UJI RANSUM BERBASIS PELEPAH DAN DAUN SAWIT, JERAMI PADI DAN JERAMI JAGUNG FERMENTASI TERHADAP BOBOT LEMAK SAPI PERANAKAN ONGOLE
SKRIPSI
OLEH: SUDIANTO HUTASOIT 030306038
DEPERTEMEN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009
Sudianto Hutasoit : Uji Ransum Berbasis Pelepah Dan Daun Fermentasi Terhadap Bobot Lemak Sapi Peranakan Ongole, 2009.
Sawit, Jerami Padi Dan Jerami Jagung
UJI RANSUM BERBASIS PELEPAH DAN DAUN SAWIT, JERAMI PADI DAN JERAMI JAGUNG FERMENTASI TERHADAP BOBOT LEMAK SAPI PERANAKAN ONGOLE SKRIPSI
OLEH :
SUDIANTO HUTASOIT 030306038 Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Pada Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan
DEPARTEMEN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009
Sudianto Hutasoit : Uji Ransum Berbasis Pelepah Dan Daun Fermentasi Terhadap Bobot Lemak Sapi Peranakan Ongole, 2009.
Sawit, Jerami Padi Dan Jerami Jagung
Judul Penelitian : Uji ransum berbasis pelepah dan daun sawit, jerami padi dan jerami jagung fermentasi terhadap bobot lemak sapi peranakan ongole. Nama
: Sudianto Hutasoit
Nim
: 030306038
Departemen
: Peternakan
Program studi
: Produksi Ternak
Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing
(Prof .Dr.Ir.Hasnudi, MS) Ketua
(Ir.Roeswandy) Anggota
Mengetahui
(Prof. Dr.Ir.Zulfikar Siregar, MP) Ketua Departemen Peternakan
Sudianto Hutasoit : Uji Ransum Berbasis Pelepah Dan Daun Fermentasi Terhadap Bobot Lemak Sapi Peranakan Ongole, 2009.
Sawit, Jerami Padi Dan Jerami Jagung
ABSTRACT
The objective of research would be to test the comparison of three types of concentrate consisting of palm oil industrial by – product and agricultural waste fermented with Phanerochaete chryososphorium ( Pc) on fat weight of breeding cow ongole. This research used complete random sampling with 3 treatments and 2 replication, treatments P1 = the fermented palm oil stem, P2 = fermented rice straw P3 = fermented corn straw and each replication consisted of cow, average age 1,5 – 2 years and initial a life weight x = 206, 89 ± 30,84 The result of research indicated that the aplication of three types of concentrate in breeding cow ongole, statistically did not indicate the significant effect or difference on fat weight, subcutanneous, weight of kidney fat, weight of heart fat , weight of pelvic fat and percentage of internal fat. It could be concluded that the application of concentrate from palm oil industrial by – product and agricultural waste fermented with Phanerochaete chryososphorium indicate the same effect on weight of subcutanous fat, weight of kidney fat, weight of heart fat, weight of pelvic fat and percentage of internal fat of breeding cow ongole. Keywords : Palm oil industrial by – product, agricultural waste, the breeding cow ongole.
Sudianto Hutasoit : Uji Ransum Berbasis Pelepah Dan Daun Fermentasi Terhadap Bobot Lemak Sapi Peranakan Ongole, 2009.
Sawit, Jerami Padi Dan Jerami Jagung
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji perbandingan tiga macam konsentrat yang terdiri atas hasil sampingan industri kelapa sawit dan limbah pertanian yang difermentasikan dengan Phanerochaete chryososphorium terhadap bobot lemak sapi perenakan ongole. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga macam perlakuan dan 2 ulangan , dimana perlakuan P1 = ransum pelepah daun kelapa sawit fermentasi, P2 = Ransum jerami padi fermentasi dan P3 = ransum jerami jagung fermentasi dan setiap ulangan terdiri dari 1 ekor ternak dengan bobot hidup awal x = 206,89 ± 30,84 kg dan umur rata-rata x = 1,5 -2,5 tahun. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa penggunaan ketiga macam konsentrat pada sapi peranakan ongole secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap bobot lemak subkutan, bobot lemak ginjal, bobot lemak jantung, bobot lemak pelvik serta persentase lemak internal . Jadi dapat disimpulkan bahwa penggunaan konsentrat dari hasil sampingan industri kelapa sawit dan limbah pertanian yang difermentasikan dengan Phanerochaete chryososphorium memberikan pengaruh yang sama terhadap bobot lemak subkutan, bobot lemak ginjal, bobot lemak jantung, bobot lemak pelvik serta fersentase lemak internal sapi peranakan ongole. Kata kunci : Hasil sampingan industri kelapa sawit, limbah pertanian, sapi peranakan ongole.
Sudianto Hutasoit : Uji Ransum Berbasis Pelepah Dan Daun Fermentasi Terhadap Bobot Lemak Sapi Peranakan Ongole, 2009.
Sawit, Jerami Padi Dan Jerami Jagung
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Sudianto Hutasoit dilahirkan di Siborong- borong Tapanuli Utara tanggal 21 Februari 1984 dari Bapak H. Hutasoit dan Ibu T. Lumbantoruan . Pendidikan yang pernah ditempuh hingga saat ini : -
Tahun 1991 masuk Sekolah Dasar No 173276 Siborong-borong
-
Tahun 1997 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 3 Siborongborong
-
Tahun 2000 masuk Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Siborong-borong
-
Tahun 2003 diterima sebagai mahasiswa Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur SPMB
Kegiatan yang pernah diikuti -
Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan ( PKL) di PTPN IV Kebun Dolok Ilir Afdeling II Kecamatan Serbelawan Kabupaten Simalungun.
-
Melaksanakan Penelitian di PTPN IV Kebun Laras Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun.
-
Sebagai wakil ketua Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) komisariat pertanian periode 2006-2007
-
Sebagai wakil ketua Ikatan Mahasiswa USU asal Siborong-borong periode 2005-2006
-
Sebagai anggota Kebaktian Mahasiswa Kristen (KMK) Unit Pelayanan Fakultas Pertanian USU
Sudianto Hutasoit : Uji Ransum Berbasis Pelepah Dan Daun Fermentasi Terhadap Bobot Lemak Sapi Peranakan Ongole, 2009.
Sawit, Jerami Padi Dan Jerami Jagung
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun judul dari skripsi ini adalah ”Uji ransum berbasis pelepah dan daun sawit, jerami padi dan jerami jagung fermentasi terhadap bobot lemak sapi peranakan ongole” yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Depertemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Pada kesempatan ini penulis ini banyak mengucapkan terima kasih kepada bapak Prof. Dr.Ir.Hasnudi, MS, selaku ketua ketua komisi pembimbing dan kepada Bapak Ir.Roeswandy selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan saran-saran maupun dorongan serta informasi yang penting bagi penulis. Penulis menyadari banyak kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih.
Medan, Maret 2003
Penulis
Sudianto Hutasoit : Uji Ransum Berbasis Pelepah Dan Daun Fermentasi Terhadap Bobot Lemak Sapi Peranakan Ongole, 2009.
Sawit, Jerami Padi Dan Jerami Jagung
DAFTAR ISI
ABSTRACT ABSTRAK DAFTAR RIWAYAT HIDUP KATA PENGANTAR ......................................................................................i DAFTAR ISI ....................................................................................................ii DAFTAR TABEL ............................................................................................iv
PENDAHULUAN ............................................................................................1 Latar belakang ...................................................................................................1 Tujuan penelitan ...............................................................................................3 Hipotesa penelitian ............................................................................................3 Kegunaan penelitian...........................................................................................4 TINJAUAN PUSTAKA Ternak sapi ........................................................................................................5 Sapi ongole ........................................................................................................5 Pertumbuhan tubuh sapi .....................................................................................6 Pencernaan pada ternak ruminansia ....................................................................7 Pakan ruminansia ...............................................................................................8 Pakan sapi ..........................................................................................................9 Produk sampingan pengolahan kelapa sawit ......................................................10 Pakan dari limbah pertanian ...............................................................................15 Bahan Pakan Pelengkap .....................................................................................19 Fermentasi .........................................................................................................20 Phanirochaete chryrososporium .........................................................................21 Daging ..............................................................................................................22 Lemak
...................................................................................................23
Persentase lemak ginjal, jantung dan pelvik .......................................................24 Teknik pemotogan ternak ...................................................................................25
Sudianto Hutasoit : Uji Ransum Berbasis Pelepah Dan Daun Fermentasi Terhadap Bobot Lemak Sapi Peranakan Ongole, 2009.
Sawit, Jerami Padi Dan Jerami Jagung
BAHAN DAN METODE PENELITIAN ........................................................27 Tempat dan waktu penelitian .............................................................................27 Bahan dan alat penelitian ...................................................................................27 Bahan .....................................................................................................27 Alat ........................................................................................................27 Metode penelitian ..............................................................................................28 Parameter penelitian...........................................................................................30 Pelaksanaan penelitian .......................................................................................30 Persiapan kandang .............................................................................................30 Pengacakan sapi .................................................................................................30 Formulasi pakan yang dipakai. ...........................................................................31 Pemberian ransum dan minum ...........................................................................31 Pemberian obat-obatan.......................................................................................31
HASIL DAN PEMBAHASAN.........................................................................32 Hasil ..................................................................................................................32 Bobot lemak subcutan ...............................................................................32 Bobot lemak ginjal ...................................................................................32 Bobot lemak pelvik ...................................................................................33 Bobot lemak jantung .................................................................................34 Persentase lemak internal ..........................................................................35 Pembahasan .......................................................................................................35 Rekapitulasi hasil penelitian ...............................................................................38
KESIMPULAN DAN SARAN.........................................................................39 Kesimpulan........................................................................................................39 Saran .................................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Sudianto Hutasoit : Uji Ransum Berbasis Pelepah Dan Daun Fermentasi Terhadap Bobot Lemak Sapi Peranakan Ongole, 2009.
Sawit, Jerami Padi Dan Jerami Jagung
DAFTAR TABEL
1.Kebutuhan Zat gizi
untuk pertumbuhan – penggemukan pedet dan sapi muda
jantan (dasar bahan kering )/ hari ....................................................................10 2. Kandungan nilai giji pelepah dan daun kelapa sawit .......................................11 3. Kandungan nilai gizi lumpur sawit .................................................................12 4. Kandungan nilai gizi bungkil inti sawit ..........................................................13 5.Komposisi nutrisi produk ikutan tanaman dan pengolahan kelapa sawit ..........15 6. Kandungan nilai gizi jerami padi ....................................................................16 7. Kandungan nilai gizi dedak padi ....................................................................17 8. Kandungan nilai gizi jerami jagung ................................................................17 9. Kandungan nilai gizi onggok..........................................................................18 10 .Kandungan nilai gizi molases .......................................................................18 11. Kandungan beberapa miniral dalam ultra mineral .........................................20 12. Rataan bobot lemak subkutan ......................................................................32 13. Rataan bobot lemak ginjal ............................................................................33 14. Rataan bobot lemak pelvik ...........................................................................33 15. Rataan bobot lemak jantung. ........................................................................34 16. Rataan persentase lemak internal .................................................................35 17. Analisa keragaman bobot lemak subkutan ....................................................35 18. Analisa keragaman bobot lemak ginjal .........................................................36 19. Analisa keragaman bobot lemak pelvik ........................................................36 10. Analisa keragaman bobot lemak jantung. .....................................................36 21.Analisa keragaman persentase lemak internal ...............................................36
Sudianto Hutasoit : Uji Ransum Berbasis Pelepah Dan Daun Fermentasi Terhadap Bobot Lemak Sapi Peranakan Ongole, 2009.
Sawit, Jerami Padi Dan Jerami Jagung
PENDAHULUAN
Latar belakang Untuk memenuhi kebutuhan pakan dan gizi masyarakat Indonesia khususnya kebutuhan protein yang berasal dari daging, maka sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan pertanian yang harus dikembangkan. Dengan demikian peluang pasarnya selalu tersedia setiap saat dan permintaannya selalu meningkat setiap tahun seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan meningkatnya pendapatan masyarakat. Namun pengembangannya sebagai salah satu ternak potong masih mengalami hambatan terutama dalam pemberian pakan. Dalam usaha peternakan pakan merupakan salah satu aspek yang penting. Salah satu usaha peternakan ditetukan oleh kondisi pakan yang diberikan. Ketersediaan bahan pakan ternak akhir-akhir ini terasa semakin sulit karena makin meningkatnya harga pakan ternak dan pengembangan produksi hijauan terbentur pada masalah lahan karena meningkatnya penggunaan lahan untuk keperluan pangan dan perumahan. Oleh sebab itu dicari pakan pengganti yang potensial bagi ternak dan mampu menggantikan sebagian
atau seluruh
hijauan, harganya murah jumlahnya banyak dan tersedia sepanjang tahun. Berbagai hasil ikutan pertanian dapat dijadikan sumber makanan ternak misalnya hasil limbah pertanian dan perkebunan. Limbah hasil pertanian yang banyak digunakan sebagai pakan ternak ruminansia adalah jerami padi, dedak padi, bungkil kelapa, molases, ampas
tahu, dan jagung, sedang limbah
perkebunan antara lain bungkil inti sawit, lumpur sawit, pelepah dan daun sawit, Sudianto Hutasoit : Uji Ransum Berbasis Pelepah Dan Daun Fermentasi Terhadap Bobot Lemak Sapi Peranakan Ongole, 2009.
Sawit, Jerami Padi Dan Jerami Jagung
namun limbah ini memiliki keterbatasan. Beberapa keterbatasan antara lain kualitasnya yang rendah, serat kasarnya tinggi. Kelemahan bahan pakan ini dapat diatasi dengan pengolahan dan perlakuan secara biologi sehingga dapat dimamfaatkan sebagai pakan ternak yang potensial. Untuk meningkatkan kualitas bahan pakan yang berasal dari limbah pertanian dan perkebunan dapat dilakukan fermentasi. Tujuan dari usaha peternakan sapi potong adalah menghasilkan karkas dengan bobot yang tinggi
(kuantitas) serta kualitas karkas dan daging yang
optimal, baik bagi produsen, konsumen dan pihak- pihak lain yang berkaitan dalam industri daging. Seekor sapi dianggap baik dapat dinilai bila menghasilkan karkas dengan kualitas dan kuantitas yang optimal dengan melakukan penilaian karkas.Penilaian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi jumlah daging yang terdapat pada karkas. Nilai seekor ternak potong ditentukan oleh beberapa faktor. Faktor yang terpenting diantaranya adalah persentase bobot karkas, banyaknya proporsi karkas yang bernilai tinggi, ratio daging, kadar dan distribusi lemak karkas, serta mutu dagingnya. Faktor-faktor tersebut akan dipengaruhi oleh: bangsa ternak, umur, pakan, dan cara pemeliharaan. Lebih mendasar dapat kita lihat bahwa konsumen lebih memilih daging yang lebih banyak dibandingkan dengan tulang, disamping hal-hal lain. Faktor yang diperhitungkan dalam memperkirakan jumlah daging dari suatu karkas atau kualitas hasil utuh daging sapi meliputi : ketebalan lemak subkutan, luas area mata rusuk, persen lemak yaitu : lemak ginjal, lemak pelvik dan lemak jantung terhadap berat karkas.
Sudianto Hutasoit : Uji Ransum Berbasis Pelepah Dan Daun Fermentasi Terhadap Bobot Lemak Sapi Peranakan Ongole, 2009.
Sawit, Jerami Padi Dan Jerami Jagung
Penilaian karkas pada sapi potong dapat dilakukan secara subyektif dan obyektif. Penilaian subyektif didasarkan pada visual karkas
yang meliputi
penilaian konformasi, penilaian akhir dan penilaian kualitas. Penilaian konformasi dapat dilihat dengan melihat keaadan perdagingan, terutama pada rencahan. Penilaian finis dilakukan dengan menilai keadaan deposisi perlemakan karkas pada empat tipe yaitu : eksternal, yaitu perlemakan yang terdapat diluar karkas, dibawah kulit (subkutan), internal yaitu : perlemakan yang terdapat pada jeroan, ginjal, pelvik dan jantung, intermuskuler yaitu perlemakan yang terdapat diantara daging, intramuskuler yaitu perlemakan yang terdapat diantara serabut daging (Santosa U., 2006) Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk menguji pengaruh pemberian pakan pelepah dan daun sawit, jerami padi dan jerami jagung yang difermentasikan dengan Phanerochaete chryososphorium terhadap bobot lemak, persentase lemak internal sapi peranakan ongole fase penggemukan. Tujuan Penelitian Untuk menguji pengaruh pemberian pakan pelepah dan daun sawit, jerami padi, dan jerami jagung yang difermentasikan dengan Phanerocchaete chryososporium terhadap bobot lemak, persentase lemak internal sapi peranakan ongole fase penggemukan.
Hipotesis Penelitian Pemberian pakan pelepah sawit, jerami padi dan jerami jagung yang difermentasikan dengan Phanerochaete chryososphorium memberikan pengaruh yang sama terhadap bobot lemak sapi peranakan ongole selama penggemukan.
Sudianto Hutasoit : Uji Ransum Berbasis Pelepah Dan Daun Fermentasi Terhadap Bobot Lemak Sapi Peranakan Ongole, 2009.
Sawit, Jerami Padi Dan Jerami Jagung
Kegunaan Penelitian - Memberikan informasi bagi peternak dalam pengembangan usaha
peternakan.
- Sebagai bahan informasi bagi ilmu pengetahuan dan pendidikan khususnya dalam bidang ilmu peternakan. - Sebagai bahan informasi bagi peternak khususnya peternak sapi potong tentang pemanfaatan hasil sampingan industri kelapa sawit dan limbah pertanian melalui fermentasi dengan menggunakan Phanerochaete chryososphorium.
Sudianto Hutasoit : Uji Ransum Berbasis Pelepah Dan Daun Fermentasi Terhadap Bobot Lemak Sapi Peranakan Ongole, 2009.
Sawit, Jerami Padi Dan Jerami Jagung
TINJAUAN PUSTAKA
Ternak Sapi Ternak sapi dapat digolongkan menjadi tiga kelompok Bos indicus ( Zebu sapi berponok ), Bos taurus bangsa sapi yang menurunkan bangsa-bangsa sapi potong dan perah di Eropa, Bos sondaicus ( Bos bibos). Dewasa ini kita kenal dengan nama Sapi Bali, Sapi madura, Sapi Jawa dan Sapi lokal lainnya (Sugeng, 2000). Sapi Ongole Jenis sapi yang lazim di Sumatera Utara adalah Peranakan Ongole (PO). Kemudian melalui kebijaksanaan pemerintah disebarkan sapi jenis brahman, sapi Bali dan sapi Madura. Umumnya ternak tersebut dipakai sebagai tenaga kerja untuk membajak sawah. Untuk lahan berat (berlumpur dalam) digunakan sapi PO dan brahman, sedangkam lahan yang ringan dan kering biasanya dipergunakan sapi Bali dan sapi Madura (Williamson dan Payne, 1993). Sapi PO adalah hasil perkawinan silang (Cross Breding) dari sapi ongole dengan sapi lokal asli. Hasil dari turunannya cenderung mendekati sapi ongole dan kini banyak menyebar seluruh wilayah Indonesia. Sifat-sifat dari sapi Peranakan Ongole adalah tenaganya yang kuat, daya tahan terhadap panas tinggi (suhu 17,9 derajat celcius - 40,4 derajat celcius). Sapi PO di daerah dengan ratarata curah hujan 762 mm pertahun (termasuk kering), tidak melakukan pemeliharaan yang sulit serta dapat memamfaatkan bahan-bahan yang berserat kasar tinggi seperti jerami dan alang-alang (Anonimous, 1995).
Sudianto Hutasoit : Uji Ransum Berbasis Pelepah Dan Daun Fermentasi Terhadap Bobot Lemak Sapi Peranakan Ongole, 2009.
Sawit, Jerami Padi Dan Jerami Jagung
Menurut Dinas Peternakan ( 1994), ciri-ciri sapi peranakan ongole adalah sebagai berikut: - putih. - pada bagian kepala dan gumba sapi jantan berwarna keabu-abuan. - Mempunyai gelambir dari rahang hingga bagian ujung tulang dada. - Berat badan mendekati sapi ongole (sapi jantan 615 kg, sapi betina 425 kg). Pertumbuhan Tubuh Sapi Pertumbuhan dapat dipengaruhi beberapa faktor antara lain : Faktor genetis atau keturunan, faktor lingkungan seperti iklim dan tata laksana. Faktor keturunan ini lebih membatasi kemungkinan pertumbuhan dan besarnya tubuh yang bisa mencapai sedangkan lingkungan seperti pemberian pakan, pencegahan dan pemberantasan penyakit serta tata laksana akan menentukan tingkat pertumbuhan dalam mencapai kedewasaan (Sugeng, 1995). Proses pertumbuhan yang dialami ternak sapi ini dimulai sejak awal terjadinya pembuahaan hingga
pedet itu lahir dan dilanjutkan sampai sapi
dewasa. Pertumbuhan saat pembuahan, kemudian agak cepat pada saat menjelang kelahiran. Sesudah pedet lahir pertumbuhan semakin cepat hingga usia penyapihan. Dari usia penyapihan hingga usia pubertas laju pertumbuhan bertahan pesat. Akan tetapi dari usia pubertas hingga usia jual pertumbuhannya mulai menurun hingga usia dewasa dan akhirnya berhenti. Pertumbuhan ini berhenti pada saat sapi telah mencapai kedewasaan. Sapi tropis pada umur 4 tahun, sapi Eropa umur 3 tahun.
Sudianto Hutasoit : Uji Ransum Berbasis Pelepah Dan Daun Fermentasi Terhadap Bobot Lemak Sapi Peranakan Ongole, 2009.
Sawit, Jerami Padi Dan Jerami Jagung
Bobot badan ( kg )
> 625 425 - 625 260
Umur Jual
Dewasa
Umur Pubertas Penyapihan 143 > 24 Kelahiran 0 - 23
Pertumbuhan
umur (bulan)
0 -9 0 6-7 18-23 sebelum lahir Grafik: Pertumbuhan Sapi Sumber: Ismed Pane (1993)
24
> 25
Pertumbuhan tubuh secara keseluruhan adalah hasil dari pertumbuhan bagian-bagian tubuh yang berbeda-beda. Rangka atau tulang tumbuh cepat dalam waktu yang singkat sesudah hewan dilahirkan yang kemudian turun lagi, setelah baru diikuti pertumbuhan otot-otot dan terakhir adalah lemak.. Pertumbuhan lemak terjadi sesudah hewan mencapai kedewasaan tubuh yakni sesudah pertumbuhan jaringan tulang dan otot selesai kemudian di ikuti pertumbuhan lemak oleh karena itu sapi yang dipotong pada usia muda 1,5-2,5 tahun persentase dagingnya lebih tinggi sebab belum banyak tertimbun lemak (Sugeng, 2000). Pencernaan Pada Ternak Ruminansia Ternak ruminansia berbeda dengan ternak mamalia lainnya, karena mempunyai lambung beruas-ruas, yaitu abomasum dan lambung maka yang membesar yang mempunyai tiga ruangan yaitu rumen, retikulum dan omasum. Pada ternak ruminansia muda retikulumnya masih kecil dan belum berkembang Sudianto Hutasoit : Uji Ransum Berbasis Pelepah Dan Daun Fermentasi Terhadap Bobot Lemak Sapi Peranakan Ongole, 2009.
Sawit, Jerami Padi Dan Jerami Jagung
kemudian bila ternak muda tersebut mulai makan-makanan padat, terutama hijauan maka bagian retikulumnya mulai membesar dengan cepat. Ukuran daya tampung makanan mencapai 60-65 % dari seluruh saluran pencernaan reaktif (Tilmen dkkl, 1991). Menurut Sutardi (1980) pencernaan pada ternak ruminansia terjadi secara : mekanis (dalam mulut), fermentatif (oleh mikroba rumen), hidrolitik (oleh enzim pencernaan hewan induk semang). Proses pencernaan pada ruminansia tersebut sangat kompleks hewan ruminansia melakukan proses memamah biak (ruminasi) yang meliputi proses didalam mulut, penelanan, pencernaan didalam lambung muka, di ikuti oleh proses regurgitasi ingesta yang telah dicerna sebagian didalam lambung dan kedalam mulut lagi. Di dalam rongga mulut ingesta tersebut akan mengalami penguyahan ulang, regurgitasi dan pemberian ulang air liur (salivasi). Pakan Ruminansia Setiap hewan ternak membutuhkan unsur-unsur pakan yang memenuhi syarat. Unsur-unsur yang dimaksud meliputi protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin-vitamin dan air. Unsur tersebut didalam tubuh hewan berguna untuk memenuhi kebutuhan pokok hidup. Jika kebutuhan pokok masih ada kelebihan maka kelebihan itu dipergunakan untuk pertumbuhan atau disimpan dalam bentuk lemak dan daging, sebaliknya bila hewan ternak kekurangan pakan dan kasus ini berlangsung lama dan berkepanjangan tubuh akan lebih mengutamakan kebutuhan pokok hidup. Jika kebutuhan sapi tidak terpenuhi maka kelebihan zat-zat pakan atau cadangan tadi akan dimobilisasikan sebagai bahan bakar guna pemenuhan energi didalam kebutuhan pokok hidup yang harus dipertahankan. Jika hal ini
Sudianto Hutasoit : Uji Ransum Berbasis Pelepah Dan Daun Fermentasi Terhadap Bobot Lemak Sapi Peranakan Ongole, 2009.
Sawit, Jerami Padi Dan Jerami Jagung
terjadi pada sapi yang digemukkan hasil penimbunan lemak atau daging akan menjadi semakin tipis (Sugeng, 2000). Pakan diartikan sebagai suatu atau beberapa jenis bahan pakan yang diberikan untuk seekor ternak selama sehari semalam. Pakan harus memenuhi zat gizi yang dibutuhkan ternak untuk berbagai fungsi tubuhnya. Bahan pakan ternak ruminansia pada umumnya digolongkan menjadi tiga yaitu pakan hijauan, pakan penguat dan pakan tambahan. Pemberikan pakan berupa kombinasi hijauan dan konsentrat akan memberi peluang terpenuhinya zat-zat gizi. Namun apabila pakan dari hijauan produksinya sulit dicapai, sedangkan pemberian pakan yang hanya terdiri dari konsentrat saja akan memungkinkan tercapainya produksi yang tinggi, tapi biasanya pakannya relatif mahal dan kemungkinan bisa terjadi gangguan pencernaan (Siregar, 1994). Pakan Sapi Pemberian pakan terhadap ternak sapi potong harus dilakukan secara kontinu sepanjang waktu. Sebab bila tidak dilakukan akan menimbulkan guncangan terhadap sapi-sapi tersebut sehingga pertumbuhannya terganggu. Pertumbuhan sapi-sapi yang dipelihara di daerah tropis sering mengalami pertambahan bobot badan yang sangat cepat, namun pada saat musim kemarau pertumbuhan dan pertambahan berat badannya menurun drastis akibatnya pertumbuhannya terhambat. Sapi yang sudah dewasa berat badannya menurun / kurus, fertilitasnya menurun dan persentase karkasnya juga sangat rendah (AAK, 1991).
Sudianto Hutasoit : Uji Ransum Berbasis Pelepah Dan Daun Fermentasi Terhadap Bobot Lemak Sapi Peranakan Ongole, 2009.
Sawit, Jerami Padi Dan Jerami Jagung
Tabel 1. Kebutuhan zat gizi untuk pertumbuhan – penggemukkan pedet dan sapi sapi muda jantan (dasar bahan kering)/hari Berat (kg)
Tambahan berat (kg)
100
0,00 0,70 1,10 0,00 0,70 1,10 0,00 0,70 1,10 0,00 0,90 1,30 0,00 0,90 1,30 0,00 0,90 1,30 0,00 1,00 1,30 0,00 1,00 1,30
150
200
250
300
350
400
450
Makanan kasar (%) 100 50-60 15 100 50-60 15 100 70-80 15 100 45-50 15 100 55-65 15 100 45-55 15 100 45-55 15 100 45-55 15
Protein kasar (%) 8,70 14,80 18,20 8,70 12,60 15,60 8,50 10,80 13,60 8,50 11,10 12,70 8,6 10,00 11,70 8,50 10,00 10,80 8,50 9,40 10,40 8,50 9,30 10,40
TDN (%)
ME (Mcal/kg)
Ca (%)
P (%)
55 70 86 55 70 86 55 64 86 55 72 86 55 83 55 72 83 55 72 86 55 72 72 86
2,00 2,50 3,10 2,00 2,50 3,10 2,00 2,30 3,10 2,00 2,60 3,10 2,00 2,50 3,00 2,00 2,60 3,00 2,00 2,60 3,10 2,00 2,60 3,10
0,18 0,70 1,04 0,18 0,46 0,76 0,18 0,32 0,59 0,18 0,35 0,50 0,18 0,27 1,41 0,18 0,25 0,32 0,18 0,22 0,29 0,18 0,19 0,26
0,18 0,48 0,70 0,18 0,36 0,54 0,18 0,28 0,43 0,18 0,31 0,38 0,18 0,23 0,32 0,18 0,22 0,28 0,18 0,21 0,26 0,18 0,19 0,25
Sumber: NRC (1995)
Hasil Ikutan Pengolahan Kelapa Sawit Pelepah dan Daun Sawit Daun kelapa sawit bila dilihat dari kandungan protein kasarnya maka biasa dijadikan sebagai sumber protein dalam makanan ternak manapun sebagai pengganti sumber protein yang harganya relatif mahal. Menurut Sutardi (1980), kandungan serat kasarnya cukup besar sehingga mempengaruhi kecernaan bahan pakan. Sudianto Hutasoit : Uji Ransum Berbasis Pelepah Dan Daun Fermentasi Terhadap Bobot Lemak Sapi Peranakan Ongole, 2009.
Sawit, Jerami Padi Dan Jerami Jagung
Tabel 2. Kandungan nilai gizi pelepah dan daun kelapa sawit Uraian
Kandungan (%)
BK
93,4b
PK
6,5a
LK
4,47a
SK
32,55a
Minyak
14,43b
TDN
56,00a
Sumber : a. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak IPB Bogor (2000) b.Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Departemen Peternakan
FP- USU 2005
Dari analis kimia dinyatakan bahwa daun kelapa sawit tersusun dari 70 % serat dan 22 % karbohidrat yang dapat larut dalam bahan kering. Ini juga menunjukkan bahwa daun kelapa sawit dapat juga diawetkan sebagai silase dan diindikasikan bahwa kecernaan bahan kering akan bertambah 45 % dari hasil silase daun kelapa sawit segar (Hasan dan Ishada, 1991). Penggunaan daun kelapa sawit dalam pakan telah dicobakan pada sapi pedaging dan perah dan ternyata dapat diberikan sebesar 30-40 % dari keseluruhan ransum (Devendra, 1997). Lumpur Sawit Lumpur sawit merupakan buangan yang telah dihasilkan selama proses ekstrasi minyak. Untuk setiap ton hasil akhir minyak sawit akan dihasilkan antara 2-3 ton lumpur sawit. Sebagai komponen terbesar dalam bahan ini adalah air 95 %, padatan 4-5 % dan sisi minyak sebesar 0,5 -1 %. Lumpur sawit dapat dimamfaatkan sebagai bahan pakan ternak. Sebagai bahan pakan ternak, lumpur sawit dapat diberikan langsung atau setelah mendapat perlakuan. Lumpur sawit tanpa perlakuan dapat diberikan kepada ruminansia sebesar 50 % konsentrat (Hutagalung dan Jalaludin, 1982) dan dapat diberikan pada pakan beberapa ternak Sudianto Hutasoit : Uji Ransum Berbasis Pelepah Dan Daun Fermentasi Terhadap Bobot Lemak Sapi Peranakan Ongole, 2009.
Sawit, Jerami Padi Dan Jerami Jagung
antara lain sapi dan babi. Pada ternak ruminansia, bahan ini dapat diberikan sebanyak 25-30 % (Devendra, 1997). Tabel 3. Kandungan nilai gizi lumpur sawit Uraian
Jumlah %
Abu
13,9 a
PK
13,2 b
LK
13,0 a
SK
17,0 a
TDN
79,0 b
Sumber : a. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak IPB Bogor (2000) b.Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Departemen Peternakan FP-USU
Lumpur sawit merupakan hasil ikutan proses pengolahan minyak sawit yang menggunakan alat mesin exdecanter yang produksinya dalam bentuk semi padat. Kandungan proteinnya bervariasi sekitar 11-14 % dan lemaknya relatif tinggi. Lumpur sawit juga merupakan sumber energi dan mineral. Lumpur sawit lebih unggul dari dedak padi, sehingga pemakaiannya dapat menggantikan 30 % penggunaan dedak padi (Batubara dkk, 1993). Kandungan air yang tinggi menyebabkan produk samping ini kurang disenangi ternak. Kandungan energi yang rendah dan abu yang tinggi menyebabakan lumpur sawit tidak digunakan secara tunggal, tetapi harus disertai bahan pakan lainnya. Fermentasi diharapkan dapat mengoptimalkan penggunaan bahan pakan tersebut. Belum diketahui dengan pasti jumlah lumpur yang cukup aman dalam ransum ruminansia. Pemberian lumpur sawit dan bungkil kelapa sawit memberikan respon yang positif terhadap pertumbuhan ternak. BIS (Bungkil Inti Sawit ) Menurut Devendra (1997), BIS adalah limbah hasil ikutan dari hasil ekstrasi inti sawit.Bahan ini diperoleh dengan proses kimiawi atau cara mekanik Sudianto Hutasoit : Uji Ransum Berbasis Pelepah Dan Daun Fermentasi Terhadap Bobot Lemak Sapi Peranakan Ongole, 2009.
Sawit, Jerami Padi Dan Jerami Jagung
walaupun kandungan proteinnya agak baik tapi karena serat kasarnya tinggi dan palatibilitasnya rendah menyebabkan kurang cocok bagi ternak monogastrik dan lebih cocok pada ternak ruminansia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ransum yang komponen utamanya BIS dapat diperbaiki daya cernanya, serat kasarnya dan palatibilitasnya dengan menggunakan molases (Hutagalung, 1978) dan Silitonga (1993) menyatakan bahwa semakin tinggi persentase BIS dalam ransum maka kenaikan berat badan perhari semakin besar. Namun demikian, pemberian yang optimal dari BIS ialah 1,5 % dari berat badan ternak untuk mempengaruhi pertumbuhan ternak sapi. Tabel 4. Kandungan nilai gizi bungkil inti sawit
Sumber:
Uraian
Kandungan %
BK
92,6
PK
15,4
LK
2,4
SK
16,9
TDN
72,0
LaboratoriumIlmuMakananTernak, DepartemenPeternakan, Fakultas Pertanian USU Medan.
Bungkil kelapa sawit merupakan produk samping yang berkualitas karena mengandung protein kasar yang cukup tinggi 16-18 %. Sementara kandungan serat kasar mencapai 16%. Pemanfaatannya perlu disertai
produk samping
lainnya untuk mengoptimalkan penggunaan bungkil bagi ternak. Bungkil inti sawit juga dapat digunakan sebesar 40 % dalam konsentrat untuk penggemukan sapi yang ditambahkan 20 % konsentrat.(Batubara dkk, 1993). Bungkil inti sawit sebagai hasil ikutan dari industri minyak inti sawit sebagai bahan pakan lokal potensial untuk digunakan sebagai bahan pakan ternak, hanya permasalahannya bahan bakar lokal tersebut mengandung serat kasar yang Sudianto Hutasoit : Uji Ransum Berbasis Pelepah Dan Daun Fermentasi Terhadap Bobot Lemak Sapi Peranakan Ongole, 2009.
Sawit, Jerami Padi Dan Jerami Jagung
tinggi karena terdapat sebagian pecahan cangkang (kulit yang keras) sementara alat pencernaan unggas tidak memiliki enzim pemecah serat kasar (Sinurat et al., 1996). Hasil pengolahan kelapa sawit adalah minyak sawit (Crude Palm Oil ) dan minyak inti sawit (Palm Kernel Oil ). Hasil pengolahan ini mempunyai banyak kegunaan, baik sebagai bahan pangan atau non pangan seperti sabun.disamping hasil utama terdapat tiga jenis hasil ikutan industri pengolahan kelapa sawit yang dapat dimamfaatkan sebagai pakan ternak yaitu : bungkil inti sawit (Palm Kernel Meal ), lumpur sawit serta buah sawit (Agustin, 1991 ). Kandungan protein BIS lebih rendah dari bungkil lain, namun demikian masih banyak dijadikan sebagai sumber protein. Kandungan asam amino esensialnya cukup lengkap, imbangan kalsium dan phospornya cukup baik (Lubis, 1993) Nilai Nutrisi Hasil Ikutan Pengolahan Kelapa Sawit Kandungan dan nilai nitrisi produk ikutan kelapa sawit cukup rendah (Tabel 5). Kandungan serat kasarnya cukup tinggi, tetapi kandungan karbohidrat dalam bentuk gula mudah larut (soluble sugar) relatif cukup. Secara umum, nilai nutrisi produk samping tanaman kelapa sawit setara dengan pakan hijauan daerah tropis (Utomo, 1991). Table 5. Komposisi nutrisi produk ikutan tanaman dan pengolahan kelapa sawit. Bahan/(kal/g) BK Abu PK SK LK BETN Ca P GE Produk samping Daun 46,18 13,40 14,12 21,52 4,37 46,59 0,84 0,17 4,461 Pelepah 26,07 5,10 3,07 50,94 1,07 39,82 0,96 0,08 4,841 Solid 24,08 14,40 14,58 35,88 14,78 16,36 1,08 0,25 4,082 Bungkil 91,83 4,14 16,33 36,68 6,49 28,19 0,56 0,84 5,178 Serat Perasan 93,11 5,90 6,20 48,10 3,22 4,684 Tandan kosong 92,10 7,89 3,70 47,93 4,70 Sudianto Hutasoit : Uji Ransum Berbasis Pelepah Dan Daun Fermentasi Terhadap Bobot Lemak Sapi Peranakan Ongole, 2009.
Sawit, Jerami Padi Dan Jerami Jagung
Sumber : Utomo, 1991
Sebelum dapat dimanfaatkan sebagai pakan, maka dilakukan upaya mempertahankan dan meningkatkan kualitas nutrisi pelepah daun kelapa sawit melalui fermentasi, amoniasi, atau pemberian molases (Tobing dan Lubis, 1988). Pakan dari Limbah Pertanian Jerami padi Jerami merupakan salah satu bahan pakan ternak yang kurang bermutu. Zat-zat yang terkandung didalamnya seperti selulosa yang sebenarnya masih bisa dimanfaatkan oleh sapi terselubung oleh dinding keras, yakni silica dan lignin sehingga sulit dicerna. Nilai cernanya hanya 30 %, artinya bila dihasilkan 10 kg jerami, maka hanya 3 kg saja yang habis dicerna. Dengan bertambahnya kemajuan dipakan ternak, maka nilai cerna jerami yang rendah tadi bisa ditingkatkan menjadi lebih dari 50 % dengan cara melakukan proses pencampuran jerami tersebut dengan urea atau molasses atau juga dengan NaOH teknis atau juga dengan fermentasi. Jerami padi adalah limbah pertanian yang dapat dimamfaatkan untuk menjadi makanan ternak. Jerami adalah bagian batang, daun tumbuhan yang telah dipanen bulir-bulir buah bersama dengan tangkainya dikurangi dengan akar dan bagian batang yang tertinggal setelah disabit (Komer, 1984). Karakteristik jerami ditandai dengan kandungan protein, mineral khususnya Kalium dan Phospor, Nitrogen dan Phospat, sedangkan serat kasarnya termasuk tinggi. Menurut Kartadisastra (1997) mengakibatkan daya cernanya rendah, konsumsinya jadi terbatas, namun jerami padi masih potensial sebagai sumber energi, disamping jumlahnya yang besar dan belum dimamfaatkan secara optimal oleh masyarakat. Sudianto Hutasoit : Uji Ransum Berbasis Pelepah Dan Daun Fermentasi Terhadap Bobot Lemak Sapi Peranakan Ongole, 2009.
Sawit, Jerami Padi Dan Jerami Jagung
Tabel 6. Kandungan nilai gizi jerami padi Uraian
Nilai gizi %
BK
3,5
PK
4,5
SK
35,0
LK
1,5
TDN
43,0
Sumber : NRC 1995
Dari hasil penelitian Hadi (2006), didapatkan hasil bahwa dengan menggunakan jerami padi sebanyak 30 % di dalam campuran bahan pakan kepada domba jantan lepas sapih menunjukkan hasil konsumsi rataan yang baik, namun masih dibawah dari penggunaan rumput yang memiliki tingkat konsumsi yang paling baik, namun dari segi ekonmisnya, penggunaan bahan jerami sedikit lebih mahal dari penggunaan bahan jerami jagung dalam campuran bahan pakan. Dedak padi Dedak merupakan limbah dalam proses pengolahan gabah menjadi beras yang mengandung bagian luar, tetapi tercampur pula dengan bagian penutup beras itu. Hal inilah yang mempengaruhi tinggi atau rendahnya kandungan serat kasar dedak. Bila dilihat asal usul dedak yang merupakan limbah proses pengolahan gabah menjadi beras, wajar jika serat kasar yang dikandung dedak ini tinggi. Dedak cukup mengandung energi dan protein, juga kaya akan vitamin. Hal tersebutlah yang menyebabkan dedak dapat digunakan sebagai campuran formula pakan atau sebagai bahan pakan tambahan.
Sudianto Hutasoit : Uji Ransum Berbasis Pelepah Dan Daun Fermentasi Terhadap Bobot Lemak Sapi Peranakan Ongole, 2009.
Sawit, Jerami Padi Dan Jerami Jagung
Tabel 7 . Kandungan nilai gizi dedak padi Uraian
Kandungan (%)
BK
88,4
PK
13,4
SK
11,0
LK
9,7
Sumber :Kartadisastra, 1994
Jerami Jagung Jerami jagung merupakan sisa dari tanaman jagung setelah buahnya dipanen dikurangi akar dan sebagian batang yang tersisa dan dapat diberikan pada ternak, baik dalam bentuk segar maupun kering. Pemanfaatan jerami jagung adalah sebagai makanan ternak ruminansia seperti sapi, kerbau, kambing dan domba (Jamarun, 1991) Tabel 8. Kandungan nilai gizi jerami jagung Kandungan Zat
Kadar Zat (%)
Bahan Kering Protein Kasar TDN Serat Kasar Lemak Kasar
50,00a 5,00a 49.10a 30,50b 1,06b
Sumber: a. Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2001). b. Jamarun (1991).
Ampas Tahu atau Onggok Meskipun disebut ampas tahu namun masih berguna bagi hewan piaraan. Memang kandungan gizinya sudah amat tipis sekali karena sudah diperas habishabisan. Karena sifat ampas tahu itu cepat basi dan berbau kurang sedap bila tidak segera di habiskan maka untuk memperpanjang masa gunanya haruslah dijemur hingga kering sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lama Sudianto Hutasoit : Uji Ransum Berbasis Pelepah Dan Daun Fermentasi Terhadap Bobot Lemak Sapi Peranakan Ongole, 2009.
Sawit, Jerami Padi Dan Jerami Jagung
(Kastyanto, 1993). Tabel 9. Kandungan nilai gizi ampas tahu Kandungan zat
kadar zat (%)
Bahan kering Protein kasar TDN Serat kasar Lemak kasar
89,00 a 18,42 a 79,00 b 21,50 a 5,54 a
Sumber : Laboratorium Ilmu Nutrisi Dan Pakan Ternak Departemen Peternakan. FP - USU (2001)
Molases Molases atau tetes adalah hasil sampingan pengolahan tebu menjadi molases, berupa cairan kental dan berwarna hitam. Disamping harganya yang murah , kandungan zat gizi karbohidrat, protein dan mineralnya cukup tinggi dan juga digunakan untuk pakan ternak walaupun sifatnya hanya sebagai pendukung. Tabel 10. Kandungan nilai gizi molases Kandungan
Kadar zat %
BK PK TDN LK SK Kalsium Phospor Digestible Energy
67,50 3-4 81,00 0,08 0,38 1,50 0,02 2,50 mCal/kg
Sumber :
Laboratorim Ilmu Makanan Ternak, Departemen Peternakan Fakultas Pertanian USU Medan, (2001)
Bahan Pakan Pelengkap Urea Urea
merupakan
bahan
pakan
sumber
nitrogen
yang
dapat
dipermentasikan di dalam sistem pencernaan ruminansia. Urea dalam proporsi tertentu mempunyai dampak positif terhadap peningkatan konsumsi protein kasar Sudianto Hutasoit : Uji Ransum Berbasis Pelepah Dan Daun Fermentasi Terhadap Bobot Lemak Sapi Peranakan Ongole, 2009.
Sawit, Jerami Padi Dan Jerami Jagung
dan daya cerna. Urea yang diberikan pada ruminansia akan melengkapi sebagian dari kebutuhan protein, lemak, karena lemak tersebut disintesis menjadi protein oleh mikroorganisme dalam rumen. (Anggrodi, 1984). Urea yang diberikan di dalam ransum ternak ruminansia di dalam rumen akan dipecah oleh enzim urease menjadi ammonium, dimana ammonium bersama mikroorganisme akan membentuk protein mikroba dengan bantuan energi. Apabila urea berlebih atau tidak dicerna oleh tubuh ternak maka urea akan diabsorbsi oleh dinding rumen, kemudian dibawa oleh aliran darah ke hati dan dalam hati akan dibentuk kembali amonium yang akhirnya disekresikan melalui urine dan feses (Parakkasi, 1995). Ultra Mineral Mineral adalah zat organik yang dibutuhkan dalam jumlah yang kecil, namun berperan penting agar proses fisiologis dapat berlangsung dengan baik. Mineral digunakan sebagai kerangka pembentukan tulang dan gigi. Pembentukan darah dan pembentukan jaringan tubuh serta diperlukan sebagai komponen enzim yang berperan dalam proses metabolisme (Lebdosoekojo, 1991) Tabel 11. Kandungan beberapa mineral dalam ultra mineral Kandungan Zat
Kadar zat %
Kalsium Karbonat Phospor Mangan Lodium Kalium Cuprum Sodium Klorida Besi Zn Mg
50,00 25,00 0,35 0,20 0,10 0,15 23,05 0,80 0,20 0,15
Sumber : Eka Farma Sudianto Hutasoit : Uji Ransum Berbasis Pelepah Dan Daun Fermentasi Terhadap Bobot Lemak Sapi Peranakan Ongole, 2009.
Sawit, Jerami Padi Dan Jerami Jagung
Fermentasi Fermentasi sering didefenisikan sebagai proses pemecahan karbohidrat dan asam amino secara anaerob yaitu tanpa memerlukan oksigen. Senyawa yang dapat dipecah dalam proses fermentasi terutama adalah karbohidrat sedangkan asam amino dapat difermentasikan oleh beberapa jenis bakteri tertentu (Fardias, 1992). Proses fermentasi tidak akan berlangsung tanpa adanya enzim katalis spesifik yang akan dapat dikeluarkan oleh mikroorganisme tertentu. Proses fermentasi mikroorganisme memperoleh sejumlah energi untuk pertumbuhannya dengan jalan merombak bahan yang memberikan zat-zat hara atau mineral bagi mikroorganisme seperti hidrat arang, protein, vitamin dan lain-lain. Fermentasi makanan adalah kondisi perlakuan dan penyimpanan produk dalam lingkungan dimana beberapa tipe organisme dapat berkembangbiak dengan baik sekali. Proses fermentasi makanan dapat dilakukan melalui kultur media padat atau semi padat dan media cair, sedangkan kultur terendam dilakukan dengan menggunakan media cair dalam biorektor atau fermentor (Adam dan Moss, 1995). Fermentasi dengan menggunakan kapang Phanerochaete chrysoporium secara substrat padat memungkinkan terjadi perubahan komponen bahan yang sulit dicerna menjadi lebih mudah dicerna serta meningkatkan nilai gizi (protein dan energi metabolis) bungkil inti sawit juga memiliki palatabilitas yang tinggi (Yeong dkk. 1981 ; Pasaribu dkk. 1998). Melalui fermentasi terjadi pemecahan misalnya selulosa dan hemilulosa menjadi gula sederhana. Selama proses fermentasi terjadi pertumbuhan kapang,
Sudianto Hutasoit : Uji Ransum Berbasis Pelepah Dan Daun Fermentasi Terhadap Bobot Lemak Sapi Peranakan Ongole, 2009.
Sawit, Jerami Padi Dan Jerami Jagung
selain dihasilkan enzim juga dihasilkan protein ekstraselluler dan protein hasil metabolisme kapang sehingga terjadi peningkatan kadar protein (Winarno, 1997). Phanerochaete chrysosporium Phanerochaete chrysoporium memiliki klasifikasi sebagai berikut : Divisio
: Mycota
Sub divisio
: Eumycota
Class
: Bacidiomycetes
Famili
: Hymenomycetaceae
Genus
: Phanerochaete
Spesies
: Phanirochaete chrysosporium
(Herlina, 1998 ; Disertasi Sembiring P., 2006) Phanirochaete chrysoporium adalah jamur pelapuk putih yang dikenal kemampuannya mendegrasi lignin (Eaton dkk, 1980; Wain Wrigt, 1992; Cookson, 1995 ; Disertasi Sembiring P., 2006). Menurut Valli dkk (1992) Phanerochaete chrysosporium adalah kapang pendegrasi lignin dari kelas Basidiomycetes yang membentuk sekumpulan miselia dan berkembang biak secara aseksual melalui spora atau seksual dengan perlakuan tertentu. Phanirochaete chrysosporium dapat mendegrasi lignin dan senyawa turunananya secara efektif dengan cara menghasilkan enzim peroksidase ekstraselular yang berupa lignin peroksidase (LiP) dan mangan peroksidase (MnP) (Dhawale dan Kathrina, 1993) Mekanisme kerja enzim tidak memisahkan serat dengan melarutkan lignin yang ada di lamella tengah, tetapi dengan cara melunakkan dan memecahkan dinding serat kasar yang terkadang juga melepaskan pita-pita serat dari Sudianto Hutasoit : Uji Ransum Berbasis Pelepah Dan Daun Fermentasi Terhadap Bobot Lemak Sapi Peranakan Ongole, 2009.
Sawit, Jerami Padi Dan Jerami Jagung
mikrofibrilnya. Ini memberikan pengaruh yang baik karena lebih mudah pencernaannya jika diberikan sebagai pakan ternak (Eaton, 1980; Troter, 1990; Wain Wright, 1992; Krik, 1993; Cookson, 1995; Disertasi Sembiring P, 2006). Syarat tumbuh dari Phanerochaete chrysosporium adalah tumbuh pada suhu tinggi 39 derajat celcius dengan suhu optimun 37 derajat celcius, pH berkisar antara 4- 4,5 dan memerlukan kandungan oksigen tinggi (Eaton dkk, 1980 ; Cookson, 1995; Disertasi Sembiring P , 2006 ) Daging Daging merupakan semua jaringan hewan dan semua produk hasil pengolahannya yang sesuai untuk dimakan dan tidak menimbulkan gangguan kesehatan bagi yang memakannya. Daging adalah komponen utama karkas . daging juga tersusun dari lemak (jaringan adipose), tulang, tulang rawan, jaringan ikat dan tendo. Komponen-komponen tersebut menentukan ciri-ciri kualitas dan kuantitas daging (Sueparno,1994). Lemak Dalam pertumbuhan hewan semua zat makanan semula di prioritaskan untuk pembentukan tulang, kemudian untuk pembentuka tulang lean, kalau masih berlebih baru untuk pembentukian lemak. (Parakkasi, 1995). Pada ternak muda, deposisi lemak terjadi disekitar jeroan dan ginjal. Dengan pertambahan umur serta konsumsi energi, deposisi lemak juga terjadi di antara otot (lemak intermuskuler), lemak subcutan (lemak dibawah kulit) dan lemak diantara ikatan serabut otot yaitu lemak intermuskuler atau marbling (Soeparno, 1994).
Sudianto Hutasoit : Uji Ransum Berbasis Pelepah Dan Daun Fermentasi Terhadap Bobot Lemak Sapi Peranakan Ongole, 2009.
Sawit, Jerami Padi Dan Jerami Jagung
Jadi setelah otot mencapai pertumbuhan maksimal pertumbuhan berat otot terjadi terutama karena deposisi lemak intramuskuler. Lemak akan ditimbun selama pertumbuhan dan perkembangan dan karkas ternak dewasa mengandung lemak 30- 40 %
( Leat, 1976 )
Jumlah lemak dalam tubuh paling beragam dan sangat tergantung dari jumlah ragam ransum yang dikonsumsi (Soeparno,1994). Banyaknya lemak yang terdapat dalam ruang ginjal, pelvik dan jantung dapat dilakukan dengan penimbangan atau secara subjektif diperkirakan berapa persen bobot lemak tersebut dari karkasnya ( Natasasmita, 1987) Kualitas karkas dapat diartikan dengan komposisi karkas serta distribusi jaringan, otot, dan lemak. Karakteristik yang menjadi pertimbangan dalam menilai kualitas karkas salah satunya adalah rasio daging : lemak ( Sudjana, 1987). Adapun lemak yang menjadi acuan untuk menjadi pembandingnya adalah lemak ginjal, lemak pelvik, lemak jantung, dan lemak abdominal ( Sudjana, 1987) Penilaian karkas pada sapi potong dapat dilakukan secara subyektif dan obyektif. Penilaian subyektif meliputi penilaian yang dilakukan dengan menilai deposisi perlemakan karkas pada empat tipe yaitu perlemakan yang terdapat diluar karkas, dibawah kulit (eksternal), perlemakan yang terdapat pada jeroan, ginjal, pelvik dan jantung (internal), perlemakan yang terdapat diantara daging (intermuskuler), perlemakan yang terdapat diantara serat daging (intramuskuler) (Santosa U., 2006) Persentasi Lemak Ginjal, Pelvik dan Jantung Lemak pada sapi cenderung lebih banyak disimpan pada ginjal dan bagian rongga pelvik. Banyaknya lemak ini bervariasi antara spesies dan merupakan Sudianto Hutasoit : Uji Ransum Berbasis Pelepah Dan Daun Fermentasi Terhadap Bobot Lemak Sapi Peranakan Ongole, 2009.
Sawit, Jerami Padi Dan Jerami Jagung
faktor penting dalam menentukan nilai karkas (Minish dan Fox, 1979). Perlemakan yang berlebihan akan menurunkan proporsi daging yang dihasilkan. Menurut Aberle dkk. (2001) persentase lemak sapi akan bertambah selama terjadi pertumbuhan. Berdasarkan standar USDA, karkas yang mempunyai kualitas prime, choise, good, standard, commercial, utility dan cutter mempunyai persentase lemak ginjal, pelvik dan jantung masing-masing sebesar 4,5%, 3,0%, 2,5%, 2,0 %, 4,0%, 2,0% dan 1,0% ( Minish dan Fox, 1979). Penelitian pada sapi PO, menunjukkan bahwa perbedaan umur mempengaruhi bobot lemak pelvik, dimana pada umur 2,5 tahun sebesar 1,14 kg dan umur 3,5 tahun sebesar 1,65 kg (Arnim,1985). Teknik Pemotongan Ternak Hasil pemotongan ternak dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu bagian karkas dan bagian non karkas. Bagian karkas mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi, sesuai dengan tujuan pemotongan ternak, yaitu untuk mendapatkan daging. Ada beberapa persyaratan untuk memperoleh hasil pemotongan yang baik (Sugeng, 1996), yaitu : (1). ternak harus tidak diberlakukan secara kasar, (2).Ternak harus tidak mengalami stress, (3). Penyembelihan dan pengeluaran darah harus cepat dan sesempurna mungkin, (4). Kerusakan karkas harus minimal, dan cara pemotongan harus Higienis, ekonomis dan aman bagi pekerja (Soeparno, 1994). Pada dasarnya ada 2 cara atau teknik pemotongan ternak, yaitu: teknik pemotongan ternak secara langsung dan pemotongan secara tidak langsung. Pemotongan secara langsung dilakukan setelah ternak dinyatakan sehat, dan dapat dapat disembelih pada bagian leher dan memotong arteri karotis dan vena Sudianto Hutasoit : Uji Ransum Berbasis Pelepah Dan Daun Fermentasi Terhadap Bobot Lemak Sapi Peranakan Ongole, 2009.
Sawit, Jerami Padi Dan Jerami Jagung
jugularis serta esophagus. Ternak yang ingin dipotong tidak dalam keadaan lelah atau habis diperkerjakan. Sebelum disembelih, ternak harus diistirahatkan selama 12 - 24 jam. Maksud ternak diistirahatkan adalah agar ternak tidak mengalami stress, darah keluar dengan sempurna dan proses kekakuan karkas (rigor mortis) berlangsung sempurna (Soeparno, 1994). Pada dasarnya ada 2 cara untuk mengistirahatkan ternak sebelum disembelih, yaitu dengan dipuasakan dan tanpa dipuasakan. Maksud pemuasaan ternak sebelum disembelih yaitu untuk memperoleh bobot tubuh kosong (BTK) setelah dikurangi isi saluran pencernaan, isi kandung air seni dan isi saluran empedu dan untuk mempermudah proses penyembelihan/menjadikan ternak lebih tenang (Soeparno, 1994). Setelah penyembelihan dan ternak benar-benar mati, maka dilakukan proses penyiapan karkas. Penyiapan karkas yang umum dilakukan seperti pemisahan kepala dari tubuh ternak, pengulitan kepala, pemisahan keempat kaki pada bagian tulang persendian dan melakukan pengulitan tubuh (Swatland, 1984).
Sudianto Hutasoit : Uji Ransum Berbasis Pelepah Dan Daun Fermentasi Terhadap Bobot Lemak Sapi Peranakan Ongole, 2009.
Sawit, Jerami Padi Dan Jerami Jagung
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Laras PTPN IV Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun Selama 3 Bulan mulai bulan Agustus 2007November 2007. Bahan dan Alat Penelitian Bahan -
Sapi Peranakan Ongole 18 ekor dengan bobot x = 206,89 ± 30,84 kg umur x = 1,5 - 2 tahun
-
Pakan sapi sesuai dengan perlakuan masing- masing.
-
Phanerochaete chrysosporium, sebagai bahan untuk fermentasi bahan pakan
-
Air minum.
-
B- Kompleks, untuk meningkatkan kekebalan tubuh.
-
Kalbazen, untuk membasmi parasit cacing.
Alat -
Chopper, untuk mencacah bahan pakan dan hijauan
-
Kandang individual 18 unit.
-
Tempat pakan dan minum
-
Timbangan dengan Kapasitas 1 ton untuk menimbang bobot badan sapi dengan kepekaan 1000 g.
-
Timbangan dengan kapasitas 200 kg untuk menimbang bobot lemak dengan kepekaan 50 g.
Sudianto Hutasoit : Uji Ransum Berbasis Pelepah Dan Daun Fermentasi Terhadap Bobot Lemak Sapi Peranakan Ongole, 2009.
Sawit, Jerami Padi Dan Jerami Jagung
-
Timbangan dengan kapasitas 5 kg untuk menimbang bahan ransum dengan kepekaan 50 g.
-
Lampu, sebagai alat penerangan kandang
-
Sekop dan sapu, alat untuk membersihkan kandang
-
Arit
-
Pisau, untuk menyembelih sapi
-
Tali, Alat untuk merobohkan / mengendalikan sapi
-
Alat tulis, untuk menulis data selama penelitian.
-
Freezer 3 buah, untuk membekukan karkas.
Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap yang terdiri dari 3 perlakuan dan 6 ulangan adapun perlakuan tersebut antara lain : PI = Pelepah dan daun sawit fermentasi , bungkil inti sawit, dedak padi , lumpur sawit , onggok, molasses, urea ,garam , ultra mineral . P2 = Jerami padi fermentasi, bungkil inti sawit, dedak padi, lumpur sawit, onggok, molasses, urea, garam, ultara mineral . P3 = Jerami jagung fermentasi, bungkil inti sawit, dedak padi, lumpur sawit, onggok , molasses , urea, garam , ultara mineral.
Model analisa data yang digunakan RAL non Faktorial Yij = µ +Ti + Bj +
∑ ij , dimana :
Yij = Respon atau nilai pengamatan dari perlakuan ke i dan ulangan ke j µ = nilai tengah umum
Sudianto Hutasoit : Uji Ransum Berbasis Pelepah Dan Daun Fermentasi Terhadap Bobot Lemak Sapi Peranakan Ongole, 2009.
Sawit, Jerami Padi Dan Jerami Jagung
Ti = Pengaruh perlakuan ke i Bj = Pengaruh blok ke j
∑ ij = Pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke i dan ulangan ke j Banyak ulangan menurut rumus : t (n-1) ≥ 15 3 (n-1) ≥ 15 3n-3 ≥ 15 3n ≥ 18 n≥6 n = 6 (Hanafiah, 2000) Maka kombinasi kelompok dengan perlakuannya adalah : P11
P21
P31
P12
P22
P32
P13
P23
P33
P14
P24
P34
P15
P25
P35
P16
P26
P36
Metode penelitian tahap kedua adalah pengambilan sampel ternak sapi yang dipotong yaitu : P1 = 2 ekor yaitu P13 dan P11 P2 = 2 ekor yaitu P21 dan P23 P3 = 2 ekor yaitu P34 dan P31
Sudianto Hutasoit : Uji Ransum Berbasis Pelepah Dan Daun Fermentasi Terhadap Bobot Lemak Sapi Peranakan Ongole, 2009.
Sawit, Jerami Padi Dan Jerami Jagung
Parameter Penelitian -
Bobot lemak sukbutan, yaitu lemak dibawah kulit
-
Bobot lemak pelvik, yaitu lemak disekitar ronggo pelvik.
-
Bobot lemak ginjal, yaitu lemak yang menyelubungi ginjal.
-
Bobotlemak jantung, yaitu lemak yang menyelubungi jantung.
-
Persentase lemak internal Rumus perhitungan pengukuran lemak internal pada ternak sapi didasarkan
pada lemak yang terkandung pada jantung, ginjal dan pelvik, rumus perhitungannya : % lemak internal =
berat (lemak ginjal + lemak pelvik + lemak jantung ) x 100% berat karkas dingin
Pelaksanaan Penelitian Persiapan kandang Kandang dan semua peralatan yang digunakan seperti tempat pakan dan minum dibersihkan dan didesinfektan dengan rodalon, biosin dan deterjen. Pengacakan Sapi Sapi yag digunakan sebanyak 18 ekor penempatan sapi dengan sistem pengacakan dengan tidak membedakan bobot badan, sebelumnya dilakukan penimbangan bobot sapi.
Sudianto Hutasoit : Uji Ransum Berbasis Pelepah Dan Daun Fermentasi Terhadap Bobot Lemak Sapi Peranakan Ongole, 2009.
Sawit, Jerami Padi Dan Jerami Jagung
Formulasi Pakan Yang Dipakai No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Bahan Baku Pelepah Daun Kelapa Sawit Fermentasi (%) Jerami Padi Fermentasi (%) Jerami Jagung Fermentasi (%) Bungkil Inti Sawit(%) Dedak Padi (%) Lumpur Sawit (%) Onggok (%) Molases (%) Urea (%) Garam (%) Mineral (%) Total (%) Protein kasar (%) Serat Kasar (%) TDN (%)
P1 29,00
Formula ransum P2
P3
28,00 23,00 16,65 9,34 16,60 3,00 1,51 0,50 0,40 100 12,3108 19,10 67,1218
23,00 11,30 15,00 17,20 3,00 1,60 0,50 0,40 100 12,3106 19,10 67,1516
32,50 23,00 5,00 20,00 14,11 3,00 1,49 0,50 0,40 100 12,31096 19,10 67,2386
Pemberian ransum dan minum Ransum yang diberikan adalah dalam bentuk bahan kering. Ransum yang difermentasi dengan jamur Phanerochaete chryososporium dicampur dengan bahan ransum lainnya setelah pakan yang difermentasi diovenkan. Ransum diberikan secara adlibitum. Pemberian air minum dilakukan secara adlibitum, air diganti setiap hari dan tempatnya dicuci bersih. Pemberian Obat-obatan Ternak sapi pertama masuk kandang diberikan obat cacing selama masa adaptasi, sedangkan obat lainnya diberikan bila ternak sakit.
Sudianto Hutasoit : Uji Ransum Berbasis Pelepah Dan Daun Fermentasi Terhadap Bobot Lemak Sapi Peranakan Ongole, 2009.
Sawit, Jerami Padi Dan Jerami Jagung
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Bobot Lemak Subkutan Bobot lemak subkutan diperoleh dari karkas setelah pendinginan 24 jam., kemudian diambil lemak dibawah kulit kemudian dilakukan penimbangan. Dari hasil penelitian diperoleh bobot lemak subkutan sebagai berikut terlihat pada tabel 12 sebagai berikut: Tabel 12. Rataan bobot lemak subkutan sapi peranakan ongole ( kg /ekor) Perlakuan
Ulangan
Total
Rataan
I
II
P1
2,60
2.70
5,30
2,65
P2
2,00
2,80
4,80
2,40
P3
2,30
2,60
4,90
2,45
Total
15
Rataan
2,50
Dari tabel 11 dapat dilihat rataan bobot lemak subkutan yang tertinggi terdapat pada perlakuan P1 yaitu ransum pelepah dan daun kelapa sawit fermentasi 2,65 Kg/ekor, kemudian diikuti oleh perlakuan P3 yaitu ransum jerami jagung fermentasi sebesar 2,45 Kg/ ekor. Sementara rataan bobot lemak subkutan terendah terdapat pada perlakuan P2 yaitu ransum jerami padi fermentasi sebesar 2,40 Kg/ekor. Lemak Ginjal Lemak ginjal diperoleh dari karkas dingin kemudian diambil lemak yang yang menyelimuti rongga ginjal kemudian ditimbang. Dari hasil penelitian
Sudianto Hutasoit : Uji Ransum Berbasis Pelepah Dan Daun Fermentasi Terhadap Bobot Lemak Sapi Peranakan Ongole, 2009.
Sawit, Jerami Padi Dan Jerami Jagung
diperoleh rataan bobot lemak ginjal sebagai berikut terlihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 13. Rataan bobot lemak ginjal sapi peranakan ongole (kg / ekor) Perlakuan
Ulangan
total
rataan
I
II
P1
1,2
1,2
2,4
1,2
P2
0,9
1,4
2,3
1,15
P3
1,0
1,3
2,3
1,15
Total
7
Rataan
1,16 Dari tabel 13 dapat dilihat rataan bobot lemak Ginjal yang tertinggi
terdapat pada perlakuan P1 yaitu ransum pelepah dan daun sawit. Pada perlakuan yang menggunakan ransum jerami padi dan jerami jagung fermentasi P1 dan P2 mempunyai rata – rata bobot lemak ginjal yang sama. Bobot Lemak Pelvik Lemak pelvik diperoleh dari rongga pelvik setelah didinginkan selama 24 jam lalu ditimbang lemaknya, ratan bobot lemak pelvik tertera pada tabel sebagai berikut: Tabel 14. Rataan bobot lemak pelvik (kg / ekor ) Perlakuan
ulangan
total
rataan
I
II
P1
0,8
0,9
1,7
0,85
P2
0,5
1,00
1,5
0,75
P3
0,7
0,9
1,6
0,80
Total Rataan
Sudianto Hutasoit : Uji Ransum Berbasis Pelepah Dan Daun Fermentasi Terhadap Bobot Lemak Sapi Peranakan Ongole, 2009.
4,8 0,8
Sawit, Jerami Padi Dan Jerami Jagung
Dari tabel 14 dapat dilihat rataan bobot lemak pelvik yang tertinggi terdapat pada perlakuan P1 yaitu 0,85 yang menggunakan pakan pelepah dan daun sawit
fermentasi, yang terendah
terdapat pada perlakuan P2 dengan
menggunakan pakan jerami padi fermentasi. Lemak jantung Lemak jantung adalah lemak yang di peroleh dari rongga jantung setelah dilakukan pendinginan. Rataan lemak jantung dapat dilihat pada tabel 15 sebagai berikut: Tabel 15. Rataan bobot lemak jantung sapi peranakan ongole ( kg/ekor) Perlakuan
Ulangan
Total
rataan
1
11
P1
0,6
0,5
1,1
0,55
P2
0,4
0,5
0,9
0,45
P3
0,3
0,7
1,0
0,5
Total
3,00
Rataan
0,5
Dari tabel 15 dapat dilihat bahwa bobot lemak yang tertinggi terdapat pada perlakuan P1 yaitu dengan mengunakan ransum pelepah dan daun kelapa sawit. Sedangkan
yang terendah terdapat pada
perlakuan P2
dengan
menggunakan pakan jerami padi fermentasi.
Sudianto Hutasoit : Uji Ransum Berbasis Pelepah Dan Daun Fermentasi Terhadap Bobot Lemak Sapi Peranakan Ongole, 2009.
Sawit, Jerami Padi Dan Jerami Jagung
Persentase lemak internal Rataan persentase lemak internal terdapat pada tabel 16 sebagai berikut Tabel 16. Rataan persentase bobot lemak internal sapi peranakan ongole (% ) Perlakuan
ulangan
total
ratan
I
II
P1
2,89
2,74
5,63
2,815
P2
2,45
2,90
5,35
2,675
P3
2,30
3,17
5,47
2,735
Total
16,43
Rataan
2,74 Dari tabel 16 dapat dilihat bahwa persentase bobot lemak internal terdapat
pada perlakuan P1, yang menggunakan pakan dari pelepah dan daun sawit fermentasi .Kemudian diikuti oleh perlakuan P3 yaitu dengan menggunakan pakan dari jerami jagung
fermentasi sedangkan yang terendah terdapat pada
perlakuan P2 dengan menggunakan pakan dari jerami padi. Pembahasan Untuk melihat bagaimana pengaruh pemberian pakan pelepah daun kelapa sawit, jerami padi dan jerami jagung yang difermentasikan dengan Phanerochaete chryrososporium tersebut terhadap bobot lemak maka dilakukan analisis keragaman bobot lemak terlihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 17. Analisa keragaman bobot lemak subkutan SK
DB
JK
KT
Fhit
Ftabel 0,05
Perlakuan
2
0,07
0,035
Galat
3
0,37
0,123
Total
5
0,44
0,28 tn 9,56
0,01 30,82
KK =14,02 % tn = Tidak nyata Sudianto Hutasoit : Uji Ransum Berbasis Pelepah Dan Daun Fermentasi Terhadap Bobot Lemak Sapi Peranakan Ongole, 2009.
Sawit, Jerami Padi Dan Jerami Jagung
Tabel 18. Analisa keragaman bobot lemak ginjal SK
DB
JK
KT
Fhit
Ftabel 0,05
Perlakuan
2
0,01
0,005
Galat
3
0,17
0,056
Total
5
0,18
0,01
0,089 tn 9,56
30,82
KK = 20, 4 % tn = Tidak nyata Tabel 19. Analisa keragaman bobot lemak pelvik SK
DB
JK
KT
Perlakuan
2
0,01
0,005
Galat
3
0,15
0,05
Total
5
0,16
Fhit
0,1 tn
Ftabel 0,05
0,01
9,56
30,82
KK = 27, 95 % tn = Tidak nyata Tabel 20. Analisa keragaman bobot lemak jantung SK
DB
JK
KT
Fhit
Ftabel 0,05
Perlakuan
2
0,01
0,005
Galat
3
0,09
0,03
Total
5
0,1
0,01
0,16 tn 9,56
30,82
KK = 34,64 % tn = Tidak nyata Tabel 21. Analisa keragaman persentase lemak internal SK
DB
JK
KT
Fhit
Ftabel 0,05
Perlakuan
2
0,015 0,007
Galat
3
0,475 0,158
Total
5
0,044 tn 9,56
0,01 30,82
KK = 14,50 % tn = Tidak nyata Sudianto Hutasoit : Uji Ransum Berbasis Pelepah Dan Daun Fermentasi Terhadap Bobot Lemak Sapi Peranakan Ongole, 2009.
Sawit, Jerami Padi Dan Jerami Jagung
Dari hasil analisis keragaman tersebut dapat dilihat bahwa pemberian pakan yang berbasis pelepah dan daun sawit fermentasi dan jerami padi serta jerami jagung tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot lemak subkutan, bobot lemak pelvik dan bobot lemak jantung serta persentase lemak internal. Hal ini disebabkan karena pemberian pakan tersebut tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot karkas, sehingga bobot lemak antar perlakuan juga tidak nyata karena bobot lemak sebanding dengan bobot tubuh. Hal ini sesuai dengan pernyataan Seebek dan Tulloh (1968) yang menyatakan semakin tinggi bobot karkas maka bobot lemak semakin meningkat.. Dari hasil penelitian ini juga didapat semakin tinggi bobot karkas maka
bobot lemak
subkutan, bobot lemak ginjal dan bobot pelvik serta bobot lemak jantung semakin meningkat. Sapi jantan aberden angus yang dipotong secara berseri sesuai peningkatan bobot potong menunjukkan bahwa semakin besar bobot potong dan berat karkas maka persentase karkas dan persentase lemak juga meningkat, utamanya lemak subkutan, ginjal, jantung, lemak intermuskuler dan lemak internal ( Morris et al., 1993. Disertasi Hanafi H., 2000 .....).Menurut Graham dan Searle (1982) perlakuan nutrisi mempengaruhi dan mengubah tingkat perlemakan. Karena pakan yang digunakan mempunyai kandungan nutrisi yang hampir sama maka tidak maka tidak diperoleh perbedaan yang nyata terhadap bobot lemak. Pada sapi dengan bertambahnya umur, terjadi peningkatan pertumbuhan organorgan dan terutama depot lemak, serta persentase komponen lainnya (Hedrick,1968 ). Karena sapi yang digunakan umurnya relatif sama maka tidak di peroleh perbedaan yang nyata terhadap bobot lemak subkutan, lemak pelvik, lemak jantung, lemak ginjal dan persentase lemak internal. Sudianto Hutasoit : Uji Ransum Berbasis Pelepah Dan Daun Fermentasi Terhadap Bobot Lemak Sapi Peranakan Ongole, 2009.
Sawit, Jerami Padi Dan Jerami Jagung
Rekapitulasi hasil penelitian Parameter
Perlakuan
Lemak subkutan (Kg/ekor)
P1 2,65 tn
P2 2,40 tn
P3 2,45 tn
Lemak ginjal (Kg/ekor)
1,20 tn
1,15 tn
1,15 tn
Lemak pelvik (Kg/ ekor)
0,85 tn
0,75tn
0,80 tn
Lemak jantung (Kg/ekor
0,55 tn
0,45 tn
0,50 tn
2,815 tn
2,675 tn
2,735 tn
Persentase lemak internal (%) Keterangan tn = tidak nyata.
Sudianto Hutasoit : Uji Ransum Berbasis Pelepah Dan Daun Fermentasi Terhadap Bobot Lemak Sapi Peranakan Ongole, 2009.
Sawit, Jerami Padi Dan Jerami Jagung
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Pemberian pakan diantara perlakuan yaitu pakan pelepah daun sawit fermentasi, jerami padi fermentasi dan jerami jagung fermentasi memberikan pengaruh yang sama terhadap bobot lemak ( lemak subkutan , lemak pelvik ,lemak jantung ) serta persentase lemak internal sapi peranakan ongole selama penggemukan.
Saran Disarankan kepada peternak sapi untuk memanfaatkan limbah perkebunan dan pertanian dengan pengolahan terlebih dahulu sebagai pakan ternak karena hasilnya terhadap bobot lemak sama baik.
Sudianto Hutasoit : Uji Ransum Berbasis Pelepah Dan Daun Fermentasi Terhadap Bobot Lemak Sapi Peranakan Ongole, 2009.
Sawit, Jerami Padi Dan Jerami Jagung
DAFTAR PUSTAKA
AAK, 1991. Petunjuk Beternak Sapi Potong dan Kerja. Kanisius, Yogyakarta. Aberle, E.D., Reeves, E.S., Jugge, M.D., Hunsley, R.E. dan Perry T.W. (1981) . J. Anim. Sei.52,757 Adams, M.R dan Moss. M. O, 1995. Food Microbiology. The Royal Society of Chemistry, New York. Agustin, F., 1991. Penggunaan Lumpur Sawit Kering dan Serat Sabut Sawit Dalam Ransum Sapi Perah,Tesis Pasca Sarjana, IPB, Bogor. Anonimous, 1995. Starbio Mengubah Limbah Pertanian Menjadi Pakan Sapi. No. 188, Oktober, 1995. Anggrodi.R., 1984. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia, Jakarta. Arnim, 1985. Pengaruh Umur Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Daging Sapi Peranakan Ongole ( Tesis ), Bogor. Program Pasca Sarjana, ITPB. Batubara, L. P., M. Boer dan S. Eliesar, 1993. Pemberian Bis/Molasses dengan / Tanpa Mineral Dalam Ransum Kerbau. Jurnal penelitian Peternakan Sungai Putih. Vol. 1 Nomor 3 Hal 11. Berg, R. T. dan R. M. Butterfield, 1976. New concepts of Cattle Growth. Sidney University. Press, Sidney. Black, J. L., 1983. Sheep Production. Editor W. Hareseign. Proc. 35th. Easter School in Agric. Sci. University Nottingham. Butterworth, London. Cookson, J.T., 1995. Biomediation Engineering: Design and Aplication Mc. Graw Hill. Inc. Devendra, C., 1997. utilization of Feedingstuff from Palm Oil. P. 16. Malaysian Gricultural Researech and Development Instute Serdang, Malaysia. Dinas Peternakan ,1994.Inventarisasi Ternak Sapi di Sumatera Utara. Direktur Bina Produksi Peternakan , Departemen Peternakan ,Medan Dhawale, S.S. and Katrina., 1993. Alternatif Methods for Production of Staining of Phanerochaete chryososphorium Bacyodespores,J. Aplied and Enviromental Microbiologi, May 1993 :1675 - 1677
Sudianto Hutasoit : Uji Ransum Berbasis Pelepah Dan Daun Fermentasi Terhadap Bobot Lemak Sapi Peranakan Ongole, 2009.
Sawit, Jerami Padi Dan Jerami Jagung
Eaton, D. Chang, H. M dan T. K. Kirk., 1980. Fungal Decoloritation of Kraft Bleach Plants Effluents. TAPPI Journal Vol 63, No.10 Fardias. S., 1992. Mikrobiologi Pangan I. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Graham,N. Mc. C dan Searle, T.W. (1982) Aust, J. Agrc. Res 33, 607. Hanafiah, A. H., 2000. Rancangan Percobaan : Teori dan Aplikas. Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya, Palembang. Hasan, A. O and M. Ishada, 1991. Effec of Water, Mollases and Urea Addition on Oil Palm Frond Sillage Qality, Fermentation And Palatibility in Proseedings of Third International Symposium on The Nutrition of Herbivora, Penang. Herlina, L., 1998. Isolasi, Seleksi dan Uji Hayati Mikroorganisme Pengurai Senyawa Lignin Dari Limbah Cair. Tesis Magister Biologi Pasca Sarjana ITB. Hedrick, H.B.,1968. Bovine grouth and composition Mo Agric Exp. Sta, Res . Bul 928 .n.c. Regional Res Publication No.181 Hutagalung, R. I., 1978. Non Traditional Feeding Stuffs for Livestock Syrup on Feeding Stuff for Livestock in South East Asia, Kuala Lumpur. Hutagalung, R. I. and S. Jalaluddin, 1982. Fedds for F Farm Animals From the Oil Palm. University Pertanian Serdang, Malasya. Jamarun,N.,1991. Penyediaan Pemanfaatan dan Nilai Gizi Limbah Pertanian Sebagai Makanan Ternak Di Sumatera Barat, Pusat Penelitian Universitas Andalas,Padang. Kirk,T.k., 1993. Lignin Degradation Basic Research Progress and Aplication in Soil Remediation and Bio Pulping, dalam Cellulosics : Pulp, Fiber and Environtment Effect, J. F. Kennedy et al ., (ed), Ellis Horwoud Ltd. Kartadisastra, H. R., 1997. Penyediaan dan Pengolahan pakan Ternak Ruminansia. Kanisius, Yogyakarta. Komer, 1984. Teknologi Pengolahan Jerami Sebagai Makanan Ternak, Yayasan Dian Gravita, Bandung. Leat, W. M. F. (1976). Meat animals . Growth and Productivity. Editor D. Laster, D. N. Rhodes, V.R. Fowler dan M. F fuller, Plenum Press, New York and London Hal 177 – 193. Lebdosoekojo, S., 1991. Pemamfaatan limbah Pertanian untuk Menunjang Kebutuhan Pakan Ruminansia. Pertemuan Ilmiah Ruminansia Besar, Pusat Sudianto Hutasoit : Uji Ransum Berbasis Pelepah Dan Daun Fermentasi Terhadap Bobot Lemak Sapi Peranakan Ongole, 2009.
Sawit, Jerami Padi Dan Jerami Jagung
Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Balitbang Pertanian, Deptan, Bogor. Lubis, D. A., 1993. Ilmu Makanan Ternak Cetakan II. PT. Pembangunan, Jakarta.. Lubis, D. A., 1997. Ilmu Makanan Ternak.Cetakan II, PS. Pembangunan, Jakarta. Minish, G.L. dan D.G. Fox, Beef Production dan Management.( New Jersey : Prentice Hall, Inc., 1979) Natasasmita, A., 1997., Pertumbuhan dan Komposisi Tubuh Pada Ternak, Program Pascasarjana IPB, Bogor. N. R. C, 1995. Nutrien Requiment Of Sheep. National Academi of Science Washington DC, USA. Pane, I., 1986. Beternak Sapi Potong. UGM-Press, Yogyakarta. Parakkasi, A., 1995. Ilmu Makanan dan Ternak Ruminansia..UI-Press Jakarta. Pasaribu T., Supriyati., H. Hamit dan A.P Sinurat, 1998. Fermentasi Bungkil Inti Sawit Secara Substrat Padat Dengan Menggunakan Aspergillus Niger, Journal Ilmu Ternak Veteriner 3 (3) : 165-670. Santosa, U., 2006. Manajemen Usaha Ternak Potong. Penebar Swadaya, Yogyakarta Seebeck dan Tulloh, N.M., 1968. Aust. J. Agric Res. 19,673. . Sembiring P., 2006. Biokonversi Limbah Pabrik Minyak Inti Sawit dengan Phanerochaete chryososporium Dan Inplikasinya Terhadap Performans Ayam Broiler. Disertasi Sebagai Progaram Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada, Bandung. Silitonga, S., 1993. Penggunaan Inti Kelapa Sawit Dalam Ransum Domba. Balai Penelitian ternak Ciawi, Bogor. Siregar, S. B., 1994. Ransum Ternak Ruminansia. Penebar Swadaya, Jakarta. Soeparno, 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Gajah Mada University press Yogyakarta. Sudjana,N., 1987.Evaluasi Daging. Fakultas Peternakan. IPB. Bogor. Sugeng, Y. B., 1996. Sapi Potong. Penerbit : Penebar Swadaya, Jakarta Sugeng, Y. B., 2000. Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta. Sudianto Hutasoit : Uji Ransum Berbasis Pelepah Dan Daun Fermentasi Terhadap Bobot Lemak Sapi Peranakan Ongole, 2009.
Sawit, Jerami Padi Dan Jerami Jagung
Swatland, H.J. 1984. Str veture and Development of Meat Animals Prentice- hall inc. Englemod cliffs, New Jersey. Tilman, A. D., Hartadi, Soedomo R., Soeharto P, Soekanto L., 1989. Ilmu Makanan Ternak Dasar .Gajah Mada University- Press, Yogyakarta. Tilman, A.D., Hartadi, Soedomo R.., Soeharto P, Soekanto L., 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gajah Mada University- Press, Yogyakarta. Tobing, F.L. dan B. Lubis, 1988. Potensi Pemanfaatan Limbah Sawit Proceding Seminar Penelitian Pasca Panen Pertanian BPPP, Departemen Pertanian. Troter.D .C., 1990. Biotechnology in the pulp and Paper Industry : A Revew of Part 1, Journal TAPPI , April 1990 : 198 – 204. Utomo, R., 1991. Pengaruh Tingkat Penggunaan Urea Dalam Ransum Terhadap Kenaikan Bobot Badan, Kadar Amonia dan Urea Darah Ternak, Buletin Peternakan UGM, Tahun XV No. 2 , Yogyakarta. Valli, K. Barry., J. Brock Dines., Jossi and Mitchel., 1992. Degradation of 2,4 Dinitrotolune by the Lignin- Degrading. Fungus Phanerochaete shryososphorium. Journal. Aplied and Enviromental Mikrobiology.Januari: 221-228 Wain Wright. M., 1992. An Introduction to Fungal Biotechnology, John Wiley and Son .Ltd Williamson, G. Dan W.J.A., Pyne, 1993. Pengantar Peternakan Di daerah Tropis. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Winarno, F. S., 1997. Enzim Pangan. Gramedia, Jakarta.
Sudianto Hutasoit : Uji Ransum Berbasis Pelepah Dan Daun Fermentasi Terhadap Bobot Lemak Sapi Peranakan Ongole, 2009.
Sawit, Jerami Padi Dan Jerami Jagung
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Perbanyakan dan pembiakan Phanerochaete chrysosporium
Disiapkan PDA sebanyak 39 gram
Dicampur dengan aquades sebanyak 1 liter
Dipanaskan hingga mendidih dan diaduk supaya merata Disterilkan pada suhu 1200C dengan tekanan 1 atmosfer Didinginkan hingga suhu 45-500C
Dituangkan pada 20 tabung reaksi masing-masing sebanyak 10 ml untuk pembuatan agar miring
Phanerochaete chrysosporium ditanam dengan menggoreskan pada agar murni (PDA) dengan menggunakan ose
Ditutup tabung reaksi dengan kapas steril Tabung reaksi disimpan pada suhu kamar 280C hingga terbentuk hifa/miselium antara 2-5 hari
Biakan ditambahkan aquadse steril sebanyak 10 ml
Dikocok sehingga spora tersuspensi (Sembiring P, 2006).
Sudianto Hutasoit : Uji Ransum Berbasis Pelepah Dan Daun Fermentasi Terhadap Bobot Lemak Sapi Peranakan Ongole, 2009.
Sawit, Jerami Padi Dan Jerami Jagung
Lampiran 2 : Biakan Phanerochaete chrysosporium pada inokulum bungkil inti sawit
Bungkil inti sawit diayak sebanyak 100 gram
Dimasukkan kedalam plastik
Ditambahkan aquades sebanyak 20 ml
Ditambahkan HCL 0,1 N 2 tetes
Diaduk hingga merata Disterilkan pada suhu 1200C selama 2 menit Didinginkan sampai suhu 450C
Diaduk dengan 10 ml suspensi spora kapang hingga merata Diinkubasi pada suhu 280C selama 96 jam Dikeringkan selama bertahap dengan suhu 370C selama 48 jam
Digiling sampai halus selanjutnya dipakai sebagai inokulum (Sembiring P, 2006).
Sudianto Hutasoit : Uji Ransum Berbasis Pelepah Dan Daun Fermentasi Terhadap Bobot Lemak Sapi Peranakan Ongole, 2009.
Sawit, Jerami Padi Dan Jerami Jagung
Lampiran 3 : Cara fermentasi bahan Ditimbang bahan yang akan difermentasi
Ditambahkan inokulum sebanyak 5% dari bahan yang akan difermentasi, diaduk hingga rata
Ditambahkan aquades sebanyak 20% dari bahan yang akan difermentasi
Disimpan dalam suhu kamar selam 4 hari
Hasil bahan fermentasi
Dikeringkan dengan sinar matahari sebelum dicampur dengan bahan pakan lainnya
Sudianto Hutasoit : Uji Ransum Berbasis Pelepah Dan Daun Fermentasi Terhadap Bobot Lemak Sapi Peranakan Ongole, 2009.
Sawit, Jerami Padi Dan Jerami Jagung
Lampiran 4. Data bobot lemak subkutan Sapi Peranakan Ongole
Perlakuan
(kg / ekor)
Ulangan I
II
P1
2,6
2.7
P2
2,0
2,8
P3
2,3
2,6
Lampiran 5. Rataan bobot lemak subkutan sapi peranakan ongole (kg / ekor) Perlakuan
Ulangan
Total
Rataan
I
II
P1
2,60
2.70
5,30
2,65
P2
2,00
2,80
4,80
2,40
P3
2,30
2,60
4,90
2,45
Total
15
Rataan
2,50
Lampiran 6. Analisa keragaman bobot lemak subkutan SK
DB
JK
KT
Fhit
Ftabel 0,05
Perlakuan
2
0,07
0,035
Galat
3
0,37
0,123
Total
5
0,44
0,28 tn 9,56
0,01 30,82
KK =14,02 % tn = Tidak nyata Lampiran 7. Data bobot lemak ginjal sapi peranakan ongole Perlakuan
( kg/ ekor)
Ulangan I
II
P1
1,2
1,2
P2
0,9
1,4
Sudianto Hutasoit : Uji Ransum Berbasis Pelepah Dan Daun Fermentasi Terhadap Bobot Lemak Sapi Peranakan Ongole, 2009.
Sawit, Jerami Padi Dan Jerami Jagung
P3
1,0
1,3
Lampiran 8. Rataan bobot lemak ginjal sapi peranakan ongole Perlakuan
Ulangan
Total
Rataan
I
II
P1
1,2
1,2
2,4
1,2
P2
0,9
1,4
2,3
1,15
P3
1,0
1,3
2,3
1,15
Total
( kg/ekor)
7
Rataan
1,16
Lampiran 9. Analisa keragaman bobot lemak ginjal SK
DB
JK
KT
Fhit
Ftabel 0,05
Perlakuan
2
0,01
0,005
Galat
3
0,17
0,056
Total
5
0,18
0,089 tn
0,01 9,56
30,82
KK = 20, 4 % tn = Tidak nyata Lampiran 10. Data bobot lemak pelvik (kg/ ekor) Perlakuan
Ulangan I
II
P1
0,80
0,90
P2
0,50
1,00
P3
0,70
0,90
Sudianto Hutasoit : Uji Ransum Berbasis Pelepah Dan Daun Fermentasi Terhadap Bobot Lemak Sapi Peranakan Ongole, 2009.
Sawit, Jerami Padi Dan Jerami Jagung
Lampiran 11. Rataan bobot lemak pelvik ( kg/ekor) Perlakuan
Ulangan
Total
Rataan
I
II
P1
0,80
0,90
1,70
0,85
P2
0,50
1,00
1,50
0,75
P3
0,70
0,90
1,60
0,80
Total
4,8
Rataan
0,8
Lampiran 12. Analisa keragaman bobot lemak pelvik SK
DB
JK
KT
Perlakuan
2
0,01
0,005
Galat
3
0,15
0,05
Total
5
0,16
Fhit
0,1 tn
Ftabel 0,05
0,01
9,56
30,82
KK = 27, 95 % tn = Tidak berbeda nyata Lampiran 13. Data bobot lemak jantung sapi peranakan ongole (kg/ekor) Perlakuan
Ulangan
Total
Rataan
1
11
P1
0,6
0,5
1,1
0,55
P2
0,4
0,5
0,9
0,45
P3
0,3
0,7
1,0
0,5
Sudianto Hutasoit : Uji Ransum Berbasis Pelepah Dan Daun Fermentasi Terhadap Bobot Lemak Sapi Peranakan Ongole, 2009.
Sawit, Jerami Padi Dan Jerami Jagung
Lampiran 14. Rataan bobot lemak jantung sapi peranakan ongole (kg/ekor) Perlakuan
Ulangan
Total
Rataan
1
11
P1
0,6
0,5
1,1
0,55
P2
0,4
0,5
0,9
0,45
P3
0,3
0,7
1
0,5
Total
3
Rataan
0,5
Lampiran 15. Analisa keragaman bobot lemak jantung SK
DB
JK
KT
Fhit
Ftabel 0,05
Perlakuan
2
0,01
0,005
Galat
3
0,09
0,03
Total
5
0,1
0,16 tn 9,56
0,01
30,82
KK = 34,64 % tn = Tidak nyata Lampiran 16. Data bobot lemak internal sapi peranakan ongole ( %) Perlakuan
Ulangan I
II
P1
2,89
2,74
P2
2,45
2,9
P3
2,30
3,17
Sudianto Hutasoit : Uji Ransum Berbasis Pelepah Dan Daun Fermentasi Terhadap Bobot Lemak Sapi Peranakan Ongole, 2009.
Sawit, Jerami Padi Dan Jerami Jagung
Lampiran 17. Rataan persentase bobot lemak internal sapi peranakan ongole (%). Perlakuan
ulangan
total
ratan
I
II
P1
2,89
2,74
5,63
2,815
P2
2,31
2,9
5,35
2,675
P3
2,42
3,17
5,47
2,735
Total
16,45
Rataan
2,74
Lampiran 18. Analisa keragaman persentase lemak internal SK
DB
JK
KT
Fhit
Ftabel 0,05
Perlakuan
2
0,04
0,02
Galat
3
0,45
0,15
Total
5
0,01
0,13 tn 9,56
30,82
KK = 14,50 % tn = Tidak nyata Lampiran 19.Rataan bobot karkas sapi peranakan ongole selama penggemukan (kg/ekor) Perlakuan
P1 P2 P3
ulangan I
II
89,9 73,3 86,6
94,6 100 91,2
Total Rataan
Sudianto Hutasoit : Uji Ransum Berbasis Pelepah Dan Daun Fermentasi Terhadap Bobot Lemak Sapi Peranakan Ongole, 2009.
Total
Rataan
184,5 173,8 177,8
92,25 86,9 88,9
536,1 89,35
Sawit, Jerami Padi Dan Jerami Jagung