EVALUASI PEMBERIAN DEKANTER SAWIT DAN BEBERAPA HIJAUAN TERHADAP PERTAMBAHAN BOBOT BADAN KAMBING PERANAKAN ETAWAH
SKRIPSI
OLEH RIYANI E10013001
FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS JAMBI 2017
EVALUASI PEMBERIAN DEKANTER SAWIT DAN BEBERAPA HIJAUAN TERHADAP PERTAMBAHAN BOBOT BADAN KAMBING PERANAKAN ETAWAH
Oleh
RIYANI E10013001 TelahDiujiDihadapan Tim Penguji Pada Hari , Tanggal 2017 dan Dinyatakan Lulus Ketua Sekretaris Anggota
: Dr.Ir. Yurleni. Msi : Dr. Ir. H. M.Afdal, MSc., MPhil : 1. Dr.Ir. Endri Musnandar,Ms 2. Ir. Darlis, MSc., PhD 3. Dr.Ir.Bayu Rosadi,S.Pt,MP
Menyetujui : PembimbingUtama,
PembimbingPendamping,
Dr.Ir.Yurleni.Msi NIP. Tanggal:
Dr. Ir. H. M.Afdal, MSc., MPhil NIP. 196408131989031003 Tanggal:
Mengetahui: Wakil Dekan BAKSI
Dr. Sc. Agr. Ir. Teja Kaswari, M.Sc NIP. 196612151992031002 Tanggal:
KetuaJurusan/Prodi Peternakan
Ir. Darmawan, M.P NIP. 195706151987101001 Tanggal:
EVALUASI PEMBERIAN DEKANTER SAWIT DAN BEBERAPA HIJAUAN TERHADAP PERTAMBAHAN BOBOT BADAN KAMBING PERANAKAN ETAWAH Disajikan Oleh Riyani (E100113001), di bawah bimbingan : Dr.Ir. Yurleni. Msi 1) dan Dr.Ir.H.M.Afdal, MSc.,MPhil 2) Program Studi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Jambi Alamat Kontak : JL. Jambi-Ma. Muara Bulian KM 15 Mendalo Darat Jambi 36361 email:
[email protected]
RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat konsumsi, pertambahan bobot badan , dan konversi pakan pada Kambing Peranakan Etawah yang diberi dekanter sawit yang diawetkan dengan serbuk kayu manis dan beberapa hijauan konvensional. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bujur Sangkar Latin (BSL) 4x4 dengan 4 perlakuan 4 ulangan dan 4 periode. Apabila perlakuan berbeda nyata dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan. Perlakuan terdiri dari A= Dekanter Sawit 100%, B = Rumput Gajah (Pannisetum Purpureum) 100%, C = Rumput Setaria (Setaria sphacelata) 100% dan D = Rumput Kolonjono(Panicum Titanum) 100%. Data diolah dengan menggunakan analisis ragam. Hasil peneltian menunjukan bahwa konsumsi bahan kering dari dekanter sawit lebih rendah di bandingkan hijauan lain, serta rendah nya nilai konversi dikarenakan penurunan bobot badan dan karena pakan yang di konsumsi hanya cukup untuk hidup pokok.
Kata Kunci : Konsumsi,Pertambahan Bobot Bada Harian, Konversi, Dekanter sawit, kambing peranakan etawa. Keterangan : 1) Pembimbing Utama 2) Pembimbing Pendamping
Evaluasion GOAT Presented By Riyani (E10013001), Under The Guidance: Dr.Ir.Yurleni.Msi1) and Dr.Ir.H.M.Afdal, MSc.,MPhil 2)
ABSTRACT Decanter palm is one of alternative feed ingredients that can be used as animal feed. Oil decanter are potentially used as feed material for this waste is produced every day. Keywords:digestibility of dry matter, organic matter, crude fiber, oil decanter, etawa cross breed Description: 1).Top Advisors 2).Supervising Companion
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan Skripsi saya yang berjudul “Evaluasi Pemberian Dekanter Sawit dan Beberapa Hijauan Terhadap Pertambahan Bobot Badan Kambing Peranakan Etawa” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka dibagian ahir skripsi ini sesuai dengan kaidah penulisan ilmiah yang berlaku.
Jambi, Juni 2017
Riyani
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Desa Rantau Jaya 09 Maret 1995, sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Ayah Minto dan Ibu Suti. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 46/X Rantau Jaya pada tahun 2007, pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 9 Rantau Rasau, dan pendidikan menengah atas SMA Negeri 1 Rantau Rasau pada tahun 2013.Pada tahun 2013 penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Jambi melalui jalur SNMPTN. Pada bulan Maret 2016 penulis melaksanakan Farm Experince di Peternakan Pak Jumono didesa Pudak Kecamatan Kumpe Ulu Kabupaten Muaro Jambi. Penulis mengikuti kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KUKERTA) di Desa Nyogan kecamatan Mestong Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi.
PRAKATA
Dekanter sawit merupakan salah satu bahan pakan alternatif yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak. Dekanter sawit sangat potensial digunakan sebagai bahan pakan karena limbah ini diproduksi setiap hari. Sehubungan dengan ini, serangkaian penelitian telah dilakukan dilaboratorium Fakultas Peternakan Universitas Jambi di Mendalo Darat, Kabupaten Muaro Jambi. Hasil penelitian yang diperoleh dituangkan dalam tulisan ini. Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah Swt, atas berkat, rahmat, kesehatan dan kesempatan yang telah dianugrahkanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul” Evaluasi Pemberian Dekanter Sawit dan Beberapa Hijaun Terhadap Pertambahan Bobot Badan Kambing Peranakan Etawa”. Skripsi ini merupakan persyaratan akademik untuk menyelesaikan Pendidikan Strata Satu (S1) pada Program Studi Ilmu Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Jambi. Penulis menyadari bahwa dalam proses penyelesaian skripsi ini telah melibatkan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis ucapkan terimaksih kepada ibu Dr.Ir.Yurleni.Msi selaku pembimbing utama yang telah memberikan bimbingan, motivasi serta diskusi berharga yang diberikan dalam proses penyusunan skripsi. Kepada Bapak Dr. Ir. H. M.Afdal, MSc., Mphil selaku pembimbing pendamping sekaligus dosen yang telah memberikan kesempatan untuk ikut serta dalam penelitiannya. Atas bimbingan, dorongan, serta waktu diskusi yang sangat berharga yang diberikan sejak penyusunan usulan penelitian hingga penulisan skripsi, saya ucapkan terimakasih. Dan kepada Bapak Ir.Farizal, MP sebagai dosen pembimbing akademik (PA) yang telah memberikan perhatian, kesabaran dalam membimbing dan mengarahkan selama menempuh pendidikan di Fakultas Peternakan, saya ucapkan terimakasih. Terima kasih juga saya sampaikan kepada Darma Putra, Sidiq dan Prayogo yang telah membantu selama proses penelitian berlangsung. Ucapan terimakasih untuk teman-teman seperjuangan kelas A B C dan D mahasiswa Fakultas
Peternakan angkatan 2013, Terkhusus kepada Indri Seftiana yang setia menemani sebagai sahabat yang sedari awal menduduki bangku kuliah telah bersama. Kepada kakak Putri Pratama Sari S.Pt yang telah banyak membantu dalam ilmu dan semngatnya saya ucapkan terimakasih. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Ayah Tercinta atas kesabaran, motivasi, arahan, doa, dan dukungan yang tidak henti-hentinya diberikan kepada saya. Kepada Ibu saya tercinta yang telah berada di surga saya ucapkan terimakasih atas restu selama saya menempuh pendidikan ini. Serta kakak saya Andoko, Murni Handayani,Adik saya Hendra Safu ono dan Ponakan saya Aldo Febriansyah yang selalu memberikan dukungan, motivasi baik secara moral maupun materil serta doa yang selalu terucap. Maaf belum bisa membuat kalian semua bahagia saat ini. Terahir ucapan terimakasih kepada rekan-rekan Kuliah Kerja Nyata Posko41 Desa Nyogan, Kecamatan Mestong, Kabupaten Muaro Jambi motivasi, dorongan, semangat serta membantupenulis selama proses kuliah kerja nyata berlangsung. Terkhusus untuk Bayu Krisna yang telah banyak membantu dan menemani penulis baik suka maupun duka, penulis ucapkan terima kasih.
Jambi, Juni 2017
Riyani
DAFTAR ISI Halaman PRAKATA .............................................................................................
i
DAFTAR ISI ..........................................................................................
iii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................
iv
DAFTAR TABEL .................................................................................
v
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1.2 Tujuan ........................................................................................ 1.3 Manfaat ......................................................................................
1 1 3 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................... 2.1 Ternak Kambing Peranakan Etawa ............................................ 2.2Tanaman Kelapa Sawit ............................................................... 2.3Dekanter Sawit ............................................................................ 2.4Kelemahan Dekanter Sawit......................................................... 2.5Kerusakan Dekanter Sawit .......................................................... 2.6Dekanter Sawit sebagai Pakan Ternak ........................................ 2.7Konsumsi Pakan.......................................................................... 2.8Kecernaan dan Faktor-faktor yang mempengaruhi....................
4 4 5 6 8 9 10 11 11
BAB III MATERI DAN METODE ..................................................... 3.1 Waktu dan Tempat....…..................... ........................................ 3.2 Materi dan Peralatan .................................................................. 3.3 Metode ....................................................................................... 3.3.1Analisis Sampel................................................................... 3.4 Rancangan Penelitian ................................................................. 3.5Peubah yang Diamati .................................................................. 3.6Analisis Data ...............................................................................
14 14 14 14 14 15 15 16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................. 4.1 Kecernaan Bahan Kering ....…..................... ............................. 4.2 Kecernaan Bahan Organik ......................................................... 4.3 Kecernaan Serat Kasar ............................................................... BAB V PENUTUP ................................................................................. 5.1 Kesimpulan ....…..................... .................................................. 5.2 Saran .......................................................................................... DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ LAMPIRAN
17 17 18 19 20 20 20 21
DAFTAR TABEL
Tabel :
Halaman 1. Pengacakan perlakuan selama penelitian ......................
15
2. Komposisi kimia ransum perlakuan (%) .......................
15
3. Rataan nilai kcbk, kcbo, dan kcsk dekanter sawit pada ransum kambing PE .......................................................
17
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Perkembangan produksi Kelapa Sawit (Elneis guinensis) di Indonesia cukup pesat. Seiring dengan meningkatnya produksi kelapa sawit, produksi limbah industri pabrik pengolahan minyak kelapa sawit turut meningkat. Luas lahan kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2013 adalah 10.010.824 Ha dengan jumlah produksi tandan buah segar (TBS) 27.746.125 ton/Ha (Direktorat Jendral Perkebunan 2013). Limbah dari produksi kelapa sawit yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak salah satunya yaitu dekanter sawit. Dekanter sawit merupakan limbah dari pengolahan minyak kasar Crude Palm Oil (CPO) yang belum dimanfaatkan secara optimal, ketersedian limbah ini cukup menjanjikan sesuai dengan luas areal perkebunan kelapa sawit. Menurut Deptan, (2006) menyatakan pada 1 kg tandan buah segar (TBS) akan menghasilkan limbah dekanter 4%, sesuai dengan data BPS (2013) di Provinsi Jambi jumlah produksi TBS 2.065.185 ton/Ha. Sehingga dapat diperkiraan jumlah produksi dekanter sawit sebanyak 82.607,4 kg/Ha yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan dalam ransum ternak. Peningkatan kebutuhan pangan membawa pengaruh terhadap peningkatan teknologi dalam bidang peternakan. Salah satunya dari segi pengolahan pakan ternak. Pemanfaatan limbah industri pertanian dan perkebunan adalah salah satu cara untuk mencari bahan pakan alternatif untuk ternak. Industri kelapa sawit menghasilkan limbah yang berpotensi sebagai pakan ternak, seperti bungkil inti sawit , serat perasan buah, tandan, buah kosong, dan solid (Utomo dan widjaja, 1999). Dekanter sawit sangat potensial untuk digunakan sebagai pakan ternak karena limbah ini diproduksi setiap hari sebanyak 6-11 ton (bahan segar) per unit pabrik kelapa sawit (PKS) dan
memiliki kandungan gizi PK 15%, DE 2,7
Mkall/kg (Sianipar dkk., 1995). Kualitas kimiawi dekanter sawit menurut Afdal et al, (2013) berdasarkan hasil analisis proksimat dalam g/kg kadar Bahan Kering
26.7 g/kg, Bahan Organik (Abu) 603.6 g/kg, Protein Kasar 117 g/kg dan Serat Kasar 28.0 g/kg Menurut Utomo dan Widjaja (2001), kelemahan dekanter sawit untuk pakan adalah tidak tahan lama disimpan. Hal ini karena dekanter sawit masih mengandung 1,50% CPO, sehingga akan mudah menjadi tengik bila dibiarkan ditempat terbuka serta mudah ditumbuhi kapang. Tingginya kadar air yang dimiliki dekanter sawit mengakibatkan dekanter sawit cepat tengik. Untuk mengatasi permasalahan ini maka dilakukan penambahan bahan antioksidan alami berupa tepung atau serbuk kayu manis. Menurut Halliwell (2007), menyatakan bahwa kayu manis mempunyai kandungan senyawa kimia berupa fenol, terpenoid dan saponin yang merupakan sumber antioksidan dan (E)-cinnamaldehyde (minyak atsiri) dan proanthocyanidins (polifenol) merupakan kandungan yang terdapat dalam herbal oil kulit batang kayu manis (Cinnamomum burmannii) yang memberikan efek antibakteri (Shan et al., 2007). Penelitian mengenai dekanter sawit sebagai pakan domba telah dilakukan oleh Devendra (1978), yang menunjukkan hasil penelitian kecernaan gizi dekanter sawit yang dihasilkan pada domba cukup tinggi. Kualitas bahan pakan dekanter sawit yang diberikan pada ternak domba dapat dilihat melalui kecernaannya. Namun sejauh ini belum dilakukan penelitian tentang evaluasi pemberian pakan dekanter yang dibandingkan dengan pemberian pakan hijauan. 1.2 Perumusan Masalah Percobaan pemanfaatan hasil ikutan perkebunan kelapa sawit sebagai ransum komplit (100%) atau pun sebagai campuran pakan penguat lainnya telah banyak dilakukan, seperti yang dilaporkan Wong And Zahari (1992); Jelan et al.,(1991) pada ternak domba dan sapi. Namun, penelitian pemanfaatan limbah perkebunan kelapa sawit berupa dekanter sawit sebagai pakan pada ransum kambing peranakan etawah masih belum dilakukan. Hal ini dipandang perlu untuk mengetahui tingkat optimalisasi penggunaan dekanter sawit sampai sejauh mana pengaruhnya terhadap pertambahan bobot badan (PBB) , Konversi pakan dan Konsumsi.
1.3 Hipotesis Pemberian dekanter sawit dalam ransum
meningkatkan pertambahan
bobot badan (PBB), konsumsi dan Konversi pakan pada kambing peranakan etawah yang lebih tinggi dari pemberian beberapa hijauan. 1.4 Tujuan Tujuan penelitian ini untuk membandingkan status pakan dekanter sawit terhadap hijauan sebagai pakan pengganti hijauan pada ternak kambing perakan etawa.
1.5 Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pakan pengganti rumput untuk ternak ruminansiadalam pemanfaatan limbah kelapa sawit (dekanter sawit) sebagai pakan pengganti rumput untuk ruminansia.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit didatangkan ke Indonesia oleh pemerintaan Hindia Belanda pada tahun 1848. Beberapa bijinya ditanam di Kebun Raya Bogor dan sisa benihnya ditanam ditepi-tepi jalan sebagai tanaman hias. di Deli Sumatra Utara pada tahun 1870-an. Pada saat yang bersamaan meningkatlah permintaan minyak nabati akibat berkembangnya Industri dipertengahan abad ke 19. Dari sini kemudian muncul ide membuat perkebunan kelapa sawit berdasarkan seleksi dari Bogor dan Deli, maka dikenallah jenis sawit “Deli Dura” Tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan saat ini terdiri dari dua jenis yang umum ditanam yaitu Elaeis guineensis dan Elaeis oleifera. Kelapa sawit Elaeis guinensis Jacq merupakan tumbuhan tropis yang berasal dari Afrika Barat. Tanaman ini dapat tumbuh diluar daerah asalnya, termasuk Indonesia. Tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan nasional (Syahputra, 2011). Masa umur ekonomis kelapa sawit cukup lama sejak mulai tanam sampai akhir produksi, yaitu sekitar 25 tahun. Masa produksi yang lama ini menjadikan investasi disektor ini menjadi salah satu pertimbangan yang ikut menentukan bagi kalangan dunia usaha (Krisnohardi,2011). Berikut merupakan susunan taksonomi tanaman kelapa sawit yaitu : Kingdom Subkingdom Super Devisi Devisi Kelas Sub Kelas Bangsa Suku Marga Jenis
: Plantae : Tracheobionta : Spermatophyta : Magnoliophyta : Liliopsida : Arecidae : Arecales : Arecaceae : Elaeis : Elaeis Guineensis Jacq : Elaeis oleifera : Cortes, Elaeis odora
Nama Elaeis guineensis diberikan oleh Jacquin pada tahun 1763 berdasarkan pengamatan pohon-pohon kelapa sawit yang tumbuh di Martinique, kawasan Hindia Barat, Amerika Tengah. Kata Elaeis (Yunani) berarti minyak, sedangkan kata guineensis dipilih berdasarkan keyakinan Jacquin bahwa kelapa sawit berasal dari Guinea (Afrika). Komposisi dan persentase dari tandan buah segar (TBS) dapat dilihat pada gambar 1.
TBS (100%)
Tandan Kosong (20-30%)
AIR (12-14%)
Minyak (25-28%)
Buah Sawit (70-74%)
BK (14-16%)
Serabut (12-13%)
Kadar Air (13-14%)
Daging (serabut) buah (51-55%)
Tempurung (6.8-7.4%)
Biji (18.9-19.2%)
Inti sawit (5%)
Kadar air (3.3-3.4%)
Gambar 1: Komposisi dan persentase tandan buah segar sawit (Prasertsan and prasertsan, 1996) 2.2 Dekanter Sawit Dekanter sawit merupakan salah satu olahan produk dari pabrik kelapa sawit. Dekanter sawit berasal dari ekstraksi mekanik minyak sawit mentah CPO. Padatan Palm Oil Decanter Meal (Dekanter sawit) merupakan hasil dari decanting, pemusingan dan aplikasi termal. Jumlah dekanter sawit sekitar 3% dari total tandan buah segar (TBS) Utomo dan Widjaja (2004) dalam (Afdal, 2013).
Berikut merupakan proses ekstraksi CPO dekanter sawit PT. Sumbertama Nusa Pertiwi dapat dilihat pada gambar 2. Penerimaan TBS Disterilisasi Penebahan
Buah Kelapa Sawit
Tandan Kosong
Pelumatan dalam digester Pengepressan
Limbah Padat
Limbah Cair Kolam penampungan Aliran bagian bawah (Ampas)
Fase 1 Decanter solid
Fase 2 Heavy Phase
Fase 3 Light Phase
Gambar 2 :Skema proses ektraksi CPO dekanter sawit PT. Sumbertama Nusa Pertiwi Sungai Gelam Muaro Jambi (Juli, 2015) Dekanter sawit merupakan sumber daya yang cukup potensial sebagai pakan ternak dan tersedia dalam jumlah besar serta relatif tersedia sepanjang waktu (Hidayat et al, 2007). Pada proses pengolahan 1 kg tandan sawit diperoleh 4-6% dekanter sawit. Jumlah produksi dekanter sawit sangat tergantung pada jumlah kelapa sawit yang diolah, semakin banyak produk yang diolah maka akan
semakin banyak pula dekanter sawit yang dihasilkan. Dekanter sawit (setara kering) akan dihasilkan sebanyak 2% dari tandan buah segar atau sekitar 10% dari minyak sawit kasar yang diperoleh (Sianipar et al, 2003). Dekanter sawit dapat mengganti sepenuhnya dedak padi dalam konsentrat, dan memberi pengaruh yang positif terhadap konsumsi ransum, kadar lemak susu dan efisiensi penggunaan energi dan protein (Widyati et al.,1992). Pada kambing dan domba penggunaan dekanter sawit sebanyak 1% dari bobot badan mampu menghasilkan pertambahan bobot badan harian sebesar 50-60 g dengan nilai konversi pakan 17-18% (Handayani et al., 1987).
2.2.1. Kelemahan Dekanter Sawit Menurut Suharto (2004) Kandungan air yang cukup tinggi, menyebabkan dekanter sawit mudah busuk. Apabila dibiarkan dilapangan bebas dalam waktu sekitar 2 hari, bahan ini terlihat ditumbuhi oleh jamur yang berwarna kekuningan. Apabila dikeringkan, lumpur sawit berwarna kecoklatan dan terasa sangat kasar dan keras. Kandungan air yang cukup tinggi, merupakan salah satu faktor pembatas dalam penggunaan dekanter sawit karena membutuhkan upaya pengeringan. Faktor pembatas lain dari penggunaan dekanter sawit sebagai bahan pakan adalah tingginya kadar serat kasar (29,76%) dan kecernaan asam amino yang rendah (Sinurat 2010). Menurut Utomo dan Widjaja (2004), kelemahan dekanter sawit untuk pakan adalah tidak tahan lama disimpan. Hal ini karena dekanter sawit masih mengandung 1,50% CPO, sehingga akan mudah menjadi tengik bila dibiarkan di tempat terbuka serta mudah ditumbuhi kapang yang berwarna keputihan. Namun dari hasil pemeriksaan dilaboratorium, kapang tersebut tidak bersifat patogen. Namun menurut Utomo dan Widjaja (2004), dekanter sawit dapat tahan lama apabila disimpan dalam tempat tertutup, misalnya dalam kantong plastik hitam dengan meminimumkan jumlah oksigen yang masuk. Selanjutnya ketengikan pada dekanter sawit dapat dicegah dengan antioksidan diantaranya menggunakan tepung kayu manis. Tepung kayu manis dapat menghambat proses oksidasi (Stojanovic et al., 2001). Dapat digunakan pada dekanter sawit sehingga
dekanter sawit akan bertahan lebih lama dan dapat digunakan dalam jangka panjang. 2.2.2. Ketengikan Kerusakan timbulnya bau dan rasa tengik disebut proses ketengikan (rancidity), ketengikan terjadi karena asam lemak pada suhu ruang dirombak akibat hidrolisis atau oksidasi menjadi hidrokarbon, alkanal, atau keton, serta sedikit epoksi dan alkohol (alkanol). Bau yang kurang sedap muncul akibat campuran dari berbagai produk. Selain pada suhu kamar, proses ini dapat terjadi selama proses pengolahan menggunakan suhu tinggi. Hasil oksidasi minyak atau lemak dalam bahan pangan tidak hanya mengakibatkan rasa dan bau tidak enak, tetapi juga dapat menurunkan nilai gizi karena rusaknya vitamin (karoten dan tokoferol) dan asam lemak esensial dalam lemak. Oksidasi terjadi pada ikatan tidak jenuh dalam asam lemak. Pada suhu kamar sampai dengan suhu 100°C, setiap ikatan tidak jenuh dapat mengabsorbsi 2 atom oksigen, sehingga terbentuk persenyawaan peroksida yang bersifat labil. Peroksida ini dapat menguraikan radikal tidak jenuh yang masih utuh sehingga terbentuk 2 molekul persenyawaan oksida. Proses pembentukan peroksida ini dipercepat oleh adanya cahaya, suasana asam, kelembaban udara dan katalis (Ketaren, S., 1986). Berbagai macam persenyawaan organic dapat menghambat proses oksidasi disebut antioksidan. Antioksidan didefinisikan sebagai senyawa yang dapat menunda, memperlambat, dan mencegah proses oksidasi lipid. Dalam arti khusus, antioksidan adalah zat yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas dalam oksidasi lipid (Harvey and Bader,1986). Antioksidan dapat menghambat proses ketengikan karena antioksidan lebih reaktif dari oksigen. Molekul
aktif dari antioksidan menggagalkan terbentuknya
peroksida dengan mengikat oksigen. Antioksidan dari minyak untuk bahan makanan biasanya merupakan bentuk phenolic. Aktifitas antioksidan type phenolic dapat disetarakan dengan reaksi kesetimbangan redoks antara quinol dan quinine. Orto dan para hydroxyphenol merupakan antioksidan yang sangat kuat, tetapi meta hydroxyphenol tidak.
Menurut (Halliwell, 2007) Kayu manis (Cinnamomum burmani) memiliki kandungan senyawa kimia berupa fenol, terpenoid dan saponin yang merupakan sumber antioksidan dan pemanfaatan tumbuhan kayu manis sebagai sumber antioksidan cukup potensial, mengingat beberapa penelitian tentang aktivitas antioksidan dari berbagai lingkungan tumbuh yang berbeda menunjukkan tingkat aktivitas antioksidan yang beragam. Kayu manis (Cinnamomum burmannii) adalah rempah-rempah yang terdapat di Indonesia dan memiliki banyak manfaat. Khususnya di Provinsi Jambi, kayu manis termasuk salah satu dari lima komoditi unggulan selain karet, kelapa sawit, kelapa dan kopi (Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, 2009). Salah satu bahan herbal yang diteliti memiliki aktivitas antibakteri adalah kayu manis, berdasarkan hasil riset yang dilakukan para peneliti, disebutkan bahwa herbal oil kayu manis maupun ekstrak etanol (50%) kayu manis (Cinnamomum burmannii) memiliki aktivitas antibakteri terhadap 10 jenis bakteri (Gupta et al., 2008). Peneliti lainnya menyatakan bahwa (E)-cinnamaldehyde (minyak atsiri) dan proanthocyanidins (polifenol) merupakan kandungan yang terdapat dalam herbal oil kulit batang kayu manis (Cinnamomum burmannii) yang memberikan efek antibakteri (Shan et al., 2007). Menurut Ravindran (2004), minyak atsiri kulit kayu manis mengandung sinamaldehida (51–76%), eugenol, eugenol asetat, sinamil asetat, sinamil alkohol, metil eugenol, benzaldehida, benzil benzoat, linalool, monoterpena, hidrokarbon, kariofilena, safrol, dan lainnya. Sedangkan herbal
oil
daun
kayu
manis
(Cinnamomum
burmannii)
mengandung
cinnamaldehyde yang memiliki aktivitas antibakteri (Chang et al., 2001). Ekstrak kulit kayu manis dapat digunakan sebagai antidiabet dan antioksidan (Kannappan et al., 2006) sebagai senyawa yang dapat menunda, memperlambat, dan mencegah proses oksidasi lipid. Senyawa ini dapat meredam pengaruh negatif dari radikal bebas. Radikal bebas merupakan molekul yang sangat reaktif, yang dapat mengganggu integritas sel, dapat bereaksi dengan komponen struktur sel seperti enzim dan DNA (Stojanovic et al., 2001). Berdasarkan uraian tersebut maka digunakan tepung kayu manis sebagai bahan pengawet dekanter sawit.
2.3. Dekanter Sawit sebagai Pakan Ternak Dekanter sawit dapat diberikan dalam bentuk segar atau dikeringkan terlebih dahulu. Pada kambing dan domba penggunaan solid sebanyak 1% bobot badan mampu menghasilkan pertambahan bobot badan harian sebesar 50-60 g dengan nilai konversi pakan 17-18 (Handayani et al., 1987). Penggunaan dekanter sawit sebagai suplemen tunggal pada pakan kambing, mempunyai respon ternak yang cukup baik yaitu mencapai tingkat konsumsi 3,5–3,8% dari bobot badan (berdasarkan bahan kering) (Krisnan et al,.2006). Menurut (Azmi dan Gunawan 2005) komposisi pakan dengan imbangan pelepah sawit 55%, rumput lapangan 30% dan dekanter sawit 15% yang dicobakan pada sapi potong, dinilai merupakan pakan alternatif cukup baik untuk ruminansia karena dapat menambah bobot hidup harian rata-rata (average daily gain/ADG) 226,66 gram per ekor dan jumlah konsumsi pakan sebesar 8,85 kg per ekor.
2.4 Rumput Gajah (Pennisetum Purpureum) Rumput gajah (Pennisetum Purpureum) adalah tanaman yang dapat tumbuh di daerah yang minimal nutrisi. Runput gajah membutuhkan minimal atau tanpa tambahan nutrient. Tanaman ini dapat memperbaiki kondisi tanah yang rusak akibat erosi. Tanaman ini juga dapat hidup pada tanah kritis dimana tanaman lain relatif tidak dapat tumbuh dengan baik (Sanderson dan Paul, 2008). Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) Rumput gajah (Pennisetum purpureum) merupakan salah satu jenis rumput yang dapat tumbuh di daerah tropis. Kandungan Bahan Kering rumput gajah umumnya rendah yaitu 12-18%, tetapi seiring dengan meningkatnya umur tanaman kandungan BK ini cepat meningkat. Kandungan serat kasar berkisar dari 26,0-40,5%. Beta-N sekitar 30,4 49,6% dengan kandungan lemak kasar 1,0-3,6%. Kandungan Phosphornya cukup tinggi yaitu 0,28-0,39% dan pada batang 0,38-0,52%, sedangkan Ca masingmasing 0,43-0,48% dan 0,14-0,23% pada daun dan batang. Kandungan TDN berkisar dari 40-67% dengan kecernaan Bahan Kering sekitar 48-71%. (Tim
Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan IPB, 2003). Rumput gajah mempunyai kandungan bahan kering yang sangat tinggi tapi rendah kandungan protein jika dipotong masih muda. Mc Donald et al. (1988) menyatakan rumput gajah segar dengan kandungan air dan serat kasar yang tinggi (81,50% dan 33,10%) akan membatasi kemampuan ternak dalam mengkonsumsi ransum. Hal ini dikarenakan kapasitas tampung rumen terbatas sehingga menyebabkan konsumsi BK menjadi turun. Pakan dasar rumput gajah dapat meningkatkan nilai balance energi sehingga dapat meningkatkan pertambahan bobot badan. Pada pakan dasar rumput gajah ini, peningkatan aras konsentrat 60%, 70%, dan 80% meningkatkan balance energi (3,31; 3,73 dan 4,76 Mcal/hari) dan pertambahan bobot badan yang dihasilkan adalah 96,83; 120,04; dan 142,86 g/hari (Purbowati, 2001). Purbowati (2001) menambahkan bahwa nilai balance energi pada kelompok pakan rumput gajah (3,93 Mcal) lebih tinggi daripada pakan jerami padi (3,13 Mcal). hal ini dikarenakan konsumsi energi pada pakan rumput gajah (0,47 Mcal/kgBB0,75) lebih tinggi daripada jerami padi (0,42 Mcal/kgBB0,75). 2.5 Rumput Setaria (Setaria sphacelata) Rumput Setaria berasal dari Afrika, yang mempunyai nama-nama spesifik diwilayahnya. Dalam bahasa latin Setaria dikenal dengan nama Setaria sphacelata, sedangkan dalam bahasa Inggris cukup dikenal dengan Setaria, Malaysia mengenal dengan sebutan Sekoi, Filipina mengenal dengan nama Bunga-bunga, sedangkan Vietnam mengenal rumput ini dengan sebutan Coduoi cho. Rumput Setaria pertama kali dibudidayakan sebagai tanaman pakan di Kenya, sehingga penanamannya meluas sampai kedaerah subtropika terutama Afrika, Asia, dan Australia, di Asia Tenggara tumbuhan ini banyak ditanam di Indonesia dan Malaysia (Prosea, 1992). Pada kondisi baik satu rumpun Rumput Setaria biasanya menghasilkan ratusan batang, pertumbuhan kembali (regrowth) setelah dipotong sangat cepat namun dengan bertambahnya umur rasio batang dan daun cepat meningkat akan dibarengi oleh menurunnya nilai nutrisi. Produksi berat segar Rumput Setaria
mencapai 100-110 ton/ha/tahun. Nilai gizi yang terkandung dalam Rumput Setaria adalah protein kasar 6-7 %, serat kasar 42,0 %, Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) 36,1% dan lemak 2,8%. Di samping sebagai rumput potong untuk pakan, juga digunakan sebagai rumput untuk padang penggembalaan, karena tahan injakan (Prawiradiputra dkk, 2006). Komposisi bahan kering Rumput Setaria terdiri atas : Abu 11,5%, Ekstrak Eter (EE) 2,0%, Serat Kasar (SK) 32,5%, Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) 44,8%, Protein Kasar (PK) 8,3% dan Total Degistible Nutrien (TDN) 52,88% Alveoli (2008). 2.6. Kolonjono (Panicum Muticum) Rumput kolonjono dipergunakan sebagai rumput potongan untuk makanan ternak, hay atau disenggut ternak dan penggembalaan harus dilakukan secara rotasi, karena tidak taham penggembalaan berat. Rumput dapat dipotong tiap 6-8 minggu (Reksohadiprojo, 1985). Nilai gizi rumput ini cukup tinggi dan diakui para peternak sebagai makanan ternak yang baik, bila rumput masih muda dan remah batangnya yang masih muda dapat dijadikan rumput kering atau silase (Rismunandar, 1986). Kandungan nutrisi rumput kolonjono yaitu BK 8,59%, PK 1,31%, LK 43,41%, SK 12,80%, BETN 33,89% (Lubis, 1992). 2.7. Pertambahan Bobot Badan (PBB) Peningkatan produksi ternak melalui pemanfaatan solid merupakan salah satu usaha untuk mengoptimumkan pemanfaatan sumber daya lokal melalui penerapan teknologi yang sesuai. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah upaya memberdayakan petani yang mandiri, maju, dan berkeadilan (Solahuddin 1999). Pemberian
solid pada domba juga memberikan hasil yang baik. Solid dapat
diberikan dalam bentuk segar atau complete feed block (CFB), baik yang difermentasi dengan efective microorganism (EM4) maupun tanpa di fermentasi. Pemberian solid meningkatkan PBBH secara nyata dibandingkan tanpa pemberian solid. Rata-rata PBBH domba yang diberi 1% solid dalam bentuk segar, 1% solid
dalam bentuk CFB tanpa fermentasi, dan 1% CFB fermentasi selama 3 bulan masing-masing adalah 45, 64, dan 83g/ekor/hari, sedangkan PBBH domba yang tidak diberi solid hanya mencapai 25g/ekor/hari (Widjaja Et al.2000).dan di perkuat denagan pendapat Utomo (2001), alasan utama peternak memanfaatkan solid adalah mampu meningkatkan pertambahan bobot badan ternak dan secara ekonomis menguntungkan untuk penggemukan. Namun yang menjadi masalah utama adalah peternak harus mengambil solid ke pabrik yang jaraknya relatif jauh dari tempat tinggal mereka. Pemanfaatan solid untuk pakan ternak ruminansia di Indonesia belum banyak dilaporkan. Kamaruddin (1997) Keberhasilan pengembangan peternakan sangat ditentukan oleh penyediaan pakan ternak (Djaenudin et al. 1996).Upaya peningkatan produksi ternak tidak cukup hanya dengan memberikan rumput alam saja, tetapi perlu adanya pakan tambahan. Pakan tambahan yang potensial untuk dimanfaatkan adalah limbah kelapa sawit yang berupa “solid” (Utomo et al. 1999; Widjaja 1999; 2000; 2000; Utomo 2001) selanjutnya dijelaskan bahwa solid atau lumpur minyak sawit dapat diberikan dalam bentuk segar atau dikeringkan terlebih dahulu. Tingkat penggunaan solid decanter/lumpur minyak sawit sebagai suplemen bervariasi tinggi. Pada sapi perah kisaran berada antara 15–65% dari total konsentrat yang diberikan. Solid dapat mengganti sepenuhnya dedak padi dalam konsentrat, dan memberi pengaruh yang positif terhadap konsumsi ransum, kadar lemak susu dan efisiensi penggunaan energi dan protein (Widyati et al., 1992) pada kambing dan domba penggunaan solid sebanyak 1% bobot badan mampu menghasilkan pertambahan bobot badan harian sebesar 50-60 g dengan nilai konversi pakan 17-18 (Vadiveloo , 1986; Handayani et al., 1987).
2.8. Konsumsi Konsumsi bahan kering makanan oleh ternak ruminansia dapat berkisar antara 1,5– 3,5%, tetapi pada umumnya 2–3% dari berat badannya (Bamualim, 1988). Jumlah bahan kering yang dapat dimakan oleh seekor hewan selama sehari perlu diketahui. Dengan mengetahi jumlah bahan kering yang dimakan dapat dipenuhi kebutuhan seekor hewan akan zat amakan yang perlu untuk
pertumbuhannya, hidup pokok maupun produksinya. Bahan kering merupakan tolak ukur dalam menilai palatabilitas makanan yang diperlukan untuk menentukan mutu suatu pakan. Pakan sangat dibutuhkan kambing untuk tumbuh dan berkembang biak (Sarwono, 1991). Pakan yang sempurna mengandung gizi seperti protein, karbohidrat lemak, vitamin dan mineral yang seimbang (Mulyono, 2003). Pemberian pakan yang efisien mempunyai pengaruh lebih besar dari pada faktor-faktor yang lainnya, dan merupakan cara yang sangat penting untuk peningkatan produktivitas (Devendra dan Burns, 1994). 2.9 Konversi Pakan Ternak yang mendapatkan energi dan protein yang rendah dalam ransumnya, ternak akan mengalami pertumbuhan yang terlambat dan memiliki efisiensi pakan yang lebih rendah daripada ternak yang diberi kandungan energi dan protein yang tinggi (Ensminger dan Parker 1986).
Konversi pakan pada ternak ruminansia dipengaruhi oleh kualitas pakan, besarnya pertambahan bobot badan, dan nilai kecernaan sehingga dengan pemberian kualitas pakan yang baik akan mendukung ternak untuk memiliki pertumbuhan yang lebih cepat (Juarini et al. 1995). Konversi pakan khususnya pada ternak ruminansia dipengaruhi oleh kualitas pakan, pertambahan bobot badan dan nilai kecernaan Martawidjaya et al., (1999).
BAB III MATERI DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini akan dilaksanakan selama 2 bulan dilapangan pada tanggal 13 November 2016 s/d 15 Desember 2016 bertempat dikandang IBKK Ternak kambing perah dan dilanjutkan analisis sampel dilaboratorium Fakultas Peternakan Universitas Jambi. 3.2 Materi dan Peralatan Bahan yang digunakan adalah 4 ekor kambing betina Peranakan Etawah, hijauan, dekanter sawit, tepung kayu manis, air. Alat yang digunakan adalah toples, jaring, arit, parang, terpal, ember, kayu, centong, karung, meteran, timbangan, nampan, plastik putih, stepless, alat tulis, paku, gergaji,mesin pencampur (Mencampur dekanter dengan kayu manis), dan palu. 3.3 Metoda 3.3.1 Persiapan Dekanter Sawit Dekanter sawit diambil dari PT. Sumbertama Nusa Pertiwi (SNP) Sungai Gelam Muaro Jambi selanjutnya dibawa kegudang penyimpanan pakan di Fapet Farm Universitas Jambi. Dekanter sawit ditimbang dan beri campuran tepung kayu manis sebanyak 0.8%, lalu aduk hingga homogen dengan menggunakan mesin pencampur dan dimasukkan kedalam kantong plastik hitam dalam ember dan ditutup rapat selanjutnya dekanter siap digunakan. 3.3.2 Pelaksanaan Penelitian Sebelum dilakukan penelitian, dilakukan persiapan kandang. Ternak dikandangakan secara individu, minum ternak tersedia secara Ad libitum. Ternak diberi tanda pengenal (kalung). Penelitian ini terdiri dari 4 periode, setiap periode terdiri dari 6 hari adaptasi dan 5 hari pengambilan data. Ternak ditimbang untuk mendapatkan
bobot badan awal dan bobot badan selanjutnya ditimbang setiap 11hari sekali. susunan ransum perlakuan disesuaikan dengan kebutuhan ternak. 3.4 Rancangan Penelitian Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bujur Sangkar Latin yang terdiri dari 4 perlakuan dan 4 periode sebagai ulangan, dengan perlakuan sebagai berikut: A = 100% Dekanter Sawit B = 100% Rumput (Panicum Purpureum) Gajah C = 100% Rumput (Setaria sphacelata) setaria D = 100% Rumput (Panicum Titanum) kolonjono Gambar 3 : Susunan periode dan perlakuan ternak selama penelitian KOLOM
BARIS (Nomor Kambing) 1 2 3 4
1 D A C B
2 B D A C
3 C B D A
4 A C B D
*Kolom= jumlah periode Baris = jumlah Perlakuan ternak/tanda pengenal ternak
3.5 Analisis Data Data yang diperoleh dari setiap parameter yang diamati dianalisis menggunakan analisis ragam, apabila terdapat perbedaan akibat perlakuan pada masing-masing paremeter maka dilanjutkan dengan uji Duncan. Model matematik rancangan percobaan linear aditif BSL yang digunakan adalah sebagai berikut : Yij(t) = µ + Bi + Kj + P(t) + εij(t) Dimana :
Yij(t) = Nilai pengamatan pada baris ke-i, kolom ke-j yang mendapat perlakuan ke-t. µ
= Nilai rata-rata umum
Bi
= Pengaruh perlakuan ke-i
Kj
= Pengaruh baris/blok ke-j
P(k) = Pengaruh periode ke-k eij(t) = Pengaruh galat pada baris ke-i, kolom ke-j yang memperoleh perlakuan ke-k
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil penelitian Evaluasi Pemberian Dekanter Sawit dan Beberapa Hijauan Terhadap Pertambahan Bobot Badan Kambing Peranakan Etawah didapat rataan nilai pertambahan bobot badan harian (PBBH), konsumsi bahan kering dan konversi pakan pada Kambing Peranakan Etawah pada masing-masing perlakuan selama penelitian. Rataan hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Rataan PBBH, konsumsi bahan kering dan konversi pakan masingmasing perlakuan Perlakuan Pakan
Konsumsi BK (g/ekor/hr)
PBBH (g/ekor/hr)
Konversi Pakan
DS
156,40C ± 83,32
-166,5 ± 201,54
0,32 ± 2,29
R. Gajah
1045,66 A ± 270,84
71 ± 80,24
1,04 ± 16,25
R. Setaria
390,09BC ± 147,10
-10,5 ± 273,75
-2,28 ± 3,54
R. Kolonjono
833,13B ± 170,64
19 ± 240,62
0,82 ± 5,73
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama berarti berbeda nyata (P<0.05) Konsumsi Bahan Kering Dari hasil analisis ragam menunjukan bahwa pemberian DS berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap konsumsi bahan kering pada Kambing Peranakan Etawah. Hasil uji lanjut menunjukkan bahwa
perlakuan pemberian DS
menyebabkan konsumsi bahan kering lebih rendah dibandingkan dengan pemberian hijauan.
Faktor yang paling berpengaruh terhadap rendahnya
konsumsi bahan kering ransum DS adalah kandungan lemak dalam DS. Menurut Elisabeth dkk (2004) dan Mathius dkk (2004) bahwa kandungan lemak DS sebesar 10.4% dari BK. Pada ternak ruminansia kandungan lemak dalam pakan tidak boleh melebihi 5% karena kandungan lemak yang tinggi akan mempengaruhi aktivitas mikroba rumen yaitu menurunkan populasi mikroba
pencerna serat. Suplementasi lemak sebesar 6% dalam pakan akan menurunkan pemanfaatan zat-zat makanan dalam rumen (Hess et al, 2008). Selain itu DS merupakan pakan baru dan asing bagi kambing penelitian, sehingga palatabilitas ternak terhadap dekanter sawit ini sangat rendah. Kambing yang digunakan berasal dari pemeliharaan secara ekstensif dan tidak pernah diberikan pakan dekanter sawit sehingga kambing belum terbiasa dengan jenis pakan tersebut. Church (1988), menyatakan bahwa
jumlah konsumsi pakan
dipengaruhi beberapa faktor, antara lain palatabilitas, kecernaan pakan, laju alir pakan, dan status protein. Selain itu DS mempunyai sifat fisik dengan kandungan kadar air yang cukup tinggi, hal ini memberikan sensasi kenyang lebih cepat pada saat dikonsumsi ternak sehingga dapat membatasi konsumsi pada ternak. DS merupakan lumpur minyak sawit (LMS) yang agak padat dengan kandungan air yang tinggi yaitu sekitar 70-80% (Sindu, 2010). Konsumsi bahan kering rumput setaria lebih rendah dibandingkan dengan konsumsi bahan kering rumput gajah dan rumput kolonjono. Rumput setaria mengandung zat anti nutrisi yaitu asam oksalat. Menurut Jonas et al., (1970) bahwa rumput setaria yang mengandung kadar oksalat 5% dapat menyebabkan kematian ternak. Oksalat di dalam rumput setaria terdapat dalam dua bentuk yaitu bentuk terlarut dan bentuk terikat. Bentuk terlarut lebih berbahaya dari pada nemtuk terikat karena dapat diserap oleh tubuh dan menyebabkan ketersediaan unsur kalsium menjadi menurun. Sedangkan level oksalat pada setaria sering kali melebihi 5% terutama pada umur panen yang relatif muda (Sutikno et al., 1989). Salah satu cara untuk menurunkan asam oksalat yaitu dengan teknik silase, dengan penambahan molases 3%. Dilaporkan bahwa penambahan molases dapat meningkatkan kualitas silase dan dapat meningkatkan kandungan gula tersedia yang dapat dikonversikan menyadi asam laktat (Watson dan Nash, 1960, Barnett, 1954).
Pertambahan Bobot Badan Pertambahan bobot badan merupakan suatu refleksi dari akumulasi konsumsi, fermentasi, metabolisme dan penyerapan zat-zat makanan di dalam tubuh ternak (Antonius, 2009). PBB erat kaitannya dengan tinggi rendahnya konsumsi bahan kering. Hasil analisis ragam perlakuan berpengaruh tidak nyata (P>0.05) terhadap pertambahan bobot badan ternak kambing PE. Pertambahan bobot badan berkaitan erat dengan konsumsi bahan kering pakan. Konsumsi bahan kering pakan DS dan rumput setaria lebih rendah dibandingkan dengan rumput gajah dan kolonjono. Zat-zat makanan yang dikonsumsi pada pakan DS dan rumput setaria tidak mencukupi untuk kebutuhan hidup pokok. Hal ini terlihat dari penurunan PBBH (PBBH negatif). Zat nutrisi yang dikonsumsi oleh ternak pertama sekali digunakan untuk hidup pokok, setelah hidup pokok tercukupi nutrisi yang diperoleh digunakan untuk kebutuhan produksi serta selanjutnya untuk kebutuhan reproduksi. Hal ini sesuai dengan pendapat Williamson dan Payne (1993) yang mengatakan bahwa pertambahan bobot badan terjadi apabila pakan yang dikonsumsi telah melebihi kebutuhan hidup pokok, maka kelebihan dari zat makanan akan diubah menjadi urat daging dan lemak. Rendahnya PBBH pada ternak kambing PE yang mengkonsumsi DS diduga disebabkan oleh kandungan lemak yang tinggi sehingga menghambat proses ferementasi dalam rumen oleh mikroba rumen. Sedangkan pada rumput setaria mengandung zat antinutrisi yaitu asam oksalat. Kandungan asam oksalat dalam rumen menghambat proses penyerapan zat-zat makanan dalam rumen. Pemberian rumput gajah dan kolonjono memberikan pengaruh terhadap pertambahan bobot badan yang positif tetapi pertambahan bobot badannya belum optimal. Rataan pertambahan bobot badan tertinggi adalah perlakuan pemberian Rumput Gajah yaitu sebesar 71 g/ekor/hari. Tetapi hasil ini lebih rendah dari penelitian Purbowati et al. (2009) yang berkisar 115.33-128.90 g/hari. Pemberian DS secara tunggal pada penelitian ini pengaruhnya terhadap pertambahan bobot badan adalah sebesar 0,82% dan hasil ini tidak sejalan dengan
penelitian Krisnan et al,.(2006) yang menyatakan bahwa penggunaan dekanter sawit sebagai suplemen tunggal pada pakan kambing, mempunyai respon ternak yang cukup baik yaitu mencapai tingkat konsumsi 3,5–3,8% dari bobot badan (berdasarkan bahan kering). Konversi Pakan Konversi pakan adalah salah satu cara untuk mengetahui seberapa besar kebutuhan pakan yang harus dikonsumsi untuk menaikan satu kilogram daging atau PBBH. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan pakan yang diberikan pada kambing PE berpengaruh tidak nyata (P>0.05) terhadap konversi pakan. Semakin rendah nilai konversi pakan artinya semakin efisien dalam penggunaan pakan untuk dirubah menjadi daging. Penggunaan dekanter sawit secara tunggal memberikan nilai konversi yang kecil, tetapi nilai ini tidak diikuti oleh PBBH yang positif. Artinya pemberian DS menurunkan PBBH ternak, sehingga nilai konversi yang rendah belum tentu memberikan pertambahan bobot badan yang tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Juarini et al. (1995) yang menyatakan bahwa konversi pakan pada ternak ruminansia dipengaruhi oleh kualitas pakan, besarnya pertambahan bobot badan, dan nilai kecernaan sehingga dengan pemberian kualitas pakan yang baik akan mendukung ternak untuk memiliki pertumbuhan yang lebih cepat. Selain itu hal ini juga didukung oleh pendapat Martawidjaya et al., (1999) yang menyatakan bahwa konversi pakan khususnya pada ternak ruminansia dipengaruhi oleh kualitas pakan, pertambahan bobot badan dan nilai kecernaan.
BAB V PENUTUP 5.1 KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa dekanter sawit tidak dapat digunakan secara tunggal sebagai pakan ternak kambing PE hal ini dapat dilihat dari tingkat konsumsi bahan kering dan PBBH yang rendah.
5.2 SARAN Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai level pemberian dekanter sawit dicampur dengan hijauan pada ternak kambing Peranakan Etawa.
DAFTAR PUSTAKA
Afdal M, 2013. Preservatie Effect of Cinnamon Cinnamomun Burmannii (Ness & T Ness) Blume Bark Powder on Fresh Palm Oil Decanter Meal for Goats, P,hD Thesis. University Malaysia. ᵃ Afdal M, 2013. Preservatie Effect of Cinnamon Cinnamomun Burmannii (Ness & T Ness) Blume Bark Powder on Fresh Palm Oil Decanter Meal for Goats, P,hD Thesis. University Malaysia. ᵇ Anggoridi, R., 1984. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT Gramedia. Jakarta Anggorodi, R. 1990. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT Gramedia. Jakarta.ᵃ Anonim, 2006. Pedoman Pengelolaan Limbah Industri Kelapa Sawit. Subdit Pengelolaan Lingkungan Direktorat Pengelolaan Hasil Pertanian Ditjen PPHP Departemen Pertanian. Antonius. 2009. Pemanfaatan jerami padi fermentasi sebagai subtitusi rumput Gajah dalam ransum. JITV 14(4): 8 – 16 Arnold Parlindungan Sinurat 2010. Teknologi Pernanfaatan Hasil Samping Industri Sawit untuk Meningkatkan Ketersediaan Bahan Pakan Unggas Nasional. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jln. Ragunan 29 Pasar minggu, Jakarta Selatan. Arora, S. P. 1989. Pencernaan Mikroba pada Hewan Ruminansia. Penerjemah: R. Muwarni. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.ᵃ Arora, S. P. 1989. Pencernaan Mikroba pada Hewan Ruminansia. Penerjemah: R. Muwarni. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.ᵇ Association of Official Analytical Chemists, 1990. Official Methods of Analysis. 15ᵗᵗͪ Ed. The Association of Official Analytical Chemists Inc., Airlington, Virgina, USA. Ayuni, N. 2005. Tata Laksana Pemeliharaan dan Pengembangan Ternak Sapi Potong Berdasarkan Sumber Daya lahan di Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Azmi, Gunawan 2005. Pemanfaatan Pelepah Kelapa Sawit Dan Solid Untuk Pakan Sapi Potong. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu, Jl. Irian Km.6,5 Bengkulu Bamualim, A.1988. Prosedur dan Parameter Dalam Penelitian Makanan Ternak RuminansiaDalam Prinsip Produksi dan Penelitian Peternakan,Kupang.
Chang ST. Chen PF, Chang SC, 2001 Antibacterial Activity of Leaf Essential Oils and Their Constituents from Cinnamomun osmophloeum, Journal of Ethnopharmacology, Vol. 77 p. 123-127, (online), http://www.sciencedirect.com Church, D.C. (1988). The ruminant animal digestive physiology and nutrition. New Jersey: Prentice Hall. Chuzaemi S. dan Hartutik, 1990. Ilmu Makanan Ternak Khusus Ruminansia. Nuffic. Universitas Brawijaya. Malang. Crampton,E.W.and L.E.Harris.1969. Applied W.H.Freeman and Co.San Fransisco.
Animal
Nutrition2nd
Ed.
Despal, I.G. Permana, S. N. Safarina, dan A. J. Tatra. 2011. Penggunaan Berbagai Sumber Karbohidrat Terlarut Air untuk Meningkatkan Kualitas Silase Daun Rami. Media Peternakan. Vol 34 (1): 69-76. Devendra, C. and Burns. 1983. Goat Production In The Tropic. Commonwealth Agricultural Bureux, Uk. Devendra, C. dan M. Burns, 1994. Produksi kambing di Daerah Tropis. Penerbit ITB Bandung. Devendra,C, 1978 The Utilization offeedingstuffe from the oil palm plant. Proc.syamp.on feedingstuffs for livestock in Sounth East Asia. 17-19 Oktober 1977. Kuala Lumpur. Dinas Perkebunan Propinsi Jambi. 2009. Kondisi dan Peluang Investasi Perkebunan di Provinsi Jambi. Jambi. http://www.disbun.jambiprov.go.id/ Direktorat Jendral Perkebunan, 2013. Produktivitas dan Luas Lahan Kelapa Sawit. Jakarta. (10 September 2015) http://ditjenbun.pertanian.go.id/ Ensminger ME, Parker EO. 1986. Sheep and Goat Science. Danville Illonis (US): The Interstate Printers and Publishers, Inc. p 235-253. Ginting, S.P., S.W. Handayaniand P.P. Ketaren. 1987. Utilization Of Palm Kernel Cake For Sheep Production. In:Advances In Animal Feeds And Feeding In The Tropics. R.I. Hutagalung, C.C. Peng, Wan M Embong, L.A. Theem And S. Sivarajasingam(Eds.). Proc. 10 Th Annual Conference Of The Malaysian Soc. Anim. Prod. Pahang, Malaysia. Pp. 235-239.ᵃ Ginting, S.P., S.W. Handayaniand P.P. Ketaren. 1987. Utilization Of Palm Kernel Cake For Sheep Production. In:Advances In Animal Feeds And Feeding In The Tropics. R.I. Hutagalung, C.C. Peng, Wan M Embong, L.A.
Theem And S. Sivarajasingam(Eds.). Proc. 10 Th Annual Conference Of The Malaysian Soc. Anim. Prod. Pahang, Malaysia. Pp. 235-239. ᵇ Gupta C, Garg AP, Uniyal RC 2008, Comparative Analysis of the Antimicrobial Activity of Cinnamon Oil and Cinnamon extract on Somefood-borne Microbes, African Journal of Microbiology Research Vol.(2)9 pp. 247-251. (online), http://www.academicjournals.org/ajmr Halliwell.2007. Dietary polyphenols: Good, Bad, or Indifferent for your health Cardiovascular Reseaarch.ᵃ Halliwell.2007. Dietary polyphenols: Good, Bad, or Indifferent for your health Cardiovascular Reseaarch.ᵇ Halliwell.2007. Dietary polyphenols: Good, Bad, or Indifferent for your health Cardiovascular Reseaarch. Handayani, S.W., S.P. Gintingand P.P. Ketaren. 1987. Effects of supplementation of palm oil mill effluent to sheep fed a basal diets of native grass. In:Advances in Animal Feeds and Feeding in the Tropics. R.I.ᵃ Handayani, S.W., S.P. Gintingand P.P. Ketaren. 1987. Effects of supplementation of palm oil mill effluent to sheep fed a basal diets of native grass. In:Advances in Animal Feeds and Feeding in the Tropics. R.I.ᵇ Harahap, O.H. 2011. Efektifitas Pemberian Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit dan Cendawan Mikoriza Arbuskula Pada Tanaman Gaharu. Diakses dari http://repository.usu.ac.id./bistream/.../chapterII.pdf. Harvey, D.R. and Bader, A., 1986. Catalog Handbook of Fine Chemicals, 1 ed, Aldrich Chemical Company, Inc., Wisconsin. HARYANTO, B. and A. DJAJANEGARA. 1992. Energy and Protein Requirements for Small Ruminants. In. New Technologies for Small Ruminant Production in Indonesia. LUDGATE P and S. SCHOLZ (Eds). Winrock Int. Institute for Agric. Dev., Moririlton, Arkansas. USA. Haryanto, B., dan A. Djajanegara. 1993. Pemenuhan kebutuhan zat-zat makanan ternak ruminansia kecil. In: Manika, I.M. Wodzicka-Tomaszewska, Mastika, A. Djajanegara, S. Gardiner, T.R. Wiradarya, editor. Produksi Kambing dan Domba di Indonesia. Sebelas Maret University Press. Hendra Permana, S. Chuzaemi, Marjuki dan Mariyono. 2013. Pengaruh Pakan dengan Level Serat Kasar Berbeda Terhadap Konsumsi, Kecernaan dan Karakteristik VFA pada Ternak Ruminansia. Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya, Jl. Veteran Malang 65145
Hess BW, Moss GE, Rule DC. 2008. A decade of developments in the area of fat supplementation research with beef cattle and sheep. J Anim Sci. 86:E188E20 Hidayat, Soetrisno, E,. Akbarillah, T. 2007. Produksi Ternak Sapi Berbasis Hasil Ikutan Kebun Sawit Melalui Peningkatan Kualitas Pakan, Manipulasi Ekosistem Mikroba Rumen dan Protein By Pas. Laporan Penelitian Hibah Bersaing. Lembaga Penelitian Universitas Bengkulu. Ishida, M. Dan A. Hasan. 1993. Effects Of Oil Palm Frond Silage Feeding On Utilization Of Diet And Meat Production In Fattening Cattle In The Tropics. Proc. 86 Th Annual Meeting Of Jpn. Zootech. Sci. Soc. Iwate University. Pp. 75. Jelan, Z.A., Y. Ishakand T. Yaakub. 1991. Feedlotting Of Cattle Based On Palm Kernel Cake In Smallholders. Proc. 14 Th Annual Conference Msap. Iashak(Ed.). Pp. 99-102.ᵃ Jelan, Z.A., Y. Ishakand T. Yaakub. 1991. Feedlotting Of Cattle Based On Palm Kernel Cake In Smallholders. Proc. 14 Th Annual Conference Msap. Iashak(Ed.). Pp. 99-102.ᵇ Juarini E, Hasan II, Wibowo B, Tahar A. 1995. Penggunaan konsentrat komersial dalam ransum domba di pedesaan dengan agroekosistem campuran (tanahtegalan) di Jawa Barat. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Peternakan. Bogor (ID): Balai Penelitian Ternak. hlm 176181. Juarini E, Hasan II, Wibowo B, Tahar A. 1995. Penggunaan konsentrat komersial dalam ransum domba di pedesaan dengan agroekosistem campuran (tanahtegalan) di Jawa Barat. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Peternakan. Bogor (ID): Balai Penelitian Ternak. hlm 176-181. Kamal, M., 1994. Nutrisi Ternak I. Laboratorium Makanan Ternak. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Kannapan S, T. Jayaraman, P. Rajasekar, M.K. Ravichandran, and CV. Anuradha. 2006. Cinnamon Bark Kartadisastra, H. R. 1997. Penyediaan dan Pengelolaan Pakan Ternak Ruminansia. Kanisius, Yogyakarta. Kearl, L. C. 1982. Nutrient Requirement of Ruminant in Developing Countries. International Feedstuff Institute Utah Agricultural Experiment Station. Utah State University, Logan Utah.
Ketaren, P.P. 1986 . Bungkil inti sawit dan ampas minyak sawit sebagai pakan ternak. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian 8(4-6): 10-11 . Ketaren, S., 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan, Universitas Indonesia (UI Press). Krisnohardi, A. 2011. Analisis Pengembangan Lahan Gambut Untuk Tanaman Kelapa Sawit Kabupaten Kubu Raya. J.Tek Perkebunan & Psdl 1 (1):1-7 Kuswandi, 1993. Kegiatan Mikroba Dalam Rumen dan Manipulasinya untuk Meningkatkan Efisiensi Produksi Ternak. Buletin Peternakan Unibraw Malang. Lubis, D. A 1963. Ilmu Makanan Ternak. PT. Pembangunan, Jakarta. Lubis, D. A. 1992. Ilmu Makanan Ternak. PT Pembangunan, Jakarta.ᵃ Lubis, D.A. 1960. Ilmu Makanan Ternak. Jakarta: Pembangun. Pasca sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Manurung, T. 1996. Penggunaan hijauan leguminose pakan sebagai sumber protein ransum sapi potong. J.Ilmu Ternak dan Vet. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. 1 (3): 143-148. Mariam, T. 2004. Perbedaan Pertambahan Bobot Badan, Konsumsi dan Efisiensi Pakan Antara Sapi Jantan PO Dengan Fries Holland Dalam Kondisi Peternakan Rakyat. Skripsi. Fakultas Peternakan, Universitas Padjajaran, Bandung. Martawidjaja, M, B. Setiadi, S.S. Sitorus. 1999. Pengaruh tingkat protein-energi ransum terhadap kinerja produksi kambing kacang muda. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner. 4.(3). 167-172. Mastur dan Kristianto, L. K., 2010. Hasil-Hasil Pengkajian/Penelitian Pengembangan Sapi Terpadu dengan Kelapa Sawit di Kabupaten Paser, Samarinda. Mukarom. 2010 Ciri-ciri kambing PE (Peranakan Ettawa) Purworejo 18 Desember 2010. Mulyono, S. 2003. Ternak Pembibitan Kambing dan Domba. Cetakan Ke-V. Penerbit; PT. Penebar Swadaya. Jakarta. Ngaji, B. U. Dan Widjaja, E., 2004. Limbah Padat Pengolahan Minyak Sawit Sebagai Sumber Nutrisi Ternak Ruminansia. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Tengah. Palangkaraya.
Nurdiansah, 2010. Evaluasi peningkatan kualitas pakan serat bermutu rendah yang berasal dari limbah pertanian dengan amoniasi dan inokulasi digesta rumen. Laporan Penelitian Fakultas Peternakan UNJA. Jambi Oshio, S., M.J. Daudand A.H. Osman. 1988. The Use Of Palm Trunks Asruminant Feed. Jarq 25:125-133 Parakkasi, A. (1999). Ilmu nutrisi dan makanan ternak ruminansia. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Pond WG, Church DC, Pond KR. 2005. Basic Animal Nutrition and Feeding. 5th Edition. Canada (US): John Wiley and Sons, Inc. Prasertsan and prasertsan, 1996. Biomas Residues Palm Oil Mills In Thailand An Overview On Quantity and Potential Usage. Departement of Mechanical Engineering, Prince of Songkla University, Hat Yai, 90110, Thailand. Vol.11 No.5 pp 387-395, 1996 Purba, A., S.P. Ginting, Z. Poeloengan, K. Simanihurukdan Junjungan. 1997. Nilai Nutrisi Dan Manfaat Pelepah Kelapa Sawit Sebagai Pakan Domba. J. Penel. Kelapa Sawit5(3): 161-177. Purbowati. E., Sutrisno, C.I., Baliarti, E., dan Budhi, S.P.S., 2009. Penampilan domba lokal jantan dengan pakan komplit dari berbagai limbah pertanian dan agroindustri. Seminar Nasional Kebangkitan Peternakan, Semarang. 130-138. Purnomo, A., Hartatik, Khusnan, S.I.O. Salasia dan Soegiyono. 2006. Isolasi dan Karakterisasi Staphylococcus aureus Asal Susu Kambing Perah Peranakan Etawa. Media Kedokteran Hewan. 22:142 Ranjhan,S.K. and N.N.Pathak. 1979. Management and Feeding of Buffaloes. Vikas Publishing House Put. Ltd. New Delhi. Rantan Krisnan, Leo P. Batubara, K. Simanihuruk Dan J. Sianipar 2006. The Optimize of Exdecanter Solid Waste Utilization as Single Supplement in Goat Ration. Loka Penelitian Kambing Potong, Sungei Putih, Sumatera Utara. Ravindran 2004 Isolasi Senyawa Sinamaldehida dari Minyak Kulit Kayu Manis sedagai Antioksidan. Institut Pertanian Bogor (IPB) bogor. Sarwono, B. 1991. Beternak Kambing Unggul. PT. Penebar Swadaya. Jakarta. Setiadi, B., I -W. Mathius Dan I -Ketut Sutama. 1997. Identifikasi dan Karakterisasi Sumberdaya Kambing Gembrong dan Alternatif Pola
Konservasinya. Laporan Hasil Penelitian, Balai Penelitian Ternak, Bogor. Shan B, Cai YZ, Brooks JD, 2007 Antibacterial Properties and MajorBioctive Components of Cinnamomun Stick (Cinnamomun burmannii): Activity against Foodborne Pathogenic Bacteria, Journal of Agricultural and Food Chemistry, Vol.55, p.5484-5490 (online), http://www.aseanfood.info.pdf. ᵃ Shan B, Cai YZ, Brooks JD, 2007 Antibacterial Properties and MajorBioctive Components of Cinnamomun Stick (Cinnamomun burmannii): Activity against Foodborne Pathogenic Bacteria, Journal of Agricultural and Food Chemistry, Vol.55, p.5484-5490 (online), http://www.aseanfood.info.pdf. ᵇ Sianipar, J. L. P, Batubara, Simom P Ginting, Kiston Simanuhuk dan Andi Tarigan. 2003. Analisis Potensi Ekonomi Limbah dan Hasil Ikutan Perkebunan Kelapa Sawit Sebagai Pakan Kambing Potong. Laporan Hasil Penelitian, Loka Penelitian Kambing Potong Sungai Putih, Sumatra Utara. Sianipar, J. L. P, Batubara, Simom P Ginting, Kiston Simanuhuk dan Andi Tarigan. 2003. Analisis Potensi Ekonomi Limbah dan Hasil Ikutan Perkebunan Kelapa Sawit Sebagai Pakan Kambing Potong. Laporan Hasil Penelitian, Loka Penelitian Kambing Potong Sungai Putih, Sumatra Utara. Sianipar, J., Batubara, L. P. Simon E., Artaria, M dan Peter H. 1995. Penggunaan Solid Sawit dalam Pakan Tambahan Domba. JPPS 1 (1). Februari 1995. Sub Balitnak Sei Putih, Medan. Simanjuntak, A. 1994 Kecernaan Zat Makanan dan Energi Ransum yang menggunakan Solid Sawit pada Ternak Domba. Fakultas Peternakan Universitas Andalas, Padang. Sindu, A. 2010. Peningkatan nilai nutrisi limbah lumpur minyak sawit sebagai pakan ternak. Jurnal Rekayasa Lingkungan. Vol 6 (2): 175-186. Stojanovic, H. Sprinz, and O. Brede. 2001. Efficiency and mechanism of the antioxidant action of trans-resveratrol and its analogues in the radical liposome oxidation. Archives of Biochemistry and Biophysics 291 : 7989. Suharto. 2004. Pengalaman pengembangan usaha. system integrasi sapi-kelapa sawit di Riau. Pros. Lokakarya Nasional. Hal. 57-63. Dept. Pertanian, Pemda rov. Bengkulu dan P.T. Agricinal. Bengkulu.
Sutama, I-K., I-G-M. Budiarsana, H. Setiyanto and A. Priyanti. 1995. Productive and reproductive performances of young Etawah-Cross does. JITV. 1:8185. Syahputra, E. dkk. 2011. Weeds Assessment Di Perkebunan Kelapa Sawit Lahan Gambut. J. Tek. Perkebunan & PSDL 1 (1): 37-42. Tanuwiria, U.H., 2013. Efek suplementasi kompleks mineral-minyak dan mineralorganik dalam ransum terhadap kecernaan ransum, populasi mikroba rumen dan performa produksi domba jantan. Seminar Nasional dan Kongres Asosiasi Ahli Nutrisi dan Pakan Ternak Indonesia, Yogyakarta. 27 Juli 2007. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. 327-334. Tillman, A. D. 1981. Animal Agriculture in Indonesia. Winrock International Livestock Research and Training Center. Petit Jean Mountain, Morrilton, Arkansas, USA. 72110. Tillman, A.D., H. Hartadi., S. Reksohadiprodjo., S. Prawirokusumo., dan S Lebdosoekojo., 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Tilman AD 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Yogyakarta : Gama PR. Fakultas Peternakan UGM. Tomaszewska, M.W., I.K. Sutama, I.G.Putu dan T.D. Chaniago. 1991. Reproduksi Tingkah Laku dan Produksi Ternak di Indonesia. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 1993. Treacher, T. T. 1979. The nutrition of the lactating ewe. In The British Council (Ed). Management and Diseases of Sheep. The British Council, London. pp. 241-256. Utomo, B, N,. & Widjaja E, 2001. Limbah Padat Pengelolaan Minyak Sawit Sebagai Sumber Nutrisi Ternak Ruminansia. Jurnal Litbang Pertanian 23(1). 22-28. Utomo, B. N don E. Widjaja. 2001. Limbah Padat Pengolahan Minyak Sawit Kasar sebagai Sumber Nutrisi Ternak Ruminansia. BPTP Kalimantan Tengah, Kalimantan Tengah. Utomo, B. N don E. Widjaja. 2004. Limbah Padat Pengolahan Minyak Sawit Kasar sebagai Sumber Nutrisi Ternak Ruminansia. BPTP Kalimantan Tengah, Kalimantan Tengah. Utomo, B.N., E. Widjaja, S. Mokhtar, S.E. Prabowo, dan H.Winarno. 1999. Laporan Akhir Pengkajian Pengembangan TernakPotong pada
SistemUsaha Tani Kelapa Sawit. Balai Pengkajian TeknologiPertanian Palangkaraya, Palangkaraya. Widyati, S.D., T. Sutardi, D. Sastradipradja dan A. Sudono. 1992. Penggunaan Lumpur sawit kering sebagai pengganti dedak padi dalam ransum sapi perah laktasi. J. Il. Pert. Indon. 2: 89-95. Wilkinson, J. M and B. A. Stark. 1987. The Nutrition of Goats. In. Recent Advances in Animal Nutrition-1987. Haresign, W. and D.J.A. Cole (Eds). Butterworths, London. pp. 91-106. Williamson, G. dan W. J. A Payne, 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Terjemahan oleh : IGN Djiwa Darmadja.Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Wong, H.K And W.M. Wan Zahari. 1992. Oil Palm By Products As Animal Feed. Proc. Of Th Masp Ann. Conf. Kuala Trengganu Pp. 58 – 61.