HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Petani Perencanaan Usahatani
Informasi dari kqiian pustaka menunjukkan bervariasinya pendapat tentang kemampuan petani dalam merencanakan usahatani. James C. Scott (1967) yang mengemu kakan prinsip hidup petani mendahulukan selamar,ternyata belum tegas dalam menyatakan apakah petani merencanakan usahatani. ( 1978)
Sedangkan Samuel L. Popkin
mengemukakan petani rasional dalam berusahatani, cirinya antara lain pe-
tani merencanakan usahatani. Sejalan dengan Popkin, Allen (1958) dan Hagen ( 1962) menyatakan bahwa petani memil ih, menghitung dan merencanakan usahatani.
Berbagai penelitian di tujuh negara Timur Tengah (Lerner, 1983) yaitu di Libanon, Yordania, Turki, Mesir, Siria, Yordania dan Iran, berikut penelitian lain di Korea (Reed dalam Wong, 1978) menunjukkan bahwa petani (dan masyarakat desa) merencanakan usahatani sejalan dengan bila petani mau menerima ide baru perbaikan usahanya. Petani Indonesia (Anonim, 1978') dibina dalam rnerencana-kan kebutuhan sarana dan modal usaha untuk meningkatkan produksi usahatani dalam bentuk RDKK (Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok). Dalam rangkaian pembinaan perenanaan usahatani pula Departemen Pertanian (Anonim, 1985 ') mengadakan pembinaan kelompoktani dengan aktivitas penilaian kemampuan dan pengukuhan kelompoktani. Aspek yang dinilai adalah: kemampuan mencari, mengolah dan menggunakan informasi: merencanakan usahatani; kerjasama kelompok; pengembangan fasilitas kelompok; mentaati perjanjian; pemupukan modal; mengatasi masalah: pengkaderan; hubungan melembaga dengan KUD dan produktivitas usahatani. Berdasarkan pada sepuluh indikator penilaian tersebut, kelompoktani digolongkan dalam empat hierarki klas kemampuan, yaitu pemula, lanjut, madya dan yang tercinggi klas utama.
10 1
Informasi yang telah dikemukakan menunjukkan bahwa petani yang diharapkan adalah mampu merencanakan usahatani, pembinaannya dalam kesatuan dengan pembinaan kelompoktani. Dengan demikian klas kemampuan kelompoktani merupakan salah satu indikasi untuk menunjukkan adanya perencanaan usahatani.
Informasi dari hasil pcnelitian menunjukkan bahwa semua petani kecuali petani lahan lebak dan petani lahan kering DAS hulu wilayah I11 telah membuat RDKK Pada kelompoktani klas madya dan klas utama petani merencanakan sendiri materi dan kegiatan usahatani, sedangkan pada kelompoktani klas pemula dan lanjut masih dibuat bersama penyuluh. Keadaan klas peringkat kemampuan kelompoktani bervariasi seperti pada Tabel 5. Tabel 5. Klas Kemampuan Kelompoktani I
W ilayah
Klas Kemampuan Kelompoktani -,
Pemula
Lanjut
Mad ya
Utarna
2 317 (92.57 %)
180 (7.19 %)
6 (0.24 %)
0
II
4 713 (68.84 %)
1 830 (27.56 %)
340 (3.57 %)
6 (0.03 %)
I
6 815 (33.11 %)
1 1 860 (57.62 %)
1 780 (8.65 %)
128 (0.62 %)
111
(0 %)
J
J
Sumber : Sekretariat BP Bimas (1992) Informasi pada Tabel 5 menunjukkan bahwa 54 persen di wilayah I11 kelompoktaninya masih klas pemula dan 46 persen klas lanjut, di wilayah 11 45 persen kelompoktaninya klas lanjut dan 55 persen klas madya, sedangkan di wilayah 1 % persen klas kernampuan kelornpoktani pada peringkat madya dan 4 persen klas utama.
lo2 Implikasi dun' informasi hasil penelitian adalah perlunya pembinaan perencanaan usahatani dalam mendukung kemampuan petani yang terus tanggap pada ide baru dan mampu memilih usahatani yang lebih untung. Dari sisi adanya rencana usahatani, sebagai sasaran pembinaan kelompoktani adalah minimal pada klas madya karena pada klas kemampuan tersebut petani sudah merencanakan sendiri usahataninya. Disamping itu unsur perencanaan usahatani dalam penilaian kemampuan kelompoktani perlu diberikan bobot yang lebih tinggi.
Keterbukaan Petani
Infonnasi dun' kqjian pustaka menunjukkan bahwa petani terbuka terhadap luar, namun berbeda dalam lingkup keterbukaannya. Petani Subsisten sebagaimana yang dikemukakan James C. Scott (1967) karena orientasi usahatani untuk kebutuhan sendiri maka l ingkup keterbukaan dalam mencari informasi terbatar hanya pada lingkungan masyaraktnya. Lain halnya dengan petani komersial seperti yang dikemukakan oleh Samuel L. Popkin (1978) bahwa karena kebutuhan usahatani maka mereka berusaha untuk lebih banyak tahu antara lain dengan menggunakan media massa didalam proses keputusan menetapkan materi usahatani. Keterbukaan petani menurut Migdal (1974) karena kemudahan tranportasi yang secara fisik mempermudah hubungan antar petani. Dinyatakan pula bahwa yang lebih menentukan pula adalah pengaruh media massa. Dalam ha1 ini Witz (1971) mengemukakan bahwa pemilikan radio dan menonton film usahatani pada awalnya lebih bersifat hiburan, kemudian digunakan sebagai sumber informasi untuk mendorong peningkatkan produktivitas kerja sejalan dengan masuknya ide baru perbaikan usahatani.
Rogers dan Shoemaker (1971) mengemukakan bahwa pentingnya
pem il i kan media massa sebagai pelancar diterimanya ide baru dan merupakan salah satu indikasi masyarakat informatip.
103 Dikemukakan pula bahwa keterbukaan petani akan dipercepat bila adanya forum media sebagai wadah berdiskusi untuk memahami dan menggunakan informasi. Di dalam memasyarakatkan informasi pembangunan di Indonesia (Anonim, 1987
';
Anonim , 1993) maka kelompok pendengar siaran pedesaan ditingkatkan keberadaannya rnenjadi Kelompencapir. Dari yang tadinya hanya mengikuti siaran melalui radio, selanjutnya ditambah dengan sebagai pirsawan dan pembaca. Berbagai informasi yang telah dikemukakan menunjukkan bahwa keterbukaan petani dapat dilihat dari banyaknya media massa yang digunakan dan keikutsertaan dalam Kelompencapir.
Informasi frasil penelitian seperti yang dikemukakan pada Lampiran 3 dan pada Lampiran 5 menunjukkan bahwa: 1. Petani secara bersama dengan petani lainnya menjadi anggota (sebagian
sebagai pengurus) kelompok kegiatan usahatani untuk aktivitas meningkatkan produksi dan pemasaran.
Kelompok untuk meningkatkan
produksi seperti: RPH (Regu Pengendali Hama dan Penyakit). HIPPA (Himpunan Petani Pemakai Air) dan HMT (Hijauan Makanan Ternak). Pada kelompok kegiatan untuk meningkatkan produksi, fungsi pengusahaan usahatani bekerja sama dengan fungsi penyuluhan, fungsi pelayanan dan fungsi pengaturan. Sedangkan kelompok kegiatan untuk meningkatkan produksi dan pemasaran melalui hubungan anak - bapak angkat dalam pemasaran. Sebagai contoh adanya penangkar benih di wilayah I, 11 dan I l l , sebagai bapak angkat adalah BUMN yang menyalurkan benih. Ke-
rukunan Petani Tambak di wilayah I dan I1 dengan bapak angkat pengusaha udang dari Taiwan, Perhimpunan Petani Sapi Perah di wilayah I dengan bapak angkat pabrik susu Nestle Australia. bentuk hubungan yang sama pada asosiasi Jamur Kompignon, Asparagus dan Anggrek.
104 2. Anggota kelompoktani klas madya dan klas utama serta sebagian besar anggota kelompoktani kl;as lanjut telah menjadi anggota kelompencapir, sedangkan pada kelompoktani klas pemula baru sebagian kecil.
3. Semua petani (responden) memiliki radio dan dengan mudah menyaksikan tayangan televisi waiaupun sebagian kecil masih belum memiliki. Petani mengetahui isi berita melalui surat kabar Sinar Tani dan KMD (Koran Masuk Desa) disamping melalui pertemuan kelompok. 4. Petani wilayah I dan petani wilayah I1 menggunakan media massa sebagai
sumber informasi, sedangkan petani wilayah I11 lebih banyak menggunakan informasi dari hubungan antar petani. Implikasi dun hasil peneliiian ini menunjukkan bahwa karena bervariasinya keterbukaan petani dalam menerima informasi pembangunan maka dibutuhkan pembinaan yang bervariasi pula. Bagi petani wilayah I11 perlu pernbinan dalam menggunakan media massa untuk mendukung keputusan memilih usahatani selain informasi antar petani, disamping itu meneruskan pembinaan bagi petani witayah I dan 11. Pembinaan dengan mengarahkan penggunaan media massa untuk mendukung keputusan dalam memil ih usahatani yang lebih menguntungkan petani.
Orientasi Usahatani dan Penerimaan Ide Baru Informasi dari kajian pustaka menunjukkan bahwa ada dua pendapat dalam kaitan orientasi usahatani. Pendapat pertama dikemukakan oleh James C. Scott (1967) yang menyatakan petani menghindari risiko dalam berusahatani dan mau me-
nerima ide baru bilamana ha1 itu telah benar - benar berhasil pada lingkungan yang sama. Ditambahkan bahwa orientasi usahatani untuk pemenuhan kebutuhan sendiri
(petani subsisten) dan bila berlebih (surplus) penggunaannya hanya untuk memenuhi kelangsungan budaya harmonisnya bermasyarakat.
105 Sejalan dengan Scott, Hackett ( 1950) maupun Mead ( 1963) mengemukakan bahwa berubahnya petani didominasi oleh situasi evolusi dinamis, yaitu belajar dari pengalaman yang cenderung dipengaruhi oleh pengalaman ketidak berhasilan, sehingga sangat berhati - hati dan sulit menerima ide baru. Pendapat ke dua, dikemukakan oleh Samuel L. Popkin (1978) yang menyatakan bahwa petani berani menghadapi risiko, sehingga mau menerima ide baru dalam memaksimumkan produksi untuk pemupukan modal dan oreintasi usahatani pada kebutuhan pasar (petani komersial). Sejalan dengan Popkin, Hagen (1962) dan Weitz (197 1) menyatakan bahwa prinsip hidup petani berubah karena dorongan perubahan kebutuhan hidup, berubahnya lingkungan usahatani maupun karena berubahnya pengetahuan berusahatani. Dalam ha1 ini Rogers (1960) dan Mosher (1 969) menyatakan petani menerinia ide baru perbaikan usahatani bila prasarana.
sarana dan iklim berusahatani mendukungnya. Dalam kaitan dua pendapat diatas, informasi dari uenelitiarz menunjukkan bahwa petani Indonesia berubah dari petani subsisten menjadi petani komersial. Petan i menerima ide baru perbaikan usahatani , seperti yang dikemukakan pada Lampiran 3 dan Lampiran 4. Konloditas yang diusahakan oleh petani setidaknya sebagian diantaranya beroreintasi pada kebutuhan pasar. lnformasi tersebut yaitu: 1. Semua petani (petani wilayah 1, I1 dan 111) menerima dan menggunakan
ide baru perbaikan usahatani (meningkatkan produksi, pengolahan hasil. penyimpanan hasil, pemasaran. pangan dan gizi). Kualitas penerimaan terbaik di wilayah I, kemudian di wilayah I1 dan terendah di wiiayah Ill
2. Petani wilayah 111 mengusahakan tiga macam usahatani, yaitu untuk: kebutuhan sendiri, untuk kebutuhan sendiri dan pasar, dan untuk kebutuhan pasar. Sedangkan pada wilayah I dan I1 mengusahakan usahatani untuk kebutuhan sendiri dan pasar serta yang hanya untuk kebutuhan pasar.
106 Komoditas yang diusahaka~ioleh petani dihubungkan dengan penerimaan ide baru perbaikan usahatani serta orientasi usahatani seperti pada %be1 6. Tabel 6. Perbaikan Komoditas Usahatani dan Orientasinya. 1
L
Wilayah dan Lahan Usahatani 1
Usahatani untuk Sendiri
2
Usahatani untuk Sendiri dan Pasar
3
Usahatani untuk Pasar 4
Wilavah I11 f~rovinsiKalimantan Tengah 1 Pantai Ayam, Itik Savuran,Kelapa Pasang Surut Ayam, Iti k Kering Hilir
Ayam,UbiKayu
Tadah Hujan Hilir Irigasi Hilir
Ayam,Sayuran
Lebak
Ayam,Itik
Kering Hulu
Ayam
Tadah Hujan Hulu Irigasi Hulu
Ayam
Sayuran
Ayam,Itik Sayuran
penangkapan,Terasi Padi, Palawija Jeruk Sayuran,Kelapa Rambutan Tan. Pekarangan Kedelai, Kopi Karet Tan. Pekarangan Cengkeh Padi Palawiia, Jeruk, Tan. Pekarangan Rambutan Padi .Palawiia Jeruk, Ayam, Karnbing Sapi
m, m,
.
&&i, Tan. Pekarangan m,Bnaman Pekarangan u,%naman Pekarangan && Kedelai i, Jagung, Kopi
Wilavah I1 (~rovinsiKalimantan Selataq) Pantai .Kelarra,Avam Kambing. Pasang Surut Padi, Ayam Tan. Pekarangan Savuran,Kelapa Kering Jagung, Hilir Avam. Kedelai Tan. Pekarangan Padi, Sayuran Tadah Hujan Hilir Tan. Pekarangan Padi, Palawiia Irigasi Tan. Pekarangan Hilir
Rotan Karet Rotan, Karet Karet
Ikan.-. KNDUI<, llefiS Udang, Jeruk, Rambutan. Cengkeh,
-,Sa~uran
Pisang. Avam. Itik Jeruk.Krupuk Avam, Itik ~rupuk-
k
dilanjutkan
107 lanjutan 1
LebaW Bonorowo
Padi, Jagung,
Savuran, Ikan Keramba 1 Padi Palawiia Savuran, Avam Padi, Palawiia Tan. Pekarangan Padi, Ikan Palawiia, Avam
.
Kering Hulu Tadah Hujan Hulu Irigasi Hulu
Itik, Jeruk =bau.~vam
KeruDuk
Cengkeh. Kmi PisangKaret. Kopi Jeruk. Savuran
A!Qa!.E, Szhy!+!m
S a ~ iKeru~uk .
Wilavah I (provinsi Jawa Timur) Pantai
Kambing, Avam Ikan. Udang
Pasang Surut
Avam. Savuran U h g , Bandene: Krupuk, Petis Palawija, A v a Jbw,J&g
Petis, K!m&
Kering Hilir
Savuran,E&,
Swu,Jamur
Padi. A~am, Sayuran Palawiia, Padi Gogo -Ikan , Padi G w Ikan Sa~uran
Yute. Rosela Kedelai Avam. Kambing
Padi, Jagung S a ~ i Savuran . Padi, Janung
Tadah Hujan Hilir Irigasi Hilir
LebaWBonorowo Kering Hulu Tadah Hujan Hulu lrigasi Hulu
T&u. Susu, Jamur. Ayarn Susu. Kedelai Ayam, Savuran
Sam, s!S!,M,S &pi,
Kopi. Cengkeh
m
J&mh!g9 Susu m, Bawang Putih, Ape1
i
Sumber : =
Data primer Menggunakan ide baru
Informasi lainnya yaitu seperti di kemukakan pada Lampiran 3, yang menunjukkan bahwa petani secara berkelotnpok telah melakukan usahatani untuk tujuan memenuhi kebutuhan sendiri, memenuhi kebutuhan sendiri dan sekaligus untuk pasar, dan yang untuk tujuan pasar. Informasi ini memperkuat informasi yang diketnukakan pada Tabel 6.
108
lrnplikasi dari informasi hasil pcnelitian yaitu bertolak dari bervariasinya petani dalam menerima ide baru perbaikan usahatani dan orientasi usahatani maka dibutuhkan pula penyuluhan yang bervariasi antara petani di wilayah I, I1 dan Ill. Untuk petani wilayah I I I masih dibutuhkan pembinaan yang menyeluruh. yaitu pembinaan dalam meneri~nadan menggunakan ide baru perbaikan usahatani serta oreintasi berusahatani pada kebutuhan pasar. Sedangkan bagi petani wilayah I dan I1 dibutuhkan pembinaan pada semua komoditas usahatani untuk berorientasi kebutuhan pasar dengan kedudukan petani sebagai produsen yang sejajar dengan konsumen. Secara keseluruhan variasi indikator perubahan petani dan perubahannya dikemukakan pada pada Gambar 6.
Tingkat Kekornersialall Gambar 6. Perubahan Petani (Fungsi Pengusahaan Usahatani) Keterangan: 1 = Perencanaan usahatani 2 = Keterbukaan petani 3 = Orientasi usahatani ( A = menggunakan ide baru, B=belum) 4 = Penggunaan ide baru
109 Secara keseluruhan petani sedang berubah yaitu menerima ide baru dan berorientasi pasar (petani komersial). Untuk petani witayah 111 membutuhkan pembinaan yang menyeluruh (penggunaan ide baru dan orientasi usahatani) sedangkan petani wilayah 1 dan 11 masih membutuhkan peningkatan pembinaan pada perencanaan usahatani dalam kaitan orientasi usahatani pada kebutuhan pasar untuk semua komoditas yang diusahakan. Pada Gambar 6 menginformasikan bahwa yang terlemah dalam perubahan petani untuk semua wilayah adalah pada perencanaan usahatani. Kemajuan petani secara fisik lebih terlihat dari luas dan mutu penerapan ide baru diversifikasi usahatani, antara lain indek panen d iversifikasi horisontal lebih 100 persen dan berorientasi pada agribisnis sekaligus melakukan diversifikasi usahatani vertikal yang berorientasi pada agro-industri. Tingkat penerapan ide baru tergantung dari orientasi usahatani,
. apakah pada untuk kebutuhan sendiri atau untuk kebutuhan pasar. Disamping itu tergantung pada keterbukaan petani pada inforinasi pembangunan dan perencanaan usahatani. Orientasi usahatani sendiri mempunyai hubungan dengan keterbukaan petani pada penerimaan dan penggunaan informasi pembangunan secara timbal balik. Baik orientasi usahatani maupun keterbukaan petani pada informasi pembangunan erat kaitannya dengan adanya perencanaan usahatani oleh petani. Secara keseluruhan adanya perencanaan usahatani merupakan perubahan yang mendasar dari petani subsisten menjadi petani komersial. Bagi fungsi penyuluhan dibutuhkan materi penyuluhan yang bertolak dari perencanaan usahatani guna meningkatkan kemandirian petani dalam pertanian yang berkelanjutan. Bagi fungsi penelitian. fungsi pelayanan. fungsi pengaturan, fungsi pasar dan fungsi informasi ialall lebih mengikutsertakan fungsi pengusahaan usahatani dalam perencanaan dan penilaian kegiatan dalam kebersamaan dan dengan kedudukan yang sejajar.
Variasi Perkemban~anPembanpunan Pertanian Terhadar, Sasaran Penvuluhan Keanekaan Perilaku Petani Inforrnasi dari kajian pustaka menunjukkan bahwa bervariasinya pembangunan pertanian karena keanekaan perilaku petani dalam berusahatani, berbedanya lahan (sumberdaya alam) dan pendukung usahatani (prasarana, sarana dan iklim usaha). Bagi penyuluhan sendiri belum ada informasi yang menegaskan bagaimana keanekaan perilaku petani. Dalam kaitan perbaikan usahatani, Mosher (1966) mengemukakan syarat pokok pembangunan pertanian yatu adanya pasar hail usahatani, teknologi yang selalu berubah, tersedianya sarana produksi, perangsang berusahatani dan transportasi. Dikemukan pula faktor pelancar pembangunan pertanian, yaitu: pendidikan pembangunan. kredit produksi. kebersamaan petani, perbaikan dan perluasan lahan usahatani, dan perencanaan pembangunan nasional. Dalam kaitan pendidikan pembangunan Mosher dalam Leagans dan Loomis (1971) mengemukakan bahwa penentu pembangunan pertanian adalah perilaku petani dalam pengkelola usahatani. Dalam proses perubahan, Kelsey dan Hearne (1955) mengemukakan bahwa upaya rnemajukan petani (masyarakat) dirnulai dari orang atau wilayah yang potensinya menlungkinkan untuk lebih berhasil. Hal ini selain sebagai proses belajar yang harus bertahap, adalah untuk memperkecil peluang risiko kegagalan. Perioritas penerapan ide baru menurut Sander et al (1966) hanyalah pada tahap pengenalan saja sedangkan untuk pengembangan diperlukan pemerataan pembangunan. Beberapa usaha memajukan petani dan masyarakat desa seperti dikemukakan oleh Rogers dan Kincaid (1981) yaitu adanya Puebla Project di Mexico dan District Programs di India. Semuanya merupakan unit contoh yang kemudian dari keberhasilannya terus dikembangkan pada wilayah yang potensial.
111 Informasi pada upaya yang sama dikemukakan pula oleh Kearl dulum Schramm dan Lerner (1 976) bahwa dalam pembangunan dengan Paket Programs di Comilla. Bangladesh, Sae Maul Undong di Korea, Masagana 99 dan Maesena 99 di Filipina. pada awalnya bersifat percontohan yang kemudian dikembangkan. Di Indonesia (Anonim, 1978) diselenggarakan Sistem PUL kemudian menjadi sistem Bimas yang didukung dengan penyuluhan sisteni kerja Laku sampai sekarang. Pembangunan pertanian di Indonesia termasuk upaya merubah perilaku petani melalui penyuluhan pembangunan. merupakan mata rantai hasil perubahan sejak lama. Reksohadiprodjo (1974) mengemukakan penyuluhan bagi petani Indonesia di mulai sejak politik balas budi (politik Ethis) tahun 1901 dengan program pendidikan. transmigrasi dan irigasi di Jawa, kemudian mulai tahun 1931 dikembangkan pula di luar Jawa. Di awal kemerdekaan (Anonim, 1978) diselenggarakan RKI (Rencana Kerja istimewa) untuk wilayah sentra produksi di Jawa dan di luar Jawa yaitu: provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan. Pada wilayah sentra produksi itu pula pada awalnya diselenggarakan sistem PUL dan sistem Bimas. Provinsi di Jawa dalam penelitian ini sebagai wilayah I, sentra produksi luar Jawa sebagai wilayah I1 dan lainnya wilayah 111.
Infonnasi penelitian menunjukkan bahwa perilaku petani telah berubah yaitu mau menerima dan menggunakan ide baru perbaikan usahatani, seperti dikemukakan pada data Lampiran 4. Berikut untuk mengetahui apakah antar wilayah pembangunan pertanian maupun antar lahan dalam satu wilayah pembangunan pertanian terdapat perbedaan perilaku petani dalam menerima dan menggunakan ide baru perbaikan usahatani, dilakukan uji beda dengan Uji Kruskal - Wallis dan untuk mengetahui rnana yang berbeda di lakukan analisis dengiin Multiple Comparisons (Gibbons. 1975). Kompilasi hasil analisis antar wilayah dikemukakan pada Tabel 7 beri kut kompilasi liasil analisis antar lahan dikemukakan pada Tabel 8.
Tabel 7.
k
I
i
Kompilasi Hasil Analisis Perilaku Petani dalam Menerima Ide Baru Meningkatkan Produksi, Pengolahan, Penyimpanan, Pemasaran, Pangan dan Gizi Antar Wilayah Perkembangan Pembangunan Pertaxtian I , 11 dan 111
~ a w r s mKagnitif
I
Kawaman Mektif
dilanjutkan
113 lanjutan
Nyata pada p = 0.05
,
1 Ri - Rj I
= nilai beda = 9.4252
Keterangan: A = Meningkatkan produksi B = Pengolahan hasil C = Penyimpanan hail D = Pemasaran hasil E = Pangan dan gizi
H i = DAS hilir, terdiri atas lima lahan 1 = Pantai 2 = Pasang surut 3 = Kering 4 = Tadah hujan 5 = irigasi Hu= DAS hulu, terdiri atas empat lahan 6 = Lebak (bonorowo) 7 = Kering 8 = Tadah hujan 9 = lrigasi
114 Kompilasi hasil analisis perilaku petani dalam menerima ide baru diversifikasi usahatani vertikal antar wilayah perkembangan pembangunan pertanian (Tabel
7). yang tertinggi pada petani wilayah I dan berbeda dengan petani witayah 111, petani wilayah I1 lebih tinggi dan sebagian besar berbeda dengan petani di wilayah 111. Perbedaan tersebut adalah: 1. Petani wilayah I lebih tinggi hierarki kawasan kognitif, afektip dan
psikomotorik dalam menerima ide baru peningkatan produhi, pengolah-
an hasil, penyimpanan hasil, pemasaran hasil, pangan d m gizi terhadap petani wilayah Ill, kecuali pada petani lahan irigasi DAS hulu, tadah hujan dan irigasi DAS hilir. Sedangkan terhadap petani wilayah I1 yang berbeda hanya dengan petani lahan irigasi DAS hilir.
2. Petani wilayah I1 lebih tinggi hierarki kawasan kognitif, afektip dan psikomotorik dalam menerima ide baru peningkatan produksi, pengolah-
an hasil, penyimpanan hasil, pemasaran hasif, pangan dan gizi terhadap petani wilayah 111 khususnya untuk petani di DAS hulu kecuali untuk petani lahan irigasi, sedangkan terhadap petani di DAS hilir perbedaannya bervariasi. Kompilasi hasil analisis perilaku petani dalam rnenerima ide baru perbaikan divers i fikas i usahatani vertikal antar lahan berbeda dalam satu wilayah penkernbang-
an pembangunan pertanian yang dikemukakan pada Tabel 8 menunjukkan : 1. Perilaku petani pada kawasan kognitif, afektif dan psikomotorik tidak ber-
beda antara lahan usahatani pada petani wilayah perkembangan pembangunan pertanian I dan sebagian petani wilayah 11. Tidak berbeda bila hierarki kawasan kognitif setidaknya tahu mensentesis (merancang, mengkombinasi, menata) mau mengatur (merumuskan, menyusun, menyesuaikan) dan bisa mengadaptasi (mendemonstrasikan, menampilkan).
Tabel 8.
Kompilasi Hasil Analisis Perilaku Petani dalam Menerima Ide Baru Meningkatkan Produksi, Pengolahan, Penyimpanan, Pemasaran, Pangan dan Gizi Antar Lahan Usahatani dalam Wilayah Perkembangan Pembangunan Pertanian I, I I dan 111
116 lanjutan
Nyata pada p 0.05 dan
I
Ri - Rj
I
= 36.5 103
a = Wilayah perkembangan pembangunan pertanian I11 b = Wilayah perkembangan pembangunan pertanian I c = Wilayah perkembangan pembangunan pertanian it A = Meningkatkan produksi
B = Penguasaan hasil C = Penyimpanan hasil D = Pemasaran hasil E = Pangall dan gizi
KO
= Kognitif Af = Afektip Ps = Psikomotorik
117
2. Perilaku petani kawasan kognitif, afektif dan psikomotorik antara lahan usahatani pada petani wilayah perkembangan pembangunan pertanian I11 untuk beberapa kasus tidak berbeda sebagaimana halnya pada petani wilayah I. Berbedanya hierarki perilaku tersebut bila hierarkinya lebih rendah dari hierarki minimal. Implikasi hasil penelitian ini menunjukkan bahwa petani tanggap pada ide baru d iversifikasi usahatani horisontal (peningkatan produksi, pengolahan hasil, penyimpanan hasil, pemasaran, pangan dan gizi), dengan hierarki yang bervariasi. lnformasi ini menunjukkan bahwa dibutuhkannya penyuluhan yang berbeda antar wilayah perkembangan pembangunan pertanian I, I1 dan 111. Penyuluhan pembangunan pertanian bagi petani wilayah 111 dan di beberapa kasus pada petani wilayah 11 yang hierarki perilaku mereka datam menerima ide baru masih rendah, diperlukan penyuluhan untuk menjadikan petani setidaknya tahu mensetitesis (merancang, mengkombinasi, menata) mau menyusun (merumuskan, mengatur, menyesuaikan) dan bisa mengadaptasikan (mendemonstrasikan, menampilkan).
Hierarki kawasan perilaku tersebut merupakan indikasi sasaran pe-
nyuluhan, yang minimal dicapai agar perilaku fungsi pengusahaan usahatani mulai berubah di wilayah tersebut. Selanjutnya bagi petani wilayah I dan sebagian besar petani wilayah 11 yang hierarki perilakunya cukup tinggi dan homogen antar lahan. masih bisa ditingkatkan.
Peningkatan tersebut sampai petani tahu menilai (meng-
kritik. merivisi, mempertahankan), menghayati (mengamalkan) dan bisa mencipta (memperbaiki, membimbing pengembangan) terhadap ide baru yang diterimanya. Indikasi ini merupakan kebutuhan pula bagi petani wilayah 111 setelah mereka berada pada kemampuan hierarki perilaku minimal dalam menerapkan ide baru.
Produktivitas Usahatani
Informasi dari berbagai kajian pustaka menunjukkan bahwa berubahnya produktivitas usahatani karena dorongan dar i dalam dan dari luar petani. Perubahan dari petani sendiri yang meningkatkan produktivitasnya, karena mereka tahu, mau dan mampu menggunakan ide baru pada sumberdaya lahan dengan berbagai dorongan dan dukungan luar. Meningkatnya produktivitas usahatani akan lebih memungkinkan bagi petani untuk memenuhi kebutuhan guna meningkatkan kualitas hidup. Diadakannya penyuluhan pertanian (Anonim, 1951) pada awalnya karena petani sulit menerima ide baru perbaikan usahatani. Kalaupun petani menerima, ternyata hail yang diperoleh masih jauh tebih rendah dari potensi. Untuk itu dilakukan penyuluhan. yang diantara keberhasilannya adalah meningkatnya produktivitas usahatani, yaitu meningkatnya hasil dan mutu usahatani, Keberhasilan itu merupakan ciri penyuluhan pertanian. Lingkup penyuluhan sendiri menurut Mosher (1966) maupun Padmanagara dalam Margono Slamet (1975) adalah bertani yang lebih baik. berusahatani yang lebih menguntungkan dan kehidupan yang lebih sejahtera. Weitz (1971). Harman dalam Korten dan Klaus (1984) dan van de Ban ( 1988) mengemukakan bahwa
usahatani adalah usaha yang berkelanjutan. Usahanya
pertama bisa bersifat monokultur dengan sasaran meningkatkan produksi, kemudian meningkat pada aneka usahatani yang masih beroreintasi produksi. Sedangkan pada petani maju, mereka mengusahakan peningkatan produksi, pengolahan hasil sampai pada pemasaran hasil atas pertimbangan yang lebih menguntungkan. Dalam kaitan ini Shaner et a1 ( 198 1) maupun Kubo dalam Wong (1982) menyatakan bahwa
produktivitas usahatani tnencakup hasil kegiatan di dalam usaha untuk meningkatkan produksi dan menggunakan produksi. Adanya diversifikasi usahatani menurut Mosher dalanl Leagans dan Loomis ( 197 1 )
maupun Shaner et nl (198 1) merupakan indikasi makin majunya petani
119 Petani kalau hanya menyelenggarakan diversifikasi usahatani saja menurut Rogers (1960), Mosher (1969) dan Ogura (1970) belum cukup dianggap petani maju. Hal ini karena petani maju adalah yang dinamis dalam menggunakan ide baru pada sumberdaya lahan dengan aneka usahatani dan progresif menyesuaikan usaha dengan kebutuhan pasar. Informasi yang dikemukakan menunjukkan produktivitas usahatani merupakan salah satu indikasi kemajuan petani, yang bisa di lihat dari berapa banyak ide baru materi perbaikan usahatani pra penan yang diselenggarakan, selanjutnya berapa banyak pula perbaikan pasca panen serta h a i l produksi yang dicapai. Informasi hasil penelitian menunjukkan bahwa produktivitas usahatani ber-
variasi antara berbagai perkembangan pembangunan pertanian Indonesia. Variasi tersebut seperti dikemukakan pada Lampiran 6. Untuk mengetahui tingkat perbedaan produktivitas usakatani, dilakukan analisis dengan uji Kruskal - Wallis (Gibbons. 1975). Selanjutnya untuk mengetahui mana yang berbeda, dilakukan uji Multiple Comparisons (Gibbons, 1975). lnformasi hasil penelitian terdiri atas (I) produktivitas usahatani pra panen. produktivitas usahatani paxa panen dan hasil produksi. Produktivitas Usahatani Pra Panen. Produktivitas usahatani pra panen adalah tingkat diterima dan digunakannya ide baru perbaikan usahatani yang mencakup: penggunaan benih/ bibit anjuran. penggunaan pupuk atau pakan yang tepat, pengendalian hama dan penyakit secara terpadu, menggunakan air secara optimal dan perbaikan cara pengelolaan usahatani. Dari li~naperbaikan pra panen tersebut, ternyata banyakilya perbaikan bervariasi antar wilayah. Petani wilayah 111 menerapkan ide baru pra penan (dalam persen) adalah 17.0 : 25.2 ; 30.4 : 27.4 dan 0 , berikut 0 ; 0 ; 17.0; 43.3 dan 39.3 pada petan1 wilayah 11. sedangkan pada petani wilayah I adalah 0 ;0 : 0, 0: dan 100.
120 Dari informasi banyaknya ide baru perbaikan usahatani menunjukkan bahwa petani wilayah I telah menggunakan ide baru pra panen secara penuh dan merata, petani wilayah I I menggunakan tiga sampai l ima macam usaha (penuh), sedangkan petani wilayah I dari mulai satu sampai empat usaha (belum penuh). Kompilasi hasil analisis bagaimana perbandingan penerapan ide baru pada tiga wilayah dan sernbilan lahan usahatani, dikemukakan pada Tabel 9. Dari Tabel tersebut menginformasikan bahwa produktivitas pra panen untuk tiga komoditas utama dalam memenuhi kebutuhan hidup pada petani wilayah I telah diterapkan secara penuh dan berbeda dengan petani di wilayah 111 yang baru menerapkan hanya lakukan. Sedangkan terhadap petani wilayah 11 yang berbeda hanyalah dengan petani lahan pantai dan irigasi hilir. Petani wilayah I1 sendiri disamping produktivitas usahatani lebih tinggi petani wilayah 111, sebagian besar juga berbeda. Penggunaan ide baru pra panen antar lahan dalam satu variasi pembangunan pertanian dengan kompilasi hasil analisis dikemukakan pada Tabel 10. Pada Tabel tersebut menginformasikan bahwa pada petani wilayah I keadaannya homogen dan semuanya tinggi. Pada petani wilayah 11 bervariasi dan yang terendah pada petani pantai dan kering hulu. Sedangkan pada petani wilayah 111 sangat bervariasi clan yang terendah pada petani lahan lebak (bonrowo) dan petani lahan kering hulu.
Produktivitas Usahatani Pasca Panen
Produktivitas paca panen terdiri sebelas indikator digunakannya ide baru perbaikan usahatani. yaitu sejak panen sarnpai mengkonsumsi hasil. lndikator tersebut adalah: saat panen. pemilihan hasil, pembersihan hasil. pengawetan hasil. pengepakan, ikut asosiasi pemasaran. ketepatan waktu memasarkan, kebersamaan yang sepadan dengan pembeli. makanan tambahan bagi anak Balita. menu makan dan cara memasak.
Tabel 9.
Kompilasi Hasil Analisis Produktivitas Usahatani Pra Panen, Pasca Panen dan Hasil Produksi Usahatani Antar Wilayah Perkernbangan Pembangunan Pertanian I, I1 dan I11
Nyata pada p = 0.05
1
Ri - Rj
I
= nilai beda = 9.4252
Keterangan: A
= Pra panen, B = Pasca panen, C = Produksi
Hi = DAS hilir, terdiri atas: 1 = pantai, 2 = pasang surut, 3 = kering, 4 = tadah hujan dan 5 = irigasi.
Hu= DAS hulu, terdiri atas : 6 hujan dan 9 = irigasi.
=
lebak, 7 = kering, 8 = tadah
Tabel 10. Kompilasi Hasil Analisis Produktivitas Usahatani Pra Panen. Pasca Panen dan Hasil Produksi Usahatani Antar Lohan d a l m Wilayah Perkembangan Pembangunan Pertanian 1, I1 dan Ill
Keterangan: A = Produktivitas usahatani pra panen, B = Produktivitas usahatani pasca panen. C = Produksi persatuan luas.
123 Banyaknya materi perbaikan pacsa panan pada petani wilayah 111: antara satu sampai enam macam, petani wilayah 11: lima sampai sebelas (penuh) macam dan petani wilayah I: delapan sampai sebelas (penuh) macam. Produktivitas usahatani pasca panen antar wilayah seperti dikemukakan pada kompilasi hasil anafisis Tabel 9. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa petani di wilayah I dengan produktivitas paca panen lebih tinggi dan berbeda dengan petani wilayah 111, berikut terhadap petani wilayah I1 yang berbeda hanya dengan usahatani komoditas ke dua dan ke tiga, sedangkan pada komoditas pertama tidak berbeda. Produktivitas pasca panen pada petani wilayah I1 lebih tinggi dari petani wilayah 111 dan berbeda untuk komoditas pertama dan ke dua, untuk komoditas ke tiga sebagian besar juga berbeda. Produktivitas pasca panen antar petani dalam satu variasi perkembangan pembangunan pertanian bervariasi seperti yang dikemukakan pada TabeI 10. Pada wilayah 111 untuk komoditas pertama yang terendah pada petani lahan lebak dan lahan kering hulu dan untuk komoditas ke dua yang terendah pada petani lahan pasang surut dan kering hulu. sedangkan untuk komoditas ke tiga bervariasi. Pada wilayah I 1 yang terendah untuk komoditas pertama dan ke dua pada petani lahan
ir igasi h il ir dan lebak (bonorowo), untuk komoditas ke tiga bervariasi. Sedangkan untuk petani wilayah 1 yang tertinggi pada petani lahan tadah hujan dan irigasi hulu.
Secara keseluruhan produktivitas pasca panen yang terendah adalah pada petani lahan lebak (bonorowo). Hal ini menurut informasi petani karena keterbatasan lahan (sumberdaya alam) yang umumnya belum dapat dikuasai oleh petani dan ide baru yang belum tersedia khususnya dalam spesifik lokasi.
Hasil Produksi
Produksi tiga komoditas usahatani utama yang diusahakan petani bervariasi diband ingkan dengan produksi tahun sebelumnya. Variasi tersebut dengan katagori turun ( I), tetap (2) naik sampai 10 persen (3) dan naik lebih 10 persen (4). Dengan penggolongan tersebut diperoleh rentang banyaknya yang satu, dua. tiga dan empat (dalam persentasi), yaitu wilayah 111 masing - masing 13.4 ; 32.9: 34.8 dan 18.9, pada wilayah I I masing - masing 0; 2 1.5 ; 50.7 :dan 27.8 sedangkan pada wilayah 111 adalah 0 : 0: 47.1 dan 52.9 lnformasi tersebut menunjukkan bahwa hanya di
wilayah I11 yang terjadi penurunan, pada wilayah I l masih ada yang tetap, sedangkan pada wilayah I semuanya naik. Dari hasil analisis pada Tabel 9 menunjukkan bahwa kenaikan produksi pada tiga komoditas usahatani utama di wilayah I hampir semuanya lebih tinggi dan berbeda dengan petani wilayah 111, kecuali untuk petani lahan kering hilir dan lahan tadah hujan. Terhadap wilayah II yang berbeda hanya dengan petani lahan irigasi hilir dan pantai. Petani wilayah I1 hampir semuanya lebih tinggi persentasi kenaikan produksinya dibandingkan dengan petani wilayah I11 kecuali terhadap petani pasang surut dan petani lahan pantai. Kenaikan produksi usahatani pada ke tiga komoditas utama yang diusahakan oleh petani antar lahan dalam satu variasi perkembangan pembangunan pertanian dikemukakan pada Tabel 10.
Petani wilayah I tidak berbeda atau relatif homogen.
Pada petani wilayah I I yang terendah kenaikan produksi usahataninya hanya pada lahan irigasi DAS hilir daii berbeda dengan beberapa lahan lainnya.
Sedangkan
pada petani wilayah Ill yang terendah pada lahan lebak (bonorowo) dan kering hulu yang berbeda dengan beberapa lahan lainnya.
125
Implikasi dari infonnasi hasil penelitian bertolak dari bervariasinya penggunaan ide baru perbaikan usahatani pra panen yang menjadikan bervariasinya pula produksi yang dicapai, berikut ha1 yang relatif sama pada perlakuan pasca panen, kesemuanmya membutuhkan variasi penyuluhan pada pembinaan petani. Perbaikan usahatani pra panen untuk petani wilayah 111 memerlukan pembinaan pada semua unsur pra panen di semua komoditas usahatani. Untuk petani wilayah
I1 walaupun telah menggunakan minimal tiga dari lima unsur pra panen masih perlu pembinaan agar menerapkan seeara penuh seperti halnya pada petani wilayah I. Penanganan pasca panen yaitu sejak panen sampai mengkonsumsi hasil masih belum sempurna pada semua wilayah.
lndikasi ini menunjukkan perlunya memper-
kuat penyuluhan pasca panen, khususnya dalam pemasaran hasil usahatani walupun untuk wilayah I dan sebagian besar wilayah I1 telah banyak upaya yang dijalankan. Kemajuan dalam pemasaran hasil seperti di wilayah I dan wilayah I1 antara lain adanya hubungan anak-bapak angkat antara Perhimpunan Petani Tambak (PPT) dengan PT Udang Windu dan Perkumpulan Petani Serat dengan PT Perkebunan XVII. Perhimpunan Petani Sapi Perah (PPSP) di wilayah I dengan Perusahaan Susu Nestle Australia, Asosiasi petani jamur dengan pengusaha jamur Kompignon dari Korea. Sedangkan di wilayah 111 masih dalam batas kemampuan K U D untuk tanaman pangan dan pasar bebas (tradisonal) pada komoditas karet dan rotan. Hal ini mengisyaratkan perlunya penyuluhan pemasaran yang lebih intensip bagi petani wilayah I1 1 yang d iawal i dengan mengadakan sistem bapak angkat. Produktivitas usahatani akan homogen antar lahan, bila setidaknya 80 persen usaha pra panen telah dilakukan, pada pasca panen bila telah dilakukaa 77 persen, sedangkan untuk hail produksi minimal naik 10 persen. Indikasi ini dapat dijadikan sasaran antara dalam upaya pemerataan pembangunan pertanian, sebelum tercapailiya sasaran materi penyuluhan secara keseluruhan.
Produktivitas Petani
Infonnasi dad kqjian pustaka menunjukkan bahwa produktivitas petani adalah kemampuan petani untuk memutuskan pilihan ide baru perbaikan usahatani yang meningkatkan kualitas hidupnya. Untuk itu diperlukan kemampuan memilih dan menggunakan sumberdaya yang mendorong perbaikan usahatani dan penggunaan hasil usahatani. Indikasi produktivitas petani tersebut merupakan indikasi perubahan petani subsisten menjadi petani komersial yang kualitas hidupnya lebih meningkat. Rogers (1969) maupun Weitz (1971) mengemukakan bahwa produktivitas petani harus ditingkatkan agar mereka mampu menggunakan sumberdaya dan kesempatan berusaha. Dari produktivitas petani tersebut, menempatkan petani sejajar dengan kemajuan masyarakat lain. Produktivitas petani (orang) menurut Apps (1973) maupun Freire (1974) bisa berubah melalui proses belajar. Hasil proses belajar itu mengubah dasar pertimbangan menerima ide baru dari bagaimana melakukan (hanya sebagai pelaksana) menjadi kenapa dilakukan (sebagai pelaksana dan manajer usaha). Dalam kaitan ini, Lerner (1983) menyatakan bahwa berubahnya masyarakt tradisional menjadi masyarakat maju ditandai oleh berubahnya apa yang menjadi keputusan pertimbangan dalam berusaha.
Pertimbangan tersebut dari ber-
oreintasi pada bagaimana mengoperasionalkan menjadi kenapa dilakukan. Dikemukakan pula bahwa masyarakat yang maju yang mendorong perubahan karena keuntungan yang diperoleh untuk perbaikan hidup bukan karena dorongan sarana maupun prasarana yang mendukung usaha. Dalam kaitan produktivitas petani, Morgan er a1 (1963) maupun van de Ban dan Hawkins (1988) mengemukakan bahwa untuk apa hasil usaha itu digunakan adalah merupakan produktivitas sebagai akibat proses belajar.
Lebih lanjut dike-
mukakan bahwa pada petani (masyarakat) trad isional umumnya hanya untuk kebutuhan dasar, sedangkan pada petani maju untuk pengembangan usaha.
127 Ke dua informasi yang telah dikemukakan sejalan dengan prinsip hidup petani rasional dalam berusahatani yang dikemukakan oleh Popkin (I 978), bukannya petani dengan prinsip mendahulukan selamat seperti yang dikemukakan oleh Scott (1967). Hayami dan Kawagoe ( 1993) menyatakan indikasi yang dikemukakan oleh Scott sebagai aliran pesimistis, sedangkan yang dikemukakan oleh Popkin adalah aliran optimistis. Dikemukakan pula bahwa petani dibina menjadi optimis antara lain berusahatani untuk mengembangkan usaha berorientasi agribisnis dan bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri (subsisten). Rogers dan Shoemaker (1 97 1) mengemukakan bahwa sebagai pertimbangan keputusan petani meneri~naide baru adalah: sesuai tata nilai, tidak rumit, mudah dicoba, hasilnya cepat dilihat dan bagi petani komersial karena relatif untung. Pertimbangan tersebut didorong oleh: iklim cocok, lahan memungkinkan, sarana tersedia, subsidi harga dan promosi penyuluh. Penggunaan hasil usahatani menurut Scott (1967) adalah untuk memenuhi kebutuhan keiuarga dan bila berlebih untuk kegiatan keseimbangan harmonisnya bermasyarakat.
Sedangkan Popkin (1978) me-
nyatakan penggunaan hasil usahatani untuk pengembangan usaha. Bag i petani Indonesia, sebagaimaana dikemukakan pada GBHN 1993 adalah petani mandiri dengan kemajuan yang seimbang antara pertanian dengan industri. Untuk ini petani adalah fungsi pengusahaan usahatani, bukan hanya sebagai fungsi juru tani. Produktivitas petani merupakan indikasi apakah masih petani subsisten, yaitu memutuskan pertimbangan menerima ide baru karena bagaimana melakukan ataukah karena kenapa dilakukan. Berikut yang mendorong diterimanya ide baru karena tersedianya sumberdaya alam dan sarana usahatani ataukah karena peluang pengembangannya. A khirnya untuk apa hasil usahatani itu apakah untuk pemenuhan kebutuhan keluarga saja ataukah untuk pengembangan usaha
.
128 Informasi husil penelitiun menunjukkan bahwa keputusan petani menerima
ide baru perbaikan usahatani terdiri atas: pertimbangan keputusan petani untuk menerima ide baru, kemud ian sumberdaya pendorong diterimanya ide baru perbaikan usahatani serta penggunaan hasil usahatani dalam kehidupan yang lebih berkualitas.
Pertin~banganKeputusan Petani Menerima Ide Baru Informasi tentang pertimbangan petani menerima ide baru perbaikan usahatani dikemukakan pada Lampiran 7. Bertolak dari data tersebut diperoleh kompilasi pertimbangan petani untuk memutuskan diterimanya ide baru perbaikan usahatani. lndikasi pertimbangan adalah sesuai tata nilai, tidak rumit, mudah dicoba, hasil cepat dilihat dan relatif untung. Perioritas yang menjadi pertirnbangan petani ternyata berbeda antara petani di wilayah perkembangan pembangunan pertanian I, I1 dan I 11. Pada wilayah I I I untuk masing - masing katagori adalah 57 persen sesuai tata nilai, 63 persen karena tidak rumit, 65 persen karena hasil cepat terlihat, 58 persen karena mudah dicoba dan 20 persen karena relatif untung. wilayah 11 u n t u k materi yang sama masing
Pada petani
- masing 60,60, 36, 65 dan
berikut pada petani wilayah I adalah 4, 57. 37. 71 dan 78 persen.
78,
Informasi ini
menurijukkan bahwa petani wilayah I dan 11 lebih banyak pada keuntungan yang akan diperoleh dan cenderung pada pertimbangan kenapa diusahakan, sedangkan pada petani wilayah 111 lebih pada sesuai tata nilai dan mudah dicoba atau cenderung pada pertimbangan bagaimana melakukan. Untuk tnengetahui apakah antar wilayah perkembangan pembangunan per-
tanian itu produktivitas petani sama di dalam pertimbangan keputusan menerima ide baru perbaikan usahatani, dilakukan uji beda. Disamping itu dilakukan pula uji beda antar lahan dalam satu wilayah pembangunan pertanian.
Kompilasi hail analisis produktivitas petani dalam pertimbangan menerima ide baru perbaikan usahatani antar wilayah perkembangan pembangunan pertanian I. I1 dan 111 dikemukakan pada Tabel 1 1.
Tabel 11.
IL
Kompilasi Hasil Analisis Produktivitas Petani dalam Penimbangan Menerima Ide Baru Perbaikan Usahatani antar Wila?wh Perkernbangan Pembangunan Pertanian I , I1 dan I1i
Komditas P e r t a n
i
I
i
I
I
nil
11 I~ecia
Nyata pada p = 0.05
I
1
KoPoditae Kedua
l i l 1111
Ri - Rj
i
I
I
I
i
I
I
I
Komoiditas Ketiga
i
I
i
I
I
l i l 11
IB-
= nilai beda = 9.4252
Keterangan: H i = DAS hiiir. terdiri atas 1 = lahan pantai, 2 = pasang surut. 3 = kering, 4 = tadah hujan dan 5 = irigasi. H u = DAS hulu, terdiri atas 6 = lebak, 7 = kering, 8 = tadah hujan dan 9 = irigasi
Kompilasi hasil analisis pada Tabel 11 memberikan informasi bahwa produktivitas petani wilayah I dan I1 lebih tinggi dan berbeda dengan petani wilayah 111 dalam pertimbangan keputusan menerima ide baru perbaikan usahatani.
I
Keadaan produktivitas petani dalam pertimbangan keputusan menerima ide baru perbaikan usahatani antar !ahan dalam satu wilayah perkembangan pembangunan pertanian, dengan kumpilasi hasil analisis dikemukakan pada Tabel 12. Tabel 12.
1
/
Kompilasi Hasi! Analisis Produktivitas Petani dalam Pertimbangan Menerima Ide Baru Perbaikan Usahatani Antar Lahan dalam Wilayah Perkembangan Pembangsrnan Pertanian 1, I! dan 111.
Daerah Aliran Sungri
([US)
il
Hilir
Nyata pada p = 0.05 =
I
Ri - Rj
I
= nilai beda = 36.5 103
Pertimbangan petani antar lahan dalam satu wilayah perkembangan pembangunan pertanian seperti dikemukakan pada Tabel 12, ternyata bervariasi. Pada petani wilayah i dan sebagian besar petani wilayah 11 pertimbangan mereka homogen yaitu didasarkan pada relatif lebih untung dan mudah dicoba. Sedangkan pada petani w ilayah I I I pertimbangan mereka heterogen dan lebih didasarkan pada hasil cepat
terlihat dan tidak rumit.
Sumberdaya Pendcrrong Petani Menerima I& Baru
Sumberdaya pendorong diterimanya ide baru perbaikan usahatani adalah: (1) iklim yang cocok, (2) lahan yang memungkinkan, (3) tersedianya sarana dan modal usaha,(4) harga yang menarik (5) penyuluhan pertanian, dan (6) promosi. i n f m i tentang pertimbangan sumberdaya pendorong petani menerima ide baru dikemukidcan pada Lampiran 7. Kompilasi pada Lampiran 7 menunjukkan pernyataan petani yang untuk wilayah 111 mereka menerima ide baru karena lahan memungkinkan (100 persen), tersedianya sarana dan modal usaha (90 persen) dan iklim yang cocok (87 persen). Berikut yang cukup menjadi pertimbangan pula adalah adanya promosi bukan dari penyuluhan pertanian (71 persen), sedangkan harga dan penyuluhan relatif kecil yaitu masing - masing 57 persen dan 45 persen. Petani wilayah 11, 97 persen menyatakan yang mendotong mereka untuk menerima ide baru perbaikan usahatani karena harga pasar yang menguntungkan, pada petani wilayah I unsur tersebut 98 persen. Unsur lainnya pada petani wilayah 11 adalah penyuluhan (91 persen), promosi 69 persen, lahan yang memungkinkan 61 persen, tersedianya sarana dan modal 63 persen dan terendah iklim yang cocok 54 persen. Pada petani wilayah 1 unsur yang besar dorongannya selain harga pasar adalah penyuluhan 84 persen, lainnya jauh lebih kecil yaitu sarana dan modal 69 persen,
lahan yang cocok 61 persen, iklim yang cocok 5 1 persen dan promosi 50 persen. Secara keseluruhan petani wilayah I11 dalam menerima ide baru perbaikan usahatani lebih didorong oleh kemampuan lahan usahatani, iklim dan tersedianya sarana produksi, sedangkan petani wilayah I dan petani wilayah I1 lebih didorong oleh harga pasar dan aktivitas penyuluhan. Petani wilayah 111 lebih terdorong oleh bagaimana menggunakan ide baru bila digunakan sedangkan pada petani wilayah 1
dan petani wilayah I1 lebih di dorong oleh untuk apa ide baru itu.
Penggunaan Hasil Usahatani
Penggunaan hasil usahatani dihubungkan dengan kebutuhan hidup petani mencakup untuk (I) kecukupan pangan, (2) kepantasan pakaian, (3) perbaikan tempa tinggal, (4) pendidikan keluarga, (5).kesehatan keluarga, dan (6) modal usaha. Frekuensi banyaknya unsur penggunaan hasil usahatani menurut petani, dikemukakan pada Lampiran 7. Dari enam unsur tersebut, pendidikan dan modal usaha merupakan indikasi kemajuan petani. Petani wilayah I l l menggunakan hasil usahataninya 100 persen untuk pemenuhan kecukupan pangan keluarga, 72 persen untuk perbaikan tempat tinggal, 67 persen untuk kesehatan, 65 persen untuk pendidikan keluarga dan 57 persen untuk pakaian. Sedangkan untuk kebutuhan lainnya, yaitu untuk modal usahatani kurang dari 1 persen.
Hasil usahatani bagi petani wilayah I1 digunakan untuk pen-
didikan dan kesehatan keluarga dengan porsi yang sama (100 persen), berikut untuk modal usaha 90 persen. Sedangkan yang lain porsinya kecil, yaitu untuk perbaikan tempat tinggal 43 persen. kecukupan pangan 27 persen dan pakaian 23 persen. Penggunaan hasil usahatani oleh petani wilayah I untuk pendidikan dan kesehatan sama besar yaitu 100 persen, kemudian untuk modal usaha 91 persen. Peruntukan lainnya adalah perbaikan tempat tinggal44 persen, kecukupan pangan dan pakaian masing - masing 22 persen dan 2 1 persen. Secara keseluruhan terdapat perbedaan antara petani wilayah I dan petani wilayah I1 terhadap petani wilayah 111. Pada petani wilayah 111 penggunaan hasil usahatani didominasi untuk kecukupan pangan keluarga (100 persen), sedangkan pada petani wilayah I maupun pada petani wilayah I1 penggunaannya didominasi untuk pemenuhan kebutuhan pendidikan keluarga (100 persen), kebutuhan kesehatan
keluarga (100 persen) dan modal pengembangan usahatani (90 persen).
133 Implikasi dun hasil penelitian ini ialah bertolak dari berbedanya produktivitas petani antar wilayah, maka untuk itu dibutuhkan adanya variasi dalam pembinaan. Keadaan produktivitas petani dengan berbagai variasi indikasi dalam menerima ide baru seperti dikemukakan pada Tabel 13. Tabel 13. Produktivitas Petani dalam Menerima dan Menggunakan I& Baru
Produktivitas Petani Wilayah Dasar Pert imbangan
Sumberdaya Pendorong
-
Penggunaan Hasil Usahatani
I11
Hasil cepat terlihat Sesuai t a t . nilai
Lahan mungkin Sarana usaha Iklim
Kecukupan pangan Perbaikan tempat tinggal
II
Relatif lebih untung Mudah dicoba
Harga pasar Penyuluhan
Pendidikan keluarga Kesehatan Modal usaha
I
Relatif lebih untung Mudah dicoba
Harga pasar Penyuluhan
Pendidikan keluarga Kesehatan Modal usaha
r
A
Petani wilayah 111 mendasari pertimbangan menerima ide baru pada bagaimana melakukan sedangkan petani wilayah I dan I1 pada kenapa dilakukan. Hal ini berlanjut pada apa yang mendorong petani menerima ide baru dan untuk apa hasil usahatani itu digunakan. Keadaan ini menghendaki penyuluhan pada petani wilayah 111 berlangsung dalam: penyuluhan untuk petani, sedangkan pada petani wilayah I
dan I1 dalam: penyuluhan bersama petani. Petani wilayah Ill membutuhakn penyuluhan dalam memperoleh modal usaha dan pemasaran hasil, sedangkan petani wilayah I dan I1 membutuhkan penyuluhan pengembangan modal usahatani.
Pendorong Perilaku Petani
Infonnasi dun b j h n pustaka menunjukkan bahwa perubahan perilaku petani dapat didorong oleh pendidikan petani, banyaknya sumber informasi usahatani yang diterima, banyaknya alat baru perbaikan usahatani dan kebersamaan dengan penyuluh non pertanian. Peran Pend idikan menurut Apps (1973), Freire (1974) maupun Bidle dan Bidle (1985) dapat menutnbuhkan kemauan menerima perubahan dan keterbukaan pada luar. Sejalan dengan itu menurut Booth dan Mc Cawley (1982) bahwa kelambatan berhasilnya pembangunan pertanian Sistem PUL di Indonesia karena lebih 30 persen petani masih buta huruf. Dengan sistem yang hampir sama, Mexico berhasil mempercepat penyebaran ide baru karena petani yang buta huruf kurang dari 10 persen. Informasi diatas mengemukakan besarnya dorongan pendidikan namun beium mengemukakan tingkat pendidikan yang baik untuk petani. Dalam ha1 informasi bagi petani, Blake dan Bates dalam Kamath (1961) maupun Mc Anany dalam Mc Anany (1980) menyatakan bahwa banyaknya informasi yang diperoleh, bermanfaat untuk menambah wawasan pengetahuan karena banyaknya kasus perbandingan dalam memutuskan pilihan. Dalam kaitan ini, Allen (1958) maupun Hagen (1962) mengemukakan bahwa petani mau menerima ide baru karena peran media massa radio, terbitan khusus usahatani, film dan surat kabar yang mengemukakan kasus-kasus keberhasilan pembangunan. Ditambahkan bahwa petani maju berusahatani didasari oleh hasil - hasil penelitian, sedang media massa sebagai pengetahuan perbandingan. Di Indonesia, tujuan adanya media massa untuk menjadikan masyarakat informatif, yaitu menggunkan informasi sebagai nilai tambah untuk meningkatkan harkat dan martabat hidupnya. Untuk itu diselenggarakan pembinaan antara lain dengan melalui Kelompencapir (kelompok pendengar, pembaca dan pemirsa). Petani maju membutuhkan informasi, namun informasi diatas belum rnengemukakan berapa banyak sumber infortnasi yang diharapkan.
135 Adanya peralatan baru berusahatani, perannya menurut Havelock (1969) sebagai sarana usaha dan alat peraga penyuluhan.
Hal ini sejalan dengan aktivitas
peny uluhan belajar sambil bebuat. Sedangkan Weitz (197 1) dan Maunder (I 978) menyatakan bahwa petani tidak hanya membutuhkan pelayanan informasi, tetapi bila sudah tahu maka mereka membutuhkan pula sarana untuk mempraktekkan. Sejalan dengan informasi diatas, Cuyno dalam Rahim dan Middleton (1977) menegaskan bahwa digunakannya informasi dan didukung oleh sarana (bahan dan alat) mempercepat proses penerimaan ide baru.
Berbagai informasi diatas yang belum di-
ungkapkan adalah banyaknya alat baru dan cara memperolehnya. Petani hidup bersama dengan banyak fihak sesuai profesinya maupun sebagai warga masyarakat. Dalam kaitan penyuluhan pembangunan Pertanian, Axinn (1988) mengemukakan bahwa tujuan akhir penyuluhan bagi p e i n i sama dengan tujuan akhir pada penyuluhan pedesaan maupun penyuluhan koperasi, yang membedakan hanya fokus materi kegiatan.
Carpenter dalarn Vines dan Anderson (1976) mengemuka-
kan bahwa penyuluh yang membina petani itu tidak hanya terbatas pada usahatani berproduksi, tetapi juga bagaimana memanfaatkan hasil. Untuk itu penyuluh berkerjasama dengan penyuluh lain dalam membina petani. Menurut Hassan (1986) bahwa aktivitas penyuluh tidak cukup sampai diterimanya ide baru meningkatkan produksi produksi, tetapi juga dampaknya terhadap kehidupan petani. lnformasi yang telah dikemukakan adalah perlunya kebersamaan antar penyuluh dan materi yang disuluhkan itu berkelanjutan dalam membina kehidupan petani. Yang masih belum d iungkapkan oleh berbagai informasi diatas adalah bentuk kebersamaan petani dengan sejumlah penyuluh itu dalam kaitannya dengan perubahan perilaku petani, baik dalam perubahan untuk meningkatkan produksi maupun untuk pemasaran h a i l usahatani.
136
Inforrnasi dari hasil penelitian menunjukkan bahwa yang menjadi pendorong berubahnya perilaku petani di dalam berusahatani, dikelompokkan pada perilaku untuk meningkatkan produksi dan perilaku pemasaran hasil usahatani. Dikemukakannya ke dua unsur tersebut sekaligus untuk mengetahui apakah petani beroreintasi pada pemenuhan kebutuhan sendiri saja (petani subsisten) atau berorientasi pada kebutuhan pasar (petani komersial). Selain upaya penyuluhan, perubahan perilaku petani didorong oleh : (1) pendidikan formal bapak tani, (2) pendidikan formal ibu tani, (3) sumber informasi yang diterima, (4) alat baru berusahatani dan (5) kebersamaan petani dengan penyuluh non pertanian, yaitu seperti dikemukakan pada Lampiran 5.
Rentang sumberdaya pen-
dorong tersebut seperti pada Tabel 14. Tabel 14. Sumberdaya Pendorong Perubahan Perilaku Petani t
Perkem Pemb. Pert.
Pendidikan Bapak tani
Pendidikan Ibu tani
Banyaknya Sumber Informasi
AlatBaru Berusahatani
1 I1 111
2-8 1-7 1-6
1-8 1-6 1-6
4 3-4 2-3
2-3 2-3 1-3
BersamaPepenyuluh non Pertanian 6 6 6
Keterangan: (1)
: Pendidikan bapak dan ibu tani: 1 = bisa baca tulis atau SD tidak tamat: 2 = lulus SD; 3 = SLP tidak tamat; 4 = Lulus SLP; 5 = SLA tidak tamat; 6 = lulus SLA; 7 = Sarjana
Muda; 8 = Sarjana.
(2)
: Sumber informasi dari: radio, TV, terbitan BIP, KMD
(3)
: Alat baru perbaikan usahatani dari: usaha keluarga tani, usaha
(4)
: Petani bersama penyuluh non pertanian yaitu dengan Kader
kelompoktani, tempat kegiatan berkelompok. Pembangunan Desa (PKD) Penyuluh Sosial, Penyuluh Kesehatan, Penyuluh Hukum, Penyuluh industri. Petugas Konsultasi Koperasi Lapangan (PKKL).
Seberapa jauh sumberdaya pendorong perubahan petani mempunyai hubungan dengan perilaku petani pada kawasan kognitif meningkatkan produksi dan pemasaran hasil usahatani, dilakukan uji hubungan menurut Spearman (Gibbons,
1975). Kumpilasi hasil uji hubungan dikemukakan pada Tabel 15. Tabel 15. Hubungan Berbagai Sumberdaya Pendorong Perubahan Kognitif Petani dalam Meningkatkan Produksi dan Pemasaran Hasil Usahatani pada W ilayah Perkembangan Pembangunan Pertanian I, I1 dan 111.
Wilayah Perkem. Pemb. Pert I Pendorong Perubahan Mening- Pemasar Perilaku katkan an . Petanl Hasil Produksi Pendidikan Formal : * 1.92: a. Bapak 1.93, 1.87 1.91 b. Ibu Ban aknya suder Infomasi 3.00*** 4-36,,, Alat baru Perbaikan 1.94* Usahatan1 1.77* Bersama 4.70.,, ~erzanlan Pen gon 4.72,,,
Wilayah Perkem. Pemb. Pert. I1 Mening- Pemasar katkan an HaProsll duksi 1.93: 1.85
***
Wilayah Perkem Pemb. Pert.111 Mening Pemasar katkan an Pro- Hasil duksi
**
1.95: 1.72
2.22,, 2.55
4-00
3.17*** 1.90*
2.16**
1-95*
*+
2-44,, 2.46
1.88*
2.38** 2.88***
4.71++* 4.19*** 1.86*
3.82***.
Keterangan: Jumlah responden (n) adalah 90, sedang nilai kritik tabel Spearman maksimal 30 sehingga dilakukan transformasi hasil analisis k e dalam Tabel Z (Gibbons, 1975) dengan rumus:
ZH = Koefisien korelasi peringkat Spearman yang dikonversi dalam tabei 2. ZT untuk ar
,,,, = 1.64 a ,,
* = Hubungan nyata pada ar dan *** = nyata pada ar
,.,,
= 1.96 dan a
,
= 2.57
,,, ** = nyata pada a , ,
138 Informasi pada Tabel 15 menunjukkan bahwa sampai dengan taraf a =
,
sumber daya pendidikan formal petani dan ibu tani, banyaknya sumber informasi, alat baru perbaikan usahatani dan kebersamaan petani dengan penyuluh non pertanian mendorong perubahan kawasan kognitif petani dalam meningkatkan produksi dan pemasaran hasil usahatani. a =
0.01
Berikut pada taraf a =
,,, terlebih lagi terhadap taraf
keadaannya berbeda antara petani wilayah 1. 11 dan 111. Bertolak dari taraf
tersebut, maka diperoleh informasi faktor pendorong perubahan kognitif petani dalam meningkatkan produksi maupun dalam pemasaran hasil usahatani, yaitu seperti dikemukakan pada Tabel 16. Tabel 16. Faktor Pendorong Perubahan Kognitif Petani dalam Meningkatkan Produksi dan Pemasaran Hasil Usahatani di Wilayah Perkembangan Pembangunan Pertanian I, I1 dan I11 f
J
w
Wilayah Perkembangan Pemb. Pertanian
Faktor Pendorong Perubahan Perilaku Petani Peningkatan Produksi
Pemasaran Hasil
1
Kebersamaan dengan penyuluh non pertanian Banyaknya sumber informasi
Kebersamaan dengan penyuluh non pertanian Banyaknya sumber informasi
Ii
Kebersamaan dengan penyuluh non pertanian Banyaknya sumber informasi Alat baru perbaikan usahatani
Kebersamaan dengan penyuluh non pertanian Banyaknya sumber informasi
III
Pendidikan formal bapak dan ibu tani Alat baru perbaikan usahatani
Pendidikan formal bapak dan ibu tani Alat baru perbaikan usahatani Bersama penyuluh non pertanian L \
139
Sebagaimana dikemukakan pada Tabel 16, bahwa pada petani wilayah I l l pendidikan formal bapak tani dan ibu rani mendorong perubahan kognitif pemni dalam meningkatkan produksi maupun dalam pemasaran hasil usahatani. Sedangkan pada petani wilayah 1 dan petani wilayah I1 peringkat pendidikan dibawah dari kebersamaan petani dengan penyuluh non pertanian dan banyaknya sumber informasi yang diperoleh petani.
Pendidikan formal petani di wilayah I11 tidak tamat SD dan
tamat SD sebanyak 76 persen pada bapak tani dan 87 persen pada ibu tani, sedang-
- masing 76 persen dan 72 persen berpendidikan Sekolah Lanjutan Pertama dan lebih tinggi, petani wilayah I masing - masing 81 per-
kan pada petani wilayah I I masing
sen dan 73 persen berpendidikan Sekolah Lanjutan Pertama dan lebih tinggi. Dilain pihak, pada informasi hierarki kawasan perilaku petani pada Tabel 7 halaman 112 dan Tabel 8 halaman 115 menunjukkan bahwa pada petani wilayah 111 adalah yang terendah hierarki kawasan perilaku, peringkat tersebut berbeda dengan petani di wilayah I dan sebagian besar petani wilayah 11. Ke dua informasi diatas menunjukkan bahwa pendidikan formal petani yang tidak tamat SD dan tamat SD mendorong perubahan perilaku petani namun belum cukup sampai pada hierarki yang diharapkan dalam sasaran penyuluhan pembangunan pertanian. Banyaknya sumber informasi yang diperoleh petani yaitu radio, televisi, terbitan lingkup pertanian dan Koran, Masuk Desa (KMD) mendorong perubahan perilaku petani dalam meningkatkan produksi dan pemasaran hasil bagi petani wilayah 1 dan 11. Jurnlah perolehan terbitan lingkup pertanian, KMD dan menyaksikan tayangan TVRl seperti dikemukakan pada Lampiran 5, ternyata petani wilayah 111 lebih rendah dari petani wilayah I dan 11. Pada petani wilayah 111 keadaan jumlah perolehan media massa, cara memperoleh dan penggunaan media massa belum sebaik petani wilayah I dan II. Hal ini karena petani wilayah I11 lebih mengutamakan perolehan inforrnasi dari hubungan interpersonal dengan petani lainnya.
140 Perolehan media pada petani wilayah I11 masih didominasi oleh bantuan pemerintah, yaitu televisi desa, KMD dan harian Sinar Tani untuk kelompoktani yang pembayaran melalui APBD. Sedangkan petani wilayah I dan I1 yang untuk memperolehnya dengan upaya sendiri. Dalam ha1 penggunaan media massa, petani wilayah I dan sebagian besar petani wilayah I1 telah menjadi anggota kelompencapir, sedangkan pada petani wilayah I11 baru sebagian kecil saja. Alat baru berusahatani seperti bajak, sprayer, emposan, pemipil, mesin pompa, perontok, penyimpanan hasil. pencampur makanan ternak, pengatur kelembaban, mendorong perubahan perilaku meningkatkan produksi pada petani wilayah I1 dan 111, berikut mendorong perubahan perilaku pemasaran hasil usahatatii petani wilayah 111. Indikasi ini didukung oleh petani wilayah I11 masih baru menggunakan alat berusahatani tersebut, sebagian besar peralatan masih dari hadiah dan pinjaman kelompoktani.
Pada petani wilayah 11 sebagian besar peralatan baru
diusahakan sendiri disampihg di beberapa kasus masih pinjaman dari pemerintah. Petani ternyata membutuhkan penyuluh non pertanian dalam kaitan usahatani, lnereka adalah: PKKL, KPD, Penyuluh Industri, Penyuluh Kesehatan, Penyululi Hukum dan Penyuluh Sosial di dalam mendorong perubahan perilaku petani meningkatkan produksi dan pemasaran. Kebersamaan yang merata di dalam pelaksanaan kegiatan, sedangkan untuk perencanaan dan penilaian frekuensinya masih kecil sekali pada petani wilayah 111, dibanding dengan pada petani wilayah I1 dan 1 yang sudah terselenggara walaupun belum sebesar pada pelaksanaan kegiatan. Implikasi dari hasil penelitian ini adalah diketahuinya sumberdaya pendorong perubahan perilaku petani yaitu pendidikan formal bapak dan ibu tani,banyak nya sumber informasi, alat baru perbaikan usahatani dan kebersamaan petani dengall penyuluh non pertanian yang bervariasi antara petani wilayah I, I1 dan 111. Variasi tersebut tnenghendaki adanya variasi dalam penyuluhan pembangunan pertanian.
141 Pendidikan petani yang tidak tamat SD dan tamat SD mendorong perubahan perilaku petani menerima ide baru meningkatkan produksi dan pemasaran hasit usahatani, namun belum sampai pada hierarki tahu mensentesis, mau mengatur dan mampu mengadaptasi. Untuk itu diharapkan petani berpendidikan Sekolah Lanjutan Pertama. Adanya Program pendidikan dasar sembilan tahun di Indonesia saat ini. merupakan pendidikan minimal petani yang diharapkan. Banyaknya sumber inforrnasi mendorong perubahan perilaku petani wilayah I dan I1 untuk meningkatkan produksi dan pemasaran hasil usahatani. Dorongan tersebut didukung oleh lebih besarnya jumlah media massa (petani memiliki dan menggunakan radio; ada televisi. KMD, Sinar Tani dan terbitan pertanian bagi kelompoktani) diperoleh dengan upaya petani dan digunakan antara lain melalui kelompencapir. Indikasi tersebut bagi petani wit ayah 111 perlu diupayakan dengan penyuluhan untuk petani menjadi penyuluhan bersama petani. Peran alat baru berusahatani sebagai alat bantu dan peraga. Peralatan tersebut mendorong perubahan perilaku meningkatkan produksi bagi petani wilayah Ill dan 11, mendorong perubahan perilaku pemasaran bagi petani wilayah Ill. Kedudukan sebagai pendorong sejalan dengan masih besarnya uluran tangan pemerintah di dalam pengadaan berupa pinjaman bagi petani wilayah 111.
Pembinaan petani ber-
ikutnya dibutuhkan dalam menumbuh kembangkan kemampuan pemilikan alat baru berusahatani pada petani wilayah I11 dan di beberapa kasus petani wilayah If. Kebersamaan petani dengan penyuluh non pertanian: penyuluh industri, Petugas Konsultasi Koperasi, penyuluh sosial, petugas penyuluhan hukum, Penyuluh Kesehatan Masyarakat dan Kader Pembangunan Desa, telah berlangsung dalam pelaksanaan kegiatan. Sejalan dengan upaya pembanguan pertanian yang berkelanjutan, maka kebersamaan dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pada peta~ii wilayah I I I perlu diupayakan, disamping meningkatkan pada petani wilayah lainnya.
Sasaran dan Tuiuan Penvuluhan Hubungan Perilaku dengan Produktivitas Usahatani Informasi dari kajian pustaka menunjukkan bahwa ada dua pendapat tentang apa yang menjadi sasaran penyuluhan pembangunan pertanian. Pendapat pertama menyatakan bahwa yang menjadi sasaran penyuluhan adalah produktivitas usahaani berupa hasil produksi persatuan luas. Pendapat lainnya menyatakan sebagai sasaran penyuluhan adalah perubahan perilaku karena dengan perubahan perilaku itu kemampuan petani meningkat dalam menghasilkan produktivitas usahanya. Pendapat pertama, dikemukakan oleh Benor dan Harrison (1977) yang menyatakan bahwa setelah tiga tahun penyelenggaraan penyuluhan sistem kerja Laku, produksi kapas di Turki naik hampir 100 persen, sedangkan di India produksi kapas naik rata - rata 20 persen. Di Indonesia menurut Sukaryo dalam Cernea et al(1981) bahwa selama tiga tahun diselenggarakan penyuluhan sistem kerja Laku, produksi padi naik rata - rata 20 persen setahun. Pendapat ke dud, antara lain dikemukakan oleh Kelsey dan Hearne (1955), Leagans dalam Kamath (1961). Mosher dalam Leagans dan Loomis (1971). maupun Coombs dan Ahmed (1974) yang menyatakan bahwa sasaran penyuluhan bagi petani adalah meningkatnya perilaku petani. Sejalan dengan pendapat ke dua, Margono Slamet (1987) mengemukakan bahwa upaya melestarikan swasembada pangan di Indonesia pada dasarnya mengusahakan agar keragaan (produktivitas) perilaku petani meningkatkan secara terus menerus. Hal ini karena peningkatan keragaan perilaku petani selalu dibarengi oleh peningkatan produktivitas usahanya. Informasi dun hasil penelitian adalah mempertegas apa yang menjadi sasaran penyuluhan pembangunan pertanian. Untuk itu dilakukan pengamatan terhadap adanya hubungan antara perubahan perilaku petani dengan berbagai indikasi produktivitas usahatani sebagai sasaran penyuluhan pembangunan pertanian.
143 Hubungan antara perilaku dengan produktivitas usahatani mencakup (1) hubungan perilaku petani dalam meningkatkan produksi dengan produktivitas usahatani pra panen, (2) hubungan perilaku petani dalam pengolahan hasil dengan produktivitas usahatani pasca panen, (3) hubungan perilaku petani dalam penyimpanan hasil dengan pasca panen, (4) hubungan perilaku petani dalam pemasaran hasil dengan produktivitas hasil produksi, dan (5) hubungan perilaku petani dalam pangan dan dengan produktivitas hasil dan skala usaha. Perilaku petani yang terinci dalam hierarki kawasan kognitif, afektip dan psikomotorik dikemukakan pada Lampiran 4. Sedangkan produktivitas usahatani pra panen, pasca panen, hasil produksi persatuan luas maupun hasil dan skala usaha dikemukakan pada Lampiran 6. Untuk mengetahui hubungan antara perubahan perilaku perbaikan usahatani terhadap produktivitas usahatani tersebut, dilakukan uji hubungan menurut Spearman (Gibbons, 1975). Hasil analisis dikemukakan menurut materi hubungan yang menjadi pembahasan berikut ini.
Hubungan Perilaku Meningkatkan Produksi dengan Produktivitas Pra Panen. Kompilasi hasil analisis hubungan perilaku petani (hierarki kawasan kognitif, afekt ip dan psikomotorik) dalarn meningkatkan produksi terhadap produktivitas pra panen (penggunaan benih/ bibit anjuran, pemupukan/ pakan yang tepat, pengendalian hama penyakit, pemanfaatan tata air dan pengelolaan usahatani) dikemukakan pada Tabel 17. Kompilasi tersebut memberikan informasi: 1. Perilaku yang ditunjukkan oleh hierarki kawasan kognitif, afektip dan
psikomotorik petani dalam meningkatkan produksi pada wilayah pembangunan pertanian I mempunyai hubungan dengan produktivitas usahatani pra panen. Keadaan yang sama pada petani wilayah 11 kecuali pada petani lahan irigasi DAS hilir yang tidak ada hubungan.
3. Sebagian besar perilaku petani di wilayah pembangunan 111 yang ditunjukkan oleh hierarki kawasan kognitif, afektip dan psikomotorik tidak mempunyai hubungan dengan produktivitas usahatani pra panen.
Tabel 17.
Kompilasi Hasil Analisis Hubungan Hierarki Kawasan Kognitif, Afektif dan Psikomotorik Petani dalam Meningkatkan Produksi Terhadap Produktivitas Usahatani Pra Panen di Wilayah Perkembangan Pembangunan Pertanian I, 11 dan I11
Kognitif Mektip Psilumotor Kognitif Afektip Psikcmotor rcognitif Afektip Psikcmotor Kognitif Afektip Psiko1otor Kognitif Afektip Psikcmotor Kognitif Afektip Psikcmotor Kognitif Afektip Psikomotor Kognitif Afektip Psikcmotor Kognitif Afoktip esikou,tor
Keterangan: * = Nyata pada cr
,,, Rstabel
= 0.564
Lahan DAS hilir (Hi): 1 = pantai, 2 = pasang surut, 3 = kering, 4 = tadah hujan, 5 = irigasi dan lahan DAS hulu (Hu): 6 = lebak, 7 = kering, 8 = tadah hujan dan 9 = irigasi K-1 = Komoditas usahatani utama ke - 1 K-2 = Komoditas usahatani utama ke - 2 K-3 = Komoditas usahatani utama ke - 3
145
Dari kompilasi h a i l analisis pada tabel 17, kemudian dihubungkan kembali dengan data pada Lampiran 4 maupun pada data pada Lampiran 6, menunjukkan bahwa: I. Adanya hubungan perilaku petani di dalam meningkatkan produksi dengan
produktivitas pra panen. 2. Adanya hubungan bila perilaku petani yang ditunjukkan oleh hierarki
kognitif minimal tahu mensentesis (merancang , mengkatagiorikan, mengkombinasikan menata kembali), hierarki afektip minimal mau mengatur (merumuskan, menyusun, menyesuaikan, menghubungkan), sedangkan hierarki kawasan psikomotorik minimal mampu mengadaptasi (mendemonstrasikan, memainkan, menampilkan).
Hubungan Perilaku Pengolahan Hasil dengan Produktivitas Pasca panen
Hasil analisis hubungan perilaku petani yang ditunjukkan oleh hierarki kawasan kognitif, afektip dan psikomorik dalam pengolahan h a i l terhadap produktivitas pasca panen dikemukakan pada Tabel 18. Pasca panen terdiri atas 11 pelugng unsur, yaitu: saat panen, pemilihan hasil, pembersihan hasil, pengawetan, pengepakan, ikut asosiasi pemasaran, waktu pemasaran yang tepat, pembeli yang menguntung kan secara sepadan, makanan tambahan, pengarrekaan bahan makanan dan cara memasak. Kompilasi hasil analisis memberikan informasi, yaitu: 1. Peritaku petani di wilayah I kecuali pada petani lahan lebak, hierarki
kawasan kognitif, afektip dan psikomotorik dalam pengolahan hasil mempunyai hubungan dengan produktivitas pasca panen. Keadaan dengan hubungan yang sama terjadi pula pada petani wilayah I1 kecuali petani lahan irigasi DAS hilir dan petani lahan Lebak .
146
2 Informasi yang lain pada petani wilayah I, dimana perilaku petani yang
ditunjukkan oleh hierarki kawasan kognitif, afektip dan psikomotorik petani yang mempunyiai hubungan dengan produktivitas pasca panen hanya pada petani lahan irigasi. Tabel 18.
Kompilasi Hasil Analisis Hubungan Hierarki Kawasan Kognitif. Afektif dan Psikomotorik Petani dalam Pengolahan Hasil Terhadap Produktivitas Usahatani Pra Panen di Wilayah Perkembangan Pembangunan Pertanian I, 11 dan I11
I
Kognitif Afektip Psikorotor 2 Kognitif Afaktzp Peikorotor 3 Kagnitif Afektip Psikmtor 4 Kognitif Afektip Peiker 5 Kognitif Afektip psi-r I 1
I
0.7333. 0.7333. 0.2404 0.5363 0.3090 0.0454 0.0454 0.2727 0.0272 0.5454 0.5454 0.9999. 0.75451 0.9999. 0.5757.
"I
Kognitif 0.2727 Afektip 0.2727 Poikomotor 0.5606 0.2727 7 Kognitif 0.2727 Mektip Poilccrotor 0.2727 B Kognitif 0.6272. Afektip 0.2727 P e i k e r O.8636* 9 Kognitif 0.6181. Afektip 0.6181. Pei-r O.6101+ 6
I I
Keterangan:
*
0.7333. 0.7333. 0.2484 0.5363 0.3090 0.3333 0.1545 0.2091 0.5484 0.5454 0.5363 0.5363 0.5757. 0.5757. 0.5757.
0.7333. 0.2484 0.24U 0.6363. 0.6363. 0.0454 0.1484 0.5606 0.2878 0.5454 0.5454 0.8232' 0.5757. 0.5757. 0.5757.
0.2727 0.5606 0.2424 0.6363. 0.5454 0.5605 0.5454 0.6212. 0.2484 0.5757. 0.5757+ 0.6363.
0.5757. 0.6727. 0.6727. 0.8636. 0.6363. 0.2727 0.5451 0.59OJ. 0.5909. 0.6181. 0.6181. 0.6181.
= Nyata pada a
,,
Rstabel = 0.564
Lahan DAS hilir: 1 = pantai, 2 = pasang surut, 3 = kering, 4 = tadah hujan, 5 = irigasi dan lahan DAS hulu: 6 = lebak, 7 = kering, 8 = tadah hujan dan 9 = irigasi K-1 = Komoditas usahatani utama ke - 1 K-2 = Komoditas usahatani utama ke - 2 K-3 = Komoditas usahatani utama ke - 3
147 Hasil analisis dengan kompilasi seperti pada Tabel 18 kalau dihubungkan dengan data pada Lampiran 4, menunjukkan bahwa adanya hubungan perilaku pengolahan hasil dengan produktivitas pasca panen, bila: petani minimal tahu mensentesis (merancang, mengkatagori, mengkombinasi, menata kembali) minimal mau mengatur (merumuskan, menyusun, menyesuaikan) dan minimal mampu mengadaptasi (mendemonstrasikan, memainkan, menampil kan).
Hubungan ~ e r i l a k uPenyimpanan Hasil dengan Produktivitas Pasca panen. Hasil analisis hubungan perilaku petani dalam hierarki kawasan kognitif, afektip dan psikomotorik petani dalam penyimpanan hasil terhadap produktivitas pasca panen, dikemukakan pada kompilasi Tabel 19. Dari kompilasi hasil analisis pada Tabel 19, memberikan informasi, yaitu:
1. Perilaku petani yang ditunjukkan oleh hierarki kawasan kognitif, afektip dan psikomotorik dalam penyimpanan hasil usahatani mempunyai hubungan dengan produktivitas pasca panen, pada petani wilayah I kecuali pada petani lahan lebak dan pada petani wilayah I1 kecuali pada petani lahan irigasi DAS hilir dan petani lahan lebak.
2. Pada petani wilayah 111, perilaku petani yang ditunjukkan oleh hierarki kawasan kognitif, afek tip dan psikomotorik dalam penyimpanan hasil yang mempunyiai hubungan dengan produktivitas pasca panen hanya pada petani lahan irigasi. Hasil analisis dengan kompilasi seperti pada Tabel 19 , menunjukkan bahwa adanya hubungan perilaku petani dalam penyimpanan hasil dengan produktivitas pasca panen, bila: petani minimal tahu mensentesis (merancang, mengkatagori , mengkombinasi, menata) mau mengatur (merumuskan, menyusun, menyesuaikan) dan minimal mampu mengadaptasi (mendemonstrasikan, memainkan, menampilkan)
148
Tabel 19.
Kompilasi Hasil Analisis Hubungan Hierarki Kawasan Kognitif, Afektif dan Psikomotorik Petani dalarn Penyimpanan Hasil Terhadap Produktivitas Usahatani Pra Panen di Wilayah Perkembangan Pembangunan Pertanian 1, 11 dan 111
Kagnitif 0.7333. AfQktip 0.6727' P s i k ~ ~ ~ t0.6363. or Kognitif 0.5000 Mektip 0.1696 Peik-r 0.4121 Kagnitif 0.0454 Mektip 0.3333 P s i L m t o r 0.2727 Kegnitif 0.5757. Afektip 0.3787 Psikcmotor 0.5757. Kognitif 0.6363. Mektip 0.7575. Psikorotor 0.6181.
0.4949 0.2363 0.2739 0.6363. 0.3939 0.3090 0.3727 0.2242 0.2727 0.4757 0.7878. 0.4757 0.6361. 0.5757. 0.6212.
0.3787 0.7101. 0.6181. 0.2290 0.6272. 0.6363. 0.1393 0.2242 0.2727 0.3090 0.5606 0.5757. 0.5757. 0.5757. 0.5757.
Kognitif Mektip Psikorotor Kegnitif Mektip Psikcmotor lGognitif Afektip Psikcmotor Kognitif Afektip Psikcmotor
0.7575. 0.7545. 0.6767. 0.6363. 0.5454 0.6363. 0.2454 0.6212. 0.6212. 0.5959+ 0.5959. 0.6818+
0.5454 0.5454 0.6767. O.9939+ 0.9999. 0.5656. 0.5909. 0.5909. 0.5909. O.6181* 0.6111. 0.6181.
0.9999. 0.8636. 0.2524 0.2424 0.9999. 0.9999* 0.5757. 0.2727 0.2424 O.6181+ 0.6181. 0.6181.
Keterangan: * = Nyata pada cr
,,, Rstabel
= 0.564
Lahan DAS hilir (Hi): 1 = pantai, 2 = pasang surut, 3 = kering, 4 = tadah hujan, 5 = irigasi dan lahan DAS hulu (Hu): 6 = lebak, 7 = kering, 8 = tadah hujan dan 9 = irigasi K-1 = Komoditas usahatani utama ke - 1 K-2 = Komoditas usahatani utama ke - 2 K-3 = Komoditas usahatani utama ke - 3
Hubungan Perilaku Pemasaran Hasil dengan Has3 Produksi Hasil analisis hubungan perilaku petani dalam hierarki kawasan kognitif. afektip dan psikomotorik menerima ide baru pemasaran hasil usahatani terhadap hasil produksi, dikemukakan pada kompilasi hasil analisis pada Tabel 20.
Tabel 20.
Kompilasi Hasil Analisis Hubungan Hierarki Kawasan Kognitif, Afektif dan Psikomotorik Petani dalam Pemcrsaran Hail Terhadap Produktivitas Usahatani Pra Panen di Wilayah Perkembangan Pembangunan Pertanian I, I1 dan I11
Keterangan:
* = Nyata pada
ao.os
Rs tabel
= 0.564
Lahan DAS hilir (Hi): 1 = pantai, 2 = pasang surut, 3 = kering, 4 = tadah hujan, 5 = irigasi dan lahan DAS hulu (Hu): 6 = tebak, 7 = kering, 8 = tadah hujan dan 9 = irigasi K-1 = Komoditas usahatani utama ke - 1 K-2 = Komoditas usahatani utama ke - 2 K-3 = Komoditas usahatani utama ke - 3 Dari kompilasi hasil analisis pada Tabel 20, memberikan informasi yaitu: 1. Perilaku petani yang ditunjukkan oleh hierarki kawasan kognitif, afektif
dan psi komotorik dalam menerima ide baru pemasaran hasil usahatani mempunyai hubungan dengan hasil produksi persatuan luas usahatani yang diselenggarakan oleh petani wilayah I.
Keadaan dengan hubungan
yang sama pula pada petani wilayah I1 kecuali pada petani lahan lebak.
150 2. Informasi yang lain yaitu pada petani wilayah 111, dimana perilaku petani yang ditunjukkan oleh hierarki kawasan kognitif, afektip dan psikomotorik petani dalam menerima ide baru pemasaran hasil usahatani tidak mempunyai hubungan dengan h a i l produksi persatuan luas, kecuali pada beberapa kasus. Hasil analisis pada kompilasi pada Tabel 20, bila dihubungkan dengan data pada Lampiran 4 tentang perilaku petani dalam menerima ide baru perbaikan usahatani meningkatkan produksi, pengolahan hasil, penyimpanan hasil, pemasaran hasil. pangan dan gizi, menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara perilaku petani di
dalam menerima ide baru pemasaran hasil dengan hasil produksi persatuan luas. Perilaku tersebut bila hierarki kawasan kognitif minimal tahu mensentesis (tahu merancang , mengkatagori, mengkombinasikan, menata). Sedangkan pada afektip minimal mau mengatur (merumuskan, menyusun, menyesuaikan, menghubungan), selanjutnya untuk psikornotorik minimal bisa mengadaptasi (mendemonstrasikan, menampilkan memainkan). Keadaan tersebut terlebih lagi bila petani tahu menilai (mengkritik, merivisi, mempertahankan) afektip telah menghayati (mengamalkan, mengembangkan) dan psikomotorik bisa memodifikasi (mencipta, memperbaiki, membimbing)
Hubungan Perilaku Pangan dan Cizi dengan Hasil dan Skala Usaha
Hasil analisis hubungan perilaku petani dalam hierarki kawasan kognitif, afektip dan psikomotorik menerima dan menggunakan ide baru pangan dan gizi terhadap hasil dan skala usaha usahatani dikemukakan pada kompilasi Tabel 2 1.
Tabel 21
Kompilasi Hasil Analisis Hubungan Hierarki Kawasan Kognitif, Afektif dan Psikomotorik Petani dalam Pangan dun Gizi Terhadap Produktivitas Usahatani Pra Panen di Wilayah Perkembangan Pembangunan Pertanian I, I1 dan I11 Perilaku Perilaku Petani pad8 Pangan dan Gizi terhdap l h s i l Usaha d m Skala Usaha Petani Yilayah III Yilayah 11 Uilayah I Panpan L 1 K-2 K-3 K-1 K-2 K-3 1 K-2 K-3 Gizi
L
rn
a n Hi
1 Kognifif
Afektip Psik~to ~ognitif Afektip Psiketor Kognitif Afektip Psiketor Kognitif Afektip Psikorotor Kognitif Afektip Psikamtor
2 3 4 5 Hu
6 Kognitif
Afektip hiketor 7 Kognitif Afektip Psiketor 8 Kognitif Afektip Psiketor 9 Kognifif Afektip Psikamtor
0 . m 0.2727 r 0.6363* 0.4545 0.1515 0.621p 0-. 0.8383* 0.9090. 0.4545 0.0757 0.3787 O.8383* 0-. 0.9090.
0.5757' 0.54% 0.5363 0.4787 0.1515 0.5333 0.4545 0.5909. 0.5606 0.6181* 0.6120. 0.5752. 0.5757. O . R P 0.6363*
0.0.5606 0.5333 0.5454 0.2727 0.6904. 0.5606 0.58W 0.62R" 0.1615 0.5454 0.0162 0.7515* 0.6363* 0.681P
0.5752. 0.6969. O.nm 0.7515*0.6363*0.78W 0.6603* 0.6969. 0.5752. 0.6363* 0.62R. 0.6969. 0.7181. 0.6363* 0.7%5* 0.78nr* 0-. 0 . m 0.2702. O.MW 0.6636* 0.2707. 0.7181* 0.6636* 0.0.6%5* 0.690P 0.0.78W 0.6120C 0.7565* O.7181* 0.621F 0.62TT 0.7575* 0.787W 0 . W * 0.5752. 0.5152. 0.5752. 0.5909. 0.5909. 0.681P O.737P 0.5752.
0.681p 0.681W 0.6969. 0.W0.66lW0.689P 0.6363, 0-. O.RW 0.6212. 0.6363* 0.672P 0.681P 0.672T. 0.58m 0-. o.%m 0.5752. 0.681W 0.681P 0.6363. 0.636P 0.9999. 0.6363* 0,681lP 0.5752. 0-. 0,5752. O.681W 0-. 0-, 0.618l* 0-. 0.575P 0.67373 0.6120. 0-. 0.=75* 0.7575. 0 . m 0.1575* 0.5606 0.6363, 0.6120. 0.5606
0 . W 0.6818C 0.5606 0.21222 0.0757 0.0450 0.5752. 0.5363 0.5151 0.5009 0.3333 0.5606
0.4121 0.4121 0.4121 0.5333 0.54% 0.5151 0.54% 0.54% 0.5616 0.587W 0.57lP 0.621P
0.54% 0.6363* 0.5763. 0.54% 0.6363* 0.4000C 0.54% 0.5616 0.5616 0.6000. 0.6181* 0.4545
0.5152. 0.6120. 0.6363* 0.6353. 0.7575. 0.6363* 0.58W 0.6969. 0.5M8. 0.5909C 0.621P 0.8U13*
0.5752. 0-. 0.6212 O.7575* 0.9999. 0.69691 0-. 0,9999. 0.6363* 0.681W 0.9999. 0.6272
Keterangan: * = Nyata pada
a!
,,, RStabel
0.6363* 0-. 0.0.6363* 0.6363* 0.7373* 0.5959 0-. 0.6212 0.5752. 0.6363* 0.6120.
0.5152. 0.6363* 0.575P 0-. 0.6181* O.Mm 0-. 0.6363* 0.5752. 0.7181* 0.5909. 0.5909.
0.5LIm 0.5752. 0.5752. 0.5757, 0.9999. O.b34?P 0.0.9999. 0.69691 0-. 0.MW O.73TJ.
0.6363+ 0.6363* 0.5752. 0.6120. 0,0.62R. 0.681e 0.755. @.7l81* 0-bZR. 0.9999. 0.7373*
= 0.564
Lahan DAS hilir (Hi) : 1 = pantai, 2 = pasang surut, 3 = kering, 4 = tadah hujan, 5 = irigasi dan lahan DAS hulu (Hu): 6 = lebak, 7 = kering, 8 = tadah hujan dan 9 = irigasi K- 1 = Komoditas usahatani utama ke - 1 K-2 = Komoditas usahatani utama ke - 2 K-3 = Komoditas usahatani utama ke - 3
Dari kompilasi hasil analisis pada Tabel 2 1 memberikan informasi, yaitu:
1. Perilaku petani wilayah I maupun pada perilaku petani di wilayah 11, yang ditunjukkan oleh hierarki kawasan kognitif, afektip dan psikomotorik dalam menerima ide baru pangan dan gizi mempunyai hubungan dengan hasil dan skala usaha dalam berusahatani.
152 2. Informasi yang lain pa& petani wilayah 111, dimana perilaku petani yang ditunjukkan oleh hierarki kawasan kognitif, afektip dan psikomotorik petani dalam menerima ide baru pangan dan gizi yang mempunyiai hubungan dengan hasil dan skala usaha hanya pada petani lahan irigasi DAS hilir. Sedangkan pada petani lahan lainnya pada beberapa kasus untuk satu atau dua unsur perilaku ada yang mempunyai hubungan. Hasil analisis dengan kompilasi seperti dikemukakan pada Tabel 21 dihubungkan dengan data Lampiran 4, menunjukkan bahwa adanya hubungan bila: petani tahu mensentesis (tahu merancang, mengkatagori, mengkombinasikan ataupun menata), afektip minimal mau mengatur (mewmuskan, menyusun, menyesuaikan maupun menghubungkan), psikomotorik minimal bisa mengadaptasi (mendemonstrasikan, menampilkan maupun bisa memainkan).
Implementasi dari hasil penelitian ini adalah diperolehnya ketegasan bahwa yang menjadi sasaran penyuluhan pembangunan pertanian adalah perubahan perilaku petani. Berubahnya perilaku petani minimal tahu mensentesis, mau mengatur dan bisa mengadaptasi, karena pada hierarki tersebut dibarengi oleh peningkatan produktivitas usahatani, terlebih lagi biIa petani tahu menilai, menghayati dan bisa mencipta Indikasi ini dapat pula dijadikan sebagai sasaran keberhasilan aktivitas penyuluhan pembangunan pertanian. Hasil penelitian ini sekaligus pula mendukung i n f m a s i yang dikemukakan oleh Kelsey dan Hearne ( 1959, Leagans dalum Kamath ( 1961), Mosher dalam Leagans dan Loomis (1 971) rnaupun Coombs dan Ahmed (1974) yang menyatakan bahwa sasaran penyuluhan adalah perubahan perilaku. Disamping itu sekaligus pula mengoreksi informasi yang dikemukakan oleh Benor dan Harrison (1977) maupun Sukaryo dalam Cernea ef a1 (1981) yang menyatakan bahwa sasaran penyuluhan adalah meningkatkan hasil produksi usahatani persatuan luas.
Kualitas Hidup Petani
Infonnasi dun' kajian pustaka inenunjukkan berbagai variasi apa yang menjadi tujuan penyuluhan pembangunan. Mosher (1966) mengemukakan bahwa lingkup penyuluhan meliputi bertani yang lebih baik, berusahatani yang lebih menguntungkan dan berkehidupan yang lebih sejahtera bersama masyarakat lain. Lebih jauh dikemukakan oleh Carpenter dcrlum Vines dan Anderson (1976) maupun van den Ban dan Hawkins (1988) menyatakan bahwa tujuan penyuluhan pembangunan pertanian adalah untuk meningkatkan kualitas hidup. Indikator kuatitas hidup petani adalah pemenuhan kebutuhan pangan. kesehatan, pendidikan keluarga, tempat tinggal dan kehidupan bermasyarakat. Sedangkan Morris dan Alpin dalam Pudjiwati Sajogyo (1985) mengemukakan bahwa kualitas hidup secara fisik ditunjukkan oleh Indek Mutu Hidup (IMH), yang terdiri atas tingkat kematian bayi, harapan hidup bayi umur satu tahun, melek huruf sejak umur 15 tahun dan tingkat kelahiran. Bagi Indonesia, tujuan penyuluhan pembangunan pertanian sama dengan tujuan pembangunan pertanian, yang membedakannya adalah pada sasaran untuk mencapainya. Pada GBHN 1993 dikemukakan bahwa dengan pembangunan pertanian akan terus dipenuhi dan ditingkatkan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat, menjaga keseimbangan kemajuan pembangunan pertanian dengan kemajuan pembangunan industri serta pemarataan pembangunan.
Bertolak dari tingkat perkembangan dan
kemerataan, BPS (1993) mengemukakan tujuh indikator kesejahteraan rakyat, yaitu: kependudukan, pendidikan, kesehatan, gizi, konsumsi dan pengeluaran rumah tangga, angkatan kerja, perumahan dan lingkungan. Arah pembangunan pertanian Indonesia sendiri menurut Baharsjah (1989) adalah untuk sekaligus memecahkan masalah nasional, yaitu: penyediaan pangan. penyediaan bahan baku industri, peningkatan devisa negara, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan pendapatan masyarakat tani.
154
Infonnasi dcui hasil penelitian menunjukkan bahwa tujuan penyuluhan pembangunan pertanian adalah meningkatnya kualitas hidup petani yang sejajar dengan kemajuan profesi lain. Tujuan tersebut terdiri atas: IMH,pemenuhan kebutuhan keluarga, pemenuhan kebutuhan individu sebagai pengusaha usahatani dan konstribusi petani pada pembangunan.
Keadaan keragaan kualitas hidup petani
dikemukakan pada Lampiran 8, berikut menurut unsur yang diamati seperti dikemukakan berikut ini.
Indek Mutu Hidup (IMH). Kumpilasi keadaan IMH seperti pada Tabel 22, yang mengemukakan: 1. Standar kematian bayi saat lahir diharapkan dibawah 50 per 1 000 lahir.
Petani wilayah I semuanya baik, kecuali petani lahan irigasi DAS hilir. Petani wilayah I1 yang belum baik hanya pada petani lahan pantai, pasang surut dan irigasi DAS hilir.
Sedangkan pada petani wilayah 111, yang
baik hanya pada petani lahan irigasi. Secara keseluruhan yang baik adalah 22 persen petani wilayah 111. 67 persen petani wilayah I1 dan 89 persen petani wilayah I. 2. Standar kematian bayi sampai umur satu tahun dibawah 65 per 1 000
bayi. Petani wilayah I dan petani wilayah I1 semuanya baik. Petani wilayah I11 baru 56 persen baik, yaitu petani lahan kering, tadah hujan dan irigasi DAS hilir dan petani lahan tadah hujan dan irigasi DAS hulu. 3
. Kelahiran diharapkan di bawah 25 per 1 000 usia melahirkan.
Petani di
wilayah 111 semua belum baik, petani wilayah 11 44 persen baik yaitu petani lahan kering dan tadah hujan DAS hilir serta petani lahan tadah hujan dan irigasi DAS hulu. Petani di wilayah 1 78 persen baik, yang belum baik adalah petani pantai dan petani irigasi DAS hilir.
155 d. Tingkat melek huruf petani sudah baik, yaitu diatas standatr untuk negara berkembang 75 persen melek huruf. Yang masih dibawah standar hanya pada petani di lahan lebak d m petani lahan kering DAS hulu wilayah 111. Tabel 22. Indek Mutu Hidup f l M H ) Petani pada Wilayah Perkembangan Pembangunan Pertanian 1, I1 dan 111
Keterangan : Baik = Di atas standar, Kurang = Di bawah standar
156
Secara keseluruhan IMH petani wilayah I11 masih dibawah harapan, kecuali pada tingkat melek huruf yang relatif baik. Tingkat kelahiran pada petani wilayah 11 masih tinggi atau belum baik, sedangkan indikasi IMH lainnya relatif sudah baik. Petani wilayah I semua unsur IMH sudah baik, kecuali pada beberapa kasus petani lahan pantai dan irigasi DAS hiiir. Pendidikan petani sudah relatif baik, kecuali petani lahan lebak dan petani lahan kering DAS hulu wilayah 111.
Pemenuhan Kebutuhan Keluarga Petani
Peruntukan apa saja yang sedang dipenuhi oleh petani dari hasil usahatani dikemukakan pada Lampiran 7. Kebutuhan petani mencakup enam unsur, yaitu: kecukupan pangan, kepantasan pakaian. perurnahan sehat, pendidikan keluarga, kesehatan keluarga, dan pemupukan modal usaha. Bertolak dari data Lampiran 7, diperoleh kompilasi periotitas penggunaan hasi 1 usahatani dalam memenuhi kebutuhan keluarga petani. Perioritas tersebut adalah: 1. Perioritas pemenuhan kebutuhan keluarga petani wilayah I11 untuk pe-
menuhan kebutuhan pangan ( 100 persen), berikut untuk perbaikan rumah atau tempat tinggal 72 persen. untuk kesehatan keluarga 67 persen, pendidikan anggota keluarga 57 persen. Yang terkecil adalah untuk pemupukan modal usaha hanya dua persen. 2. Petani wilayah I dan petani wilayah I1 dengan peruntukan hasil usahatani
relatip sama, yaitu untuk kesehatan keluarga dan pendidikan anggota keluarga masing masing 100 persen, modal usaha 90 dan 91 persen. Peruntukan lainnya relatif kecil yaitu perbaikan rumah 44 dan 43 persen, kecukupan pangan dan pakaian kurang dari 30 persen.
~emenuhanKebutuhan Individu Petani
Kebutuhan individu petani sebagai fungsi pengusahaan usahatani, metlcakup berbagai aspek, yaitu: 1. Jabatan dalam kelompoktani Hamparan Usahatani (Wilkel).
2. Kedudukan dalam Koperasi Unit Desa (KUD). 3. Kebersamaan dengan fungsi - fungsi non penyuluhan. 4. Kebersamaan dengan fungsi - fungsi dalam penyuluhan pembangunan.
Jabatan dalam kelompoktani Wilkel dan jabatan dalam KUD seperti dikemukakan pada Lampiran 3. Semua petani (responden) addah pengurus (Penasihat, Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris atau Ketua Kelompok Kegiatan) kelompoktani Wilkel. Jabatan dalam KUD pada petani wilayah I dan petani wilayah I1 semuanya menjadi anggota KUD clan sebagian menjadi pengurus.
Petani wilayah I11 sebagian
besar menjadi anggota KUD, diantaranya menjadi pengurus.
Menurut lahan usaha-
tani, yang belum menjadi anggota KUD hanyalah petani di lahan lebak (bonomwo) dan petani di lahan kering DAS hulu wilayah 111. Kebersamaan petani dengan fungsi penyuluhan non pertanian (penyuluhan koperasi, penyuluhan industri, penyuluhan sosial, penyuluhan keseham, penyuluhan hukum, penyuluhan pembangunan desa) seperti dikemukakan pada Lampiran 5, dimana dalam pelaksanaan kegiatan telah merata.
Sedangkan dalam peremmaan dan
penilaian kegiatan dengan frekuensi kebersamaan yang kecil sekali pada petani wilayah 111, cukup banyak pada petani wilayah I dan pada petani wilayah I1 namun semuanya masih dibawah frekuensi kebersamaan dalam pelaksanaan. Kebersamaan petani sebagai fungsi pengusahaan usahatani (dalam perencanaan, pelaksanaan dan penilaian kegiatan) bersama dengan fungsi - fungsi terkait dalam penyuluhan pembangunan pertanian, dikemukakan pada Lampiran 10.
158 Bertolak dari data Lampiran 10, diperoleh kompilasi kebersamaan dalam perencanaan, pelaksanaan dan penilaian kegiatan sebagai berikut. 1. Kebersamaan dengan fungsi peneli tian yang terbanyak pada pelaksanaan.
Kebersamaan dengan petani wilayah 111 belum ada dalam penilaian, sedangkan pada perencanaan baru empat persen. Kebersamaan yang merata dengan petani wilayah I dan petani wilayah 11. 2. Kebersamaan petani wilayah I dan I1 merata dengan fungsi penyuluhan dalam perencanaan dan pelaksanaan, namun kecil pada penilaian. Sedangkan kebersamaan dengan petani wilayah 111 persentasinya kecil .
3. Kebersamaan dengan fungsi pengaturan semuanya merata, dimana yang
terbesar pada pelaksanaan, kemudian perencanaan dan terkecil dalam kebersamaan penilaian, khususnya pada wilayah I11 hanya 8 persen. 4. Kebersamaan dengan fungsi pelayanan pada wilayah I dan wilayah I1
secara penuh pada perencanaan dan pelaksanaan, sedang pada penilaian baru 22 dan 30 persen. Keadaan yang lebih kecil lagi pada petani wilayah 111, dimana perencanaan 30 persen dan penilaian 10 persen 5. Kebersamaan dengan fungsi pasar merata pada semua wilayah pembangun
an pertanian, porsi yang penuh pada pelaksanaan, kemudian perencanaan dan lebih kecil pada penilaian. 6. Kebersamaan dengan fungsi informasi pada petani wilayah I dan petani
wilayah I1 seara penuh pada pelaksanaan, kemudian perencanaan dan terkecil pada penilaian. Dengan petani wilayah 111, hanya pelaksanaan yang berlangsung secara penuh, sedangkan perencanaan hanya 18 persen dan penilaian belum mengikutkan petani. Secara keseluruhan kebersamaan dalam pelaksanaan sudah berjalan dengan baik, namun dalam perencanaan dan penilaian masih kurang.
Kontribusi Petani dalam Pembangunan
Kontribusi petani pada pembangunan dikemukakan pada Lampiran 8, dengan kumpilasi seperti pada Tabel 23. Tabel 23. Kontribusi Petani pada Pembangunan
Indonesia
82 t
66 t
63 t I
Ketarangan: Baik = Memberikan kontribusi, Kurang = Kurang memberi kontribusi
160 Pada Tabel 23 memberikan informasi bahwa petani telah memberikan sumbangan terhadap swasembada pangan, yaitu 100 persen pada petani wilayah I, 89 persen pada petani wilayah I1 dan terkecil (56 persen) pada petani wilayah 111. Dalam bahan baku industri, 100 persen petani wilayah 1 menyediakan bahan baku untuk industri, berikut 78 persen pada petani wilayah I1 dan terkecil pada petani wilayah I11 yang hanya 22 persen. Dalam ha1 kewajiban pajak, petani sudah melunasinya. Yang baru sebagian mengusahakan ialah dalam pemeliharaan bangunan pertanian, dimana petani wilayah I sudah 100 persen melakukannya, 89 persen petani wilayah I1 dan baru 44 persen pada petani wilayah 111. Intensifikasi tenaga kerja telah berlangsung pada wilayah I dan wilayah 11, sedangkan pada wilayah 111 baru mulai digalakkan yaitu baru 11 persen.
Implikasi dari hasil penelitian adalah diketahuinya peringkat tercapainya kualitas hidup sebagai tujuan penyuluhan pembangunan pertanian. Kualitas hidup petani terdiri atas IMH, kebutuhan keluarga petani, kebutuhan petani sebagai fungsi pengusahaan usahatani dan kontribusi pada pembangunan. Diketahuinya secara rinci indikasi tingkat kualitas hidup petani tersebut sejalan dengan indikasi tujuan penyuluhan pembangunan pertanian yang dikemukakan oleh Mosher (1966). Carpenter dalam Vines dan Anderson (1976). Morris dan Alpin dalam Pudjiwati Sajogyo (1985) van den Ban dan Hawkins (1988) maupun oleh BPS (1993). Kualitas hidup petani yang terbaik pada petani wilayah I, kemudian petani wilayah I1 dan terendah pada petani wilayah 111.
Petani wilayah I11 membutuhkan
pembinaan menyeluruh pada semua unsur IMH kecuali melek huruf yang umumnya sudah baik. Petani wilayah I dan petani wilayah I1 masih membutuhkan pembinaan yang bervariasi khususnya pada beberapa kasus uang indikasinya belum mencapai yang diharapkan.
Hubungan Perilaku dan Produktkitas Usahatani Terhadap Kualitas Hidup
Infonnasi dari kajian pustaka menunjukkan ada dua variasi dalam menyatakan hubungan antara perilaku petani dengan kualitas hidupnya. Variasi pertama, dikemukakan oleh Kelsey dan Heame (1955), Allen (1958) maupun Sanders et al (1966) yang mengemukakan bahwa penyuluhan itu merubah perilaku petani yang
terlihat dari bagaimana melakukan ide baru yang menghasilkan produktivitas usaha tani dibanding dengan sebelumnya. Selanjutnya dari hasil produksi itu mereka memenuhi kebutuhan yang menjadikan kualitas hidup lebih baik. Variasi yang ke dua, dikemukakan oleh Leagans dalam Leagans dan Loomis (1971), Carpenter
dalam Vines dan Anderson (1976) maupun Maunder (1978) yang menyatakan bahwa dengan penyuluhan maka petani menjadi lebih tahu, mau dan mampu menerima dan menggunakan ide baru perbaikan usahatani. Ide baru itu selanjutnya oleh petani digunakan dan dikembangkan bersama petani lain dalam pemasyarakatan ide baru. Informasi pertama, menyatakan bahwa berubahnya perilaku petani dalam meningkatkan produksi karena bisa menggunakan ide baru. Sedangkan informasi ke dua, menyatakan bahwa berubahnya perilaku petani dalam meningkatkan produksi akan berkembang pada berbagai rekayasa menggunakan ide baru guna meningkatkin kualitas hidup. Informasi yang dikemukakan belum memberikan informasi bagaimana hubungannya produktivitas dengan kualitas hidup petani.
Infonnasi dari penelitian untuk mengetahui hubungan perilaku petani dan produktivitas usahatani terhadap kualitas hidup dalam lima indikasi. Indikasi tersebut adalah (I) hubungan perubahan perilaku petani dalarn meningkatkan produksi dan produktivitas pra panen terhadap kualitas hidup, dan (2) hubungan perubahan perilaku mengolah hasil dan produktivitas pasca panen terhadap kualitas hidup.
Indikator lainnya adaiah (3) hubungan perubahan perilaku dalam penyimpanan hail dan produktivitas hasil serta skala usaha terhadap kualitas hidup, (4) hubungan perubahan perulaku dalam pernasaran hail dan hail produksi terhadap kualitas hidup. dan (5) kontribusi petani terhadap pembangunan.
Untuk mengetahui berbagai
hubungan tersebut, maka data yang mendukung pada Lampiran 4 dan Lampiran 6 dicari hubungannya menurut uji hubungan Kendall W (Siegel, 1956). Hubungan Perilaku Meningkatkan Produksi dan Produkstivitas Pra Panen Terhadap Kualitas Hidup Hubungan perubahan perilaku petani dalam meningkatkan produksi dan produktivitas pra panen, dikemukakan pada Tabei 24. Tabel 24. Kompilasi Hasil Analisis Hubungan Hierarki Kawasan Kognitif, Afektip dan Psikomotorik Petani dalam Meningkatkan Produksi dan Produktivitas Usahatani Pra Panen terhadap Kualitas Hidup Petani pada Wilayah Perkembangan Pembangunan Pertanian 1, I1 dan 111
dilanjutkan
4
lGos Af Psi
5
Kog
Af
I 11 I11 I I1 I11 I I1 I11
Kog
Af Psi
fI11 I Af
I 11 I11 I 11 I11 I I1 I11 I 11 111 I I1 I11 I I1 I11 I I1 I11 I I1 XI1
Psi Kog
Af Pei Kog
Af Pei
0.7179' 0.7580' 0.7516. 0.6481. 0.6996' 0.6943. O.7179+ 0.7511+ 0.7516. 0.6797' 0.6659. 0.6842. 0.6186. 0.6865. 0.7037. 0.7147' 0.7147. 0.7284. 0.7611. 0.7980' 0.7979. 0.7603. 0.7724. 0.7946. 0.7382. 0.7661. 0.7708* 0.7431' 0.7654. 0.7553. 0.7431. 0.7654. 0.7553. 0.7601. 0.7733. 0.7635.
0.7466. 0.7684. 0.7745. 0.6996. 0.7329. 0.7401. 0.7466. O.7684+ 0.7745. 0.6659. 0.6659. 0.6865. 0.6842. 0.6142' 0.7037, 0.7170+ 0.7170* 0.7330. 0.7597* 0.7992. 0.8022* 0.7596. 0.7742. 0.7996. 0.7364' 0.7669. 0.7748. 0.7561. 0.7792' 0.7580. 0.7568. 0.7792' 0.7580+ 0.7665' 0.7797' 0.7588.
0.6996' 0.7329. 0.7403. 0.6240. 0.6686' 0.6771' 0.6996. 0.7329. 0.7401. 0.6771. 0.6771. 0.6943' 0.7011. 0.7011. 0.7171, 0.7236. 0.7236. 0.7362' 0.7598. 0.8065' 0.8072. 0.7603. 0.7394' 0.8052' 0.7371. 0.7781. 0.7835. 0.7563. 0.7729. 0.7588' 0.7563. 0.7729. 0.7588. 0.7653. 0.7727' 0.7590,
0.6771' 0.6771' 0.6771. 0.6771. 0.67710.6771' 0.7454. 0.7454. 0.7454' 0.7375. 0.7244. 0.7015' 0.7375' 0.7244. 0.7015* 0.7375. 0.7244. 0.7015' 0.7269' 0.7453. 0.7271. 0.6659. 0.6659' 0.6811. 0.7129. 0.7084. 0.7246. 0.5989. 0.5989' 0.5989' 0.5919. 0.5989. 0.5989' 0.6659. 0.6659. 0.6659.
0.6743. 0.6743. 0.6743. 0.6743. 0.6743' 0.6743. 0.7391. 0.7391. 0.7391. 0.7131. 0.6954' 0.6954. 0.7191' 0.6954. 0.6954. 0.7131' 0.6954. 0.6954' 0.7849. 0.8055* 0.7816. 0.7261. 0.7285' 0.7378. 0.7594. 0.7571. 0.7676. 0.5989* 0.5989. 0.5989. 0.5989. 0.5989. 0.5989* 0.6659. 0.6659. 0.6650'
O.6771* O.6771+ O.6771* 0.6771. 0.6771. 0.6771. Q.7488. 0.7488+ 0.7488' 0.7380. 0.7249. 0.7020' 0.7380. 0.7249' 0.7020. 0.7380* 0.7249. 0.7020+ 0.7911+ 0.8094. 0.7798. 0.7358. 0.7358' 0.7395. 0.7714. 0.7668. O.7716* 0.6436. 0.6436. 0.6436' 0.6436. 0.6436. 0.6436. 0.7084. 0.7084. 0.7013.
0.62 0.62 0.62 0.62 0.62 0.62 0.62 0.62 0.62 0.59 0.59 0.59 0.59 0.59 0.59 0.59 0.59 0.59 0.59 0.59 0.59 0.59 0.59 0.59 0.59 0.59 0.53 0.59 0.59 0.59 0.59 0.59 0.59 0.59 0.59 0.59
I
Keterangan : *
= Nyata pada a
,.,
7
= 0.432
Kom I = Komoditas usahatani utama ke satu Kom I1 = Komuditas usahatani utama ke dua. Kom 111 = Komuditas usahatani utama ke tiga. Lahan pada DAS hilir: 1 = pantai, 2 = pasang surut, 3 = kering 4 = tadah hujan, 5 = irigasi dan DAS hulu 6 = lebak, 7 = kering, 8 = tadah hujan dan 9 = irigasi Kawasan perilaku : Kog = kognitif, Af = afektip, Psi = psikomotorik
Kumpilasi hasil anal isis pada Tabel 24 menginformasikan adanya hubungan antara hierarki kawasan kognitif, afektip dan psikomotorik petani dalam menerima ide baru meningkatkan produksi dan produktivitas pra panen terhadap kualitas hidup petani wilayah perkembangan pembangunan pertanian I, 12 dan 111.
Hal ini menunjukkan
bahwa penyuluhan dalam meningkatkan produksi usahamni dan produktivitas pra panen mengubah perilaku petani dan mempunyai hubungan dengan kualitas hidup petani.
Perilaku Petani Mengolah Hasil dan Produktivitas Pasca Panen Terhadap Kualitas Hidup. Hubungan perubahan perilaku petani dalam perbaikan pengolahan hasil dan produktivitas usahatani pasca panen terhadap kualitas hidup, dengan kumpilasi hasil anal isis seperti pada Tabel 25.
Tabel 25.
Kompilasi Hasil Analisis Hubungan Hierarki Kawasan Kognitif, Afektip dan Psikomotorik Petani dalam Pengolahan Hasil dan Produktivitas Pasca Panen Terhadap Kualitas Hidup Petani Di Wilayah Perkembangan Pembangunan Pertanian I, I1 dan 111 Kualitae Hidup Petani Kawaean Perilaku Wilayah I Willyrh I1 &lam Pengolalaan Indak Kebutuh- Kebutuh- Indek Kebutuh- Kabutuh- Indek HUtU an M llutu Haei 1 nutu an an Hidup Keluarga Individu nidup Keluugr Individu Hidup 3
Kognitif ffektip Poikcmutor Kognitif Afektip Peikarotor Kognitif Afektip Peikmtox Kognitif Afektip Peikmtox Kognitif Afektip Peikorotox ' Psikmtox Afektip Psikarotox
4
5
6
7
0.7493. 0.7477. 0.7459. 0.7463. 0.7248. 0.7485. 0.7577. 0.7561. 0.8444' 0..456* 0.8216. 0.1531* 0.7578. 0.7567. 0.7463. 0.7553. 0.7704. 0.75.8' 0.7667. 0.7646. 0.7646. 0.7665. 0.7472. 0.7763. 0.7737. 0.7741. 0.7619. 0.7654. 0.7865. 0.77760.7367. 0.7366. 0.7487. 0.7501. 0.7550* 0.7566.
8
O.7489* 0.7516. 0.7512* 0.7528* 0.8432. 0.8566. 0.7510+ 0.7489. 0.7573' 0.7678. 0.7678. 0.7773. 0.7687. 0.7678. 0.7876. 0.7401. 0.7597. 0.7534.
9
0.7478. 0.7310, 0.7633. 0.7763. 0.7809. 0.8208. 0.7216* 0.7921. 0.8000* 0.7476. 0.7476. 0.7476. 0.7572. 0.7572. 0.7572. 0.7633. 0.7633. 0.7633.
Wilayah
XI1
Kebutuh- Kebutuhm an Individu IndivirL 10
0.7436* 0.7341. 0.7447. 0.7773. 0.7879. 0.7032. 0.7245. 0.7973. 0.7967. 0.7756. 0.7756. 0.7756. 0.7564. 0.7564. 0.7564* 0.7649* O.7649* 0.7649+
11
0.7498. 0.7311* 0.7402. 0.7759. 0.7883. 0.7045. 0.7012* 0.79451 0.7977. 0.7713. 0.7713. 0.7713. 0.7574. 0.7574. 0.7574. 0.7643. 0.7643. 0.7643.
dilanjutkan
I
lanjutan
Keterangan: * = Nyata pada a
,
165
r = 0.432
Lahan DAS hilir: 1 = pantai, 2 = pasang surut, 3 = kering, 4 = tadah hujan, 5 = irigasi dan lahan DAS hulu: 6 = lebak, 7 = kering, 8 = radah hujan dan 9 = irigasi Dari kompilasi hasil analisis menunjukkan bahwa perubahan perilaku petani dalam pengolahan hasil usahatani dan produktivitas pasca panen pada petani wilayah perkembangan pembangunan pertanian I, I I maupun I11 mempunyai hubungan dengan kualitas hidup. lnformasi tersebut memberikan petunjuk, bahwa: 1. Penyuluhan dalam meningkatkan produksi dan penyuluhan pengolahim hasil
dapat meningkatkan kualitas hidup petani.
2. Penyuluhan meningkatkan produksi, secara fisik berlanjut dengan penyuluhan pengolahan hasil dalam kesatuan perubahan perilaku petani guna meningkatkan kualitas hidup.
Perilaku Penyintpanan Hasil dengan Produktivitas Had dan Skala Usaha Terhadap Kualitas Hidup Petani. Hubungan perilaku petani dalam penyimpanan hasil usahatani dengan produktivitas hasil dan skala usaha terhadap kualitas hidup, dengan kumpilasi hasil analisis dikemukan pada Tabel 26. Kumpilasi tersebut memberikan informasi bahwa perilaku petani dalam penyimpanan hasil usahatani dan produktivitasnya dalam pencapaian hail dan skala usaha mempunyai hubungan dengan kualitas hidup petani di wilayah perkembangan pembangunan pertanian 1, I1 dan Ill.
Informasi yang telah dikemukakan menunjukkan bahwa untuk meningkatkan kualitas hidup petani dapat dicapai dengan meningkatkan perilaku petani dalam penyimpanan hasil usahatani.
Kemampuan petani dalam penyimpanan hasil itu akan meningkatkan
pruduktivitas hasil dan skala usaha dalam berusahatani yang kesemuanya mendukung peningkatan kualitas hidup petani.
Tabel 26.
Kompilasi Hasil Analisis Hubungan Hierarkhi Kawasan Kognitif, Afektip dan Psikomotorik Petani dalam Penyimpanan Hasil dengan Produktivitas Hasil d a n Skala Usahatani terhadap Kualitas Hidup Petani di Witayah Perkembangan Pembangunan Pertanian I, ll dan Ill
Keterangan : * = Nyata pada a
,,,
T
=
0.432
Lahan DAS hilir: 1 = pantai, 2 = pasang surut, 3 = kering. 4 = tadah hujan, 5 = irigasi dan DAS hulu: 6 = lebak, 7 = kering. 8 = tadah hujan dan 9 = irigasi.
167
Perilaku Pemasaran Hasil dan Hasil Produksi Terhadap Kualitas Hidup. Hubungan perilaku petani dalam pemasaran hasil dan hail produksi terhadap kualitas hidup petani dikemukakan pada kumpilasi hasil analisis Tabel 27. Hasil analisis tersebut memberikan informasi adanya hubungan antara perilaku dalam pemasaran hasil dan produksi yang dicapai dengan kualitas hidup petani wilayah perkernbangan pembangunan pertanian wilayah I, I1 dan Ill.
Tabel 27.
Kompilasi Hasil Analisis Hubungan Hierarki Kawasan Kognitif, Afektip dan Psikomotorik Petani dalam Pemasaran Hasil dengan Produktivitas Hasil Produksi Terhadap Kualitas Hidup Petani Wilayah Perkembangan Pembangunan Pertanian I, I1 dan I11
I I Lahan
I
Pantai
I
-ring Hilir Tadah
Hilir
Kering Hulu Tadah Hujrn nu1u Irigas
Kawasan Perilaku &lam Peuern
Kualitas Hidup Petani
I
Wilayah I Indsk Uutu Hidup
Wilayah
Karbutuh-Kebutuh- Indok an m Mutu Keluarga Individu Hidup
I1
0.9145. 0.9123. 0.9245. 0.a077. 0.7985. 0.7875. 0.8063+ O.al06. 0.7685. 0.7743. 0.7647. 0.7975. 0.7481. 0.7394. 0.7668.
O.B271+ O.BOSl* 0.6834. 0.1963. 0.7304. 0.7327. 0.7735. 0.6073. 0.6112. 0.7809* 0.7745. 0.8016* 0.7353. 0.7415. 0.7456.
0.6667. 0.6767. 0.6566. 0.7696. 0.1619. 0.7619. 0.7426. 0.7745. 0.7513+ 0.7698. 0.7059. 0.7261. 0.7504. 0.7394. 0.7016.
0.6842+ 0.6123. 0.7652. 0.0049. O.6240+ 0.6240. O.6240+ 0.6667. 0.6687. 0.6576. 0.6576. 0.6576. 0.6576. 0.6576. 0.6576.
0.7743. 0.9367. 0.6721. 0.7376. 0.6659. 0.6659. 0.6659. 0.6617. 0.6687. 0.6659. 0.6659. 0.6659. 0.6607. 0.6687. 0.6687.
O.7763+ 0.1374. O.6156* 0.7751. 0.66070.6617. 0.6607. O.66S¶* O.665¶* 0.6667. 0.6607. 0.6607. O.6909* 0.6-9. 0.7969.
Kognitif Afektip Peikarotor Kognitif Afektip Poikcmotor Kognitif Afektip Peikaotor Kognitif Afektip Poikaotor
0.7179. 0.6461. 0.7179* 0.6693. 0.6693. 0.66937 O.7611+ 0.7611. 0.7611. 0.7431. 0.7431. 0.7431.
0.74667 0.6996. 0.7466. 0.6693. 0.6693. 0.6693. 0.7596. 0.7596* 0.7596. 0.7560. 0.7561. 0.7560*
0.6996. 0.62407 0.6996. 0.6693. 0.6693. 0.66693 0.7667. 0.7667. 0.7667. 0.7563. O.7563* 0.7563.
0.6240. 0.6240. O.7240* 0.5989* 0.5969. 0.5969+ 0.5989. 0.5969* 0.5969. 0.5989+ 0.5989. 0.5989*
0.6577. 0.6576. 0.6576. 0.5969+ 0.5969. 0.5969. 0.5969. 0.5909* 0.5989. 0.5969* 0.5909+ 0.5909.
0.7989. O.69.l. 0.79.9. 0.79*1* 0.5¶*1* 0.598lr 0 . 5 ) . * O . S ) . S * 0.5-9. 0.5989. 0.5-9* 0.5¶09*
,,,
T =
0.432
-
Wilayah I11
Kebutuh- Kebutuh- In* an an lutu Kaluarga Individu Uilidup
Kognitif Afektip Peikorotor Kognitif AEektip Peikorotor Kognitif Mektip Psikwtor Kognitif Afektip Peikorotor Kognitif Afaktip Psikcmotor
Keterangan : * = Nyata pada cr
I
I
Krkttuh- Krkttuhm Kel-rga lndividu
168 Ke empat informasi yang telah dikemukakan yaitu (1) perilaku petani dalam meningkatkan produksi dan produktivitas pra panen, (2) perilaku petani dalam pengolahan hasil dan produktivitas pasca panen, (3) perilaku dalam penyimpanan hasil dan produktivitas hasil dan skala usaha serta (4) perilaku dalam pemasaran hasil dan hasil produksi usahatani, semuanya mempunyai hubungan dengan kualitas hidup petani. Hubungan tersebut digambarkan sebagai berikut.
Perilaku Meningkatkan Produksi dan Produktivitas Pra Pane Perilaku Pengolahan Hasii Usahatani dan Produktivitas Pasca Panen
C
-
Kualitas Hidup
Perilaku Penyimpanan Hasil Usahatani dan Produktivitas Hasil dan Skala Usaha
Petani 4
Perilaku Memasarkan Hasil dan Hasil Produksi Usahatani Gambar 7.
Hubungan Perilaku Petani dan Produktivitas Usahatani Terhadap Kualitas Hidup Petani
Kebutuhan dan Kontribusi Petani Terhadap Pembangunan. Kebutuhan petani berupa pemenuhan kebutuhan keluarga, pemenuhan kebutuhan individu sebagai petani pengusaha dan meningkatnya Indek Mutu Hidup. Sedang kontribusi petani dalam pembangunan pertanian, mencakup empat faktor. Pertama, intensifikasi usahatani guna memberikan surplus yang mendukung usaha swasembada pangan.
169
Ke dua, menyediakan bahan baku industri dari hasil usahatani sesuai dengan potensi. Ke tiga, penghematan devisa negara atau memberikan sumbangan pada pembangunan dengan memenuhi kewajiban perpajakan dan swadaya memelihara bangunan usahatani dan desa. Ke empat, datam lapangan kerja, petani menggunakan mara
diam dalam siklus berusahatani, berikut meningkatkan mum kerja guna meningkatkan h a i l dan skala usaha. Pada Lampiran 8 dikemukakan kontribusi petani dalam pembangunan. Kumpilasi data tersebut seperti dikemukakan pada Tabel 23 halaman 159 yang member ikan informasi bahwa 82 persen petani telah menyumbangkan surplus hasil usahatani sesuai potensi lahan untuk melestarikan swasembada. Berikut 66 persen pada bahan baku industri 66 persen memberikan sumbangan pada pembangunan dan
63 persen memberikan andil dalam lapangan kerja. Kontribusi yang terbesar diberikan oleh petani wiiayah pembangunan 1 kemudian petani wilayah I1 dan terkecil pada petani wilayah 111. Keadaan kognitif petani dalam pemenuhan kebutuhan hidup terhadap kognitif pada kontribusi petani pada pembangunan perranian yaitu seperti pada data Lampiran 8. Setelah dilakukan uji hubungan menurut Kendall W, memperlihatkan hasil seperti pada Tabel 28 dengan informasi sebagai berikut. 1. Dalam satu kesatuan, kontribusi petani (swasembada pangan, bahan baku
industri , sumbangan pembangunan dan lapangan kerja) tidak mempunyai hubungan dengan masing - masing faktor kebutuhan hidup petani (IMH, kebutuhan keluarga, kebutuhan individu).
Tabel 28.
Wotri busi Petmi
L a h a
Kompilasi Hasil Analisis Hubungan Kognitif Pemenuhan Kebutuhan Hidup Petani dengan Kontribusinya pada Pembangunan di Wilayah Perkembangan Pembangunan Pertanian I, I1 clan 111
1
E-& Indak Kabutuh Kabutuh Serua
P.rburgunar
n
Hidup lua-a Swaeemb. Bh Baku Daviea Lp.Kerja Saua 0.2132 Swaeemb Bh BJFu Devisa Lp.Ke rja Serua 0.2828 Swaeemb . Bh Baku . Daviea Lp.Ke rja sema 0.2403 Swaeem Bh. Baku Daviea Lp-brja sarua 0.2097 Swrsemb. Bh Blku Deviea Lp.Kerja Saua 0.2905
dividu
.
0.2084 0.2186
.
.
.
0.2402 0.2397
0.4392. 0.4152 0.4392. 0.4243 0.4337. 0.4238 0.4337. 0.4318 0.4383. 0.4383. 0.4303. 0.4339.
I
0.2122 0.2112 0.2122
0.4259 0.4307 0.4259 0.4307 0.2124 0.2188 0.4353' 0.4259 0.4353. 0.4172 0.2933 0.2224
0.4304. 0.4184 0.4384. 0.41.4 0.2122 0.2112 0.200~ 0.4142 0.4142 0.4142 0.4142 0.2081 0.2728 0.2757
0.4133 0.3811 0.3812 0.3929 0.2117 0.2081 0.4182 0.4182 0.4182 0.4182 0.2122 0.2466 0.4255 0.4122 0.4109 0.4164
.
,
1nda)r Kebutuh Kcbutuh Semua Indek W t u h Kebutuh Sslur llutu an KO- an In- Kebu- llutu an Ka- m In- KabuHidup luarga dividu tuhan Hidup luarga dividu tuhan
0.2607 0.2122 0.1991 0.4335. 0 -4259 0.4335' 0.4215
.
Svaermb Bh Baku Daviaa Lp.Kerja Selua 0.2338 Swaeemb Bh Baku Deviea Lp.Ker)a Serua 0.2081 Swaeemb. Bh Baku Deviaa Lp.Kerja S ~ u a 0.2481 Swa~emb. 1 Bh Baku Daviaa Lp.Kerja Smua 0.2422
I
0.2358 0.2476 0.2486
0.2773 0.2763
.
Nilayah
I1
0.4335. 0.4157 0.4256 0.4268
.
.
t u b
Wilayah
0.4336. 0.3593 0.4353. 0.4134
. .
I
Kebutuhan Hidup Patani
0.2520 0.2393 0.4364. 0.4276 0.4259 0.4205
.
0.2365 0.2202
I
Keterangan : *
= Nyata pada a o.os
7
= 0.432
Swasemb. = Swasembada Pangan. BH.Baku = Bahan Baku Industri. Devisa = Penghematan devisa negara. Lp.Kerja = Lapangan kerja. Lahan DAS hilir: 1 = pantai, 2 = pasang surut, 3 = kering, 4 tadah hujan. 5 = irigasi dan DAS hulu: 6 = lebak, 7 = kering, 8 = tadah hujan dan 9 = irigasi.
171
2. Kesatuan faktor - faktor kebutuhan hidup petani mempunyai hubungan dengan masing - masing faktor kontribusi petani, bila : a. Peluang swasembada pangan (adanya hasil yang dijual, dijual karena berlebih, penjualan berencana, penetapan harga oleh kedua pihak, menggunakan bimbingan) dan sumbangan pembangunan atau peluang devisa (melunasi pajak, memelihara bangunan pertanian, memelihara bangunan desa, melihara bangunan keagamaan, menggunakan bimbingan) terpenuhi atau setingkat dibawahnya. b. Peluang bahan baku (hasil untuk industri rumah tangga dan atau industri lain yang sedang d ibutuhkan, menggunakan bimbingan) dan peluang kerja (membanding, memperkecil masa diam bertani, magang, membimbing kerja, usaha peningkatan kerja, usaha yang lebih memberikan pendapatan riil tinggi, jadwal kerja dan peningkatan kedudukan petani) ddam keadaan terpenuhi.
3. a. Sebagian besar petani wilayah I11 sebagian besar telah memberikan kontribusi pada pelestarian swasembada pangan, Kontribusi yang relatip sama pada penyediaan bahan baku industri sesuai permintaan
P-• b. Petani wilayah I1 kecuali di lahan irigasi hilir, telah memberikan kontribusi pada swasembada pangan dan penghematan devisa, Petani lahan kering dan irigasi hulu memberikan kontribusi pada bahan baku industri dan lapangan kerja. b. Petani wilayah 1 telah memberikan kontribusi pada pembangunan, kecuali pada beberapa kasus petani di lahan pantai dan petani di lahan lebak.
172
Implikasi hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perubahan dalam meningkatkan kualitas hidup petani dapat diupayakan dengan meningkatkan perilaku petani di dalam perbaikan usahatani. Informasi tersebut didukung oleh semua indikasi yang menunjukkan perubahan perilaku petani dalam perbaikan usahatani (meningkatkan produksi, pengolahan hasil, penyimpanan hasil dan pemasaran hasil) dan produktivitas usahatani (produktivitas para panen. produktivitas hasil produksi persatuan luas dan produktivitas pasca panen) mempunyai hubungan dengan kualitas hidup petani. lnformasi tersebut sejalan dengan yang dikemukakan oleh Leagans dalam Leagans dan Loomis (1971). Carpenter dalam Vines dan Anderson ( 1976)
maupun Maunder ( 1978) yang menyatakan bahwa perubahan perilaku petani itu sifatnya berlanjut, yaitu berkembang dari menerima dan menggunakan ide baru meningkatkan produksi pada perkembangan perkembangan usahatani berikutnya, I nformasi lebih lanjut bahwa semakin terpenuhinya kebutuhan petani
maka akan semakin meningkat pula kontribusi petani pada pembangunan. Temuan penelitian ini menunjukkan bervariasinya tingkat pemenuhan kebutuhan hidup petani wilayah pembangunan pertanian 1, wilayah I1 dan wilayah 111. Untuk ini dibutuhkan adanya variasi (materi, teknik dan perioritas) dalam penyuluhan pembangunan pertanian Indonesia.
Variasi dalam kaitan kontribusi petani yang membutuhkan
penyuluhan secara khusus (bukan bersifat pengembangan yang ada) adalah: 1. Bagi petani wilayah perkembangan pembangunan pertanian 11I DAS hii ir
dengan menambah materi bahan baku industri dan intensifikasi pelwang kerja. Untuk petani DAS h u l u memerlukan penyuluhan semua unsur yang menjadi kontribusi petani.
2. Bagi petani wilayah perkembangan pembangunan pertanian 11, penyuluhan tentang hasil pertanian untuk industri dan intensifikasi peluang kerja. khususnya bagi petani DAS hilir, berikut juga bagi petani lahan lebak.
173 3. Bagi petani wilayah perkembangan pembangunan pertanian I, untuk yang di lahan pantai daiam materi bahan baku industri dan intensifikasi kerja serta penggunaan peluang kerja.
Bagi petani lahan lebak, pembinaan
dalam meningkatkan surplus usahatani guna mendukung pelestarian swasembada dan peningkatan sumbangan pembangunan dalam pemeliharaan sarana pembangunan usahatani dan desa. Penyuluhan pembangunan pertanian sasarannya mengubah perilaku petani untuk lebih mampu menggunakan sumberdaya alam dan kemudahan berusahahni sehingga produktivitas petani dan produktivitas usahatani meningkat. Peru-
pro-
duktivitas tersebut, menjadikan makin terpenuhinya kebutuhan hidup petani yang sekaligus pula meningkatnya kontribusi petani pada pembangunan.
Perubahan
tersebut seperti pada Gambar 8.
1
n
Petani
Kualitas Hidup Petani Kebutuhan Petani pa& .. Kebutuhan Kelu Kebutuhan I*= . Indek Mutu H ~ d u p Kontribusi Petani pada
Produktivitas
Gambar 8.
Hubungan Perilaku dengan Produktivitas Petani dan Produktivitas Usahatani Terhadap Kualitas Hidup Petani dalam Penyuluhan Pembangunan Pertanian.
Sistem Penvuluhan Pembangunan Pertanian
Informasi dun' kqjian pustaka menu njukkan bahwa adanya sistem ditunjukkan oleh kebersamaan dan ketergantungan antara fungsi - fungsi dalam mencapai tujuan bersama. Kebersamaan d itunjukkan oleh adanya keikutsertaan (partisipasi) dalam perencanaan. pelaksanaan dan penilaian. Sedangkan ketergantungan ditunjukkan oleh dibutuhkannya aktivitas dari pelaku fungsi lain terhadap aktivitas suatu fungsi guna mencapai tujuan bersama. Rogers ( 1969). Weitz (197 1) dan Morgan et a1 ( 1976) menyatakan bahwa penyuluhan tidak berdiri sendiri dalam mencapai tujuan, tetapi didukung oleh fungsifungsi dalam mendukung proses belajar sasaran untuk menerima dan menggunakan ide baru perbaikan usahatani. Dalam kaitan ini manurut Allen (1958) maupun Rogers dan Shoemaker (1966) bahwa penyuluhan berlangsung dalam sistem adopsi inovasi. Pada sistem tersebut berperan fungsi penelitian yang menghasilkan ide baru, fungsi penyuluhan yang mendidik penggunaan ide baru, dan fungsi pengusahaan usahatani (petani) yang menerima dan menggunakan ide baru. Berlangsungnya aktivitas fungsifungsi dalam proses adopsi inovasi, menurut Lionberger dan Gwin (1982) perlu dilengkapi dengan fungsi pelayanan. Hal ini karena tanpa fungsi pelayanan yang melayani sarana dan modal, maka adopsi suatu inovasi akan berjalan lambat. Sedangkan Jedlicka (1977) mengemukakan perlunya fungsi pengaturan yang mengkoordinir arah dan sasaran pembangunan,disamping perlunya fungsi yang mengkelola modal usaha, penelitian dan penyuluhan.
Perlunya fungsi pelayanan
dan fungsi pengaturan dalam adopsi inovasi dinyatakan deh Kearl dafam Schramm dan Lerner (1976) sebagai sistem paket. Sistem tersebut seperti halnya pada Puebla Models tahun 1956 di Mexico. District Programs tahun 1966 di India, Masagana 99 dan Maesena 99 tahun 1974 di Filipina.
175 Sistem tersebut oleh Yadav (1980) dinyatakan sebagai sistem terpadu, karena memadukan antara kebutuhan petani yang berorientasi pada kebutuhan keluarga dan kebutuhan pemerintah yang beroreintasi pada kebutuhan regional dan nasional. Dengan pelaku fungsi yang sama, sejak tahun 1963 Indonesia menyelenggarakan sistem PUL yang berkembang menjadi sistem B i m sampai sekarang. Adanya sistem
PUL rnerupakan mata rantai dari plan Kasimo tahun 1948, plan Wisaksono tahun 1950 yang lebih dikenal dengan RKI (Rencana Kerja Istimewa). Dalam perkembangannya, sistem paket menurut Kearl dalam Schramm dan Lerner (1976) masih dirasakan belum mernenuhi kebutuhan pembangunan pertanian. Ia rnenyarankan adanya sistem baru yang dinamakannya sistem pendorong (induce systems). Hal ini didasarkan pada petani memilih usahatani untuk kebutuhan sendiri dan kebutuhan pasar.
Pada petani maju, pasar merupakan pendorong dalam
memilih dan memutuskan komuditas usahatani. Pada petani Indonesia telah ada kecenderungan dibutuhkannya fungsi pasar dalam sistem yang ada sekarang. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Kasryno dan Suryana (1988) bahwa banyak petani mengalihkan komoditas pertaniannya karena pengaruh pasar.
Berubahnya petani
dalam berusahatani, menurut Hagen (1958) karena berubahnya pengetahuan petani, pengetahuan itu sendiri banyak dipengaruhi oleh fungsi informasi. Dalam kaitan ini pengaruh media massa, seperti siaran radio, televisi, koran rnasuk desa (KMD)dan berbagai terbitan pertanian, dapat mendorong lebih cepatnya penerimaan ide baru perbaikan usahatani. Dengan demikian kedudukan fungsi informasi perlu pula diperhitungkan dalam sistem penyuluhan. Informasi dari hasil penelitian yang diperoleh dari studi lapang, memper-
lihatkan ciri adanya sistem. Ciri tersebut mencakup kebersamaan antar fungsi fungsi dan ciri ketergantungan antar fungsi - fungsi dalam penyuluhan pembangunan pertanian Indonesia. Informasi tersebut. secara rinci dikemukakan berikut ini.
Kebersamaan Antar Fungsi Ddam Penyuluhan Kebersamaan antar fungsi dalam penyuluhan pembangunan pertanian ditunjukkan oleh partisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan dan penilaian aktivitas yang membutuhkan kebersamaan. Data kebersamaan menurut fungsi pengusahaan usahatani dikemukakan pada Lampiran 9 dan data kebersamaan menurut fungsi pengaturan, pelayanan, penelitian, penyuluhan, pasar dan informasi seperti pada Lampiran 10. Kebersamaan tersebut bertolak dari petani sebagai pelaku utama pembangunan pertanian. Kebersamaan dalam perencanaan, pelaksanaan dan penilaian antara fungsi penelitian, pengaturan, pelayanan, pasar, informasi, penyuluhan dan pengusahaan usahatani dengan kumpilasi seperti dikemukakan pada Tabel 29. Tabel 29 menginformasikan bahwa kebersamaan dalam perencanaan telah berlangsung secara merata, namun dengan derajat yang bervariasi. Kebersamaan dalam perencanaan pada wilayah I antara 0.69 sampai 1.00 dan pada wiiayah 11 antara 0.65 sampai 1.00. Pada dua wilayah tersebut relatif sudah baik, yang masih kurang adalah kebersamaan antara fungsi pengusahaan usahatani dengan fungsi pengaturan dan dengan fu ngs i informasi. Kebersamaan dalam perencanaan pada wilayah
I11 antara 0.04 sampai 0.75 dimana yang relatif baik hanyalah antara fungsi pengusahaan usahatani dengan fungsi penyuluhan dan dengan fungsi pelayanan, yaitu masing - masing 0.72 dan 0.75 sedangkan lainnya kurang dari 0.38. Kebersamaan dalam pelaksanaan kegiatan antar fungsi dalam penyuluhan pembangunan pertanian, telah berlangsung dengan baik pada semua wilayah perkembangan pembangunan pertanian. Kebersamaan dalam penilaian kegiatan terlemah dari semua peluang kebersamaan. Kebersamaan dalam penilaian di wilayah I antara 0.28 sampai 0.93 pada wilayah I1 antara 0.24 sampai 0.89 sedangkan pada wilayah I l l antara 0.00 sampai 0.17.
Kebersamaan pada wilayah Ill, disamping
belum merata pada semua fungsi yang terkait, mutunya rendah dari wilayah lain.
I n Tabel 29. Kebersamaan Fungsi - Fungsi dalam Penyuluhan Pembangunan Pertanian
1
F- 1
F-2 a
F-3 b
0.83 0.92
1.00 0.74 1.00 0.67
F-4
F-5
F-6
F-7
0.69 1.00 0.31
1.00 1.00 0.93
1.00 1.00 0.91
0.81 1.00 0.33
0.65 1.00 0.31
1.00 1.00 0.43
1.00 1.00 0.33
0.66 1.00 0.33
0.35 1.00 0.03
0.72 1.00 0.14
0.35 1.00 0.00
0.29 1.00 0.00
4
c
Wilayah I
F- 1 F-2 F-3 a 1.00 b 1.00 c 0.68 F-4 F-5 F-6 F-7
1.00 1-00 0.92
0.74 1.00 0.94 0.79
1.00 1.00 1.00 1.00
0.36 0.82 0.85 0.28
0.85 0.86
1.00 0.24 1.00 0.77
0.65 1.00 0.88 0.65
1.00 1.00 1.00 1.00
0.04 0.68
1.00 0.00 1.00 0.07
Wilayah I1
F- 1 F-2 F-3 a 0.96 b 1.00 c 0.38 F-4 F-5 F-6 F-7
1.00 1.00 0.89
0.33 0.38 0.24 0.24
Wilayah 111
F- 1 F-2 F-3a 0.11 b 1.00 c 0.11 F-4 F-5 F-6 F-7
0.75 1.00 0.09
0.23 0.60 0.37 0.18
1.00 1.00 1.00 1.00
0.08 0.10 0.17 0.00
C
4
Sumber
: Data Primer
Keterangan: F-1 = fungsi penelitian, F-2 = fungsi penyuluhan, F-3 = fungsi pengusahaan usahatani, F-4 = fungsi pengaturan, F-5 = fungsi pelayanan, F-6 = fungsi pasar, dan F-7 = fungsi informasi. a = perencanaan, b = pelaksanaan, dan c = penilaian
Ketergantungan Antar Fun& Dalam Penyuluhan Ketergantungan antar fungsi dalam penyuluhan pembangunan pertanian ialah dibutuhkannya aktivitas pelaku fungsi lain terhadap kelangsungan aktivitas suatu fungsi untuk mencapai sasaran dan tujuan bersama. Sasaran penyuluhan pembangunan pertanian adalah diterima dan digunakannya ide baru perbaikan usahatani oleh fungsi pengusahaan usahatani. Sedangkan tujuan penyuluhan pembangunan pertanian adalah meningkatnya kualitas hidup fungsi pengusahaan usahatani, setidaknya sejajar dengan kemajuan profesi lain. Untuk mengetahui derajat ketergantungan antar fungsi
- fungsi dalam pe-
nyuluhan pembangunan pertanian, dilakukan analisis secara parsial dan analisis lintas (path analysis). Analisis lintas dimaksudkan untuk mengetahui antar fungsi - fungsi mana yang mempunyai hubungan lebih besar. Hasil analisis ketergantungan antar fungsi dalam penyuluhan pembangunan pertanian menurut wilayah perkembangan seperti dikemukakan berikut ini. A. Ketergantungan Antar Fungsi di Wilayah I
-
Hasil analisis parsial terhadap.adanya ketergantungan fungsi fungsi dalam penyuluhan pembangunan pertanian wilayah I, dikemukakan pada Tabel 30. Pada Tabel 30 memberikan informasi adanya ketergantungan antar fungsi penelitian, fungsi penyuluhan, fungsi pengusahaan usahatani, fungsi pengaturan, fungsi pelayanan, fungsi pasar dan fungsi informasi dalam fungsi pengusahaan usahatani menerima dan menerapkan ide baru perbaikan usahatani. Ketergantungan antar fungsi tersebut terjadi pada fungsi pengusahaan usahatani meningkatkan produksi, pemasaran hasil maupun dalam perbaikan usahatani secara keseluruhan.
Tabel 30.
Kumpilasi Hasil Analisis pada Ketergantungan Antar Fungsi Fungsi dalam Penyuluhan Pembangunan Pertanian Wilayah I
-
Pemasaran Hasil Usahatani
1.0000
0.7387" 1.0000
0.6322' 0.6253' 1.0000
0.6151' 0.6210' 0.6197'
I
I
Sumber
: Data Primer.
Keterangan:
* nyata pada ,,, ** nyata pada ,, F-1 F-2 F-3 F-4 F-5 F-6 F-7
= fungsi = fungsi = fungsi = fungsi
= 0.6021 = 0.7348
penelitian penyuluhan. pengusahaan usahatani pengaturan = fungsi pelayanan = fungsi pasar, dan = fungsi informasi.
180 Hasil analisis lintas terhadap hubungan fungsi penelitian, penyuluhan, peng-
usahaan usahatani, pengaturan, pelayanan, pasar dan informasi dalarn fungsi pengusahaan usahatani menerima dan menerapkan ide baru peningkatan produksi seperti dikemukakan pada Gambar 9.
Gambar 9.
Ketergantungan antar Fungsi Pelayanan, Penyuluhan, Pasar, Infonnasi, Pengaturan, Penelitian dan Pengusahaan Usahatani dalam Fungsi Pengusahaan Usahatani Men ingkatkan Produksi Usahatani pada Penyuluhan Pembangunan Pertanian Wilayah I
Keterangan: R* = 0.67558 Informasi pada Gambar 9 menunjukkan adanya hubungan antar fungsi pada semua fungsi dalam penyuluhan pembangunan pertanian wilayah I pada fungsi pengusahaan usahatani menerima dan menerapkan ide baru perbaikan usahatani meningkatkan produksi.
181 Gambar 9 menginformasikan bahwa diterima dan digunakannya ide baru dengan
sasaran untuk meningkatkan produksi oleh fungsi pengusahaan usahatani; banyak ditentukan oleh aktivitas dari fungsi penyuluhan dengan porsi 29 persen kemudian aktivitas fungsi pelayanan 27 persen dan oleh aktivitas fungsi pasar 20 persen. Aktivitas fungsi informasi menempati porsi 13 persen, sedangkan aktivitas fungsi pengaturan dan aktivitas fungsi penelitian masing - masing 6 persen dan 5 persen. Kecilnya porsi aktivitas fungsi informasi menurut fun& pengusahaan usahatani karena informasi pembangunan pertanian yang mereka butuhkan baru sebagian terpenuhi dari sumber informasi yang ada. Keadaan yang relatif sama pada aktivitas fungsi penelitian, dimana hasil - hail penelitian yang sampai ke fungsi pengusahaan usahatani sangat kurang dan kalaupun ter sedia, untuk menggunakannya belum
sesua. dengan banyak lokasi. Dihubungkan dengan kemandirian fungsi pengusahaan usahatani, kecilnya porsi fungsi pengaturan menunjubn bahwa aktivitas fungsi pengusahaan usahatani tidak memerlukan banyak pengaturan. Dilihat dari fungsi - fungsi yang berperan terhadap aktivitas fungsi pengusahatan usahatani di dalam sistem penyuluhan, porsi ketergantungannya bervariasi. Aktivitas fungsi penyuluhan lebih banyak tergantung dengan aktivitas fungsi informasi, aktivitas fungsi pelayanan dan aktivitas fungsi p a x .
Dilihat dari proses
adopsi inovasi, seyogianya fungsi penyuluhan lebih tergantung pada fungsi penelitian. Aktivitas fungsi informasi lebih tergantung pada aktivitas fungsi pasir dan dengan aktivitas fi~ngsipenelitian. Dengan demikian peran yang dilakukan oleh fungsi informasi telah dilakukan berdasarkan hasil - hasil penelitian dan berorientasi pada kebutuhan pasar sebagai upaya mengubah petani dari era subsisten ke era pasar atau agribisnis. Aktivitas fungsi pasar maupun aktivitas fungsi pelayanan masih lebih tergantung pada aktivitas fungsi pengaturan dari pada aktivitas fungsi penelitian, sedangkan yang diharapkan adalah yang sebaliknya.
182 Hasil analisis lintas terhadap hubungan fungsi penelitian, penyuluhan, pengusahaan usahatani, pengaturan, pelayanan, pasar dan informasi dalam fungsi pengusahaan usahatani menerima dan menerapkan ide baru pemasaran hasil usahatani seperti dikemukakan pada Gambar 10.
Gambar 10. Ketergantungan antar Fungsi Pasar, Penyuluhan, Informasi, Pelayanan, Penelitian pengaturan dan Pengusahaan Usahatani dalam Fungsi Pengusahaan Usahatani Menerima danMenerapkan Ide Baru Pemasaraq Hasil Usahatani pada Penyuluhan Pembangunan Pertanian Wilayah I Keterangan: R* = 0.69509 In formasi pada Ga~nbar10 menunjukkan adanya hubungan ketergantungan
antar fungsi - fungsi pada penyuluhan pembangunan pertanian wilayah I dalan fungsi pengusahaan usallatani menerima dan menerapkan ide baru perbaikan pemasaran hasil usahatani.
183 Gambar 10 menginformasikan bahwa diterima dan digunakannya ide baru dengan sasaran untuk meningkatkan pemasaran hasil oleh fungsi pengusahaan usahatani, banyak ditentukan oleh aktivitas dari fungsi pasar dengan porsi 28 persen kemudian aktivitas fungsi penyuluhan 22 persen dan oleh aktivitas fungsi informasi 17 persen. Aktivitas fungsi pelayanan menempati porsi 16 persen, s e d a n g b aktivitas fungsi pengaturan dan aktivitas fungsi penelitian masing
- masing 7 persen dan 10 persen.
Kecilnya porsi aktivitas fungsi penelitian menurut fungsi pengusahaan usahatani karena kurangnya penelitian pemasaran hasil usahatani. Sedangkan di dalam proses pemasaran hasil, fungsi pengusahaan usahatani membutuhkan ide barn yang baik secara langsung maupun melalui aktivitas fungsi penyuluhan. Kecilnya porsi fungsi pengaturan di dalam membina fungsi pengusahaan usahatani mencerminkan peringkat kemandirian petani yang diharapkan. Dilihat dari fungsi - fungsi yang berperan terhadap aktivitas fungsi pengusahatan usahatani di dalam sistem penyuluhan pembangunan pertanian, porsi ketergantungannya bervariasi. Aktivitas fungsi penyuluhan dengan porsi ketergantung annya yang relatif sama dengan fungsi penelitian, fungsi pengaturan, fungsi pelayanan dan fungsi pasar, yang lebih besar hanya dengan fungsi informasi. Dilihat dari proses adopsi inovasi, seyogianya fungsi penyuluhan lebih tergantung pada fungsi penelitian. Hal ini karena apa yang disuluhkan adalah materi yang telah teruji melalui aktivitas penelitian dan fungsi penyuluh sendiri merupgkan penghubung antara fungsi penelitian dengan fungsi pengusahaan usahatani selaku pengguna. Keadaan yang lain pada fungsi informasi yang lebih tergantung pada fungsi penelitian. Aktivitas fungsi pasar maupun aktivitas fungsi pelayanan tergantung pada aktivitas fungsi pengaturan dan dengan aktivitas fungsi penelitian dan porsis yang jauh berbeda.
Hasil analisis lintas terhadap hubungan fungsi penelitian, penyuluhan, pengusahaan usahatani, pengaturan, pelayanan, pasar dan informasi dalam fungsi pengusahaan usahatani menerima dan menerapkan ide baru perbaikan usahatani seperti dikemukakan pada Gambar 11.
Gambar 1 1. Ketergantungan antar Fungsi Pelayanan, Penyuiuhan, Pasar, Informasi, Pengaturan, Penelitian dan Pengusahaan Usahatani ddam Fungsi Pengusahaan Usahatani Menerima dan Menera~kanIde Baru Perbaikaq Usahatani di Penyuluhan Pembangunan Pertanian Wilayah I Keterangan: R~ = 0.66438 Informasi pada Gambar 11, menunjukkan adanya hubungan ketergantungan
antar fungsi pada semua fungsi pada penyuluhan pembangunan pertanian wilayah 1 dalam fungsi pengusahaan usahatani menerima dan menerapkan ide baru perbaikan usahatani.
185 Gambar 11 menginformasikan bahwa diterima dan digunakannya ide baru dengan sasaran untuk perbaikan usahatani secara keseluruhan oleh fungsi pengusahaan usahatani dalam porsis yang bervariasi. Porsi yang terbesar adalah ketergantungan dengan aktivitas fungsi pasar 31 persen atau sepertiga Qri keselumhan fungsi yang terkait. Dengan kata lain aktivitas berusahatani fungsi pengusahaan usahatani berorientasi pada kebutuhan pasar. Porsi berikutnya adidah ketergantungan dengan aktivitas fungsi informasi 22 persen dan aktivitas fungsi penyuluhan 15 persen. Peran fungsi pelayanan dan fungsi pelayanan relatif sama yaitu 12 persen dan 11 persen, yang terelidah ketergantungan dengan fungsi pengaturan yang hanya sekitar
8 persen. Rendalinya ketergantungan fungsi pengusahaan usabatani dengan aktivitas fungsi pasar mencerminkan kemandirian petani yang cukup menggembnirakan. Dilihat dari fungsi - fungsi yang berperan terhadap aktivitas fungsi pengusahatan usahatalii di dalam sistem penyuluhan pembangunan pertmian, porsi ketergantungannya bervariasi. Aktivitas fungsi penyuluhan dengan porsi ketergantung annya yang relatif sama dengan fungsi penelitian, fungsi pengaturan, f'ungsi pelayanan dan fungsi pasar, yang lebih besar hanya dengan fungsi informasi. Dilihat dari proses adopsi inovasi, seyogianya fungsi penyuluhan lebih tergantung pada fungsi penelitian. Hal ini karena apa yang disuluhkan adalah materi yang telah teruji melalui aktivitas penelitian dan fungsi penyuluh sendiri merupakan penghubung ant= fungsi penelitian dengan fungsi pengusahaan usahatani selaku pengguna. Keadaan yang lain pada fungsi informasi yang lebih tergantung pa& fungsi penelitian dengan porsi dua kalinya dibandingkan dengan ketergantungannya pada fungsi lain. Aktivitas fungsi pasar maupun aktivitas fungsi pelayanan tergantung pada aktivitas fungsi pengaturan dan dengan aktivitas fungsi penelitian dan porsis yang jauh berbeda.
186
B. Ketergantungan Antar Fungsi di Wilsyah I1 Hasil analisis parsial terhadap adanya ketergantungan fungsi - fungsi dalam penyuluhan pembangunan pertanian wilayah 11, dikemukakan pada 'Ethel 3 1.
%be1 31.
Kunlpilasi Hasil Analisis pada Ketergantungan Antar Fungsi Fungsi dalam Penyuluhan Pembangunan Pertanian Wilayah I1
+
F- 1
F-4
F-5
F-6
F-7
0.6472' 0.75 12" 1.0000
0.7432" 0.6633' 0.6732' 1.0000
0.6233' 0.6044' 0.7537" 0.61 11' 1.0000
0.5072 0.7448" 0.75 12" 0.6267' 0.6403' 1.0000
0.6202' 0.7748" 0.7474' 0.6042' 0.621 1' 0.6107' 1.0000
0.6300' 1.0000
0.6812' 0.7762" 1.0000
0.6112' 0.7648" 0.7647" 1.0000
0.5983 0.7194" 0.7 122' 0.6638' 1.oooO
0.5070 0.6173' 0.7352" 0.7567" 0.7466'. 1.0000
0.6112' 0.7713" 0.7244' 0.6119' 0.6119' 0.6237' 1.0000
0.6044' 1.0000
0.6130' 0.7433" 1.0000
0.6055' 0.61 11' 0.6607' 1.oooO
0.5053 0.6652' 0.7387" 0.6813' 1.ooOo
0.5240 0.6653' 0.7618" 0.6136' 0.6735'
0.6030' 0.7425" 0.7515" 0.6202' 0.7113' 0.6033' 1.ooOo
F-2
F-3
Meningkatkan Produksi Usahatani
F-1 1.0000 F-2 F-3 F-4 F-5 F-6 F-7
0.6221' 1.0000
Pemasaran Hasil Usahatani
F-1 1.0000 F-2 F-3 F-4 F-5 F-6 F-7 Usahatani
F-1 1.0000 F-2 F-3 F-4 F-5 F-6 F-7
1.0000
b
Surnber : Data Primer Keterangan:
*
= Nyata pada r
o.05
** = Nyata pads r 0.0,
= 0.6021 = 0.7348
F-1 = fungsi penelitian, F-2 = fungsi penyuluhan, F-3 = fungsi pengusahaan usahatani, F-4 = fungsi pengaturan, F-5 = fungsi pelayanan, F-6 = fungsi pasar, dan F-7 = fungsi informasi
Hasil analisis Iintas terhadap hubungan fungsi penelitian, penyuluhan, pengusahaan usahatani, pengaturan, pelayanan, pasar dm informasi datam fungsi pengusahaan usahatani menerima dan menerapkan ide baru peningkatan produksi pada wilayah I1 seperti dikemukakan pada Garnbar 12.
.x
Gambar 12. Ketergantungan antar Fungsi Pelayanan, Pen luhan, Pasar, Informasi, Pengaturan, PeneIitian dan Pengusahaan U atani dalm Fungsi W a g usahaan Usahatani Menin~katkanProduksi Usahatant pa& Penyuluhan Pembangunan Pertanian Wilayah I1 Keterangan: R~ = 0.76479 Informasi pada Garnbar 12 menunjukkan adanya hubungan antar fungsi pada semua fungsi dalam penyuluhan pembangunan pertanian wilayah I1 pada fungsi pengusahaan usahatani menerima dan menerapkan ide baru perbaikan usahatani meningkatkan produksi .
Gambar 12 menginformasikan bahwa diterima dan digunakannya ide baru dengan
sasaran untuk meningkatkan produksi usahatani di wilayah I1 oleh fungsi pengusahaan usahatani dengan bervariasinya porsi fungsi yang berperan.
Porsi yang besar
yang relatif sama yaitu antara 25 sampai dengan 28 peren adaiah ketergantungan dengan aktivitas fungsi penelitian, aktivitas fungsi pelayanan dan dengan aktivitas fungsi informasi. Ketergantungan fungsi pengusahaan usahatani dengan aktivitas fungsi penyuluhan lebih kecil dari ke tiga fungsi sebelumnya yaitu sekitar 11 persen berikut ketergantungan dengan aktivitas fungsi penelitian dan dengan aktivitas fungsi pengaturan masing - masing 7 persen dan 6 persen. Informasi yang terakhir ini merupakan dua sisi yang berbeda. Yang pertama, ketergantungan yang kecil dengan fungsi pengaturan lnenunjukkan besarnya kemandirian petani, namun yang ke dua kurang tergantungnya pada aktivitas fungsi penelitian seyogianya tidak demikian.
Hal ini karena semakin maju pengusahaan usahatani, seyogianya semakin tergantung pula pada aktivitas fungsi penelitian. Aktivitas fungsi - fungsi yang membina fungsi pengusahaan usahatani ketergantungannya dengan aktivitas fungsi lain dalam sistem penyuluhan dengan porsi yang bervariasi. Aktivitas fungsi penyuluhan lebih tergantung pa& aktivitas hngsi pelayanan dan dengan aktivitas fungsi informasi, sementara ketergantungannya dengan aktivitas fungsi penelitian, fungsi pengaturan dan dengan fungsi pasar Iebih kecil . Dalam proses adopsi inovasi seyogianya ketergantungan fungsi penyuluhan lebih besar pada fungsi penelitian, dilihat dari perannya sebagai penghubung fungsi penelitian dengan fi~ngsipengguna hasil penelitian. Aktivitas fungsi informasi Iebih tergantung pada fungsi pasar daari pada dengan aktivitas fungsi lainnya. Aktivitas fungsi pasar mallpun aktivitas fungsi pelayanan dengan porsi ketergantungan yang merata dengan aktivitas fungsi lain di dalam membina fungsi pengusahaan usahatani menerima dan menggunakan ide baru meningkatkan produksi.
189 Hasil analisis lintas terhadap hubungan fungsi penelitian, penyuluhan, pengusahaan usahatani, pengaturan, pekiyanan, pasar dan informasi dalam fungsi pengusahaan usahatani menerima dan menerapkan ide baru pemasaran hasil usahatani
seperti dikemukakan pada Gambar 13.
Gambar 13. Ketergantungan antar Fungsi Pasar, Penyuluhan, Informasi, Pelayanan, Penelitian, pengaturan dan Pengusahaan Usahatani ddam Fungsi Pengusahaan Usahatani Menerima dan Menera~kanIde Baru Pemasaran Hasil Usahatani pada Penyuluhan Pembangunan Pertmian Wilayah II Keterangan: R~ = 0.75572 Informasi pada Gambar 13 menunjukkan adanya hubungan antar fungsi
-
fungsi pada penyuluhan pembangunan pertanian wilayah I1 dalan fungsi pengusahaan
usahatani menerinla dan menerapkan ide baru perbaikan pemasaran hasil usahatani.
190 Gambar 13 mengin forniasikan bahwa diterima dan digunakannya ide baru dengan sasaran untuk meningkatkan pemasaran hasil usahatani oleh fungsi pengusahaan usahatani dengan bervariasinya porsi fungsi yang berperan.
Porsi yang besar yang
relatif sama yaitu sekitar 22 persen adalah ketergantungan dengan aktivitas fungsi penyuluhan, aktivitas fungsi pasar dan dengan aktivitas fungsi informasi. Ketergantungan fungsi pengusahaan usahatmi dengan aktivitas fungsi penelitian lebih kecil dari ke tiga fungsi sebelumnya yaitu sekitar 17 persen berikut ketergantungan dengan aktivitas fuligsi pengaturan dan dengan aktivitas fungsi pelayanan masing
-
masing 7 persen dan 6 persen. Ketergantungan yang kecil dengan fungsi pengaturan menunjukkan besarnya kemandirian petani, yaitu kurang memerlukan pengaturan di dalam proses pe~iia.saranhasil usahatani. Aktivitas fungsi - fungsi yang membina fungsi pengusahaan usahatani ketergantungannya dengan aktivitas fungsi lain dalam sistem penyuluhan dengan porsi yang bervariasi. Aktivitas fungsi penyuluhan lebih tergantung pada aktivitas fungsi pelayanan dan dengan aktivitas fungsi informasi, sementara ketergantungannya dengan aktivitas fungsi penelitian, fungsi pengaturan dan dengan fungsi pasar relatif sama dan dengan porsi yang lebih kecil dari ketergantungannya dengan dua fungsi sebelumnya. Dalam proses adopsi inovasi seyogianya' ketergantungan fungsi penyuluhan lebih besar pada fungsi penefitian. Hal ini karena saIah satu peran fungsi penyuluhan adalah sebagai penghubung antara fungsi penelitian dengan fungsi yang menggunakan hasil penelitian. Aktivitas fungsi informasi lebih tergantung pada fungsi pasar daari pada dengan aktivitas fungsi lainnya. Aktivitas fungsi pasar maupun aktivitas fungsi pelayanan dengan porsi ketergantungan yang merata dengan aktivitas fungsi lain di dalam membina fungsi pengusahaan usahatani menerima dan menggunakan ide baru liieningkatkan produksi.
191 Hasil analisis lintas terhadap hubungan fungsi penelitian, penyuluhan, pengusahaan usahatani, pengaturan, pelayanan, pasar dan informasi dalam fungsi pengusahaan usahatani menerima d m menerapkan ide baru perbaikan usahatani seperti dikemukakan pada Gambar 14.
Gambar 14. Ketergantungan antar Fungsi Pelayanan, Penyuluhan, Pasar, Informasi, Pengaturan, Penelitian dan Pengusahaan Usahatani dalam Fungsi Pengusahaan Usahatani Menerima dan Menerapkan Ide Baru Perbailcan Usahatani di Penyuluhan Pembangunan Perranian Wilayah Ii Keterangan: R* = 0.67550 Informasi pada Gambar 14, menunjukkan adanya hubungan antar fungsi pada semua fungsi pada penyuluhan pembangunan pertanian wilayah I1 dalam fungsi pengusahaan usahatani ~nenerimadan menerapkan ide baru perbaikan usahatani se-
cara keseluruhan.
192 Gambar 14 menginformasikan bahwa diterima dan digunakannya ide baru dengan sasaran untuk meningkatkan semua hasil aktivitas berusahatani oleh fungsi pengusahaan usahatani dengan bervariasinya porsi fungsi &ing berperan.
Porsi y m g
besar adalah ketergantungan dengan fungsi pasar yaitu 24 persen, kemudian ketergantungan dengan fungsi pelayanan 22 persen, ketergantungan dengan fungsi informasi 21 persen. Indikasi ini menggambarkan bahwa petani di wilayah 11 di dalam berusahatani berorientasi pada kebutuhan pasar denganb menggunakan berbagai in formasi dan kemudahan pelayanan berusahatani .Ketergantungan dengan aktivitas fungsi penyuluhan dan ketergantungan dengan aktivitas fungsi pengaturan relatif sama yaitu sekitar 15 persen. Ketergantungan fungsi pengusahaan usahatani dengan aktivitas fungsi penelitian lebih kecil dari semua fungsi Iainnya yaitu hanya sekitar 10 persen. Aktivitas fungsi
- fungsi yang membina fungsi pengusahaan
usahatani keter-
gantungannya dengan aktivitas fungsi lain dalak sistein penyuluhan dengan poni yang bervariasi. Aktivitas fungsi penyuluhan lebih tergantung pada aktivitas fungsi pelayanan dan dengan aktivitas fungsi informasi, sementara ketergantungannya dengan aktivitas fungsi penelitian, fungsi pengaturan dan dengan fungsi pasar relatif sama dan dengan porsi yang lebih kecil dari ketergantungannya dengan dua fungsi sebelumnya. Dalanl proses adopsi inovasi seyogianya ketergantungan fungsi penyuluhan lebih besar pada fungsi penelitian. Hal ini karena d a h satu peran fungsi peny uluhan adalah sebagai penghubung antara fungsi penelitian dengan fungsi yang menggunakan hasil penelitian. Aktivitas fungsi informasi tebih tergantung pada fungsi pasar daari pada dengan aktivitas fungsi lainnya. Aktivitas fungsi pasar maupun aktivitas fungsi pelayanan dengan porsi ketergantungan yang merata dengan aktivitas fungsi lain di dalam membina fungsi pengusahaan usahatani menerima dan menggunakan ide baru n~eningkatkanproduksi.
C. Ketergantungan Antar Fungsi di Wilayah In Hasil analisis parsial terhadap adanya ketergantungan fungsi - fungsi dalam penyuluhan pembangunan pertanian wilayah 111, dikemukakan pada lUxl32. Tabel 32.
Ku~npilasiHasil Analisis pada Ketergantungan Antar Fungsi Fungsi dalam Penyuluhan Pembangunan Pertanian Wilayah I11
-
b
F- 1
F-2
F-3
F-4
F-5
F-6
F-7
0.4712 0.6762' 1.0000
0.6112' 0.6033' 0.6712' 1.0000
0.3367 0.6211' 0.6256' 0.6087' 1.0000
0.4500 0.5513 0.5772 0.6032' 0.6453 ' 1.0000
0.4077 0.6052' 0.6042' 0.6122' 0.6200' 0.5187 1.0000
0.5200 0.6565' 1.0000
0.5732 0.6312' 0.6280' 1.0000
0.6101' 0.6161' 0.6056' 0.6080' 1.0000
0.3040 0.4053 0.4050 0.5028' 0.4430
0.5110 0.6122' 0.6130' 0.61 10' 0.4517 0.4508 1.0000
Meningkatkan Produksi Usahatani
F-1 1.0000 F-2 F-3 F-4 F-5 F-6 F-7
0.4470 1.0000
Pemasaran Hasil Usahatani
F-1 1.0000 F-2 F-3 F-4 F-5 F-6 F-7
0.5036 1.0000
1.0000
Usahatani
0.6030' 1.0000
F-1 1.0000 F-2 F-3 F-4 F-5 F-6 F-7
0.4712 0.6565' 1.0000
0.6052' 0.6033' 0.6212' 1.0000
0.4587 0.621 1' 0.6266' 0.61 12' 1.0000
0.3473 0.4513 0.4781 0.6073' 0.4281 1.00
0.4007 0.6033' 0.6033 0.6100' 0.4380 0.4453 1.oO L
Sumber : Data Primer Keterangan:
* **
,,,.,
= Nyata pada r = Nyata pada r
= 0.6021 = 0.7348
F-1 = fungsi penelitian, F-2 = fungsi penyuluhan, F-3 = fungsi pengusaha usahatani, F-4 = fungsi pengaturan, F-5 = fungsi pelayanan, F-6 = fungsi pasar dan 7 F-7 = fungsi informasi
Hasil analisis lintas terhadap hubungan fungsi penelitian, penyuluhan, peng-
usahaan usahatani, pengaturan, pelayanan, pasar clan informasi dalam fungsi pengusahaan usahatani menerima dan menerapkan ide baru peningkatan produksi pada wilayah I11 seperti dikemukakan pada Gambar 15.
Gambar 15. Ketergantungan antar Fungsi Pelayanan, Penyuluhan, Pasar, Informasi, Pengaturan, Penelitian dan Pengusahaan Usahatani daIam Fungsi Pengsahaan Usahatani Menin~katkanProduksi Usahatani pada Penyufuhan Pembangunan Pertanian Wilayah I11 Keterangan: R '
= 0.60256
Informasi pada Gambar 15, menunjukkan bahwa hubungan antar fungsi tidak merata pada semua fungsi - fungsi pada penyuluhan pembangunan pertanian wilayah I11 dalan~fungsi pengusahaan usahatani untuk menerima dan menerapkan ide baru
perbaikan usahatani meningkatkan produksi.
195 Gambar 15 menginformasikan bahwa diterima dan digunakannya ide baru dengan sasaran untuk meningkatkan produksi usahatani di wilayah I11 oleh fungsi pengusahaan usahatani ketergantungannya bervariasi dengan berbagai fungsi yang terkait. Porsi ketergantungan yang tersebar adalah dengan aktivitas fungsi penyuluhan dan dengan aktivitas fungsi pengaturan, yaitu masing - masing 30 persen dan 26 persen.
Ketergantungan fungsi pengusahaan usahatani berikutnya yaitu dengan
aktivitas fungsi pelayanan, aktivitas fungsi informasi dan aktivitas fungsi pasar relatif sama yaitu masing - masing sekitar 10 persen. Ketergantungan yang terkecil adalah dengan aktivitas fungsi penelitian. Informasi diatas menunjukkan dibutuhhnnya pembinaan yang intensif nielalui aktivitas penyuluhan dan aktivitas pengaturan bagi fungsi pengusahami usahatani di wilayah 111. Indikasi ketergantungan dengan fungsi pengaturan yang besar, menunjukkan belum mandirinya fungsi pengusahaan usahatani. Ketergantungan tersebut, seyogianya semakin dikurangi sejalan dengan pembinaan yang berorientasi pada menumbuh kembangkan kemampuan pengusaha usahatani. Aktivitas fungsi - fungsi yang membina fungsi pengusahaan usahatani dengan
- di dalam peringkat ketergantungan yang bervariasi. Aktivitas fungsi penyuluhan membina fungsi pengusahaan usahatani lebih tergantung pada aktivitas fungsi pelayanan dan aktivitas fungsi pasar. Sedangkan ketergantungan dengan aktivitas fungsi lainnya relatif sailla dan lebih kecil dari ketergantungan dengan dua fungsi sebelumnya. Ketergantungan fungsi penyuluhan yang terendah dengan aktivitas fungsi penelitian.
Hal ini nienunjukkan bahwa penyuluhan yang dilakukan lnasih perlu di-
tingkatkan ketergantungannya dengan aktivitas fungsi penelitian agar proses adopsi inovasi berlangsung dengan cepat. Ketergantungan antar fungsi lainnya yaitu pelayanan, pengaturan, pasar, penelitian dan pengaturan porsinya tidak banyak berbeda satu dengan lainnya.
1% Hasil analisis lintas terhadap hubungan fungsi penelitian, penyuluhan, pengusahaan usahatani, pengaturan, pelayanan, pasar dan infornlasi dalam fungsi pengusahaan usahatani menerima dan menerapkan ide baru pemasafan hasil usahatani seperti dikernukalcan pada Gambar 16.
Gambar 16. Ketergantungan antar Fungsi Pasar, Penyuluhan, Informasi, Pelayanan, Penelitian, pengaturan dan Pengusahaan Usahatani ddam Fungsi Pengsahaarl Usahatani Menerima dan Menerapkan Ide Baru Pemasaran Hasil Usahatani pada Penyuluhan Pembangunan Pertanian Wilayah 111 Keterangan: R' = 0.65842 Informasi pada Gambar 16 menunjukkan adanya hubungan antar fungsi
-
fungsi pada penyuluhan pembangunan pertanian wilayah Ill dalan fungsi pengusahaan usahatani menerima dan menerapkan ide baru perbaikan pemasaran hasii usahatani.
197 Gambar 16 menginformasikan bahwa diterima dan digunakannya ide barn dengan sasaran untuk meningkatkan pemasaran hasil usahatani di wilayah I11 oleh fungsi pengusahaan usahatani ketergantungannya bervariasi dengan berbagai fungsi yang terkait. Porsi ketergantungan yang tersebar adalah dengan aktivitas fungsi penyuluhan, dengan aktivitas fungsi informasi dan dengan aktivitas fungsi petayanan, yaitu masing - masing sekitar 2 1 persen. Ketergantungan fungsi pengusahaan usahatani berikutnya yaitu dengan aktivitas fungsi pengaturan sekitar 15 persen. Sedangkan ketergantungaan dengan aktivitas fungsi penelitian hanya sekitar 5 persen dan yang terkecil adalah ketergantungan fungsi pengusahaan usahatani dengan fungsi penelitian, dengan fungsi pasar sendiri hampir tidak punya arti karena kurmg dari satu persen. Informasi diatas n~enunjukkanbahwa di dalam pengusahaan usahatani yang komoditasnya hanya untuk meningkatkan produksi, fungsi pengusahaan usahatani belum berorientasi pada kebutuhan pasar. Usahatani sendiri seyogianya sejak dati sararan meningkatkan produksi sudah berorientasi pada kebutuhan pasar. Kurangnya ketergantungan dengan aktivitas fungsi pasar, membutuhkan pembinaan lebih lanjut guna mengubah pekini dari era suibsisten pada era pasar. Aktivitas fungsi - fungsi yang mernbina fungsi pengusahaan usahatani dengan peringkat ketergantungan yang bervariasi. Aktivitas fungsi penyuluhan di dalam membina fungsi pengusahaan usahatani lebih tergantung pada aktivitas fungsi pelayanan dan aktivitas fungsi pasar. Sedangkan ketergantungan dengan aktivitas fungsi lainnya relatif sama dan lebih kecil dari ketergantungan dengan dua fungsi sebelumnya. Ketergantungan fungsi penyuluhan yang terendah dengan aktivitas fungsi penelitian. Hal ini nienunjukkan bahwa penyuluhan yang dilakukan masih perlu ditingkatkan ketergantungannya dengan aktivitas fungsi penelitian agar proses adopsi inovasi berlangsung dengan cepat. Ketergantungan antar fungsi Iainnya yaitu pelayanan, pengaturan, pasar, penelitian dan pengaturan porsinya tidak banyak berbeda
198 Hasil analisis lintas terhadap hubungan fungsi penelitian, penyuluhan, pengusahaan usahatani , pengaturan, pelayanan, pasar dan infor~nasidalam fungsi pengusahaan usahatani lnenerima dan menerapkan ide baru perbailcan usahatani seperti dikemukakan pada Gambar 17.
Gambar 17. Ketergantungan antar Fungsi Pelayanan, Penyuluhan, Pasar, Informasi, Pengaluran, Peneiitian dan Pengusahaan Usahatani dalam Fungsi Pengusahaan Usahatani Menerima dan Menerapkan Ide Baru Perbaikan Usaliatani di Penyuluhan Pembangunan Pertanian Wilayah 111. Keterangan: R* = 0.6487 1 Illformasi pada Gambar 17 menunjukkan hubungan antar fungsi tidak semua fungsi - fungsi pada penyuluhan pembangunan pertanian wilayah I11 saling tergantung dalam fungsi yengusahaan usahatani menerima dan menerapkan ide baru perbaikan usahatani.
199 Gambar 17 menginformasikan bahwa diterima dan digunakannya ide baru dengan
sasaran untuk meningkatkan pertbailcan usahatani secara keseluruhan di wilayah III oleh fungsi peng usahaan usahatani ketergantungannya bervariasi dengan berbagai fungsi yang terkait. Porsi ketergantungan yang tersebar adalah dengan aktivitas fungsi penyuluhan, dengan aktivitas fungsi pengaturan dan dengan aktivitas fungsi pelayanan, yaitu lnasing - masing sekitar 24 persen. Ketergantungan t d u t mencerminkan bahwa dalam berusahatani ternyata aktivitas fungsi pengusahaan usahatani membutuihkan bimbingan yang intensif dari penyuluh, diatur dan t e d i a n y a pelayanan sarana dan modal yang cukup. Pengusahaan usahatani belum mandiri atau masih membutuhkan bimbingan yang cukup. Ketergantungan fungsi pengusahaan usahatani berikutnya yaitu dengan aktivitas fungsi informasi sekitar 13 persen. Sedangkan ketergantungaan dengan aktivitas fungsi penelitian hanya sekitar 8 persen dan yang terkecil adalah ketergantungan fungsi pengusahaan usahatani dengan fungsi fungsi pasar sendiri hampir tidak punya arti karena hanya sekitar dua persen. Aktivitas fungsi - fungsi yang membina fungsi pengusahaan whatani dengan peringkat ketergantungan yang bervariasi. Aktivitas fungsi penyuluhan di dalam membina fungsi pengusahaan usahatani lebih tergantung pada aktivitas fungsi pelayanan dan aktivitas fungsi pengaturan. Sedangkan ketergantungan dengan aktivitas fungsi lainnya relatif sama dan lebih kecil dari ketergantungan dengan dua fungsi sebelumnya. Ketergan tungan fungsi penyuluhan yang terendah dengan aktivitas fungsi penelitian. Hal ini menunjukkan bahwa penyuluhan yang dilakukan masih perIu ditingkatkan ketergantungannya dengan aktivitas fungsi penelitian agar proses adopsi inovasi berlangsung dengan cepat. Ketergantungan antar fungsi Iainnya yaitu pelayanan, pengaturan, pasar, penelitian dan pengaturan porsinya tidak banyak berbeda
Variasi Adanya S i e m Penyuluhan Pembangunan
Adanya sistem penyuluhan pembangunan pertanian, dicirikan oleh kebersarnaan dan keterganturlgan antar fungsi - fungsinya dalam mencapai tujm bersama. Kebersamaan antar fungsi dalam penyuluhan pembangunan pertanian, seperti yang telah dikemukakan pada indikasi kebersamaan oleh Tabel 29 halaman 177, menunjukkan bahwa terdapat kebersarnaan antar fungsi dalam penyuluhan pembangunan pertanian di semua wilayah. Kebersamaan antara fungsi penelitian, penyuluhan, pengusahaan usahatani, pengaturan, pelayanan, pasar dan informasi dalarn perencana an, pelaksanaan dan penilaian dalam fungsi pengusahaan usahatani menerima dan menerapkan ide baru perbaikan usahatani meningkatkan produksi mupun pemasaran hasil usahatani. Ciri adanya sistem penyuluhan pembangunan pertanian berikutnya addah ke-
tergantungan antar fungsi. Ketergantungan antar fungsi tersebut tidak sama antar wilayah dalam fungsi yang berperan dan dalam yang mendominasi. Keadaan tersebut seperti dikemukakan pada Itbbel33. Tabel 33 menginformasikan bahwa fungsi pengusahaan usahatani menerima dan menerapkan ide baru peningkatan produksi di wilayah I lebih tergantung pada fungsi penyuluhan dan fungsi pelayanan, wilayah I1 pada fungsi pelayanan dan fungsi pasar, sedangkan wilayah 111 pada fungsi penyuluhan clan fungsi pengaturan. Di wilayah I dan wilayah I1 didominasi oleh fungsi non pengaturan, sedangkan di wilayah 111 oleh fungsi pengaturan. Dalam ha1 usahatani yang komuditasnya berorientasi pada kebutuhan pasar dan oriatasi usahatani secara keseluruhan menunjukkan bahwa wilayah 1 dan wilayah I1 didominasi oleh fungsi pasar kemudian fungsi informasi dan fungsi penyuluhan, sedangkan pada wilayah 111 oleh fungsi pelayanan dan fungsi penyuluhan, kemudian fungsi pengaturan.
Xibe1 33. Ketergantungan Fungsi - Fungsi dalam Penyuluhan Pembangunan Pertanian Wilayah I, I1 dan 111 Wilayah dan Usahatani I
Urutan Fungsi Yang Saling Tergantung Terhadap Fungsi Pengusahaan Usahatani
Wilayah I PeningkatanProd. Pemasaran Usahatani
F-2 F-6 F-7
F-7 F-7 F-6
F-6 F-2 F-2
F-5 F-5 F-5
F-4 F-1 F-1
F-1 F-4 F-4
Wilavah I1 PeningkatanProd. Pemasaran Usahatani
F-5 F-6 F-7
F-6 F-7 F-5
F-7 F-2 F-6
F-2 F-5 F-2
F-4
F-1 F-4
F-1 F-4 F-l
F-2
F-4 F-5 F-4
F-5 F-4 F-2
F-7 F-7 F-7
F-1 F-1 F-1
F-6 F-6 F-6
Wilayah 111 Peningkatan Prod. Pemasaran Usahatani
F-2 F-5
1
Keterangan: F-1 F-2 F4 F-5 F-6 F-7
= fungsi penelitian = fungsi penyuluhan
= fungsi pengaturan = fungsi pelayanan = fungsi pasar = fungsi informasi
Implikusi ltusil pert elitiarr ini menunju kkan bahwa pen yuluhan pembangunan pertanian di wilayah I, I1 dan 111 berlangsung dalam sistem. Adanya sistem tersebut menghendaki bahwa kebersamaan antar fungsi yang terkait merupakm kebutuhan di dalam fungsi pengusahaan usahatani menerima dan menerapkan ide baru perbailcan usahatani. Fungsi
- fungsi yang berperan adalah fungsi peneltian,
fungsi penyufuh-
an, fungsi pengatur&an,fungsi pelayanan, fungsi pasar dan fungsi informasi, dimana pada wilayah I11 untuk peinasaran hasil usahatani dan usahatani secara keseluruhan belum mengikutsertakan fungsi pasar. Indikasi ini menunjukkan bahwa fungsi yang berperan tidak cukup lialau hanya seperti pada sisrem d o p s i inovasi yang terdddiri atas fungsi penelitian, penyuluhan dan petani, rnaupun pada sisrem PUL yang terdiri atas fungsi seperti sistein adopsi inovasi ditambah fungsi pengaturan dan pelayanan.
Penyuluhan sistem I (penyuluhan pada petaai wilayah I) adalab keber-
samaan dan ketergantungan antara fungsi pengusahaan usahgtani, info&,
psm,
I
pelayanan, pengaturan, penyulufraa dan penelitiaa dalam fungsi pengusahiran usaha-
rani menerima ide baru perbaikan u s h h n i . Aktivitasnya antara lain adaoya wadah pertemuan penasihat
pertanian pada tingkat provinsi, pertemuan 7 dam
evaluasi pertanian di kabupaten, KUD, RPH, HIPPA, rembuk desa dan penyusunaa RDKK. Yang ma& perlu ditingkatkan adalah kebersamaan dan w t u n & a n n y a
dengan fungsi penelitian dalam peran adaptasi, dan kedudukan fungsi peqpdmm usahataani sebagai produsen yang *ajar d a m pemasaran.
I
Ciri petani wilayah I adalah: (I) menerima ide baru secara penuh dm dengan IP lebih 100 persen, (2) merencanalran usahatani, (3) berorientasi pada kebutuhan pasar guna memperoleh pendapatan riil yang tinggi, Aktivitas pemasamn dalam wadah koperasi dan berlangsung dalam hubungan bapak angkat seperti: pemanglrar
benihl bibit, penangkapan, tambak udang, sapi perah, ternak pdong, bawang putih,
I
kentang, jamur, anggrek dan makanan ternak. Petani informatip (4) yaitu men& ide baru antara petani; menggunakan media KMD, radio dan televisi dahm wadah kelompencapir; dan rembuk desa. Keberhasilan penyuluhan sistem I ferlihat dari hierarki perilaku petani dalam menerima dan mqnerapkan ide banr yang baik dan merata, sehingga kualitas hidup p
d e a i tujuan sistem penyuluhan pembangun-
I I
an pertanian pada petani wilayah 1lebii tinggi dari petani wilayab hinnya.
Penguluhan sistcm II (penyuluhan pada petani wilayah 11) adalah keber-
kebersamaan dan ketergantungan antara fungsi pengusahaan usahatani, pelayanan, penyuluhan, penelitian, pasar, informasi dan pengaturn datam fungsi pengumhaan usahatani meneri ma ide barn perbaikan usahatani. Aktivitasnya antara lain mengikut sertakan petani pada pertemuan perencanam usahatani secara periodik ditingliat provinsi dan pen yusunan program dan evaluasi penyuluhan di kabupaten.
I I
203 Adanya KUD,RPH, HIPPA dan penyusunan RDKK di tin*
bpang. Kebersatllaan
dan ketergantungan fungsi pengusahaan usahatani di wilayah XI masih kurang demgan fungsi pasar dan fungsi informasi, sedangkan ke dua fungsi tefsebut diperlukan dalarn rangkaian memhgkithn petani komersial. Petani wilayah I1 menerima ide baru (1) dan (2) merencanalran usahatani dalam komoditas ganda. Komoditas pertama, berorientasi pcada kebutuhan pasar clan umumnya merupakan kornoditas introduksi yang diusahakan dengan IP lebih 100 persen. Sedangkan kornoditas kedua merupakan komoditas tradisional yang banr mulai menggunakan ide baru dan dengan IP masih 100 persen. Petani informatif
(3), antara lain mernberikan umpan balik bagi siaran pedesaan dan menggunakan informasi pembangunan dari KMD dan Sinar Thni. Usahatani berotientasi pesat (4) walaupun sebagian komoditasnya belum menggunakan ide baru secara penuh. Aktivitas pemasaran dalam hubungan bapak angkat untuk hail tanglcapan, tambak udang, ayam dan sapi potong.
Berihrt komoditas padi, palawija, karet, lcelapa dan
cengkeh pemasarannya melalui wadah KUD, sedangkan pemasaran jemk, kopi, pisang, nenas, rambutan dan lainnya dengan mitra usaha clan tefkadang secara bebas.
Penyuluhan d e m 111(penyuluhan pada pe$ani wilayah m)addah kebersarnaan dan ketergantungan antara hngsi pengusahaan usahatmi, fungsi penyuluhan, fungsi pengaturan, fungsi pelayanan dan fungsi informasi dalam fungsi pengusahaan usahatani menerima ide b m perbailcan usahatani. Aktivitas yang terprogram baru ditingkat kabupaten dan lapangan. Berbagai pertemuan penyusunan program dan evaluasi penyuluhan dan kegiatan pembangunan pertanian ditingkat kabupaten, KUD, RPH dan penyusunan RDKK dilapangan. Secara insidentil diselenggarakan pula pertemuan ditingkat provinsi.
204 Ciri petani adalah: (1) tanggap pada ide baru perbailtau usahatani wdaupun
IP masih 100 persen; (2) masih kurang informatip, memperoleb i n f d d u i
KMD,Sinar W, TV umum dan widyakarya dikelola oleh fungsi pyul-,
dm
(3) baru mulai merencanakan usabatani dalam bentuk RDKK. Orientasi usahatani (4) pada komoditas introduksi masih untuk kebutuhan sendiri, stxian*
komoditas
lainnya berorientasi pasar namun baru menggunakan ide baru secara parsial, fitu hasil tangkapan, tarnbak, karet, rotan, cengkeh, kelapa dan kopi. Pemasaran sebegi-
an melalui KUD dan umumnya dalam pasar tradisional. Untuk memenuhi ciri pekmi komersial, diperlukan kebersamaan dan ketergantungan dengan h g s i pasar, fungsi informasi dan fungsi penelitian penelitian termasuk dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM),di samping memperkuat kedudukan petani sebagai produsen yang sejajar dengan fungsi konsumen ddam sistem pasar. Penyuluhan sistem III, 11 dan I merupakan tahap makin sempurnanya keber-
samaan dan ketergantungan antar fungsi.
l'hhapn tersebut antara lain d i t u n j u b
oleh makin kurangnya kontribusi fungsi pengaturan, meningkatnya fimgsi infonnasi dan fungsi pasar. Hal ini mencerminkan makin mandirinya petani dan mengisyaratkan pula perlunya penyuluhan pembangunan pertanian yang bePkembang dari penyuluhan untuk petani pada petani wilayah 111, pcnyuluhan bemama pttani pa&
petani wilayah I1 dan penyuluhan pcmihaf (konsultan) petani peda petani wilayah I.
Hasil penelitian ini menunjukkan perlunya fungsi pasar dan fungsi informasi pada semua variasi sistem p e n y u l h ptmbangu~np e m - a n Indonesia disamping b e berapa kasus untuk fungsi lain di dalam membina fungsi pengusahaan usahatani menerima ide baru guna mencapai kualitas hidup yang sejajar dengan kemajuan fungsi lain.
206 Produktivitas petani dan produktivitas usahatani berubah secara nyata, bila dalam kawasan kognitip minimal sudah mencapai tingkat kemampuan mensentesis (merancang, mengkatagori, mengkombinasi, menata kembali), di kawasan afektip minimal tingkat menyesuaikan (merumuskan, menyusun, meng atur, menghubungkan), dan dalam kawasan psikomotor telah mampu mengadaptasi (mempraktekkan, mendemonstrasikan, memerankan) ide baru perbaikan usahatani. Pada hierarki minimal tersebut, keragaan perilaku petani dibarengi oleh peningkatan produktivitas petani dan produktivitas usahatani yang mempunyai i~ubunganpula dengan peningkatan kualitas hidup petani. 4.
Selain upaya penyuluhan oleh penyuluh pertanian, perubahan perilaku petani wilayah I dan petani wilayah I1 dalam meningkatkan produksi dan pemasaran didorong pula oleh banyaknya sumber informasi pembangunan yang diperoleh petani dan kebersiimaan mereka dalam perencanaan, pelaksanaan dan penilaian kegiatan dengan penyuluh non pertanian, sepeni: Petugas Konsultasi Koperasi Lapangan, penyuluh industri, Penyuluh Kesehatan Masyarakat, Kader Pem-
-
bangunan Desa, penyuluh sosial dan petugas petugas penyutuhan hukum. Sedangkan pada petani wilayah 111, penyuluhan oleh penyuluh pertanian pada usaha peningkatan produksi dan pemasaran didorong pula oleh adanya alat pertanian baru yang dimiliki petani dan kebersamaan petani &ngan penyuluh non pertanian seperti halnya pada petani wilayah I dan petani wilayah 11. 5.
Bagi wilayah I1I, penyuluhan pembangunan pertanian berlangsung dalam suatu sistem, dimana berperan fungsi penelitian, fungsi penyuluhan, fungsi pengusahaan usahatani, fungsi pengaturan, fungsi pelayanan dan fungsi informasi. Sedangkan sistem penyuluhan pembangunan pertanian bagi wilayah I dan wilayah 11 selain berperannya fungsi - fungsi seperti pada wilayah 111, berperan pula fungsi pasar.
Saran - saran Bertolak dari hasil penelitian yang menunjukkan adanya variasi pairenibysggan pembangunan pertanian Indonesia, maka disarankan untuk penpeoyuluhan pembangunan peatanian guna meningkatkan kualitas hidup pcgni dengan upaya - upaya berikut ini.
1.
Strategi penyuluhan pembangunan pertanian Indonesia tidalr bkt dilahrkan hanya satu macam atau secara nasional, tetapi berdasarkan wilayah perkembanggan pembangunaa pertanian. Strategi (materi) penyuluban pembangunan pertanian untuk rneningkatkan kualitas hidup jx%id di wilayah I dan wilayah 11 yang petani dan pertaniannya sudah lebii maju, lebih nreaclaalcan
- alasan mengapa teknologi baru itu diterapkan. Selanjutnya penyuluhan untuk wilayab III, hendalmya lebih m e n e l d m pada can - can pada alasan
penerapan teknologi pertanian disamping alasan mengapa teknologi itu perlu diadopsi. Usahatani yang diharaplran tidak hanya dalam bentuk diversifikasi usaha tvri vertikal yang beforientasi v i n d u s t r i atau divexsifikasi usahatani horistmtal yang bmrientasi agrihhh saja, tetapi keduanya disehggadcan secan bersama badasarkan peIwng perkembangan
usahatani seempat. Usdntani yang
rnenjadi materi penyuluhan pembangunan pertanian yaitu: a.
Bagi petani wihy& I ialah meningkath mutu d i v e r s i w usabhni
pangan dan gizi) yang berorientasi pada agro-industri dm mempunyai keunggulan kompetetip yang tinggi. Berikut sekaligus pula untuk
ningkatkan mutu diversifikasi usahatani horisontal (aneka mahatmi) yang berorientasi pa& agribiis dan mempunyai keunggulan kompantif.
b.
Bagi petani wilayab 11 ialah meningkatkan mutu diversifikasi usabtani vertikal pada komoditas yang sudah lama diusahakan dan meningkatkan mutu diversifikasi usahatani horisontal untuk k d t a s yang baru.
c.
Bagi petani wilayab III ialah lebih mengintensifkan usahatani yang ada dengan diversifikasi vertikal, disamping mulai diintrodulcsiLan adanya komoditas barn yang potential sebagai upaya diversifikasi borismtal.
3.
Penyuluh dipersiapkan untuk mampu mengubah perilaku pdaninya dalam menggunakan sumberdaya alam secara berlanjut dengan berbagai kemudahan maupun keterbatasan prasarana, sarana dan iklim usaha. Untuk itu penyuluh penyuluh yang ada sekarang harus diadakan re-orientasi dafi penyuluhan peningkatan produksi saja ke agribisnis dan agro-industri yang cahrpannya lebih luas, antara lain perlunya pengetahuan dan ketenmpilan dalam memanfaatkan ilmu - ilmu sosial.
Disamping itu didukung pula oleh adanya
kerjasama dengan semua penyuluh non pertanian khususnya dengan penyuluh industri, Petugas Konsultasi Koperasi Lapangan dan Penyuluh Kesehatan Masyarakat. 4.
Berubahnya petani Indonesia dari era subsisten menjadi era pasar, membutuh-
kan adanya peningkatan aktivitas pada semua fungsi yang terlmit dalam penyuluhan pembangunan pertanian guna meningkatkan W i t a s hidup petani. Aktivitas tersebut mencakup tata hubungan yang M i mengihrtsrbkm pe$ani
sebagai fungsi pengusahaan usahatani dalam perencanaab dan evaluasi kegiatan penanganan usahatani, disamping lebih memantapkan orientasi usahatani
secara berkelanjutan. Untuk mencapai hal tersebut diatas, malra d i p e r l u h dukungan - dukungan berikut ini.
209
a.
Fungsi penelitian, materi yang diteliti tidak hanya unsur agmmrni tetapi juga sosial ekonomi dan pemasaran serta menwrfaatkaan sumbedaya setempat untuk usahaa perbnian yang rnemiliki h g g u l a a n kompefdjp. Untuk itu diperlukan penggunaan umpan balik sebegai masukaa l&ituhan proses penemuan ide baru clan meagikut satakan fungsi penusahatani dalam peran adaptasi ide baru &ah bekerjasama dengan fuugsi penyuluhan. Aktivitas tersebut dengan poMi yang makin meaingkat dari wilayah III ke d a y a h II, selanjutnya ke &yah
b.
I.
Fungsi penyuluhan, meningkatkan kemampuan fungsi pengusahaan mahatani dalam menggunakan lahan, prasarana, sarana maupun iklim asaha dengan pilihan usahatani yang beroreintasi pasar dan lebih membcrikan peluang meningkatnya kualitas hidup petani. Agar penyuluh d a l u siap dengan materi baru yang disuluhkamya, ncrka diperiukan paran penyulub
dalam melakukan @tian
adaptasi bersama hngsi peaelitiaa, s h l i g u s
untuk memudahkan diperolehnya ide baru yang sesuai dengan witayah tugasnya (local specific). c.
Fungsi pengaturan, perlu lebih mengembangkan kemampuan petaai wilayah III ddam menerima ide buu, scd;mglrarr untuk wilayab Il dan wilayah I lebih pada peagembangan kemandirian petani.
d.
Fungsi pelayanan, pengadaan dan penyaluran sarana produksi alat dan modal usaha yang peranannya tidak hanya sebagai sarana dalam berusahatani tetapi juga sebagai modal usaha. Untuk ini upaya pekyanan didasari o1eh orientasi pada perubahan petaani pa& ekonomi pasar dan dukungan pada kemudahan pernasaran hasil usahtani.
e.
Fungsi i n f o d , menjadkm petani yang informatif, @tu
petani p g
tidak hanya mengandalh i n f d pembangunan dari penyuluh, Wapi
petani sebagai pengusaha usahatani yang menggunakan berbagai medin mama dan sumber infbmmi dalam meremanaka0 dao mehkthn usahatani sesuai peluang harga pasar dan kebutuhan pzw. Peran peayulub hanya di dalam konfirmasi dan membantu upaya penerapan infofrrmsi yang diperoleh petani. Fungsi informasi tidak hanya menyebarkan informasi secara merata sampai ke desa, tetapi juga m e n j d k n infoanasi
sebagai sumber keputusan perbaikan usahafani-
f.
Fungsi pasar, mendudukkan petani wilayah 111 sebagai anak angkat sedangkan pada petani wilayah I1 dan petani wilayah 1 sebagai mitra usaha dalam kedudukan yang sejajar.
g.
Kemajuan petani yang sdama ini telah berkembang melalui kehidupan kelompoktani antara lain dalam kegiatan Regu Pengendali Hama Penyakit (RPH) dimana berperan dalam fungsi p d t i a n , penyuluhan, p layanan, pengaturan dan informasi ddam upaya fungsi penguslhaan usahatani meningkath produksi perlu dikembanglraa pada orientasi
pasar dalam asosiasi petani (koperasi) guna meningkatlran kualitas hidup
-
petani. Asosiasi tersebut dari hubungan anak bapak angkat menjadi mi tra usaha dalam pemasaran . Adanya Sekolah Lapangan Usahatani
Berorientasi Agribisnis (SL-UBA) yang sebagian klah diupayakan deh Kontaktani perlu terus d i b i dengan berbagai ikIim usaha d pembangunan pertanian yang berkelanjutan.
h kait-an
211 5.
Penyuluhan pembanguaaa pertaniaa berflngsung dalam sist+m dimana b& peran fungsi penelitian, penyuluhan, p g u s a h a a n usahatani, pengaturan, pelayanan, informasi dan pasar pada wilayah I dan wilayab 11, s a b g k a n pada
wilayab III perlu rnengihrtlcan fun@ pasar. Agar sistem penyrrluhaa tersebut meningkatkan kualitas bidup petani secara berkelanjutan, maka dibutuhkan peningkatan aktivitas fungsi i n f a r m 4 dan pasar, sekdigus pula mengumgi aktivitas fungsi pengaturarr yang sejalan deagan perkembangan kemandirian petani wilayah III, II dan I menjadi t;araf yang =h 6.
tinggi.
Agar aktivitas fungsi - fungsi yang t d t dahm penyuluhan pembangunan per-
tanian selalu siap dan bedumampuan kerja pada era petani k o d , dibutuh-
kan peningkatan melalui pedid'lkan yang tenb dan bexkelanjjutan, didukung oleh keleng kapan sarana dan iklim usaha yang mendorong keIangsungaa aktivitas fungsi secara maksimum d a m pembangunvl pertanian yang berk e h jutan.