Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
Fermentasi Hidrolisat Onggok Dengan Menggunakan Mikroba Endofitik Muhamad Amin [1], Nurul Utami [2], Heri Satria [3], Wasinton Simanjuntak [4] [1], [2], [3],[4] FMIPA Kimia Universitas Lampung Jl.Prof.Sumantri Brojonegoro No.1, Gedong Meneng Bandarlampung 35145
Email:
[email protected] Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi mikroba endofitik kulit raru yang toleran terhadap kadar alkohol tinggi dan mengukur kadar alkohol yang diperoleh dari hasil fermentasi hidrolisat onggok dengan mikroba tersebut. Isolasi mikroba endofitik dilakukan dengan cara merendam kulit kayu raru dalam salin pada media nutrient agar (NA). Isolat mikroba dimurnikan dengan menggunakan metode gores kuadran. Dari penelitian ini berhasil diisolasi enam mikroba endofitik yang diberi nama MA1-01, MA1-02, MA1-03, MA2-01, MA2-02 dan MA2-03. Pertumbuhan sel diukur dengan menggunakan metoda sprektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang λ 6 nm dan diperoleh bahwa pertumbuhan sel optimum untuk mikroba MA1-01, MA1-03 dan MA2-03 adalah 36 jam dan mikroba MA1-02, MA1-03 dan MA2-02 adalah 48 jam. Nilai pertumbuhan sel ini digunakan sebagai dasar untuk menentukan saat penambahan starter pada proses fermentasi hidrolisat onggok yang dilakukan selama 3 hari pada suhu 35°C. Campuran yang mengandung alkohol kemudian didistilasi pada suhu 80°C dan distilat yang dihasilkan dioksidasi dengan K2Cr2O7 dalam suasana asam. Hasil oksidasi diukur absorbansinya (A) pada λ 414 nm untuk melihar kadar alkohol dalam campuran hasil fermentasi. . Berdasarkan nilai absorbansi ini diketahui bahwa dari enam mikroba yang digunakan hanya miikroba MA2-02 yang mampu memfermentasi hidrolisat onggok menjadi etanol dengan nilai A sebesar 0,1050 dan kadar alkohol sebesar 15,4857 %. Kata Kunci. Onggok, mikroba endofitik, etanol, gula reduksi.
PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang kaya dengan hasil bumi dan memiliki tanah yang subur untuk menghasilkan produk pertanian yang optimal salah satunya adalah ubiubian, contohnya adalah ubi kayu atau singkong (Manihot esculenta). Singkong adalah bahan pertanian yang potensial, selain sebagai bahan pangan, singkong juga dapat digunakan sebagai salah satu bahan baku industri yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Berdasarkan data Balai Pusat Statistik (BPS) Indonesia pada tahun 2010, produksi singkong meningkat setiap tahunnya. Hal ini seperti dilihat pada tahun 2010, mampu memproduksi singkong sebesar 7.625.554 ton, lebih besar dibandingkan tahun 2008 -2009. Onggok
dari hasil pengolahan singkong dapat dimanfaatkan kembali menjadi suatu produk yang lebih berguna yaitu asam sitrat dan pembuatan bioetanol. Pada pembuatan bioetanol, hasil industri yang dapat diolah menjadi etanol adalah tanaman yang memiliki kadar karbohidrat tinggi, seperti tebu, nira, aren, sorgum, jambu mete (limbah jambu mete), garut, batang pisang, ubi jalar, ubi kayu (singkong), jagung, bonggol jagung, jerami, dan bagas (ampas tebu). Onggok ternyata mempunyai kandungan pati yang cukup besar, yaitu sebesar 50 – 70%. Dari penelitian sebelumnya diketahui bahwa, kulit kayu tanaman raru yang digunakan mampu menghasilkan etanol dari hidrolisat onggok hingga konsentrasinya mencapai 25%. Dalam Semirata 2013 FMIPA Unila |257
Muhamad Amin dkk: Fermentasi Hidrolisat Onggok Dengan Menggunakan Mikroba Endofitik
fermentasi terdapat mikroba endofitik dalam menghasilkan etanol. .Mikroba endofitik ini berasosiasi dengan jaringan tanaman sehat yang bersifat netral atau menguntungkan. Hampir setiap tanaman tingkat tinggi memiliki beberapa mikroba endofitik yang mampu menghasilkan senyawa biologi atau metabolit sekunder. Dari beberapa penelitian tersebut telah diketahui fungsi dari mikroba endofitik dalam tanaman adalah meningkatkan pertumbuhan tanaman dan kekuatan dalam menyerap nutrisi tanaman dan berpotensi memberikan resistensi pada tumbuhan terhadap infeksi penyakit patogen [5]. Menentukan mikroba endofitik yang toleran pada kadar alkohol tinggi dan mengukur kadar alkohol yang diperoleh dari hasil fermentasi hidrolisat onggok dengan mikroba endofitik.
pekat, Na2S2O3, Fenol, NaK-tartrat, NaOH, urea, dan (NH4)2HPO4.
METODE PENELITIAN
2. Penapisan Mikroba Endofitik pada Media NA Dari masing-masing pengenceran contoh kulit kayu raru diambil 200µL kemudian ditumbuhkan pada medium NA. Contoh diratakan dengan menggunakan spreader, yaitu suatu alat yang berbentuk L yang permukaannya halus untuk meratakan contoh yang telah diencerkan. Pertumbuhan mikroba diamati setiap hari selama 5 hari.
Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012, bertempat di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Lampung. Hidrolisis onggok di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung. Alat Dan Bahan Alat-alat yang digunakan yaitu alat-alat gelas yang biasa digunakan di laboratorium, inkubator P-SELECTA, auto clave SPEED CLAVE S-90N, alat sentrifugasi, ruang laminar air flow CRUMA 9005-FL, jarum ose, pinset, mikropipet, neraca analitik, alat pengguncang STUART SSL2, Vortex, Analisis gula reduksi menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Bahan-bahan yang digunakan adalah kulit kayu raru didapat dari pembuat tuak di daerah Gading Rejo, limbah padat tapioka (onggok) yang didapat dari pabrik singkong di daerah Karang Anyar, akuades, ekstrak ragi, pepton, serbuk agar, glukosa, NaCl, alkohol 70%, DNS (Dinitrosalisilat), H2SO4
258|Semirata 2013 FMIPA Unila
PROSEDUR KERJA 1. Penyiapan Contoh Kulit Kayu Raru Kulit kayu raru yang digunakan dipotong kecil dengan menggunakan pisau, kemudian ditimbang hingga berat 1 gram. Contoh ini disterilkan dengan dicelupkan sebentar ke dalam alkohol 70%. Setelah itu, contoh direndam dalam air salin (NaCl 0,85%) selama 15 menit dalam mortar dengan ditutup oleh aluminium foil pada ruang Laminar air flow. Setelah 15 menit, contoh digerus dengan mortar hingga air salin menjadi keruh. Cairan hasil gerusan diencerkan dari 10-1-10-5 dan dihomogenkan dengan menggunakan alat vortex.
3. Isolasi Mikroba Endofitik Hasil Penapisan Mikroba yang didapat dari hasil penapisan dipilih berdasarkan pada morfologi mikroba, seperti warna, bentuk dan margin pada koloni. Berdasarkan bentuknya, untuk bakteri memiliki koloni yang lebih besar serta lebih beranekragam warna dan bentuk koloninya, sedangkan pada ragi, koloninya berbentuk kecil dan warnanya hanya putih dan sedikit kekuningan. Pemisahan bakteri dan ragi dari hasil penapisan dilakukan dengan menggunakan metode tusuk, yaitu mengambil bakteri dan ragi yang
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
diinginkan dengan menggunakan jarum ose tusuk. Isolat mikroba diremajakan pada media NA yang baru.
dengan waktu yang lebih lama, kemudian onggok dihaluskan hingga ukuran 125 mesh.
4. Pemurnian Mikroba Endofitik Isolat mikroba yang didapat dari proses sebelumnya ditumbuhkan pada media NA yang baru dengan menggunakan metode gores kuadran. Cawan petri yang akan digunakan dibagi menjadi 4 kuadran yang diberi penomoran 1-4. Mikroba diambil dengan menggunakan jarum ose gores, kemudian digoreskan pada kuadran pertama. Jarum ose disterilkan, ujung dari penggoresan pertama kemudian diteruskan dengan menariknya pada kuadran kedua dan digores kembali. Begitu seterusnya hingga kuadran ke-4. Mikroba yang tumbuh terpisah di kuadran 4 diremajakan pada media NA baru.
8. Ultrasonifikasi Pada percobaan ini, disiapkan 40 gram onggok kering kedalam gelas kimia dan ditambahkan 800 mL air. Contoh selanjutnya diultrasonifikasi selama 90 menit (Trisnawati dan Irwan, 2008). Ultrasonifikasi dilakukan menggunakan alat ultrason Bason, yang bekerja pada frekuensi tetap yaitu 20 kHz. Setelah proses ini selesai, contoh digunakan untuk percobaan hidrolisis.
5. Inokulasi Kultur Sebelum kultur dilakukan, disiapkan starter inokulum. Inokulum disiapkan dengan menginokulasi 1 ose biakan isolat ke medium NB steril dalam labu Erlenmeyer. Biakan diinkubasi pada suhu 37ºC selama 3 malam. 6. Penentuan Pertumbuhan Sel Mikroba Endofitik Penentuan pertumbuhan sel ini dilakukan pada media NB. Sebanyak 0,4 mL kultur dimasukan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 3,6 mL akuades, lalu diukur serapannya menggunakan spektrofotometer UV-VIS pada panjang gelombang 600 nm (overnight : 12-72 jam). 7. Pengeringan Onggok Sebelum digunakan onggok terlebih dahulu dikeringkan untuk menurun kadar airnya sehingga onggok tidak mengalami pembusukan. Pengeringan onggok dilakukan dengan oven pada suhu 50°C dengan lama pengeringan 24 jam. Bila belum kering, onggok akan dikeringkan
9. Hidrolisis Onggok Contoh yang sudah diultrasonifikasi ditambahkan H2SO4 hingga pH 2, campuran diaduk hingga rata, lalu dipanaskan pada suhu 90°C selama 2 jam. Kemudian hidrolisat onggok dibuat pH 5 dan dapat digunakan untuk proses fermentasi. 10. Fermentasi Hidrolisat Onggok dengan Menggunakan Mikroba Endofitik Media fermantasi yang mengandung hidrolisat onggok sebagai substrat di tambahkan 10% inokulum dari mikroba endofitik hasil penapisan dari kulit kayu raru dan diinkubasi selama 72 jam. Setelah fermentasi berlangsung, diamati kadar alkohol yang pada 72 jam untuk menentukan kadar etanol yang dihasilkan dan gula reduksi yang digunakan dalam fermentasi. 11. Analisis Contoh Analisis kadar alkohol Membuat kurva standar hasil oksidasi etanol dengan menggunakan K2Cr2O7, berdasarkan pada larutan standar etanol dengan konsentrasi 0, 5. 10, 15, 20, 25, dan 30%. Sebanyak 0,5 mL masing-masing larutan standar ditambahkan dengan 0,5 mL larutan K2Cr2O7 dalam suasana asam yang
Semirata 2013 FMIPA Unila |259
Muhamad Amin dkk: Fermentasi Hidrolisat Onggok Dengan Menggunakan Mikroba Endofitik
dibuat dengan mencampurkan larutan K2Cr2O7 0,1 N dengan perbandingan 1:1. Masing-masing campuran dipanaskan selama 1 menit dan diukur pada λ 414 nm. Selanjutnya menggunakan kurva standar ini untuk mengukur kadar etanol dari larutan contoh. Analisis gula reduksi dengan metode DNS Analisis gula reduksi dalam contoh dilakukan dengan cara mangambil 0,25 mL contoh dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi dengan menggunakan mikropipet. Kemudian ditambahkan 0,25 mL akuades dan 1 mL DNS. Selanjutnya dididihkan selama 10 menit, dan didinginkan pada suhu ruang, ditambahkan 1,5 mL akuades, kemudian diukur pada λ 51 nm dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis. HASIL DAN PEMBAHASAN Penapisan dan Isolasi Mikroba Endofitik Penapisan mikroba endofitik ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis-jenis mikroba dari kulit kayu raru berdasarkan morfologinya, yaitu melihat dari diameter, warna dan bentuk koloni mikroba tersebut pada media NA. Pengamatan tersebut dilakukan selama dua hari masa inkubasi yang disajikan pada Gambar 1. Gambar 3 menunjukkan media NA yang ditapisan mikroba endofitik kulit kayu raru pada pengenceran 100, 10-1, 10-2 dan 10-3 yaitu ditunjukkan pada gambar a, b, c dan d. Pada media a terlihat mikroba dengan kerapatan yang tinggi dan tidak dapat dilanjutkan ke tahap isolasi. Pada media b dan c terlihat kerapatan dari koloni yang tidak rapat, sehingga dapat dilanjutkan ke
Gambar 1. Hasil penapisan mikroba endofitik kulit kayu raru pada media NA
260|Semirata 2013 FMIPA Unila
tahap isolasi. Pada media d tidak dilanjutkan ke tahap isolasi karena pada media ini terjadi kontaminasi. Dari media b diisolasi tiga mikroba yang diberi nama MA1-01, MA1-02 dan MA1-03 yang didasarkan pada ukuran koloninya. Pada mikroba MA1-01 dan MA1-02 memiliki koloni dengan diameter kurang dari 0,5 cm, bulat dan berwarna putih cerah, sedangkan pada MA1-03 yang memiliki ukuran koloni lebih dari 0,5 cm, bulat dan berwarna putih kekuningan. Pada media c diisolasi 3 mikroba yang diberinama MA2-01, MA202 dan MA2-03. Pada mikroba MA2-01 dan MA2-03 memiliki diameter lebih dari 0,5 cm, bentuk koloni bulat dan berwarna putih pucat. Pada mikroba MA2-02 memiliki diameter lebih dari 1 cm, bentuk koloni tidak beraturan dan berwarna putih bening. Isolasi mikroba dilakukan dengan menggunakan metode tusuk, yaitu mengambil bakteri yang diinginkan dengan menggunakan jarum ose tusuk. Mikroba dipindahkan pada media NA yang baru secara terpisah untuk dimurnikan. Pemurnian Mikroba Endofitik Pemurnian ini bertujuan untuk mendapatkan mikroba murni dari penaspisan. Pemurnian ini dilakukan dengan menggunakan metode gores kuadran pada media NA. Gambar empat menunjukkan isolat murni dari MA1-01, MA1-02, MA1-03, MA2-01, MA2-02 dan MA2-03.
Gambar 2. Hasil isolasi bakteri dan ragi dari kulit kayu raru
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
Tabel 1. Pertumbuhan sel mikroba hasil pemurnian dari koloni tunggal. Waktu Pertumbuhan 0 12 24 36 48 60 72
MA1-01 0,096 0,0989 0,1677 0, 2024 0,1936 0, 1808 0,1742
Pertumbuhan sel mikroba (abs) MA1-02 MA1-03 MA2-01 MA2-02
MA2-03
0,016 0,0193 0,0204 0,0406 0,0819 0,0496 0,0426
0,0998 0,1081 0,1236 0, 1760 0,1444 0, 1439 0,1232
Masing-masing mikroba murni dipindahkan ke media NA baru untuk ditentukan pertumbuhan selnya. Pertumbuhan Sel Mikroba Endofitik Pengamatan pertumbuhan sel mikroba ini bertujuan untuk mengetahui siklus pertumbuhan dari masing-masing mikroba dan produk hasil fermentasi. Masingmasing mikroba isolat diinokulasikan sebanyak 1 ose ke dalam medium NB yang baru dan didiamatisetiap rentan waktu 12 jam, yaitu pada 12, 24,36,48, 60 dan 72 jam. Setiap waktu tersebut dilakukan pengambilan contoh untuk diukur pada λ 600 nm. Hasil pengukuran pertumbuhan sel dapat dilihat pada Tabel dua. Dari tabel pertumbuhan sel mikroba MA1-01, MA1-02, MA1-03, MA2-01, MA2-02 dan MA2-03 didapat grafik pertumbuhan sel yang dapat dilihat pada Gambar 5. Dari tabel 2 dan gambar 5 dapat dilihat bahwa waktu optimum pertumbuhan
Gambar 3. Profil pertumbuhan sel endofitik kulit kayu raru
mikroba
0,012 0,0154 0,0317 0, 0654 0,0403 0, 0405 0,0330
0,1105 0,1200 0,1523 0, 2332 0,1614 0, 1594 0,1523
0,0030 0,0054 0,0169 0, 0209 0,0520 0, 0245 0,0191
mikroba MA1-01, ,MA1-03, MA2-01 dan MA2-03 dalam media NB adalah 36 jam. Sedangkan waktu optimal pertumbuhan mikroba MA1-02 dan MA202 adalah 48 jam dalam media NB. Nilainilai inilah yang digunakan dalam penambahan inokulum mikroba ke media fermentasi untuk menghasilkan etanol. Fermentasi hidrolisat onggok dengan menggunakan mikroba endofitik Tujuan dari proses ini adalah untuk melihat kemampuan masing-masing mikroba isolat menghasilkan etanol. Proses ini didasarkan pada waktu pertumbuhan optimal sel masing-masing mikroba yang telah diketahui, untuk mengetahui kapan mikroba isolat tersebut ditambahkan ke dalam media fermentasi. Media fermentasi ini menggunakan substrat hidrolisat onggok pH dua yang dinaikkan pHnya hingga lima. Media fermentasi ini ditambahkan inokulum MA1-01, MA1-02, MA1-03, MA2-01, MA2-02 dan MA2-03 sebanyak 10% dan diinkubasi selama tiga hari. Setelah itu dihitung kadar etanol yang dihasilkan dan gula reduksi yang digunakan dalam proses fermentasi. Analisis kadar etanol Dalam analisis ini digunakan kurva standar oksidasi yang dibuat berdasarkan pada larutan etanol dengan kadar 0, 5, 10, 15, 20 dan 25 %. Masing-masing larutan tersebut dioksidasi dengan K2Cr2O7 dalam suasana asam dan diukur pada λ 414 nm. berdasarkan A dari larutan tersebut, didapat Semirata 2013 FMIPA Unila |261
Muhamad Amin dkk: Fermentasi Hidrolisat Onggok Dengan Menggunakan Mikroba Endofitik
Tabel 2. Absorbansi oksidasi etanol dengan K2Cr2O7. Larutan Etanol (%) 0 5 10 15 20 25
Pertumbuhan mikroba (abs) 0,0998 0,1024 0,1038 0,1044 0,1062 0,108
A yang disajikan dalam Tabel tiga dan Gambar enam berikut. Data yang diperoleh didapatkan nilai a = 0,10031 dan b = 0,00030286 sehingga persamaan garis menjadi y= 0,00030286x + 0,10031. Gambar 7 menunjukkan adanya proses oksidasi terjadi pada distilat yang dihasilkan dari hasil fermentasi hidrolisat onggok oleh mikroba MA2-02. Nilai A yang diukur pada λ 414 nm ,1 5 . Hasil fermentasi dari semua mikroba kemudian didistilasi pada suhu 80º C. Distilat yang diduga mengandung etanol dioksidasi menggunakan K2Cr2O7 0,1 N dalam suasana asam dan dipanaskan hingga terjadi perubahan warna dari jingga menjadi hijau dan berbau aldehida. Gambar 5 ialah hasil dari oksidasi masing-masing distilat.
Gambar 5. Hasil oksidasi distilat dari fermentasi hidrolisat onggok
Gambar 6. Interpolasi nilai A distilat MA2-02 dengan kurva standar oksidasi etanol dengan K2Cr2O7
dari hasil distilasi sebesar 15,4857 % dan grafik yang menunjukkan konsentrasi etanol dapat dilihat pada Gambar delapan.
Gambar 4. Kurva standar oksidasi etanol dengan K2Cr2O7
Nilai ini kemudian diinterpolasikan pada persamaan kurva standar oksidasi etanol. Berdasarkan persamaan ini, didapat konsentrasi etanol
262|Semirata 2013 FMIPA Unila
Analisis gula reduksi dengan metode DNS Dalam analisis ini digunakan kurva standar DNS yang dibuat berdasarkan larutan glukosa dengan kadar 0; 0,2; 0,4; 0,8; 1; 1,2 dan 1,4 mg/mL. Masing-masing larutan tersebut direaksikan dengan DNS dan diukur pada λ 414 nm. berdasarkan Tabel 3. Absorbansi DNS pada berbagai konsentrasi untuk menentukan kurva standar glukosa.
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
Konsentrasi Glukosa (mg/mL)
Absorbansi (λ 510)
0
0,3818
0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4
0,4756 0,6025 0,7783 0,8932 1,0589 1,2234 1,4559
A dari larutan tersebut, didapat A yang disajikan dalam Tabel empat dan Gambar sembilan berikut. Data yang diperoleh didapatkan nilai a = 0,328 dan b = 0,0,758 sehingga persamaan garis menjadi y= 0,758x + 0,328 Analisis gula reduksi dilakukan terhadap hidrolisat onggok sebelum dan sesudah difermentasi oleh MA2-02 pada 72 jam yang positif mengandung etanol. Contoh ditambahkan dengan DNS dan diukur absorbansinya pada λ 51 nm. Berikut gambar dari hasil gula reduksi
Contoh sebelum difermentasi yang direaksikan dengan DNS dan diukur dengan λ 51 nm didapat nilai sebesar ,8161 dan diinterpolasikan pada persamaan kurva standar DNS didapat gula reduksi sebesar 0,6439 mg/mL. Pada contoh setelah fermentasi, didapat nilai A sebesar 0,328 dan diinterpolasikan ke dalam persamaan kurva standar DNS tidak didapat gula reduksi yang tersisa dari hasil fermentasi hidrolisat onggok. Dengan demikian, kemampuan mikroba MA2-02 untuk menghasilkan alkohol dengan konsentrasi 15,4857% membutuhkan gula reduksi degan konsentrasi sebesar 0,6439 mg/mL. KESIMPULAN Dari serangkaian kegiatan isolasi dan penapisan pada medium NA didapat enam mikroba, yaitu MA1-01, MA1-02, MA1-03, MA2-01, MA2-02 dan MA2-03. Mikroba endofitik yang terdapat pada kulit kayu raru memiliki bentuk dan ukuran yang beraneka ragam. Waktu Pertumbuhan optimum sel pada medium NB diperoleh waktu optimal dari mikroba MA1-01, ,MA1-03, MA2-01 dan MA2-03 adalah 36 jam, sedangkan mikroba MA1-02 dan MA2-02 adalah 48 jam. Fermentasi hidrolisat onggok dengan mikroba MA2-02 mengandung etanol.dengan konsentrasi 15,4857 %. Berdasarkan dari analisis gula reduksi hasil fermentasi hidrolisat onggok dengan mikroba MA2-02, mikroba MA2-02 memerlukan gula reduksi sebesar 0,6439 mg/mL untuk menghasilkan etanol dengan konsentrasi 15,4857%..
Gambar 7. Kurva standar DNS
UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih kepada segenap DAFTAR PUSTAKA
Gambar 8. Hasil analisis contoh sebelum dan sesudah fermentasi
Balai Pusat Statistik Indonesia. 2010. http://www.bps.go.id/. Lampung dalam Angka: Tanaman Pangan di Provinsi
Semirata 2013 FMIPA Unila |263
Muhamad Amin dkk: Fermentasi Hidrolisat Onggok Dengan Menggunakan Mikroba Endofitik
Lampung Tahun 2005 – 2010. Diakses pada tanggal 20 juni 2012 pukul 19.15 WIB Pandey, A., Soccol, C. R., Ningam, P. dan Soccol, V. T. 2000. Biotechnological potential of agro – industrial residues : II cassava bagasse. J. Bioresource Technology. 74, pp 81 – 87. Trisnawati, E. And Irwan, G S., 2008. Pengaruh Ultrasonifikasi Terhadap Hidrolisis Pati Dan Onggok Serta Kaitannya Dengan Fermentasi Menggunakan Kulit Kayu Tanaman
264|Semirata 2013 FMIPA Unila
Raru (Garcinia Mangostana) Skripsi. Universitas Lampung. Lampung Tan, R.X., dan W.X. Zou. 2001. ―Endophytes : a rich source of functional metabolites‖. Nat. Prod. Rep. 18: 448459 Ting A.S.Y., S.W. Mah dan C.S. Tee. 2010. ―Identification of Volatile Metabolites from Fungal Endophytes with Biocontrol Potential towards Fusarium oxysporum F. sp. cubense Race 4‖. A. J. of Agri.and Bio. Sci. 5 (2): 177-182