KOMBINASI SERA ONGGOK DENGAN BERBAGAI SUMBER NITROGEN TERHADAP FERMENTASI RUMEN, DAY A CERNA, DAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN KERBAU
Suharyono*,
C. Hendratno*,
Z. Abidin*, dan M. Winugroho**
ABSTRAK - ABSTRACT KOMBINASI SERA ONGGOK DENGAN BERBAGAI SUMBER NITROGEN TERRADAP FERMENTASI RUMEN, DAYA CERNA, DAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN KERBAU. Penelitian tentang pengaruh kombinasi sera onggok dengan berbagai sumber nitrogen pada fermentasi rumen, daya cerna, dan pertambahan bobot badan kerbau telah dilakukan. Tiga tingkat urea dan daun singkong kering dipakai sebagai sumber nitrogen. Keempat macam ransum pakan tenebut diberikan kepada empat kerbau betina yang sudah difistula. Rancangan percobaan 4x4 bujur sangkar latin. Ransum (A) terdiri atas rumput + sera onggok 0,3% BB + 0,2% urea, ransum (B) rumput + sera onggok 0,3% BB + 1% urea, ransum (e) rumput + sera onggok 0,3% BB + 2% urea, dan ransum (D) rumput + sera onggok 0,3% BB + daun singkong 0,5% BB. Hasil penclitian menunjukkan perbedaan pada pH dan jumlah protozoa (P~O,05) sedang pada sintesis protein mikroba,konsentrasi amonia, dan total asam lemak mudah menguap dalam cahan rumen terdapat perbedaan yang sangat nyata (P ~O,OI) demikian pula total konsumsi ransum (P~ 0,0 I). Hasil percobaan menunjukkan bahwa daya cerna, pertambahan bobot badan, dan konswnsi tidak dipengaruhi oleh perbedaan pada ransum yang diberikan. Ransum B dan D tampaknya lebih baik daripada ransum A dan C ditinjau dari perubahan yang terjadi pada fermentasi rumen, yaitu amoniam jumlah total asam lemak mudah menguap, sintesis protein mikroba, dan jumlah protozoa. Hasil percobaan ini menunjukkan pula bahwa ransum D adalah lebih efektif ditinjau dari jumlah pakan yang dikonsumsi dan peningkatan bobot badan. 11IE EFFECT OF "SERA ONGGOK" IN COMBINATION WITH VARIOUS NITROGEN SOURCES ON RUMEN FERMENTATION, DIGESTIBIUTY, AND LIVE WEIGHT GAIN OF BUFFALOES. An experiment to study the effect of "sera onggok" in combination with various nitrogen sources on rumen fermentation, digestibility, and live weight gain of buffaloes has been conducted at PAIR, BATAN. Four rations were given to four female fistulated buffaloes assigned in a latin square design. Ration (A) consisted of grass + sera onggok 0.3% BW + urea 0.2% of total ration, ration (B) grass + sera onggok 0.3 % + urea I
~
••
Pusat AplikaJi Isotop dan Radiasi, BATAN Balai Penelitian Temak Ciawi, Bogor
479
PENDAHULUAN Untuk me menu hi kebutuhan pakan ruminansia seperti domba, kambing, dan kerbau biasanya sudah dianggap cukup digembalakan di padang rumput atau diberi jerami padi, walaupun kandungan nutrisi dalam bahan pakan tersebut tidak lengkap dan tidak berimbang. Usaha untuk mengatasi masalah ini dilakukan dengan penambahan bahan berupa sumber protein (1, 2) dan bahan berupa karbohidrat (3, 4). Terdapatnya keseimbangan antara ketersediaan kerangka karbon dan sumber nitrogen (5. 6) dalam bahan pakan. diharapkan dapat mendukung sintesis protein mikroba yang optimal dalam rumen. Penelitian -terdahulu menunjukkan bahwa penambahan bahan kering sera onggok sebanyak 0,3% bobot badan + 0,2% urea dari total ransum. cenderung dapat meningkatkan proses fermentasi dan sintesis protein mikroba dalam cairan rumen kerbau (7). Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui sampai berapa jauh sera onggok sebagai sumber karbohidrat dapat dimanfaatkan dalam pakan hewan kerbau. Selain dari itu dimaksudkan pula untuk mencari informasi tentang sumber protein yang cocok untuk dapat dikombinasikan secara ef1sien.
BAHAN DAN METODE Hewan percobaan yang digunakan adalah 4 ekor kerbau betina yang berumur antara 2 - 2 - 5 tahun dengan bobot badan sekitar 220 - 305 kg dan difistula. Hewan percobaan ditempatkan dalam kandang individu yang berlantai semen. dengan ukuran kurang lebih 3 m2/hewan. Pakan basal berupa rumput diperoleh di sekitar desa Lebak Bulus, Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan, diberikan secara ad libitum setelah hewan tersebut menerima campuran A, B, C, dan D sebagai tambahan. Campuran (A) terdiri atas bahan kering sera onggok sebanyak 0,3% bobot badan + urea 0,2% dari total ransum, (B) bahan kering sera onggok 0,3% + urea 1% dari ransum total, (C) bahan kering sera onggok 0,3% bobot badan + urea 2% total ransum, dan (D) bahan kering sera onggok 0,3% bobot badan + bahan kering dan singkong 0,5% bobot badan. Sera onggok diperoleh dari pabrik tepung tapioka Victory, Bogor, Jawa Barat, sedang daun singkong diperoleh dari sekitar Bogor yang kemudian dikeringkan di Balai Penelitian Temak Ciawi, Bogor. Urea, vitamin, tepung tulang, dan garam didapatkan dari toko pakan temak Ripah, Jakarta Selatan. Pemberian tambahan dilakukan pada jam 08.00, ditempatkan dalam bak plastik ditambahkan 2 liter air, 50 gram garam, 50 gram tepung tulang, dan 3,5 gram vitamin/hewan/hari . Rancangan percobaan berupa bujursangkar latin dengan empat macam perlakuan dan empat kali ulangan seperti pada Tabel 2. Percobaan dilangsungkan selama empat periode. tiap periode berlangsung selama 5 minggu dan pengambilan contoh setelah hewan mengalami adaptasi selama 15 hari. Pengambilan cairan rumen setiap periode dilakukan setelah 2 jam pemberian campuran sebagai tambahan. Cairan ini disaring dengan 4 lapis kain kasa. kemudian ditampung dalam 500 mllabu erlenmeyer yang ditempatkan dalam bak plastik berisi air panas dengan suhu sekitar 370 - 390C. yang kemudian dianalisis. Analisis dilakukan di laboratorium nutrisi 480
hewan PAIR, BATAN, menurut cara yang dilakukan peneliti terdahulu (7, 8, 9). Analisis statistik hasil dilakukan menu rut STEEL dan TORRY (10).
BASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi kimia bahan p!lkan·dan data hasil percobaan disajikan dalam Tabel 3. Penambahan urea secara nyata mempengaruhi pH cairan rumen yang disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi amonia sebagai akibat hidrolisis urea. Hasil ini didukung oleh hasil percobaan dengan menggunakan rumput yang ditambah dengan beberapa tingkat urea (2). Sedang pH pada ransum D ternyata lebih rendah bila dibanding dengan pH ransum yang ditambah urea (ransum A, B, dan C). Konsentrasi N-NH3 dalam cairan rumen menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (PE;;;O,OI)sebagai akibat dari penambahan urea atau daun.singkong. Terlihat konsentrasi N-NH3 meningkat dengan penambahan urea atau daun singkong dibanding dengan hewan yang menerima rumput lokal saja (2, 7). Konsentrasi N-NH3 ternyata lebih rendah pad a ransum D bila dibanding dengan ransum A, B, dan C. Hal ini menunjukkan bahwa mungkin deg!3dasi daun singkong berJangsung lebih lambat dibanding dengan urea. Hasil ini memperJihatkan bahwa pembentukan protein mikroba dalam cairan rumen dipengaruhi secara sangat nyata(p ~O ,01) sebagai akiba t penambahan suplemen, terut;lma pacta ran sum A, B, dan D bila dibanding dengan ransum C. Penambahan urea yang meningkat dari 0,2%, 1% menjadi 2% dari total ransum tidak meningkatkan jumlah sintesis protein rnikroba meskipun konsentrasi amonia meningkat secara sangat nyata (P ~O,O 1). Menurut STOUTHAMER dan BETTENHAUSSEN (1973) yang dikutip oleh NOUR dkk. (11), tingginya konsentrasi amonia dalam cairan rumen dapat mengakibatkan adanya tekanan fisiologis terhadap aktivitas rnikroba yang dapat mengganggu pembentukan protein rnikroba. Selain dari itu mungkin pu1a disebabkan ketidakseimbangan antar bahan dasar yang digunakan untuk sintesis protein mikroba dalam cairan rumen. PeneJiti terdahu1u (12, p.20) melaporkan, bahwa faktor yang mempengaruhi tercapainya sintesis protein secara efisien ialah keseimbangan amonia, energi yang mudah tersedia, jumlah kerangka karbon, mineral, dan vitamin. Lebih lanjut dikatakan bahwa untuk meningkatkan kegunaan urea sebagai sumber nitrogen dalam ransum rurninansia maka untuk penambahan 1 kg fermentable carbohydrate perJu penambahan 100 gram urea. N yang tersedia pada ransum D ternyata lebih rendah dibanding dengan ransum B dan C (Tabel 3) tetapi kemungkinan pada degradasi daun singkong terbentuk juga peptida yang diperJukan pada pembentukan rnikroba sehingga pembentukan protein rnikroba pada D lebih tinggi dibanding dengan C. Sebagian dari daun singkong yang tidak terdegradasi dalam rumen merupakan sumber by pass protein yang langsung masuk ke dalam usus halus. Hal ini diperkuat pu1a oleh KEMPTON dkk. (13) yang menyatakan bahwa bahan pakan untuk rurninansia seharusnya mengandung ketersediaan sumber nitrogen yang dapat membentuk amonia dan asam amino untuk mikroba rumen, ketersediaan by pass protein dalam usus halus dan asam amino essensial. 481
Hasil percobaan menunjukkan bahwa jumlah protozoa/ml dalam cairan rumen berbeda nyata (P <0,05) walaupun pada uji selanjutnya ternyata tidak terdapat perbedaan nyata antar ransum A, B, dan C, tetapi perbedaan antar ransum A, B, dan D. Demikian pula terlihat bahwa pH pada ransum A dan B berbeda nyata terhadap ransum D. lumlah protozoa yang rendah pada ransum D dibanding dengan A, B, dan C disebabkan oleh pH yang temyata Iebih rendah dan merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan protozoa. Penemuan ini didukung oleh hasil penelitian yang dikemukakan oleh PARAKKASI (14). Konsentrasi asam lemak total mudah menguap menunjukkan peningkatan sebagai akibat peningkatan penambahan urea atau penambahan daun singkong. Terjadinya peningkatan ini mungkin disebabkan ada hubungannya dengan pencernaan pakan oleh mikroba di dalam cairan rumen. Protein dan karbohidrat yang terdapat dalam bahan pakan akan didegradasi oleh mikroba menjadi N-NH3 dan asam lemak mudah menguap (15). RUMSEY dkk. (1973) yang dikutip oleh DE FARIA dan HUBER (16), melaporkan bahwa dengan peningkatan protein dalam bahan pakan mengakibatkan naiknya konsentrasi asam Iemak mudah menguap dalam cairan rumen. Selain dari itu konsentrasi tersebut diatur oleh keseimbangan antara produksi dan absorbsi, dengan meningkatnya kecepatan produksi per satuan waktu menyebabkan konsentrasi asam Iemak mudah menguap dalam cairan rumen Iebih tinggi (1, p. 190). Daya cerna bahan kering, pertambahan bobot badan tidak secara nyata dipengaruhi, pada ransum D terlihat kecenderungan yang Iebih tinggi daripada ran sum Iainnya. Pada konsumsi rumput tidak terlihat pengaruh yang nyata, tetapi pada konsumsi total ransum terlihat pengaruh yang sangat nyata (P <0,01). Konsumsi ransum total D Iebih besar daripada ransum Iainnya, yang mungkin disebabkan karena perbedaan bobot daun singkong dan urea yang merupakan sumber protein yang mengandungjumlah N yangjauh berbeda.
KESIMPULAN Dari hasil pembahasan dapat diperoleh kesimpulan bahwa untuk penggunaan kombinasi sera onggok dengan urea yang terbaik adalah campuran ransum B, yaitu bahan kering sera onggok 0,3% dengan urea 1% dari total ransum, karena hasil fermentasinya Iebih baik dari campuran A dan C. Ransum D yang menggunakan daun singkong sebagai sumber protein temyata mempunyai efisiensi ransum yang Iebih tinggi karena pertambahan bobot badan dan fermentasi yang Iebih tinggi dibanding dengan ransum B.
UCAP AN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih ditujukan oleh penulis kepada Ny. Titin Maryati dan Ny. Ninuk L., yang telah membantu dalam analisis kimia, Saudara Edi Irawan K., Eboh bin Baing, dan Warjum yang membantu dalam pemeliharaan dan perawatan hewan percobaan serta semua karyawan Balai Penelitian Ternak Ciawi yang telah membantu dalam penyediaan bahan pakan. 482
DAFTAR PUSTAKA
1. HENDRATNO, C., SUHARYONO, ABIDlN, Z., dan BAHAUDlN, R., "Penggunaan dedak dibandingkan dengan bungldl kedelai sebagai konsentrat pada kerbau yang diberi rumput lapangan", Proc. Seminar Penelitian Peternakan, Pusat Penelitian ,dan Pengembangan Peternakan, Bogor (1981) 156. 2. ABIDIN, Z., HENDRATNO, C., SUHARYONO, dan BAHAUDlN, R., Pengaruh penambahan nitrogen pada sintesa protein mikroba di dalam rumen kerbau, Majalah BATAN XV 2 (1982) 32. 3. ANGGORODl, Ilmu Makanan Ternak Umum, Gramedia, Jakarta (1979). 4. SUTARDl, T., Ikhtisar ruminologi, bahan penataran kursus peternakan sapi perah di Kayu Ambon, Lembang, Fakultas Peternakan IPB, Bogor (1979). 5. RANJHAN, S.K., and PATHAK, NN., Management and Feeding of Buffaloes, Vicas Publishing House PVT Ltd., New Delhi (1979). 6. SOEWARDl, B., llmu Makanan Ternak, Fakultas Peternakan IPB, Bogor (1974). 7. SUHARYONO, ABIDIN, Z., HENDRATNO, C., YATES, N.G., dan BAHAUDIN, R., "Pengaruh penambahan kombinasi sera onggok dengan urea terhadap perubahan metabolisme rumen kerbau yang diberi rumput lapangan sebagai makanan basal", Proc. Seminar Ilmiah Ruminansia Besar, Cisarua, Bogor (1983) 10. 8. HENDRATNO, C., ABIDIN, Z., SUHARYONO, and BAHAUDlN, R., "The utilization of native grass as basal diet for water buffaloes with supplementation of concentrates", Proc. 2nd Coordination Meeting of Regional Cooperative Agreement on the Use of Nuclear Techniques to Improve Domestic Buffalo Production in Asia", IAEA, Vienna (1981) 55. 9. ABIDIN, Z., HENDRATNO, C., SUHARYONO, and BAHAUDlN, R., The effect of supplementing cassava leaves in combination with rice bran or "sera onggok" in buffaloes offered local grass", Majalah BATAN XVll 3 (1984) 58. 10. STEEL, R.G.D., and TORRIE, J.H., Principles and Procedures of Statistic, McGraw-Hill Book Company, Inc., New York (1960). 11. NOUR, AM., ABOU AKADA, A.R., EL-SHAZL Y, K., NAGA, M.A., BORHAMY, B.E., and ABAZA, M.A., Effect increated levels of urea in the diet on ruminal protozoal counts in four ruminant species, J. Anim. Sci. 49 5 (1979) 1300. 12. ANONYMOUS, Urea and Other Non Protein Nitrogen Compounds in Animal Nutrition, National Academic of Sciences, The National Research Council (1979). 483
13. KEMPTON, TJ., NOLAN, J.V., and LENG, R.A., Principles for the use of non-protein nitrogen and by-pass protein in diets of ruminants, World Animal Review 22 (1977) 2. 14. PARAKKASI, (1981).
A., Dmu Gizi Ruminansia, Fakultas Peternakan
IPB, Bogor
15. KANG-MEZNARlCH, J.H., and BRODERICK, G.A., Effects of incremental urea supplementation on ruminal amonia concentration and bacterial protein formation, J. Anim. ScL S8 2 (1981) 422. 16. DE FARIA, V.P., and HUBER, J.T., Effect of dietary protein and energy levels on rumen fermentation in holstein stress", J. Anim. Sci. S8 2 (1984) 452. 17. VANSOEST, P J., Nutritional Ecology of Ruminant, Cornell University (1982).
484
DS) )
Tabe1 1. HuilProtein analisis kimia bahan-bahan ranaum. kasar Bahan 3,92 Abu l,46 89,56 10,25 96,08 90,89 97,27 9,11 89,82 (%) 23,28 (PKf%) organik Derat kering 27,75
2,79
(80/%)
RL)
Bahan
--n.
:
--
-
BB2. = Bobot 03,5 ,5ad 2badan 25 B 50 1D 50 25 A C ad libitum libitum ad pada libitum ad libitum Tabel Susunan ransum 3,5 0,2 3,5 0,3 0,3setiap perlakuan percobaan. TR== Total ransum Tepung twang
Bahan
485
No.
~
00
0\
B Parameter NS C NS TabclpH 3. VTA Data-data D hasil 50,1 0,40 7,29 7,25 7,27 Daya cerna 51,55 bahan kering (%/BK) Pertambahan 0,52 0,44 badan (kg/hari) lumlah Konsumsi T. sintesis protozoa/rnl (mM/IOOrnl) 0,1 0,95 total 50,07 7,29b protein ransum x(mg/100 105 mikroba (kg/hari) 11 22,15b 2,00 7,1 9,98ac 8,32a 1,7a 9,78b 10 ,67d 8,41a I38,70b abobot ,48ba ,61 bpercobaan 33,25b Intake ~mput lokal (kg/hari) Konsentrasi N-NH3 ml) SE 0,19 1,15b 3,4 6,9c 10,18c 13,4a 5,65c 5.
-
7,07a 18,67a 7,34 51 15,06a 9,75a ,34 Ransum 0,47 8,28a 1,98a
DISKUSI
RJSTlANTO : 1. 2.
Ransum D memperlihatkan kombinasi yang optimal, apa maksudnya? Temyata jumlah sintesis protein (mg/l00 ml/jam) pada penelitian Anda jauh lebih tinggi dibanding dengan penelitian Winugroho, padahal materi bahan pakan hampir sarna. Mohon penjelasan. SUHARYONO :
1.
2.
Penambahan daun singkong pada sera onggok sebagai campuran dalam pakan kerb au. temyata dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pakan dibanding dengan penambahan 1% dan 2% urea. Jumlah konsumsi protein total pada hewan sangat ditentukan oleh protein kasar yang terkandung dalam ransum total. Jerami yang digunakan pada pene· litian Winugroho temyata mengandung protein kasar yang jauh lebih rendah daripada rumput yang digunakan pada penelitian ini. MARIA UNA:
1.
Hasil penelitian Anda menunjukkan bahwa pH pada ransum D temyata paling rendah, sedang konsentrasi asam lemak mudah menguap adalah tertinggi. Bukankah terdapat korelasi yang negatif an tara pH dan asam lemak mudah menguap. SUHARYONO :
Memang terdapat korelasi negatif antara pH dan konsentrasi asam lemak mudah menguap, tetapi karena konsentrasi N-NH3 dalam rumen sangat tinggi maka absorbsi din ding usus terganggu sehingga keseimbangan kadar zat pakan dalam rumen terganggu. L.A. SOFY AN : Anda menyatakan bahwa ransum D merupakan ransum yang terbaik, tetapi temyata hasil Anda menunjukkan bahwa jumlah protozoa, sintesis protein mikroba maupun keefisienan penggunaan tidak mendukung pemyataan ini. Mohon dijelaskan. SUHARYONO: Walaupun jumlah protozoa temyata terendah pad a ransum D, akan tetapi sintesis protein mikroba pada ransum D sarna dengan ransum A, didukung oleh konsentrasi asam lemak mudah menguap yang lebih tinggi pada D, maka dapat dikatakan bahwa terjadi fermentasi ransum yang tinggi akibat absorbsi zat pakan yang juga tinggi. Sedang keefisienan penggunaan pakan pada ransum A cenderung lebih tinggi tetapi temyata tidak berbeda dengan ransum D. 487
KOMARUDDIN : 1. 2. 3.
Temyata secara statistik basil Anda tidak berbeda nyata, mengapa Anda masih mengutarakan ada kecenderungan lebih tinggi? Yang mana menurut Anda ranSum yang paling efisien dalam pengamatan ini? Temyata bahwa pengaruh penambahan daun singkong dalam percobaan Anda adalah lebih baik daripada penambahan urea. Apa sebabnya? SUHARYONO :
1.
2. 3.
Seeara statistik memang perbedaan pada pertambahan bobot badan' hewan tidak nyata karena khusus untuk parameter ini diperlukan jumlah hewan pereobaan lebih dari seek or dan waktu pengamatan yang minimal 3 bulan per ransum. Tetapi temyata dengan jumlah hewan yang minimum maupun waktu yang relatif singkat tetap terlihat pengaruh dari pakan yang eenderung berbeda, sehingga dapat digunakan sebagai indikasi untuk seleksi ransum. Ransum D yang selain efisiensi penggunaan pakan sarna aktivitas fermentasi tinggi. Urea hanya merupakan penambah sumber N-bukan protein sedang daun singkong mengandung N dan asam amino nabati yang dapat dimanfaatkan oleh hewan langsung atau melalui mikroba rumen. RlSTIANTO :
1. 2. 3. 4. 5.
Berapa jumlah N yang masuk pada ransum D yang berasal dari daun singkong? Berapa perbandingan N yang dikonsurnsi dari penambahan urea maupun daun singkong? . Apakah penyebab kenaikan asam lemak total mudah menguap yang ternyata tertinggi pada peningkatan urea pada ransum C? Apakah beda sera onggok dan onggok? Bagaimana Anda mengukur keeernaan rumput saja. sedang ransum merupakan eampuran? SUHARYONO:
1. 2. 3.
lumlah N yang dikonsurnsi pada ransum D adalah 60,32 gr/hewan/hari. Perbandingan N pada ransum A : B : C : D = 8,86 : 44,8 : 89,6 : 60,32. Kenaikan asam lemak disebabkan karena konsentrasi amonia terlalu tinggi sehingga menghalangi absorbsi zat pakan atau hasil fermentasi oleh dinding rumen.
4. 5.
Sera onggok hasil sisa olahan onggok. Yang dimaksud dengan keeernaan rumput adalah keeernaan rumput yang terukur dengan metode kantong nylon suatu metode ~ vivo. MARGARE1HA :
Apakah ransum Anda yang paling baik akan diujieobakan di lapangan untuk digunakan di masyarakat? 488
SUHARYONO: Mernang benar, basil yang sudah selesai akan diajukan untuk diujicobakan bersamasarna dengan Ditjen Petemakan.
489