Perubahan bobot badan dan status faali............................................................ Imam Darussalam, dkk
PERUBAHAN BOBOT BADAN DAN STATUS FAALI DOMBA PRIANGAN YANG DIBERI LARUTAN ELEKTROLIT BERBASIS AIR KELAPA DAN EKSTRAK ROSELA SEBELUM TRANSPORTASI THE CHANGES OF PRIANGAN SHEEP BODY WEIGHT AND PHYSIOLOGICAL STATUS PRE-TRANSPORTATION ADMINISTERED BY COCONUT WATER AND ROSELLE EXTRACT-BASED ELECTROLYTES Imam Darussalam*, Denie Heriyadi**, An-An Yulianti** Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran *Alumni Fakultas Peternakan Unpad Tahun 2015 **Staf Pengajar Fakultas Peternakan Unpad e-mail:
[email protected] Abstrak Proses transportasi diduga dapat mengakibatkan stres pada ternak antara lain mengakibatkan perubahan bobot badan dan status faali. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan bobot badan dan status faali Domba Priangan yang diberi larutan elektrolit berbasis air kelapa dan ekstrak rosela sebelum transportasi. Penelitian ini dilaksanakan pada Tanggal 12-20 Januari 2015 di PT Agro Jaya Mulya, Subang, Jawa Barat. Penimbangan bobot badan dan pengukuran status faali domba sebelum dan sesudah transportasi dilakukan langsung di lokasi penelitian. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan yaitu P0 = Kontrol (diberi aquades 75 ml), P1 = Larutan elektrolit berbasis air kelapa 75 ml + ekstrak rosela 25 mg, P2 = Larutan elektrolit berbasis air kelapa 112,5 ml + ekstrak rosela 25 mg, P3 = Larutan elektrolit berbasis air kelapa 150 ml + ekstrak rosela 25 mg, dan masing-masing lima ulangan. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian larutan elektrolit sebelum transportasi tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap perubahan bobot badan dan status faali Domba Priangan. Namun dapat mempertahankan perubahan bobot badan dan status faali Domba Priangan dalam kisaran normal. Kata Kunci : Elektrolit, Perubahan Bobot Badan, Status Faali, Transportasi, Domba Priangan Abstract Transportation process is likely giving stress to animal which can be indicated by body weight changes and physiological status. This study aims to investigate the change of body weight and physiological status of Priangan Sheep which pre-transport administered by coconut water and roselle extract-based electrolytes. This experiment was held from 12th to 20th January 2015 in Agro Jaya Mulya Corp, at Subang, West Java. Measuring sheep body weight and physiological status before and after transportation had done directly on the research location. The experimental method of this research is completely randomized design (CRD) with four treatment; P0 = control (75 ml of aquades), P1 = electrolyte based 75 ml of coconut water + 25 mg of roselle extract, P2 = electrolyte based 112,5 ml of coconut water + 25 mg of roselle extract, P3 = electrolyte based 150 ml of coconut water + 25 mg of roselle extract, and five replication. Statictical analysis showed that the body weight and physiological status changes in Priangan Sheep which pre-transport administered by coconut water and roselle extract-based electrolytes was non-significant (P>0,05) on body weight change and physiological status in Priangan Sheep. Thus, it can maintain body weight and physiological status of Priangan Sheep in normal range. Keywords : Electrolyte, Change of Body Weight, Physiological Status, Transportation, Priangan Sheep
Perubahan bobot badan dan status faali............................................................ Imam Darussalam, dkk
PENDAHULUAN Daging domba merupakan salah satu sumber protein hewani yang banyak dikonsumsi masyarakat, terutama di pulau Jawa. Domba banyak dipelihara di pedesaan dalam pemeliharaan skala kecil maupun besar. Konsumsi protein hewani masyarakat perkotaan lebih tinggi bila dibandingkan masyarakat pedesaan, sehingga memungkinkan adanya transportasi dari desa menuju kota untuk memenuhi kebutuhan akan protein hewani. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan bobot badan dan status faali Domba Priangan yang diberi larutan elektrolit berbais air kelapa dan ekstrak rosela sebelum transportasi, serta mengetahui level larutan elektrolit berbasis air kelapa dan ekstrak rosela yang dapat menekan perubahan bobot badan dan status faali Domba Priangan. Domba Priangan merupakan domba hasil persilangan antara Domba Merino × Domba Lokal, Domba Merino × Domba Lokal × Domba Kaapstad yang terjadi secara terus-menerus tanpa suatu rencana yang jelas dan tidak terarah (Heriyadi, 2011). Domba Priangan tersebar di berbagai wilayah di Jawa Barat sehingga dalam melakukan pemasaran antar daerah dibutuhkan alat transportasi. Transportasi dapat menyebabkan suatu kondisi stres yang berdampak terhadap produktivitas dan perubahan kondisi fisilogis. Domba akan mengalami stres fisiologis seperti rasa lapar dan rasa haus, stres psikologis karena adanya guncangan pada saat transportasi hingga stres akibat lingkungan yang berbeda seperti perubahan iklim dan suhu. Perbedaan iklim dan suhu pada daerah yang dilalui saat transportasi akan mengakibatkan domba melakukan proses homeostasis, yaitu suatu cara untuk mempertahankan keadaan suhu tubuhnya agar relatif konstan. Temperatur tubuh, frekuensi pernapasan, dan denyut jantung merupakan hal penting dalam upaya mempertahankan status fisiologi. Meningkatnya suhu lingkungan dapat meningkatkan frekuensi pernapasan dalam upaya melepaskan panas tubuh. Proses tersebut terjadi karena pada umumnya ternak tidak mempunyai cukup kelenjar keringat untuk membuang panas melalui penguapan (Soeharsono dkk., 2010). Peningkatan aktivitas pernapasan sebagai akibat suhu lingkungan merupakan suatu upaya untuk memelihara suhu badan pada tingkat yang normal. Selain peningkatan frekuensi pernapasan, terjadi juga proses vasodilatasi yaitu pembesaran pembuluh darah sehingga darah
Perubahan bobot badan dan status faali............................................................ Imam Darussalam, dkk
beredar dengan cepat dan dapat meningkatkan denyut jantung. Domba sebagai ternak homeotherm akan berusaha untuk mempertahankan temperatur tubuh agar realtif konstan. Temperatur tubuh, frekuensi pernapasan dan denyut jantung menjadi indikator ideal untuk penilaian stres pada ternak. Saat pengeluaran panas tubuh melalui keringat, kehilangan cairan tubuh urinasi dan defekasi tidak hanya mengeluarkan air tetapi juga mengeluarkan ion-ion seperti Na+, K+, dan Cl- yang terdapat dalam tubuh. Ion-ion tersebut berperan penting sebagai elektrolit pada cairan tubuh. Kehilangan cairan tubuh selama transportasi dapat mengakibatkan terjadinya dehidrasi yang dapat mengakibatkan kehilangan bobot badan (Kassab dan Mohammed, 2014). Upaya untuk menghindari terjadinya kehilangan cairan tubuh beserta ion-ion yang penting (Na dan K) dapat dilakukan dengan pemberian cairan elektrolit alami yang mempunyai kandungan yang sama dengan cairan tubuh. Akumulasi stres akibat tingginya perubahan lingkungan dan minimnya ketersediaan air, dapat memacu produksi radikal bebas seiring dengan meningkatnya kerja mitokondria. Upaya yang dapat dilakukan untuk menangkal radikal bebas adalah dengan pemberian antioksidan. Antioksidan dapat menghambat pembentukan radikal bebas sehingga mencegah terjadinya kerusakan pada sel-sel dalam tubuh. Pemberian cairan elektrolit dan antioksidan yang berasal dari bahan alami memiliki keunggulan lebih aman dibandingkan bahan sintesis (Pokorny, 2007). Air kelapa merupakan elektrolit alami yang kandungannya mirip dengan cairan di dalam tubuh. Kandungan yang terdapat dalam air kelapa, berupa ion Na+ dan K+. Kandungan Na+ dan K+ yang terkandung pada air kelapa yaitu masing-masing 105 mg/l dan 312 mg/l (Yong, dkk., 2009). Rosela sebagai antioksidan alami dapat dimanfaatkan karena memiliki kandungan antioksidan tinggi. Antioksidan yang terkandung dalam rosela yaitu senyawa fenolik, antosianin, Vitamin C, polifenol, dan flavonoid (Sharwan, 2011 dalam Jung, dkk., 2013), sedangkan berdasarkan hasil analisis kelopak rosela di Laboratorium Penelitian dan Pelayanan Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Padjadjaran (2014), dalam 100 gram kelopak rosela kering terdapat asam askorbat sebanyak 250,75 mg.
Perubahan bobot badan dan status faali............................................................ Imam Darussalam, dkk
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Sebanyak 20 ekor Domba Priangan jantan umur 12-14 bulan dan kisaran bobot badan 17-21 kg sebagai objek penelitian. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri atas 4 perlakuan yaitu P0 = Kontrol (aquades 75 mL), P1 = Elektrolit berbasis air kelapa 75 mL + ekstrak rosela 25 mg, P2 = Elektrolit berbasis air kelapa 112,5 mL + ekstrak rosela 25 mg, P3 = Elektrolit berbasis air kelapa 150 mL + ekstrak rosela 25 mg. Masing-masing perlakuan menggunakan lima ulangan. Untuk melihat pengaruh perlakuan, dilakukan uji sidik ragam (ANOVA) dan untuk melihat perbedaan antar perlakuan, dilakukan uji jarak berganda Duncan. Prosedur kerja yang telah dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Tahap Persiapan, pembuatan ekstrak rosela (Mohamed, 2013) dan elektrolit berbasis air kelapa dan ekstrak rosella. 2) Tahap Pendahuluan, transportasi 20 ekor Domba Priangan jantan tanpa perlakuan untuk memperoleh persentase rataan penyusutan bobot badan sebesar 9,1% sebagai dasar pembuatan elektrolit. 3) Tahap Penelitian Pemasangan necktag pada domba disesuaikan dengan perlakuan dan ulangan masingmasing. Sebelum proses transportasi, domba ditimbang dan diukur status faalinya. Kemudian 30 menit sebelum ditransportasikan diberi larutan elektrolit berbasis air kelapa dan ekstrak rosela sesuai perlakuan dan ulangan. Pukul 09.00 WIB, domba ditransportasikan tanpa diberi pakan dan minum menggunakan mobil pick-up selama 6 jam dan rute transportasi mengelilingi desa-desa di Subang dengan kondisi jalan yang rusak, banyak tikungan tajam serta tanjakan. Setelah transportasi, domba diturunkan dari mobil secara bertahap untuk ditimbang dan diukur status faalinya. Kemudian dilakukan pengolahan dan analisis data.
Perubahan bobot badan dan status faali............................................................ Imam Darussalam, dkk
HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Bobot Badan Hasil pengamatan pengaruh perlakuan terhadap perubahan bobot badan sebelum dan sesudah transportasi, disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Rataan Pengaruh Perlakuan terhadap Perubahan Bobot Badan Domba Priangan Sebelum Transportasi Sesudah Transportasi Ulangan P0 P1 P2 P3 P0 P1 P2 P3 ................................................................kg............................................................. 1 22,4 22,0 21,1 21,5 21,4 21,2 20,6 21,0 2 18,7 20,6 21,1 19,9 17,9 20,1 20,7 19,5 3 19,8 20,5 19,1 18,5 19,1 19,5 18,4 18,1 4 20,4 22,8 18,9 18,0 20,0 22,0 18,4 17,7 5 15,7 18,9 16,7 16,9 15,2 18,5 16,0 16,5 19,40 20,96 19,38 18,96 18,72 20,26 18,82 18,56 Rataan Berdasarkan Tabel 1, rataan bobot badan sebelum transportasi berada pada kisaran 18,96 – 20,96 kg. Pada semua perlakuan setelah dilakukan transportasi terjadi perubahan (penurunan) rataan bobot badan. Selisih rataan penurunan bobot badan tertinggi diperoleh pada perlakuan P1, yaitu 0,70 kg dan selisih rataan penurunan bobot badan terendah diperoleh pada P3, yaitu 0,40 kg. Hasil analisis menunjukkan bahwa pemberian larutan elektrolit berbasis air kelapa dan ekstrak rosela pada Domba Priangan yang ditransportasikan, tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap perubahan bobot badan. Hal tersebut diduga karena waktu transportasi yang hanya enam jam. Lamanya transportasi dapat memengaruhi penyusutan bobot badan sesuai dengan pendapat Knowles dan Warriss (2000) yang menyatakan bahwa transportasi dapat mengakibatkan kehilangan bobot badan dalam jangka waktu 18-24 jam. Pengeluaran keringat serta penguapan akibat cuaca yang panas selama proses transportasi, mengakibatkan terganggunya ion-ion yang terdapat dalam tubuh, sehingga mengakibatkan dehidrasi pada ternak. Dehidrasi berakibat pada penyusutan bobot badan ternak sesuai dengan pendapat Kassab dan Mohammed (2014) yang menyatakan penyusutan bobot badan juga diakibatkan karena selama transportasi domba kehilangan air atau biasa disebut dehidirasi. Pemberian larutan elektrolit berbasis air kelapa dan ekstrak rosela dapat meminimalisir adanya dehidrasi, terbukti pada setiap perlakuan sudah terjadi adanya kecenderungan penurunan bobot badan yang semakin kecil.
Perubahan bobot badan dan status faali............................................................ Imam Darussalam, dkk
Denyut Jantung Hasil pengamatan rataan denyut jantung pada Domba Priangan sebelum dan sesudah transportasi, disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Rataan Pengaruh Perlakuan terhadap Denyut Jantung Domba Priangan Sebelum Transportasi Sesudah Transportasi Ulangan P0 P1 P2 P3 P0 P1 P2 P3 ........................................................kali/menit...................................................... 1 48 53 50 52 86 88 62 88 2 59 66 56 54 95 88 62 87 3 73 67 53 71 91 70 81 83 4 44 82 55 52 87 67 80 65 5 55 65 55 43 85 57 82 86 56 67 54 54 89 74 73 82 Rataan Berdasarkan Tabel 2, rataan denyut jantung tertinggi sebelum transportasi diperoleh pada P1, yaitu sebanyak 67 kali/menit, dan rataan denyut jantung terendah sebelum transportasi diperoleh pada P2 dan P3 yaitu sebanyak 54 kali/menit. Rataan denyut jantung tertinggi setelah transportasi diperoleh pada P1, yaitu sebanyak 89 kali/menit, dan rataan denyut jantung terendah setelah transportasi diperoleh pada P2, yaitu sebesar 73 kali/menit. Hasil analisis menunjukkan bahwa pemberian larutan elektrolit berbasis air kelapa dan ekstrak rosela pada denyut jantung Domba Priangan yang ditransportasikan tidak berpengaruh nyata (P>0,05). Denyut jantung meningkat karena adanya hormon epinefrin (aderenalin) dan norepinefrin (noradrenalin) yang disekresikan oleh medula adrenal ketika domba dalam keadaan stres. Hormon epinefrin dan norepinefrin memberikan efek-efek besar pada sistem kardiovaskular dan respirasi, misalnya detak jantung dan volume pemompaan darah (Campbell, dkk., 2010). Proses pengeluaran panas dalam tubuh juga dapat dilakukan oleh domba melalui penguapan air dari kulit. Saat terjadi proses penguapan, ion-ion yang terdapat dalam tubuh ikut menguap bersama air sehingga domba akan mengalami dehidrasi. Hilangnya air dan ion dalam tubuh akan mengakibatkan denyut jantung yang meningkat (Tillman, dkk., 1998). Pada perlakuan P1, P2, dan P3 yang diberi larutan elektrolit berbasis air kelapa dan ekstrak rosela, peningkatan denyut jantung tidak terlalu jauh bila dibandingkan perlakuan P0 karena adanya cadangan ion Natrium dan Kalium pada saat terjadi proses penguapan.
Perubahan bobot badan dan status faali............................................................ Imam Darussalam, dkk
Frekuensi Pernapasan Hasil pengamatan rataan frekuensi pernapasan pada Domba Priangan sebelum dan sesudah transportasi, disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Rataan Pengaruh Perlakuan terhadap Frekuensi Pernapasan Domba Priangan Sebelum Transportasi Sesudah Transportasi Ulangan P0 P1 P2 P3 P0 P1 P2 P3 .....................................................kali/menit..................................................... 1 29 29 32 29 47 50 40 51 2 31 33 32 33 56 49 41 52 3 40 42 39 31 53 41 45 50 4 28 26 27 21 48 40 45 42 5 30 34 22 20 43 38 46 49 32 33 30 27 49 44 43 49 Rataan Berdasarkan Tabel 3, rataan frekuensi pernapasan tertinggi sebelum transportasi diperoleh pada P1, yaitu sebanyak 33 kali/menit, dan rataan frekuensi pernapasan terendah sebelum transportasi diperoleh pada P3 yaitu sebanyak 27 kali/menit. Setelah dilakukan transportasi rataan frekuensi pernapasan tertinggi diperoleh pada P0 dan P3, yaitu sebanyak 49 kali/menit, dan rataan frekuensi pernapasan terendah setelah transportasi diperoleh pada P2, yaitu sebanyak 43 kali/menit. Hasil analisis menunjukkan bahwa pemberian larutan elektrolit berbasis air kelapa dan ekstrak rosela pada frekuensi pernapasan Domba Priangan yang ditransportasikan tidak berpengaruh nyata (P>0,05). Frekuensi pernapasan sangat erat kaitannya dengan denyut jantung, ketika denyut jantung meningkat maka frekuensi pernapasan akan ikut meningkat pula. Frekuensi pernapasan meningkat karena domba melakukan proses homeostasis, agar suhu tubuhnya tetap dalam kisaran normal. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Grandin (2007) yang menyatakan bahwa peningkatan frekuensi pernapasan pada domba ditujukan agar panas pada tubuh cepat dikeluarkan. Stres panas yang dialami domba selama proses transportasi akan mengakibatkan terjadinya penguapan melalui kulit agar suhu badan relatif normal. Penguapan tersebut menyebabkan hilangnya air dan ion-ion penting dalam tubuh domba, sehingga domba akan mengalami dehidrasi. Kehilangan air yang berlebih akan mengakibatkan meningkatnya frekuensi pernapasan (Tillman, dkk., 1998).
Perubahan bobot badan dan status faali............................................................ Imam Darussalam, dkk
Suhu Tubuh Hasil pengamatan rataan suhu tubuh pada Domba Priangan sebelum dan sesudah transportasi, disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Rataan Pengaruh Perlakuan terhadap Suhu Tubuh Domba Priangan Ulangan 1 2 3 4 5 Rataan
Sebelum Transportasi
Sesudah Transportasi
P0 P1 P2 P3 P0 P1 P2 P3 ...........................................................ºC............................................................ 39,0 39,3 39,0 39,0 41,5 39,5 39,4 38,8 38,8 39,6 39,3 39,2 39,0 39,5 39,1 38,6 39,2 39,2 39,4 39,0 39,5 39,0 39,3 38,6 39,0 38,8 38,3 38,8 39,1 39,9 39,0 38,7 39,1 39,0 39,0 39,0 41,2 38,9 39,2 39,9 39,02 39,18 39,00 39,00 40,06 39,36 39,20 38,92
Berdasarkan Tabel 4, rataan suhu tubuh tertinggi sebelum transportasi diperoleh pada P1, yaitu sebesar 39,18 ºC, dan rataan suhu tubuh terendah sebelum transportasi diperoleh pada P2 dan P3 yaitu sama sebesar 39 ºC. Setelah dilakukan transportasi rataan suhu tubuh tertinggi diperoleh pada P0, yaitu sebesar 40,06 ºC, dan rataan suhu tubuh terendah setelah transportasi diperoleh pada P3, yaitu sebesar 38,92 ºC. Hasil analisis menunjukkan bahwa pemberian larutan elektrolit berbasis air kelapa dan ekstrak rosela pada Domba Priangan yang ditransportasikan, tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap suhu tubuh. Peningkatan suhu tubuh Domba Priangan masih dalam kisaran normal kecuali pada perlakuan P0 yang sudah mengalami transportasi. Suhu tubuh domba pada kisaran normal antara 38,3 – 39,9 ºC dengan rataan 39,1 ºC (Mushawwir, 2014). Domba sebagai ternak homeotherm akan mencoba mempertahankan suhu tubuhnya agar relatif konstan (homeostasis), karena ketika suhu tubuh dibiarkan naik terlalu tinggi atau turun terlalu rendah maka akan menyebabkan kematian. Untuk mempertahankan keseimbangan suhu tubuhnya, ternak secara konstan memproduksi panas dan mengeluarkan panas ke lingkunganya. Panas selalu dialirkan dari dalam tubuh ke luar melalui permukaan kulit (penguapan), dan diteruskan ke udara lingkungan (Abbas, 2009). Mekanisme pengeluaran panas melalui permukaan kulit (penguapan) akan mengakibatkan domba dehidrasi karena kekurangan air dan ion dalam tubuh. Kehilangan air dalam tubuh akan mengakibatkan kenaikan suhu tubuh (Tillman dkk, 1998). Pada perlakuan P1, P2, dan P3 suhu tubuh domba masih dalam kisaran normal dan kenaikan suhu tubuh tidak
Perubahan bobot badan dan status faali............................................................ Imam Darussalam, dkk
terlalu jauh, hal ini diduga karena ketersediaan elektrolit cadangan yang diberikan sebelum transportasi sehingga dapat menekan dampak negatif transportasi.
KESIMPULAN Pemberian larutan elektrolit berbasis air kelapa dan ekstrak rosela pada Domba Priangan sebelum transportasi, tidak memberikan pengaruh yang berarti terhadap perubahan bobot badan dan status faali, namun dapat mempertahankan perubahan bobot badan dan status faali dalam kisaran normal.
UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada Dr. Ir. Denie Heriyadi, S.U., Ir. An-An Yulianti, M.Si. yang telah membimbing penulis hingga dapat menyelesaikan penelitian ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ir. Siti Nurachma, MS., Dr. Ir. Diding Latipudin, MSi., dan Dr. Ir. Dedi Rahmat, MS. atas segala kritik dan saran yang menyempurnakan penelitian ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada PT. Agro Jaya Makmur, serta kepada M. Rifqi Ismiraj, S.Pt., Asri Wulansari, S.Pt., Yeti Haryati, S.Pt., dan Kang Adang Sudrajat atas segala bantuan dan kemudahan yang telah diberikan selama penelitian. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya, dihaturkan kepada Ayahanda Dharma Nirwana S.AP dan Ibunda Tuti Yuningsih serta adikku Arif Aulia Rahman yang selalu memberikan doa, dukungan, perhatian dan kasih sayang untuk penulis.
Perubahan bobot badan dan status faali............................................................ Imam Darussalam, dkk
DAFTAR PUSTAKA Abbas, M. Hafil. 2009. Fisiologi Pertumbuhan Ternak. Andalas University Press. Padang. 287-295 Campbell, N. A., Reece, J. B., Urry, L. A., Cain, M. L., Wasserman, S. A., Minorsky, P. V., & Jackson, R. B. 2010. Biologi: Edisi ke Delapan, Jilid 3. Penerjemah: Wulandari, D. T. Penerbit Erlangga: Jakarta. 12-16. Grandin, T. 2007. Livestock Handling and Transport: 3rd Edition. CAB International. Inggris. 44-45, 141-155, 161, 188. Heriyadi, D. 2011. Pernak-Pernik dan Senarai Domba Garut. UNPAD PRESS. Bandung. 313. Jung, EunKyung, YoungJun Kim, and NamiJoo. 2013. "Physicochemical properties and antimicrobial activity of Roselle (Hibiscus sabdariffa L.)." Journal of the Science of Food and Agriculture 93.15: 3769-3776. Kassab, A. Y., dan A. A. Mohammed. 2014. Ascorbic Acid Administration As Anti-Stress Before Transportation Of Sheep. The Egyptian Journal of Animal Production 51 : 1925. Mesir. Knowles, T. G., &Warriss, P. D. 2000. StressPhysiology of AnimalsDuring Transport. Dalam Livestockhandlingand Transport Ed. Grandin, T. CAB International: Oxfordshire, Britania Raya.2, 385-407. Mohamed, J., S. W. Shing., M. H. M. Idris., S. B. Budin., S. Zainalabidin. 2013. The Protective Effect of Aqueous Extracts of Roselle (Hibiscus sabdariffa l. UKMR-2) Against Red Blood Cell Membrane Oxidative Stress in Rats with StreptozotocinInduced Diabetes. Clinics 68(10). Malaysia. 1358-1363. Mushawwir, A. 2014. Biokimia Nutrisi. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Sumedang. 211-229. Pokorny, Jan. 2007. Are Natural Antioxidants Better and Safer Than Synthetic Antioxidants?. The Europe Journal of Lipid Science Technology 109:629-642. Republik Ceko. Soeharsono., L. Adriani., E. Hernawan., K. A. Kamil., dan A. Mushawwir,. 2010. Fisiologi Ternak. Widya Padjadjaran. Bandung. 118-120. Tillman, A. D., Hartadi, H., Reksohadiprodjo, S., Prawirokusumo, S., Lebdosoekojo, S. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar: Cetakan Keenam. GADJAH MADA UNIVERSITY PRESS. Yogyakarta. 42-46. Yong, J. W. H., L. Ge., Y. F. Ng., dan S. N. Tan. 2009. The Chemical Composition and Biological Properties of Coconut (Cocus nucifera L.) Water. Journal of Molecules. Singapura.