PERUMUSAN STRATEGI REVITALISASI KOPTI KABUPATEN BOGOR
SULKHAN MASRURI
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perumusan Strategi Revitalisasi KOPTI Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2013 Sulkhan Masruri NIM H34104030
ABSTRAK SULKHAN MASRURI. Perumusan Strategi Revitalisasi KOPTI Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh LUKMAN MOHAMMAD BAGA. Kebutuhan konsumsi kedelai di Indonesia sebagian besar diambil dari impor. Menjadikan banyak pihak terkena dampak akan ketergantungan produk impor tersebut sehingga banyak yang tidak mampu lagi menjalankan usahanya dengan baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kondisi KOPTI Kabupaten Bogor dilihat dari prinsip dan koridor koperasi, juga mengidentifikasi lingkungan internal, dan eksternalnya. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk merumuskan alternatif strategi revitalisasi koperasi, dan merumuskan program kegiatannya. Dilihat dari prinsip dan koridor koperasi, KOPTI Kabupaten Bogor belum menjalankannya dengan baik. Dari 10 koridor yang ada, terdapat 8 koridor yang negatif. Strategi yang dihasilkan melalui matriks SWOT yaitu strategi promosi untuk meningkatkan penjualan, membuat outlet penjualan kedelai di wilayah, membuat unit usaha simpan pinjam, mengembangkan sistem pelayanan kepada anggota, mengembangkan kemampuan karyawan, meningkatkan manajemen pengendalian persediaan, dan menerapkan budaya analisis serta sistem informasi manajemen yang terpadu. Dari strategi yang telah dihasilkan kemudian dirumuskan program kegiatan yang dapat digunakan untuk merevitalisasi KOPTI Kabupaten Bogor dengan menggunakan arsitektur strategi. Kata kunci: arsitektur strategi, KOPTI Kabupaten Bogor, revitalisasi, SWOT
ABSTRACT SULKHAN MASRURI. Revitalization Strategy Formulation of KOPTI Bogor Regency. Supervised by LUKMAN MOHAMMAD BAGA. Soybean consumption in Indonesia are mostly extracted from imports. Makes many affected parties dependence of imported products so many are no longer able to run their business properly. The purpose of this study is to identify the conditions KOPTI Bogor regency and corridor view of the principle of cooperative, also identified the internal environment, and external. In addition, this study also aims to formulate alternative cooperative revitalization strategies, and formulate a program of activities. Viewed from the cooperative principle and the corridor, KOPTI Bogor regency not run properly. Of the 10 existing corridor, there is a negative 8 corridor. The resulting strategy through SWOT matriks is promotional strategies to increase sales, make soybean sales outlets in the region, making the savings and loan business unit, develop a system of services to members, develop employee skills, improve inventory control management, and cultural implement analysis as well as an integrated management information system. Of the strategies that have been produced then formulated a program of activities that can be used to revitalize KOPTI Bogor regency by using architecture strategies. Key words: architecture strategy, KOPTI Bogor Regency, revitalization, SWOT
.
PERUMUSAN STRATEGI REVITALISASI KOPTI KABUPATEN BOGOR
SULKHAN MASRURI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi Nama NIM
: Perumusan Strategi Revitalisasi KOPTI Kabupaten Bogor : Sulkhan Masruri : H34104030
Disetujui oleh
Ir. Lukman M. Baga, MA.Ec Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia dan izin-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini mengambil tema mengenai strategi revitalisasi yang dilaksanakan selama bulan November 2012 sampai Januari 2013, dengan judul Perumusan Strategi Revitalisasi KOPTI Kabupaten Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Lukman M Baga. MA.Ec selaku dosen pembimbing. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Anna Fariyanti, MS yang senantiasa membimbing penulis sebagai wali akademik. Selain itu, penghargaan penulis juga sampaikan kepada Bapak Endang Maulana, Bapak Sukaeri, Bapak Rikamto selaku pengurus KOPTI Kabupaten Bogor, dan Bapak Khoirul Aziz yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan informasi, dan saran dalam penelitian ini. Terima kasih juga disampaikan kepada Ayah, Bunda, Adik, dan seluruh keluarga atas dukungan dan doa yang diberikan. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih dan sukses selalu untuk teman-teman Agribisnis Alih Jenis 1 khususnya teman satu bimbingan. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, Mei 2013 Sulkhan Masruri
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
3
Tujuan Penelitian
4
Manfaat Penelitian
5
Ruang Lingkup Penelitian
5
TINJAUAN PUSTAKA
5
Studi Empiris Mengenai Kedelai
5
Studi Empiris Mengenai Strategi Koperasi
6
KERANGKA PEMIKIRAN
7
Kerangka Pemikiran Teoritis
7
Manajemen Strategis
7
Proses Manajemen Strategis
7
Koridor dan Prinsip Koperasi
7
Revitalisasi
8
Arsitektur Strategi
8
Kerangka Pemikiran Operasional
9
METODE PENELITIAN
11
Lokasi dan Waktu Penelitian
11
Jenis dan Sumber Data
11
Metode Pengolahan Data
13
Metode Deskriptif
13
Analisis Matriks SWOT
13
GAMBARAN UMUM KOPTI KABUPATEN BOGOR
14
Sejarah dan Perkembangan
14
Visi, Misi dan Tujuan
15
Program Strategis
16
Struktur Organisasi
16
Wilayah Kerja
19
Kegiatan Usaha
19
HASIL DAN PEMBAHASAN
21
Pelaksanaan Prinsip dan Koridor Koperasi KOPTI Kabupaten Bogor
21
Analisis Lingkungan KOPTI Kabupaten Bogor
27
Analisis Lingkungan Eksternal
27
Identifikasi Peluang dan Ancaman
30
Analisis Lingkungan Internal
33
Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan
38
Formulasi Strategi
40
SIMPULAN DAN SARAN
47
Simpulan
47
Saran
47
DAFTAR PUSTAKA
48
RIWAYAT HIDUP
49
DAFTAR TABEL Produksi tanaman kedelai nasional tahun 2007-2012 Perkembangan kebutuhan dan impor kedelai Indonesia tahun 2005-2011 Jenis dan sumber data Matriks SWOT Koridor koperasi KOPTI Kabupaten Bogor Hasil analisis lingkungan eksternal Hasil analisis lingkungan internal Matriks SWOT KOPTI Kabupaten Bogor Strategi dan rencana kegiatan
1 2 12 13 27 31 38 41 45
DAFTAR GAMBAR Kerangka pemikiran operasional perumusan strategi revitalisasi KOPTI Struktur organisasi KOPTI Kabupaten Bogor Arsitektur strategi KOPTI Kabupaten Bogor
10 17 46
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Protein merupakan salah satu sumber gizi yang sangat penting bagi manusia. Kebutuhan atas protein ini akan semakin meningkat seiring peningkatan jumlah penduduk dan pendapatan per kapita, bahkan kebutuhan tersebut cenderung meningkat setiap tahun. Kedelai merupakan sumber gizi protein nabati utama yang telah lama dikenal dan digunakan, baik sebagai konsumsi rumah tangga maupun sumber bahan baku industri dalam beragam produk makanan. Kebutuhan masyarakat akan konsumsi kedelai yang tinggi ini mengharuskan produksi tanaman kedelai juga meningkat. Berbagai usaha untuk memenuhi kebutuhan kedelai di dalam negeri terus dilakukan dengan implementasi berbagai program. Pada tahun 2004, diadakan program bangkit kedelai, program peningkatan produktivitas, dan perluasan areal tanam yang diharapkan mampu melakukan swasembada kedelai di tahun-tahun mendatang. Data produksi tanaman kedelai dari tahun 2007 sampai 2012 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Produksi tanaman kedelai nasional tahun 2007-2012a Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 2012 *
Luas panenb 459 116 590 956 722 791 660 823 622 254 566 693
Produksic 592 534 775 710 974 512 907 031 851 286 779 741
Keterangan : ( * ) Angka ramalan a Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) (diolah); bhektar; cton
Pada Tabel 1 memperlihatkan bahwa setiap tahun produksi kedelai tingkat nasional mengalami fluktuasi. Pada tahun 2007 sampai tahun 2009 jumlah produksi kedelai mengalami peningkatan, akan tetapi pada tahun 2010 sampai 2012 mulai mengalami penurunan produksi. Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) selama tahun 2002 hingga tahun 2012, produksi kedelai di dalam negeri mencapai rekor tertinggi 974 512 ton pada tahun 2009. Sementara produksi terendah terjadi pada tahun 2007 yaitu sebanyak 592 534 ton. Menurut laporan tahunan FAO, penurunan jumlah produksi ini disebabkan karena semakin banyak pembangunan yang mengakibatkan lahan tanam kedelai berkurang. Selain itu, terdapat kesenjangan teknologi, serangan hama penyakit, fluktuasi harga, kredit usahatani yang kecil, dan belum terjalin kerjasama antar instansi dengan baik. Permasalahan yang ada mengakibatkan pasokan kedelai dalam negeri tidak mampu mengimbangi laju peningkatan konsumsi kedelai yang sangat besar. Kebutuhan kedelai di dalam negeri setiap tahun terus bertambah bahkan bisa mencapai 3 juta ton. Sementara produksi kedelai dalam negeri cenderung
2
fluktuatif yang selama 10 tahun terakhir belum pernah mencapai 1 juta ton sehingga 60% kebutuhan kedelai selama ini di dapat dari impor yang dipasok dari Amerika Serikat diikuti Kanada, China, Ukraina, dan Malaysia (Suswono 2012). Tabel 2 menunjukkan kebutuhan dan impor kedelai di Indonesia tahun 2005-2011. Tabel 2 Perkembangan kebutuhan dan impor kedelai Indonesia tahun 2005-2011a Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 a
Kebutuhanb 1 969 391 1 992 038 2 014 947 2 038 119 2 061 557 2 646 326 2 939 272
Imporb 1 166 640 1 100 985 1 422 413 1 262 409 1 087 045 1 739 295 2 087 986
Sumber : Badan Pusat Statistik (2011) (diolah); bton
Pada Tabel 2 memperlihatkan bahwa setiap tahun kebutuhan akan impor kedelai terus meningkat. Akan tetapi penurunan jumlah impor pernah terjadi pada tahun 2008 dan tahun 2009 karena terjadi lonjakan harga kedelai pada tahun tersebut. Hal ini mengakibatkan industri pembuatan tahu dan tempe di dalam negeri menurun. Permintaan impor kedelai kembali naik pada tahun 2010 tercatat kebutuhan impor mencapai 1 739 juta ton, dan pada tahun 2011 mencapai 2 juta ton. Jumlah ini masih diperkirakan bertambah lagi pada tahun 2012. Kebutuhan akan kedelai impor banyak diserap untuk pembuatan tahu dan tempe sehingga menjadikan industri yang satu ini begitu bergantung kepada kedelai impor. Saat ini, harga kedelai di Indonesia mengalami peningkatan, dari sekitar Rp5 800 tahun lalu, kini telah mencapai Rp6 800 bahkan hampir Rp9 000 per kg (Disperindag 2012). Harga kedelai yang terus mengalami perubahan tentu menjadi permasalahan bagi industri pengolahan kedelai, terlebih industri tahu dan tempe yang memiliki kebutuhan kedelai cukup banyak. Kenaikan harga kedelai ini dapat mempengaruhi harga jual produk kepada konsumen akhir sehingga harga produk akan ikut meningkat karena kebutuhan akan kedelai untuk industri juga sangat tinggi. Pulau Jawa memiliki jumlah industri pengolahan kedelai yang tinggi dibandingkan pulau-pulau lain di Indonesia. Pulau Jawa sendiri terbagi atas beberapa bagian yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Yogyakarta sehingga jumlah industri tersebar di berbagai bagian daerah tersebut. Jawa Barat menurut Deptan (2011) menunjukkan produktifitas kedelai yang mendominasi di Pulau Jawa mencapai 15.74 ku/ha. Jawa Barat yang merupakan penghasil kedelai dengan jumlah besar, membuat industri pengolahan makanan juga meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah industri pengolahan terbesar pada wilayah Bogor mencapai 23 098 dibandingkan dengan Jakarta yang hanya 3 368 (BPS 2011). Industri pengolahan di Bogor sangat banyak karena potensi daerah Bogor yang sangat baik, dengan cuaca serta letak yang strategis dekat dengan ibu kota Jakarta. Kabupaten Bogor
3
sendiri memiliki jumlah pengrajin yang menggunakan olahan kedelai seperti tempe sekitar 80% dan tahu 20% (KOPTI Kabupaten Bogor 2012). Bagi pengrajin tahu dan tempe ketersediaan bahan baku kedelai merupakan faktor penentu akan kelangsungan usaha. Berbagai hal akan di tempuh para pengrajin untuk mendapat jaminan akan ketersediaan bahan baku kedelai. Berawal dari kebutuhan akan ketersediaan kedelai, para pengrajin tahu dan tempe membentuk suatu wadah yang diharapkan mampu mengatasi permasalahan pokok baik di bidang teknis produksi maupun di bidang permodalan yang dihadapi selama ini. Wadah tersebut adalah koperasi, yang merupakan suatu lembaga berbadan hukum yang didirikan secara sukarela atas kesamaan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi ekonomi, social, dan budaya melalui pengawasan yang demokratis. KOPTI Kabupaten Bogor tentunya tidak terlepas dari kebijakan pemerintah yang mengatur tentang perkedelaian, karena KOPTI Kabupaten Bogor berperan langsung sebagai perantara pasokan kedelai dari importir dengan para anggota koperasi untuk memenuhi kebutuhan kedelai tersebut.
Perumusan Masalah Koperasi Produsen Tempe dan Tahu Indonesia (KOPTI) Kabupaten Bogor merupakan satu-satunya koperasi yang mewadahi para pengrajin tempe dan tahu yang berada di Kabupaten Bogor. Pada tahun 2012, KOPTI Kabupaten Bogor dalam memenuhi kebutuhan anggota akan bahan baku kedelai hampir 90% diambil dari impor disebabkan produksi kedelai di dalam negeri tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan yang ada. Semenjak dibuat kebijakan mengenai BULOG yang tidak lagi menangani impor kedelai, saat itu juga komoditi kedelai sepenuhnya diserahkan kepada mekanisme pasar dimana pasokan kedelai mulai diimpor melalui asosiasi importir kedelai yang dimiliki oleh pengusaha-pengusaha besar, diantaranya yaitu PT Cargil Indonesia, PT Gerbang Cahaya Utama, PT Alam Agri Perkasa, dan PT Cita Bhakti Mulia. Akibat ketergantungan terhadap produk kedelai impor yang sangat besar, KOPTI Kabupaten Bogor menghadapi berbagai kondisi seperti fluktuasi harga kedelai yang tidak menentu, kebijakan tentang impor kedelai yang berubah-ubah, dan para anggota KOPTI Kabupaten Bogor juga sangat peka terhadap harga. Secara langsung maupun tidak langsung harga kedelai yang ada di pasaran akan mempengaruhi aktifitas usaha KOPTI Kabupaten Bogor. Terutama keaktifan anggota akan berpengaruh pada usaha pengolahan tempe dan tahu milik anggota KOPTI Kabupaten Bogor. Selama ini, para anggota KOPTI Kabupaten Bogor lebih memilih membeli kedelai di luar koperasi, KOPTI Kabupaten Bogor bersaing ketat dengan pedagang-pedagang pasar atau toko-toko grosir yang ada di Kabupaten Bogor. Pengrajin skala kecil yang membutuhkan kedelai dengan jumlah sedikit akan memperhitungkan perbandingan biaya transportasi pengangkutan dari KOPTI Kabupaten Bogor dengan toko-toko di sekitar tempat tinggal para pengrajin. Kebanyakan anggota KOPTI Kabupaten Bogor masih terikat hutang dengan toko-toko grosir tempat mereka membeli kedelai sehingga sulit untuk lepas dari toko grosir kedelai tersebut.
4
Dalam kondisi persaingan yang begitu ketat dengan para penyalur kedelai di Kabupaten Bogor, KOPTI Kabupaten Bogor merupakan satu-satunya penyalur kedelai yang berbentuk koperasi. Bentuk koperasi ini seharusnya menjadi kekuatan tersendiri bagi KOPTI Kabupaten Bogor dalam menjalankan usaha, karena terdapat ikatan khusus bagi anggota di dalam Koperasi. Akan tetapi, berdasarkan wawancara dengan sumber terkait, diketahui bahwa fluktuasi harga yang sering terjadi mengakibatkan jumlah anggota aktif KOPTI Kabupaten Bogor mengalami penurunan. Pihak manajemen KOPTI Kabupaten Bogor mengungkapkan dari 1 373 orang anggota hanya 60 orang saja yang aktif, serta terdapat banyak hal yang mengindikasikan bahwa KOPTI kabupaten Bogor sudah tidak memposisikan organisasi maupun usahanya sesuai dengan jatidiri koperasi. Hal ini menunjukkan bahwa KOPTI Kabupaten Bogor sudah tidak berjalan dengan baik sesuai prinsip dan koridor koperasi yang ada. Selain itu, sekitar 50% pengrajin tempe dan tahu di Kabupaten Bogor belum bergabung pada KOPTI Kabupaten Bogor. Akan tetapi, walaupun jumlah pengrajin belum terdata secara pasti, namun pihak manajemen KOPTI Kabupaten Bogor meyakini kondisi tersebut. Indikasi penurunan jumlah anggota aktif dan tidak berjalannya fungsi KOPTI Kabupaten Bogor sebagai koperasi secara optimal serta adanya peluang pasar yang belum dimasuki oleh KOPTI Kabupaten Bogor di tengah situasi persaingan yang sangat ketat, menunjukan bahwa KOPTI Kabupaten Bogor harus melakukan langkah-langkah strategis. Langkah strategis digunakan untuk merevitalisasi koperasi sesuai dengan prinsip dan koridor koperasi yang diharapkan akan berujung pada peningkatan ekonomi usaha anggota KOPTI Kabupaten Bogor itu sendiri. Langkah strategis ini harus dimulai dengan mengidentifikasi KOPTI dari prinsip dan koridor koperasi. Selanjutnya mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal KOPTI Kabupaten Bogor, dan dilanjutkan pada perumusan strategi yang efektif bagi KOPTI Kabupaten Bogor. Berdasarkan uraian di atas maka terdapat beberapa rumusan dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut: 1) Bagaimana kondisi KOPTI dilihat dari prinsip dan koridor koperasi? 2) Faktor internal dan eksternal apa saja yang mempengaruhi usaha KOPTI Kabupaten Bogor? 3) Alternatif strategi apa yang dapat dilakukan oleh KOPTI Kabupaten Bogor untuk merevitalisasi koperasi? 4) Program kegiatan apa saja yang dapat digunakan untuk merevitalisasi KOPTI Kabupaten Bogor.
Tujuan Penelitian 1. 2.
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu : Mengidentifikasi kondisi KOPTI Kabupaten Bogor dilihat dari prinsip dan koridor koperasi. Mengidentifikasi lingkungan internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan serta lingkungan eksternal yang menjadi peluang dan ancaman bagi usaha KOPTI Kabupaten Bogor.
5
3. 4.
Merumuskan alternatif strategi revitalisasi koperasi yang dapat diterapkan oleh KOPTI Kabupaten Bogor. Merumuskan program kegiatan yang dapat digunakan untuk merevitalisasi KOPTI Kabupaten Bogor.
Manfaat Penelitian 1. 2. 3.
Manfaat dari penelitian ini antara lain sebagai berikut: Masukan strategis bagi KOPTI Kabupaten Bogor. Referensi bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan perkedelaian dan produk turunan kedelai serta kebijakan perkoperasian di Indonesia. Media belajar serta referensi bagi civitas akademika untuk melakukan penelitian lanjutan.
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini hanya dikhususkan untuk mengidentifikasi KOPTI Kabupaten Bogor dari prinsip dan koridor koperasi. Selain itu, penelitian ini juga dilakukan untuk menganalisis lingkungan internal dan eksternal KOPTI Kabupaten Bogor sehingga menghasilkan perencanaan strategi dan program kegiatan terbaik untuk KOPTI Kabupaten Bogor itu sendiri.
TINJAUAN PUSTAKA Studi Empiris Mengenai Kedelai Purnamasari (2006) dan Latifah (2006) melakukan analisis mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi produksi dan impor kedelai di Indonesia serta dampak kenaikan harga bahan bakar minyak terhadap pendapatan usaha pengrajin tempe (kasus pada anggota Koperasi Primer Tahu Tempe (PRIMKOPTI), Kelurahan Cilendek Timur, Kotamadya Bogor). Penelitian ini dilatar belakangi adanya permasalahan harga dan ketersediaan kedelai. Peranan koperasi tidak lagi optimal dalam pendistribusian dan penetapan harga kedelai yang disebabkan oleh penghapusan wewenang monopoli impor BULOG. Peningkatan harga BBM menyebabkan harga-harga faktor produksi meningkat sehingga biaya produksi semakin tinggi. Hasil dari penelitian tersebut menunjukan bahwa kenaikan harga BBM mempengaruhi kondisi usaha pengrajin tempe. Penelitian tersebut akan berguna bagi penelitian strategi pengembangan usaha KOPTI Kabupaten Bogor dalam menganalisis kondisi lingkungan internal dan eksternal KOPTI Kabupaten Bogor.
6
Studi Empiris Mengenai Strategi Koperasi Erwin (2008) menganalisis strategi pengembangan usaha koperasi produksi susu yang memiliki tujuan untuk merumuskan strategi terbaik dalam mengembangkan usaha koperasi. Perumusan strategi ini, dimulai dengan menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kinerja koperasi. Selanjutnya merumuskan alternatif strategi dan memilih strategi terbaik. Maktriks IE digunakan untuk menganalisis faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kinerja koperasi. Analisis SWOT digunakan untuk membuat alternatif strategi yang sesuai dengan kondisi faktor internal dan eksternal koperasi. Pada penelitian di koperasi produksi susu pemilihan strategi terbaik dari alternatif startegi yang telah dibuat dalam analisis SWOT menggunakan analisis QSPM. Hasilnya, strategi terbaik untuk pengembangan koperasi produksi susu Bogor ialah strategi meningkatkan produksi susu dengan kualitas yang sesuai standar. Dharmanthi (2009) menganalisis strategi pengembangan usaha pada PRIMKOPTI Kota Bogor. Tujuan dari strategi ini ialah mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Selain itu, menentukan posisi bersaing perusahaan dan merumuskan alternatif strategi untuk menentukan strategi terbaik. Alat analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini ialah analisis matriks IFE, matriks EFE, matriks IE, dan matriks SWOT. Hasilnya, berbagai strategi yang dirumuskan di dalam analisis matriks SWOT dipetakan dalam suatu rentang waktu ke dalam rancangan arsitektur strategi. Sari (2006) mengenai rancangan arsitektur strategik divisi sarden PT Sumber Yalasamudra, Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Tujuan dari analisis ini ialah mengidentifikasi faktor internal dan eksternal perusahaan yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Selain itu, merumuskan alternatif strategi dan menentukan strategi terbaik untuk perusahaan. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian tersebut ialah analisis matrik IFE, matrik EFE, Matrik IE, matrik SWOT, QSPM, dan arsitektur strategi. Hasilnya berbagai strategi yang telah dirumuskan berdasarkan analisis matriks SWOT dan dipilih 20 prioritasnya berdasarkan analisis QSPM direntangkan dalam suatu peta arsitektur strategi. Pemilihan alat analisis yang digunakan harus disesuaikan dengan kondisi perusahaan atau organisasi. KOPTI Kabupaten Bogor merupakan suatu organisasi yang menghadapi era pasar bebas. Oleh karena itu, strategi revitalisasi pada KOPTI Kabupaten Bogor menggunakan alat analisis SWOT dan arsitektur strategi. Arsitektur strategi merupakan suatu paket rancangan masa depan perusahaan dengan menerapkan berbagai strategi yang digunakan untuk mencapai sasaran yang diinginkan. Alat analisis arsitektur strategi juga dapat dirancang, jika strategi-strategi yang dirumuskan saling terkait dan menunjang satu sama lain sehingga seluruh strategi harus dijalankan untuk dapat mencapai sasaran yang diinginkan.
7
KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Manajemen Strategis Menurut David (2003), Pearce dan Robinson (1997), manajemen strategis didefinisikan sebagai sekumpulan keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja perusahaan dalam jangka panjang. Manajemen strategis meliputi pengamatan lingkungan, perumusan (formulasi), pelaksanaan (implementasi) rencana-rencana yang dirancang, dan mengevaluasi serta pengendalian untuk mencapai sasaran-sasaran perusahaan. Pada dunia bisnis, manajemen strategis umumnya dikenal dengan istilah perencanaan strategis. Proses Manajemen Strategis Proses manajemen strategis terdiri atas 3 tahap yaitu: 1. Tahap formulasi strategi Cakupan dalam penelitian ini ialah pada tahap formulasi strategi. Tahap formulasi strategi atau tahap perencanaan strategi untuk sebuah perusahaan merupakan tahap awal dari proses manajemen strategis. Pada tahap formulasi strategi terdiri dari tahap mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal perusahaan, menentukan kekuatan dan kelemahan internal, dan merumuskan alternatif strategi yang akan dilaksanakan. Untuk melihat tahap perencanaan strategi KOPTI Kabupaten Bogor sebelumnya dilihat terlebih dulu kondisi KOPTI Kabupaten Bogor dari aspek prinsip dan koridor koperasi. 2. Tahap implementasi strategi Pada tahap implementasi strategi atau tahap pelaksanaan, mensyaratkan penetapan tujuan tahunan, membuat kebijakan, memotivasi karyawan, dan mengalokasikan sumber daya sehingga strategi yang diformulasikan dapat dijalankan. Kesuksesan implementasi strategi tergantung dari kemampuan manajer untuk memotivasi karyawan. Strategi yang telah ada tetapi tidak diimplementasikan tidak akan memiliki arti apapun. 3. Tahap evaluasi strategi Tahap terakhir ialah tahap evaluasi strategi. Tiga tahap dasar dalam evaluasi strategi ialah meninjau ulang faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi tersebut, mengukur kinerja dan mengambil tindakan korektif. Koridor dan Prinsip Koperasi Koperasi adalah perkumpulan otonom dan orang-orang yang bersatu secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan aspirasi ekonomi, sosial dan budaya bersama melalui perusahaan yang dimiliki bersama dan dikendalikan secara demokratis (ICA 2001). Koperasi bekerja berdasarkan nilai-nilai: swadaya, swa-tanggung jawab, demokrasi, kebersamaan, keadilan, dan kesetiakawanan. Dalam tradisi dari pendiri-pendirinya, anggota-anggota koperasi percaya pada nilai-nilai etnik dari kejujuran, keterbukaan, tanggung jawab sosial dan peduli terhadap orang-orang lain.
8
Prinsip-prinsip koperasi adalah garis-garis penuntun yang digunakan oleh koperasi untuk melaksanakan nilai-nilai koperasi dalam prakteknya. Prinsipprinsip yang merupakan jantung dari koperasi tidak independen dari prinsip satu dengan prinsip yang lainnya sehingga saling terikat secara halus. Jika salah satu diabaikan, maka keseluruhan akan menjadi berkurang. Koperasi tidak dapat dinilai secara eksklusif berdasarkan salah satu diantara prinsip-prinsip yang ada, akan tetapi harus dinilai seberapa jauh koperasi secara benar mentaati prinsipprinsip tersebut sebagai satu keseluruhan. Prinsip-prinsip koperasi menurut ICA tahun 1995 terdapat 7 prinsip yaitu : 1. Keanggotaan sukarela dan terbuka 2. Pengendalian oleh anggota secara demokratis 3. Partisipasi ekonomis anggota 4. Otonomi dan kebebasan 5. Pendidikan, pelatihan dan informasi 6. Kerjasama antar-koperasi 7. Kepedulian terhadap komunitas Pemberian koridor dalam koperasi diharapakan mampu menghindarkan koperasi dari krisis kepemimpinan, krisis identitas, dan krisis idiologi yang akan membuat koperasi dikembangkan jauh dari jati dirinya. Dengan demikian, untuk mencegah terjadinya 3 krisis tersebut, maka dirumuskan koridor-koridor koperasi sebagai berikut: 1. Promosi anggota-anggota yang berhasil 2. Bisnis dengan bukan anggota 3. Struktur modal 4. Kepemimpinan koperasi 5. Partisipasi anggota 6. Rapat delegasi (perwakilan) dan penghindari disintegrasi 7. Komite pengawas dan pejabat-pejabat honorer 8. Merjer 9. Sistem koperasi yang terintegrasikan 10. Federasi Revitalisasi Dalam kamus besar bahasa Indonesia, revitalisasi adalah proses, cara, dan perbuatan menghidupkan kembali suatu hal yang sebelumnya kurang terberdaya. Sebenarnya revitalisasi adalah menjadikan sesuatu atau perbuatan menjadi vital. Kata vital sendiri mempunyai arti sangat penting atau perlu sekali (untuk kehidupan dan sebagainya). Pengertian melalui bahasa lainnya, revitalisasi dapat merupakan proses, cara, dan atau perbuatan untuk menghidupkan atau menggiatkan kembali berbagai program kegiatan apapun. Atau lebih jelas revitalisasi itu adalah membangkitkan kembali vitalitas. Jadi, pengertian revitalisasi ini secara umum adalah usaha-usaha untuk menjadikan sesuatu menjadi penting dan perlu sekali. Arsitektur Strategi Arsitektur strategi merupakan suatu gambar rancangan yang bermanfaat bagi organisasi untuk merumusakn strategi ke dalam kanvas rencana organisasi untuk mencapai visi misinya. Arsitektur strategi pertama kali diperkenalkan oleh
9
Gary Hamel dan C.K. Prahalad di awal tahun 1990-an. Arsitektur strategi merupakan strategi yang bersifat bentangan (stretch strategy). Menurut Yoshida (2006), analisis arsitektur strategi dilakukan untuk membuat implementasi dari strategi-strategi yang didapatkan dari hasil analisis Matriks SWOT. Seluruh strategi tersebut dipetakan dalam blue print strategy, yaitu strategi yang memiliki jadwal waktu agar pelaksanaan dari strategi-strategi tersebut dapat berkesinambungan dan mencapai sasaran dalam waktu yang sudah ditentukan. Bentuk arsitektur strategi lebih mudah untuk dipahami karena strategi yang akan dijalankan dijabarkan dalam bentuk gambar. Selain itu, dengan adanya arsitektur strategi, perubahan dan konsekuensi yang harus dilakukan sehubungan dengan strategi yang dipilih dapat lebih mudah dipahami. Teknik penggambarannya tidak memiliki aturan baku yang menggambarkan susunan strategi.
Kerangka Pemikiran Operasional Tahu dan tempe merupakan makanan yang memiliki nilai gizi yang sangat baik. Hal ini berarti bahwa produsen tahu dan tempe berperan besar dalam peningkatan gizi masyarakat. Akan tetapi produsen tahu dan tempe di Indonesia rata-rata masih berskala kecil sehingga untuk memperkuat kekuatan tawar menawar terhadap pemasok kedelai maupun terhadap konsumen, maka para produsen tersebut perlu bergabung dalam sebuah wadah koperasi. Produsen tahu dan tempe di Kabupaten Bogor bergabung dalam wadah KOPTI Kabupaten Bogor. Saat ini terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi oleh KOPTI Kabupaten Bogor. Permasalahan ini dimulai semenjak tercipta kebijakan pemerintah mengenai impor kedelai yang merubah sistem tataniaga kedelai dari monopoli BULOG menjadi pasar bebas. Pada saat monopoli BULOG, koperasi sangat diuntungkan karena memiliki disparitas harga dengan harga pasar dan stabil. Namun pada era pasar bebas seperti sekarang ini, tataniaga kedelai di Indonesia masih sangat tergantung pada pasokan impor sehingga harga kedelai menjadi sangat fluktuatif. Adanya fluktuasi harga kedelai impor, menyebabkan terjadinya perubahan kebijakan yang menyangkut tentang impor kedelai. Kebijakan-kebijakan yang ada hanya solusi sesaat sehingga muncul berbagai pemasalahan lain seperti indikasi penurunan loyalitas anggota akibat tuntutan ekonomi serta situasi persaingan sebagai distributor kedelai menjadi sangat ketat. Kondisi ini menjadikan KOPTI Kabupaten Bogor sudah tidak mampu menjalankan usaha dengan baik sesuai dengan prinsip dan koridor koperasi yang ada. KOPTI Kabupaten Bogor harus memiliki strategi yang dapat digunakan untuk menghadapi permasalahan yang terjadi. KOPTI Kabupaten Bogor akan diidentifikasi melalui prinsip dan koridor koperasi. Selanjutnya, dilakukan tahapan formulasi strategi yang meliputi 3 tahap yaitu tahap input, tahap pencocokan, dan tahap keputusan. Pada tahap input, koperasi akan diidentifikasi pada faktor internal dan eksternal. Tahap selanjutnya yaitu tahap pencocokan, berguna untuk menyusun alternaltif strategi yang mungkin bisa diterapkan berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang telah diidentifikasi pada tahap pertama. Tahap terakhir adalah tahap pengambilan keputusan, yang dimaksudkan untuk
10
membuat strategi terbaik bagi KOPTI Kabupaten Bogor dan program kegiatan yang dapat dilakukan oleh KOPTI Kabupaten Bogor.
Masalah perdagangan kedelai
Peran KOPTI sebelum reformasi
Evaluasi kinerja KOPTI saat ini
Permintaan kedelai pengolahan tempe dan tahu
Prinsip dan Koridor Koperasi
Perumusan strategi Revitalisasi
Evaluasi Eksternal
Evaluasi Internal
Alternatif strategi dan rencana kegiatan
Arsitektur strategi
Gambar 1 Kerangka pemikiran operasional perumusan strategi revitalisasi KOPTI Kabupaten Bogor
11
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) di KOPTI Kabupaten Bogor yang beralamat di Jalan Cilendek Raya No 27, Bogor. Pemilihan tempat tersebut, didasarkan pada pertimbangan kebutuhan KOPTI Kabupaten Bogor untuk mengatasi permasalahan-permasalahan internal maupun eksternal. Adapun pengambilan data penelitian ini, dilakukan pada bulan November 2012 sampai Januari 2013.
Jenis dan Sumber Data Data yang diperoleh dalam Penelitian ini terdiri dari data primer maupun data sekunder. Data primer berasal dari wawancara langsung dan daftar pertanyaan. Metode wawancara dilakukan dengan menggunakan pertanyaan berstruktur, yang sebelum dilakukan wawancara telah dibuat terlebih dahulu untuk dijawab oleh narasumber yang berkompeten. Penentuan responden dari penelitian ini dilakukan dengan cara purposive sampling dengan pertimbangan bahwa responden tersebut berkompeten dalam memberikan informasi yang dibutuhkan. Pihak-pihak tersebut adalah pengurus KOPTI Kabupaten Bogor, yang terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, dan anggota, serta pihak-pihak terkait dan orangorang yang mengetahui mengenai permasalahan kedelai yaitu ketua Diskopperindag Kabupaten Bogor. Data sekunder yang berguna untuk melengkapi informasi dalam penelitian ini berasal dari data internal KOPTI Kabupaten Bogor maupun dari data pihakpihak eksternal, seperti data-data dari Induk Koperasi Tempe Tahu Indonesia, Departemen Pertanian, Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan, Badan Pusat Statistik, studi literatur, penelitian terdahulu dan pengunduhan dari internet. Tabel 3 menunjukkan jenis dan sumber data yang akan diambil.
12
Tabel 3 Jenis dan sumber dataa Rincian data Jenis data Gambaran umum Primer dan 1. Sejarah dan perkembangan sekunder 2. Visi, misi dan tujuan 3. Program strategis 4. Struktur organisasi 5. Wilayah kerja 6. Kegiatan usaha Internal Primer dan sekunder 1. Manajemen Primer dan (perencanaan, pengorganisasian) sekunder
Sumber data Pengurus, pegawai dan anggota
Pengurus, pegawai dan anggota Pengurus, pegawai dan Anggota 2. Pemasaran Primer dan Pengurus dan sekunder pegawai 3. Keuangan Primer dan Pengurus dan sekunder pegawai 4. Penelitian dan pengembangan atau survey Primer dan Pengurus sekunder 5. Evaluasi internal dan eksternal Primer dan Pengurus sekunder Eksternal
Primer dan Badan pengurus sekunder harian pemerintah/lembaga terkait, literatur 1. Ekonomi Primer dan Pemerintah/lembaga (keadaan umum perekonomian Indonesia, sekunder terkait, literatur fluktuasi harga, tingkat inflasi, pola konsumsi, kondisi perekonomian negara lain, impor kedelai, produksi dalam negeri) 2. Sosial, budaya, demografi, lingkungan Primer dan Literatur (peran serta pemerintah, perilaku pembeli) sekunder 3. Politik dan hukum Primer dan Pemerintah/lembaga (subsidi, peraturan ekspor-impor atau sekunder terkait, literatur kebijakan) 4. Teknologi Primer dan Lembaga terkait, (Perkembangan teknologi produksi kedelai sekunder literatur saat ini) 5. Kompetisi Primer dan Lembaga terkait, (Persaingan perusahaan sejenis, bargaining sekunder literatur position pemasok dan pembeli) Perumusan alternatif strategi Primer Subjektif dan pihak berkompeten a
Sumber: Diolah penulis (2013)
13
Metode Pengolahan Data Metode Deskriptif Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa mendatang (Nazir 2005). Analisis deskriptif ini digunakan untuk mempertajam analisis yang dilakukan, membantu memahami masalah yang diteliti serta memberikan gambaran umum tentang suatu fenomena yang terjadi. Dalam penelitian ini, metode deskriptif digunakan untuk mengidentifikasi kondisi KOPTI dilihat dari aspek prinsip dan koridor koperasi serta mengidentifikasi lingkungan internal dan lingkungan eksternal dari KOPTI Kabupaten Bogor sehingga dapat menggambarkan kondisi riil KOPTI Kabupaten Bogor. Analisis Matriks SWOT Analisis Matriks SWOT merupakan analisis yang dipakai dalam menyusun faktor-faktor strategis berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Matriks SWOT (Strengths-Weakness-Opportunities-Threats) sebagai alat pencocokan untuk mengembangkan 4 tipe strategi yaitu SO (kekuatan-peluang), WO (kelemahan-peluang), ST (kekuatan-ancaman), WT (kelemahan-ancaman). Strategi SO menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk memanfaatkan peluang eksternal. Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang eksternal. Strategi ST menggunakan kekuatan perusahaan untuk menghindari atau mengurangi pengaruh dari ancaman eksternal. Strategi WT adalah taktik defensif yang diarahkan pada pengurangan kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal. Tabel 4 Matriks SWOTa Faktor-faktor internal Faktor-faktor Eksternal Peluang (Opportunities – O) Ancaman (Threats - T) a
Sumber : David (2003)
Kekuatan (Strengths –S)
Strategi SO Gunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang Strategi ST Gunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
Kelemahan (Weakness –W)
Strategi WO Atasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang Strategi WT Minimalkan kelemahan dan hindari ancaman
14
GAMBARAN UMUM KOPTI KABUPATEN BOGOR Sejarah dan Perkembangan KOPTI Kabupaten Bogor berdiri sejak tanggal 2 November 1980. Semenjak KOPTI Kabupaten Bogor berdiri, dalam 1 tahun kepengurusan telah mengalami 3 kali pergantian pengurus tanpa laporan pertanggungjawaban dan serah terima. Pada tanggal 11 November 1981, KOPTI Kabupaten Bogor mengadakan reorganisasi total dengan menyusun kepengurusan baru. Pada tanggal 18 Juni 1983 melalui Surat Keputusan Kantor Wilayah Koperasi Jawa Barat, Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (KOPTI) Kabupaten Bogor ditetapkan sebagai badan hukum dengan Nomor 7848/BH/DK-10/9. Akta pendirian ini ditandatangani oleh H. Ahmad Chairy, Sukhaeri, Daud dan Sutarman. KOPTI Kabupaten Bogor melakukan daftar ulang pada tanggal 7 Juli 1997 dengan Nomor 7848/BH/PAD/KWK-10/VII/97 yang ditandatangani oleh M. Suroto, Sukatma, H. M Sobirin, dan Dunaryo. SIUP KOPTI Kabupaten Bogor bernomor 517/106/PM/B/DISPERINDAGKOP. KOPTI Kabupaten Bogor juga mempunyai dokumen-dokumen kelengkapan organisasi yang lain, seperti Tanda Daftar Perusahaan (TDP) dari Departemen Perindustrian Dan Perdagangan Kota Bogor dengan Nomor 10.04.2.52.00334. NPWP dari Direktorat Jendral Pajak KPP Bogor Nomor 01.241.682.2.404.000. Status Kepemilikan Tanah dengan Sertifikat HGB Nomor 21 dari Kantor BPN Kabupaten Bogor. IMB dari Bupati Bogor Nomor 644.2/48/PU/1994 dan Izin Gangguan Tempat Usaha Bukan Perusahaan Industri dari Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kota Bogor Nomor 503.45.269 tahun 2008. Maksud KOPTI Kabupaten Bogor didirikan karena mengingat hal-hal sebagai berikut: 1. Teknis produksi pengrajin tempe tahu masih tradisional mengakibatkan produksi yang dihasilkan di bawah standar dan jangkauan pemasaran, serta hasil produksi juga sangat terbatas. 2. Lemahnya posisi tawar menawar para pengrajin dalam pengadaan bahan baku serta tidak adanya kepastian harga, karena kedelai sebagai bahan baku di dapat dari pasar bebas. Kondisi pengadaan bahan baku seperti ini, menyebabkan pengrajin sebagai produsen selalu dipihak yang dirugikan dan akibatnya setiap keuntungan yang dihasilkan dari setiap kegiatan produksi sangat minimal. 3. Sebagai produsen, kemampuan permodalan pengrajin pada umumnya sangat kecil dalam mempertahankan kelangsungan usaha. Dengan demikian, KOPTI Kabupaten Bogor hendak menyatukan potensi dari para anggota sehingga kesejahteraan anggota KOPTI Kabupaten Bogor dapat meningkat. KOPTI Kabupaten Bogor berdiri menyangkut beberapa kepentingan, yaitu: 1. Kepentingan pengrajin adalah memberikan kepastian usaha dan jaminan kelangsungan hidup usaha dari ancaman kebangkrutan. 2. Kepentingan masyarakat adalah memberikan hasil produksi yang berkualitas tinggi. 3. Koperasi menunjang program pembangunan sektor perkoperasian di Indonesia, terutama menjadikan koperasi sebagai soko guru perekonomian bagi warga
15
negara yang tergolong ekonomi lemah menjadi suatu gerakan yang mempunyai identitas dan berdedikasi serta spesialisasi. Pada awal berdiri, yaitu pada tahun 1980-an, KOPTI Kabupaten Bogor masih banyak menemui hambatan sehingga kurang mendapat perhatian dari pengusaha tempe dan tahu. KOPTI Kabupaten Bogor masih dianggap kurang mampu memberikan manfaat bagi para pengrajin. Akan tetapi, pada tahun 1990an menjadi masa-masa kejayaan bagi KOPTI Kabupaten Bogor. KOPTI Kabupaten Bogor melakukan pengelolaan koperasi yang semakin matang dan membaik, serta mendapat bantuan dari Badan Urusan Logistik (BULOG) yang menyalurkan alokasi kedelai impor ke KOPTI Kabupaten Bogor. Pada saat itu, para pengusaha tempe tahu menjadi tertarik dan mulai mendaftarkan diri menjadi anggota. Melalui BULOG, pemerintah menetapkan beberapa kebijakan menyangkut impor kedelai seperti stabilitas harga, distribusi, dan penimbunan komoditi pangan utama. KOPTI Kabupaten Bogor menjadi sangat terbantu atas keberadaan BULOG. KOPTI Kabupaten Bogor juga mendapatkan harga kedelai dibawah harga pasar sehingga kesejahteraan para anggota koperasi pun terjamin. Berbagai program peningkatan kesejahteraan anggota yang disetujui melalui rapat anggota tahunan telah dilakukan dalam perkembangan KOPTI Kabupaten Bogor. Program-program tersebut antara lain program beasiswa untuk anak anggota, pemberian pengobatan secara gratis, penyediaan paket sembako gratis, merehabilitasi tempat tinggal dan tempat produksi, memberikan bantuan permodalan bagi anggota, program pemberangkatan ke tanah suci bagi anggota. Selain itu masih banyak prestasi yang ditorehkan untuk anggota KOPTI Kabupaten Bogor. Akan tetapi, semenjak impor kedelai melalui BULOG dihentikan, KOPTI Kabupaten Bogor menjadi salah satu pelaku usaha yang paling terkena dampak dari kebijakan tersebut. Program-program yang ada tidak dapat berjalan lancar yang mengakibatkan beberapa program KOPTI Kabupaten Bogor terpaksa ditangguhkan. KOPTI Kabupaten Bogor kembali masuk ke dalam persaingan yang ketat di era pasar bebas. KOPTI Kabupaten Bogor yang merupakan lembaga yang menjadi wadah pengrajin tahu dan tempe tidak mampu lagi memberikan pelayanan yang baik dalam upaya membantu pengrajin dalam meningkatkan kesejahteraan mereka. Situasi dan kondisi yang terjadi, seharusnya tidak menyurutkan KOPTI Kabupaten Bogor untuk tetap eksis dalam memperjuangkan semua yang menjadi kepentingan anggota. Pengelolaan KOPTI Kabupaten Bogor secara profesional menjadi tugas utama pengurus dalam menjalankan roda organisasi, karena semakin banyaknya persaingan-persaingan usaha tentu saja harus menjadi tantangan untuk berbuat lebih cerdas. KOPTI Kabupaten Bogor memang harus merencanakan langkah strategik agar tidak kehilangan kembali arah serta fungsi utamanya.
Visi, Misi, dan Tujuan Visi dan misi dari KOPTI Kabupaten Bogor sudah dibakukan secara tertulis. Visi dari KOPTI Kabupaten Bogor ialah menjadi Koperasi andal dan tangguh
16
yang memiliki hubungan erat dengan anggota. Misi KOPTI Kabupaten Bogor antara lain ialah: 1. Menjalankan usaha dengan cermat dan saling memberikan manfaat. 2. Melayani dengan kesungguhan hati serta menjadi panutan dalam melaksanakan tata kelola yang baik. Tujuan KOPTI Kabupaten Bogor itu sendiri yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan dan membangun kemandirian melalui: 1. Terciptanya KOPTI yang kuat dan tangguh. 2. Usaha yang saling menguntungkan. 3. Jalinan komunikasi yang berkesinambungan.
Program Strategis KOPTI Kabupaten Bogor dalam pengembangan koperasi mempunyai beberapa program-program strategis yang dilaksanakan dengan tujuan untuk memajukan koperasi tersebut, yaitu: 1. Peningkatan kualitas SDM a. Pendidikan b. Pelatihan c. Studi banding d. Diskusi dan seminar 2. Peningkatan usaha a. Mengembangkan industri usaha skala kecil sampai menengah dibidang industri tempe dan tahu. b. Membangun perbengkelan mesin tempe dan tahu. c. Mengembangkan usaha jasa angkutan dan rental. d. Mengembangkan sumber-sumber energi alternatif. 3. Peningkatan citra koperasi a. Merumuskan kembali visi, misi dan program strategis. b. Mengembangkan usaha KOPTI yang masih berjalan. c. Mengembangkan sistem manajemen yang masih berjalan. d. Sosialisasi program untuk memberikan harapan baru bagi pengelola dan anggota.
Struktur Organisasi KOPTI Kabupaten Bogor telah mengalami pergantian kepengurusan. Berakhirnya masa jabatan pengurus periode 2007-2011, maka pada RAT KOPTI Kabupaten Bogor ke 29 yang dilaksanakan hari Minggu, tanggal 15 Januari 2012 diadakan pemilihan kembali pengurus baru untuk periode tahun 2012-2017. Berdasarkan hasil pemilihan tersebut, secara aklamasi maka terpilih lagi kepengurusan yang lama sehingga tidak mengalami perubahan pengurus baik jabatan maupun personalnya.
17
Rapat Anggota
Sekretaris
Ketua
Bendahara
Manajer
Manajer Usaha
Manajer Keuangan
Manajer Organisasi
Wilayah Pelayanan Cimanggis . Citeureup I . Citeureup II . Cibinong . Sawangan I . Sawangan II . Depok, Bojonggede , Parung . Ciseeng . Kemang . Cimanggu I . Cimanggu II . Sukaraja . Cisarua , Caringin . Ciawi . Cigombong . Tamansari . Ciomas . Leuwiliang . Ciampea . Cibungbulang
Anggota Kopti perajin pengolah bahan makanan dari kedelai
Gambar 2 Struktur organisasi KOPTI Kabupaten Bogor
Pembagian tugas dan tanggung jawab serta kegiatan-kegiatan usaha yang dijalankan oleh KOPTI Kabupaten Bogor sesuai dengan fungsi yang terdapat dalam struktur organisasi KOPTI Kabupaten Bogor (Gambar 2), antara lain: 1. Rapat anggota Rapat angggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam struktur organisasi koperasi. Melalui rapat anggota inilah, anggota dapat menggunakan hak yang diperoleh dengan berpartisipasi aktif dalam proses penetapan ketentuan-ketentuan yang bersifat mendasar bagi KOPTI Kabupaten Bogor sehingga wujud dari pelaksanaan prinsip koperasi mengenai pengelolaan yang demokratis dapat terlihat. Rapat anggota berperan dalam penetapan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, kebijakan umum, memilih, dan mengangkat serta memberhentikan pengurus dan pengawas. Rapat anggota juga menetapkan dan mengesahkan rencana kerja, rencana anggaran pendapatan dan belanja, serta pengesahan laporan keuangan.
18
2.
3.
4.
5.
Ketua Tugas ketua antara lain memimpin, menjalankan dan memajukan serta mengembangkan usaha koperasi termasuk pengadaan kedelai untuk kepentingan anggota dan masyarakat. Ketua pun memimpin, mengkoordinir dan mengawasi pelaksanaan tugas anggota, pengurus serta manajer unit dan semua karyawan. Ketua juga bertugas untuk memimpin jalannya rapat anggota tahunan (RAT) serta memimpin rapat pengurus. Dalam rapat anggota tahunan, ketua memimpin jalannya rapat atas nama pengurus dan memberikan laporan pertanggungjawaban kepada rapat anggota. Ketua memberikan keputusan terakhir dengan memperhatikan saran-saran dari anggota, pengurus dan manajer. Selain itu, ketua bertugas mengesahkan surat-surat yang menyangkut kegiatan organisasi ke luar maupun ke dalam koperasi. Sekertaris Sekretaris bertugas untuk memelihara buku-buku dan arsip-arsip organisasi, mengkoordinir dalam menyusun laporan-laporan organisasi, serta merencanakan jadwal operasional seperti penyuluhan terhadap anggota, pendidikan, latihan, dan kegiatan sosial lain. Selain itu, sekertaris juga bertugas untuk membantu ketua dalam pembinaan personil dan kerjasama karyawan, serta mewakili bidang usaha, pengadaan dan penjualan kedelai KOPTI Kabupaten Bogor apabila ketua sedang berhalangan. Bendahara Bendahara berkewajiban untuk mengatur dan mengendalikan atau mengawasi keluar masuk aliran uang, antara lain dengan melaksanakan anggaran pendapatan dan belanja KOPTI Kabupaten Bogor, mencari dana dengan cara memupuk simpanan para anggota, dan mencari sumber dana dari luar dengan syarat yang lunak dan tidak memberatkan. Bendahara wajib untuk memelihara kekayaan KOPTI Kabupaten Bogor dan mengatur pengeluaran uang agar tidak melampaui batas anggaran belanja yang telah ditetapkan. Selain mempersiapkan data dan informasi mengenai keuangan, dalam rangka penyusunan laporan-laporan, bendahara bersama dengan manajer juga bertugas menandatangani semua bukti pengeluaran kas yang melampaui batas wewenang manajer dengan persetujuan ketua. Selain itu, membimbing dan mengawasi pekerjaan manajer dalam hal penyelenggaraan administrasi uang dan barang. Manajer Dalam menjalankan roda organisasi KOPTI Kabupaten Bogor yang memiliki jumlah anggota yang cukup banyak dan wilayah pelayanan yang cukup luas, diperlukan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dan kecakapan sesuai dibidangnya masing-masing. Untuk itu, dalam membantu tugas operasional Dewan Pengurus, ditempatkan seorang manajer dan 3 orang asisten manajer yaitu manajer organisasi, manajer usaha, dan manajer keuangan. Manajer utama adalah orang yang bertanggung jawab terhadap jalannya usaha koperasi sehari-hari secara keseluruhan seperti perencanaan, pelasanaan, pengawasan dalam bidang usaha, keuangan, organisasi, dan personalia. Sedangkan ketiga asisten manajer melaksanakan tanggung jawab sesuai dengan divisi masing-masing yang berada di bawah koordinasi dan
19
pengendalian manajer utama. Para asisten manajer dalam menjalankan tugas bertanggung jawab kepada dewan pengurus melalui manajer utama.
Wilayah Kerja Wilayah kerja KOPTI Kabupaten Bogor meliputi daerah-daerah yang ada di Kabupaten Bogor. KOPTI Kabupaten Bogor mempunyai 23 wilayah kerja, sehingga KOPTI Kabupaten Bogor mempunyai 22 Kepala Wilayah Pelayanan (KWP). KWP diangkat dan diberhentikan oleh pengurus KOPTI Kabupaten Bogor. KWP bertugas sebagai penghubung antara pengurus KOPTI Kabupaten Bogor dengan anggota dalam hal kegiatan usaha KOPTI Kabupaten Bogor. Wilayah pelayanan kerja KOPTI Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Gambar 2.
Kegiatan Usaha Sesuai dengan fungsi awal KOPTI Kabupaten Bogor, kegiatan usaha KOPTI Kabupaten Bogor yang utama ialah pengadaan kedelai kepada produsen tempe dan tahu di lingkup Kabupaten Bogor. Akan tetapi, untuk menunjang kegiatan-kegiatan yang dijalankan, KOPTI Kabupaten Bogor telah mengembangkan beberapa usaha yang lain. Berikut ini merupakan penjelasan dari masing-masing kegiatan usaha yang telah dijalankan oleh KOPTI Kabupaten Bogor: 1. Usaha pengadaan kedelai Usaha pengadaan kedelai ini dapat dikatakan menjadi cikal bakal berdiri KOPTI Kabupaten Bogor. Usaha ini menangani kegiatan jual beli kedelai sebagai bahan baku pokok yang diperlukan oleh para produsen tempe dan tahu. Usaha pengadaan kedelai ini mengalami peningkatan, baik jumlah volume penjualan maupun jumlah pengrajin yang menyerap kedelai tersebut. Pada tahun 2011, KOPTI Kabupaten Bogor telah melakukan penjualan kedelai sebanyak 5 433 507 kg, sedangkan pada tahun 2012 mampu menjual kedelai sebanyak 5 613 107 kg. Akan tetapi, peningkatan jumlah permintaan tersebut tidak sebanding dengan jumlah anggota KOPTI Kabupaten Bogor itu sendiri karena hanya terdapat 60 anggota aktif dari 1 373 angota yang ada. Terlepas dari pelayanan KOPTI Kabupaten Bogor dalam menyediakan stok kedelai bagi pengrajin, KOPTI Kabupaten Bogor juga memberikan reward yang nilainya disesuaikan dengan volume pembelian kedelai. Selain itu pemberian THR menjelang Hari Raya Idul Fitri kepada anggota dan pemberian informasi harga setiap saat kepada pengrajin dengan tujuan untuk mengantisipasi fluktuasi harga kedelai yang relatif tidak stabil di tingkat importir sehingga pengrajin mendapatkan informasi harga yang terbaru (up to date). Akan tetapi semua itu belum cukup mampu memberi motivasi para anggota untuk menyerap kedelai di KOPTI Kabupaten Bogor. Masih banyak anggota yang membeli kedelai di tempat lain.
20
2. Usaha pengadaan peralatan produksi a. Mesin tempe Cara berfikir para pengrajin yang semakin maju, membuat para pengrajin menyadari bahwa konsumen menginginkan produk tempe atau tahu yang baik dalam proses produksi, berkualitas, bersih, dan sehat. Usaha pengadaan mesin tempe ini, dilaksanakan oleh KOPTI Kabupaten Bogor mulai tahun 2011. KOPTI Kabupaten Bogor terus melakukan inovasi dengan menciptakan dan menyediakan mesin tempe dengan model terbaru yang disesuaikan dengan keinginan pengrajin. Mesin yang berbahan dasar stainless steel ini mampu dijual oleh KOPTI Kabupaten Bogor sebanyak rata-rata 60 unit setiap tahun. b. Dandang perebusan KOPTI Kabupaten Bogor juga memproduksi dandang perebusan kedelai yang berbahan baku dari stainless steel. Bahan baku stainless steel bertujuan untuk menggantikan cara perebusan pengrajin yang masih tradisional, dimana menurut kajian penelitian penggunaan drum bekas sangat berbahaya, sehingga kurang memenuhi standar kesehatan. 3. Usaha pengadaan bahan pembantu Salah satu usaha KOPTI Kabupaten Bogor dalam pengadaan bahan pembantu saat ini adalah pengadaan ragi tempe untuk kebutuhan anggota. Usaha ini menjadi usaha pendukung KOPTI Kabupaten Bogor karena pengadaan bahan pembantu ini dapat memberikan hasil yang cukup baik. Jenis inokulum yang paling diminati untuk tempe yaitu merk Raprima yang diproduksi dan didistribusikan oleh PT. Aneka Fermentasi Indonesia (AFI) yang beralamat di Bandung. Penggunaan ragi dalam pembuatan tempe sangat sedikit, sehingga usaha pengadaan bahan pembantu ragi memiliki peningkatan volume penjualan agak lambat. 4. Usaha pengangkutan Dahulu pendistribusian kedelai dari gudang-gudang importir ke gudang KOPTI Kabupaten Bogor maupun gudang anggota di wilayah, masih bekerjasama dengan perusahaan jasa angkutan (ekspedisi) dari luar. Hal ini dilakukan karena kendaraan truk angkutan milik KOPTI Kabupaten Bogor sudah tidak bisa dipergunakan lagi untuk mengangkut barang dengan jarak jauh. Melihat kondisi tersebut, pengurus KOPTI Kabupaten Bogor sepakat untuk melakukan peremajaan armada yang ada. Pada tahun 2010 sampai 2012, KOPTI Kabupaten Bogor menambah 3 kendaraan truk angkut baru. Dengan pengadaan kendaraan truk ini, selain lebih memperlancar distribusi kedelai kepada pengrajin juga bisa dijadikan investasi KOPTI Kabupaten Bogor dalam jangka panjang. Usaha ini dapat dijadikan usaha pengangkutan dengan tujuan menghasilkan profit. Pengangkutan tentu dibatasi dari jenis barang maupun tujuan barang yang diangkut supaya kendaraan yang ada tetap terjaga dengan baik. 5. Usaha pembuatan tempe bersih dan higienis Pada tahun 2012, KOPTI Kabupaten Bogor dapat merealisasikan pembuatan pabrik tempe dengan nama Rumah Tempe Indonesia (RTI). Rumah tempe ini belum pernah dibuat oleh KOPTI Kabupaten Bogor dimanapun dan
21
menjadi pabrik pioneer bagi KOPTI Kabupaten Bogor di seluruh Indonesia. Rumah Tempe Indonesia didirikan sebagai salah satu unit usaha komersial KOPTI Kabupaten Bogor dengan tujuan profit oriented (keuntungan) dan sekaligus social oriented yaitu sebagai percontohan guna peningkatan kualitas produksi tempe menjadi lebih baik bagi para pengrajin KOPTI Kabupaten Bogor. Selain itu RTI dapat membuka wawasan masyarakat umum sebagai konsumen tempe, dan meyakinkan konsumen bahwa produk tempe sudah dapat diproduksi lebih sehat, higienis dan ramah lingkungan. 6. Usaha penyewaan tempat Salah satu usaha KOPTI Kabupaten Bogor yang tidak berhubungan dengan pelayanan kepada anggota adalah penyewaan tempat. Menyewakan tempat adalah salah satu usaha pemanfaatan aset yang dimiliki dengan tujuan pemanfaatan ruangan atau bangunan yang dimiliki KOPTI Kabupaten Bogor dan menambah pendapatan KOPTI Kabupaten Bogor. Disamping itu, dengan menyewakan tempat tersebut KOPTI Kabupaten Bogor dapat lebih menghemat biaya pemeliharaan bangunan karena perawatan secara langsung menjadi tanggung jawab bagi si penyewa.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan Prinsip dan Koridor Koperasi KOPTI Kabupaten Bogor Pelaksanaan prinsip koperasi pada KOPTI Kabupaten Bogor menurut ICA (International Co-operative Alliance) tahun 1995, yaitu : 1. Keanggotaan sukarela dan terbuka KOPTI Kabupaten Bogor sebagai koperasi bagi para pengrajin tempe dan tahu di Kabupaten Bogor terbuka bagi siapapun yang ingin bergabung untuk menggunakan jasa-jasa KOPTI Kabupaten Bogor. Selain itu bersedia menerima tanggung jawab keanggotaan, tanpa membedakan jenis kelamin, latar belakang sosial, ras, politik atau agama, dan tidak pernah memaksa kepada anggota ataupun calon anggota, selama tata caranya sesuai dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga KOPTI Kabupaten Bogor. Akan tetapi, banyak anggota yang tidak menggunakan jasa-jasa yang diberikan oleh KOPTI Kabupaten Bogor. Mereka tidak melakukan tanggung jawab keanggotaannya, karena masih banyak anggota yang tidak aktif berpartisipasi di KOPTI Kabupaten Bogor. Banyak anggota yang membeli kedelai di luar KOPTI Kabupaten Bogor itu sendiri. Sejauh ini, KOPTI Kabupaten Bogor hanya melakukan sosialisasi secara terus menerus untuk mengingatkan kepada anggota bahwa mereka mempunyai kewajiban-kewajiban terhadap koperasi yang menghasilkan kemanfaatan yang berarti untuk kedua belah pihak, yaitu anggota dan koperasi. KOPTI Kabupaten Bogor berusaha mengingatkan dan menyadarkan anggota bahwa anggota selain sebagai pelanggan KOPTI Kabupaten Bogor, juga berperan sebagai pemilik.
22
Dilihat dari aspek koridor koperasi, yaitu mengenai promosi anggotaanggota yang berhasil, selama ini Kopti Kabupaten Bogor telah banyak memperoleh prestasi dari berbagai tingkatan wilayah. Prestasi-prestasi yang telah diraih KOPTI Kabupaten Bogor yaitu: - Sebagai 300 koperasi unggulan Indonesia tahun 2012 - Koperasi berprestasi tingkat nasional pada tahun 2011 - Koperasi produsen yang berkualitas tingkat Propinsi Jawa Barat 2010 - Koperasi produsen terbaik tingkat Kabupaten Bogor - Koperasi produsen terbaik tingkat Propinsi Jawa Barat - Koperasi perkotaan teladan kelompok aneka usaha tingkat Propinsi Jawa Barat - Koperasi jenis lain-lain tingkat Propinsi Jawa Barat - Koperasi terbaik jenis non KUD tingkat Propinsi Jawa Barat Beberapa program kesejahteraan juga telah dilakukan diluar sisa hasil usaha yang ditawarkan oleh koperasi. Program kesejahteraan tersebut, diberikan untuk memberikan promosi kepada anggota yang aktif di dalam KOPTI Kabupaten Bogor. Program tersebut seperti pemberian souvenir, pemberian reward bagi anggota aktif, tunjangan hari raya, bingkisan lebaran, serta informasi harga yang selalu up to date. Akan tetapi, prestasi dan program yang diberikan belum mampu menarik minat anggota untuk berpartisipasi aktif di KOPTI Kabupaten Bogor. Hal ini dikarenakan KOPTI Kabupaten Bogor sudah tidak mampu memberikan pinjaman kepada para anggota, sedangkan distributor pesaing memberikan pinjaman tersebut sehingga banyak anggota yang lebih tertarik dengan pinjaman yang diberikan oleh distributor lain. KOPTI Kabupaten Bogor juga belum melakukan survei kepuasan anggota secara rutin. Survei tersebut sangat baik dilakukan untuk mengetahui masukanmasukan dari para anggota secara keseluruhan. 2. Pengendalian oleh anggota-anggota secara demokratis Rapat anggota memiliki kekuasaan tertinggi di dalam KOPTI Kabupaten Bogor. Urusan kegiatan koperasi diselenggarakan oleh pengurus yang dipilih dari anggota dan oleh anggota. Pengurus yang dipilih bertanggung jawab kepada rapat anggota dan para anggota memiliki hak suara yang sama (satu anggota satu suara). Prinsip pengelolaan koperasi yang demokratis oleh KOPTI Kabupaten Bogor tertuang dari rapat anggota tahunan yang telah dilakukan setahun sekali. Rapat anggota tahunan yang terakhir dilaksanakan pada tanggal 15 Januari 2012 untuk tutup buku tahun 2011. Dalam rapat anggota tersebut pengurus memberi laporan pertanggungjawaban kepada sebagian kecil anggota, karena yang menghadiri rapat kurang dari 50 orang dari 1 373 anggota yang ada. Penentuan kebijakan dan pengambilan keputusan penting menyangkut organisasi, usaha, dan keuangan diadakan dalam rapat yang dihadiri pengurus, tim manajemen, dan perwakilan anggota. Setelah kebijakan tersebut ada dan terlaksana, barulah para pengurus secara terbuka berkomunikasi dengan seluruh anggota untuk menginformasikan mengenai kebijakan yang dilaksanakan KOPTI Kabupaten Bogor. Akan tetapi, dalam pelaksanaan kebijakan, KOPTI Kabupaten Bogor tidak dikontrol oleh badan pengawas karena dalam struktur
23
organisasi KOPTI Kabupaten Bogor sudah tidak menggunakan badan pengawas. Dilihat dari aspek koridor koperasi, yaitu mengenai komite pengawas kompeten dan honorer dalam KOPTI Kabupaten Bogor, keberadaan komite pengawas sebagai pejabat honorer sudah dihilangkan. Pihak pengurus mengatakan, dengan adanya pengawas akan menambah biaya pengeluaran untuk menggaji pengawas tersebut. Terlebih KOPTI Kabupaten Bogor sudah tidak terikat dengan pemerintah, terutama mengenai suplai kedelai dari Bulog, sehingga pengawasan cukup langsung dari anggota saja. Anggapan pengurus mengenai komite pengawas harus dihentikan, karena keberadaan komite pengawas sebenarnya sangat diperlukan. Kerjasama diantara pengurus dan komite pengawas adalah suatu keharusan, akan tetapi pertemuan-pertemuan bersama antara pengurus dan komite pengawas adalah suatu pengecualian dari pada suatu peraturan. Tugas komite pengawas sendiri adalah untuk mewakili dan melindungi kepentingan-kepentingan anggota dalam kaitan dengan semua pekerjaan pengurus. Selain itu, komite pengawas bertindak sebagai penghubung antara basis keanggotaan dan manajemen koperasi. Mereka memberi penekanan-penekanan pada keefektifan pengambilan keputusan dalam kepengurusan yang berorientasi pada kepentingan-kepentingan anggota, menangani tugas hubungan anggota, dan merekrut anggota-anggota baru. Fungsi utama dari pejabat honorer terletak dalam bidang pekerjaan komite pengawas sebagai pengawasan internal. Dilihat dari aspek koridor koperasi, yaitu mengenai rapat delegasi (perwakilan) dan penghindaran disintegrasi, KOPTI Kabupaten Bogor dalam melaksanakan rapat koordinasi anggota sudah melaksanakan 4 kali pada tahun 2012. Rapat tersebut dihadiri oleh pengurus dan perwakilan-perwakilan anggota, dengan keperluan untuk membahas dan mengambil keputusan penting yang menyangkut organisasi, usaha dan keuangan. Rapat tersebut lebih banyak bersifat informasi mengenai perkembangan organisasi serta usaha yang dilaksanakan KOPTI Kabupaten Bogor. Perwakilan anggota yang datang mewakili setiap wilayah kerja KOPTI Kabupaten Bogor dan perwakilan anggota tersebut menjadi anggota aktif di KOPTI Kabupaten Bogor. Akan tetapi, perwakilan anggota tersebut kurang efektif karena banyak anggota tidak merasa terwakili dari setiap wilayahnya sehingga banyak anggota yang tidak mengetahui akan hal tersebut. Penyampaian informasi kepada anggota di setiap wilayah menjadi kurang merata karena hanya diwakili oleh satu orang saja. 3. Partisipasi ekonomi anggota Para anggota memberikan kontribusi permodalan koperasi secara adil dan melakukan pengawasan secara demokratis terhadap modal tersebut. Sebagian dari modal tersebut adalah milik bersama koperasi. Apabila ada, para anggota akan menerima kompensasi yang terbatas atas modal yang diisyaratkan untuk menjadi anggota. KOPTI Kabupaten Bogor melaksanakan prinsip ini dengan memberikan balas jasa yang sesuai dengan modal yang ditanam anggota di KOPTI Kabupaten Bogor. Pengembangan koperasi, menjadi salah satu tujuan untuk membentuk dana cadangan sehingga sebagian SHU tidak dapat dibagikan. Hal tersebut dilakukan untuk mendukung kegiatan-kegiatan lain yang sudah disahkan oleh rapat anggota. KOPTI Kabupaten Bogor
24
membagikan SHU untuk anggota secara adil sebanding dengan jumlah transaksi maupun simpanan yang dilakukan oleh anggota. Dilihat dari aspek koridor koperasi, yaitu mengenai partisipasi anggota, merupakan pemegang peranan yang penting dalam pengembangan koperasi. Hal ini dikarenakan kekuatan koperasi tidak direpresentasikan oleh akumulasi modal koperasi, tetapi pada anggota-anggota koperasi serta terhimpunnya potensi penawaran dan permintaan anggota maupun kepentingan ekonomi mereka. Pada KOPTI Kabupaten Bogor meskipun jumlah anggota bertambah akan tetapi yang aktif di dalam KOPTI Kabupaten Bogor sangat sedikit. Partisipasi anggota dalam menghadiri rapat-rapat di KOPTI juga kurang baik karena tidak memenuhi batas minimal tingkat kehadiran yang seharusnya dilaksanakan. Proses penawaran dan permintaan kedelai juga kurang maksimal sehingga koperasi hanya mampu memberikan pelayanan yang minim terhadap anggota. Hal ini dikarenakan beban permasalahan lama hutang-hutang anggota KOPTI Kabupaten Bogor yang belum dapat diselesaikan karena kebangkrutan anggota. Anggota terikat oleh pemberi pinjaman dan sulit untuk kembali aktif di KOPTI Kabupaten Bogor sedangkan KOPTI Kabupaten Bogor sendiri sudah tidak mampu memberikan pinjaman kepada anggota. Selain itu, dampak dari krisis moneter sampai saat ini masih menjadi penghalang KOPTI Kabupaten Bogor dalam mengambil langkah untuk pengembangan dan peningkatan usaha. Dilihat dari aspek koridor koperasi, yaitu mengenai pembatasan bisnis dengan bukan anggota, KOPTI Kabupaten Bogor lebih memprioritaskan melakukan aktifitas penjualan kepada anggota dalam menjalankan usaha. Hal tersebut dilakukan KOPTI Kabupaten Bogor supaya para pembeli di luar anggota akan tertarik untuk menjadi anggota. Dari 6 unit usaha yang dimiliki KOPTI Kabupaten Bogor sendiri, hanya 1 unit usaha yang dilakukan KOPTI Kabupaten Bogor tanpa ada hubungan dengan pelayanan kepada anggota yaitu unit usaha penyewaan tempat. Tujuannya adalah untuk memanfaatkan aset yang dimiliki KOPTI Kabupaten Bogor untuk menambah pendapatan bagi KOPTI Kabupaten Bogor. 4. Otonomi dan kebebasan Selama ini KOPTI Kabupaten Bogor berusaha untuk mempertahankan kemandirian mereka dengan memperkuat modal sendiri yang berasal dari anggota dan pengawasan anggota sebagai kesatuan tertinggi dalam organisasi koperasi. KOPTI Kabupaten Bogor juga berhubungan dengan organisasi lain seperti pemasok kedelai maupun bank. Selain itu, hubungan dengan pemerintah sendiri sebatas mengenai menghadiri rapat serta undangan simposium atau seminar yang di adakan oleh beberapa instansi terkait seperti Kementrian Perindustrian dan Perdagangan RI, Kementrian Negara Koperasi dan UKM RI, Departemen Pertanian dan instansi lainnya. Dilihat dari aspek koridor koperasi, yaitu mengenai keseimbangan struktur modal, KOPTI Kabupaten Bogor berusaha melakukan permodalan dengan cara mencari dana dari para anggota untuk menyeimbangkan modal yang bersumber dari luar yaitu dengan pihak bank. Hal tersebut terbukti dari hasil keputusan rapat koordinasi dengan perwakilan anggota yang diputuskan bahwa dalam rangka menambah dan menyesuaikan permodalan KOPTI Kabupaten Bogor yang bersumber dari simpanan anggota maka besaran
25
simpanan pokok yang semula Rp10 000 disesuaikan menjadi Rp100 000 dengan demikian posisi simpanan pokok anggota per 31 Desember 2012 sebesar Rp137 300 000 dengan jumlah anggota sebanyak 1 373 orang. Simpanan sukarela KOPTI Kabupaten Bogor juga mengalami peningkatan, yaitu pada tahun 2011 jumlah simpanan sukarela sebesar RP311 949 150 maka jumlah per 31 Desember 2012 bertambah menjadi Rp384 511 500. 5. Pendidikan, pelatihan dan informasi KOPTI Kabupaten Bogor memberikan pendidikan sesuai kebutuhan kepada para anggotanya. Selain itu, KOPTI Kabupaten Bogor juga mengadakan studi banding, diskusi, seminar dan pelatihan. Salah satu pelatihan yang dilakuakan yaitu mengenai teknologi pengolahan tempe ataupun tahu. Pada zaman dahulu pengolahan tempe dilakukan dengan menginjak-injak kedelai, namun seiring perkembangan teknologi, KOPTI Kabupaten Bogor bekerjasama dengan berbagai pihak memberikan penyuluhan kepada para pengrajin tahu tempe untuk menggunakan alat-alat pengolahan yang lebih higienis dan efektif. Selain itu, KOPTI Kabupaten Bogor pun mengadakan komunikasi efektif kepada para anggota maupun calon anggota mengenai keuntungan dan kemanfaatan berkoperasi. Dilihat dari aspek koridor koperasi, yaitu mengenai kepemimpinan koperasi, para pimpinan KOPTI Kabupaten Bogor baik pengurus maupun manajer koperasi belum memahami secara mendalam falsafah-falsafah koperasi. Walaupun dalam kegiatannya sering diadakan pendidikan, pelatihan, studi banding, diskusi dan seminar bagi para manajer dan karyawan, para pengurus belum mampu menunjukkan pemahaman terhadap koperasi baik dalam aspek pengelolaan usaha maupun pengembangan organisasi. Terbukti dengan masih banyaknya anggota yang belum merasakan manfaat dari berkoperasi, selain itu para pengurus juga tidak memperhatikan kondisi KOPTI Kabupaten Bogor dari prinsip dan koridor koperasi yang baik. Terpilihnya kembali kepengurusan periode 2007-2011 untuk melanjutkan kepengurusan periode 2012-2017 dengan nama dan posisi jabatan yang sama, tidak menjadi jaminan bahwa pengurus tersebut benar-benar memahami, mengerti, dan menerapkan prinsip dan koridor koperasi yang ada. 6. Kerjasama diantara koperasi-koperasi KOPTI Kabupaten Bogor melaksanakan kerja sama dalam bentuk menghadiri undangan rapat maupun seminar dengan PUSKOPTI, GAPOKTINDO dan Kementrian Negara Koperasi dan UKM RI. Selain itu, belum ada bentuk kerja sama lainnya untuk memperkuat gerakan koperasi. Untuk penyediaan kedelai kepada para anggota, KOPTI Kabupaten Bogor sudah melakukan secara langsung dengan para importir, sehingga sudah tidak berhubungan langsung dengan PUSKOPTI, GAPOKTINDO, maupun pemerintah melalui BULOG. Dilihat dari aspek koridor koperasi, yaitu mengenai sistem koperasi yang terpadu atau terintegrasi, dahulu KOPTI Kabupaten Bogor dalam pemenuhan kebutuhan kedelai masih melalui PUSKOPTI sebagai koperasi sekunder bagi KOPTI Kabupaten Bogor. Jumlah kedelai yang didistribusikan juga ditentukan oleh PUSKOPTI. Namun, semenjak BULOG tidak diperankan lagi dalam
26
tataniaga kedelai dan terjadi krisis moneter, PUSKOPTI sudah tidak mampu lagi membantu KOPTI Kabupaten Bogor untuk pemenuhan kebutuhan kedelai. KOPTI Kabupaten Bogor berjuang di tengah krisis yang ada, sampai sekarang masih berdiri dengan melakukan persediaan kedelai dari para importir secara langsung. Hubungan KOPTI Kabupaten Bogor dengan PUSKOPTI sekarang sebatas pemenuhan undangan seminar atau rapat-rapat yang diadakan oleh PUSKOPTI. Dilihat dari aspek koridor koperasi, yaitu federasi, fungsi dari koperasi sekunder sudah tidak berjalan dengan baik. Banyak KOPTI-KOPTI di Indonesia yang mengalami kebangkrutan dan sudah tidak diperankan lagi kedudukannya di masyarakat sehingga koperasi sekunder kurang memberikan inovasi-inovasi baru bagi perkembangan KOPTI yang ada di Indonesia. Dengan kata lain, koperasi sekunder akan sulit mempromosikan KOPTI untuk dibentuk koperasi-koperasi yang baru. Dilihat dari aspek koridor koperasi, yaitu mengenai merjer, semenjak awal berdiri hingga saat ini, KOPTI Kabupaten Bogor belum pernah melakukan merjer (amalgamisasi) dengan koperasi lain. KOPTI Kabupaten Bogor menjadi satu-satunya koperasi yang mewadahi para pengrajin tempe dan tahu yang berada di Kabupaten Bogor. Hal ini seharusnya menjadi kekuatan bagi KOPTI Kabupaten Bogor untuk memaksimalkan usaha yang ada bagi para pengrajin kedelai di Kabupaten Bogor, terutama bagi para anggota KOPTI Kabupaten Bogor menyangkut kesejahteraan dan pemberian manfaat bagi para anggota. 7. Kepedulian terhadap komunitas KOPTI Kabupaten Bogor didirikan berdasarkan kesamaan kepentingan para pengrajin kedelai untuk menjaga kestabilan dan ketersediaan akan bahan baku kedelai itu sendiri. KOPTI Kabupaten Bogor mempunyai tanggung jawab untuk menjaga ketersediaan bahan baku kedelai bagi para anggota, yaitu pengrajin tempe dan tahu di Kabupaten Bogor. Meskipun situasi harga kedelai berfluktuasi, KOPTI Kabupaten Bogor harus berusaha memberikan sumbangan yang positif kepada para pengrajin dengan mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang disetujui oleh para anggota. Setelah mengidentifikasi kondisi KOPTI Kabupaten Bogor berdasarkan prinsip dan koridor koperasi, maka dapat dilihat hasilnya pada Tabel 5 berikut ini.
27
Tabel 5 Koridor Koperasi KOPTI Kabupaten Bogora No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 a
Koridor
Kondisi Positif Negatif Promosi anggota-anggota yang berhasil V Bisnis dengan bukan anggota V Struktur modal V Kepemimpinan Koperasi V Partisipasi anggota V Rapat delegasi (perwakilan) dan penghindari V disintegrasi Komite pengawas dan pejabat-pejabat honorer V Merjer Sistem koperasi yang terintegrasikan V Federasi V
Sumber: Diolah penulis (2013)
Tabel 5 menunjukkan bahwa dari 10 koridor koperasi yang ada, terdapat 8 koridor yang berada pada kondisi negatif. Degan demikian dapat dikatakan bahwa KOPTI Kabupaten Bogor masih belum menjalankan prinsip dan koridor koperasi dengan baik sebagaimana seharusnya. KOPTI Kabupaten Bogor harus segera membenahi diri supaya tidak kehilangan jati dirinya. Pemberian koridor dalam pengembangan koperasi diharapkan mampu menghindarkan koperasi dari krisis kepemimpinan, krisis identitas, dan krisis ideologi, terlebih di masa perekonomian terbuka atau pasar bebas seperti sekarang ini sehingga prinsip-prinsip koperasi yang ada dapat dijalankan dengan baik.
Analisis Lingkungan KOPTI Kabupaten Bogor Analisis lingkungan KOPTI Kabupaten Bogor meliputi analisis lingkungan eksternal dan analisis lingkungan internal. Analisis lingkungan eksternal KOPTI Kabupaten Bogor meliputi analisis lingkungan di luar KOPTI namun mempengaruhi keberadaan KOPTI secara langsung maupun tidak langsung yang meliputi ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintah dan hukum, teknologi serta kompetisi. Analisis lingkungan internal KOPTI Kabupaten Bogor meliputi analisis mengenai manajemen, pemasaran, keuangan, penelitian dan pengembangan atau riset serta evaluasi internal dan eksternal.
Analisis Lingkungan Eksternal 1. Faktor ekonomi Faktor ekonomi yang mempengaruhi lingkungan eksternal dari KOPTI Kabupaten Bogor yaitu terjadinya ketergantungan produk kedelai impor di Indonesia, yang semakin meningkat dari tahun ke tahun mengalahkan produksi kedelai nasional. Hal ini ditunjukan dari Tabel 1 mengenai produksi tanaman kedelai nasional tahun 2007-2012. Dari Tabel 1 terlihat bahwa produksi kedelai dalam negeri cenderung berfluktuasi dengan hasil produksi belum pernah
28
mencapai 1 000 000 ton per tahun. Sedangkan permintaan kedelai nasional terus meningkat, bahkan hampir mencapai 3 000 000 ton per tahun, yang mengakibatkan Indonesia melakukan impor kedelai untuk memenuhi kebutuhan yang ada, (Tabel 2). Kebijakan pemerintah mengenai tarif impor kedelai ini pun sering berubah-ubah sehingga menyebabkan kebijakan yang ada terasa kurang efektif karena hanya solusi sesaat. Salah satu dampak dari impor kedelai yang tinggi adalah tidak mampunya para konsumen kedelai dalam penentuan harga. Para konsumen tidak mempunyai kekuatan tawar yang kuat sehingga konsumen selalu mengikuti perubahan harga yang ada. Keadaan cuaca atau gagal produksi sering kali menjadi alasan para importir untuk menaikkan harga karena produk kedelai sulit didapat dari produsen kedelai tersebut. Isu kegagalan panen di negara eksportir kedelai membuat terjadinya inflasi yang tinggi bagi produk kedelai di dalam negeri. Akan tetapi, pihak KOPTI Kabupaten Bogor meyakini adanya permainan dibalik semua itu untuk memanfaatkan keadaan supaya mendapat keuntungan yang besar. Terbukti dengan ketersediaan pasokan kedelai impor selalu ada. Informasi tersebut diketahui langsung dari para petani kedelai Amerika yang datang berkunjung ke KOPTI Kabupaten Bogor pada tanggal 13 Januari 2013 untuk mengetahui informasi mengenai penyerapan kedelai yang begitu besar di Indonesia dan untuk melihat cara produksi tempe yang baik di rumah tempe milik KOPTI Kabupaten Bogor. Menurut data dari Disperindag tahun 2012, dapat diketahui bahwa harga kedelai di Indonesia sangat berfluktuasi. Terjadi lonjakan harga yang siknifikan dari tahun 2011 yang pada tahun itu harga kedelai sekitar Rp5 800 kini telah mencapai Rp6 800 dan terus meningkat bahkan hampir Rp9 000 per kg. Ketidakstabilan harga yang terjadi membuat para pengrajin kedelai mengalami kerugian karena harga kedelai mudah berubah sehingga para pengrajin sulit memperkirakan penentuan harga. Hal tersebut mengakibatkan para pengrajin banyak yang mengalami kebangkrutan, terutama pengrajin skala kecil. 2. Faktor sosial, budaya, demografi, dan lingkungan Pada Tabel 2 dapat dilihat mengenai perkembangan kebutuhan kedelai penduduk Indonesia tahun 2005-2011. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa konsumsi kedelai dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Hal ini merupakan peluang tersendiri bagi produsen tempe dan tahu karena dari seluruh persediaan kedelai di Indonesia, hampir 90% dikonsumsi dalam bentuk tempe dan tahu, sisanya dalam bentuk lain (tauco, kecap dan lain-lain). Perilaku konsumsi tempe dan tahu ini pun mengindikasikan bahwa tempe dan tahu sebagai makanan yang digemari masyarakat Indonesia. Semakin bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, jumlah konsumsi hasil olahan kedelai juga meningkat. Akan tetapi, tingkat konsumsi hasil olahan kedelai yang tinggi oleh masyarakat Indonesia ini kurang diimbangi oleh peran serta pemerintah. KOPTI Kabupaten Bogor harus berjuang sendiri dalam menghadapi pasar bebas sekarang ini. Salah satu modal bagi koperasi untuk terus berjalan yaitu kepercayaan anggota kepada koperasi itu sendiri dan ikut berperan aktif di dalam kegiatan usaha yang ada.
29
3. Faktor politik, pemerintah, dan hukum Komoditas-komoditas penting di Indonesia seperti kedelai sering dimanfaatkan para pemodal besar untuk mencari keuntungan. Terlebih komoditas kedelai ini sudah dikuasai oleh produk impor dan sudah tidak mendapat subsidi dari pemerintah melalui BULOG, sehingga memudahkan para importir untuk menguasai pasokan kebutuhan yang ada. Kebutuhan kedelai impor yang sangat besar tersebut membuat para pengrajin akan mudah dipermainkan oleh para importir dari segi harga. Masyarakat di Indonesia sendiri masih belum mengerti tentang perkoperasian. Banyak orang masih menganggap sama atau disejajarkan antara koperasi dengan badan usaha lain. Padahal pada prinsipnya koperasi berbeda dengan badan usaha lain. Koperasi tidak berorientasi pada keuntungan semata, karena koperasi bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan atau keuntungan yang diterima anggota, bukan diri sendiri. Di sisi lain, pemerintah juga memberikan berbagai pelatihan serta pembinaan yang dilakukan melalui Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor yang dapat menjadi kesempatan bagi KOPTI Kabupaten Bogor untuk mengembangkan sumber daya manusia, walau dalam realitanya pendidikan tersebut masih kurang efektif. 4. Faktor teknologi Berbagai pengetahuan dan teknologi mengenai budidaya kedelai untuk meningkatkan produktivitas kedelai telah banyak diwacanakan di Indonesia. Akan tetapi, dalam penerapannya belum banyak dilakukan sehingga secara tidak langsung produktivitas yang rendah akan menyebabkan petani enggan untuk menanam kedelai. Produksi dalam negeri yang sedikit menyebabkan impor kedelai semakin tinggi, sedangkan dalam perkembangan teknologi yang menyangkut pengolahan tempe dan tahu sudah mulai membaik, yaitu adanya teknologi alat pemecahan kedelai yang lebih higienis. Jika zaman dahulu, proses pengolahannya dilakukan dengan cara diinjak-injak, saat ini sudah ada mesin khusus untuk memecah biji kedelai tersebut. Limbah hasil olahan dari pabrik tempe juga dapat diolah kembali dengan menggunakan teknologi reaktor biogas menjadi sumber energi gas. Selain itu, teknologi komunikasi dan informasi yang berkembang seperti internet dapat menipiskan jarak di dalam dunia bisnis. Informasi keadaan pasar dan perekonomian dapat lebih mudah diketahui. Internet pun dapat menjadi sarana promosi bagi setiap pelaku usaha. 5. Persaingan perusahaan sejenis KOPTI Kabupaten Bogor merupakan satu-satunya koperasi yang menyalurkan kedelai kepada para pengrajin tempe dan tahu di Kabupaten Bogor. Namun, persaingan yang terjadi di Kabupaten Bogor cukup ketat. Terlebih di era pasar bebas seperti sekarang ini, siapapun yang punya modal besar bisa menjadi distributor kedelai. KOPTI Kabupaten Bogor juga bersaing dengan pedagang-pedagang di pasar. Terdapat 2 pesaing utama KOPTI Kabupaten Bogor yaitu Toko Mustika dan Toko Wijaya. Kedua toko tersebut memiliki keunggulan biaya yang rendah untuk operasional manajemen karena sumber daya yang ada merupakan sumber daya keluarga. Usaha toko tersebut
30
bukan hanya kedelai saja, namun menjual berbagai kebutuhan pokok yang lain. Ketika mereka mengambil keuntungan sedikit saja, mereka dapat menutupi dengan bahan pangan lain. Strategi yang dilakukan pesaing untuk mengungguli KOPTI Kabupaten Bogor adalah strategi pinjaman. Hal ini yang membuat para pengrajin terikat dan sulit untuk keluar dari toko tersebut. Para pengrajin masih berpatok kepada harga dibanding dengan berkoperasi, karena pengrajin tempe dan tahu sangat tertarik pada harga kedelai yang murah. Tujuan awal pemerintah melepaskan monopoli impor kedelai adalah agar harga yang diterima konsumen dapat lebih rendah, akibat terjadi persaingan harga oleh para importir kedelai. Namun, para importir kedelai di Indonesia bergabung dalam suatu asosiasi importir kedelai. Dengan demikian, kekuatan tawar menawar yang dimiliki pemasok pun sangat kuat. Mereka dapat menentukan jumlah pasokan kedelai yang akan diimpor sehingga dapat mengendalikan harga yang terjadi di pasar Indonesia. Target utama pembeli KOPTI Kabupaten Bogor dalam usaha distribusi kedelai adalah para pengrajin tempe dan tahu yang menjadi anggota KOPTI Kabupaten Bogor. Akan tetapi, KOPTI Kabupaten Bogor sudah tidak mampu lagi memenuhi keinginan para anggotanya. KOPTI Kabupaten Bogor tidak dapat mengendalikan keinginan pembeli untuk memenuhi kebutuhan kedelai dari tempat lain. KOPTI Kabupaten Bogor hanya memberikan sosialisasi mengenai berkoperasi kepada para anggota hingga kesadaran berkoperasi muncul, yang kedepan para anggota sebagai pemilik koperasi akan lebih memilih membeli kedelai di KOPTI Kabupaten Bogor sebagai usaha yang dimiliki oleh mereka sendiri.
Identifikasi Peluang dan Ancaman Hasil analisis lingkungan eksternal diperoleh 5 peluang yang dapat dimanfaatkan dan 5 ancaman yang harus diatasi oleh KOPTI Kabupaten Bogor. Sejumlah peluang dan ancaman tersebut diperoleh dari hasil analisis terhadap faktor ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintah dan hukum, teknologi, serta kompetisi. Peluang dan ancaman tersebut secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 6.
31
Tabel 6 Hasil Analisis Lingkungan Eksternala Indikator Ekonomi
Peluang Ancaman 1. Laju pertumbuhan 1. Impor kedelai semakin tinggi ekonomi semakin 2. Harga kedelai berfluktuasi meningkat Sosial, budaya, 2. Peningkatan konsumsi demografi, tempe dan tahu lingkungan Politik, 3. Pembinaan dan pemerintah dan pelatihan koperasi oleh hukum pemerintah Teknologi 4. Berkembangnya teknologi pengolahan kedelai Kompetisi 5. Pembeli utama 3. Persaingan harga di pasar kedelai merupakan anggota 4. Tidak ada hambatan masuk untuk koperasi pesaing baru 5. Importir kedelai memiliki kekuatan tawar menawar yang sangat kuat a
Sumber: Diolah penulis (2013)
Beberapa peluang KOPTI Kabupaten Bogor, antara lain: 1. Peningkatan konsumsi tempe dan tahu Konsumsi tahu dan tempe nasional setiap tahun terus mengalami peningkatan sehingga peningkatan konsumsi ini diharapkan akan terus berlanjut dan berbanding lurus dengan peningkatan permintaan kedelai bagi para anggota maupun pelanggan ke KOPTI Kabupaten Bogor. 2. Laju pertumbuhan ekonomi semakin meningkat Jumlah industri pengolahan kedelai di Jawa Barat semakin banyak, karena Jawa Barat menjadi tempat strategis yang dekat dengan ibu kota yang mempunyai laju pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat. Target pelanggan KOPTI Kabupaten Bogor pun berasal dari Bogor yang merupakan bagian dari wilayah Jawa Barat. Dengan demikian, semakin meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi maka iklim usaha di Jawa Barat juga akan semakin baik. 3. Pembinaan dan pelatihan koperasi oleh pemerintah Berbagai pelatihan serta pembinaan yang dilakukan melalui Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor menjadi kesempatan bagi KOPTI Kabupaten Bogor untuk mengembangkan sumber daya manusia. 4. Berkembangnya teknologi pengolahan kedelai Teknologi pengolahan kedelai yang semakin baik, higienis dan terciptanya pengolahan hasil limbah industri tempe manjadi biogas serta informasi dan komunikasi yang berkembang dapat menipiskan jarak di dalam dunia bisnis. Informasi keadaan pasar dan perekonomian dapat lebih mudah diketahui. Berbagai alat komunikasi yang ada juga dapat menjadi sarana promosi bagi setiap pelaku usaha, termasuk KOPTI Kabupaten Bogor.
32
5. Pembeli utama merupakan anggota koperasi Target pembeli kedelai KOPTI Kabupaten Bogor ialah para pengrajin tempe dan tahu di Kabupaten Bogor, terutama anggota KOPTI Kabupaten Bogor sendiri. Identitas ganda yang dimiliki anggota koperasi yaitu sebagai pelanggan sekaligus pemilik merupakan peluang tersendiri bagi KOPTI Kabupaten Bogor karena dapat mendorong pembeli utama untuk membesarkan usaha milik anggota sendiri yaitu usaha di KOPTI Kabupaten Bogor. Beberapa ancaman yang dimiliki oleh KOPTI Kabupaten Bogor antara lain: 1. Impor kedelai semakin tinggi Semakin bertambahnya pengrajin kedelai dengan tidak diimbangi kemampuan petani lokal dalam memproduksi kedelai mengakibatkan kuota impor semakin tinggi setiap tahun (Tabel 2). Hal ini akan terus berlangsung selama petani Indonesia belum mampu memproduksi kedelai dengan baik untuk memenuhi kebutuhan yang ada. 2. Harga kedelai berfluktuasi Ketergantungan terhadap kedelai impor mengakibatkan harga kedelai nasional semakin dipengaruhi oleh keadaan negara pengekspor kedelai tersebut, karena menyangkut persediaan yang ada. KOPTI Kabupaten Bogor harus menghadapi fluktuasi harga dalam menyalurkan kedelai impor. Pada tahun lalu, harga kedelai Rp5 800 per kg, kini telah mencapai Rp6 800 bahkan terus naik ampir mencapai Rp9 000 per kg (Disperindag 2012). Harga yang berfluktuasi tersebut menyebabkan KOPTI Kabupaten Bogor harus selalu waspada terhadap pergerakan harga kedelai, termasuk persediaan kedelai di gudang, karena KOPTI Kabupaten Bogor akan mengalami kerugian jika harus menjual kedelai yang sebelumnya dibeli pada harga yang lebih tinggi. 3. Persaingan harga di pasar kedelai Para pesaing melakukan strategi harga melalui berbagai cara untuk menarik konsumen. Salah satunya dengan pinjaman kedelai yang KOPTI Kabupaten Bogor sendiri sudah tidak mempunyai unit usaha tersebut, yaitu unit usaha simpan pinjam. KOPTI Kabupaten Bogor sudah tidak mampu lagi memberikan pinjaman kepada para anggotanya. KOPTI Kabupaten Bogor juga memiliki biaya operasional yang tinggi dalam menjalankan usaha, sehingga berat dalam penentuan harga jual kedelai untuk mengimbangi harga yang diberikan oleh pesaing tersebut. 4. Tidak ada hambatan masuk untuk pesaing baru Persaingan yang dihadapi KOPTI Kabupaten Bogor sekarang ini semakin ketat karena siapa saja bisa memasuki pasar distribusi kedelai, terlebih yang mempunyai modal besar. Pedagang-pedagang pasar yang baru dapat memulai usaha dan menyalurkan kedelai kepada pelanggan KOPTI Kabupaten Bogor. 5. Importir kedelai memiliki kekuatan tawar menawar yang sangat kuat Impor kedelai yang masuk ke dalam negeri ditangani oleh asosiasi importir kedelai yang merupakan gabungan dari beberapa pengusaha besar. Pengusaha-pengusaha tersebut sudah memiliki wilayah pemasarannya sendiri di Indonesia sehingga persaingan di antara mereka tidak terlalu besar. Asosiasi tersebut menentukan jumlah pasokan kedelai yang masuk ke Indonesia sehingga secara tidak langsung harga dapat diatur oleh mereka.
33
Analisis Lingkungan Internal 1. Manajemen KOPTI Kabupaten Bogor merupakan koperasi primer yang beranggotakan perorangan yang mempunyai kesamaan aktivitas, kepentingan, tujuan dan kebutuhan ekonomi. KOPTI Kabupaten Bogor dibentuk untuk mengupayakan pasokan kedelai sebagai bahan baku produksi bagi para produsen tempe dan tahu di Kabupaten Bogor. Pada manajemen KOPTI Kabupaten Bogor, perencanaan secara garis besar diajukan oleh pengurus dan disetujui oleh perwakilan anggota KOPTI Kabupaten Bogor pada saat dilaksanakan rapat anggota tahunan. Perencanaan tersebut berupa program kerja yang meliputi kebijaksanaan umum di bidang usaha, organisasi dan keuangan koperasi serta rencana anggaran baik belanja maupun pendapatan koperasi kedepan. Perencanaan dibuat berdasarkan Undang-undang No 25 tahun 1992 tentang perkoperasian, anggaran dasar dan anggaran rumah tangga KOPTI Kabupaten Bogor, keputusan rapat anggota tahunan, garis-garis besar program kerja tahunan, rapat pengurus intern dan ekstern, rapat koordinasi dengan perwakilan anggota, serta hasil evaluasi kinerja dari tahun sebelumnya. Rapat anggota tahunan KOPTI Kabupaten Bogor telah rutin dilaksanakan. Kepengurusan yang ada dipilih untuk masa jabatan 5 tahun. Pengurus melaksanakan tugas kepengurusan sebagai pemegang kuasa rapat anggota dan memberikan laporan pertanggungjawaban setiap tahun. Perencanaan, pengawasan, dan pengelolaan dilakukan oleh dewan pengurus. Sedangkan tugas operasional dewan pengurus dalam bidang organisasi, usaha, dan keuangan dilakukan oleh tim manajemen yang diangkat oleh pengurus. Pengurus menugaskan para karyawannya untuk mengelola usaha koperasi sehari-hari. Tidak ada badan pengawas yang di tunjuk secara khusus sehingga anggota KOPTI Kabupaten Bogor dengan para pengurus kurang terjembatani dengan baik. Hal ini menyebabkan kebijakan yang ada di KOPTI Kabupaten Bogor kurang mewakili aspirasi para anggotanya. Dalam mengelola karyawan yang ada, KOPTI Kabupaten Bogor telah melakukan pembagian kerja. KOPTI Kabupaten Bogor mengikutsertakan beberapa karyawan ke dalam pelatihan-pelatihan yang diselengarakan oleh pemerintah maupun lembaga-lembaga terkait, dengan harapan bahwa karyawan yang ada sudah “right man on the right job”. Untuk pembinaan terhadap anggota, KOPTI Kabupaten Bogor menghadapi permasalahan yaitu loyalitas anggota yang masih kurang. Pengurus beserta karyawan telah membina komunikasi dengan para anggota melalui sosialisasi akan pentingnya berkoperasi, sosialisasi mengenai keuntungan berkoperasi dan sosialisasi mengenai teknologi baru yang digunakan untuk pengolahan tempe dan tahu di KOPTI Kabupaten Bogor. Beberapa program kesejahteraan juga telah dilakukan diluar sisa hasil usaha yang ditawarkan oleh koperasi, seperti program pemberian souvenir dan reward bagi anggota aktif, tunjangan hari raya, bingkisan lebaran, serta informasi harga yang selalu up to date. Walaupun berbagai usaha pelayanan telah dilakukan oleh KOPTI Kabupaten Bogor, para anggota koperasi masih banyak yang membeli kedelai dari pesaing di luar KOPTI Kabupaten Bogor. Hal ini disebabkan oleh
34
beberapa faktor yaitu terdapat selisih harga dan jeratan hutang para anggota terhadap penjual kedelai non koperasi sehingga para anggota sulit untuk kembali ke KOPTI Kabupaten Bogor. Para anggota juga masih kurang merasakan manfaat menjadi anggota koperasi setelah BULOG tidak mengurusi tataniaga kedelai. Terutama manfaat disparitas harga kedelai terhadap harga di pasaran yang jauh lebih murah dan juga manfaat stabilitas harga karena harga kedelai sekarang berfluktuasi yang merugikan para pengrajin kedelai. KOPTI Kabupaten Bogor juga tidak mampu lagi memberikan usaha simpan pinjam kepada para anggotanya sedangkan pesaing yang ada memberikan pinjaman kepada para pengrajin. Anggota KOPTI Kabupaten Bogor belum menyadari bahwa mereka merupakan pemilik dan pelanggan dari koperasi. Mereka belum merasakan keuntungan dari transaksi kepada koperasi yang nantinya akan dimiliki oleh mereka sendiri. Keanggotaan KOPTI Kabupaten Bogor pada tahun 2012 menjadi 1 373 orang. Terjadi penambahan jumlah anggota sebanyak 398 orang. Akan tetapi jumlah anggota yang aktif terhadap KOPTI Kabupaten Bogor masih jauh dari jumlah anggota yang ada yaitu sekitar 60 orang saja. Hal ini juga menunjukkan bahwa loyalitas anggota terhadap KOPTI Kabupaten Bogor masih kurang, yang mengindikasikan bahwa KOPTI Kabupaten Bogor sudah tidak berjalan dengan baik. Disamping itu, KOPTI Kabupaten Bogor juga berusaha menjaga hubungan dengan pembina dari pihak pemerintah terutama Diskopperindag Kabupaten Bogor. Apabila diminta, para pembina ini akan memberikan pelatihan dan pengarahan kepada para pengurus koperasi maupun anggota dengan harapan kemampuan anggota semakin berkembang sehingga akan berkontribusi kepada KOPTI Kabupaten Bogor dengan baik. 2. Pemasaran Usaha utama KOPTI Kabupaten Bogor yaitu sebagai penyedia kedelai dari pemasok kepada para anggota koperasi. Dengan tujuan untuk melayani para anggota agar mudah mendapatkan bahan baku usaha pengolahan tempe dan tahu. KOPTI Kabupaten Bogor membeli sekitar 90% produk kedelai dari para importir dan 10% kedelai lainnya diperoleh dari para petani lokal. Saluran tataniaga yang diberlakukan oleh KOPTI Kabupaten Bogor sudah berbeda dengan saluran tataniaga lama yang masih melalui BULOG ataupun INKOPTI. Saat ini, KOPTI Kabupaten Bogor sudah melakukan pengadaan secara langsung dari para importir yang ada. Adanya fluktuasi harga kedelai impor menyebabkan masalah tersendiri bagi KOPTI Kabupaten Bogor untuk menetapkan harga yang sesuai bagi para anggota. Saat ini, penetapan harga di KOPTI Kabupaten Bogor tergantung dari harga beli kedelai dari pemasok, ditambah dengan biaya penyertaan usaha (BPU), dan biaya pengiriman. Biaya penyertaan usaha merupakan biaya untuk operasional usaha dan biaya organisasi koperasi. Biaya pengiriman ditetapkan tergantung dari jarak tempat tujuan dengan gudang KOPTI Kabupaten Bogor. KOPTI Kabupaten Bogor sebagai satu-satunya penyalur kedelai yang berbentuk koperasi di Kabupaten Bogor seharusnya memiliki kekuatan tersendiri di sisi pemasaran karena target pasar utama koperasi adalah para anggota yang merupakan pemilik KOPTI Kabupaten Bogor itu sendiri. Selain anggota koperasi, juga para pengrajin tahu dan tempe di Kabupaten Bogor yang
35
belum bergabung menjadi anggota. Akan tetapi, keberadaan koperasi ini belum menarik para pengrajin kedelai bahkan masih terdapat banyak anggota KOPTI Kabupaten Bogor sendiri yang tidak aktif sehingga KOPTI Kabupaten Bogor harus terus melakukan upaya-upaya pemasaran dengan baik. Strategi pemasaran sudah dilakukan oleh KOPTI Kabupaten Bogor diantaranya yaitu dengan melakukan pendekatan secara personal (human approach) kepada pengrajin dalam memasarkan kedelai. Hal ini bertujuan untuk membantu menyerap aspirasi yang pengrajin sampaikan. Selain itu juga untuk mengakomodasi segala permasalahan pengrajin yang berhubungan dengan produktivitas mereka sehingga KOPTI Kabupaten Bogor diharapkan dapat mencarikan solusi guna menyelesaikan permasalahan tersebut. Letak kantor dan gudang KOPTI Kabupaten Bogor berada di Jalan Raya Cilendek No. 27. Wilayah ini sangat strategis karena memiliki akses jalan yang sangat bagus. Letak kantor dan gudang yang berdekatan, memudahkan koordinasi antar anggota, karyawan, pengurus maupun pihak eksternal yang ingin ke KOPTI Kabupaten Bogor. Akan tetapi, lokasi yang strategis belum cukup mampu memberikan dampak yang positif kepada para anggota. Setiap wilayah kerja harus dilengkapi gudang-gudang kecil penyimpanan kedelai untuk memudahkan para anggota mendapatkan pasokan kedelai tersebut. Saat ini KOPTI Kabupaten Bogor tidak melakukan penyediaan pasokan dalam jumlah besar karena harga kedelai yang sangat berfluktuasi dan tingkat persaingan yang tinggi. Ketika persediaan dalam jumlah besar disimpan di gudang KOPTI Kabupaten Bogor, maka pesaing akan memanfaatkan dengan menurunkan sedikit harga kedelai dari harga yang ditentukan oleh KOPTI Kabupaten Bogor. Hal ini menyebabkan permintaannya cenderung merosot karena sebagian pelanggan lebih memilih untuk membeli dengan harga yang lebih rendah. Jadi berdasarkan pengalaman tersebut, KOPTI Kabupaten Bogor tidak berani mengambil risiko yang besar untuk menyimpan atau memesan kedelai sekaligus dalam jumlah yang besar. Alur proses yang dilakukan KOPTI Kabupaten Bogor dalam menyalurkan kedelai kepada pelanggan, diawali dengan pemesanan kedelai oleh pelanggan dengan datang langsung ataupun melalui telepon dengan menyebutkan jumlah yang akan dipesan. KOPTI Kabupaten Bogor memeriksa persedian kedelai di gudang, apabila persediaan tersebut kurang, maka KOPTI Kabupaten Bogor memesan dalam jumlah tertentu kepada pemasok, biasanya melalui telepon. Selanjutnya para pemasok mengantar kedelai langsung ke KOPTI Kabupaten Bogor dan disimpan sebagai persediaan di gudang untuk kemudian disalurkan kepada para pelanggan. Apabila pasokan kedelai masih tersedia, maka KOPTI Kabupaten Bogor akan langsung memprosesnya dengan melakukan pencatatan-pencatatan yang kemudian akan disetujui oleh manajer atau ketua KOPTI Kabupaten Bogor. Setelah pesanan tersebut disetujui, anggota dapat membawa kedelai tersebut langung ataupun meminta diantar ke pabrik pengolahan kedelai milik pemesan. KOPTI Kabupaten Bogor tidak melakukan proses perubahan bentuk apapun, baik itu pengolahan ataupun pengemasan khusus. KOPTI Kabupaten Bogor hanya memenuhi kebutuhan anggota akan bahan baku kedelai dengan mendistribusikan kedelai dari pemasok kepada para anggota atau pelanggan KOPTI Kabupaten Bogor. Metode yang digunakan dalam menyalurkan bahan
36
baku kedelai tersebut ialah Metode First In First Out (FIFO), yaitu kedelai yang lebih dahulu datang akan lebih dahulu keluar. 3. Keuangan Pada tahun 2011, sisa hasil usaha (SHU) KOPTI Kabupaten Bogor sebesar Rp127 766 659. Mengalami peningkatan sisa hasil usaha pada tahun 2012 yaitu sebesar Rp161 094 455. Hal tersebut menunjukkan adanya kenaikan jumlah penjualan dalam usaha KOPTI Kabupaten Bogor. KOPTI Kabupaten Bogor melakukan pembagian SHU kepada anggota dihitung berdasarkan jasa dan transaksi yang dilakukan oleh setiap anggota. Besarnya SHU koperasi tidak dapat dibandingkan dengan besar laba suatu perusahaan, karena SHU merupakan sisa dari hasil usaha yang diterima oleh anggota. koperasi dikatakan berhasil dalam menjalankan usaha apabila para anggota koperasi berhasil menjalankan perekonomian mereka. Dengan kata lain, keberhasilan koperasi di dalam menjalankan usaha akan bergantung pula dari partisipasi anggota, sesuai dalam kedudukan anggota tersebut yaitu sebagai pemilik dan pelanggan. Partisipasi anggota sebagai pelanggan akan menentukan skala usaha koperasi dan faktor penentu partisipasi anggota tersebut ditentukan dari manfaat harga yang diberikan oleh koperasi. Skala usaha KOPTI Kabupaten Bogor saat ini, dapat dibilang masih belum maksimal dilihat dari partisipasi anggota di dalam koperasi. Meskipun nilai SHU pada tahun 2012 mengalami kenaikan melebihi rencana anggaran yang dibuat pada tahun 2011, akan tetapi jumlah anggota aktif pada tahun 2012 hanya sekitar 60 orang. Jika anggota non-aktif dapat ditarik kembali, maka skala ekonomi koperasi akan semakin besar. Artinya, pembebanan biaya usaha koperasi akan lebih menyebar dan anggota dapat memperoleh manfaat harga koperasi yang lebih baik. Komponen biaya usaha KOPTI Kabupaten Bogor dilihat dari buku laporan keuangan tahun 2012, apabila diurutkan dari komponen biaya terbesar dimulai dari biaya organisasi dan manajemen sebesar RP479 754 930. Diikuti biaya operasional usaha sebesar Rp291 154 920. Biaya penyusutan Rp50 000 000 dan biaya investasi sebesar Rp100 000 000. Pengeluaran terbesar KOPTI Kabupaten Bogor berasal dari biaya organisasi dan manajemen yang meliputi gaji karyawan, honor pengurus, uang makan karyawan dan pengurus, konsumsi tamu, insentif karyawan dan pengurus, transportasi karyawan dan pengurus, perjalanan dinas karyawan dan pengurus, pemeliharaan gedung dan kantor, alat tulis kantor, telepon dan listrik, bantuan sosial, peralatan dan perlengkapan kantor, bunga kredit kendaraan, bunga pinjaman LPDB-KUMKM, bunga kredit bank, biaya rapat dan RAT, pajak bumi dan bangunan, dan pengeluaran lainlain menyangkut organisasi KOPTI Kabupaten Bogor. Jika dibandingkan dengan pesaing, biaya yang dikeluarkan oleh koperasi akan lebih tinggi karena memiliki suatu sistem manajemen yang lebih kompleks. Pesaing yang merupakan usaha perseorangan memiliki biaya operasional usaha dan biaya pegawai yang jauh lebih rendah serta tidak memiliki biaya organisasi dan biaya kesejahteraan anggota.
37
4. Penelitian dan pengembangan atau survei KOPTI Kabupaten Bogor belum memiliki divisi khusus yang menangani penelitian atau survei yang dilakukan secara independen. Dalam melakukan survei atau penelitian memang membutuhkan biaya. Akan tetapi, ada survei sederhana seperti survei mengenai pandangan anggota tentang koperasi yang setidaknya dilakukan sekurang-kurangnya sekali setiap 3 tahun, survei keadaan pasar, pemasaran dan sumber daya manusia yang merupakan dasar menuju keunggulan kompetitif organisasi. KOPTI Kabupaten Bogor selama ini sebatas menerima informasi maupun teknologi yang berkembang di luar KOPTI Kabupaten Bogor, yaitu dari institusi lain seperti pemerintah, perguruan tinggi, maupun pesaing. KOPTI Kabupaten Bogor menggunakan sistem komputerisasi sebagai teknologi informasi serta teknologi komunikasi berupa telepon maupun faksimili. Mulai tahun 2011, KOPTI Kabupaten Bogor melakukan inovasi dengan menciptakan dan menyediakan mesin tempe dengan model terbaru yang disesuaikan dengan keinginan pengrajin dengan menggunakan bahan stainless steel. Fasilitas yang dimiliki oleh KOPTI Kabupaten Bogor cukup memadai untuk menjalankan operasional koperasi sehari-hari. Fasilitas yang dimiliki KOPTI Kabupaten Bogor antara lain gedung kantor, gudang, 3 buah kendaraan angkutan kedelai, komputer, serta sarana komunikasi berupa telepon, faksimili. Selain itu, fasilitas yang terbaru yaitu dibangun rumah tempe untuk sarana pembelajaran bagi anggota maupun non anggota mengenai cara pengolahan tempe yang baik sekaligus untuk mengkomersilkan produk tempe yang dihasilkan. 5. Evaluasi internal dan eksternal Pengurus saat ini merupakan pengurus periode tahun 2012-2017 yang terpilih untuk kedua kali dalam rapat anggota tanggal 15 Januari 2012. Para pengurus telah menjadi bagian dari KOPTI Kabupaten Bogor selama belasan tahun. Berbagai pengalaman mengenai perkedelaian di Indonesia, penanganan anggota pengrajin tempe dan tahu, karyawan serta kepengurusan KOPTI Kabupaten Bogor seharusnya telah mereka ketahui. Akan tetapi dalam kenyataanya KOPTI Kabupaten Bogor masih berjalan jauh dari koridor yang ada sehingga KOPTI Kabupaten Bogor kesulitan dalam menghadapi persaingan ditengah situasi pasar yang tidak menentu. Pengurus KOPTI Kabupaten Bogor sendiri dalam kegiatan operasionalnya dibantu oleh para karyawan yang berjumlah 18 orang dan 22 orang kepala wilayah pelayanan. Berdasarkan hasil evaluasi KOPTI Kabupaten Bogor, masih terdapat Kepala Wilayah Pelayanan (KWP) dan anggota yang kurang menunjukkan partisipasi mereka dalam menunjang usaha KOPTI Kabupaten Bogor. KOPTI Kabupaten Bogor sebagai penyedia bahan baku kedelai bagi para anggota masih sangat bergantung dengan produk impor sehingga KOPTI Kabupaten Bogor tidak mempunyai kekuatan yang lebih dari para importir, menjadikan KOPTI Kabupaten Bogor harus terus mencari cara untuk berusaha memaksimalkan pemenuhan kedelai bagi para anggota. Upaya yang dilakukan KOPTI Kabupaten Bogor antara lain mencari sumber-sumber kacang kedelai dari pihak lain meskipun belum efektif, mencari sumber dana untuk memperkuat permodalan, berusaha meningkatkan penataan manajemen stok,
38
administrasi distribusi, melakukan pendekatan dengan pengrajin dengan melakukan konsolidasi. Selain itu, masih terdapat rencana-rencana yang belum terlaksana yaitu pembuatan outlet-outlet penjualan kedelai di wilayah yang dirasa perlu, untuk memperpendek saluran distribusi. Upaya pendekatan dengan pemerintah pun terus dilakukan untuk mengembalikan Perum BULOG sebagai mitra KOPTI Kabupaten Bogor yang selama ini masih menjadi harapan atau belum membuahkan hasil karena BULOG masih harus menunggu kebijakan dari pemerintah pusat.
Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan Analisis lingkungan internal menghasilkan 4 kekuatan dan 4 kelemahan yang masing-masing harus ditanggapi dengan baik agar dapat memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman. Sejumlah kekuatan dan kelemahan tersebut merupakan hasil analisis lingkungan internal KOPTI Kabupaten Bogor yang terdiri dari analisis faktor manajemen, pemasaran, keuangan, penelitian dan pengembangan atau riset, serta evaluasi internal dan eksternal. Kekuatan dan kelemahan tersebut secara ringkas tersaji pada Tabel 7. Tabel 7 Hasil analisis lingkungan internala Indikator Manajemen
Kekuatan Kelemahan 1. Memiliki hubungan baik 1. Kurang loyalitas anggota dengan pemerintah dan KOPTI lain Pemasaran 2. Letak kantor dan gudang 2. Anggota kurang strategis merasakan manfaat berkoperasi setelah tidak diperankan Bulog Keuangan 3. Biaya usaha relatif tinggi Penelitian dan 3. Fasilitas memadai 4. Tidak melakukan survey pengembangan 4. Adanya Rumah Tempe atau riset Indonesia Evaluasi internal dan eksternal a
Sumber: Diolah penulis (2013)
Faktor-faktor kekuatan KOPTI Kabupaten Bogor, antara lain: 1. Memiliki hubungan baik dengan pemerintah dan KOPTI lain KOPTI Kabupaten Bogor secara operasional sudah berhubungan baik dengan pihak pemerintah terutama dalam hal legalitas koperasi. Menjalin hubungan baik dengan Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan Pemerintah Kabupaten Bogor dalam bentuk pelatihan pembinaan apabila diminta oleh KOPTI, undangan rapat-rapat, seminar ataupun dalam bentuk silaturahmi biasa. Hubungan baik juga terjalin dengan KOPTI lain. Hal ini disebabkan karena ada kesamaan pengalaman dalam menghadapi era pasar
39
bebas yang terus berusaha memperjuangkan badan BULOG untuk diperankan kembali dalam tataniaga kedelai, agar kesetabilan harga dapat terjaga. 2. Letak kantor dan gudang strategis Kantor dan gudang yang berada di Jalan Raya Cilendek No.27 Kota Bogor merupakan wilayah yang strategis dan memiliki akses jalan yang sangat baik. Selain itu, letak kantor dan gudang KOPTI Kabupaten Bogor juga berada pada satu wilayah. Kedua hal ini memudahkan koordinasi antar anggota, karyawan, pengurus maupun pihak eksternal yang ingin berkunjung ke KOPTI Kabupaten Bogor. 3. Fasilitas yang memadai Fasilitas yang dimiliki KOPTI Kabupaten Bogor antara lain gedung kantor, gudang, mushola, 3 buah kendaraan angkutan kedelai, komputer, serta sarana komunikasi berupa telepon dan faksimili. Fasilitas tersebut cukup mendukung dalam menjalankan segala aktivitas KOPTI Kabupaten Bogor. 4. Adanya rumah tempe Indonesia (RTI) Rumah Tempe Indonesia (RTI) merupakan bangunan terbaru KOPTI Kabupaten Bogor yang menjadi program pertama bagi KOPTI Kabupaten Bogor yang belum dimiliki KOPTI lain diseluruh Indonesia. Dengan kata lain KOPTI Kabupaten Bogor menjadi pioneer dalam pembuatan Rumah Tempe Indonesia tersebut. Rumah Tempe Indonesia didirikan dengan tujuan keuntungan dan sosial, yaitu memberi pengetahuan bagi para anggota maupun non-anggota yang ingin belajar untuk mengetahui bagaimana tata cara pembuatan tempe dengan baik, bersih, higienis dan ramah lingkungan. Pabrik tempe ini menjadi icon terbaru bagi KOPTI Kabupaten Bogor. Faktor-faktor kelemahan KOPTI Kabupaten Bogor, antara lain: 1. Anggota kurang merasakan manfaat berkoperasi setelah tidak diperankan BULOG. Semenjak Bulog tidak diperankan dalam tataniaga kedelai akibat pengaruh krisis moneter, KOPTI Kabupaten Bogor tidak mampu lagi memberikan banyak program kesejahteraan yang pernah diberikan kepada para anggota. KOPTI Kabupaten Bogor mengalami keterpurukan dan mencoba bangkit dengan modal kepercayaan dari para anggota yang loyal kepada KOPTI Kabupaten Bogor. Dengan kata lain, banyak sekali anggota KOPTI Kabupaten Bogor yang tidak aktif lagi dalam mendukung usaha KOPTI Kabupaten Bogor sampai saat ini. Para anggota kehilangan disparitas harga yang diberikan KOPTI dibanding dengan pesaing yang lain. KOPTI Kabupaten Bogor juga menetapkan harga jual kedelai sama dengan harga pasar. 2. Biaya usaha relatif tinggi Komponen biaya usaha KOPTI Kabupaten Bogor dilihat dari buku laporan keuangan tahun 2012, apabila diurutkan dari komponen biaya terbesar dimulai dari biaya organisasi dan manajemen sebesar RP479 754 930. Diikuti biaya operasional usaha sebesar Rp291 154 920. Biaya penyusutan Rp50 000 000 dan biaya investasi sebesar Rp100 000 000. Pengeluaran terbesar KOPTI berasal dari biaya organisasi dan manajemen yang meliputi gaji karyawan, honor pengurus, uang makan karyawan dan pengurus, konsumsi tamu, insentif karyawan dan pengurus, transport karyawan dan pengurus, perjalanan dinas karyawan dan pengurus, pemeliharaan gedung dan kantor, alat tulis kantor,
40
telepon dan listrik, bantuan sosial, peralatan dan perlengkapan kantor, bunga kredit kendaraan, bunga pinjaman LPDB-KUMKM, bunga kredit Bank, biaya rapat dan RAT, pajak bumi dan bangunan, dan pengeluaran lain-lain menyangkut organisasi KOPTI Kabupaten Bogor. Jika dibandingkan dengan pesaing, biaya yang dikeluarkan oleh koperasi akan lebih tinggi karena memiliki suatu sistem manajemen yang lebih kompleks. Pesaing yang hanya berupa usaha perseorangan memiliki biaya operasional usaha dan biaya pegawai yang jauh lebih rendah serta tidak memiliki biaya organisasi dan biaya kesejahteraan anggota. 3. Tidak melakukan survei KOPTI Kabupaten Bogor belum memiliki divisi khusus yang menangani survei yang dilakukan secara independen. Dalam melakukan survei memang membutuhkan biaya, akan tetapi survei dapat meningkatkan keunggulan kompetitif organisasi. KOPTI Kabupaten Bogor sebagi suatu organisasi yang bersaing di pasar bebas juga belum memiliki sistem informasi manajemen yang terpadu. Sistem informasi manajemen ini sangat berguna untuk menggabungkan informasi-informasi dari pihak internal dan eksternal KOPTI Kabupaten Bogor. 4. Kurang loyalitas anggota Keanggotaan KOPTI Kabupaten Bogor pada tahun 2012 menjadi 1 373 orang. Akan tetapi jumlah anggota yang aktif terhadap KOPTI masih jauh dari jumlah anggota yang ada yaitu sekitar 60 orang saja. Hal ini juga menunjukkan bahwa loyalitas anggota terhadap KOPTI Kabupaten Bogor masih kurang. Mereka akan berbondong-bondong ke KOPTI Kabupaten Bogor ketika harga kedelai KOPTI Kabupaten Bogor jauh di bawah pasaran, begitu pula sebaliknya mereka akan membeli kedelai kepada pesaing jika ditawarkan harga kedelai yang lebih murah. Para pengrajin masih berpatok kepada harga, belum ada kesadaran berkoperasi.
Formulasi Strategi Setelah dilakukan analisis lingkungan eksternal dan lingkungan internal, hingga diperoleh peluang dan ancaman serta kekuatan juga kelemahan. Pembahasan alternatif strategi yang dihasilkan dengan menggunakan Matriks SWOT untuk KOPTI Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 8.
41
Tabel 8 Matriks SWOT KOPTI Kabupaten Bogora
Peluang (Opportunities – O) 1. Peningkatan konsumsi tahu dan tempe 2. Laju pertumbuhan ekonomi semakin meningkat 3. Pembinaan dan pelatihan koperasi oleh pemerintah 4. Berkembangnya teknologi pengolahan kedelai 5. Pembeli utama merupakan anggota koperasi
Kekuatan (Strengths – S) 1. Memiliki hubungan baik dengan pemerintah dan KOPTI lain 2. Letak kantor dan gudang yang strategis 3. Fasilitas yang memadai 4. Adanya rumah tempe
Kelemahan (Weakness – W) 1. Anggota kurang merasakan manfaat berkoperasi setelah tidak diperankannya BULOG 2. Biaya usaha yang relatif tinggi 3. Tidak melakukan survei 4. Kurang loyalitas anggota
Strategi SO
Strategi WO
Mengembangkan strategi promosi yang dapat meningkatkan penjualan (S1, S2, S3, S4, S5, S6, O2, O3, O4)
Meningkatkan sistem pelayanan kepada anggota (W1, W4, O3, O1, O2, O3, O4, O5)
Membuat outlet penjualan kedelai di wilayah untuk memperpendek jalur distribusi (S1, S2, S3, O1, O2, O5)
Mengembangkan kemampuan karyawan untuk mengoptimalkan setiap pekerjaan karyawan (W1, W2, W3, W4, O3, O4)
Membuat unit usaha simpan pinjam (S1, S3, O2, O5) Ancaman (Threats – T) 1. Impor kedelai semakin tinggi 2. Harga kedelai berfluktuasi 3. Persaingan harga di pasar kedelai 4. Tidak ada hambatan masuk untuk pesaing baru 5. Importir kedelai memiliki kekuatan tawar yang kuat a
Strategi ST
Strategi WT
Meningkatkan sistem manajemen pengendalian persediaan untuk menghindari persaingan harga (S1, S2, S3, S4, S5, S6, T1, T2, T3, T4, T5)
Menerapkan budaya analitis data dan informasi serta sistem informasi manajemen yang terpadu (W1, W2, W3, W4, T1, T2, T3, T4, T5)
Sumber: Diolah penulis (2013)
1. Strategi SO a. Mengembangkan strategi promosi yang dapat meningkatkan penjualan. Kebutuhan promosi KOPTI Kabupaten Bogor ini terlihat dari masih sedikitnya anggota yang aktif sehingga tidak sebanding dengan jumlah anggota yang ada. Terjadinya peningkatan konsumsi kedelai dan ada peningkatan laju pertumbuhan ekonomi memberikan peluang bagi KOPTI Kabupaten Bogor untuk memanfaatkan kesempatan tersebut. Peluang ini mengindikasikan bahwa KOPTI Kabupaten Bogor perlu melakukan promosi agar penjualan dapat meningkat seiring dengan peningkatan konsumsi kedelai dan juga peningkatan laju pertumbuhan ekonomi. Kemampuan KOPTI Kabupaten Bogor dalam menjalin kemitraan dengan instansi pemerintah, untuk mengupayakan pengembangan potensi usaha yang
42
dimiliki serta adanya perkembangan teknologi pengolahan kedelai dapat dimanfaatkan oleh KOPTI Kabupaten Bogor untuk melakukan promosi kepada para target pasar. Fasilitas yang memadai seperti telepon, komputer, dan kendaraan untuk melaksanakan upaya pemasaran, serta akses jalan yang bagus kepada pelanggan karena letak kantor dan gudang yang strategis dapat menjadi pendukung untuk dapat melaksanakan strategi ini dengan baik. Upaya-upaya pemasaran seperti promosi ini perlu dilakukan oleh KOPTI Kabupaten Bogor untuk menciptakan kesadaran kepada pelanggan mengenai keberadaan KOPTI Kabupaten Bogor. Adanya rangsangan pemasaran khususnya promosi mengenai keunggulan-keungulan yang diberikan oleh KOPTI Kabupaten Bogor, diharapkan pembeli lebih memilih KOPTI Kabupaten Bogor sebagai penyalur kedelai yang baik sehingga dapat meningkatkan usaha penjualan kedelai KOPTI Kabupaten Bogor. b. Membuat outlet penjualan kedelai di wilayah untuk memperpendek jalur distribusi. Dengan pembuatan kios kecil di setiap wilayah kerja KOPTI Kabupaten Bogor, maka akan memperpendek jalur tataniaganya sehingga para anggota KOPTI Kabupaten Bogor akan memperoleh kemudahan dalam mendapatkan pasokan kedelai yang dibutuhkan. Dengan demikian, secara tidak langsung akan meningkatkan usaha penjualan kedelai KOPTI Kabupaten Bogor, karena para anggota tidak akan mempermasalahkan lagi biaya transportasi yang dikeluarkan untuk membeli kedelai terlebih bagi para pengrajin skala kecil. c. Membuat unit usaha simpan pinjam. Unit usaha simpan pinjam ini sangat besar sekali pengaruhnya terhadap keaktifan para anggota KOPTI Kabupaten Bogor sehingga unit usaha simpan pinjam ini perlu diadakan kembali. Banyak anggota yang lari ke distributor kedelai di pasar karena mereka mengadakan pinjaman bagi para pengrajin. KOPTI Kabupaten Bogor harus bisa memberikan pinjaman dengan promosi yang lebih menarik sehingga para anggota akan kembali berpartisipasi aktif terhadap usaha-usaha yang ada di KOPTI Kabupaten Bogor itu sendiri. Dana yang digunakan dapat berasal dari pengurangan biaya operasional yang besar di KOPTI Kabupaten Bogor dan dana yang lain, sehingga KOPTI Kabupaten Bogor harus mampu memberikan kesejahteraan bagi para anggotanya sesuai dengan tujuan berdirinya KOPTI Kabupaten Bogor tersebut. 2. Strategi WO a. Meningkatkan sistem pelayanan kepada anggota. Sistem pelayanan kepada anggota merupakan faktor penting karena menyangkut dengan konsumen langsung. Karena itu perlu ditingkatkan untuk menerapkan strategi pengembangan produk atau jasa yang ada di KOPTI Kabupaten Bogor. Tujuan strategi ini adalah untuk meningkatkan kemampuan dalam membangun kembali kepercayaan para pengrajin tempe dan tahu di Kabupaten Bogor yang telah menjadi anggota KOPTI Kabupaten Bogor dan meningkatkan penjualan melalui perbaikan jasa yang dapat dilakukan oleh KOPTI Kabupaten Bogor. Kurangnya loyalitas anggota serta kurang merasakannya manfaat berkoperasi setelah tidak diperankan BULOG dapat diatasi dengan meningkatkan pelayanan kepada anggota KOPTI Kabupaten Bogor tersebut.
43
Pelayanan yang dapat dilakukan oleh KOPTI Kabupaten Bogor antara lain dengan proaktif dalam memberikan perubahan terhadap manajemen dalam proses produksi pengrajin. Selain itu, program penyuluhan dan pembinaan anggota serta program pelayanan kesejahteraan anggota dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran anggota untuk berpartisipasi aktif. Sebelum programprogram dijalankan, KOPTI Kabupaten Bogor sebaiknya melakukan survei kepuasan konsumen terlebih dahulu supaya KOPTI Kabupaten Bogor dapat mengetahui pelayanan yang diinginkan oleh para anggota yang dilaksanakan minimal 3 tahun sekali. b. Mengembangkan kemampuan karyawan untuk mengoptimalkan setiap pekerjaan karyawan. Strategi ini dirumuskan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan KOPTI Kabupaten Bogor, termasuk biaya usaha yang tinggi sehingga KOPTI Kabupaten Bogor dapat mengoptimalkan sumber daya yang ada karena karyawan merupakan ujung tombak dalam melaksanakan aktivitas usaha. Pelayanan yang cepat, promosi serta survei lapangan merupakan contoh aktivitas yang dilaksanakan oleh karyawan. Perancangan dan pelaksanaan pelatihan dengan pengembangan karyawan mutlak untuk dilakukan agar setiap pekerjaan dapat dilakukan dengan baik oleh para karyawan, serta dapat menambah wawasan dan kemampuan guna peningkatan dalam bidang sumber daya manusia yang dimiliki. Program pelatihan dan pengembangan karyawan diawali dengan melakukan kajian mengenai rencana pekerjaan. Rencana suatu pekerjaan penting dilakukan untuk menentukan bagaimana pekerjaan dilakukan serta merupakan proses penentuan metode-metode yang akan digunakan. Perbaikan rencana pekerjaan karyawan yang harus dilakukan oleh KOPTI Kabupaten Bogor meliputi proses identifikasi kebutuhan organisasi dan proses identifikasi tugas untuk merancang pekerjaan masing-masing karyawan agar lebih produktif. Peningkatan produktivitas karyawan dalam menjalankan aktivitas organisasi dapat ditingkatkan melalui program-program pelatihan bagi karyawan yang merupakan sebuah proses untuk menambah pengetahuan, sikap dan keahlian tertentu agar karyawan semakin terampil dan mampu melaksanakan tanggung jawab dengan semakin baik. Selain itu melakukan reshuffle tugas dan wewenang masing-masing karyawan untuk mencari potensi yang dimiliki sekaligus juga untuk pencerahan agar tidak terjadi kejenuhan dalam menjalankan tugas yang diberikan. Dengan berkembangnya kemampuan karyawan tersebut melalui pelatihan-pelatihan yang diadakan maka selanjutnya akan berguna untuk memaksimalkan pelayanan kepada anggota. 3. Strategi ST Perencanaan dan pengendalian persediaan merupakan bagian yang cukup penting dalam usaha distribusi. Terutama untuk KOPTI Kabupaten Bogor dalam menghadapi situasi harga yang berfluktuasi serta persaingan yang ketat. KOPTI Kabupaten Bogor sebagai pemilik usaha distribusi kedelai harus dapat melaksanakan sistem manajemen pengendalian persediaan yang baik agar KOPTI Kabupaten Bogor dapat memenuhi kebutuhan konsumen dengan produk yang berkualitas dan kontinuitas, dengan harga yang sesuai. Dengan
44
strategi ini, KOPTI Kabupaten Bogor tidak akan mengalami penumpukan pasokan atau mengalami kerugian lagi akibat terpaksa menjual pasokan dengan harga jual yang lebih rendah dari pada harga beli. KOPTI Kabupaten Bogor harus dapat menggunakan seluruh kekuatannya untuk melaksanakan strategi ini dengan melakukan manajemen pengendalian persediaan dalam usaha distribusi, dan mengontrol persediaan yang masuk maupun yang keluar. Selain itu, manajemen pengendalian persediaan yang baik akan berdampak pada pengendalian harga yang baik juga sehingga dapat menghindari ancaman-ancaman yang dihadapi oleh KOPTI Kabupaten Bogor. Sistem manajemen pengendalian persediaan dimulai dari peramalan harga, peramalan permintaan, penentuan pemasok, waktu pemesanan, jumlah pemesanan, harga jual sampai dengan perhitungan-perhitungan biaya seperti biaya penyimpanan, biaya pemesanan atau pembelian, biaya angkut, biaya penyiapan, ataupun biaya yang lain. 4. Strategi WT Dalam meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman, KOPTI Kabupaten Bogor dapat melakukan strategi defensif, yaitu dengan menciptakan budaya survei dan sistem informasi manajemen yang terpadu. Dalam memutuskan atau memilih program yang dijalankan, KOPTI Kabupaten Bogor harus dapat mempertimbangkan terlebih dahulu berdasarkan data serta fakta yang terjadi agar KOPTI Kabupaten Bogor dapat lebih berhati-hati dan cermat dalam mengambil keputusan organisasi. Analisis terhadap data dan informasi serta penggunaan sistem informasi manajemen penting dilakukan untuk menjalankan visi dan misi KOPTI Kabupaten Bogor dalam jangka panjang sehingga dapat meminimalkan biaya-biaya yang tidak diinginkan seperti kerugian akibat keputusan yang salah. Promosi dengan program yang tidak tepat sasaran juga akan mengakibatkan kerugian dan peningkatan biaya usaha yang lebih tinggi. Selain dapat meminimalkan kelemahan, analisis terhadap data dan informasi serta sistem informasi manajemen yang terpadu juga dapat digunakan untuk menghindari ancaman. Misalnya, untuk memenangkan persaingan harga di pasar kedelai maka KOPTI Kabupaten Bogor dapat mengukur kemampuan pesaing dalam menetapkan harga sehingga KOPTI Kabupaten Bogor dapat menerapkan strategi lebih lanjut untuk menghindari persaingan tersebut.
45
Tabel 9 Strategi dan rencana kegiatan No Strategi 1 Mengembangkan strategi promosi yang dapat meningkatkan penjualan
2
3
Membuat outlet penjualan kedelai di wilayah untuk memperpendek jalur distribusi. Membuat unit usaha simpan pinjam
4
Meningkatkan sistem pelayanan kepada anggota
5
Mengembangkan kemampuan karyawan untuk mengoptimalkan setiap pekerjaan karyawan
6
Meningkatkan sistem manajemen pengendalian persediaan untuk menghindari persaingan harga
7
Menerapkan budaya analitis data dan informasi serta sistem informasi manajemen yang terpadu
Kegiatan - Menjalin kemitraan dengan instansi pemerintah. - Penggunaan teknologi komunikasi (internet). - Melakukan pendekatan dengan anggota dengan metode “person to person”. - Memberikan informasi yang lebih jelas mengenai kelebihan yang bisa diperoleh apabila membeli kedelai di KOPTI. - Memperkuat permodalan yang ada baik dari dalam maupun luar sesuai dengan ketentuan yang ada. - Menjadikan kepala wilayah pelayanan sebagai penanggungjawab kios. - Memperkuat permodalan koperasi - Membuat perjanjian simpan pinjam yang saling menguntungkan antara koperasi dengan anggota. - Menyediakan berbagai macam jenis kedelai dengan merek dan kualitas yang dibutuhkan. - Proaktif dalam memberikan perubahan terhadap manajemen dalam proses produksi pengrajin. - Melakukan survei kepuasan konsumen, minimal 3 tahun sekali. - Melakukan reshuffle tugas dan wewenang masing-masing karyawan untuk mencari potensi yang dimiliki sekaligus untuk mencegah terjadi kejenuhan dalam menjalankan tugas yang diberikan. - Membuat rencana kerja yang baik dan matang, agar lebih produktif. - Mengikuti pelatihan-pelatihan untuk menambah wawasan dan kemampuan. - Melakukan manajemen pengendalian persediaan dalam usaha distribusi. - Mengontrol persediaan kedelai yang masuk maupun yang keluar. - Melakukan peramalan harga, peramalan permintaan, penentuan pemasok, waktu pemesanan, jumlah pemesanan, harga jual sampai dengan perhitungan-perhitungan biaya seperti biaya penyimpanan, biaya pemesanan atau pembelian, biaya angkut. - Mengukur kemampuan pesaing dalam menetapkan harga. - Menjalankan sistem pemasaran dengan mendatangi dapur anggota. - Menawarkan sistem pembayaran tertentu kepada konsumen tertentu.
Pihak terkait Pengurus dan karyawan
Pengurus dan karyawan
Pengurus dan karyawan Pengurus dan karyawan
Pengurus dan karyawan
Pengurus dan karyawan
Pengurus dan karyawan
STRATEGI 1. Mengembangkan strategi promosi yang dapat meningkatkan penjualan. 2. Membuat outlet penjualan kedelai di wilayah untuk memperpendek jalur distribusi. 3. Membuat unit usaha simpan pinjam 4. Meningkatkan sistem pelayanan kepada anggota. 5. Mengembangkan kemampuan karyawan untuk mengoptimalkan setiap pekerjaan karyawan. 6. Meningkatkan sistem menajemen pengendalian persediaan untuk menghindari persaingan harga. 7. Menerapkan budaya analitis data dan informasi serta system informasi manajemen yang terpadu.
Periode I
Periode II
5a. Melakukan
6a. Melakukan
reshuffle tugas dan wewenang masingmasing karyawan untuk mencari potensi yang dimiliki sekaligus untuk mencegah terjadi kejenuhan dalam menjalankan tugas yang diberikan.
manajemen pengendalian dalam usaha distribusi.
5b. Membuat rencana kerja yang baik dan matang, supaya produktif.
6b. Mengontrol persediaan kedelai yang masuk maupun keluar. 7a. Mengukur kemampuan pesaing dalam menetapkan harga.
Periode III 2a. Memperkuat permodalan yang ada baik dari dalam maupun luar sesuai dengan ketentuan yang ada.
Periode IV 2b. Menjadikan kepala wilayah pelayanan sebagai penanggungjawab kios.
3b. Membuat perjanjian simpan pinjam yang saling menguntungkan antara koperasi dengan anggota.
7c. Menawarkan sistem pembayaran tertentu kepada konsumen tertentu.
PROGRAM RUTIN 1a. Menjalin kemitraan dengan instansi pemerintah. 1b. Penggunaan teknologi komunikasi (internet). 1c. Melakukan pendekatan dengan anggota dengan metode “person to person”. 1d. Memberikan informasi yang lebih jelas mengenai kelebihan yang bisa diperoleh apabila membeli kedelai di KOPTI. 4b. Proaktif dalam memberikan perubahan terhadap manajemen dalam proses produksi pengrajin. 4c. Melakukan survei kepuasan konsumen minimal 3 tahun sekali. 5c. Mengikuti pelatihan-pelatihan untuk menambah wawasan dan kemampuan. 7b. Menjalankan sistem pemasaran dengan mendatangi dapur anggota. Gambar 3 Arsitektur strategi KOPTI Kabupaten Bogor
SASARAN Mampu menyediakan berbagai macam jenis kedelai dengan merek dan kualitas yang dibutuhkan. Peningkatan pendapatan dan kesejahteraan anggota. Peningkatan jumlah anggota aktif yang berpartisipasi di dalam koperasi.
TANTANGAN Tidak ada hambatan masuk bagi pesaing baru. Meningkatnya jumlah konsumsi tempe dan tahu. Melakukan peramalan harga dan permintaan, penentuan pemasok, waktu dan jumlah pemesanan, harga jual sampai dengan perhitungan biaya seperti biaya penyimpanan, angkut, pemesanan dan pembelian.
47
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Hasil identifikasi menurut prinsip dan koridor koperasi, KOPTI Kabupaten Bogor masih belum menjalankannya dengan baik. Dari 10 koridor yang ada, terdapat 8 koridor yang negatif. Yang mengindikasikan bahwa KOPTI perlu berbenah ulang supaya tidak keluar dari jati diri koperasi. 2. Hasil identifikasi lingkungan internal disimpulkan bahwa kekuatan yang dimiliki oleh KOPTI Kabupaten Bogor secara berturut-turut antara lain yaitu KOPTI Kabupaten Bogor memiliki hubungan baik dengan pemerintah dan KOPTI lain, letak kantor dan gudang yang strategis, fasilitas yang memadai dan adanya Rumah Tempe Indonesia, sedangkan kelemahan KOPTI secara berturut-turut yaitu kurang loyalitas anggota, biaya usaha yang relatif tinggi, anggota kurang merasakan manfaat berkoperasi setelah tidak diperankan BULOG serta tidak melakukan survei. Hasil identifikasi lingkungan eksternal adalah menciptakan peluang yang dihadapi oleh KOPTI Kabupaten Bogor secara berturut-turut, yaitu peningkatan konsumsi tempe dan tahu, laju pertumbuhan ekonomi semakin meningkat, pembeli utama merupakan anggota koperasi, pembinaan dan pelatihan koperasi oleh pemerintah, dan berkembangnya teknologi pengolahan kedelai. Selanjutnya, ancaman yang ada secara berturut-turut yaitu impor kedelai semakin tinggi, harga kedelai berfluktuasi, persaingan harga di pasar kedelai, tidak ada hambatan masuk untuk pesaing baru, serta importir kedelai memiliki kekuatan tawar yang kuat. 3. Strategi yang sesuai untuk diterapkan KOPTI Kabupaten Bogor melalui Matriks SWOT yaitu strategi promosi yang dapat meningkatkan penjualan, membuat outlet penjualan kedelai di wilayah untuk memperpendek jalur distribusi, membuat unit usaha simpan pinjam, mengembangkan sistem pelayanan kepada anggota, mengembangkan kemampuan karyawan, meningkatkan manajemen pengendalian persediaan untuk menghindari persaingan harga, serta menerapkan budaya analisis data dan informasi serta sistem informasi manajemen yang terpadu. 4. Strategi yang telah dihasilkan melalui Matriks SWOT kemudian dirumuskan program kegiatan yang dapat digunakan untuk merevitalisasi KOPTI Kabupaten Bogor dengan menggunakan arsitektur strategi sehingga dapat dihasilkan suatu gambaran rencana yang dapat dilakukan disetiap periodenya untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Saran Melihat kondisi KOPTI Kabupaten Bogor sekarang ini, maka saran yang mungkin dapat diberikan kepada KOPTI yaitu: 1. KOPTI Kabupaten Bogor diharapkan dapat menjalankan kegiatan usahanya sesuai dengan prinsip dan koridor koperasi serta mensosialisasikan strategi dan program yang telah dirumuskan kepada seluruh pengurus, badan pengawas, karyawan serta anggota KOPTI Kabupaten Bogor sehingga setiap orang
48
memiliki rasa tanggung jawab dan motivasi untuk dapat melaksanakan strategi ini. 2. Dalam penerapan strategi ini, perlu adanya komitmen dan konsistensi sehingga pada pelaksanaannya sebaiknya diikuti dengan evaluasi secara bertahap. 3. Setelah program terlaksana dengan baik, penelitian lebih lanjut yang diperlukan adalah mengenai evaluasi strategi pengembangan usaha KOPTI Kabupaten Bogor.
DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Satatistik Kabupaten Bogor. 2012. Kabupaten Bogor dalam Angka. Bogor(ID): Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor. David. 2003. Manajemen Strategis Konsep Edisi 5. Yogyakarta(ID): Andi. Terjemahan dari Strategic Management 5th Edition. Dharmanthi. 2009. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada Primer Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Primkopti) Kota Bogor [skripsi]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor [Disperindag] Dinas Perindustrian dan Perdagangan. 2012. Harga Kedelai [Internet]. [diunduh 2012 Nov 05]. Tersedia pada: http://www.disperindag.com//. Erwin. 2008. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Koperasi Produksi Susu (Studi Kasus Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan Bogor, Jawa Barat) [skripsi]. Bogor(ID): Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Latifah. 2006. Dampak Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak terhadap Pendapatan Usaha Pengrajin Tempe (kasus pada Anggota Koperasi Primer Tahu Tempe (PRIMKOPTI), Kelurahan Cilendek Timur, Kotamadya Bogor) [skripsi]. Bogor(ID): Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Nazir M. 2005. Metode Penelitian. Bogor(ID): Ghalia Indonesia. Pearce JA, Robinson RB. 1997. Manajemen Strategik; Formulasi, Implementasi, dan Pengendalian. Maulana A, Penerjemah. Jilid I. Jakarta(ID): Binarupa Aksara. Terjemahan dari : Strategic Management. Purnamasari. 2006. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Dan Impor Kedelai Di Indonesia [skripsi]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor Sari AN. 2006. Rancangan Arsitektur Strategik Divisi Sarden PT Sumber Yalasamudra Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur. [skripsi]. Bogor(ID): Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Soedjono, Ibnu. 2001. Jati diri Koperasi. Jakarta(ID): Lembaga Studi Pengembangan Perkoperasian Indonesia (LSP2I). Yoshida. 2006. Arsitektur Strategik : Sebuah Solusi Meraih Kemenangan dalam Dunia yang Senantiasa Berubah. Jakarta(ID): PT Elex Media Komputindo.
49
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Magelang pada tanggal 26 Februari 1989. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Arifin dan Ibu Susilawati. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Gulon 1 Magelang pada tahun 2001 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2004 di SMP Negeri 1 Muntilan. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMA Negeri 1 Muntilan diselesaikan pada tahun 2007, serta menyelesaikan program Diploma Tiga di Jurusan Agroindustri, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada pada tahun 2010. Penulis melanjutkan pendidikan S1 di Program Alih Jenis Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2010. Selama mengikuti pendidikan, penulis tercatat sebagai pengurus Forum Agribussines Students Transfer Program (FASTER) pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Managemen, Institut Pertanian Bogor yang menempati posisi sebagai bendahara. Penulis juga pernah mengikuti kegiatan pelatihan kewirausahaan yang diadakan oleh Yayasan Hasanah Baitussalam, LAZNAZ BSM, dan Bank Syariah Mandiri yang bekerjasama dengan CI-BEST IPB.