PERTUMBUHAN PENDUDUK 1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Hasil proyeksi menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia selama dua puluh lima tahun mendatang terus meningkat yaitu dari 205,1 juta pada tahun 2000 menjadi 273,2 juta pada tahun 2025 (Tabel 3.1). Walaupun demikian, pertumbuhan rata-rata per tahun penduduk Indonesia selama periode 2000-2025 menunjukkan kecenderungan terus menurun. Dalam dekade 1990-2000, penduduk Indonesia bertambah dengan kecepatan 1,49 persen per tahun, kemudian antara periode 2000-2005 dan 2020-2025 turun menjadi 1,34 persen dan 0,92 persen per tahun. Turunnya laju pertumbuhan ini ditentukan oleh turunnya tingkat kelahiran dan kematian, namun penurunan karena kelahiran lebih cepat daripada penurunan karena kematian. Crude Birth Rate (CBR) turun dari sekitar 21 per 1000 penduduk pada awal proyeksi menjadi 15 per 1000 penduduk pada akhir periode proyeksi, sedangkan Crude Death Rate (CDR) tetap sebesar 7 per 1000 penduduk dalam kurun waktu yang sama. Salah satu ciri penduduk Indonesia adalah persebaran antar pulau dan provinsi yang tidak merata. Sejak tahun 1930, sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di Pulau Jawa, padahal luas pulau itu kurang dari tujuh persen dari luas total wilayah daratan Indonesia. Namun secara perlahan persentase penduduk Indonesia yang tinggal di Pulau Jawa terus menurun dari sekitar 59,1 persen pada tahun 2000 menjadi 55,4 persen pada tahun 2025. Sebaliknya persentase penduduk yang tinggal di pulau pulau lain meningkat seperti, Pulau Sumatera naik dari 20,7 persen menjadi 22,7 persen, Kalimantan naik dari 5,5 persen menjadi 6,5 persen pada periode yang sama. Selain pertumbuhan alami di pulau-pulau tersebut memang lebih tinggi dari pertumbuhan alami di Jawa, faktor arus perpindahan yang mulai menyebar ke pulau-pulau tersebut juga menentukan distribusi penduduk (Tabel 3.1). Tabel 3.1 Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Provinsi 2000-2025 Propinsi 2000 2005 2010 2015 2020 (1) (2) (3) (4) (5) (6) 11. NANGGROE ACEH DARUSSALAM 12. SUMATERA UTARA 13. SUMATERA BARAT 14. RIAU 15. JAMBI 16. SUMATERA SELATAN 17. BENGKULU 18. LAMPUNG 19. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 31. DKI JAKARTA 32. JAWA BARAT 33. JAWA TENGAH 34. D I YOGYAKARTA 35. JAWA TIMUR 36. BANTEN 51. B A L I 52. NUSA TENGGARA BARAT 53. NUSA TENGGARA TIMUR 61. KALIMANTAN BARAT 62. KALIMANTAN TENGAH 63. KALIMANTAN SELATAN 64. KALIMANTAN TIMUR 71. SULAWESI UTARA 72. SULAWESI TENGAH 73. SULAWESI SELATAN 74. SULAWESI TENGGARA 75. GORONTALO 81. M A L U K U 82. MALUKU UTARA 94. PAPUA
3,929.3 11,642.6 4,248.5 4,948.0 2,407.2 6,210.8 1,455.5 6,730.8 900.0 8,361.0 35,724.0 31,223.0 3,121.1 34,766.0 8,098.1 3,150.0 4,008.6 3,823.1 4,016.2 1,855.6 2,984.0 2,451.9 2,000.9 2,176.0 8,050.8 1,820.3 833.5 1,166.3 815.1 2,213.8
4,037.9 12,452.8 4,402.1 6,108.4 2,657.3 6,755.9 1,617.4 7,291.3 971.5 8,699.6 39,066.7 31,887.2 3,280.2 35,550.4 9,309.0 3,378.5 4,355.5 4,127.3 4,394.3 2,137.9 3,240.1 2,810.9 2,141.9 2,404.0 8,493.7 2,085.9 872.2 1,266.2 890.2 2,518.4
4,112.2 13,217.6 4,535.3 7,469.4 2,911.7 7,306.3 1,784.5 7,843.0 1,044.7 8,981.2 42,555.3 32,451.6 3,439.0 36,269.5 10,661.1 3,596.7 4,701.1 4,417.6 4,771.5 2,439.9 3,503.3 3,191.0 2,277.2 2,640.5 8,926.6 2,363.9 906.9 1,369.4 969.5 2,819.9
4,166.3 13,923.6 4,693.4 8,997.7 3,164.8 7,840.1 1,955.4 8,377.4 1,116.4 9,168.5 46,073.8 32,882.7 3,580.3 36,840.4 12,140.0 3,792.6 5,040.8 4,694.9 5,142.5 2,757.2 3,767.8 3,587.9 2,402.8 2,884.2 9,339.9 2,653.0 937.5 1,478.3 1,052.7 3,119.5
4,196.5 14,549.6 4,785.4 10,692.8 3,409.0 8,369.6 2,125.8 8,881.0 1,183.0 9,262.6 49,512.1 33,138.9 3,694.7 37,183.0 13,717.6 3,967.7 5,367.7 4,957.6 5,493.6 3,085.8 4,023.9 3,995.6 2,517.2 3,131.2 9,715.1 2,949.6 962.4 1,589.7 1,135.5 3,410.8
2025 (7) 4,196.3 15,059.3 4,846.0 12,571.3 3,636.8 8,875.8 2,291.6 9,330.0 1,240.0 9,259.9 52,740.8 33,152.8 3,776.5 37,194.5 15,343.5 4,122.1 5,671.6 5,194.8 5,809.1 3,414.4 4,258.0 4,400.4 2,615.5 3,372.2 10,023.6 3,246.5 979.4 1,698.8 1,215.2 3,682.5
Jumlah penduduk di setiap provinsi sangat beragam dan bertambah dengan laju pertumbuhan yang sangat beragam pula. Bila dibandingkan dengan laju pertumbuhan periode 1990-2000, maka terlihat laju pertumbuhan penduduk di beberapa provinsi ada yang naik pesat dan ada pula yang turun dengan tajam (data tidak ditampilkan). Sebagai contoh, provinsi-provinsi yang laju pertumbuhan penduduknya turun tajam minimal sebesar 0,50 persen dibandingkan periode sebelumnya (1990-2000) adalah Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Selatan, Bengkulu, Jawa Tengah, Sulawesi Tengah, Gorontalo dan Papua. Sementara, provinsi yang laju pertumbuhannya naik pesat minimal sebesar 0,40 persen dibandingkan periode sebelumnya adalah Lampung, Kep. Bangka Belitung, DKI Jakarta dan Maluku Utara. Tabel 3.2. memperlihatkan dua provinsi dengan rata-rata laju pertumbuhan penduduk minus yaitu, Nanggroe Aceh Darussalam dan DKI Jakarta. Kondisi ini kemungkinan akibat dari asumsi migrasi yang digunakan, yaitu pola migrasi menurut umur selama periode proyeksi dianggap sama dengan pola migrasi periode 1995-2000, terutama untuk provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Pola net migrasi provinsi ini pada periode 1995-2000 adalah minus di atas 10 persen, jauh lebih tinggi dari provinsi-provinsi pengirim migran lainnya. Tabel 3.2 Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Provinsi 2000-2025 Propinsi (1) 11. NANGGROE ACEH DARUSSALAM 12. SUMATERA UTARA 13. SUMATERA BARAT 14. RIAU 15. JAMBI 16. SUMATERA SELATAN 17. BENGKULU 18. LAMPUNG 19. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 31. DKI JAKARTA 32. JAWA BARAT 33. JAWA TENGAH 34. D I YOGYAKARTA 35. JAWA TIMUR 36. BANTEN 51. B A L I 52. NUSA TENGGARA BARAT 53. NUSA TENGGARA TIMUR 61. KALIMANTAN BARAT 62. KALIMANTAN TENGAH 63. KALIMANTAN SELATAN 64. KALIMANTAN TIMUR 71. SULAWESI UTARA 72. SULAWESI TENGAH 73. SULAWESI SELATAN 74. SULAWESI TENGGARA 75. GORONTALO 81. M A L U K U 82. MALUKU UTARA 94. PAPUA
2000-2005 2005-2010 2010-2015 2015-2020 2020-2025 (2) (3) (4) (5) (6) 0.55 1.35 0.71 4.30 2.00 1.70 2.13 1.61 1.54 0.80 1.81 0.42 1.00 0.45 2.83 1.41 1.67 1.54 1.82 2.87 1.66 2.77 1.37 2.01 1.08 2.76 0.91 1.66 1.78 2.61
0.37 1.20 0.60 4.11 1.85 1.58 1.99 1.47 1.46 0.64 1.73 0.35 0.95 0.40 2.75 1.26 1.54 1.37 1.66 2.68 1.57 2.57 1.23 1.89 1.00 2.53 0.78 1.58 1.72 2.29
0.26 1.05 0.69 3.79 1.68 1.42 1.85 1.33 1.34 0.41 1.60 0.26 0.81 0.31 2.63 1.07 1.41 1.23 1.51 2.48 1.47 2.37 1.08 1.78 0.91 2.33 0.67 1.54 1.66 2.04
0.14 0.88 0.39 3.51 1.50 1.32 1.69 1.17 1.17 0.20 1.45 0.16 0.63 0.19 2.47 0.91 1.26 1.09 1.33 2.28 1.32 2.18 0.93 1.66 0.79 2.14 0.53 1.46 1.53 1.80
-0.00 0.69 0.25 3.29 1.30 1.18 1.51 0.99 0.95 -0.01 1.27 0.01 0.44 0.01 2.27 0.77 1.11 0.94 1.12 2.04 1.14 1.95 0.77 1.49 0.63 1.94 0.35 1.34 1.37 1.54
3.2. Susunan Umur Penduduk Struktur umur penduduk Indonesia masih tergolong muda, walaupun dari hasil sensus dan survei-survei yang lalu proporsi penduduk muda tersebut menunjukkan kecenderungan makin menurun. Susunan umur penduduk hasil proyeksi yang disajikan pada Tabel 3.3. sampai dengan Tabel 3.5 juga menunjukkan pola yang sama. Asumsi tentang penurunan tingkat kelahiran dan kematian Indonesia seperti diuraikan di atas sangat mempengaruhi susunan umur penduduk. Proporsi anak-anak berumur 0-14 tahun turun dari 30,7 persen pada tahun 2000 menjadi 22,8 persen pada tahun 2025 (Tabel 3.3).
Dalam kurun yang sama mereka yang dalam usia kerja, 15-64 tahun meningkat dari 64,6 persen menjadi 68,7 persen (Tabel 3.4) dan mereka yang berusia 65 tahun ke atas naik dari 4,7 persen menjadi 8,5 persen (Tabel 3.5). Perubahan susunan ini mengakibatkan beban ketergantungan (dependency ratio) turun dari 54,70 persen pada tahun 2000 menjadi 45,50 persen pada tahun 2025. Menurunnya rasio beban ketergantungan menunjukkan berkurangnya beban ekonomi bagi penduduk umur produktif (usia kerja) yang menanggung penduduk pada umur tidak produktif. 3.3. Net Reproduction Rate (NRR) NRR merupakan salah satu hasil (output) proyeksi penduduk yang sering diinterpretasikan sebagai banyaknya anak perempuan yang dilahirkan oleh setiap perempuan dalam masa reproduksinya. Sering ditanyakan, kapankah Indonesia akan mencapai NRR = 1, tingkat replacement level, yaitu saat dimana satu ibu diganti secara tepat oleh satu bayi perempuan. Dengan asumsi penurunan fertilitas dan mortalitas serta perolehan susunan umur seperti telah diuraikan di atas, Indonesia akan mencapai NRR = 1 pada sekitar tahun 2015. Pada saat itu bukannya berarti laju pertumbuhan penduduk sama dengan nol, atau penduduk tanpa pertumbuhan, tetapi penduduk akan tetap bertambah dengan laju pertumbuhan yang relatif stabil. Beberapa provinsi sudah mencapai tingkat itu jauh sebelum tahun 2015, misalnya DKI Jakarta, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali dan Sulawesi Utara, yaitu pada periode 1996-1999. Pada akhir periode proyeksi hampir semua provinsi telah mencapai replacement level. Pada Tabel 3.6 disajikan NRR Indonesia dan juga NRR setiap provinsi. Tabel 3.6 Estimasi Net Reproduction (NRR) menurut Provinsi, 2000-2025 Propinsi (1) 11. NANGGROE ACEH DARUSSALAM 12. SUMATERA UTARA 13. SUMATERA BARAT 14. RIAU 15. JAMBI 16. SUMATERA SELATAN 17. BENGKULU 18. LAMPUNG 19. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 31. DKI JAKARTA 32. JAWA BARAT 33. JAWA TENGAH 34. D I YOGYAKARTA 35. JAWA TIMUR 36. BANTEN 51. B A L I 52. NUSA TENGGARA BARAT 53. NUSA TENGGARA TIMUR 61. KALIMANTAN BARAT 62. KALIMANTAN TENGAH 63. KALIMANTAN SELATAN 64. KALIMANTAN TIMUR 71. SULAWESI UTARA 72. SULAWESI TENGAH 73. SULAWESI SELATAN 74. SULAWESI TENGGARA 75. GORONTALO 81. M A L U K U 82. MALUKU UTARA 94. PAPUA
Periode 2000-2005 2005-2010 2010-2015 2015-2020 2020-2025 (2002) (2007) (2012) (2017) (2022) (2) (3) (4) (5) (6) 1.19 1.28 1.22 1.19 1.16 1.15 1.11 1.18 108.00 0.74 1.06 1.06 0.68 0.78 1.15 0.89 1.18 1.38 1.24 1.12 1.01 1.10 0.94 1.10 1.08 1.33 1.08 1.34 1.31 1.31
1.10 1.18 1.14 1.11 1.09 1.06 1.03 1.09 102.00 0.73 1.02 1.02 0.66 0.77 1.09 0.89 1.10 1.25 1.14 1.05 0.99 1.05 0.91 1.05 1.04 1.21 1.04 1.25 1.23 1.20
1.05 1.10 1.08 1.06 1.04 1.00 0.99 1.03 99.00 0.72 1.00 1.00 0.66 0.77 1.04 0.90 1.05 1.15 1.07 1.01 0.98 1.02 0.89 1.02 1.02 1.12 1.02 1.19 1.17 1.11
1.03 1.05 1.03 1.02 1.01 0.99 0.96 1.00 97.00 0.72 0.99 0.98 0.66 0.77 1.01 0.90 1.01 1.06 1.02 0.99 0.97 1.00 0.89 1.00 1.00 1.06 1.00 1.14 1.13 1.05
1.02 1.01 1.00 0.99 0.98 1.00 0.95 0.97 96.00 0.72 0.99 0.97 0.66 0.77 0.99 0.90 0.99 1.00 0.98 0.98 0.96 0.98 0.88 0.99 0.99 1.01 1.00 1.15 1.10 1.00
3.4. Harapan Hidup Rata-rata Angka Harapan Hidup pada saat lahir (eo) adalah hasil perhitungan proyeksi yang sering dipakai sebagai salah satu Indikator Kesejahteraan Rakyat. Dengan asumsi kecenderungan Angka Kematian Bayi (AKB) menurun serta perubahan susunan umur penduduk seperti telah diuraikan di atas maka harapan hidup penduduk Indonesia (laki-laki dan perempuan) naik dari 67,8 tahun pada periode 2000-2005 menjadi 73,6 tahun pada periode 2020-2025. Dalam Tabel 3.7 juga terlihat bahwa variasi harapan hidup menurut provinsi tidak terlalu besar pada awal tahun proyeksi, angka harapan hidup terendah 60,9 tahun untuk Nusa Tenggara Barat dan tertinggi 73,0 tahun untuk DI Yogyakarta. Pada akhir periode proyeksi variasi itu menjadi berkisar antara 70,8 tahun 75,8 tahun untuk provinsi-provinsi yang sama seperti pada awal proyeksi. Tabel 3.7 Estimasi Angka Harapan Hidup (eo) menurut Provinsi, 2000-2025 Propinsi (1) 11. NANGGROE ACEH DARUSSALAM 12. SUMATERA UTARA 13. SUMATERA BARAT 14. RIAU 15. JAMBI 16. SUMATERA SELATAN 17. BENGKULU 18. LAMPUNG 19. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 31. DKI JAKARTA 32. JAWA BARAT 33. JAWA TENGAH 34. D I YOGYAKARTA 35. JAWA TIMUR 36. BANTEN 51. B A L I 52. NUSA TENGGARA BARAT 53. NUSA TENGGARA TIMUR 61. KALIMANTAN BARAT 62. KALIMANTAN TENGAH 63. KALIMANTAN SELATAN 64. KALIMANTAN TIMUR 71. SULAWESI UTARA 72. SULAWESI TENGAH 73. SULAWESI SELATAN 74. SULAWESI TENGGARA 75. GORONTALO 81. M A L U K U 82. MALUKU UTARA 94. PAPUA
Periode 2000-2005 2005-2010 2010-2015 2015-2020 2020-2025 (2002) (2007) (2012) (2017) (2022) (2) (3) (4) (5) (6) 67.2 68.6 66.8 68.0 67.0 66.9 66.8 67.9 66.9 73.0 66.6 68.9 73.0 67.8 64.6 70.6 60.9 66.1 66.1 67.8 64.1 69.6 72.3 64.5 66.3 66.9 66.3 65.3 63.3 66.1
67.3 70.5 69.2 70.1 69.1 69.2 68.9 70.1 69.0 74.0 69.0 71.0 74.0 70.0 67.3 72.4 64.4 68.4 68.5 70.0 66.9 71.6 73.6 67.0 68.8 69.1 68.7 67.7 66.3 68.4
69.2 72.1 71.2 71.9 70.8 71.2 70.7 71.8 70.8 74.7 70.9 72.6 74.7 71.9 69.4 73.5 67.2 70.3 70.4 71.7 69.2 73.1 74.4 69.1 70.9 70.8 70.7 69.8 68.7 70.3
71.1 73.2 72.8 73.2 72.0 72.7 72.3 73.1 72.1 75.4 72.3 73.6 75.4 73.2 70.9 74.2 69.3 71.9 71.7 72.6 70.9 74.1 75.1 70.8 72.4 72.1 72.0 71.3 70.5 71.8
72.8 74.0 73.8 74.0 72.9 73.6 73.4 73.8 73.0 75.8 73.2 74.2 75.8 73.9 71.9 74.6 70.8 72.9 72.5 73.0 72.1 74.6 75.6 72.0 73.3 72.9 72.8 72.5 71.9 72.7
3.5. Urbanisasi Urbanisasi adalah persentase penduduk perkotaan. Urbanisasi dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu pertumbuhan alami penduduk daerah perkotaan, migrasi dari daerah perdesaan ke daerah perkotaan, dan reklasifikasi desa perdesaan menjadi desa perkotaan. Proyeksi penduduk daerah perkotaan pada proyeksi ini tidak dilakukan dengan membuat asumsi untuk ketiga faktor tersebut, tetapi berdasarkan perbedaan laju pertumbuhan penduduk daerah perkotaan dan daerah perdesaan (Urban Rural Growth Difference/URGD). Namun begitu, dengan membuat asumsi URGD untuk masa yang akan datang, berarti proyeksi ini secara tidak langsung juga sudah mempertimbangkan ketiga faktor tersebut. Tabel 3.8 menyajikan tingkat urbanisasi per provinsi dari tahun 2000 sampai dengan 2025. Untuk Indonesia, tingkat urbanisasi diproyeksikan sudah mencapai 68 persen pada tahun 2025. Untuk beberapa provinsi, terutama provinsi di Jawa dan Bali, tingkat urbanisasinya sudah lebih tinggi dari Indonesia secara total. Tingkat urbanisasi di empat
provinsi di Jawa pada tahun 2025 sudah di atas 80 persen, yaitu di DKI Jakarta, Jawa Barat, DI Yogyakarta, dan Banten. Tabel 3.8 Presentase Penduduk Daerah Perkotaan per Provinsi, 2000-2025 Propinsi (1) 11. NANGGROE ACEH DARUSSALAM 12. SUMATERA UTARA 13. SUMATERA BARAT 14. RIAU 15. JAMBI 16. SUMATERA SELATAN 17. BENGKULU 18. LAMPUNG 19. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 31. DKI JAKARTA 32. JAWA BARAT 33. JAWA TENGAH 34. D I YOGYAKARTA 35. JAWA TIMUR 36. BANTEN 51. B A L I 52. NUSA TENGGARA BARAT 53. NUSA TENGGARA TIMUR 61. KALIMANTAN BARAT 62. KALIMANTAN TENGAH 63. KALIMANTAN SELATAN 64. KALIMANTAN TIMUR 71. SULAWESI UTARA 72. SULAWESI TENGAH 73. SULAWESI SELATAN 74. SULAWESI TENGGARA 75. GORONTALO 81. M A L U K U 82. MALUKU UTARA 94. PAPUA
2000 (2) 23.6 42.4 29.0 43.7 28.3 34.4 29.4 21.0 43.0 100.0 50.3 40.4 57.6 40.9 52.2 49.7 34.8 15.4 24.9 27.5 36.2 57.7 36.6 19.3 29.4 20.8 25.4 25.3 28.9 22.2
2005 (3) 28.8 46.1 34.3 50.4 32.4 38.7 35.2 27.0 47.8 100.0 58.8 48.6 64.3 48.9 60.2 57.7 41.9 18.0 27.8 34.0 41.5 62.2 43.4 21.0 32.2 23.0 31.3 26.1 29.7 22.8
2010 (4) 34.3 50.1 39.8 56.6 36.5 42.9 41.0 33.3 52.2 100.0 66.2 56.2 70.2 56.5 67.2 64.7 48.8 20.7 31.1 40.7 46.7 66.2 49.8 22.9 35.3 25.6 37.0 26.9 30.6 23.5
2015 (5) 39.7 54.4 45.3 62.1 40.6 47.0 46.5 39.8 56.5 100.0 72.4 63.1 75.2 63.1 73.0 70.7 55.2 23.5 34.8 47.2 51.6 69.9 55.7 24.9 38.8 28.5 42.8 27.9 31.5 24.3
2020 (6) 44.9 58.8 50.6 66.9 44.5 50.9 51.7 46.2 60.3 100.0 77.4 68.9 79.3 68.9 77.7 75.6 61.0 26.4 39.0 53.3 56.3 73.1 61.1 27.3 42.6 31.8 48.2 28.8 32.5 25.1
2025 (7) 49.9 63.5 55.6 71.1 48.4 54.6 56.5 52.2 63.9 100.0 81.4 73.8 82.8 73.7 81.5 79.6 66.0 29.3 43.7 58.8 60.6 75.9 65.7 29.9 46.7 35.5 53.2 29.9 33.6 26.0
Urbanisasi Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. Urbanisasi adalah masalah yang cukup serius bagi kita semua. Persebaran penduduk yang tidak merata antara desa dengan kota akan menimbulkan berbagai permasalahan kehidupan sosial kemasyarakatan. Jumlah peningkatan penduduk kota yang signifikan tanpa didukung dan diimbangi dengan jumlah lapangan pekerjaan, fasilitas umum, aparat penegak hukum, perumahan, penyediaan pangan, dan lain sebagainya tentu adalah suatu masalah yang harus segera dicarikan jalan keluarnya. Berbeda dengan perspektif ilmu kependudukan, definisi Urbanisasi berarti persentase penduduk yang tinggal di daerah perkotaan. Perpindahan manusia dari desa ke kota hanya salah satu penyebab urbanisasi. perpindahan itu sendiri dikategorikan 2 macam, yakni: Migrasi Penduduk dan Mobilitas Penduduk, Bedanya Migrasi penduduk lebih bermakna perpindahan penduduk dari desa ke kota yang bertujuan untuk tinggal menetap di kota. Sedangkan Mobilitas Penduduk berarti perpindahan penduduk yang hanya bersifat sementara atau tidak menetap. Untuk mendapatkan suatu niat untuk hijrah atau pergi ke kota dari desa, seseorang biasanya harus mendapatkan pengaruh yang kuat dalam bentuk ajakan, informasi media massa, impian pribadi, terdesak kebutuhan ekonomi, dan lain sebagainya. Pengaruh-pengaruh tersebut bisa dalam bentuk sesuatu yang mendorong, memaksa atau faktor pendorong seseorang untuk urbanisasi, maupun dalam bentuk yang menarik perhatian atau faktor penarik. Di bawah ini adalah beberapa atau sebagian contoh yang pada dasarnya dapat menggerakkan seseorang untuk melakukan urbanisasi perpindahan dari pedesaaan ke perkotaan.
A. Faktor Penarik Terjadinya Urbanisasi 1. Kehidupan kota yang lebih modern dan mewah 2. Sarana dan prasarana kota yang lebih lengkap 3. Banyak lapangan pekerjaan di kota 4. Di kota banyak perempuan cantik dan laki-laki ganteng 5. Pengaruh buruk sinetron Indonesia 6. Pendidikan sekolah dan perguruan tinggi jauh lebih baik dan berkualitas B. Faktor Pendorong Terjadinya Urbanisasi 1. Lahan pertanian yang semakin sempit 2. Merasa tidak cocok dengan budaya tempat asalnya 3. Menganggur karena tidak banyak lapangan pekerjaan di desa 4. Terbatasnya sarana dan prasarana di desa 5. Diusir dari desa asal 6. Memiliki impian kuat menjadi orang kaya