Ringkasan Kinerja Pengelolaan Lingkungan 2014
Kami Sangat menaruh perhatian pada upaya pengelolaan lingkungan sebelum dan pasca tambang untuk meminimalisir dampak kegiatan operasional kami
Pernyataan Direktur Utama Dalam Sustainability report PT. Bukit Asam (Persero) Tbk. tahun 2013
PENGANTAR
Sejalan dengan Visi Korporasi €Manjadi Perusahaan Energi Kelas Dunia Yang Peduli Lingkungan• maka pencapaian Kinerja Lingkungan tertinggi ‚ PROPER Emas, merupakan target terukur yang menjadi sasaran rangkaian kegiatan lingkungan di PT Bukit Asam (Persero), Tbk. Integrasi EMS atau Sistem Manajemen Lingkungan dalam Sistem Manajemen Bukit Asam (SMBA), sebagai langkah penting untuk memperkuat internalisasi kaidah lingkungan dalam setiap upaya pencapaian kinerja perusahaan. Cakupan kinerja lingkungan yang terukur dan berkelanjutan meliputi aspek Konservasi Energi, Konservasi Air, Biodiversity atau Keanekaragaman Hayati, Pengendalian dan Pengurangan Emisi, Pengelolaan Limbah B3 dan Non B3 yang terpadu dalam kegiatan operasi produksi dan penunjangnya. Budaya sadar biaya dan lingkungan sebagai values yang dikembangkan sesuai visi perusahaan energi yang berkelanjutan.
Program tanggungjawab sosial perusahaan dengan konsistensi pemenuhan rekomendasi hasil social mapping menjadi langkah utama korporasi dalam creating value sharing untuk pengembangan masyarakat sejahtera dan mandiri yang berkembang harmonis bersama lingkungan. Ringkasan Dokumen Kinerja Pengelolaan Lingkungan ini merupakan extract dari bank data lingkungan PT Bukit Asam (Persero), Tbk. yang akan terus berkembang hingga sistem yang mendukung Corporate Environmental Excellent yang berkelanjutan.
Salam Hijau Lestari Bukit Asam Berkembang Harmonis Bersama Lingkungan
PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. Visioner, Integrity, Innovative, Professional, Cost And Environment Conscious
i
Ringkasan Kinerja Pengelolaan Lingkungan 2014
I. PENDAHULUAN PT. Bukit Asam (Persero) Tbk., selanjutnya disebut PTBA adalah BUMN pertambangan batubara yang memiliki sumber daya batubara (resources) mencapai 7,29 miliar ton dengan cadangan tertambang (mineable) mencapai 1,8 miliar ton. Tahun 2013, kapasitas produksi PTBA mencapai 15.1 juta ton dengan target 50 juta ton pada tahun 2019 (PTBA Emas) dan 100 juta ton pada tahun 2024 (PTBA Platinum) dengan menerapkan Good Mining Practice sebagai panduan operasional selaras dengan Visi €Menjadi perusahaan energi kelas dunia yang peduli lingkungan• dan Misi €Mengelola sumber energi dengan mengembangkan kompetensi korporasi dan keunggulan insani untuk memberikan nilai tambah maksimal bagi stakeholders dan lingkungan•. Sejarah pertambangan batubara di Tanjung Enim dimulai sejak zaman kolonial Belanda tahun 1919 dengan menggunakan metode penambangan terbuka (open pit mining) di wilayah operasi pertama, yaitu di Tambang Air Laya. Mulai tahun 1923-1940 beroperasi dengan metode penambangan bawah tanah (underground mining), sedangkan produksi untuk kepentingan komersial dimulai pada 1938. Pada tahun 1950, Pemerintah RI kemudian mengesahkan pembentukan Perusahaan Negara Tambang Arang Bukit Asam (PN TABA). Pada 1981, PN TABA kemudian berubah status menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero), yang
selanjutnya disebut Perseroan. Dalam rangka meningkatkan pengembangan industri batubara di Indonesia, pada 1990 Pemerintah menetapkan penggabungan Perum Tambang Batubara dengan Perseroan. Pada 23 Desember 2002, Perseroan mencatatkan diri sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia dengan nama PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk dengan kode €PTBA•. Unit produksi PTBA Tanjung Enim terletak ± 190 Km dari kota Palembang, total luas IUP Operasi Produksi 15.421 Ha, dengan 5.640 Ha dari total area akan dijadikan Taman Hutan Raya Enim (TAHURA ENIM) sebagai rencana Pasca Tambang yang telah disepakati PTBA dan Pemda dan dituangkan dalam PERDA Kabupaten Muara Enim No.4 Tahun 2004. Tahura Enim sebagai wujud kepastian pemanfaatan lahan pasca tambang PTBA. Realisasi saat ini, di blok pemanfaaatan telah dibangun sport center, kebun bibit (nursery) terpadu seluas 2 Ha, dalam progres pembangunan Hutan Kota 50 Ha dan 100 Ha Hutan Pendidikan, pemanfaataan lahan bersama masyarakat melalui program Agroforestry seluas 183 Ha. Konservasi dan pengembangan tanaman endemik dan langka spesies Intsia palembanica (merbau) dan tanaman produktif spesies Melaleuca cajuputi (kayu putih) sebagai komoditas potensial yang menjadi bagian aspek sustainability pasca tambang.
Beberapa apresiasi yang diperoleh PTBA dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 1.1 Penghargaan Diterima PTBA Penghargaan Enviro Award (Nasional)
Instansi Pemberi Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral RI
PROPER Gubernur Sumatera Tingkat Provinsi Selatan Sumsel Green Award
Tahun 2009
Kementerian Kehutanan RI ‚ Majalah CSR
2010
Aditama Aditama
Hijau
2011
2012
2013
Aditama
Utama
Terbaik
Hijau
Hijau
Hijau
Inspirasi Bumi (Tahura & Penyelamatan Merbau)
Perusahaan Peduli Lingkungan
Pelestarian Energi Terbarukan
PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. Visioner, Integrity, Innovative, Professional, Cost And Environment Conscious
1
Ringkasan Kinerja Pengelolaan Lingkungan 2014
SRI KEHATI PROPER Tingkat Nasional Asean Coal Award (International) Gelar Karya Pemberdayaan Masyarakat Award
Yayasan KEHATI Majalah Swa Kementerian Lingkungan Hidup RI
Hijau
Hijau
Hijau
Sertifikat Apresiasi (Konserv. SDH)
Komitmen kepedulian lingkungan&GCG
Hijau
Emas 1st-RunnerUp kategori CSR
Asean Center for Energy (ACE) MenkoKesRa RI bekerjasama dengan CFCD dan CMK
2 Gold 3 Silver
2 Gold 2 Silver
PTBA beroperasi dengan prinsip pembangunan berkelanjutan yang menekankan pelestarian lingkungan dan sumber daya hayati dengan membuat kebijakan yang jelas dan perbaikan terus menerus sehingga tercapai kinerja lingkungan tertinggi. CEO PTBA menerima penghargaan Indonesia Most Admired CEO 2013 dari Majalah Warta Ekonomi. Beberapa kinerja lingkungan penting yang dicapai di tahun 2009-YTD 2013 diantaranya: ƒ PTBA telah melakukan upaya penghematan energi dengan hasil telah dicapainya penurunan konsumsi energi listrik PTBA sampai dengan Juni tahun 2014 sebesar 2,12 KWH/Ton batubara lebih kecil (lebih efisien) dari rata-rata lima tahun sebelumnya sebesar 4,11 KWH/Ton. Penurunan konsumsi energi secara total rata-rata sebesar 221.026,40 GJoule per tahun, dengan kontribusi 19.156.135,55 KVARH (Kilo Volt Ampere Reactive Hour) atau setara dengan 111.229,2 GJoule per tahun dengan implementasi Bank Kapasitor yang dilengkapi Power Factor Regulator (PFR). ƒ Langkah strategis PTBA dalam penurunan emisi dilakukan dengan penggantian Bahan Perusak Ozon (BPO) retrofit refrigerant sintetik (Freon R-22) dengan refrigerant hidrokarbon (MC-22). Sampai dengan tahun 2014 prosentase penggantian mencapai 93% setara dengan 5807,88 tCO2e (ekuivalen ton karbon). ƒ Akumulasi penyerapan CO2 di PTBA sebesar 141.372 ton dengan peningkatan penyerapan 3% per tahun dari tahun 2009 sebagai indikator keberhasilan revegetasi pasca tambang seluas 2.326 Ha. Perhitungan biomasa penyerapan CO2 dilakukan oleh Fakultas Kehutanan IPB tahun 2012 dengan daya serap CO2 sebesar 10,83 ton/Ha. ƒ Melalui program reuse dan recycle air tambang tahun 2013 PTBA mengurangi penggunaan air permukaan (sungai) sebesar 34%. Pada proses operasi PTBA, rasio hasil penurunan total air limbah dari tahun 2010 sampai dengan 2013 rata-rata sebesar 15% (15.788.193 M3) Penurunan beban pencemaran per tahun yaitu Besi (Fe) rata-rata 0.21 Kg/Ton Batubara, dan Mangan (Mn) rata-rata 0.18 Kg/Ton Batubara hasil dari penerapan inovasi metode wetland. ƒ PTBA melakukan Pengurangan limbah B3 jenis oli tahun 2010-YTD 2014 Semester 1 sebesar 27,8 % per tahun. Komitmen terhadap upaya pemanfaatan oli bekas untuk ANFO proporsional dilakukan sesuai dengan aplikasi teknologi peledakan. ƒ Upaya penurunan limbah padat non B3 jenis rubber dan besi yang dihasilkan, sebesar 16,80% dari 190,24 ton tahun 2012 menjadi 158,28 ton pada tahun 2013 melalui upaya rekayasa engineering dan condition monitoring terhadap coal handling facilities. Sedangkan untuk pemanfaatannya, PTBA berhasil melakukan pemanfaatan limbah rubber dan besi sebesar 166,22 ton pada 2013. ƒ Upaya perlindungan Keanekaragaman Hayati di PTBA dalam bentuk pelestarian plasma nutfah tanaman langka dan endemik merbau (Intsia palembanica) dengan status PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. Visioner, Integrity, Innovative, Professional, Cost And Environment Conscious
2
Ringkasan Kinerja Pengelolaan Lingkungan 2014
konservasi rentan (IUCN 2.3) yaitu pembuatan kebun benih seluas 1,5 Ha dan telah mendapatkan apresiasi Indonesia Green Award €Inspirasi Bumi• dari Kementrian Kehutanan tahun 2011. ƒ Komitmen PTBA dalam program pemberdayaan masyarakat berorientasi pada pencapaian program Millenium Development Goals (MDGs). PTBA membangun Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) berkapasitas 35 kW untuk mencukupi kebutuhan listrik untuk 124 KK dengan penduduk 906 jiwa. Program ini merupakan program yang berkeberlanjutan dari €Teranglah Desaku• menuju €Desa Gemilang• . Program ini termasuk dalam kategori program kampung iklim (Proklim) untuk kategori mitigasi, ƒ Pemanfaatan lahan bekas tambang (KPL Limoa) seluas 2,2 Ha untuk budidaya ikan air tawar sebagai lokasi sentra perikanan Kabupaten Muara Enim memberikan peluang usaha yang bermanfaat ganda bagi lingkungan dan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah Ring I. II. SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN Komitmen PTBA dalam menjamin konsistensi proses bisnis perusahaan adalah dengan menerapkan Sistem Manajemen Bukit Asam (SMBA) yang merupakan integrasi SMM ISO 9001:2008, SML ISO 14001:2004, OHSAS 18001:2007, SMK3 (PP 50 Th. 2012) dan SMP (Perkap 24 Th. 2007) secara konsisten sejak tahun 2010 yang telah disertifikasi secara Nasional dan Internasional. SMBA merupakan pendekatan sistematis untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi penerapan sistem manajemen di PTBA yang terus digerakkan dengan melakukan continual improvement agar dapat menjawab tantangan organisasi dan mencapai Visi Perusahaan. PTBA telah memperoleh sertifikat ISO 14001:2004 dari PT TUV Nord Indonesia pada tahun 2014 dengan masa berlaku hingga tahun 2017. Sertifikat ini menunjukkan bukti pengakuan internasional terhadap penerapan SML di PTBA sejak pertama kali memperoleh sertifikat ISO 14001 pada tahun 2007. Sertifikasi ISO 14001:2004 di PTBA melingkupi seluruh kegiatan operasional penambangan dan penunjangnya termasuk pengelolaan lingkungan serta kegiatan-kegiatan yang dinilai dalam PROPER. SMBA dijalankan sesuai siklus P-D-C-A (Plan, Do, Check, Act) yang dilandasi nilai-nilai perusahaan dan dipayungi oleh regulasi serta Gambar 2.1 Sertifikat implementasi Good ISO 14001:2004 Corporate Governance (GCG). Manajemen menetapkan Pedoman SMBA, Kebijakan SMBA, Prosedur (Tatalaksana dan Tata Cara Kerja), Sasaran dan Program Kerja yang juga merupakan acuan pelaksanaan SML di PTBA dan selaras dengan Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) dan RKAP. Setiap Satuan Kerja melakukan identifikasi aspek dan dampak lingkungan secara terstruktur dengan Gambar 1.2 Siklus SMBA mempertimbangkan peraturan, proses bisnis, dan masukan dari auditor/inspektor eksternal yang mengacu pada TL Identifikasi Aspek dan Dampak Lingkungan. PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. Visioner, Integrity, Innovative, Professional, Cost And Environment Conscious
3
Ringkasan Kinerja Pengelolaan Lingkungan 2014
Manajemen puncak mendukung penuh pelaksanaan kegiatan SML yang tercermin dengan dibentuknya Satuan Kerja yang fokus mengelola lingkungan beserta sumber daya manusia yang kompeten dan alokasi dana untuk pelaksanaan program kerja. Komunikasi dan sosialisasi terkait SML ke seluruh pegawai dilakukan melalui media rapat, buletin bulanan, spanduk, microsoft exchange (email), Intranet PTBA, Teleconference dan sistem Gambar 2.3 Rapat Koordinasi SML informasi lingkungan (saat ini masih tahap pengembangan). Dalam rangka menjamin konsistensi penerapan SML, manajemen menetapkan metode pengawasan penerapan SML dan evaluasi kinerja lingkungan melalui audit internal setiap triwulan dan audit eksternal setiap semester. Regulasi-regulasi terkait lingkungan dievaluasi setiap semester untuk menjamin bahwa perusahaan patuh terhadap regulasi yang berlaku. Manajemen melakukan tinjauan kinerja SML melalui Rapat Tinjauan Manajemen (RTM) sekali setiap tahun sesuai prosedur. Hasil-hasil pengawasan penerapan dan tinjauan kinerja SML termasuk temuan PROPER ditindaklanjuti secara paripurna dan terus dipantau kesinambungannya. Untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi serta keberlanjutan SML, PTBA senantiasa melakukan continual improvement dan inovasi-inovasi. Peruhasaan memberikan pernghargaan terhadap inovasiinovasi yang dilakukan melalui Bukit Asam Inovation Award (BAIA) setiap dua tahun sekali. III. EFISIENSI ENERGI Komitmen PTBA dalam pemanfaatan energy secara bijaksana diwujudkan dengan kegiatan efisiensi energi untuk menurunkan penggunaan energi pada Alat Tambang Utama (ATU), Alat-alat Berat (A2B), kendaraan transportasi serta Perumahan Dinas melalui kegiatan Manajemen Energi. Sebagai pedoman pelaksanaan efisiensi energi, PTBA telah menetapkan kebijakan Sumber Daya efisiensi energi listrik dan BBM (Lamp.B.1.). Dalam pelaksanaannya, PTBA telah menetapkan fungsi manajer energi pada Kajian Operasi dan Teknik, yang didukung organisasi dan Sumber Daya Manusia yang kompeten (Lamp.B.2). Sebagai dasar pelaksanaan efisiensi Perusahaan telah memiliki rencana strategis dengan sasaran dan jadwal yang jelas. (Lamp.B.3). Guna memonitor pelaksanaan efisiensi energi dengan melakukan audit energi secara internal dan eksternal. Audit Eksternal dilaksanakan oleh PT. Energi Management Indonesia tahun 2013 (Lamp.B.4) dengan hasil yang menunjukkan bahwa adanya potensi penghematan sebesar 4.476,23 GJoule/Th. Sebagai pelaksana upaya efisiensi energi PTBA memiliki Pegawai yang kompeten untuk melakukan audit energi (Lamp.B.5). Hasil efisiensi energi dalam kurun waktu 2009 sampai dengan semester I 2014: (1) BBM sebesar 4,98%; (2) Listrik Tambang sebesar 62,88%; (3) Listrik Pemukiman sebesar 60.39%. Intesitas Konsumsi Energi (IKE) bangunan pemukiman dan fasilitas umum sebesar 102,80 KWH/M2 pada tahun 2013, angka ini lebih baik (lebih rendah) dari IKE ASEAN-USAID sebesar 240 KWH/M2/year (Lamp.B.6).
PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. Visioner, Integrity, Innovative, Professional, Cost And Environment Conscious
4
Ringkasan Kinerja Pengelolaan Lingkungan 2014
Gambar 3.1 Konsumsi Pemakaian BBM, Listrik Tambang dan Listrik Pemukiman dan Fasilitas Umum
Kegiatan Efisiensi Energi Kegiatan efisiensi yang telah dilakukan selama lebih dari 5 tahun dan telah memberikan hasil absolute efisiensi energi adalah dengan aplikasi Capacitor Bank c/w Power Factor Regulator, Pemanfaatan teknologi Solar Sel dan Pembangunan PLTMH dengan hasil (Lamp.B.7): Tabel 3.1 Hasil Absolute Efisiensi Energi HASIL ABSOLUTE EFISIENSI ENERGI (TAHUN) KEGIATAN EFISIENSI ENERGI
UoI
2009
2010
2011
KVARH
24,339,737.68
22,364,214.77
21,120,000.00
21,637,229.45
15,920,971.40
9,554,660.04
KWH
39,257,641.42
36,071,314.14
34,064,516.13
34,898,757.18
25,678,986.13
15,410,742.00
Pemanfaatan teknologi Solar Sel untuk CCTV di Lokas i Penambangan
KWH
-
-
-
-
2,442.50
1,221.25
Pembangunan PLTMH di des a plakat s emendo
KWH
-
-
-
-
83,468.98
41,734.49
Pemas angan Capas itor Bank
2012
2013
2014 *)
*) 2014 adalah realisasi sampai dengan bulan Juni
Atas kegiatan efisiensi energi, PTBA mendapatkan penghargaan Indonesia Green Award Tahun 2013 untuk katagori Pelestarian Energi Terbarukan dan Penghargaan Tingkat Asean untuk penilaian Energi Baru dan Terbarukan (EBT). Realisasi Efisiensi Energi Realisasi penggunaan energi pada fasilitas penambangan UPTE dan fasilitas sarana menunjukan penurunan yang signifikan dari tahun 2009 ‚ 2014 sebesar 12,20% dengan rasio efisiensi yang terus meningkat (berhasil) sebesar 12,57% pada tahun 2013 (Lamp B.8).
Gbr. 3.2 Intensitas Konsumsi Energi UPTE
Gbr. 3.3 Rasio Efisiensi Energi UPTE
Benchmarking PTBA melakukan benchmarking dengan perusahaan yang sejenis, dengan melakukan perbandingan antara konsumsi energi dan volume produksi. Perhitungan tersebut menunjukkan tingkat efisiensi PTBA sebagai produsen batubara yang lebih efisien dibandingkan dengan perusahaan sejenis nasional dengan rasio 0.22 GJoule/Ton Produksi (kajian Annual Report 2013). PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. Visioner, Integrity, Innovative, Professional, Cost And Environment Conscious
5
Ringkasan Kinerja Pengelolaan Lingkungan 2014
Dalam kancah internasional, PTBA berada pada rata-rata perusahaan sejenis dunia sebagaimana pada grafik di bawah ini (Lamp.B.9). PTBA juga melakukan benchmarking konsumsi energi listrik untuk bangunan pemukiman dan fasilitas umum dengan hasil nilai Intensitas Konsumsi Energi (IKE) lebih efisien dibandingkan dengan perusahaan nasional lainnya dan pencapaian ini lebih baik (lebih rendah) dari Standard IKE ASEAN-USAID (Lamp.B.10).
Gambar. 3.4 Benchmarking Intensitas Konsumsi Energi (GJoule/Ton) Sumber : Annual Report yang dipublish via WebSite
Gambar. 3.5 Benchmarking Intensitas Konsumsi Energi (KWH/M2) Sumber : DRKPL Tahun 2013 dan Standard yang dipublish via WebSite
Adisionalitas : Penilaian Praktek Umum Energi Adalah Kehidupan. Filosopi tersebut menjadi dasar bagi PTBA guna melakukan upaya pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) yang secara global berkontribusi pada kegiatan konservasi energi. Bentuk Implementasi EBT ini adalah dalam kegiatan monitoring operasi penambangan terbuka yang menggunakan CCTV dengan sumber energinya berasal dari teknologi solar cell. Teknologi ini merupakan teknologi baru yang jarang digunakan di lokasi penambangan terbuka yang luas, meliputi Pit Banko Barat, Pit Tambang Air Laya dan Pit MTBU Timur (Lamp.B.11).
Gambar. 3.6 CCTV Menggunakan Solar Cell
Inovasi
Gambar. 3.7 PFR
Penambahan Power Factor Regulator (PFR) merupakan salah satu inovasi dalam pemanfaatan Capacitor Bank untuk mendapatkan stabilitas dan efektifitas kinerja Capacitor Bank. PFR merupakan peralatan yang berkerja secara elektronik dengan mendeteksi power factor aktual sistem dan meresponnya dengan meng-energize atau meng-cutoff step-step Capacitor Bank sehingga supply daya reaktif pada sistem dapat selalu terjaga, akurat dan sesuai sehingga power factor dapat stabil pada angka yang diinginkan yang pada akhirnya tujuan efisiensi energi dapat tercapai (Lamp.B.12).
IV. 3R LIMBAH B3 Komitmen PTBA dalam melakukan pencegahan dan pengendalian pencemaran lingkungan pada aspek pengelolaan limbah B3 dilaksanakan dengan upaya pengurangan dan upaya pemanfaatan limbah B3, sesuai Kebijakan Sumber Daya. Personil yang bertugas memiliki sertifikasi kompetensi POP / POM (Pengawas Operasional Pratama / Madya) dan pelatihan pengelolaan limbah B3. Pengurangan pemakaian dan pemanfaatan limbah B3 dalam rencana strategis pelaksanaan kebijakan sumber daya, meliputi Oil Refinery, Penggantian refrigerant hydrocarbon dan program pemanfaatan limbah B3 yaitu oli bekas digunakan untuk ANFO (ammonium nitrate fuel oil) yang dilakukan setiap tahun secara terus menerus sesuai dengan rencana perusahaan.
PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. Visioner, Integrity, Innovative, Professional, Cost And Environment Conscious
6
Ringkasan Kinerja Pengelolaan Lingkungan 2014
Tabel 4.1 dan tabel 4.2 dibawah menjelaskan jumlah limbah B3 yang dihasilkan dari kegiatan operasi dan proporsi kuantitas limbah yang dimanfaatkan kembali (metode 3R) dibandingkan total limbah yang dihasilkan dengan peningkatan keberhasilan pada tahun 2013 sebesar 27,80%. Berikut ditampilkan status limbah B3 yang dihasilkan dan rasio 3R dalam kegiatan produksi 4.1. Limbah B3 yang Dihasilkan. Tabel 4.1. Limbah B3 yang dihasilkan dari kegiatan operasi produksi Tahun
Uraian
2010
2011
2012
2013
2014 (Tw II)
Total limbah yang dihasilkan (Ton) *) 561.32 696.21 883.137 904.377 548.188 *pengelolan limbah B3 dilakukan secara ketat, kendali administrasi total limbah yang dihasilkan dari juli 2013 - juni 2014 (995,51 ton)
4.2. Rasio Limbah Oli Tabel 4.2. Rasio hasil oil refinery Uraian Limbah Oli Dihasilkan Hasil 3R : 1. (Oil Refinery) 2. (ANFO) Rasio
Satuan Ton Ton Ton
2010
2011
2012
2013
2014 (Tw II)
478.46 0 3.8 0.79%
546.39 0 19.8 3.62%
727.35 4.2 1.33 0.76%
778.29 5.4 2.5 1.02%
425.41 2.5 0.104 0.61%
Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan terdapat adanya peningkatan intensitas pemanfaatan limbah B3 pada tahun 2013 dibanding dengan tahun 2010 sebesar 27,80%. Adisionalitas Kegiatan Oil Refinery dari mesin yang memiliki daya dan kapasitas tinggi untuk digunakan kembali pada mesin dengan daya dan kapasitas rendah untuk memperpanjang umur oli sehingga mengurangi jumlah pemakaian oli baru dan mengurangi limbah oli bekas yang dihasilkan. Program ini merupakan kategori bukan Praktek Umum dan Penilaian Kewajiban karena menggunakan teknologi yang tidak biasa dilakukan pada bidang pertambangan. Selama periode 2010 s/d Juni 2014 penurunan oli yang dikirim ke Tempat Penyimpanan Sementara sebesar 5% per tahun (lamp C.1). B.1. Oil Refinery Program Program ini pada intinya melakukan penyaringan (filtrasi) melalui beberapa fiber membrane dengan mekanisme kompresi sehingga dihasilkan produk oli yang dapat digunakan kembali untuk mesin-mesin (gearbox) yang memiliki daya dan kapasitas rendah. Program ini termasuk dalam aspek pendekatan/teknologi baru dan aspek €tidak dalam pemenuhan kewajiban sektor tambang•
Grafik 4.1. Oli bekas yang dikirim ke TPS Inovasi
Dimensi Desain Perubahan sub-sistem Dimensi pengguna Dimensi Produk
Gambar 4.1. Proses Oil Refinery
Filtrasi dan absorbsi untuk menyaring kontaminan dalam oli bekas. Efesiensi pemakaian oli sehingga menambah umur oli. Oil refinery dirancang di Bengkel Utama PTBA. Oli bekas yang dikirim ke TPS berkurang sebesar 5% /th
PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. Visioner, Integrity, Innovative, Professional, Cost And Environment Conscious
7
Ringkasan Kinerja Pengelolaan Lingkungan 2014
C. Penurunan Jumlah Penggunaan Refrigerant Freon R22 Adisionalitas Program penggantian refrigerant AC freon R-22 (CFCs) dengan refrigerant Hidrokarbon (C3H8) €Musicool (MC-22) merupakan teknologi/pendekatan baru. Penggantian dilakukan secara bertahap pada lingkungan perkantoran dan perumahan, mulai dilaksanakan tahun 2012. Data sampai dengan tahun 2014 penggantian refrigeran AC pada wilayah Tambang telah mencapai 93 % (lamp C.2) Penggantian refrigerant AC freon R-22 pada kantor lingkungan tambang hingga tahun 2014 (Triwulan II) sejumlah 442 Unit
Aspek Adisionalitas aspek pendekatan / teknologi baru, dan aspek €tidak dalam pemenuhan kewajiban sector tambang Aspek Inovasi Dimensi Desain Melakukan perubahan pada sub sistem kerja dari Air Conditioner Dimensi Produk Melakukan retrofit refrigerant R22 (Freon) dengan refrigerant berbasis hidrocarbon yang ramah lingkungan
D. Hasil Absolut Pengurangan dan Pemanfaatan limbah B3 Melalui program oil refinery dan penurunan jumlah refrigerant freon R22 PTBA berhasil melakukan pengurangan pemakaian B3 yang dimulai tahun 2010 s/d 2014 (Triwulan II) sebesar 13.84 ton, sedangkan melalui program pemanfaatan oli bekas untuk ANFO berhasil mengunakan kembali oli bekas sebesar 27.534 ton periode 2010 s/d 2014 (Triwulan II) yang dilakukan sesuai dengan aplikasi teknologi peledakan. Tabel C.1. Hasil Absolut Pengurangan dan Pemanfaatan Limbah B3 No.
A. 1 2 B. 3
Kegiatan
2010
2011
Tahun 2012
2013
2014
Ton
0,00
0,00
4.2
5.4
2.5
Freon
Ton
0,00
0,77
0,75
0,17
0,05
Oli Bekas
Ton
3,8
19,8
1,33
2,50
0,104
Jenis Limbah
Satuan
Oli Bekas
Kegiatan Pengurangan LB3 Oil Refinery Penurunan Jumlah Penggunaan Refrigerant Freon R22 Kegiatan Pemanfaatan LB3 Pemanfaatan Oli Bekas untuk ANFO
E. Limbah B3 Yang Dihasilkan per Ton Batubara Tabel D.4.Rasio limbah B3 per ton batubara Kegiatan
Satuan
2010
2011
2012
2013
2014
Limbah B3 Yang Dihasilkan Produksi
Ton Ton
561,32 11.871.796
696,21 12.387.087
883,14 13.064.168
904,38 14,007,446
548,19 8,545,677
Rasio
%
0,0047
0,00562
0,00676
0,00645
0,00641
PT Bukit Asam (Persero) Tbk berhasil mengurangi rasio limbah dari total produksi. Pada tahun 2013 keberhasilan tersebut mencapai 0.00031%. PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. Visioner, Integrity, Innovative, Professional, Cost And Environment Conscious
8
Ringkasan Kinerja Pengelolaan Lingkungan 2014
F. Posisi Intensitas Limbah B3, PTBA dibandingkan Perusahaan Sejenis di Dunia. Keberhasilan PTBA dalam melaksanakan program oil refinery terwujud didalam pengurangan timbulan oli dihasilkan pertahun. Didalam sektor usaha sejenis PTBA menduduki urutan pertama skala nasional dan urutan pertama skala internasional untuk pengurangan limbah Oli, sebagaimana pada tabel di bawah (lamp C.3).
Sumber : Sustainability report 2013 masing-masing perusahaan
V. 3R (Reduce, Reuse, Recycle) Limbah Padat Komitmen Non B3 yang kuat dalam pemanfaatan Limbah Padat non B3 dituangkan oleh PTBA dalam Kebijakan Sumber Daya serta diimplementasikan secara konsisten oleh fungsi organik yang dikoordinir oleh satuan kerja Perencanaan Lingkungan dengan personil yang profesional dan kompeten serta didukung dengan anggaran yang memadai. Secara konsisten, PTBA juga melakukan Inventarisasi Limbah Padat Non B3 dan sasarannya termaktub dalam Program Pengelolaan Limbah Padat Non B3. Personil yang bertanggung jawab dalam pengelolaan sampah ini telah mengikuti pelatihan dan memperoleh sertifikat dari lembaga pelatihan yang profesional dan kredibel. PTBA menghasilkan limbah padat non B3 yang terdiri dari limbah organik dan anorganik. Total limbah padat non B3 yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 5.1. Periode 2013 PTBA berhasil mengurangi timbulan limbah padat non B3 sebesar 13.60% terutama untuk limbah padat jenis besi (logam) dan karet (rubber). Hal ini dapat terlaksana karena PTBA telah menerapkan Integrated Maintenance System (Preventive and Predictive Maintenance) dan optimasi pada safety device di sepanjang jalur belt conveyor. ANORGANIK
ORGANIK
Gambar 5.1 Tabel dan Grafik Total Limbah Padat Non B3 yang Dihasilkan PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. Visioner, Integrity, Innovative, Professional, Cost And Environment Conscious
9
Ringkasan Kinerja Pengelolaan Lingkungan 2014
Optimalisasi kegiatan 3R Limbah Padat Non B3 khususnya untuk Limbah Besi dan Karet (Rubber) setiap tahunnya terus dilakukan oleh PTBA. Gambar 5.2 dibawah ini menunjukkan rasio hasil 3R dengan total Limbah Padat Non B3 yang dihasilkan.
Gambar 5.2 Grafik Rasio Hasil 3R dengan Total Limbah Padat Non B3 yang Dihasilkan
Adisionalitas PTBA melakukan pemanfaatan limbah padat non B3 (Belt Conveyor bekas) melalui Program Recycle Limbah Belt Conveyor (Karet) dengan Mekanisme Rekondisi menggunakan Heavy Equipment serta memberdayakan tenaga kerja lokal di sekitar wilayah operasional PTBA. Mekanisme Rekondisi tersebut dimulai dengan melakukan pengumpulan limbah, proses pengkasaran permukaan belt, pemasangan compound layer, pressing, heating dan finalisasi dengan pemeriksaan mutu. Setelah melalui tahap pemeriksaan mutu, maka belt conveyor hasil recycle tersebut dapat digunakan kembali untuk operasional kegiatan penambangan. Sebagai catatan, PTBA adalah satusatunya Perusahaan Pertambangan di Indonesia yang melakukan aktifitas recycle limbah belt conveyor. Hal ini disebabkan aktifitas ini bukan praktek umum yang biasa dilakukan dan bukan juga suatu kewajiban yang diatur perundangan pada sektor pertambangan. Selama periode tahun 2010 sampai dengan 2014 (s.d Juni) PTBA berhasil melakukan pemanfaatan limbah belt conveyor sebesar 83.73 Ton (25,10% dari jumlah limbah belt conveyor yang dihasilkan). PTBA senantiasa melakukan riset dan pengembangan, salah satu inovasinya adalah Program Recycle Belt Conveyor. Tabel berikut ini menjelaskan dimensi inovasi dalam program Recycle Belt Conveyor. Tabel 5.1 Dimensi Inovasi dalam Program Recycle Belt Conveyor
Dimensi Desain Penambahan Komponen Perubahan Subsistem
Dimensi Pengguna Pengembangan Penerimaan
Dimensi Produk Perubahan dalam pelayanan terhadap pengguna produk
Program Recycle Belt Conveyor dilakukan dengan menggunakan Heavy Equipment Recondition Machine yang rancang secara internal. Dengan terealisasinya program Recycle Belt Conveyor ini memberikan kontribusi signifikan untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan yang disebabkan oleh limbah karet (rubber) Ide inovasi dalam program Recycle Belt Conveyor ini berasal dari internal PTBA (Satker Bengkel Utama) Pada awalnya belt conveyor yang rusak dilapangan dianggap sebagai barang yang tidak dapat dimanfaatkan lagi (dijadikan limbah). Dengan adanya program inovasi ini dapat mengubah paradigma pengguna (User) bahwa limbah karet (rubber) yang dihasilkan dari belt conveyor rusak adalah asset yang berharga Program Recycle Belt Conveyor ini memberikan efisiensi/ pengehematan sebesar ± 39% bila dibandingkan dengan pembelian belt conveyor baru
PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. Visioner, Integrity, Innovative, Professional, Cost And Environment Conscious
10
Ringkasan Kinerja Pengelolaan Lingkungan 2014
Selama kurun waktu 5 tahun (2010-2014) PTBA berhasil melakukan 3R LNB3 yang dipresentasikan dengan hasil absolut yang dinyatakan dengan unit ton per tahun seperti ditunjukkan pada Gambar 5.3 dibawah ini :
Gambar 5.3 Tabel dan Grafik Hasil Absolut 3R LNB3 Tahun 2010-2014
Dengan upaya optimalisasi 3R yang telah dilakukan, PTBA mampu mengurangi intensitas limbah padat non B3 yang dihasilkan rata-rata 0.00095% per tahun dalam kurun waktu 5 tahun terakhir.
Intensitas Limbah Padat Non B3 yang dihasilkan dibandingkan dengan produksi Batubara
.
Gambar 5.4 Tabel dan Grafik Intensitas LNB3
Gambar 5.5 Tabel dan Grafik Benchmarking PTBA dengan Perusahaan Batubara lainnya
Dari hasil benchmarking yang dilakukan dengan industri sejenis, intensitas limbah padat non B3 yang dihasilkan PTBA terendah dibandingkan 3 (tiga) perusahaan batubara kelas dunia lainnya. VI. PENGURANGAN PENCEMAR UDARA Selaras dengan visi perusahaan, menjadi perusahaan energi kelas dunia yang peduli lingkungan, PTBA memiliki kebijakan sebagai wujud komitmen manajemen tersebut yang tertuang dalam PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. Visioner, Integrity, Innovative, Professional, Cost And Environment Conscious
11
Ringkasan Kinerja Pengelolaan Lingkungan 2014
Kebijakan Sumber Daya mengenai pengurangan pencemaran udara Gas Rumah Kaca, Gas konvensional dan Bahan Perusak Ozon. Struktur organisasi dilengkapi dengan sumber daya manusia yang kompeten dan bersertifikat pada sektor hulu yakni fungsi engineering sedangkan sektor hilir terdiri dari fungsi perencana, fungsi pelaksana dan fungsi pengawasan yang menangani pengendalian pencemaran udara dengan dana memadai. Rencana strategis telah menetapkan program dengan tujuan dan sasaran pengurangan pencemar udara yang relevan dengan kebijakan sumber daya dalam program lingkungan UPTE (EF:BAMR:4.3.20.02). Identifikasi sumber emisi, deskripsi, dokumentasi pelaksanaan dan perhitungan beban emisi, rangkaian kegiatan pelaksanaan inventarisasi emisi dilakukan sesuai dengan pedoman inventaris GRK nasional-KLH 2012 dan IPCC 2006, sedangkan gas konvesional mengacu pada PerMenLH 21/2008. Program yang disusun antara lain Perencanaan Operasional penambangan (pengaturan jarak angkut material, uji petik BBM, pemakaian Biosolar‚ B10, Monitoring Emisi Rutin), penggunaan teknologi terbaru Refrigerant Hydrocarbon (MC22), penggunaan Renewable Energy Solar Cell serta Revegetasi lahan bekas tambang sebagai penyerap CO2. Perusahaan juga berkontribusi terhadap masyarakat dalam penyediaan Renewable Energy yaitu pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) di Desa Plakat, Semendo, yang berdampak nyata dalam pengurangan emisi CO2 di lingkungan masyarakat sekitar. A. Status Emisi (Lamp E.1) A.1. Total emisi yang dihasilkan keseluruhan 2011 ‚ 2014
penurunan emisi gas konvensional dengan rata-rata 0,8%. Untuk emisi GRK terdapat penurunan emisi CO2 sebesar 2% per tahun Gambar 6.1 Tabel dan Grafik total emisi yang dihasilkan pada tahun 2011 - 2014 Data
diatas
menunjukkan
A.2. Total emisi berkaitan dengan proses produksi 2011 ‚ 2014
Data diatas menunjukkan emisi Gas rumah Kaca CO2 yang dihasilkan dari proses produksi rata-rata 154.790 tCO2 per tahun. Dibandingkan data Baseline terdapat penurunan emisi CO2 sebesar 2% per tahun
Gambar 6.2 Tabel dan Grafik emisi berkaitan proses produksi 2011 ‚ 2014
PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. Visioner, Integrity, Innovative, Professional, Cost And Environment Conscious
12
Ringkasan Kinerja Pengelolaan Lingkungan 2014
A.3. Total emisi berkaitan dengan kegiatan Non Produksi 2011 ‚ 2014
Data menunjukkan penurunan emisi gas konvensional dengan rata-rata 0,4%. Untuk emisi GRK terdapat penurunan emisi
CO2 sebesar 2 % per tahun Gambar 6.3 Tabel dan Grafik emisi berkaitan Non-Produksi 2011 ‚ 2014 A.4. Rasio hasil penurunan emisi Produksi Tabel 6.1 Rasio Penurunan Emisi dengan Total Emisi 2011 - 2014
Nilai rasio penurunan emisi rata-rata per tahun sebesar 0,023 tCO2 / Ton dalam kurun waktu 4 tahun terakhir. B. Adisionalitas & Inovasi B.1 Penggantian Bahan Perusak ozon (BPO) - Refrigerant R22 (CFCs) dengan refrigerant Hidrokarbon (C3H8) € Mussicool (MC-22)• Jumlah Jumlah pemakaian per unit
1
Potensi pemanasan Global
2
Beban emisi CO2 BPO
No Tahun
Uraian / Item
Jenis refrigeran AC
(a)
(b)
(c)
(d)
(a*c*d)
1
2012
Refrigeran
CFCs
12
1,8
0,0018
7300
157,68
2
2013
Refrigeran
CFCs
360
1,8
0,0018
7300
4730,4
3
2014* Refrigeran
CFCs
70
1,8
0,0018
7300
919,8
unit
Kg / th
ton / th
(e-CO2Ton / th)
Total kumulatif mitigasi tahun 2012 s.d 2014
5807,88
Keterangan : 1 Global warming potensial = 7.300 (Sumber: The Science of Climate Change, 1995) 2 Beban Emisi CO2 BPO (e-CO2 Ton/th) = GWP BPO x Pemakaian BPO (Ton/th)
Gambar 6.4 Grafik Phase Out BPO Refrigerant AC-CFCs
Tabel 6.2 Mitigasi Emisi BPO Refrigerant AC-CFCs Sampai dengan tahun 2014 penggantian refrigeran AC wilayah Tambang adalah sebanyak 442 unit dari total 475 unit (93%), setara dengan nilai mitigasi emisi BPO sebesar 5.807,88 e-CO2 Ton/th.
Adisionalitas Inovasi
Bukti
Mencakup pada aspek pendekatan / teknologi baru, dan aspek €tidak dalam pemenuhan kewajiban sector tambang• Mencakup pada Dimensi desain, dikarenakan melakukan perubahan sub sistem kerja dari Air Conditioner. Serta mencakup dimensi produk, dikarenakan menghasilkan nilai tambah penurunan dampak lingkungan (emisi CO2 BPO) Lamp E.2 & E.2.1
PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. Visioner, Integrity, Innovative, Professional, Cost And Environment Conscious
13
Ringkasan Kinerja Pengelolaan Lingkungan 2014
B.2. Penggunaan Renewable Energy ‚ energi Solar Cell CCTV di tambang & penerangan pemukiman
Gambar 6.5 Lokasi Solar Cell pada lampu penerangan jalan dan tiang CCTV & Tabel perhitungan Mitigasi emisi listrik Penggunaan renewable energy - Solar Cell Sampai dengan tahun 2014 adalah sebesar 3.665 kW/th, setara dengan nilai mitigasi emisi listrik sebesar 2,74 e-tCO2 per tahun. Adisionalitas
Inovasi
Bukti
Mencakup pada aspek teknologi / pendekatan baru yang jarang digunakan di lokasi penambangan terbuka yang luas dan aspek tidak dalam pemenuhan kewajiban sektor tambang. Mencakup pada Dimensi desain, dikarenakan melakukan perubahan sistem secara keseluruhan, dari menggunakan tenaga listrik menjadi tenaga matahari. Serta mencakup Dimensi produk, dikarenakan menghasilkan nilai tambah penurunan dampak lingkungan (emisi dari listrik) Lamp E.3
B.3. Penggunaan Renewable Energy ‚ Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Desa Pelakat, Kecamatan Semende
Gambar 6.6 Lokasi Pos PLTMH Desa Pelakat & Tabel perhitungan Mitigasi emisi listrik Sampai dengan tahun 2014 penggunaan Listrik Mikrohidro di Desa Pelakat, Semende Darat Ulu adalah sebesar 3390 kWh/th, setara dengan nilai mitigasi emisi listrik dari PLN sebesar 2,54 etCO2 per tahun. Adisionalitas Inovasi
Bukti
Mencakup pada aspek Investasi yang tidak menguntungkan tapi bermanfaat bagi lingkungan dan penurunan beban pencemaran emisi. Mencakup pada Dimensi desain, dikarenakan melakukan perubahan pada sistem secara keseluruhan, dari menggunakan tenaga listrik menjadi tenaga Air. Serta mencakup Dimensi produk, dikarenakan menghasilkan nilai tambah penurunan dampak lingkungan (emisi dari listrik) Lamp E.4
PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. Visioner, Integrity, Innovative, Professional, Cost And Environment Conscious
14
Ringkasan Kinerja Pengelolaan Lingkungan 2014
C. Hasil absolut penurunan emisi selama 4 tahun terakhir Tabel 6.2 Data Absolut Penurunan Emisi 2011 - 2014
Total penurunan emisi CO2 selama 4 tahun terakhir 21.628 ton (pengurangan 18.609 ton & penyerapan 3.019 ton)
PTBA mereklamasi lahan pasca tambang, jenis tanaman unggulan seperti kayu putih, merbau dan trembesi/ki ujan. Hingga tahun 2014 (Juni) telah mereklamasi dengan luas 2.326 Ha setara dengan mitigasi emisi Karbon (CO2) Antropogenik sebesar 25.193 Ton CO2 per tahun. (potensi serap biomassa 10,83 Ton/Ha) Gambar 6.7 Penyerapan karbon vegetasi tahun 2011 - 2014
D. Intensitas emisi / produksi batubara Tabel 6.3 Intensitas Beban Emisi Per Satuan Produksi Batubara 2011 ‚ 2014 No
Uraian
1
Beban Emisi
2
Produksi Batu bara
3
Intensitas
Periode
Satuan
2011
2012
2013
2014 (Juni)
148.806
164.239
188.749
117.366
tCO2 /Tahun
8.431.350
Ton / Tahun
10.576.586 0,01407
11.803.228
13.596.095
0,01391
0,01388
0,01392
Nilai Intensitas emisi PTBA rata-rata per tahun sebesar 0.014 tCO2 / Ton produk dalam kurun waktu 4 tahun terakhir. E. Benchmarking
Sumber: Sustainability report Vale, 2013 & Centennial Coal, 2013
Sumber: Sustainability report PT. AI, 2013 & PT. ITM, 2013
Hasil Benchmark tingkat Dunia dengan perusahaan sejenis lainnya, menunjukan bahwa posisi nilai intensitas emisi PTBA pada posisi rata-rata
Hasil Benchmark tingkat nasional dengan perusahaan sejenis lainnya, menunjukan bahwa nilai intensitas emisi PTBA adalah yang paling rendah (lebih baik).
PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. Visioner, Integrity, Innovative, Professional, Cost And Environment Conscious
15
Ringkasan Kinerja Pengelolaan Lingkungan 2014
VII. EFISIENSI AIR DAN PENURUNAN BEBAN PENCEMARAN AIR Sebagai wujud komitmen PTBA dalam program efisiensi air dan penurunan beban pencemaran yang tertuang dalam Kebijakan Sumberdaya mengenai penurunan penggunaan air sungai dan penurunan beban pencemaran, melalui program €Bukit Asam Water Preservation• , dengan kegiatan 1). Reuse dan Recycle air tambang; 2). Retensi Air melalui kegiatan biopori dan bioretensi; 3). Wetland Absorption. 1. Efsiensi Air Periode Januari 2013 ‚ Juni 2014, Total air yang digunakan sebesar 7.751.694 m3, yang terdiri dari total air untuk proses produksi sebesar 4.892.784 m3 dan total air untuk fasilitas pendukung sebesar 2.858.910m3.Melalui optimalisasi program Reuse dan Recyle air tambang tahun 2013, PTBA mampu mengurangi penggunaan air permukaan (sungai) sebesar 34% dan Rasio3R sebesar 64% atas total penggunaan air berdasarkan pada hasil absolut 3R yang terdapat pada tabel 7.1. sedangkan Intensitas air yang digunakan untukmendukung produksi (penyiraman jalan, pembersihan dan pendukung ) batubara selama 4 tahun terakhir rata-rata sebesar 0,52 m3/ton(Lamp F.1).
`Gambar 7.1 Grafik Rasio 3R
Gambar 7.2 Instalasi Recycle air tambang
Tabel 7.1. Hasil Absolut 3R Air No.
Kegiatan
Satuan
Tahun 2010
2011
2012
2013
1
Penggunaan kembali (reuse) air tambang untuk penyiraman Jalan tambang
m3
24.885
86.643
333.100
355.872
2
Penggunaan Kembali (reuse) air tambang untuk pembersihan
m3
768.226
1.203.050
1.745.658
2.646.300
3
Daur Ulang (recycle) air tambang menjadi air bersih dan air minum
m3 m3
-
-
-
128.362
793.111
1.289.694
2.078.758
3.130.534
TOTAL
Addisionalitas Kegiatan reuse dan recycle ulang air tambang menjadi air bersih bukan termasuk dalam Praktek Umum, karena sumber air yang digunakan merupakan air limpasan tambang (air hujan), dimana umumnya menggunakan air sungai. Kegiatan ini juga bukan dalam rangka pemenuhan kewajiban yang diatur dalam peraturan dan merupakan alternatif subtitusi sumber air yang sejalan dengan kegiatan pelestarian sumber daya air (Lamp.F.2) Inovasi Kegiatan reuse dan recycle ulang air tambang menjadi air bersih masuk dalam dimensi desainkarena terjadi perubahan pada sub sistem yaitu Sistem Lama: Sungai ‚ water intake ‚ pipa distribusi sedangkan Sistem Baru : manajemen desain space lokasi tambang ‚ saluran terbuka ‚ kolam penampung. Selain itu juga masuk dalam dimensi pengguna karena dapat merubah perilaku PTBA dalam pemanfaatan sumber daya air sebagai pendukung produksi. Masuk dalam dimensi produk karena memberikan nilai tambah bagi pengurangan konsumsi air sungai (Lamp. F.3). Selain itu juga PTBA melakukan upaya konservasi airdengan melakukanpembuatan lubang bipori dan bioretensi yang dilakukan bekerjasama dengan instansi pemerintahan maupun lembaga pendidikan di dalam maupun di luar tambang. Hasil kegiatan dapat ditunjukkan pada Tabel 7.2. PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. Visioner, Integrity, Innovative, Professional, Cost And Environment Conscious
16
Ringkasan Kinerja Pengelolaan Lingkungan 2014
Tabel 7.2 Nilai serapan air dari kegiatan biopori dan bioretensi No. 1
Kegiatan Retensi air melalui kegiatan biopori dan bioretensi TOTAL
Satuan m3 m3
2010
2011
Tahun 2012
2013
12.768
12.768
12.768
63.100
12.768
12.768
12.768
63.100
2014-Juni 48209,85567 48.210
Addisionalitas
Inovasi
Retensi air melalui kegiatan bipori dan bioretensibukan termasuk dalam Praktek Umum,karena belum ada perhitungan nilai serapan air dari kegiatan biopori dan bioretensi dilokasi tambang dan dalam melakukan perhitungannya dipengaruhi oleh faktor kondisi tanah dan hidrologi. Kegiatan ini juga bukan dalam rangka pemenuhan kewajiban yang diatur dalam peraturan (Lamp.F.2).
Retensi air melalui kegiatan biopori dan bioretensi masuk dalam masuk dalam dimensi pengguna karena dapat merubah perilaku PTBA dan stakeholder melalui kerjasama dengan instansi pemerintahan maupun lembaga pendidikan untuk menjaga ketersediaan air tanah. Masuk dalam dimensi produk karena memberikan nilai tambah bagi konservasi air (Lamp.F.3)
2. Penurunan Beban Pencemaran PTBA berusaha untuk mengoptimalkan penurunan beban pencemaran sebagai bentuk komitmen dalam menjaga daya dukung air sungai dengan melakukan pengembangan teknologi pengelolaan AAT (Air Asam Tambang), salah satunya melalui programNetralisasi air asam tambang menggunakan aplikasi tanaman penyerap logam berat sebagai hiperakumulator pada kolam pengendap lumpur. Rasio hasil penurunan total air limbah dari tahun 2010 s.d 2013 rata-rata sebesar 15 % (15.788.193 m3) (Lamp.F.1) Gambar 7.3 Grafik Rasio PenurunanAir Limbah Adisionalitas dan Inovasi Adisionalitas: Wetland Absorption bukan termasuk dalam Praktek Umum, karena penggunaan tanaman hiperakumulator (Lonkida, Kiambang, Vertiver, dan Kiapu) untuk mengoptimalkan penyerapan logam berat yang terkandung didalam AAT masih terbatas. Aplikasi ini juga bukan dalam rangka pemenuhan kewajiban yang diatur dalam peraturan (Lamp.F.2). Inovasi: Wetland Absorption masuk dalam 1. Dimensi desain karena diperlukan penyediaaan lahan khusus yang luas untuk aplikasi wetland absorption pada saaat tambang aktif dan tambang mined out. 2. Dimensi pengguna karena dapat mengurangi biaya penggunaan kapur dan perawatan KPL, mempercepat pemulihan ekosistem pasca tambang dengan keseimbangan RTH dan RTB. 3. Dimensi produk karena tanaman yang digunakan pada wetland dapat digunakan sebagai biomassa dengan beragam fungsi (komposting, pengisi lubang resapan biopori). Selain itu, aplikasi ini dapat meningkatkan biodiversitas tanaman air, tanaman darat (lonkida) dengan terciptanya Ruang terbuka Biru (RTB) dan iklim mikro klimat (Lamp.F.3).
Gambar 7.4 Wetland Absorption dan Stockpile Kiambang
PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. Visioner, Integrity, Innovative, Professional, Cost And Environment Conscious
17
Ringkasan Kinerja Pengelolaan Lingkungan 2014
Tabel 7.3 Hasil Absolut Beban Pencemaran Kegiatan Penerapan Natural Treatment Wetland Total
Paramete r Fe Mn
Hasil Absolut Tahun 2010 2011 0,11 0,25 0,1 0,12 0,21 0,37
2009 1,13 0,03 1,16
Satuan 2012 0,31 0,31 0,62
2013 0,19 0,17 0,36
Kg/Ton Kg/Ton Kg/Ton
Berikut hasil analisa laboratorium atas efektifitas Efektifitas Floating System Dari Segi Penanganan Air Asam Tambang di PTBA, menunjukkan bahwa tanaman wetland dapat menyerap logam berat (Fe dan Mn) yang diikat oleh akar dan batang. Tabel 7.4 Hasil Analisa Penyerapan Akar&batang No
1
Parameter Pengujian
Mn Total
Satuan
Akar Kiambang (Salvinia Natans )
ppm
7682
Batang Akar Vetiver Batang Akar Eceng Kiambang (Vetiveria Vetiver Gondok (Salvinia Zizanoides ) (Vetiveria Natans) Zizanoides) 516
486
2
Fe Total 13231 2842 3964 ppm Bobot 3 : Biomasa gramLaboratorium Sameo 3.55 Sumber Hasil Analisa Biotrop
Batang Eceng Gondok
Akar Typha Batang Typha Akar Pakis Batang Pakis Akar Angustifolia Angustifolia Mandoan
Batang Mandoan
119
1120
1366
936
1484
1700
250
526
260
448
5350
394
15116
1432
13923
482
62686
7642
18.48
4.78
36.32
9.07
14.67
Intensitas air limbah yang dihasilkan dibandingkan dengan produksi batubara turun rata-rata 7,58 m3/ton (Lamp.F.3). Tabel 7.5. Intensitas Air Limbah Uraian Air Limbah Total Produksi Batubara
Intensitas Air Limbah
Sedangkan untuk rasio air tambang yang digunakan (3R) dibandingkan dengan produksi batubara naik rata-rata 14% per tahun ditunjukkan dalam Gambar 7.5 (Lamp.F.3).
Tahun
Satuan 3
M
2010
2011
2012
2013
101.227.560,94
83.800.502,71
73.159.837,57
67.692.916,34
3
M 3
M / ton
11.871.796
12.387.087
13.064.168
8,53
6,77
5,60
14.007.447
4,83
1 4 %
Berdasarkan Gambar 7.6, Gambar 7.6 Benchmark menunjukkan Hasil perbandingan Gambar 7.5 Grafik Rasio 3R Aplikasi Passive Treatment menunjukkan bahwa posisi PTBA relative setara dengan PT. BerauCoal dilihat dari hasil penerapan passive treatment dalam pengelolaan AAT, dengan ini membuktikan bahwa metode tersebut dapat menurunkan beban pencemaran khususnya parameter logam berat Fe dan Mn (Lamp.F.3). VIII. PERLINDUNGAN KEANEKARAGAMAN HAYATI PTBA memiliki komitmen tinggi dalam upaya melakukan konservasi insitu dan eksitu, restorasi serta rehabilitasi lahan dalam rangka menjaga pelestarian Keanekaragaman Hayati yang dituangkan dalam Kebijakan Perlindungan Keanekaragaman Hayati. PTBA memiliki struktur organisasi yang menangani perlindungan keanekaragaman hayati dengan personil yang memiliki latar pendidikan dan pelatihan yang relevan. Dalam upaya optimalisasi konservasi dan perlindungan keanekaragaman hayati, PTBA menjalin kerjasama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Sriwijaya (UNSRI), Universitas Bengkulu (UNIB), IPB ‚ SEAMEO BIOTROP. Adisionalitas: a. Konservasi tanaman endemik langka merbau (Intsia palembanica) Diperlukan pengetahuan dan keterampilan yang tinggi untuk mengembangbiakkan tanaman PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. Visioner, Integrity, Innovative, Professional, Cost And Environment Conscious
18
Ringkasan Kinerja Pengelolaan Lingkungan 2014
langka merbau (Intsia palembanica) yang merupakan spesies rentan (vulnerable) berdasarkan International Union for Conservation of Nature (IUCN). Merbau merupakan jenis tanaman daur panjang dan termasuk family fabaceae (Leguminoceae) artinya tanaman ini selain sebagai tanaman konservasi juga berfungsi untuk menyuburkan tanah karena mempunyai bintil akar yang memfiksasi N2 di udara. Sebagai tanaman konservasi daur panjang merbau merupakan investasi secara ekologi dan ekonomis. Jumlah merbau yang dikonservasi sampai dengan Juli 2014 adalah 29.748 batang. Upaya konservasi merbau ini melibatkan peran serta stakeholder yang ada seperti pemerintah, sekolah dan masyarakat umum. Untuk memasyarakatkan konservasi merbau, PTBA membuat publikasi budidaya merbau dalam bentuk leaflet. Mengacu pada Kebijakan Kehati PTBA target konservasi tanaman lokal endemik sebanyak 5000 batang/tahun. Realisasi konservasi setiap tahun melebihi target kebijakan yang ditetapkan perusahaan (dapat dilihat pada Gambar 1). Sebagai upaya inovasi kemandirian dalam memperoleh bibit pada tahun 2012 PTBA membuat kebun benih seluas 1,5 Ha. Jumlah bibit merbau yang dihasilkan dari kebun benih sampai dengan Agustus 2014 sebanyak 560 bibit.
Gambar 8.1. Konservasi Merbau Gambar 8.2. Menteri Kehutanan Zuilkifli Hasan memegang bibit merbau di nursery PTBA
Atas usaha secara berkelanjutan dalam pelestarian Merbau, secara berturut-turut pada tahun 2011, 2014, PTBA mendapatkan penghargaan Indonesia Green Awards (IGA) dari La Tofi Entreprise didukung oleh Kementerian Kehutanan, Kementerian Perindustrian, Perhimpunan Daerah Indonesia Untuk Pembangunan Berkelanjutan untuk kategori : Tabel 8.1. Penghargaan dalam Keberhasilan Perlindungan Keanekaragaman Hayati No
Kategori
Tahun
1
M enginspirasi Bumi karena menjadikan Lahan Bekas Tambang sebagai Taman Hutan Raya (TAHURA) Kawasan Konservasi di kabupaten Muara Enim serta menyelamatkan pohon Merbau Sumatera Selatan yang hampir punah/lenyap €Pengembangan Keanekaragaman Hayati• atas keberhasilannya dalam Pengelolaan Keanekaragaman Flora dan Fauna di Hutan Pendidikan serta Pengembangan Kebun Benih Merbau dan Arboretum.
2011
2
b.
2014
Rehabilitasi Daerah Aliran Sungai (DAS) Rehabilitasi DAS adalah upaya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga. PTBA melakukan rehabilitasi seluas 3.660 Ha selama sepuluh (10) tahun di kawasan Hutan Lindung (HL) Bukit Jambul Gunung Patah, Hutan Lindung (HL) Joko Jaro, Taman Nasional (TN) Sembilang dan Fasilitas Umum (Fasum). Realisasi rehabilitasi pada tahun 2013 seluas 380,73 Ha dari rencana tahunan seluas 360 Ha. Penanaman rehabilitasi DAS ini dilakukan di kawasan hutan lindung yang merupakan daerah resapan air hulu sungai enim. Program ini merupakan fokus PTBA meskipun terdapat tantangan (hambatan) dalam pelaksanaannya yaitu: 1. Kawasan tersebut berada jauh dari wilayah operasi PTBA, dan bukan termasuk kawasan yang terganggu akibat aktivitas operasional PTBA.
PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. Visioner, Integrity, Innovative, Professional, Cost And Environment Conscious
19
Ringkasan Kinerja Pengelolaan Lingkungan 2014
2. Lokasi tidak clean and clear (kawasan hutan lindung tapi diakui kepemilikan oleh masyarakat). 3. Lahan kritis (kesuburan menurun & dominasi ilalang/resam yang rawan kebakaran) akibat masyarakat berkebun secara berpindah-pindah Sesuai rancangan teknis rehab DAS diwilayah tersebut PTBA melakukan sosialisasi secara kontinyu, penguatan kelembagaan masyarakat dan pelibatan sarjana pendamping lokal. c.
Konservasi satwa di lahan reklamasi Perusahaan mampu menjaga kelestarian hutan hasil kegiatan reklamasi dengan baik, indikator keberhasilan tersebut adalah kembalinya berbagai jenis satwa (reptil, aves dan mamalia). Pemantauan satwa liar tersebut dilakukan bersama Universitas Sriwijaya (UNSRI) dan Institut Pertanian Bogor (IPB). Diantara satwa-satwa tersebut merupakan jenis satwa langka seperti tiga jenis burung (aves) dilindungi mengacu PP No. 7/1999: alap-alap capung, burung madu rimba, dan pijantung telinga kuning. Mamalia yang dilindungi teridentifikasi adalah sebanyak tujuh jenis diantaranya: trenggiling, kancil dan landak. Hasil dari pemantauan menunjukkan adanya peningkatan jenis dan jumlah satwa liar di lokasi reklamasi. Atas keberhasilan ini PTBA mendapat penghargaan dari IGA 2014 dalam pengelolaan keanekaragaman flora dan fauna.
d.
Konservasi tanaman insitu dan eksitu Upaya konservasi tanaman insitu dan eksitu yang dilakukan membutuhkan pengetahuan dan keterampilan dalam teknik budidaya tanaman. Dalam upaya menjamin kelestarian tanaman, PTBA memiliki nursery dengan kapasitas terpasang sebesar 500.000 bibit/tahun seluas 2 Ha meskipun tidak diwajibkan dalam peraturan. Bibit yang dikembangkan adalah jenis lokal endemic dan eksotik. Agar upaya ini dapat berjalan optimal, PTBA menjalin kerjasama penelitian dengan IPB terutama dalam pemecahan dormansi bibit, teknik pengambilan bibit anakan alam, pembibitan dengan teknik vegetatif. Untuk mendorong perbanyakan tanaman dengan kualitas unggul pada tahun 2010, PTBA membangun laboratorium kultur jaringan. Pembangunan laboratorium ini merupakan sesuatu yang tidak lazim dilakukan perusahaan tambang karena membutuhkan investasi dan biaya operasional yang besar.
Inovasi: a. Memiliki kebun benih merbau yang mampu menghasilkan benih unggul secara mandiri.
Gambar 8.4. Buah Merbau
Gambar 8.5 Biji Merbau
PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. Visioner, Integrity, Innovative, Professional, Cost And Environment Conscious
Gambar 8.6. Bibit Merbau hasil pengunduhan dari kebun benih
20
Ringkasan Kinerja Pengelolaan Lingkungan 2014
b. Arboretum sebagai kebun koleksi tanaman nusantara (insitu dan eksitu). Sebagai upaya konservasi insitu dan exsitu, PTBA telah mengembangkan arboretum yang merupakan lokasi untuk melestarikan tanaman-tanaman endemik dan eksotik. Status sampai dengan 2013 jumlah jenis bibit yang dibudidayakan sebanyak 70 jenis tanaman (eksotik dan endemik). c. Perbanyakan bibit unggul melalui teknik kultur jaringan dalam rangka konservasi tanaman.
Gambar 8.7. Peta Arboretum
Gambar 8.8. Arboretum
Kultur jaringan merupakan teknik budidaya terdepan dalam menghasilkan bibit unggul. Bibit turunan ke-2 (fenotip 2) sama dengan indukan (fenotif 1), sehingga kualitas dapat dipertahankan sesuai dengan keinginan. Gambar 8.8. Grafik hasil kultur jaringan d.
Pemanfaatan tanaman kayu putih dari lahan reklamasi oleh masyarakat yang diolah menjadi minyak kayu putih (Lamp. G.3.4) Lahan pasca tambang merupakan lahan marginal dibutuhkan upaya maksimal dalam pembenahan tanah dan pemilihan jenis tanaman yang mampu tumbuh dengan baik (adaftif). Sejak tahun 1995 PTBA memilih salah satu jenis tanaman yang dikembangkan yaitu kayu putih dikarenakan memiliki kemampuan untuk tumbuh di kondisi tanah yang marginal. Selain itu kayu putih merupakan jenis tanaman MPTS (Multi Purpose Tree Gbr G.9 Proses Produksi Minyak Kayu Putih Species) yang menghasilkan minyak atsiri berupa minyak kayu putih. Kegiatan produksi minyak kayu putih dilakukan Bukit Asam Foundation dengan memperkerjakan tenaga kerja lokal sebanyak 14 orang. Produksi minyak kayu putih meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2013 dimulai relokasi pabrik sebagai upaya peningkatan kapasitas produksi. PTBA mendapatkan penghargaan tingkat nasional tahun 2012 dari IGA atas keberhasilan mereklamasi lahan bekas tambang dengan pohon kayu putih yang menghasilkan minyak kayu putih sehingga memberi manfaat ekonomi dan kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar
3.
Kegiatan perlindungan keanekaragaman hayati selama empat (4) tahun terakhir Dari penjelasan kegiatan diatas didapatkan hasil rekapitulasi seperti tabel dibawah ini:
PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. Visioner, Integrity, Innovative, Professional, Cost And Environment Conscious
21
Ringkasan Kinerja Pengelolaan Lingkungan 2014 Kegiatan Rehabilitasi DAS Konservasi tanaman endemik langka Merbau Konservasi satwa di Lahan Reklamasi a. Reptil b. Aves c. Mamalia Konservasi tanaman insitu dan eksitu
Hasil Tahun 2011 2012 2013 2014 Ha 0 0 0 380,73 Batang 8615 12091 6322 2720
Satuan
Jenis Jenis Jenis Jenis
5 41 4 62
2 43 4 84
2 103 11 96
0 198 4 89
IX. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT / COMMUNITY DEVELOPMENT (CD) Komitmen PTBA dalam mewujudkan masyarakat sejahtera, mandiri dan berwawasan lingkungan, tertuang dalam Kebijakan CSR yaitu €Konsisten melaksanakan pembangunan ekonomi secara berkelanjutan untuk meningkatkan kesejahteraan pegawai dan keluarganya, komunitas lokal serta masyarakat secara luas• . Personil dengan tugas dan fungsi khusus menangani CSR sesuai Struktur Organisasi ditetapkan dalam Keputusan Direksi PTBA Nomor 255/KEP/Int-0100/OT.01/2012 (lampiran H.2.a). Alur pelaksanaan Program community development sebagai perwujudan tanggungjawab sosial Perusahaan (CSR) sebagai berikut,
Pada tahap implementasi fungsi perencanaan, PTBA melakukan pemutahiran Social Mapping dan terlibat aktif dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) setiap tahun bersama masyarakat dari mulai tingkat Kelurahan (Musbangdes) hingga tingkat Kecamatan kemudian disetujui oleh pemerintah Kabupaten. berdasarkan visi dan misi CSR-PTBA, Output dari kegiatan Social Mapping dan Musrenbang, serta alokasi dana Perusahaan disusun Rencana Strategis CSR-PTBA periode 2011-2015 dan Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan (lampiran H.3.a.). Sebagai upaya pengelolaan risiko sosial dan untuk mendapatkan umpan balik, kegiatan monitoring dan evaluasi dilakukan PTBA secara periodik, pemantauan sosial ekonomi dan budaya dilakukan secara independen oleh Universitas Bengkulu. ADISIONALITAS 1. PROGRAM €DESA GEMILANG• PELAKAT , Kepedulian Desa terpencil di wilayah Kabupaten Muara Enim. Sebelum PTBA masuk melalui program Teranglah Desakupembangunan PLTMH, yang belum tersedia jaringan listrik PLN. Kerjasama dengan AL Azhar serta partisipasi aktif masyarakat, PTBA berhasil membangun PLTMH dan dilanjutkan dalam program Desa Gemilang, guna peningkatan kesejahteraan masyarakat desa setara dengan desa maju lainnya. Desa Pelakat, sebenarnya tidak termasuk wilayah Desa/Kelurahan sekitar PTBA. Atas kepedulian PTBA terhadap masyarakat terpencil maka program ini dilaksanakan. Sebagai upaya peningkatan kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim tingkat lokal serta memberikan kontribusi terhadap pengurangan emisi gas rumah kaca, Desa Pelakat telah dilakukan verifikasi oleh KLH di tahun 2014 sebagai program kampung iklim untuk kategori perlindungan sumber mata air dan pemanfaatan energi baru-terbarukan (EBT). 2. PROGRAM €BUKIT ASAM PEDULI LAPAS €, Pelaksanaan program pelatihan tidak pada umumnya bagi warga binaan LAPAS Kls.IIB Muara Enim, hasil inovasi yang dilakukan PTBA. Belum pernah ada perusahaan lain melakukan kerjasama dengan KEMENKUMHAM untuk pelatihan warga binaan Lapas. Jenis Pelatihan: ESQ, budidaya itik, ikan lele, kambing etawa, hortikultura dan bokhasi. Dalam aturan pelaksanaan CSR, sasaran yang diwajibkan bagi masyarakat umum disekitar perusahaan. Namun PTBA memandang penting masyarakat di Lembaga Pemasyarakatan karena mereka juga berhak untuk mendapatkan kesempatan berubah menjadi lebih baik.
PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. Visioner, Integrity, Innovative, Professional, Cost And Environment Conscious
22
Ringkasan Kinerja Pengelolaan Lingkungan 2014
Gambar 9.2 Kegiatan pembinaan warga LAPAS Kelas II B Muara Enim Tantangan yang dihadapi dalam pembinaan warga lembaga pemasyarakatan (LAPAS) adalah terbatasnya lembaga/profesional dalam pembinaan warga lapas. Solusinya adalah PTBA memberdayakan mitra binaan sebagai tenaga pembina (mentor). Creating value sharing yang ada warga LAPAS menjadi terampil mengelola budidaya ikan lele, itik pedaging, hortikultura dan lain lain, sementara mitra binaan PTBA menjadi entrepreneur lokal yang berhubungan bisnis dengan PTBA sehingga program berjalan secara konsisten dan berkelanjutan sejak tahun 2013. 3. PROGRAM €AYO SEKOLAH•, Program Ayo Sekolah dalam rangka berpartisipasi mensukseskan program pencapaian MDGs 2 (Mencapai pendidikan dasar untuk semua) prioritas keluarga miskin nyaris putus sekolah wajib belajar 12 tahun s/d tahun 2014 yang telah terselamatkan sebanyak 4.429 siswa dan terserap melalui Program BIDIKSIBA ke UNSRI, POLSRI IPB dan Perguan tinggi lainnya telah mencapai 99 mahasiswa. Penyaringan siswa dilaksanakan melalui kerjasama dengan sekolah-sekolah sekitar perusahaan. Target tahun 2015 di sekitar operasional PTBA, tidak ada lagi siswa putus sekolah dengan alasan karena biaya dan peningkatan jumlah lulusan S1 mencapai 20%. INOVASI: €MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG)• Program Musrenbang merupakan salah satu bentuk inovasi dalam hal metode perencanaan implementasi program pembangunan dan pemberdayaan masyarakat dengan melibatkan secara langsung masyarakat dan pemerintahan daerah. Program Musrenbang merupakan pembangunan infrastruktur Pemerintahan Daerhan Kabupaten/Kota yang belum terakomodir oleh dana APBD atau sumber dana lainnya dan pelaksanaannya dilakukan oleh PTBA dengan menggunakan dana CSR. Program Musrenbang yang dilaksanakan mulai dari tahun 2012 terdiri dari 166 item perkerjaan dan untuk pelaksanaan di tahun 2013 terdiri dari 221 kegiatan. HASIL DAN DANA KEGIATAN CSR: Kebijakan pelaksanaan CSR PTBA meliputi Program Kemitraan dan Bina Lingkungan serta Bina Wilayah, dengan realisasi biaya selama 5 tahun sebagai berikut: Tahun Pelaksanaan No
Bidang Program
1 Program Kemitraan 2 Program Bina Lingkungan 3 Program Bina Wilayah Jumlah
2009 17.318 12.250 38.388 67.956
2010
2011
2012
2013
67.832 25.687 22.485 116.004
98.845 45.715 74.086 218.646
125.789 86.712 83.254 295.755
41.700 38.170 75.800 155.670
2014 (s/d Juli 2014) 13.412 22.852 22.330 58.594
*) dalam juta rupiah
Keberhasilan CSR dapat dilihat dari tabel berikut, kenaikan penggunaan anggaran Tahun 2009-2012. Dengan keberhasilan program sebelumnya maka Tahun 2013 anggaran CSR mejadi lebih terfokus pada program prioritas. PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. Visioner, Integrity, Innovative, Professional, Cost And Environment Conscious
23