PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PENERAPAN MATA KULIAH PENDIDIKAN ANTI–KORUPSI DI STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN Alfiyah Luthfiany *) (010110a005) Rosalina, S.Kp.,M.Kes**), Ns. Mona Saparwati, S.Kp.,M.Kep**) *) Mahasiswa PSIK STIKES Ngudi Waluyo Ungaran **) Dosen PSIK STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
Persepsi Mahasiswa terhadap Penerapan Mata Kuliah Pendidikan Anti-Korupsi di STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ABSTRAK KPK mempunyai target untuk menciptakan generasi baru Indonesia antikorupsi dan telah menempatkan pendidikan sebagai bagian sentral dari srtategi lembaga ini. Mata kuliah Antikorupsi merupakan mata kuliah yang berdiri sendiri (Independen). Adanya gagasan untuk menerapkan mata kuliah ini maka peneliti ingin melihat persepsi mahasiswa terhadap mata kuliah pendidikan anti-korupsi. Persepsi mahasiswa terhadap penerapan mata kuliah pendidikan anti-korupsi merupakan pemahaman mahasiswa yang mencerminkan sikap, nilai, kepercayaan dan pengharapannya terhadap mata kuliah pendidikan anti-korupsi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi mahasiswa terhadap penerapan mata kuliah pendidikan antikorupsi di STIKES Ngudi Waluyo Ungaran. Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi yang diteliti yaitu semua mahasiswa yang tercatat aktif pada tahun 2013 sejumlah 1520 orang. Jumlah sampel sebanyak 94 orang dimana metode pengambilan sampelnya menggunakan quota sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan jawaban “setuju” dan “tidak setuju”. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 49 orang (52,1%) memiliki persepsi negatif terhadap penerapan mata kuliah pendidikan anti-korupsi dan sebanyak 45 orang (47,9%) memiliki persepsi positif, dapat dikatakan hasil dari penelitian ini hampir sama antara persepsi mahasiswa yang positif dan persepsi mahasiswa yang negatif. Disarankan kepada mahasiswa untuk lebih terbuka dalam menerima hal yang baru dalam hal ini yaitu mata kuliah pendidikan anti-korupsi, dan bagi institusi diharapkan dapat mensosialisasikan sebelum penerapan dan mengemas mata kuliah pendidikan anti-korupsi ini dengan baik agar mahasiswa tertarik untuk mempelajarinya. Kata kunci : persepsi, mata kuliah pendidikan anti-korupsi Kepustakaan : 32 (1994 – 2013 )
atau kelompok tertentu saja dengan tujuan
PENDAHULUAN Perilaku
materialistik
dan
memperkaya
atau
mensejahterakan
diri
konsumtif masyarakat serta sistem politik
sendiri atau kelompok. Agama apapun tidak
yang masih mendewakan materi dapat
ada yang membenarkan perilaku korup
memaksa terjadinya permainan uang dan
karena tidak ada sisi
korupsi
diambil dari sebuah perbuatan korupsi,
(Yamamah,
2009).
Hal
ini
berbahaya jika terus-menerus terjadi di
sebagai
negara kita karena akan menggerogoti
memikirkan perbuatan yang akan dilakukan
mental masyarakat untuk bersikap jujur
secara matang sebelum terjerumus ke dalam
terhadap
telah
kesalahan yang akhirnya akan membawa
diberikan kepada mereka bahkan kepada diri
kesengsaraan. Ada beberapa faktor yang
mereka masing-masing, dan akan menjadi
melandasi seseorang berperilaku korupsi
budaya jika tidak segera ditangani. Korupsi
yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
yang sudah terjadi secara sistematik dan
Faktor internal merupakan penyebab korupsi
meluas bukan hanya merupakan ancaman
yang datang dari diri pribadi seperti
dan tindakan yang merugikan keuangan
keimanan, kejujuran, rasa malu, aspek
negara, tetapi sudah merupakan pelanggaran
perilaku misalnya pola hidup konsumtif,
hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat
aspek
secara
dapat
lingkungan, sedang faktor eksternal adalah
dikategorikan sebagai pelanggaran hak asasi
faktor penyebab terjadinya korupsi karena
manusia. Korupsi bukan hanya kejahatan
sebab-sebab dari luar seperti aspek ekonomi,
biasa melainkan sebagai kejahatan luar biasa
aspek
(extraordinary crime) (Mochlisin, 2007).
organisasi, aspek hukum (Utari, 2011).
tanggung
luas
jawab
sehingga
Korupsi
yang
korupsi
sendiri
adalah
umat
positif yang dapat
sosial
beragama
seperti
politik,
Menurut
aspek
hendaknya
keluarga
managemen
Priyanto
(2008)
dan
dan
anti-
penyalahgunaan kekuasaan publik untuk
korupsi diartikan sebagai sikap atau perilaku
kepentingan
yang
yang tidak mendukung atau menyetujui
merugikan publik dengan cara-cara yang
terhadap berbagai upaya yang dilakukan
bertentangan dengan ketentuan hukum yang
oleh
berlaku (Wijayanto, 2009). Secara sederhana
merugikan
korupsi dapat diartikan dengan mengambil
perekonomian
hak orang lain untuk digunakan individu
menghambat
pripadi
atau
privat
seseorang
atau
keuangan negara
kelompok
untuk
negara
atau
yang
dapat
pembangunan
nasional.
Sebuah perilaku yang dilakukan secara sadar
pendidikan terjadi dari tingkat paling kecil
berasal dari potensi perilaku (perilaku yang
hingga paling tinggi. Akibatnya negara
belum
dirugikan
terwujud
secara
nyata)
yang
distilahkan dengan intensi (Wade & Tavris,
hingga
Rp.138
miliar
lebih
(Pizaro, 2013).
2007). Perilaku anti-korupsi akan timbul jika
KPK
seseorang sudah mengerti atau memiliki
menciptakan
persepsi terhadap korupsi dan anti-korupsi
antikorupsi, telah menempatkan pendidikan
yang merupakan hasil dari pengamatan
sebagai bagian sentral dari srtategi lembaga
panca indra.
ini. Komitmen KPK diterjemahkan oleh
Insidensi khususnya
di
korupsi bidang
di
Indonesia
generasi
target baru
untuk
Indonesia
devisi Diseminasi dan pendidikan Anti-
juga
korupsi melalui perananya sebagai inisiator
menjadi suatu pekerjaaan rumah untuk kita
sekaligus payung bagi berbagai program
semua yang harus diselesaikan. Indonesia
pendidikan di hampir seluruh wilayah
Corruption Watch (ICW) mengungkapkan
indonesia. Langkah-langkah konkret mulai
bahwa
Indonesia
dilakukan dalam mendukung pengajaran
rawan dikorupsi. Terbukti, sepanjang tahun
formal antikorupsi di sekolah. KPK telah
2012
menyusun
anggaran
ada
40
pendidikan
mempunyai
pendidikan
kasus
korupsi
bidang
modul-modul
pendidikan
pendidikan yang mewarnai dunia pendidikan
antikorupsi termasuk 12 modul pengajaran
nasional. Berdasarkan data ICW, selama
antikorupsi untuk SD, SMP, dan SMA pada
tahun 2012 ada 40 kasus korupsi bidang
2008 sebagai hasil kerja sama dengan
pendidikan.
departemen
Modusnya
pun
bermacam-
pendidikan
nasional.
macam. Mulai dari laporan kegiatan dan
Kompetensi pengajar dibina oleh KPK
proyek fiktif 8 kasus. Markup 7 kasus,
melalui pelaksanaan program Training of
pungli/ pemotongan/ pemerasan 4 kasus.
Trainer bagi guru-guru di 11 kota, meliputi
Penggelapan 18 kasus, dan penyalahgunaan/
10 sampai dengan 30 sekolah di setiap kota
penyelewenangan
(Wijayanto, 2009).
anggaran
6
kasus.
Ditinjau dari tempat terjadinya korupsi, dari
Beberapa perguruan tinggi yang
40 kasus, paling banyak terjadi di dinas
melakukan
intergrasi
pendidikan
anti-
pendidikan sebanyak 20 kasus, kemudian
korupsi ke dalam kurikulumnya selalu
diikuti perguruan tinggi, dan sekolah. Hal ini
menjalin kemitraan dengan KPK dalam
memperlihatkan bahwa korupsi di sektor
rangka meningkatkan kualitas materi dan
program-program penunjangnya (Wijayanto,
membasminya. Adanya mata kuliah ini
2009).
diharapkan
Perguruan
tinggi
yang
telah
akan
menciptakan
penerus
memasukan mata kuliah Anti-korupsi ke
bangsa yang memiliki mental anti korupsi,
dalam kurikulumnya antara lain Universitas
sehingga hasilnya akan berdampak
Teknologi
jangka panjang (Sofia, 2011).
Bandung
(ITB),
Universitas
Paramadina.
yang
pada
Persepsi merupakan proses akhir dari
Kendala atau hambatan universitas
pengamatan suatu objek yang diawali oleh
telah
proses
menerapkan
mata
kuliah
penginderaan,
yaitu
proses
pendidikan anti-korupsi karena mata kuliah
diterimanya rangsang oleh alat indera,
ini merupakan mata kuliah pilihan dan
kemudian
mahasiswa yang kurang tertarik terhadap
selanjutnya diteruskan ke otak, lalu individu
mata kuliah tersebut sehingga nilainya
menyadari tentang sesuatu yang diamati.
kurang
dibandingkan
Adanya persepsi, individu dapat menyadari
dengan mata kuliah lain dan terkesan
dan memahami keadaan lingkungan yang
menyepelekan mata kuliah tersbut, sehingga
ada di sekitarnya dan hal-hal yang ada
peneliti ingin melihat persepsi mahasiswa di
dalam diri individu tersebut (Sunaryo ,
STIKES Ngudi Waluyo terrhadap mata
2013). Persepsi adalah gambaran seseorang
kuliah pendidikan anti-korupsi.
tentang objek, orang dan kejadian. Persepsi
memuaskan
jika
Mata kuliah Anti-korupsi merupakan mata
kuliah
yang
berdiri
individu
memiliki
perhatian,
setiap orang berbeda-beda tergantung pada
sendiri
pengalaman, latar belakang, pengetahuan
(Independen), sebuah mata kuliah tidak
dan status emosinya, karenanya persepsi
selalu berasal dari keilmuan itu sendiri,
dapat mempengaruhi semua perilaku atau
namun sangat mungkin lahir sebagai respon
konsep lain yang berhubungan (Asmadi,
atas perkembangan fenomena yang terjadi.
2008). Adanya rencana memasukan mata
Begitu pula dengan mata kuliah anti-korupsi
kuliah anti-korupsi ini ke dalam kurikulum,
yang bisa dikatakan lahir dari adanya
maka
fenomena semakin parahnya disintegritas
mahasiswa terhadap mata kuliah tersebut.
dalam berbangsa dan bernegara, yang diindikasikan
oleh
terjadinya
peneliti
Penelitian
ingin
melihat
sebelumnya
persepsi
yang
berbagai
dilakukan oleh Nurkasanah (2013) mengenai
tindak korupsi yang tiada henti, sehingga
nilai-nilai pendidikan anti korupsi dalam
memerlukan upaya-upaya sistematis dalam
kurikulum pendidikan agama islam di SMA
Negeri 1 Kasihan Bantul menyebutkan
membekali pribadi para mahasiswa dalam
bahwa beberapa nilai anti korupsi yang
menjalani kehidupanya di masyarakat kelak.
terkandung dalam kurikulum pendidikan
Mahasiswa 2 berujar bahwa korupsi
agama islam adalah: kejujuran, keadilan,
adalah sebuah kejahatan dalam bentuk
tanggung jawab, kedisiplinan, kerja keras,
pengurangan uang atau anggaran yang
peduli, berani, sederhana, dan mandiri.
merugikan dan anti-korupsi adalah tindakan
Nilai-nilai di atas merupakan yang diajarkan
untuk
oleh pendidikan agama islam yang kini
Mahasiswa
sudah menjadi nilai universal. Fungsi nilai
persepsinya terhadap mata kuliah anti
di atas dalam kaitanya dengan anti korupsi
korupsi
adalah sebagai pembentuk karakter peserta
diadakan di perguruan tinggi yang bukan
didik agar nilai yang diyakini kebenaranya
kapasitasnya membahas tentang korupsi.
tersebut
atau
Menurut mahasiswa tersebut mata kuliah
pelindung generasi penerus bangsa dari
anti korupsi bukan merupakan mata kuliah
tindakan korupsi dan bahaya laten yang
yang sesuai dengan dunia kesehatan.
dapat
menjadi
tameng
ditimbulkan.
memberantas 2
saat
para
koruptor.
ditanya
tentang
menjawab tidak setuju apabila
Mahasiswa 3 menganggap bahwa
Hasil wawancara peneliti kepada tiga
korupsi merupakan kebiasaan individu atau
mahasiswa program studi ilmu keperawatan
suatu kelompok untuk mengembangkan
di STIKES Ngudi Waluyo tentang persepsi
anggaran dari sebuah proyek atau pekerjaan
mereka terhadap mata kuliah anti-korupsi
menjadi lebih banyak dari yang dibutuhkan
didapatkan hasil sebagai berikut. Mahasiswa
agar mendapat keuntungan darinya, anti-
1 mengatakan korupsi adalah tindakan
korupsi menurutnya adalah tindakan untuk
mengambil uang negara untuk kepentingan
mengungkap kasus-kasus korupsi untuk
diri sendiri sedangkan menurutnya anti-
mendapatkan keadilan sesuai dengan hukum
korupsi adalah orang-orang yang melakukan
yang berlaku. Mahasiswa 3 mengatakan
perlawanan
korupsi.
sangat baik apabila mata kuliah anti korupsi
Mahasiswa 1 sangat setuju saat peneliti
diadakan karena menurutnya apapun latar
menanyakan bagaimana persepsinya tentang
belakang
mata kuliah anti korupsi jika diadakan di
korupsi selalu menjadi risiko yang dapat
perguruan tinggi dengan alasan untuk
dilakukan setiap orang. Hasil wawancara
terhadap
tindakan
pendidikanya
dan
dimanapun
dapat disimpulkan bahwa persepsi mahasiwa
masih berbeda-beda ada yang menyetujui
dengan tingkat signifikansi 10% adalah 94
mata kuliah anti korupsi diadakan di
orang. Metode pengambilan sampel dalam
perguuruan tinggi dan ada yang tidak
penelitian ini adalah Quota Sampling untuk
menyetujuinya.
menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah
METODE PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan
tertentu (kouta) yang diinginkan (Sugiono,
peneliti ini adalah penelitian deskriptif, yaitu
2012). Peniliti menggunakan tehnik ini
suatu penelitian yang dilakukan untuk
karena pertimbangan pada saat penelitian
mendeskripsikan atau menggambarkan suatu
adalah masa liburan semester, sebagian
fenomena yang terjadi di dalam masyarakat
besar mahasiswa kembali ke rumah masing-
(Notoatmodjo, 2010).
masing.
Pendekatan
yang
digunakan dalam penelitian ini bersifat cross sectional penelitian
yaitu
merupakan
yang
rancangan
pengukuran
atau
pengamatanya dilakukan pada satu saat (sekali waktu atau dalam waktu yang bersamaan) (Hidayat, 2007). Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek dan subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya (Notoatmodjo, 2010).
HASIL PENELITIAN Distribusi Frekuensi Berdasarkan Program Studi Mahasiswa STIKES Ngudi Waluyo Ungaran, 2014 Program Studi PSIK PSKM PSIG PSIF D3 D4 Jumlah
Frekuensi 36 7 7 18 12 14 94
Persentase (%) 38,3 7,4 7,4 19,1 12,8 14,9 100,0
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
Distribusi
mahasiswa STIKES Ngudi Waluyo tahun
Kelamin Mahasiswa STIKES Ngudi Waluyo
2013 yang berjumlah 1520 orang. Sampel
Ungaran, 2014
adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
Jenis Kelamin
yang
dimiliki
(Notoatmodjo,
oleh 2010).
populasi Sampel
Frekuensi
Frekuensi
tersebut pada
penelitian ini adalah sebagian mahasiswa STIKES Ngudi Waluyo pada tahun 2013. Besar sampel dihitung dengan rumus slovin
Laki-laki Perempuan Jumlah
Berdasarkan
18 76 94
Jenis
Persentase (%) 19,1 80,9 100,0
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Suku pada
Korupsi di STIKES Ngudi Waluyo Ungaran,
Mahasiswa
2014
STIKES
Ngudi
Waluyo
Ungaran, 2014 Suku
Kepercayaan Frekuensi
Jawa Sasak Bali Lain-lain Jumlah
50 31 7 6 94
Persentase (%) 53,2 33,0 7,4 6,4 100,0
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sikap Mahasiswa terhadap Penerapan Mata Kuliah Pendidikan Anti-Korupsi di STIKES Ngudi Waluyo Ungaran, 2014 Sikap
Frekuensi
Negatif Positif Jumlah
Persentase (%) 48,9 51,1 100,0
46 48 94
Distribusi
Frekuensi
Pandang
(Nilai)
Berdasarkan
Mahasiswa
Cara
terhadap
Penerapan Mata Kuliah Pendidikan AntiKorupsi di STIKES Ngudi Waluyo Ungaran, 2014 Nilai Negatif Positif Jumlah Distribusi Kepercayaan
Frekuensi 39 55 94
Persentase (%) 41,5 58,5 100,0
Frekuensi Mahasiswa
Berdasarkan terhadap
Penerapan Mata Kuliah Pendidikan Anti-
Negatif Positif Jumlah
Frekuensi 55 39 94
Distribusi
Frekuensi
Pengharapan
Persentase (%) 58,5 41,5 100,0 Berdasarkan
Mahasiswa
terhadap
Penerapan Mata Kuliah Pendidikan AntiKorupsi di STIKES Ngudi Waluyo Ungaran, 2014 Pengharapan Negatif Positif Jumlah
Frekuensi 50 44 94
Persentase (%) 53,2 46,8 100,0
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Persepsi Mahasiswa kuliah
terhadap
Pendidikan
Penerapan
Mata
Anti-Korupsi
di
STIKES Ngudi Waluyo Ungaran, 2014 Persepsi
Frekuensi
Negatif Positif Jumlah
49 45 94
Persentase (%) 52,1 47,9 100,0
Distribusi Frekuensi Persepsi Mahasiswa Terhadap
Penerapan
Mata
Kuliah
Pendidikan Anti-Korupsi Berdasarkan Jenis Kelamin
di
Ungaran, 2014
STIKES
Ngudi
Waluyo
Persepsi Negatif Positif f % f % Laki-laki 13 72,2 5 27,8 Perempuan 36 47,4 40 52,6 Jenis Kelamin
Jumlah
PEMBAHASAN
Total
Persepsi Mahasiswa terhadap Penerapan
f % 18 100 76 100
Mata Kuliah Pendidikan Anti-Korupsi berdasarkan Sikap
49 52,1 45 47,9 94 100
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Distribusi Frekuensi Persepsi Mahasiswa Terhadap
Penerapan
Pendidikan
Anti-Korupsi
Mata
Kuliah
Berdasarkan
Program Studi di STIKES Ngudi Waluyo Ungaran, 2014 Program Studi PSIK PSKM PSIG PSIF D3 D4 Jumlah
Persepsi Negatif Positif f % f % 21 58,3 15 41,7 0 0,0 7 100,0 7 100,0 0 0,0 8 44,4 10 55,6 9 75,0 3 25,0 4 28,6 10 71,4 49 52,1 45 47,9
sikap mahasiswa positif lebih banyak yaitu sebanyak 48 orang (51,1%) dari pada sikap negatif
sebanyak
46
orang
(48,9%).
Mahasiswa yang bersikap positif terhadap penerapan mata kuliah pendidikan antikorupsi disebabkan banyak wacana dan
Total f 36 7 7 18 12 14 94
% 100 100 100 100 100 100 100
informasi-informasi saat ini tentang anti korupsi baik di media cetak atau di media online. Ini sedikit atau banyak tentunya akan tertanam
pada
para
mahasiswa
untuk
bersikap setuju terhadap pemberantasan korupsi. Selain itu, mereka juga beralasan bahwa
sikap-sikap
anti-korupsi
yang
terkandung dalam mata kuliah ini sesuai Distribusi Frekuensi Persepsi Mahasiswa Terhadap
Penerapan
Mata
Kuliah
Pendidikan Anti-Korupsi Berdasarkan Suku di STIKES Ngudi Waluyo Ungaran, 2014
Jawa Sasak Bali Lain-lain
Persepsi Total Negatif Positif F % f % f % 25 50,0 25 50,0 50 100 17 54,8 14 45,2 31 100 4 57,1 3 42,9 7 100 3 50,0 3 50,0 6 100
Jumlah
49 52,1 45 47,9 94
Program Studi
100
dengan prinsip kehidupan yang baik dan benar
seperti
untuk
menanamkan
kedisiplinan mahasiswa. Persepsi Mahasiswa terhadap Penerapan Mata Kuliah Pendidikan Anti-Korupsi berdasarkan Nilai Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa menilai positif penerapan mata kuliah pendidikan anti-korupsi sebanyak 55 orang (58,5%) dan mahasiswa yang menilai negatif penerapan mata kuliah pendidikan anti-korupsi sebanyak 39 orang (41,5%).
Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa
karena mata kuliah anti korupsi dianggap
lebih banyak yang menilai positif terhadap
kurang tepat untuk diterapkan di STIKES
mata kuliah pendidikan anti-korupsi. Hal ini
Ngudi Waluyo karena akan menambah
disebabkan memang pada umumnya banyak
beban belajar dan bukan bidangnya untuk
orang yang berpandangan bahwa korupsi ini
membahas tentang korupsi dan anti-korupsi.
perlu diberantas, baik dilihat dari sisi sosial,
Larry a. Samovar dan Richard E. Porter
agama, maupun budaya korupsi merupakan
(1994) mengemukakan salah satu unsur
sebuah
budaya yang secara langsung mempengaruhi
penyakit.
Oleh
karena
itu,
mahasiswa menilai positif terhadap adanya
persepsi adalah kepercayaan.
pendidikan tentang anti korupsi. Hasil ini
Persepsi Mahasiswa terhadap Penerapan
juga didukung oleh pendapat Muchlisin
Mata Kuliah Pendidikan Anti-Korupsi
(2007)
berdasarkan Pengharapan
bahwa
merupakan
pendidikan
penolakan
anti-korupsi
terhadap
segala
Hasil
penelitian
menunjukkan
tindakan atau urusan yang melanggar nilai-
pengharapan mahasiswa negatif terhadap
nilai moral seperti kejujuran, keadilan, kerja
mata kuliah anti korupsi sebanyak 50 orang
keras, sederhana dan keberanian, sehingga
(53,2%) dan pengharapan positif sebanyak
dipandang nilai yang terkandung dalam
44 orang (46,8%). penerapan mata kuliah
mata kuliah pendidikan anti-korupsi itu baik.
pendidikan
Persepsi Mahasiswa terhadap Penerapan
merupakan
Mata Kuliah Pendidikan Anti-Korupsi
mahasiswa tidak terlalu mengerti tentang
berdasarkan Kepercayaan
apa yang akan dipelajari di dalamnya dilihat
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
anti-korupsi sebuah
ini
wacana
masih sehingga
bahan materi mata kuliah pendidikan anti
kepercayaan mahasiswa terhadap penerapan
korupsi
dan
berdampak
pada
mata kuliah pendidikan anti-korupsi lebih
ketidakantusiasan
mahasiswa
dalam
banyak negatif yaitu sebanyak 55 orang
merespon
tersebut.
Dalam
(58,5%) dan yang memiliki kepercayaan
pemikiran mahasiswa korupsi dan anti-
positif sejumlah 39 orang (41,5%). Selain
korupsi bukan termasuk hal baru, mereka
itu, kepercayaan negatif mahasiswa terhadap
sebenarnya juga sudah mendengar hal-hal
mata kuliah anti korupsi dilihat dari hasil
yang berkaitan dengan korupsi baik di media
kuesioner
bahwa
masa, di televisi, maupun internet, sehingga
mahasiswa memiliki kepercayaan negatif
penerapan mata kuliah ini dipandang tidak
yang
menyebutkan
gagasan
perlu diterapkan di kampus. Inti dari teori
yang terbukti melakukan korupsi. Selain itu,
pengharapn terteletak pada pendapat yang
penambahan mata kuliah baru menurut
mengemukakan
bahwa
kuatnya
mahasiswa
kecenderungan
seseorang
bertindak
mereka, yang mana beban kuliah di STIKES
bergantung pada harapan bahwa tindakan
Ngudi Waluyo ini cukup padat belum lagi
tersebut akan diikuti oleh suatu hasil tertentu
banyak praktik yang harus dilakukan. Oleh
dan terdapat daya tarik pada hasil tersebut
karena itu, tidak mengherankan jika persepsi
bagi orang yang bersangkutan (Siagian,
mereka tentang mata kuliah anti-korupsi ini
2004).
adalah
Persepsi Mahasiswa terhadap Penerapan
dukungan dari mahasiswa karena akan
Mata Kuliah Pendidikan Anti-Korupsi
menambah beban.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
akan
negatif,
Persepsi
menjadi
dan
tidak
Mahasiswa
Kuliah
mata kuliah pendidikan anti-korupsi di
berdasarkan Jenis Kelamin
Pendidikan
bagi
mendapat
terhadap
persepsi mahasiswa terhadap penerapan
STIKES Ngudi Waluyo Ungaran dalam
beban
Mata
Anti-Korupsi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kategori negatif sejumlah 49 orang (52,1%)
persepsi
positif
mahasiswa
perempuan
dan dalam kategori positif sejumlah 45
sebanyak
orang (47,9%). Ini menunjukkan bahwa
positif mahasiswa laki-laki sebanyak 5
sebagian besar mahasiswa di STIKES Ngudi
orang (27,8%). Hal ini menunjukkan bahwa
Waluyo Ungaran memiliki persepsi yang
mahasiswa
negatif terhadap penerapan mata kuliah
persepsi
pendidikan anti-korupsi.
mahasiswa laki-laki. Hal ini kemungkinan
40 orang (52,6%) dan persepsi
perempuan positif
lebih
memiliki
dibanding
dengan
Persepsi negatif mahasiswa tentang
disebabkan banyaknya kenakalan-kenakalan
penerapan mata kuliah pendidikan anti
atau kejahatan-kejahatan itu lebih banyak
korupsi ini disebabkan ketidakpercayaan
terjadi pada kaum pria dibandingkan kaum
mahasiswa terhadap pemberantasan korupsi
wanita. Hal ini terbukti banyaknya perilaku
yang terjadi di Indonesia, dimana banyaknya
kriminal yang terjadi baik di Indonesia
berita yang tersiar di berbagai berita baik di
maupun di negara-negara lainnya itu lebih
televisi, koran, maupun media online,
banyak dilakukan oleh pria daripada wanita.
pegawai di berbagai dinas terutama dinas pemerintah bahkan sampai tingkat kelurahan
Persepsi Kuliah
Mahasiswa
Mata
Hal ini kemungkinan disebabkan
Anti-Korupsi
pemberitaan tentang kasus-kasus korupsi ini
terhadap
Pendidikan
lebih banyak terdengar pada mahasiswa
berdasarkan Program Studi Hasil penelitian ditemukan bahwa
suku Jawa yang memang dekat dengan
mahasiswa PSIK yang memiliki persepsi
tempat tinggalnya dimana mereka lebih
positif terhadap penerapan mata kuliah anti-
banyak mendengar dari para keluarga atau
korupsi
tetangga
sejumlah
41,7%,
sedangkan
yang
memang
dekat
dengan
mahasiswa PSKM yang memiliki persepsi
kampus mahasiswa. Dengan banyak berita
positif sejumlah 100%, mahasiswa PSIG
atau
yang memiliki persepsi positif sejumlah
mahasiswa
0,0%, mahasiswa PSIF sejumlah 55,6%,
mempengaruhi persepsi mahasiswa tersebut
mahasiswa D3 Kebidanan sejumlah 25,0%,
dalam menyikapi mata kuliah pendidikan
dan mahasiswa D4 Kebidanan sejumlah
anti
71,4%. Ini menunjukkan bahwa mahasiswa
dibandingkan oleh mahasiswa-mahasiswa
yang lebih berpeluang memiliki persepsi
lain yang memang jauh dari keluarga,
positif adalah pada mahasiswa PSKM.
walaupun memang ada beberapa mahasiswa
Persepsi Kuliah
Mahasiswa
terhadap
Pendidikan
Mata
Anti-Korupsi
informasi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa yang berasal dari suku jawab
korupsi.
pendidikan
Jawa
Hal
ini
oleh
tentu
akan
berbeda
jika
luar Jawa yang bisa mengakses banyak informasi,
tetapi
masih
kurang
dalam
teman, atau tetangga jika dibandingkan mahasiswa Jawa yang memang dekat.
yang memiliki persepsi positif terhadap kuliah
suku
didengar
mendapat informasi dari para keluarga
berdasarkan Suku
mata
yang
anti
korupsi
KESIMPULAN 1. Mahasiswa lebih banyak yang memiliki
sejumlah 50,0%, dan suku Sasak sejumlah
sikap
45,2%, suku Bali sejumlah 42,9, dan suku
pendidikan anti korupsi sejumlah 48
lain sejumlah 50,0%. Ini menunjukkan
orang (51,1%).
bahwa persepsi positif terhadap mata kuliah
positif
tentang
mata
kuliah
2. Mahasiswa lebih banyak yang memiliki
pendidikan anti korupsi ternyata lebih
nilai
banyak terjadi pada mahasiswa suku Jawa
pendidikan anti korupsi sejumlah 55
dibandingkan
orang (58,5%).
suku-suku
STIKES Ngudi Waluyo.
yang
lain
di
positif
tentang
mata
kuliah
3. Mahasiswa lebih banyak yang memiliki
mereka terhadap mata kuliah pendidikan
kepercayaan negatif terhadap mata kuliah
anti-korupsi kurang baik, diharapkan setelah
pendidikan anti korupsi sejumlah 55
adanya penelitian ini mahasiswa dapat lebih
orang (58,5%)
terbuka terhadap sesuatu yang baru atau
4. Mahasiswa lebih banyak yang memiliki
memperbaiki
kepercayaan
dan
pengharapan negatif terhadap mata kuliah
pengharapannya terhadap mata kuliah anti-
pendidikan anti korupsi sebanyak 50
korupsi.
orang (53,2%).
2. Bagi Institusi Pendidikan
5. Mahasiswa di STIKES Ngudi Waluyo
Bagi institusi pendidikan diharapkan
lebih banyak memiliki persepsi negatif
dapat
tentang
pendidikan
penerapan
mata
kuliah
mensosialisasikan
mata
anti-korupsi
kuliah sebelum
pendidikan anti-korupsi yaitu sejumlah
menerapkanya dan mengemas mata kuliah
49 orang (52,1%).
pendidikan anti-korupsi ini dengan baik agar
6. Persepsi yang positif terhadap mata kuliah
pendidikan
Mahasiswa
banyak
anti terjadi
korupsi
mahasiswa tertarik untuk mempelajarinya dan
tidak
merasa
terbebani,
karena
pada
sesungguhnya mata kuliah pendidikan anti-
mahasiswa perempuan sejumlah 40 orang
korupsi ini penting untuk membangun
(52,6%).
mental-mental dan pembentukan karakter
7. Persepsi positif mahasiswa tentang mata kuliah pendidikan anti korupsi
lebih
berpulang pada mahasiswa PSKM yaitu
penerus bangsa untuk bermasyarakat yang bebas dari ancaman korupsi. 3. Bagi Peneliti
sejumlah sebanyak 7 orang (100,0%).
Bagi peneliti lain dalam melakukan
8. Persepsi positif mahasiswa tentang mata
penelitian lebih mempertimbangkan jumlah
kuliah pendidikan anti korupsi lebih
dan metode pengambilan sampel agar
berpeluang terjadi pada mahasiswa suku
populasi terwakili dengan benar. Hasil
Jawa dibandingkan suku lain sejumlah 25
penelitian ini dapat digunakan sebagai
orang (50,0%).
tindak lanjut untuk penelitian selanjutnya SARAN
1. Bagi Mahasiswa Bagi mahasiswa penelitian ini dapat menjadi acuan untuk melihat bahwa persepsi
yang
lebih
berfokus
pada
pengujian
mengenai hubungan atau pengaruh faktorfaktor
yang
mempengaruhi
persepsi
mahasiswa terhadap penerapan mata kuliah pendidikan anti-korupsi.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC Azwar, Saifuddin. (2007). Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya (Edisi ke 2). Yogyakarta: Pustaka Pelajar BAPPENAS RI. (2002). Public Good Govermence : Sebuah Paparan Singkat. Jakarta : Bappenas RI Bologna, Jack. (2006). Fraud Auditing and Forensic Accounting. New Jersey : John Wiliey & Sons Ink Harjdapamekas, Erry R. (2008). Melawan Korupsi Tugas Kita Semua. Diunduh dari http://fokal.info/fokal/arsip/arsiphukum/365.html [20 Jan 2014] Hidayat, A.A. (2007). Metodologi Penelitian Keperawatan dan Tehnik Analisis Data. Jakarta : EGC Kabari. 2012. Wanita Indonesia dan Korupsi. http://kabarinews.com/kabarikhusus-1-wanita-indonesia-dankorupsi/46645 Kurniawan. (2010). Akuntabilitas Publik : Sejarah, Pengertian, Dimensi dan Sejenisnya : Jakarta Mochlisin. (2007). Katalog Dalam Terbitan (KDT) Kewarganegaraan. Jakarta : Interplus Moorman, Christine, Gerald Zaltman, and Rohit Deshpande, (2006).”Relationship between Providers and Users of Market Research: The Dinamics of Trust Within and Between Organization”
Journal of Marketing Research, Vol 29, pp. 314-328 Mulyana, Deddy. (2005). Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar. Bandung : Remaja Rosdakarya Ngatmiyaningsih. (2006). Persepsi anak jalanan perempuan di kota semarang terhadap menarche. (skripsi tidak dipublikasikan). Semarang : STIKES Ngudi Waluyo Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Nurkhasanah, Siti. (2013). Nilai – Nilai Pendidikan Anti-korupsi dalam Kurikilum Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Kasihan Bantul. (skripsi tidak dipublikasikan). Yogyakarta : UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Pierre , Jon. (2007). Handbook Of Public Administration. London : SAGE Publication Ltd Pizaro. (2013). Selama 2012 ada 40 Kasus Korupsi dibidang Pendidikan. Diunduh dari http://www.islampos.com [20 Jan 2014] Prasojo, Eko. (2005). Demokrasi di Negeri Mimpi. Depok : Departemen Ilmu Administrasi FISIP UI Priyanto, Sugeng A.T. (2008). Pendidikan Kewarganegaraan kelas VII edisi 4 : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional Rahmat J. (2005). Psikologi Komunikasi Edisi revisi. Bandung: PT Renja Kesdakarya Samovar, Larry A dan Porter, Richard E. (1994). 7th edition – Intercultural Communication: A Reader. Belmont, California: Wadsworth Publishing Company.
Sauri, Sofyan dan Firmansyah, Herlan. (2010). Meretas Pendidikan Nilai. Bandung: Arfindo Raya. Semma, Mansyur. (2008). Negara dan Korupsi – pemikiran Mochtar Lubis atas negara, Manusia Indonesia, dan perilaku Politik , edisi 1. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia Siagian, Sondang P. (2004). Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta : Rineke Cipta. Sofia, Asriana Issa, et al. (2011). Pendidikan Anti-Korupsi untuk Perguruan Tinggi. Jakarta : Kemendikbud Sugiyono. (2012). Metode Penelitian (Pendidikan Pendekatan Kuatitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung : Alfabeta Sugono, Dendy. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC Sunaryo. 2013. Psikologi Untuk Keperawatan, Edisi 2. Jakarta : EGC Supardi, Endang. (2004). Kewirausahaan SMK : Kiat Mengembangkan Sikap Mandiri. Bandung : Departemen Pendidikan Nasional Wade C & Tavris, C. (2007). Psikologi edisi 9 jilid 2. Jakarta : Erlangga Walgito, B. (2002). Psikologi Sosial. Yogyakarta : andi Offset Wijayanto, Ridwan Zachrie. (2009). Korupsi Mengorupsi Indonesia. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama Yamamah, Ansari. (2009). Perilaku Konsumtif Penyebab Korupsi. Diunduh dari http://dellimanusantara.com/index.p hp [20 Jan 2014]