Perkembangan Sistem Pembayaran Elektronik dan Arti Penting Nasional Payment Gateway di Indonesia Iwan Setiawan Bali 31 Maret 2016
Bahan ajar ini merupakan milik BI Institute dan digunakan untuk kepentingan pengajaran yang terkait dengan BI Institute. Penggunaan materi di luar kegiatan BI Institute perlu mendapat persetujuan.
2
Outline Pengajaran 1. Pendahuluan
2. Sistem Retail Payment
3. IT Development & Innovasi dalam Retail Payment
4. Pengembangan LKD dan NPG di Indonesia
5. Issue-Issue Terkini dalam Retail Payment
3
Pendahuluan—Visi dan Misi BI VISI
Guna mencapai Visi & Misi
Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil
MISI
Stabilitas nilai rupiah; Sistem keuangan yang efektif dan efisien; Sistem Pembayaran yang aman, efisien, lancar; Organisasi dan SDM BI yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja
Kebijakan makroprudensial yang kredibel dan proaktif serta surveilance yang kuat dan teruji
Kebijakan moneter yang kredibel dan konsisten
Kebijakan sistem pembayaran dan pengelolaan uang Rp yang kredibel & proaktif
Kerjasama dan Kolaborasi yang Proaktif Diperlukan Kebijakan Utama & Pendukung
Kebijakan Internasional
Kebijakan Ekonomi & Keuangan Daerah Strategic Enablers
Sumber: AFSBI 2014
Pendahuluan-Hubungan SSP PUR dengan SM dan SSK
4
Stabilitas Harga dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Stabilitas Moneter (SM)
Stabilitas Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah (SSPPUR)
Stabilitas Sistem Keuangan (SSK)
Volume Transaksi Pembayaran
Tranmisi Moneter yang Efektif • Velocity of money (V = PT/M) meningkat. • Cost of fund rendah
• Kecukupan ULE • Berkembangnya Instrumen SP (Payment System Innovation)
Intermediasi Sistem Keuangan • Volume transaksi meningkat • Biaya transaksi rendah
Efisiensi Transaksi Pembayaran • Perputaran uang cepat • Biaya transaksi murah • Durasi instrumen lama
5
Pendahuluan-Visi dan Misi Sistem Pembayaran Visi : Menjadi otoritas Sistem Pembayaran yang kredibel dan terbaik di regional untuk mendukung perekonomian yang berkesinambungan
Misi : Sistem Pembayaran yang aman, efisien, lancar dan andal, dengan memperhatikan perluasan akses dan perlindungan konsumen
Sumber: AFSBI 2014
Pendahuluan—Peran BI dalam Sistem Pembayaran
6
Melakukan pemeriksaan on site kepada penyelenggara SP
PENGAWASAN Mengawasi penyelenggaraan (Penjelasan UU No 23 Th 1999)
PERIZINAN
OPERATOR
Memberikan izin penyelenggaraan
Menyediakan layanan sistem pembayaran
(Pasal 15 UU No 23 Th 1999)
(Pasal 17 & 18 UU No 23 Th 1999)
Menerbitkan izin kepada penerbit, acquirer dll
Menyelenggarakan BIRTGS, BI-SSSS dan SKNBI
MISI BI REGULATOR Merumuskan kebijakan (Pasal 8 UU No 23 Th 1999) Menerbitkan PBI dan SE BI terkait penyelenggaraan SP
Sistem Pembayaran yang aman, efisien, lancar dan andal, dengan memperhatikan perluasan akses dan perlindungan konsumen
FASILITATOR Memfasilitasi pengembangan SP oleh industri
Mengembangan transaksi non tunai lewat pencanangan GNNT
Kewenangan BI dalam Sistem Pembayaran UU No. 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia Pasal 15
Pelaksanaan dan pemberian persetujuan & izin penyelenggaraan jasa sistem pembayaran
Pasal 17
Penyelenggaraan kliring antarbank dilakukan oleh Bank Indonesia atau pihak lain dengan persetujuan Bank Indonesia
Pasal 18
(1) Bank Indonesia menyelenggarakan penyelesaian akhir transaksi pembayaran antarbank dalam mata uang rupiah dan/atau valuta asing. (2) Penyelenggaraan kegiatan penyelesaian akhir transaksi pembayaran antarbank sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh pihak lain dengan persetujuan Bank Indonesia
UU No. 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana
Bank Indonesia berwenang untuk mengatur tata cara transfer dana dalam sistem pembayaran 7
8
Outline Pengajaran 1. Pendahuluan
2. Sistem Retail Payment
3. IT Development & Innovasi dalam Retail Payment
4. Pengembangan LKD dan NPG di Indonesia
5. Issue-Issue Terkini dalam Retail Payment
9
Kebijakan Umum Sistem Pembayaran • Otoritas dan industri sistem pembayaran berkewajiban menciptakan sistem pembayaran yang aman, handal dan efisien (robust payment system) sebagai syarat terciptanya stabilitas sistem keuangan yang baik dan sustain, karena: – Sistem pembayaran selain sebagai enabler dalam mendukung efektivitas pasar keuangan, juga dapat men-transmit financial shocks dari satu peserta ke peserta yang lain; – Pasar keuangan sendiri, umumnya tidak memiliki cukup insentif untuk menciptakan keamanan dan efisiensi sistem pembayaran, karena penyelenggara dan peserta tidak menanggung seluruh risiko dan biaya yang mungkin timbul akibat adanya suatu kegagalan atau kejahatan dalam transaksi sistem pembayaran; – Khusus bagi bank atau penyelenggara sistem pembayaran, seringkali timbul trade-off antara tuntutan efisiensi/revenue dan keamanan (men-generate cost).
• Disamping keamanan, kehandalan dan efisiensi, publik objektif sistem pembayaran harus mencakup pula aspek lain seperti pencegahan kejahatan, kebijakan kompetisi dan perlindungan konsumen.
10
Sistem Pembayaran Retail • Tipikal dari sistem pembayaran retail (yang membedakan dengan large value payment system): – umumnya terkait dengan pembelian barang dan jasa oleh konsumen (perorangan dan bisnis); – digunakan dalam situasi yang lebih bervariasi, misalnya transaksi tatap muka di Point of Sale (POS), transaksi di ATM, dan pembayaran online via Internet; – menggunakan instrumen pembayaran yang sangat bervariasi al: cek, BG, APMK, e-money, virtual money, dll; – Umumnya banyak menggunakan fasilitas sistem pembayaran yang dikelola oleh swasta: e-money, APMK, Internet banking, SMS banking, rekening ponsel, dll. – Mendominasi jumlah transaksi pembayaran (in term of volume)
11
Bank Sentral dan Retail Payment • Meskipun retail payment system umumnya bukan termasuk Systemically Important Payment System (SIPS), namun bank sentral tetap memperhatikan retail payment: – Sebagai bagian dari peran bank sentral untuk memelihara stabilitas dan efisiensi dalam sistem pembayaran dan menjamin kepercayaan masyarakat akan sistem pembayaran; – Meskipun tidak menimbulkan sistemik risk, adanya gangguan terhadap keamanan dan kehandalan retail payment dapat berdampak buruk bagi sistem keuangan dan ekonomi bangsa; – Oleh karena itu bank sentral selalu memperhatikan keamanan, efisiensi dan kehandalan sistem pembayaran ritel.
12
Arti Penting Retail Payment System • Memiliki Peran yang Kritikal dalam Melancarkan aktivitas perekonomian dan meningkatkan perdagangan • Desain Retail Payment Memiliki pengaruh yang penting bagi keamanan dan efisiensi dalam infrastruktur sistem pembayaran nasional • Terdapat bukti bahwa adopsi electronic retail payment systems dapat mempengaruhi peningkatan pertumbuhan ekonomi, dan memberikan keamanan, efisiensi dan kenyamanan bagi penggunanya.
Penggunaan Instrumen Dalam Retail Payment System
Hasil Survey working group di CPSS countries tahun 2011
13
Proses Pembayaran Dalam Retail Payment
14
15
Perbedaan Risiko Dalam LVTS vs Retail … (1) Sistem Pembayaran Bernilai Besar memiliki karakteristik risiko yang berbeda dengan sistem pembayaran ritel • Sistem Pembayaran Nilai Besar umumnya merupakan FMI‘s: – Umumnya diselenggarakan oleh Bank Sentral & bersifat ‗cloosed loop‘ – Karena termasuk Sistemically Important Payment System (SIPS), maka penyelenggaraan dan sekuritinya dilakukan secara ‗all at cost‘ leased line network, PKI authentication, strong encryption, DRC, BCP, dll. – Payment initiation oleh partisipan LVTS (bank, switching, dll) – Risiko terkait: Setelmen Risk, Credit Risk, Liquidity Risk, Internal fraud, dll. – Eksternal fraud sangat minimal.
16
Risiko Dalam LVTS vs Retail … (2) • Sistem Pembayaran Retail: – Umumnya diselenggarakan oleh industri sistem pembayaran: bank, telecomunication company, dll – Kehandalan dan keamanan sistem disesuaikan dengan kecepatan dan kenyamanan transaksi nasabah (trade off antara keamanan dan kenyamanan): jaringan publik, identifikasi menggunakan kartu APMK (magnetic stripe dan/atau chip), otentikasi menggunakan PIN, dll). Secara alamiah bersifat lebih vulnerable untuk di abuse – Inisiasi pembayaran dilakukan oleh nasabah melalui consumer activated terminal yang umumnya terdapat di tempat umum (ATM, EDC) atau personal gadget (mobile payment, sms banking, internet banking, dll) pengawasan bank minimal – Risiko terkait: Credit Risk, Liquidity Risk, Cyber-attack (phising, skimming, malware, dll), Internal & Eksternal fraud (counterfeiting card fraud, unauthorised transaction, dll).
17
Contoh Inherent Risk dalam SP • Magnetic Stripe Kartu APMK bersifat vulnerable karena merupakan teknologi lama, data disimpan secara plain (tidak ada enkripsi), tidak menggunakan password/operating system
18
Contoh Inherent Risk dalam SP • Instrumen Cek dan Bilyet Giro – Risiko penolakan Cek dan Bilyet Giro karena alasan syarat formal tidak terpenuhi, saldo tidak cukup, rekening telah ditutup, dll.
19
Outline Pengajaran 1. Pendahuluan
2. Sistem Retail Payment
3. IT Development & Innovasi dalam Retail Payment 4. Pengembangan LKD dan NPG di Indonesia
5. Issue-Issue Terkini dalam Retail Payment Staf Development Program - 2015
20
Information Technology Development • Pada awalnya pembayaran dengan menggunakan uang tunai (cash) dan cek/BG umumnya mendominasi instrumen sistem pembayaran retail • Sejalan dengan perkembangan information, computer dan technology, transfer kredit dan transfer debit secara elektronik (disebut juga Electronic Fund Transfer (EFT)) dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai channel, antara lain internet, telephone, IVR, ATMs dan mobile phones ataupun perangkat mobile lainnya. • Berbagai inovasi dalam ritel payment system antara lain di drive oleh teknologi seperti Near Field Communication (NFC) technology dan perkembangan pesat dari e-commerce.
21
Information Technology Development • Berbagai traditional dan paper based instrumen seperti cash dan cheque, dengan kemajuan teknologi informasi dapat disubstitusi menjadi instrumen pembayaran giral: – Uang kartal bank deposit kartu kredit, kartu debet, kartu ATM, e-money, cheque/Bilyet Giro. – Cheque di Amerika dan bbrp negara lain untuk efisiensi pemrosesan dan setelmen, dapat dikonversi menjadi electronic cheque presentment atau cheque truncation. – Pembayaran-pembayaran yang bersifat berjadwal dan rutin (recurring payment) baik yang bersifat debet (billing payment) maupun kredit (credit payment/payroll) telah diakomodir dalam SkN Generasi II (Electronic Bill Presentment and Payment/EBPP). – Terdapat pula beberapa instrumen pembayaran yang sejak lahirnya telah berbentuk electronic: virtual currency seperti lite coin, bit coin dll. Di masa depan terdapat kemungkinan bank sentral mengeluarkan e-currency.
22
Example of Innovative Mobile Payment Apps Product Name
Features
Note
Google Wallet
NFC credit, debit, loyalty and gift cards
FDIC – Insured Send money via Gmail
Facebook Messenger
Peer to peer payments
Debit card (send and received payments)
Apple Pay
NFC Iphone
6 major card issuing bank, Amex, Visa, master, 220.000 loc.
LoopPay
Mobile wallet case (iPhone Credit, debit, loyalty and & Androit) (samsung) gift card
Venmo
Peer to peer payment system
Own by Braintree, Paypal
Dwolla
Send, request,& accept money using a bank acc.
Mobile apps for iphone, androit & windows phone
Blockchain
Bitcoin wallet, for store and use bitcoin
has processed $13,000,000,000 in trsctn
Apple Pay
23
“Rekening Ponsel” • Menggunakan Nomor Ponsel sebagai nomor rekening • Mendukung branchless banking & inklusi finansial • Fitur2: • Cash deposit di kantor cabang bank • Fund transfer ke mobile operators without fee • Fund transfer ke anggota switching ATM • Pembayaran merchant & discount/special offers • Penarikan dana di Indomaret & Alfamart • Penarikan dana di ATM tanpa kartu ATM • Billing payment (telephone, creditcard, loan, insurance, cable TV, flight tickets, etc) – Bank dengan Rekening Ponsel: • CIMB Niaga Rekening Ponsel • Mandiri e-cash
24
25
Virtual/Cryptography Currency • Definisi: – Virtual currency/Virtual Money: adalah suatu tipe uang digital yang tidak diregulasi, yang diterbitkan dan biasanya dikontrol oleh pengembangnya, dan digunakan dalam suatu komunitas virtual community yang spesifik (European Central Bank); – Virtual currency: representasi nilai digital yang tidak diterbitkan oleh bank sentral atau otoritas publik, atau merupakan bagian dari uang fiat currency, namun diterima oleh individu atau institusi sebagai alat pembayaran yang dapat ditransfer, disimpan atau diperdagangkan secara elektronik (European Banking Authority). • Contoh: Bitcoin, Litecoin, Darcoin, peercoin, dogecoin, dll. • Di Indonesia Virtual Currency bukan merupakan legal tender.
26
Outline Pengajaran 1. Pendahuluan
2. Sistem Retail Payment
3. IT Development & Innovasi dalam Retail Payment
4. Pengembangan LKD dan NPG di Indonesia
5. Issue-Issue Terkini dalam Retail Payment Staf Development Program - 2015
Pengembangan SP—Roadmap Pengembangan SP
27
Sertifikasi Core SP PUR Level Dasar - 2016
Uang Elektronik: Layanan Keuangan Digital (LKD) Bank*
Deposit
Branch
28
Layanan Keuangan Digital
SLA
―kegiatan layanan jasa SP & keuangan yang dilakukan melalui kerjasama dengan pihak ketiga serta menggunakan sarana & perangkat teknologi berbasis mobile/web dalam rangka keuangan inklusif*‖
Supervision
*) PBI No. 16/8/PBI/2014 tanggal 8 April 2014 tentang Perubahan atas PBI U-Nik.
TELCO Agent
Agent
Agent
Dukungan terhadap LKD
Encryption
Agent
Real Time Settlement
Customers
Real Time Notification Dual Otentikasi
Sebanyak ± 481 ribu atau 51% rumah tangga peserta PKH memiliki HP (TNP2K). Sebanyak ± 13 juta atau 52% rumah tangga miskin memiliki HP (TNP2K). Hasil survey remitansi sementara kepada TKI 2014, hampir 100% TKI memiliki HP (BI). Hasil survey kepada 408 petani (padi, jagung, kentang, cabe), hampir 73% petani memiliki HP (Mercy Corps Indonesia ).
• • • •
E-MONEY
Uji coba penyaluran bantuan pemerintah (PKH) menggunakan uang elektronik melalui LKD
Hambatan LKD • • •
Gangguan jaringan telekomunikasi Manajemen likuiditas agen yang ditingkatkan Kegiatan edukasi sangat diperlukan.
perlu
Sertifikasi Core SP PUR Level Dasar - 2016
Layanan Keuangan Digital
29
• LKD adalah kegiatan layanan jasa sistem pembayaran dan/atau keuangan terbatas yang dilakukan tidak melalui kantor fisik, namun dengan menggunakan sarana teknologi antara lain mobile based maupun web based dan jasa pihak ketiga (agen), dengan target layanan masyarakat unbanked dan underbanked. • Tidak hanya untuk memperluas akses keuangan, namun juga untuk peningkatan aktivitas perekonomian masyarakat berbasis teknologi.
Layanan Keuangan Digital
30
Visi dan Misi SP & NPG
Sistem Pembayaran
VISI
MISI
NPG*
Menjadi otoritas Sistem Pembayaran yang kredibel dan terbaik di regional untuk mendukung perekonomian yang berkesinambungan
Terwujudnya infrastruktur pembayaran ritel elektronik yang efisien, aman dan handal serta terbaik dan kredibel di kawasan
Sistem Pembayaran yang aman, efisien, lancar dan andal, dengan memperhatikan perluasan akses dan perlindungan konsumen
Menyediakan gerbang pembayaran nasional yang efisien, aman dan handal untuk meningkatkan layanan pembayaran bagi masyarakat
* Sumber : AFSBI, 2014 31
Definisi dan Fungsi NPG Infrastruktur sistem pembayaran ritel nasional yang memproses (otorisasi, switching dan kliring) transaksi pembayaran elektronis antar pelaku industri di wilayah Indonesia.
NPG
Payment Gateway : An electronic system that provides channels to connect different payment interface requirements. (Sumber : BIS, 2014)
FUNGSI
National switching yang dapat memberikan jasa layanan swicthing untuk transaksi pembayaran ritel melalui berbagai front-end delivery channel bagi seluruh industri penyelenggara sistem pembayaran di Indonesia.(Sumber : Kajian DASP, 2009 & 2012).
Otorisasi
Proses verifikasi otorisasi terhadap validitas dan kecukupan dana cardholder
Switching
Proses switching/merute-kan transaksi pembayaran ritel
Kliring
Proses perhitungan hak dan kewajiban finansial masing-masing institusi (issuer dan acquirer) 32
Tahapan Pengembangan NPG Tujuan akhir NPG sebagai National Payment System yang memungkinkan integrasi dengan SP regional A. Infrastruktur : Membangun switching nasional (Super Switch) untuk memproses transaksi kartu ATM/Debit dan kredit
Mengintegrasikan seluruh layanan SP ritel domestik (al. APMK, EMoney, Money Remittance, Ecommerce, dan EBPP)
Mengimplementasikan standar nasional untuk kartu ATM/Debit yang telah ditetapkan
National Payment System National
4
Payment Hub B. Central Bank Money Settlement: Mengintegrasikan seluruh setelmen transaksi APMK domestik kedalam sistem BI-RTGS menggunakan central bank money (CeBM)
3 National Domestic Scheme
2
Membentuk prinsipal nasional
Menyusun business arrangement a.l mencakup : scheme rules management & enforment , member fees, dan dispute resolution , risk management, AML policies, product, development and strandard oversight
National Domestic Switch
1
NPG dapat memiliki brand nasional sebagai identitas kartu pembayaran domestik
Mengintegrasikan seluruh layanan SP ritel domestik lainnya,
Pengembangan lainnya (migrasi ISO 8583 ke ISO 20022)
Mengintegrasikan dengan SP regional
33
Peta Sistem Pembayaran Berbasis Kartu (APMK) Mayoritas penyelesaian akhir transaksi APMK menggunakan commercial bank Instrumen
Kartu ATM/Debit
Kartu Kredit
E-Money
Front End Delivery Channel
Mesin ATM
Mesin EDC/POS
Switch & Prinsipal Internasional
Mobile phone
Telepon
Internet
Switch & Prinsipal Domestik
Middle End
Back End
Commercial Bank (Bank Umum)
Bank Indonesia (BI-RTGS) 34
Payment Gateway
30/03/2016 35
36
Pengembangan SP—National Payment Gateway Jaringan infrastruktur transaksi pembayaran ritel elektronis pada suatu negara yang memiliki fungsi dan kewenangan untuk melakukan proses switching dan authorizing atas transaksi pembayaran yang dikirimkan dari acquire ke issuer, untuk selanjutnya diselesaikan melalui sistem kliring dan setelmen antar lembaga keuangan sesuai best practice
Kondisi Saat Ini Transaksi SP Ritel
Kondisi Transaksi SP Ritel setelah NPG NPG (Prinsipal) Bank 2
Bank 1
Government Application (BIGeB, BIG Pay, etc.)
EBPP
NPG Bank 3 Bank 4 Bank 5
Single Switch Super Switch
Bank 6 Prinsipal A
Prinsipal B
Bank 7 Bank 8
Opsi 1: Super Switch, NPG menjadi hub antar perusahaan switching sekaligus terhubung langsung dengan bank peserta. Opsi 2: Single Switch, hanya terdapat satu switch yang terhubung langsung ke semua bank peserta. Opsi 3: Other Switch, NPG setara dengan prinsipal lokal lainnya tanpa kewajiban terkoneksi dengan NPG
37
Outline Pengajaran 1. Pendahuluan
2. Sistem Retail Payment
3. IT Development & Innovasi dalam Retail Payment
4. Pengembangan LKD dan NPG di Indonesia
5. Issue-Issue Terkini dalam Retail Payment Staf Development Program - 2015
38
Virtual/Cryptography Currency • Definisi: – Virtual currency/Virtual Money: adalah suatu tipe uang digital yang tidak diregulasi, yang diterbitkan dan biasanya dikontrol oleh pengembangnya, dan digunakan dalam suatu komunitas virtual community yang spesifik (European Central Bank); – Virtual currency: representasi nilai digital yang tidak diterbitkan oleh bank sentral atau otoritas publik, atau merupakan bagian dari uang fiat currency, namun diterima oleh individu atau institusi sebagai alat pembayaran yang dapat ditransfer, disimpan atau diperdagangkan secara elektronik (European Banking Authority). • Contoh: Bitcoin, Litecoin, Darcoin, peercoin, dogecoin, dll. • Di Indonesia Virtual Currency bukan merupakan legal tender.
39
eCurrency (concept) • Bank Sentral menerbitkan digital fiat currency • Tidak memiliki denominasi ttt • e-Currency memiliki status sebagai legal tender, sama dengan banknote dan coin (perlu perubahan UU Mata Uang) • Memiliki tingkat keamanan yang tinggi sehingga tidak dapat dipalsu • Karena memiliki bentuk digital, dapat di transaksikan menggunakan berbagai electronic device • Secara konsep, dapat memitigasi permasalahan distribusi fisik uang, clean money policy, kesulitan pecahan tertentu, dan biaya pencetakan.
40
Pengembangan SP—Standar Nasional dan Chip
Sertifikasi Core SP PUR Level Dasar - 2016
Isu Terkini—APMK: Fraud 2. Phising
1. Malware
Sumber: Bank Indonesia
41
Pelaku menyebarkan malware untuk melakukan pengintaian (username dan password). Malware ada di browser nasabah.
Pelaku membuat website palsu yang sangat mirip dengan asli.
Pelaku menerima notifikasi dari malware saat salah satu korban aktif. Pada layar korban, muncul pop up untuk sinkronisasi token.
Pelaku menyebarkan link address website palsu kepada para calon korban.
Kode token yang dimasukkan ke pop up digunakan pelaku untuk transaksi online saat itu juga. Terdapat 2 token yang diminta: untuk mendaftarkan rekening dan konfirmasi transaksi. Uang korban kemudian dikirimkan ke pelaku
Link buatan pelaku terlihat “asli/orisinil” dan mengundang korban mengakses link tsb.
Mitigasi: Tidak memakai internet banking di sembarang browser. Tidak mengunduh sembarang file dari internet. Apabila ada proses berbeda saat bertransaksi internet banking, segera menghubungi call center bank.
Data pribadi yang dimasukkan oleh korban di website palsu berhasil dicuri oleh pelaku. Mitigasi: Selalu perhatikan alamat website (URL: www) sesuai dengan website resmi bank Tidak memakai internet banking di sembarang browser
Sertifikasi Core SP PUR Level Dasar - 2016
42
Isu Terkini—APMK: Fraud 3. Skimming ATM skimmers biasanya berupa plastik/plaster , ditempatkan di atas card reader ATM yang asli. Menggunakan suatu perangkat untuk mencatat/mengirimkan informasi kartu bagi pelaku Informasi yang diperoleh dipakai meng-cloning kartu. Fraudster cenderung memasang alat skimmer di sela waktu yang jarang digunakan untuk bertransaksi, seperti saat tengah malam dan dini hari. Alat skimmer hanya dipasang selama beberapa jam saja
Mitigasi Rutin mengubah password ATM Perhatikan card reader, apakah terlihat tergores, longgar, bengkok atau tidak pada tempatnya Kebanyakan card skimmers ditempelkan dengan menggunakan double-sided tape.
4. Pembajakan SIM Card
Pelaku memiliki data nasabah (nama, tgl lahir, ibu kandung, dll)
Pelaku datang ke gerai untuk mendapatkan simcard baru
Pelaku menelpon call center Bank untuk reset password ebanking Pelaku dapat menerima notifikasi OTP dengan SIMCARD dan menyalahgunakan rekening korban Mitigasi Memastikan data yang tersimpan di telco lengkap Tidak sembarang memberikan data diri kepada pihak lain Selalu mengaktifkan SIM Card dan melaporkan kepada telco apabila bepergian ke luar negeri
Sertifikasi Core SP PUR Level Dasar - 2016
43
Isu Terkini—APMK: Fraud 5. Card Trapping
4. Card Swapping
Pelaku mengganjal mulut ATM dengan sejenis pita, korek api, atau tusuk gigi untuk memperoleh kartu ATM/debet nasabah. Untuk mencuri PIN kartu ATM/debet, pelaku dapat memasang PINhole camera, menggunakan stiker nomor telpon CS bank palsu, atau dengan menggunakan con artis
Pelaku mengganjal mulut ATM dengan sejenis korek api atau tusuk gigi, dan ketika nasabah kesuitan memasukkan kartu ke dalam slot ATM, pelaku pura-pura membantu yang sebenarnya menukar kartu ATM/debet nasabah; Pelaku menyenggol nasabah agar kartu jatuh dan dapat ditukar dengan kartu lain Pelaku mengalihkan perhatian nasabah di depan ATM dan mengambil katu ATM/debit nasabah dari mulut ATM
Mitigasi Ketika kartu ATM/debit ter trapping, dapat diambil dengan menggunakan pinset atau besi pipih Tidak pernah memberitahukan PIN kepada siapapun, atau membiarkan orang asing dapat melihat proses entry PIN.
Mitigasi Mengetahui modus-modus kejahatan ATM/debit Tidak bersedia dibantu orang asing Selalu menjaga kartu ATM/debet dalam pengawasan
Sertifikasi Core SP PUR Level Dasar - 2016
44
Isu Terkini—APMK: Surcharge
Untuk menutup biaya MDR yang harus dibayarkan dari merchant kepada acquirer, beberapa merchant mengenakan surcharge (tambahan biaya) kepada konsumen. Besarnya surcharge rata-rata di angka 3%, (lebih besar dibandingkan MDR yang harus dibayar merchant), sehinngga pengenaan surcharge menjadi salah satu sumber pendapatan tambahan bagi merchant. Surcharge dilarang oleh BI sebagaimana disebutkan dalam PBI No. 11/11/PBI/2009 tanggal 13 April 2009 tentang APMK pada penjelasan pasal 8 ayat 2
Sertifikasi Core SP PUR Level Dasar - 2016
45
Isu Terkini—APMK Gesek Tunai 1
Nasabah menggesek kartu dengan membayar jasa 1,8% – 2,5% Kenapa Dilarang?
2
Merchant memberikan uang tunai
2. a
Card Holder
Merchant*)
7
Pembayaran
8
Pembayaran
Issuer
Acquirer Penagihan
6
Penagihan
2.a dilakukan dalam flow gestun konvensional 2.b dilakukan dalam flow gestun dana talangan
5
Pembayaran
3
Prinsipal (Kliring & Setelmen)
4
9
Pembayaran
Merchant membayarkan tagihan kartu kredit cycle sebelumnya
Penagihan
GESTUN
Penagihan
10
2.b
• Berpotensi membuat pelaku gestun (card holder) terjerat dalam pinjaman yang akhirnya menjadi kredit bermasalah • Berpotensi meningkatkan NPL kartu kredit perbankan • Berpotensi dimanfaatkan dalam kegiatan pencucian uang • Data yang dilaporkan oleh bank penerbit kepada BI menjadi tidak akurat, karena jumlah nilai transaksi belanja yang sebenarnya lebih kecil dari jumlah nilai transaksi yang dilaporkan ke BI
• Keuntungan paling optimal merchant adalah menggunakan MCC (Merchant Category Code) Yayasan, karena MDR (Merchant Discount Rate) kecil (0%).
Sertifikasi Core SP PUR Level Dasar - 2016
Terima Kasih