EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN: PERILAKU PETANI GUREM UNTUK MEMAKSIMALKAN KEUNTUNGAN USAHATANI Tatiek Koerniawati Andajani, SP.MP. Laboratorium Ekonomi Pertanian, FP-Universitas Brawijaya Email :
[email protected]
DESKRIPSI MODUL
TUJUAN PEMBELAJARAN Kompetensi dasar yang harus dikuasai mahasiswa setelah: 1. Membaca modul dan pustaka yang disarankan 2. Mengerjakan tugas terstruktur mandiri 3. Melaksanakan tutorial online adalah sebagai berikut: 1. Menjelaskan konsep efisiensi alokatif, teknis dan ekonomis dari perspektif petani gurem 2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan inefisiensi produksi usahatani berskala kecil 3. Membangun argumentasi atas hipotesis yang menyatakan bahwa petani gurem efisien tetapi miskin
7 SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT (SPEED)
Pada modul ini dijelaskan bagaimana beberapa konsep dasar analitis yang telah dipelajari pada modul-modul sebelumnya diaplikasikan untuk mempelajari realitas perilaku usahatani yang dikelola oleh petani gurem berlahan sempit dalam memaksimalkan keuntungan usahataninya.Sebagaimana diketahui, usahatani di Indonesia seperti di banyak negara sedang berkembang lainnya, didominasi oleh pertanian rakyat, atau usahatani berskala kecil. Ada beberapa wacana akademik yang berkembang seputar perilaku petani gurem. Sebagian menyatakan bahwa mereka tidak efisien dalam menjalankan produksi pertanian, namun sebagian lain justru menyatakan sebaliknya. Dengan memanfaatkan pendekatan grafis yang telah dipelajari, mahasiswa diharapkan dapat membangun pemahaman akademik yang relevan pada kasus maksimalisasi keuntungan usahatani dari sudut pandang petani gurem. Bahan kajian dalam modul 7 ini direncanakan untuk dipelajari pada tatap muka ke 9, selanjutnya pengembangan kompetensi dilakukan melalui diskusi kelompok pada praktikum 2 di bawah koordinasi asisten.
Mata Kuliah / MateriKuliah
Brawijaya University
MATERI PEMBELAJARAN 7.1. Petani Gurem dan Efisiensi Ekonomi Salah satu hipotesis tentang rumahtangga petani gurem yang telah diterima secara luas dalam dua dekade terakhir adalah hipotesis T.W. Schultz yang menyatakan bahwa keluarga petani gurem adalah “efisien tetapi miskin”. Hipotesis ini bertahan cukup lama dan mempengaruhi para ekonom dalam mengambil kebijakan yang berkaitan dengan upaya perbaikan taraf hidup petani gurem. Pendapat yang mengatakan bahwa petani gurem efisien dikaitkan pada motivasi mereka untuk memaksimumkan keuntungan. Hal ini dapat dipahami mengingat maksimasi profit dan efisiensi bagaikan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Definisi efisiensi ekonomi tidak dapat dipisahkan dari pasar persaingan, sebab tak satupun pelaku pasar akan efisien jika mereka menghadapi tingkat harga yang berbeda atau jika terdapat pelaku ekonomi tertentu yang dapat mempengaruhi harga dan pendapatan pelaku ekonomi lainnya. Di sisi lain sesuai dengan definisi petani gurem yang telah dibangun sebelumnya, kelompok ini selalu menghadapi pasar persaingan tidak sempurna. Namun demikian, terdapat beberapa alasan penting untuk mengkaji pengertian efisiensi ekonomi dalam mempelajari petani gurem yakni: a) Teori ekonomi rumah tangga b) Kontribusi petani gurem dalam pertumbuhan ekonomi c) Kebijakan ekonomi untuk petani gurem. d) Konsep neoklasik tentang hubungan antara ukuran usahatani dan efisiensi ekonomi e) Kebijakan ekonomi baik jangka pendek dan menengah pada umumnya diarahkan untuk meningkatkan output. Terdapat tiga hal penting yang harus diklarifikasi terlebih dahulu dalam upaya mengkaji perilaku efisiensi ekonomi petani gurem yakni: a) Hipotesis maksimisasi keuntungan mensyaratkan kondisi dimana tidak terdapat lagi peluang untuk meningkatkan penggunaan input dan perolehan output yang dapat memberikan tambahan pendapatan bagi keluarga petani gurem. Dalam hipotesis ini keuntungan tidak harus dinyatakan dalam ukuran finansial. b) Maksimisasi keuntungan harus meliputi aspek perilaku (motivasi rumah tangga petani) dan aspek teknis ekonomis. c) Meskipun secara alamiah petani gurem terkendala dalam mencapai efisiensi ekonomi, dalam konteks ekonomi klasik, tidak berarti petani gurem tidak menggunakan perhitungan ekonomi dalam mengelola usahatani mereka. 7.2. Efisiensi alokatif, teknis dan ekonomi Model maksimisasi keuntungan telah dipelajari pada modul-modul sebelumnya, namun ada satu asumsi penting mengenai perilaku usahatani petani gurem yang belum dibahas. Asumsi tersebut adalah anggapan bahwa petani gurem beroperasi pada batas kemungkinan produksi (PPF) yang tersedia bagi mereka. Atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa Page 2 of 11
2012
Mata Kuliah / MateriKuliah
Brawijaya University
petani gurem beroperasi pada batas luar dari fungsi produksi yakni fungsi produksi dengan tingkat teknologi paling unggul yang tersedia bagi mereka. Permasalahan yang kemudian muncul adalah bahwa asumsi ini mengabaikan beberapa jenis efisiensi yang diperoleh dari kegiatan fungsi produksi inferior. Akibatnya model maksimisasi keuntungan cenderung lebih memusatkan salah satu aspek efisiensi. Untuk lebih memahami hal ini perhatikan gambar 7.1 berikut:
jagung (ton)
Kurva Kemungkinan Produksi (TPP1) A TPP2
C
B
D
0
Tenaga Kerja (jam per musim tanam)
Gambar 7.1. Efisiensi Teknis dan Efisiensi Harga Gambar 7.1 menunjukkan dua kemungkinan hubungan antara input dan output tunggal. Grafik TPP1 menunjukkan fungsi produksi dengan tekonologi produksi yang lebih unggul dimana setiap titik pada kurva ini menunjukkan tingkat output yang lebih tinggi dari fungsi produksi TPP2 atas penggunaan jumlah input yang sama. Titik B lebih efisien secara teknis dari setiap titik pada TPP2 yang letaknya berada dibawah TPP1. Hal ini kemudian didefinisikan sebagai efisiensi teknis. Titik ini merupakan tingkat output maksimum yang dapat dicapai atas penggunaan input dengan kualitas dan jumlah tertentu. Efisiensi alokatif, disisi lain adalah pergeseran sepanjang fungsi produksi yang merefleksikan tingkat harga relatif. Efisiensi alokatif tercapai pada saat MVP = MFC (Marginal Value of Product = Marginal Fixed Cost) pada setiap penggunaan input variabel. MVP per unit input harus sama pada berbagai tingkat output yang berbeda. Beberapa penulis lebih suka menggunakan terminologi efisiensi harga untuk menjelaskan efisiensi alokatif tersebut. Perbedaan antara efisiensi teknis dan alokatif memberikan empat alternatif yang dapat digunakan untuk menjelaskan keberhasilan petani dalam mencapai tingkat efisiensi tertentu. Pertama, usahatani berada pada inefisiensi teknis dan alokatif di titik D pada TPP2. Kedua, suatu usahatani mungkin mencapai efisiensi alokatif tetapi tidak efisien secara teknis sebagaimana diperlihatkan titik C. Ketiga, suatu usahatani mungkin efisien Page 3 of 11
2012
Mata Kuliah / MateriKuliah
Brawijaya University
Input X2
. .
.
.
A
0
Y2=100
B
Y1=100
output Y1
secara teknis tetapi tidak mencapai efisiensi alokatif sebagaimana digambarkan titik B pada TPP1. Keempat, suatu usahatani mungkin mencapai efisiensi teknis dan alokatif seperti diperlihatkan pada titik A. Kondisi pada titik A juga menunjukkan tercapainya efisiensi ekonomi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tercapainya salah satu kondisi efisiensi teknis maupun alokatif adalah syarat keharusan tetapi bukan syarat kecukupan yang menjamin tercapainya efisensi ekonomi. Penjelasan yang sama juga dapat diilustrasikan dengan menggunakan diagram isokuan sebagaimana disajikan dalam gambar 7.2. a atau dengan menggunakan KKP pada gambar 7.2. b. Pada kedua gambar tersebut kode 1 menunjukkan level produksi yang lebih unggul daripada kode 2. Pada gambar 7.2. titik D menunjukkan inefisiensi alokatif dan teknis. Titik C menunjukkan efisiensi secara alokatif namun inefisien secara teknis. Titik B menunjukkan efisiensi teknis tetapi tidak efisien secara alokatif. Efisiensi ekonomi ditunjukkan oleh titik A dimana baik efisiensi teknis dan alokatif dapat dicapai. Y2 Y1 (b) PPF1 (a) D B A C PPF2
. . ..
D
C
0
Input X1
output Y2
Gambar 7.2. (a) Isokuan dan Efisiensi. (b) Produksi Frontier dan Efisiensi Perilaku efisiensi ekonomis juga dapat dijelaskan dengan menggunakan pendekatan isoquan dan kurva kemungkinan produksi (PPF) sebagaimana yang disajikan pada gambar 7.2. Pada kedua kurva dalam gambar 7.2.(a dan b). notasi „1‟ digunakan untuk menunjukkan usahatani yang menggunakan tekonologi lebih maju. Titik D pada kedua kurva tersebut menunjukkan bahwa baik efisiensi alokatif maupun teknis belum terjadi. Titik C menunjukkan efisiensi secara alokatif tapi inefisien secara teknis Dengan demikian diagram Y1 adalah isokuan yang meminimisasi tingkat penggunaan input yang diperlukan untuk menghasilkan sejumlah output, misalnya 100 unit. Titik A mencapai efisiensi ekonomi. Pada diagram PPF, PPF1 menggambarkan kombinasi maksimum dari output yang dapat diperoleh dari penggunaan input tertentu. Titik A adalah posisi efisiensi alokatif dan efisiensi teknik pada kurva kemungkinan produksi. 7.3. Upaya Petani Gurem Mencapai Efisiensi Secara teoritis, untuk mempelajari efisiensi dibutuhkan dua informasi Page 4 of 11
2012
Mata Kuliah / MateriKuliah
Brawijaya University
penting. Pertama, upaya memaksimumkan output dengan menggunakan sejumlah input tertentu yakni yang dikenal dengan dimensi efisiensi teknis. Kedua, pertimbangan yang dikaitkan dengan harga relatif input-output atau dimensi efisiensi alokatif. Efisiensi alokatif membutuhkan pengetahuan tentang MPP (Marginal Physical Product) dari penggunaan sumberdaya, sebab MPP merupakan salah satu syarat untuk menentukan apakah efisiensi alokatif telah tercapai. Metode utama yang dapat digunakan untuk mensiasati kedua dimensi ini adalah dengan mengestimasi fungsi produksi dari usahatani petani gurem yakni untuk memperoleh persamaan yang menunjukkan hubungan antara input-output. Sebagai contoh, disajikan suatu fungsi produksi usahatani padi sawah yang menunjukkan hubungan produktivitas (Y) dengan penggunaan tenaga kerja (L) sebagaimana diilustrasikan pada gambar 4.3. Pada gambar 4.3 terlihat pola hubungan penggunaan input L yakni jumlah hari kerja per hektar per musim tanam dan output Y yang menunjukkan kg output perhektar yang diperoleh. Garis (kurva) produksi menunjukkan curva TPP (Total Physical Product) dan garis produksi terputus-putus menunjukkan batas luar fungsi produksi yang kemudian dapat diartikan sebagai fungsi produksi frontier dari sejumlah sampel yang diamati. Sampel nomor 4, misalnya menggunakan 140 L dan memperoleh output (Y) sejumlah 2500 kg padi, dst. Pada titik A, produktivitas rata-rata usahatani sampel adalah 2700 kg padi serta rata-rata penggunaan L sebesar 150 HK. Rata-rata produksi dengan demikian adalah 18 kg padi, dan produk fisik marginal tenaga kerja, MPPL adalah 7 kg yang berarti tambahan satu satuan L pada titik A akan meningkatkan produktivitas sebesar 7 Kg padi. Dengan memperoleh data harga persatuan input L dan output Y maka selanjutnya dapat dilihat apakah usahatani sampel telah mencapai efisiensi secara alokatif atau belum. Sebagaimana telah diuraikan efisiensi alokatif akan diperoleh apabila slope dari fungsi produksi sama dengan ratio harga input-output, w/p (upah riil). MPPL = w/p, Dengan mengalikan kedua sisi kiri dan kanan dengan „p/w‟ maka diperoleh MVPL/w = 1 di mana nilai produk marjinal dari suatu input variabel dibagi dengan harga input seharusnya sama dengan 1 jika efisiensi alokatif ditentukan. Rasio ini sering dinyatakan sebagai rasio efisiensi alokatif (k) untuk input tunggal :k = MVPx/Px Kembali pada contoh diatas, kondisi efisiensi alokatif akan tercapai jika upah tenaga kerja (w) Rp.1500 per hari dan harga padi Rp.1500 per kg. Garis biaya upah relatif, ww menyinggung fungsi produksi pada titik A tersebut. Selanjutnya jika w tetap sama namun harga padi berbah menjadi Rp.3000 per kg, maka ratio w/p menjadi 3,5 maka garis upah relatif menjadi zz‟ yang meninggung fungsi produksi pada titik B. Pada kasus yang terakhir ini maka MVP pada titik A menjadi sebesar Rp.2100 atau dua kali harga input tenaga kerja, k = 2 yang berarti titik A menjadi tidak efisien secara alokatif. Perhatikan, bahwa meskipun usahatani secara matematis dikatakan efisien pada suatu titik katakanlah di titik A, masih dibutuhkan satu lagi syarat untuk menjamin apakah petani sampel tersebut sudah efisien. Syarat tersebut adalah adanya keyakinan bahwa seluruh petani Page 5 of 11
2012
Mata Kuliah / MateriKuliah
Brawijaya University
sampel telah berusaha untuk mencapai titik tersebut. Prosedur yang digambarkan pada Gambar 4.3 dapat digunakan untuk mengetahui apakah petani gurem sudah berusahatani secara efisien atau belum. Beberapa penelitian yang dilakukan mengarah pada kesimpulan bahwa pada dasarnya petani gurem telah efisien secara alokatif sebab mereka memang cenderung menyamakan MVP dari setiap input dengan harga pasar input tersebut. 4000
Batas luar fungsi produksi dari petani sampel
hasil padi (Y) kg
z'
w'
TPP
z w
0 Tenaga kerja (hari per ha)
300
Gambar 7.3. Mengestimasi Fungsi Produksi dari Petani Sampel Inefisiensi Teknis Pendekatan fungsi produksi untuk menguji hipotesis efisiensi mengabaikan aspek efisiensi teknik dari keseluruhan konsep efisiensi ekonomi. Sebagai mana diuraikan terlebih dahulu efisiensi teknik tercapai pada kurva kemungkinan produksi terjauh yang dapat dicapai dengan penggunaan input yang sama. Hal ini berarti berada pada kurva fungsi frontir yang juga merupakan batas luar dari sebaran sampel. Lebih lanjut fakta ini menunjukkan adanya jarak antara rata-rata produksi dengan tingkat produksi yang dapat diperoleh pada batas luar tersebut. Pada Gambar 7.3, efisiensi teknis akan diperoleh apabila petani dapat berproduksi pada curva PPF yang digambarkan sebagai garis terputus. Titiktitik pada kurva ini memiliki jarak maksimum dari variasi pengamatan terhadap rata-rata sampel. Dengan demikian terdapat bias maksimum antara setiap sampel yang berada pada kurva ini dengan fungsi penduga yang dimiliki. Namun demikian Saphiro mengatakan bahwa PPF bukan suatu hal yang tidak mungkin dicapai. Dia menemukan bahwa sampel yang ditelitinya memperoleh output hingga 51 % lebih tinggi jika semua petani Page 6 of 11
2012
Mata Kuliah / MateriKuliah
Brawijaya University
dapat berproduksi pada tingkat efisiensi teknis. Efisiensi Alokatif dan Penentuan Rata-rata yang Tidak Layak Permasalahan yang sama juga terdapat pada konteks efisiensi alokatif. Pada contoh diatas dikemukakan bahwa rata-rata output sampel adalah pada titik A. Sebagai titik rata-rata maka semua unit sampling memiliki perbedaan produksi dari titik A sebesar jarak vertikal A pada masing titik produksi unit sampel tersebut (variasi produksi). Jika misalnya titik A adalah merupakan posisi efisien dari sampel yang diamati maka tak satu pun sampel tersebut yang berada pada posisi yang efisien. Permasalahannya sekarang adalah timbulnya pengukuran ganda (double averaging) dalam menentukan titik efisien tersebut bias rata-rata tingkat produksi dan penggunaan input terhadap kurva produksi penduga.Kesulitan ini pada dasarnya berakar dari permasalahan logis konsep efisiensi ekonomis neoklasik (Yotopoulos & Nugent, 1976:74). Jika semua usahatani sampel adalah berada pada kondisi: a) teknologi produksi sama, b) berhadapan dengan harga yang sama untuk iuput dan output, serta c) berupaya memaksimasi keuntungan, maka semua petani akan beroperasi pada posisi penggunaan input dan output yang sama. Jika ternyata ada usahatani yang beroperasi pada posisi yang berbeda, maka setidaknya salah satu dari tiga kondisi diatas telah dilanggar. Jika kondisi „a‟ yang tidak dipenuhi maka pembicaraan mengenai efisiensi teknis dan alokatif tidak dapat dibenarkan lagi sebab teknologi produksi yang digunakan sudah berbeda. Selanjutnya jika ternyata kondisi „b‟ yang tidak terpenuhi maka dapat diduga bahwa terjadinya perbedaan input dan output merupakan akibat perbedaan harga yang dihadapi petani. Jika kondisi „c‟ yang dilanggar maka model profit maksismisasi menjadi tidak layak lagi digunakan. Singkat kata, pernyataan yang mengatakan bahwa petani gurem adalah efisien dalam sisi pandang maksimisasi keuntungan neoklasik tidak hanya terbukti gagal sebagai suatu hipotesis yang berlaku secara umum, tapi juga tidak menunjukkan adanya variasi serta penyebabnya pada usahatani petani gurem. Penolakan hipotesis efisiensi tidak berarti gugurnya teori maksimisasi keuntungan usahatani petani gurem. Sejumlah bukti tidak langsung, khususnya sensitivitas petani terhadap perubahan harga pasar, menunjukkan bahwa petani juga melakukan perhitungan ekonomi dalam mengelola usahatani keluarga. Berbagai bukti menunjukkan bahwa petani gurem juga memiliki motivasi untuk memaksimumkan keuntungan sebagaimana dibahas pada modul-modul sebelumnya 8.4. Aspek Kebijaksanaan Implikasi kebijakan yang paling mendasar dari pembahasan teori maksimisasi keuntungan petani gurem adalah bahwa petani gurem melakukan penyesuaian terhadap perubahan harga input dan output. Hal ini tetap berlaku meskipun batasan maksimisasi keuntungan digantikan dengan hipotesis efisiensi penuh (full eficiency hypothesis). Implikasi yang lebih umum dari kebijaksanaan ekonomi tentang teori maksimisasi keuntungan petani gurem tergantung pada tingkat penerimaan berbagai komponen hipotesis efisiensi. Beberapa bentuk kebijakan yang dapat dilakukan Page 7 of 11
2012
Mata Kuliah / MateriKuliah
Brawijaya University
diantaranya adalah: a. Jika hipotesis tentang petani gurem adalah efisien pada pasar persaingan sempurna dengan keterbatasan teknologi yang dimiliki, maka satu hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan output petani gurem adalah perubahan besar-besaran pada pola penggunaan input dan teknologi. b. Jika efisiensi petani gurem dibatasi oleh ketidak sempurnaan pasar, termasuk didalamnya keterbatasan pengetahuan mengenai teknologi yang ada, maka kebijakan harus lebih ditekankan pada peningkatan kinerja pasar. c. Alternatif “pendekatan transformasi” adalah perubahan harga teknologi. Karena petani gurem efisien secara alokatif, maka dalam pendekatan transformasi ini mereka bersedia merubah metode produksi dan melakukakan adopsi inovasi. d. Jika hipotesis efisiensi alokatif diterima tetapi efisiensi teknik ditolak, maka terdapat kemungkinan untuk memperbaiki efisiensi teknik pada usahatani secara individu. Penekanannya disini adalah pada pendidikan petani dan kinerja penyuluh pertanian sebagai salah satu cara untuk memperbaiki efisiensi dan produktivitas petani dengan biaya relatif rendah. Teori dari maksimisasi keuntungan petani gurem dapat diperluas pada beberapa aspek lain di antaranya ideologi dan politik. Pada sub bab ini secara ringkas disajikan tiga dimensi lain yakni dimensi ideologi, hubungannya dengan teori petani gurem Marxian, dan salah penafsiran tentang hubungan internal dalam rumah tangga petani gurem. Yang pertama, konsep maksimisasi keuntungan petani gurem sangat sesuai dengan sudut pandang pasar bebas. Kesejahteraan petani gurem akan terpenuhi jika pasar berada pada persaingan sempurna. Intervensi pemerintah sangat tidak diharapkan dalam hal ini, peran pemerintah sebaiknya lebih difokuskan pada pengadaan infrastruktur yang dibutuhkan untuk meningkatkan kinerja pasar. Dari prespektif yang berbeda, teori Marxian cenderung melihat maksimisasi keuntungan sebagai suatu pertanyaan yang berada di antara otonomi relatif petani gurem dan keterkaitan mereka terhadap pasar kapitalis. Semakin dalam petani gurem terlibat di pasar maka mereka harus semakin kompetitif. Setiap petani yang gagal berproduksi secara efisien akan tersingkir dari pasar. Efisiensi tidak terlepas dari ruang dan waktu, dan relatif terhadap intensitas tekanan persaingan baik dekat maupun jauh, terhadap inovasi, biaya produksi, dan terhadap permintaan dari luar yang mungkin baik secara langsung ataupun tidak langsung dapat mempengaruhi daya saing petani gurem. Celah penting dari teori maksimisasi keuntungan petani gurem adalah anggapan mengenai hubungan internal rumah tangga petani gurem. Terdapat dua alternatif asumsi dalam hal ini yakni: 1) bahwa keluarga petani gurem berada dibawah kontrol kepala keluarga yang dibentuk secara patriarkal, dimana ayah adalah pengambil keputusan tunggal dalam aktivitas rumah tangga petani. 2) anggapan bahwa keputusan mengikuti keputusan bersama (primitive communism rule) yang mengatur alokasi partisipasi kerja, dan distribusi konsumsi diantara anggota keluarga. Page 8 of 11
2012
Mata Kuliah / MateriKuliah
Brawijaya University
2012
7.5. Ringkasan 1. 2. 3.
4.
Bab ini menguji dua hipotesis kembar yang tidak dapat dipisahkan tentang petani gurem yakni sebagai pelaku maksimisasi keuntungan dan produsen yang efisien sesuai dengan pengertian neoklasik. Terdapat perbedaan antara efisiensi teknik dan efisiensi alokatif sebagai komponen keseluruhan konsep efisiensi ekonomi. Disimpulkan bahwa upaya petani gurem untuk mengefisienkan produksi usahataninya cukup sulit. Namun petani gurem pada dasarnya juga menjalankan usahatani mereka dengan mengunakan perhitungan ekonomi. Terdapat empat implikasi kebijakan yang dapat dihasilkan dari bahasan ini yakni: a. Jika petani gurem memang dibatasi oleh teknologi yang tersedia, maka hanya perubahan yang dapat meningkatkan kesejahteraan mereka b. Dengan asumsi bahwa petani secara alokatif responsif terhadap perubahan harga, maka memanipulasi harga input dan output (contoh skema kredit, subsidi pupuk) mungkin mempunyai pengaruh yang sama pada biaya yang lebih rendah. c. Jika inefisiensi adalah akibat dari dari ketidak sempurnaan pasar, maka kinerja pasar seharusnya diperbaiki d. Jika petani secara teknik inefisien maka pendidikan petani dan penyuluhan perlu ditingkatkan.
TUGAS DAN LATIHAN SOAL 1. Diskusikan hipotesis kembar tentang petani gurem yakni sebagai pelaku maksimalisasi keuntungan dan produsen yang efisien sesuai dengan pengertian neoklasik dan realitas yang Anda temui dalam keseharian usahatani berskala kecil. Untuk itu lengkapi diskusi kelompok Anda dengan mencari contoh-contoh kasus yang aktual. Anda dapat mengkakses jurnal dan artikel-artikel lain dengan menyebutkan sumber Anda. 2. Berdasarkan hasil diskusi kelompok Anda, bangun argumentasi yang relevan tentang implikasi kebijakan yang dapat menjadi solusi alternatif atas permasalahan kendala teknologi produksi dan masalah ketidaksempurnaan pasar yang harus dihadapi petani. 3. Jika kelompok Anda diberikan kesempatan untuk melakukan penyuluhan, bagaimana rancangan penyuluhan yang dapat menjawab kebutuhan petani dalam konteks kasus yang telah Anda diskusikan pada poin 1 dan 2.
REFERENSI Debertin, D.L., 1996, Agricultural Production Economics, Macmillan Publishing Company, New York Ellis, Frank., 1989,Peasant Economics: Farm Household and Agrarian Development. Samuelson, P.A., 1970, A Foundation of Economics Analysis, Atheneum, New York Page 9 of 11
Mata Kuliah / MateriKuliah
Brawijaya University
2012
RANCANGAN TUGAS Tujuan Tugas : Menjelaskan kembali definisi dan memahami konsep teoritis bahan kajian pada modul. Uraian Tugas: 1. Obyek garapan: tugas dan latihan soal pada modul 7 2. Batasan tugas: a. Tugas yang diberikan pada modul 7 adalah tugas kelompok dikumpulkan dalam waktu satu minggu melalui e-learning b. Mahasiswa diperkenankan mendiskusikan jawaban tugas dengan anggota kelompok yang lain c. Mahasiswa diwajibkan menghimpun seluruh materi perkuliahan baik print out modul, hand out, catatan kuliah dan tugas-tugas yang diberikan selama satu semester d. Menghimpun dan mengelola informasi dalam urutan yang logik dan mengelola informasi agar dapat menjadi sumber pembelajaran yang baik adalah salah satu learning skill yang harus dimiliki oleh mahasiswa. Oleh karena itu seluruh materi belajar yang telah dihimpun akan dievaluasi oleh tim dosen sebagai indikator proses belajar Anda. 3. Metodologi dan acuan tugas: a. Tugas kelompok dalam bentuk paper diketik dengan margin kiri dan kanan masingmasing 3 cm. Tuliskan nama anggota kelompok, kelas dan NIM pada halaman cover. Berikan nomor halaman pada lembar kerja Anda di sudut kanan bawah. Jangan lupa menuliskan keterangan tugas yang Anda kerjakan dan pengerjaan harus berurutan dari tugas nomor 1,2 dan seterusnya. b. Tugas individu dikumpulkan tiap minggu, pengaturan jadual pengumpulan tugas diumumkan secara online pada e-learning 4. Keluaran tugas: satu dokumen tugas kelompok yang diupload dalam format PDF dan satu file ppt untuk presentasi kelas yang juga di upload dalam format PDF. Kriteria Penilaian: 1. Kejelasan dan kelengkapan penguasaan konsep-konsep utama modul 7. 2. Kemampuan mengomunikasikan gagasan kreatif dan partisipasi pada diskusi online 3. Dinamika kelompok dalam presentasi di kelas yang dipandu oleh asisten
Page 10 of 11
Mata Kuliah / MateriKuliah
Brawijaya University
Page 11 of 11
2012