BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk adalah melalui program KB. KB adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, dan peningkatan kesejahteraan keluarga guna mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera (Dyah, 2009). Salah satu strategi dari pelaksanaan program KB seperti tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun 2004-2009 adalah meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) seperti AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim), implant (susuk) dan sterilisasi (Kemenkes RI, 2014) AKDR merupakan salah satu jenis alat kontrasepsi non hormonal dan termasuk alat kontrasepsi jangka panjang yang ideal dalam upaya menjarangkan kehamilan. Keuntungan pemakaian AKDR memerlukan satu kali pemasangan untuk jangka waktu yang lama dengan biaya yang relatif murah, aman karena tidak mempunyai pengaruh sistemik yang beredar ke seluruh tubuh, tidak mempengaruhi produksi ASI dan kesuburan cepat kembali setelah AKDR dilepas (Arum, 2008). Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2007, penggunaan kontrasepsi AKDR di Indonesia sebesar 7,73% sedangkan pada tahun 2006 7,6%. Untuk daerah seperti Jakarta, jumlah penggunaan AKDR sebesar 10,04%, sedangkan dijawa barat sebesar 7,9%. Provinsi yang paling banyak menggunakan AKDR adalah provinsi Bali (36,13%), lalu Yogyakarta 22,14%. Provinsi
1
yang paling sedikit menggunakan AKDR adalah Kalimantan tengah 1,27% (profil kesehatan Indonesia, 2007). Muhajirah (2004) mengemukakan bahwa akseptor KB termotivasi menggunakan alat kontrasepsi diakibatkan oleh beberapa faktor antara lain umur,pendidikan, pengetahuan, jumlah anak dan kondisi budaya serta ekonomi masyarakat. Pemakaian alat kontrasepsi pada wanita kawin kelompok umur 15-19 tahun dan 45-49 tahun lebih rendah dibandingkan mereka yang berumur 20-44 tahun. Wanita muda cendrung untuk memakai alat kontrasepsi pada modern jangka pendek seperti suntikan dan KB pil, sementara mereka yang lebih tua cenderung untuk memakai kontrasepsi jangka panjang seperti AKDR. Berdasarkan data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Bali pencapaian penggunaan AKDR tidak stabil. Dapat dilihat dari hasil survey pencapaian penggunaanAKDR tahun 2003 penggunaannya sebesar 22,72%, tahun 2004 pencapainnya 22,49%, tahun 2005 pencapainya 21,04%, tahun 2006 pencapaiannya 20,03%, dan tahun 2013 pencapainnya 30,89%. Secara teoritis tingkat kegagalan MKJP lebih rendah jika dibandingkan dengan nonMKJP. Jenis alat kontrasepsi yang termasuk MKJP adalah Vasektomi, Tubektomi, AKDR dan Implant, sedangkan yang termasuk non-MKJP antara lain suntik KB, Pil, dan Kondom. Rendahnya minat akseptor KB terhadap AKDR tidak terlepas dari rendahnya pengetahuan terhadap alat kontrasepsi tersebut. Sehingga sangat perlu pemahaman yang baik tentang AKDR bagi wanita usia subur. Alat kontrasepsi dalam rahim merupakan salah satu metode kontrasepsi yang pengunaannya relatif lebih rendah dibandingkan dengan penggunaan metode kontrasepsi lain (Nawirah, 2013)
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Denpasar tahun 2013, jumlah akseptor KB IUD di kota Denpasar sebesar 64,84%. Seperti Puskesmas I Denpasar timur pengunaan AKDR sebesar 24,36%, Puskesmas III Denpasar selatan penggunaan AKDR sebesar 86,96%, dan Puskesmas 1 Denpasar Utara tidak ada yang menggunakan AKDR. Jika dibandingkan dengan data di puskesmas 1 Denpasar Barat jumlah akseptor KB IUD yang paling tinggi yaitu sebesar 96,4%. Berdasarkan uraian data diatas, maka peneliti tertarik untuk melihat pengetahuan dan sikap penggunaan AKDR pada wanita pasangan usia subur di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Barat.
1.2 Rumusan Masalah Tingkat penggunaan akseptor AKDR di Puskesmas I Denpasar rendah dibandingkan dengan alat kontrsepsi suntik dan pil yang lebih unggul dimana proporsi penggunaan akseptor AKDR hanya 12,26%. Berdasarkan permasalahan tersebut maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimana pengetahuan dan sikap penggunaan AKDR Pada wanita pasangan usia subur di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Barat?”
1.3 Pertanyaan Penelitian Bagaimana tingkat pengetahuan dan sikap pemakaian AKDR pada akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Barat
1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Tujuan dari penelitian ini adalah peneliti dapat mengatahui pengetahuan dan sikap pemakaian AKDR pada akseptor KB di Wilayah Kerja Puskesmas I Denpasar Barat. 1.4.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui pengetahuan pada akseptor KB mengenai AKDR 2. Untuk mengetahui sikap pada akseptor KB mengenai AKDR
1.5 Manfaat 1.5.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan dan memperkaya bidang keilmuan dengan memperkuat teori yang telah ada dan dapat memberikan informasi bagi peneliti berikutnya mengenai AKDR
1.5.2 Manfaat Praktis 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi bagi akseptor KB sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap mengenai AKDR 2. Sebagai gambaran pengetahuan dan sikap akseptor KB mengenai AKDR sehingga dapat menjadi bahan masukan dalam mengalakkan promosi alat kontrasepi Metode Kontrasepsi jangka Panjang (MKJP).
1.6 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah bidang kesehatan ibu dan anak khusunya dalam Keluarga Berencana (KB) yang membahas mengenai pengetahuan dan sikap pemakaian AKDR pada akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas 1 Denpasar Barat.