1
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Jumlah penduduk Bali pada tahun 2010 sebesar 3.890.757 jiwa dengan
kepadatan penduduk mencapai 690,26 jiwa/km2 dan laju pertumbuhan penduduk jika dibandingkan tahun 2000 mencapai 2,14%. Penduduk perempuan di Bali hampir seimbang dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki yaitu dengan perbandingan 2.014.300 (49,66%) perempuan dan 2.042.000 (50,34%) laki-laki (BPS. Provinsi Bali, 2014). Penduduk perempuan Bali yang bekerja sebanyak 1.014.052 (44,60%) atau lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki yaitu sebanyak 1.259.845 (55,40%), tetapi perempuan Bali yang bekerja dalam industri pariwisata baru sebesar 26% dibandingkan laki-laki. Dengan fakta ini berarti pembangunan pariwisata Bali perlu dilakukan dengan pembangunan dan pengembangan pariwisata yang berwawasan kesetaraan dan keadilan gender, yang artinya
dalam
pembangunan
pariwisata
tersebut
dilakukan
dengan
mempertimbangkan secara adil, setara, proporsional, persamaan hak dan kewajiban antara laki-laki dan perempuan. Undang-undang Ketenagakerjaan No. 13/2003, Bab III, Pasal 5-6, menyebutkan bahwa setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan serta berhak memperoleh perlakuan yang sama dari pengusaha. Terkait dengan hal tersebut Suryani (2003: 41) menyatakan secara normatif negara telah menjamin persamaan hak antara laki-laki
2
dan perempuan untuk berpartisipasi dalam suatu pembangunan, termasuk dalam pembangunan di bidang pariwisata. Dalam menunjang keberhasilan pembangunan pariwisata, perempuan Bali terus berupaya memperjuangkan diri mereka guna mendapatkan hak dan perlakukan yang sama dengan laki-laki sehingga mereka dapat berperan aktif dalam bidang pariwisata. Bidang pariwisata yang paling banyak membutuhkan tenaga kerja dalam mengoperasikan usahanya adalah akomodasi/hotel. Dalam operasional suatu hotel unsur pelayanan merupakan hal penting untuk dilakukan oleh para tenaga kerja agar mampu memberikan kepuasan terhadap pelanggan yang dilayani. Kini hotel mewah tidak hanya dijumpai di darat (resort) tetapi sudah banyak yang beroperasi di lautan lepas yang sering disebut dengan kapal pesiar (cruise). Bekerja di kapal pesiar merupakan trend/kecenderungan masa kini bagi masyarakat Bali. Masyarakat Bali telah melihat kenyataan bahwa tenaga kerja yang bekerja di kapal pesiar telah banyak mengubah taraf hidup diri maupun keluarganya. Hal ini terbukti dengan bekerja di kapal pesiar, mereka bisa memenuhi kebutuhan primer, sekunder maupun tersier yang lebih layak seperti membangun rumah yang lebih permanen dan membeli mobil. Mereka menyadari bahwa dengan bekerja di kapal pesiar, di samping mendapatkan pendapatan yang lebih besar dibandingkan dengan bekerja di dalam negeri, mereka bisa bekerja sambil jalan-jalan ke luar negeri, serta mampu membuka wawasan tenaga kerja itu sendiri. Kenyataan ini memotivasi tenaga kerja Bali lainnya untuk ikut merasakan keunggulan dari bekerja di kapal pesiar. Sejalan dengan penelitian Sunarsa (2009: 127) yang menyatakan bahwa bekerja di kapal pesiar memiliki prospek yang
3
menjanjikan sepanjang masih mampu melakukannya karena gaji yang diterima lebih besar dibandingkan bekerja di dalam negeri. Hal ini juga tidak menutup kenyataan bahwa akhir-akhir ini terjadi beberapa kasus memprihatinkan yang menimpa tenaga kerja asal Bali di kapal pesiar seperti kasus penganiayaan dan pemerkosaan, serta meninggalnya tenaga kerja Bali saat bekerja di kapal pesiar. Bali sebagai produsen tenaga kerja pariwisata telah berhasil meningkatkan pemberangkatan tenaga kerja Bali ke kapal pesiar sampai tahun 2013. Secara persentase tingkat partisipasi perempuan Bali yang bekerja dalam industri pariwisata kapal pesiar dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, walaupun tingkat partisipasinya masih kurang dari 10%, jika dibandingkan dengan tenaga kerja laki-lakinya (Tabel 1.1). Keterlibatan perempuan Bali dalam industri pariwisata kapal pesiar tersebut tentu memberikan implikasi terhadap kemajuan pariwisata dan lingkungan kehidupannya baik ditinjau dari faktor ekonomi, sosial, maupun budaya. Keterlibatan perempuan dalam industri kapal pesiar merupakan suatu hal yang menarik, karena sektor pariwisata termasuk dalam sektor publik. Tabel 1.1 Tenaga Kerja Bali yang Bekerja dalam Industri Pariwisata Kapal Pesiar Menurut Jenis Kelamin (orang/%) Tahun 2010-2013 Jenis Kelamin No Tahun Jumlah Laki-laki Perempuan 1
2010
713 (94,19)
44 (5,81)
757
2
2011
10.409 (93,72)
697 (6,28)
11.106
3
2012
8.676 (93,58)
595 (6,42)
9.271
4
2013
10.347 (91,99)
901 (8,01)
11.248
30.145 (93,09)
2.237 (6,91)
32.382
Jumlah
Sumber: BP3TKI Denpasar, 2014
4
Untuk dapat mengisi peluang kerja di kapal pesiar, perempuan Bali diwajibkan memiliki kualifikasi kompetensi kerja seperti hard skill dan soft skill. Kompetensi kerja merupakan kemampuan setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Hard skill merupakan kompetensi pengetahuan dan keahlian yang harus dimiliki dalam melaksanakan pekerjaan seperti keterampilan dalam melayani wisatawan. Soft skill adalah penampilan dan sikap kerja yang ditunjukkan oleh tenaga kerja dalam memberikan pelayanan. Di samping itu Sadia dan Oka (2012) menyebutkan bahwa karakteristik perkerjaan di kapal pesiar juga menuntut disiplin yang tinggi dan membutuhkan ketahanan fisik yang kuat. Terkait dengan hal tersebut, perempuan Bali berusaha menyiapkan diri secara dini untuk memenangkan persaingan yang semakin kompetitif pada era global ini. Dalam era globalisasi ini, tenaga kerja Bali termasuk perempuan, telah mampu memenuhi kualifikasi kompetensi kebutuhan tenaga kerja dalam industri pariwisata kapal pesiar. Kompetensi yang dimaksud baik hard skill maupun soft skill. Hal ini dibuktikan dengan keberhasilan dari tenaga kerja perempuan Bali dalam mengisi peluang kerja yang tersedia dalam industri pariwisata kapal pesiar, dengan peningkatan yang signifikan dengan tingkat pertumbuhan rata-rata sebesar 33,84% (BP3TKI, 2014). Sampai saat ini, di Bali terdapat 24 Kantor Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja
Indonesia
Swasta
(PPTKIS)
yang
telah
berperan
aktif
dalam
memberangkatkan tenaga kerja Bali ke kapal pesiar, baik laki-laki maupun perempuan. Perusahaan-perusahaan yang dimaksud, sebagai berikut (Tabel 1.2).
5
Tabel 1.2 Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta ke Kapal Pesiar di Provinsi Bali, Tahun 2013 No
Nama Perusahaan
Alamat
1
PT. Bali Paradise Citra Dewata
Jl. Pulau Ayu VIII/21 Denpasar
2
PT. Bali Duta Mandiri
Jl. Kecak 12, Gatot Subroto Denpasar
3
PT. Satria Abdi Persada
Jl. Merdeka No. 9 Denpasar
4
PT. Lawu Agung Rinjani
Jl. Sekar Tunjung XV/3 Gatsu Timur Denpasar
5
PT. Cemerlang Tunggal Inti Karsa
Jl. Tukad Jinah 20X Denpasar
6
PT. Quantum Job
Jl. Dsn Penarukan Kelod, Kerambitan, Tabanan
7
PT. Reka Wahana Mulya
Jl. Jempiring No. 21 Denpasar
8
PT. Bina Adi Daya Mandiri
Jl. Danau Tamblingan 27 Sanur, Denpasar
9
PT. Elkarim Makmur Sentosa
Jl. Cok Agung Tresna 47 Denpasar
10
PT. Mahayana Bina Andika
Jl. Cok Rai Pudak, Peliatan, Ubud, Gianyar
11
PT. Danamon Wahana Tenaga Kerja
Jl. Kertha Petasikan III/12 Suwung, Denpasar
12
PT. Bagoes Bersaudara
Jl. Maninjau V/2 Sanur, Denpasar
13
PT. Ficotama Bina Terampil
Jl. Kebo Iwa 21 Gianyar
14
PT. Hasamuri Abadi
15
PT. Berkat Sukses Makmur Sejahtera
Jl. Raya Puputan Renon, Komplek Duta Wijaya Blok C, Denpasar Jl. Buluh Indah 121, Denpasar
16
PT. Andromedia Graha
Jl. Sahadewa, Dsn Rening, Desa Baluk, Negara
17
PT. Dharma Karya Raharja
18
PT. Rimba Cipta Indah
Jl. Gunung Muliawan III/F10, Tegal Kertha, Denpasar Jl. Nusantara, Lingkungan Kubu, Bangli
19
PT. Sumber Bakat Insani
20
PT. Mercator Services Indonesia
21
PT. Lentera Bunga Bangsa Sejati
22
PT. Cahaya Alam Timur
23
PT. Panca Mega Bintang
24
PT. Cahaya Persada
Jl. Patih Jelantik, Komplek Pertokoan Istana Kuta Galeria, Blok PM 1/12, Ling. Abianbase, Badung Jl. Gatot Subroto No. 366 A, Denpasar Jl. Denpasar-Gilimanuk Km 28, Desa Sembung Gede, Kerambitan, Tabanan Jl. Raya Kuta 68, Istana Kuta Galeria BW 2/9-9, Lingkungan Abianbase, Badung. Jl. Dewata, Komplek Pertokoan Alam Dewata Blok F.4 Sidakarya, Denpasar Jl. Lely 1B, Kreneng, Denpasar.
Sumber: Disnakertrans Prov. Bali, 2014 Keikutsertaan perempuan Bali untuk bekerja dalam industri pariwisata kapal pesiar, dipengaruhi oleh faktor sosial maupun faktor ekonomi. Faktor sosial misalnya, golongan umur, status perkawinan, dan pendidikan. Faktor ekonomi
6
yang dapat memengaruhi motivasi perempuan untuk bekerja dalam industri pariwisata, misalnya ada di antara perempuan yang terpaksa bekerja karena desakan ekonomi keluarga atau mereka ingin membantu suami untuk menambah pendapatan keluarganya. Bahkan dengan keberhasilan dari pihak keluarga dalam mencapai
kemapanan
ekonomi
keluarga,
dapat
menyebabkan
keluarnya
perempuan dari bidang pekerjaan (Soedjono, 1986). Pemberdayaan perempuan dalam industri pariwisata kapal pesiar merupakan hal menarik karena secara budaya sektor pariwisata berada dalam sektor publik, di mana berdasarkan pembagian kerja secara tradisional (gender) sektor publik merupakan wilayah kerja kaum laki-laki. Wilayah kerja perempuan di sektor domestik seperti mengelola rumah tangga, mencuci, dan memasak. Sukeni (2006) menyatakan bahwa walaupun secara konvensional ada pembagian kerja seperti itu, tetapi dalam kenyataan khususnya bagi kaum perempuan Bali keadaannya jauh berbeda karena sejak pariwisata modern dikembangkan di Bali, perempuan Bali telah berpartisipasi dalam sektor publik seperti bekerja dalam industri pariwisata. Oleh karena itu menarik untuk dikaji secara mendalam tentang bagaimana implikasi perempuan Bali yang bekerja dalam industri pariwisata kapal pesiar terhadap lingkungannya ditinjau dari faktor ekonomi, sosial, dan budaya. Perempuan Bali yang memiliki motivasi untuk bersaing meraih jabatan di industri pariwisata kapal pesiar sangat minim. Minimnya motivasi perempuan Bali untuk meraih jabatan karena mereka sudah merasa cukup dengan penghasilan yang telah diperolehnya sebagai staf seperti menjadi bar waitress, housemaid, dan cabin steward di kapal pesiar. Dengan posisi sebagai staf perempuan dominan
7
melaksanakan tugas-tugas yang bersifat teknis. Mereka menyatakan, jika menduduki jabatan yang tinggi akan dibarengi dengan tanggung jawab yang lebih tinggi pula. Karmini (2011) menyatakan faktor penyebab sedikitnya perempuan dalam meraih jabatan dalam hotel berbintang lima karena adanya keterikatan dengan keluarga, yakni terikat dalam pekerjaan domestik dalam mendampingi suami dan mengasuh anak yang lebih diutamakan daripada tekun bekerja, serta adanya keterikatan dengan adat di tempat tinggal mereka. Budaya tersebut menjadi hambatan bagi perempuan Bali dalam menduduki jabatan strategis dalam industri pariwisata. Tenaga kerja perempuan Bali yang bekerja dalam industri pariwisata kapal pesiar, pada berbagai jabatan dalam bidang pariwisata memiliki keunggulan komparatif dibandingkan dengan tenaga kerja luar Bali. Keunggulan komparatif tenaga kerja Bali dominan terkait dengan aspek pribadi seperti penampilan dan sikap, tetapi kurang menonjol dalam bidang yang berhubungan dengan kemampuan konseptual, manajerial serta aspek bisnis lainnya. Hal ini bisa dilihat masih terbatasnya tenaga kerja Bali menduduki posisi manajerial dalam hotel berbintang, misalnya sebagai front office manager, food and beverage manager, dan general manager. Posisi yang diraih tenaga kerja Bali dominan berada pada posisi sebagai staf. Dengan demikian keunggulan atau kekuatan tenaga kerja etnis Bali lebih banyak pada front liners atau tingkat pelaksana (Tim Peneliti Unud, 2001). Kekuatan tenaga kerja Bali merupakan modal soft skill yang sangat dibutuhkan dalam industri pariwisata. Kelemahan dijadikan sebagai acuan untuk terus memperbaiki dan meningkatkan kualitas diri guna mampu memenangkan
8
persaingan yang semakin kompetitif. Semuanya tergantung dari kemauan dan kemampuan tenaga kerja Bali untuk meningkatkan kualitas diri. Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat dikatakan bahwa ada beberapa faktor (ekonomi, sosial, budaya) yang mendorong ataupun menghambat kaum perempuan Bali untuk bekerja dalam industri pariwisata baik yang bersifat internal dari perempuan sendiri maupun yang bersifat eksternal. Oleh karena itu penelitian “perempuan Bali dalam industri pariwisata kapal pesiar” ini, relevan dan signifikan untuk diteliti sebagai sebuah penelitian kepariwisataan (tourism studies) dalam posisinya sebagai sebuah kajian multidisipliner yang terkait dengan kajian perempuan (women studies) dan kajian budaya (cultural studies) terhadap perempuan Bali yang bekerja dalam industri pariwisata kapal pesiar.
1.2.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan permasalahan
dalam penelitian ini, yaitu: 1.
Bagaimana keberadaan perempuan Bali yang bekerja dalam industri pariwisata kapal pesiar dilihat dari aspek kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dihadapinya?
2.
Faktor-faktor apa yang memotivasi perempuan Bali untuk bekerja dalam industri pariwisata kapal pesiar?
3.
Bagaimana implikasi ekonomi, sosial, dan budaya perempuan Bali yang bekerja dalam industri pariwisata kapal pesiar terhadap lingkungan kehidupannya?
9
1.3.
Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum Secara umum penelitian ini dilakukan untuk memberikan gambaran tentang fenomena perempuan Bali yang memilih bekerja dalam industri pariwisata kapal pesiar. Fakta menunjukkan bahwa kini perempuan Bali sudah berani memutuskan untuk memilih bekerja pada sektor publik seperti di kapal pesiar, walaupun secara budaya perempuan Bali terikat oleh adat budaya yang kental. Bahkan kini sudah banyak di antara perempuan Bali yang memutuskan untuk berangkat/bekerja di kapal pesiar sampai berkali-kali.
1.3.2. Tujuan khusus Sesuai dengan rumusan masalah yang diangkat, maka tujuan khusus dari penelitian ini sebagai berikut: 1.
Mengkaji keberadaan perempuan Bali yang bekerja dalam industri pariwisata kapal pesiar dilihat dari aspek kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dihadapinya.
2.
Menganalisis faktor-faktor yang memotivasi perempuan Bali untuk bekerja di industri pariwisata kapal pesiar.
3.
Mengkaji implikasi ekonomi, sosial, dan budaya perempuan Bali yang bekerja dalam industri pariwisata kapal pesiar terhadap lingkungan kehidupannya.
10
1.4.
Manfaat Hasil Penelitian Manfaat dari penelitian ini dibedakan atas dua bagian yaitu manfaat
teoretis dan manfaat praktis. 1.4.1 Manfaat Teoretis Secara teoretis, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan keilmuan tentang keberadaan perempuan Bali yang bekerja dalam industri pariwisata kapal pesiar dan bahkan dapat dipakai sebagai referensi dalam penelitian yang serupa berikutnya, baik yang dilaksanakan di Bali maupun di daerah lainnya. 1.4.2 Manfaat Praktis Secara praktis manfaat penelitian perempuan Bali dalam industri pariwisata kapal pesiar ini yaitu manfaat bagi kalangan pemerintah, industri pariwisata, serta masyarakat. 1.
Bagi pemerintah, penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan dalam menentukan kebijakan terhadap pemberdayaan tenaga kerja kerja perempuan Bali dalam industri pariwisata kapal pesiar.
2.
Bagi kalangan industri, penelitian ini dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan untuk lebih memaksimalkan tenaga kerja perempuan Bali dalam bidang pariwisata, tanpa mengurangi hak dan kewajibannya.
3.
Bagi masyarakat khususnya para kaum perempuan agar lebih berperan dalam industri pariwisata kapal pesiar, baik secara kuantitas maupun kualitas.