BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Makanan Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi manusia. Menurut Notoatmodjo (2003) ada empat fungsi pokok makanan bagi kehidupan
manusia,
yakni
:
memelihara
proses
tubuh
dalam
pertumbuhan/perkembangan serta mengganti jaringan tubuh yang rusak, memperoleh energy guna melakukan aktivitas sehari – hari, mengatur metabolisme dan mengatur berbagai keseimbangan air, mineral, dan cairan tubuh dan berperan di dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit. Makanan dan minuman adalah kebutuhan pokok manusia yang diperlukan setiap saat dan harus ditangani dan dikelola dengan baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh. Pengelolaan yang baik dan benar pada dasarnya adalah mengelola makanan dan minuman berdasarkan kaidahkaidah dari prinsip hygiene sanitasi makanan (Depkes RI, 2004). Makanan sehat selain ditentukan oleh kondisi sanitasi juga ditentukan oleh macam makanan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Makanan sehat harus memenuhi persyaratan minimal seperti yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Persyaratan agar makanan sehat dikonsumsi oleh masyrakat adalah : Bahan Makanan yang akan di olah terutama yang mengandung protein, hewani seperti daging, susu, ikan/udang dan telur harus dalam keadaan baik dan segar (Mukono, 2006).
2.2. Makanan Jajanan Makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang diolah oleh pengrajin makanan ditempat penjualan dan disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah makan/restoran, dan hotel (Depkes RI, 2003).
Makanan jajanan anak
sekolah yang diproduksi secara tradisional dalam bentuk industri rumah tangga memang diragukan keamanannya. Meskipun jajanan yang diproduksi industri makanan tersebut berteknologi tinggi, belum tentu terjamin keamanannya. Oleh karena itu, kemanan pangan jajanan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapatkan perhatian serius, konsisten dan disikapi bersama (Februhartanty dan Iswaranti, 2004 dalam Purtiantini, 2010). Ada 2 jenis makanan jajanan di Indonesia yaitu makanan jajanan tradisional dan makanan jajanan non tradisional, yaitu: 1. Makanan jajanan tradisional Makanan jajanan tradisional merupakan makanan yang biasa dikonsumsi masyarakat menurut golongan etnik dan wilayah spesifik, diolah dari resep yang dikenal masyarakat secara turun temurun. Bahan yang digunakan berasal dari daerah setempat. Makanan yang dihasilkan juga sesuai dengan selera masyarakat setempat. Secara garis besar jenis makanan jajanan tradisional dibagi menjadi empat kelompok (Haslina, 2004 dalam Febri, 2006).
a. Makanan dalam keadaan panas termasuk kelompok makanan yang aman untuk dikonsumsi. Contoh: bakso, soto, bubur, dan sebagainya. b. Makanan yang tidak dipanaskan yang memiliki risiko kontaminasi atau mikroorganisme yang tinggi termasuk bakteri patogen. Contoh: gado-gado, ketoprak, pecel, ketupat tahu, nasi rames, dan sebagainya. c. Makanan yang berair dan atau tidak dipanaskan dan mempunyai resiko tinggi untuk terkontaminasi. Contoh: es cendol, es campur, es cincau, es puter, agar-agar, rujak, asinan, dan sebagainya. Makanan jajanan kering Contoh: kerupuk, rengginang, keripik singkong, keripik tempe, dan sebagainya. 2. Makanan jajanan non tradisional Makanan jajanan non tradisional adalah makanan yang diolah dengan alat modern dan menggunakan bahan non lokal baik yang bersifat industri, rumah tangga menengah maupun besar seperti produk ekstruksi, produk roti (biskuit, crackers, wafer) dan roll (roti manis) serta permen. Akhir-akhir ini muncul makanan jajanan yang bersifat global seperti pizza, potato chips, es krim, dan berbagai jenis pasta.
2.3. Bahan Tambahan Makanan Bahan tambahan makanan (BTM) adalah bahan atau campuran bahan yang secara alami, bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk bahan pangan dan untuk memperbaiki karakter pangan agar memiliki kualitas yang meningkat (Syah, 2005). Zat adiktif makanan adalah
bahan yang
ditambahkan dan dicampurkan sewaktu pengolahan makanan untuk meningkatkan mutu atau bahan yang ditambahkan pada makanan ataupun minuman pada waktu proses atau pembuatannya dan terdapat pada hasil akhirnya Bahan tambahan makanan adalah bahan yang dengan sengaja ditambahkan kedalam bahan makanan dasar atau campuran bahan dengan tujuan mengubah sifat-sifat dari makanan tersebut. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan, yang dimaksudkan dengan adiktif makanan adalah bahan yang ditambahkan dan dicampurkan sewaktu pengolahan makanan untuk meningkatkan mutu termasuk kedalamnya aroma, pemantap, antioksidan, pengawet, pengemulsi, anti gumpal, pemucat, dan pengental. Beberapa Bahan Tambahan yang diizinkan digunakan dalam makanan menurut Permenkes/RI/No.942/Menkes/SK/VII/2003 diantaranya adalah sebagai berikut : a. Antioksidan (Antioxidant) b.
Antikempal (Anticaking Agent)
c.
Pengatur Keasaman (Acidity Regulator)
d.
Pemanis Buatan (Artificial Sweeterner)
e.
Pemutih dan Pematang Telur (Flour Treatment Agent)
f.
Pengemulsi, Pemantap, dan Pengental (Emulsifier,Stabilizer, Thickener)
2.4.
g.
Pengawet (Preservative)
h.
Pengeras (Firming Agent)
i.
Pewarna (Colour)
j.
Penyedap Rasa dan Aroma, Penguat Rasa (Flavour, lavour Enhancer)
k.
Sekuestran (Sequestrant)
Zat Pewarna Makanan Zat
pewarna
adalah
bahan
tambahan
makanan
yang
dapat
memperbaiki warna makanan yang berubah atau menjadi pucat selama proses pengolahan atau untuk memberi warna pada makanan yang tidak berwarna agar kelihatan lebih menarik. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia N0. 28 Tahun 2004, zat pewarna adalah bahan tambahan makanan yang dapat memperbaiki atau memberi warna pada makanan. Pewarna makanan merupakan bahan makanan tambahan pangan yang dapat memperbaiki penampakan makanan. Penambahan bahan pewarna makanan mempunyai beberapa tujuan, diantaranya adalah member kesan menarik bagi konsumen, menyeragamkan dan menstabilkan warna, serta menutupi perubahan warna akibat proses pengolahan dan penyimpanan.
Secara garis besar pewarna dibedakan menjadi dua, yaitu pewarna alami dan sintetik. Pewarna alami yang dikenal diantaranya adalah daun suji (warna hijau), daun jambu atau jati (warna merah), dan kunyit utnuk pewarna kuning. Kelemahan pewarna alami ini adalah warna tidak homogeny sehingga sulit menghasilkan warna yang stabil serta ketersediannya yang terbatas, sedangkan kelebihannya adalah aman untuk dikonsumsi (Syah, 2005). 2.4.1. Zat Pewarna Alami Adalah zat warna alami (pigmen) yang diperoleh dari tumbuhan, hewan, atau dari sumber-sumber mineral. Zat warna ini telah digunakan sejak dulu dan umumnya dianggap lebih aman dari pada zat warna sintetis, seperti annato sebagai sumber warna kuning alamiah bagi berbagai jenis makanan begitu juga karoten dan klorofil. Dalam daftar FDA pewarna alami dan pewarna
identik alami tergolong dalam
”uncertified
color additives” karena tidak memerlukan sertifikat kemurnian kimiawi. Keterbatasan pewarna alami adalah seringkali memberikan rasa dan flavor khas yangtidak diinginkan, konsentrasi pigmen rendah, stabilitas pigmen rendah, keseragamanwarna kurang baik dan spektrum warna tidak seluas pewarna sintetik. Pewarna sintetik mempunyai keuntungan yang nyata dibandingkan pewarna alami, yaitu mempunyai kekuatan mewarnai yang lebih kuat, lebih seragam, lebih stabil dan biasanya lebih murah. Beberapa contoh zat pewarna alami yang biasa digunakan untuk mewarnai makanan adalah:
a. Karoten, menghasilkan warna jingga sampai merah. Biasanya digunakanuntuk mewarnai produk-produk minyak dan lemak seperti minyak goreng dan margarin. Dapat diperoleh dari wortel, papaya dan sebagainya. b. Biksin, memberikan warna kuning seperti mentega. Biksin diperoleh dari biji pohon Bixa orellana yang terdapat di daerah tropis dan sering digunakan untuk mewarnai mentega, margarin, minyak jagung dan salad dressing. c. Karamel, berwarna coklat gelap dan merupakan hasil dari hidrolisis (pemecahan) karbohidrat, gula pasir, laktosa dan sirup malt. Karamel terdiri dari 3 jenis, yaitu karamel tahan asam yang sering digunakan untuk minuman berkarbonat, karamel cair untuk roti dan biskuit, serta karamel kering. Gula kelapa yang selain berfungsi sebagai pemanis, juga memberikan warna merah kecoklatan pada minuman es kelapa ataupun es cendol. d. Klorofil, menghasilkan warna hijau, diperoleh dari daun. Banyak digunakan untuk makanan. Saat ini bahkan mulai digunakan pada berbagai produk kesehatan. Pigmen klorofil banyak terdapat pada dedaunan (misal daun suji, pandan, katuk dan sebaginya). Daun suji dan daun pandan, daun katuk sebagai penghasil warna hijau untuk berbagai jenis kue jajanan pasar. Selain menghasilkan warna hijau yang cantik, juga memiliki harum yang khas.
e. Antosianin, penyebab warna merah, oranye, ungu dan biru banyak terdapat pada bunga dan buah-buahan seperti bunga mawar, pacar air, kembang sepatu, bunga tasbih/kana, krisan, pelargonium, aster cina, dan buah apel, chery, anggur, strawberi, juga terdapat pada buah manggis dan umbi ubi jalar. Bunga telang menghasilkan warna biru keunguan. Bunga belimbing sayur menghasilkan warna merah. Penggunaan zat pewarna alami, misalnya pigmen antosianin masih terbatas pada beberapa produk makanan, seperti produk minuman (sari buah, juice dan susu). Pada pewarna alami zat warna yang diperoleh berasal dari hewan dan tumbuhan – tumbuhan seperti : karamel, coklat, daun suji, daun pandan dan kunyit. Jenis – jenis pewarna alami tersebut antara lain : a. Klorofil, yaitu zat warna alami hijau yang umumnya terdapat pada daun, sehingga sering disebut warna hijau daun. b. Mioglobulin dan hemoglobin, yaitu zat warna merah pada daging. c. Karotenoid, yaitu kelompok pigmen yang berwarna kuning, orange, merah orange, yang terlarut dalam lipid, berasal dari hewan maupun tanaman lain seperti, lumut, tomat, cabe merah dan wortel. d. Anthosianin dan anthoxantin, warna pigmen anthosianin merah, biru violet biasanya terdapat pada bunga, buah – buahan dan sayuran.
2.4.2. Zat Pewarna Buatan Di negara maju, suatu zat pewarna buatan harus melalui berbagai prosedur pengujian sebelum digunakan sebagai pewarna makanan. Proses pembuatan zat warna sintesis biasanya melalui perlakuan pemberian asam sulfat atau asam nitrat yang seringkali terkontaminasi oleh arsen atau logam berat lain yang bersifat racun. Pada pembuatan zat pewarna organik sebelum mencapai produk akhir, harus melalui suatu senyawa dulu yang kadang – kadang berbahaya dan sering kali terbentuk senyawa – senyawa baru yang berbahaya (Cahyadi, 2006). Di Indonesia, karena Undang-Undang penggunaan zat warna belum ada, terdapat kecenderungan penyalahgunaan pemakaian zat warna untuk sembarang bahan pangan; misalnya zat pewarna untuk tekstil dan kulit dipakai untuk mewarnai bahan makanan. Hal ini sangat berbahaya bagi kesehatan karena adanya residu logam berat pada pewarna tersebut. Timbulnya penyalahgunaan zat pewarna tersebut disebabkan oleh ketidaktahuan rakyat mengenai zat pewarna untuk makanan, atau disebabkan karena tidak adanya penjelasan dalam label yang melarang penggunaan senyawa tersebut untuk bahan pangan, dan harga zat pewarna untuk industri relatif jauh lebih murah dibandingkan dengan harga zat pewarna untuk makanan (Winarno, 2002 dalam Wirasto 2010). Namun sering sekali terjadi penyalahgunaan pemakaian pewarna untuk sembarang bahan pangan, misalnya zat pewarna tekstil dan kulit untuk mewarnai bahan pangan. Bahan tambahan pangan yang ditemukan
adalah pewarna yang berbahaya
terhadap kesehatan seperti Amaran,
Auramin, Methanyl Yellow dan
Rhodamin B. Jenis – jenis makanan
jajanan yang ditemukan mengandung bahan – bahan berbahaya ini antara lain sirup, saus, bakpau, kue basah, pisang goreng, tahu, kerupuk, es cendol, mie dan manisan (Yuliarti, 2007). Makanan yang diberi zat pewarna Rhodamine B dan Methanil Yellow biasanya berwarna lebih terang dan memiliki rasa lebih pahit. Kelebihan dosis pewarna ini dapat menyebabkan kanker, keracunan, iritasi paru – paru, mata, tenggorokan, hidung dan usus (Denfer, 2004 dalam Sihombing 2009). 2.5.
Pengaruh Zat Pewarna pada Kesehatan Pemakaian zat pewarna sintesis dalam makanan dan minuman mempunyai dampak positif bagi produsen dan konsumen, diantaranya dapat membuat suatu makanan lebih menarik, meratakan warna makanan, mengembalikan warna bahan dasar yang telah hilang selama pengolahan ternyata dapat pula menimbulkan hal – hal yang tidak diinginkan dan bahkan memberikan dampak yang negatif bagi kesehatan konsumen. Hal – hal yang mungkin memberikan dampak negatif tersebut apabila: 1. Bahan pewarna sintesis ini dimakan dalam jumlah kecil namun berulang. 2. Bahan pewarna sintesis dimakan dalam jangka waktu yang lama. 3. Kelompok masyarakat yang luas degan daya tahan yang
berbeda – beda yaitu tergantung pada umur, jenis kelamin, berat badan, mutu makanan sehari – hari dan keadaan fisik. 4. Beberapa masyarakat menggunakan bahan pewarna sintesis makanan secara berlebihan. 5. Penyimpanan bahan pewarna sintesis oleh pedagang yang tidak memenuhi persyaratan. Beberapa bahan pewarna yang harus dibatasi penggunaannya diantaranya adalah Amaran, Allura Merah, Citrus Merah, Caramel, Eritrosin, Indigotine, Karbon Hitam, Kurkumin. a. Amaran dalam jumlah yang besar dapat menimbulkan tumor, alergi pada pernafasan dan dapat mengakibatkan hiperaktif pada anak – anak. b. Allura merah dapat menyebabkan kanker limpa. c. Karamel dapat menimbulkan efek pada sistem syaraf dan dapat menyebabkan gangguan kekebalan tubuh. d. Penggunaan Tartazine ataupun Sunset yellow yang berlebihan dapat menyebabkan reaksi alergi, khusus bagi yang sensitif pada asam asetlisiklik dan asam benzoat. e. Fast green (FCF) yang berlebihan akan menyebabkan reaksi alergi dan produksi tumor. f. Sunset Yellow dalam jumlah besar dapat menyebabkan radang selaput lendir pada hidung, sakit pinggang, muntah – muntah dan gangguan pencernaan.
g. Ponceau SX dapat mengakibatkan kerusakan sistem urin, kemudian dapat memicu timbulnya tumor. h. Rhodamin dapat menyebabkan kanker hati dan gangguan fungsi hati, Cahyadi (2006),
2.5.1. Gangguan kesehatan yang Disebabkan oleh zat pewarna sintetis yang dilarang penggunaannya menurut Peraturan Menkes RI Nomor 722/Menkes/Per/IX/88 Methanyl Yellow Pewarna Methanyl Yellow sangat berbahaya jika terhirup, mengenai kulit, mengenai mata, dan tertelan. Dampak yang terjadi dapat berupa iritasi pada saluran pernafasan, iritasi pada kulit, iritasi pada mata, dan bahaya kanker pada kandungan dan saluran kemih. Apabila tertelan dapat menyebabkan mual, muntah, sakit perut, diare, panas, rasa tidak enak dan tekanan darah rendah. Bahaya lebih lanjutnya yakni menyebabkan kanker dan kandungan pada saluran kemih. Pewarna ini merupakan tumor promoting agent. Meianil Yellow memiliki LD50 sebesar 5000mg/kg pada tikus dengan pemberian secara oral (Gupta, 2003, dalam Sihombing 2009). Makanan yang diberi zat pewarna Rhodamin B dan Methanil Yellow biasanya berwarna lebih terang dan memilki rasa agak pahit. Kelebihan dosis pewarna ini dapat menyebabkan kanker, keracunan, iritasi paru – paru, mata, tenggorokan, hidung, dan usus (Denfer, 2004 dalam Sihombing 2009). Selain itu bahan pewarna seperti Amaranth dan Tartazin oleh sejumlah studi terkait dapat menyebabkan bintik – bintik merah pada kulit. Penggunaan Tartazin juga menyebabkan reaksi alergi, asma, dan hiperaktif pada anak Erytrhosine menyebabkan reaksi alergi pada pernapasan, hiperaktif pada anak, tumor tiroid pada tikus, dan efek kurang baik pada otak. Fast gren CFC menyebabkan reaksi alergi dan produksi tumor. Sedangkan Sunset Yellow menyebabkan radang selaput lender pada hidung, sakit pinggang,
muntah – muntah, dan gangguan pencernaan (Mudjajanto, 2005, dalam Sihombing 2009).
2.6.
Peraturan Pemakaian Zat Pewarna untuk Makanan Pemerintah Indonesia melalui Menteri Kesehatan RI telah mengeluarkan Surat Keputusan tentang jenis pewarna alami dan sintetik yang diizinkan serta yang dilarang digunakan dalam makanan pada tanggal 1 Juni 1979 No. 235/Menkes/Per/VI/79. Kemudian disusul dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI tanggal 1 Mei 1985 No. 293/Menkes/Per/V/85, yang berisikan jenis pewarna yang dilarang. Dan terakhir telah dikeluarkan pula Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 722/Menkes/Per/IX/88, yang mengatur batas maksimum penggunaan dan pewarna yang diizinkan di Indonesia. Untuk menjamin pelaksanaan pengaturan tentang bahan tambahan
makanan
ini,
Departemen
Kesehatan
melakukan
pengawasan makanan. Pengawasan bahan tambahan makanan, selain ditujukan pada bahan tambahan makanan itu sendiri, juga pada makanan yang mengandung bahan tambahan makanan. Pengawasan dilakukan oleh Direktorat Pengawasan Makanan dan Minuman pada tingkat pusat oleh Kantor Wilayah Departemen Kesehatan, Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan, serta Kantor Departemen Kesehatan tingkat daerah. Berikut ini akan diuraikan zat pewarna yang dinyatakan sebagai Bahan Berbahaya Dalam Obat dan Makanan berdasarkan Keputusan Direktur Pengawasan Obat dan Makanan.
Tabel 2.6. Zat Warna Tertentu yang dinyakan sebagai Bahan Berbahaya dalam Obat dan Makanan
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
NAMA Auramin (CI basic Yellow 2) Alkanat Buter Yellow Black 7984 (Food Black 2) Burn Umber (CI Basic Orange 7) Chrysoidine (CI Basic Orange 2) Chrysoine (CI Food yellow B) Citrus red No 2 Chocolate Brown FB (Food Brown 2) Fast Red E (CI Food Red 4) Fast Yellow AB (CI Food Yellow 2) Guinea Green B (CI Acid Gren No 3) Indanthene Blue RS (CI Food Blue 4) Magenta (CI Basic Violet 14) Methanyl Yellow Oil Orange SS (CI Solvent Orange 2) Oil Orange XO (CI Solvent Orange 7) Oil Yellow AB (CI Solvent Yellow 6) Oil Yellow OB Orange G (CI Food Orange 4) Orange GGN (CI Food Orange 2) Orange RN (Food Orange 1) Orcil dan Orcein Ponceu 3R (CI Red 6) Pnoceu SX (CI Red 1) Ponceu 6R (CI Red 8) Sudan 1 Rhodamine B Scarlet GN (Food Red 2) Violet GB
NOMOR INDEKS WARNA (CI.NO) 41000 75520 11020 27755 77491 11270 14270 12156 16045 13015 42085 69800 42510 13065 12100 12140 11380 11390 16230 15980 15970 16155 14700 16290 12055 45170 14815 42640
Sumber : SK Menteri Kesehatan RI No. 239/ Men.Kes/Per/V/85 .
Tabel 2.7 Peraturan Menteri Kesehatan RI tentang Bahan Tambahan Makanan Berupa Zat Pewarna Kuning yang diijinkan
N O
1
Nama Bahan Tambahan Makanan Bahasa Indonesia Kuning CFC
Bahasa Inggris Sunset Yellow FCF C.I Food Yellow 3 FD&C Yellow 6
Jenis / Bahan Makanan
1. Jem atau jeli
2. Marmalad
3. Udang kalengan
Food Yellow 5 C.I No. 15985
4. Buah pir kalengan
5.Buah prem (plum) kalengan
6. Jem atau jelli
Sumber : Permenkes RI No. 722/Menkes/PER/1988
Batas Maksimum Penggunaan
200 mg/kg tunggal atau campuran dengan pewarna lain
200 mg/kg
30 mg/kg produk akhi ( total campuran dengan pewarna lain )
200 mg / kg tunggal atau campuran dengan pewarna lain 300 mg / kg tunggal atau campuran dengan pewarna lain 200 mg/kg tunggal atau campuran dengan pewarna lain
Tabel 2.8 Peraturan Menteri Kesehatan RI tentang Bahan Tambahan Makanan Berupa Zat Pewarna Kuning yang diijinkan
N O
2
Nama Bahan Tambahan Makanan Bahasa Indonesia
Bahasa Inggris
Tartrazine
Tartrazine CI Food Yellow 4 Blue 2 FD&C Yellow No.5 C.I No. 19140
Jenis / Bahan Makanan
1. Yoghurt beraroma dan produk yang dipanaskan setelah fermentasi 2. Es krim dan sejenisnya 3. Buah pir kalengan
Batas Maksimum Penggunaan
18 mg/kg tunggal tunggal atau campuran dengan pewarna lain
100 mg/kg produk akhir (total campuran dengan pewarna lain)
4. Ercis kalengan
200 mg/kg tunggal tunggal atau campuran dengan pewarna lain
5. Kapri kalengan
100 mg/kg
Sumber : Permenkes RI No. 722/Menkes/PER/1988
Tabel 2.9 Zat Pewarna bagi Makanan dan Minuman yang diijinkan di Indonesia Warna 1.Zat Warna Alam Merah Merah Kuning Kuning Kuning Kuning Hijau Biru Coklat Hitam Hitam Putih
Nama
Nomor Indeks Warna
Alkanan Cochineal red (karmin) Annato Karoten Kurkumin Safron Klorofil Ultramarin Karamel Carbon Black Besi Oksida Titanium Oksida
75520 75470 75120 75130 75300 73100 75810 77007 77226 77499 77891
Carmoisine Amaranth Erytrosine SunsetyellowFCF Tartrazine Quinelene yellow Fast Gren FCF Brillian Blue FCF Indigocarmine (Indigotine) Violet GB
14720 16185 45430 15985 19140 47005 42053 42090 42090 42640
2.Zat Pewarna Sintetik Merah Merah Merah Orange Kuning Kuning Hijau Biru Biru Ungu
Sumber : Direktorat Pengawasan Makanan dan Minuman (1994)
2.7. Kerangka Teori
MAKANAN
MAKANAN JAJANAN
JENIS MAKANAN JAJANAN MAKANAN JAJANAN TERADISIONAL
MAKANAN JAJANAN NON TERADISIONAL : BISKUIT WAFER ES KRIM
BAKSO KETOPRAK ES CENDOL
NASI KUNING
BAHAN TAMBAHAN MAKANAN
NASI KUNING PEWARNA ALAMI
KUNYIT ASLI
NASI KUNING PEWARNA BUATAN
(METHANYL YELLOW) SUNSET YELLOW ATAU SELAIN KUNYIT
2.8.
Kerangka Konsep
NASI KUNING
PEWARNA ALAMI
KUNYIT
PEWARNA BUATAN
(SUNSET YELLOW)
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
DIARE KANKER KERACUNAN IRITASI PARU- PARU
Keterangan : Variabel Penelitian sampel nasi kuning