BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No. 02/10/Th. VII, 05 Oktober 2015
PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN 2010 - 2O14 (PENGHITUNGAN DENGAN MEMAKAI METODE BARU)
Selama kurun waktu 2010-2014, IPM Kabupaten Ngada meningkat dari 61,84 pada tahun 2010 menjadi 64,64 pada tahun 2014 atau naik sebesar 2,80 poin.
Dalam lima tahun terakhir, pertumbuhannya makin melambat yaitu dari 0,96 poin pada periode 2010-2011 turun menjadi 0,21 poin periode tahun 2013-2014.
Bila dibandingkan pada tingkat regional Provinsi NTT, rangking IPM yang terbaru ini menempatkan Kabuapten Ngada berada di bawah Kabupaten Ende (peringkat 2) dan Kota Kupang (peringkat 1) atau berada di posisi 3 dari 22 Kabupaten/Kota di Propinsi NTT.
Mulai edisi tahun ini, penghitungan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dilakukan dengan metodologi baru, yaitu dengan memakai angka Harapan Lama Sekolah dan Produk Nasional Bruto per kapita untuk menggantikan Angka Melek Huruf dan Produk Domestik Bruto sebagai indikator penghitungan IPM. Selain itu, agregasi angka IPM tidak lagi menggunakan rata-rata aritmatik, tetapi menggunakan rata-rata geometrik.
Perkembangan IPM Kabupaten Ngada Tahun 2010 - 2014 Selama kurun waktu 2010-2014, IPM Kabupaten Ngada terus mengalami perkembangan yang positif. Pada tahun 2010, IPM Kabupaten Ngada sebesar 61,84. Seiring dengan proses pembangunan, IPM terus meningkat hingga mencapai angka 64,64 pada tahun 2014. Meningkatnya IPM ini merupakan refleksi dari upaya pembangunan SDM yang telah dilakukan selama ini menuju kearah yang lebih baik. Pada periode 2010-2014, kemajuan pembangunan manusia di Kabupaten Ngada menunjukkan adanya peningkatan kecepatan yang makin melambat. Hal ini terlihat dari
Berita Resmi Statistik No 02/10/Th. VII, 05 Oktober 2015
1
pertumbuhannya yang terus melambat dari 0,96 poin pada periode 2010-2011 menjadi 0,21 poin pada periode tahun 2013-2014 yang merupakan pertumbuhan terendah dalam lima tahun terakhir. Menurut UNDP, tingkatan status pembangunan manusia dapat dibedakan menjadi 4 (empat) kategori, yaitu: tingkatan rendah (IPM < 50,00), tingkatan menengah bawah (50,00 ≤ IPM ≤ 65,99), tingkatan menengah atas (66,00 < IPM < 79,99), dan tingkatan tinggi (IPM ≥ 80,00). Berdasarkan konsepsi tersebut maka status pembangunan manusia di Kabupaten Ngada dapat dikategorikan dalam klasifikasi tingkatan menengah bawah, artinya kinerja pencapaian pembangunan relatif cukup baik.
Gambar 1. Perkembangan IPM Kabupaten Ngada, 2010 – 2014 65,00 64,50 64,00 63,50 63,00 62,50 62,00 61,50 61,00 60,50 60,00
IPM
2010
2011
2012
2013
2014
61,84
62,80
63,57
64,43
64,64
Keterangan: Hasil Rekonsiliasi IPM 2010-2014 di Provinsi Yogyakarta
Berita Resmi Statistik No 02/10/Th. VII, 05 Oktober 2015
2
Gambar 2. Pertumbuhan IPM Kabupaten Ngada, 2010-2014 1,00 0,90 0,80 0,70 0,60 0,50 0,40 0,30 0,20 0,10 0,00
2010-2011
2011-2012
2012-2013
2013-2014
0,96
0,77
0,86
0,21
Pertumbuhan
Peningkatan IPM di Kabupaten Ngada di atas, disebabkan meningkatnya nilai komponen IPM itu sendiri, yakni Angka Harapan Hidup, angka Harapan Lama Sekolah, dan angka Rata-rata Lama Sekolah, serta pengeluran per kapita disesuaikan. Angka Harapan Hidup (AHH) penduduk Kabupaten Ngada kian meningkat. Jika pada tahun 2010, seorang bayi yang lahir mempunyai peluang hidup hingga umur 67,20 tahun, maka pada tahun 2014, peluang hidup meningkat hingga umur 67,32 tahun atau naik sebesar 0,12 tahun.
Gambar3. Perkembangan AHH Kabupaten Ngada, 2010-2014 67,35 67,30 67,25 67,20 67,15 67,10
AHLS
2010
2011
2012
2013
2014
67,20
67,23
67,27
67,30
67,32
Berita Resmi Statistik No 02/10/Th. VII, 05 Oktober 2015
3
Capaian Harapan Lama Sekolah (HLS) penduduk usia 7 tahun ke atas Kabupaten Ngada selama periode 2010-2014 menunjukkan perkembangan yang terus meningkat, selama 5 tahun HLS secara absolut meningkat 1,23 poin, yaitu dari 10,76 tahun pada tahun 2010 menjadi 11,99 tahun pada tahun 2014. HLS sebesar 11,99 tahun mengandung pengertian bahwa setiap anak usia 7 tahun di Kabupaten Ngada mempunyai harapan lamanya mengenyam pendidikan sekitar 11,99 tahun atau hingga hampir mendekati kelas 3 SMTA. Sementara pencapaian rata-rata lama sekolah (RLS) mengalami peningkatan relatif sangat kecil yaitu sebesar 0,59 poin yaitu dari 6,92 tahun pada tahun 2010 menjadi 7,51 tahun pada tahun 2014. Angka rata-rata lama sekolah ini masih jauh dari program wajar pendidikan 9 tahun dimana diharapkan penduduk Indonesia minimal dapat menamatkan pendidikan sampai tingkat SLTP sehingga dengan melihat angka 7,51 tahun berarti masyarakat di Kabupaten Ngada rata-rata hanya menyelesaikan pendidikan sampai dengan jenjang pendidikan kelas 1 SMP atau mendekati kelas 2 SMP.
Gambar 4. Perkembangan HLS dan RLS Kabupaten Ngada, 2010-2014 12,50 12,00 11,50 11,00 10,50 10,00
2010
2011
2012
2013
2014
AHLS
10,76
11,33
11,62
11,92
11,99
RLS
6,92
7,10
7,29
7,47
7,51
7,60 7,50 7,40 7,30 7,20 7,10 7,00 6,90 6,80 6,70 6,60
Dari sisi komponen daya beli, rata-rata pengeluaran konsumsi riil per kapita penduduk Kabupaten Ngada juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Indikator ini digunakan untuk mengukur kemampuan daya beli masyarakat yang didekati dengan kebutuhan standar minimal untuk dapat hidup layak (Purchasing Power Parity – PPP dalam rupiah). Kebutuhan standar minimal untuk dapat hidup layak di Kabupaten Ngada pada tahun 2010 adalah sebesar Rp 7.536 per kapita meningkat menjadi Rp 8.070 per kapita pada tahun 2014, atau naik sebesar 534 poin selama kurun tahun 20102014.
Berita Resmi Statistik No 02/10/Th. VII, 05 Oktober 2015
4
Gambar 5. Perkembangan Tingkat Daya Beli Kabupaten Ngada, 2010-2014 8.200 8.000 7.800 7.600 7.400 7.200 Daya Beli
2010
2011
2012
2013
2014
7.536
7.613
7.770
8.002
8.070
Perbandingan Antar Kabupaten Dalam konteks spasial, baik regional Propinsi NTT maupun secara nasional, besaran IPM dapat dibandingkan, sehingga tergambar seberapa jauh kinerja pembangunan manusia masing-masing kabupaten/kota. Bila dibandingkan pada tingkat regional Provinsi NTT, rangking IPM yang terbaru ini menempatkan Kabuapten Ngada berada di bawah Kabupaten Ende (peringkat 2) dan Kota Kupang (peringkat 1) atau berada di posisi 3 dari 22 Kabupaten/Kota di Propinsi NTT. Tabel 1. Indeks Pembangunan Manusia Se Daratan Flores, Tahun 2010 – 2014 Kabupaten 2010
2011
AHH 2012
2013
2014
2010
2011
HLS 2012
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
Flores Timur
63,86
63,88
63,88
63,88
63,88
9,77
10,36
10,72
11,09
11,49
Sikka
65,58
65,60
65,64
65,68
65,70
10,76
10,78
10,81
11,03
11,38
Ende
64,08
64,13
64,18
64,24
64,27
11,82
12,09
13,05
13,49
13,71
Ngada
67,20
67,23
67,27
67,30
67,32
10,76
11,33
11,62
11,92
11,99
Manggarai
64,57
64,62
64,69
64,75
64,78
10,12
10,50
10,87
10,90
11,29
Manggarai Barat
65,53
65,66
65,79
65,92
65,98
9,25
9,58
9,73
9,89
10,15
Nagekeo
65,99
66,00
66,02
66,04
66,05
10,54
11,02
11,09
11,17
11,39
Manggarai Timur
67,19
67,21
67,24
67,26
67,27
9,58
9,82
9,86
9,91
10,15
NTT
65,28
65,45
65,64
65,82
65,91
10,85
11,55
11,73
12,27
12,65
(1)
Berita Resmi Statistik No 02/10/Th. VII, 05 Oktober 2015
2013
2014
5
Lanjutan Tabel 1. Kabupaten
RLS
Pengeluaran
2010
2011
2012
2013
2014
2010
2011
2012
2013
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
Flores Timur
6,27
6,34
6,55
6,74
6,86
6.717
6.802
6.888
7.048
7.099
Sikka
5,87
6,09
6,32
6,49
6,53
7.028
7.203
7.314
7.500
7.559
Ende
6,67
6,96
7,00
7,03
7,30
8.068
8.227
8.322
8.491
8.551
Ngada
6,92
7,10
7,29
7,47
7,51
7.536
7.613
7.770
8.002
8.070
Manggarai
6,28
6,37
6,60
6,76
6,79
6.206
6.390
6.511
6.706
6.790
Manggarai Barat
6,34
6,34
6,35
6,65
6,80
6.441
6.599
6.694
6.862
6.937
Nagekeo
6,42
6,51
6,74
6,98
7,14
7.362
7.536
7.645
7.830
7.868
Manggarai Timur
5,91
5,98
6,01
6,04
6,42
4.767
4.920
5.008
5.170
5.208
NTT
6,50
6,60
6,71
6,76
6,85
6.615
6.678
6.785
6.899
6.934
(1)
Lanjutan Tabel 1. Kabupaten (1)
2010
2011
IPM 2012
(2)
(3)
(4)
2013
2014
2010
(5)
(6)
(7)
2014
Rank IPM 2011 2012 2013 (8)
(9)
2014
(10)
(11)
Flores Timur
57,28
58,15
58,93
59,80
60,42
10
10
11
10
10
Sikka
59,04
59,62
60,12
60,84
61,36
6
7
7
7
8
Ende
61,92
62,78
63,93
64,64
65,25
2
3
2
2
2
Ngada
61,84
62,80
63,57
64,43
64,64
3
2
3
3
3
Manggarai
57,18
58,02
58,92
59,49
60,08
11
11
12
12
12
Manggarai Barat
57,08
57,75
58,13
59,02
59,64
12
13
14
15
15
Nagekeo
60,19
61,05
61,60
62,24
62,71
4
4
4
4
4
Manggarai Timur
54,26
54,97
55,28
55,74
56,58
20
20
20
21
21
NTT
59,21
60,24
60,81
61,68
62,26
32
31
31
31
31
Sumber: Hasil Rekonsiliasi IPM 2010-2014 di Provinsi Yogyakarta
Berita Resmi Statistik No 02/10/Th. VII, 05 Oktober 2015
6
Penjelasan singkat tentang:
PERUBAHAN METODOLOGI IPM
Mengapa Metodologi IPM Diubah ? Alasan yang dijadikan dasar perubahan metodologi penghitungan IPM yaitu: PERTAMA: o Beberapa indikator sudah tidak tepat untuk digunakan dalam penghitungan IPM. Angka Melek Huruf (AMH) sudah tidak relevan dalam mengukur pendidikan secara utuh karena tidak dapat menggambarkan kualitas pendidikan. Selain itu, karena AMH di sebagian besar daerah sudah tinggi, sehingga tidak dapat membedakan tingkat pendidikan antardaerah dengan baik. o Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita tidak dapat menggambarkan pendapatan masyarakat pada suatu wilayah. KEDUA: o Penggunaan rumus rata-rata aritmatik dalam penghitungan IPM menggambarkan bahwa capaian yang rendah di suatu dimensi dapat ditutupi oleh capaian tinggi dimensi lain.
Apa Saja yang Berubah ? INDIKATOR: o Angka Melek Huruf (AMH) pada metode lama diganti dengan angka Harapan Lama Sekolah (HLS). o Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita diganti dengan Produk Nasional Bruto (PNB) per kapita.
METODE PENGHITUNGAN: o Metode agregasi diubah dari rata-rata aritmatik menjadi rata-rata geometrik.
Apa Saja Keunggulan IPM Metode Baru ? o Menggunakan indikator yang lebih tepat dan dapat membedakan dengan baik (diskriminatif ).
Dengan memasukkan Rata-rata Lama Sekolah dan angka Harapan Lama Sekolah, bisa didapatkan gambaran yang lebih relevan dalam pendidikan dan perubahan yang terjadi.
PNB menggantikan PDB karena lebih menggambarkan pendapatan masyarakat pada suatu wilayah.
Berita Resmi Statistik No 02/10/Th. VII, 05 Oktober 2015
7
Dengan menggunakan rata-rata geometrik dalam menyusun IPM dapat diartikan bahwa capaian satu dimensi tidak dapat ditutupi oleh capaian di dimensi lain. Artinya, untuk mewujudkan pembangunan manusia yang baik, ketiga dimensi harus memperoleh perhatian yang sama besar karena sama pentingnya.
Variabel dalam IPM Metode Baru Angka Harapan Hidup saat Lahir – AHH (Life Expectancy – e0) • Angka Harapan Hidup saat Lahir (AHH) didefinisikan sebagai rata-rata perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang sejak lahir. • AHH mencerminkan derajat kesehatan suatu masyarakat. AHH dihitung dari hasil Proyeksi SP2010. Rata-rata Lama Sekolah – RLS (Mean Years of Schooling – MYS) • Rata-rata Lama Sekolah (RLS) didefinisikan sebagai jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk dalam menjalani pendidikan formal. • Diasumsikan bahwa dalam kondisi normal rata-rata lama sekolah suatu wilayah tidak akan turun. • Cakupan penduduk yang dihitung RLS adalah penduduk berusia 25 tahun ke atas. • RLS dihitung untuk usia 25 tahun ke atas dengan asumsi pada umur 25 tahun proses pendidikan sudah berakhir. • Penghitungan RLS pada usia 25 tahun ke atas juga mengikuti standard internasional yang digunakan oleh UNDP. Harapan Lama Sekolah – HLS (Expected Years of Schooling – EYS) • Angka Harapan Lama Sekolah (HLS) didefinisikan sebagai lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang. •
HLS dapat digunakan untuk mengetahui kondisi pembangunan sistem pendidikan di berbagai jenjang.
•
HLS dihitung pada usia 7 tahun ke atas karena mengikuti kebijakan pemerintah yaitu program wajib belajar.
• Untuk mengakomodir penduduk yang tidak tercakup dalam Susenas, HLS dikoreksi dengan siswa yang bersekolah di pesantren.
Berita Resmi Statistik No 02/10/Th. VII, 05 Oktober 2015
8
• Sumber data pesantren yaitu dari Direktorat Pendidikan Islam. •
Penghitungan EYS.
Pengeluaran per Kapita Disesuaikan Pengeluaran per kapita disesuaikan ditentukan dari nilai pengeluaran per kapita dan paritas daya beli.
Rata-rata pengeluaran per kapita setahun diperoleh dari Susenas Modul, dihitung dari level provinsi hingga level kab/kota. Rata-rata pengeluaran per kapita dibuat konstan/riil dengan tahun dasar 2012=100.
Perhitungan paritas daya beli pada metode baru menggunakan 96 komoditas dimana 66 komoditas merupakan makanan dan sisanya merupakan komoditas nonmakanan. Metode penghitungannya menggunakan Metode Rao.
Berita Resmi Statistik No 02/10/Th. VII, 05 Oktober 2015
9
Berita Resmi Statistik No 02/10/Th. VII, 05 Oktober 2015
10
SADAR STATISTIK PENYELENGGARA Sadar untuk menggunakan teknik statistik yang tepat guna dan menyajikan data statistik yang diperlukan konsumen secara tepat waktu, akurat dan mudah dipahami.
RESPONDEN Sadar untuk memberikan jawaban apa adanya sesuai dengan kenyataan tanpa ragu-ragu.
PENGGUNA Sadar untuk memahami metode, konsep/definisi serta memanfaatkan data statistik secara optimal.
Informasi lebih lanjut hubungi: Drs. Moch. Bathik Kepala BPS Kabupaten Ngada
Telp/Fax: (0384) 21359 e-mail:
[email protected]
Berita Resmi Statistik No 02/10/Th. VII, 05 Oktober 2015
11