1
PERMASALAHAN DAN SOLUSI DALAM PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PADA DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET KOTA SURAKARTA
Tugas Akhir Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mencapai derajat Ahli Madya Program Studi Diploma III Akuntansi Keuangan
Oleh: RATNA NUR ATIKAH F 3307180
PROGRAM STUDI DIPLOMA III AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
2
ABSTRACT
PROBLEMS AND SOLUTIONS OF COLLECTION LAND AND BUILDING TAX IN DPPKA SURAKARTA
Ratna Nur Atikah F3307180 Land and building tax is a part of balance fund constituting one important income source in the attempt of funding local government and local development implementation. Land and building tax is the tax levied over the land and permanent building ownership that has gotten IMB (building license). The objective of final project is to find out the emerging problems as well as the attempt the DPPKA does in encountering and minimizing such problems. The legal foundation used was Act No. 12 of 1985 as amended with Act No. 12 of 1994. The design of this final project was observation that was conducted by carrying out apprenticeship for 1 month in Income, Financial and Asset Management Service. Techniques of collecting data used were interview with several staff of DPPKA, and discussion technique using descriptive method, the system employed in land and building tax withdrawal is Official Assessment System is the tax collection system, the outstanding tax amount of which is estimated and determined by the tax office. The procedure of determining the amount of land and building tax is NJKP X tax tariff, the tax tariff prevailing is single tariff of 0.5%. The largest obstacles the DPPKA encounter the taxpayer’s lower awareness of fulfilling the tax obligation. The attempts taken to minimize the problems emerging include to hold safari program in the purpose of making the taxpayer close to the payment place, to carry out the more intensively socialization, and to impose fine of 2% each month delay up to maximal limit of 48 months or 2 years.
Keywords: land and building tax, official assessment system, tariff.
3
4
MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO
5
Kita menikmati kehangatan karena kita pernah kedinginan, kita menghargai cahaya karena kita pernah dalam kegelapan, maka begitu pula kita dapat menikmati kebahagiaan karena kita pernah merasakan kesedihan
Antara tangan kanan yang memberi dan tangan kiri yang menerima terdapat jarak yang amat jauh, hanya dengan membuat keduanya memberi dan menerima kita dapat mengangkatnya ke ruang tak terbatas, sebab hanya dengan menyadari tak satupun yang dapat kau beri dan tak satu pula yang dapat kau terima maka kita akan mampu hidup lebih baik
Mencintai seseorang berarti mengambil resiko yang sangat besar. Cinta berarti menyerahkan masa depan dan kebahagiaan seseorang ke tangan orang lain. Cinta membuat seseorang harus mempercayai orang lain tanpa keraguan. Cinta membuat seseorang rela menerima kesedihan.
Dan…karena itulah aku mencintaimu
PERSEMBAHAN Penulis Persembahkan kepada: Bapak dan Ibu tercinta Kakakku Tiyas dan adikku Icha tersayang Mbah kakung, mbah putri dan keluarga besarku Teman-teman Akuntansi 2007 Almamaterku KATA PENGANTAR
6
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah dan inayah-Nya, serta shalawat salam kepada Nabi Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat tugas akhir perkuliahan Program Studi Diploma III Akuntansi Universitas Sebelas Maret Surakarta periode 2009 – 2010. Penulis sadar bahwa tersusunnya Tugas Akhir ini tidak lepas dari bantuan beberapa pihak, oleh karena itu dengan penuh rasa cinta,sayang dan hormat, penulis menghaturkan terima kasih yang tak terhingga kepada : 1.
Prof. DR. Bambang Sutopo, M. Com., Ak, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2.
Drs. Santoso Tri Hananto, M.Si, Ak, selaku Ketua Program Diploma III Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3.
Sri Murni, SE, M.Si, Ak, selaku Ketua Jurusan Akuntansi Keuangan Program Diploma III Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4.
Alm.Ibu Rani Rahmantari SE,AK selaku pembimbing akademis penulis. Semoga Ibu mendapat tempat yang layak di sisi-Nya. Terimakasih atas semua ilmu dan waktu yang telah ibu berikan kepada penulis selama ini.
5.
Drs. Sri Hanggana, M.Si, Ak, selaku Dosen Pembimbing magang dan tugas akhir yang telah memberikan arahan serta bimbingannya sehingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan dengan baik.
6.
Bapak Kinkin Sultanul Hakim, SH, MM, selaku Kepala Bagian Penagihan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Pemerintah Kota
7
Surakarta beserta jajarannya yang telah memberikan bimbingan serta ilmunya kepada penulis. 7.
Bapak Taufik, Pak Siswoko, Pak Pramudya, Pak Agus, Pak Mulyono, Pak Jujut, Pak Suratno, Pak Suranto, Pak Sunarwan, Pak Triyono, Ibu Endang, Bu Rina, Bu Dwi Dan Bu Warsini atas semua ilmu yang diberikan kepada penulis selama magang di DPPKA Kota Surakarta.
8.
Bapak ibu dosen DIII Akuntansi Keuangan UNS yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.
9.
Bapak, Ibu, Mbak tiyas, Dek icha dan keluargaku yang telah memberikan do‟a restu serta dukungan moral kepada penulis.
10.
Vika, Retno, Yeni, Tika, Oviek, Nia, Puri, Arumi dan teman – teman satu kampus angkatan 2007 yang telah memberikan saran, cinta serta semangat bagiku. Semoga segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis akan mendapat
ridho dari Allah SWT dan dibalas dengan balasan yang baik. Amin. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang menunjang dari semua pihak untuk perbaikan dan penyempurnaan Tugas Akhir ini. Kritik dan saran bisa di alamatkan ke
[email protected]. Akhir kata penulis mohon maaf yang sebesar – besarnya bila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan. Semoga Tugas Akhir ini bisa bermanfaat bagi penulis sendiri, dan bagi semua pihak yang berkesempatan mempelajarinya. Amin ya robbal „alamin.
8
Surakarta,
Juli 2010
RATNA NUR ATIKAH F3307180
DAFTAR ISI
9
Halaman HALAMAN JUDUL............................................................................................. ABSTRAK ............................................................................................................ ii HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................................. iii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................ v KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiii DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xiv BAB I
PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta ................................... 1 1. Sejarah Pelaksanaan Pemungutan PBB pada DPPKA Kota Surakarta .......................................................................... 1 2. Kedudukan, Tugas Pokok, Fungsi DPPKA Bidang Penagihan .................................................................................. 5 3. Struktur Organisasi ................................................................... 6 4. Deskripsi Jabatan Struktural ..................................................... 7 B. Latar Belakang Masalah ................................................................ 8 C. Rumusan Masalah ......................................................................... 9 D. Tujuan Penelitian ........................................................................... 10 E. Manfaat Penelitian ......................................................................... 10
10
F. Metodologi Penelitian ................................................................... 11 G. Sistematikan Penulisan .................................................................. 13 BAB II
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 14 1. Dasar Hukum Pajak Bumi dan Bangunan ................................ 14 2. Istilah – Istilah dalam PBB ....................................................... 15 3. Definisi Pajak Bumi dan Bangunan .......................................... 17 4. Subyek Pajak Bumi dan Bangunan........................................... 17 5. Obyek Pajak Bumi dan Bangunan ............................................ 18 6. Dasar Pengenaan dan Penghitungan PBB ................................ 18 7. Pembagian Hasil Penerimaan PBB ........................................... 19 8. Tata Cara Pembayaran dan Penagihan PBB ............................. 20 9. Prosedur Penagihan PBB .......................................................... 20 B. Analisis Data dan Pembahasan ...................................................... 1. Mekanisme Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan di Bidang Penagihan DPPKA ................................................... 25 2. Tabel Jumlah Wajib Pajak, Target dan Realisasi Penerimaan PBB Tahun 2006 – 2009 ....................................... 26 3. Permasalahan yang Timbul dalam Pelaksanaan Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan ................................... 27
4. Upaya yang Dilakukan Bidang Penagihan DPPKA untuk Mengatasi Masalah yang Timbul dalam Pelaksanaan
11
Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan ................................... 34 BAB III TEMUAN A. Kelebihan ....................................................................................... 44 B. Kelemahan ..................................................................................... 45 BAB IV PENUTUP A. Simpulan ........................................................................................ 46 B. Rekomendasi ................................................................................. 47 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
12
Halaman II.1. Jumlah wajib pajak, target dan realisasi penerimaan PBB tahun 2006 – 2009 ....................................................................................... II.2. Perbandingan jumlah wajib pajak terdaftar dengan jumlah wajib pajak yang membayar PBB tahun 2006 – 2009................................. II.3. Perbandingan jumlah petugas dengan jumlah obyek pajak tahun 2006 – 2009 .......................................................................................
DAFTAR GAMBAR
13
Halaman 1.1
Struktur Organisasi Bidang Penagihan DPPKA Kota Surakarta .................
2.1
Alur Penyelesaian Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Lewat Program Safari .............................................................................................
2.2
Alur Penyelesaian Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Lewat Bank Persepsi...............................................................................................
2.3
Prosentase Alasan Wajib Pajak Menghindari Kewajiban Pajaknya ............
DAFTAR LAMPIRAN
14
1. Surat Pernyataan Penulisan Tugas Akhir 2. Surat Keterangan Penelitian dari DPPKA Kota Surakarta 3. Undang – Undang No. 12 Tahun 1994 tentang Perubahan Atas Undang – Undang No. 12 Tahun 1985 4. Dokumen – Dokumen
15
BAB I PENDAHULUAN
A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta 1. Sejarah Pelaksanaan Pemungutan PBB pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kota Surakarta Dimulai pada tahun 1985 setelah UU No 12 tahun 1985 dikeluarkan, dinas pendapatan daerah menyerahkan segala urusan mulai dari penagihan hingga pembayaran pajak bumi dan bangunan kepada satu bidang yaitu bidang penagihan. Semua urusan yang berkaitan dengan pajak ini ditangani langsung oleh staf bidang penagihan dibawah koordinator kepala bidang yang bertanggungjawab langsung kepada kepala dinas pendapatan daerah. Bidang ini dibagi lagi dalam dua seksi yaitu seksi penagihan dan keberatan dan seksi pengelolaan penerimaan sumber pendapatan lain yang masing-masing dipimpin oleh kepala seksi dan bertanggungjawab kepada kepala bidang penagihan. Seksi penagihan dan keberatan mempunyai tugas melakukan penagihan pajak bumi dan bangunan beserta tunggakan kepada wajib pajak dan melayani permohonan keberatan dan penyelesaiannya. Seksi Pengelolaan penerimaan sumber pendapatan lain mempunyai tugas menangani semua hal yang berhubungan dengan administrasi pajak dan surat-surat. Prosedur penagihan pajak bumi dan bangunan ini dimulai dari diterbitkannya surat penagihan pajak terutang (SPPT) oleh KPP Pratama. Kemudian SPPT tersebut diserahkan kepada bidang penagihan DPPKA untuk disebar oleh petugas
1
16
pemungut kepada wajib pajak melalui petugas kelurahan masing-masing wilayah. Pembayaran pajak bumi dan bangunan dilakukan melalui bank persepsi atau bank yang ditunjuk sebagai bank tempat pembayaran pajak bumi dan bangunan. Untuk wilayah Surakarta terdapat 19 unit bank persepsi yang melayani pembayaran pajak bumi dan bangunan terdiri dari 18 unit bank BRI dan 1 unit bank Mandiri. Daftar bank yang melayani pembayaran pajak bumi dan bangunan adalah sebagai berikut : 1.
Bank BRI unit Kleco
2.
Bank BRI unit Laweyan
3.
Bank BRI unit Pajang
4.
Bank BRI unit Pasar Kembang
5.
Bank BRI unit Sumber
6.
Bank BRI unit Pasar Nongko
7.
Bank BRI unit Ngemplak
8.
Bank BRI unit Pasar Legi
9.
Bank BRI unit Selokaton
10. Bank BRI unit Serengan 11. Bank BRI unit Pasar Kliwon 12. Bank BRI unit Jurug 13. Bank BRI unit Jebres 14. Bank BRI unit Ledoksari 15. Bank BRI unit Mojosongo 16. Bank BRI unit Slamet Riyadi
17
17. Bank BRI unit Nusukan 18. Bank BRI unit Sudirman 19. Bank Mandiri Selain pembayaran langsung melalui bank, untuk wilayah kota Surakarta pembayaran dapat dilakukan melalui petugas pemungut yang melakukan safari / jemput bola di kelurahan setempat sesuai jadwal tanggal masing-masing. Safari ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu : 1. safari reguler : bertujuan mempermudah wajib pajak dalam pembayaran pajak bumi dan bangunan. Wajib pajak tidak perlu jauh jauh datang ke bank persepsi, mereka bisa datang ke kelurahan sesuai jadwal tanggal safari yang tertera pada undangan dan membayar lewat petugas pemungut. 2. Safari pasar : agenda kegiatan safari pasar ini adalah membagi SPPT langsung dan menagihnya secara langsung pula. Sasaran kegiatan dari safari ini adalah pasar-pasar yang terdapat banyak transaksi yang berkaitan dengan uang. Sehingga wajib pajak dapat langsung membayar kepada petugas pemungut saat itu juga. 3. Safari tunggakan : pokok kegiatan dari safari ini adalah menagih wajib pajak yang mempunyai tuggakan pajak bumi dan bangunan. Penagihan ini difokuskan pada buku 4 dan 5 yang berisi daftar wajib pajak dengan tunggakan pajak yang besar sehingga mengurangi kemungkinan terdapat utang pajak dalam jumlah besar yang belum tertagih. Untuk meningkatkan semangat membayar pajak, berbagai cara dilakukan oleh bidang penagihan ini antara lain dengan mengadakan pekan
18
keteladanan atau panutan dengan memberikan penghargaan kepada wajib pajak yang taat membayar lebih awal akan mendapat sebuah piagam / penghargaan dari walikota. Selain itu ada pula undian berhadiah bagi yang membayar sebelum jatuh tempo. Hadiah yang disediakan pun bermacam-macam seperti motor, TV, kulkas dan lain-lain. Untuk meningkatkan penerimaan dari sektor pajak bumi dan bangunan ini selain dengan safari yang dilakukan petugas, bidang penagihan juga menerapkan sangsi tegas dan denda maksimal 48% kepada wajib pajak yang tidak mau membayar sesuai dengan UU yang berlaku yaitu UU No 12 tahun 1985 yang diperbaharui lagi dengan UU no 12 tahun 1994. Dalam pasal 8 ayat (2) undang-undang Nomor 19 tahun 1997 sebagaimana telah dirubah terakhir dengan undang-undang nomor 19 tahun 2000 terdapat aturan low investment yaitu penerapan hukum apabila wajib pajak tidak mau membayar dengan tunggakan tiga tahun keatas, hal pertama yang dilakukan adalah memberikan tanda peringatan pembayaran atau surat teguran. Apabila dalam jangka waktu satu bulan tidak juga membayar maka berkas tunggakan tersebut akan direkomendasikan ke KPP Pratama untuk diterbitkannya surat paksa yang bisa digunakan untuk penyitaan dan pelelangan obyek pajak.
19
2. Kedudukan, Tugas Pokok, Fungsi DPPKA Bidang Penagihan 1. Kepala Bidang Kepala bidang mempunyai tugas antara lain : 1) Menyusun rencana strategis dan program kerja tahunan bidang sesuai dengan program kerja yang telah disusun awal periode 2) Membagi tugas kepada bawahan sesuai tugas agar tercipta pemerataan tugas 3) Memberi petunjuk dan arahan kepada bawahan guna kejelasan pelaksanaan tugas 2. Seksi Penagihan dan Keberatan Seksi ini mempunyai tugas antara lain : 1) Melakukan penagihan pajak bumi dan bangunan beserta tunggakan kepada wajib pajak 2) Melayani permohonan keberatan dan penyelesaiannya 3. Seksi Pengelolaan Penerimaan Sumber Pendapatan Lain 1) Mengumpulkan data sumber-sumber penerimaan PBB sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku 2) Mengurus administrasi dan arsip 4. Staf 1) Melaksanakan tugas dari kepala seksi masing-masing 2) Melakukan pemantauan dan terjun langsung ke lapangan untuk menagih pajak bumi dan bangunan yang terutang
20
3. Struktur Organisasi Struktur organisasi yang baik perlu diterapkan untuk mempermudah dalam pengawasan managemen agar pelaksanaan suatu kegiatan dapat berjalan dengan lancar. Penetapan Struktur Organisasi yang jelas sangat diperlukan sesuai dengan bagian masing-masing. Adapun tujuan disusunnya Struktur Organisasi adalah untuk: 1) Mempermudah pelaksanaan tugas dan pekerjaan 2) Memudahkan pimpinan dalam mengawasi pekerjaan bawahan 3) Mengkoordinasi kegiatan untuk mencapai tujuan yang diharapkan Menentukan kedudukan seseorang dalam fungsi dan kegiatan, sehingga mampu menjalankan tugas yang dibebankan kepadanya. Berikut adalah Struktur Organisasi yang dibentuk oleh Bidang Penagihan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta
Gambar 1.1 Stuktur organisasi bidang penagihan DPPKA Kota Surakarta
21
4. Deskripsi Jabatan Struktural 1. Kepala bidang Kepala bidang mempunyai tugas antara lain : a. Menyusun rencana strategis dan program kerja tahunan bidang sesuai dengan program kerja yang telah disusun awal periode b. Membagi tugas kepada bawahan sesuai tugas agar tercipta pemerataan tugas c. Memberi petunjuk dan arahan kepada bawahan guna kejelasan pelaksanaan tugas 2. Sie penagihan dan keberatan Seksi ini mempunyai tugas antara lain : a. Melakukan penagihan pajak bumi dan bangunan beserta tunggakan kepada wajib pajak b. Melayani permohonan keberatan dan penyelesaiannya 3. Sie Pengelolaan Penerimaan Sumber Pendapatan Lain a. Mengumpulkan data sumber-sumber penerimaan PBB sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku b. Mengurus administrasi dan arsip 4. Staf a. Melaksanakan tugas dari kepala seksi masing-masing b. Melakukan pemantauan dan terjun langsung ke lapangan untuk menagih pajak bumi dan bangunan yang terutang
22
B. Latar Belakang Masalah Dalam menjalankan suatu pemerintahan dan pembangunan, pemerintah membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dana tersebut dikumpulkan dari segenap potensi sumber daya yang dimiliki baik berasal dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan ataupun dari lain-lain pendapatan yang sah. Semua dana tersebut dikelola dan digunakan untuk kepentingan pembangunan daerah. Sebagian besar penerimaan daerah Kota Surakarta berasal dari bagian dana perimbangan yang salah satunya adalah penerimaan dari sektor pajak bumi dan bangunan (PBB). Pajak bumi dan bangunan adalah pajak yang dikenakan atas kepemilikan tanah dan bangunan permanen dan telah mendapat IMB (ijin mendirikan bangunan). Pajak ini dikenakan setahun sekali dengan tarif yang telah ditetapkan sesuai dengan Undang-undang
No 12 tahun 1985
sebagaimana telah dirubah dengan UU No 12 tahun 1994 yang mengatur tentang PBB. Pajak Bumi dan bangunan adalah salah satu jenis pajak yang cukup penting yang ada di Indonesia. Pajak bumi dan bangunan selama ini di identikkan dengan pajak lempung karena obyek utamanya berupa tanah atau bumi dengan wajib pajak yang meliputi seluruh golongan masyarakat dari golongan rakyat jelata sampai dengan pejabat tinggi Negara. Kontribusi penerimaan pajak terhadap penerimaan Negara diharapkan semakin meningkat dari tahun ke tahun. Namun kenyataannya kontribusi finansial untuk penerimaan Negara yang berasal dari PBB masih relatif kecil dibandingkan dengan jenis pajak lainnya. Kecilnya kontribusi pemasukan tersebut tercipta
23
karena struktur pengenaan pajak PBB yang memang kecil (0,5%). Kenyataannya ada saja hal-hal yang mengakibatkan penerimaan pajak khususnya dari PBB tidak sesuai dengan target yang ditetapkan dan penyebab paling dominan adalah masalah rendahnya kesadaran masyarakat untuk memenuhi kewajiban pajaknya Dalam penulisan tugas akhir ini penulis membatasi masalah hanya mengenai masalah dalam pelaksanaan pemungutan pajak bumi dan bangunan serta solusi yang dilakukan bidang penagihan Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta untuk meminimalis dampak dari masalah tersebut. Masalah ini perlu dibahas secara lebih mendalam dan perlu ada solusi yang tepat karena pajak bumi dan bangunan merupakan penerimaan yang memberikan kontribusi cukup besar terhadap penerimaan daerah Kota Surakarta, Sehingga perlu pengelolaan yang lebih baik dan efektif agar diperoleh hasil yang maksimal. Atas dasar latar belakang tersebut diatas, penulis dalam menyusun tugas akhir mengambil judul : “PERMASALAHAN DAN SOLUSI DALAM PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PADA DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET KOTA SURAKARTA”
C. Rumusan Masalah Dalam penulisan tugas akhir ini penulis membatasi masalah hanya pada penerimaan dana perimbangan dari sektor pajak bumi dan bangunan yang
24
penerimaannya dikelola oleh bidang penagihan Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta. Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah : 1. Apa saja permasalahan yang dihadapi bidang penagihan pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta dalam pelaksanaan pemungutan pajak bumi dan bangunan? 2. Solusi apa yang dilakukan bidang penagihan pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta untuk mengatasi masalah tersebut?
D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apa saja masalah yang timbul dalam pelaksanaan pemungutan pajak bumi dan bangunan serta solusi yang dilakukan bidang penagihan pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta untuk mengatasi masalah tersebut.
E. Manfaat Penelitian Melalui penelitian ini, penulis berharap dapat memberikan manfaat kepada beberapa pihak sebagai berikut : 1. Bagi penulis Dapat menambah pengetahuan dan menerapkan ilmu pengetahuan dalam bidang perpajakan yang telah diperoleh di bangku kuliah ke dalam
25
kenyataan yang sesungguhnya khususnya dalam bidang pajak bumi dan bangunan. 2. Bagi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta Diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan dan masukan dalam penyusunan kebijaksanaan yang berkaitan dengan pemungutan pajak bumi dan bangunan agar sesuai dengan target yang telah ditetapkan. 3. Bagi pihak lain Dapat dijadikan bahan pertimbangan dan menjadi dasar bagi penelitian selanjutnya.
F. Metodologi Penelitian Metode penelitian yang penulis gunakan dalam penyusunan Tugas Akhir ini adalah metode pengumpulan data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya. Data primer diperoleh melalui beberapa metode yang dilakukan, antara lain : metode observasi, metode wawancara dan metode dokumentasi. – Metode Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena – fenomena yang diselidiki (Hadi, 1996 : 13). Observasi ini dilakukan dengan cara memeriksa menggunakan panca indera terutama mata, yang dilakukan secara kontinyu selama kurun waktu tertentu untuk membuktikan sesuatu keadaan atau masalah. Penulis mencari dan mengumpulkan data berdasarkan pengamatan serta praktek langsung yang dilakukan ketika pelaksanaan program magang
26
selama 1 bulan dari bulan Februari hingga bulan Maret 2010 di Bidang Penagihan Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta. Adapun data yang diperoleh dari observasi, antara lain : proses filling STTS (Surat Tanda Terima Setoran) atau pengelompokan STTS berdasarkan kecamatan dan kelurahan; proses entry data dari STTS yang telah dikelompokkan; proses penandaan pelunasan pajak di buku DHKP (Daftar Hukum Ketetapan Pajak); dan pelaksanaan program safari/jemput bola di kelurahan. – Metode Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari yang terwawancara (Arikunto Suharsimi, 2002 : 201). Wawancara dilakukan secara face to face antara peneliti dengan responden untuk mendapatkan informasi secara lesan dengan tujuan untuk memperoleh
data
yang dapat
menjelaskan
atau
menjawab
suatu
permasalahan berkaitan dengan penelitian. Penulis menginterview pegawai Bidang Penagihan DPPKA Kota Surakarta termasuk Kepala Bidang Penagihan berkenaan dengan sistem pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan yang diterapkan selama ini. Hasil yang diperoleh dari wawancara, yaitu : permasalahan dan solusi dalam pemungutan pajak bumi dan bangunan pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Dan Aset Kota Surakarta . – Metode Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, legger, agenda, dsb (Arikunto Suharsimi, 2002 : 236).
27
Dalam penelitian ini data yang digunakan oleh penulis yaitu tentang permasalahan yang terjadi dan solusi yang dilakukan dalam pemungutan pajak bumi dan bangunan pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Dan Aset Kota Surakarta .
G. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut : BAB I
: PENDAHULUAN Bab ini menerangkan tentang gambaran umum Bidang Penagihan DPPKA Kota Surakarta, latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II
: ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Bab ini menerangkan tentang tinjauan pustaka berkaitan dengan masalah yang diangkat, dan pembahasan masalah.
BAB III : TEMUAN Bab ini memaparkan kelebihan dan kelemahan yang terdapat dalam proses pemungutan pajak bumi dan bangunan pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Dan Aset Kota Surakarta BAB IV : PENUTUP Bab ini berisikan kesimpulan serta rekomendasi dari penulis berkaitan dengan hasil penyusunan tugas akhir ini.
28
BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Pustaka 1. Dasar Hukum Pajak Bumi dan Bangunan Dasar hukum yang mengatur tentang pajak bumi dan bangunan adalah Undang – Undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang perubahan atas Undang – Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang PBB. Dalam pelaksanaannya, PBB juga diatur dengan Peraturan Pemerintah serta Keputusan Menteri Keuangan. Secara lengkap dasar hukum PBB adalah sebagai berikut : 1) Undang – Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang PBB sebagaimana telah diubah dengan Undang – Undang Nomor 12 Tahun 1994. 2) Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1985 tentang persentase nilai jual kena pajak untuk PBB. 3) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1002/KMK.04/1985 tentang tata cara pendaftaran obyek PBB. 4) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1006/KMK.04/1985 tentang tata cara penagihan PBB dan penunjukan pejabat yang berwenang mengeluarkan surat paksa. 5) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1007/KMK.04/1985 tentang pelimpahan wewenang penagihan PBB kepada Gubernur Kepala
14
29
Daerah Tingkat I dan/atau Bupati / Walikota Madya Kepala Daerah Tingkat II. 6) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 523/KMK.04/1998 tentang penentuan klasifikasi dan besarnya NJOP sebagai dasar pengenaan PBB. 2. Istilah – Istilah dalam PBB Bumi Yang dimaksud bumi dalam Undang – Undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada di bawahnya. Permukaan bumi meliputi tanah dan perairan pedalaman (termasuk rawa – rawa tambak pengairan) serta laut wilayah Republik Indonesia. Bangunan Yang dimaksud dengan bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan atau perairan untuk tempat tinggal, tempat usaha dan tempat yang diusahakan. PBB Adalah Pajak Bumi dan Bangunan yang administrasi pemungutannya dikelola
oleh
Direktorat
Jenderal
Pajak
dan
seluruh
hasil
penerimaannya dibagi hasilkan kepada daerah. Nilai Jual Obyek Pajak Yang dimaksud dengan Nilai Jual Obyek Pajak adalah harga rata – rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar,
30
dan bilamana tidak terdapat transaksi jual beli, nilai jual obyek pajak ditentukan melalui perbandingan harga dengan obyek lain yang sejenis atau nilai perolehan baru, atau nilai jual obyek pajak pengganti. Surat Pemberitahuan Obyek Pajak (SPOP) Yang dimaksud dengan Surat Pemberitahuan Obyek Pajak adalah surat yang digunakan oleh wajib pajak untuk melaporkan data obyek pajak menurut ketentuan Undang – Undang. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) Yang dimaksud dengan Surat Pembertahuan Terutang adalah surat yang digunakan oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk memberitahukan besarnya pajak terutang kepada wajib pajak. Surat Ketetapan Pajak (SKP) Yaitu surat keputusan KP PBB yang memberitahukan besarnya pajak yang terutang termasuk denda administrasi kepada wajib pajak. Surat Tagihan Pajak (STP) Adalah surat keputusan KP PBB untuk menagih pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar ditambah denda administrasi sebesar 2% per bulan dengan denda maksimal sebesar 48%. Surat Tanda Terima Setoran (STTS) Merupakan bukti pembayaran yang diserahkan kepada Wajib Pajak yang telah membayar pajaknya.
31
Daftar Penerimaan Harian (DPH) Adalah dokumen yang digunakan oleh petugas pemungut untuk menyetorkan hasil penerimaan PBB ke tempat pembayaran. 3. Definisi Pajak Bumi dan Bangunan Menurut Munawir (1992 : 308) Pajak Bumi dan Bangunan merupakan pajak tidak langsung yang dipungut oleh pemerintah pusat dan hasil penerimaan pajak ini diarahkan kepada tujuan untuk kepentingan masyarakat di daerah yang bersangkutan. Sedangkan dalam Undang – Undang No. 12 Tahun 1994 tentang Perubahan Atas Undang – Undang No. 12 tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Pasal 1 Ayat 2 dijelaskan bahwa Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak negara yang sebagian besar penerimaannya merupakan pendapatan daerah yang antara lain dipergunakan untuk penyediaan fasilitas yang juga dinikmati oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. 4. Subyek Pajak Bumi dan Bangunan Subyek PBB adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata : 1) Mempunyai suatu hak atas bumi dan/atau 2) Memperoleh manfaat atas bumi dan/atau 3) Memiliki, menguasai atas bangunan dan/atau 4) Memperoleh manfaat atas bangunan
32
5. Obyek Pajak Bumi dan Bangunan Yang menjadi obyek PBB adalah Bumi dan/atau Bangunan. untuk menentukan besarnya nilai bumi dan/atau bangunan, obyek pajak diklasifikasikan. Klasifikasi bumi dan bangunan adalah pengelompokan bumi dan bangunan menurut nilai jualnya dan digunakan sebagai pedoman serta untuuk memudahkan penghitungan pajak terutang. 6. Dasar Pengenaan dan Penghitungan PBB Dasar pengenaan pajak adalah Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP), yaitu pada harga rata – rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar, dan bilamana tidak terdapat transaksi jual beli, NJOP ditentukan melalui perbandingan harga dengan obyek lain yang sejenis atau nilai perolehan baru, atau NJOP pengganti. Adapun untuk dasar penghitungan pajak adalah Nilai Jual Kena Pajak yang ditetapkan serendah – rendahnya 20% dan setinggi – tingginya 40% dari NJOP. Penetapatan besarnya persentase Nilai Jual Kena Pajak, yaitu : 1) Sebesar 40% dari NJOP untuk : a. Obyek pajak perkebunan, b. Obyek pajak kehutanan, dan c. Obyek pajak lainnya, yang wajib pajaknya perorangan dengan NJOP atau bumi dan bangunan sama atau lebih besar dari Rp. 1.000.000.000,00 (Satu Milyar Rupiah). 2) Sebesar 20% dari NJOP untuk :
33
a) Obyek pajak pertambangan, dan b) Obyek
pajak
lainnya
yang
NJOP-nya
kurang
dari
Rp.
1.000.000.000,00 (Satu Milyar Rupiah). Tarif pajak yang dikenakan atas obyek pajak adalah tarif tunggal, yaitu sebesar 0,5%. Besarnya pajak terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan NJKP. Pajak Bumi dan Bangunan
= Tarif Pajak x NJKP = 0,5% x 20% x NJOP = 0,5% x 40% x NJOP
NJOP = (NJOP Bumi + NJOP Bangunan) – NJOPTKP 7. Pembagian Hasil Penerimaan PBB Sesuai dengan peraturan pemerintah no. 16 tahun 2000, hasil penerimaan PBB merupakan penerimaan Negara. Hasil penerimaan PBB dibagi untuk pemerintah pusat dan pemerintah daerah dengan imbangan : 1. 10% untuk pemerintah pusat, alokasi pembagiannya : a) 65% dibagikan secara merata untuk daerah kabupaten /kota b) 35% dibagikan insentif untuk daerah kabupaten / kota yang relaisasi penerimaan PBB sektor pedesaan dan perkotaan pada tahun anggaran sebelumnya mencapai / melampaui rencana penerimaan yang ditetapkan 2. 90% untuk pemerintah daerah a) 16,2% untuk provinsi b) 64,8% untuk kabupaten / kota
34
c) 9% untuk biaya pungut 8. Tata Cara Pembayaran dan Penagihan PBB 1) Pajak yang terutang berdasarkan SPPT harus dilunasi selambat – lambatnya 6 (enam) bulan sejak tanggal diterimanya SPPT oleh wajib pajak. 2) Pajak yang terutang berdasarkan SKP harus dilunasi selambat – lambatnya 1 (satu) bulan sejak tanggal diterimanya SKP oleh wajib pajak. 3) Pajak yang terutang yang pada saat jatuh tempo pembayarannya tidak dibayar, dikarenakan denda administrasi sebesar 2% sebulan, yang dihitung dari saat jatuh tempo sampai dengan hari pembayaran, untuk jangka waktu paling lama 24 bulan. 4) Denda administrasi sebagaimana dimaksud dalam no. 3 di atas, ditambah dengan utang pajak yang belum atau kurang bayar ditagih dengan Surat Tagihan Pajak (STP) yang harus dilunasi selambat – lambatnya 1 (satu) bulan sejak tanggal diterimanya STP oleh wajib pajak. 9. Prosedur Penagihan PBB Tindakan penagihan pajak yang selama ini dilaksanakan adalah berdasarkan pada Undang-undang No.19 Tahun 1997 yang telah diubah dengan Undang-undang No.19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. Dengan Undang-undang penagihan pajak yang demikian itu diharapkan dapat memberikan penekanan yang lebih pada
35
keseimbangan
antara
kepentingan
masyarakat
wajib
pajak
dan
kepentingan negara. Keseimbangan kepentingan dimaksud berupa pelaksanaannya hak dan kewajiban oleh kedua belah pihak yang tidak berat sebelah atau tidak memihak, adil, serasi dan selaras dalam wujud tata urutan yang jelas dan sederhana serta memberikan kepastian hukum. Adapun Prosedur Penagihan Pajak Bumi dan Bangunan berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. KEP-14/PJ.6/1990 adalah : 1) Penerbitan Surat Teguran Penerbitan Surat Teguran sebagai langkah awal dari tindakan pelaksanaan penagihan pajak dikeluarkan segera setelah 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pembayaran STP PBB atau SK. Pembetulan/SK, Keberatan/Putusan Banding yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah. 2) Penerbitan Surat Perintah Penagihan Pajak Seketika dan Sekaligus Surat Perintah Penagihan Pajak Seketika dan Sekaligus diterbitkan tanpa menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran STP PBB dan SK. Pembetulan/SK. Keberatan/Putusan Banding yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, apabila : a) Penanggung pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selamalamanya. b) Penanggung pajak menghentikan atau secara nyata mengecilkan kegiatan perusahan, atau pekerjaan yang dilakukannya di
36
Indonesia, ataupun memindahkan barang yang dimiliki atau dikuasainya. c) Terdapat tanda-tanda bahwa penanggung pajak akan membubarkan badan usahanya. d) Badan usaha akan dibubarkan oleh negara. e) Terjadi penyitaan atas barang penanggung pajak oleh pihak ketiga atau terdapat tanda-tanda kepailitan. Dalam hal terdapat penanggung pajak telah diterbitkan Surat Teguran, maka Penagihan Seketika dan Sekaligus dilakukan tanpa menunggu lewat tenggang waktu 21 (dua puluh satu) hari sejak Surat Teguran diterbitkan. Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus diterbitkan sebelum penerbitan Surat Paksa. Oleh karena itu pengecualian jadwal waktu penagihan tersebut hanya berlaku sebelum diterditkannya Surat Paksa, sedangkan jadwal waktu penagihan Surat Paksa mengikuti jadwal waktu normal. 3) Penerbitan Surat Paksa Surat Paksa diterbitkan segera setelah lewat 21 (dua puluh satu) hari sejak diterbitkan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus. 4) Pelaksanaan Sita Penyitaan terdapat barang milik penanggung pajak dilaksanakan oleh juru sita pajak berdasarkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan. Penyitaan dilaksanakan apabila utang
pajak tidak dilunasi dalam
37
jangka waktu 2x24 jam sejak tanggal surat paksa diberitahukan kepada penanggung pajak. 5) Pengajuan/Permintaan Jadwal Waktu dan Tempat Pelelangan Kepala Kantor Pelayanan PBB sebagai penjual atas barang yang disita mengajukan permintaan jadwal waktu dan tempat pelelangan kepada Kantor Lelang dengan menggunakan surat permintaan jadwal waktu dan tempat pelelangan apabila utang pajak dan atau biaya penagihannya tidak dilunasi setelah dilaksanakan penyitaan. Dalam jangka waktu antara pengajuan permintaan dan ditetapkannya jadwal waktu dan tempat pelelangan, Kepala Kantor Pelayanan PBB dapat memberitahukan kesempatan terakhir kepada wajib pajak/penanggung pajak dan biaya penagihannya. 6) Pengumuman Lelang Setelah mendapat kepastian jadwal waktu dan tempat pelelangan dari Kepala Kantor Lelang, Kepala Seksi Penerimaan dan Penagihan (P2) membuat konsep pengumuman lelang dan meneruskannya kepada Kepala Kantor Pelayanan PBB untuk selanjutnya diumumkan melalui surat kabar, kemudian mencatat tanggal pemuatannya didalam daftar pengawasan tindakan penagihan Pajak Bumi dan Bangunan. Pengumuman lelang dilaksanakan sekurang-kurangnya 14 (empat belas) hari setelah penyitaan, sedangkan lelang dilaksanakan sekurang-kurangnya 14 (empat belas) hari setelah pengumuman lelang.
38
7) Pelaksanaan Penjualan Barang Sitaan secara Lelang Ketentuan pelaksanaan penjualan barag sitaan secara lelang mengacu pada Surat Edaran Bersama Direktur Jenderal Pajak dan Kepada Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara Nomor SE-214/PJ/1999 Jo. SE-17/PN/1999 tanggal 25 Agustus 1999 tentang Lelang Eksekusi Pajak. Pada dasarnya, tujuan utama lelang untuk melunasi biaya penagihan pajak dan hutang pajak. Akan tetapi lelang tidak dilaksanakan atas : a) Apabila penanggung pajak telah melunasi utang pajak dan biaya penagihannya. b) Berdasarkan putusan pengadilan yang mengabulkan gugatan pihak ketiga atas kepemilikan barang yang disita. c) Berdasarkan putusan Badan Penyelesaian Sengketa Pajak (BPSP) yang
mengabulkan
gugatan
penanggung
pajak
terhadap
pelaksanaan penagihan pajak. d) Apabila objek sita yang akan dilelang musnah karena terbakar atau bencana alam. e) Pelaksanaan Penjualan Barang Sitaan yang Dikecualikan dari Penjualan secara Lelang.
39
B. Analisis Data dan Pembahasan 1. Mekanisme pemungutan pajak bumi dan bangunan di bidang penagihan DPPKA Mekanisme pemungutan pajak bumi dan bangunan yang diterapkan bidang penagihan DPPKA terdapat dua macam cara : 1.
Alur penyelesaian pemungutan pajak bumi dan bangunan lewat program safari di RT / RW
Gambar 2.1 Alur penyelesaian pemungutan pajak bumi dan bangunan lewat program safari 2.
Alur penyelesaian pemungutan pajak bumi dan bangunan lewat Bank Persepsi
Gambar 2.2 Alur penyelesaian pemungutan pajak bumi dan bangunan lewat Bank Persepsi
40
2. Tabel jumlah wajib pajak, target dan realisasi penerimaan PBB tahun 2006-2009 Tabel II. 1 Jumlah Wajib Pajak, Target dan Realisasi Penerimaan PBB Tahun 2006-2009 Tahun
jumlah WP
Target Penerimaan
Realisasi Penerimaan
2006
112.088
21.683.491.095
15.270.892.220
2007
108.621
23.963.409.750
18.540.539.606
2008
114.496
25.024.965.610
19.853.013.882
2009
114.134
31.247.560.600
24.661.753.066
Sumber: Dinas Pendapatan, Pengelolaan, Keuangan dan Aset Kota Surakarta Dari tabel II.1 diatas terlihat jelas jumlah wajib pajak bumi dan bangunan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun namun realisasi penerimaan PBB justru dibawah target yang ditetapkan. Hal tersebut terjadi karena dalam pemungutan pajak tersebut terdapat berbagai hambatan dan kesulitan. Semakin banyak wajib pajak yang harus ditangani semakin banyak pula kesulitan yang dihadapi petugas. Permasalahan yang ada tidak hanya berasal dari wajib pajak, namun juga masalah administrasi. Tentunya hal seperti ini tidak bisa dibiarkan terus-menerus karena akan menimbulkan kerugian yang besar. Permasalahan yang timbul dan solusi yang dilakukan bidang penagihan DPPKA dalam pemungutan pajak bumi
41
dan bangunan akan dibahas lebih lanjut dan lebih rinci dalam pembahasan selanjutnya. 3. Permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan pemungutan pajak bumi dan bangunan Permasalahan yang timbul dalam pemungutan pajak bumi dan bangunan bermacam-macam dan di tiap prosesnya masalah yang timbul berbedabeda. Oleh karena itu permasalahan dan solusi dalam pemungutan pajak bumi dan bangunan dibedakan menjadi empat bagian yaitu dalam pendaftaran dan pendataan, dalam penghitungan, dalam pembayaran dan dalam penagihan. 1. Dalam pendaftaran dan pendataan a. Kurangnya kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak Kebanyakan wajib pajak di kota Surakarta ini belum mempunyai kesadaran yang cukup tentang pentingnya membayar pajak. Mereka cenderung acuh tak acuh dan mengabaikan anjuran membayar pajak dengan alasan yang beragam. Padahal hasil dari penerimaan pajak ini akan dikembalikan kembali kepada wajib pajak dalam bentuk pelayanan umum yang lebih baik seperti perbaikan sarana umum, tunjangan pelayanan kesehatan yang lebih baik dan pembangunan kota. Hal seperti inilah yang memicu tidak tercapainya target penerimaan pajak yang telah ditetapkan. Rata-rata realisasi penerimaan masih berada dibawah targetnya. Hal ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini
42
Tabel II. 2 Perbandingan Jumlah Wajib Pajak Terdaftar dengan Jumlah Wajib Pajak yang Membayar PBB Tahun 2006-2009 Tahun
jumlah WP terdaftar jumlah WP membayar Prosentase ( % )
2006
112.088
76.380
68%
2007
108.621
76.500
70%
2008
114.496
73.618
64%
2009
114.134
74.985
66%
Sumber: Dinas Pendapatan, Pengelolaan, Keuangan dan Aset Kota Surakarta b. Masih ada permasalahan dalam pengajuan pemecahan obyek pajak Misalnya wajib pajak mengajukan pemecahan karena warisan. Satu obyek pajak dipecah menjadi dua. Pada tahun regular atau tahun pemecahan hal tersebut bisa terlaksana tetapi untuk tahun-tahun berikutnya induk obyek yang dipecah muncul lagi sehingga wajib pajak menerima dua SPPT. c. Masih terdapat beberapa data wajib pajak yang diterbitkan KPP belum valid Beberapa data wajib pajak yang diterbitkan KPP ada yang belum valid karena banyak obyek pajak yang sudah pindah tangan atau berganti kepemilikan tanpa melapor, terkadang terdapat juga ukuran
43
obyek yang berbeda dan alamat wajib pajak tidak diketahui/ pindah alamat. Kira-kira sebesar 9% terdapat data yang belum valid. d. Antara pendataan dengan pertumbuhan obyek pajak tidak seimbang Antara pendataan dengan pertumbuhan obyek pajak tidak seimbang karena perkembangan pertumbuhan sangat pesat, baragam dan bertambah banyak sementara jumlah petugas pendata tidak bertambah. Saat ini terdapat 51 kelurahan yang menjadi tanggung jawab 16 petugas pemungut. Semakin banyak jumlah obyek yang harus didata semakin tinggi pula kesulitan yang akan dihadapi petugas sehingga dapat dikatakan dalam hal pendataan cenderung tetap dan kurang berkembang dibandingkan pertumbuhan dan perkembangan obyek pajak. Tabel II. 3 Perbandingan Jumlah Petugas dengan Jumlah Obyek Pajak Tahun 2006-2009 Tahun
jumlah petugas
jumlah obyek pajak
2006
16
112.088
2007
16
108.621
2008
16
114.496
2009
16
114.134
Sumber: Dinas Pendapatan, Pengelolaan, Keuangan dan Aset Kota Surakarta
44
2. Dalam penghitungan a. Harga nilai jual obyek pajak (NJOP) terkadang tidak sesuai dengan harga pasar yang berlaku saat itu. Antara harga NJOP dengan harga pasar seringkali berbeda. Hal ini disebabkan karena harga tanah yang semakin lama semakin naik dan diminati banyak orang. Contohnya harga tanah di kampung sewu, Jebres pada tahun 2008 harga NJOP nya Rp. 128.000,- dan harga pasarnya Rp. 250.000,- sementara tahun 2009 harga NJOP nya Rp. 160.000,- dan harga pasarnya naik menjadi Rp. 300.000,3. Dalam pembayaran a. Tidak mau membayar dengan berbagai macam alasan seperti belum menerima SPPT dari kelurahan atau sedang sibuk/ tidak ditempat Kondisi orang yang berbeda-beda terkadang menyulitkan petugas pemungut dalam melakukan tugasnya. Belum tentu hari yang ditetapkan petugas dan kelurahan sebagai hari pembayaran merupakan hari kosong bagi wajib pajak. Terkadang pada saat itu mereka sedang sibuk dengan pekerjaan atau berada diluar kota. Ada juga wajib pajak yang belum menerima SPPT dari kelurahan sampai tanggal pembayaran karena wajib pajak tersebut baru saja kembali dari luar kota dan petugas kelurahan belum sempat menyampaikan lagi kepada wajib pajak sehingga SPPT tersebut belum sampai ke tangan wajib pajak yang bersangkutan. Selain itu wajib pajak cenderung menunda membayar sampai tanggal jatuh tempo.
45
b. Banyak wajib pajak yang enggan pergi ke bank tempat pembayaran dengan alasan jauh atau repot Bank persepsi yang ditunjuk sebagai tempat pembayaran PBB belum tentu ada di setiap kelurahan. Wajib pajak yang tinggal jauh harus menempuh jarak yang lumayan untuk mencapai bank tempat pembayaran tersebut. Belum lagi apabila mereka mempunyai banyak urusan yang harus segera diselesaikan dalam waktu yang bersamaan. Kondisi seperti inilah yang seringkali menjadikan wajib pajak enggan datang ke bank dan membayar pajaknya. Prosentase bermacam-macam alasan wajib pajak menghindari kewajiban pajaknya dapat dilihat pada diagram dibawah ini
Pergi Ke Luar Kota 16%
19% 30%
S ibuk Dengan Pekerjaan 14%
16% 14% 21%
Enggan Pergi Ke Bank 21%
Menunggu Waktu Jatuh Tempo 30%
Menunggu Didatangi Petugas 19%
Gambar 2.3 Prosentase Alasan Wajib Pajak Menghindari Kewajiban Pajaknya Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta
46
4. Dalam penagihan a. Wajib pajak menghindar saat ditagih Ada kalanya terkadang wajib pajak belum mempunyai uang untuk membayar pajaknya pada hari yang telah ditetapkan. Untuk menghindari petugas penagih mereka seringkali beralasan tidak berada ditempat atau sedang sibuk dan tidak bisa diganggu. Namun ada juga wajib pajak yang benar-benar tidak berada ditempat pada waktu pembayaran sehingga petugas tidak dapat menagih saat itu juga dan harus ditunda sampai wajib pajak yang bersangkutan kembali. b. Adanya kumulatif pembayaran tunggakan Jika wajib pajak mempunyai tunggakan dalam waktu yang cukup lama dan jumlahnya cenderung besar mereka biasanya tidak melunasi tunggakan pajaknya sekaligus. Misalnya wajib pajak A mempunyai tunggakan 5 tahun dan jumlah tunggakannya mencapai jutaan rupah biasanya mereka membayar untuk 2 atau 3 tahun dulu dan membayar setengah dari jumlah keseluruhan tunggakan dengan alasan dana yang tersedia saat itu hanya cukup untuk membayar setengahnya saja. Tentunya hal seperti ini akan berpengaruh pada penerimaan pajak tahun yang bersangkutan. c. Kurangya jumlah petugas pemungut dan juru sita pajak Kurangnya jumlah petugas pemungut dan juru sita pajak yang dimiliki kota Surakarta ini juga menjadi salah satu kendala dalam
47
pelaksanaan penagihan pajak. Banyaknya petugas yang sudah memasuki masa pensiun dan belum adanya petugas pengganti menjadikan petugas yang ada harus bekerja lebih keras untuk menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawab mereka. Dengan jumlah petugas yang kurang memadai sementara tugas yang harus diselesaikan cukup menyita waktu dan pikiran kinerja dari para petugas terkadang menjadi kurang maksimal. d. Sanksi yang tegas belum sepenuhnya diterapkan Terkadang sanksi yang diterapkan dalam Undang-undang dinilai terlalu berat dan bersifat memaksa apabila diterapkan sepenuhnya kepada wajib pajak. Oleh karena itu petugas juga kadang-kadang merasa tidak tega untuk menindak wajib pajak yang tidak menyelesaikan kewajiban pajaknya sesuai sanksi yang berlaku namun hal seperti inilah yang justru menjadikan wajib pajak merasa dibebaskan dari hukuman yang seharusnya mereka terima dan bukannya sadar mereka malah menjadi-jadi kelakuan buruknya yaitu mengingkari kewajiban membayar pajaknya.
48
4. Upaya yang dilakukan bidang penagihan pada DPPKA untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam pelaksanaan pemungutan pajak bumi dan bangunan 1. Dalam pendaftaran dan pendataan a. Memberikan penyuluhan / sosialisasi kepada wajib pajak khususnya mengenai
cara
mengisi
formulir,
penyampaian
SPPT
dan
mendatangi langsung wajib pajak Bidang penagihan harus lebih aktif mengadakan sosialisasi dan berinteraksi dengan masyarakat umum. Saat ini masih banyak wajib pajak dan petugas kelurahan yang belum faham tentang tata cara pengisian formulir dan pembayaran pajak. Sosialisasi bisa dilakukan dengan mendatangkan wajib pajak dan petugas kelurahan ke tempat diadakannya sosialisasi ataupun petugas dapat mendatangi wajib pajak dan petugas kelurahan sewaktu-waktu untuk memberikan pengarahan secara langsung. b. Menyebarkan brosur lewat kelurahan yang berisi tentang ketentuan PBB Selain mengadakan sosialisasi bidang penagihan juga menyebarkan brosur tentang semua hal yang berhubungan dengan pajak bumi dan bangunan. Brosur ini disebarkan lewat kelurahan masing-masing wilayah untuk diteruskan ke wajib pajak ataupun secara langsung dibagikan kepada wajib pajak saat sosialisasi berlangsung.
49
c. Pihak
bidang
penagihan
DPPKA
membantu
menyelesaikan
klarifikasi Untuk masalah pemecahan obyek pajak yang rancu sebaiknya wajib pajak datang langsung ke KPP Pratama untuk mengklarifikasi hal tersebut. Jika memerlukan bantuan dari pihak bidang penagihan DPPKA, petugas siap untuk membantu menyelesaikan hal tersebut ke KPP d. Pemeriksaan pembukuan secara berkala, peremajaan data serta pendataan lebih intensif Pemeriksaan pembukuan secara teratur dan berkala dilakukan untuk memeriksa apakah terjadi suatu perubahan data yang perlu diperbaharui atau tidak. Peremajaan data juga dilakukan setiap beberapa bulan sekali karena perubahan obyek pajak bisa terjadi setiap saat dan kapan saja. Oleh karena itu pendataan yang lebih intensif pun terus dilakukan oleh petugas bidang penagihan untuk mengurangi resiko adanya wajib pajak yang tidak melaporkan perubahan obyek pajaknya kepada petugas misalnya apabila obyek pajak berpindah tangan atau berganti kepemilikan. Hal-hal seperti ini sangat perlu dilakukan untuk memaksimalkan penerimaan pajak bumi dan bangunan karena selama ini penerimaan selalu berada dibawah target yang ditetapkan. e. Mulai tahun 2009 akhir jika pindah nama obyek pajak harus dilengkapi dengan tanda lunas PBB minimal lima tahun dengan
50
bukti STTS asli atau tanda lunas PBB 10 tahun dengan bukti Surat keterangan pelunasan PBB Mulai tahun 2009 akhir bidang penagihan menerapkan suatu aturan yaitu apabila wajib pajak akan menjual obyek pajaknya atau pindah kepemilikan maka obyek pajak tersebut harus dilampiri dengan tanda lunas PBB minimal lima tahun dengan bukti Surat Tanda Terima Setoran (STTS) asli atau tanda lunas PBB 10 tahun dengan bukti Surat keterangan pelunasan PBB. Hal ini dilakukan karena banyak terdapat obyek pajak yang berganti kepemilikan tanpa melapor dan nantinya akan menyulitkan petugas apabila akan menyampaikan SPPT berikutnya karena ternyata obyek pajak tersebut telah berganti kepemilikan. f. Menghimbau agar jika terjadi perubahan pada obyek pajak segera melapor Jika terjadi perubahan pada obyek pajak sebaiknya wajib pajak segera melapor kepada petugas seperti apabila terjadi perubahan ukuran atau berganti hak kepemilikan. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memudahkan petugas dalam pendataan dan pembaharuan data yang digunakan untuk penyampaian SPPT tahun pajak berikutnya agar tidak terjadi kesalahan penyampaian SPPT dan jumlah tagihan pajak yang harus dibayar.
51
2. Dalam penghitungan a. Pihak penagih pajak menghitung ulang NJOP dan disesuaikan dengan harga pasarnya yang berlaku saat itu Jika harga NJOP tidak disesuaikan dengan harga pasar yang berlaku saat itu dikhawatirkan akan mempengaruhi minat beli tanah dan bangunan masyarakat, misalnya harga NJOP lebih tinggi dari harga pasar yang berlaku saat itu maka calon pembeli akan berpikir ulang untuk membeli sesuai harga NJOP. Oleh karena itu penyesuaian harga obyek pajak sangat penting untuk dilakukan dan diperbaharui secara berkala. 3. Dalam pembayaran a. Petugas terjun langsung ke lapangan untuk menyampaikan SPPT dengan benar ke masing-masing kelurahan Petugas
diterjunkan
ke
masing-masing
kelurahan
untuk
menyerahkan SPPT kepada petugas kelurahan. Selanjutnya petugas kelurahan memilah-milah SPPT per RT dan yang terakhir petugas RT menyampaikan SPPT tersebut ke wajib pajak. Petugas RT harus memastikan bahwa SPPT tersebut telah diterima oleh wajib pajak yang benar sesuai dengan nama yang tertera dalam SPPT tersebut dan jumlahnya sudah sesuai dengan jumlah tagihan yang harus dibayar sesuai dengan perhitungan yang sudah dilakukan.
52
b. Melakukan sosialisasi dan pendekatan kepada wajib pajak agar tercipta hubungan yang baik sehingga wajib pajak menyadari bahwa membayar pajak adalah suatu kewajiban dan bukan paksaan Antara wajib pajak dengan petugas pemungut hendaknya menjalin suatu hubungan yang baik karena berawal dari hubungan yang baik inilah tujuan baik bisa tercapai. Wajib pajak yang mengenal baik petugas tentu akan merasa sungkan apabila tidak membayar pajaknya tepat waktu dan ini bisa menjadi suatu cara untuk memaksimalkan penerimaan pajak dari sektor pajak bumi dan bangunan sehingga nantinya realisasi penerimaan bisa mencapai target yang telah ditetapkan. c. Memasang spanduk tentang himbauan membayar PBB di setiap titik kecamatan Agar wajib pajak semakin merasa tergugah hatinya untuk membayar pajak, bidang penagihan juga memasang spanduk yang berisi imbauan untuk membayar pajak bumi dan bangunan di setiap titik kecamatan yang berbeda. Hal ini dimaksudkan apabila wajib pajak tidak sempat membaca brosur yang telah disebarkan petugas atau undangan untuk membayar PBB ke kelurahan mereka dapat membacanya sewaktu berada dijalan. Spanduk ini biasanya dipasang di dekat lampu merah atau di tempat keramaian seperti pasar tradisional, swalayan atau pusat perbelanjaan terkemuka sehingga orang-orang dapat membacanya dengan mudah. Selain spanduk yang
53
berisi imbauan untuk membayar pajak tepat waktu setelah masa pembayaran telah usai bidang penagihan ini memasang spanduk lagi yang berisi ucapan terima kasih atas partisipasi masyarakat dan kesadaran dalam membayar pajak. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat merasa dihargai dan diperlakukan dengan baik oleh petugas pemungut pajak sehingga nantinya mereka akan membayar tepat waktu untuk tagihan pajak berikutnya. d. Menerjunkan petugas pemungut ke kelurahan masing-masing wilayah untuk melakukan safari / jemput bola dengan tujuan mendekatkan wajib pajak dengan tempat pembayaran sehingga wajib pajak yang jauh dengan bank tempat pembayaran bisa membayar lewat petugas pemungut. Wajib pajak yang jauh dengan bank persepsi tempat pembayaran pajak bumi dan bangunan dapat membayar lewat petugas pemungut yang ada di kelurahan dan siap melayani pembayaran dari wajib pajak. Safari ini menjadi salah satu cara efektif untuk mendongkrak penerimaan pajak bumi dan bangunan karena tujuan diadakannya safari atau jemput bola ini adalah mendekatkan wajib pajak dengan tempat pembayaran sehingga wajib pajak yang jauh dengan bank tempat pembayaran bisa membayar lewat petugas pemungut dan penerimaan PBB pun bisa lebih maksimal.
54
e. Mengadakan pekan panutan/ pekan keteladanan dengan memberikan penghargaan kepada wajib pajak yang taat membayar lebih awal Di setiap periode pembayaran pajak bidang penagihan mengadakan suatu pekan yang diberi nama pekan panutan atau yang lebih dikenal dengan nama pekan keteladanan. Pekan ini adalah pekan dimana wajib pajak yang membayar pajaknya lebih awal dan tidak pernah menunggak akan diberikan suatu penghargaan berupa piagam dari walikota yang diserahkan secara langsung. Hal seperti ini tentunya menjadi suatu kebanggaan tersendiri dan akan menggugah semangat wajib pajak yang lain untuk taat membayar pajak dan memperoleh piagam penghargaan tersebut. f. Mengadakan undian berhadiah untuk pembayaran sebelum jatuh tempo Selain mengadakan pekan insentif / pekan keteladanan, bidang penagihan juga mengadakan undian berhadiah bagi wajib pajak yang membayar pajak sebelum jatuh tempo. Wajib pajak yang membayar sebelum jatuh tempo tanggal pembayaran akan diberi satu nomor undian yang nantinya akan diundi pada akhir periode pembayaran pajak. Hadiah yang disediakan pun bermacam macam antara lain satu buah unit sepeda motor, lima unit kulkas dan 20 unit televisi, hadiah ini dapat berubah baik jenisnya ataupun jumlahnya setiap tahun. Terbukti dengan undian berhadiah ini wajib pajak menjadi lebih bersemangat dalam memenuhi kewajiban pajaknya.
55
5. Dalam penagihan a. Melakukan metode door to door untuk wajib pajak dengan kredibilitas buruk dan tunggakan besar Wajib pajak yang terkenal dengan kredibilitas yang buruk dan selalu mempunyai alasan untuk menghindar dari kewajiban membayar pajaknya biasanya petugas akan langsung mendatangi kediaman wajib pajak tersebut dan menagih pajaknya saat itu juga. Jika wajib pajak tersebut masih saja mangkir dan belum mau membayar petugas akan memberi waktu beberapa hari sesuai kesepakatan kedua belah pihak untuk melunasi pajaknya dan kembali lagi pada hari yang telah disepakati sebagai hari pembayaran. b. Memberi penghargaan untuk pegawai yang berprestasi dan berdedikasi tinggi Penghargaan ini diberikan untuk pegawai yang mempunyai track record yang bagus dan menonjol. Pegawai yang tidak pernah datang terlambat ke kantor, yang disiplin dalam menjalankan tugas dan yang selalu menyelesaikan tugas secara cepat dan baik sebaiknya diberikan suatu penghargaan bisa berupa piagam yang diserahkan langsung oleh walikota Surakarta. Tentunya hal ini akan memicu semangat kerja pegawai yang lain untuk mendapatkan penghargaan tersebut. c. Sepanjang ada itikad baik dari wajib pajak untuk menyelesaikan tunggakan pajak pada tahun yang bersangkutan, kumulatif dapat
56
diberikan kepada wajib pajak mengingat kondisi wajib pajak yang tidak selalu stabil Kondisi keuangan yang tidak selalu stabil menjadi pertimbangan tersendiri bagi bidang penagihan apabila wajib pajak tidak dapat melunasi kewajiban pajaknya sekaligus. Sepanjang ada itikad baik yang ditunjukkan oleh wajib pajak untuk melunasi pajaknya pembayaran kumulatif dapat diberikan yakni wajib pajak dapat membayar tunggakan pajaknya sesuai kemampuan finansial saat itu. Hal ini dilakukan karena apabila wajib pajak malah beritikad buruk tidak melunasi kewajiban pajaknya sama sekali sampai batas daluwarsa dan tidak akan tertagih lagi maka penerimaan pajak dari sektor pajak bumi dan bangunan ini justru semakin menurun dan tidak maksimal. d. Mengadakan kerjasama dengan pihak terkait seperti kelurahan dan pihak RT masing-masing wilayah dalam pelaksanaan pemungutan pajak bumi dan bangunan agar petugas tidak kewalahan dalam menangani pembayaran Dalam menangani pembayaran pajak dalam bulan-bulan pembayaran seringkali petugas yang ada kurang jumlahnya dan mengakibatkan antrian panjang bagi yang akan membayar. Hal seperti ini tentu menjadikan wajib pajak enggan membayar karena harus mengantri lama dan petugas pun pastinya akan kelelahan menangani sekian banyak pembayaran. Untuk mengantisipasi hal seperti ini petugas
57
mengadakan kerjasama dengan pihak kelurahan dan RT masingmasing wilayah untuk membantu petugas dalam hal mengurus pembayaran jadi antrian yang panjang dapat dihindari dan pelayanan yang maksimal pun dapat diberikan kepada wajib pajak. e. Lebih cermat lagi dalam hal penerapan sangsi sesuai dengan ijin dari KPP seperti misalnya dalam hal penyitaan dan pelelangan obyek pajak Penerapan sanksi yang lebih tegas dan cermat telah dilakukan bidang penagihan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti wajib pajak yang tidak mau membayar ataupun menunggak pembayaran sampai hampir daluwarsa. Selama ini bidang penagihan telah lebih cermat dalam menyikapi kasus seperti ini dan untuk pelelangan dan penyitaan telah melaksanakan sesuai prosedur yang berlaku yaitu mengajukan permohonan penyitaan dan pelelangan terlebih dahulu sesuai dengan ijin dari pihak KPP.
58
BAB III TEMUAN
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang penulis lakukan, dapat ditemukan adanya kelebihan dan kelemahan dalam pemungutan pajak bumi dan bangunan pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta. Adapun kelebihan dan kelemahannya adalah berikut ini :
A. Kelebihan
1. Bidang penagihan DPPKA memiliki prosedur yang cukup mudah dalam pemungutan pajak bumi dan bangunan karena selain membayar langsung lewat bank persepsi, bidang penagihan juga mempunyai program safari yang mendekatkan wajib pajak dengan tempat pembayaran. 2. Bidang penagihan menerjunkan langsung petugasnya ke lapangan dalam program safari dengan tujuan mendekatkan wajib pajak dengan tempat pembayaran sehingga wajib pajak yang enggan pergi ke bank persepsi karena jauh dapat membayar lewat petugas yang berada di kelurahan pada tanggal safari yang ditentukan. 3. Bidang penagihan termasuk aktif dalam melakukan sosialisasi dan pendekatan kepada wajib pajak demi tercapainya target pajak yang ditentukan.
44
59
4. Pengadaan pekan panutan/ keteladanan dan undian berhadiah oleh bidang penagihan DPPKA mampu meningkatkan semangat dalam membayar pajak.
B. Kelemahan
1. Pengetahuan dan wawasan wajib pajak mengenai pajak bumi dan bangunan masih sangat minim. 2. Kesadaran wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakan masih kurang. 3. Masih terdapat data wajib pajak yang belum valid dan belum diperbaharui. 4. Masih kurangnya petugas yang melakukan pemungutan pajak dan juru sita pajak. 5. Masih ada wajib pajak yang tidak melaporkan obyek pajaknya
60
BAB IV PENUTUP
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang penulis lakukan, maka dapat ditarik simpulan yang berkenaan dengan analisis pemungutan pajak bumi dan bangunan pada bidang penagihan Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta.
A.
Simpulan
1. Hambatan terbesar dalam pemungutan pajak bumi dan bangunan disebabkan oleh para wajib pajak yang kurang menyadari kewajiban perpajakannya dan kurang pengetahuan tentang pajak bumi dan bangunan itu sendiri. Bukan hanya itu saja, masih kurangnya petugas pemungut dan juru sita pajak menjadi salah satu kendala juga dalam pelaksanaan pemungutan pajak bumi dan bangunan. 2. Dalam mengatasi hambatan yang timbul dalam pemungutan dan pembayaran pajak bumi dan bangunan, ada beberapa upaya yang dilakukan oleh bidang penaguhan Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta, seperti mengadakan program safari per kelurahan, pengadaan pekan panutan dan undian berhadiah bagi wajib pajak yang membayar lebih awal dan pelayanan yang baik bagi
46
61
wajib pajak juga menjadi prioritas utama agar wajib pajak merasa nyaman dan tidak enggan melaksanakan kewajiban perpajakannya. 3. Mekanisme pemungutan dan pembayaran pajak bumi dan bangunan pada bidang penagihan Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota bisa dikatakan mudah dan cepat karena selain pembayaran melalui bank persepsi, bidang penagihan Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta menerapkan program safari untuk mempermudah pembayaran.
B. Rekomendasi
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka penulis dapat memberikan rekomendasi sebagai berikut : 1. Agar bidang penagihan Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta lebih giat untuk mengadakan sosialisasi dan memberikan pelayanan yang lebih memuaskan kepada wajib pajak. 2. Lebih tegas dalam menerapkan sanksi, dan menyediakan lebih banyak tenaga lapangan untuk melaksanakan pemungutan pajak bumi dan bangunan. 3. Peremajaan data dan peninjauan ulang harga NJOP sebaiknya dilakukan secara berkala dan rutin diperbaharui. 4. Membuka website yang berisi tentang semua hal mengenai pajak bumi dan bangunan untuk kota wilayah Surakarta sehingga wajib pajak bumi
62
dan bangunan kota Surakarta dapat memperoleh informasi lebih cepat dan jelas tanpa harus datang ke kantor. 5. Untuk wajib pajak agar dapat lebih mentaati peraturan yang berlaku sehingga terjadi kerjasama yang baik antara wajib pajak, bidang penagihan DPPKA , dan masyarakat umum.
63
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Pemeriksaan Penyidikan dan Penagihan Pajak. 2005. Pedoman Penagihan Pajak. Jakarta : Departemen Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak. Mardiasmo. 2002. Perpajakan. Edisi Revisi. Yogyakarta : Andi. Munawir, Slamet.1992. Perpajakan. Yogyakarta : BPFE. Undang–Undang No. 12 Tahun 1994 tentang Perubahan Atas Undang – Undang No. 12 Tahun 1985. Waluyo dan Wirawan B. Ilyas. 2000. Perpajakan Indonesia. Jakarta : Salemba Empat.
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90