PERSETUJUAN PEMBIMBING
Artikel DESKRIPSI BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL MATEMATIKA (Suatu Penelitian pada Siswa Kelas VII SMP Negeri Widyakrama)
Oleh
NUR WAHYUNI ABBAS (NIM. 411410085, Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan IPA)
Telah diperiksa dan disetujui untuk dipublikasikan
1
DESKRIPSI BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL MATEMATIKA Nur Wahyuni Abbas, Hamzah B. Uno, Nursiya Bito Jurusan Matematika Program Studi S1 Pendidikan Matematika F.MIPA Universitas Negeri Gorontalo Email:
[email protected] ABSTRAK Nur Wahyuni Abbas, Berpikir Kreatif Siswa Dalam Menyelesaikan Soal-Soal Matematika, Pembimbing I: Prof. Hamzah B. Uno M.Pd, Pembimbing II: Nursiya Bito, S.Pd, M.Pd. Penelitian pada Siswa Kelas VII SMP Negeri Widyakrama Kabupaten Gorontalo. Penelitian ini merupakan penelitian deskripsi bertujuan untuk menggambarkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas VII SMP Negeri Widyakrama, Kabupaten Gorontalo dalam menyelesaikan soal-soal matematika. Data dalam penelitian ini berupa data hasil tes berpikir kreatif siswa dan data hasil wawancara dari subjek penelitian. Tes yang digunakan untuk mengukur berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika adalah tes berbentuk essay, yang terdiri dari lima butir soal. Tes yang digunakan telah valid karena terlebih dahulu telah dilakukan validasi konten, sehingga kelima butir soal tes kemampuan berpikir kreatif siswa dapat digunakan sebagai instrument pada penelitian. Data yang didapatkan kemudian dianalisis dengan mencakup tiga jalur yaitu reduksi data, Penyajian Data, dan Penarikan Kesimpulan/ Verifikasi. Dan untuk menguji keabsahan data menggunakan Triangulasi. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa berpikir kreatif siswa kelas VII di SMP Negeri Widyakrama dalam menyelesaikan soal masih sedang. Kata Kunci : Berpikir Kreatif Siswa, berpikir, kreatif, Siswa kelas VII1
1
Nur Wahyuni Abbas. 411410085. Jurusan Pendidikan Matematika. FMIPA. Prof. Hamzah B.Uno, M.Pd, Nursiya Bito S.Pd, M.Pd
2
Matematika merupakan salah satu jenis materi ilmu dari enam jenis materi ilmu yang ada, dan belajar matematika pada hakikatnya adalah suatu aktifitas mental
untuk memahami arti dan hubungan-hubungan dan simbol-simbol,
kemudian menerapkannya ke situasi nyata. Dan menurut Uno, dkk (2010: 109) bahwa matematika adalah sebagai suatu bidang ilmu yang merupakan alat pikir, berkomunikasi, alat untuk memecahkan berbagai persoalan praktis yang unsurunsurnya logika dan intuisi, analisis dan konstruksi, generalisasi dan individualisasi, dan mempunyai cabang-cabang antara lain aritmatika, aljabar, geometri, dan analisis. Akan tetapi dalam mempelajari matematika, penguasaan materi bukan satu-satunya tujuan akhir dari mata pelajaran matematika. Akan tetapi, mata pelajaran matematika juga membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama (BSNP, 2006: 139). Menurut Mahmudi (2010: 1), pengembangan kemampuan berpikir kreatif perlu dilakukan karena kemampuan ini merupakan salah satu kemampuan yang dikehendaki dalam dunia kerja. Kemampuan berpikir kreatif juga menjadi penentu keunggulan suatu bangsa, dimana daya kompetitif suatu bangsa ditentukan oleh cara berpikir kreatif sumber daya manusianya. Seseorang yang mempunyai kemampuan berpikir kreatif tidak hanya mampu menyelesaikan soal non rutin, tetapi juga mampu melihat berbagai alternatif dari penyelesaian soal itu. Kemampuan berpikir kreatif merupakan bagian yang sangat penting untuk kesuksesan dalam menyelesaikan soal-soal. Berpikir kreatif dapat mempertinggi sikap positif seseorang dengan tidak mengenal putus asa dalam menyelesaikan masalah. Karena itu, berpikir kreatif sangat penting untuk keberhasilan pemecahan masalah. Namun kenyataannya proses pembelajaran matematika yang berlangsung di sekolah, guru memberikan soal pada siswa dengan bentuk soal rutin. Pemberian soal rutin seperti itu membuat siswa hanya menguasai teknik penyelesaian yang sudah dicontohkan sebelumnya dan tidak memberikan ruang bagi siswa berkreasi dengan pengalaman matematika sebelumnya. Akibatnya siswa hanya mencontoh
3
apa yang dikerjakan seperti apa yang dicontohkan dan hal tersebut menyebabkan siswa kurang memiliki kemampuan menyelesaikan masalah dengan alternatif lain. Kemampuan berpikir kreatif tergolong kompetensi tingkat tinggi (high order competencies) dan dapat dipandang sebagai kelanjutan dari kompetensi dasar (basicskills) dalam pembelajaran matematika (Sudiarta, 2009). Sehingga berpikir kreatif sangat penting dalam era persaingan global, karena tingkat kompleksitas permasalahan dalam segala aspek kehidupan modern ini semakin tinggi. Dan keberhasilan seorang siswa dalam belajar matematika tergantung pada kemampuan berpikirnya, oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengkaji berpikir kreatif siswa di SMP Negeri Widyakrama dengan judul “Deskripsi Berpikir Kretaif Siswa Dalam Menyelesaikan Soal-soal Matematika”. Berdasarkan uraian diatas, masalah yang teridentifikasi adalah: 1) Siswa tidak mampu untuk menyelesaikan soal-soal matematika 2) Siswa pada umumnya hanya dapat mengerjakan soal matematika sesuai contoh soal yang diberikan oleh guru. 3) Rendahnya kemampuan berpikir kreatif matematika siswa. Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah: Bagaimana kemampuan berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika kelas VII di SMP Negeri Widyakrama Kab. Gorontalo. Dan tujuan penelitian ini, untuk melihat atau menggambarkan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan soalsoal matematika. Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain dapat memberikan sumbangan pengetahuan dan informasi khususnya bagi siswa dan guru sekolah menengah pertama bahwa pentingnya berpikir kreatif yang harus dimiliki siswa dalam menyelesaikan soal. Serta dapat memberi sumbangan ilmiah bagi peneliti terkait dengan judul berpikir kreatif. 1. Definisi Berpikir Kreatif Pehkonen (dalam Siswono, 2005: 3) mendefinisikan berpikir kreatif sebagai kombinasi antara berpikir logis dan berpikir divergen yang didasarkan pada intuisi tapi masih dalam kesadaran. Ketika seseorang menerapkan berpikir kreatif dalam
4
suatu praktek pemecahan masalah, pemikiran divergen menghasilkan banyak ide yang berguna dalam menyelesaikan masalah. Berbicara tentang berpikir kreatif tentu tidak terlepas dari apa yang disebut dengan kreativitas. Menurut Murdock dan Puccio (Dalam Izzati, 2009), istilah berpikir kreatif dan kreativitas merupakan dua hal yang tidak indentik, namun kedua istilah itu berelasi secara konseptual. Kreativitas merupakan konstruk payung sebagai produk kreatif dari individu yang kreatif, memuat tahapan proses berpikir kreatif, dan lingkungan kondusif untuk berlangsungnya berpikir kreatif. Hal ini didukung pendapat Uno, dkk (2014) bahwa berpikir kreatif terkait dengan kreativitas, berpikir kreatif menghasilkan pemikiran kreatif, dan pemikiran kreatif inilah yang disebut kreativitas. Berpikir kreatif adalah suatu bentuk pemikiran untuk menemukan jawaban, metode, atau cara-cara yang baru dalam menanggapi suatu persoalan untuk memecahkan masalah. 2. Tahap-Tahap Proses Berpikir Kreatif Proses berpikir kreatif ini menurut David Campbell, Ph.D. (dalam Surya, 2013: 126) ada empat tahap yaitu: 1)
Tahap Persiapan (Preparation) Pada
tahap
ini
terjadi
proses
pengenalan
masalah,
berusaha
mengumpulkan informasi-informasi yang relevan atau yang berkaitan dan berusaha menampilkan alternatif-alternatif pemecahan masalah. 2)
Tahap Inkubisi/pengeraman (Incubation) Tahap inkubisi yaitu kondisi dimana orang yang sedang berpikir dan
berusaha memecahkan masalah dengan keras, namun menghadapai jalan buntu (dead locked), kemudian menekan masalahnya ke alam bawah sadar. 3)
Tahap Iluminasi (illumination) Tahap ini sering kali disebut tahap munculnya “insight” atau mungkin
kita mengenalnya dengan istilah munculnya inspirasi. Tahap verifikasi, 4) Tahap verifikasi merupakan tahap terakhir dari sebuah proses kreatif. Pada tahap ini inpirasi yang muncul dan berupa gagasan atau potongan-potongan ide yang belum lengkap dan sempurna dikembangkan agar menjadi ide kreatif yang matang serta diuji secara kritis.
5
3. Berpikir Kreatif dalam Matematika Torrance (Filsaime, 2007) bahwa ada empat karakteristik berpikir kreatif, sebagai sebuah proses yang melibatkan unsur-unsur orisinalitas, kelancaran, fleksibilitas dan elaborasi. Keempat dari karakteristik berpikir kreatif tersebut didefinisikan sebagai: 1) Orisinalitas Kategori orisinalitas mengacu pada keunikan dari respon apapun yang diberikan. Orisinalitas yang ditunjukkan oleh sebuah respon yang tidak biasa, unik dan jarang terjadi. 2) Elaborasi Elaborasi diartikan sebagai kemampuan untuk menguraikan sebuah obyek tertentu. Elaborasi adalah jembatan yang harus dilewati oleh seseorang untuk mengkomunikasikan ide“ kreatif”-nya kepada masyarakat. 3) Kelancaran Kelancaran diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan segudang ide Gilford (dalam Filsaime, 2007). Ini merupakan salah satu indikator yang paling kuat dari berpikir kreatif, karena semakin banyak ide, maka semakin besar kemungkinan yang ada untuk memperoleh sebuah ide yang signifikan. 4) Fleksibilitas Karakteristik ini menggambarkan kemampuan seseorang individu untuk mengubah perangkat mentalnya ketika keadaan memerlukan untuk itu, atau kecenderungan untuk memandang sebuah masalah secara instan dari berbagai perspektif. Fleksibilitas adalah kemampuan untuk mengatasi rintanganrintangan mental, mengubah pendekatan untuk sebuah masalah. Tidak terjebak dengan mengasumsikan aturan-aturan atau kondisi-kondisi yang tidak bisa diterapkan pada sebuah masalah. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Negeri Widyakrama Jl. Limboto Rata Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo. Waktu penelitian ini dilaksanakan dalam jangka waktu 3 bulan mulai dari penyusunan dan
6
pengembangan instrument, pengumpulan data, analisis data, hingga penulisan laporan akhir.
Metode Penelitian Pada penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dimana dengan menggunakan pendekatan kualitatif bertujuan untuk meneliti pada kondisi objektif yang alamiah sehingga mendapatkan data yang mendalam dan mengandung makna, yaitu data yang sebenarnya dan pasti. Pendekatan
kualitatif
atau
disebut
penelitian
kualitatif
menurut
Sukmadinata (2011: 94) adalah penelitian yang bertujuan untuk memahami fenomena-fenomena social dari sudut pandang atau perspektif partisipan. Penelitian deskriptif yakni suatu penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan secara sistematik fakta dan karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara tepat (Sukardi, 2011:162). Terkait dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan atau menggambarkan berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika, maka penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskripsi. Pengumpulan data akan dilakukan berdasarkan tahap-tahapan sebagai berikut: 1) Tes Tes ini dilakukan untuk memperoleh informasi terkait dengan berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika. Hasil tes ini selanjutnya dijadikan sebagai bahan untuk pengembangan wawancara nanti. Sebelum tes ini digunakan, terlebih dahulu dilakukan validasi, validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat- tingkat kevalidan atau kesahihan instrumen (tes). Suatu tes dikatakan valid apabila tes itu dapat diukur dengan mengukur apa yang hendak diukur (Arikunto, 2010: 211). Dalam memvalidasi instumen tes pada penelitian ini, peneliti melakukan tahap yakni validasi konten. Dalam penelitian ini validasi konten dilakukan melalui pemvalidasian tes yang dilakukan oleh beberapa orang validator yang telah dipilih oleh peneliti. Adapun beberapa validator yang dipilih oleh peneliti dalam memvalidasi instrumen tes pada penelitian ini yaitu dua orang dosen dan seorang guru.
7
Dari hasil validasi instrument test, ada beberapa perbaikan dari validator terhadap penggunaan bahasa yang kurang tepat, dan setelah diperbaiki tes dapat digunakan sebagai pengumpul data pada penelitian ini.
2) Wawancara Wawancara akan digunakan untuk menjaring data langsung dari siswa tentang berpikir kretif siswa dalam menyelesaikan soal. Dengan tujuan wawancara untuk mengetahui gambaran cara berpikir siswa dalam menyelesaikan soal dan kendala yang menghadapi dalam menyelesaikan soal. Penelitian ini akan menggambarkan jenis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal-soal panjang garis singgung lingkaran, maka data yang akan dikumpulkan akan dianalisis sebagai berikut: Reduksi Data Reduksi data dimaksudkan untuk memilih dan memilah data yang diperlukan dengan data yang tidak diperlukan melalui pengumpulan data. Data yang reduksi adalah data yang sesuai dengan indikator yang sudah ditetapkan. Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap ini yakni: a. Memeriksa kembali hasil kerja (lembar jawaban) siswa b. Menentukan subjek penelitian yang akan diwawancarai yang dapat diperoleh melalui perwakilan untuk masing-masing kelompok tinggi, sedang dan rendah. c.
Menyeleksi pembicaran dalam wawancara untuk tiap subjek sesuai dengan informasi yang diperlukan kedalam bentuk transkip.
Data Display (Penyajian Data) Data disajikan dalam bentuk rangkaian kata yang tersusun dalam kalimat, bagan, alur dan sejenisnya yang menggambarkan keadaan dari hasil penelitian mengenai berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan soal sesuai dengan indikator yang ada dalam penelitian ini.
8
Dalam penyajian data ini, data yang disajikan dianalisis kemudian dilakukan pembahasan guna memperoleh suatu kesimpulan. Adapun langkahlangkah dalam penyajian data meliputi sebagai berikut : a. Mendeskripsikan hasil yang diperoleh melalui pemberian tes dan wawancara untuk tiap subjek penelitian yang telah dipilih. b. Melakukan pembahasan terhadap deskripsi hasil yang diperoleh. Conclusion drawing/ verification (Penarikan Kesimpulan/ Verifikasi) Setelah data disajikan dalam bentuk naratif yang menggambarkan hasil penelitian maka pada langkah terakhir dilakukan penarikan kesimpulan sesuai dengan tujuan penelitian. PEMBAHASAN Data hasil tes kemampuan berpikir kreatif siswa secara umum dari keenam indikator perpikir kreatif siswa yang dapat diukur dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.1 Persentase Hasil Tes Berpikir Kreatif Siswa No. Soal
Jumlah Responden
Skor Tiap Item
Persen (%)
1
23
13
39.80
2
23
13
38.80
3
23
12
27.17
4
23
12
15.76
5
23
7
29.81
Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa persentase yang diperoleh siswa dalam menyelesaikan soal yang diberikan terkait mengukur berpikir kretif siswa kurang, dimana presentasi setiap nomor soalnya kurang dari 50% ini artinya banyak siswa mengerjakan soal dengan keliru.
9
Dari hasil tes dan wawancara maka dapat dilihat berpikir kreatif siswa yaitu dengan kategori tinggi, sedang, dan rendah. Dengan hasil tes siswa akan dijelaskan masing-masing kategori tersebut sebagai berikut: a. Subjek dengan kategori tinggi Berdasarkan hasil tes dan wawancara sebelumnya diperoleh berpikir kreatif subjek 1 dalam menyelesaikan soal dikategorikan tinggi, hal ini ditunjukkan;
Fluency: subjek 1 mampu menafsirkan masalah kedalam model matematika
atau
mengaplikasikannya
kedalam
symbol-simbol
matematika.
Flexibility: subjek 1 dalam menyelesaikan soal lebih dari satu alternatif penyelesaian, terutama pada nomor 1 dan 3.
Originality: subjek 1 menunjukkan indikator originality
dalam
menyelesaikan soal, dimana subjek 1 menyelesaikan soal dengan cara penyelesaiannya sendiri dengan memanfaatkan materi yang sudah dipelajari sebelumnya.
Elaboration: subjek 1 mampu membuat soal dan merincikannya dengan baik.
b. Subjek dengan kategori sedang Berdasarkan hasil tes dan wawancara sebelumnya diperoleh berpikir kreatif subjek 2 dalam menyelesaikan soal dikategorikan sedang, hal ini ditunjukkan
Fluency: subjek 2 mampu menafsirkan masalah kedalam model matematika
atau
mengaplikasikannya
kedalam
symbol-simbol
matematika.
Flexibility: subjek 2 tidak menunjukkan indikator ini karena dalam menyelesaikannya soal hanya dengan satu cara penyelesaian atau menyelesaikan soal dengan banyak cara tapi cara penyelesaiannya hamper benar.
Originality: subjek 2 tidak menunjukkan indikator originality dalam menyelesaikan soal.
10
Elaboration: subjek 2 tidak mampu memperinci soal yang dibuat.
c. Subjek dengan kategori rendah Berdasarkan hasil tes dan wawancara sebelumnya diperoleh berpikir kreatif subjek 3 dalam menyelesaikan soal dikategorikan rendah, hal ini ditunjukkan
Fluency: subjek 3 kurang mampu dalam menafsirkan masalah kedalam model matematika atau mengaplikasikannya kedalam symbol-simbol matematika,sehingga sering salah dalam menyelesaikan soal.
Flexibility: subjek 3 dalam menyelesaikannya soal hanya dengan satu cara penyelesaian dan hasilnya keliru
Originality: subjek 3 dalam menyelesaikan soal tidak menunjukkan indikator originality.
Elaboration: subjek 3 tidak mampu memperinci soal yang dibuat.
PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan sebelumnya di bab 4, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Subjek penelitian yang mampu menafsirkan atau mengaplikasikan masalah ke dalam model matematika sudah sangat baik, hal ini ditunjukkan dari ketiga subjek memberikan jawaban yang benar hampir pada semua soal. 2. Subjek penelitian yang mampu menyelesaikannya soal dengan lebih dari satu alternative penyelesaian sudah cukup baik, hal ini ditunjukkan dari ketiga subjek, dua diantaranya memberikan jawaban yang benar hampir pada semua soal. Dan satu subjek peneliti yang hanya memberikan satu cara penyelesaian atau memberikan jawaban lebih dari satu cara penyelesaian namun keliru. 3. Pada kemampuan menyelesaikannya soal dengan caranya sendiri atau cara yang tidak biasa, serta pada kemampuan memperinci itu sangat rendah dikategorikan rendah. Hal ini ditunjukkan dari ketiga subjek hanya satu yang menunjukkan indicator originality dalam menyelesaikan soal dan mampu memperinci dengan baik, namun tidak terjadi pada semua soal yang ada.
11
Jadi kemampuan berpikir kreatif siswa kelas VII di SMP Negeri Widyakrama dalam menyelesaikan soal dapat dikategorikan sedang. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, pembahasan hingga kesimpulan di atas peneliti menyarankan agar : 1. Kemampuan berpikir kreatif haruslah menjadi perhatian penting bagi guru mata pelajaran matematika, karena dengan berpikir kreatif siswa dengan mudah menyelesaikan soal matematika. Pemberian soal yang open ended lebih ditekankan agar dapat melatih berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan soal matematika. 2. Diharapkan kepada siswa sering berlatih menjawab soal-soal yang bersifat
openended (soal terbuka) untuk melatih cara berpikir kreatif siswa. Dengan berpikir kreatif, siswa dengan mudah menyelesaikan soal karena orang kreatif tidak terpaku pada satu cara penyelesaian namun selalu mencari dan menemukan alternative dari berbagai sudut pandang. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2010. Managemen Penelitian Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP). 2006. Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta. http://matematika.upi.edu/wpcontent/uploads/2013/02/Buku-Standar-Isi-SMP.pdf (Diakses 20 Maret 2014) Dimyati & Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Filsaime, K. D. 2007. Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif. Jakarta: Prestasi Pustaka. Husain, Gufrana. 2012. Pengaruh Model Quantum Teaching dan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. Tesis Sarjana Universitas Negeri Gorontalo. Kaharu. Rahman 2011. Penerapan Pembelajaran Matematika Berbasis Problem Open Ended Terhadap Hasil Belajar Siswa. Gorontalo: UNG (Tidak Dipublikasikan) Mahmudi, A. 2010. Mengukur Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. Makalah disajikan pada Konferensi Nasional Matematika XV UNIMA. Manado: Jurusan
12
Pendidikan Matematika UNY. Tersedia di http://staff.uny.ac.id/sites/ default/files/penelitian/Ali%20Mahmudi,%20S.Pd,%20M.Pd,%20Dr./Makalah %2014%20ALI%20UNY%20Yogya%20for%20KNM%20UNIMA%20_Mengukur %20Kemampuan%20Berpikir%20Kreatif%20_.pdf
Nur Izzati, S.Pd., M. Si. 2009. Kreatif dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis: Apa, Mengapa, dan Bagaimana Mengembangkannya Pada Peserta Didik. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, Bandung. 19 Desember 2009, hal. 49-60 Rifai, A & C. T. Anni. 2012. Psikologi Pendidikan. Semarang: UPT Unnes Press.
Siswono, Tatag Yuli Eko & Novitasari, Whidia. 2005. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pemecahan Masalah Tipe “What’s Another Way”. (online), (http://tatagyes.files.wordpress.com/2009/11/paper07_jurnalpgriyogya.pdf. Sudiarta, Putu. 2009. Pengembangan Pembelajaran Berpendekatan Tematik Berorientasi Pemecahan Masalah Matematika Terbuka Untuk Mengembangkan Kompetensi Berpikir Divergen, Kritis Dan Kreatif, http://goeroendeso.files.wordpress.com
Sukardi. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Sukmadinata, Syaodih, Nana. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Sumarmo. U. 2010. Berpikir dan Disposisi Matematik: Apa, Mengapa , dan Bagimana Mengembangkan Pada Peserta Didik. Makalah. FMIPA UPI. Surya, Hendra. 2013. Cara Belajar Orang Genius. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Uno, Hamzah B, dkk. 2010. Mengelola Kecerdasan Dalam Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Uno, Hamzah B, dkk. 2014. Variabel Penelitian Dalam Pendidikan Dan Pembelajaran. Jakarta: Ina Publikatama, 2014.