INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2011
ISBN
: 979.486.6199
Nomor Publikasi
: 3204.1137
Nomor Katalog
: 4716 3204
Ukuran Buku
: 25,7 Cm x 18,2 Cm
Jumlah Halaman
: 70 + vi
Naskah
: Seksi Statistik Sosial
Gambar kulit dan seting : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung Diterbitkan
: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung
Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya
Bupati Bandung Kata Sambutan
Assalammu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh,
Segala puji kita panjatkan kehadirat Allah SWT sang pencipta alam semesta, atas perkenan dan rahmat-Nya, kita telah diberi kesempatan
untuk
mencurahkan
segenap
kemampuan
melalui
pemikiran, gagasan, ide sebagai bahan kajian dalam perencanaan pembangunan manusia di Kabupaten Bandung. Hasil kajian yang berjudul
“INDEKS
PEMBANGUNAN
MANUSIA
KABUPATEN
BANDUNG TAHUN 2011“, adalah hasil penelitian Badan Pusat Statistik yang merujuk kepada gagasan UNDP dalam penyempurnaan Indeks Mutu Hidup. Sebagai indikator yang digunakan untuk memotret pembangunan manusia, indikator yang dihasilkan diharapkan dapat memberikan gambaran secara makro kondisi pembangunan manusia di Kabupaten Bandung melalui beberapa komponen yang mempengaruhinya seperti komponen pendidikan, kesehatan dan daya beli masyarakat. Dan selanjutnya data yang disajikan dapat menggambarkan keberhasilan pembangunan manusia di Kabupaten Bandung.
Semoga kajian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, terutama bagi mereka yang tertarik untuk mengkaji lebih
lanjut
tentang
pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Bandung. Akhirnya semoga Allah SWT tetap memberikan rahmat-Nya kepada kita semua dalam mengemban tugas mulia pembangunan Kabupaten Bandung seutuhnya. Amiin.
Wassalammu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.
Soreang,
Desember 2011.
BUPATI BANDUNG,
H. DADANG M. NASER
KATA PENGANTAR
Assalammu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh, Data Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Bandung Tahun 2011 merupakan salah satu informasi yang sangat penting bagi penyusunan kerangka kebijakan pembangunan daerah, karena didalamnya tergambar kondisi kesehatan, pendidikan, dan perekonomian penduduk, serta data penting lainnya. IPM Kabupaten Bandung Tahun 2011 ini akan digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan pembangunan Kabupaten Bandung. Publikasi IPM Kabupaten Bandung Tahun 2011 ini diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam menyusun kebijakan pembangunan di Kabupaten Bandung di masa yang akan datang. Untuk lebih sempurnanya data IPM Kabupaten Bandung, diharapkan kepada seluruh Dinas/Instansi serta masyarakat pada umumnya agar dapat memberikan data dasar yang diperlukan dengan benar sebagaimana adanya serta tepat waktu. Kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran penyusunan data IPM Kabupaten Bandung Tahun 2011 ini, kami ucapkan terima kasih. Wassalammu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.
Soreang, Desember 2011. BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN BANDUNG KEPALA,
Ir. ERNAWAN MUSTIKA, MS PEMBINA UTAMA MUDA NIP. 195912301985031012
Kata Pengantar Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan anugerah dan perkenan-Nya, sehingga publikasi ”Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Bandung Tahun 2011” dapat disajikan. Publikasi edisi ketujuh ini diharapkan dapat memberikan gambaran terkini pencapaian pembangunan manusia di Kabupaten Bandung. Pencapaian IPM di Kabupaten Bandung dibahas berdasarkan masingmasing indikator pembentuknya. Pengukuran pencapaian di bidang kesehatan menggunakan Angka Harapan Hidup (AHH); pengukuran keberhasilan di bidang pendidikan menggunakan dua indikator, yaitu: Angka Melek Huruf (AMH) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS); dan penghitungan Komponen Daya Beli digunakan untuk mengukur pencapaian di bidang ekonomi. Kegiatan penyusunan publikasi IPM Kabupaten Bandung 2011 ini terwujud berkat kerjasama antara Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bandung, dan atas dukungan dari berbagai pihak di lingkup Pemerintah Kabupaten Bandung. Untuk itu disampaikan penghargaan yang sebesar-besarnya atas dukungan yang diberikan. Disadari bahwa sajian publikasi ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, tanggapan serta saran-saran dari semua pihak sangat diharapkan. Semoga publikasi ini bermanfaat bagi evaluasi dan perencanaan pembangunan di Kabupaten Bandung.
Soreang, Desember 2011. KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BANDUNG,
IPM Kab. Bandung 2011
iii
DAFTAR ISI KATA SAMBUTAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR
i iii iv vi vii
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Tujuan 1.3. Ruang Lingkup dan Sumber Data
1 1 3 4
BAB II. METODOLOGI 2.1. Pengertian Indikator 2.2. Indikator-indikator Pembangunan Manusia 2.3. Metode Penghitungan IPM 2.4. Rumus dan Ilustrasi Penghitungan IPM 2.5. Ukuran Perkembangan IPM 2.6. Beberapa Definisi Operasional Indikator Terkait
6 7 8 9 12 13 14
BAB III. GAMBARAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI KABUPATEN BANDUNG 3.1. Kependudukan 3.2. Kesehatan 3.3. pendidikan 3.3.1. Angka Melek Huruf 3.3.2. Tingkat Partisipasi Sekolah 3.3.3. Rata–rata Lama Sekolah 3.4. Ketenagakerjaan
16 16 20 29 31 32 38 40
BAB IV. KEMAJUAN PENCAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA DI KABUPATEN BANDUNG 4.1. Kemajuan Pembangunan Manusia Periode 2005-2011 4.2. Pencapaian Angka IPM Kecamatan
46 46 51
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 5.2. Saran
63 63 65
IPM Kabupaten Bandung Tahun 2011
iv
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
IPM Kabupaten Bandung Tahun 2011
v
DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Daftar Komoditi Terpilih untuk Menghitung Paritas Daya Beli (PPP)
12
Tabel 2.2. Nilai Maksimum dan Minimum Komponen IPM
15
Tabel 3.1. Angka kematian bayi (AKB) dan Rata – rata Umur Parkawinan Pertama Wanita di Kabupaten Bandung tahun 2003 - 2009
29
Tabel 3.2. Presentase Penduduk yang Mengalami Keluhan Kasehatan Menurut Jenis Kelamin di kabupaten Bandung Tahun 2006 – 2009
31
Tabel 3.3. Presentase lamanya Sakit Penduduk Kabupaten Bandung Tahun 2007 – 2009
32
Tabel 3.4. APK Menurut Jenis Kelamin dan Jenjang Pendidikan di Kabupaten Bandung Tahun 2008 – 2009
38
Tabel 3.5. Presentase Penduduk Usia 10 Tahun Keatas menurut Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin di kabupaten Bandung Tahun 2008 - 2009
44
Tabel 3.6. Persentase Lapangan Pekerjaan Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas di Kabupaten Bandung Tahun 2006 - 2009
50
IPM Kabupaten Bandung Tahun 2011
vi
DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1. Piramida Penduduk Kabupaten Bandung Tahun 2009
21
Gambar 3.2. Analisis Derajat Kesehatan
23
Gambar 3.3. Angka Kematian bayi (AKB) dan Angka Harapan Hidup (AHH) Kabupaten Bandung Tahun 2003 – 2009
25
Gambar 3.4. Presentase Balita Berdasarkan Penolong Pertama Kelahiran di Kabupaten Bandung Tahun 2007 – 2009
28
Gambar 3.5. Presentase Balita Berdasarkan Penolong Terakhir Kelahiran di Kabupaten Bandung Tahun 2007 – 2009 Gambar 3.6. Presentase Balita Menurut Lamanya diberi ASI di Kabupaten Bandung tahun 2009 Gambar 3.7. APK Menurut Jenis Kelamin dan Jenjang Pendidikan di Kabupaten Bandung Tahun 2009
28
Gambar 3.8. Perbandingan APK dan APM menurut Jenjang Pendidikan di Kabupaten Bandung Tahun 2009
39
Gambar 3.9. APM Menurut Jenis kelamin dan Jenjang Pendidikan di Kabupaten Bandung Tahun 2009
39
Gambar 3.10. APS Menurut jenis Kelamin dan Jenjang pendidikan di Kabupaten Bandung Tahun 2009
42
Gambar 3.11. Tingkat Kesempatan kerja, Pengangguran dan TPAK Menurut Jenis kelamin di Kabupaten Bandung Tahun 2009
48
Gambar 4.1. Pertumbuhan IPM Kabupaten Bandung Tahun 2004 – 2009
52
Gambar 4.2. Pertumbuhan Angka Harapan Hidup (AHH) di Kabupaten Bandung Tahun 2004 – 2009
54
Gambar 4.3. Pertumbuhan Komponen Penyusun Indeks Pendidikan di Kabupaten Bandung Tahun 2004 - 2009
55
Gambar 4.4. Pertumbuhan komponen Daya beli (PPP) di Kabupaten Bandung Tahun 2004 - 2009
56
Gambar 4.5. Sebaran Angka Pencapaian IPM menurut Kecamatan di Kabupaten Bandung Tahun 2009
59
Gambar 4.6. Peringkat Tujuh Kecamatan yang memiliki IPM Tertinggi di Kabupaten Bandung Tahun 2009
60
Gambar 4.7. Sebaran Pencapaian Angka AHH Menurut Kecamatan di Kabupaten Bandung Tahun 2009
62
IPM Kabupaten Bandung Tahun 2011
30 37
vii
Gambar 4.8. Sebaran Pencapaian Angka AMH Menurut Kecamatan di Kabupaten Bandung Tahun 2009
64
Gambar 4.9. Sebaran Pencapaian Angka RLS Menurut Kecamatan di Kabupaten Bandung Tahun 2009
66
Gambar 4.10. Sebaran Pencapaian Angka PPP Menurut Kecamatan di Kabupaten Bandung Tahun 2009
68
IPM Kabupaten Bandung Tahun 2011
viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Orientasi strategi pembangunan saat
domino
kepada
daerah-daerah
ini lebih berorientasi pada peningkatan
disekitarnya,
kualitas hidup masyarakat. Tercapainya
belum mampu mengejar ketertinggalan
pemerataan
daerah tersebut.
secara
hasil-hasil
lebih
pembangunan
berkeadilan,
serta
tidak
namun
Pembangunan
dampak
manusia
tersebut
merupakan
pencapaian
paradigma pembangunan yang menempatkan
tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
manusia sebagai fokus dan sasaran akhir dari
Meskipun tidak mudah untuk diwujudkan pada
seluruh
daerah-daerah yang sedang berkembang,
tercapainya peningkatan derajat kesehatan
seperti halnya di Kabupaten Bandung, yang
(usia hidup panjang dan sehat), meningkatkan
merupakan salah satu daerah penyangga
pendidikan (kemampuan baca tulis dan
Ibukota
namun
keterampilan untuk dapat berpartisipasi dalam
Kabupaten Bandung m e m i l ik i p e l u a n g
masyarakat dan kegiatan ekonomi), dan
yang cukup besar untuk tumb uh dan
penguasaan atas sumber daya (pendapatan
b e r k e m b a n g n y a : i n d u s t ri , perdagangan.
untuk mencapai hidup layak). Pembangunan
Peluang tersebut menyebabkan penyerapan
manusia melihat secara bersamaan semua isu
tenaga kerja dan pendapatan per kapita yang
dalam
cukup besar.
ekonomi,
semata-mata
menargetkan
Provinsi
Jawa
Barat,
kegiatan
pembangunan
masyarakat
yaitu
perdagangan,
yaitu
pertumbuhan
ketenagakerjaan,
Fokus pembangunan yang selama ini
kebebasan politik ataupun nilai-nilai kultural
masih terkonsentrasi pada daerah-daerah
dari sudut pandang manusia. Pembangunan
yang
manusia juga mencakup isu penting lainnya
cepat
pertumbuhan
ekonominya, yang
yaitu jender. Dengan demikian, pembangunan
mempunyai kesulitan akses, menjadi relatif
manusia tidak hanya memperhatikan sektor
“tertinggal”. Kondisi ini terjadi di beberapa
sosial, tetapi merupakan pendekatan yang
wilayah Kabupaten Bandung, terutama di
komprehensif dari semua sektor.
mengakibatkan
wlayah bagian pemikiran,
daerah-daerah
selatan.
bahwa
hasil
Walaupun
ada
pertumbuhan
Tingkat
kesehatan
dan
pendidikan
penduduk merupakan faktor dominan yang
ekonomi yang tinggi pada daerah tertentu
perlu mendapat
suatu saat diharapkan akan memberi efek
peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia
IPM Kab. Bandung 2011
prioritas
utama
dalam
1
(SDM). Tingkat kesehatan dan pendidikan
pentingnya
penduduk berpengaruh terhadap kemampuan
pembangunan
untuk menyerap dan mengelola sumber-
sebab kualitas manusia di suatu wilayah
sumber pertumbuhan ekonomi, baik dalam
memiliki andil besar dalam menentukan
kaitannya
sampai
keberhasilan pengelolaan pembangunan di
kelembagaan yang penting dalam upaya
wilayah tersebut. Pencapaian angka IPM
meningkatkan tingkat kesejahteraan penduduk
Kabupaten
Bandung
itu sendiri, yang semuanya bermuara pada
dibanding
kabupaten/kota
aktivitas perekonomian yang maju. Kebijakan
Berbagai upaya akselerasi dan pendanaan
pembangunan yang tidak berorientasi kepada
telah
peningkatan kualitas manusia hanya akan
pembangunan manusia (human development)
membuat daerah yang bersangkutan tertinggal
yang selama ini telah dirumuskan oleh UNDP.
dari daerah
Pendanaan yang cukup memadai dari APBD
Manusia
dengan
lain.
(IPM)
teknologi,
Indeks
Pembangunan
menjadi
dilakukan
SDM suatu
masih
untuk
dalam
kebutuhan,
tertinggal sekitarnya.
mencapai
tujuan
wujud
dari
yang
ingin
bangsa
dan
Upaya untuk mencapai umur panjang
memajukan kesejahteraan umum, serta untuk
dan sehat, memiliki ilmu pengetahuan, dan
mencapai masyarakat yang adil dan makmur.
mempunyai akses terhadap sumber daya
komitmen
merupakan
peningkatan
tujuan
mencerdaskan
nasional
kehidupan
II, pendanaan APBD I, dan APBN juga turut menunjang upaya akselerasi tersebut.
Pembangunan manusia dinilai menjadi
yang dibutuhkan agar dapat hidup secara
upaya yang sangat mendesak terutama dalam
layak dilakukan melalui berbagai program
pembangunan bidang ekonomi di Kabupaten
terobosan.
Bandung. Hal tersebut sangat relevan dengan
dilakukan tidak terbatas kepada peningkatan
kondisi SDM di Kabupaten Bandung yang
kemampuan manusia dalam hal kesehatan
selama
dibidang
dan pendidikan. Upaya yang dilakukan juga
pendidikan, kesehatan, maupun daya beli
memperhatikan apa yang bisa dilakukan oleh
masyarakat. Kualitas penduduk yang rendah
manusia dengan kemampuan yang dimilikinya
akan mempunyai daya saing yang rendah,
untuk menikmati
tidak
untuk
kegiatan produktif, atau ikut serta dalam
menghasilkan sesuatu yang berkualitas, serta
berbagai kegiatan budaya dan sosial politik.
tidak
Tujuan pembangunan manusia Kabupaten
ini
masih
memiliki mempunyai
tergolong
kemampuan kemampuan
untuk
Bandung
memenuhi kebutuhan hidup layak.
Pembangunan
harus
manusia
kehidupan,
dapat
yang
melakukan
menyeimbangkan
atau
berbagai aspek tersebut, sebab tujuan utama
peningkatan kualitas SDM menjadi hal yang
dari pembangunan manusia adalah untuk
sangat
memperbanyak pilihan-pilihan yang dimiliki
Pembangunan penting.
manusia Penekanan
IPM Kab. Bandung 2011
terhadap
2
manusia. Semakin tinggi pendidikan semakin
datang. Segala bentuk permodalan fisik,
banyak peluang-peluang yang bisa diraih,
manusia, dan lingkungan hidup harus
menggabungkan aspek produksi dan distribusi
dilengkapi.
komoditas,
serta
peningkatan
dan
pemanfaatan kemampuan manusia. Menurut
UNDP
(1995)
(4) Pemberdayaan;
pembangunan
harus
dilakukan oleh masyarakat dan bukan
paradigma
hanya untuk mereka. Masyarakat harus
pembangunan manusia terdiri dari empat
berpartisipasi penuh dalam mengambil
komponen utama, yaitu:
keputusan
(1)
mempengaruhi kehidupan mereka.
Produktifitas; masyarakat harus dapat
dan
proses-proses
yang
meningkatkan produktifitas mereka dan berpartisipasi
(2)
secara
penuh
dalam
Pembangunan SDM
di
Kabupaten
proses memperoleh penghasilan dan
Bandung perlu dijabarkan lebih jelas, rinci, dan
pekerjaan berupah. Oleh karena itu,
terarah. Untuk keperluan tersebut diperlukan
pertumbuhan ekonomi adalah salah satu
sistem pemantauan dan evaluasi yang dapat
bagian dari jenis pembangunan manusia.
mengidentifikasi
Ekuitas; masyarakat harus punya akses
kesenjangan antar waktu, maupun antar
untuk memperoleh kesempatan yang
wilayah) dan keadaan (target dan realisasi).
adil. Semua hambatan terhadap peluang
Pengukuran kemajuan pencapaian menuju
ekonomi dan politik harus dihapus agar
keadaan
masyarakat dapat berpartisipasi didalam
seperangkat
dan
yang dapat dipantau. Sedangkan penentuan
memperoleh
manfaat
dari
kesempatan-kesempatan ini. (3) Kesinambungan; memperoleh
yang
kesenjangan
diinginkan
(baik
memerlukan
ukuran-ukuran atau
indikator
indikator yang relevan memerlukan kerangka
akses kesempatan
untuk
pemikiran dan analisis yang beragam tetapi
harus
mampu menggali perbedaan potensi dan
dipastikan tidak hanya untuk generasi
masalah yang ada di tingkat kabupaten.
sekarang tapi juga generasi yang akan
1.2. Tujuan Konsep pembangunan manusia adalah
Development
Indeks
manusia sebagai kekayaan bangsa yang
dikembangkan
oleh
sesungguhnya.
Salah
Development Program (UNDP). Capaian IPM
pembangunan
manusia
satu
pengukuran
adalah
Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) atau Human
IPM Kab. Bandung 2011
sangat
perlu
pembangunan
dievaluasi suatu
(HDI) United dalam daerah,
telah Nations rangka karena
3
peningkatan IPM dapat memberikan kontribusi
arah yang lebih baik dan terspesifikasi baik
positif terhadap kesejahteraan masyarakat
secara sektoral maupun kewilayahan.
dilihat dari aspek pendidikan, kesehatan, dan
Penyusunan
IPM
bertujuan
untuk
kemampuan ekonominya. IPM merupakan
memaparkan
sejauhmana
suatu indeks yang menunjukkan tentang
pembangunan
manusia
aspek-aspek: peluang hidup panjang dan
Bandung dan memberi gambaran yang lebih
sehat,
dan
lengkap dalam melihat sejauhmana dampak
keterampilan yang memadai, serta kehidupan
pembangunan yang dilaksanakan terhadap
layak. Secara tegas IPM tersebut merupakan
peningkatan kualitas penduduk. Disamping itu,
kemudahan
akses
dapat diperoleh pula gambaran tentang
terhadap aspek sosial, budaya, dan aspek
seberapa besar kemajuan IPM di masing-
ekonomi.
masing kecamatan setiap tahunnya dan
mempunyai
dalam
pengetahuan
memperoleh
perkembangan di
Kabupaten
Pembangunan manusia harus dipahami
bagaimana
kontribusi
sebagai salah satu output penting dalam suatu
menunjang
akselerasi
proses perencanaan pembangunan karena
Kabupaten Bandung. IPM digunakan sebagai
IPM
kualitas
salah satu ukuran kinerja daerah, khususnya
mengukir
dalam hal evaluasi proses pembangunan
merupakan
urutan
skala
pembangunan
manusia
yang
keberhasilan
pembangunan.
Dengan
SDM.
Tersedianya
kecamatan
dalam
pencapaian
informasi
IPM
tersebut
dihitungnya IPM Kabupaten Bandung per
diharapkan akan dapat membantu pihak-pihak
kecamatan akan dapat dijadikan sebagai
yang
ukuran keberhasilan
program
pembangunan
dan
berkepentingan dan
Bandung.
Khususnya
dengan
berkaitan
dengan
intervensinya
agar
pencapaian pembangunan memiliki sinergi
pembangunan
terhadap peningkatan kualitas masyarakatnya.
Bandung.
menyusun
kebijakan di Kabupaten
sebagai bahan perencanaan pembangunan segenap
dalam
manusia
kebijakan
yang
program-program di
Kabupaten
Agar arah pembangunan manusia menuju
1.3. Ruang Lingkup dan Sumber Data Perencanaan pelaksanaan
bagi
program-program
pembangunan
memerlukan
sebagai penunjang bagi analisis, monitoring, dan evaluasi suatu kebijakan. Dari sini
informasi yang dapat menyajikan gambaran
dapat dilihat pentingnya pemanfaatan data
sebenarnya di lapangan ( represent reality).
yang relevan dengan kualitas yang baik dan
Semua informasi yang ada tersebut berguna
dari sumber yang terpercaya dikarenakan
IPM Kab. Bandung 2011
4
kecermatan dan konsistensi data sangat
memungkinkan untuk memberikan gambaran
diperlukan
kekeliruan
kondisi data hingga level desa. Sensus yang
kesimpulan yang dapat terjadi dikemudian hari
dilakukan adalah Sensus Penduduk, Sensus
secara dini.
Pertanian, dan Sensus Ekonomi. Sedangkan
untuk
Ruang
mencegah
IPM
data yang lebih rinci dihasilkan dari survei.
administratif
Umumnya survei memiliki karakteristik data
Kabupaten Bandung. Sedangkan rentang isu
yang lebih spesifik dan rinci dibandingkan
yang
aspek
sensus. Survei yang dilakukan adalah Survei
budaya,
khusus IPM, Survei Sosial Ekonomi Daerah
mencakup
lingkup seluruh
dibahas
kependudukan,
penyusunan wilayah
mencakup sosial,
ketenagakerjaan, kesehatan, dan pendidikan. Sumber data yang dipergunakan dalam penyusunan
IPM
berasal
(Susenas), dan Survei Angkatan Kerja Nasional
sensus
(Sakernas). Juga dilengkapi dengan data hasil
ataupun survei. Pengumpulan data sensus
Perhitungan PDRB dan data lain yang
yang dilakukan setiap 10 tahun ini didasari
dikumpulkan dari berbagai dinas/instansi yang
pada karakteristik pokok suatu populasi. Ini
ada kaitannya dengan analisis.
IPM Kab. Bandung 2011
dari
(SUSEDA), Survei Sosial Ekonomi Nasional
5
BAB II METODOLOGI
Dewasa ini, paradigma pembangunan
lebih komplek dan komprehensip karena
telah mengalami pergeseran, yaitu dari
disamping memperhitungkan
pembangunan
pada
pembangunan manusia dari aspek non-
produksi (production centered development)
ekonomi, juga memperhitungkan keberhasilan
pada
pembangunan manusia dari aspek ekonomi,
yang
dekade
berorientasi
60-an
ke paradigma
keberhasilan
pembangunan yang lebih menekankan pada
yang diukur oleh indikator bernama IPM
distribusi
(Indeks Pembangunan Manusia).
hasil-hasil
pembangunan
(distribution growth development) selama
Pembangunan
manusia
merupakan
dekade 70-an. Selanjutnya pada dekade 80-
paradigma pembangunan yang menempatkan
an, muncul paradigma pembangunan yang
manusia (penduduk) sebagai fokus dan
berorientasi
sasaran
pada pemenuhan kebutuhan
akhir
dari
seluruh
kegiatan
dasar masyarakat (basic need development),
pembangunan yaitu tercapainya penguasaan
dan
atas
akhirnya
menuju
paradigma
sumber
daya
(pendapatan untuk
pembangunan yang terpusat pada manusia
mencapai hidup layak), peningkatan derajat
(human centered development) yang muncul
kesehatan (usia hidup panjang dan sehat),
pada tahun 1990-an.
dan meningkatkan pendidikan (kemampuan
Paradigma
pembangunan
lama
baca tulis dan keterampilan untuk dapat
menekankan pada pertumbuhan ekonomi
berpartisipasi dalam masyarakat dan kegiatan
yang
ekonomi).
menempatkan
pendapatan sebagai
acuan dan yang menjadi alat ukurnya adalah
IPM merupakan salah satu indikator
GNP atau GDP per kapita. Alat ukur ini dirasa
penting
yang
dapat
digunakan
kebijakan
dan
dalam
kurang komprehensip karena hanya melihat
perencanaan
satu sisi kehidupan manusia. Sejak tahun
pembangunan. IPM mencakup tiga bidang
1990, UNDP mengadopsi suatu paradigma
pembangunan manusia yang dianggap paling
baru mengenai pembangunan yang disebut
mendasar yaitu usia hidup, pengetahuan, dan
Paradigma Pembangunan Manusia (PPM).
hidup layak.
evaluasi
Peradigma ini melihat manusia dari sisi yang
IPM Kab. Bandung 2011
6
Dalam konsep pembangunan manusia,
pembangunan
dimaksudkan
untuk
pembangunan seharusnya dianalisis serta
memperbesar pilihan-pilihan bagi penduduk,
dipahami dari sudut manusianya, bukan hanya
tidak hanya untuk meningkatkan pendapatan
dari pertumbuhan ekonominya. Pembangunan
mereka;
yang dapat mencapai manusia yang berharga
memperhatikan bukan hanya pada upaya
dan
meningkatkan
diakui
pencapaiannya.
kemanusiaanya penting
kemampuan
manusia (kapabilitas)
dalam
manusia, tetapi juga pada upaya-upaya
pembangunan manusia diantaranya adalah:
memanfaatkan kemampuan manusia tersebut
pembangunan
secara optimal.
penduduk
Premis
dan
pembangunan
harus
sebagai
mengutamakan pusat
perhatian;
2.1. Pengertian Indikator Petunjuk yang memberikan
indikasi
(4)
Spesifik;
indikator
mengukur
yang
dimaksud.
tentang sesuatu keadaan dan merupakan
perubahan
refleksi dari keadaan tersebut disebut juga
Namun demikian, perlu disadari bahwa
sebagai Indikator. Dengan kata lain, indikator
tidak ada ukuran baku yang benar-benar
merupakan
dapat mengukur tingkat kesejahteraan
variabel
penolong
dalam
mengukur perubahan. Variabel-variabel ini
situasi
hanya
seseorang atau masyarakat.
terutama digunakan apabila perubahan yang akan
dinilai tidak
dapat
diukur
secara
langsung. Indikator yang baik harus memenuhi
Indikator bisa bersifat tunggal (indikator tunggal) yang isinya terdiri dari satu indikator, seperti Angka Kematian Bayi (AKB) dan
beberapa persyaratan, antara lain:
bersifat jamak (indikator komposit) yang
(1) Sahih (Valid); indikator harus dapat
merupakan gabungan dari beberapa indikator,
mengukur sesuatu yang sebenarnya
seperti Indeks Mutu Hidup (IMH) yang
akan diukur oleh indikator tersebut.
merupakan gabungan dari 3 indikator yaitu
Objektif; untuk hal yang sama, indikator
Angka Melek Huruf (AMH), Angka Kematian
harus memberikan hasil yang sama pula,
Bayi (AKB), dan Angka Harapan Hidup dari
walaupun dipakai oleh orang yang
anak usia 1 tahun (e1).
(2)
berbeda dan pada waktu yang berbeda. (3)
Sensitif; perubahan yang kecil mampu dideteksi oleh indikator.
IPM Kab. Bandung 2011
Menurut
jenisnya,
indikator
dapat
dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok indikator, yaitu:
7
(a)
Indikator Input; yang berkaitan dengan penunjang pelaksanaan program dan turut menentukan keberhasilan program.
(b)
persentase anak balita yang ditolong dukun. (c) Indikator
Output/Outcome;
Seperti: rasio murid-guru, rasio murid-
menggambarkan
kelas, rasio dokter, rasio puskesmas.
(output) dari suatu program kegiatan
Indikator Proses; yang menggambarkan
telah
bagaimana
pembangunan
penduduk dengan pendidikan SLTA ke
berjalan, seperti: Angka Partisipasi Kasar
atas, Angka Kematian Bayi (AKB),
(APK), Angka Partisipasi Murni (APM),
Angka Harapan Hidup (AHH), Tingkat
rata-rata jumlah jam kerja, rata-rata
Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), dan
jumlah
lain-lain.
proses
kunjungan
ke
2.2. Indikator-Indikator Manusia Upaya
untuk
puskesmas,
berjalan,
bagaimana
yang
seperti:
hasil
persentase
Pembangunan mengetahui
dan
yang dapat digunakan untuk menentukan
mengidentifikasi seberapa besar kemajuan
keberhasilan (pembangunan) dalam beberapa
pembangunan yang telah dicapai suatu
hal agak sulit ditentukan. Alat ukur yang sering
wilayah, tentunya diperlukan data-data yang
digunakan untuk menilai kualitas hidup selama
up to date dan akurat. Data-data yang
ini sebenarnya hanya mencakup kualitas fisik,
disajikan diharapkan sebagai bahan evaluasi
tidak termasuk kualitas non fisik. Kesulitan
terhadap apa yang telah dilakukan oleh
muncul terutama karena
pemerintah tersebut. Dalam konteks tersebut
keberhasilan
diperlukan ukuran-ukuran yang tepat untuk
indikatornya relatif lebih abstrak dan bersifat
digunakan sebagai indikator. Untuk itu perlu
komposit.
untuk
pembangunan
menilai non-fisik
kiranya diketengahkan mengenai berbagai
Salah satu pengukuran taraf kualitas fisik
ukuran-ukuran yang biasa digunakan sebagai
penduduk yang banyak digunakan adalah
indikator pembangunan.
Indeks
Berbagai program seperti pengadaan pangan, kesehatan, olahraga
peningkatan kegiatan
dilaksanakan
dalam
Hidup (IMH).
Ukuran ini
sebenarnya banyak mendapat kritik (Hicks and Streeten, 1979; Rat, 1982; Holidin, 1993a
perbaikan gizi, peningkatan dan
Mutu
upaya
dan Holidin 1993b) karena mengandung beberapa
kelemahan,
terutama
yang
peningkatan taraf kualitas fisik penduduk.
menyangkut aspek statistik dari keterkaitan
Namun demikian, seperti dikatakan Azwini,
antar variabel yang digunakannya. Terlepas
Karomo, dan Prijono (1988:469), tolok ukur
dari kelemahan tersebut, ada nilai lebih dari
IPM Kab. Bandung 2011
8
IMH yang membuat indikator ini banyak
tuntutan perkembangan pembangunan yang
digunakan sebagai ukuran untuk menilai
semakin kompleks. Untuk itu perlu indikator
keberhasilan program pembangunan pada
lain yang lebih reprensentatif dengan tuntutan
satu wilayah. Nilai lebih dari IMH ini adalah
permasalahan. Dalam kaitan ini, indikator
kesederhanaan
penghitungannya.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM; Human
Disamping itu, data yang digunakan untuk
Development Index) merupakan salah satu
menghitung IMH ini pada umumnya sudah
alternatif yang bisa diajukan. Indikator ini,
banyak tersedia. IMH bisa dihitung dengan
disampaing mengukur kualitas fisik tercermin
mudah setiap tahun untuk setiap wilayah
dari angka harapan hidup; juga mengukur
(nasional, propinsi, maupun kabupaten/kota),
kualitas non fisik (intelektualitas) melalui
sehingga dapat dilakukan perbandingan antar
lamanya rata-rata penduduk bersekolah dan
wilayah.
angka melek huruf; juga mempertimbangkan
Sejalan
didalam
dengan
tingginya
kemampuan ekonomi masyarakat di wilayah
permasalahan
itu tercermin dari nilai purcashing power parity
pembangunan, kesederhanaan IMH pada
index (ppp). Jadi, indikator IPM terasa lebih
akhirnya kurang mampu untuk menjawab
komprehensif dibandingkan dengan IMH.
intensitas
makin
dalam
2.3. Metode Penghitungan IPM Perkembangan pembangunan manusia
keatas; serta hidup layak diukur dengan
secara berkelanjutan diperlukan satu set
pengeluaran per kapita yang didasarkan pada
indikator komposit yang cukup representatif.
purchasing power parity (paritas daya beli
Pada dasarnya IPM mencakup tiga komponen
dalam rupiah). Usia hidup diukur dengan angka harapan
yang dianggap mendasar bagi manusia dan secara operasional mudah dihitung untuk
hidup
menghasilkan
yang
menggunakan metode tidak langsung (metode
merefleksikan upaya pembangunan manusia.
Brass, varian Trussel) berdasarkan variabel
Ketiga aspek tersebut berkaitan dengan
rata-rata anak lahir
peluang
anak
hidup
suatu
ukuran
(longevity),
pengetahuan
atau
yang
e0
yang
hidup
dan
dihitung
rata-rata
masih hidup. Komponen
(knowledge), dan hidup layak (decent living).
pengetahuan diukur dengan angka melek
Peluang hidup dihitung berdasarkan angka
huruf dan rata-rata lama sekolah. Sebagai
harapan hidup ketika lahir; pengetahuan
catatan,
diukur berdasarkan rata-rata lama sekolah dan
Human Development Report (HDR). Indikator
angka melek huruf penduduk usia 15 tahun
angka melek huruf diperoleh dari variabel
UNDP
dalam
publikasi tahunan
kemampuan membaca dan menulis
IPM Kab. Bandung 2011
9
sedangkan indikator rata-rata lama sekolah
Comparison
dihitung dengan menggunakan dua variabel
menstandarkan nilai PDB suatu negara.
secara simultan yaitu tingkat/kelas yang
Project
(ICP)
dalam
Data dasar yang digunakan adalah data
sedang/pernah dijalani dan jenjang pendidikan
harga dan kuantum dari suatu basket
tertinggi yang ditamatkan.
komoditi yang terdiri dari nilai 27
Komponen standar hidup layak diukur
komoditi.
dengan indikator rata-rata konsumsi riil yang
Membagi nilai B dengan PPP/unit (=C).
telah disesuaikan. Sebagai catatan, UNDP
Menyesuaikan nilai C dengan formula
menggunakan indikator Produk Domestik
Atkinson
Bruto (PDB) per kapita riil yang telah
memperkirakan nilai marginal utility dari
disesuaikan (adjusted real GDP per capita)
C.
sebagai ukuran komponen tersebut karena
Penghitungan
tidak tersedia indikator lain yang lebih baik
sebagai
upaya
PPP/unit
untuk
dilakukan
dengan rumus:
untuk keperluan perbandingan antar negara.
E
Penghitungan indikator konsumsi riil per kapita yang telah disesuaikan dilakukan
PPP / unit = -------------------------
melalui tahapan pekerjaan sebagai berikut:
(p
Menghitung pengeluaran konsumsi per Mendeflasikan nilai A dengan Indeks
Dimana, E( i , j )
:
unit
P( 9 , j )
:
(=Purchasing Power Parity (PPP)/unit).
q( i , j )
:
Harga Konsumen (IHK) ibukota propinsi yang sesuai (=B).
Menghitung Metode
( 9,j).
q ( i , j ))
j
kapita (=A).
( i, j)
j
daya
beli
per
penghitungan sama
seperti
metode yang digunakan International
IPM Kab. Bandung 2011
pengeluaran konsumsi untuk komoditi j di kabupaten ke-i harga komoditi j di DKI Jakarta (Jakarta Selatan) jumlah komoditi j (unit) yang dikonsumsi di kabupaten ke-i
1 0
Tabel 2.1. Daftar Komoditi Terpilih Untuk Menghitung Paritas Daya Beli (PPP)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27.
Komoditi
Unit
(1)
(2)
Beras lokal Tepung terigu Ketela pohon Ikan tongkol/tuna/cakalang Ikan teri Daging sapi Daging ayam kampung Telur ayam Susu kental manis Bayam Kacang panjang Kacang tanah Tempe Jeruk Pepaya Kelapa Gula pasir Kopi bubuk Garam Merica/lada Mie instant Rokok kretek filter Listrik Air minum Bensin Minyak tanah Sewa rumah Total
Sumbangan thd total konsumsi (%) *) (3)
Kg Kg Kg Kg Ons Kg Kg Butir 397 gram Kg Kg Kg Kg Kg Kg Butir Ons Ons Ons Ons 80 gram 10 batang Kwh M3 Liter Liter Unit
7.25 0.10 0.22 0.50 0.32 0.78 0.65 1.48 0.48 0.30 0.32 0.22 0.79 0.39 0.18 0.56 1.61 0.60 0.15 0.13 0.79 2.86 2.06 0.46 1.02 1.74 11.56 37.52
Sumber: Badan Pusat Statistik Unit
kuantitas
rumah
dihitung
tinggal. Ketujuh komponen kualitas yang
berdasarkan indeks kualitas rumah yang
digunakan
dibentuk dari tujuh komponen kualitas tempat
kualitas rumah diberi skor sebagai berikut:
IPM Kab. Bandung 2011
dalam
penghitungan
indeks
1 1
Lantai: keramik, marmer, atau granit = 1,
yang dikonsumsi oleh rumah tangga tersebut
lainnya = 0.
adalah 6/8 atau 0,75 unit. Rumus Atkinson (dikutip dari Arizal
Luas lantai per kapita: > 10 m2 = 1, lainnya = 0.
Ahnaf dkk, 1998: 129) yang digunakan untuk
Dinding: tembok = 1, lainnya = 0.
penyesuaian rata-rata konsumsi riil secara
Atap: kayu/sirap, beton = 1, lainnya = 0.
matematis dapat dinyatakan sebagai berikut:
Fasilitas penerangan: listrik = 1, lainnya = 0.
Fasilitas air minum: leding = 1, lainnya = 0.
Jamban: milik sendiri = 1, lainnya = 0.
Skor awal untuk setiap rumah = 1. Indeks
kualitas
rumah
merupakan
penjumlahan dari skor yang dimiliki oleh suatu rumah tinggal dan bernilai antara 1 sampai dengan 8. Kuantitas dari rumah yang dikonsumsi oleh suatu rumah tangga adalah Indeks Kualitas Rumah dibagi 8. Sebagai contoh, jika suatu rumah tangga menempati suatu rumah tinggal yang mempunyai Indeks Kualitas Rumah = 6, maka kuantitas rumah
C (i)* = C(i) jika C(i) < Z = Z + 2(C(i) – Z) (1/2) jika Z < C(i ) < 2Z = Z + 2(Z) (1/2) + 3(C(i) – 2Z) (1/3) jika 2Z < C(i) < 3Z = Z + 2(Z) (1/2) + 3(Z) (1/3) + 4(C(i) – 3Z) (1/4) jika 3Z < C(i) < 4Z Dimana, C(I) : Konsumsi per kapita riil yang telah disesuaikan dengan PPP/unit (hasil tahapan 5) Z : Threshold atau tingkat pendapatan tertentu yang digunakan sebagai batas kecukupan yang dalam laporan ini nilai Z ditetapkan secara arbiter sebesar Rp 547.500,- per kapita setahun, atau Rp 1.500,- per kapita per hari
2.4. Rumus dan Ilustrasi Penghitungan IPM Rumus penghitungan IPM dikutip dari Arizal Ahnaf, dkk (1998: 129) dapat disajikan
lama sekolah) X(3) :
sebagai berikut : IPM = 1/3 (X (1) + X (2) + X (3))
Masing-masing indeks komponen IPM tersebut merupakan perbandingan antara selisih
Dimana, X(1) : Indeks harapan hidup X(2) :
Indeks pendidikan = 2/3 (indeks
Indeks standar hidup layak
nilai
suatu
indikator
dan
nilai
minimumnya dengan selisih nilai maksimum dan
nilai
minimum
indikator
yang
melek huruf) + 1/3 (indeks rata-rata
IPM Kab. Bandung 2011
1 2
bersangkutan. Rumusnya dapat disajikan sebagai berikut:
Dimana, X(i) X(i)maks X(i)min
: : :
Indikator ke-i (i = 1,2,3) Nilai maksimum X(i) Nilai minimum X(i)
Indeks X(i) = (X(i) - X(i)min) / (X(i)maks - X(i)min)
Nilai maksimum dan nilai minimum indikator X(i) disajikan pada Tabel 2.2. Tabel 2.2. Nilai Maksimum dan Minimum Komponen IPM Indikator Komponen IPM (=X(I))
Nilai maksimum
Nilai Minimum
Catatan
(1)
(2)
(3)
(4)
Angka Harapan Hidup
85
25
Sesuai standar global (UNDP)
Angka Melek Huruf Rata-rata lama sekolah
100 15
0 0
Sesuai standar global (UNDP) Sesuai standar global (UNDP)
732.720 a)
300.000 b)
UNDP menggunakan PDB per kapita riil yang disesuaikan
Konsumsi per kapita yang disesuaikan
Catatan:
a)
Proyeksi pengeluaran riil/unit/tahun untuk propinsi yang memiliki angka tertinggi (Jakarta) pada tahun 2018 setelah disesuaikan dengan formula Atkinson. Proyeksi mengasumsikan kenaikan 6,5 persen per tahun selama kurun 19962018.
b)
Setara dengan dua kali garis kemiskinan untuk propinsi yang memiliki angka terendah tahun 1996 di Papua.
2.5. Ukuran Perkembangan IPM Untuk
mengukur
kecepatan
titik ideal (IPM=100). Prosedur penghitungan
perkembangan IPM dalam suatu kurun waktu
reduksi shortfall IPM (=r) dikutip dari Arizal
digunakan reduksi shortfall per tahun (annual
Ahnaf dkk (1998: 141) dapat dirumuskan
reduction in shortfall). Ukuran ini secara
sebagai berikut: (IPM t+n – IPM t) x 10 1/n
sederhana menunjukkan perbandingan antara capaian yang telah ditempuh dengan capaian yang masih harus ditempuh untuk mencapai
IPM Kab. Bandung 2011
r=
---------------------------(IPM ideal – IPM t)
1 3
Dimana, IPM t
IPM t+n IPM ideal
: IPM pada tahun t
: IPM pada tahun t + n : 100
2.6. Beberapa Definisi Operasional Indikator Terkait Untuk bisa melihat dengan jelas dan
terarah beragam permasalahan pembangunan manusia
selama
ini
dan
mengimplementasikan pembangunan
secara
bagaimana
program-program baik
dan
terukur
diperlukan ukuran atau indikator yang handal. Beberapa indikator yang sering digunakan diantaranya adalah:
Rasio jenis kelamin, Perbandingan antara penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan, dikalikan 100. Angka ketergantungan, Perbandingan antara jumlah penduduk usia < 15 tahun ditambah usia > 65 tahun terhadap penduduk usia 15 - 64 tahun, dikalikan 100. Rata-rata Lama Sekolah, Lama sekolah (tahun) penduduk usia 15 tahun ke atas. Angka Melek Huruf, Proporsi penduduk usia 15 tahun ke atas yang bisa membaca dan menulis (baik huruf latin maupun huruf lainnya). Angka Partisipasi Murni SD, Proporsi penduduk usia 7 - 12 tahun yang sedang bersekolah di SD. Angka Partisipasi Murni SLTP, Proporsi penduduk usia 13 - 15 tahun yang sedang bersekolah di SLTP. Angka partisipasi Murni SLTA, Proporsi pendudk usia 16 - 18 tahun yang sedang bersekolah di SLTA. Persentase penduduk dengan pendidikan SLTP ke atas, Proporsi penduduk yang menamatkan pendidikan SLTP atau jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
IPM Kab. Bandung 2011
Jumlah penduduk usia sekolah, Banyaknya penduduk yang berusia antara 7 - 24 tahun. Bekerja, Melakukan kegiatan/pekerjaan paling sedikit 1 (satu) jam berturut-turut selama seminggu dengan maksud untuk memperoleh pendapatan atau keuntungan. Pekerja keluarga yang tidak dibayar termasuk kelompok penduduk yang bekerja. Angkatan Kerja, Penduduk usia 10 tahun keatas yang bekerja atau mencari pekerjaan. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja, Perbandingan angkatan kerja terhadap penduduk usia 10 tahun. Angka Pengangguran Terbuka, Perbandingan penduduk yang mencari kerja terhadap angkatan kerja. Persentase pekerja yang setengah menganggur, Proporsi penduduk usia 10 tahun keatas yang bekerja kurang dari 35 jam dalam seminggu. Persentase pekerja dengan status berusaha sendiri, Proporsi penduduk usia 10 tahun keatas dengan status berusaha sendiri. Persentase pekerja dengan status berusaha sendiri dibantu pekerja tidak tetap, Proporsi penduduk usia 10 tahun keatas dengan status berusaha sendiri dibantu pekerja tak dibayar. Persentase pekerja dengan status berusaha dengan buruh tetap, Proporsi penduduk usia 10 tahun keatas yang berusaha dengan buruh tetap. Persentase pekerja dengan status berusaha pekerja tak dibayar, Proporsi penduduk usia 10 tahun ke atas dengan status pekerja keluarga. Persentase persalinan yang ditolong oleh tenaga medis, Proporsi balita yang
1 4
kelahirannya ditolong oleh tenaga medis (dokter, bidan dan tenaga medis lainnya). Angka Harapan Hidup waktu lahir, Perkiraan rata-rata lamanya hidup sejak lahir yang akan dicapai oleh sekelompok penduduk. Angka Kematian Bayi, Besarnya kemungkinan bayi meninggal sebelum mencapai usia satu tahun, dinyatakan dengan per seribu kelahiran hidup. Persentase rumah tangga berlantai tanah, Proporsi rumah tangga yang tinggal dalam rumah dengan lantai tanah. Persentase rumah tangga beratap layak, Proporsi rumah tangga yang menempati rumah dengan atap layak (atap selain dari dedaunan). Persentase rumah tangga berpenerangan listrik, Proporsi rumah tangga yang menggunakan sumber penerangan listrik. Persentase rumah tangga bersumber air minum leding, Proporsi rumah tangga dengan sumber air minum leding. Persentase rumah tangga bersumber air minum bersih, Proporsi rumah tangga dengan sumber air minum pompa/sumur/mata air yang jaraknya lebih besar dari 10 meter dengan tempat penampungan limbah kotoran terdekat.
IPM Kab. Bandung 2011
Persentase rumah tangga berjamban dengan tangki septik, Proporsi rumah tangga yang mempunyai jamban dengan tangki septik. Pengeluaran, Pengeluaran per kapita untuk makanan dan bukan makanan. Makanan mencakup seluruh jenis makanan termasuk makanan jadi, minuman, tembakau, dan sirih. Bukan makanan mencakup perumahan, sandang, biaya kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. Gini Rasio, Ukuran kemerataan pendapatan yang dihitung berdasarkan kelas pendapatan. Nilai Gini Rasio terletak antara 0 yang mencerminkan kemerataan sempurna dan 1 yang menggambarkan ketidakmerataan sempurna. Penduduk miskin, Penduduk yang secara ekonomi tidak mampu memenuhi kebutuhan makanan setara 2100 kalori dan kebutuhan non makanan yang mendasar. Garis Kemiskinan, Suatu batas dimana penduduk dengan pengeluaran kurang dari batas tersebut dikategorikan sebagai miskin. Garis kemiskinan terdiri dari dua komponen yaitu komponen batas kecukupan pangan (GKM) dan komponen batas kecukupan non makanan (GKNM).
1 5
BAB III GAMBARAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI KABUPATEN BANDUNG
IPM merupakan suatu besaran komposit
didasarkan kepada penghitungan teknis yang
yang dibangun dari berbagai indikator tunggal
kurang operasional, sehingga akan lebih
di
mudah melakukan intervensi tidak langsung
bidang
kesehatan, pendidikan, dan
ekonomi. Oleh karena itu, intervensi untuk
dengan
meningkatkan
tunggal di bidang kesehatan dan ekonomi.
angka
IPM
tidak
dapat
dilakukan langsung terhadap indikator IPMnya, namun
harus
dilakukan
terhadap
menganalisis
indikator-indikator
Uraian berikut akan memaparkan hasil pembangunan
manusia
di
Kabupaten
indikator tunggal pembentuknya. IPM baik
Bandung yang mencakup berbagai bidang
langsung
pembangunan,
maupun
tidak
langsung akan
khususnya
yang
terkait
dipengaruhi oleh berbagai kondisi sosial
langsung maupun tidak langsung dengan
ekonomi yang ada. Untuk indikator kesehatan
indikator IPM.
dan daya beli, penghitungan yang dilakukan 3.1. Kependudukan Kabupaten Bandung di Propinsi Jawa
sebesar 2,93 persen, pada tahun 2009
Barat merupakan salah satu kabupaten yang
sebesar 1,47 persen dan pada tahun 2010
memiliki jumlah penduduk cukup besar.
sebesar 1,65 persen. Kepadatan penduduk
Jumlah penduduk Kabupaten Bandung pada
pada tahun 2007 sebesar 1.718 jiwa per km2,
tahun 2007 = 3.038.082 jiwa, pada tahun 2008
pada tahun 2008 sebesar 1.769 jiwa per km2,
= 3.127.008 jiwa (pasca pemekaran wilayah
pada tahun 2009 sebesar 1.795 jiwa per km2,
berdasarkan Undang-Undang
Nomor 12
dan pada tahun 2010 sebesar 1819 jiwa per
Tahun 2007, Kabupaten Bandung dibagi
km2. Jumlah penduduk pada tahun 2011
menjadi
mencapai
dua
wilayah
yaitu
Kabupaten
3.299.988
jiwa
dengan
laju
Bandung dan Kabupaten Bandung Barat),
pertumbuhan penduduk sebesar 2,63 persen.
pada tahun 2009 berpenduduk 3.172.860 jiwa,
Penduduk tersebut mendiami wilayah seluas
dan pada tahun 2010 = 3.215.548 jiwa. Laju
1.767,93 km2, sehingga rata-rata kepadatan
pertumbuhan penduduk pada tahun 2007
penduduk Kabupaten Bandung pada tahun
sebesar 1,45 persen, pada tahun 2008
2011 adalah sebesar 1.867 jiwa per km2.
IPM Kab. Bandung 2011
1 6
Untuk melihat jumlah penduduk, laju pertumbuhan, dan kepadatan penduduk dari tahun 2007–2011 dapat dilihat pada tabel 3.1. berikut ini: Tabel 3.1. Jumlah Penduduk, Laju Pertumbuhan Penduduk, dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Bandung, Tahun 2007-2011
3.500.000 3.000.000 2.500.000 2.000.000 1.500.000 1.000.000 500.000 0
2007 2008 2009 2010 2011 3.038.082 3.127.008 3.172.860 3.215.548 3.299.988
Jumlah Penduduk Laju Pertumbuhan Penduduk Kepadatan Penduduk
1,45
2,93
1,47
1,65
2,63
1.718
1.769
1.795
1.819
1.867
Sumber: BPS Kabupaten Bandung Piramida
menunjukkan
total penduduk) dari kelompok umur lainnya.
distribusi penduduk menurut umur dan jenis
Dan batang piramida untuk kelompok umur
kelamin,
perkembangan
tua (60 tahun ke atas) yang cukup pendek
penduduk pada setiap kelompok umur yang
(mencapai 4,27 % dari total penduduk). Suatu
berbeda. Dari gambar piramida di atas, dapat
penduduk digolongkan penduduk “muda”
disimpulkan bahwa penduduk Kabupaten
apabila proporsi penduduk dibawah 15 tahun
Bandung masih termasuk golongan “penduduk
sekitar 40 persen dari total penduduk.
muda menuju transisi”. Hal ini ditunjukkan oleh
Sedangkan apabila proporsi penduduk diatas
panjang batang piramida pada kelompok umur
60
penduduk muda (0-9 dan 10-14 tahun) yang
digolongkan penduduk “tua”. Kondisi di atas
sedikit lebih panjang (mencapai 30,45 % dari
akan
serta
penduduk tingkat
IPM Kab. Bandung 2011
tahun
mencapai 10
berubah
apabila
persen, ada
maka upaya
1 7
pengendalian penduduk, dengan perubahan
tingkat fertilitas selama kurun waktu lima tahun
terus menurunnya tingkat fertilitas. Disamping
terakhir. Namun perlu dicermati, bahwa selisih
itu ada upaya untuk meningkatkan derajat
jumlah penduduk 0-4 tahun dengan usia 5-9
kesehatan, maka pada masa mendatang
tahun relatif sedikit. Hal ini berarti bahwa
komposisi penduduk akan didominasi oleh
upaya pengendalian penduduk di Kabupaten
usia produktif.
Bandung perlu lebih dicermati.
Bila mencermati perbandingan panjang
Komposisi
penduduk
Kabupaten
batang piramida pada kelompok umur 0-4
Bandung menurut struktur umur dan jenis
tahun
kelamin digambarkan oleh piramida penduduk
yang
lebih
pendek
dibandingkan
kelompok umur 5-9 tahun, maka dapat
berikut ini:
disimpulkan bahwa masih terjadi penurunan Gambar 3.1. Piramida Penduduk Kabupaten Bandung Tahun 2011 75+ 70 - 74 65 - 69 60 - 64 55 - 59 50 - 54 45 - 49 40 - 44 35 - 39 30 - 34 25 - 29 20 - 24 15 - 19 10 - 14 05 - 09 00 - 04 200.000 150.000
100.000
50.000
50.000
0 L
100.000
150.000 200.000
P
Sumber: BPS Kabupaten Bandung, Suseda 2011
IPM Kab. Bandung 2011
1 8
Informasi penting lainnya yang dapat
kecenderungan berfluktuatif. Angka beban
diperoleh dari piramida penduduk adalah
ketergantungan
angka beban ketergantungan (Dependency
Bandung pada tahun 2007 sebesar 51,93;
Ratio).
pada tahun 2008 meningkat menjadi 52,19;
Angka
beban
ketergantungan
penduduk
di
Kabupaten
menunjukkan seberapa jauh penduduk yang
pada tahun 2009
berusia produktif/aktif secara ekonomi harus
dan pada tahun 2010 meningkat menjadi
menanggung penduduk yang belum produktif
54,10. Pada tahun 2011 angka beban
dan
beban
ketergantungan kembali meningkat menjadi
perbandingan
53,17 yang artinya pada setiap 100 penduduk
antara penduduk yang belum/tidak produktif
usia produktif harus menanggung sebanyak
(usia 0 – 14 tahun dan usia 65 tahun ke atas)
54 penduduk tidak produktif.
pasca
ketergantungan
produktif.
Angka
merupakan
dibanding dengan penduduk usia produktif (usia 15 – 64 tahun).
Untuk
menurun menjadi 48,95;
melihat
angka
beban
ketergantungan penduduk dari tahun 2007–
Selama kurun waktu 2007-2011 angka
2011 dapat dilihat pada tabel 3.2. berikut ini:
beban ketergantungan ini memperlihatkan Tabel 3.2. Angka Beban Ketergantungan Penduduk Kabupaten Bandung, Tahun 2007-2011 55,00 54,10
54,00
53,17
53,00
persen
52,00
52,19
51,93
51,00 50,00 49,00
48,95
48,00 47,00 46,00 Angka Beban Ketergantungan
2007
2008
2009
2010
2011
51,93
52,19
48,95
54,10
53,17
Sumber: BPS Kabupaten Bandung
IPM Kab. Bandung 2011
1 9
3.2. Kesehatan Departemen
Kesehatan
telah
perbaikan
gizi
masyarakat,
peningkatan
mencanangkan visi pembangunan kesehatan
kemampuan dan pengadaan sumber daya
yaitu tercapainya penduduk dengan perilaku
kesehatan, dan lain-lain.
hidup sehat, memiliki kemampuan untuk
Pembangunan
menjangkau
pelayanan
kesehatan
yang
untuk
kesehatan
ditujukan
derajat
kesehatan
angka
kematian
meningkatkan
bermutu secara adil dan merata serta memiliki
dengan
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di
khususnya
seluruh wilayah Republik Indonesia. Untuk
kematian bayi, dan angka kematian balita.
mencapai
arah
Selain itu perlu ditargetkan pula upaya
dan
meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan
kebijakan
visi tersebut bidang
ditetapkan kesehatan
kesejahteraan sosial yang dirangkum ke
menurunkan
angka kematian ibu,
angka
dan perilaku sehat pada masyarakat.
dalam sembilan butir kebijakan sebagaimana
Tujuan dari pembangunan manusia di
dinyatakan dalam UU Nomor 25 Tahun 2000
bidang kesehatan adalah untuk mencapai
tentang Program Pembangunan Nasional
umur panjang yang sehat. Peningkatan derajat
(Propenas). Dari kesembilan butir tersebut
kesehatan masyarakat dapat diukur dari
salah satunya adalah meningkatkan mutu
tingkat
sumber daya manusia dan lingkungan yang
penduduknya. Menurut Henrik L. Blum,
saling
peningkatan derajat kesehatan dipengaruhi
mendukung
paradigma
sehat,
dengan
pendekatan
dan
morbiditas
dan
oleh empat faktor penentu yaitu: faktor
meningkatkan mutu lembaga dan pelayanan
lingkungan berpengaruh sebesar 45 persen,
kesehatan melalui pemberdayaan Sumber
perilaku
Daya Manusia (SDM). Selanjutnya kebijakan
pelayanan kesehatan sebesar 20 persen dan
tersebut dijabarkan dalam tujuh program
kependudukan/keturunan
kesehatan pokok antara lain: peningkatan
sebesar
lingkungan
kesehatan
sehat,
memelihara,
mortalitas
perilaku
sehat
dan
pemberdayaan masyarakat, upaya kesehatan,
IPM Kab. Bandung 2011
kesehatan sebesar 30
5
persen. dengan
persen,
berpengaruh Hubungan
derajat
keempat faktornya
digambarkan sebagai berikut:
2 0
Gambar 3.2. Analisis Derajat Kesehatan Lingkungan 45 persen
DERAJAT KESEHATAN Morbiditas & mortalitas
Keturunan 5 persen
Pelayanan Kesehatan 20 persen
Perilaku 30 persen
Sumber: Depkes RI Berdasarkan bagan di atas, maka peningkatan
kesehatan
Angka
Harapan
Hidup
dan
Kabupaten Bandung meningkat dari 66,23
pelayanan kesehatan merupakan faktor yang
tahun pada tahun 2005, menjadi 69,40 tahun
sangat
untuk diintervensi
pada tahun 2011. Seiring dengan teori yang
dengan cepat, dan kontribusinya mencapai 65
ada, Angka Harapan Hidup berbanding
persen. Sedangkan
terbalik dengan angka kematian (bayi lahir
memungkinkan
meskipun
dapat
lingkungan
peningkatan.
perubahan
perilaku,
diintervensi,
namun
mati,
kematian
bayi dibawah 1
tahun,
perubahannya memerlukan waktu yang cukup
kematian anak dibawah lima tahun dan
lama.
kematian ibu). Makin tinggi kualitas kesehatan
Angka Harapan Hidup saat dilahirkan
menyebabkan
makin
rendahnya
angka
(AHHo)/Expectation of Life at Birth (e0), Angka
kematian dan berakibat kepada meningkatnya
Kematian Bayi (AKB)/Infant Mortality Rate
harapan untuk hidup.
(IMR), angka kematian kasar, dan status gizi
Angka kematian bayi pada tahun 2005
merupakan indikator yang mencerminkan
adalah
derajat kesehatan. Dari indikator-indikator
hidup. Pada tahun 2011 angka kematian bayi
tersebut yang disepakati digunakan sebagai
sudah berhasil ditekan hingga mencapai 34
acuan
kemajuan
bayi per 1000 kelahiran hidup. Artinya
Angka
sepanjang rentang waktu enam tahun angka
untuk
pembangunan
mengukur manusia
adalah
Harapan Hidup saat dilahirkan (AHHo). Gambar 3.3. memperlihatkan bahwa
sebesar 43 bayi per 1000 kelahiran
kematian bayi mengalami penurunan yang sangat
signifikan
sebagai
dampak
selama periode tahun 2005–2011 Angka
pelaksanaan pembangunan disegala bidang,
Harapan
termasuk didalamnya intervensi program
Hidup
cenderung
IPM Kab. Bandung 2011
mengalami
2 1
kesehatan yang dilaksanakan di seluruh wilayah Kabupaten Bandung.
Perbandingan kesehatan diperlihatkan
di
dua indikator bidang kabupaten
pada
Bandung
gambar
berikut:
Gambar 3.3. Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Harapan Hidup (AHH) Kabupaten Bandung, Tahun 2005-2011 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
AHH
66,23
66,98
67,33
68,42
68,94
69,40
70,06
AKB
43,50
40,18
38,72
37,36
36,02
34,75
34,17
AHH Menurut "B-Pichart classification"-Stan
memerlukan perubahan sosial untuk
D'Souza (1984) dalam Brotowasisto (1990), Angka kematian Bayi dibagi menjadi 3 (tiga)
AKB
menurunkan AKB-nya. 3.
Daerah dengan AKB di bawah 30 per
wilayah, yaitu:
seribu
1.
Daerah dengan AKB diatas 100 per
diklasifikasikan sebagai daerah hard-
seribu kelahiran bayi hidup sebagai
rock, yaitu hanya sebagian kecil saja
daerah soft-rock, di mana sebagian
kematian yang disebabkan oleh penyakit
besar
menular dan sebagian besar disebabkan
kejadian
kematian
bayi
disebabkan oleh penyakit menular. 2.
kelahiran
bayi
hidup
oleh kelahiran bawaan atau congenital.
Daerah dengan AKB 30-100 per seribu kelahiran hidup dikategorikan sebagai daerah
intermediate-rock,
IPM Kab. Bandung 2011
yang
Berdasarkan
kriteria
diatas,
maka
dengan tingkat kematian bayi yang terjadi
2 2
pada tahun 2011, Kabupaten Bandung masih
berkaitan
termasuk kategori: daerah intermediate-rock,
anak. Pada daerah-daerah yang memiliki
yang memerlukan perubahan sosial untuk
persebaran AKB yang cukup tinggi, terutama
menurunkan AKB-nya.
terjadi
Menurut pendapat Singarimbun (1988: vii-viii) ada beberapa faktor yang memiliki
dengan kesehatan ibu, bayi, dan
di
peningkatan
wilayah
Bandung
selatan,
akses
terhadap
layanan
kesehatan harus tetap diprioritaskan.
kekuatan dalam menurunkan angka kematian, khususnya kematian bayi dan anak, yaitu: a.
Adanya
kemajuan
ekonomi
dalam
Kondisi yang cukup menggembirakan adalah capaian pada pertolongan pertama
meningkatkan taraf hidup;
persalinan. Kondisi menurut hasil Suseda
b.
Adanya kemajuan teknologi kesehatan;
tahun 2008 terdapat 37,17 persen balita yang
c.
Adanya kesadaran perbaikan sanitasi
lahir
dan higiena; dan
persalinan dari non tenaga kesehatan (non
d. Adanya peningkatan persediaan makanan dan perbaikan gizi.
hanya
mendapatkan
pertolongan
nakes) seperti dukun bersalin dan 0,41 persen dibantu oleh non nakes lainnya. Pada tahun 2009 penanganan persalinan oleh tenaga non
Resiko kematian bayi lebih besar bagi
nakes dapat dikurangi menjadi 36,18 persen
bayi yang dilahirkan oleh ibu yang kekurangan
persalinan yang dibantu dukun bersalin dan
gizi dibandingkan dengan ibu yang memiliki
0,27 persen oleh tenaga non nakes lainnya.
gizi cukup. Pada umumnya kekurangan gizi
Pada tahun 2010 persalinan oleh dukun
berkorelasi positif dengan keadaan sosial
bersalin dapat diturunkan menjadi 42,94
ekonomi yang rendah. Penyebab tingginya
persen, dan oleh non nakes lainnya sebesar
angka kematian bayi selain karena masalah
0,70 persen. Pada tahun 2011 persalinan oleh
infeksi/penyakit dan berat bayi lahir rendah,
dukun bersalin dapat diturunkan menjadi
juga berkaitan erat dengan kondisi pada fase
26,00 persen.
kehamilan, pertolongan kelahiran yang aman, dan perawatan bayi pada saat dilahirkan. Kabupaten
Bandung
Pada gambar 3.4. dan 3.5. terlihat bahwa pada empat tahun terakhir terlihat
mempunyai
banyak terjadi kasus rujukan persalinan yang
wilayah yang cukup luas sehingga upaya
dilakukan oleh dukun bayi kepada bidan atau
peningkatan
untuk
dokter. Pada tahun 2008 pertolongan pertama
penurunan angka kematian bayi sangat
oleh dukun bayi sebesar 37,17 persen dan
membutuhkan perhatian lebih dan kerja keras.
pertolongan terakhir menurun menjadi 31,86
Terutama
intervensi
persen. Sementara itu penolong terakhir
problem-problem kesehatan masyarakat yang
persalinan oleh dokter meningkat menjadi 4,98
derajat
dalam
kesehatan
melakukan
IPM Kab. Bandung 2011
23
persen (dari penolong pertama kelahiran 4,42
menurun menjadi 21,88 persen. Sementara itu
persen) dan oleh bidan meningkat menjadi
penolong terakhir persalinan oleh dokter
60,54
pertama
menurun menjadi 5,40 persen (dari penolong
kelahiran 57,57 persen). Pada tahun 2009
pertama kelahiran 5,08 persen) dan oleh bidan
pertolongan pertama oleh dukun bayi sebesar
meningkat
36,18 persen
penolong pertama kelahiran 68,91 persen).
persen
(dari
dan
penolong
pertolongan terakhir
menjadi
72,41
persen
(dari
menurun menjadi 34,43 persen. Sementara itu
Penanganan persalinan oleh non
penolong terakhir persalinan oleh dokter
nakes memiliki peluang yang lebih besar untuk
meningkat menjadi 5,94 persen (dari penolong
terkena
pertama kelahiran 5,59 persen) dan oleh bidan
persalinan yang kurang baik dibandingkan
meningkat
(dari
dengan persalinan yang ditolong oleh tenaga
penolong pertama kelahiran 57,51 persen).
nakes seperti dokter, bidan, maupun tenaga
Pada tahun 2010 pertolongan pertama oleh
paramedis. Oleh karena itu, peranan tenaga
dukun bayi sebesar 42,94 persen dan
medis dalam pertolongan persalinan harus
pertolongan terakhir menurun menjadi 41,80
terus ditingkatkan. Karena berbagai hal,
persen. Sementara itu penolong terakhir
masyarakat masih menggunakan bantuan
persalinan oleh dokter menurun menjadi 5,40
dukun beranak pada proses persalinan, maka
persen (dari penolong pertama kelahiran 5,08
upaya
persen) dan oleh bidan meningkat menjadi
penanganan persalinan agar dilakukan, baik
48,46
pertama
dengan cara pelatihan bagi dukun beranak,
kelahiran 47,87 persen). Pada tahun 2011
maupun kemitraan dukun beranak dengan
pertolongan pertama oleh dukun bayi sebesar
nakes.
menjadi
persen
26,00 persen
(dari
dan
59,01
persen
penolong
infeksi
untuk
atau
perawatan
meningkatkan
pasca
kualitas
pertolongan terakhir
IPM Kab. Bandung 2011
24
Gambar 3.4. Persentase Balita Berdasarkan Penolong Pertama Kelahiran di Kabupaten Bandung, Tahun 2008-2011 70 60 50 40 30 20 10 0 2008
Dokter 4,42
Bidan 57,57
Nakes Lain 0,43
Dukun 37,17
Lainnya 0,41
2009
5,59
57,51
0,45
36,18
0,27
2010
7,88
47,87
0,61
42,94
0,70
2011
5,08
68,91
0,00
26,00
0,70
Sumber: BPS Kabupaten Bandung, Suseda 2008-2011 Gambar 3.5. Persentase Balita Berdasarkan Penolong Terakhir Kelahiran di Kabupaten Bandung, Tahun 2008-2011 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 2008
Dokter 4,98
Bidan 60,54
Nakes Lain 0,63
Dukun 31,86
Lainnya 1,99
2009
5,94
59,01
0,45
34,43
0,17
2010
7,80
48,46
0,41
41,80
1,53
2011
5,40
72,41
0,31
21,88
0,00
Sumber: BPS Kabupaten Bandung, Suseda 2008-2011
IPM Kab. Bandung 2011
25
Pencapaian
AHH
dan
AKB
juga
keturunan, wanita dewasa dan berpendidikan
berkaitan erat dengan tingkat pendidikan
cukup akan berusaha memberikan yang
keluarga terutama ibu. Usia perkawinan
terbaik
pertama yang semakin meningkat, akan
pemberian ASI.
membuat wanita semakin dewasa dalam
bagi
bayinya,
Berdasarkan
termasuk
data
Suseda,
dalam usia
membina rumahtangganya, termasuk dalam
perkawinan pertama wanita di Kabupaten
perilaku kesehatannya. Pada saat mempunyai
Bandung
rata-rata
diatas
22
tahun.
Tabel 3.1. Angka Kematian Bayi (AKB) dan Rata-rata Umur Perkawinan Pertama Wanita di Kabupaten Bandung, Tahun 2004-2011
Tahun
AKB
[1] 2004
[2] 46,37
Rata-rata Umur Perkawinan Pertama (tahun) [3] 21,65
2005
43,50
22,10
2006
40,18
22,16
2007
38.72
22,21
2008
37,36
22,27
2009
36,02
22,56
2010
34,75
22,35
2011
34,17
22,03
Sumber: BPS Kabupaten Bandung, Suseda 2004-2011 Disamping akibat faktor penanganan
persen). Dari balita yang pernah diberi ASI,
pada saat persalinan dan pengaruh usia
sebanyak 3,60 persen diberi ASI kurang dari 6
perkawinan pertama, tinggi rendahnya AKB
bulan, dan 10,03 persen diberi ASI hanya
juga dipengaruhi oleh kualitas gizi berupa
sampai berumur satu tahun. Dan sebagian
pemberian Air Susu Ibu (ASI) dan makanan,
besar balita (36,63 persen) diberi ASI sampai
serta pemberian imunisasi. Berdasarkan data
berumur
Suseda 2011 umumnya balita telah diberi ASI
masyarakat untuk memberikan ASI yang
selama kurun waktu diatas satu tahun (89,97
semakin meningkat.
IPM Kab. Bandung 2011
diatas
dua
tahun.
Kesadaran
26
Gambar 3.6. Persentase Balita Menurut Lamanya Diberi ASI di Kabupaten Bandung, Tahun 2011 1 - 5 bulan 3,60%
> 24bulan 36,63%
6 - 11 bulan 6,43%
12 - 17 bulan 27,05%
18 - 23 bulan 26,29%
Pemberian ASI yang seharusnya didapat seorang
anak
dengan
berbagai
menunjukkan telah bertumbuh kembangnya kesadaran para orang tua tentang pentingnya
keunggulannya, mungkin saja tidak dapat
membangun
dilakukan kerena bebagai alasan, seperti
membesarkan anak-anak,
meninggalnya ibu pasca persalinan, ASI yang
perbedaan
tidak keluar, atau keluar tapi volumenya tidak
kebutuhan gizinya atau ASI.
mencukupi kebutuhan bayi. Asupan gizi lain
kebersamaan perlakuan
dalam
tanpa adanya
dalam
pemenuhan
Tubuh manusia memerlukan makanan
bisa diberikan sebagai makanan pendamping
untuk
ASI.
Kebutuhan gizi bervariasi sesuai dengan Disamping
peningkatan
pemberian ASI, berdasarkan Suseda
2011
ditemukan
waktu data hasil
umur.
kelangsungan Seiring
hidup. dengan
perkembangan usia, semakin besar, anak
ada
membutuhkan asupan gizi yang lebih banyak.
peningkatan dibandingkan dengan tahun
Kebutuhan gizi remaja akan berbeda dengan
2010, balita yang diberi ASI cenderung lebih
bayi dan balita, sama halnya
lama. Secara umum balita yang diberi ASI
kebutuhan gizi dewasa akan berbeda dengan
pada tahun 2011 adalah sebesar 97,12
kebutuhan gizi remaja maupun orang tua.
persen. Persentase balita laki-laki yang
Orang yang mengalami kekurangan zat gizi
disusui mencapai 95,95 persen, tidak jauh
berpeluang besar mengalami hambatan dalam
berbeda dengan balita perempuan yang
pertumbuhan, baik itu fisik maupun mental.
mencapai 98,36 persen. Kondisi tersebut
Secara lahiriah salah satunya dapat terlihat
IPM Kab. Bandung 2011
indikasi
tingkatan
menjaga
dengan
27
dari ukuran tubuh dibawah rata-rata ukuran
lesu, mata minus, dan berbagai permasalahan
tubuh normal, kurangnya kecerdasan, selalu
akibat kurang gizi lainnya.
Tabel 3.2. Persentase Penduduk Yang Mengalami Keluhan Kesehatan Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Bandung Tahun 2007-2011
Jenis Kelamin
2007
2008
2009
2010
2011
[1]
[3]
[4]
[5]
[6]
[7]
Perempuan
20,24
22,09
27,84
28,66
22,57
Laki-laki
20,88
19,56
25,36
27,72
21,43
Kab. Bandung
20,56
20,81
26,60
28,19
21,99
Sumber : BPS Kabupaten Bandung, Suseda 2007-2011
Pada tabel 3.2. terlihat bahwa penduduk yang
mengalami
keluhan
kesehatan
oleh promosi serta pelayanan kesehatan yang lebih baik.
cenderung berkurang cukup signifikan pada
Persentase penduduk yang mengalami
tahun 2011 apabila dibandingkan dengan dua
keluhan kesehatan, dan lamanya menderita
tahun sebelumnya. Penurunan kasus keluhan
sakit juga menunjukan perbaikan. Persentase
kesehatan terjadi baik terhadap penduduk laki-
lamanya hari menderita sakit cenderung
laki,
bergeser menjadi semakin singkat. Umumnya
maupun
penduduk
perempuan.
Gambaran di atas memberikan indikasi bahwa
proses
kualitas
kesehatan
pada
mengalami peningkatan.
penyembuhan
penyakit
disekitar
tahun
2011
seminggu bahkan kurang dari seminggu.
Hal ini
dapat
Selengkapnya dapat dilihat pada table 3.3
merupakan akibat dari pola hidup sehat
berikut:
masyarakat yang lebih baik, juga didukung
IPM Kab. Bandung 2011
28
Tabel 3.3 Persentase Lamanya Sakit Penduduk Kabupaten Bandung, Tahun 2008-2011
Lama Sakit
2008
2009
2010
2011
[1]
[3]
[4]
[5]
[5]
=<3 Hari
47,09
52,90
38,30
48,92
4-7 Hari
40,01
36,02
40,43
37,51
8-14 Hari
5,99
6,14
10,01
5,23
15-21 Hari
2,94
1,45
3,11
2,88
22-30 Hari
3,98
3,49
8,15
5,46
100,00
100,00
100,00
100,00
Jumlah
Sumber : BPS Kabupaten Bandung, Suseda 2008-2011
3.3. Pendidikan Salah
satu
tujuan
berbangsa
dan
Indonesia
mengatur
penyelenggaraan
bernegara sebagaimana amanatkan pada
pendidikan melalui Undang-Undang mengenai
Pembukaan
untuk”
Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). UU
mencerdaskan kehidupan bangsa”. Tujuan
No. 2 tahun 1989 dipandang tidak memadai
mulia tersebut hanya akan dapat dicapai
lagi, serta perlu disempurnakan sesuai amanat
melalui pendidikan. Oleh karena itu, pada
perubahan UUD ’45 menjadi dasar pendidikan
UUD 1945 pasal 31 ayat 1 dinyatakan bahwa:
di Indonesia diselenggarakan sesuai dengan
setiap
mendapat
sistem pendidikan nasional yang ditetapkan
pendidikan, dan dalam ayat 2 ditegaskan:
dalam UU No. 20 tahun 2003 sebagai
setiap
pengganti.
UUD
warga warga
1945
negara
adalah
berhak
negara
wajib
mengikuti
Pendidikan
nasional
adalah
pendidikan dasar dan pemerintah wajib
pendidikan berdasarkan UUD dan Pancasila
membiayainya. Untuk
yang
mengaktualisasikan
berakar
pada
nilai-nilai
agama,
amanah UUD 1945 tersebut, maka pemerintah
IPM Kab. Bandung 2011
29
kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap
memang relatif paling tinggi dibandingkan dua
terhadap tuntutan perubahan zaman.
komponen IPM lainnya, yaitu kesehatan dan
Sistem pendidikan
nasional adalah
daya
pendidikan
yang
Bandung yang telah mencapai angka 75,01 di
saling terkait secara terpadu untuk mencapai
tahun 2011, ditopang oleh indeks pendidikan
tujuan
Sisdiknas
yang mencapai 84,80. Kondisi pendidikan jauh
dimaksudkan sebagai arah dan strategi
lebih baik jika dibandingkan dengan indeks
pembangunan nasional bidang pendidikan.
kesehatan
keseluruhan
komponen
pendidikan
nasional.
Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung
beli. Pencapaian
yang
sebesar
kualitas
mengindikasikan
melalui
program-program
mencapai
77,07,
maupun indeks daya beli yang mencapai
telah mengedepankan upaya peningkatan SDM
baru
IPM Kabupaten
65,13. Kondisi bahwa
tersebut Pemerintah
pembangunan yang lebih berorientasi pada
Kabupaten Bandung masih memiliki tugas
pemenuhan kebutuhan pendidikan baik formal
besar
maupun non formal. Karena sudah saatnya
percepatan/akselerasi pembangunan dibidang
masyarakat menyadari bahwa pendidikan
kesehatan dan perekonomian masyarakat
merupakan kebutuhan yang penting, apalagi
guna mendukung daya beli.
menjelang globalisasi. Sumber Daya Manusia
Tingginya
untuk
meningkatkan
indeks
pendidikan
(SDM) yang berkualitaslah yang akan mampu
dibandingkan dengan dua komponen lainnya
bersaing dengan SDM negara lain. Berkaitan
belum cukup menunjukkan bahwa kemajuan
dengan hal tersebut, baik pemerintah maupun
pembangunan manusia Kabupaten Bandung
seluruh stakeholders, serta institusi terkecil
dibidang pendidikan sudah baik. Bila dilihat
seperti rumahtangga, hendaknya menjadikan
dari laju perkembangannya, terlihat adanya
pendidikan
penurunan
menjadi
kebutuhan
utama.
pertumbuhan
komponen
Pemerintah berkewajiban memfasilitasi hal
pendidikan pada periode tahun 2007-2011
tersebut, karena bagaimanapun juga SDM
dibandingkan
yang bermutu merupakan syarat utama bagi
sebelumnya.
terbentuknya peradaban yang maju.
pendidikan
Kontribusi bidang pendidikan dalam
perlambatan
dengan
periode
Pembangunan cenderung pertumbuhan
di
tahun bidang
mengalami dari
periode
pencapaian IPM di Kabupaten Bandung
sebelumnya karena pada komponen rata-rata
selama enam tahun terakhir (periode tahun
lama sekolah sangat rentan dipengaruhi oleh
2006-2011) masih perlu ditingkatkan lagi.
perpindahan/mutasi penduduk.
Peranan
komponen
indeks
IPM Kab. Bandung 2011
pendidikan
30
3.3.1.
Angka Melek Huruf
Undang-undang kepada
mengamanahkan
penyelenggara
negara untuk
membaca
dan
menulis
minimal
kata-
kata/kalimat sederhana aksara tertentu, baik
menyediakan anggaran setidaknya 20 persen
mampu membaca dan menulis huruf latin atau
untuk
maupun huruf lainnya.
dialokasikan
bagi
pembiayaan
pendidikan. Hal ini masih sulit untuk dipenuhi,
Secara umum pembangunan pendidikan
karena minimnya anggaran pemerintah secara
di Kabupaten Bandung sudah berjalan sesuai
keseluruhan maka besaran 20 persen baru
track-nya. Hal ini ditunjukkan dengan semakin
terpenuhi
anggaran
meningkatnya persentase penduduk yang
pendidikan (termasuk gaji). Pemerintah masih
melek huruf dan rata-rata lama sekolah.
harus membiayai pembangunan disektor lain
Menurut data Suseda, persentase penduduk
yang harus dilakukan secara sejalan. Namun
dewasa (usia 15 tahun keatas) yang melek
hal ini setidaknya menunjukkan keseriusan
huruf di Kabupaten Bandung mencapai 98,23
pemerintah terhadap arti penting pendidikan
persen pada tahun 2004, meningkat menjadi
bagi warganya.
98,65 persen di tahun 2005. pada tahun 2006
untuk
keseluruhan
Keadilan dalam memperoleh pendidikan memang belum merata.
menjadi 98,70 persen, dan pada tahun 2007
Biaya yang harus
dan 2008 masing-masing sebesar 98,71
dikeluarkan untuk mengenyam pendidikan
persen dan 98,84 persen. Pada tahun 2009
relatif dirasa mahal. Padahal kondisi tersebut
angka melek huruf mencapai 98,87 persen.
akan merendahkan martabat pendidikan itu
Dan pada tahun 2010, angka melek huruf
sendiri sebagai salah satu media pembebasan
terkoreksi
manusia dari cengkraman kemiskinan. Hal itu
Penduduk Tahun 2010 menjadi 98,41 persen.
mungkin
Dan pada tahun 2011 mencapai 98,48 persen.
terjadi
akibat
komersialisasi
berdasarkan
kajian
lebih
hasil
Sensus
pendidikan yang mereduksi hakikat pendidikan
Perlu
sehingga akan meminggirkan kalangan tidak
peningkatan
mampu.
Bandung yang berjalan relatif lebih lambat.
melek
mendalam huruf
di
terkait
Kabupaten
Indikator melek huruf menggambarkan
Apakah akibat sasaran pemberantasan buta
mutu Sumber Daya Manusia (SDM) yang
huruf yang mayoritas sudah diluar usia
diukur dari aspek pendidikan. Angka melek
produktif? Ataukah banyak yang sudah
huruf yang digunakan pada bahasan berikut
terbebas
adalah dihitung pada penduduk dewasa
keaksaraan fungsional
(berumur 15 tahun keatas) yang dapat
kemampuan baca tulisnya?
IPM Kab. Bandung 2011
dari
buta
huruf tidak
saat
gebyar
dilestarikan
31
3.3.2.
Tingkat Partisipasi Sekolah
Pada awal tahun 1972, ketika program
Kondisi capaian rata-rata lama sekolah
life long education disosialisasikan, kesadaran
di Kabupaten Bandung, pada tahun 2004 baru
akan
telah
sekitar 8,03 tahun meningkat menjadi 8,26
disuarakan oleh Edgar Faure, Ketua The
tahun di tahun 2005; 8,39 tahun pada tahun
International
2006, pada tahun 2007 menjadi 8,58, tahun
pembangunan
manusia
Commision
for
ini
Education bahwa
2008 mencapai 8,86 tahun. Pada tahun 2009
pendidikan merupakan tugas negara yang
sebesar 8,87 tahun, meningkat menjadi 9,02
paling penting. Hal senada oleh pemerintah
tahun
telah dituangkan pada Undang Undang Sistem
SUSEDA tahun 2011, rata-rata lama sekolah
Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Bab
penduduk mencapai 8,62 tahun, atau setara
IV (Hak Dan Kewajiban Warga Negara, Orang
dengan telah menyelesaikan kelas 2 SLTP.
Tua, Masyarakat Dan Pemerintah) pasal 6
Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya,
ayat 1, yang mengatakan bahwa “Setiap
kondisi pada tahun 2011 relatif lebih rendah.
warga negara yang berusia tujuh sampai
Beberapa alasan yang mungkin terjadi dapat
dengan lima belas tahun wajib mengikuti
dijelaskan sebagai berikut:
Development, yang
menekankan
pada
tahun
2010.
Berdasarkan
pendidikan dasar”, dan pasal 11 ayat 2
Bahwa rata-rata lama sekolah dihitung
“Pemerintah dan pemerintah daerah menjamin
dari populasi penduduk dewasa (berumur 15
tersedianya dana, guna terselenggaranya
tahun atau lebih). Seperti kita ketahui, bahwa
pendidikan bagi setiap warga negara yang
mobilitas penduduk dewasa cukup tinggi.
berusia tujuh sampai dengan lima belas
Perpindahan penduduk dapat terjadi akibat
tahun.” Hal ini berarti bahwa sepatutnya sudah
mencari pekerjaan (umumnya pindah ke
tidak ada lagi anak usia 7-15 tahun yang tidak
wilayah perkotaan/ sentra-sentra industri
bersekolah, atau tingkat partisipasi sekolahnya
/perekonomian), atau
100 persen. Bila kondisi tersebut dicapai, akan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
dapat dijadikan modal kuat untuk memperkuat
(karena
daya saing dibidang pendidikan, sehingga di
infrastrukturnya sangat terbatas), dan untuk
masa
kesejahteraan
alasan lain. Oleh karena itu, apalagi di
masyarakat Kabupaten Bandung, utamanya
beberapa wilayah/kecamatan di Kabupaten
dibidang pendidikan tidak hanya berbicara
Bandung merupakan daerah tujuan mencari
pada skala provinsi tetapi juga ditingkat
kerja atau tujuan melanjutkan pendidikan,
mendatang
kualitas
umumnya
untuk melanjutkan di
pedesaan,
nasional.
IPM Kab. Bandung 2011
32
maka fuktuasi pada angka rata-rata lama
dana bantuan pendidikan, mulai dari yang
sekolah adalah sangat memungkinkan.
hanya terbatas pada kelompok masyarakat
Apabila diasumsikan di suatu daerah
sangat miskin (seperti: Program Keluarga
migrasi masuk dan migrasi keluar mempunyai
Harapan), hingga yang sifatnya menyeluruh
kualitas pendatang yang seimbang, dari mutu
seperti Bantuan Operasional Sekolah (BOS),
SDM yang telah ada, di daerah perkotaan
maupun beasiswa bagi siswa dari keluarga
cenderung relatif lebih baik dibanding daerah
miskin. Setelah anggaran bidang pendidikan
perdesaan, hal ini terjadi karena akses ke
diperbesar, serta berbagai bantuan disalurkan,
berbagai fasilitas dan pelayanan masyarakat,
maka
terutama
pendidikan
yang
berhubungan
dengan
permasalahan dasar
putus harus
sekolah sudah
di
dapat
pendidikan, lebih mudah diperoleh. Kondisi
diselesaikan. Dengan kata lain, rata-rata lama
ekonomi juga cenderung lebih baik sehingga
sekolah penduduk Kabupaten Bandung harus
kesempatan untuk meningkatkan mutu SDM
sudah stabil (tidak fluktuatif) dapat melewati
lebih terbuka bagi penduduk perkotaan.
angka 9 tahun. Untuk penduduk yang memiliki
Telah ditentukan segmentasi usia yang harus
mendapatkan kesempatan sekolah
kemampuan secara ekonomi, harus terus didorong
untuk melanjutkan
sekolah ke
terletak pada selang usia 7-18 tahun, secara
jenjang yang lebih tinggi.Karena memiliki
operasional kelompok umur tersebut dipilah
ijazah SLTP saja tidak cukup untuk bersaing
menjadi tiga; yaitu usia 7-12 tahun untuk
memperoleh lapangan pekerjaan yang lebih
tingkat Sekolah Dasar (SD), usia 13-15 tahun
layak.
untuk tingkat Sekolah
Lanjutan Tingkat
Untuk memperoleh gambaran partisipasi
Pertama (SLTP) dan umur 16-18 tahun untuk
penduduk
tingkat pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat
pendidikan, ditunjukkan dengan beberapa
Atas (SLTA).Pada penduduk kelompok umur
indikator, yaitu: Angka Partisipasi Kasar
7-12
perbedaan
(APK), Angka Partisipasi Murni (APM) dan
partisipasi sekolah antara penduduk perkotaan
Angka Partisipasi Sekolah (APS). Indikator-
dengan perdesaan relatif tidak mencolok. Hal
indikator tersebut menunjukkan seberapa
ini kemungkinan karena gencarnya promosi
besar anak usia menurut tingkat pendidikan
program pendidikan dasar yang dilakukan
tertentu berada dalam lingkup pendidikan dan
pemerintah di berbagai daerah secara luas
penyerapan dunia pendidikan formal terhadap
dengan disertai oleh bermacam penyaluran
penduduk usia sekolah.
tahun,
secara
umum
IPM Kab. Bandung 2011
Kabupaten
Bandung
terhadap
33
Gambar 3.7. APK Menurut Jenis Kelamin dan Jenjang Pendidikan di Kabupaten Bandung, Tahun 2011
SD
SLTP
SLTA
PT
Laki-laki
104,24
70,65
43,88
9,11
Perempuan
97,79
95,90
35,81
6,97
Laki-laki + Perempuan
101,09
82,95
39,91
8,05
Sumber: BPS Kabupaten Bandung, Suseda 2011 Angka partisipasi kasar menunjukkan
luar batasan usia sekolah (baik lebih muda
proporsi anak sekolah baik laki-laki maupun
ataupun lebih tua), namun bersekolah pada
perempuan pada suatu jenjang pendidikan
jenjang
tertentu dalam kelompok umur yang sesuai
ilustrasi, pada Gambar 3.7 terlihat bahwa APK
dengan jenjang pendidikan tersebut. Angka ini
SD untuk kedua jenis kelamin di Kabupaten
memberikan
umum
Bandung adalah 101,09 persen (lebih dari 100
mengenai jumlah anak yang menerima
persen). Artinya masih terdapat sekitar 1,09
pendidikan
dan
persen penduduk diluar usia 7-12 tahun yang
biasanya tidak memperhatikan umur siswa.
berstatus murid SD. Hal ini menunjukan
APK suatu jenjang pendidikan mungkin saja
bahwa
mempunyai nilai lebih dari 100. Hal ini
seorang
disebabkan oleh adanya siswa yang berusia di
dengan usianya.
gambaran pada jenjang
IPM Kab. Bandung 2011
secara tertentu,
sekolah usia
telah
tumbuh
anak harus
tersebut.
Sebagai
kesadaran bahwa bersekolah
sesuai
34
Tabel 3.4. APK Menurut Jenis Kelamin, dan Jenjang Pendidikan di Kabupaten Bandung, Tahun 2010-2011
Jenjang Pendidikan
2010
2011
L
P
L+P
L
P
L+P
[1]
[2]
[3]
[4]
[5]
[6]
[7]
SD
100,02
99,80
99,91
104,24
97,79
101,09
SLTP
71,75
73,53
72,62
70,65
95,90
82,95
SLTA
55,10
55,34
55,22
43,88
35,81
39,91
PT
14,35
12,77
13,57
9,11
6,97
8,05
Sumber : BPS Kabupaten Bandung, Suseda 2009-2011 Gambar 3.8. Perbandingan APK dan APM Menurut Jenjang Pendidikan di Kabupaten Bandung, Tahun 2011
APM
SD 91,99
SLTP 66,18
SLTA 26,03
PT 0,40
APK
101,09
82,95
39,91
8,05
Sumber: BPS Kabupaten Bandung, Suseda 2011
IPM Kab. Bandung 2011
35
Gambar 3.9. APM Menurut Jenis Kelamin dan Jenjang Pendidikan di Kabupaten Bandung, Tahun 2011
Laki-laki
SD 95,55
SLTP 54,95
SLTA 28,75
PT 0,26
Perempuan
88,25
78,01
23,20
0,54
Laki-laki + Perempuan
91,99
66,18
26,03
0,40
Sumber: BPS Kabupaten Bandung, Suseda 2011 Dari sudut kesetaraan jender, pada tingkat SLTP
penyebutnya sama. APM membatasi usia
maunpun SLTA menurut data
siswa sesuai dengan usia sekolah dan jenjang
hasil Suseda 2011, APK murid perempuan
pendidikan sehingga angkanya lebih kecil.
relatif sama dengan APK laki-laki. Artinya tidak
APM adalah indikator yang menunjukkan
ada perbedaan perlakuan terhadap jenis
proporsi penduduk yang bersekolah di suatu
kelamin sampai pada tingkat pendidikan
jenjang
dasar. Terlihat adanya peningkatan partisipasi
dengan usia sekolah pada jenjang pendidikan
sekolah
sekolah
tersebut. APM yang bernilai 100 menunjukkan
menengah pertama. Hal ini dimungkinkan
bahwa semua penduduk bersekolah tepat
karena penerapan wajib belajar 9 tahun.
waktu, sesuai dengan usia sekolah dan
sampai
Proporsi
pada
anak
tingkat
sekolah
usianya
sesuai
satu
jenjang pendidikannya. APM SD di Kabupaten
kelompok umur tertentu yang bersekolah pada
Bandung pada tahun 2011 adalah sebesar
tingkat yang
91,99 persen, artinya sekitar 92 persen siswa
sesuai
umurnya dapat
pada
pendidikan dan
dengan kelompok
ditunjukan oleh
Angka
usia sekolah SD bersekolah tepat waktu,
Partisipasi Murni (APM). APM selalu lebih
sesuai dengan usia sekolah dan jenjang
rendah
pendidikannya.
dibandingkan
pembilangnya
lebih
IPM Kab. Bandung 2011
APK kecil
karena sementara
36
Ketidaksesuaian usia dengan jenjang
oleh segenap komponen; baik jajaran dinas
pendidikan yang diikuti dapat dilihat dengan
pendidikan, swasta, dan masyarakat agar
jelas dari selisih antara APK dan APM. Pada
anak-anak usia sekolah dapat menikmati
jenjang pendidikan SD misalnya, capaian APK
pendidikan secara baik dan berkelanjutan
SD Kabupaten Bandung pada tahun 2011
(sustainable).
sebesar 101,09 persen, masih relatif cukup
penghitungan angka rata-rata lama sekolah
besar disparitasnya dengan capaian APM SD
dihitung hanya untuk golongan usia dewasa
yang sebesar 91,99 persen. Kondisi tersebut
(15
menunjukkan bahwa masih terdapat sekitar
partisipasi
9,1 persen murid yang bersekolah di SD tidak
pertumbuhan angka rata-rata lama sekolahnya
sesuai dengan kelompok umur pendidikannya
cenderung rendah.
tahun
Perlu
keatas).
diingat,
Sehingga
sekolahnya
bahwa
apabila
rendah,
maka
(7-12 tahun). Besarnya kesenjangan tersebut
APM perempuan biasanya lebih rendah
utamanya disebabkan karena sudah ada anak
daripada APM laki-laki utamanya pada jenjang
usia pra sekolah (di bawah usia 7 tahun)
pendidikan SLTA keatas. Pada jenjang ini
sudah sekolah di SD, dan ada siswa yang
mulai terjadi perbedaan pandangan antara
berusia 12 tahun keatas masih bersekolah di
orang
SD. Yang perlu diantisipasi adalah jangan
pendidikan bagi anak laki-laki daripada anak
sampai kesenjangan tersebut terjadi karena
perempuannya. Kebanyakan mereka masih
cukup banyaknya murid yang mengulang
menganut paham laki-laki harus diutamakan
kelas. Karena hal ini erat hubungannya
dalam segala hal, karena laki-laki nantinya
dengan kualitas pendidikan, dan kondisi ini
akan jadi pemimpin, terutama dalam lingkup
dapat
paling kecil yaitu keluarga.
mengakibatkan
terhambatnya
pencapaian rata-rata lama sekolah dan pendidikan
yang
ditamatkan
di
masa
mendatang.
tua
yang
Pendidikan
masih
yang
mengutamakan
sedang
diikuti
digambarkan secara umum oleh Angka Partisipasi Sekolah (APS). Gambar 3.10
Pencapaian rata-rata lama sekolah di
memperlihatkan bahwa pada APS penduduk
suatu daerah dewasa ini masing sangat
laki-laki relatif lebih rendah dibandingkan APS
tergantung kemajuan partisipasi murid pada
penduduk perempuan pada kelompok umur
pendidikan formal, utamanya pada jenjang
pendidikan SD dan SLTP, namun untuk
pendidikan SLTP keatas. Dengan besaran
kelompok umur pendidikan yang lebih tinggi,
APK pada jenjang pendidikan SLTP keatas di
angka partisipasi laki-laki lebih tinggi. Hal
Kabupaten Bandung yang masih belum begitu
tersebut kemungkinan disebabkan karena
menggembirakan,
perempuan di Kabupaten Bandung banyak
tampaknya
diperlukan
langkah-langkah terobosan dan akseleratif
IPM Kab. Bandung 2011
yang tidak melanjutkan
pendidikan
ke
37
jenjang
pendidikan
berbagai
faktor,
melakukan
berikutnya
seperti: faktor
perkawinan, ataupun
karena biaya,
atau langsung bekerja untuk membantu mendapatkan penghasilan.
karena
Adalah tugas bersama untuk membuka
bekerja. Selain itu masih melekatnya faktor
wawasanmasyarakat
budaya
di
investasi di bidang pendidikan. Banyak alasan
perdesaan) yang menganggap bahwa kaum
yang harus terjawab, salah satunya adalah
perempuan
tidak
mengenyam
apakah pendidikan yang lebih tinggi dapat
pendidikan
terlalu
karena ujung-
menjanjikannya masa depan bagi putra putri
ujungnya akan ke dapur juga. Sehingga begitu
mereka? Dan apakah berpendidikan tinggi
mereka menamatkan SD atau SLTP, tidak
akan
perlu lagi melanjutkan ke jenjang pendidikan
penghidupan yang lebih layak dibandingkan
yang lebih tinggi. Sebagian mereka segera
dengan mereka yang tidak melanjutkan
menikah dan sebagian lagi bekerja di dapur
sekolah?
nenek
moyang perlu tinggi
(terutama
tentang
mendapatkan
pentingnya
pekerjaan
dan
Gambar 3.10. APS Menurut Jenis Kelamin dan Jenjang Pendidikan di Kabupaten Bandung, Tahun 2011
Laki-laki
SD 101,55
SLTP 73,70
SLTA 47,78
PT 6,77
Perempuan
96,06
79,44
39,34
5,36
Laki-laki + Perempuan
98,87
78,53
43,63
6,07
Sumber: BPS Kabupaten Bandung, Suseda 2011
IPM Kab. Bandung 2011
38
Dunia kerja kita masih didominasi oleh
saja
dirasakan oleh
mereka
yang
tenaga kerja berpendidikan rendah, seolah-
berpendidikan rendah, namun juga bagi
olah menggambarkan bahwa kesempatan
mereka yang berpendidikan tinggi. Pada
masuk ke dunia kerja masih terbuka lebar
akhirnya
meskipun dengan tingkat pendidikan yang
mempekerjakan anaknya guna membantu
relatif terbatas.
usaha orang tua atau meringankan beban
Sehingga
memunculkan
orangtua lebih
memilih
keluarga
untuk
anggapan di masyarakat bahwa pendidikan
ekonomi
ketimbang
tinggi belum menjadi jaminan kemudahan
menyekolahkannya ke jenjang yang lebih
untuk mendapatkan pekerjaan. Rendahnya
tinggi.
kesempatan kerja di Kabupaten Bandung tidak 3.3.3.
Rata-rata Lama Sekolah
Dari
sisi
pemerataan
pendidikan
ada
sebagian
masyarakat
yang
khususnya bagi penduduk perempuan masih
mengedepankan pendidikan anak laki-laki
relatif rendah dibandingkan dengan penduduk
dibandingkan
laki-laki. Menurut data Suseda 2011 penduduk
namun tidak terlalu mencolok. Hal ini ditandai
perempuan usia 10 tahun keatas yang mampu
oleh kondisi pada setiap jenjang pendidikan
melanjutkan pendidikan SLTP keatas sekitar
terutama sampai dengan tingkat SLTP,
44.95
rendah
kesenjangan pendidikan antara penduduk laki-
jikadibandingkan dengan kondisi tahun 2010,
laki dan perempuan relatif tidak jauh berbeda.
yaitu 50,28 persen. Namun kondisi ini jauh
Menurut data Suseda 2011, persentase
lebih tinggi dibandingkan kondisi tahun 2008
penduduk perempuan yang
dan 2009 masing-masing sebesar 42,41 dan
mencapai 38,84 persen relatif lebih baik
46,41 persen. Ada sedikit perbedaan atara
dibandingkan laki-laki yang hanya mencapai
penduduk laki-laki dan perempuan dalam
35,53 persen. Pola yang sama terjadi pula
melanjutkan pendidikannya. Pada tahun 2011,
pada tingkat pendidikan SLTP, persentase
penduduk
penduduk perempuan yang tamat SLTP
persen,
sedikit
laki-laki
lebih
yang
mampu
menyelesaikan pendidikan SLTP
keatas
mencapai
dengan
22,18
anak
persen
perempuan,
tamat
sedikit
SD
diatas
mencapai 49,60 persen, sedangkan penduduk
penduduk laki-laki yang mencapai 21,63
perempuan sebesar 44,95 persen. Atau selisih
persen.
sebesar 4,65 persen. Dari perkembangan data pendidikan yang ditamatkan, dapat terlihat bahwa masih
IPM Kab. Bandung 2011
Perbedaan mulai terlihat pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Pada tingkat pendidikan
SLTA,
pada
tahun
2011
39
persentase
penduduk
perempuan
yang
anak laki-laki dibandingkan anak perempuan
menamatkan pendidikan SLTA baru mencapai
untuk bersekolah ke tempat yang relatif jauh
18,01 persen jauh lebih rendah dibandingkan
Juga karena ada pemikiran bahwa suatu saat
penduduk laki-laki yang mencapai 22,51
setelah
persen. Kondisi ini dapat dimaklumi, karena
berkewajiban untuk mencari nafkah bagi
pada umumnya lokasi sekolah SLTA relatif
keluarganya, sehingga perlu bekal pendidikan
lebih jauh, sehingga ada kecenderungan
yang cukup sebagai bekal untuk mencari
orang tua untuk lebih berani mengirimkan
nafkah pada saat memasuki dunia kerja.
dewasa,
anak
laki-laki
lebih
Tabel 3.5. Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Keatas Menurut Pendidikan Yang Ditamatkan dan Jenis kelamin di Kabupaten Bandung, Tahun 2010-2011
Pendidikan yang
2010
Ditamatkan [1]
2011
L
P
L+P
L
P
L+P
[2]
[3]
[4]
[5]
[6]
[7]
Belum /Tidak tamat SD SD
9,87
10,65
10,25
14,86
16,20
15,52
37,60
41,41
39,47
35,53
38,84
37,16
SLTP
22,92
23,65
23,28
21,63
22,18
21,90
SLTA
23,81
19,20
21,55
22,51
18,01
20,30
Perguruan Tinggi
5,80
5,08
5,45
5,46
4,76
5,12
Sumber : BPS Kabupaten Bandung, Suseda 2010-2011 Pendidikan merupakan elemen penting
Pendidikan
yang
berkualitas
akan
pembangunan dan perkembangan sosial-
menghasilkan manusia terdidik yang bermutu
ekonomi
juga
dan handal sesuai dengan kebutuhan jaman.
berperan penting dalam meningkatkan kualitas
Penduduk yang berkemampuan diharapkan
hidup individu, masyarakat dan bangsa.
dapat meningkatkan partisipasinya dalam
Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat,
berbagai
semakin baik kualitas sumber dayanya.
mendatang mereka dapat hidup lebih layak.
masyarakat.
IPM Kab. Bandung 2011
Pendidikan
kegiatan,
sehingga
dimasa
40
3.4. Ketenagakerjaan Capaian kesejahteran masyarakat suatu
Secara sederhana untuk melihat kualitas
wilayah sangat tergantung kepada potensi
pembangunan manusia dapat disandarkan
sumber daya yang dimiliki dan bagaimana
kepada dua pendapat Ramirez dkk (1998):
potensi SDA yang ada dapat dikelola dan
Pertama,
dimanfaatkan dengan baik. Kualitas SDA akan
mempengaruhi
sangat berperan untuk menciptakan dan
khususnya melalui aktivitas rumahtangga dan
menggerakkan
pemeritah,
Peranan
aktivitas perekonomiannya.
SDM
perekonomian
dalam
suatu
mengelola
wilayah
dapat
memiliki
bahwa
kinerja
pembanguan
aktivitas
manusia,
rumahtangga
kontribusi
pembangunan
ekonomi
langsung
manusia
yang
terhadap
antara
ditunjukkan oleh indikator ketenagakerjaan.
kecenderungan
Salah satu indikator yang biasa dipakai dalam
membelanjakan pendapatan bersih untuk
melihat
memenuhi kebutuhan (pola konsumsi), tingkat
atau
menggambarkan
perekonomian
dan distribusi pendapatan antar rumahtangga,
pertumbuhan angkatan kerja yang terserap di
dan makin tinggi tingkat pendidikan terutama
lapangan pekerjaan. Tingginya angkatan kerja
pendidikan perempuan akan semakin positif
di
menggerakan
bagi pembangunan manusia berkaitan dengan
perekonomian daerah tersebut. Gambaran
andil yang tidak kecil dalam mengatur
kondisi ketenagakerjaan seperti persentase
pengeluaran rumahtangga.
daerah
akan
adalah
untuk
laju
suatu
masyarakat
tingkat
rumahtangga
lain
angkatan kerja yang bekerja, dan distribusi
Kedua,
lapangan pekerjaan sangat berguna untuk
yang
melihat
perekonomian
prospek
ekonomi
Kabupaten
pembangunan
tinggi
akan
manusia
mempengaruhi
melalui
produktifitas
dan
masyarakat.
Pendidikan
dan
Bandung. Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat
kreatifitas
apakah benar-benar digerakan oleh produksi
kesehatan penduduk sangat menentukan
yang melibatkan tenaga kerja daerah atau
kemampuan untuk mengelola dan menyerap
karena pengaruh faktor lain. Banyaknya
sumber-sumber pertumbuhan ekonomi.
penduduk yang bekerja akan berdampak pada
Dari kedua pendapat tersebut dapat
peningkatan kemampuan daya beli dan
dikatakan
bahwa
peningkatan pendapatan penduduk sangat
manusia
dan
menentukan untuk pemenuhan kebutuhan
berhubungan secara simultan, dengan kata
hidup yang layak.
lain tercapainya pertumbuhan ekonomi yang
antara
pembangunan
pertumbuhan
ekonomi
tinggi yang disertai pemerataan distribusi pendapatan,
IPM Kab. Bandung 2011
maka
tingkat
daya
beli,
41
Pertumbuhan
kesehatan dan pendidikan akan lebih baik. Dan pada giliranya akan memperbaiki tingkat
sarana
produktifitas
pembangunan
tenaga
kerja
yang
akan
mendorong pertumbuhan ekonomi.
utama
ekonomi merupakan (principal
means)
manusia
untuk
bagi dapat
berlangsung secara berkesinambungan. Hal
Karakteristik suatu wilayah dapat pula
ini sejalan dengan banyak bukti empiris yang
dilihat dari aspek pendidikan, dimana tingkat
menunjukkan bahwa tidak ada suatu negara
pendidikan dapat
tingkat
pun yang dapat membangun manusia secara
kesejahteraan masyarakat. Semakin tinggi
berkesinambungan tanpa tingkat pertumbuhan
tingkat pendidikan yang ditamatkan oleh
ekonomi
seorang pekerja, maka pekerja tersebut akan
demikian tidak berarti bahwa pertumbuhan
memiliki produktivitas yang relatif lebih baik
ekonomi merupakan syarat mutlak bagi
dan
pembangunan manusia. Antara keduanya
mempengaruhi
mendapatkan pendapatan yang lebih
tinggi.
tidak
Target
pertumbuhan
ekonomi
yang
ada
relatif
hubungan
tinggi.
Walaupun
otomatis
tetapi
berlangsung melalui berbagai jalur antara lain
sebenarnya tidak hanya untuk mencapai tinggi
yang
angka pertumbuhan. Pertumbuhan ekonomi
pertumbuhan
yang diinginkan adalah pertumbuhan yang
ditransformasikan
berkualitas dan digerakkan oleh peningkatan
kapabilitas manusia, jika pertumbuhan itu
kapasitas produksi masyarakat. Walaupun
berdampak secara positif terhadap penciptaan
angka pertumbuhannya tidak terlalu tinggi,
lapangan kerja atau usaha. Lapangan kerja
namun apabila kualitas capaiannya jauh lebih
yang
tinggi, maka akan mempengaruhi capaian
meningkatkan pendapatan rumahtangga yang
pembangunan manusia. Pertumbuhan yang
memungkinkannya “membiayai” peningkatan
berkualitas adalah yang dapat menggerakan
kualitas manusia anggota rumahtangganya.
pendapatan perkapita, dan menyerap tenaga
Kualitas manusia yang meningkat pada sisi
kerja, yang pada akhirnya dapat memperbaiki
lain akan berdampak pada peningkatan
pola distribusi pendapatan antar kelompok
kualitas tenaga kerja, yang pada gilirannya
masyarakat. Pada akhirnya, pertumbuhan
akan mempengaruhi tingkat dan kualitas
ekonomi yang berkualitas mengakibatkan
pertumbuhan ekonomi. Secara singkat dapat
banyak penduduk yang memiliki cukup uang
dikatakan bahwa pertumbuhan mempengaruhi
untuk
ketenagakerjaan
memenuhi
kebutuhannya
untuk
penting ketenagakerjaan. ekonomi
diciptakan
akan
menjadi
pada
dari
Artinya, dapat
peningkatan
akhirnya
akan
sisi permintaan
membiayai kebutuhan makanan, pendidikan,
(menciptakan lapangan
kesehatan dan perumahan sehingga dapat
penawaran (meningkatkan kualitas tenaga
mempercepat pembangunan manusia.
kerja).
IPM Kab. Bandung 2011
kerja)
dan
sisi
42
Tingkat
partisipasi
angkatan
kerja
ketenagakerjaan secara langsung berkaitan
(TPAK) di Kabupaten Bandung pada tahun
dengan
2010 sebesar 53,44 persen, dan meningkat
logisnya jelas: upaya pengentasan kemiskinan
menjadi 63,56 persen pada tahun 2011. Jika
yang merupakan keprihatinan nasional bahkan
dilihat berdasarkan perspektif jender, TPAK
global (tercermin dari sasaran pertama dan
perempuan pada tahun 2011 di Kabupaten
utama Millenimum Development Goals, MDG)
Bandung yang mencapai 40,00 persen relatif
mestinya harus ditempuh melalui upaya
jauh
penyelesaian
tertinggal
dibandingkan
dengan
masalah
kemiskinan.
masalah
Implikasi
ketenagakerjaan.
penduduk laki-laki yang mencapai lebih dari
Dalam hal ini masalah ketenagakerjaan, paling
77,79 persen. Terdapat ketimpangan yang
tidak
sangat tajam dalam pasar kerja, dimana
penyediaan
lapangan
perempuan cenderung kurang memiliki akses
peningkatan
produktifitas
untuk memasuki
Hal ini
Berdasarkan Suseda tahun 2011 tingkat
kemungkinan disebabkan karena sebagian
pengangguran terbuka di Kabupaten Bandung
besar perempuan usia produktif di kabupaten
sebesar 10,69 persen. Angka pengangguran
Bandung berada pada posisi sebagai ibu
ini
rumah tangga. Kondisi tersebut menunjukkan
dibandingkan
perempuan masih mengalami perlakuan tidak
mencapai 14,64 persen dan tahun 2008
berimbang dengan laki-laki dalam dunia kerja,
sebesar 13,19 persen, dan tahun 2009
dimana laki-laki lebih diprioritaskan daripada
sebesar 12,51 persen. Namun demikian angka
perempuan, sehingga kesempatan kerja bagi
pengangguran
perempuan
sehingga harus terus diupayakan penyediaan
TPAK
dunia
kerja.
cenderung sangat kompetitif.
merupakan
cenderung
dua
aspek kerja/usaha tenaga
mengalami
kondisi
masih
pokok:
tahun
dan kerja.
penurunan 2007
tergolong
yang
tinggi,
yang
lapangan pekerjaan. Tingkat pengangguran
dari
terbuka masih didominasi oleh penduduk
angkatan kerja yang aktif secara ekonomi.
perempuan yang mencapai sebesar 19.45
Pendapatan
persen. Kondisi
menggambarkan
indikator
mengandung
seberapa
rumahtangga
banyak perlu
diberi
tersebut
lebih
banyak
perhatian lebih, mengingat dampaknya yang
disebabkan karena lapangan kerja yang ada
luas terhadap taraf kesejahteraan terhadap
belum sesuai dengan ketersediaan kualitas
kemiskinan. Kemiskinan sangat dipengaruhi
tenaga
oleh pendapatan rumahtangga karena hampir
Bandung. Untuk meningkatkan daya saing
semua rumahtangga mengandalkan upah/gaji
kaum perempuan, maka peningkatan kualitas
(bagi yang berstatus buruh/karyawan) atau
pekerja perempuan menjadi mutlak terus
keuntungan usaha (bagi yang berstatus
dilakukan, baik melalui pendidikan formal
berusaha).
maupun informal.
Dengan
demikian
IPM Kab. Bandung 2011
masalah
kerja
perempuan
di
Kabupaten
43
Gambar 3.11. Tingkat Kesempatan Kerja, Pengangguran dan TPAK Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Bandung, Tahun 2011
Laki-laki
TPAK 77,79
Kesempatan Kerja 90,10
Pengangguran 9,90
Perempuan
40,00
87,55
12,45
Laki-laki+Perempuan
63,56
89,31
10,69
Sumber: BPS Kabupaten Bandung, Suseda 2011 Pergeseran
penyerapan
lapangan
persen. Ada indikasi bahwa peningkatan pada
pekerjaan ke sektor industri dapat menjadi
sektor industri adalah pada usaha industri
indikator
kecil dan mikro yang cukup mampu menyerap
meningkatnya
kesejahteraan
masyarakat suatu wilayah. Berdasarkan data
tenaga kerja.
pada tabel 3.6 diperlihatkan bahwa lapangan
Pada tahun 2011 proporsi rumah tangga
pekerjaan penduduk 15 tahun ke atas
yang bekerja di sektor perdagangan masih
mengalami pergeseran dari sektor pertanian
berada pada kisaran 19 persen. Sedangkan
ke sektor industri, transportasi, dan jasa.
yang bekerja di sektor jasa mencapai 10,79
Persentase lapangan usaha di sektor industri
persen, atau menurun dibandingkan tahun
mengalami peningkatan dari tahun 2007
2010 yang mencapai 14,14 persen. Fluktuasi
sebesar 23,56 persen, menjadi 27,08 persen
proporsi rumahtangga yang bekerja di sektor
pada tahun 2008. Kemudian pada tahun 2009
pertanian
kembali meningkat menjadi 29,87 persen.
perubahan yang berarti, bahkan indikasi
Pada tahun 2010 telah mencapai 29,23
perpindahan lapangan usaha penduduk dari
IPM Kab. Bandung 2011
masih
belum
menunjukkan
44
sektor pertanian ke sektor-sektor lainnya
keuangan), sehingga proporsi sektor lainnya
(pertambangan, listrik gas dan air, angkutan
mencapai 15,24 persen.
dan
komukasi,
koperasi
dan
lembaga
Tabel 3.6. Persentase Lapangan Pekerjaan Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas, Tahun 2007-2011 Lapangan Pekerjaan
2008
2009
2010
2011
[1]
[2]
[3]
[4]
[5]
Pertanian
20,66
21,87
18,91
22,20
Industri
27,08
29,87
29,23
32,47
Perdagangan
19,51
18,75
20,50
19,29
Jasa
10,21
12,49
14,14
10,79
Lainnya
22,54
17,02
17,22
15,24
Angkatan Kerja yang Menganggur
13,19
12,51
10,20
10,69
Angkatan Kerja yang Bekerja
Sumber : BPS Kabupaten Bandung, Suseda 2006-2011
IPM Kab. Bandung 2011
45
BAB IV KEMAJUAN PENCAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA DI KABUPATEN BANDUNG Upaya untuk meningkatkan
derajat
manusia di Kabupaten Bandung melalui
dalam pembangunan, namun dapat menjadi penggerak pembangunan. Peningkatan
berbagai program akselerasi di berbagai
kualitas
pendidikan,
bidang komponen IPM telah menunjukkan
kesehatan dan daya beli, satu dengan yang
hasil yang signifikan. Hal ini dapat terlihat dari
lain saling mempengaruhi. Sehingga capaian
pertumbuhan IPM pada lima tahun terakhir.
yang ada untuk satu komponen tidak hanya
Adanya peningkatan kualitas hidup manusia
milik satu sektor, namun dipengaruhi oleh
yang cukup signifikan baik dari sisi kesehatan,
sektor lain.
pendidikan maupun ekonomi maka akan terlahir generasi-generasi
penerus
Pada paparan berikut akan digambarkan
yang
pencapaian IPM Kabupaten Bandung beserta
berkualitas. Hingga suatu saat nanti penduduk
komponen pembentuknya, serta pencapaian
Kabupaten Bandung tidak lagi menjadi beban
yang
telah
terjadi
di
wilayah
tingkat
kecamatan. 4.1. Kemajuan Pembangunan Manusia Periode 2005-2011 Sebagai salah satu daerah penyangga
Permasalahan terbesar terletak pada
ibukota propinsi Jawa Barat, Kabupaten
kesiapan sumber daya manusia yang dimiliki
Bandung memiliki peluang yang cukup besar
Kabupaten
untuk tumbuh dan mengembangkan berbagai
tantangan
sektor
kesempatan
perekonomian, khususnya
industri,
perdagangan
serta
sektor
Bandung tersebut.
dalam Meskipun
menjawab banyak
kerja yang diciptakan, bila
jasa.
kualitas SDM Kabupaten Bandung lebih
Pengembangan usaha pada ketiga sektor ini
rendah dan tidak dapat memenuhi spesifikasi
dapat berimplementasi langsung terhadap
yang dibutuhkan oleh lapangan kerja yang
meningkatnya penyerapan tenaga kerja serta
ada, maka lambat laun peluang kerja akan
pendapatan perkapita. Dengan posisi strategis
diisi oleh para pendatang.
serta kekayaan alam yang cukup potensial, Kabupaten
Bandung
cukup
menjadi kabupaten termaju.
berpeluang
Jawaban dari permasalahan tersebut adalah melalui strategi pembangunan yang berorientasi pada peningkatan kualitas hidup masyarakat agar tercapai pemerataan hasil-
IPM Kab. Bandung 2011
46
hasil pembangunan secara lebih berkeadilan.
diwujudkan pada daerah-daerah yang sedang
Hal tersebut ternyata tidak mudah untuk
berkembang, seperti di Kabupaten Bandung.
Gambar 4.1. Pertumbuhan IPM Kabupaten Bandung, Tahun 2005-2011
1,00 0,80 0,60 0,95 0,40
0,89
0,85
0,85
0,77
0,62
0,20 0,00 20052006
20062007
20072008
20082009
20092010
20102011
Sumber : BPS Kabupaten Bandung, IPM 2005-2011 Fokus
pembangunan
yang
masih
Dalam
upaya
untuk
mengurangi
berpusat pada daerah-daerah yang cepat
kesenjangan tersebut, dilakukan peningkatan
pertumbuhan
mengakibatkan
infrastruktur dan SDM yang handal menjadi
daerah-daerah yang relatif tertinggal menjadi
solusi dan salah satu modal utama dalam
kurang mendapat perhatian. Karena ada
proses pembangunan. Upaya peningkatan
pemikiran, hasil pertumbuhan ekonomi yang
kualitas SDM yang dalam skala luas disebut
tinggi pada daerah tertentu suatu saat
sebagai pembangunan
diharapkan akan memberi efek tetesan ke
upaya perbaikan derajat kesehatan, tingkat
bawah pada daerah-daerah periferal tersebut,
pengetahuan dan keterampilan penduduk
yang pada akhirnya diharapkan berdampak
serta kemampuan daya beli masyarakat.
ekonominya,
manusia
dengan
kuat pada upaya pemberantasan kemiskinan
Gambaran pembanguan manusia yang
(Denis A. Rondinelli dan Shahir G. Cheema :
tercermin dengan pencapaian angka IPM
1983).
Kabupaten Gambar 4.1.
IPM Kab. Bandung 2011
Bandung
dapat
dilihat pada
Selama periode lima tahun
47
terakhir,
pertumbuhan
IPM
Kabupaten
0,52 poin menjadi 68,94 dan mengalami
Bandung dari tahun ke tahun terlihat cukup
perbedaan peningkatan yang relatif lebih
baik. Namun hal tersebut belum berarti bahwa
sedikit (0,46 poin) pada tahun 2010, yaitu
kemajuan pembangunan manusia Kabupaten
69,40. Pada tahun 2011, indikator di bidang
Bandung sudah optimal, hal ini dapat dilihat
kesehatan diubahmenjadi indikator derajat
dari sisi laju perkembangannya, yaitu kenaikan
kesehatan. Indikator komposit ini terdiri dari
masih berkisar 0,5 poin sampai 1 poin setiap
Angka Harapan Hidup, Morbiditas, dan rata-
tahunnya.
rata Lama Sakit. Sehingga untuk indeks
Pencapaian Angka Harapan Hidup sejak
kesehatan
tahun 2005 adalah sebagai berikut: pada
nilainya
tidak
dapat
diperbandingkan secara langsung.
tahun 2005, pencapaian Angka Harapan
Upaya perbaikan derajat kesehatan yang
Hidup Kabupaten Bandung sebesar 66,23
ditunjukkan
dengan makin meningkatnya
tahun meningkat sedikit menjadi 66,98 tahun
angka harapan hidup dan terus menurunnya
(naik 0,75 poin) pada tahun 2006 dan ditahun
angka kematian bayi harus tetap menjadi
2007 mencapai sebesar 67,90 tahun (naik
prioritas. Berbagai kasus kesehatan, terutama
0,92 poin) serta ditahun 2008 sebesar 68,42
kasus yang mewabah harus dapat ditekan
(naik sebesar 0,52 poin)
tahun 2009 68,94
perkembangannya. Penanggulangan terhadap
(naik 0,52 poin) dan pada tahun 2010 69.40
keluhan kesehatan yang ditunjukkan dengan
(naik 0,46 poin) . Kondisi pada tahun 2009
adanya indikasi peningkatan pada tahun 2011
pencapaian AHH dapat ditingkatkan sebesar
harus dijaga dan ditingkatkan lagi.
Gambar 4.2. Pertumbuhan Komponen Angka Harapan Hidup Kab. Bandung 2005-2011
0,8
0,75
0,6
0,52
0,4
0,52
0,46
0,35
0,2
AHH
0 2005-2006
2006-2007
2007-2008
2008-2009
2009-2010
Sumber : BPS Kabupaten Bandung, IPM 2005-2011
IPM Kab. Bandung 2011
48
Pencapaian pembangunan manusia dari
terakhir yaitu pada periode 2008-2009 naik
komponen pendidikan diperlihatkan bahwa
sebesar
0,03
poin.
laju pertumbuhan komponen pendidikan yaitu
mengalami penurunan sebesar 0,46 poin.
AMH dan RLS terlihat seolah tidak dapat
Sedangkan untuk komponen RLS, periode
mempertahankan kemajuan yang telah dicapai
2005-2006 naik 0,13 poin, periode 2006-2007
pada periode sebelumnya. Pada periode
naik 0,14 poin dan 2007-2008 naik 0,28 poin.
2005-2006, untuk komponen AMH naik 0,05
Pada
poin, periode 2006-2007 naik 0,01 poin, dan
ditingkatkan sebesar 0,01 poin. Pada tahun
periode 2007-2008 naik 0,09 poin, kondisi
2010 peningkatan mencapai 0,15 poin.
periode
Pada
tahun
2008-2009 hanya
2010
dapat
Gambar 4.3. Pertumbuhan Komponen Penyusun Indek Pendidikan Kabupaten Bandung, tahun 2005-2011
0,28
0,3 0,2 0,1
0,14
0,13 0,05
0,15 0,09 0,030,01
0,01
0
AMH
-0,1
RLS
-0,2 -0,3 -0,4 -0,5 2005-2006
2006-2007
2007-2008
2008-2009
-0,46 2009-2010
Sumber : BPS Kabupaten Bandung, IPM 2005-2011 Pencapaian AMH yang relatif lambat kenaikan
setiap
tahunnya,
serta
adalah dalam kaitannya untuk kepentingan
belum
bekerja. Sehingga apabila mereka sudah
tercapainya bebas buta huruf, kemungkinan
berumur tua dan tidak akan bekerja lagi, atau
disebabkan oleh masih ada penduduk berusia
pekerjaannya tidak memerlukan kecakapan
diatas 15 tahun yang sudah berusia lanjut dan
membaca
tidak bisa membaca dan menulis. Ada
menganggap tidak perlu lagi untuk belajar
anggapan pada masyarakat awam, bahwa
membaca dan menulis.
dan
menulis,
maka
mereka
kebutuhan untuk bisa membaca dan menulis
IPM Kab. Bandung 2011
49
Untuk itu tetap harus disusun strategi
berkualitas
sajalah
yang
akan
mampu
intervensi penanganan buta huruf, sehingga
bersaing dengan negara lain dalam era
kedepannya tidak lagi menjadi beban dalam
globalisasi. Berkaitan dengan hal tersebut,
pencapaian
pemerintah khususnya pemerintah daerah
pembangunan
di
bidang
pendidikan.
perlu
Perkembangan pencapaian RLS yang
lebih
mengedepankan
upaya
peningkatan kualitas SDM melalui program-
belum begitu besar dan cenderung melambat
program
laju
kemungkinan
pemenuhan kebutuhan pendidikan baik formal
disebabkan karena masih cukup besarnya
maupun non formal. Karena bagaimanapun
penduduk yang tingkat pendidikannya rendah.
juga SDM yang bermutu merupakan syarat
Dengan komposisi penduduk yang relatif
utama bagi terbentuknya peradaban yang
besar
baik. Begitupula sebaliknya akan melahirkan
pertumbuhannya,
diusia
muda,
tampaknya
perlu
dipersiapkan sarana penunjang pendidikan
yang
lebih
berorientasi
pada
kehidupan masyarakat yang buruk.
yang memadai, utamanya ditujukan bagi
Peningkatan pencapaian angka IPM
penduduk usia 10-14 tahun. Intervensi dalam
Kabupaten Bandung pada tahun 2011 sangat
menaikkan RLS dengan program pendidikan
ditunjang oleh kontribusi dari komponen
dasar 9 tahun masih terus perlu dipacu. Salah
indeks kemampuan daya beli penduduk.
satunya adalah dengan perluasan akses
Indeks kemampuan daya beli penduduk tahun
terhadap infrastruktur pendidikan. Disamping
2011
terus dijalankan Pendidikan Luar Sekolah
penghitungan (disesuaikan dengan metodologi
(PLS) seperti program paket A, B dan C untuk
penghitungan IPM Provinsi Jawa Barat),
menanggulangi anak yang putus sekolah pada
sehingga angka tahun 2011 tidak dapat
usia 15 tahun keatas.
langsung dibandingkan dengan angka tahun-
Banyak anggapan yang mengatakan
juga
mengalami
perubahan
tahun sebelumnya.
bahwa hanya negara yang mempunyai SDM
IPM Kab. Bandung 2011
50
Gambar 4.4. Pertumbuhan Komponen Daya Beli (PPP) Kabupaten Bandung 2005-2011
3,34
3,50 3,00 2,50
1,77
2,00 1,50
1,63
1,26
1,00 0,30
0,50 0,00 2005-2006
2006-2007
2007-2008
2008-2009
2009-2010
Sumber : BPS Kabupaten Bandung, IPM 2005-2011 Pasca adanya kenaikan BBM pada
Bandung
dan
masyarakatnya
mampu
tahun 2008 tampaknya cukup menghambat
menyikapi permasalahan perekonomian yang
peningkatan daya beli masyarakat Kabupaten
ditimbulkan oleh
Bandung. Peningkatan kemampuan daya beli
sehingga
masyarakat Kabupaten Bandung pada tahun
kemampuan daya belinya.
2009 juga masih terhambat oleh kelesuan di
dampak
mampu
Langkah
krisis
global,
mempertahankan
pemerintah
pusat
dalam
berbagai sektor usaha sebagai dampak dari
menyalurkan bantuan langsung tunai, dan
krisis global yang terjadi pada tahun 2009.
penyaluran beras untuk rakyat miskin mampu
Namun stabilitas sektor moneter yang juga
mempertahankan kemampuan
tercermin dari angka inflasi yang sangat
masyarakat secara luas. Penyaluran bantuan
rendah dibandingkan
sebelumnya
khusus seperti PKH juga dapat membantu
membantu
mendongkrak daya beli masyarakat karena
(sekitar
3
persen),
tahun cukup
peningkatan daya beli. Pada tahun 2010
bantuan-bantuan
kemampuan daya beli penduduk Kabupaten
daya beli
tersebut langsung dikonsumsi
Bandung mencapai kisaran Rp. 572.910,-
masyarakat,
dan
(naik sebesar 7,59 poin) dari kondisi tahun
konsumsi rumahtangga.
oleh
akan tercermin dari
2009. Laju pertumbuhannya belum mampu menyamai pertumbuhan yang pernah dicapai
Capaian daya beli penduduk abupaten
pada periode tahun 2006-2007. Hal ini
Bandung pada tahun 2011, adalah sebesar
menunjukkan bahwa Pemerintah Kabupaten
Rp. 641.810,-.
IPM Kab. Bandung 2011
51
4.2. Pencapaian Angka IPM Kecamatan Pada tahun 2010, dari 31 kecamatan di Kabupaten
Bandung, tujuh
dibandingkan dengan kecamatan lainnya,
kecamatan
sehingga tingkat kesadaraan akan budaya
memiliki angka IPM diatas angka IPM
hidup bersih dan sehat, serta dan kemampuan
Kabupaten Bandung, 24 kecamatan lainnya
untuk memperoleh pekerjaan yang memadai
berada dibawah angka kabupaten. Sedangka
jauh lebih baik.
pada tahun 2011, sebanyak 18 kecamatan
Di Kabupaten Bandung masih terdapat
berada di atas angka Kabupaten Bandung,
sekitar 13 kecamatan yang angka pencapaian
dan sebanyak 13 kecamatan lainnya berada
IPM-nya masih dibawah rata-rata Kabupaten
dibawah rata-rata. Kecamatan yang posisi
Bandung yang dapat dilihat pada Gambar 4.5.
IPM-nya berada diatas angka Kabupaten
Posisi ini hendaknya memberikan informasi
Bandung
dengan
kepada pemangku kebijakan untuk melakukan
infrastruktur kesehatan,
langkah akselerasi agar ketimpangan yang
adalah
ketersediaan pendidikan,
dan
kecamatan perekonomian
yang
terjadi antar capaian IPM kecamatan tidak
memadai. Disamping itu, sebagai wilayah
terlalu besar. Angka capaian IPM Kabupaten
tersebut merupakan daerah urban, dan tingkat
Bandung pada tahun 2011 adalah sebesar
pendidikan masyarakatnya relatif lebih tinggi
75,01.
IPM Kab. Bandung 2011
52
Gambar 4.5. Sebaran Pencapaian Angka IPM menurut Kecamatan di Kabupaten Bandung Tahun 2011 Dayeuhkolot Cileunyi Cimenyan Cangkuang Pameungpeuk Rancaekek Cikancung Majalaya Soreang Cilengkrang Baleendah Margahayu Ciparay Margaasih Pacet Pangalengan Cicalengka Banjaran KABUPATEN Katapang Solokanjeruk Cimaung Arjasari Pasirjambu Nagreg Ibun Bojongsoang Ciwidey Kutawaringin Rancabali Kertasari Paseh 60,00
65,00
70,00
75,00
80,00
Sumber : BPS Kabupaten Bandung, IPM 2011
IPM Kab. Bandung 2011
53
Pencapaian IPM tujuh kecamatan yang
kecamatan dimaksud merupakan
daerah
memiliki peringkat terbaik, pada umumnya
perkotaan yang memiliki akses terhadap
disumbang
pendapatan dan kesehatan yang cukup baik.
oleh
pencapaian
indeks
kemampuan daya beli masyarakat (PPP) yang
Sebagai
relatif tinggi dan derajat kesehatan (AHH) yang sudah cukup baik. Hal tersebut dapat
daerah
mayoritas ditamatkan
pendidikan
umumnya
dibandingkan
dimaklumi karena pada umumnya kecamatan-
perkotaan yang lebih
kecamatan
tinggi lainnya.
Gambar 4.6. Peringkat Tujuh Kecamatan yang Memiliki IPM Tertinggi di Kabupaten Bandung, Tahun 2011 80,00 79,00 78,00 77,00 76,00 75,00
Sumber: BPS Kabupaten Bandung 2011. Kesenjangan antar wilayah untuk melihat
Kesenjangan antar kecamatan lebih terlihat
disparitas IPM tiap kecamatan, ditunjukkan
pada pola antar daerah. Daerah yang
oleh rentang antara IPM kecamatan tertinggi
bercorak urban seperti Kec. Cileunyi, Kec.
dengan
Semakin
Margahayu, Kec. Dayeuhkolot dan Kec.
besarnya disparitas pencapaian angka IPM
Rancaekek, pada umumnya memiliki IPM
antar kecamatan menunjukkan bahwa bahwa
cukup tinggi diatas IPM kabupaten. Sementara
kesenjangan pembangunan antar kecamatan
daerah
semakin melebar, utamanya pada kecamatan-
Kecamatan: Kertasari, Rancabali, Pacet, dan
kecamatan
Solokanjeruk memiliki angka IPM yang relatif
kecamatan
pembangunan
terendah.
dianggap berhasil kemajuan manusianya
yang
bercorak
rural
seperti
dengan
rendah. Tidak dapat dipungkiri bahwa kota-
kecamatan yang masih tergolong tertinggal.
desa sampai saat ini masih mewarnai dikotomi
IPM Kab. Bandung 2011
54
dari
proses
dan
distribusi
hasil-hasil
pembangunan.
dibawah
rata-rata
Kabupaten
Bandung.
Menurut data IPM 2010, dari 31 kecamatan di
Pada tahun 2004 rentang sekitar 10,48
kabupaten Bandung dewasa ini baru terdapat
poin dan mengalami pergeseran menjadi
sekitar empat kecamatan yang memiliki Angka
11,29 poin pada tahun 2005 dan tahun 2006
Harapan Hidup di atas rata-rata kabupaten.
menjadi sebesar 10,93 poin serta sebesar
Kecamatan yang memiliki angka harapan
10,87 poin pada tahun 2007 . Pada tahun
hidup tertinggi terdapat di Kecamatan Cileunyi
2008, jaraknya
yaitu
yang mencapai 70,03 tahun, kemudian disusul
sebesar 7,81 poin. Dan sedikit mengalami
oleh Kecamatan: Rancaekek (69,73 tahun),
kenaikan pada tahun 2009 yaitu 7,91 poin.
Majalaya (69,47 tahun), dan Ibun (69,41
Pada tahun 2010 adalah 7,43 poin . Hal ini
tahun).
menunjukkan
semakin
bahwa
mengecil
kecamatan
dengan
Sehubungan
capaian IPM yang terendah sudah diupayakan
metodologi,
untuk mengejar ketertinggalannya.
menggunakan
Jika dilihat menurut kecamatan, sebaran
Kesehatan.
dengan
maka indeks Indeks
Indeks
perubahan Kesehatan
komposit Derajat
Derajat
Kesehatan
pencapaian angka harapan hidup di tiap-tiap
Kabupaten Bandung pada tahun 2011 adalah
kecamatan belum begitu menggembirakan,
sebesar 77,07. Rincian menurut kecamatan
masih cukup banyak kecamatan yang memiliki
dapat dilihat pada gambar 4.8.
pencapaian angka Angka Harapan Hidup
IPM Kab. Bandung 2011
55
Gambar 4.7. Sebaran Pencapaian Angka Derajat Kesehatan menurut Kecamatan di Kabupaten Bandung, Tahun 2011 Cangkuang Cikancung Cimenyan Pacet Dayeuhkolot Cileunyi Pameungpeuk Majalaya Soreang Margaasih Ciparay Cilengkrang Rancaekek Pangalengan Cimaung Katapang KABUPATEN Cicalengka Kertasari Arjasari Margahayu Solokanjeruk Banjaran Kutawaringin Nagreg Baleendah Ciwidey Ibun Pasirjambu Paseh Rancabali Bojongsoang 0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
80,00
90,00
Sumber: BPS Kabupaten Bandung, IPM 2011
Menurut data Suseda tahun 2005,
Kabupaten Bandung mencapai sebesar 98,70
pencapaian Angka Melek Huruf Kabupaten
persen, sedangkan pada tahun 2007 adalah
Bandung sebesar 98,65, pada tahun 2006
98,71 persen dan 98,84 persen pada tahun
angka
2008. Pada tahun 2009 Angka Melek Huruf
melek
huruf
penduduk
IPM Kab. Bandung 2011
dewasa
56
telah mencapai 98,87 persen. Berdasarkan
kecamatan di Kabupaten Bandung memiliki
hasil
Angka
Sensus
Penduduk
2010,
jumlah
Melek
Huruf
diatas
rata-rata.
penyandang buta huruf di Kabupaten Bandung
Kecamatan yang memiliki angka melek huruf
terkoreksi. Dan setelah disesuaikan, maka
cukup
angka melek huruf pada tahun 2010 adalah
kecamatan-kecamatan
sebesar 98,41 persen. Dan pada tahun 2011
Kecamatan Soreang, Margahayu, dayeuhkolot
mencapai 98,48 persen. Selama periode
dan Cileunyi. Selengkapnya dapat dilihat pada
tahun
gambar 4.8.
2005-2011,
lebih
IPM Kab. Bandung 2011
dari
separuh
tinggi umumnya didominasi oleh perkotaan,
seperti
57
Gambar 4.8. Sebaran Pencapaian AMH menurut Kecamatan di Kabupaten Bandung, Tahun 2011 Margahayu Dayeuhkolot Soreang Katapang Cileunyi Rancaekek Pameungpeuk Margaasih Cicalengka Baleendah Bojongsoang Pasirjambu Cangkuang Solokanjeruk KABUPATEN Ciparay Banjaran Cimenyan Cikancung Nagreg Majalaya Ciwidey Kutawaringin Rancabali Cilengkrang Paseh Pangalengan Pacet Kertasari Ibun Arjasari Cimaung 94,00
95,00
96,00
97,00
98,00
99,00
100,00
101,00
Sumber: BPS Kabupaten Bandung, IPM 2011.
IPM Kab. Bandung 2011
58
Pola yang hampir serupa terjadi pada
sebaran wilayah yang sangat luas, kabupaten
rata-rata lama sekolah. Hampir separuh
Bandung memang akan memiliki kendala
kecamatan di Kabupaten Bandung yang
dalam membangun fasilitas pendidikan yang
memiliki rata-rata lama sekolah diatas angka
memadai
Kabupaten. Kondisi tersebut tentunya belum
penduduknya.
cukup
membanggakan karena
target
dan
mudah
dijangkau
oleh
Peranan strategis guru dan pemuka
pendidikan adalah untuk mencapai tuntas
masyarakat di daerah terpencil masih sangat
pendidikan dasar ( RLS = 9 tahun). Dan
diperlukan dalam mempromosikan pentingnya
disparitas/kesenjangan
kecamatan
mencapai pendidikan yang memadai untuk
yang memiliki rata-rata lama sekolah paling
meningkatkan kualitas hidup. Pemerintah
tinggi dengan kecamatan yang memiliki rata-
daerah tentunya memiliki komitmen kuat untuk
rata lama sekolah terendah ternyata masih
secara
cukup besar, yaitu mencapai sebesar 3,39
peningkatan partisipasi sekolah di daerah
tahun. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa
terpencil sehingga terjamin kelangsungan
kesempatan
proses belajar mengajar. Pada akhirnya
beberapa
antara
menikmati
pendidikan
wilayah masih
dibandingkan
wilayah
IPM Kab. Bandung 2011
begitu
lainnya.
di
rendah Dengan
terus-menerus
kesemuanyaakan
mampu
mendorong
meningkatkan
indeks pendidikan di wilayahnya.
59
Gambar 4.9. Sebaran Pencapaian Angka RLS menurut Kecamatan di Kabupaten Bandung, Tahun 2011 Cimenyan Margahayu Dayeuhkolot Cileunyi Pameungpeuk Cicalengka Rancaekek Ciparay Cikancung Bojongsoang Cangkuang Banjaran KABUPATEN Cilengkrang Solokanjeruk Majalaya Kertasari Baleendah Margaasih Nagreg Soreang Pangalengan Katapang Pacet Pasirjambu Rancabali Paseh Ibun Cimaung Arjasari Ciwidey Kutawaringin 0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
Sumber: BPS Kabupaten Bandung, IPM 2011.
IPM Kab. Bandung 2011
60
Kemajuan
angka
IPM
Kabupaten
Menurut data IPM 2011, dari 31
Bandung selama beberapa periode ternyata
kecamatan di kabupaten Bandung terdapat
sangat ditunjang oleh adanya peningkatan
sekitar 15 kecamatan memiliki kemampuan
komponen kemampuan daya beli masyarakat.
daya beli masyarakatnya di atas rata-rata
Menurut data IPM tahun 2005, kemampuan
kabupaten, sedangkan pada tahun 2010 ada
daya beli penduduk Kabupaten Bandung
sebanyak 14 kecamatan. Kecamatan yang
mencapai sebesar Rp. 536.490, pada tahun
memiliki kemampuan daya beli masyarakat
2006 menjadi sebesar Rp. 541.930, tahun
tertinggi adalah Kecamatan Baleendah yang
2007 meningkat menjadi Rp. 549.170, dan
mencapai Rp.669.930, kemudian disusul oleh
meningkat terus pada tahun 2008 menjadi
Kecamatan Bojongsoang dan Cileunyi, yang
sebesar Rp. 557,680. Pada tahun 2009 daya
masing-masing
beli mencapai Rp.565.320. Daya beli pada
Rp.659.960 dan Rp.658.060 (selengkapnya
tahun 2010 dan 2011, masing-masing adalah
lihat Gambar 4.10).
sebesar Rp.572.910
dan
Komponen
memang
IPM
ini
Rp.641.810. sangat
daya
belinya
sebesar
Beberapa kecamatan tampaknya perlu mendapat prioritas agar mampu mengejar
dipengaruhi kondisi perekonomian nasional,
ketertinggalan
dimana perbaikan ekonomi makro dewasa ini
masyarakatnya. Kecamatan tersebut adalah
berjalan cukup baik dan berpengaruh terhadap
Kecamatan
perekonomian regional. Nilai tukar rupiah yang
sebesar Rp. 610.660, dan Kecamatan: Pacet,
relatif stabil dan inflasi yang terkendali
Cikancung, dan Cicalengka dengan daya beli
tampaknya mampu menggeliatkan kembali
masing-masing
dunia usaha yang selama krisis ekonomi
Rp.627.070;
sangat
meningkatkan
terpuruk.
mengarah
Pertumbuhan
kepada
situasi
ekonomi
kemampuan
daya
beli
Kertasari dengan daya beli
sebesar Rp.629.640.
Rp.622.880; Dalam
kemampuan
daya
upaya beli
yang
masyarakat, maka pengembangan usaha
menggembirakan. Sentra-sentra industri di
skala kecil/mikro tampaknya masih menjadi
Kabupaten Bandung kembali berkembang
pilihan
walaupun belum dapat pulih seperti sebelum
masyarakat yang relatif tertinggal.
untuk
mendongkrak
pendapatan
masa krisis ekonomi.
IPM Kab. Bandung 2011
61
Gambar 4.10. Sebaran Pencapaian Angka PPP menurut Kecamatan di Kabupaten Bandung, Tahun 2011
Baleendah Bojongsoang Cileunyi Dayeuhkolot Rancaekek Rancabali Pasirjambu Ibun Cilengkrang Pameungpeuk Soreang Pangalengan Margahayu Banjaran Arjasari KABUPATEN Cimaung Paseh Majalaya Cimenyan Ciwidey Kutawaringin Nagreg Cangkuang Solokanjeruk Ciparay Katapang Margaasih Cicalengka Cikancung Pacet Kertasari 580,00
600,00
620,00
640,00
660,00
680,00
Sumber: BPS Kabupaten Bandung, IPM 2011.
IPM Kab. Bandung 2011
62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan IPM
menggambarkan
potret
hidup bersih dan sehat (bidang kesehatan);
pembangunan manusia Kabupaten Bandung
peningkatan intelektual (bidang pendidikan)
dari
manusia
dan peningkatan kemampuan bersaing secara
(kesehatan dan kesejahteraan), maupun sisi
ekonomi (bidang ekonomi). Bertumbuhnya
non-fisik (intelektualitas). Pencapaian pada
angka pada satu bidang, bukan hasil kegiatan
kondisi fisik manusia tercermin pada angka
parsial,
harapan hidup dan kemampuan daya beli,
dipengaruhi pula oleh kondisi yang dicapai
sedangkan
pada bidang lainnya. Dengan kata lain
kacamata
kondisi
untuk
fisik
dampak
non-fisiknya
(intelektualitas) digambarkan oleh
sebab
pertumbuhan
tersebut
angka
pencapaian pada bidang kesehatan bukan
melek hurup dan tingkat pendidikan yang
hanya hasil kinerja SKPD bidang kesehatan
ditamatkan.
saja, karena pengetahuan hidup sehat juga untuk
diberikan di sekolah formal maupun informal.
pemantauan pencapaian pembangunan di
Disamping itu, kemampuan untuk membiayai
Kabupaten
tersebut
kesehatannya juga ditunjang oleh SKPD
ditindaklanjuti
dengan berbagai kegiatan
bidang ekonomi.Demikian juga pada bidang
pembangunan
yang
adalah
pendidikan, peranan kemampuan ekonomi
peningkatan martabat manusia Kabupaten
sangat besar dalam mendorong orang tua
Bandung.
untuk menyekolahkan anaknya ke jenjang
IPM
telah
dimanfaatkan
Bandung,
upaya garapannya
Untuk
keberhasilanpencapaian
mengevaluasi IPM,
selayaknya
yang lebih tinggi.
yang dinilai adalah seberapa perubahan
Dari berbagai gambaran kondisi sosial
(pertumbuhan) yang telah dicapai, dan bukan
ekonomi masyarakat dan indikator IPM
pada posisi berapa IPM suatu daerah saat ini.
Kabupaten
Pencapaian angka IPM merupakan hasil
disimpulan sebagai berikut:
pencapaian dari proses pembagunan yang
1.
Bandung
pada
tahun
2011,
Seorang bayi yang dilahirkan pada tahun
berlangsung berkesinambungan dalam jangka
2010 mempunyai harapan untuk hidup
waktu yang panjang.
(Angka Harapan Hidup) selama 70,06
Peningkatan
IPM
pada
prinsipnya
tahun kedepan. Angka harapan hidup
merupakan perubahan pola pikir manusia,
terus meningkat
seiring
yaitu: perubahan untuk semakin berperilaku
penurunan
kematian
IPM Kab. Bandung 2011
angka
dengan bayi.
63
Sedangkan kematian bayi telah dapat
seluruh wilayah Kabupaten Bandung
ditekan menjadi 34 bayi per 1.000
tidak mempunyai kemampuan untuk
kelahiran hidup. Kondisi ini merupakan
membaca dan menulis huruf latin,
cerminan
maupun huruf lainnya.
dari
tenaga
cakupan
kesehatan
pelayanan
dalam
proses
4.
ekonomi,
Tingkat
Kesempatan Kerja (TKK) yang semakin
meningkat
meningkat, saat ini berada pada besaran
dari
tahun
ke
tahun.
Disamping itu, dari sisi asupan gizi,
89,31
peningkatan
Pengangguran Terbuka (TPT) yang
kesadaran
ibu
untuk
persen,
dan
Tingkat
menyusui anaknya, cenderung lebih
menurun
baik. Perubahan pola asuh ibu tersebut,
Perubahan pada iklim ketenagakerjaan
mempunyai berdampak positif terhadap
ini, diyakini telah mampu mendorong
peningkatan
bertumbuhnya daya
Capaian
angka
angka
penduduk
harapan
hidup
menjadi
10,69
persen.
beli
penduduk
Kabupaten Bandung. Meskipun tingkat rata-rata
dewasa
di
sekolah
inflasi pada tahun 2011 mengalami
Kabupaten
peningkatan
dibandingkan
tahun
Bandung mencapai 8,62 tahun, atau
sebelumnya, namun daya beli dapat
setara dengan hampir menyelesaikan
bertumbuh positif. Pada tahun 2011
kelas 3 SLTP. Berbagai program yang
Daya
dilaksankan untuk meningkatkan tingkat
Bandung
pendidikan terus digulirkan. Program-
perkapita.
program Bantuan Operasional Siswa (BOS),
Program
Keluarga
5.
Beli
Penduduk
mencapai
Kabupaten
641.810
rupiah
Pada periode 2003-2011, perkembangan
Harapan
kemajuan IPM di Kabupaten Bandung
untuk Anak
menunjukkan kemajuan yang sangat
Keluarga Miskin disinyalir mempunyai
berarti. Menurut data IPM tahun 2003,
kontribusi positif dalam menekan Angka
angka
Drop Out (DO).
mencapai 67,52 dan setelah delapan
Sampai saat ini, angka melek hurup
tahun
Kabupaten Bandung baru mencapai
menjadi 75,01. Kontribusi peningkatan
98,48 persen dari penduduk dewasa
terbesar,
(berusia
pertumbuhan indeks Purchasing Power
(PKH), dan
3.
indikator
pertolongan kelahiran yang semakin
dikemudian hari. 2.
Dari
Beasiswa
15 tahun
keatas). Dapat
dikatakan bahwa sebanyak 1,52 persen
IPM
Kabupaten
kemudian masih
(2011)
Bandung meningkat
didominasi
oleh
Parity (PPP).
penduduk dewasa yang tersebar di
IPM Kab. Bandung 2011
64
5.2. Saran Beberapa langkah yang dilakukan guna memelihara pertumbuhan pencapaian IPM kabupaten Bandung, adalah sebagai berikut :
1.
Langkah yang dapat dilakukan untuk
secara besar-besaran selama periode
meningkatkan
2006-2008,
derajat
kesehatan,
ditindaklanjuti dengan berbagai program
harapan hidup, adalah terus menekan
pelestariannya agar penduduk yang
potensi kematian bayi, baik itu selama
telah terbebas buta huruf, kemampuan
proses kehamilan maupun persalinan.
membaca
menulisnya
Efektifitas
berlanjut.
Penataan
pelaksanaan
Jampersal
dapat untuk
terus strategi
diyakini mampu meningkatkan kualitas
pengentasan buta huruf perlu dilakukan.
persalinan, disamping pola kemitraan
Pemanfaatan data untuk keaksaraan
antara Bidan dan Dukun Beranak harus
fungsional dari hasil sensus akan sangat
terus dikembangkan. Disamping itu,
membantu dalam penentuan sasaran
ancaman wabah penyakit yang berasal
program. 4.
Berbagai bantuan pendidikan melalui
tetap diwaspadai dan diminimalisir.
BOS, Beasiswa Keluarga Miskin, dan
Pelayanan dan promosi kesehatan dapat
Program Keluarga Harapan, masih perlu
lebih ditingkatkan lagi. Meskipun ada
dikembangkan
kecenderungan
masyarakat
keluhan
3.
terus
terutama dalam meningkatkan angka
dari lingkungan tempat tinggal harus 2.
hendaknya
terjadi
kesehatan
penurunan
untuk dalam
membantu meningkatkan
masyarakat
partisipasi sekolah, serta meringankan
dibandingkan dua tahun sebelumnya.
beban pembiayaan pendidikan (terutama
dan lamanya menderita sakit umumnya
untuk masyarakat miskin). Perluasan
relatif
seminggu)
cakupan dan pengembangan program
namun persentasenya mencapai 26,6
tersebut selayaknya dapat didukung oleh
persen.
pembiayaan APBD.
singkat
(dibawah
Penurunan angka buta huruf yang telah dilakukan melalui program akselerasi
IPM Kab. Bandung 2011
5.
Untuk meningkatkan kemampuan daya saing, terutama dengan meningkatnya
65
lapangan usaha di bidang industri (baik
harus
formal
maupun
peningkatan usaha
dilakukan
berkesinambungan.
informal),
maka
Pemberdayaan usaha kecil/mikro sangat
kualitas produk
usaha-
berpotensi untuk meningkatkan daya beli
kecil/mikro
yang
ada
di
masyarakat.
masyarakat merupakan upaya yang
IPM Kab. Bandung 2011
66
Tabel Lampiran 1. Indikator Pembangunan Manusia Kabupaten Bandung Menurut Kecamatan, Tahun 2011
Angka No
Kecamatan
Harapan
Morbiditas
Hidup (1)
(2)
Rata-rata
Angka
Rata-rata
Daya
Lama Sakit
Melek
Lama
Beli
IPM
Huruf
Sekolah
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
7,33 7,74 7,89 7,48 8,01 8,51 7,90 7,48 7,62 8,87 9,33 8,22 9,20 8,54 8,55 9,01 8,29 7,35 8,82 8,85 9,56 7,96 8,06 6,70 8,24 10,07 9,81 8,86 9,66 8,59 10,12
637,57 653,13 653,12 640,22 644,62 610,66 622,88 651,17 640,08 627,07 629,64 637,49 656,16 640,06 635,78 635,24 669,93 642,11 644,00 636,49 645,29 633,91 645,16 637,49 633,31 644,14 658,01 659,96 658,06 651,12 638,61
73,14
8,62
641,81
75,01
1
Ciwidey
70,06
34,22
4,66
2
Rancabali
70,06
50,70
3,98
3
Pasirjambu
70,06
36,23
8,81
4
Cimaung
70,06
19,66
6,53
5
Pangalengan
70,06
23,45
3,81
6
Kertasari
70,06
24,37
5,89
7
Pacet
70,06
7,83
3,64
8
Ibun
70,06
40,86
3,73
9
Paseh
70,06
47,14
5,65
10
Cikancung
70,06
3,28
3,05
11
Cicalengka
70,06
24,43
4,88
12
Nagreg
70,06
35,55
3,63
13
Rancaekek
70,06
20,46
4,74
14
Majalaya
70,06
14,92
2,51
15
Solokanjeruk
70,06
29,46
5,72
16
Ciparay
70,06
17,27
5,17
17
Baleendah
70,06
31,81
5,96
18
Arjasari
70,06
29,46
2,85
19
Banjaran
70,06
26,15
7,85
20
Cangkuang
70,06
3,29
2,00
21
Pameungpeuk
70,06
10,23
4,70
22
Katapang
70,06
20,65
6,39
23
Soreang
70,06
12,53
5,76
24
Kutawaringin
70,06
31,23
4,83
25
Margaasih
70,06
13,60
5,95
26
Margahayu
70,06
21,23
10,33
27
Dayeuhkolot
70,06
9,51
3,36
28
Bojongsoang
70,06
52,22
8,81
29
Cileunyi
70,06
0,73
8,63
30
Cilengkrang
70,06
12,33
9,08
31
Cimenyan
70,06
2,39
4,79
98,16 97,92 98,89 96,27 97,27 97,16 97,22 97,08 97,54 98,28 99,02 98,26 99,27 98,26 98,67 98,36 98,97 96,65 98,35 98,84 99,12 99,30 99,31 97,93 99,07 99,78 99,59 98,95 99,29 97,65 98,29
70,06
21,99
5,68
98,48
Kab. Bandung
Sumber : Survei Khusus IPM 2011.
72,89 73,93 74,31 75,35 72,59 75,35 73,50 71,80 77,24 75,25 73,86 77,72 76,80 74,36 76,04 76,56 74,03 75,09 78,27 78,26 74,77 76,73 72,92 75,75 76,43 79,86 73,41 79,69 76,62 78,83
Tabel Lampiran 3. Indikator Pembangunan Manusia Kabupaten Bandung Menurut Kecamatan, Tahun 2010
Angka No
Kecamatan
Harapan
Morbiditas
Hidup (1)
(2)
(3)
(4)
Rata-rata
Angka
Rata-rata
Daya
Lama
Melek
Lama
Beli
IPM
Sakit
Huruf
Sekolah
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
1
Ciwidey
67,23
98,06
7,73
568,05
71,63
2
Rancabali
66,75
97,87
7,19
561,51
70,42
3
Pasirjambu
68,54
98,82
7,89
559,10
71,96
4
Cimaung
68,09
96,55
7,90
563,68
71,56
5
Pangalengan
68,49
97,20
7,68
574,63
72,60
6
Kertasari
65,18
97,17
6,87
559,74
69,01
7
Pacet
65,03
97,08
7,50
563,66
69,68
8
Ibun
69,41
96,82
7,48
569,61
72,50
9
Paseh
66,49
97,46
7,76
565,06
70,87
10
Cikancung
63,05
98,22
7,98
574,23
70,00
11
Cicalengka
65,89
98,92
9,33
574,29
72,74
12
Nagreg
68,11
98,19
8,21
553,45
71,37
13
Rancaekek
69,73
99,21
10,09
575,83
75,62
14
Majalaya
69,47
98,20
8,62
569,54
73,67
15
Solokanjeruk
64,99
98,63
8,55
571,32
71,37
16
Ciparay
68,10
98,20
9,01
572,59
73,44
17
Baleendah
68,26
98,93
9,65
573,02
74,20
18
Arjasari
67,13
96,51
8,04
566,19
71,31
19
Banjaran
68,67
98,21
9,45
573,21
74,13
20
Cangkuang
68,36
98,74
9,26
569,64
73,66
21
Pameungpeuk
68,20
99,08
9,65
569,56
73,93
22
Katapang
66,79
99,22
9,51
576,74
73,63
23
Soreang
68,39
99,28
9,37
575,22
74,31
24
Kutawaringin
67,46
97,79
7,72
570,34
71,86
25
Margaasih
68,24
99,04
9,48
578,13
74,48
26
Margahayu
67,50
99,77
11,11
584,96
75,96
27
Dayeuhkolot
67,99
99,58
10,49
586,74
75,87
28
Bojongsoang
66,69
98,90
10,39
586,15
74,88
29
Cileunyi
70,03
99,16
10,44
580,99
76,44
30
Cilengkrang
68,57
97,54
9,36
572,69
73,82
31
Cimenyan
66,66
98,22
9,42
573,28
73,00
69,40
98,41
9,02
572,91
74,24
Kab. Bandung
Sumber : Survei Khusus IPM 2010.
Tabel Lampiran 2. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Bandung Menurut Kecamatan, Tahun 2011
I ndeks No
Kecamatan
Kab. Bandung
Harapan
Morbiditas
Lama
Derajat
Melek
Lama
75,11
21,99
5,68
77,07
98,48
57,45
Sumber : Survei Khusus IPM 2011.
Pendidikan
84,80
Daya
IPM
65,13
75,01
Tabel Lampiran 4. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Bandung Menurut Kecamatan, Tahun 2010
I ndeks No
Kecamatan
Harapan
Morbiditas
Hidup (1)
(2)
(3)
(4)
Lama
Derajat
Sakit
Kesehatan
(5)
(6)
Melek
Lama
Pendidikan
Huruf Sekolah
Daya
IPM
Beli
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
1
Ciwidey
70,39
98,06
51,56
82,56
61,95
71,63
2
Rancabali
69,59
97,87
47,94
81,23
60,43
70,42
3
Pasirjambu
72,57
98,82
52,63
83,42
59,88
71,96
4
Cimaung
71,82
96,55
52,69
81,93
60,93
71,56
5
Pangalengan
72,48
97,20
51,20
81,87
63,47
72,60
6
Kertasari
66,96
97,17
45,77
80,04
60,02
69,01
7
Pacet
66,71
97,08
50,03
81,39
60,93
69,68
8
Ibun
74,01
96,82
49,89
81,18
62,31
72,50
9
Paseh
69,15
97,46
51,72
82,21
61,25
70,87
10
Cikancung
63,41
98,22
53,19
83,21
63,37
70,00
11
Cicalengka
68,14
98,92
62,19
86,68
63,39
72,74
12
Nagreg
71,85
98,19
54,72
83,70
58,57
71,37
13
Rancaekek
74,54
99,21
67,27
88,57
63,74
75,62
14
Majalaya
74,11
98,20
57,46
84,62
62,29
73,67
15
Solokanjeruk
66,65
98,63
56,99
84,75
62,70
71,37
16
Ciparay
71,84
98,20
60,07
85,49
63,00
73,44
17
Baleendah
72,10
98,93
64,35
87,40
63,10
74,20
18
Arjasari
70,22
96,51
53,61
82,21
61,51
71,31
19
Banjaran
72,78
98,21
63,03
86,49
63,14
74,13
20
Cangkuang
72,27
98,74
61,73
86,41
62,31
73,66
21
Pameungpeuk
72,00
99,08
64,31
87,49
62,30
73,93
22
Katapang
69,66
99,22
63,38
87,28
63,95
73,63
23
Soreang
72,31
99,28
62,50
87,02
63,60
74,31
24
Kutawaringin
70,77
97,79
51,46
82,35
62,48
71,86
25
Margaasih
72,07
99,04
63,23
87,11
64,28
74,48
26
Margahayu
70,84
99,77
74,05
91,20
65,85
75,96
27
Dayeuhkolot
71,65
99,58
69,96
89,71
66,26
75,87
28
Bojongsoang
69,48
98,90
69,27
89,02
66,13
74,88
29
Cileunyi
75,06
99,16
69,63
89,31
64,93
76,44
30
Cilengkrang
72,62
97,54
62,39
85,82
63,02
73,82
31
Cimenyan
69,44
98,22
62,80
86,41
63,15
73,00
74,00
98,41
60,12
85,65
63,07
74,24
Kab. Bandung
Sumber : Survei Khusus IPM 2010.