LAPORAN HASIL VERIFIKASI LAPANGAN – PROPER 2013 PT. BUKIT ASAM (Persero) Tbk.
INFORMASI UMUM Kegiatan pertambangan batubara di Tanjung Enim Sumatera Selatan dalam sejarah singkat yang ada di PT. Bukit Asam (Persero), Tbk., telah dimulai sejak tahun 1916 diawali dengan kegiatan eksplorasi oleh Belanda, dan mulai berproduksi pada tahun 1918. Kemudian setelah merdeka tahun 1945 tambang diambil alih oleh pemerintah Republik Indonesia dengan nama Tambang Arang Bukit Asam (PN. TABA). Pada tahun 1958 diterbitkan Undang-Undang No. 86 Tahun 1958 tentang Nasionalisasi Perusahaan Belanda di Indonesia Tambang Batubara Bukit Asam dikelola badann tambang dapat dikuasai oleh pemerintah Republik Indonesia, dan dikelola oleh badan Tahun 1958-1961 oleh Badan Urusan Perusahaan-perusahaan Tambang Negara (BUPTAN). Tahun 1968 berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 23/1968, BPU Batubara dilebur menjadi PN. Tambang Arang Bukit Asam menjadi salah satu Unit Produksi PN. Tambang Batubara. Tahun 1981 berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 42/1980 didirikan PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) disingkat PTBA pada tanggal 2 Maret 1981 yang berkantor Pusat di Tanjung Enim, Sumatera Selatan, selanjutnya tahun 1990, pemerintah menggabungkan Perum Tambang Batubara, yang memiliki unit penambangan batubara di Ombilin Sumatera Barat, kedalam PTBA dan selanjutnya PTBA tahun 2001 melakukan penjualan sahamnya 35%, di Bursa Efek Jakarta, dengan berbagai kemajuan yang dicapai PTBA memasuki lembaran sejarah baru sebagai Perusahaan Terbuka (Tbk) yang diberinama PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. Merujuk pada hasil penilaian sumber daya (resources) dan cadangan (reserve) oleh pihak independen yaitu “International Mining Consultant (IMC)” pada Desember 2008, total sumber daya batubara (resources) PTBA mencapai 7,3 miliar ton sedangkan jumlah cadangan tertambang mencapai 1,8 miliar ton. Penambangan Batubara dilakukan dengan sistem tambang terbuka “Open-PIT”, dengan menggunakan peralatan seperti excavator/backhoe sebagai alat gali muat dan dump truck sebagai alat angkut. Kegiatan diawali pembersihan lahan (land clearing) dengan menggunakan bulldozer dan atau excavator kecil, peledakan tanah penutup dan atau pemindahan tanah penutup, pembersihan Batubara, pemuatan dan pengangkutan Batubara menuju ROM Stockpile. Kegiatan reklamasi dan revegetasi sesegera mungkin dilakukan setelah lahan tersebut tidak terganggu lagi (final). Setiap kegiatan ini memiliki perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi keberhasilan dan pelaporan sesuai dengan dokumen RKTTL (Rencana Kerja Tahunan Teknik dan Lingkungan). Dalam operasionalnya PT PTBA dapat membuktikan bahwa kegiatan yang dilakukan telah memenuhi kaedah-kaedah penambangan yang baik dan benar. PT PTBA
berhasil membangun citra perusahaan tambang ramah lingkungan dengan mendapatkan predikat terbaik dalam evaluasi lingkungan, empat tahun berturut-turut (2009-2012) mendapat predikat HIJAU dalam evaluasi PROPER KLH, tiga tahun berturut-turut (2010-2012) mendapat predikat HIJAU dalam evaluasi PROPER dari Pemerintah Provinsi serta mendapatkan Predikat Aditama dari Kementerian ESDM. STATUS PENAATAN PERIODE 2012-2013 A. Dokumen Lingkungan/Izin Lingkungan Kegiatan operasi penambangan PT. Tambang Bukit Asam (Persero) Tbk. didukung dokumen AMDAL dengan SK Amdal Pengembangan UPT Keputusan Gubernur Sumatera Selatan No. 574/KPTS/Bapedalda/2004 Tanggal 30 Oktober 2004 tentang Kelayakan Lingkungan Hidup Pengembangan Unit Pertambangan Tanjung Enim PT. Tambang Bukit Asam (Persero) Tbk. Di Kabupaten Muara Enim dan Kabupaten Lahat Sumatera Selatan No. 1.
2.
3.
Kewajiban penanggungjawab usaha sesuai PP 27/2012 Memiliki dokumen lingkungan/Izin Lingkungan.
Melaksanakan ketentuan dalam dokumen lingkungan/izin lingkungan: A. Deskripsi kegiatan (luas area dan kapasitas produksi) B. Pengelolaan lingkungan terutama terutama aspek pengendalian pencemaran air, pengendalian pencemaran udara, dan Pengelolaan LB3 Melaporkan pelaksanaan dokumen lingkungan/izin lingkungan (terutama aspek pengendalian pencemaran air, pengendalian pencemaran udara, dan Pengelolaan LB3)
Penaatan
Temuan
Taat
SK Amdal Pengembangan UPT Keputusan Gubernur Sumatera Selatan No. 574/KPTS/Bapedalda/2004 Tanggal 30 Oktober 2004 tentang Kelayakan Lingkungan Hidup Pengembangan Unit Pertambangan Tanjung Enim PT. Tambang Bukit Asam (Persero) Tbk. Di Kabupaten Muara Enim dan Kabupaten Lahat Sumatera Selatan
Taat
Melaksanakan secara rutin ketentuan RKL/RPL
Taat
Melaporkan secara rutin pelaksanaan RKL/RPL
B. Pengendalian Pencemaran Air Sebagai bentuk makin tingginya komitmen PTBA terhadap pengelolaan lingkungan pada umumnya dan konservasi air pada khususnya, tugas dan tanggungjawab tersebut sekarang ini dilaksanakan oleh Divisi Pengelolaan Lingkungan dan Penunjang Tambang yang dipimpin oleh Senior Manager. Divisi tersebut beserta struktur di bawahnya dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Direksi PTBA Nomor: 128/KEP/Int-0100/OT.01/2011 Tanggal 19 Juli 2011.
Pengelolaan air limbah dari areal pertambangan sudah dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Tahapan awal adalah melakukan kajian pola aliran permukaan yang masuk ke areal tambang. Kajian dimaksudkan untuk menetapkan titik penaatan-titik penaatan air limbah yang akan dibuang ke lingkungan. Saat ini terdapat 32 (tiga puluh dua) titik penaatan yang semuanya sudah mendapatkan izin pembuangan air limbah (IPAL) dari Bupati Muara Enim. Air limbah yang di buang melalui semua lokasi titik penaatan sudah dilakukan pengujian laboratorium eksternal setiap 1 (satu) bulan sekali. Hasil analisasi menunjukkan bahwa air limbah yang dibuang tersebut telah memenuhi baku mutu air limbah yang ditetapkan. Kebijakan managemen PTBA terhadap pelaksanaan konservasi air juga termasuk sebagai salah satu bagian dalam efisiensi sumber daya. Beberapa aktivitas terkait konservasi air adalah sebagai berikut : a. Recycle air tambang menjadi air bersih untuk perkantoran tambang b. Reuse air tambang untuk pembersihan TLS 1, TLS II, dan BWE c. Pembuatan Biopori d. Pemanfaatan air permukaan dengan pembuatan embung-embung e. Penyiraman jalan menggunakan air tambang untuk mengurangi penggunaan air dari sungai.
Gambar WTP Limoa: Recycle Air Tambang menjadi air bersih (air baku dari KPL Stockpile I) Kegiatan pengelolaan air asam tambang di PT. Bukit Asam (Persero) Tbk, dilakukan secara komprehensif melalui berbagai upaya, mulai dari tindakan pencegahan di area timbunan, pengelolaan aktif melalui pengapuran, hingga pengelolaan pasif dengan memanfaatkan area lahan basah (wetland). Berdasarkan hasil tabel dan grafik beban pencemaran, nilai TSS menunjukkan bahwa adanya kecendrungan penurunan rasio beban pencemaran dari tahun 2009 hingga tahun 2012. Sedangkan nilai parameter Fe dan Mn mengalami kenaikan, namun masih berada dibawah nilai ambang batas baku mutu lingkungan. Kegiatan Rasio Beban Pencemaran (kg parameter / tonase batubara)
Parameter
TSS Fe Mn
Hasil Absolute Tahun
2009 3,70 1,13 0,03
2010 7,14 0,11 0,10
2011 4,28 0,25 0,12
2012 1,84 0,31 0,31
Satuan
Kg/Tahun Kg/Tahun Kg/Tahun
Status Penaatan: No. Pengelolaan Limbah Cair 1. Ketaatan terhadap Izin
Penaatan Taat
2.
Ketaatan terhadap titik penaatan pemantauan
100%
3.
Ketaatan terhadap parameter Baku Mutu
100%
4. 5.
Ketaatan terhadap pelaporan a. Ketaatan terhadap pemenuhan Baku Mutu b. Pemenuhan Baku Mutu berdasarkan Pemantauan Tim KLH
100% 100%
Ketaatan terhadap Ketentuan Teknis
Taat
6.
------
Temuan Izin pembuangan No 660.31/2875/203.2/2010 namun Perusahaan mempunyai 32 (tigapuluh dua) titik outlet IPAL dan seluruhnya sudah dilakukan pemantauan, kecuali outlet temporary mulai dipantau bulan Februari 2013 Parameter yang dipantau sudah lengkap sesuai dengan PerGub Sumsel No. 8 Tahun 2012
- Dilakukan pengambilan sampel air limbah. - Parameter yang diuji pH, TSS, Fe dan Mn - Data primer yang dipantau Tim KLH memenuhi bakumutu air limbah Telah memenuhi ketentuan teknis dengan melengkapi alat ukur debit manual
C. Pengendalian Pencemaran Udara Upaya pengendalian pencemaran udara dilakukan untuk mengurangi pencemaran dari aktivtas penambangan maupun aktivitas penunjang kegiatan penambangan. Dilakukan penyiraman jalan-jalan tambang untuk mengurangi polusi debu. Hasil pengukuran udara ambient setiap 6 bulan sekali masih memenuhi baku mutu kualitas udara yang ditetapkan. Sedangkan untuk kegiatan penunjang operasional seperti pembangkit listrik telah dilakukan pengelolaan sesuai ketentuan yang berlaku. Status Penaatan: Penaatan 100%
No. 1.
Pengendalian Pencemaran Udara Ketaatan terhadap titik penaatan pemantauan
2.
Ketaatan terhadap pelaporan
100%
3.
Ketaatan terhadap parameter Baku Mutu Emisi
100%
4.
Ketaatan terhadap pemenuhan Baku Mutu Emisi
100%
5.
Ketaatan terhadap ketentuan Teknis yang dipersyaratkan
Taat
Temuan Sumber Emisi : 5 unit genset Seluruh sumber emisi sudah dipantau Semua parameter dari hasil pemantauan semua sumber emisi sudah dilaporkan sesuai peraturan Parameter yang dipantau dari semua sumber emisi sudah sesuai peraturan (PerGub Sumsel No. 6 Tahun 2012 tentang BME STB) Hasil pemantauan emisi seluruh sumber emisi telah memenuhi baku mutu emisi Semua cerobong sudah dilengkapi dengan sarana dan prasarana sampling
D. Pengelolaan Limbah B3 PT. Bukit Asam (Persero) TBK Unit Pertambangan Tanjung Enim (PT. BA) merupakan salah satu perusahaan pertambangan batubara di Indonsia. Dalam operasionalnya perusahaan menghasilkan beberapa jenis limbah baik itu limbah domestik maupun yang termasuk kategori limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). Limbah B3 dominan yang dihasilkan diantaranya adalah oli bekas, aki bekas, filter oli bekas, abu sisa pembakaran limbah B3 di insinerator, grease bekas, limbah klinis, limbah terkontaminasi limbah B3 (majun terkontaminasi, sarung tangan, kertas filter bekas) dan pemanfaatan oli bekas sebagai bahan bakar pembantu dalam peledakan (ANFO) . Limbah B3 yang dihasilkan umumnya diolah sendiri dengan dibakar di insinerator dan dimanfaatkan. Untuk pengolahan limbah B3 secara insinerasi telah mempunyai izin dari Kementerian Lingkungan Hidup dengan SK MENLH nomor. 533 Tahun 2012 dan pemanfaatan limbah B3 berupa oli bekas yang dimanfaatkan sebagai bahan bakar pembantu dalam peledakan mempunyai izin dengan SK MENLH nomor 92 tahun 2009. Sebagai sebuah perusahaan tambang batu bara PT. Bukit Asam (Persero) TBK Unit Pertambangan Tanjung Enim melakukan beberapa kegiatan pengelolaan limbah B3 : 1. Penyimpanan sementara limbah B3 (TPS LB3): Limbah yang dihasilkan disimpan terlebih dahulu di TPS LB3 sesuai dengan izin kemeterian Lingkungan Hidup dengan SK MENLH nomor 409 tahun 2009 dengan masa penyimpanan 90 hari sebelum dilakukan pengelolaan lanjutan, terdapat 15 TPS limbah B3 yang digunakan untuk menyimpan limbah B3 yang berupa gudang dan tangki). 2. Pengolahan Limbah B3 secara insinerarsi PT. BA dalam hal pengelolaan lanjutan limbah B3 yang dihasilkan seperti majun, sarung tangan terkontaminasi, serbuk gergaji terkontaminasi, kertas filter bekas terkontaminasi dengan metode thermal limbah B3 menggunakan insinerator yang telah mempunyai izin dari Kementerian Lingkungan Hidup dengan SK MENLH No. 533 tahun 2012 serta dalam operasional di site perusahaan memiliki rumah sakit yang menghasilkan limbah medis yang dikelola dengan metode thermal menggunakan insinerator yang juga memiliki izin SK MENLH No. 533 tahun 2012. 3. Pemanfaatan limbah B3 sebagai bahan bakar pembantu peledakan (ANFO) PT. BA melakukan pemanfaatan limbah B3 sebagai perwujudan dari metode 3R (reuse, Recycle, recovery). Limbah B3 yang dimanfaatkan antara lain minyak pelumas bekas sebagai bahan bakar pembantu dalam peledakan (ANFO). Kegiatan pemanfaatan ini tesebut telah dilengkapi dengan izin SK MENLH nomor 92 tahun 2009. Namun semenjak tahun 2012 perusahaan sudah tidak lagi menafaatkan minyak pelumas sebagai bahan bakar pembantu peledakan. Berdasarkan data sampai periode Juli 2012 sampai dengan Juni 2013 limbah B3 yang dihasilkan dan dikelola dapat dilihat pada tabel berikut Jenis Limbah
Satuan
Limbah Dihasilkan
Limbah Dikelola
Limbah Belum Dikelola
945.067
0
Perlakuan
A. Sumber Dari Proses Produksi B. Sumber Dari Luar Proses Produksi Oli bekas Ton 1048.602
1. 945.067 ton diserahkan ke
Jenis Limbah
Satuan
Limbah Dihasilkan
Limbah Dikelola
Limbah Belum Dikelola
Perlakuan
1.329 102.206 2. 3.
Aki bekas
Ton
4.275
4.08 0.195
0
1. 2.
Bahan terkontaminas i LB3 (majun, sarung tangan, kertas, dan filter bekas terkontaminas i limbah B3 Filter oli bekas
Ton
39.474
34.245
0
Ton
63.955
42.932 21.024
0
Catridge / toner bekas Grease Bekas
Ton
0.135
0.135
0
Ton
8.544
4.760 3.784
0
Limah Laboratorium Abu insinerator tambang
Ton
0.067
0.067
0
Ton
9.988
7.539 2.450
0
Baterai kering
Ton
0.120
0.120
0
Radiator cleaning Limbah elektronik Lampu Tl bekas
Ton
0.40
0.40
0
Ton
15.020
15.020
0
Ton
0.109
0.109
0
1. 2.
5.229
PT. WGI dan CV. Bumi Khatulistiwa (no. manifest QI) 1.329 ton dimanfaatkan sebagai ANFO 102.206 ton di simpan di TPS LB 3 dan waktunya masih sesuai dengan izin (no. manifest JM) 1.84 ton diserahkan kepada CV. Bumi Khatulistiwa (no. manifest QI) 0.145 ton disimpan di TPS Limbah B3 34.245 ton limbah dibakar di insinerator 5.229 ton diimpan di TPS LB3
1. 42.932 ton limbah dibakar di insinerator 2. 21.024 ton diimpan di TPS Limbah B3 Disimpan di TPS Limbah B3 1. 4.760 ton limbah diserahkan kepada PT. Logam Jaya (no. manifest JM) 2. 3.784 ton disimpan di TPS Limbah B3 Masih disimpan di TPS LB3 1. 7.539 limbah diserahkan kepada PT. Logam Jaya (no. manifest JM) (no. manifest JM) 2. 2.450 disimpan di TPS Limbah B3 diserahkan kepada PT. Logam Jaya (no. manifest JM) diserahkan kepada PT. Logam Jaya (no. manifest JM) diserahkan kepada PT. Logam Jaya (no. manifest JM) Masih disimpan di TPS LB3
Jenis Limbah
Limbah Belum Dikelola 0
Satuan
Limbah Dihasilkan
Limbah Dikelola
Hose
Ton
9.627
4.023 5.604
Sludge
Ton
3.220
2.20 1.020
0
Asbes
Ton
40.886
40.886
0
Limbah infeksius Abu insinerator dari limbah infeksius Developer dan fixer
Ton
0.313
0.97
Diolah diinsinerator
Ton
0.097
0.097
Masih di TPS LB3
Ton
4.169
3.029 1.140
0
Ton %
1156.415
1156.415 100%
0
TOTAL Persentase
Perlakuan 1. 5.604 ton diserahkan kepada PT. Logam Jaya (no. manifest JM) 2. 4.023 ton Masih disimpan di TPS LB3 1. 2.20 limbah diserahkan kepada PT. Logam Jaya 2. 1.02 disimpan di TPS LB3 diserahkan kepada PT. Logam Jaya (no. manifest JM)
1. 3.029 ton diserahkan kepada PT. Logam Jaya (no. manifest JM) 2. 1.140 ton Masih disimpan di TPS LB3
Status penaatan PT. BA berdasarkan kriteria penilaian PROPER sebagai berikut No. 1.
2. 3.
4.
5.
6.
Aspek Pelaksanaan Pengelolaan Limbah B3 a. Pendataan jenis dan volume limbah B3 yang dihasilkan b. Pelaporan Status perizinan pengelolaan limbah B3 Pelaksanaan ketentuan dalam izin a. Pemenuhan Ketentuan Teknis b. Pemenuhan Baku Mutu Emis c. Pemenuhan Baku Mutu Air Limbah d. Pemenuhan Pemanfaatan Penanganan open dumping, pengelolaan tumpahan, dan penanganan media/tanah terkontaminasi limbah B3 a. Rencana pengelolaan b. Pelaksanaan pengelolaan c. Jumlah limbah B3 dan tanah terkontaminasi yang dikelola d. Pelaksanaan ketentuan SSPLT Jumlah limbah B3 yang dikelola sesuai dengan peraturan
Pengelolaan limbah B3 oleh pihak ke-3 dan
√
Belum Taat ---
√ √
-----
√ -------
---------
-------
-------
--√
-----
√
---
Taat
Keterangan ---
--Penaatan 100 % -----
--------Limbah B3 sudah dikelola sesuai ketentuan, kinerja 100 % ---
No. 7.
Aspek Pelaksanaan Pengelolaan Limbah B3 pengangkutan limbah B3 Pengelolaan limbah B3 dengan cara tertentu (antara lain : Dumping, Re-injeksi, dll) Kesimpulan Penaatan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
Taat
Belum Taat
Keterangan
---
---
---
√
---
E. Pengendalian Kerusakan Lingkungan Rekapitulasi Penilaian Nilai Total
KRITERIA PENILIAI Tidak Potensi Potensi Potensi Rusak Rusak Rusak Ringan Berat (X ≥ 80) (55 < X < (X < 55) 80)x
No.
Tahapan
Lokasi
Keterangan
1.
Penambangan
Pit Tambang Air Layar (Fleet Prebench)
93
√
Untuk Aspek Teknis, Kriteria K5 (Erosi): terdapat indikasi adanya erosi didinding lereng penambangan
2.
Penimbunan
Pit Tambang Air Layar (Fleet Prebench)
93
√
Untuk Aspek Teknis, Kriteria K5 (Erosi): terdapat indikasi adanya erosi didinding lereng penambangan
3.
Penambangan
Pit Tambang Air Layar (Talsel))
93
√
Untuk Aspek Teknis, Kriteria K5 (Erosi): terdapat indikasi adanya erosi didinding lereng penambangan
4.
Penambangan
Pit Tambang Air Layar (Air Layar Putih)
93
√
Untuk Aspek Teknis, Kriteria K5 (Erosi): terdapat indikasi adanya erosi didinding lereng penambangan
5.
Pembersihan Lahan
Pit MTBS
93
√
Untuk Aspek Teknis, Kriteria K5 (Erosi): terdapat indikasi adanya erosi didinding lereng penambangan
6.
Penambangan
Pit MTBS
93
√
Untuk Aspek Teknis, Kriteria K5 (Erosi): terdapat indikasi adanya erosi didinding lereng penambangan
7.
Penimbunan
Pit MTBS
93
√
Untuk Aspek Teknis, Kriteria K5 (Erosi): terdapat indikasi
No.
Tahapan
Lokasi
Nilai Total
KRITERIA PENILIAI Tidak Potensi Potensi Potensi Rusak Rusak Rusak Ringan Berat (X ≥ 80) (55 < X < (X < 55) 80)x
Keterangan
adanya erosi didinding lereng penambangan 8.
Penambangan
Pit 1 Barat (Bangko Barat)
93
√
Untuk Aspek Teknis, Kriteria K5 (Erosi): terdapat indikasi adanya erosi didinding lereng penambangan
9.
Penimbunan
Pit 1 Timur (Bangko Barat)
93
√
10.
Penimbunan
Pit 3 Timur (Bangko Barat)
93
√
Untuk Aspek Teknis, Kriteria K5 (Erosi): terdapat indikasi adanya erosi didinding lereng penambangan Untuk Aspek Teknis, Kriteria K5 (Erosi): terdapat indikasi adanya erosi didinding lereng penambangan
11.
Penambangan
Pit 3 Barat (Bangko Barat)
93
√
Untuk Aspek Teknis, Kriteria K5 (Erosi): terdapat indikasi adanya erosi didinding lereng penambangan
12.
Penimbunan
Pit 3 Barat (Bangko Barat)
93
√
Untuk Aspek Teknis, Kriteria K5 (Erosi): terdapat indikasi adanya erosi didinding lereng penambangan
12
12
JUMLAH DATA
0
0
Taat
Evaluasi aspek Pengendalian Kerusakan Lingkungan meliputi 2 (dua) aspek yaitu aspek manajemen dan aspek tekins. Hasil penilaian untuk semua lokasi memperoleh nilai total > 80, sehingga masuk kategori TAAT terhadap kriteria kerusakan lahan, Rincian sebagai berikut : Aspek Manajemen :
K1 (Perencanaan); o Telah memiliki Peta Triwulanan Rencana dan Realisasi dengan skala 1 : 2000, dan ditandatangani oleh KTT o Telah memenuhi target rencana Penimbunan dan realisasinya sesuai dengan kondisi lapangan K2 (Kontinyuitas) : Pada setiap lokasi tahapan kegiatan terus dilakukan aktifitas tahapan berikutnya
Aspek Teknis : K3 (Potensi Longsor) semua lokasi yang dinilai sudah memenuhi kriteria penilaian, K4 (Pengendalian batuan potensi asam) semua lokasi yang dinilai telah memenuhi aspek kriteria penilaian, K5 (Indikasi Erosi) pada semua lokasi yang dinilai belum memenuhi aspek kriteria adanya indikasi erosi K6 (Kebencanaan) semua lokasi yang dinilai telah memenuhi aspek kebencanaan. F. Pasca Tambang PT. Bukit Asam, memiliki komitmen yang tinggi dengan memegang prinsip “MENAMBANG ADALAH BAGIAN DARI RENCANA PENUTUPAN TAMBANG” dan “REKLAMASI ADALAH INVESTASI UNTUK PEMANFAATAN LAHAN BEKAS TAMBANG”. Dengan prinsip yang demikian, kegiatan yang relevan di perusahaan akan diarahkan kepada upaya pemanfaatan lahan bekas tambang sebagai TAHURA setelah tambang ditutup nantinya. Dengan kata lain, PT. Bukit Asam akan memulai implementasi rencana pembangunan TAHURA Enim sedini mungkin, bahkan ketika kegiatan penambangan masih berlangsung. Sebagai contoh, kegiatan penggalian batubara dan bahan non-tambang yang diikuti dengan penimbunan harus memperhatikan keberadaan tanah pucuk dan memperlakukannya sedemikian rupa agar bahan tersebut tetap berada di lapisan teratas tanah timbunan. Melalui konsep “Menambang adalah Bagian dari Rencana Penutupan Tambang” dan “Reklamasi adalah Investasi untuk Pemanfaatan Lahan Bekas Tambang”, implementasi penanganan lingkungan untuk persiapan pembangunan TAHURA Enim dimulai sejak aktivitas penambangan masih berjalan, aktivitas penambangan di lokasi tertentu dinyatakan selesai, hingga izin usaha penambangan (IUP) di suatu areal dinyatakan berakhir. Untuk mewujudkan konsep tersebut, PT. Bukit Asam telah menetapkan Pra-Rencana penataan lingkungan agar lahan bekas tambang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan TAHURA Enim. Pertama adalah melakukan reklamasi terhadap lahan bekas tambang, seperti penanganan tanah pucuk (topsoil), penangan erosi, pembuatan kolam pengendap lumpur, pengendalian air asam tambang, dan revegetasi. Kegiatan reklamasi tersebut dilaksanakan setelah lahan terbebas dari aktivitas penambangan. Pra-rencana penataan lingkungan ke dua adalah membagi kawasan yang dicadangkan untuk pembangunan TAHURA Enim menjadi tiga blok, yakni Blok Perlindungan, Blok Pemanfaatan dan Blok Koleksi. Pembagian blok tersebut dilakukan dengan memperhatikan karakteristik wilayah dicadangkan untuk TAHURA, yang meliputi kondisi tapak, kelerengan, potensi wilayah serta keseimbangan sistem ekologi yang ada. Pembagian blok ini dilakukan agar keseimbangan fungsi-fungsi TAHURA, baik untuk kepentingan konservasi maupun kepentingan ekonomi, dapat terjaga. Blok Perlindungan merupakan wilayah dengan ciri khas pada suatu kawasan, serta memiliki potensi keindahan alam, tumbuhan, satwa dan gejala alam. Blok Perlindungan harus mudah dijangkau dan dekat dengan pusat-pusat permukiman penduduk. Blok Pemanfaatan merupakan kawasan lain dalam TAHURA selain kawasan Blok Perlindungan, dengan fungsi untuk menampung semua aktivitas pemanfaatan kawasan dan potensinya termasuk untuk tujuan ekonomi, Blok Koleksi merupakan wilayah dengan luas wilayah yang memungkinkan untuk koleksi
tumbuhan dan/atau satwa, baik asli Kabupaten Muara Enim maupun jenis bukan asli. Blok Perlindungan, Blok Pemanfaatan dan Blok Koleksi selanjutnya dibagi lagi menjadi beberapa kawasan yang lebih kecil dan lebih spesifik, fungsi setiap kawasan dalam TAHURA Enim dapat dijelaskan secara lebih rinci. Implementasi rencana pembangunan TAHURA Enim harus dimonitor dan dievaluasi, baik secara internal perusahaan maupun secara eksternal, agar benar-benar sesuai dengan dokumen-dokumen perencanaan yang telah dibuat. Monitoring dan evaluasi secara internal dijadikan kegiatan rutin tahunan di PT. Bukit Asam. Dalam melaksanakan monitoring dan evaluasi secara internal, PT. Bukit Asam dapat melakukan kerjasama dengan lembaga profesional seperti perguruan tinggi agar diperoleh hasil monitoring dan evaluasi yang objektif dan dapat dipertanggungjawabkan. Monitoring dan evaluasi secara eksternal dilakukan institusi yang terkait dengan TAHURA Enim, yakni oleh Kementerian Kehutanan dan Pemerintah Kabupaten Muara Enim. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi eksternal dapat pula dilakukan secara terpadu dengan membentuk sejenis Tim Monitoring dan Evaluasi Persiapan Pembangunan TAHURA Enim yang beranggotakan personil dari kedua institusi diatas. Tim monitoring dan evaluasi ini diharapkan dapat selalui berkoordinasi dengan tim monitoring dan evaluasi yang dibentuk oleh perusahaan. Mekanisme Penetapan Kawasan Taman Hutan Raya Enim Berdasarkan Perda Kabupaten Muara Enim Nomor 4 tahun 2004, luas lahan bekas tambang yang dicadangkan untuk TAHURA Enim adalah 5.640 ha yang terdiri dari dua status kawasan, yakni: Kawasan pinjam pakai kehutanan (hutan produksi) seluas 2.291 ha Kawasan yang berada di areal penggunaan lain (APL) seluas 3.349 ha DARI KOTA MUARA ENIM
KE KOTA BATURAJA
Mekanisme penetapan kawasan pinjam pakai kehutanan (hutan produksi) menjadi TAHURA mengikuti tahapan sebagai berikut: Setelah tambang ditutup pada tahun 2030 (IUP Air Laya) dan 2040 (IUP Banko Barat), PT. Bukit Asam mengembalikan kawasan pinjam pakai kehutanan ke Menteri Kehutanan dengan mengikuti syarat dan ketentuan yang berlaku. Setelah pengembalian tersebut diterima oleh Menteri Kehutanan, Bupati Muara Enim mengajukan usulan perubahan fungsi (antar fungsi pokok) kawasan hutan dari kawasan hutan produksi menjadi kawasan hutan konservasi ke Menteri Kehutanan.
Setelah kawasan hutan produksi ditetapkan menjadi kawasan hutan konservasi oleh menteri Kehutanan, Bupati Muara Enim mengusulkan pengelolaan kawasan hutan konservasi tersebut menjadi TAHURA. Blok TAHURA yang akan dibangun di kawasan pinjam pakai kehutanan adalah Blok Hutan Tanaman sehingga fungsi kawasan tidak berubah. Bekas galian yang terdapat di kawasan pinjam pakai kehutanan akan digunakan untuk membangun Blok Wisata Air. Mekanisme penetapan kawasan APL menjadi TAHURA mengikuti tahapan sebagai berikut: Setelah tambang ditutup pada tahun 2030 (IUP Air Laya) dan 2040 (IUP Banko Barat), PT. Bukit Asam mengembalikan kawasan APL ke Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan selaku pemberi izin usaha pertambangan dengan mengikuti syarat dan ketentuan yang berlaku. Bupati Muara Enim mengajukan usulan perubah peruntukan kawasan di wilayah Kabupaten Muara Enim dari kawasan APL menjadi kawasan hutan konservasi ke Menteri Kehutanan. Setelah usulan perubahan peruntukan kawasan APL menjadi kawasan hutan konservasi disetujui oleh Menteri Kehutanan, Bupati Muara Enim mengajukan usulan pengelolaan kawasan hutan konservasi tersebut menjadi TAHURA. G. Community Development/Coorporate Social Responsibility PT Tambang Batubara Bukit Asam didirikan pada tanggal 2 Maret 1981 berdasarkan Peraturan Pemerintah No.42 tahun 1980. Tambang Batubara Bukit Asam mulai produksi pertama kali tahun 1919 oleh Pemerintah Hindia Belanda. Secara operasional Tambang Batubara Bukit Asam pernah dikelola oleh beberap institusi Pemerintah: BPUTAN (Biro urusan Perusahaan-Batubara 1961-1967, PN (Perusahaan Negara) Tambang Batubara 1968-1980, PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) 1981-1990). Sejak tahun 1990 Perum Tambang Batubara ang mengelola Tambang Ombilin dan kontraktor batubara dalam PKP2B (Perjanjian Kerjasama Perusahaan Pertambangan Batubara digabungkan dalam PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) berdasarkan Peraturan Pemerintah No.56 Tahun 1990. Pada tahun 1993 Pemerintah memberika penugasan untuk pengembangan Briket Batubara dan PTBA telah membangun tiga Pabrik Briket di Tanjung Enim, Tarahan dan Gresik. Sejak tahun 1996 melalui Peraturan Pemerintah No.75 tahun 1995 pengelolaan PKP2B dikembalikan kepada Pemerintah cq Departemen Pertambangan. Perusahaan ini didirikan dengan tujuan untuk mendukung dan melaksanakan kebijakan serta program pemerintah dalam mengembangkan pertambangan nasional, terutama batubara. Maksud dan tujuan tersebut kemudian diterjemahkan dalam
Kegiatan Usaha Perusahaan sesuai pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan.Kegiatan Usaha meliputi kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, eksploitasi, pengolahan, pemurnian, pengangkutan dan perdagangan. Perusahaan juga mengsahan pengolahan lebih lanjut atas hasil produksi bahan-bahan galian, terutama batubara serta memperdagangkan hasil produksi, baik hasil sendiri maupun hasil produksi pihak lain. Kegiatan usah alainnya adalah mengoperasikan dermaga dan pelabuhan khusus batubara, baik untuk keperluan sendiri maupun pihak lain, mengoperasikan pembangkit listrik tenaga uap serta memberikanjasa konsultasi dalam bidang industry pertambangan batubara. Pada akhir tahun 2002 PTBA menjadi perusahaan public denga kode saham”PTBA yang dicatatkan di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES). Tujuan , Visi dan Misi PTBA Tujuan pendirian perusahaan PT Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA) sebagaimana tertuang dalam Anggaran Dasar Perusahaan adalah untuk melaksanakan dan menunjang kebijakan serta program pemerintah dibidang pertambangan bahanbahan galian, terutama pertambangan batubara sesuai dengan ketentuan dalam perundang-undangan yang berlaku dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas. PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk. (PTBA) merupakan perusahaan yang mapan dan berpengalaman dibidang industry batubara thermal. PTBA telah beroperasi lebih dari 20 tahun secara terus menerus mampu mengoptimalkan tingkat profitabilitas dan menjaga kesinambungan usaha. Perusahaan menguasai beberapa KP(kuasa Pertambangan) dengan jumlah sumberdaya batubara sebesar +/- 7,3 milyar ton dan cadangan batubara yang dapat ditambang sebesar +/- 1,5 milyar ton. Cadangan batubara PTBA meruapakanjenis batubara uap (steam coal) yang sangat ideal bagi pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Uap(PLTU) khususnya di Mulut Tambang. Sebagian besar produksi batubara berasal dari tambang di Tanjung Enim, Sumatra Selatan denga tingkat produksi +/- 10 juta ton per tahun. Perusahaan memiliki dan mengoperasikan 3(tiga) dermaga batubara untuk memuat dan memasarkan batubara baik domestik maupun ekspor, sedangkan angkutan batubara dari tambang ke dermaga dilakukan dengan kereta api yang dimiliki dan dioperasikan oleh PT Kereta Api.
Sesuai dengan tujuan pendirian perusahaan, maka ditetapkan Visi jangka panjang CSR PTBA kedepan yaitu “Mewujudkan masyarakat yang sejahtera, mandiri dan berwawasan lingkungan”. Sedangkan misi CSR PTBA: a) Mendukung program pemerintah untuk menngkatkan taraf ekonomi, social, pendidikan masyarakat serta pelestarian lingkungan. b) Memberdayakan potensi local dan memperluas pasar untuk perluasan kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar Perusahaan. c) Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mendukung rencana jangka panjang perusahaan dan pengembangan lokasi pasca tambang. Sistem Tata Kelola Comdev Manajemen PTBA sadar bahwa keberadaan PTBA hingga saat ini bukan hanya ditentukan oleh kualitas produk dan Pelanggan saja tetapi juga karena masyarakat luas yang memberikan penghargaan dan hak hidup kepada Perseroan. Mempertahankan keberlangsungan bisnis bukanlah suatu hal yang mudah, dengan variable yang demikian banyak serta kompleks maka diperlukan strategi yang tepat dan sesuai dengan faktor-faktor internal maupun eksternal yang ada. Menyadari pentingnya resiko sosial tersebut maka manajemen memutuskan bahwa cara terbaik untuk melaksanakan bisnis yang sustainable adalah dengan memiliki jiwa tanggungjawab social. Esensi dari penerapan tanggungjawab social adalah tercapainya keseimbangan yang harmonis antara kinerja ekonomi, lingkungan dan social Perusahaan. Manajemen PTBA menyadari bahwa kesuksesan bidang Ekonomi tidak bermakna bila pada proses bisnisnya merusak “lingkungan” dimana terjadi suatu kesenjangan social yang tajam antara Pemilik dengan Karyawan maupun dengan Masyarakat luas. Prinsip tersebut dikenal sebagai Korporasi yang memiliki tanggungjawab social atau Corporate Social Responsibility. Dengan
menerapkan prinsip tersebut merupakan
salah satu pilihan yang digunakan Manajemen PTBA secara formal sejak tahun 1999. Pedoman CSR PTBA ini dibuat untuk memenuhi aturan hukum diatasnya, yaitu : Undang-undang Perseroan Terbatas No.40 tahun 2007, Peraturan Meneg BUMN No.Per 05/MDU/2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan. Untuk tetap menciptakan hubungan Perseroan yang serasi, seimbang dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma dan budaya masyarakat setempat, maka penerapan kebijakan CSR PTBA bertujuan :
a. Melaksanakan
pembangunan
ekonomi
secara
berkelanjutan
untuk
meningkatkan kesejahteraaan pegawai dan keluarganya, komunitas local serta masyarakat secara luas. b. Melakukan pengelolaan pelestarian lingkungan. c. Melakukan efisiensi penggunaan sumberdaya energy dan air. d. Melakukan pengelolaan limbah B3 dan limbah non B3 serta fugitive emission. e. Menjamin pelaksanaan non diskriminasi dan menghargai Hak Azasi Manusia. f. Menjamin kondisi kerja yang layak sesuai dengan standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja serta Lingkungan. g. Menjamin produk memenuhi persyaratan Keselamatan dan Kesehatan Stageholders. h. Menjalin kerja yang harmonis dengan masyarakat yang dilandasi dengan melaksanakan prinsip-prinsip Good Corporate Governance. Selanjutnya penyusunan program CSR PTBA 2011-2015 memperhatikan prinsip dan nilai-nilai sebagai berikut : a. Good Mining Practice b. Profit, People & Planet c. Bukan biaya tetapi asset d. Bukan kewajiban tapi penyertaan e. ISO 26000 tentang CSR f. Kemitraan dengan pemberdayaan masyarakat g. Mempertahankan dukungan masyarakat Dalam dua tahun terakhir ini, system tata kelola CSR PTBA terutama dalam mengelola
program-programnya
lebih menekankan proses partisipatif
yang
sebelumnya dijalankan dengan dasar proposal yang diajukan dan masuk ke PTBA, diikuti pula dengan pendekatan yang dilihat dari aspek prospek dan manfaat. Pada sisi perencanaan program CSR senantiasa diawali secara periodic dengan kegiatan Social Mapping untuk mengidentifikasi dan menggali potensi-potensi yang ada di lingkungan masyarakat ring satu PTBA, untuk disusun suatu program yang berkelanjutan, dengan metode survai, FGD dan PRA. PTBA memiliki Renstra lima tahunan (2011-2015) yang disusun oleh tim asesmen dengan menggunakan pendekatan SWOT analisis. Adapun Renstra ini disusun untuk dijadikan acuan dalam pelaksanaan program kerja CSR tahunan. Tim
asesmen dilakukan oleh pihak eksternal seperti Universitas Sriwijaya dan nantinya akan diajukan bersama-sama dalam pelaksanaan Musrenbang di Kabupaten. Kehadiran PTBA sangat direspon oleh Pemerintah Daerah bahkan bersama pemerintah daerah telah membentuk forum musrenbang dan forum CSR unuk dapat mensinergikan program-program CSR dengan program pemerintah yang ada di lingkungan ring satu PTBA. Adapun jenis program yang dilakukan PTBA dalam kategori : a. Pengembangan infrastruktur dan lingkungan : peningkatan
kepedulian
lingkungan, pembangunan infrastruktur dan sarana umum, bantuan bencana alam. b. Peningkatan kapabilitas dan hubungan: penyelarasan organisasi PKBL dan pembinaan Forum Komunikasi, Peningkatan kapabilitas
dan Kompetensi
Masyarakat. c. Pengembangan Ekonomi Berkelanjutan : Pembinaan Masyarakat Melalui Mitra Kerja Perusahaan, Pengembangan Lembaga keuangan untuk pendanaan Usaha Kecil, Pengembangan Usaha Mandiri. Adapun mengenai perbandingan jenis program/kegiatan antara karitatif, fisik, capacity building dan pemberdayaan tidak diperoleh informasi karena PTBA selama ini tidak melakukan secara khusus alokasi besaran dana peruntukan dari masingmasing kategori tersebut tetapi yang diperhatikan adalah jumlah penerima manfaat yang lebih banyak, seperti misalnya untuk pembangunan rumah ibadah. Tetapi sasaran inti yang hendak dicapai melalui berbagai program CSR PTBA adalah mewujudkan masyarakat sejahtera, mandiri dan berwawasan lingkungan. Adapun struktur organisasi CSR PTBA adalah sebagai berikut Struktur Organisasi PTBA:
Struktur organisasi CSR PTBA di atas, telah mengalami banyak kemajuan yang sangat berarti karena perhatian yang begitu besar dari Perusahaan, sejak tahun 2003 bahkantahun 2011 strukturnya dinaikkan satu level langsung dibawah Direksi, hal ini sekaligus merespon dengan persoalan yang semakin komplek yang dialami Perusahaan, apalagi yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat sekitar perusahaan.
Hanya saja dengan struktur organisasi yang makin mapan untuk
pengelolaan berbagai program CSR nya, masih didapati jumlah personil sumberdaya manusia yang kurang memiliki kompetensi didalam melaksanakan program-program dan kegiatan CSR. Dominasi lulusan SMA sederajad masih berada dalam satuan organisasi CSR PTBA dari jumlah total 51 orang, dengan keadaan seperti ini, kemungkinan bisa menjadikan beban dalam pengimlementasian berbagai program CSR PTBA, termasuk kegiatan yang berhubungan dengan masyarakat sekitar. Ada baiknya apabila PTBA mulai berbenah untuk memperbaiki kualitas sumber daya manusia sebagai daya dukung dalam pengelolaan CSR agar proses pendokumentasian berbagai kegiatan CSR dapat dilaksanakan dengan baik. Beberapa staf CSR mulai ditingkatkan kapasitas dan komitmennya untuk mewujudkan misi dan kebijakan yang akan dilakukan CSR PTBA, sehingga dengan kualitas sumber daya yang dimiliki CSR PTBA senantiasa diharapkan akan lebih responsive terhadap program maupun kebutuhan masyarakat di kawasan ring satu PTBA. Sehingga daya dukung masyarakat sekitar diharapkan akan terwujud pula.
Apalagi daya dukung financial dari perusahaan yang demikian besar untuk pelaksanaan program-program CSR. Secara teoritik laba bersih 4% dari keuntungan Perusahaan PTBA dan ditambah biaya operasional, yang dipergunakan untuk program CSR sesungguhnya mampu mendorong masyarakat untuk lebih memiliki wawasan dan keberdayaan untuk mencapai masyarakat sejahtera mandiri dan berwawasan lingkungan. Tentu saja dengan ekstra pedampingan yang lebih kuat disbanding sebelum ini, sehingga dengan pendampingan yang dilakukan CSR PTBA diharapkan mendapatkan dukungan masyarakat yang luar biasa dalam penerapan berbagai programnya. Apabila dilihat dari potensi sumber daya alam dan ekonomi, di kawasan ring satu PTBA sangatlah bermacam-macam, seperti : industry, jasa, perdagangan, perkebunan, pertanian, perikanan. Kesemuanya dapat dijadikan daya dorong dan daya dukung bersama CSR PTBA untuk meraih masyarakat sejahtera mandiri dan berwawaan lingkungan. Beberapa kisah sukses dalam program kemitraan bisa mejadi rujukan dan motivasi dalam kegiatan pendampingan, misal cerita sukses usaha mebel Ani dan Pak Haji Sularna dalam pengelolaan lahan pasca tambang. Apalagi saat ini PTBA sedang giat-giatnya mengembangkan program SIBA (Sentra Industry Bukit Asam yang meliputi : bidang manufactur dan suku cadang, Agro Industri padi SRI dan Bokashi, Umum dan Jasa Boga) diharapkan nantinya bisa menjadi program rintisan yang dapat diunggulkan karena bisa memiliki multyplier effect terhadap aktivitas ekonomi yang lain secara positif. Dilihat dari rencana pasca tambang, PTBA telah menyiapkan model pengelolaan fisik melalui kegiatan reklamasi dengan mendayagunakan penanaman kembali dan pemupukan dengan pupuk bokashi binaan CSR PTBA. Secara konseptual dan secara fisik telah disiapkan melalui program TAHURA (Taman Hutan Rakyat) maupun persiapan program manusianya melalui pengembangan investasi program pendidikan yang diharapkan nantinya bisa mengakses Taman Hutan Rakyat dan
peruntukannya. Disamping itu PTBA sudah membuat model replika
pengembalian lahan pasca tambang seperti yang dilakukan Pak Haji Sularna, yang telah mengembalikan ekosistem lahan pasca tambang sehingga dapat dimanfaatkan kembali untuk kehidupan manusia. Meskipun model ini masih minimal akan tetapi bisa dijadikan inspirasi untuk mewujudkan kembali penciptaan lingkungan masyarakat yang baik pasca tambang.
Dengan adanya berbagai program CSR PTBA secara signifikan yang dapat diperhatikan adalah : a. Sektor Pengembangan Usaha Kecil : penyaluran dana kemitraan bagi usaha kecil, pelatihan manajemen kewirausahaan. Promosi produk mitra binaan untuk memperluas akses pasar melalui kegiatan manusia. b. Sektor Penciptaan Lapangan Kerja : pembinaan kelompok budi daya ikan di lokasi bekas kolam pengendap lumpur, Pembinaan kelompok usaha pupuk bokashi, pembinaan kelompok usaha pembibitan tanaman produktif. c. Sektor Pemberdayaan ekonomi masyarakat : pemanfaatan produk mitra binaan untuk memenuhi kebutuhan operasional perusahaan, pemanfaatan lahan tidur milik perusahaan untuk kegiatan yang produktif bagi masyarakat. Berbagai program di atas kiranya perlu penanganan dan pengelolaaan serta pendampingan yang cukup sehingga relisasi dan tujuan yang dikehendaki niscaya akan dapat terwujud. Sudah tentu semua kegiatan dan berbagai program ini akan berproses bersama dengan masyarakat
oleh karenanya perlu kiranya dukungan
tenaga-tenaga lapangan yang handal dalam proses pencapaian keberhasilan program yang diinginkan. Sehingga harapan mewujudkan masyarakat yang sejahtera, mandiri dan berwawasan lingkungan dapat terealisir.Secara informative kemungkinan program dapat dipetakan dengan menggunakan Geographic Information System (GIS) untuk dapat memudahkan dalam proses monitoring dan evaluasi, sehingga proses keberlangsungan program dapat terukur dan senantiasa terpantau, sekaligus untuk keperluan dokumentasi program yang lebih akurat.
Penanganan Konflik Konflik beberapa tahun akhir yang muncul di kawasan PTBA sesugguhnya lebih disebabkan karena ketidak puasan dan perbedaan kepentingan masyakat sekitar. Dan isu yang muncul dari konflik itu adalah mengenai rekruitmen pegawai PTBA. Namun konflik yang muncul itu segera direspon oleh PTBA dengan mengadakan komunikasi dalam Forum Komunikasi Masyaraka dan dijelaskan segala persoalan yang ada. Dan sebagai solusinya bahkan ` PTBA telah mengakomodir tuntutan yang dikehendaki masyarakat sepanjang
sesuai dengan criteria dan kapasitas yang
dikehendaki oleh perusahaan. Dengan mengakomodasi berbagai kepentingan masyarakat dalam isu rekruitmen ini hasilnya ernyata telah mencairkan kembali
hubngan perusahaan dengan masyarakat. Akan tetapi persoalan ini senantiasa akan menjadikan konflik laten yang berkepanjangan sekiranya perusahaan lalai dalam mengakomodir tuntutan masyarakat khususnya dalam proses rekruitmen nantinya di masa yang akan datang. Oleh karena itu perlu kiranya peran CSR PTBA yang lebih memasyarakat agar representasi PTBA betul-betul dikenal dan disayang oleh masyarakat sekitar
melalui petugas-petugas lapangan yang betul-betul handal.
Sehingga nantinya diharapkan masyarakat memiliki rasa handarbeni dan perusahaan dapat berproduksi dengan nyaman dan lancar berkat dukungan masyarakat sekitar.
Sinergi dan Kerjasama CSR PTBA CSR PTBA telah bersinergi dan mampu melakukan kerjasama yang baik dengan pemerintah kabupaten Muara Enim dan kabupaten lainnya. Ini merupakan modal yang sangat positif bagi CSR merupakan mitra yang positif untuk pelaksanaan program pembangunan infrastruktur dan pembedayaan masyarakat. Terlebih CSR PTBA bersama pemerintah daerah telah menginisiasi terbentuknya Forum Komunkasi CSR untuk mensinergikan program-program CSR
perusahaan dengan program–
program pemerintah terutama di lingkungan ring satu. Keuntungan yang dapat diperoleh adalah program dapat berjalan dengan lancar karena mendapat dukungan dari pemerintah dan masyarakat sebagai penerima manfaat dari program yang digulirkan oleh CSR PTBA. Selain bersinergi dengan pemerintah daerah, CSR PTBA telah menjalin kerjasama juga dengan berbagai CSO dan LSM yang memilii kepedulian dan komimen yang sama dalam memberdayakan masyarakat.
CSO Kelompok Tani
Karang Raja dalam mengembangkan padi SRI maupun dengan LSM Muara Enim Bangkit yang berkaitan dengan pelaksanaan program-program pemberdayaan masyarakat.Hasil positif yang dirasakan CSR PTBA adalah imlementasi program dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan kepentingan perusahaan.
Kontribusi Perusahaan dalam MDGs Program-program CSR PTBA yang berlangsung selama ini senantiasa telah mengacu juga untuk kepetingan pencapaian MDGs. Adapun program-programnya meliputi : a) Pengentasan Kemiskinan : menanggulangi kemiskinan dan kelaparan.
b) Pendidikan : mencapai pendidikan dasar untuk semua, yang diwujudkan dalam beasiswa Ayo Sekolah untuk SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi. Mobil baca Keliling, Rumah Baca Bukt Asam dan Pengembangan Sarana pendidikan formal dan non formal. c) Pemberdayaan Perempuan : pelatihan pengasuhan (parenting), Lembaga Keuangan Mikro, pelatihan jasa Boga dan catering. d) Kesehatan (menurunkan angka kematian anak) : pemberian makanan tambahan, Eyes Clinic Goes to School. e) Kesehatan Ibu (meningkatkan kesehatan Ibu) : kegiatan posyandu dan pelatihan Periska. f) Kesehatan (memerangi HIV/AIDS, Malaria dan penyakit menular lainnya) : kegiatan sosialisasi tentang narkoba dan malaria, Pencegahan preventif dengan menanam kayu putih. g) Lingkungan (memastikan kelestarian lingkungan) : sosialisasi tentang pengetahuan lingkungan kesekolah dan masyarakat, penghijauan DAS, membangun sanitasi yang layak. h) Globalisasi(membangun Kemitraan Global untuk Pembangunan): bantuan computer ke desa dan internet, membantu mitra binaan ke luar negri.