i
DISTRIBUSI NUTRIEN KALIUM DAN FOSFOR PADA ORGAN MANGROVE Rhizophora stylosa Griff DI TAMAN NASIONAL RAWA AOPA WATUMOHAI
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana (S-I) Oleh : WINDA ASTUTI PEBRIANTI F1D1 12 008
JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI OKTOBER 2016
ii
ii
iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Winda Astuti Pebrianti
Tempat/Tanggal Lahir : Kendari, 19 April 1994 Alamat
: Jln. Jend. A. H. Nasution Lrg Belibis
No Telpn/Hp
: 082393257644
Email
:
[email protected]
Nama Ayah
: Muhamad Rusli Idrus
Nama Ibu
: Wa Ambe
Alamat
: Jln. Jend. A. H. Nasution Lrg Belibis Riwayat
Pendidikan
: 1. SD Negeri 09 Poasia, masuk tahun 2000 dan lulus tahun 2006. 2. SMP Negeri 10 Kendari, masuk tahun 2006 dan lulus tahun 2009. 3. SMA Negeri 1 Wolowa, masuk tahun 2009 dan lulus tahun 2012. 4. Perguruan Tinggi/Akademi Universitas Halu Oleo, masuk tahun 2012.
iii
iv
iv
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya sehingga Hasil Penelitian dengan judul “Distribusi Nutrien Kalium dan Fosfor pada Organ Mangrove Rhizophora Stylosa Griff. di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai” dapat terselesaikan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyelesaikan penelitian ini tidak terlepas karena adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya, penghargaan dan penghormatan kepada bapak Analuddin, S.Si., M.Si.,M.Sc., Ph.D selaku pembimbing I dan bapak Muhsin S.Pd., M.Si selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan positif kepada penulis. Ucapan rasa cinta, penghormatan dan penghargaan yang setingi-tingginya penulis tujukan kepada ayahanda Muhamad Rusli Idrus dan ibunda tersayang Wa Ambe yang telah mendoakan, membesarkan dengan seluruh cinta dan kasih sayang dan memberikan segalanya yang tidak akan mungkin dapat tergantikan demi kesuksesan penulis. Terimakasih kepada saudaraku Willyam Rahmanto, S. Kom, Sry Widya Ningsih dan Wulan Safitri, serta bibi Hj. Nurhayati S.Pd dan om Latahawi, S.Sos orang tua kedua penulis yang selalu memberikan nasehat, perhatian, kasih sayang, dorongan dan motivasi, atas segala dukungan dan v
vi
bantuan selama penulis melaksanakan studi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Halu Oleo. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan hasil penelitian ini, sangat banyak kendala dan kekurangan, namun dengan bantuan berbagai pihak akhirnya penyusunan hasil penelitian ini dapat terselesaikan sebagaimana mestinya. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan penyusunan hasil penelitian ini. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Rektor Universitas Halu Oleo. 2. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Halu Oleo. 3. Wakil Dekan I Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Halu Oleo. 4. Wakil Dekan II Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Halu Oleo. 5. Wakil Dekan III Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Halu Oleo. 6. Ketua Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Halu Oleo. 7. Kepala Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Halu Oleo.
vi
vii
8. Kepala UPT Laboratorium Dasar Universitas Halu Oleo, dan Staf Laboratorium Kimia Analitik. 9. Kepala Perpustakaan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Halu Oleo. 10. Bapak Dr. Amirullah, M.Si, selaku Penasehat Akademik penulis. 11. Seluruh Dosen Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Halu Oleo. 12. Tim penguji Bapak Dr. Jamili, M.Si., Ibu Dra. Sri Ambardini, M.Si dan Dr. Hj. Sitti Wirdhana Ahmad, S.Si., M.Si, yang telah memberikan saran, kritikan, serta masukan positif yang sifatnya membangun. 13. Pihak Balai Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW), Sulawesi Tenggara. 14. Sahabat penulis : Irmayanti Arief, S.Si, Siti Surahmi, S.Si, Feni Musdalifah, S.Si, Andi Hildayani, S.Si, David Pratama S.Si, serta teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. 15. Teman-teman seperjuangan Jurusan Biologi angkatan 2012: Dessyani Mantu Mustafa, Retno Wulan Saputri, Eis Nurhiliya, Desi Afdhaliana, Aditya Aminuddin, Muh. Zulvichar, Febrianto Meiyer Pakinna serta teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. 16. Seluruh senior angkatan 2005, 2006, 2007, 2008, 2009, 2010 dan 2011 serta junior angkatan 2013, 2014, dan 2015 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
vii
viii
Akhirnya do’a dan harapanku semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberikan limpahan rahmat dan berkah-Nya kepada semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan perkuliahan pada program Strata Satu di Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Halu Oleo. Semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan Ilmu pengetahuan dan Teknologi, Bangsa, Negara dan Agama, Amiin...
Kendari,
Oktober 2016
Penulis
viii
ix
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL
i
HALAMAN PERSETUJUAN
ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
iii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
iv
KATA PENGANTAR
v
DAFTAR ISI
ix
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
DAFTAR SINGKATAN
xiv
ABSTRAK
xv
ABSTRACT
xvi
I.
PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
4
C. Tujuan Penelitian
5
D. Manfaat Penelitian
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
6
A. Hutan Mangrove
6
B. Manfaat dan Fungsi Hutan Mangrove
7
C. Taksonomi dan Morfologi Mangrove Rhizophora Stylotsa Griff.
8
D. Nutrien pada mangrove Rhizophora Stylosa Griff.
12
III. METODE PENELITIAN
16
A. Waktu dan Tempat
16 ix
x
B. Alat dan Bahan Penelitian
16
C. Variabel Penelitian
18
D. Jenis Penelitian
18
E. Definisi Operasional dan Indikator Penelitian
18
F. Prosedur Penelitian
19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
24
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
24
B. Distribusi Kadar fosfor pada organ mangrove Rhizophora C. stylosa Griff.
26
D. Distribusi Kadar fosfor pada organ mangrove Rhizophora stylosa Griff.
29
E. Alokasi Biomassa Kadar Kalium pada Organ Vegetatif Mangrove Rhizophora Stylosa Griff. 32 F. Alokasi Biomassa Kadar Fosfor pada Organ Vegetatif Mangrove Rhizophora Stylosa Griff. 33 V. PENUTUP
35
A. Simpulan
35
B. Saran
35
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
x
xi
DAFTAR TABEL
Tabel
Teks
Halaman
1.
Alat penelitian serta fungsinya
16
2.
Bahan penelitian serta fungsinya
17
xi
xii
DAFTAR GAMBAR Gambar
Teks
1.
Morfologi Rhizophora stylosa Griff.
11
3.
Diagram Prosedur Kerja Analisis Kadar Nutrien
23
4.
Perbandingan Kadar Fosfor pada Organ Mangrove Rhizophora stylosa Griff. 26
5.
Perbandingan Kadar Kalium Pada Organ Mangrove Rhizophora stylosa Griff. 28
6.
Alokasi Biomassa Kadar Kalium pada Organ Vegetatif Mangrove Rhizophora Stylosa Griff.
33
Alokasi Biomassa Kadar Kalium pada Organ Vegetatif Mangrove Rhizophora Stylosa Griff.
33
7.
xii
Halaman
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Judul
1.
Peta lokasi penelitian di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai Kabupaten Bombana Provinsi Sulawesi Tenggara
40
2.
Analisis kadar kalium organ mangrove Rhizophora stylosa Griff.
41
3.
Analisis kadar fosfor organ mangrove Rhizophora stylosa Griff
42
4.
Tabel hasil uji distribusi kalium dan fosfor pada organ Mangrove Rhizophora stylosa Griff.
43
5.
Tabel hasil t-test perbandingan kadar fosfor pada organ mangrove Rhizophora stylosa Griff.
44
6.
Tabel hasil t-test perbandingan kadar kalium pada organ mangrove Rhizophora stylosa Griff.
44
7.
Tabel hasil allokasi fosfor pada organ mangrove Rhizophora stylosa Griff.
45
8.
Tabel hasil allokasi fosfor pada organ mangrove Rhizophora stylosa Griff.
45
xiii
Halaman
xiv
DAFTAR SINGKATAN
Singkatan C
:
Arti / Keterangan Karbon
CO2
:
Karbon Dioksida
FMIPA
:
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengaetahuan Alam
HNO3
:
Asam Nitrat
K
:
Kalium
N
:
Nitrogen
P
:
Fosfor
Mg
:
Magnesium
Ca
:
Kalsium
S
:
Sulfur
B
:
Boron
Cu
:
Tembaga
Zn
:
Seng
Fe
:
Besi
TNRAW
:
Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai
xiv
xv
DISTRIBUSI NUTRIEN KALIUM DAN FOSFOR PADA ORGAN MANGROVE Rhizophora stylosa Griff. DI TAMAN NASIONAL RAWA AOPA WATUMOHAI
Oleh :
WINDA ASTUTI PEBRIANTI F1D112008 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi kadar kalium dan fosfor pada organ vegetatif mangrove Rhizophora stylosa Griff. dan untuk mengetahui alokasi nutrien kalium dan fosfor pada mangrove Rhizophora stylosa Griff. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2016 di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) Provinsi Sulawesi Tenggara. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksplorasi. Pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil sampel mangrove Rhizophora stylosa pada Organ daun, batang utama, akar utama, cabang akar dan substrat mangrove Rhizophora stylosa Griff. dilanjutkan analisis di laboratorium Taksonomi dan Ekologi, serta di Laboratorium Forensik dan Molekuler, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo Kendari dengan menggunakan metode AAS (Atomic Absorbsi Spectrofotometer) dan spektrofotometer. Hasil penelitian pada organ vegetatif mangrove Rhizophora stylosa Griff. menunjukkan kadar kalium pada organ daun (1,29 mg/g), organ batang (0,85 mg/g), organ akar utama (1,27 mg/g), organ cabang akar (0,29 mg/g) dan substrat (0,21 mg/g). Kadar fosfor organ daun (8,16 mg/g), organ cabang akar (4,99 mg/g), organ akar utama (3,43 mg/g), organ batang (2,97 mg/g) dan pada substrat (4,71 mg/g). Kadar kalium tertinggi terdapat pada organ daun sebanyak (1,29 mg/g) dibandingkan dengan organ lainnya. Kadar fosfor tertinggi terdapat pada organ daun sebanyak (8,16 mg/g). Kata kunci: Kadar fosfor, kalium, organ vegetatif, Rhizophora stylosa, TNRAW.
xv
xvi
POTASSIUM AND PHOSPHORUS NUTRIENT DISTRIBUTION IN ORGAN MANGROVE Rhizophora stylosa Griff. IN RAWA AOPA WATUMOHAI NATIONAL PARK By:
WINDA ASTUTI PEBRIANTI F1D112008
ABSTRACT
This study aims to determine the distribution of potassium and phosphorus in vegetative organs mangrove Rhizophora stylosa Griff. and to determine the allocation of nutrients potassium and phosphorus in mangrove Rhizophora stylosa Griff. This research was conducted from March to June 2016 in the Rawa Aopa Watumohai National Park (TNRAW) Southeast Sulawesi Province. This study is exploratory research. Sampling was done by taking samples of the organ Rhizophora stylosa mangrove leaves, the main trunk, main roots, branches and roots of mangrove substrate Rhizophora stylosa Griff. continued analysis in the laboratory Taxonomy and Ecology, as well as in the Forensic Laboratory and Molecular, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, haluoleo university Kendari using AAS method (Atomic Absorption Spectrophotometer) and spectrophotometers. Results of research on vegetative organs of mangrove Rhizophora stylosa Griff. showed levels of potassium in leaf organs (1.29 mg / g), organ stem (0.85 mg / g), the main root organ (1.27 mg / g), organ branch root (0.29 mg / g) and substrate (0.21 mg / g). Leaf organ phosphorus levels (8.16 mg / g), organ branch root (4.99 mg / g), the main root organ (3.43 mg / g), organ stem (2.97 mg / g) and the substrate (4.71 mg / g). The highest levels of potassium found in many leaves as organ (1.29 mg / g) as compared to other organs. The highest phosphorus levels found in many leaves as organ (8.16 mg / g). Keyword: Levels of potassium and phosphorus levels, vegetative organs, Rhizophora stylosa, TNRAW.
xvi
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kawasan hutan mangrove merupakan suatu kawasan yang berfungsi sebagai jembatan antara lautan dengan daratan yang mempunyai fungsi ekologis sebagai pelindung garis pantai, mencegah abrasi air laut, habitat aneka biota perairan, tempat mencari makan, tempat asuhan dan pembesaran,
tempat
pemijahan, serta sebagai pengatur iklim mikro. Hutan mangrove memiliki peran sebagai penyerap karbon dioksida (CO2) dari udara. Tubuh tumbuhan melalui proses fotosintesis mengambil CO2 dari udara dan mengubahnya menjadi karbon organik (karbohidrat) dan menyimpannya dalam biomassa tubuh tumbuhan (Purnobasuki, dkk., 2012). Kawasan hutan mangrove di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) merupakan salah satu kawasan mangrove terluas di Sulawesi yang masih dalam kondisi bagus. Ketebalan hutan mangrove dari titik terdalam sampai pantai mencapai 7 km dan masih dapat dijumpai pohon mangrove berdiameter satu sampai dua meter (Liana, 2011). Rhizophora stylosa Griff merupakan salah satu jenis mangrove yang tergolong pada famili rhizoporaceae. Jenis mangrove ini ditemukan tumbuh dalam area-area yang tidak terus menerus di TNRAW ekosistem pesisir yang mengambil peran sebagai stabilisator siklus nutrien, lingkungan, dan sekaligus menopang sumber mata pencaharian masyarakat.
1
2
Beragam aktivitas masyarakat di wiliyah pesisir pada akhirnya akan dapat mempengaruhi terhadap daya dukung lingkungan (Wantasen, 2013). Peranan hutan mangrove di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai sangat besar dalam meningkatkan perekonomian masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan tersebut (Sugiarto, 2007). Beberapa fungsi lain hutan mangrove secara ekologis yaitu sebagai pelindung kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil, mengurangi terjadinya abrasi pantai dan intrusi air laut, mempertahankan keberadaan spesies hewan laut dan vegetasi, dan dapat berfungsi sebagai penyangga sedimentasi. Fungsi hutan mangrove secara ekonomis, sebagai penyedia berbagai jenis bahan baku kepentingan manusia dalam berproduksi, seperti kayu, arang, bahan pangan, bahan kosmetik, bahan pewarna, dan penyamak kulit, sumber pakan ternak dan lebah (Yuliarsana dan Danisworo., 2000). Tipe tanah di Taman Nasional Rawa aopa Watumohai (TNRAW) merupakan endapan lumpur (mudflat) sehingga sangat baik untuk tegakan dari famili Rhizophoraceae, seperti Rhizophora mucronata, Rhizophora stylosa, Rhizophora apiculata, Bruguiera gymnrhiza, Ceriops tagal, Ceriops decandra, dan Bruguiera parviflora serta beberapa jenis dari family Combretaceae seperti Lumnitzera littorea dan Lumnitzera racemosa. Formasi vegetasi mangrove dalam kawasan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai berdasarkan hasil identifikasi dan inventarisasi yang dituang dalam peta partisipatif tahun 2004 terbagi atas empat formasi, yaitu formasi vegetasi pada zona mangrove terluar, zona
3
mangrove tengah, zona mangrove pinggiran dan zona mangrove payau (Sugiarto, 2007). Ekosistem mangrove di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai memiliki keanekaragaman yang tinggi (Analuddin, dkk., 2013). Ekosistem mangrove merupakan salah satu ekosistem lahan basah yang sangat produktif, dengan mendukung kehidupan berbagai organisme untuk keperluan hidup oleh manusia (Zakaria, dkk., 2009). Nutrien pada tumbuhan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan disimpan dalam tubuh tumbuhan yang digunakan sebagai perkembangan. Pertumbuhan tanaman memerlukan zat makanan (hara) yang terdiri atas hara makro, seperti N, P, K, S, Mg, Ca dan zat hara mikro, seperti Mo, Cu, B, Zn, Fe, Mn. Unsur hara makro terutama N, P dan K merupakan zat hara penting yang banyak diperlukan tanaman dalam pertumbuhannya. Pemberian pupuk P yang tepat akan memberikan hasil pertumbuhan tanaman yang subur dan produksi yang tinggi, sebaliknya apabila dosis yang diberikan tidak tepat maka akan menghambat pertumbuhan tanaman (Cahyono, 2006). Fosfor merupakan salah satu unsur nutrien yang penting karena akan diabsorbsi oleh fitoplankton dan masuk ke dalam rantai makanan. Sumber-sumber alami fosfor di perairan adalah pelapukan batuan mineral dan dekomposisi bahan organik. Sumber antropogenik fosfor adalah dari limbah industri dan limbah domestik (deterjen). Sumbangan dari daerah pertanian yang menggunakan pupuk juga memberikan kontribusi yang cukup besar bagi keberadaan fosfor. Unsur hara kalium (K) merupakan hara makro bagi tanaman yang dibutuhkan dalam jumlah
4
banyak setelah nitrogen (N) dan fosfat (P). Kalium merupakan agen katalis yang berperan dalam proses metabolisme tanaman. Menurut Nyakpa, dkk., (1988), fosfor dan kalium juga merupakan unsur hara makro yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang besar, disamping nitrogen, kalsium, magnesium dan belerang. Apabila unsur-unsur hara tersebut jumlahnya kurang di dalam tanah, maka pertumbuhan tanaman akan terhambat. Studi terkait kandungan nutrien seperti karbon dan nitrogen di TNRAW telah dilaporkan oleh Analuddin dkk., (2015). Namun, belum ada data terkait kandungan nutrien kalium dan fosfor pada mangrove Rhizophora stylosa Griff. di TNRAW yang sangat penting untuk menjelaskan stok nutrien sebagai daya dukung ekologis hutan mangrove. Oleh karena itu peneliti tertarik mengambil penelitian yang berjudul “Distribusi Nutrien Kalium dan Fosfor pada Organ Mangrove Rhizophora Stylosa Griff. di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai”. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini menjadi penting untuk mengetahui kadar nutrien pada mangrove di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu: 1.
Bagaimana kadar nutrien kalium dan fosfor pada mangrove Rhizophora stylosa Griff.?
5
2. Bagaimana distribusi nutrien kalium dan fosfor pada mangrove Rhizophora stylosa Griff.? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan: 1. Untuk mengetahui kadar nutrien kalium dan fosfor pada mangrove Rhizophora stylosa Griff. 2. Untuk mengetahui alokasi nutrient kalium dan fosfor pada mangrove Rhizophora stylosa Griff. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang ingin diperoleh dalam penelitian ini yaitu sebagai: 1. Informasi bagi penelitian selanjutnya yang relevan dengan penelitian ini mengenai kadar nutrien pada mangrove Rhizophora stylosa Griff. 2. Acuan bagi pemerintah setempat dalam mengetahui kadar nutrien pada mangrove Rhizophora stylosa Griff di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Hutan Mangrove Hutan mangrove merupakan sumberdaya alami yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat pesisir dan telah mengalami ancaman degradasi yang sangat cepat (Adee dan Pomeroy, 2002). Menurut Umayah (2016), Luas hutan mangrove dunia sangat beragam tergantung metode yang digunakan. Teknologi remote sensing memperkirakan luas hutan mangrove dunia sekitar 18,1 juta ha. Total luas mangrove Indonesia sebesar 24% dari luas mangrove dunia. Namun demikian, besarnya total luas mangrove ini berbanding lurus dengan laju deforestrasinya. Hal ini merupakan permasalahan utama rusaknya hutan mangrove yang terjadi pada saat ini. Kondisi kerusakan hutan mangrove di Indonesia dapat dibedakan menjadi hutan mangrove rusak berat mencapai luas 42%, hutan mangrove rusak seluas 29%, hutan mangrove dalam kondisi baik seluas kurang dari 23% dan hutan mangrove dalam kondisi sangat baik hanya seluas 6% dari keseluruhan luas mangrove. Berkurangnya luasan ekosistem mangrove alami terjadi seiring meningkatnya kebutuhan manusia yang mendorong deforestasi hutan mangrove untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Secara ekologis daun mangrove merupakan penghasil bahan organik, akarnya merupakan tempat berlindung hewan invertebrata yang menempel, sebagai peredam gelombang dan badai, pelindung pantai dari abrasi, penahan lumpur dan juga sebagai perangkap sedimen. Selain itu akar mangrove juga
6
7
merupakan tempat pemijahan (spawning ground), asuhan (nursery ground) dan tempat mencari makan (feeding ground) biota laut. Secara ekonomis kulit kayu mangrove dapat diambil taninnya yang digunakan untuk obat, batang pohonnya dapat digunakan untuk bahan bakar dan bahan baku produksi arang. Selain itu, kayunya dapat digunakan untuk bahan baku pembuatan rumah, dan kertas (Wicaksono, 2006). B. Manfaat dan Fungsi Hutan Mangrove Pemanfaatan
ekosistem
mangrove
dapat
dikategorikan
menjadi
pemanfaatan ekosistem secara keseluruhan (nilai ekologi) dan pemanfaatan produk-produk yang dihasilkan ekosistem tersebut (nilai sosial, ekonomi dan budaya) (Bandaranayake, 1998). Fungsi mangrove yang sangat penting adalah penghubung antara daratan dan lautan. Tumbuhan dan hewan yang ada di darat maupun yang berada di laut akan ditahan oleh hutan mangrove yang ada di sekitar pantai, disamping hutan mangrove ada juga secara alami berfungsi sebagai penahan atas gelombang yang datang dari laut, pukulan angin dan perembesan air laut ke darat (Lubis, dkk., 2005). Hutan mangrove mempunyai banyak fungsi lain, seperti fungsi ekologis yang diantara lain disebabkan oleh sistem perakarannya dan pertumbuhannya sedemikian rupa yang dapat digunakan sebagai pelindung pantai, penahan lumpur dan penangkap sedimen yang diangkut oleh aliran air permukaan. Fungsi ekonomisnya adalah dapat sebagai penghasil keperluan industri dan tanaman itu
8
sendiri menjadi sumber bibit bagi kehidupan. Selain itu, daun-daunnya dapat digunakan sebagai bahan obat-obatan dan lainnya. Sedangkan fungsi biologis hutan mangrove dapat sebagai tempat asuhan (nursery ground) bagi biota laut, tempat bertelur dan tempat pemijahan (spawing ground), tempat mencari makan (feeding ground), bahkan dari hasil guguran daunnya dapat menjadi penghasil bahan makanan (detritus) untuk berbagai biota perairan (Sugiarto, 1996). Fungsi hutan mangrove salah satunya adalah sebagai peredam hempasan gelombang, sistem perakarannya dapat berperan sebagai pemecah gelombang sehingga pemukiman yang ada di belakangnya dapat terhindar dari tekanan gelombang dan ombak, kondisi tersebut terjadi apabila hutan mangrove masih terjaga dengan baik. Kerapatan hutan mangrove yang semakin menurun akan berdampak pada semakin menurunnya kemampuan mangrove untuk menjalankan fungsinya.
Menurut
Wibowo
dan
Handayani
(2006)
bahwa
semakin
meningkatnya aktivitas pembangunan pada kawasan mangrove memberi dampak negatif pada keberadaan ekosistem mangrove, sehingga fungsi dan manfaat dari ekosistem mangrove menjadi tidak maksimal. C. Klasifikasi dan Deskripsi Rhizopora stylosa Griff. Rhizophora sp. merupakan jenis mangrove yang cukup dominan tumbuh di pesisir pantai. Menurut Kitamura dkk (2003) tanaman Rhizophora sp. pada habitat yang baik, dan dapat tumbuh subur di daerah muara sungai dengan tanah lembek dan berlumpur. Dietriech (2000) menyebutkan bahwa Rhizophora sp.
9
dapat tumbuh dengan baik pada substrat tanah berlumpur, dan dapat mentoleransi tanah lumpur-berpasir, serta dalam kondisi genangan dengan frekuensi 20–40 kali/bulan (Hikmawan, dkk., 2009). Menurut Hilmi, (2010) Klasifikasi Rhizophora stylosa dapat diuraikan sebagai berikut: Kingdom
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Myrtales
Family
: Rhizophoraceae
Genus
: Rhizophora
Species
: Rhizophora stylosa Griff.
Tumbuhan dari suku Rhizophoraceae ini berbatang pendek, bercabang banyak dengan akar tunjang. Batang menyilinder hampir berwarna hitam atau kemerahan serta permukaan batang kasar. Akar tumbuh melengkung, tetapi sebelum mencapai tanah biasanya masih bercabang lagi. Akar tumbuh dari bagian batang yang agak tinggi bahkan dari dahan-dahannya pun tumbuh akar-akar yang disebut akar udara. Daun tebal dan berwarna hijau cerah yang berkelompok di ujung cabang atau ranting. Bunganya kecil-kecil, tebal dan berwarna putih kekuningan. Buah memanjang seperti telur, berbiji satu dan berwarna kecokelatan. Kulit tumbuhan ini banyak mengandung tanin (Sugiarto dan Willy, 1996).
10
Rhizophora stylosa Griff. termasuk habitat pohon, tinggi dapat mencapai 15 m, permukaan batang berwarna abu-abu kehitaman, bercelah halus. Daun permukaan atas halus, mengkilap, ujung meruncing, dengan duri, bentuk lonjong dengan lebar bagian tengah, ukuran panjang 8-12 cm, permukaan bawah tulang daun berwarna kehijauan, berbintik-bintik hitam tidak merata. Karangan bunga terletak di ketiak daun, bercabang 2-3 kali, masing-masing cabang 4-16 bunga tunggal, kelopak 4, berwarna kuning gading, mahkota 4, berwarna keputihan, benang sari 8, tangkai putik jelas (stilus), panjang 0,4-0,6 cm. Buah mirip bentuk jambu air, warna coklat, ukuran 1,5-2 cm, hipokotil berdiameter 2-2,5 cm, permukaan halus, panjang dapat mencapai 30 cm. Akar tunjang. Habitat tanah basah, sedikit berlumpur, berpasir (Sudarmadji, 2004). Daya adaptasi atau toleransi jenis tumbuhan mangrove terhadap kondisi lingkungan yang mempengaruhi terjadinya zonasi pada kawasan hutan mangrove. Peningkatan jenis tumbuhan mangrove dapat dilihat sebagai proses suksesi dan merupakan hasil reaksi ekosistem dengan pengaruh yang datang dari luar seperti tipe tanah, salinitas, tingginya genangan air dan pasang surut.
11
Berikut adalah morfologi mangrove Rhizophora stylosa Griff. disajikan pada gambar 1.
Daun dan Bunga
a
Buah
b
c
d
Keterangan; a= pohon; b= bunga; c= daun; d= buah Gambar 1. Morfologi Rhizophora stylosa Griff. (Sumber : Noor, dkk., 2006).
12
D. Nutrien pada mangrove Rhizophora stylosa Griff. 1. Kalium Kalium didalam tanaman berfungsi dalam proses pembentukan gula dan pati, translokasi gula, aktifitas enzim dan pergerakan stomata. Tanaman yang kekurangan unsur hara ini menunjukkan gejala pada daun bawah ujungnya menguning dan mati, kemudian menjalar ke bagian pinggir daun. Kalium dalam tanah sering ditemui sebagai faktor pembatas, karena kalium (K) merupakan unsur hara yang mobil dan sangat peka terhadap pencucian, terutama di daerah tropik dengan curah hujan yang tinggi. Kalium diserap tanaman dalam jumlah yang cukup besar (Krestian dan Haris, 2005). Pentingnya kalium dalam penambahan diameter batang berhubungan dengan fungsi kalium untuk meningkatkan kadar sclerenchyma pada batang. Sclerenchyma mempunyai fungsi memberi penebalan dan kekuatan pada jaringan batang sehingga tanaman lebih kuat dan tidak mudah rebah. Bel dan Rahmania (2001) menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman berkorelasi dengan penambahan konsentrasi kalium pada daerah pembesaran. Bila tanaman kekurangan kalium maka pembesaran dan perpanjangan sel terhambat. Makin
tinggi konsentrasi unsur hara K maka lingkar batang
semakin besar. Novizan (2002) menyatakan bahwa
kalium dapat
meningkatkan fotosintesis tanaman melalui peningkatan fotofosforilasi yang menghasilkan ATP dan NADPH yang berperan dalam proses fotosintesis dan
13
metabolisme tanaman. pH tanah yang netral dapat mengandung unsur-unsur hara yang banyak tersedia bagi tanaman. Kalium dapat ditukar (Kdd) adalah bentuk tersedia yang dapat diserap tanaman. 2. Fosfor Unsur fosfor di alam banyak dijumpai dalam bentuk ion fosfat, baik dalam bentuk organik maupun anorganik. Keberadaan unsur ini di lapisan tanah tidak stabil, karena berbentuk mineral-mineral yang sangat reaktif terhadap air yang mengalir di permukaannya. Fungsi kalium adalah mengatur aktifitas ensim-ensim, sintesis protein, fotosintesis, perluasan sel, gerak stomata, seismonasti, transport melalui floem dan kesetimbangan kation-anion dalam sel tanaman. Fosfor berperan dalam pembentukan asam nukleat, transfer energi, dan stimulasi aktivitas enzim-enzim. Oleh sebab itu suplai fosfor yang cukup dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Fosfor bersifat mobil dalam tanaman, sehingga kekurangan fosfor pada daundaun muda akan diimbangi oleh transpor fosfor dari daun tua (Mitrosuhardjo, 2002). Unsur ini akan mudah mengalami proses pengikisan, pelapukan dan pengenceran karena limpasan air. Selama terjadi proses-proses tersebut mineral-mineral fosfat akan terurai menjadi ion fosfat yang merupakan salah satu zat hara yang diperlukan dan memegang peranan penting bagi proses
14
pertumbuhan dan metabolisme organisme laut di samping unsur-unsur lainnya (Santoso, 2007). Keberadaan ekosistem yang kompleks dan berbagai aktifitas yang tidak terkontrol di wilayah perairan mempunyai pengaruh terhadap kandungan fosfat, nitrat dan oksigen terlarut. Kandungan fosfat dan nitrat secara alamiah berasal dari perairan itu sendiri yaitu melalui proses-proses penguraian pelapukan ataupun dekomposisi tumbuh-tumbuhan dan sisa-sisa organisme mati. Selain itu juga tergantung pada keadaan sekeliling diantaranya sumbangan dari daratan melalui sungai yang bermuara ke perairan, seperti buangan limbah ataupun sisa pakan yang dengan adanya bakteri terurai menjadi zat hara, dan dalam proses penguraiannya banyak membutuhkan oksigen (Wattayakorn, 1988). Fosfor merupakan salah satu zat hara yang dibutuhkan dan mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan hidup organisme di laut. Tinggi rendahnya kadar fosfat dan nitrat di suatu perairan adalah salah satu indikator untuk menentukan kesuburan suatu perairan (Patty, 2014). Unsur fosfor sama halnya dengan nitrogen, merupakan salah satu bagian terpenting untuk pembentukan protein dan metabolisme sel organisme. Diduga bahwa fosfor merupakan nutrien pembatas dalam eutrofikasi misalnya konsentrasi nitrat yang tinggi tanpa percepatan eutrofikasi apabila konsentrasi fosfat sangat rendah. Ada juga yang berpendapat bahwa faktor pembatas adalah perbandingan fosfor terhadap nitrogen. Seperti halnya nitrogen, fosfor
15
memasuki perairan melalui kotoran, limbah, sisa pertanian, kotoran hewan, dan sisa tanaman dan hewan yang mati. Pada umumnya dalam perairan alami kandungan fosfat terlarutnya tidak lebih dari 0,1 ppm, kecuali pada perairan penerima limbah rumah tangga dan industri tertentu serta limpahan air dari daerah pertanian yang umumnya mengalami pemupukan fosfat. Fosfor merupakan salah satu unsur hara yang dibutuhkan oleh organisme perairan (Nybakken, 1998). Fosfor di alam tidak dijumpai dalam keadaan bebas, akan tetapi berada dalam keadaan terikat dengan unsur lain membentuk senyawa. Unsur hara fosfor di laut ditemukan dalam bentuk keadaan terlarut dan tersuspensi atau terikat dalam sel organisme dalam air. Sumber fosfat di perairan adalah sungai karena dapat membawa hanyutanhanyutan sampah maupun sumber fosfat lainnya dari darat. Sedimen juga berperan utama dalam menyediakan unsur hara diperairan (Ahmad, 2004).
16
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Mei tahun 2016 bertempat di sungai Lampopala Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) Provinsi Sulawesi Tenggara dan dilanjutkan di Laboratorium Taksonomi dan Ekologi, serta di Laboratorium Forensik dan Molekuler, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo Kendari (Lampiran 1). B. Alat dan Bahan Penelitian 1. Alat Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Alat yang digunakan beserta kegunaannya No. Alat Spesifikasi Fungsi 1 2 3 4 1. GPS Tipe Garmin Untuk menentukan titik koordinat lokasi pengambilan sampel 2. Timbangan Ketelitian 50 Untuk menimbang sampel segar pegas (kg) 3. Meteran kain Untuk mengukur diameter batang 4. Kamera Canon Untuk mengambl gambar Digital dokumentasi 5. Parang Untuk memotong pohon 6. Gergaji Untuk mengergaji pohon 7. Blender Untuk menghaluskan sampel daun 8. Ayakan Untuk menyaring sampel daun 9. Timbangan Ketelitian Untuk mengukur berat sampel Ohaus 0,001 gram 10. Spatula Untuk mengambil sampel
16
17
1 11. 12.
2 Gelas erlenmeyer Hot Plate
13.
3 Ukuran 250mL Tipe Javva FH150
Labu Ukur 14. Lemari asam 15. Corong 16. 17. 18.
Tipe Memmert Ukuran 50 ml
Tabung reaksi Pipet Filler Kuvet
20. Spektrofoto meter AAS Software Kaleidagraft 4.0
Untuk memanaskan sampel Wadah menyimpan amonium molibdat dan ekstrak Vit. C Untuk tempat mereaksikan dan menyimpan larutan Untuk membantu penyaringan Sebagai wadah menempatkan larutan
19.
21. 22.
4 Sebagai wadah sampel
Tipe Hitachi Z-2000
Untuk mengambil cairan Untuk membantu mengambil filtrat dalam jumlah banyak Wadah sampel yang akan dianalisis di spektrofotometer Untuk melihat kadar fosfor dan kalium Untuk menganalisis data
2. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Bahan yang digunakan beserta kegunaannya No. Bahan Kegunaan 1 2 3 1. Organ daun, batang, akar Sebagai sampel pengamatan utama, cabang akar dan substrat mangrove Rhizophora stylosa Griff. 2. Kertas koran Untuk membungkus sampel 3. Label spesimen Untuk menandai sampel
18
1 4. 5. 6. 7. 8. 9.
2 Kantung plastik Plastik ciplok HNO3 pekat 35 % Amonium molibdat 4% Vitamin C Kertas saring
3 Sebagai wadah menempatkan sampel Sebagai wadah penyimpanan sampel Sebagai larutan destruktif Sebagai larutan destruktif Sebagai larutan destruktif Sebagai penyaring ekstrak
C. Variabel Penelitian Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel bebas
: Jenis organ mangrove Rhizophora stylosa Griff.
2. Variabel terikat
: Kalium (K) dan Fosfor (P) pada organ batang cabang, daun, akar, dan substrat mangrove
Rhizophora
stylosa Griff. D. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi. Sampel mangrove Rhizophora stylosa Griff. dikoleksi
organ batang, cabang, daun, akar, dan
substrat serta dianalisis kandungan nutriennya dengan metode AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer) dan spektrofotometer. E. Definisi Operasional dan Indikator Penelitian 1. Definisi Operasional Untuk menghindari adanya kekeliruan, maka dijelaskan beberapa definisi operasional yaitu sebagai berikut:
19
a. Kadar kalium dan fosfor merupakan nutrien yang terkandung pada organ mangrove yang ditemukan pada mangrove Rhizophora stylosa Griff. b. Kadar nutrien kalium dan fosfor adalah total kadar atau yang disimpan di organ vegetatif. c. Distribusi alokasi kalium dan fosfor yang di alokasikan pada tiap organ. 2. Indikator Penelitian Indikator dalam penelitian ini adalah kadar Kalium (K) dan Fosfor (P) pada mangrove Rhizophora stylosa Griff. F. Prosedur Penelitian 1. Penentuan Lokasi Studi Lokasi pengambilan sampel Rhizophora stylosa Griff. terletak pada titik koordinat S:0,4°29’48,9” dan E:122°07’18,3”. 2. Prosedur Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dilakukan dengan tahap sebagai berikut : a. Memilih pohon mangrove Rhizophora stylosa yang akan dijadikan sampel di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai. b. Memotong pohon mangrove Rhizophora stylosa yang telah di pilih. c. Memilah bagian-bagian pohon mangrove Rhizophora stylosa mulai dari batang, cabang, daun dan akar. d. Memotong batang utama tiap 1 meter dari pangkal sampai ujung.
20
e. Mengambil sampel mangrove Rhizophora stylosa pada organ batang, cabang, daun dan akar mangrove Rhizophora stylosa Griff. f. Mengambil sampel akar dan cabang setebal 5 cm. g. Mengambil sampel daun mangrove Rhizophora stylosa Griff. yang berukuran besar, sedang dan kecil. h. Mengambil sampel substrat dengan kedalaman 5 cm lalu dimasukkan kedalam plastik. i. Masing-masing sampel organ vegetatif (organ batang, cabang, daun dan akar) dihaluskan, sampel batang dipotong-potong menggunakan gergaji sampai diperoleh serbuk sampel daun diblender sedangkan untuk sampel substrat di saring sampai halus, kemudian dilanjutkan dengan analisis kadar nutrien di Laboratorium Forensik dan Biomolekuler. j. Analisis kadar Kalium Analisis kadar kalium organ yang akan diamati (organ batang cabang, daun, akar, dan substrat) mengacu pada Horwitz and Willian, (2000) dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1) Menimbang 1 gram sampel batang yang telah dihaluskan, kemudian dimasukkan ke dalam gelas erlenmeyer. 2) Menambahkan 9 mL HNO3 pekat 35%, kemudian didestruksi hingga uap sampel berwarna putih. 3) Menambahkan 20 mL aquades, kemudian menyaring sampel menggunakan kertas saring lalu membuang ampasnya.
21
Hal serupa dilakukan pada sampel cabang dan daun, kemudian masingmasing sampel diuji menggunakan AAS (Atomic Absorbsi Spectrofotometer). (Hasil lengkap disajikan pada lampiran 2). g. Analisis kadar Fosfor Analisis kadar fosfor organ yang akan diamati batang utama, akar utama, cabang akar, daun dan substrat) mengacu pada Olsen et al., (1954) dengan langkah-langkah sebagai berikut : a) Menimbang 1 gram sampel batang yang telah dihaluskan, kemudian dimasukkan kedalam gelas erlenmeyer. b) Menambahkan 9 mL HNO3 pekat 35%, kemudian didestruksi hingga uap sampel berwarna putih. c) Menambahkan 20 mL aquades, kemudian menyaring sampel menggunakan kertas saring lalu membuang ampasnya. d) Mengambil 1 mL filtrat kemudian menambahkan 3 mL larutan amonium molibdat 4% serta 5 mL ekstrak vitamin C, lalu didiamkan selama 30 menit. Hal serupa dilakukan pada sampel cabang dan daun, kemudian masingmasing
sampel
dimasukkan
kedalam
kuvet
lalu
diuji
menggunakan
spektrofotometer (panjang gelombang = 570 mikro meter). (Hasil lengkap disajikan pada lampiran 3).
22
T-test digunakan untuk melihat perbedaan-perbedaan kadar kalium dan fosfor yang terkandung pada organ tumbuhan. Kemudian dilanjutkan dengan pembuatan grafik menggunakan software kaleidagraft 4.0.
23
Secara singkat, diagram alir prosedur kerja dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 3. .
Studi Lokasi, Pengambilan Titik Koordinat Stasiun Pengambilan Sampel
Koleksi Organ Tumbuhan
Preparasi dan Penghalusan Sampel
Penimbanagan Sampel Organ Mangrove Rhizophora Stylosa Griff.
Analisis Kadar Kalium (K) dan Fosfor (P)
Gambar 2. Diagram Prosedur Kerja Analisis Kadar Nutrien
24
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Ekosistem mangrove terletak di bagian selatan kawasan, membentang dari barat ke timur sepanjang 24 km dengan luas 6.173 hektar. Kelimpahannya juga sangat tinggi. Dalam kawasan tersebut, sedikitnya terdapat 27 jenis tumbuhan, yang didominasi Rhizophora mucronata, Avicennia alba dan Bruguiera gymnorhiza. Areal mangrove juga menyimpan beragam kekayaan satwa seperti buaya, anoa, babi hutan, berbagai jenis ikan, udang, kepiting bakau, Burung pecuk ular, Wilwo dan Bangau. Ekosistem mangrove di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW), tergolong masih utuh dan bagus dibandingkan kondisi hutan mangrove lain di Sulawesi. Di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai, dapat dijumpai banyak pohon mangrove berdiameter satu sampai dua meter. Selain itu, mangrove juga menjadi habitat anoa dataran rendah yang merupakan ikon Sulawesi Tenggara. Satwa ini tergolong langka dan menjadi satwa prioritas nasional untuk dilindungi (Mardiatmo, 2010). Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) terdapat empat tipe ekosistem yaitu mangrove, rawa, savanna dan hutan hujan yang merupakan suatu paduan yang menarik antara hutan rawa, perbukitan dan pesisir. Hutan mangrove di kawasan Sungai Lanowulu disusun oleh beberapa jenis tegakan seperti Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Rhizophora stylosa,
24
25
Lumnitzera littorea, Ceriops tagal, maupun Bruguira gymnoriza, dan Xylocarpus granatum (Analuddin, dkk., 2012). Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) adalah salah satu taman nasional yang terdapat di Pulau Sulawesi. Taman nasional yang terletak di Provinsi Sulawesi Tenggara
ini ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri
Kehutanan No. 756/Kpts-II/1990, dengan luas 105.194 ha.
Keanekaragaman
flora yang terdapat di dalam kawasan taman nasional ini tergolong cukup tinggi, terdiri dari 323 jenis tumbuhan, juga memiliki berbagai jenis fauna, terutama jenis-jenis fauna langka endemik kawasan Wallaceae (Unit Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai, 2000). Luas wilayah Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) kurang lebih 105.195 hektar yang meliputi dua kabupaten, yaitu Kabupaten Bombana dan Kabupaten Konawe Selatan. Hal yang melatarbelakangi penetapannya sebagai taman nasional adalah keberadaan ekosistem yang sangat beragam dan perlu dilestarikan untuk dapat dimanfaatkan bagi kepentingan ilmu pengetahuan, pendidikan, kebudayaan, rekreasi, dan pariwisata. Beberapa ekosistem yang ada di TNRAW ini antara lain ekosistem hutan bakau/mangrove, hutan pantai, savana, hutan hujan pegunungan rendah, serta ekosistem rawa.
26
B. Distribusi Kadar Kalium pada Organ Mangrove Rhizophora Stylosa Griff. Hasil pengukuran kadar kalium pada organ batang, daun, dan cabang mangrove Rhizophora Stylosa nampak berbeda, seperti disajikan ditampilkan pada gambar 5. Rerata
Kadar Kalium (mg/gt)
1.4
1,27
1,29 1.29
1.27
1.2 0,85
1
0.85
0.8 0.6 0,29
0.4
0,21
0.29
0.21
0.2 0 Substrat
Akar Akar Utama
Cabang Cab. Akar Sampel
Batang Batang utama
Daun
Gambar 3. Perbandingan kadar kalium pada organ mangrove Rhizophora stylosa Griff. Gambar 3 menunjukkan rerata jumlah kalium pada mangrove Rhizophora stylosa jumlah kalium tertinggi nampak terdapat pada organ daun (1,29 mg/g) dibandingkan pada organ batang (0,85 mg/g), organ akar (1,27 mg/g), organ cabang (0,29 mg/g) dan substrat (0,21 mg/g). Uji statistik dengan t-test (p<0,05), hasil t-test tidak berbeda nyata jumlah kalium antara substrat dan organ akar (p= 0,25). Jumlah kalium antara organ cabang dan organ batang tidak berbeda nyata (p= 0,21). Jumlah kalium antara organ batang dan organ daun tidak
27
berbeda nyata (p= 0,20). Jumlah kalium antara organ daun dan substrat sangat berbeda nyata (p= 0,01) dan Jumlah kalium antara organ akar dan organ cabang sangat berbeda nyata (p= 0,01). (Lampiran 4). Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa kadar kalium tertinggi terdapat pada organ daun. Daun berperan penting dalam proses fotosintesis. Salah satu fungsi kalium pada tanaman yaitu untuk meningkatkan proses fotosintesis sehingga sangat penting bagi tanaman menghasilkan glukosa sebagai sumber utama bagi tanaman. Menurut Sobir, dkk., (2011) Penyerapan kalium pada daun tanaman akan meningkatkan tekanan turgor sel penjaga, keadaan ini menyebabkan stomata membuka sehingga meningkatkan asimilasi CO2 selama fototsintesis. Menurut Dahlia (2012), Transportasi tumbuhan adalah mekanisme pengangkutan air dan zat nutrisi makanan dari akar ke seluruh bagian tumbuhan. Pada tumbuhan tingkat rendah penyerapan air dan zat hara yang terlarut di dalamnya dilakukan melalui seluruh bagian tubuh. Pada tumbuhan tingkat tinggi proses pengangkutan dilakukan pembuluh pengangkut yang terdiri dari xylem dan phloem.Mekanisme proses penyerapan dapat berlangsung karena adanya proses imbibisi,difusi, osmosis dan transpor aktif. Fungsi kalium menurut Kasmadi (2010), adalah 1.
Esensial dalam sintesis protein,
2. Penting dalam pemecahan karbohidrat, proses pemberian energi bagi tanaman; Membantu dalam keseimbangan ion dalam tanaman,
28
3. Membantu tanaman mengatasi gangguan penyakit, 4. Penting dalam pembentukan buah, 5. Meningkatkan daya tahan tanaman terhadap iklim tidak menguntungkan. Kalium didalam jaringan tanaman ada dalam bentuk kation dan bervariasi sekitar 1,7–2,7% dari berat kering daun yang tumbuh secara normal. Ion K di dalam tanaman berfungsi sebagai aktivator dari banyak enzim yang berpartisipasi dalam beberapa proses metabolisme utama tanaman. Kalium sangat vital dalam proses fotosintesis. Apabila kalium defisiensi maka proses fotosintesis akan turun, akan tetapi respirasi tanaman akan meningkat. Kejadian ini akan menyebabkan banyak karbohidrat yang ada dalam jaringan tanaman tersebut digunakan untuk mendapatkan energi untuk aktivitas-aktivitasnya sehingga pembentukan bagianbagian tanaman akan berkurang yang akhirnya pembentukan dan produksi tanaman berkurang (Vogel, 1985).
29
C. Distribusi Kadar Fosfor pada Organ Mangrove Rhizophora Stylosa Griff. Hasil pengukuran kadar fosfor pada organ daun, batang, akar utama, akar cabang dan substrat mangrove Rhizophora stylosa Griff. nampak berbeda, seperti disajikan pada gambar 4.
Rerata 10
8,16
Kadar Fosfor (mg/g)
8.16
8 6
4,99
4,71 4.71
4
3,43
4.99
2,97
3.43
2.97
2 0 Substrat
Akar Akar Utama
Cabang Cab. Akar Sampel
Batang Batang utama
Daun
Gambar 4. Perbandingan kadar fosfor pada organ mangrove Rhizophora Stylosa Griff. Gambar 4 menunjukan bahwa kadar fosfor pada organ daun (8,16 mg/g) mangrove Rhizophora stylosa Griff. lebih tinggi dibandingkan pada substrat (4,71 mg/g), organ cabang (4,99 mg/g), organ akar (3,43 mg/g) dan organ batang (2,97 mg/g). Berdasarkan uji statistik dengan t-test didapatkan kadar fosfor antara substrat dan organ akar utama tidak berbeda nyata (p=0,17). Jumlah fosfor antara organ akar dan organ cabang berbeda nyata (p=0,08). Jumlah fosfor antara organ cabang dan organ batang sama nyata (p=0,06). Jumlah fosfor antara organ batang
30
dan organ daun berbeda nyata (p=0,01). Jumlah fosfor antara organ daun dan substrat berbeda nyata (p=0,03). (Lampiran 4). Hal ini sejalan dengan penelitian Hossain (2014), yang menyatakan bahwa kadar fosfor lebih tinggi pada organ daun (0,17 mg/g) dibanding cabang (0,11mg/g) dan batang (0,07 mg/g). Bagian tumbuhan yaitu, akar, batang, cabang dan daun memerlukan nutrisi. Agar kebutuhan nutrisi di setiap bagian tumbuhan terpenuhi, maka dibutuhkan suatu proses pengangkutan nutrisi hasil fotosintesis berupa gula dan asam amino ke seluruh tubuh tumbuhan. Pengangkutan hasil fotosintesis dari daun ke seluruh tubuh tumbuhan terjadi melalui pembuluh floem. Perjalanan zatzat hasil fotosintesis dimulai dari sumbernya yaitu daun (daerah yang memiliki, konsentrasi gula tinggi) ke bagian tanaman lain yang dituju (daerah yang memiliki konsentrasi gula rendah). Fosfor diserap sebagai H2PO4-. Hara lain yang diserap sebagai anion kompleks adalah NO3-dan SO4-. Fosfor merupakan bagian dari ATP karenanya sangat penting dalam peredaran energi dalam tanaman. P juga merupakan bagian penting dalam fosfolipid yang merupakan bagian dari membran. Juga merupakan bagian dari nukleotida, koenzim dan membentuk kompleks dengan gula. Fosfor juga merupaka komponen dari asam fitat (phytic acid), yaitu ester hexafosfat dari myoinositol, atau garam Ca atau Mg-nya. Senyawa ini merupakan cadangan P dalam biji, yaitu C6H6(H2PO4)6.
31
Menurut (Sutedjo, 2010) menjelaskan bahwa, fungsi dari fosfor dalam tanaman diantaranya dapat mempercepat pertumbuhan akar semai dan dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi tanaman dewasa pada umumnya. Sebagai bahan pembentuk, fosfor terpencar-pencar dalam tubuh tanaman, semua inti mengandung fosfor dan selanjutnya sebagai senyawasenyawa fosfat di dalam sitoplasma dan membran sel. Menurut Hutagalung (1997), Fosfor didalam tanaman mempunyai fungsi sangat penting yaitu dalam proses fotosintesis, respirasi, transfer dan penyimpanan energi, pembelahan dan pembesaran sel serta proses-proses di dalam tanaman lainnya. Fosfor meningkatkan kualitas buah, sayuran, biji-bijian dan sangat penting dalam pembentukan biji. Fosfor membantu mempercepat perkembangan
akar
dan
perkecambahan,
dapat
meningkatkan
efisiensi
penggunaan air, meningkatkan daya tahan terhadap penyakit yang akhirnya meningkatkan kualitas hasil panen.
32
D. Alokasi Kadar Kalium pada Organ Vegetatif Mangrove Rhizophora Stylosa Griff. Hasil perhitungan alokasi kadar kalium pada organ vegetatif mangrove yaitu organ batang, cabang, daun dan akar pada mangrove Rhizophora stylosa Griff. disajikan pada gambar 6.
13% 9%
Batang Cabang
16%
Daun 62%
Akar
Gambar 5. Alokasi kadar kalium pada organ vegetatif mangrove Rhizophora stylosa Griff. Gambar 5 menunjukkan bahwa alokasi kadar fosfor pada organ mangrove tersimpan pada organ batang sebesar (62,328%) dibandingkan dengan organ cabang (15,836%), akar (13,037%) dan daun (8,797%) (Lampiran 5). Menurut Runtunuwu, dkk (2010), Tahap fenologi adalah faktor yang mempengaruhi pembagian asimilat pada organ-organ vegetatif (daun, batang dan akar) selama kecambah muncul sampai pembungaan. Pada awal pertumbuhan, produksi biomassa hanya dialokasikan ke daun, batang dan akar dengan alokasi
33
terbanyak pada daun. Sampai pembungaan. Alokasi biomassa ke daun dan akar berkurang sedangkan alokasi ke batang bertambah dengan fase perkembangan tanaman. setelah fase pembungaan, seluruh produksi biomassa dialokasikan ke biji. E. Alokasi Kadar Fosfor pada Organ Vegetatif Mangrove Rhizophora Stylosa Griff. Hasil perhitungan alokasi kadar fosfor pada organ vegetatif mangrove yaitu organ batang, cabang, daun, dan akar pada mangrove Rhizophora stylosa Griff. disajikan pada gambar 6.
3%
9%
6% Batang Cabang Daun Akar 82%
Gambar 6. Alokasi kadar fosfor pada organ vegetatif mangrove Rhizophora stylosa Griff. Gambar 6 menunjukkan bahwa alokasi kadar fosfor pada organ mangrove tersimpan pada organ batang sebesar (82,063%) dibandingkan dengan organ cabang (5,640%), akar (8,909%) dan daun (3,386%) (Lampiran 5). Sebaran kadar
34
masing-masing bagian tanaman akan mempengaruhi alokasi kadar masing-masing bagian tanaman. Alokasi kadar bagian tanaman berbeda-beda. Kadar tumbuhan bertambah karena tumbuhan menyerap karbondioksida (CO2) dari udara dan mengubah zat ini menjadi bahan organik melalui proses fotosintesis. Berbeda dengan hewan, tumbuhan membuat makanannya sendiri yang disebut dengan autotrof. Hal ini sesuai dengan hasil studi Kraenzel et al. (2003), menunjukkan bahwa alokasi biomassa terbesar tersimpan pada batang (>60%). Alokasi biomasa terkecil tersimpan pada bagian daun (< 10%). Perbedaan alokasi biomassa antar bagian tanaman sangat tergantung dari jenis tanaman dan kondisi iklim. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Ismail (2005). Akan tetapi pada hasil penelitian Ismail (2005) menunjukkan alokasi biomassa terkecil pada akar sebesar 11,7%. Berdasarkan kondisi tersebut, perbedaan lokasi mempengaruhi besarnya alokasi biomassa masing-masing bagian tanaman.
35
V. PENUTUP
A. Simpulan Simpulan pada penelitian adalah sebagai berikut : 1. Kadar kalium pada organ vegetatif mangrove Rhizophora stylosa Griff. menunjukkan bahwa organ daun (1,29 mg/g) lebih tinggi dibandingkan dengan kadar kalium pada organ cabang akar (0,29 mg/g), organ batang (0,85 mg/g), organ akar utama (1,27 mg/g) dan substrat (0,22 mg/g). 2. Kadar fosfor pada organ vegetatif mangrove Rhizophora stylosa Griff. menunjukkan bahwa organ daun (8,16 mg/g) lebih tinggi dibandingkan dengan, organ cabang akar (4,99 mg/g), substrat (4,71 mg/gorgan akar utama (3,43 mg/g) dan organ batang (2,97mg/g). 3. Kadar kalium pada organ mangrove terbanyak pada daun yaitu sebanyak(1,29 mg/g) dan kadar fosfor pada organ mangrove terdapat pada daun yaitu sebanyak (8,16 mg/g).
B. Saran 1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang kandungan kadar kalium dan fosfor pada mangrove Rhizophora stylosa diberbagai jenis habitat mangrove penting untuk dilakukan.
35
36
DAFTAR PUSTAKA
Adee, Z dan Pomeroy, R., 2002, Assessment and management of mangrove ecosystems in developing countries. J. Trees (16): 235–238 Ahmad, F., 2004, Kesuburan Perairan kepulauan Tanimbar Utara dan Selatan, Maluku Tenggara, Ditinjau dari Kadar Zat Hara Fosfat, J. Sorihi, ISSN: 1693-1483 Analuddin, Jamili, dan Rasas Raya, 2012, Perancangan Model Pengelolaan Ekosistem Mangrove Untuk Mengoptimalkan Perlindungan Hewan Endemik Di Kawasan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai Sulawesi Tenggara, Laporan Penelitian Hibah Bersaing Dikti. 2012, Univesitas Haluoleo, Kendari. Analuddin., Jamili., dan Sahidin, I., 2015, Ecosystem Function of Mangroves as Biofilter and Blue Carbon Source for The Coastal Zone at The Rawa Aopa Watumohai National Park and its Surrounding Areas, Southeast Sulawesi, Indonesia, Laporan Akhir Penelitian, Universitas Halu Oleo, Kendari. Bandaranayake, W, M., 1998, Traditional and medicinal uses of mangroves. J. Mangroves and Salt Marshes 2 : 133-148. Bel dan A, A, Rahmania., 2001, Telaah Faktor Pembatas Kacang Tanah, Penelitian Palawija Cahyono, B., 2006, Timun. Aneka Ilmu, Semarang Depatermen Kehutanan, 1997, Strategi Nasional Pengelolahan Mangrove di Indonesia, Departemen Kehutanan RI, Jakarta Hikmawan, B., Sarno., Munandar., Parto, Y dan Suwigno, A, R., 2009, Pertumbuhan Awal dan Kemampuan Adaptasi Dua Jenis Mangrove di Muara Sungai Musi Sumatera Selatan, J. Agria, 5(2) :13-21 Hilmi, E., 2010, Analisis Keteguhan Tanaman Rhizophora stylosa pada Sistem Pola Rehabilitas Rumpun Berjarak untuk Mencegah Abrasi, J. Biodiversitas Dan Bioteknologi Sumberdaya Akuatik, ISBN 978-979-16109-4-0
36
37
Horwitz, and William., 2000, Official Methods of Analysis of AOAC International, 17th Volume 1, Agricultular Chemicals, Contaminants, Drugs, AOAC International, Maryland USA. Hutagalung, H, P., Deddy, S dan Hadi Riyono., 1997, Metode Analisis Air Laut, Sedimen, dan Biota, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta Hossain, M., Siddique, M.R.H., Saha, S., & Abdullah, S.M.R., 2015, Allometric Models for Biomass, Nutrients and Carbon Stock in Excoecaria agallocha of the Sundarbans, Bangladesh. Wetland Ecology and Management, 23, 765-774 Ismail, A, Y., 2005, Dampak Kebakaran Hutan Terhadap Potensi Kandungan Karbon pada Tanaman Acacia Ma-Ngium Willd Di Hutan Tanaman Industri. (Tesis). Institut Pertanian Bogor, Bogor Kasmadi, 2010, Kandungan dan Manfaat Pupuk NPK, http://kasmadikasmadi.blogspot.com/2010/05/kandungan-manfaat-pupuk-npk.html. Kitamura, S., Anwar, C., Chaniago, A dan Baba, S., 2003, Buku Panduan Mangrove di Indonesia, Departemen Kehutanan RI dan Japan International Cooperation Agency. Kraenzel, M., Castillo, A., Moore, T., & Potvin, C, 2003, Carbon storage of harvestage teak (Tectona gran-dis) plantation, Panama. J. Forest Ecology and Management 173 : 213-225. Krestian, V dan S, Haris, A., 2005, Studi Pemupukan Kalium Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Manis (Zea Mays Saccharata Sturt) Varietas Super Bee, ISSN : 1979-6870 Liana,
2011, Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai. Diunduh http://kabaena.forumplatinum.com/t1350-taman-nasional-rawa-aopawatumohai.
pada
Lubis, Z., Harahap, H, R dan Tambunan, R., 2005, Pengelola Hutan Mangrove di Kabupaten Asahan, J. Studi Pembangunan, 1(1) Eko Mardiatmo, E., 2010, Mengenal Lebih Dekat Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai, Mitrosuhardjo, M, M., 2002, Efisiensi serapan P pupuk oleh tanaman kacang tanah yang tumbuh pada 2 tingkat kelembaban tanah, Prosiding Seminar Nasional
38
dan Pertemuan Tahunan Komisariat Daerah Himpunan Ilmu Tanah Indonesia, 151-161 Nyakpa, M. Y., Lubis, A. M., Pulung, M. A., Amrah, A. G., Munawar, A., Hong, G. B., & Hakim, A., 1988, Kesuburan Tanah, Lampung, Universitas Lampung Nybakken, J, W., 1998, Biologi Laut, Suatu pendekatan Biologis, Gramedia, Jakarta Noor, Y. R, M. Khazali dan I.N.N Suryadiputra., 2006, Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia, Wetlands Internasional-Indonesia Programe, Bogor. Novizan, 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agro Media Pustaka Buana. Jakarta Olsen, S.R., C.V.Cole, F.S. Watanabe, and L.A. Dean., 1954, Estimation of available P in soils by extraction with sodium bicarbonate, USDA cir. No 939. Patty, I, S., 2014, Karakteristik Fosfat, Nitrat dan Oksigen Terlarut di Perairan Pulau Gangga dan Pulau Siladen, Sulawesi Utara, J. Ilmiah Platax, 2(2) Purnobasuki, H., Muryono, M dan Agustin, L, Y., 2012, Estimasi Stok Karbon Pada Tegakan Pohon Rhizophora Stylosa di Pantai Talang Iring, PamekasanMadura, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Madura Santoso, D, A., 2007, Kandungan Zat Hara Fosfat pada Musim Barat dan Musim Timur di Teluk Hurun Lampung, J. Teknologi Lingkungan, 8(3) : 207-210 Sobir., Susilo, D, A., Poerwanto, R dan Safuan, O, L., 2011, Pengaruh Status Hara Kalium Tanah Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Nenas, J. Agroteknos, ISSN: 2087-7706 Sudarmadji, 2004, Deskripsi Jenis-jenis Anggota Suku Rhizophoraceae di Hutan Mangrove Taman Nasional Baluran Jawa Timur, J. Biodiversity, 5 (2) : 66-70 Sugiarto, P, D., 2007, Kearifan Tradisional “Togo” di Muara Lanowulu Rahasia di Balik Sukses Kota Tinanggea sebagai Penghasil Terasi, J. Warta Konservasi Lahan Basah, 15 (2) : 5-30 Sugiarto, W, E., 1996, Penghijauan Pantai, Penebar Swadana, Jakarta Sugiarto dan Willy, 1996, Penghijauan Pantai, PT. Penebar Swadaya, Jakarta
39
Sulaiman., Suparto dan Eviati., 2005, Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air dan Pupuk, Balai Penelitian Tanah, Bogor Sutedjo, M, M., 2010, Pupuk dan Cara Pemupukan, Cet 8 Rineka cipta, Jakarta Umayah, S., dkk, 2016, Tingkat Kerusakan Ekosistem Mangrove di Desa Teluk Belitung Kecamatan Merbau Kabupaten Kepulauan Meranti, J. Riau Biologia 1(4): 24-30 Unit Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai. 2000. Rencana Karya Lima Tahunan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai. Unit Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai. Unaaha Vogel, 1985, Analisis Anorganik Kuantitatif Mineral Makro dan Semimikro, Kalman Media Pustaka, Jakarta Wantasen, S, A., 2013, Kondisi Kualitas Perairan dan Substrat Dasar Sebagai Faktor Pendukung Aktivitas Pertumbuhan Mangrove di Pantai Pesisir Desa Basaan I, Kabupaten Minahasa Tenggara, J. Ilmiah Platax, 1 : (4) ISSN: 2302-3589 Wattayakorn, G., 1988, Nutrient Cycling in estuarine, Paper presented in the Project on Research and its Application to Management of the Mangrove of Asia and Pasific, Ranong, Thailand: 17 pp. Wibowo, K. dan Handayani, T., 2006, Pelestarian Hutan Mangrove melalui Pendekatan Mina Hutan (Silvofishery). J. Teknik Lingkungan, 7 (3), 135-137. Wicaksono, A, D, M., 2006, Deteksi Perubahan Penutupan Hutan Mangrove Menggunakan Data Landsat di Delta Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Skripsi, Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan Yuliarsana, N dan Danisworo, T., 2000, Rehabilitasi Pantai Berhutan Mangrove, dalam Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Ekosistem Pantai dan Pulaupulau Kecil dalam Konteks Negara Kepulauan, Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Zakaria., Marissa H dan Indriani, P, D., 2009, Keanekaragaman Spesies Tumbuhan pada Kawasan Mangrove Nipah (Nypa fruticans Wurmb.) di Kec. Pulau Rimau Kab. Banyuasin Sumatera Selatan, J. Penelitian Sains, 12(3)
40
Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai Kabupaten Bombana Provinsi Sulawesi Tenggara
Lokasi Penelitian
40
41
Lampiran 2. Analisis kadar kalium organ mangrove Rhizophora stylosa Griff.
Penimbangan sampel organ mangrove
Sampel diuji menggunakan AAS (Atomic Absorbsi Spectrofotometer).
Menambahkan 9 mL HNO3 pekat 35%
Menyaring sampel organ mangrove
Didestruksi hingga uap sampel berwarna putih.
Menambahkan aquades 20 ml
42
Lampiran 3. Analisis kadar fosfor organ mangrove Rhizophora stylosa Griff.
Pencampuran vitamin C
Menyaring vitamin C yang telah dicampurkan aquades
Sampel diuji menggunakan spektrofotometer
Mengambil 3 ml amonium molibdat 4%
Mengambil 5 ml ekstrak vitamnin C
43
Lampiran 4 : 1. Tabel hasil uji distribusi kalium dan fosfor pada organ batang Mangrove R. Stylosa No. Organ Mangrove Kalium (mg/g) Fosfor (mg/g) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Substrat 1
0,110
5,65
Substrat 2
0,268
4,10
Substrat 3
0,268
4,38
Akar Utama 1
0,268
4,16
Akar Utama 2
0,268
2,29
Akar Utama 3
0,345
3,85
Cabang Akar 1
1,390
4,62
Cabang Akar 2
1,505
4,65
Cabang Akar 3
0,920
5,71
Batang utama 1
0,557
2,79
Batang utama 2
0,719
4,20
Batang utama 3
1,280
1,92
Daun Besar
1,051
9,14
Daun Sedang
1,159
9,14
Daun Kecil
1,654
6,21
7 6 5
Absorbansi
Absorbansi
0,45 0,4 y = 0,1963x - 0,0011 0,35 R² = 0,9983 0,3 0,25 0,2 0,15 0,1 0,05 0 -0,05 0 0,5 1 1,5 Konsentrasi K (ppm)
y = 0,2374x - 0,3132 R² = 0,9881
4 3 2 1 0
2
2,5
-1 0
5
10
15
20
25
Konsentrasi P (ppm)
30
44
2. T-test perbandingan kadar fosfornpada organ mangrove Rhizophora stylosa Griff. Organ Substrat Akar utama Cabang Batang
Daun
T-test
s-a
a-c
c-b
b-d
d-s
T-test
0,165
0,084
0,055
0,011
0,033
Rerata
4,71
3,43
4,99
2,97
8,16
STDEV
0,825
1,006
0,621
1,149
1,691
SE
0,476
0,580
0,358
0,663
0,976
3. T-test perbandingan kadar kalium pada organ mangrove Rhizophora stylosa Griff. Organ Substrat Akar Cabang Batang
Daun
T-test
s-a
a-c
c-b
b-d
d-s
T-test
0,251
0,005
0,211
0,203
0,005
Rerata
0,21
0,29
1,27
0,85
1,29
STDEV
0,090
0,044
0,309
0,379
0,321
SE
0,052
0,025
0,178
0,219
0,185
45
Lampiran 5. 1. Tabel hasil allokasi fosfor pada organ mangrove Rhizophora stylosa Griff. Allokasi P (%) Batang Cabang Daun Akar 87,556 3,022 2,087 7,332 84,784 4,356 2,825 8,033 79,955 5,522 1,987 12,533 87,060 3,767 2,127 7,044 90,168 2,730 1,278 5,822 83,834 6,348 4,253 5,563 67,472 9,121 6,945 16,459 75,677 10,250 5,587 8,484 82,063 5,640 3,386 8,909 Rata-rata 82,063 5,640 3,386 8,909 2. Tabel hasil allokasi kalium pada organ mangrove Rhizophora stylosa Griff. Allokasi P (%) Batang Cabang Daun Akar 71,993 9,706 6,252 12,046 66,165 13,276 8,031 12,526 59,755 16,116 5,410 18,716 70,439 11,904 6,268 11,388 76,987 9,104 3,975 9,933 61,991 18,331 11.456 8,219 41,835 22,086 15,685 20,392 49,459 26,162 13,298 11,079 62,328 15,836 8,797 13,037 Rata-rata 62,328 15,836 8,797 13,037