or paddock sizes is shown below but for most situations, an approximation from Table 4 will be sufficient. Carrying capacity (DSE/ha) = a + b (growing season) + c (Olsen P) Where: a = -8.30 for paddocks less than 20 ha in size or –11.05 for paddocks of more than 20 ha b = growing season (expressed in months) c = Olsen P (in mg/kg) STEP 8. How does your farm compare? There are 4 common scenarios: 1. Farm current carrying capacity is below potential values and pasture cover exceeds minimum targets (see step 3 for these thresholds). This will be a very common outcome from the above exercise and indicates that your carrying capacity is environmentally sustainable. If you are in this situation and want to improve your profitability, think about options to increase the number of stock on the farm (paddocks).This many require a change in the time of lambing, grazing management, fertiliser use or even animal genotype. Many other farms will also be in this situation and working together in a group and seeking advice from a local farm adviser can help can get closer to the potential carrying capacity, if you wish to increase the number of stock carried. 2. Farm current carrying capacity is above potential values and pasture cover below minimum standards (see step 3 for these thresholds) This hopefully will be a relatively uncommon situation as farms in this category are likely to be both unprofitable and unsustainable. Farm
or
paddocks in this situation should be carefully evaluated to either grow more grass (extra fertiliser, re-sowing rotational grazing etc) or reduce the number of stock grazing the paddock. Immediate action is required. 3. Farm current carrying capacity is above potential and pasture cover is above minimum standards (see step 3 for these thresholds)
93
This is also probably an uncommon situation. Questions to be considered are; Has the current stocking rate been determined over especially favourable seasonal conditions? way?
Is this paddock a very fertile or special in some other
If the results are correct and a reasonable assessment
of
the
potential, then your carrying capacity appears to be environmentally sustainable and it may still be possible to increase stocking rates but this will need to be done very carefully. 4. Farm current carrying capacity is below potential and pasture cover below minimum standards (see step 3 for these thresholds) This may also be quite common in southern Australia. This
result
suggests
that there are major limitations to the productive capacity of the farm (paddock) and that your farm is likely to be environmentally unsustainable. There are also likely to be improvements to be made in terms of profitability. Questions need to be asked what is restricting the growth in the paddock, soil fertility, acidity, pasture species, drainage etc.
Advice from a local
agronomist could help with many of these issues. Table 1: Dry sheep equivalents (DSE) for different classes of sheep. Note that 1 DSE is equivalent to a mature Merino wether or dry ewe weighing 45 kg and maintaining its weight. DSE values for fibre goats (angora and cashmere) may be assumed to be similar to sheep at equivalent liveweight and physiological state. Sheep – Crossbreds Weaned lambs Gaining 100 g/day Gaining 200 g/day Mature sheep Dry ewes, store wethers Gaining 50 g/day Gaining 100 g/day Pregnant ewes, first 3 months Pregnant ewes, last 2 months weeks bearing single lambs
Sheep – Merinos
70 kg 1.3
60 kg 1.2
1.5
1.4
15 kg 0.9 1.4 40 kg 0.9 1.2 1.5 1.0
2.4
2.2
1.4
25 kg 1.2 1.8 50 kg 1.1 1.4 1.7 1.2 1.6
94
Pregnant ewes, last 2 months weeks bearing twins Ewes with single lamb at foot 1st 2 months lactation Ewes with twin lamb at foot 1st 2
3.2
3.0
1.8
2.0
2.4
3.0
2.4
3.1
3.6
3.3
2.8
3.3
months lactation Table 2 : Dry sheep equivalents (DSE) for different classes of beef cattle (in part from from McLaren 1997). Note that 1 DSE is equivalent to a mature Merino wether or dry ewe weighing 45 kg and maintaining its weight. DSE at specified liveweights Beef cattle – British breeds
Stock class Weaned calves Gaining 0.25 kg/day Gaining 0.75 kg/day Yearling Gaining 0.25 kg/day Gaining 0.75 kg/day Mature cattle Dry cows, steers (store) Gaining 0.25 kg/day Bullocks (store) Gaining 0.75 kg/day Pregnant cow, last 3 months Cow with 0-3 month calf Cow with 4-6 month calf Cow with 7-10 month calf
200 kg 5.5 8.0 300 kg 7 10 400 kg 7 8 8 12 9 14 18 22
250 kg 6.5 9.0 350 kg 8 11 500 kg 8 9 9 14 11 18 22 25
600 kg 9 10 10 16 13 22 26 28
95
FURTHER READING French, R J (1987). Proceedings of the 4th Melbourne. pp. 140-149.
Australian Agronomy Conference,
McLaren, C. (1997). Dry Sheep Equivalents for comparing different classes of livestock. DPI Information Notes : www.dpi.vic.gov.au/notes/ then search under Animals & Livestock / Sheep / Feeding & Nutrition Saul, G.R. and Kearney, G.A. (2002). Potential carrying capacity of grazed paddocks in southern Australia. Wool Tech. Sheep Breed. 50 (3), 492-498. Warn, L. (2003). Grazing management for productive hill country pastures: the Broadford grazing experiment (Department of Primary Industries). ISBN 1 74106 678 6 Sustainable Grazing Systems Key Program information can be found on the www.mla.com.au website. Search Tips & Tools and Fact sheets on the home page. Primary Industries South Australia, 1996, Pasture Pics: easy estimation of pasture dry matter levels, Appila / Bundaleer Pasture Group, Appila, SA.
Figure 1: 20% cover
96
Figure 1: 40% cover
Figure 3: 50% cover
97
Figure 5: 80% cover
Figure 8: 100% cover