Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
KORELASI BOBOT BADAN INDUK DENGAN LAMA BUNTING, LITTER SIZE, DAN BOBOT LAHIR ANAK KAMBING PERANAKAN ETAWAH (Correlation of Body Weight of Does with Length of Pregnancy, Litter Size, and Birth Weight of Etawah Grade Goat (PE)) T. KOSTAMAN dan I-K. SUTAMA Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002
ABSTRACT Etawah grade goat (PE) is a dual purpose type of goat (meat and milk). As meat produce of inferiority. Because, means level productivity were made necessary, i.e. watch body weight of does, duration of pregnancy, litter size, birth weight, and characterictic correlation. Until are needed an experiment was conducted to study correlation between body weight with duration of pregnancy, litter size, and birth weight. The study was conducted at Indonesian Research Institute for Animal Production at Ciawi-Bogor. Fortyseven heads of PE does were used in this experiment. They were fed of 2.5 kg freshly chopper King grass and 700 g/head/day concentrate in group pens (3 x 4 m) with 6 – 7 heads of goat per pen. Each doe was naturally mated. Parameters measured were body weight, duration of pregnancy, litter size, and birth weight. Data were subjected to linear regression analysis. Results of the study showed that there was a positive significant correlation (r = 0.379, P < 0.05) between body weight of doe with duration of pregnancy, in a regression equation Y = 143.97 + 0.17 X, where X is unhampered variable to body weight of does and Y is not unhampered variable to duration of pregnancy. However, body weight of does were not significantly (P > 0.05) correlated with both litter size (Y = 0.98 + 0.006 X, r = 0.101) and birth weight of kids (Y = 3.47 + 0.02 X, r = 0.087). It is concluded that body weight of does has positive significant correlation to length of pregnancy but neither to litter size nor birth weight. Key Words: PE Goats, Correlation, Litter Size, Birth Weight ABSTRAK Kambing PE termasuk kambing dwiguna (daging dan susu). Pemanfaatannya untuk penghasil daging masih dirasakan kurang. Hal ini disebabkan karena tingkat produktivitas kambing PE masih rendah. Oleh karena itu, upaya peningkatan produktivitasnya perlu dilakukan, seperti memperhatikan bobot badan induk pada waktu dikawinkan, lama bunting, litter size, bobot lahir anak, dan korelasi sifat-sifat tersebut. Penelitian bertujuan untuk mengetahui korelasi bobot badan induk dengan lama bunting, litter size, dan bobot lahir anak. Penelitian dilaksanakan di kandang percobaan Balai Penelitian Ternak, Bogor. Penelitian menggunakan 47 ekor kambing PE induk yang sudah pernah beranak satu kali. Semua kambing mendapatkan pakan yang sama, yaitu cacahan rumput Raja sebanyak 2,5 kg/ekor/hari dan pakan konsentrat sebanyak 700 g/ekor/hari, dan ditempatkan pada kandang kelompok (3 x 4 m) masing-masing 6-7 ekor per kelompok. Sistem perkawinan dilakukan secara alami. Parameter yang diamati adalah bobot badan induk, lama bunting, litter size, dan bobot lahir anak. Data dianalisis dengan menggunakan analisis regresi linear sederhana. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa bobot badan induk dengan lama bunting berkorelasi positif dan nyata (r = 0,379; P < 0,05), dengan persamaan regresi Y = 143,97 + 0,17 X dimana X adalah peubah bebas untuk bobot badan induk dan Y adalah peubah tidak bebas untuk lama bunting. Bobot badan induk dengan litter size berkorelasi positif (r = 0,101; P > 0,05) dan mengikuti persamaan regresi Y = 0,98 + 0,006 X. Sementara, bobot badan induk dengan bobot lahir berkorelasi positif (r = 0,087; P > 0,05) dan persamaan regresinya Y = 3,47 + 0,02 X. Disimpulkan bahwa bobot badan induk dengan lama bunting mempunyai korelasi yang positif dan nyata, tetapi dengan litter size dan bobot lahir anak tidak berbeda nyata. Kata Kunci: Kambing PE, Korelasi, Bobot Badan Induk, Litter Size, Bobot Lahir
522
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
PENDAHULUAN Dewasa ini pembangunan subsektor peternakan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat, khususnya protein hewani. Sebagian hasil peternakan diperoleh dari hasil produksi ternak kambing. Kambing Peranakan Etawah (PE) merupakan hasil persilangan antara kambing Etawah dengan Kacang yang sudah beradaptasi dengan kondisi Indonesia. Kambing PE merupakan ternak yang berfungsi ganda (produksi daging dan susu). Pemanfaatannya untuk penghasil daging masih dirasakan kurang. Hal ini disebabkan karena tingkat produktivitas kambing PE masih rendah. Oleh karena itu, upaya peningkatan produktivitasnya perlu dilakukan, seperti memperhatikan bobot badan induk pada waktu dikawinkan, lama bunting, litter size, bobot lahir anak, dan korelasi sifat-sifat tersebut. Bobot badan merupakan sifat sangat penting pada kambing dan sifat ini dipengaruhi oleh faktor genetik dan non genetik, begitu juga dengan lama bunting ditentukan oleh faktor genetik walaupun dapat dimodifikasi faktor-faktor maternal, fetal, dan lingkungan (JAINUDEEN dan HAFEZ, 2000). Bobot badan induk yang besar mempunyai kemungkinan beranak kembar lebih tinggi daripada induk yang lebih rendah (JOHNSTON, 1983). Sementara, DEVENDRA dan BURNS (1994) menyatakan bahwa setiap kenaikan satu kilogram rata-rata bobot badan akan menaikkan 0,03 rata-rata angka ovulasi. Demikian juga, bobot badan induk mempunyai pengaruh lebih besar daripada pejantan terhadap bobot lahir anak (JOHNSTON, 1983). Masalah yang timbul adalah terbatasnya informasi data dasar menyangkut segi produksi dan reproduksi kambing sebagai landasan program peningkatan produktivitas, sehingga dilakukan penelitian ini dengan tujuan memperoleh informasi korelasi antara bobot badan induk dengan lama bunting, litter size dan bobot lahir anak. MATERI DAN METODE Penelitian dilakukan di kandang percobaan Balai Penelitian Ternak, Bogor. Ternak
penelitian menggunakan 47 ekor kambing PE induk yang sudah pernah beranak satu kali yang dipelihara secara intensif dalam kandang kelompok (3 x 4 m) masing-masing berisi 6 – 7 ekor per kelompok. Sistem perkawinan secara alami dengan memasukkan pejantan pada setiap kandang kelompok. Dari 47 ekor kambing PE induk, jumlah induk yang beranak tunggal sebanyak 38 ekor, beranak kembar 2 sebanyak 8 ekor, dan yang beranak kembar > 2 sebanyak 1 ekor. Selama penelitian, kambing PE induk diberi pakan hijauan berupa cacahan rumput Raja sebanyak 2,5 kg/ekor/hari dan pakan konsentrat sebanyak 700 g/ekor/hari. Pemberian pakan dilakukan pada pagi hari dan air minum tersedia ad libitum. Parameter yang diamati adalah bobot badan induk, lama bunting, litter size, dan bobot lahir. Data dianalisis dengan menggunakan analisis regresi linear sederhana (SANTOSO, 2004). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian dari 47 ekor kambing PE induk diperoleh rataan lama bunting kambing PE induk sebesar 149,85 ± 3,19 hari dicapai pada saat induk mencapai rataan bobot badan sebesar 35,41 ± 7,30 kg (Tabel 1). Hasil analisis regresi linear sederhana menunjukkan bahwa bentuk korelasi bobot badan induk sebagai peubah bebas X dan lama bunting sebagai peubah tidak bebas Y mengikuti persamaan regresi Y = 143,97 + 0,17 X (Gambar 1), koefisien regresi nyata dan positif (r = 0,379; P < 0,05; Tabel 2). Hal ini menunjukkan bahwa lama bunting dipengaruhi oleh bobot badan induk. THOMAS (1990) menyatakan bahwa bobot badan sangat penting untuk diperhatikan karena akan berpengaruh terhadap kinerja reproduksi ternak selanjutnya. Tabel 1. Rataan bobot badan induk, lama bunting, litter size, dan bobot lahir kambing PE Parameter
Rataan ± SD
Bobot badan induk (kg)
34,41 ± 7,30
Lama bunting (hari)
149,85 ± 3,19
Litter size (ekor)
1,21 ± 0,46
Bobot lahir (kg)
3,58 ± 0,90
523
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
158
Lama bunting (hari)
156 154 152 150 148 146
Y= 143,97 + 0,17
144 142 15
20
25
30
35
40
45
50
55
Bobot badan induk (kg)
Gambar 1. Hubungan antara bobot badan induk dengan lama bunting
Tabel 2. Koefisien korelasi Pearson antara bobot badan induk dengan parameter yang lain Parameter
Nilai korelasi
Lama bunting
0,379*
Litter size
0,101
Bobot lahir anak
0,087
* = nyata
Dalam penelitian ini, lama bunting dihitung dari tanggal perkawinan terakhir sampai dengan tanggal induk melahirkan anak. Rataan lama bunting pada penelitian ini hampir sama dengan yang diperoleh dari beberapa penelitian sebelumnya, yaitu berkisar 144 – 156 hari (ARTININGSIH et al., 1996; SUTAMA, 1996; ADIATI et al., 1999; BUDIARSANA dan SUTAMA, 2001). Litter size memegang peranan penting dalam menentukan produktivitas ternak dalam perbibitan atau pembesaran. Rataan litter size pada penelitian ini adalah 1,21 ± 0,46 ekor, relatif tidak berbeda dengan laporan HANDIWIRAWAN et al. (1996). Korelasi bobot badan induk dengan litter size bersifat positif (r = 0,101; P > 0,05) dengan mengikuti persamaan regresi Y = 0.98 + 0,006 X (Gambar 2). Artinya bahwa setiap kenaikan 1 kg bobot badan induk akan diikuti
524
dengan peningkatan litter size sebesar 0,006 ekor. Hal ini diduga sifat litter size lebih banyak dipengaruhi oleh faktor laju ovulasi, daya hidup anak prenatal, serta tingkat gizi pakan induk (SUBANDRIYO et al., 1994). Hasil penelitian yang diperoleh ini berbeda dengan yang dilaporkan ABDULGANI (1981) bahwa korelasi antara bobot badan induk dengan tingkat kesuburannya (banyaknya anak yang dilahirkan) atau litter size ternyata sangat nyata (r = 0,41). Terdapatnya perbedaan hasil pengamatan kemungkinan disebabkan ternak yang digunakan berbeda bangsa, pada ABDULGANI (1981) ternak kambing yang digunakan adalah kambing lokal (Kacang). OBST et al. (1980) dan SAKUL et al. (1994) melaporkan bahwa kambing lokal (Kacang) mempunyai prolifikasi yang tinggi. Sementara pada penelitian ini menggunakan kambing PE. Seperti telah disinggung sebelumnya, kambing PE merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Etawah dengan Kacang, sehingga kemungkinan prolifikasinya lebih rendah daripada induknya (kambing Kacang). Bila ingin mendapatkan litter size yang tinggi pada setiap kelahiran, dengan resiko penurunan bobot lahir, maka yang paling utama harus diperhatikan adalah umur induk dan bobot badan (LIWA, 1994).
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
3.5
Litter size (ekor)
3
Y= 0,98 + 0,006 X
2.5 2 1.5 1 0.5 10
20
30
40
50
60
Bobot badan induk (kg)
Gambar 2. Hubungan antara bobot badan induk dengan litter size
koefisien korelasi r = 0,087. Meskipun hal ini dapat diartikan bahwa setiap kenaikan 1 kg bobot badan induk akan diikuti kenaikan bobot lahir sebesar 0,02 kg. Hasil penelitian yang diperoleh sama dengan yang dilaporkan LIWA (1994) dengan koefisien korelasi r = 0,20 (P > 0,05). Hal ini diduga bobot lahir anak cenderung dipengaruhi oleh tipe kelahiran, jenis kelamin, umur induk, bangsa induk, bangsa pejantan, dan musim saat kelahiran (WILLIAMSON dan PAYNE, 1993; GATENBY et al., 1994).
Rataan bobot lahir kambing PE sebesar 3,58 ± 0,90 kg dicapai apabila rataan bobot badan induk saat melahirkan sebesar 35,41 ± 7,30 kg (Tabel 1). Rataan bobot lahir kambing PE yang diperoleh masih lebih berat dari hasil penelitian TIESNAMURTI et al. (1995) dan SETIADI et al. (1997) pada jenis kambing yang sama, yaitu masing-masing sebesar 3,12 dan 3,45 kg. Analisis regresi linear sederhana menunjukkan korelasi bobot badan induk dengan bobot lahir anak mengikuti persamaan regresi Y = 3,47 + 0,02 X (Gambar 3) dengan
Y= 3,47 + 0,02 X
Bobot lahir anak (kg)
6
5
3
2
0 10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
Bobot badan induk (kg)
Gambar 3. Hubungan antara bobot badan induk dengan bobot lahir anak
525
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
Tidak terdapatnya hubungan yang nyata pada antara bobot badan induk dengan bobot lair anak dapat diprediksi dari kisaran bobot lahir anak yang cukup luas (1,5-5,5 kg). Hal ini kemungkinan disebabkan induk kambing PE ditempatkan pada kandang kelompok yang berisi 6 – 7 ekor, sehingga mengakibatkan tingginya kompetisi diantara ternak untuk mendapatkan pakan atau ruang untuk hidup nyaman. Selanjutnya dinyatakan induk saat melahirkan pertama belum mencapai dewasa tubuh, sehingga makanan yang dikonsumsi selain untuk pertumbuhan janin yang dikandung, juga untuk pertumbuhannya sendiri. Akibatnya bobot lahir anaknya lebih ringan dibandingkan dengan bobot lahir anak dari induk yang lebih tua dan sudah dewasa tubuh. KESIMPULAN Dari data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa bobot badan induk dengan lama bunting mempunyai korelasi yang positif dan nyata (r = 0,379; P < 0,05) dengan persamaan regresi Y = 143,97 + 0,17 X, tetapi dengan litter size dan bobot lahir anak tidak berkorelasi nyata. Dengan demikian bobot badan induk memegang peranan penting di dalam sistem perkawinan yang secara tidak langsung akan mempengaruhi produktivitas kambing PE. UCAPAN TERIMAKASIH Kepada semua pihak, terutama staf teknisi litkayasa Program Ruminansia Kecil yang telah membantu kelancaran penelitian ini disampaikan terimakasih. DAFTAR PUSTAKA ABDULGANI, I.K. 1981. Beberapa ciri populasi kambing di Desa Ciburuy dan Desa Cigombong serta kegunaannya bagi peningkatan produktivitas. Disertasi. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. ADIATI, U., D. YULISTINI, RSG. SIANTURI, HASTONO, I G.M. BUDIARSANA, I-K. SUTAMA, dan I-W. MATHIUS. 1999. Pengaruh perbaikan pakan terhadap respon reproduksi induk kambing Peranakan Etawah. Pros. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Jilid I. Bogor, 1 – 2 Desember 1998. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 491 – 495.
526
ARTININGSIH, N.M., B. PURWANTARA, R.K. ACHYADI dan I-K. SUTAMA. 1996. Pengaruh penyuntikan PMSG terhadap kelahiran kembar pada kambing dara PE. JITV 2: 11 – 16. BUDIARSANA, I G.M. dan I-K. SUTAMA. 2001. Fertilisasi kambing Peranakan Etawah pada perkawinan alami dan inseminasi buatan. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 17 – 18 September 2001. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 98 – 110. DEVENDRA, C. dan M. BURNS. 1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis. Diterjemahkan Oleh I D.K. PUTERA. Penerbit ITB Bandung dan Universitas Udayana. GATENBY, R.M., G.E. BRADFORD, RALAKSANTO, E. ROMJALI, A.D. PITONO dan H. SAKUL. 1994. Growth, mortality and wool cover of Sumatera sheep and cross within Virgin Island, Barbados Blackbelly and Javanes fat tail breed. Working Paper 153. CRSP. Balai Penelitian Ternak, Bogor. HANDIWIRAWAN, E., B. SETIADI dan D. ANGGRAENI. 1996. Produktivitas induk ternak ruminansia kecil pada kondisi peternakan rakyat di Kab. Lebak. Pros. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Bogor, 7 – 8 Nopember 1995. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 483 – 489. JAINUDEEN, M.R. and E.S.E. HAFEZ. 2000. Gestation, prenatal physiology and parturition. In: Reproduction in Farm Animals. E.S.E. HAFEZ and B. HAFEZ (Eds.). Seventh Edition. Lippincott Williams & Wilkins. JOHNSTON, R.G. 1983. Introduction to Sheep Farming. Granada Publishing Ltd. London, Toronto, Sydney, New York. LIWA, A.M. 1994. Korelasi umur dan berat induk dengan berat lahir dan tipe kelahiran anak kambing Peranakan Etawah yang dipelihara secara semi intensif. JIPNAK Gowa 2: 151 – 156. OBST, J.M., T. BOYS and T. CHANIAGO. 1980. Reproductive performances of Indonesia sheep and goats. Proc. Aust. Soc. Anim. Prod. 13: 321 – 324. SAKUL, H., G.E. BRADFORD and SUBANDRIYO. 1994. Prospects for genetic improvement of small ruminants in Asia. Proc. Symposium Strategic Developmeny for Small Ruminant Production in Asia and Pasific. SR-CRSP Univ. Calif. Davis. SANTOSO, S. 2004. Mengatasi Berbagai Masalah Statistik dengan SPSS. Versi 11.5. PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
SETIADI, B., I-K. SUTAMA dan I G.M. BUDIARSANA. 1997. Efisiensi reproduksi dan produksi kambing Peranakan Etawah pada berbagai tatalaksana perkawinan. JITV 2: 233 – 236. SUBANDRIYO, B. SETIADI, T.D. SOEDJANA dan P. SITORUS. 1994. Produktivitas usahaternak domba di pedesaan. J. Penel. Peternakan Indonesia 1: 1 – 7. SUTAMA, I-K. 1996. Potensi produktivitas ternak kambing di Indonesia. Pros. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Jilid I. Bogor, 7 – 8 Nopember 1995. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 35 – 50.
THOMAS, G.A. 1990. Infertility in the does. Proc. 12th Florida Dairy Goat Production Conf., Gainesville. pp. 11 – 13. TIESNAMURTI, B., E. JUARINI, I G.M. BUDIARSANA, dan I-K. SUTAMA. 1995. Pertumbuhan dan Perkembangan Seksual Kambing PE pada Sistem Pemeliharaan yang Berbeda. Kumpulan Hasil-Hasil Penelitian APBN Tahun Anggaran 1994/1995. Ternak Ruminansia Kecil. Balai Penelitian Ternak, Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 271 – 278. WILLIAMSON, G. dan J.A. PAYNE. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
527