PERTUMBUHAN BAKAU KURAP (Rhizophora stylosa Griff.) DI PERSEMAIAN MANGROVE DESA MUARA, KECAMATAN TELUK NAGA, TANGERANG
NIZZA NADYA RACHMANI
DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pertumbuhan Bakau Kurap (Rhizophora stylosa Griff.) di Persemaian Mangrove Desa Muara, Kecamatan Teluk Naga, Tangerang adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Mei 2014 Nizza Nadya Rachmani NIM E44090041
ABSTRAK NIZZA NADYA RACHMANI. Pertumbuhan Bakau Kurap (Rhizophora stylosa Griff.) di Persemaian Mangrove Desa Muara, Kecamatan Teluk Naga, Tangerang. Dibimbing oleh OMO RUSDIANA dan ANDI SUKENDRO. Kegiatan rehabilitasi mangrove yang dilakukan di Desa Muara meliputi kegiatan pembibitan dan penanaman untuk berbagai jenis, khususnya Rhizophora stylosa Griff.. Berkaitan dengan kegiatan tersebut, masyarakat memiliki kendala untuk menentukan buah yang telah matang dan belum matang sehingga melakukan pengunduhan pada buah belum matang (masih memiliki keping buah). Buah yang belum matang memerlukan perlakuan pendahuluan yang membutuhkan waktu lebih lama. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data informasi mengenai perkembangan pertumbuhan bakau kurap sehingga diperoleh teknik budidaya yang lebih baik menurut tipe propagul di persemaian dan pertumbuhan di lapangan berdasarkan perlakuan penanaman bibit tanpa polibag, bibit dengan polibag, dan direct seed dari propagul. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam periode waktu pengamatan 4 bulan, perlakuan direct seed dari propagul menghasilkan pertambahan tinggi terbaik yaitu 3.19 cm/bulan. Kegiatan rehabilitasi sebaiknya menggunakan propagul yang ditanam langsung atau direct seed pada daerah yang dangkal. Kata kunci: Bakau Kurap, Desa Muara, mangrove, propagul, Rhizophora stylosa Griff.
ABSTRACT NIZZA NADYA RACHMANI. The Growth of Bakau Kurap (Rhizophora stylosa Griff.) at Muara Mangrove Nursery, Teluk Naga, Tangerang. Supervised by OMO RUSDIANA and ANDI SUKENDRO. Mangrove rehabilitation activities that are being undertaken in Muara village include seedling and planting activities for various species of mangroves, especially Rhizophora stylosa Griff. (bakau kurap). The villagers have problem to see the differences of ripe and mature fruit according to the activities. They often pick the ripe fruits that still have pieces of fruit although ripe fruits need preface treatment that take long time to be a seed. This study was conducted to obtain information about the development of bakau kurap growth in order to obtain a better cultivation technique based on propagules type at nursery, and the growth in the field based on planting treatments. Those are seedling in polybag, seedling non polybag, and direct seed from propagules. The result showed that during 4 months observation, direct seed from propagules treatment gave effect the highest of height growth about 3.19 cm/month. It suggested that rehabilitation activities should used direct seed from propagules at shallow area. Keywords: mangrove rehabilitation, Muara village, propagules, Rhizophora stylosa Griff.
PERTUMBUHAN BAKAU KURAP (Rhizophora stylosa Griff.) DI PERSEMAIAN MANGROVE DESA MUARA, KECAMATAN TELUK NAGA, TANGERANG
NIZZA NADYA RACHMANI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Silvikultur
DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Pertumbuhan Bakau Kurap (Rhizophora stylosa Griff.) di Persemaian Mangrove Desa Muara, Kecamatan Teluk Naga, Tangerang Nama : Nizza Nadya Rachmani NIM : E44090041
Disetujui oleh
Dr Ir Omo Rusdiana, MSc Pembimbing I
Ir Andi Sukendro, MSi Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Nurheni Wijayanto, MS Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2013 ini ialah pertumbuhan mangrove, dengan judul Pertumbuhan Bakau Kurap (Rhizophora stylosa Griff.) di Persemaian Mangrove Desa Muara, Kecamatan Teluk Naga, Tangerang. Penelitian ini merupakan bagian dari program rehabilitasi dan ekowisata mangrove dengan energi terbarukan Desa Muara, Kecamatan Teluk Naga, Tangerang oleh CSR Pertamina beserta Lembaga Lanskap dan Lingkungan Universitas Trisakti, terima kasih atas kesempatan, waktu dan fasilitas yang telah diberikan selama pelaksanaan penelitian. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Omo Rusdiana, MSc dan Bapak Ir Andi Sukendro, MSi selaku dosen pembimbing, juga kepada Ibu Eva Rachmawati, SHut MSi selaku dosen penguji. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak dan Ibu dari Desa Muara yang telah membantu dalam pengambilan data, teman-teman satu bimbingan Garry dan Baiquni yang saling berbagi semangat, Peni, Lilla, Dewi, Fitri, Reni yang sudah bersedia meluangkan waktu untuk berbagi dan membantu penulis, dan tak lupa teman-teman SVK 46 yang selalu memberi keceriaan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, adik-adik serta seluruh keluarga besar, atas segala doa dan kasih sayangnya. Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi yang tidak dapat disebutkan satu-satu Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Mei 2014 Nizza Nadya Rachmani
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
ABSTRAK
ii
1 PENDAHULUAN
1
1.1 Latar Belakang
1
1.2 Tujuan Penelitian
1
1.3 Manfaat Penelitian
2
1.4 Hipotesis
2
2 METODE
2
2.1 Waktu dan Tempat Penelitian
2
2.2 Bahan
2
2.3 Alat
2
2.4 Prosedur Penelitian
2
2.5 Analisis Data
5
3 KONDISI UMUM
6
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
6
4.1 Morfologi Propagul Bakau Kurap
6
4.2 Pertumbuhan Propagul Bakau Kurap di Persemaian
7
4.3 Pertumbuhan Tanaman di Lapang 5 SIMPULAN DAN SARAN
13 16
5.1 Simpulan
16
5.2 Saran
17
DAFTAR PUSTAKA
17
RIWAYAT HIDUP
22
DAFTAR TABEL 1 Peubah pertumbuhan hasil sidik ragam perbedaan tipe propagul terhadap pertumbuhan propagul bakau kurap 2 Peubah pertumbuhan hasil sidik ragam perlakuan terhadap pertumbuhan bibit bakau kurap 3 Peubah pertumbuhan hasil sidik ragam perlakuan terhadap pertumbuhan propagul bakau kurap
7 13 15
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Denah percobaan pada bedeng pengamatan Morfologi propagul Persen hidup propagul yang ditanam dengan polibag Waktu lepas keping buah pada tipe propagul yang ditanam menggunakan keping buah Propagul bakau kurap yang ditanam dengan menggunakan keping buah Waktu mulai berakar bakau kurap pada minggu pertama Perakaran pada minggu pertama (a) perlakuan PTH, (b) perlakuan PAH Waktu pecah pucuk bakau kurap Waktu tanaman berdaun 2 dan 4 Pertambahan panjang akar Perakaran minggu ke-16 setelah berdaun 4 (a) perlakuan PTH, (b) perlakuan PAH Perbandingan antara jumlah akar dengan panjang akar Grafik pertambahan tinggi tanaman Persen hidup bibit yang ditanam di lapang Bibit bakau yang menguning Grafik pertambahan tinggi tanaman Persen hidup propagul yang ditanam dengan dan tanpa polibag Pertumbuhan tinggi tanaman
5 6 7 8 8 9 9 10 10 11 11 12 12 13 14 14 15 16
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Persen hidup propagul yang ditanam di persemaian Waktu berakar propagul yang ditanam di persemaian Pecah pucuk propagul yang ditanam di persemaian Tinggi tanaman propagul yang ditanam di persemaian Waktu 2 daun propagul yang ditanam di persemaian Waktu 4 daun propagul yang ditanam di persemaian Panjang akar 2 daun propagul yang ditanam di persemaian Panjang akar 4 daun propagul yang ditanam di persemaian Jumlah akar propagul yang ditanam di persemaian Persen hidup propagul DS dan PTH Tinggi tanaman DS dan PTH Persen hidup bibit Tinggi tanaman bibit
19 19 19 19 19 19 20 20 20 20 20 20 21
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan rehabilitasi mangrove yang diselenggarakan melalui kegiatan penghijauan dan reboisasi di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1990-an. Menurut data Departemen Kehutanan, sejak tahun 1995 hingga 2003 telah terealisasi seluas 7 890 ha (Departemen Kehutanan 2004) dan dari tahun 2003 hingga 2007 telah mencapai 70 185 ha dengan tingkat keberhasilan sangat rendah (Departemen Kehutanan 2008). Salah satu faktor yang menyebabkan tingkat keberhasilan penanaman sangat rendah adalah ketersediaan bibit dari beberapa spesies tanaman mangrove. Salah satu kegiatan rehabilitasi mangrove dilakukan di Desa Muara, Kecamatan Teluk Naga, Tangerang yang masih memiliki hutan asli mangrove yang terdiri dari beberapa jenis bakau dan api-api. Kegiatan ini dilakukan oleh masyarakat sekitar dengan tujuan menjaga keberadaan hutan mangrove yang terancam konversi menjadi areal tambak. Kegiatan rehabilitasi yang dilakukan meliputi kegiatan pembibitan dan penanaman untuk jenis Rhizophora mucronata, R. apiculata, R. stylosa, dan Avicennia sp. Pengunduhan buah merupakan bagian dari kegiatan pembibitan. Masyarakat memiliki kendala untuk menentukan buah yang telah matang dan belum matang dalam kegiatan pengunduhan buah. Menurut Kusmana et al. (2003), buah bakau yang telah matang dicirikan dengan terlepasnya hipokotil dari keping buahnya, namun buah yang telah matang akan terbawa hanyut oleh aliran sungai. Oleh karena itu, masyarakat sekitar melakukan pengunduhan pada buah yang belum matang (masih memiliki keping buah), padahal buah yang belum matang perlu diberi perlakuan pendahuluan yang membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menjadi bibit sebelum akhirnya ditanam. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan bakau kurap (R. stylosa) di persemaian menurut tipe propagul, dan pertumbuhan di lapangan berdasarkan perlakuan bibit tanpa polibag, bibit dengan polibag, dan direct seed dari propagul. Harapan dari penelitian ini adalah diperoleh jenis bibit yang bagus dan berkualitas untuk dibudidayakan dan mempelajari teknik terbaik untuk budidayanya.
1.2 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan data dan informasi mengenai: 1. Pertumbuhan propagul di persemaian menurut tipe propagul, yaitu ada keping buah dan tanpa keping buah 2. Pertumbuhan tanaman di lapangan berdasarkan perlakuan bibit tanpa polibag, bibit dengan polibag, dan direct seed dari propagul
2 1.3 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah bahan pertimbangan budidaya tanaman mangrove, khususnya jenis bakau kurap.
1.4 Hipotesis Pertumbuhan propagul bakau kurap yang disemaikan dari propagul yang telah terlepas keping buahnya akan lebih baik dibandingkan dengan propagul yang masih belum terlepas dari keping buahnya. Pertumbuhan bakau kurap yang ditanam tanpa polibag akan menghasilkan pertumbuhan yang lebih baik daripada ditanam dengan polibag.
2 METODE 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan dari bulan September 2013 sampai dengan Januari 2014 yang terletak di persemaian mangrove dan areal rehabilitasi Desa Muara, Kecamatan Teluk Naga, Tangerang.
2.2 Bahan Bahan yang digunakan adalah propagul bakau kurap tanpa keping buah sebanyak 125 buah, propagul dengan keping buah sebanyak 125 buah, propagul tanpa keping buah untuk direct seed sebanyak 30 buah, dan bibit bakau kurap sebanyak 30 buah.
2.3 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, galah, polibag, bambu/kayu, tali rafia, meteran, kamera, alat tulis, lembaran tally sheet, software Ms. Excell 2007, dan SAS 9.1.3.
2.4 Prosedur Penelitian 2.4.1 Penentuan Lokasi Persemaian Lokasi persemaian berada pada tanah lapang, datar, dan terkena pengaruh pasang surut agar tidak dilakukan kegiatan penyiraman bibit.
3
2.4.2 Pembuatan Bedeng Ukuran bedeng yang digunakan berukuran 7 x 1 m2 yang terbuat pada tanah yang dikeruk agar air dapat mengalir. 2.4.3 Penyiapan Media Tanam di Persemaian Media yang digunakan untuk pembibitan adalah sedimen dari tanggul bekas tambak yang dimasukan ke dalam polibag. Propagul disemaikan masing-masing satu buah dalam satu polibag. 2.4.4 Pemilihan Propagul Propagul bakau kurap yang digunakan untuk pembibitan dipilih dari pohon bakau kurap yang berusia di atas 10 tahun yang bersumber dari pohon-pohon induk yang tidak jauh dari lokasi penelitian. Propagul yang baik dicirikan oleh hampir lepasnya keping buah dari buahnya. Propagul yang sudah matang dicirikan dengan warna buah hijau muda dengan bintik-bintik hitam dan warna kuning pada cincin keping buah. 2.4.5 Pembibitan Tahap pembibitan dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Media yang telah disediakan dimasukkan ke dalam polibag berdiameter 10 cm sebanyak ¾ dari isi polibag. 2. Setelah polibag berisi media, bagian atas polibag tersebut dilipat ke bagian luar untuk menghindari terjebaknya kristal-kristal garam air dalam polibag yang bisa menghambat pertumbuhan bibit mangrove. 3. Propagul disemaikan masing-masing satu buah pada tiap polibag. 4. Bibit akan siap tanam ketika sudah berumur 4–5 bulan dengan jumlah daun 46 daun (Wibisono 2006). 2.4.6 Pengamatan dan Pengukuran Propagul di Persemaian Pengamatan dan pengukuran terhadap pertumbuhan vegetatif propagul bakau kurap dilakukan selama 4 bulan. Pengukuran terhadap pertumbuhan vegetatif bakau kurap meliputi: 1. Propagul yang masih memiliki keping buah (PAH) - Persen hidup (nilai germinasi) Persen hidup didapatkan dari pengamatan langsung pada unit percobaan setiap minggu. Pengamatan dilakukan pada 5 ulangan. Dalam satu ulangan terdiri atas 25 unit contoh sehingga persentase germinasi merupakan hasil rata-rata dari 5 ulangan. - Waktu lepas keping buah Pencatatan waktu keping buah terlepas dari buahnya setiap minggu. - Waktu berakar Pencatatan waktu unit contoh mulai berakar setiap minggu. - Waktu pecah pucuk Pencatatan waktu unit contoh mulai mengalami pecah pucuk setiap minggu. Pecah pucuk berarti awal pertumbuhan bakau kurap. - Waktu tanaman memiliki 2 daun dewasa dan panjang akarnya
4 Pencatatan waktu bibit telah memiliki 2 daun dewasa dan pengukuran panjang akar ketika bibit telah memiliki 2 daun dewasa. Daun dewasa ditandai dengan bentuk yang utuh, mulai mengeras, berwarna hijau tua dan bibit telah membentuk tunas baru. - Waktu tanaman memiliki 4 daun dewasa dan panjang akarnya. - Jumlah akar Pencatatan jumlah akar ketika bibit telah memiliki 4 daun dewasa. Daun dewasa ditandai dengan bentuk yang utuh, mulai mengeras, berwarna hijau tua dan bibit telah membentuk tunas baru. - Tinggi tanaman (cm) Tinggi tanaman diukur dengan menggunakan penggaris pada batang yang telah diberi tanda setiap minggu. 2. Propagul yang tidak memiliki keping buah (PTH) Peubah yang diukur pada perlakuan ini sama dengan yang dilakukan pada propagul yang masih memiliki keping buah. Namun tidak dilakukan pencatatan waktu ketika keping buah terlepas. 3. Pencatatan dan dokumentasi setiap proses di dalam pertumbuhan bakau kurap 2.4.7 Pengamatan dan Pengukuran Tanaman di Lapang Pengamatan terhadap pertumbuhan vegetatif bibit bakau kurap dilakukan selama 1 bulan. Pengamatan terhadap pertumbuhan vegetatif bakau kurap meliputi 3 pengukuran, yaitu: 1. Bibit yang ditanam dengan menggunakan polibag (TPP) - Persen hidup (nilai germinasi) Persen hidup didapatkan dari pengamatan langsung pada 15 bibit yang ditanam setiap minggu. - Tinggi tanaman (cm) Tinggi tanaman diukur dengan menggunakan penggaris pada batang yang telah diberi tanda setiap minggu. 2. Bibit yang ditanam tanpa menggunakan polibag (TTP) Peubah yang diukur pada perlakuan ini sama dengan yang dilakukan pada bibit yang ditanam dengan menggunakan polibag. 3. Propagul yang tidak memiliki keping buah dan ditanam tanpa polibag (DS) - Persen hidup (nilai germinasi) Persen hidup didapatkan dari pengamatan langsung pada unit percobaan setiap minggu. Pengamatan dilakukan pada 5 ulangan. Dalam satu ulangan terdiri atas 6 unit contoh sehingga persentase germinasi merupakan hasil rata-rata dari 5 ulangan. - Tinggi tanaman (cm) Tinggi tanaman diukur dengan menggunakan penggaris pada batang yang telah diberi tanda setiap minggu. 4. Pencatatan dan dokumentasi setiap proses di dalam pertumbuhan bakau kurap 2.4.8 Pengumpulan Data Sekunder Data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian adalah data mengenai topografi, kondisi umum penelitian dan data lainnya untuk mendukung penelitian. Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui wawancara dengan masyarakat dan studi pustaka.
5 2.5 Analisis Data Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) untuk 3 jenis pertumbuhan. Rancangan pertama terdiri atas 1 faktor yaitu propagul dengan 2 tipe propagul, yaitu propagul dengan keping buah dan propagul tanpa keping buah. Terdiri atas 5 ulangan untuk setiap perlakuan dan di setiap ulangan terdiri atas 25 unit contoh. Pengacakan dilakukan di dalam bedeng pengamatan sehingga bagan percobaan dapat digambarkan sebagai berikut: PAH 2
PTH 3
PAH 5
PTH 1
PAH 4
PTH 5
PTH 2
PAH 3
PTH 4
PAH 1
Gambar 1 Denah percobaan pada bedeng pengamatan Keterangan : PTH Uj : Propagul terlepas buah ulangan ke-j PAH Uj : Propagul ada buah ulangan ke-j Rancangan kedua terdiri atas 1 faktor yaitu propagul dengan 2 perlakuan, yaitu propagul lepas keping buah yang ditanam dengan polibag dan propagul lepas keping buah yang ditanam tanpa polibag. Terdiri atas 30 ulangan untuk setiap perlakuan. Pengacakan dilakukan di dalam lokasi penanaman. Rancangan ketiga terdiri atas 1 faktor yaitu bibit dengan 2 perlakuan, yaitu bibit yang ditanam tanpa polibag dan bibit yang ditanam dengan polibag. Terdiri dari 15 ulangan untuk setiap perlakuan. Pengacakan dilakukan di dalam lokasi penanaman. Model statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah γij = μ + αi + εij Keterangan Ɣij : variabel respon yang diamati µ : nilai rata-rata sebenarnya αi : pengaruh perlakuan taraf ke-i εij : pengaruh kesalahan percobaan pada perlakuan propagul ulangan ke-i dan ulangan ke-j Untuk mengetahui pengaruh faktor tunggal dan interaksinya terhadap pertumbuhan maka digunakan uji F pada α = 5%. Bila terdapat pengaruh nyata dari perlakuan terhadap peubah yang diamati maka setiap taraf perlakuan dibandingkan dengan menggunakan uji Duncan pada taraf kesalahan 5%. Analisis dilakukan menggunakan model linear dengan software SAS (Statistical Analysis Software) versi 9.1.3 untuk software Windows. Analisis data yang dilakukan meliputi analisis ragam dan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test).
6
3 KONDISI UMUM Lokasi penelitian berada di persemaian mangrove Desa Muara, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Desa Muara terletak di sebelah utara Kecamatan Teluk Naga dengan luasan 505 ha yang merupakan daratan rendah dengan ketinggian 40 mdpl. Desa Muara berbatasan langsung dengan Laut Jawa di sebelah utara, Desa Lemo di sebelah timur dan selatan, dan Desa Tanjung Pasir di sebelah barat. Desa Muara mempunyai 2 musim yaitu penghujan dan kemarau. Iklim yang mempengaruhinya adalah iklim tropis dengan angin bertiup dari arah barat menuju timur dengan kecepatan rataan 15 km/jam dan curah hujan rata-rata 21 mm/tahun dengan kisaran suhu udara rataan 27–33 ºC. Mata pencaharian masyarakat desa tersebut adalah nelayan, pedagang, petani tambak, dan hanya sedikit yang menjadi PNS (Pegawai Negeri Sipil). Vegetasi yang mendominasi di sekitar lokasi penelitian adalah jenis Rhizophora spp. diantaranya R. mucronata, R. stylosa, R. apiculata. Selain jenis Rhizophora, ditemukan pula jenis Avicennia sp.
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Morfologi Propagul Bakau Kurap Menurut Kesemat (2008), propagul adalah buah mangrove yang telah mengalami perkecambahan. Terdapat dua tipe buah mangrove, yaitu vivipari dan kriptovivipari. Vivipari adalah biji yang telah berkecambah ketika masih melekat pada pohon induknya dan kecambah telah keluar dari buah. Sedangkan kriptovivipari adalah biji yang telah berkecambah ketika masih melekat pada pohon induknya tetapi masih tertutup oleh kulit biji. Buah bakau kurap termasuk ke dalam buah mangrove tipe vivipari. Berikut adalah gambar morfologi propagul Rhizophora pada umumnya.
Gambar 2 Morfologi propagul
7 Pertumbuhan menurut Davis dan Johnson (1987) didefinisikan sebagai pertambahan dari jumlah dan dimensi pohon, baik diameter (pertumbuhan sekunder) maupun tinggi (pertumbuhan primer) yang terdapat pada suatu tegakan.
4.2 Pertumbuhan Propagul Bakau Kurap di Persemaian Tabel 1 merupakan data rekapitulasi peubah pertumbuhan tanaman bakau kurap pada perlakuan penanaman dengan keping buah dan penanaman tanpa keping buah. Tabel 1 Peubah pertumbuhan hasil sidik ragam perbedaan tipe propagul terhadap pertumbuhan propagul bakau kurap Peubah
Uji F
Persen Hidup Waktu berakar Pecah pucuk Waktu 2 daun Waktu 4 daun Panjang akar 2 daun Panjang akar 4 daun Jumlah akar Tinggi
tn tn * tn tn tn tn tn tn
Tipe Propagul PAH PTH 62.40a 68.00a 1.00a 1.00a 8.40a 6.60b 8.60a 7.00a 14.00a 14.00a 8.16a 8.98a 8.17a 9.41a 15.47a 16.60a 4.94a 5.89a
Keterangan : tn = tipe propagul tidak berpengaruh nyata pada taraf uji 5%; * = tipe propagul berpengaruh nyata pada taraf uji 5%; PAH = penanaman ada keping buah ; PTH = penanaman tanpa keping buah; Angka-angka pada baris yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%.
Pada tabel peubah pertumbuhan hasil sidik ragam tipe propagul terhadap pertumbuhan propagul bakau kurap, dapat dilihat bahwa tipe propagul tanpa keping buah memberikan pengaruh nyata pada selang kepercayaan 95% untuk peubah waktu pecah pucuk. Peubah lainnya tidak terpengaruh oleh adanya perbedaan tipe propagul.
Persen hidup (%)
4.2.1 Persen Hidup Persen hidup merupakan persentase propagul ditanam yang hidup di akhir pengamatan dibandingkan dengan jumlah propagul yang ditanam secara keseluruhan. 70 68 66 64 62 60 58
68.00
62.40
PAH PTH
PAH
PTH Tipe propagul
Gambar 3 Persen hidup propagul yang ditanam dengan polibag
8 Berdasarkan Gambar 3, persen hidup pada kedua tipe propagul berada pada 62.4% untuk PAH dan 68% untuk PTH. Walaupun terdapat perbedaan nilai, berdasarkan uji statistik perbedaan tipe propagul tidak menunjukkan pengaruh nyata pada persen hidup kedua perlakuan. Nilai persen hidup yang tergolong rendah ini disebabkan oleh kurangnya air yang tersedia selama proses penanaman awal yang menyebabkan propagul tidak langsung berkecambah dan mengalami kondisi penyimpanan. Bakau kurap memiliki benih yang termasuk dalam benih rekalsitran yang tidak toleran pengeringan berlebihan dan harus disimpan dengan kadar air tinggi untuk waktu sependek mungkin (Schmidt 2002). Kondisi lapangan dengan temperatur yang tinggi dan air tersedia rendah, menyebabkan kadar air benih menurun dan menyesuaikan dengan kelembaban udara sekitar. Propagul akan segera mengalami kematian ketika kondisi lapangan tidak mendukung perkecambahan. 4.2.2 Waktu Lepas Keping Buah Waktu lepas keping buah adalah salah satu peubah yang diukur dari waktu terlepasnya keping buah dari propagul untuk tipe propagul yang ditanam menggunakan keping buah. 23
25 19
Jumlah
20
18
20
18
15 10
5
7
5
7
Minggu 1 5
2
Minggu 2
0 PAH 1
Gambar 4
PAH 2
PAH 3 PAH 4 Tipe propagul
PAH 5
Waktu lepas keping buah pada tipe propagul yang ditanam menggunakan keping buah
Gambar 5 Propagul bakau kurap yang ditanam dengan menggunakan keping buah Buah bakau kurap yang matang dicirikan dengan telah terlepasnya keping buah dari hipokotil, warna buah hijau muda dengan bintik-bintik hitam dan warna kuning pada cincin keping buah. Kusmana et al. (2003) mengatakan buah yang belum matang perlu waktu tertentu untuk mendewasakan embrio dalam lingkungan yang baik agar embrio mencapai kondisi perkembangan tertentu sebelum benih dikecambahkan. Buah yang ditanam dengan menggunakan keping
9 buah adalah buah yang belum matang sehingga memerlukan waktu untuk mendewasakan embrio. Ciri buah telah matang adalah lepasnya keping buah pada buah.
Jumlah
4.2.3 Waktu Berakar Waktu berakar dilihat dari waktu pertama kali propagul yang ditanam berakar. Pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa kedua perlakuan menghasilkan waktu berakar yang sama, yaitu pada minggu pertama. Tidak ada perbedaan waktu berakar antara PAH dengan PTH. 300 250 200 150 100 50 0
250
250
PAH
PTH Tipe propagul
Gambar 6 Waktu mulai berakar bakau kurap pada minggu pertama
a
b
Gambar 7 Perakaran pada minggu pertama (a) perlakuan PTH, (b) perlakuan PAH Gambar 7 merupakan gambar perakaran tanaman pada minggu pertama setelah ditanam. Kedua perlakuan memiliki panjang akar yang tidak jauh berbeda, yaitu sekitar 0.2–0.5 cm. Rusdiana et al. (2000) mengatakan bahwa akar merupakan pintu masuk bagi hara dan air dari tanah yang sangat penting untuk proses fisiologi pohon. Pertumbuhan akar sangat dipengaruhi oleh keadaan fisik tanah seperti pemadatan tanah dan kandungan air tanah. Kondisi di lapangan yang seragam mengakibatkan waktu mulai berakar yang seragam pula pada kedua perlakuan. 4.2.4 Waktu Pecah Pucuk Waktu pecah pucuk adalah waktu dimana propagul mengalami awal perkecambahan. Perbedaan tipe propagul berpengaruh nyata terhadap waktu pecah pucuk.
Jumlah
10 25 20 15 10 5 0
21 12 6 0
3
3
76
13 11
1213 12
12 10 55
7
4
1
PAH PTH
Waktu
Gambar 8 Waktu pecah pucuk bakau kurap Berdasarkan Gambar 8, waktu pecah pucuk diawali dari minggu ke-6 untuk PTH dan minggu ke-7 untuk PAH. Perbedaan waktu pecah pucuk ini dapat disebabkan oleh tingkat kemasakan benih dan adanya faktor penghambat seperti keping buah. Adanya keping buah mengakibatkan propagul memiringkan badan dengan tujuan membuang keping buah. Sutopo (1993) mengatakan bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi perkecambahan benih dibedakan menjadi faktor dalam dan faktor luar. Faktor luar terdiri dari air, temperatur, oksigen, cahaya, dan media. Sementara itu, faktor dalam terdiri dari tingkat kemasakan benih, ukuran propagul, dormansi dan penghambat perkecambahan. Pernyataan Sutopo menegaskan bahwa perbedaan waktu pecah pucuk ini disebabkan oleh faktor dalam, yaitu tingkat kemasakan benih dan faktor penghambat yaitu adanya keping buah.
Minggu ke-
4.2.5 Waktu Tanaman Berdaun 2 dan Berdaun 4 Perkembangan daun bakau kurap dalam satu tunas biasanya terdiri dari dua daun. Oleh karena itu untuk setiap pertambahan perkembangan daun akan terdiri dari 2 daun sehingga selalu menghasilkan jumlah daun yang genap. 14 12 10 8 6 4 2 0
12 12
9 7
6
7 PAH PTH
awal berkecambah
berdaun 2
berdaun 4
Waktu
Gambar 9 Waktu tanaman berdaun 2 dan 4 Berdasarkan Gambar 9, diketahui bahwa PTH memiliki waktu berdaun 2 lebih cepat daripada daripada PAH. Hal ini dapat disebabkan oleh perkembangan PAH yang terhambat di awal perkembangan sehingga berpengaruh terhadap waktu berdaun 2. Namun walaupun mengalami perkembangan yang terhambat di awal, kedua perlakuan memiliki waktu yang sama saat berdaun 4. Waktu berdaun
11 4 yang bersamaan pada kedua perlakuan ini dapat dikarenakan kemampuan adaptasi dari PAH terhadap lingkungannya sudah baik.
Panjang akar (cm)
4.2.6 Panjang Akar Berdaun 2 dan Berdaun 4 Panjang akar diukur ketika tanaman sudah memiliki 2 daun dan 4 daun. Tidak terdapat pengaruh perlakuan penanaman terhadap panjang akar secara statistik. 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
9.41 8.04 8.17 6.58
PAH PTH
berdaun 2
berdaun 4 Waktu
Gambar 10 Pertambahan panjang akar Pada Gambar 10 diketahui bahwa panjang akar pada tipe PTH lebih baik daripada panjang akar pada tipe PAH. Hal ini dikarenakan PTH adalah benih yang telah masak sehingga perkembangan pertumbuhannya lebih baik daripada PAH yang perlu waktu untuk mematangkan embrionya terlebih dahulu.
a
b
Gambar 11 Perakaran minggu ke-16 setelah berdaun 4 (a) perlakuan PTH, (b) perlakuan PAH Rusdiana et al. (2000) mengatakan bahwa jumlah dan panjang akar akan semakin bertambah sejalan dengan bertambahnya umur tanaman tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan di atas bahwa PTH memiliki pertumbuhan yang lebih baik daripada PAH sehingga jumlah dan panjang akarnya lebih baik. 4.2.7 Jumlah Akar Jumlah akar dihitung pada minggu terakhir pengamatan. Bakau kurap memiliki karakteristik akar seperti akar serabut, tidak memiliki akar utama. Berdasarkan uji statistik tidak terdapat pengaruh perlakuan terhadap jumlah akar. Gambar 12 adalah perbandingan antara panjang akar dengan jumlah akar.
12 10
16.60
16,5
16 15.47
15,5 15
Panjang akar (cm)
Jumlah akar
17
14,5
9.41
9,5
9 8,5
8.17
8 7,5
PAH
PTH Tipe propagul
PAH PTH Tipe propagul
Gambar 12 Perbandingan antara jumlah akar dengan panjang akar Pada Gambar 12 dapat dilihat bahwa jumlah akar berbanding terbalik dengan panjang akar. PAH diketahui mempunyai jumlah akar yang lebih banyak daripada PTH, namun panjang akarnya lebih pendek daripada PTH. Hal ini menunjukkan bahwa akar pada perlakuan PTH memiliki penyerapan unsur hara yang kurang efektif dibandingkan dengan PAH sehingga memperluas jangkauan akarnya. Berbeda dengan PAH yang memiliki panjang akar lebih pendek namun jumlah akar yang lebih banyak daripada PTH sehingga penyerapan unsur hara efektif. Pamujianto (2014) menegaskan bahwa panjang akar dapat menunjukkan luasan jangkauan akar tanaman dalam menyerap unsur hara dan air dalam tanah. Namun panjang akar bukan merupakan ukuran yang menunjukkan kapasitas serapan air dan hara oleh akar, melainkan lebih dipengaruhi oleh jumlah akar efektif. 4.2.8 Tinggi Tanaman Tinggi adalah salah satu peubah pertumbuhan yang dapat diukur yang dinyatakan dalam satuan panjang. Pertambahan tinggi ini diukur setiap minggu sehingga diketahui pertumbuhannya 8.88
Tinggi (cm)
10
8 6 4 2
7.80
2.99
PAH PTH
2.86
0 Awal
Akhir Waktu
Gambar 13 Grafik pertambahan tinggi tanaman Davis dan Johnson (1987) mengatakan bahwa pertumbuhan tinggi dipengaruhi oleh perbedaan kecepatan pembentukan dedaunan yang sangat sensitif terhadap kualitas tempat tumbuh. Gambar 8 memperlihatkan bahwa waktu pecah pucuk tercepat terdapat pada PTH sehingga pertumbuhan tinggi yang lebih baik terdapat pada PTH. Selain itu, terdapat 3 faktor lingkungan dan 1 faktor genetik yang sangat nyata berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi, yaitu kandungan nutrien mineral tanah, kelembaban tanah, cahaya matahari, serta
13 keseimbangan sifat genetik antara pertumbuhan tinggi dan diameter. Adanya keping buah pada pertumbuhan awal menyebabkan bakal daun pada PAH mengalami kekurangan cahaya matahari sehingga pertumbuhan tingginya terhambat. Berbeda dengan PTH yang bakal daunnya tidak tertutup oleh keping buah sehingga mendapatkan pertumbuhan tinggi yang tidak terhambat.
4.3 Pertumbuhan Tanaman di Lapang Kualitas bibit yang ditanam di lapang meliputi 4 kriteria, yaitu : (a) tidak terserang hama dan penyakit, (b) tidak layu, (c) jumlah daun minimal 4, dan (d) tinggi bibit antara 15 cm – 55 cm tergantung jenisnya (Kusmana et al. 2003). 4.3.1 Pertumbuhan Bibit Bakau Kurap di Lapang Perlakuan Polibag Tabel 2 merupakan data rekapitulasi peubah pertumbuhan tanaman bakau kurap pada perlakuan penanaman dengan perlakuan polibag. Tabel 2 Peubah pertumbuhan hasil sidik ragam perlakuan terhadap pertumbuhan bibit bakau kurap Peubah
Uji F
Persen Hidup Tinggi
tn tn
Perlakuan TTP TPP 66.67a 80.00a 4.68a 2.64a
Keterangan : tn = perlakuan tidak berpengaruh nyata pada taraf uji 5%; * = perlakuan berpengaruh nyata pada taraf uji 5%; TTP = perlakuan penanaman tanpa polibag ; TPP = perlakuan penanaman dengan polibag; Angka-angka pada baris yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%.
Pada tabel peubah pertumbuhan hasil sidik ragam perlakuan terhadap pertumbuhan bibit bakau kurap, dapat dilihat bahwa kedua perlakuan tidak memberikan pengaruh nyata pada selang kepercayaan 95% untuk kedua peubah yang diukur. Persen hidup dan pertambahan tinggi di persemaian tidak menunjukkan perbedaan antara bibit yang ditanam dengan polibag dan tanpa polibag. 4.3.1.1 Persen Hidup Persen hidup penanaman yang dianjurkan untuk kegiatan penanaman di lapangan adalah ≥ 80% (Mulyana 2011). Bila persen hidup penanaman kurang dari angka yang dianjurkan, maka harus dilakukan penyulaman. Persen hidup (%)
85
80
80 75 70
TTP 66.67
TPP
65 60 TTP
Perlakuan
TPP
Gambar 14 Persen hidup bibit yang ditanam di lapang
14 Persen hidup TTP berada pada angka 66.67%. Nilai tersebut tergolong rendah jika dibandingkan dengan persentase hidup minimal untuk dilakukan penyulaman yaitu 80%. Hal ini dikarenakan media tanah yang tersedia pada polibag terurai dan hanya menyisakan tanamannya saja ketika ditanam. Selain itu, pengaruh hempasan air pada saat penanaman juga menyebabkan tanah yang menimbun tanaman menjadi tersisihkan dan akhirnya tanah tersebut hilang dan tanaman menjadi tidak tertanam.
Gambar 15 Bibit bakau yang menguning Tanah yang tersisihkan pada tanaman tersebut mengakibatkan tanaman tidak tertanam kuat sehingga fungsi akar terganggu. Akar menjadi tidak mampu untuk mengambil unsur hara dari tanah, sehingga mengambil cadangan makanan dari batang dan daun. Lama kelamaan cadangan makanan tersebut akan habis dan mengakibatkan kematian pada bibit.
Tinggi (cm)
4.3.1.2 Tinggi Tanaman Tinggi tanaman pada saat penanaman dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara yang dapat diserap oleh akar (de Araujo 2011). 31 30 29 28 27 26 25 24 23
29.8 27.93 TTP
25.27
TPP 25.4 Awal
Akhir Waktu
Gambar 16 Grafik pertambahan tinggi tanaman Berdasarkan Gambar 16, terlihat bahwa bibit dengan perlakuan TTP mengalami pertambahan tinggi yang lebih baik daripada bibit dengan perlakuan TPP walaupun secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Hal ini diduga polibag yang ikut ditanam bersama bibit pada perlakuan TPP mengakibatkan penyerapan unsur hara terbatas pada tanah yang ada di polibag. Berbeda dengan perlakuan TTP, penyerapan unsur hara lebih optimal karena akar dapat menyerap hara dari tanah yang tersedia di sekitarnya. Hal ini yang menyebabkan pertumbuhan tinggi TTP lebih baik daripada TPP. Hal ini sesuai dengan pernyataan de Araujo (2011) yang mengatakan bahwa pertumbuhan
15 tanaman sangat ditentukan oleh ketersediaan unsur hara yang dapat diserap oleh akar. 4.3.2 Direct seed dari Propagul Tabel 3 merupakan data rekapitulasi peubah pertumbuhan propagul bakau kurap pada perlakuan penanaman dengan perlakuan polibag. Tabel 3 Peubah pertumbuhan hasil sidik ragam perlakuan terhadap pertumbuhan propagul bakau kurap Peubah
Perlakuan DS PTH 100.00a 70.00b 10.31a 5.26b
Uji F
Persen hidup Tinggi
* *
Keterangan : tn = perlakuan tidak berpengaruh nyata pada taraf uji 5%; * = perlakuan berpengaruh nyata pada taraf uji 5%; DS = perlakuan penanaman tanpa polibag ; PTH = perlakuan penanaman dengan polibag; Angka-angka pada baris yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%.
Pada Tabel 3, diketahui bahwa bahwa penanaman tanpa polibag (DS) memberikan hasil persen hidup dan tinggi tanaman lebih baik daripada penanaman dengan polibag (PTH). 4.3.2.1 Persen Hidup Persen hidup pada perlakuan PTH berada pada nilai 70% dan perlakuan DS berada pada nilai 100%. Nilai tersebut menghasilkan perbedaan nyata pada uji statistik 5%.
Persen hidup (%)
120
100
100 80
70
60
PTH
40
DS
20 0 PTH
DS Perlakuan
Gambar 17 Persen hidup propagul yang ditanam dengan dan tanpa polibag Perlakuan PTH menghasilkan nilai persen hidup yang rendah dikarenakan kurangnya air pada proses penanaman awal sehingga propagul tidak langsung berkecambah dan mengalami kondisi penyimpanan. Justice dan Bass (1978) mengatakan bahwa kelembaban udara sekitar yang lebih rendah dapat menyebabkan benih akan mudah dan semakin cepat kehilangan kelembabannya sehingga terjadi penurunan kadar air benih. Hal ini merupakan indikasi kemunduran benih rekalsitran yang terjadi secara cepat yang ditandai dengan penurunan daya berkecambah benih yang diikuti oleh kematian benih apabila kondisi lingkungan masih tidak mendukung untuk terjadi perkecambahan. Berbeda dengan perlakuan DS, proses penanaman awal dilakukan langsung pada
16 media tanpa polibag dengan kondisi cukup air sehingga persen hidup yang didapatkan pun menjadi lebih baik. 4.3.2.2 Tinggi Tanaman Gambar 18 merupakan grafik rekapitulasi peubah pertumbuhan tanaman bakau kurap pada perlakuan penanaman dengan menggunakan polibag dan penanaman tanpa polibag.
Tinggi (cm)
20
15.77
15 10 5 0
PTH 8.88
3.01
DS
2.99 Awal
Akhir Waktu
Gambar 18 Pertumbuhan tinggi tanaman Berdasarkan Gambar 18, dapat dilihat bahwa pertambahan tinggi antara perlakuan PTH dan DS menghasilkan grafik yang berbeda. Perlakuan DS menghasilkan grafik yang lebih curam daripada grafik yang ditunjukkan oleh PTH. Berdasarkan uji statistik, perlakuan DS menghasilkan pertambahan tinggi yang berbeda sangat nyata dengan rata-rata pertambahan tinggi 3.19 cm/bulan sementara PTH menghasilkan pertambahan tinggi 1.47 cm/bulan. Hal ini dikarenakan perbedaan perakaran pada kedua perlakuan. Penanaman dengan menggunakan polibag akan mengakibatkan pertumbuhan akar menjadi terhambat. Mahendra (2009) mengatakan bahwa akar adalah salah satu faktor penting untuk pertumbuhan. Ketika pertumbuhan akar terhambat maka pertumbuhan bagian tanaman lainnya akan terhambat juga. Hal ini berbeda dengan penanaman tanpa menggunakan polibag, pertumbuhan akar menjadi lebih bebas untuk memperluas jangkauan penyerapan unsur hara sehingga pertumbuhan tanaman akan menjadi lebih baik.
5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Pertumbuhan propagul tanpa keping buah dan dengan keping buah di persemaian hanya mempengaruhi nilai peubah pertumbuhan waktu pecah pucuk. 2. Pertumbuhan bibit bakau kurap di lapang dengan perlakuan polibag tidak mempengaruhi peubah persen hidup dan tinggi tanaman.
17 3. Pertumbuhan propagul yang ditanam dengan perlakuan polibag mempengaruhi peubah tinggi, pertambahan tinggi terbaik yaitu 3.19 cm/bulan dihasilkan dari perlakuan penanaman tanpa polibag (DS). 5.2 Saran Kegiatan rehabilitasi sebaiknya menggunakan propagul yang ditanam langsung atau direct seed pada daerah yang dangkal. Selain itu, perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pertumbuhan bibit bakau kurap di lapang yang berasal dari propagul yang ditanam dengan keping buah.
DAFTAR PUSTAKA Davis LS, Jhonson KN. 1987. Forest Management. Third Edition. New York (US): McGraw-Hill Book Company. De Araujo J. 2011. Pertumbuhan tanaman pokok cendana (Santalum album Linn.) pada sistem agroforestri di Desa Sanirin, Kecamatan Balibo, Kabupaten Bobonaro – Timor Leste [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [DEPHUT] Departemen Kehutanan. 2004. Statistik Kehutanan Indonesia, Forestry Statistics of Indonesia 2003. Jakarta (ID): Badan Planologi Kehutanan, Departemen Kehutanan. . 2008. Statistik Kehutanan Indonesia, Forestry Statistics of Indonesia 2007. Jakarta (ID): Badan Planologi Kehutanan, Departemen Kehutanan. Justice OL, Bass LN. 1978. Prinsip dan Praktik Penyimpanan Benih. Jakarta (ID): Rajawali Press. [Kesemat] Kelompok Studi Ekosistem Mangrove Teluk Awur. 2008. Propagul dan bibit mangrove. mana yang lebih baik? [terhubung berkala] www.kesematnursery.blogspot.com/2009/10/propagul-dan-bibit-mangrovemana-yang.htm (2014 Feb 10) Kusmana C, Wilarso S, Hilwan I, Pamoengkas P, Wibowo C, Tiryana T, Triswanto A, Yunasfi, Hamzah. 2003. Teknik Rehabilitasi Mangrove. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Mahendra F. 2009. Sistem Agroforestri dan Aplikasinya. Yogyakarta (ID): Graha Ilmu. Mulyana D, Asmarahman C, Fahmi I. 2011. Paduan Lengkap Bisnis & Bertanam Kayu Jabon. Jakarta (ID): AgroMedia Pustaka Pamujianto R. 2014. Pruning akar untuk meningkatkan kolonisasi ektomikoriza pada bibit melinjo (Gnetum gnemon) umur 2 bulan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Rusdiana O, Fakuara Y, Kusmana C, Hidayat Y. 2000. Respon pertumbuhan akar tanaman sengon (Paraserianthes falcataria) terhadap kepadatan dan kandungan air tanah podsolik merah kuning. Manajemen Hutan Tropika 06:4353
18 Schmidt. 2002. Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis dan Sub Tropis. Harum F, editor. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial. Terjemahan dari: Guide to Handling of Tropical and Subtropical Forest Seed. Sutopo L. 1993. Teknologi Benih. Jakarta (ID): Rajawali Press. Wibisono ITC, Priyanto EB, Suryadiputra INN. 2006. Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai. Bogor (ID): Wetlands Indonesia dan UNEP.
19 Lampiran 1 Persen hidup propagul yang ditanam di persemaian Source Model Error Corrected Total
DF 1 8 9
Sum of Squares 78.400000 2067.200000 2145.600000
Mean Square 78.400000 258.400000
F Value
Pr > F
0.30
0.5968
Lampiran 2 Waktu berakar propagul yang ditanam di persemaian Source
DF
Model Error Corrected Total
1 8 9
Sum of Squares 0 0 0
Mean Square 0 0
F Value .
Pr > F .
Lampiran 3 Pecah pucuk propagul yang ditanam di persemaian Source
DF
Model Error Corrected Total
1 8 9
Sum of Squares 8.100000 8.400000 16.500000
Mean Square 8.100000 1.050000
F Value 7.71
Pr > F 0.0240
Lampiran 4 Tinggi tanaman propagul yang ditanam di persemaian Source
DF
Model Error Corrected Total
1 8 9
Sum of Squares 2.2657600 19.7014000 21.9671600
Mean Square 2.26576000 2.46267500
F Value 0.92
Pr > F 0.3656
Lampiran 5 Waktu 2 daun propagul yang ditanam di persemaian Source
DF
Model Error Corrected Total
1 8 9
Sum of Squares 6.4000000 13.2000000 19.6000000
Mean Square 6.4000000 1.6500000
F Value 3.88
Pr > F 0.0844
Lampiran 6 Waktu 4 daun propagul yang ditanam di persemaian Source
DF
Model Error Corrected Total
1 8 9
Sum of Squares 0.000000 14.000000 14.000000
Mean Square 0.000000 1.750000
F Value 0.00
Pr > F 1.0000
20 Lampiran 7 Panjang akar 2 daun propagul yang ditanam di persemaian Source
DF
Model Error Corrected Total
1 8 9
Sum of Squares 1.68100000 3.38000000 5.06100000
Mean Square 1.68100000 0.42250000
F Value 3.98
Pr > F 0.0812
Lampiran 8 Panjang akar 4 daun propagul yang ditanam di persemaian Source
DF
Model Error Corrected Total
1 8 9
Sum of Squares 3.81924000 6.10252000 9.92176000
Mean Square 3.81924000 0.76281500
F Value 5.01
Pr > F 0.0556
Lampiran 9 Jumlah akar propagul yang ditanam di persemaian Source
DF
Model Error Corrected Total
1 4 5
Sum of Squares 1.92666667 4.98666667 6.91333333
Mean Square
F Value
1.92666667 1.24666667
1.55
Pr > F 0.2817
Lampiran 10 Persen hidup propagul DS dan PTH Source
DF
Model Error Corrected Total
1 8 9
Sum of Mean Squares Square 2250.000000 2250.000000 777.555600 97.194450 3027.555600
F Value
Pr > F
23.15
0.0013
Mean Square
F Value
Pr > F
63.80676000 1.01722500
62.73
Lampiran 11 Tinggi tanaman DS dan PTH Source
DF
Model Error Corrected Total
1 8 9
Sum of Squares 63.80676000 8.13780000 71.94456000
<0.0001
Lampiran 12 Persen hidup bibit Source
DF
Model Error Corrected Total
1 4 5
Sum of Squares 266.666667 1866.666667 2133.333333
Mean Square 266.666667 466.666667
F Value 0.57
Pr > F 0.4918
21 Lampiran 13 Tinggi tanaman bibit Source
DF
Model Error Corrected Total
1 4 5
Sum of Squares 6.28326667 3.62893333 9.91220000
Mean Square 6.28326667 0.90723333
F Value 6.93
Pr > F 0.0581
22
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sumedang pada tanggal 2 Agustus 1992 dari ayah Rubaya dan ibu Dede Hidayah. Penulis merupakan anak pertama dari 3 bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMAN 1 Sumedang dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif mengikuti organisasi Tree Grower Community sebagai anggota divisi Scientific Improvement Tree Grower Community tahun 2011 dan bendahara umum Tree Grower Community pada tahun 2012. Kepanitiaan yang pernah diikuti yaitu staff humas Save Mangrove for Our Earth 2011, staf medis Forester Cup 2011, bendahara umum Save Mangrove for Our Earth 2012, staff logistik dan transportasi Seminar Nasional Jabon 2012, dan staff konsumsi TGC in Action 2012. Selain itu penulis juga aktif sebagai asisten praktik Cibodas Ekologi Hutan 2011, asisten praktikum Pengaruh Hutan tahun 2012/2013 dan 2013/2014, asisten Praktik Pengelolaan Hutan 2013, dan asisten praktikum Dendrologi 2013/2014. Penulis pernah mengikuti Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Papandayan - Sancang Timur pada tahun 2011, Praktik Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) pada tahun 2012, dan melaksanakan Praktik Kerja Profesi (PKP) pada tahun 2013 di PT. Arutmin Indonesia Tambang Batulicin Kalimantan Selatan. Untuk memperoleh gelar sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Pertumbuhan Bakau Kurap (Rhizophora stylosa Griff.) di Persemaian Mangrove Desa Muara, Kecamatan Teluk Naga, Tangerang di bawah bimbingan Dr Ir Omo Rusdiana, MSc dan Ir Andi Sukendro, MSi