Seminar Nasional Peternakan clan Veterfner 2000
PENGARUH KOMBINASI PEMBERIAN PAKAN SILASE JERAMI PADI CAIRAN RUMEN KERBAU DAN MOLASE TERHADAP PERTAMBAHAN BOBOT BADAN SAPI PERANAKAN ONGOLE Jofw B$sTAtu, AMn .nls DiALts, dan HELm Hmm
Balai Penelitiasn Ternak P.O. Box 221, Bogor 16002
ABSTRAK Di dalam usaha meningkatkan pemanfaatan jerami padi sebagai pakan hijauan sapi yang digemukkan, telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan silase jerami padi yang dicampur cairan rumen kerbau clan molase terhadap pertambahan bobot bahan dan efisiensi penggunaan pakan pada sapi. Penelitian dilaksanakan selama 15 minggu dengan menggunakan 12 ekor sapi PO yang berumur 2 tehun yang secara acak dipisahkan ke dalam 3 kelompok perlakuan yaitu: (TI) pemberian hijauan rumput gajah sebagai kontrol, (T2) pemberian jerami padi sebagai pembanding clan (T3) pemberian silase jerami padi yang dicampur cairan rumen kerbau dan molese. Pemberian pakan hijauan dilakukan secara ad libitum terkontroi . Selama penelitian, ternak cliberi pakan konsentrat sebanyak 1,25% bobot badan. Pola percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap . Setelah 15 minggu penelitian ternyata pertambahan bobot bahan harian sapi yang mendapat perlakuan T1 (738 gr/e/hr) tidak nyata berbeda dengan T3 (726 gr/efir), tetapi antara 72 (699 gr/e/hr) dengan Tl dan T3 nyata berbeda (P<0,05). Keefisienan penggunaan pakan optimal pada sapi yang mendapat perlakuan T3 (l3,9) clan ticlak nyata berbeda dengan TI (14, 1), tetapi dengan T2 (l5,4) nyata berbeda (P<0,05). Kecemaan pakan perlakuan T3 nyata lebih baik (P<0,05) dibandingkan dengan T2. Disimpulkan bahaa pemberian pakan hijauan silase jerami padi yang dicampur cairan rumen kerbau dan molese pada sapi PO memberiken tingkat pertambahan bobot bahan tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan pakan rumput gajah clan memberikan tingkat efisiensi penggunaan pakan yang lebih baik dibandingkan dengan rumput gajah dan jerami padi. Kata kuncl: Silase, jerami, sapi PENDAHULUAN Hijauan pakan ternak yang tersedia dalam jumlah yang cukup dengan kualitas baik merupakan syarat pokok didalam mengembangkan peternakan, khususnya ternak ruminansia. Hijauan pakan yang biasa diberikan adalah berupa rumput-rumputan yang berasal dari lapangan/kebun nunput, tegal, pematangan atau dari pinggiran jalan . Pada saat keadaan langka hijauan kepada ternak diberikan limbah pertanian yang berupa jerami padi, jerami jagung, jernuni kedelai, jerami sorgum, pucuk ketela potion, jerami ketela rambat, clan pucuk tebu. Jerami padi merupakan salah satu limbah pertanian di Indonesia yang cukup tersedia serta diduga akan selalu meningkat ketersediaannya . Jerami padi sebagai pakan ternak kurang baik karena sebagian besar karbohidratnya membentuk lignosellulosa clan linohemisellulosa yang sukar dicerna ternak, mengandung silikat clan aksalat tinggi (JACKSON, 1977), protein kasar, lemak kasar, clan mineral renclah (SUTRISNO, 1983), serta kecernaannya renclah sehingga konsumsi bahan keringnya terbatas (SOEJONO et al., 1988) . Upaya pemanfaatan jerami padi sebagai pakan perlu diiringi dengan perlakuan secara fisik, kimia, biologis, atau gabungan perlakuan yang ada. Rendahnya nilai pakan yaitu rendahnya kadar protein dan kecernaan bahan kering, merupakan faktor pembatas didalam penggunaan jerami padi sebagai limbah pertanian, sehingga perlu dicari upaya pemecahannya . Upaya meningkatkan niai pakan jerami padi sebagai pakan sapi poting antara lain dengan penambahan pakan konsentrat, penambahan sumber protein yang berupa tanaman leguminosa dan 242
Seminar Nasiona! Peternakan clan Veteriner 2000
atau dengan menggunakan perlakuan fisik maupun kimiawi (MUSOFIE et al., 1982 clan MUSOFIE, 1984) . Rumen kebau (isi rumen kerbau) merupakan salah satu limbah Rumah Potong Hewan (RPH) yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pakan berkualitas clan mikrobia (SUTRISNO et al., 1992) . Pemanfaatan isi rumen kerbau sebagai sumber mikrobia dalam fenmentasi jerami padi secara laboratoris clapat memperbaiki nutrisi dan disarapkan mampu berperan dalam mengatasi kendala kekurangan pakan dimusim kemarau (THALIB et al., 1995). Jerami padi yang dicampur dengan 15% rumen kerbau clan 5% molases, kemudian dicampur dan disimpan selama 2 minggu secara anaerobik merupakan usaha agar pakan yang terjadi menjadi palatabel clan meningkatkan protein serta kecernaannya. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan silase jerami padi yang ditambah rumen kerbau terhadap pertambahan bobot badan clan efisiensi penggunaan pakan pada sapi potong . MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan dikanclang percobaan Ruminansia Besar Balai Penelitian Ternak Ciawi-Bogor selama 3 bulan, dengan menggunakan 12 ekor sapi Peranakan Ongole (PO) yang berumur lebih dari 2 tahun. Secara acak semua sapi dipisahkan kedalatn 3 kelompok perlakuan yaitu: (TI) pemberian hijauan tumput gajah sebagai kontrol, (T2) pemberian jerami padi sebagai pembanding dan (T3) pemberian silase jerami padi yang ditambah rumen kerbau sebagai perlakuan . Pakan hijauan diberikan secara ad libitum terkontrol clan diberikan dua kali sehari yaitu pagi clan sore hari. Selama penelitian, sebelum hijauan disediakan, diberikan pakan konsentrat sebanyak 1,25% bobot badan sapi. Pakan konsentrat yang digunakan adalah GT. 03 yang tersusun dari bahan-bahan : jagung,dedak gandum, dedak padi, bungkil kedelai, vitamin clan mineral dengan kandungan protein pakan konsentrat adalah 19% clan TDN 74 . Hijauan silase jerami padi yang cliberikan terlebih dahulu dibuat dengan cara memotong jerami padi sampai ukuran menjadi 2-5 cm, lalu diaduk sampai rata agar bagian-bagian dari daun dan batang homogen . Selanjutnya dicampurkan dengan cairan rumen kerbau yang diambil dari Rumah Potong Hewan Bogor dengan kombinasi campuran 80 kg potongan jerami padi segar, 20 kg cairan rumen kerbau yang telah ditambahkan molases 5 kg (15 kg cairan rumen + 5 kg molases). Molases berfungsi sebagai starter clan bahan nutrien untuk mikroba cairan rumen. Campuranb ini diaduk sampai meratadengan sempurna. Setelah itu dimasukkan kedalam kantong plastik hitam (polibag) kapasitas 20 kg, lalu disimpan secara an-aerobik pada suhu kamar selama 2 minggu. Setelah 2 minggu disimpan baru diberikan kepada ternak sapi (THALIB et al., 1994). Parameter yang diukur meliputi konsumsi clan kecernaan zat-zat makanan, pertambahan bobot bahan clan efisiensi penggunaan makanan. Untuk mencari nilai kecernaan zat-zat makanan dilakukan koleksi total selama 14 hari sebelum penelitian berakhir sesuai dengan petunjuk LUBIS (1963) clan SCHNEIDER clan FLATT (1975). Sample hijauan dan konsentrat yang diberikan serta sisanya ditimbang setiap hari selama 3 bulan penelitian. Faeces ditimbang setiap hari selama periode pengumpulan data dan kemudian diambil 10% setiap harinya untuk dianalisa secara komposit sesuai dengan metode yang disarankan AOAC (1970). Bobot badan ditimbang sekali dalam 3 minggu clan penimbangan dilakukan pada pagi hari sebelum ternak diberi makanan.
243
Seminar Wasional Peternakan dan Peteriner 2000
Pola percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan 3 perlakuan dan 4 ulangan dan data diolah secara statistik dengan analisa sidik ragam dan untuk membandingkan nil4' rata-rata antara perlakuan digunakan uji beda nyata terkecil menurut STEEL dan TORRIE (1980). HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi zat-zat makanan hijauan dan konsentrat Kualitas pakan hijauan nunput Gajah, jerami padi segar, dan silase jerami padi yang ditambah rumen kerbau serta konsentrat yang digunakan di dalam penelitian ini tercantum di dalam Tabel 1 . Tabel 1. Komposisi zat-zat makanan hijauan nunput Gajah, jaami padi segar dan ditambah rumen kerbau serta konsentrat berdasarkan balm kering (°i6) Lanak kaw NDF TDN Bahan kenng Prouem kwar Bahan Pakan 2.20 64.7 56.05 19,59 8.64 Rumput Gaish 1,11 72,8 44,61 laami padi 40,05 5,25 47.33 6,88 1,37 63,1 Silase jaami padi 33,61 3,29 33 .2 74,22 Konswtrat $9.19 19,56
silase jerami padi yang Abu
8,72 22.74 23 .48 7,83
Ca 0.37 0,19 0,25 1,41
P 0,22 0.07 0.08 0,66
Hasil analisa proksimat menunukkan bahwa kandungan bahan kering pakan silase jerami padi yang ditambah rumen kerbau adalah 33,61°/., setnentara kandungan protein kasarnya adaM 6,88"A. Dibandingkan dengan kandungan zat makanan jerami padi dan nunput Gajah, maka kandumgan bahan kering silase jerami padi 6,44°A lebih rendah dari pada jerami padi dan 14,03% lebih tinggi dari rumput Gajah. Sementara kandungan protein kasarnya 1,63% lebih tinggi dari jerami padi dan 1,76% lebih rendah dari rumput Gajah. Keadaan ini sesusi deagan yang dilaporkan oleh FERDIANTO et al. (1981), bahwa rumen sapi yang digunakan sebagai starter dalam pembuatan silase jerami padi dapat menmgkatkan kandungan protein kasarnya dan menurtulkan kandungan ballan keringnya. Sedangkan SurRISNG et al. (1993), melaporkan bahwa penggtmaan nurlen sebagai starter dalam proses pembuatan fermentasi jerami padi memberikan hasil yang lebih baik berupa peningkatan protein, penuruna lignin dan silika jerami padi. T HAIdB et al. (1994) juga melaporkan bahwa penambahan cairan rumen kerbau dalam pembuatan silase jerami padi dapat menurunkan kandungan bahan keringnya. Kehilangan bahan kering melapokan kelemahan dari pembuatan silase dan hal ini diduga karena terjadi kematian sebagian mihroba rumen yang tidak mampu beradaptasi dengan kondisi yang tidak optimum selama penyimpanan. Mikroba runien memerlukan kondisi an-aerob, temperatur berkisar 38-42°C, pH 6,8 dsn CO' dalamjumlah yang banyak (CHURCH, 1979). Konsumsi dan kecernsan zat-zat makanan Konsumsi zat-zat makanan pakan silase jerami padi pada sapi Peranakan Ongole menunjukkan tingkat palatabilitas yang berbeda dengan rumput gajah dan jerami padi (P<0,05). Tingginya konsumsi bahan kering nunput gajah disebabkan karena kualitas nunput gajah lebih tinggi dari silase jerami padi dan jerami padi, hal ini terlihat dari kandungan proteinnya (Tabel 1). Kecenderungen serupa juga terlihat pada konsumsi bahan organik, dimana pakan nunput gajah mengkonsumsi (8103 gle/hr) lebih tinggi (P<0,05) dengan silase jerami padi (7657 gle/hr) dan jerami padi (7807) glelhr), tetapi antara pakan silase dengan jerami padi tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0,05).
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 2000
Selanjutnya dapat diketahui pula bahwa pakan silase jerami padi memberikan peningkatan yang dibandingkan dengan jerami padi . Sedangkan tidak nyata pada konsumsi protein kasar sebesar 9 g dari silase jerami pakan rumput gajah menunjukkan konsumsi protein kasar 150 g nyata lebih besar padi dan 159 g lebih besar dari jerami padi (P<0,05). Konsumsi Lmak kasar tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antara perlakuan pakan silase jerami padi (256 g) dengan rumput gajah (272 g), tetapi nyata berbeda dengan jerami padi (233 g) (p<0,05). Begitu juga dengan konsumsi NDF tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antara pakan silase jerami padi (6325 g) dengan rumput gajah (6122 g), terapi nyata berbeda dengan pakan jerami padi (6831 g) (P<0,05). Keadaan ini menunjukkan adanya kecenderungan bahwa NDF merupakan faktor pembatas yang mempengaruhi ternak dalam mengkonsumsi ransum. Tabel 2. Rata-rata konsumsi harian zat-zat makanan pada masing-masing perlakuan (glethr)
Perlakuan
Zat makanan Bahan kering Bahan organik Protein kasar Lemak kasar NDF
Keterangan :
10400 b 8103 b 1419 b 272 b 6122 a
10722 c 7807 a 1269 a
233 a 6831 b
10097 a 7657 a 1260 a 256 b
6325 a
Notasi yang berbeda pada Mom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada P<0,05 (') dan sangat nyata pada P< 0,01 (")
Kecernaan bahan makanan adalah jumlah zat-zat makanan yang terkandung dlam makanan yang dapat dikonsumsi dikurangi dengan jumlah makanan yang terdapat dalam faeces yang dikeluarkan (ANGGORODI, 1979). LUBIS (1963) menyatakan bahwa nilai kecernaan zat-zat makanan tersebut dinamakan sebagai koefisien cerna semu bahan makann. Dari Tabel 3 terlihat bahwa perlakuan pakan silase jerami padi dapat meningkatkan kecernaan zat makanan dalam ransum. Kecernaan bahan kering, bahan organik, protein kasar, Lmak kasar dan NDF pakan silase jerami padi terlihat lebih besar dengan nyata (P<0,05) daripada pakan jerami padi, begitu juga dengan pakan rumput Gajah, tetapi tidak nyata berbeda (P>0,05) kecuali kecernaan protein dan NDF . AMBAR dan DJAIANEGARA (1982) menyatakan bahwa silase jerami padi dengan penambahan urea 4% dan diinokulasi selama 4 minggu dapat memperbaiki kecernaan terutama komponen seratnya.
Pemberian pakan silase jerami padi menunjukkan kenaikan kecernaan bahan kering sebesar 6,39% dari jerami padi dan 1,77% lebih besar dari pakan rumput Gajah. Secara umum perlakuan pakan silase jerami padi memberikan nilai kecernaan bahan kering, bahan organik, protein kasar, Lmak kasar, dan NDF yang tertinggi dan menunjukkan perbedaan yang nyata dengan jerami padi. Hal ini disebabkan karena tingginya nilai gizi pakan silase jerami padi tersebut. BALCH dan CAMPLING (1962) dan DAUGHARTY et al. (1965) mengemukakan bahwa ransum yang lebih tinggi nilai gizinya mempunyai koefisien kecernaan zat makanan lebih baik dan palatabel. Disamping itu faktor penambahan rumen kerbau sebagai inokulum dalam pembuatan silase jerami padi dapat meningkatkan kecernaan THALIB et al. (1994) yang diduga karena terjadi perubahan populasi dan komposisi antar mikroba dari jenis ternak yang berbeda .
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 2000
Tabel 2. Rata-rata kecemaan zat-zat makanan pada masing-masing perlakuan (%) Perlakuan
Zat makanan Bahan kering Bahan organik Protein kasar Lemak kasar NDF
Keterangan :
66,39b 76,37b
61,77a 71,58a 65,19a 62,82a
67,05b 68,01 b 53,95b
68,16b 78,02b 71,84c 65,28b
45,75a 55,29c Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada P<0,05 (") dan sangat nyata pada P< 0,01 (")
Pertambahan bobot badan Pertabmbuhan adalah merupakan aktivitas fisiologis yang dapat dinyatakan dengan pertambahan bobot badan rata-rata persatuan waktu. Laju pertambahan bobot badan rata-rata harian atau Average Daily Gain (ADG) dari individu atau sekelompok temak dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut ADG =
W2-W1 t2 - tl
Dimana W2 dan W1 masing-masing adalah bobot badan akhir dan awal penimbangan, sedangkan t2 dan tl adalah periode lama waktu antara penimbangan awal sampai akhir (COLE, 1966). Kecepatan pertambahan bobot badan ini diantaranya dipengaruhi oleh jumlah konsumsi yakni makanan yang dihabiskan (TILMAN et al ., 1983). Gambaran pertambahan bobot badan dari awal sampai akhir penelitian dengan penimbangan sekali 3 minggu terlihat pada Gambar 1 .
I. " 'enirnbangan obot Bad an
per Tiga Nlin~g~ :-
I
Gambar 1 . Grafik peningkatan bobot badan sapi PO yang mendapat perlakuan pakan hijauan rumput Gajah (TI), jerami padi (T2) dan silase jerami padi yang ditambah rumen kerbau (T3) selama penelitian 246
Seminar Nasional Pelernakan dan Veleriner 2000
Pada Gambar 1 terlihat bahwa grafik peningkatan bobot badan sapi PO yang mendapatkan perlakuan T3 tertinggi sampai minggu ke-9 dan setelah minggu ke-10 ternak yang mendapat perlakuan TI meningkat di atas perlakuan T3 sampai akhir masa penelitian. Kalau dibandingkan dengan perlakuan T2 terlihat dengan jelas bahwa T3 selalu berada diatasnya . Hal ini dapat terjadi karena ternak yang mendapat perlakuan T3 lebih banyak mengkonsumsi protein disamping itu aroma dari silase jerami padi menarik ternak untuk memakannya. LUBIS (1963) mengatakan bahwa aroma dari suatu pakan dapat meningkatkan napsu makan dari ternak sapi clan mengkonsumsi pakan lebih banyak . Pada silase jerami padi bau khas silase adalah sedikit asam dan harum, hal ini karena terbentuknya asam laktat, asam asetat dan alkohol (THALIB et al., 1995) . Kalau dilihat peningkatan bobot badan ternak yang mendapat perlakuan T1, mulai minggu ke10 sampai akhir penelitian terus meningkat dan lebih tinggi dari perlakuan T3 . Hal ini diduga karena kesukaan ternak sapi untuk memakan ransum silase jarami padi mulai menurun datau mungkin juga ternak mulai kurang menyukainya . Pada Gambar 2, terlihat bahwa rata-rata pertambahan bobot badan harian selama penelitian, pada perlakuan T1 lebih tinggi (602 g/e/h) daripada perlakuan T3 (573 g/e/h) dan perlakuan T2 (529 g/e/h) . Setelah dilakukan uji statistik ternyata pertambahan bobot badan harian antara perlakuan T1 dan T3 tidak berbeda nyata (P>0,05), tetapi nyata berbeda dengan perlakuan T2 (P<0,05). Sedangkan antara perlakuan T3 dan T2 nyata berbeda (P<0,05) . Tingginya pertambahan bobot badan pada perlakuan TI disebabkan karena konsumsi bahan kering ransum yang dikonsumsinya (10400 g/e/h) lebih tinggi dari perlakuan T2 (10772 g/e/h) clan perlakuan T3 (10097 g/e/h) .
T1
T2
T3
BB Akhir (kg)
TI
T2
T3
PBB (I( y)
Gambar 2. Rataan bobot badan awal, akhir, dan pertambahan bobot badan (kg) sapi Peranakan Ongole yang mendapat pakan rumput Gajah (T1), jerami padi (T2), dan silase jerami padi (T3) 24 7
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 2000
Efisiensi penggunaan pakan Efisiensi penggunaan makanan dihitung berdasarkan hasil bagi antara pertambahan bobot badan dengan konsumsi bahan kering ransum . Dari Gambar 3 terlihat bahwa temak yang mendapat perlakuan TI (11,2) lebih bagus dari perlakuan T3 (11,4), dan T2 (12,4) . Setelah uji statistik temyata antara perlakuan TI dengan T3 tidak berbeda nyata (P>0,05), dan T1 dengan T2 berbeda nyata (P<0,05), begitu juga antara T3 dengan 72 berbeda nyata (P<0,05) . Dari kenyataan tersebut maka dapat diperoleh gambaran bahwa penggunaan pakan hijauan silase jerami padi yang ditambah rumen kerbau memberikan hasil yang sama dengan rumput Gajah terhadap produksi temak sapi potong.
T1
T2
T3
Gambar 3. Efisiensi penggunaan pakan hijauan rumput Gajah (T1), jerami padi (T2), dan silase jerami padi yang diadisi mikroba kerbau (T3) pada sapi Peranakan Ongole selama 15 minggu penelitian KESIMPULAN Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian pakan silase jerami padi yang ditambah rumen kerbau tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada konsumsi bahan kering ransum, pertambahan bobot badan dan efisiensi penggunaan pakan terhadap rumput Gajah . Sedangkan bahan kering terkonsumsi, pertambahan bobot badan dan efisiensi penggunaan pakan silase jerami padi yang ditambah rumen kerbau nyata lebih baik dari pakan jerami padi . Pemberian pakan silase jerami padi yang ditambah rumen kerbau memberikan hasil yang sama dengan rumput Gajah terhadap produksi temak sapi Peranakan Ongole . 248
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 2000 UCAPAN TERIMA KASIH Penulis menyampaikan terima kasih kepada I Ketut Pustaka (kandang percobaan ruminansia besa0, Mulyani, Enih, Winwin (Laboratorium makanan temakruminansia besar), dan Jernih (Laboratorium analisa bahan makanan temak) Balai Penelitian Ternak, Ciawi yang telah memberikan bantuan selama penelitian berlangsung. DAFTAR PUSTAKA AmBAR, A.R. dan A. DJAJANEGARA. 1982 . Pengaruh proses penyimpanan jerami padi dengan urea terhadap kelarutan komponen serat kasar jerami padi . Proc . Seminar Peternakan . Cisarua-Bogor, 8-11 Februari 1982. ANGGORODI, R. 1979.11mu Makanan Ternak Umum . Cetakan 1. Penerbit PT. Gramedia, Jakarta. AoAc. 1970 . Official Methodes of Analysis. 1 Ith. Ed . Association of American Official Agriculture Chemist. Washington DC. BALCH, C.C. and R.s . CAMPLING . 1962. Regulation of voluntary feed intake in ruminants. Nut. Abstracts Rev. 32 :669. CHURCH, D.C . 1979. Rumen Microbiology in Digestive Physiology and Nutrition ofRuminant. 2nd. Ed . Vol. 1 . Porland Oregon . p. 184-185 . COLE, H.H . 1966. Introduction to Livestock Production . 2nd. Ed. W.H . Foreman and Company, San Francisco. p. 432-449. DOUGHARTY, R.W., R.G. ALLEN, W. BURROGHs, N.L. JOCOBSON, and A.D . Mc GILLARD. 1965 . Physiology of Digestion in the Ruminants. Washington. Butterworths . FERDtANTo, D.W ., H.W . MADYoNo, B. WiDIANARTO, S. PRAnwi, D. TRtmuLYANTo, T. PARwoTo, dan N. WARDARYANTO. 1984 . Pemanfaatan isi rumen untuk ternak sapi . Makalah pada Seminar Memanfaatkan Lahan Sempit untuk Meningkatkan Produksi Peternakan . Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang. JACKSON, M.G . 1977 . Review Article. The alkali Treatment of strong. Anim . Feed Sci. Tech. 2 :105-130 . Luais, D.A . 1963 .11mu Makanan Ternak. Cetakan Kedua. Ppembangunan Jakarta. MusoM A., N.K . WARDHANi, dan S. TEDJOWAHYONO. 1982 . Pemanfatan pucuk tebu sebagai sumber hijauan makanan temak. Majalah Perusahaan Gula Pasuruan XVIII (1-2-2):47-55 . MUSOFIE, A., N.K. WARDHANi, K. MA'Sum, dan S. TEDJOWAHYONO . 1984. Penggunaan pucuk tebu pellet dengan penambahan jerami kedelai pada sapi . Makadah pada Seminar Memanfaatkan Lahan Sempit untuk Meningkatkan Produksi Petemakan. Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya, Malang 19-20 November 1984 . SCHNEIDER, H.B . and W.P . FLATT. 1975 . The Evaluation of Feed Through Digestibility Experiments . University of George Press . SoEJoNo, M. 1988 . Effect of Anhydrous Ammonia of Corn Salk Silage on Crude Protein and Fibre Digestibilities. In: Improving Utilization of Low-Quality Raughages by Chemical Treatment. Thesis Outline. Unpublihed . STEEL, R.G.D . and J.H. TORRm. 1980. Principles and Procedures ofStatistics. Mc. Graw Hill Book Company. New York. SUTRISNo, C.I ., B. SULISnyANTO, NURWANTORO, SRI MUKODImmsui, TRIsnARTI, S. Wmuun, SuRAIImmm, AG . SumANTRi, NISYAMsun WiLuTo, dan ALI DJABIDI. 1993 . Peningkatan kualitas jerami padi sebagai 249
Seminar Nasional Peternakan clan Veteriner 2000
pakan. Laporan penelitian hibah Bersaing. Tahun Ul . Lembaga Penelitian Universitas Diponegoro . Semarang . SuTRtsNo. C.I ., PRATIwaiARDJO, NuRwANToRO, SRi MIJKODMINGSK dan B. SULISTIYANTO. 1992. Perbandingan kelompok-kelompok mikroba dalam bolus sapi dan kambing. Bull. Sintesis 4(11). THALiB, A., H. HAMID, dan D. SuHERMAN . 1995 . Pembuatan silase jerami padi dengan penambahan cairan rumen. Seminar Nasional Agribisnis Peternakan clan Perikanan pada Pelita VI. Eclisi khusus. MEDIA. Majalah Pengembangan Ilmu-Ilmu Peternakan dan Perikanan. Fakultas Peternakar. Universitas Diponegoro . Semarang . Juli 1995 . hal. 231-237. Tturtm, D.A., H. HARTADI, S. RExsoHADiPRoDJo, P. PRAwtRoKusumo, and S. EDOSOEKARDJO. 1983 . 11mu Makanan Ternak Dasar. Fakultas Peternakan . Universitas Gajah Mada University Press. Yogyakarta .