Tujuan pembangunan nasional Indonesia mtara lain mengarah kepada peningkatan kualitas sumberdaya rnanusia. Untuk menunjang pencapaian tujuan tersebut Departemen Kesehatan menetapkan dalam Sistem Kesehatan Nasional bahwa tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat diwujudkan derajat kesehatan yang optimal (Departemen Kesehatan, 1984). Srategi yang digunakan untuk memperbaiki derajat kesehatan masya-
rakat adalah dengan menggunakan pendekatan Pembangunan Kesehatan Masyarakat (PKM) yang dikenal juga dengan sebutan pendekatan Primary Healih Care (PHC)
yang dicmgkm dalam deklarasi Alma Ata (WHO, 1978). Ciri utarna pendekatan
PKlW adalah partisipasi masyarakat ddam berbagai kegiatan program kesehatan (Departernen Kesehatan, 1990). Adanya partipasi aktif masyarakat sangat penting dalam mewujudkan tujuan pembangunan kesehatan. Hal ini bukan semata-mata karena pemerintah kurang mampu dalam upaya pembangunan, melainkan karena masyarakat mempunyai hak dan potensi untuk mengenal dan menentukan pemecahan masalah kesehatan yang dihadapinya. Oleh sebab itu, partisipasi masyarakat d a b pembangunan kesehatan dapat diartikan sebagai keikutsertaan individy keluarga rnaupun masyarakat yang seharusnya merasa bertanggung jawab terhadap kesehatan dhi, keluarga rnaupun masyarakat liiungannya (Mantra, 1991). Margono Slamet (1985) menyatakan bahwa untuk terjadinya partisipasi masyarakat diperlukan adanya kesempatan, kemauan dan keterampilan individu untuk berpartisipasi. Dalam ha1 kemauan mengandung rnakna bahwa orang tersebut mau memberikan masukan (bantuan) dan
atau memanfaatkan serta menikmati hasil pembangunan, termasuk memelihara dan mengembangkannya. Program Gizi sebagai salah saw unsur dalam pembangunan kesehatan, merupa-
kan upaya untuk menurunkan prevalensi kurang gizi yaitu Kurang Kalori Protein (KKP), anemia @, kekurmgan jodium dan kekurangan vitamin A Kegiatan pro-
gram gizi selain melakukan pelayanan berupa pemantauan berat badan anak di bawah urnur lima tahun (Balita), pemberian paket pertolongan gizi (tablet tambah darah, kapsul vitamin A dosis tinggi dan garam yodium untuk daerah endemik goiter) juga mela-
kukan usaha penyuluhan agar masymakat berperilaku makan lebii baik. Perilaku makan didefinisikan sebagai karakteristik kegiatan berulang kali individu dalam memenuhi kebutuhannya akan rnakanan, sehingga kebutuhan fisiologis, sosial dan emosional dapat terpenuhi (Grift et al., 1972). Program gizi yang sejak semula dikenal sebagai Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) dirnulai sejak pertengahan tahun 1960-an bertujuan agar keluarga @at menolong diri sendiri dengan m e m a k s i i pemanfaatan sumber-sumber bahan pangan yang tersedia setempat. Tujuan UPGK ini dirinci menjadi tiga tujuan khusus, yaitu (a) partisipasi masyarakat dan pemerataan kegkitan, (b) perubahan ti-
laku, dan
(c) perbaikan gizi Balita. Pada hakekatnya UPGK merupakan program penyuluhan gizi untuk mengubah perilaku anggota keluarga dan masyarakat dan membina keada-
an gizi seluruh anggota masyarakat (Kodyat, 1993) Setelah tahun 1985, UPGK diitepasikan dengan program kesehatan lain dan Keluarga Berencana (IU3).
Integrasi ini terjadi sebagai r d s a s i dari Surat Keputusan
bersama Menteri Dalam Negri, Menteri Kesehatan dan Kepala BKKBN nomor : 9 tahun 1990 tentang peningkatan muht p e m b i i Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). Wadah untuk memadukan ke@atan program gizi, kesehatan dan KB adalah
Posyandu. Pada saat sekarang lima program dipadukan di Posyandu yang merupakan penyerasian dinamis berbagai kegiatan program yaitu Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), penanggilangan diare, irnunisasi bagi Balita, gizi dan KB. Posyandu merupakan media alii teknologi dari pemerintah kepada rnasyarakat dengan tenaga kesehatan dari Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dan motor penggerak kegiatan adalah kader yang dibina oleh Puskesmas (Departemen Kesehatan, 1986). Upaya pemerintah dengan menyelenggarakan program gizi-kesehatan di Posyandu bertujuan untuk medekatkan pelayanan kepada masyarakat dengan harapan rnasyarakat mau berpartisipasi, baik sebagai pen-
pelayanan mupun sebagai tenaga
kader yang bekerja secara sukarela membantu memberi pelayanan. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam program perbailcan gki-kesehatan diperlukan agar upaya pemerintah dalam mengatasi masalah gizi akan lebih mudah dicapai. Pernbangunan kesehatan selama ini telah banyak membuka kesempatan kepada masyarakat antara lain telah diban-ya
6.277 Puskesmas, 18.946 Puskesmas Pem-
bantu, 2.478 Puskesmas Keliling dan 250.000 Posyandu tersebar di 60.0000 desa (Ministary of Health, 1995). Walaupun demikian derajat kesehatan masyarakat, yang dinilai melalui indikator mortalitas dan keadaan gki, terutarna bayi dan ibu, tampaknya belum memuaskan. Data yang dikemukan Departemen Kesehatan, menunjukkan bahwa An& Kematian Bayi 58 per 1000 tahir hidup, Berat Bayi Lahir Rendah 10,4 per 100 lahir hidup, Angka Kematian Ibu 425 per 100.000 lahir hidup. Angka-angka tersebut mash cukup tinggi, dan pemerintah berupaya menurunkan ke tmgkat yaw lebih rendah la$ (GOI-UNICEF, 1995). Dari gambaran tersebut diatas, jelas diperlukan usaha-usaha pembinaan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam program @-kesehatan.
Penyuluhan
yang efektif dalam program gki-kesehatan akan sangat berperan dalam meningkatkan
partisipasi masyarakat . Dengan penyuluhan, masyarakat mengetahui dan memahami adanya kesernpatan untuk berpartisipasi dalam pembanpnan kesehatan yang menuju ke peningkatan kualitas hidup sehat. Pengetahuan dan pernahaman tentang gizikesehatan dan potensi yang ada disekel-ya
sangat diperlukan masyarakat. Demi-
kian pula keterampilan memanfmtkan teknologi tepat gum @-kesehatan sangat pen-
ting dalam mewujudkan perubahan perilaku. Program @-kesehatan terutmw ditujukan kepada wanita y q teiah benunah tangga, khususnya wanita yang mempunyai Balita, sedang hamil atau sedang menyusui. Aktivitas wanita tidak terbatas dalam mengurus rumah tangga saja tetapi banyak diantaranya bekerja di luar rumah untuk mencari nafkah dan atau melakukan kegiatan sosial seperti halnya menjadi kader Posyandu. Oleh karena itu, wanita selain sebagai sasaran (obyek) untuk menerima program perbaikan @-kesehatan, wanita juga berperan penting sebagai motor penggerak (subyek) yang membantu melaksanakan program tersebut. D e n p demikian partisipasi wanita dalam p r o m perbaikan @kesehatan tidak hanya b e d m t bagi diri dan keluarganya saja tetapi juga bagi masyarakat lingkungannya. Di beberapa daerah di Indonesia pola kekerabatan masih terlihat pengaruhnya terhadap hubungan suami-isteri dalam keluarga. Pola kekerabatan ini merupakan bagian dari sistem sosial masyarakat yang mendudukkan wanita pa& berbagai pola hubungan khususnya pada status dan otoritas tertentu di dalam keluarga maupun di masyarakat. Dalam masyarakat yang patrilineal, suamilah yang lebih banyak mengambil keputusan dalarn berbafi ha1 yang bersangkutan dengan kehidupan keluarga. Dalam masyarakat matrilineal, isterilah yang memegang peranan dalam pengarnb'ian keputusan; sedangkan pada masyarakat bilineal, suami dan isteri mempunyai otoritas relatif
seimbang, jadi berbeda dmgan dua pola kekerabatan lainnya (Koentjoroningrat, 1958, 1990). Dengan demikian maka kedudukan dan peranan wanita baik dalam keluarga maupun dalam kehidupan sosid cenderung dipengaruhi juga oleh pola kekerabatan yang mash berlaku di liigkungan keluarganya. Begitu pula dalam pengambilan keputusan keluarga untuk berpartisipasi dalam program gizi-kesehatan akan memberi wrak berbeda antara masyarakat yang menganut pola kekerabatan patrilineal, matrilineal dan bilineal. Sehubungan dengan hal-hal tersebut, adanya kajian terhadap keragaan penyuluhan dalam program gki, serta analisa terhadap partisipasi masyarakat pada umumnya, khususnya pada wanita merupakan sumbangan yang sangat berarti untuk mela-
kukan pembinaan yang terarah dalam meningkatkan partisipasi masyarakat. Apabda partisipasi masyarakat terjadi peningkatan dan meluas jangkauannya, diharapkan pro-
gram gizi dapat memberikan efektivitas yang lebih tin& dalam meningkatkan derajat kesehatan penduduk.
Program gizi-kesehatm yang merupakan salah satu unsur dalam pembangunan kesehatan, bertujuan menurunkan prevalensi kurang gizi melalui pelayanan dan penyuluhan agar orang mau berperilaku sehat. Akan tetapi, upaya ini belum lagi menunjukkan hasil yang optimal karena partisipasi masyarakat masih lernah. Padahal perbaikan gizi itu sendiri meningkatkan kemandirian, artinya keluarga atau masyarakat dengan kesadaran, kemauan dan kemarnpuan sendiri dapat meningkatkan kualititas gizi dan kesehatan anggota-anggotanya. Jadi dengan kata lain, partisipasi masyarakat
harus diutarnakan dalam program gizi-kesehatan.
Partisipasi rnasyarakat merupakan bentuk perilaku yang terjadi karena adanya interaksi dan komunikasi antma pemerintah dan masyarakat. Perilaku masyarakat (pqetahuan, sikap d m keterampilan) yang diinghkan berubah, dapat terjadi melalui
proses belajar dari adanya penyuluhan yang efektii Dalam ha1 hi, penyuluhan mernpunyai peranan sangat penting dalam upaya mengubah perilaku masyarakat. Dengan adanya penyuluhan, masyarakat menjadi tahu adanya kesempatan untuk memperbaiki atau meningkatkan gizi dan kesehatan keluarga, mau memanfhatkan kesempatan, serta mau mempraktekkan perilaku sehat, dan perilaku makan yang lebih baik. Penyuluhan gki-kesehatan masih belum efektif dalarn merubah perilaku sehat ke arah yang lebih baik, ha1 ini ditunjukkan oleh masih banyaknya keluarga yang belum
berperilaku makan y a n ~baik, dan masih banyak ibu-ibu yang belum tahu cara memberi rnakan kepada bayinya sesuai dengan kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Program gizi-kesehatan memprioritaskan wanita sebagai sasammya, karena wanita merupakan pelaku yarg langsung berhubungan dewan kesehatan dan gizi keluarga. Di beberapa daerah status dan kekuasaan wanita di dalam keluarga maupun masyarakat ditentukan atau dibatasi oleh sistem kekerabatan yang mempunyai pola yang khas yaitu bilineal, matrilineal dan patdineai. Dalam pola kekerabatan tersebut terdapat perbedaan peranan dan status wanita dalam keluarga dan masyarakat yang dapat mempengaruhi pula partisipasi wanita dalam program gizi-kesehatan di Posyandu. Ada kemungkhan pendekatan program IJizi-kesehatan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat akan berbeda menurut daerah yang menganut pola kekerabatan berbeda. Suatu cara pendekatan yang berhasil di suatu daerah belum tentu akan berhasil pula di daerah lain apabila diterapkan cara yang sama. Selain itu, ada kemungkinan pula bahwa keragaan kegiatan penyuluhan gizi-kesehatan terhadap kelompok
sasaran berbeda-beda di masing-masing daerah dengan pola kekerabatan berbeda, dan mempengaruhi tingkat partisipasinya. Dengan demikian, masalah yang menarik dan penting untuk dicari jawabannya ialah : (1) Apakah karakteristik kelompok sasaran di daerah bilineal, patrilineal dan matrifineal berbeda-beda ? Dan apakah faktor--or
tersebut menentukan tingkat parti-
sipasi masyarakat ? Faktor-faktor yang mana yang paling berperanan dalam menentukan tingkat partisipasi ? (2) Bagaimana hubungan antara tingkat partisipasi dengan status gizi keluarga ? (3) Bagaimana keragaan penyuluhan gizi di -t
Posyandu ? Apakah unsur-unsur
yang mendukung penyuluhan ditunjang oleh suatu sistem dan strate$ yang baik ? Sejauh rnana tingkat pengetahuan masyarakat, khususnya ibu rurnah tangga, tentang program gizi-kesehatan di Posyandu, begitu pula tingkat pengetahuannya tentang gizi dan kesehatan anak ? Tujuan Penelitian Berkaitan dengan masalah-masalah yang diwngkapkan di atas, maka penelitian
ini bertujuan untuk : (1) Mengidentifikasi karakteristik kelompok sasaran, dan menganalisis hubungannya dengan tingkat partisipasi dalam program @-kesehatan di Posyandu, di ti* daerah yang berbeda pola kekerabatannya yaitu bilineal, patrilineal dan matrilineal. (2) Mengidentifikasi tinglatt pengetahuan masyarakat, khususnya ibu rumah tangga, tentang program gki-kesehatan di Posyandu, dan tingkat pengetahuannya tentang
gizi dan kesehatan dalam hubungannya dengan tingkat partisipasi. (3) Menelaah hubungan antara tingkat partisipasi dengan status gizi keluarga.
(4) Menelaah keragaan penyuluhan gizi-kesehrrtan dalam ran&
menunuskan model
penyuluhan gizi.
Kegunaau Hasil Penelitian
Hasil-hasil penelitian ini d i i p k a n dapat memberi manfaat untuk : (1)
Pengembangan ilmu penyuluhan di bidang gizi : penggunaan strategi dan sistem yang tepat agar perilaku (pengetahuan, sikap dan keterampilan) rnasyarakat menjadi lebih baik sehingga status gizi dapat ditingkatkan.
(2) Pelaksana program : temuan penelitian ini dapat chanfbtkan sebagai bahan
pertimbangan pengambilan keputusan untuk penentuan strategi dan formulasi pengembangan program gizi dalam pembangunan kesehatan yang efektif, melalui peningkatan partisipasi masyarakat .