Pertumbuhan Struktur Permukiman dan Prasarana Kota Studi Kasus: Perumahan Pondok Tjandra Indah dan Desa Tambak Sumur Sidoarjo Pindo Tutuko
[email protected] Bambang Prayitno
[email protected]
Abstrak Perkembangan bentuk dan pola permukiman merupakan cermin dari kedinamisan masyarakat yang ada pada permukiman tersebut. Pada dasarnya perkembangan permukiman dapat diperhatikan dari dua arah, yaitu perkembangan secara kualitas dan secara kuantitas. Hubungan keduanya dalam skala makro merupakan hubungan yang kompleks, maka perkembangan suatu wilayah tidak dapat dilihat secara terpisah dari lingkungannya. Akibat perkembangan pembangunan perumahan yang dilakukan oleh para developer pada suatu wilayah memberikan pengaruh terhadap struktur permukiman yang ada sebelumnya.. Perubahan ini juga berlaku bagi perumahan formal yang dibangun oleh pihak developer maupun perumahan informal yang berupa kampung-kampung lama. Keduanya dalam perkembangannya terpengaruh oleh kebijakan pembangunan kota. Pada perumahan Pondok Tjandra Indah dan desa Tambak Sumur kecamatan Waru Sidoarjo yang secara kewilayahan berada bersebelahan dengan kota Surabaya. Perkembangan di kota Surabaya memberikan pengaruh baik fisik maupun non fisik bagi arah perkembangan struktur permukiman dan prasarana di wilayah tersebut. Kata Kunci: Pertumbuhan, Struktur Permukiman, Prasarana Permukiman
Growth of Settlement Structure and Urban Infrastructure Case Study: Pondok Tjandra Indah Estate and Tambak Sumur Village, Sidoarjo
Abstract Form and pattern development of human settlements represent expression from dynamics socialize exist in the region. Basically growth of city can be paid attention to from two direction, that is growth in the quality and in amount. Because, relation of both in macro scale represent complex relation, hence growth of region cannot be seen separately from its environment. The effect of Growth of hiusing development conducted by all developer at one particular region give influence to structure of existing human settlements previously. This change also go into effect for formal housing its develop by developer and also informal housing which is in the form of old kampong. Both in its growth affected by city development policy. This influence is very strong especially for Perum Pondok Tjandra indah and Tambak Sumur village of Waru Sidoarjo which regionally reside in adjacent with Surabaya city. This Matter result growth in city of Surabaya give good influence physical and also non physical for development direction of structure of human settlements and infrastructure in the region Keyword: Development, Changes, Structure of Human Settlements
1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Setiap kemajuan diiringi dengan kebutuhan dari pertumbuhan penduduk dan ruang di dalamnya. Ruang banyak dibicarakan dalam kaitannya dengan pembangunan dan pengembangan wilayah Dalam pembangunan pengembangan wilayah perkotaan dan pedesaan, penekanan pada ruang ini terjadi karena wilayah lebih diartikan sebagai space daripada region. Semenjak itu perhatian terhadap ruang sebagai unsur penting dalam pembangunan semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya perhatian pada pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yang memberi penekanan bahwa pembangunan harus berwawasan terhadap kelestarian fungsi lingkungan. Perkembangan atas pemahaman ini telah menjadikan ruang tidak hanya dipakai sebagai kerangka konsepsional dalam teori perencanaan wilayah, tetapi sebagai dasar pengambilan kebijakan pembangunan, terutama dalam perencanaan tata ruang. Demikian juga pertumbuhan suatu wilayah tidak lepas dari struktur permukiman dan prasarana kota yang juga mengalami perkembangan. Hal ini saling terkait, antara kebijakan suatu wilayah secara mikro maupun secara makro. 1.2. Permasalahan Permasalahan yang timbul akibat dengan adanya pertumbuhan ini menyentuh berbagai aspek, baik fisik maupun non fisik. Pertumbuhan akan mempengaruhi struktur sebuah permukiman dan prasarana kota yang melakukan Link dengan permukiman.
3. Perkembangan Bentuk dan Pola Permukiman Perkembangan bentuk dan pola permukiman merupakan cermin dari kedinamisan masyarakat yang ada pada permukiman tersebut. Pada dasarnya perkembangan permukiman dapat diperhatikan dari dua arah, yaitu perkembangan secara kualitas dan secara kuantitas. Hubungan keduanya dalam skala makro merupakan hubungan yang kompleks, maka perkembangan suatu wilayah tidak dapat dilihat secara terpisah dari lingkungannya. Sesuai dengan kasus di Desa tambak Sumur yang terletak di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo merupakan daerah yang sangat cepat mengalami perkembangan. Hal ini karena letaknya yang berdekatan dengan Kota Surabaya yang secara langsung
maupun tidak langsung terpengaruh oleh perkembangan Kota Surabaya. Perkembangan yang terasa sangat besar pengaruhnya terutama adalah pada sektor Perumahan dan Permukiman.
Menurut Steadman (1983) perkembangan bentuk tidak lepas dari ilmu Morfologi (Ilmu Bentuk). “ Morphology” is the word which Goethe coined to segnify a universal science of form and spatial structure” “Morphological”: ú Rules of conection, interaction, position, dimentioning, functioning etc. ú The interweaving of defferent types to more or less organized composition. Studi morfologi merupakan studi mencari perkembangan bentuk. Perkembangan bentuk fisik kota terjadi melalui dua proses yakni: “proses formal” (melalui proses planning dan design), dan proses organis (proses yang tidak direncanakan dan berkembang dengan sendirinya). Selajutnya menurut Zahnd (1999), secara teori perkembangan wilayah secara umum dapat dilihat dari sisi teknis, yaitu:
1. Perkembangan horizontal, yaitu perkembangan yang mengarah ke arah luar, merupakan perkembangan yang sering terjadi di area pinggir kota. Sedangkan kuantitas dan ketinggian lahan terbangun tetap. 2. Perkembangan vertikal, yaitu perkembangan mengarah ke atas, kuantitas dan daerah terbangun tetap sama tetapi ketinggian bangunan bertambah. Perkembangan ini seringkali terjadi di pusat kota dan daerah-daerah yang punya potensi perekonomian, di mana harga lahan sangatlah tinggi. 3. Perkembangan interstisial, yaitu perkembangan ke arah dalam, dalam perkembangan ini ketinggian rata-rata tetap sama, sedangkan kuantitas lahan terbangun bertambah. Terjadi pada daerah-daerah perbatasan antara pusat kota dengan pinggiran kota, di mana kawasannya hanya dapat dipadatkan. Jalur atau path merupakan salah satu elemen pembentuk fisik suatu wilayah yang terstruktur. Path atau lorong atau jalan berfungsi menghubungkan suatu daerah dengan daerah lainnya. Dalam hal ini, jalur menghubungkan aliran waktu dengan aktivitas yang berbeda. Jalur sebagai jaringan sirkulasi dan transportasi wilayah mempunyai beberapa bentuk dasar yang disebut pola atau pattern. Di sini terdapat lima bentuk dasar pola, antara lain : •
Grid, grid memberikan kemudahan orientasi dan mudah diikuti. Bentuk ini diambil dari bentuk-bentuk bersudut/ terjadi karena perpotongan jalan yang tegak lurus satu sama lainnya dengan lebar jalan rata-rata sama.
•
Bentuk konsentrik (Consentric), bentuk ini cocok digunakan pada ‘urban metropolis’ atau untuk ‘regional subcentre. Juga bentuk ini memungkinkan untuk menyesuaikan dengan keadaan topografi
•
Linier, merupakan pola garis lurus yang menghubungkan titik-titik penting.
4. Pertumbuhan Ekonomi Aktivitas ekonomi dan organisasi keruangan dalam suatu sistem perkotaan (urban system) menurut simpul (nodes) dan jaringan (network) menekankan bahwa efisiensi penggunaan ruang dan pengambilan keputusan kebijakan pemanfaatan ruang dibuat oleh penguasa yang tidak terlibat langsung dalam ruang itu, tetapi keputusankeputusan itu berpengaruh pada kehidupan masyarakat di situ. Kebijakan pusat
pertumbuhan industri perkotaan dan kebijakan urbanisasi yang diterapkan pada dekade 1970-an bersumber dari pendekatan ini. Berkaitan
dengan
konsep
pengembangan
wilayah,
maka
pembangunan
perekonomian kawasan diarahkan pada penyediaan sarana dan prasarana, terutama yang menunjang pemanfaatan dan pengelolaan potensi wilayah, baik yang berasal dari sumber daya alam lokal maupun untuk proses pengelolaan industri. Aksi pembangunan yang utama dilakukan untuk membentuk jaringan akses atau ‘linkage system’ kawasan perkotaan hingga akses ke luar kawasan. Pembangunan perekomian tidak terlepas dari pembangunan penduduk untuk meningkatkan kesejahteraannya. Dengan demikian kaitan pembangunan ekonomi dengan pembangunan penduduk adalah upaya untuk mencapai tujuan: •
Menyediakan lapangan kerja yang memadai terutama bagi penduduk kota.
•
Tersedianya fasilitas yang lebih baik untuk menunjang peningkatan pendapatan penduduk.
•
Peningkatan kualitas masyarakat dengan pelatihan dan pendidikan ketrampilan praktis. Pada awalnya daerah permukiman ini merupakan daerah pinggiran (pheri-pheri),
tapi sejalan dengan berkembangnya Kota Surabaya, daerah ini merupakan daerah transisi (terjadi perubahan karakter dari desa atau rural ke kota atau urban). Hal tersebut terjadi karena pengaruh perkembangan kota, terutama kegiatan-kegiatan industri yang ada di Kecamatan Waru, diantaranya ada di perindustrian daerah Rungkut dan Brebek. Sehingga perkembangan yang ada mengakibatkan Desa Tambak Sumur ini telah menyatu dengan Kota Surabaya meskipun secara administratif masuk dalam wilayah Kabupaten Sidoarjo (daerah perbatasan antara Sidoarjo dan Surabaya). Karakteristik dari penduduk di desa ini merupakan masyarakat asli dan pendatang, yang terdiri dari masyarakat yang bergolongan suku Jawa dan Madura.
5. Potensi dan Faktor-faktor Pendukung Perkembangan. Berdasarkan hasil amatan di lapangan, nampak berbagai macam rumah warga masyarakat yang masih lama dan berbau kolonial. Hal ini mulai berkembang sekitar
tahun 19081. Selain itu ada pula rumah yang sudah mengalami perubahan (rehab) secara total dengan model bangunan dengan gaya modern. Sehingga bentuk permukimannya masih menyatu dengan permukiman yang asli atau lama, dan permukiman yang sudah mengalami perubahan dari bentukan rumahnya. 1. Adanya perkembangan Kota secara makro (perkembangan Kota Surabaya), yang secara langsung membawa dampak berkembanganya daerah-daerah di sekitarnya, terutama Kecamatan Waru yang berbatasan langsung dengan Kota Surabaya, termasuk pada permukiman di Desa Tambak Sumur, terutama yang diakibatkan oleh kegiatan industri yang menyerap tenaga kerja. 2. Adanya perkembangan sarana dan prasarana, terutama sarana transportasi, industri serta perdagangan dan jasa, sehingga membawa implikasi terhadap kebutuhan akan permukiman baru. Sehingga pada permukiman di Desa Tambak Sumur banyak yang dikomersilkan menjadi tempat kos-kosan atau kontrakan, untuk menampung para pekerja di industri yang dekat dengan perkampungan ini, yaitu Rungkut dan Brebek. 6. Kecenderungan Pemanfaatan Ruang Meliputi kecenderungan pemanfaatan tanah di wilayah perencanaan oleh pihak swasta, masyarakat dan pemerintah. A. Swasta Pihak swasta yang di identifikasikan di wilayah perencanaan adalah perusahaan swasta dan informal. Apabila dicermati, perkembangan penggunaan tanah di wilayah perencanaan yang diusahakan oleh pihak swasta menunjukkan adanya kecenderungan: 1. Adalah kecenderungan pemanfaatan tanah untuk perumahan dan industri. Pemanfaatan tanah untuk perumahan
terlihat lebih pesat dibanding industri.
Hampir semua tanah kosong yang dibangun
dalam kurun waktu lima tahun
terakhir adalah untuk perumahan yang lokasinya menyebar di Kota Sidoarjo. 2. Adalah kecenderungan pemanfaatan tanah untuk kegiatan perdagangan dan jasa. B. Masyarakat Pemanfaatan tanah oleh masyarakat dilakukan oleh anggota masyarakat dan komunitas masyarakat. Ada dua kecenderungan yang diidetifikasikan, yaitu untuk 1
sumber : dari hasil wawancara dengan Bapak Mimbar warga dan salah satu aparat Desa Tambak Sumur.
perumahan dan fasilitas kelembagaan masyarakat. Pemanfaatan tanah untuk perumahan hampir seluruhnya oleh anggota masyarakat. Perkembangannya cenderung mengikuti jaringan jalan yang ada.Berikut tabel-tabel perbandingan perkembangan wilayah Waru dan Sidoarjo tahun 1984 dan tahun 2002: Kependudukan 4,500.00
4,000.00
3,500.00
3,000.00
Kelahiran
2,500.00
Kematian Datang 2,000.00
Pindah
1,500.00
1,000.00
500.00
1
2
Tabel 1 Perbandingan Penduduk Waru Tahun 1984-200 Sumber: Sidoarjo Dalam Angka Tahun 1984 dan 2002 Industri 2,000.00 1,800.00 1,600.00 1,400.00 1,200.00 Industri Besar Industri Kecil
1,000.00 800.00 600.00 400.00 200.00 1
2 1984 - 2002
Tabel 2 Perbandingan Penduduk Waru Tahun 1984-200 Sumber: Sidoarjo Dalam Angka Tahun 1984 dan 2002
Hal ini lebih banyak dipengaruhi perkembangan kota Surabaya yang semakin pesat, sehingga membutuhkan perumahan untuk menampung perkembangan tersebut. Tanah di Surabaya masih terlalu mahal untuk dibangun perumahan, serta terbatasnya lahan yang diperuntukkan untuk perumahan. Untuk lebih jelasnya kita bisa melihat perbandingan angka perkembangan kecamatan Waru dan Kabupaten Sidoarjo berdasarkan angka tahun 1984 dan tahun 2002 di bawah ini. Tabel 3. Prosentase perkembangan pada tahun 1984 dan tahun 2002 Kecamatan Waru. Aspek
Luas Daerah (Ha) Umum
Penduduk
Tenaga Kerja
Pengairan Industri Energi Perhubungan
2002
Keterangan
268,524.00
303,200.00
12.91%
Naik
417.00
13,074.00
3035.25%
Naik
Rumah Tangga
12,356.00
37,396.00
202.65%
Naik
Jumlah Penduduk
57,529.00
148,277.00
157.74%
Naik
Per-km2
2,037.00
4,890.00
140.06%
Naik
Per-desa
3,321.00
8,722.00
162.63%
Naik
Per-RT
5.00
4.00
-20.00%
Turun
Kelahiran
584.00
1,254.00
114.73%
Naik
Kematian
182.00
549.00
201.65%
Naik
Datang
1,454.00
4,124.00
183.63%
Naik
Pindah
569.00
2,584.00
354.13%
Naik
Daftar
280.00
1,149.00
310.36%
Naik
Penempatan
50.00
37.00
-26.00%
Turun
Lowongan
35.00
37.00
5.71%
Naik
Pertanian Kw/Ha
49.91
56.54
13.28%
Naik
46,168.96
9,272.56
-79.92%
Turun
Kelapa (ton)
7.34
2.84
-61.31%
Turun
Kapuk Randu (ton)
2.26
0.19
-91.59%
Turun
Ternak Sapi (ekor)
639.00
66.00
-89.67%
Turun Turun
Tambak (Ha)
553,591.00
402.20
-99.93%
Jumlah Hasil (kg)
317,017.00
4,443,100.00
1301.53%
Naik
Luas Teknis (Ha)
30,033.00
167.00
-99.44%
Turun
Luas 1/2 Teknis
40.00
-100.00%
Turun
Industri Besar
12.00
383.00
3091.67%
Naik
Industri Kecil
147.00
1,865.00
1168.71%
Naik
-
PAM (pelanggan)
4,414.00
49,533.00
1022.18%
Naik
PLN (pelanggan)
3,567.00
262,037.00
7246.15%
Naik
KA Naik (org)
3,265.00
396,495.00
12043.80%
Naik
Pesawat datang (org)
55,917.00
2,228,678.00
3885.69%
Naik
Pesawat Pergi (org)
61,324.00
2,047,990.00
3239.62%
Naik
1,586.00
84,084.00
5201.64%
Naik
Kecelakaan Lalin
38.00
113.00
197.37%
Naik
TK
21.00
76.00
261.90%
Naik
1,079.00
7,161.00
563.67%
Naik
32.00
48.00
50.00%
Naik
630.00
136,643.00
21589.37%
Naik
9.00
17.00
88.89%
Naik
2,590.00
5,645.00
117.95%
Naik
Telepon
Siswa TK Pendidikan
Prosentase
1984
Karyawan PNS
Produksi (Kw) Hasil Alam
Tahun
Parameter
SD Siswa SD SLTP Siswa SLTP
SMU Siswa SMU
Kesehatan
0.00%
Tetap
761.00
1,830.00
140.47%
Naik
-
4.00
-
-
Siswa Kejuruan
-
1,083.00
-
-
Masjid&Langgar Gereja KUD
Koperasi
4.00
Kejuruan Fasilitas
Agama
4.00
Anggota
13.00
60.00
361.54%
Naik
169.00
256.00
51.48%
Naik
2.00
7.00
250.00%
Naik
1.00
1.00
0.00%
Tetap
1,548.00
1,803.00
16.47%
Naik
Sumber: Sidoarjo dalam Angka tahun 1984 dan tahun 2002
Berdasarkan tabel di atas, ternyata sektor yang berhubungan dengan sumberdaya alam terdapat kecenderungan penurunan. Sedangkan yang berhubungan dengan kependudukan dan sarana mengalami peningkatan yang sangat pesat. Perkembangan generator
kegiatan yang memberikan pengaruh terhadap fungsi-fungsi di unit
pengembangan Waru-Surabaya adalah sebagai berikut: 1. Tahun 1970 mulai berproduksi PT. Panggung Electronics Industrie 2. Tahun 1970 mulai berproduksi PT. Maspion I 3. Tahun 1971 mulai buka Rumah Makan Aloha 4. Tahun 1974 mulai beroperasi PT. Astra / Toyota 5. Tahun 1981 mulai penerbangan sipil di Bandara Juanda 6. Tahun 1984-1986 pembuatan jalan sekunder sebelah selatan pada jalur GedanganJuanda 7. Tahun 1993-1998 pembuatan jalan sekunder sebelah utara pada jalur GedanganJuanda 8. Tahun 1994 mulai beroperasi Hotel Utami 9. Tahun 1996 mulai berproduksi PT. Pitamas Indonusa (Industri pita perekat) 10. Tahun 1996 mulai berproduksi PT. Sinar Djajacan (industri percetakan kaleng) 11. Tahun 1997 mulai beroperasi Pom bensin Juanda 12. Tahun 1999 mulai beroperasi PT. Indomarco (industri sarung tangan karet, tutup kepala, balon dan sepatu karet) 13. Tahun 2000 mulai berproduksi PT. Golden Ruberindo (industri kecap) 14. Tahun 2000 mulai berprodukasi PT. Cipta Plastindo (industri kecap), serta masih banyak lagi pusat-pusat kegiatan serta sarana dan prasaran, yang karena berbagai keterbatasan tidak dapat diuraikan pada kesempatan ini.
Pengaruh yang ditimbulkan oleh perkembangan generator kegiatan tersebut berbeda-beda, sesuai karakteristik dan potensi wilayah serta pada sektor-sektor tertentu yang berbedabeda pula, salah satunya adalah pengaruhnya pada perkembangan perumahan dan permukiman di suatu kawasan.
7. Pola Permukiman Perkembangan perkampungan secara alamiah dapat kita lihat dari pola penataan fisik bangunan perumahan yang mengikuti akses jalan dan ada sebagian dari permukiman yang tidak berorientasi secara langsung terhadap jalan. Sedangkan pola penataannya berdasarkan pada teori bentuk linear.
Pola linear terjadi karena adanya •
Jalan utama desa yang menghubungkan sisi Barat desa dengan sisi Timur desa membentuk huruf “S”.
•
Adanya pengaruh secara tidak langsung dengan batas desa Tambak Rejo.
•
Bangunan rumah-rumah penduduk yang sebagian besar berorientasi pada jalan utama desa tersebut.
Sedangkan kecenderungan pola perkembangan pada perkampungan di Desa Tambak Sumur, mengarah pada pola perkembangan grid, dimana bangunan-bangunan baru
dibangun dengan memanfaatkan pada lahan-lahan pekarangan yang kosong dan sudah tidak produktif. Sedangkan untuk lahan-lahan pertanian yang masih produktif tetap dipertahankan untuk memenuhi konsumsi pertanian (terutama padi). Sehingga nantinya terdapat gabungan antara bentuk grid dan bentuk linear.
Pola ini akan terjadi disebabkan karena: •
Pengaruh pola Perumahan Pondok Tjandra Indah yang pembangunannya menerapkan pola grid.
•
Adanya
akses
jalan
yang
menghubungkan
dengan
Perumahan
Pondok
TjandraIndah (pada sisi Utara) yang mengikuti pola jalan pada perumahan Pondok Tjandra Indah.
8. Ruang dan Lahan dalam Permukiman dan Perkembangan (Perluasan) Banyak ditemui kawasan perumahan dan permukiman yang telah melebihi daya tampung dan daya dukung lingkungan, dalam menghadapi dampak saling keterkaitan dengan kawasan yang lebih luas, serta masalah keterpaduannya dengan sistem prasaranan dan sarana baik di perkotaan maupun di pedesaan. Pada permukiman perkampungan di Desa Tambak Sumur, masih cukup memadai dengan masih banyaknya lahan-lahan kosong hanya saja perlu penanganan yang khusus terhadap pola penataan prasarana dan sarana lingkungannya. Menurut intensitas penggunaan lahannya dan pola perpetakan lahan dan permukiman di Desa Tambak Sumur dapat dibagi menjadi tiga katagori, yaitu:
1. Kawasan permukiman dengan intensitas penggunaan lahan rendah dan perpetakan lahan tidak beraturan. Daerah pengembangannya mengikuti perkembangan jalan desa. Terdapat pada daerah-daerah pinggiran atau daerah baru yang pengembangannya belum tertata.
2. Kawasan
permukiman dengan intensitas penggunaan lahan sedang dan
perpetakan lahannya yang cukup baik, biasanya terdapat pada daerah-daerah sekitar pusat desa. 3. Kawasan perumahan dan permukiman dengan intensitas penggunaan lahan tinggi dengan perpetakan baik, terletak pada kawasan perumahan. Sedangkan pada perumahan Pondok Tjandra Indah, intensitas penggunaan lahan masih didominasi oleh lahan kosong dan area terbuka hijau yang luas (boulevard).
Dengan adanya pembangunan perumahan Pondok Tjandra Indah, terdapat perubahan struktur permukiman. Hal ini tampak pada sketsa dibawah ini.
Berdasarkan sketsa akibat dari bentuk lahan yang semakin kecil akibat adanya pemakaian lahan untuk perumahan Pondok Tjandra Indah, mengakibatkan struktur permukiman di desa Tambak Sumur berubah. Jika kita perbandingkan antara peta tahun 1963 yang dibuat berdasarkan foto udara tahun 1959 dengan peta tahun 1999, maka sebenarnya sudah terdapat permukiman dan jalan utama di desa Tambak Sumur, dimana: •
Jaringan jalan membentuk pola “S” dari arah Utara-Selatan.
•
Keberadaan permukiman (kampung) berada di sepanjang jalan utama desa.
Terdapat areal persawahan yang cukup luas di sekitar wilayah desa Tambak Sumur.
9. Konsep Pembangunan Berkelanjutan Pembangunan berkelanjutan meliputi aspek sosial, ekologi dan ekonomi yang masing-masing saling terkait untuk membentuk pembangunan wilayah yang terintegrasi. Pada permukiman yang diamati hal tersebut dilakukan dengan peningkatan mutu lingkungan dan peningkatan kemampuan masyarakat dalam bidang ekonomi. Peningkatan perekonomian masyarakat dilakukan dengan jalan memperbaiki antar wilayah dalam kota dan penyediaan sarana-prasarana lingkungan yang menunjang. Strategi yang dilakukan pada permukiman dalam konteks pembangunan berkelanjutan adalah sebagai berikut: 1. Aspek Pembangunan Permukiman Pada dasarnya kebijakan tentang pembangunan permukiman didasarkan atas dua hal yaitu: a. Permukiman yang telah ada dengan kondisi yang kurang memadai dan menempati lahan yang tidak sesuai b. Pemukiman yang akan terbentuk dan atau sudah terbentuk dengan pola yang lebih baik dan menempati lahan yang tepat. 2. Aspek Tataguna Lahan Pemerintah mengalokasikan lahan-lahan khusus, terutama lahan untuk industri dan pengembangannya (dalam hal ini adalah industri dalam skala menengah) yang kemungkinan dampaknya secara langsung berhubungan dengan masyarakat kota. Selain tujuan untuk melindungi lingkungan kota, pengkhususan ini juga untuk memudahkan sistem hubungan yang akan terjadi serta efisiensi energi transportasi. 3. Aspek Pembangunan Ekonomi
Pembangunan perekonomian yang dilakukan pemerintah dan masyarakat adalah dititikberatkan pada pemanfaatan potensi lokal, baik sumber daya alam maupun potensi sumber daya manusianya. Dalam hal ini pemerintah menyediakan sarana dan prasarananya serta peraturan tentang batasan-batasan pengolahan potensi yang ada. 4. Aspek Sarana dan Prasarana Ada beberapa aspek, kendala lingkungan dan perkembangan penduduk menjadi permasalahan, khususnya dalam suplai air bersih. Sehingga, pengorganisasian ruang kota merupakan hal yang sangat penting untuk memperbaiki kondisi yang ada. 5. Aspek Perbaikan Lingkungan Dalam hal ini adalah tentang manajemen pengolahan limbah dan pembuangan sampah. Penanggulangan limbah dilakukan dengan bertumpu pada kemampuan masingmasing produsen limbah tersebut, terutama dari sektor industri dan rumah tangga.
10. Kesimpulan Seperti yang kita ketahui bahwa setiap keputusan pembangunan pada dasarnya adalah atas dasar pertimbangan ekonomi. Demikian
pula dengan pembangunan
perumahan dan permukiman. Perkembangan ekonomi di kota Sidoarjo dan khususnya di kecamatan Waru yang semakin pesat apalagi dengan tumbuhnya sektor industri yang pada akhirnya menuntut kebutuhan akan pengadaan perumahan. Dengan menggunakan Local Economic Development yang merupakan konsep pembangunan ekonomi yang bertumpu pada pendayagunaan sumberdaya lokal yang ada pada suatu masyarakat seperti sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya kelembagaan, oleh masyarakat itu sendiri, melalui kelompok-kelompok kelembagaan berbasis masyarakat yang ada dan keberpihakan pemerintah daerah. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, maka di desa Tambak Sumur dan Perum Pondok Tjandra Indah dalam pengembangan struktur permukiman dan prasarananya terkena pengaruh dalam perkembangan tersebut. Hal ini menuntut peran dari berbagai pihak yang terkait didalam perkembangan perumahan dan permukiman atas dasar pembangunan ekonomi. Kami mencoba membuat tabel tentang struktur permukiman dan prasarana kota di desa Tambak Sumur dan perumahan Pondok Tjandra Indah yang terdiri dari 5 aspek sebagai berikut:
Tabel 1. Struktur permukiman dan prasarana kota di desa Tambak Sumur dan perumahan Pondok Tjandra Indah NO.
ASPEK
PERMUKIMAN TAMBAK SUMUR
PERUMAHAN PONDOK TJANDRA INDAH
1.
Perkembangan bentuk dan
•
pola permukiman
Kecenderungan perkembangan
•
vertikal dan interstisial •
Pola permukimannya gabungan
horizontal, vertikal, dan interstisial. •
antara pola linear dan pola grid. 2.
Ruang dan lahan dalam
•
permukiman dan perkembangannya
Intensitas penggunaan lahan
•
3.
Prasarana dasar
•
•
permukiman •
Intensitas penggunaan lahan relatif tinggi pada daerah yang sudah terbangun.
Intensitas penggunaan lahan sedang pada daerah pusat desa
Pola permukimannya mengikuti pola grid
rendah pada daerah pinggiran. •
Kecenderungan perkembangan
•
Intensitas penggunaan lahan
Tambak Sumur
rendah terutama pada sisi timur,
Intensitas penggunaan lahan tinggi
yang merupakan daerah
pada daerah dekat perumahan
perkembangan perumahan Pondok
Pondok Tjandra Indah.
Tjandra Indah.
Sudah cukup terpenuhi untuk
•
Sudah terencana dan tertata
prasarana dasar permukiman di
dengan baik, hal ini disebabkan
desa Tambak Sumur.
sebagai kawasan real estate maka
Terdapat pembangunan dalam
perum Pondok Tjandra Indah sudah
rangka perbaikan dan
memiliki parasarana yang sudah
penyempurnaan prasarana
terencana pada master plannya.
permukiman seperti jalan dan jaringan air bersih. 4.
Aspek permukiman
•
•
Sebagai permukiman yang sudah
•
Aspek-aspek permukiman sudah
cukup lama, maka permukiman di
terpenuhi disebabkan perum
desa Tambak Sumur sudah
Pondok Tjandra Indah suda cukup
terdapat aspek-aspek permukiman
lama keberadaannya, maka
yang terus mengikuti perkembangan
perencanaan dan
yang berada di kecamatan Waru.
pengembangannya mengikuti
Ruang terbuka di desa Tambak
perkembangan permukiman yang
Sumur terutama berupa areal
ada.
persawahan dan lapangan untuk
•
bermain.
Ruang terbuka yang ada berupa ruang terbuka di tengah perumahan dan jalur hijau di dalam perumahan Pondoh Tjandra Indah.
5.
Pembangunan oleh
§
masyarakat §
Belum adanya kebijakan atau
§
pihak developer untuk prasarana
Keberadaan Perum Pondok
dan tipe awal rumah-rumah di
Tjandra Indah memberikan pengaruh yang kuat §
Pondok Tjandra Indah. §
Sedangkan untuk selanjutnya
Proses perkembangan yang mereka
pengembangan rumah dilakukan
lakukan adalah perlahan-lahan
oleh penghuni antara lain dengan melakukan renovasi.
masih menggunakan pola tradisional §
Awal pembangunan dilakukan oleh
strategi di tingkat atasnya.
§
Proses pengembang di Pondok
Musyawarah merupakan sebuah
Tjandra Indah dilakukan oleh pihak
pendekatan kultural
developer dan penghuni.
Sumber: Analisis dan Pengamatan Lapangan 2004
11. DAFTAR PUSTAKA Molelong, L., (2000), Metodologi Penelitian Kualitatif; Penerbit PT. Remaja Rosdakarya, Bandung. Silas, J,. (1993), Perumahan: Hunian dan Fungsi Lebihnya, Dari Aspek Sumberdaya dan Eksistensi; Pidato Pengukuhan untuk Jabatan Teknik Arsitektur FTSP ITS Surabaya, 15 Mei 1993. Steadman, J.P. (1983). Architectural Morphology. : Pion Limeted, London Wiryomartono, A.Bagoes.P, (1995). Seni Bangunan dan Seni Bina kota Di Indonesia. Jakarta : PT. Gramedia Zahnd, M, (1999), Perancangan Kota Secara Terpadu, Teori Perancangan Kota dan Penerapannya, Kanisius, Jakarta. ---- RDTRK Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo 1999/2000-2008/2009. ---- Sidoarjo Dalam Angka Tahun 1984 ---- Sidoarjo Dalam Angka Tahun 2002