1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Program KB mempunyai kontribusi penting dalam upaya meningkatkan kualitas penduduk. Program KB merupakan salah satu program pemerintah yang bertujuan mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera. Dasar bagi terwujudnya keluarga kecil bahagia sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pertumbuhan penduduk Indonesia. Gerakan ini bertujuan menekan laju pertumbuhan penduduk Indonesia, apabila kelahiran dan pertumbuhan penduduk dapat dikendalikan dapat meningkatkan kualitas penduduk Indonesia. Program KB memiliki peran preventif yang paling dasar dan utama untuk mewujudkan tujuan tersebut. Penduduk Indonesia menggunakan alat kontrasepsi untuk mengikuti program pemerintah (Affandi, 2012). Survey yang dilakukan oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada tahun 2014 menyatakan bahwa jumlah akseptor KB aktif di Indonesia pada bulan Januari sampai dengan Desember 2014 yaitu 30.613.578 pasangan atau sekitar 75,31%. Berdasarkan hasil survey tersebut jumlah terbesar akseptor KB di Indonesia ialah akseptor KB suntik yaitu 14.736.917 atau 48,13% peserta KB aktif. Peserta aktif KB suntik di Provinsi Jawa Tengah terdapat 2.819.512 pasangan atau sekitar 57,06% dan untuk wilayah Surakarta pada tahun 2015 menyatakan bahwa jumlah akseptor KB aktif di kota Surakarta pada bulan Januari sampai dengan Desember 2015 yaitu
2
67.555 pasangan, untuk peserta aktif KB suntik terdapat 24.941 pasangan. Hal ini menunjukan bahwa KB suntik memang salah satu jenis kontrasepsi yang paling banyak digunakan (Data DKK Surakarta, 2015). Kontrasepsi yang menjadi pilihan kaum ibu yaitu KB suntik. Hal ini disebabkan karena aman, efektif, sederhana dan murah. Alat kontrasepsi yang paling banyak digunakan di masyarakat adalah KB suntik 3 bulan / DepoProvera yang mengandung 150 mg depot-medroxyprogesterone acetate yang diberikan setiap 3 bulan (Handayani, 2010). KB suntik 3 juga mempunyai beberapa efek samping, seperti amenorrhea (tidak terjadi perdarahan), spotting (bercak darah) dan meningkatnya atau menurunnya berat badan serta sama seperti halnya dengan kontrasepsi hormonal lainnya juga dijumpai keluhan mual, pusing dan sakit kepala (Sarwono, 2012). Puskesmas Gajahan milik Pemerintah Kota Surakarta ini memiliki pelayanan rawat jalan yang terdiri dari Poli Kandungan, Poli KIA-KB, Poli Umum, Poli Gigi, Laboratorium dan Apotek. Data yang diperoleh dari Puskesmas Gajahan sejak bulan Januari sampai dengan Desember 2015 jumlah akseptor KB aktif sebanyak 2.877 pasangan, terdiri dari jumlah akseptor KB aktif IUD sebanyak 641 pasangan, akseptor suntik 3 bulan sebanyak 1086 pasangan, akseptor implant sebanyak 90 pasangan, akseptor MOP 3 pasangan, akseptor MOW sebanyak 214 pasangan, akseptor pil 458 pasangan dan akseptor kondom sebanyak 385 pasangan. Berdasarkan survey yang dilakukakan di Puskesmas Gajahan tahun 2014 dan 2015 diperoleh bahwa Puskesmas Gajahan Surakarta memiliki kenaikan jumlah akseptor pada kasus
3
suntik Depo Provera dengan spotting, hal ini dibuktikan dengan jumlah akseptor KB suntik 3 bulan dengan spotting sebanyak 29 akseptor dari 1950 atau sekitar 1,48% pasangan pada tahun 2014 dan sebanyak 43 akseptor dari 1086 pasangan atau sekitar 3,95% pada tahun 2015 (RM Puskesmas Gajahan, 2015). Angka kejadian KB suntik dengan efek samping spotting tergolong sedikit, tetapi pada tahun 2015 ini mengalami kenaikan pada kasus suntik Depo-provera dengan spotting, apabila tidak mendapatkan penanganan yang tepat, maka dapat menimbulkan komplikasi pada akseptor, yaitu terjadinya perdarahan hebat selama beberapa bulan pertama penggunaan Depo-provera (Varney, 2007) Peraturan Menteri Kesehatan RI No.1464/MENKES/PER/X/2010 tentang wewenang bidan dalam pelayanan penanganan efek samping pemakaian kontrasepsi, bidan memiliki wewenang untuk memberikan pelayanan efek samping dari pemakaian kontrasepsi dengan melakukan pertolongan yang bersifat pertolongan pertama yang perlu mendapatkan pengobatan oleh dokter apabila gangguan berlanjut. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti memilih judul “Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana Pada Ny.S P2A0 Akseptor KB Suntik Depo Provera dengan Spotting di Puskesmas Gajahan Surakarta” agar dapat mempelajari dan memahami asuhan kebidanan pada akseptor kontrasepsi suntik Depo Provera dengan spotting melalui pendekatan manajemen kebidanan menurut Varney, sehingga mendapatkan penanganan lebih lanjut.
4
Studi kasus serupa mengenai kontrasepsi suntik Depo Provera, pernah diangkat oleh Natalia Prisca Agustina (2013) dari D3 Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada dengan judul ’’Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana Pada Ny. A Akseptor Suntik Depo Provera
dengan
Spotting di BPM Finulia Surjati Surakarta”. Hasil studi kasus yang telah dilakukan sebelumnya ditemukan kesenjangan pada pelayanan yang diberikan yaitu tidak dilakukan pemeriksaan inspekulo pada klien. Berdasarkan kasus yang penulis ambil terdapat perbedaan subjek, waktu, tempat.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah yaitu “Bagaimana Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana Pada Ny.S P2A0 Akseptor Suntik Depo Provera dengan Spotting di Puskesmas Gajahan Surakarta?”
C. Tujuan 1. Tujuan Umum Untuk mempelajari dan memahami pelaksanaan asuhan kebidanan keluarga berencana pada Ny.S P2A0 akseptor suntik Depo Provera dengan Spotting di Puskesmas Gajahan Surakarta secara komprehensif dengan pendekatan manajemen Varney.
5
2. Tujuan Khusus Mahasiswa dapat mempelajari dan memahami penerapan 7 langkah varney pada kasus akseptor suntik Depo Provera dengan spotting di Puskesmas Gajahan meliputi: a. Mengumpulan data dasar secara subjektif dan objektif pada Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana Pada Ny.S P2A0 Akseptor Suntik Depo Provera dengan spotting di Puskesmas Gajahan Surakarta. b. Melakukan interpretasi data klien pada Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana Pada Ny.S P2A0 Akseptor Suntik Depo Provera dengan spotting di Puskesmas Gajahan Surakarta. c. Menetapan diagnosa potensial dan antisipasi yang harus dilakukan bidan dari Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana Pada Ny.S P2A0 Akseptor Suntik Depo Provera dengan spotting di Puskesmas Gajahan Surakarta. d. Menetapan kebutuhan atau tindakan segera untuk konsultasi, kolaborasi, atau merujuk Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana Pada Ny.S P2A0 Akseptor Suntik Depo Provera dengan spotting di Puskesmas Gajahan Surakarta. e. Menetapan rencana Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana Pada Ny.S P2A0 Akseptor Suntik Depo Provera dengan spotting di Puskesmas Gajahan Surakarta. f. Menetapan pelaksanaan tindakan untuk Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana Pada Ny.S P2A0 Akseptor Suntik Depo Provera dengan spotting di Puskesmas Gajahan Surakarta.
6
g. Menetapan evaluasi efektifitas asuhan yang diberikan dan memperbaiki tindakan yang dipandang perlu. h. Menganalisis kesenjangan antara teori dan di lahan praktek.
D. Manfaat 1. Institusi Hasil studi kasus ini dapat dimanfaatkan sebagai masukan (sumbangan teoritis) penanganan kasus Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana Pada Ny.S P2A0 Akseptor Suntik Depo Provera dengan spotting di Puskesmas Gajahan Surakarta. 2. Profesi Hasil studi kasus ini dapat dimanfaatkan sebagai penyempurnaan penatalaksanaan penanganan kasus Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana Pada Ny.S P2A0 Akseptor Suntik Depo Provera dengan spotting di Puskesmas Gajahan Surakarta. 3. Klien dan Masyarakat Agar klien maupun masyarakat bisa mendapatkan pelayanan secara optimal pada kasus suntik Depo Provera dengan spotting sehingga dapat mengurangi atau menghentikan efek perdarahan bercak yang terjadi pada klien.